• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK PENAMBAHAN SENYAWA EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK PENAMBAHAN SENYAWA EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEK PENAMBAHAN SENYAWA EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT

(CaCO3) DENGAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT

Oleh

MIFTASANI 0817011041

Dalam bidang industri, kerak kalsium karbonat (CaCO3) merupakan salah satu

masalah yang cukup penting pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air, seperti pada desalinasi, permukaan tower pendingin, mesin penukar panas, mesin pembangkit tenaga uap dan di ladang-ladang minyak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini telah dilakukan penambahan inhibitor senyawa ekstrak daun belimbing wuluh dan NALCO 72990 untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerak tersebut. Pada penelitian ini telah dilakukan penambahan inhibitor terhadap kerak kalsium karbonat (CaCO3)denganmenggunakan metode

tanpa penambahan bibit kristal (unseeded experiment) pada konsentrasi CaCO3

sebesar 0,05; 0,075; 0,1 M serta variasi inhibitor sebesar 3,75; 11,25; 18,75% v/v. Berdasarkan analisis kualitatif menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukan bahwa morfologi permukaan kerak CaCO3 tanpa inhibitor

lebih besar dibandingkan dengan adanya inhibitor, sedangkan analisis kuantitatif menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) menunjukan bahwa distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 menjadi lebih kecil dengan adanya penambahan inhibitor.

Berdasarkan persentase (%) kemampuan menghambat, konsentrasi optimum ekstrak daun belimbing wuluh dapat menghambat kerak CaCO3 0,05 M yaitu pada

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE COMPOUND STARFRUIT LEAF EXTRACT AS CRUST CALCIUM CARBONATE (CaCO3) SCALE INHIBITOR

THROUGH UNSEEDED EXPERIMENT METHOD

By

MIFTASANI 0817011041

In industry, the crust of calcium carbonate (CaCO3) is one of the important issues

in the majority of industrial processes involving water, such as desalination, surface of cooler tower, exchanger heat machine, machinery and steam power of steam in the oil fields. Therefore, in this study has been the addition of inhibitor is compound leaf extract starfruit and NALCO 72990 to reduce the negative impact is caused by the crust. In this research, the addition of inhibitors to the crust of calcium carbonate (CaCO3) using the method without the addition of seed crystals

(unseeded experiment) CaCO3 in concentrations of 0,05; 0,075; 0,1 M by and

variations inhibitors at, 3,75; 11,25; 18,75% v/v. Based on qualitative analysis by using Scanning Electron Microscopy (SEM) showed that the surface morphology of CaCO3 crust without inhibitor is greater than the inhibitor, whereas quantitative

analysis using the Particle Size Analyzer (PSA) showed that the particle size distribution of CaCO3 crust becomes smaller with the addition of inhibitor. Based

on the percentage (%) ability to inhibit, the optimum concentration starfruit leaf extract can inhibit CaCO3 crust at a concentration of 0,05 M is 18,75% v/v by (%)

(3)

EFEK PENAMBAHAN SENYAWA EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT

(CaCO3) DENGAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT (Skripsi)

Oleh

Miftasani

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatan-peralatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas, proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Hal ini disebabkan karena

terdapatnya unsur-unsur anorganik pembentuk kerak seperti logam kalsium dalam jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan.

Terakumulasinya endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat menimbulkan masalah seperti kerak (Weijnen et al., 1983 ; Maley, 1999). Salah satu contoh adalah perusahaan minyak Indonesia yaitu Pertamina menghabiskan sekitar 6-7 juta dolar untuk mengganti setiap pipa pada bagian geotermal setiap 10 tahun untuk mengatasi masalah kerak (Suharso et al, 2010; Suharso dan Buhani, 2011; Suharso et al, 2011).

Penyebab terbentuknya endapan kerak pada pipa-pipa saluran industri adalah terdapatnya senyawa-senyawa pembentuk kerak dalam air, dengan jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan sehingga akan memperkecil diameter dan menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut. Terganggunya aliran fluida menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan semakin tinggi

(5)

karbonat (CaCO3), kalsium dan seng fosfat, kalsium sulfat (CaSO4), silika dan

magnesium silikat (Lestari dkk., 2004).

Dalam bidang industri, kerak kalsium karbonat (CaCO3) merupakan salah satu

masalah yang cukup penting pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air, seperti pada desalinasi, permukaan tower pendingin, mesin penukar panas, mesin pembangkit tenaga uap dan di ladang-ladang minyak. Kelarutan CaCO3

yang sedikit dapat terbentuk jika larutan lewat jenuh dalam tempat pengolahannya terjadi kesetimbangan kimia dengan lingkungannya pada tekanan dan temperatur yang sebenarnya. Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu dengan pengurangan

gas CO2 dari aliran selama proses produksi berlangsung. Ini akan mengakibatkan

pengendapan sehingga terbentuk kerak.

(6)

Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut di atas, maka saat ini telah

dikembangkan salah satu metode efektif yang dapat digunakan untuk mengurangi laju pertumbuhan kerak yaitu dengan menginjeksikan bahan-bahan kimia

pencegah kerak (scale inhibitor) ke dalam air formasi. Salah satu prinsip kerja dari scale inhibitor yaitu pembentukan senyawa kompleks antara inhibitor kerak dengan unsur-unsur pembentuk kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar serta dapat mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Asnawati, 2001).

Pada umumnya terdapat dua macam scale inhibitor yang digunakan yaitu scale inhibitor anorganik dan organik. Scale inhibitor anorganik yang banyak digunakan adalah jenis fosfat, kondesat fosfat dan dehidrat fosfat, sedangkan untuk scale inhibitor organik yang biasa digunakan adalah organofosfonat, organofosfat ester dan polimer-polimer organik. Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Asnawati (2001) menggunakan inhibitor kerak organik seperti organofosfonat efektif untuk kerak CaCO3, organofosfat ester efektif untuk

kerak CaSO4, dan polimer-polimer organik efektif untuk kerak CaCO3, CaSO4,

dan BaSO4. Namun inhibitor kerak tersebut umumnya digunakan pada

(7)

Oleh karenanya, dilakukan penelitian yang menggunakan senyawa ekstrak daun belimbing wuluh dan NALCO 72990, sebagai inhibitor kerak. NALCO 72990 merupakan produk paten dari perusahaan National Aluminium Company (NALCO). Karena merupakan produk paten, produk ini tidak diketahui komposisinya oleh konsumen.

Selain itu, pada penelitian ini digunakan ekstrak daun belimbing wuluh yang memiliki kandungan asam tanat (tanin) yang terdapat pada tanaman. Senyawa ekstrak daun belimbing wuluh memiliki kandungan tanin 10,92% (Wijayakusuma dan Dalimarta, 2006) sehingga memungkinkan tanaman ini untuk dijadikan inhibitor yang cukup efektif dalam menghambat laju pertumbuhan kerak kalsium karbonat pada pipa-pipa industri. Diharapkan pada daun belimbing wuluh ini akan menghasilkan redemen yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, maka pada penelitian ini akan mempelajari pengaruh penambahan senyawa daun belimbing wuluh sebagai green inhibitor dan NALCO 72990 sebagai inhibitor kimia pada pembentukan kerak kalsium karbonat

(CaCO3) dengan metode unseeded experiment pada konsentrasi larutan

(8)

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh penambahan senyawa ekstrak daun belimbing wuluh dan NALCO 72990 sebagai inhibitor CaCO3 pada konsentrasi yang

berbeda.

2. Membandingkan efek penambahan senyawa ekstrak daun belimbing wuluh dan NALCO 72990 sebagai inhibitor kerak CaCO3.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai pencegahan timbulnya kerak CaCO3 dengan metode unseeded experiment dan dapat dikembangkan

untuk memperoleh inhibitor kerak yang efektif, terutama untuk mencegah

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka ini akan di uraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kerak, proses pembentukan kerak, pencegahan, dan jenis-jenis analisis, antara lain :

A. Proses Pengendapan Senyawa Anorganik

Endapan didefinisikan sebagai bentuk kristal keras yang menempel pada perpindahan panas permukaan dimana proses penghilangannya dapat dilakukan dengan cara di bor atau di dril. Endapan yang berasal dari larutan akan terbentuk karena proses penurunan kelarutan pada kenaikan temperatur operasi dan kristal padat melekat erat pada permukaan logam. Endapan yang umum ditemui di ladang minyak ada beberapa jenis, seperti CaCO3, kalsium sulfat termasuk gips

(CaSO4.2H2O) dan anhidrit (CaSO4), serta barium sulfat (BaSO4) (Lafifah, 2000).

B. Kerak

(10)

kecil dari ukuran partikel kritis sementara itu kristal-kristal akan berkembang bila ukurannya lebih besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti kristal menjadi lebih besar dari inti kritis, maka akan mulailah pertumbuhan kristal, dari kristal kecil membentuk kristal dengan ukuran yang lebih besar (penebalan lapisan kerak). Kristal-kristal yang terbentuk mempunyai muatan ion lebih rendah dan cenderung untuk menggumpal sehingga terbentuklah kerak (Lestari, 2008; Hasson dan Semiat, 2005).

Komponen khas kerak yang sering dijumpai adalah sebagai berikut (Lestari, 2008; Nunn, 1997) : (i) Kalsium sulfat (CaSO4), (ii) Kalsium karbonat (CaCO3 turunan

dari kalsium bikarbonat), (iii) Kalsium dan seng fosfat, (iv) Kalsium fosfat, sejumlah besar kalsium dan ortofosfat. Biasanya dikarenakan air terlalu sering dirawat, (v) Silika dengan konsentrasi tinggi, (vi) Besi dioksida, senyawa yang disebabkan oleh kurangnya kontrol korosi atau alami berasal dari besi yang teroksidasi, (vii) Besi fosfat, senyawa yang disebabkan karena pembentukkan lapisan film dari inhibitor fosfat, (viii) Mangan dioksida, mangan teroksidasi tingkat tinggi, (ix) Magnesium silika, silika dan magnesium pada konsentrasi tinggi dengan pH tinggi, (x) Magnesium karbonat, magnesium dengan konsentrasi tinggi dan pH tinggi serta CO2 tinggi.

C. Faktor Pembentuk Kristal

(11)

kristal yang akan terbentuk yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Semakin tinggi derajat lewat jenuh maka semakin besar kemungkinan untuk membentuk inti baru sehingga akan semakin besar laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor penting lainnya yang akan mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Semakin tinggi laju

pertumbuhan maka akan kristal yang terbentuk akan besar. Laju pertumbuhan kristal juga tergantung pada derajat lewat jenuh (Svehla, 1990).

1. Kristalisasi

Menurut Brown (1978) kristalisasi adalah suatu proses pembentukan kristal dari larutannya dan kristal yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik.

Pertumbuhan kristal dapat terjadi bila konsentrasi suatu zat terlarut dalam

larutannya melewati kadar kelarutan lewat jenuhnya pada suhu tertentu. Kondisi kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh dengan jalan pendinginan larutan pekat panas, penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan, dan dengan penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya. Kristalisasi memiliki dua tahap proses, yaitu tahap pembentukan inti yang merupakan tahap mulai terbentuknya zat padat baru, dan tahap pertumbuhan kristal yang

(12)

2. Kelarutan Endapan

Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung berbagai kondisi, seperti temperatur, tekanan, konsentrasi, bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.

Kelarutan tergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion dalam campuran itu. Ada perbedaan yang besar antara efek dari ion sejenis dan ion asing. Ion sejenis adalah suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan endapan. Umumnya dapat dikatakan bahwa suatu endapan berkurang banyak sekali jika salah satu ion sejenis terdapat dalam jumlah berlebihan, meskipun efek ini mungkin diimbangi dengan pembentukan suatu kompleks yang dapat larut dengan ion sejenis yang berlebihan itu. Dengan adanya ion asing, kelarutan endapan bertambah, tetapi pertambahan ini umumnya sedikit, kecuali jika terjadi reaksi kimia (seperti pembentukan kompleks atau reaksi asam-basa) antara endapan dan ion asing, pertambahan kelarutannya menjadi lebih besar.

Hasil kali kelarutan memungkinkan kita untuk menerangkan dan juga

memperkirakan reaksi-reaksi pengendapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika

(13)

sistem itu akan berusaha menyesuaikan, sehingga hasil kali ion mencapai nilai hasil kali kelarutan. Jika hasil kali ion dengan sengaja dibuat lebih besar dari hasil kali kelarutan, penyesuaian oleh sistem mengakibatkan mengendapnya garam larutan. Sebaliknya, jika hasil kali ion dibuat lebih kecil dari hasil kali kelarutan, kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali dengan melarutnya sebagian garam padat ke dalam larutan. Hasil kali kelarutan menentukan keadaaan kesetimbangan, tetapi tidak memberikan informasi tentang laju ketika kesetimbangan itu terjadi. Sesungguhnya, kelebihan zat pengendap yang terlalu banyak dapat mengakibatkan sebagian endapan melarut kembali, sebagai akibat bertambahnya efek garam atau akibat pembentukan ion kompleks. Dalam hal ini hasil kali kelarutan dari kalsium sulfat pada temperatur ruang sebesar 2,3 x 10-4

mol/L (Svehla, 1990).

3. Derajat Lewat-Jenuh (Supersaturasi)

Larutan lewat jenuh (Gambar 1) adalah larutan yang mengandung zat terlarut lebih besar daripada yang dibutuhkan pada sistem kesetimbangan larutan jenuh. Kondisi kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh dengan jalan pendinginan larutan pekat panas, penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan

(14)

K

ons

e

nt

ra

s

i

[image:14.595.121.490.152.332.2]

Gambar 1. Diagram temperatur – konsentrasi (Wafiroh, 1995)

Garis tebal adalah kelarutan normal untuk zat terlarut dalam pelarut. Garis putus-putus adalah kurva lewat jenuh, posisinya dalam diagram tergantung pada zat-zat pengotor (Wafiroh, 1995). Pada diagram di atas, kondisi kelarutan dibagi dalam tiga bagian yaitu daerah stabil, metastabil, dan daerah labil. Daerah stabil adalah daerah larutan yang tidak mengalami kristalisasi. Daerah yang memungkinkan terjadinya kristalisasi tidak spontan adalah daerah metastabil, sedangkan daerah labil adalah daerah yang memungkinkan terjadinya kristalisasi secara spontan.

Pada diagram temperatur – konsentrasi, jika suatu larutan yang terletak pada titik A dan didinginkan tanpa kehilangan volume pelarut (garis ABC), maka

pembentukan inti secara spontan tidak akan terjadi sampai kondisi C tercapai.

C B A

D E

Daerah metastabil Daerah labil

Daerah stabil

(15)

Larutan lewat jenuh dapat juga tercapai dengan mengurangi sejumlah volume palarut dari pelarutnya dengan proses penguapan. Hal ini ditunjukkan dengan garis ADE, yaitu jika larutan pada titik A diuapkan pada temperatur konstan (Wafiroh, 1995).

Menurut Lestari (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kerak antara lain yaitu :

1. Kualitas Air

Pembentukkan kerak dipengaruhi oleh konsentrasi komponen-komponen pembentuk kerak (kesadahan kalsium, konsentrasi fosfat), pH, dan konsentrasi bahan penghambat kerak dalam air.

2. Temperatur Air

Pada umumnya komponen pembentuk kerak cenderung mengendap atau menempel sebagai kerak pada temperatur tinggi. Hal ini disebabkan karena kelarutannya menurun dengan naiknya temperatur. Laju pengerakan mulai meningkat pada temperatur air 50 oC atau lebih dan kadang-kadang kerak terbentuk pada temperatur air diatas 60 oC.

3. Laju Alir Air

Laju pembentukan kerak akan meningkat dengan turunnya laju alir sistem. Dalam kondisi tanpa pemakaian penghambat kerak, pada sistem dengan laju alir 0,6 m/detik maka laju pembentukan kerak hanya seperlima dibanding pada laju alir air 0,2 m /detik.

Beberapa reaksi yang menunjukkan terbentuknya endapan (deposit) antara lain (Halimatuddahliana, 2003) :

(16)

Kalsium sulfat terdapat dalam air terkontaminasi

2. BaCl2 + Na2SO4 BaSO4 + 2 NaCl

Barium sulfat terdapat dalam air terkontaminasi

3. Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O

Kalsium karbonat terdapat dalam air terkontaminasi karena penurunan tekanan,

panas dan agitasi (pengadukan).

Dibawah ini adalah tiga prinsip mekanisme pembentukan kerak (Badr dan Yassin, 2007) :

1. Campuran dua air garam yang tidak sesuai (umumnya air formasi mengandung banyak kation seperti kalsium, barium, dan stronsium, bercampur dengan sulfat yang banyak terdapat dalam air laut, menghasilkan kerak sulfat seperti CaSO4)

Ca2+ (atau Sr2+atau Ba2+) + SO42- CaSO4 (SrSO4 atau BaSO4)

2. Penurunan tekanan dan kenaikan temperatur air garam, yang akan menurunkan kelarutan garam (umumnya mineral yang paling banyak mengendap adalah kerak karbonat seperti CaCO3)

Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O

3. Penguapan air garam, menghasilkan peningkatan konsentrasi garam melebihi batas kelarutan dan membentuk endapan garam

Kerak yang terbentuk pada pipa-pipa peralatan industri akan memperkecil

(17)

sehingga kemungkinan pipa akan pecah (Asnawati, 2001). Endapan kerak yang banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri minyak dan gas, proses

desalinasi, ketel serta industri kimia salah satunya adalah kerak CaCO3 (Badr dan

Yassin, 2007; Lestari, 2000). Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan pembentukan kerak untuk mengurangi atau menghilangkan kerak kalsium karbonat yang terdapat pada peralatan-peralatan industri.

D. Kalsium Karbonat (CaCO3)

Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan suatu zat padat putih, tak berbau, tak

berasa, terurai pada 825oC, tak beracun, larut dalam asam dengan melepas CO2,

dan dijumpai di alam sebagai kalsit, napal, aragonit, travertin, marmer, batu gamping, dan kapur, juga ditemukan bersama mineral dolomit (CaCO3.MgCO3).

Benar-benar tidak larut dalam air (hanya beberapa bagian per juta), kristalnya berwujud rombik/rombohedral dan dimanfaatkan sebagai obat penawar asam, dalam pasta gigi, cat putih, pembersih, bahan pengisi kertas, semen, kaca, plastik, dan sebagainya.

Kalsium karbonat(CaCO3) dibuat dari reaksi CaCl2 + Na2CO3 dalam air, atau

melewatkan CO2 melalui suspensi Ca(OH)2 dalam air yang murni. Kemudian

dihasilkan dengan metode Richard dan Honischmidt dengan cara larutan Ca(NO3)

diasamkan sedikit dengan HNO3. Lantas diperlakukan dengan Ca(OH)2 cair murni

yang sedikit berlebih untuk mengendapkan sebagian besar Fe(OH)3 dan Mg(OH)2.

(18)

mengendapkan karbonatnya bisa dimurnikan lewat distilasi dari air (Arsyad, 2001).

Kalsium karbonat (CaCO3) berupa endapan amorf putih terbentuk dari reaksi

antara ion kalsium (Ca2+) dalam bentuk CaCl2 dengan ion karbonat (CO32-) dalam

bentuk Na2CO3 (Svehla, 1990).

Ca2+ + CO

32- CaCO3

Karbonat dari kalsium tidak larut dalam air dan hasil kali kelarutannya menurun dengan naiknya ukuran Ca2+ (Cotton and Wilkinson, 1989).

Kelarutan CaCO3 yang sedikit dapat terbentuk jika larutan lewat jenuh dalam

tempat pengolahannya terjadi kesetimbangan kimia dengan lingkungannya pada tekanan dan temperatur yang sebenarnya. Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu

dengan pengurangan gas CO2 dari aliran selama proses produksi berlangsung. Ini

akan mengakibatkan pengendapan sehingga terbentuk kerak. Pengendapan CaCO3 dapat dihasilkan dari reaksi sebagai berikut :

CO2 + 2 OH- CO32- + H2O

Ca(OH)2 Ca2+ + 2 OH-

Ca2+ + CO

32- CaCO3

(19)
[image:19.595.135.496.155.402.2]

Gambar 2. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air

E. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3

Beberapa metode yang digunakan untuk mencegah terbentuknya kerak kalsium karbonat adalah sebagai berikut :

1. Pengendalian pH

Pengendalian pH dengan penginjeksian asam (asam sulfat atau asam klorida) telah lama diterapkan untuk mencegah pertumbuhan kerak oleh garam-garam kalsium, garam logam bivalen dan garam fosfat (Lestari, 2000). Asam sulfat yang biasa digunakan pada metode ini akan bereaksi dengan ion karbonat yang ada di air

PADATAN

TERSUSPENSI AIR

MINERAL DAPAT LARUT

PELARUT

LEWAT JENUH

PERTUMBUHAN KRISTAL

KERAK PENGENDAPAN DAN

PEMADATAN

(20)

menghasilkan H2O dan CO2 sehingga pembentukan kerak CaCO3 dapat dicegah

(Al-Deffeeri, 2006).

CaCO3 + 2H+ Ca2+ + H2O + CO2

Kelarutan bahan pembentuk kerak biasanya meningkat pada pH yang lebih rendah. Namun pada pH 6,5 atau kurang, korosi pada baja, karbon, tembaga, dan paduan tembaga dengan cepat akan berlangsung sehingga pH efektif untuk mencegah pengendapan kerak hanyalah pada pH 7 sampai 7,5.

Oleh karena itu, suatu sistem otomatis penginjeksian asam diperlukan untuk mengendalikan pH secara tepat. Selain itu, asam sulfat dan asam klorida mempunyai tingkat bahaya yang cukup tinggi dalam penanganannya. Saat ini, penghambatan kerak dengan hanya penginjeksian asam semakin jarang digunakan (Lestari dkk, 2004).

2. Pelunakan dan pembebasan mineral air

Untuk mencegah terjadinya kerak pada air yang mengandung kesadahan tinggi (± 250 ppm CaCO3) perlu adanya pelunakan dengan menggunakan kapur dan soda

(21)

3. Penggunaan inhibitor kerak

Inhibitor kerak pada umumnya merupakan bahan kimia yang sengaja ditambahkan untuk mencegah atau menghentikan terbentuknya kerak bila ditambahkan dengan konsentrasi yang kecil ke dalam air (Halimatuddahliana, 2003). Prinsip kerja dari inhibitor kerak adalah pembentukan senyawa kompleks (kelat) antara inhibitor dengan unsur-unsur penyusun kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar dan mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981).

Biasanya, penggunaan bahan kimia tambahan untuk mencegah pembentukan kerak didukung dengan penggunaan bola-bola spons untuk membersihkan secara mekanis permukaan bagian dalam pipa.

Syarat yang harus dimiliki senyawa kimia sebagai inhibitor kerak adalah sebagai berikut:

1. Inhibitor kerak harus menunjukkan kestabilan termal yang cukup dan efektif untuk mencegah terbentuknya air sadah dari pembentukkan kerak.

2. Inhibitor kerak juga harus dapat merusak struktur kristal dan padatan tersuspensi lain yang mungkin akan terbentuk.

3. Selain itu, inhibitor kerak juga harus memiliki tingkat keamanan yang tinggi dalam penggunaannya sehingga tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi lingkungan sekitar (Al-Deffeeri, 2006).

(22)

dan inhibitor kerak organik. Senyawa anorganik fosfat yang umum digunakan sebagai inhibitor adalah kondesat fosfat dan dehidrat fosfat. Pada dasarnya bahan-bahan kimia ini mengandung grup P-O-P dan cenderung untuk melekat pada permukaan kristal. Sedangkan inhibitor kerak organik yang biasa digunakan adalah organofosfonat organofosfat ester dan polimer-polimer organik (Asnawati, 2001). Inhibitor kerak yang pernah digunakan yaitu polimer-polimer yang larut dalam air dan senyawa fosfonat.

Salah satu inhibitor kerak dari polimer-polimer yang larut dalam air yaitu

polifosfat. Polifosfat (Gambar 1) merupakan inhibitor kerak yang murah namun keefektifannya terbatas. Keunggulan polifosfat sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat (CaCO3) antara lain karena kemampuannya untuk menyerap pada

permukaan kristal yang mikroskopik, menghambat pertumbuhan kristal pada batas konsentrasi rendah dan strukturnya yang mampu merusak padatan tersuspensi. Hal ini dapat mencegah pertumbuhan kristal lebih lanjut, atau setidaknya memperlambat proses pertumbuhan kerak. Namun, polifosfat

[image:22.595.164.459.567.664.2]

memiliki kelemahan utama yaitu mudah terhidrolisis pada temperatur di atas 90°C menghasilkan ortofosfat.

Gambar 3. Reaksi hidrolisis polifosfat (Al-Deffeeri, 2006)

(23)

dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kerak dan menyebabkan terbentuknya kerak baru dari presipitasi kalsium fosfat (Gill, 1999), sehingga penggunaan polifosfat sebagai inhibitor kerak hanya efektif pada temperatur rendah (Al-Deffeeri, 2006).

Fosfonat merupakan inhibitor yang sangat baik bila dibandingkan dengan polifosfat. Namun fosfonat masih memiliki kelemahan yaitu struktur fosfonat yang monomerik sehingga tidak efektif jika digunakan sebagai dispersing agents (Al-Deffeeri, 2006).

Penggunaan senyawa-senyawa anorganik (Zhang dan Dawe, 2000), asam amino (Manoli dkk, 2003), polimer-polimer yang larut dalam air seperti poliaspartat (Donachy dan Sikes, 1994; Jones dkk, 2002), polifosfat dan senyawa-senyawa lain seperti fosfonat, karboksilat (Al-Deffeeri, 2006), dan sulfonat telah diketahui sangat efektif sebagai inhibitor endapan kalsium karbonat (CaCO3) (He dkk,

1999; Choi dkk, 2001).

F. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) atau sering disebut belimbing asam merupakan salah satu tanaman yang tumbuh subur diseluruh daerah di Indonesia khususnya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tanaman ini termasuk salah satu jenis tanaman tropis yang mempunyai kelebihan yaitu dapat berbuah

(24)
[image:24.595.246.401.329.503.2]

muda. Bentuk daun menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Bunga berukuran kecil dan berbentuk menyerupai bintang, warnanya ungu kemerahan. (Wijayakusuma dan Dalimarta, 2006). Belimbing wuluh dapat tumbuh baik di tempat-tempat terbuka yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis dan di Indonesia banyak dipelihara di pekarangan atau kadang tumbuh liar di ladang atau tepi hutan. Tumbuhan belimbing wuluh menghasilkan buah berwarna hijau dan kuning muda atau sering juga disebut berwarna putih (Thomas, 2007).

Gambar 4. Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) (Wijayakusuma dan Dalimarta, 2006).

(25)

Daun belimbing wuluh berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri dan pembunuh kuman serta dapat menurunkan kadar gula darah, bunganya juga dapat digunakan sebagai obat batuk dan perasan air buah sangat baik untuk asupan vitamin C, di samping itu perasan buah juga dapat dipakai untuk keramas sebagai penghilang antiketombe, atau digosokkan sebagai penghilang panu (Arland, 2006). Rasa asam dan sejuk pada buah belimbing wuluh dapat menghilangkan sakit, memperbanyak pengeluaran empedu, antiradang, peluruh kencing (Wijayakusuma dan Dalimarta, 2006).

Klasifikasi ilmiah tanaman belimbing wuluh adalah (Dasuki, 1991) Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub-kelas : Rosidae

Ordo : Geraniales

Familia : Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan) Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi L

G. Komponen Kimia Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) Daun belimbing wuluh mengandung tanin, sulfur, asam format dan

(26)

kerjanya tergantung pada kemampuan pelepasan oksigen aktif dan reaksi ini mampu membunuh banyak mikroorganisme (Soekardjo, 1995). Penelitian yang dilakukan oleh Lidyawati, et al (2006) menunjukkan bahwa penapisan fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dari ekstrak metanol daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid.

Pada sel daun terdapat cairan vakuola yang terdapat dalam vakuola

terutama terdiri dari air, namun didalamnya dapat terlarut berbagai zat seperti gula, berbagai garam, protein, alkaloida, zat penyamak atau tanin dan zat warna. Jumlah tanin dapat berubah-ubah sesuai dengan musim serta pigmen dalam vakuola adalah flavonoid (Hidayat, 1995). Kandungan tanin yang tinggi pada daun belimbing wuluh terdapat pada daun muda yaitu sebesar 10,92% (Ummah, 2010).

H. Asam Tanat

Asam tanat (Gambar 5) merupakan unsur dasar dalam zat warna kimia tanaman. Asam tanat banyak terdapat dalam kayu oak, walnut, mahogany, dan gambir. Asam tanat merupakan salah satu golongan tanin terhidrolisis dan termasuk asam lemah. Rumus kimia dari asam tanat adalah C41H32O26. Pusat molekul dari asam

(27)
[image:27.595.197.382.92.222.2]

Gambar 5. Struktur Asam Tanat (Hegerman, 2002)

I. NALCO 72990

NALCO 72990 merupakan produk paten dari perusahaan National Aluminium Company (NALCO). Karena merupakan produk paten, maka komposisi kimia yang terkandung dalam NALCO 72990 tidak diberitahukan kepada konsumen pengguna. Tetapi berdasarkan hasil penelitian dari Chandyto (1991) diperkirakan bahan kimia yang terdapat dalam NALCO diantaranya adalah senyawa fosfat (terutama ortofosfat), zink, dan senyawa organik lainnya. Bahan kimia ini bersifat larut dalam air, tetapi membentuk lapisan-lapisan yang tidak larut pada

permukaan logam.

Kandungan bahan kimia lain yang terdapat dalam NALCO selain zink dan

ortofosfat adalah senyawa organik terutama lignin dan tanin. Senyawa organik ini dapat berperan dalam air pendingin baik sebagai inhibitor organik ataupun hanya sebagai zat-zat penstabil dari ortofosfat sehingga ortofosfat dapat bekerja lebih baik dalam menghambat terbentuknya kerak, melalui efek sinergistik (jika

(28)

J. Analisis Menggunakan Metode Unseeded Experiment, Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Instrument Particle Size Analyzer (PSA)

Pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis terhadap kristal CaCO3 yang

terbentuk. Analisis tersebut meliputi analisis unseeded experiment, analisis morfologi permukaan kristal CaCO3 menggunakan SEM, dan analisis distribusi

ukuran partikel menggunakan PSA. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif ekstrak daun belimbing wuluh dan senyawa NALCO 72990 dalam

menghambat pembentukkan kerak CaCO3.

1. Unseeded experiment

Unseeded Experiment merupakan salah satu metode pembentukkan kristal dengan

cara tanpa menambahkan bibit kristal ke dalam larutan pertumbuhan. Hal ini dilakukan untuk melihat laju pertumbuhan kerak kalsium karbonat setelah

ditambahkan senyawa ekstrak daun belimbing wuluh dan NALCO 72990 dengan

unseeded experiment.

2. Instrumentasi SEM

SEM adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang dapat mengamati dan menganalisis karakteristik struktur mikro dari bahan padat yang konduktif maupun yang nonkonduktif. Sistem pencahayaan pada SEM menggunakan radiasi elektron yang mempunyai λ = 200 – 0,1 Å, daya pisah (resolusi) yang

(29)

menghasilkan gambar atau citra yang lebih baik dibandingkan dengan hasil mikroskop optik.

Aplikasi mikroskop elektron ini tidak hanya terbatas pada analisis logam dan paduan di bidang metalurgi, melainkan dapat diaplikasikan di berbagai bidang lain, seperti farmasi, pertanian, biologi, kedokteran, dan industri bahan

elektronika, komponen mesin serta pesawat terbang.

Pada prinsipnya mikroskop elektron dapat mengamati morfologi, struktur mikro, komposisi, dan distribusi unsur. Untuk menentukan komposisi unsur secara kualitatif dan kuantitatif perlu dirangkaikan satu perangkat alat EDS (Energy Dispersive X-ray Spectrometer) atau WDS (Wavelength Dispersive X-ray

[image:29.595.116.512.421.622.2]

Spectrometer) (Handayani dkk., 1996).

(30)

3. Instrumentasi PSA (Sedigraf)

Metode sedigraf digunakan untuk menentukan distribusi ukuran partikel yang secara luas sudah dipakai dalam berbagai aplikasi sejak tahun 1967.

Instrumentasi ini sudah melalui pembuktian dalam kecepatan, kemampuan penanganan sampel, dan reduksi data dan presentasi sejak diperkenalkan. Dasar metode analisis, pengukuran partikel dengan mengukur kecepatan dan penentuan fraksinasi massa dengan kerelatifan absorbsi sinar-X pada energi yang rendah. Sedigraf menggunakan sinar-X sebagai tanda horizontal tipis untuk mengukur konsentrasi partikel massa secara langsung dalam medium cairan. Ini dilakukan pada pengukuran pertama intensitas massa, Imax dari garis dasar atau keterangan

atau informasi yang ditransmisikan sinar-X yang sudah diproyeksikan melalui medium cairan sebelum pengenalan sampel (Gambar 7). Sebagai sirkulasi cairan yang berkelanjutan, sampel berupa padatan dimasukkan ke wadah cairan dan dicampur sampai penyebaran aliran suspensi sampel berupa padatan homogen dan penyebaran cairan dipompa melalui sel.

Sampel berupa padatan lebih banyak mengabsorbsi sinar-X daripada cairan, oleh karena itu transmisi sinar-X dikurangi. Sejak pencampuran suspensi yang

homogen, intensitas diasumsikan sebagai nilai konstan, Imin, untuk transmisi

sinar-X dalam skala pengurangan yang penuh.

(31)
[image:31.595.126.483.199.439.2]

dan yang tertinggal hanya cairan yang bersih. Semakin banyak partikel besar yang menempati di bawah zona pengukuran dan tidak digantikan dengan ukuran partikel yang sama yang menempati dari atas, maka pelemahan sinar-X berkurang (Webb, 2002).

Gambar 7. Diagram proses fraksinasi massa dalam sedigraf (Webb, 2002)

Ruang sampel Daerah pengukuran

Transmisi sinar X

Medium cair

Partikel di atas daerah pengukuran

Distribusi partikel homogen

Partikel di dalam daerah pengukuran

Partikel di bawah daerah pengukuran Semua partikel berukuran lebih besar jatuh terlebih dahulu ke daerah pengukuran Kumpulan partikel

(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April – Oktober 2012 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Analisis morfologi menggunakan instrument Scanning Electron Mycroscopy (SEM) (Jeol JSM-6360Ia) dilakukan di Laboratorium Geologi Kuarter-PPPGL Bandung. Analisis menggunakan instrument Particle Size Analyzer (PSA) (Coulter LS 1000) dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kimia (LIPI) Serpong sedangkan analisis spektrofotometer IR (Prestige-21 Shimadzu) dilakukan di Laboratorium Analitik FMIPA Universitas Gadjah Mada.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu alat-alat gelas yang sering digunakan di laboratorium, waterbath, botol-botol plastik, kertas saring, pengaduk magnet, oven, neraca analitik merek Airshwoth AA-160, SEM (Jeol JSM-6360Ia), PSA (Coulter LS 1000), dan spektofotometer IR (Prestige-21 Shimadzu).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CaCl2 anhidrat, Na2CO3

(33)

C. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Ekstrak Belimbing Wuluh

Daun belimbing wuluh diambil dari pohon, kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan kadar airnya. Setelah itu digerus atau dihaluskan dengan menggunakan mortal lalu disaring hingga didapatkan serbuk daun belimbing wuluh. Serbuk daun belimbing wuluh ditimbang sebanyak 100 gram, kemudian dilarutkan dalam 1 liter akuades sambil dipanaskan pada suhu 900 C. Larutan tersebut diaduk menggunakan pengaduk magnet selama 2-3 jam. Kemudian untuk mempercepat aliran agar lebih konsentrat divakum dengan menggunakan vakum Buchner . Dari hasil tersebut didapatkan berat ampas ± 25% dari berat awal.

Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor Pada Variasi Konsentrasi Larutan Pertumbuhan

a. Tanpa penambahan inhibitor kerak

Larutan pertumbuhan dibuat dengan cara membuat larutan 0,05 M CaCl2 dan

larutan 0,05 M Na2CO3 masing-masing dalam 200 mL akuades. Selanjutnya

(34)

dengan cara menyaring larutan dalam botol tersebut menggunakan kertas saring, dicuci dengan akuades,dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 800C.

Percobaan ini diulang dengan konsentrasi larutan yang berbeda yaitu 0,075 dan 0,1 M. Endapan yang terbentuk pada konsentrsi efektif ditimbang dan kemudian morfologinya dianalisis dengan instrument SEM dan distribusi ukuran partikel dalam kelimpahan endapannya akan dilakukan dengan menggunakan PSA.

b. Dengan Penambahan Inhibitor kerak

Larutan pertumbuhan dibuat dengan cara membuat larutan 0,05 M CaCl2 dan

larutan 0,05 M Na2CO3 serta menambahkan inhibitor dengan konsentrasi

3,75 (diulang dengan konsentrasi inhibitor 11,25 dan 18,75% v/v hingga mencapai volume 100 mL). Selanjutnya masing masing larutan di aduk dengan menggunakan pengaduk magnet selama 15 menit dengan suhu 80°C. Kemudian larutan dicampurkan dan di aduk kembali dengan pengaduk magnet. Setelah itu dituangkan ke dalam botol plastik sebanyak 8 buah botol plastik masing-masing sebanyak 12,5 mL. Botol-botol ini kemudian

(35)

Percobaan ini diulang dengan konsentrasi larutan yang berbeda yaitu 0,075 dan 0,1 M. Endapan yang terbentuk pada konsentrasi efektif ditimbang dan kemudian morfologinya dianalisis dengan instrument SEM dan distribusi ukuran partikel dalam kelimpahan endapannya akan dilakukan dengan menggunakan PSA.

2. Analisa Data

Data yang diperoleh berupa jumlah endapan terhadap waktu dengan variasi konsentrasi larutan pertumbuhan dan variasi konsentrasi inhibitor, masing-masing akan diplot sebagai jumlah endapan terhadap waktu menggunakan Microsoft Excell. Morfologi kerak CaCO3 sebelum atau sesudah penambahan

(36)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini konsentrasi optimum ekstrak daun belimbing wuluh dalam menghambat laju pertumbuhan kerak CaCO3 0,05 M adalah 18,75% v/v

dengan keefektifan sebesar 40,82 %.

2. Analisis menggunakan SEM menunjukkan bahwa morfologi permukaan kerak CaCO3 terlihat bentuk kritalnya sebelum penambahan inhibitor

sedangkan setelah penambahan inhibitor lebih terlihat bentuk amorf. Hal ini dibuktikan dengan analisis menggunakan PSA menunjukkan distribusi partikelnya menurun setelah penambahan inhibitor.

3. Apabila dibandingkan dengan NALCO 72990, ekstrak daun belimbing wuluh memiliki efektivitas lebih rendah. Namun bila ditinjau dari segi inhibitor yang ramah lingkungan, ekstrak daun belimbing wuluh dapat digunakan sebagai inhibitor kerak.

4. Senyawa ekstrak daun belimbing wuluh mampu berperan sebagai inhibitor kerak CaCO3. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya pertumbuhan kerak

(37)

B. Saran

Untuk meningkatkan mutu penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran yaitu :

1. Perlu dilakukannya penelitian kerak kalsium karbonat dengan

menggunakan variasi pH dan temperatur agar dapat dilihat efektivitas dari inhibitor senyawa ekstrak daun belimbing wuluh.

2. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap kerak CaCO3 dengan

menggunakan inhibitor bahan alami atau green inhibitor lainnya untuk menghambat pertumbuhan kerak CaCO3 selain menggunakan ekstrak daun

(38)

Orang yang cemerlang melihat setiap halangan sebagai peluang untuk mengasah potensi, manakala orang yang tidak cemerlang menganggap setiap halangan sebagai alasan yang menyebabkan kemundurannya.

Kegagalan hari ini berarti pendorong, namun kejayaan semalam bukan berarti kemegahan, oleh itu gantungkanlah cita-citamu setinggi-tinggi bintang di langit, dan rendahkanlah dirimu serendah-rendah rumput di bumi.

Kalau tidak kerana semalam kita telah berusaha,

bersungguh, bersabar dan berdoa, belum tentu hari ini kita akan berada di sini.

Sampan tidak akan dapat belayar di padang pasir betapa pun jua empuknya pasir itu. ~ Pepatah Arab

Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah ( Lao Tze)

(39)

Judul : Efek Penambahan Senyawa Ekstrak Daun Belimbing Wuluh sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3) Dengan Metode Unseeded Experiment

Nama : Miftasani

NPM : 0817011041

Jurusan : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof. Suharso, Ph.D Dr. Buhani, M.Si

NIP. 196905301995121001 NIP. 196904161994032003

2. Ketua Jurusan Kimia

(40)

Bismillahirrohmanirrohim

Ku persembahkan karya kecil nan sederhana ini teruntuk orang –orang

yang ku sayangi

Ayah dan ibu tercinta,

Sebagai motivator terbesar hidupku

Kakakku Achmad Rochfi’I Chaniago dan adikku

Nurul Hamidah chaniago tersayang

Seseorang yang kusayangi yang beberapa tahun ini mendampingiku

Sahabat-sahabatku

Dan

(41)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala bentuk rahmat, hidayah dan ridho-Nya yang tak bertepi. Shalawat serta salam selalu teruntuk Nabi Muhammad SAW. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh, Alhamdulillah penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efek Penambahan Senyawa Ekstrak Daun Belimbing Wuluh Sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3) Dengan Metode Unseeded Experiment.

Dengan segenap jiwa yang dilandasi dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Suharso, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia membimbing penulis, memberikan saran, kritik, dan nasehat hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian;

2. Ibu Dr. Buhani, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

membimbing penulis, memberikan saran, kritik, dan nasehat pada skripsi yang penulis kerjakan;

3. Bapak Prof. John Hendri, M.S selaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan, baik saran maupun kritik kepada penulis;

(42)

penulis;

6. Seluruh dosen Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung atas ilmu, bimbingan, dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis;

7. Bapak Prof. Suharso, Ph.D selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung;

8. Ayahku tersayang ”Mulajam”, dan ibuku tersayang ”Halimah Tusa’Diah” atas segala limpahan kasih sayang, doa restu, motivasi, semangat, nasihat, dan dukungan baik moril maupun materil yang tak pernah henti dicurahkan kepada penulis;

9. Abang dan adikku ”Achmad Rochfi’i Chaniago” dan ”Nurul Hamidah Chaniago” untuk semua keceriaan, persaudaraan, motivasi, semangat,

dukungan;

10.Keluarga besar Bapak Sakidi, Ibu, Aa, adik Dian, adik Astri, dan dedek Rama atas segala limpahan kasih sayang, doa restu, nasihat, dan saran

11.Sahabat-sahabatku Shinee sister ”Eli, Ani, Noe, Teteh Ria, Nita, Nyopa, Putew, tersayang yang selalu memberi motivasi, kasih sayang serta dukungan; 12.Partner penelianku Puput untuk bantuan, kesabaran, keceriaan, diskusi, saran

dan kritik yang telah dicurahkan.

(43)

S.Si., Ani Sulistriani, S.Si.,Elianasari, S.Si., Albert Ferdinand, S.Si., Musrifatun, S.Si., Dewa Putu Suryani, Putri Febriani Puspita, Rudi Jailani, Robi Yansyah;

Organik: Retno Dwi Palupi, Nurjannah, Vivi Dwi Elianasari, Mychel

Dendiko Pratangga, TB Didi Supriadi, Muhammad Amin, Ricardo Simarmata, Arif Azhari;

Analitik : Harnita Yuniar, Ayu Aditya Sari, Novia Wiliana, Nyayu Putri Handayani, Majid Rimbani, Ahmad Ruzki, Eko Wijianto;

Biokimia : Sundari Riawati, S.Si., Ni Putu Yuliastri, S.Si., Shoffa Nur Fauziah, S.Si., Siti Oktavia, S.Si., Chandra Saka Nusantari, Adek Purnawati, S.Si., Puji Mugianto, S.Si., Muhammad Ramdhan Nugraha, S.Si., Idrus Sapto, Aan Kuriawan;

Fisik : Riki Fauzi, Raffel Stevano, Rizki Amalia, Dewi Kartika Sari, Muhammad Subari, Wanti Simanjuntak, Evi Rawati Sijabat, Leni Warlina, Eny Heryani, S.Si.,Untuk setiap dukungan, dan kebersamaan yang telah kita lalui selama 4,5 tahun ini. “ We Are Famaly”

16.Kawan-kawan seperjuangan 2008 lainnya : Arif Rahman Hakim, Eldes, Dwi, untuk perkenalan dan kebersamaan yang pernah kita lalui.

(44)

kekeluargaan, persaudaraan, kebersamaan yang telah terjalin;

19.Keluarga Besar di desa Kaliguha: Bapak Amin dan ibu, Udoh, Sakina, Bapak Rusno dan ibu, Bapak Halimi dan ibu, Aa Yazid, Aris, anak MTs Kaliguha untuk kekeluargaan, kebersamaan, kebaikan, persaudaraan dan keceriaan; 20.Keluarga Besar PLTU Tarahan atas kecerian, persaudraan yang telah terjalin 21.Kakak-kakakku di Kimia, Mba dewi S.Si., Mba vera, S.Si., Mba Rusda Ulfa S.Si., Mba Sumartini S.Si., Mba Okta S.Si., Kak Purwanto S.Si., kebersamaan dan semangatnya.

22.Adik-adikku di Anorganik, Rina, Fadli, Umam, Siska, Sherly, Dwi, Meichi, untuk setiap kebersamaan dan semangatnya..

23.Seluruh teman-teman kimia 2007-2012; 24.Almamater tercinta

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat dijadikan acuan dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan yang penulis lakukan. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

Bandar Lampung, 26 Februari 2013 Penulis

Gambar

Gambar 1. Diagram temperatur – konsentrasi
Gambar 2. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air
Gambar 3. Reaksi hidrolisis polifosfat
Gambar 4. Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, hikmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Model dikembangkan untuk mengetahui pengaruh faktor kapasitas mesin dan perencanaan pada level operasi, mengetahui pengaruh biaya intracell dan intercell material

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan

Namun, yang terjadi pada Hotel Grand Aquila Bandung adalah hak kebebasan untuk berserikat masih dilarang yang berujung kepada pemutusan hubungan kerja kepada

Penggunaan media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, penggunaan media pembelajaran adalah untuk melengkapi

Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran menggunakan bahan ajar IPA berbasis inkuiri terbimbing (BAIPABIT) terhadap kemampuan berargumen peserta didik dianalisis

Penggunaan hormon pertumbuhan rekombinan dinilai sebagai metode yang paling tepat dan memiliki peluang terbesar untuk diterapkan pada usaha budidaya lele.. Penggunaan

Perbaikan infrastruktur pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, terciptanya penurunan ongkos pengirian barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan