• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN PENYIARAN IKLAN ANTARA PT RADIO PRATAMA MAHARDIKA DENGAN PT INDOSAT TBK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERJANJIAN PENYIARAN IKLAN ANTARA PT RADIO PRATAMA MAHARDIKA DENGAN PT INDOSAT TBK"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERJANJIAN PENYIARAN IKLAN ANTARA PT RADIO PRATAMA MAHARDIKA DENGAN PT INDOSAT TBK

Oleh:

HENDRI FERDIAN

PT Indosat Tbk melakukan kegiatan periklanan dengan mengadakan perjanjian penyiaran iklan dengan PT Radio Pratama Mahardika untuk mengembangkan promosinya. Setelah menyepakati syarat dan prosedur yang menimbulkan hak dan kewajiban, terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh PT Radio Pratama Mahardika dengan tidak menyiarkan iklan selama 2 hari yang harus dipertanggungjawabkan hingga akhirnya perjanjian tersebut berakhir sesuai dengan perjanjian yang berlaku. Penelitian ini akan membahas syarat dan prosedur perjanjian penyiaran iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk, lalu hak dan kewajiban perjanjian penyiaran iklan, serta penyelesaian wanprestasi yang terjadi hingga berakhirnya perjanjian kedua belah pihak.

Penelitian ini adalah penelitian normatif dengan tipe penelitian deskriptif dan pendekatan masalah normatif terapan (applied law approach). Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan studi dokumen. Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah dengan cara seleksi data, klasifikasi data, dan sistemasi data serta analisis data secara kualitatif.

(2)

Hendri Ferdian

disepakati untuk diselesaikan dengan cara pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi seperti yang diatur dalam Pasal 1267 KUH Perdata, dan tetap berpedoman pada perjanjian atau kontrak yang telah dibuat yaitu Surat Pesanan Iklan (Purchase

Order) hingga perjanjian berakhir setelah kedua belah pihak memenuhi

kewajibannya.

(3)

PERJANJIAN PENYIARAN IKLAN ANTARA PT RADIO PRATAMA MAHARDIKA DENGAN PT INDOSAT TBK

(Skripsi)

Oleh

HENDRI FERDIAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Persembahan

Dengan mengucap Puji Syukur kepada Allah SWT

dan dengan segala kutulusan serta kerendahan hati,

kupersembahkan karya sederhana ini sebagai

Ungkapan bakti dan setiaku kepada:

Mama Nurlena dan Papa Herman terkasih dengan seluas kesabarannya yang selalu

menerangi hidupku dan senantiasa mendoakan keberhasilanku dimasa depan.

Kakakku Hendra Septian yang selalu memberikanku semangat dan Doa-nya.

Seluruh Keluarga besarku terkasih yang telah menantikan dan mendoakan keberhasilanku.

Seluruh guru-guruku dan dosen-dosenku tercinta yang telah mengarahkan dan

membimbingku.

Sahabat-sahabatku yang tetap kompak dalam kebersamaan mencapai masa depan yang sukses

Seluruh teman- teman angkatan 2008 yang selalu bersama dalam suka duka

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Hendri Ferdian, yang dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 17 Febuari 1990 adalah putra kedua dari dua bersaudara pasangan Ayahanda Herman dan Ibunda Nurlena.

Pendidikan yang ditempuh penulis diawali di TK Yayasan Harapan Kita pada tahun 1993 dan lulus pada tahun 1994. SD Negeri 02 Talang, Bandar Lampung lulus tahun 2001. SLTP Negeri 6 Bandar Lampung lulus pada tahun 2004. SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum di Universitas Lampung.

(6)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT karena segala berkat, rahmat, dan karunia yang begitu melimpah tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perjanjian Penyiaran Iklan Antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk.”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Dalam penulisan ini, peneliti banyak menghadapi kesulitan hingga menuju tahap penyelesaian. Berkat bimbingan, saran serta bantuan baik moral maupun spiritual serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak, segala kesulitan dapat terlewati dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Heryandi, S.H., M.S. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H. Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Marindowati, S.H., M.H. Pembimbing satu yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan saran serta kritik yang membangun di dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Rosida, S.H. Pembimbing dua yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan saran serta kritik yang membangun di dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, khususnya Bagian Perdata.

8. Bapak dan Ibu staf dan Karyawan Universitas Lampung

9. Bapak Iwan Marliansyah selaku General Manager PT Radio Pratama Mahardika yang mengizinkan penulis melakukan penelitian di PT Radio Pratama Mahardika

10.Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Papa Herman dan Mama Nurlena yang selalu bekerja keras untuk keberhasilanku dan senantiasa memberikan doa dan semangat, serta selalu menanti keberhasilanku menjadi seorang sarjana.

11.Kakakku Hendra Septian, terima kasih atas doa, dukungan, bantuan, perhatian, dan cinta kasih yang diberikan kepada penulis.

12.Teman-teman Fakultas Hukum angkatan 2008 reguler dan mandiri, kakak tingkat serta adik tingkat PKn 2006-2012 terima kasih atas motivasi dan segala bantuan serta canda tawanya sehingga membuat hari-hari menjadi indah.

13.Rekan-rekan PT Radio Pratama Mahardika: Kiki Wulan, Heni Karmila, Rafalieno Andryan, Vandy Atmadja, Nadia Kareem, Nabila Sandra, Erick Yuriza, Lucky Andreas, Melicha Trinita, Adelia Wangsa, Shintia Alatas, Laura Natalia, Kania Renata, Mario Guntara, Sherina Latief, dan Aji Aditya.

14.Sahabat-sahabatku: Fajri Afrian Fauzi, S.H., Alfini Yuandini Putri, S.H., Eru Alsepa, S.I.K., Aan Kurniawan, S.T. dan seluruh teman-teman Fakultas Hukum yang selalu memberikan semangat, kekompakkan, keceriaan dalam suka maupun duka serta doa dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis,

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak cara yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan kepada konsumen, salah satunya adalah iklan yang merupakan bagian penting dari pemasaran suatu produk agar diketahui oleh masyarakat. Iklan sebagai sarana pemasaran oleh suatu perusahaan bisa dilakukan dengan cara paling sederhana yang bisa dilakukan oleh suatu perusahaan seperti membuat brosur, selebaran, dan poster, sedangkan bentuk pemasangan iklan yang membutuhkan persiapan panjang dana yang relatif besar seperti iklan baliho, internet, dan televisi.

(10)

2

Pemasangan iklan di sebuah radio diawali dengan negosiasi harga untuk penyiaran iklan yang didasarkan pertimbangan dari lama durasi atau panjang iklan, periode atau jangka waktu iklan disiarkan, frekuensi penyiaran iklan tersebut setiap hari, dan juga masalah materi iklan, jika negosiasi antara pihak pemasang iklan dengan pihak radio sudah tercapai kata sepakat maka keduanya akan terikat dalam bentuk perjanjian yang merupakan perbuatan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum, yaitu adanya hak dan kewajiban yang mengikat untuk ditaati para pihak.

Sebuah perjanjian siaran iklan antara pihak pemasang iklan dan pihak radio juga berlaku syarat perjanjian seperti tertuang dalam Pasal 1320 dan 1338 ayat (1) KUH Perdata yang dimana pihak pemasang iklan mengikatkan dirinya dengan pihak radio yang akan menyiarkan iklan dan pihak pemasang iklan berkewajiban untuk membayar penyiaran iklan oleh radio sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.

(11)

bagian lain dimungkinkan pula bukan karena kesalahan pihak-pihak yaitu karena keadaan memaksa (overmacht).

PT Radio Pratama Mahardika, merupakan perseroan terbatas yang didirikan pada 8 Agustus 2008 dengan nama radio siaran Star Radio. PT Radio Pratama Mahardika berkedudukan di Bandar Lampung dan beralamat di Jalan Zainal Abidin Pagaralam No. 26 Labuhan Ratu. Dengan berada di frekuensi 106,7 FM, Star Radio memiliki jangkauan area siar meliputi Bandar Lampung, Metro, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Tengah, Way Kanan, Pesawaran, Kalianda, Tanggamus, dan Tulang Bawang, dengan target usia pendengar 16 hingga 40 tahun, radio ini mampu menjadi pemimpin radio dengan target pendengar kalangan muda dan kalangan dewasa.

PT Indosat Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi dan operator informasi di Indonesia berupa layanan telepon seluler dengan beragam produk yang telah diluncurkan. Area Sumatera Selatan khususnya di Bandar Lampung, PT Indosat Tbk berlokasi di Jalan Wolter Mongonsidi nomor 47 Teluk Betung Bandar Lampung, denan melihat karakter dari PT Radio Pratama Mahardika, maka PT Indosat Tbk tertarik untuk memasang iklan di PT Radio Pratama Mahardika.

(12)

4

dengan PT Indosat Tbk, permasalahan-permasalahan yang timbul beserta penyelesaian terhadap permasalahan yang timbul tersebut. Dengan demikian peneliti akan mengangkat judul “Perjanjian Penyiaran Iklan Antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk.”

B. Permasalahan dan Pokok Bahasan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi permasalahan adalah : “Bagaimanakah perjanjian penyiaran iklan antara PT Radio Pratama

Mahardika dengan PT Indosat Tbk?”

Pokok bahasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Syarat dan prosedur perjanjian penyiaran iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk;

b. Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam perjanjian penyiaran iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk;

c. Wanprestasi dan keadaan memaksa (overmacht) serta cara penyelesaiannya dalam perjanjian penyiaran iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk;

(13)

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

a. Memahami syarat dan prosedur penyiaran iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk;

b. Memahami hak dan kewajiban pihak-pihak dalam perjanjian penyiaran iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT. Indosat Tbk;

c. Memahami wanprestasi dan keadaan memaksa (overmacht) serta cara penyelesaiannya dalam perjanjian penyiaran iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk;

d. Memahami berakhirnya perjanjian penyiaran iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk.

Kegunaan Penelitian ini diharapkan agar dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis, yakni:

a. Kegunaan Teoritis

Agar penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu hukum perdata ekonomi, khususnya mengenai perjanjian.

b. Kegunaan Praktis

(14)

II . TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Pada kenyataannya masih banyak orang yang dikacaukan oleh adanya istilah perikatan dan perjanjian. Masing-masing sebagai terjemahan dari Bahasa Belanda, yaitu Verbintenis untuk perikatan, dan Overeenkomst untuk perjanjian.

R. Subekti memberikan pengertian tentang perikatan yaitu suatu perhubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak kepada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu.1 Hal ini sebagaimana yang juga dimaksud oleh buku III KUH Perdata.

A. Pitlo sebagaimana yang telah dikutip oleh RM. Suryodiningrat memberikan pengertian tentang perikatan adalah ikatan dalam bidang hukum harta benda

1

(15)

(Vermogens Recht) antara dua orang atau lebih, dimana satu pihak berhak atas sesuatu dan pihak yang lainnya berkewajiban melaksanakannya.2

Digunakannya istilah perjanjian (Overeenkomst) karena istilah ini sudah sangat terkenal dan sering digunakan oleh masyarakat, disampingnya terdapat istilah lain yang ternyata juga tidak salah, misalnya persetujuan, karena memang kedua belah pihak telah setuju tentang suatu hal.

Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai definisi dari perjanjian, seperti R. Subekti yang berpendapat bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal tersebut, dari peristiwa itu timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan, perjanjian itu menerbitkan perikatan antara dua orang yang membuatnya, dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.3 Pendapat mengenai definisi perjanjian juga disampaikan oleh Sri Soedewi Masychoen Sofyan yang berpendapat bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih.4 Lain halnya dengan Wiryono Prodjodikoro yang berpendapat bahwa perjanjian diartikan sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan

2

Suryodiningrat. 1982. Azas-Azas Hukum Perikatan. Bandung: Tarsito. Hlm. 18 3

Subekti. 1979. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermassa 4

(16)

8

suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut janji itu.5 Abdul Kadir Muhammad berpendapat bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam lapangan harta kekayaan.6

Dari beberapa pengertian tentang perjanjian tersebut, maka dapat disimpulkan adanya unsur-unsur dari pengertian tentang perjanjian, yaitu :

1. Adanya suatu perbuatan hukum, sehingga menimbulkan adanya hak dan kewajiban.

2. Adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri. 3. Adanya unsur kekayaan harta benda.

2. Unsur Perjanjian

Pengertian perjanjian tersebut, apabila diperhatikan mengandung unsur-unsur dari sebuah perjanjian, yaitu sebagai berikut7 :

a. Adanya pihak, sedikitnya dua orang

Para pihak dalam perjanjian ini disebut sebagai subjek peranjian. Subjek perjanjian dapat berupa orang atau badan hukum. Subjek perjanjian ini harus berwenang untuk melaksanakan perbbuatan hukum seperti yang ditetapkan oleh undang-undang.

5

Wiryono Prodjodikoro. 1981. Asas-Asas Hukum Perjanjian. Bandung: Bale Bandung. Hlm. 9 6

Abdul Kadir Muhammad. 1992. Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bhakti. Hlm. 7 7

(17)

b. Adanya perjanjian para pihak

Perjanjian antara pihak bersifat tetap, bukan suatu perundingan. Dalam perundingan umumnya dibicarakan mengenai syarat-syarat subjek dan objek perjanjian. Perjanjian tersebut biasanya ditunjukkan dengn penerimaan syarat atas suatu tawaran.

Apa yang ditawarkan oleh pihak yang satu diterima oleh pihak yang lainnya. Apa yang ditawarkan dan perundingan itu pada umumnya mengenai syarat-syarat dan mengenai objek dari perjanjian.

c. Adanya tujuan yang hendak dicapai

Tujuan yang hendak dicapai dari suatu perjanjian terutama untuk memenuhi kebutuhan para pihak. Kebutuhan pihak hanya dapat dipenuhi jika mengadakan perjanjian dengan pihak lain. Tujuan yang hendak dicapai juga tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

d. Adanya prestasi yang akan dilaksanakan

(18)

10

e. Adanya bentuk tertentu tulisan atau lisan

Pentingnya bentuk tertentu ini karena undang-undang yang menyebutkan bahwa hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan bukti yang kuat.

Perjanjian dapat dibuat juga secara lisan, tetapi jika para pihak mengkehendaki dibuat secara tertulis, maka perjanjian juga dapat dibuat dengan tertulis, misalnya dengan surat yang telah disetujui para pihak atau akta notaris.

f. Adanya syarat-syarat tertentu sebagai sahnya perjanjian

Syarat-syarat tersebut sebenarnya merupakan isi dari perjanjian, karena dari syarat-syarat tersebut dapat diketahui hak dan kewajiban masing-masing pihak.

3. Syarat Sahnya Perjanjian

Syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata :

“Sahnya perjanjian diperlukan empat syarat :

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu;

(19)

a. Kesepakatan Mereka yang Mengikatkan Diri

Sebelum ada perjanjian biasanya para pihak mengadakan perundingan atau negosiasi, dimana pada tahap ini para pihak saling mengutarakan kehendaknya. Adanya kesesuaian dalam negosiasi inilah yang kemudian menjadi kesepakatan para pihak.

Kesepakatan yang terjadi diantara para pihak yang mengadakan perjanjian harus terjadi dengan sukarela dan tanpa paksaan atau penipuan, di antara para pihak harus ada kehendak untuk mengikatkan diri, dalam pembuatan suatu perjanjian kemungkinan terjadi kata sepakat yang diberikan karena ada paksaan atau berada dibawah ancaman sehingga seseorang terpaksa menyetujui (Pasal 1324 KUH Perdata).

Perjanjian juga bisa terjadi karena adanya penipuan, yaitu dengan sengaja melakukan tipu muslihat, dengan memberikan keterangan palsu dan tidak benar untuk membujuk orang lain agar menyetujui (Pasal 1328 KUH Perdata).

(20)

12

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Arti kata kecakapan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa para pihak telah dinyatakan dewasa oleh hukum, yakni sesuai dengan ketentuan KUH Perdata, mereka yang telah berusia 21 tahun, sudah atau pernah menikah. Cakap juga berarti orang yang sudah dewasa, sehat akal pikiran, dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Orang-orang yang dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum yaitu : orang-orang yang belum dewasa, menurut Pasal 1330 KUH Perdata jo. Pasal 47 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan; orang-orang yang di bawah pengampuan, menurut Pasal 1330 jo. Pasal 433 KUH Perdata; serta orang-orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan hukum tertentu seperti orang yang telah dinyatakan pailit oleh pengadilan.

c. Suatu Hal Tertentu

Syarat ketiga dari Pasal 1320 KUH Perdata adalah adanya suatu hal tertentu. Untuk

mengetahui apa yang dimaksud dengan „hal tertentu‟, perlu melihat kepada Pasal

(21)

Pasal 1333 KUH Perdata :

“Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit

ditentukan jenisnya, tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu asal

saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung.”

Pasal 1333 KUH Perdata mengatakan bahwa perjanjian harus mempunyai pokok suatu benda (zaak) yang paling sedikit ditentukan jenisnya, yang dimaksud disini adalah, bahwa objek perjanjian tidak harus secara individual tertentu, tetapi cukup kalau jenisnya tertentu.

Hal tersebut berarti bahwa perjanjian sudah memenuhi syarat, kalau jenis objek perjanjiannya saja sudah ditentukan, maka ketentuan tersebut harus ditafsirkan objek perjanjian harus tertentu, sekalipun masing-masing objek tidak harus secara individual tertentu8.

d. Suatu Sebab yang Halal

Sebab atau causa adalah suatu yang menyebabkan atau mendorong orang untuk membuat perjanjian, tetapi yang dimaksud sebab yang halal dalam Pasal 1320 KUH Perdata bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang mendorong orang

8

(22)

14

membuat perjanjian, melainkan sebab dalam arti isi perjanjian itu sendiri, yang menggambarkan tujuan yang akan dicapaikan oleh para pihak.9

Undang-undang tidak melihat apa yang menjadi sebab orang mengadakan perjanjian, yang diperhatikan adalah isi dari perjanjian tersebut, yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai, apakah dilarang oleh undang-undang atau tidak, apakah bertentangan dengan ketentuan umum dan kesusilaan atau tidak.

Pasal 1337 KUH Perdata :

“Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila

berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum”.

Pasal di atas berarti menurut undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, maka perjanjian yang berisi causa atau sebab yang halal diperbolehkan, sebaliknya jika perjanjian yang berisi causa atau sebab yang halal maka tidak diperbolehkan.

Keempat syarat tersebut di atas, jika digolongkan maka akan terbagi menjadi dua, yaitu :

9

(23)

1. Syarat Subjektif

Adalah syarat yang menyangkut subjek dari perjanjian, yaitu pihak yang mengadakan perjanjian, yang termasuk dalam syarat ini adalah kesepakatan untuk mengikatkan diri dan cakap untuk membuat perjanjian, jika syarat subjektif tidak terpenuhi maka perjanjian dapat dimintakan pembatalannya.

2. Syarat Objektif

Adalah merupakan syarat yang mencakup objek dari perjanjian, yaitu adanya hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Bilamana syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum.

4. Asas-Asas Dalam Perjanjian

Asas-asas yang berlaku dalam hukum perjanjian yaitu :

1. Asas Kebebasan Berkontrak

(24)

16

Asas tersebut bukan berarti tidak ada batasannya sama sekali, tetapi kebebasan seseorang dalam membuat perjanjian yang dibuatnya tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang.

2. Asas Konsensual

Asas konsensual perjanjian terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak dengan kata lain, perjanjian itu sudah ada dalam pengertian telah mempunyai akibat hukum atau sudah mengikat sejak tercapainya kata sepakat. Asas ini terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

3. Asas Obligatoir

Maksud asas ini adalah bahwa suatu kontrak sudah mengikat para pihak seketika setelah tercapainya kata sepakat, akan tetapi daya ikat ini hanya sebatas timbulnya hak dan kewajiban para pihak. Pada tahap tersebut hak milik atas suatu benda yang diperjanjikan belum berpindah. Sifat obligatoir ini berbeda dengan asas hukum kontrak yang diatur dalam Code Civil Perancis. Menurut Code Civil Perancis, hak kepemilikan turut berpindah ketika kontrak telah disepakati.

4. Asas Bersifat Pelengkap

(25)

menyimpang dari ketentuan pasal-pasal KUH Perdata tersebut, tetapi apabila mereka tidak menentukan lain dalam perjanjian yang mereka buat, maka berlakulah ketentuan KUH Perdata tersebut.

5. Jenis Perjanjian

Secara garis besar KUH Perdata mengklasifikasikan jenis-jenis perjanjian adalah10 :

1. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang membebani hak dan kewajiban kedua belah pihak, sedangkan perjanjian sepihak adalah perjanjian yang memberikan kewajiban kewajiban kepada satu pihak dan kepada pihak dan kepada pihak lain, misalnya hibah.

2. Perjanjian percuma dan perjanjian dengan alas hak membebani

Perjanjian percuma adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan kepada satu pihak saja. Sedangkan perjanjian dengan alas hak yang membebani adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lainnya, sedangkan kedua prestasi tersebut ada hubungannya menurut hukum.

10

(26)

18

3. Perjanjian bernama dan tidak bernama

Perjanjian bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, yang dikelompokkan sebagai perjanjian-perjanjian khusus, karena jumlahnya terbatas, misalnya jual beli, sewa menyewa. Sedangkan perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak terbatas.

4. Perjanjian kebendaan dan perjanjian obligatoir

Perjanjian kebendaan adalah perjanjian untuk memindahkan hak milik dalam perjanjian jual beli. Perjanjian kebendaan ini sebagai pelaksanaan dari perjanjian obligatoir. Perjanjian obligatoir sendiri adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan, artinya sejak timbulnya hak dan kewajiban para pihak.

5. Perjanjian konsensual dan perjanjian real

Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang timbul karena ada perjanjian yang timbul karena ada perjanjian kehendak antara pihak-pihak. Sedangkan perjanjian real adalah perjanjian di samping ada perjanjian kehendak juga sekaligus harus ada penyerahan nyata atas barang yang diperjanjikan.

6. Wanprestasi dan Keadaan Memaksa

(27)

hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan-hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi berupa wanprestasi dan keadaan memaksa.11

a. Wanprestasi

Wanprestasi menurut Abdul Kadir Muhamad mempunyai arti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian.12

Wanprestasi menurut J. Satrio, wanprestasi mempunyai arti bahwa debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersilahkan kepadanya, maka dikatakan bahwa debitur wanprestasi.

Dari dua pengertian di atas, maka secara umum wanprestasi berarti pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Misalnya seorang debitur disebutkan dalam keadaan wanprestasi perjanjian telah terlambat dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut yang sepatutnya.

Debitur dikatakan telah melakukan wanprestasi baik karena lalai maupun karena kesengajaan, apabila13 :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.

11

J. Satrio. 1999. Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya. Bandung: Penerbit Alumni. Hlm. 83 12

Abdul Kadir Muhamad, Op.Cit., Hlm. 20. 13

(28)

20

2. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan. 3. Melakukan apa yang sudah diperjanjikan tetapi sudah terlambat.

4. Melakukan suatu yang oleh perjanjian tidak boleh dilakukan.

Dalam menentukan dan menyatakan apakah seseorang melakukan wanprestasi, tidaklah mudah karena seringkali tidak diperjanjikan dengan tepat kapan suatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang telah diperjanjikan.

Menurut R. Subekti , akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah suatu sanksi, terdapat 4 (empat) macam sanksi, yaitu :

1. Ganti Rugi

Debitur harus membayar ganti rugi sebagai akibat kerugian yang diderita kreditur, seperti yang tersebut dalam Pasal 1243 KUH Perdata, dalam pasal tersebut menyebutkan perincian ganti rugi yang meliputi :

a. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak.

b. Rugi, yaitu kerugian yang terjadi karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur, yang diakibatkan oleh kelalaian debitur.

(29)

Undang-undang juga memberikan ketentuan yang merupakan pembatasan tentang apa yang dituntut sebagai ganti rugi, ketentuan-ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 1247 dan Pasal 1248 KUH Perdata, yaitu menyatakan sebagai berikut :

Pasal 1247 KUH Perdata :

“Si berhutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi dan bunga yang nyata telah,

atau sedianya dapat diduga sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan karena sesuatu tipu daya yang dilakukan olehnya.”

Pasal 1248 KUH Perdata :

“Bahwa jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan karena tipu daya di

berhutang, pengganti biaya, rugi dan bunga sekedar mengenai kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah

terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tidak dipenuhinya perikatan.”

(30)

22

2. Pembatalan Perjanjian

Pembatalan ini mempunyai maksud bahwa kedua belah pihak berkehendak kembali kepada keadaan semula sebelum perjanjian diadakan. Bila salah satu pihak telah memenuhi atau menerima prestasi dari pihak lain (baik barang maupun uang), maka harus dikembalikan seperti sedia kala.

Pemutusan perjanjian karena wanprestasi debitur diatur dalam Pasal 1265-1267 KUH Perdata, yaitu terdapat dalam bagian V Bab I buku III KUH Perdata. Menurut undang-undang dalam hal wanprestasi, harus memenuhi syarat untuk melaksanakan pembatalan perjanjian, yaitu :

a. Debitur harus dalam keadaan wanprestasi;

b. Pemutusan perjanjian dengan perantaraan hakim; c. Harus dalam perjanjian timbal balik.

3. Peralihan Risiko

(31)

4. Pembiayaan Ongkos Perkara

Dalam hal debitur yang lalai dan sebagai pihak yang dikalahkan diwajibkan membayar biaya perkara, seperti yang disebutkan dalam suatu hukum acara pidana maupun acara perdata (Pasal 181 ayat (1) H.I.R.).

Kreditur dapat memilih diantara beberapa kemungkinan tuntutan ataupun sanksinya terhadap debitur tersebut. Kreditur dapat menuntut satu atau lebih sanksi kepada debitur, jadi selain dapat menuntut pemenuhan perjanjian saja juga dapat disertai dengan menuntut ganti rugi.

Bagi seorang debitur yang dituduh wanprestasi dapat mengajukan beberapa alasan sebagai alat untuk membela diri, yaitu14 :

a. Mengajukan alasan bahwa kreditur telah lalai; b. Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa;

c. Mengajukan alasan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.

b. Keadaan Memaksa

Ketentuan tentang keadaan memaksa dapat ditemukan dalam Pasal 1244, Pasal 1245, dan Pasal 1244 KUH Perdata, dari ketiga pasal tersebut, menurut R. Subekti15, untuk

14

R. Subekti. Op.Cit,. Hlm. 47-49. 15

(32)

24

dapat dikategorikan keadaan memaksa bahwa selain keadaan itu diluar kekuasaan si berhutang dan memaksa, keadaan yang telah timbul itu juga harus berupa suatu keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian itu dibuat, setidak-tidaknya tidak dipikul risikonya oleh si berhutang.

Apabila si berhutang berhasil membuktikan timbulnya keadaan tersebut, maka tuntutan akan terluput dari tuntutan kreditur, baik penghukuman untuk memenuhi perjanjian maupun untuk membayar ganti rugi, artinya dalam keadaan memaksa ini debitur tidak dapat dipersalahkan, karena timbulnya diluar kemauan dan kemampuan pihak debitur.

Menurut hukum Anglo Saxon, keadaan memaksa ini dilukiskan dengan istilah

frustration, yang berarti halangan, yaitu suatu keadaan atau peristiwa yang terjadi

diluar tanggung jawab para pihak, yang membuat perjanjian itu tidak dapat dilaksanakan sama sekali.16

Keadaan memaksa atau overmacht mempunyai unsur-unsur sebagai berikut17 :

a. Tidak dipenuhinya prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan atau memusnahkan benda yang menjadi objek perikatan, unsur ini selalu bersifat tetap;

16

Abdul Kadir Muhamad. Op.Cit,. Hlm 27 17

(33)

b. Tidak dapat dipenuhinya prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi, unsur ini dapat bersifat tetap atau sementara; c. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat

perikatan baik oleh debitur maupun oleh kreditur, jadi bukan karena kesalahan pihak-pihak khususnya debitur.

Menurut teori, dapat tidaknya si berhutang mengemukakan keadaan memaksa sebagai alasan untuk dibebaskan dari kewajibannya, ada dua teori yang membahasnya, yaitu :

1. Teori mutlak, seorang berhutang hanya dapat mengemukakan keadaan memaksa sebagai alasan, jika pelaksanaan perjanjian tersebut tidak mungkin bagi setiap orang.

Jadi keadaan memaksa dalam hal ini bersifat mutlak, misalnya barang yang akan diserahkan musnah karena bencana alam.

(34)

26

Terjadinya keadaan memaksa dapat menghentikan bekerjanya perjanjian dan menimbulkan berbafai akibat, yaitu kreditur tidak dapat lagi meminta pemenuhan prestasi, debitur tidak dapat lagi dinyatakan lalai dan karenanya tidak wajib membayar ganti rugi, risiko tidak beralih kepada debitur, serta kreditur tidak dapat menuntut pembatalan pada perjanjian timbal balik.18

Artinya pada perjanjian sepihak dimana kewajibannya hanya satu pihak saja, maka risiko atas timbulnya keadaan memaksa ditanggung oleh kreditur, dengan kata lain debitur tidak wajib memenuhi prestasinya. Ketentuan ini dapat ditemukan di dalam Pasal 1245 KUH Perdata, sedangkan dalam perjanjian timbal balik dimana kedua belah pihak masing-masing mempunyai kewajiban, maka risiko yang berupa kerugian yang timbul akibat keadaan memaksa ditanggung oleh pihak debitur, hal tersebut didasarkan alasan pada pendirian yang sudah umum dianut bilamana debitur yang satu tidak ada lagi kewajibannya, maka sebagai akibat kepatutan, debitur yang lain juga bebas dari kewajibannya.

7. Berakhirnya Perjanjian

Suatu perjanjian pada umumnya akan berakhir apabila tujuan dari perjanjian itu telah dicapai, yang masing-masing pihak telah memenuhi prestasi yang diperjanjikan, sebagaimana yang mereka kehendaki bersama dalam mengadakan perjanjian tersebut.

18

(35)

Di samping berakhirnya perjanjian seperti disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa cara lainnya yang dapat mengakhiri perjanjian, yaitu19 :

1. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak yang membuatnya. Misalnya : dalam perjanjian telah ditentukan batas waktu berakhirnya dalam waktu tertentu. 2. Undang-undang menentukan batas waktu perjanjian tersebut. Misalnya : Pasal

1520 KUH Perdata, bahwa hak membeli kembali tidak boleh diperjanjikan untuk suatu waktu tertentu, yaitu lebih lama dari lima tahun.

3. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan berakhir. Misalnya : jika salah satu pihak meninggal, perjanjian menjadi hapus, sesuai dengan Pasal 1603 KUH Perdata.

4. Karena perjanjian para pihak (herroeping). Seperti tercantum dalam Pasal 1338 KUH Perdata bahwa perjanjian dapat ditarik kembali atau dibatalkan dengan perjanjian para pihak yang membuatnya.

5. Pernyataan penghentian perjanjian, dapat dilaksanakan oleh kedua belah pihak atau oleh satu pihak hanya pada perjanjian yang bersifat sementara, misalnya perjanjian kerja dan perjanjian sewa menyewa.

6. Berakhirnya karena putusan hakim, misalnya jika dalam perjanjian terjadi sengketa yang diselesaikan lewat jalur pengadilan, kemudian Hakim memutuskan perjanjian tersebut berakhir.

19

(36)

28

Di dalam KUH Perdata diatur juga tentang berakhirnya suatu perikatan. Cara berakhirnya perikatan ini diatur dalam Pasal 1381 KUH Perdata yang meliputi:

a. Berakhirnya perikatan karena Undang-Undang 1. Konsignasi;

2. Musnahnya barang terhutang; 3. Daluarsa.

b. Berakhirnya perikatan karena perjanjian dibagi menjadi tujuh, yaitu: 1. Pembayaran;

2. Novasi (pembaruan hutang); 3. Kompensasi;

4. Konfusio (pencampuran hutang); 5. Pembebasan Hutang;

6. Kebatalan atau pembatalan, dan 7. Berlakunya syarat batal.

8. Periklanan

(37)

Periklanan merupakan bentuk komunikasi massa, komunikasi yang dilakukan oleh pengiklan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada konsumen melalui media.

Agar pengiklan dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan konsumen, mereka dibantu biro iklan untuk merancang pesan iklan yang kreatif dapat menarik konsumen untuk melihat, mendengar, lalu membaca melalui media (TV, Koran, majalah, radio, billboard, dan sebagainya). Kenyataannya, penyampaian pesan kepada konsumen akan selalu mendapat hambatan berupa pesan-pesan lain yang saling berebut perhatian audience-nya, oleh karena itu pesan iklan harus menarik agar dapat merebut perhatian dan mudah diingat konsumen.

1. Alasan beriklan

Beriklan digunakan untuk mencapai sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Sasaran jangka pendek yaitu menyampaikan pesan secara luas kepada calon pembeli yang prospektif.

a. Kompetisi untuk itikad baik

Beriklan dapat menciptakan pengakuan terhadap perusahaan sehingga perusahaan lebih mudah menjalankan bisnisnya karena mendapatkan

goodwill dari stakeholders.

b. Kompetisi untuk para distributor dan pengecer

(38)

30

c. Kompetisi untuk personal

Iklan dapat menaikkan citra perusahaan sehingga bagi para professional bekerja di sebuah perusahaan yang memiliki nama adalah suatu kebanggaan tersendiri.

d. Kompetisi untuk para penyalur

Suatu perusahaan yang melaksanakan program periklanan secara serius, jelas dapat menunjukkan kepada publik bahwa perusahaan tersebut adalah perusahaan bonafit.

e. Kompetisi untuk kepemimpinan

Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang mudah memengaruhi

stakeholders.

f. Kompetisi benak pikiran

Menancapkan nama di benak konsumen merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan pemasaran.

2. Jenis Periklanan

a. National Advertising

(39)

b. Retail Advertising

Periklanan ini lebih cenderung untuk menciptakan pembelian dengan segera. Oleh karena itu, periklanan ini biasanya memberikan informasi-informasi mengenai harga, yang jarang sekali dilakukan pada National Advertising. c. Cooperative Advertising

Merupakan kerja sama antara National Advertiser dengan Local Advertiser. Tujuannya adalah untuk mendorong penjualan. Biaya iklan ini ditanggung oleh produsen dan relairer.

d. Trade Advertising

Pendekatan ini juga sering disebut Professional Advertising. Periklanan ini bertujuan memengaruhi para profesional melalui media profesional, kemudian para profesional dapat merekomendasikan produk yang diiklankan kepada konsumennya.

e. Industrial Advertising

Dalam memproduksi produk, produsen tentu memerlukan bahan mentah serta alat produksi. Alat produksi ini tentu saja dapat diperoleh dari produsen lain, dalam istilah lain dkatakan business to business advertising. Iklan jenis ini tentu sangat segmented karena hanya merupakan komunikasi antar produsen ke produsen.

f. Farm Advertising

(40)

32

B. Kerangka Pikir

Keterangan :

Suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan untuk dapat dikenal oleh masyarakat konsumen tentunya diperlukan cara-cara tertentu yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, salah satunya mengiklankan produknya pada media-media

PT Radio Pratama Mahardika

PT Indosat Tbk

Syarat dan Prosedur

Hak dan Kewajiban

Berakhirnya Perjanjian

Wanprestasi

Dan

(41)

yang menyediakan jasa pengiklanan. Media umum yang digunakan didaerah-daerah adalah radio siaran dalam hal ini radio siaran swasta.

PT Radio Pratama Mahardika merupakan salah satu perusahaan penyiaran iklan milik swasta yang bertindak sebagai pihak radio siaran, dalam menjalankan usahanya PT Radio Pratama Mahardika menjadikan iklan sebagai sumber pemasukan perusahaan selain kegiatan usaha lainnya yang berkaitan dengan penyiaran.

(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif terapan, yaitu penelitian yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu. Pengkajian tersebut bertujuan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum in concreto itu sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang atau kontrak. Penelitian hukum ini terdapat dua tahap, yaitu tahap pertama kajian mengenai hukum normatif berupa undang-undang dan kontrak, tahap kedua kajian mengenai hukum empiris berupa terapan peristiwa hukum tersebut.

B. Tipe Penelitian

(43)

ada, atau peristiwa hukum yang berlaku di masyarakat.1 Metode deskriptif tersebut menggambarkan peraturan yang berlaku, yang kemudian dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut perjanjian siaran iklan, penelitian ini bertujuan menggambarkan dan menganalisa permasalahan-permasalahan yang timbul dalam perjanjian siaran iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam peneilitian ini dilakukan dengan pendekatan normatif terapan (applied law approach), yaitu penerapan ketentuan normatif pada peristiwa hukum dengan menggunakan tipe judicial case study yaitu pendekatan studi kasus pada peristiwa hukum tertentu yang menimbulkan konflik kepentingan, namun tidak dapat diselesaikan oleh pihak-pihak tetapi tetap melalui proses pengadilan melalui putusannya. Tahap-tahap pendekatan masalah yang dapat ditentukan peneliti adalah sebagai berikut :2

1. Penentuan pendekatan yang lebih sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian;

(44)

37

3. Pembuatan rincian subpokok bahasan (subtopical subject) berdasarkan setiap pokok bahasan hasil identifikasi;

4. Pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data dan kesimpulan; 5. Laporan hasil penelitian.

D. Data dan Sumber Data

Karena penelitian ini menggunakan pendekatan normatif terapan, maka data yang

digunakan adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan mempunyai

kekuatan hukum mengikat, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan hukum tersier.

a. Bahan hukum primer, yaitu:

1. Perundang-undangan, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2. Dokumen perjanjian, yaitu surat perjanjian penyiaran iklan antara PT Radio

Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk.

b. Bahan hukum sekunder, meliputi:

Buku-buku atau literatur-literatur mengenai perjanjian, pendapat hukum, dan

(45)

c. Bahan hukum tersier, yaitu :

Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi

bahan-bahan yang dapat menunjang bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder

seperti kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, literatur dan hasil penelitian,

media massa, pendapat sarjana dan ahli hukum, surat kabar, website, buku, dan karya

ilmiah sarjana.

E. Metode Pengumpulan

1. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan pendekatan masalah dan sumber data yang dibutuhkan, maka pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dan studi dokumen. Studi pustaka adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif.3 Studi dokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi boleh diketahui oleh pihak tertentu seperti pengajar hukum, peneliti hukum dan praktisi hukum.4

3

Ibid. Hlm.81

4

(46)

39

a. Studi pustaka

Studi pustaka yaitu dengan melakukan serangkaian kegiatan seperti mencari bahan bahan hukum yang diperlukan, inventarisasi data yang relevan seperti buku karya tulis hukum yang sudah terkumpul kemudian menentukan relevansinya dengan rumusan masalah.

b. Studi dokumen

Yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang meliputi dokumen hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi boleh diketahui pihak-pihak tertentu berupa surat perjanjian iklan antara PT Radio Pratama Mahardika dengan PT Indosat Tbk.

c. Wawancara

Wawancara ditentukan terhadap beberapa orang yang telah ditentukan dalam penelitan ini. Dimana pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan telah dipersiapkan sebagai pedoman penerima informasi, dan dimungkinkan juga pertanyaan lain yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat berlangsung wawancara. Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan :

1. Yunita, Procurement Area Manager PT Indosat Tbk.

(47)

2. Metode Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data sehingga data yang didapat dipergunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti. Data yang telah terkumpul kemudian diolah melalui melalui tahap-tahap sebagai berikut,5 yaitu :

1. Pemeriksaan Data (editing) yaitu memeriksa atau mengoreksi kelengkapan dan kebenaran data yang sudah terkumpul dan sudah sesuai (relevan) dengan permasalahan;

2. Penandaan Data (coding)

Yaitu memberi catatan atau tanda yang menyatakan jenis sumber data, pemegang hak cipta atau rumusan masalah. Catatan atau tanda dapat ditempatkan dalam body text dan catatan atau tanda dapat juga ditempatkan di bagian bawah teks yang disebut catatan kaki (footnote) dengan nomor urut; 3. Rekonstruksi Data (reconstructing)

Yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan;

4. Sistematis Data (systematizing) yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.

5

(48)

41

F. Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menghubungkan data yang satu dengan data yang lain secara lengkap, kemudian ditarik kesimpulan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan yang dibahas. Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindah dan efektif sehingga memudahkan interprestasi data dan pemahaman hasil analisis. Komprehensif artinya analisis data secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Lengkap artinya tidak ada bagian yang terlupakan, semuanya sudah masuk dalam analisis.6

(49)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Syarat perjanjian penyiaran iklan yang ditetapkan oleh pihak PT Indosat Tbk telah terpenuhi untuk mengiklankan produk atau jasanya di PT Radio Pratama Mahardika.

Prosedur perjanjian penyiaran iklan pada PT Radio Pratama Mahardika juga sudah sesuai. Setelah masa kontrak perjanjian berakhir, PT Indosat Tbk akan menyelesaikan pembayaran biaya administrasi sesuai dengan jumlah yang tertera dalam perjanjian. PT Radio Pratama Mahardika akan menunjukkan radio script sebagai bukti siar dan tahap ini merupakan tahap penyelesaian perjanjian.

2. Hak dan kewajiban PT Radio Pratama Mahardika selaku pihak radio siaran sudah terpenuhi setelah menyelesaikan wanprestasi yang terjadi dan menerima sisa pembayaran dari pihak PT Indosat Tbk.

(50)

61

sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan, telah disepakati penyelesaiannya sesuai dengan Pasal 1267 KUH Perdata yaitu pemenuhan perjanjian dan ganti rugi, sedangkan kewajiban yang dimiliki oleh pihak pemasang iklan adalah membayar harga yang telah disepakati pada perjanjian penyiaran iklan yang dimana kewajiban itu juga telah dipenuhi oleh pihak pemasang iklan.

3. Mengenai cara penyelesaian wanprestasi yang dilakukan oleh pihak radio siaran terrhadap pihak pemasang iklan yaitu dengan jalan musyawarah lalu disepakati untuk diselesaikan dengan cara pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi seperti yang yang diatur dalam Pasal 1267 KUH Perdata, dan tetap berpedoman pada perjanjian atau kontrak yang telah dibuat yaitu Surat Pesanan Iklan

(Purchase Order).

(51)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Anonim. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Penerbit Universitas Lampung: Bandar Lampung

Kadir Muhammad, Abdul. 1992. Hukum Perikatan. Citra Aditya Bhakti: Bandung Satrio, J. 1999. Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya. Penerbit Alumni: Bandung

Subekti. 1984. Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional. Alumni: Bandung Subekti. 1979. Hukum Perjanjian. Intermassa: Jakarta

Soedewi Masychoen Sofyan, Sri. 1975. Hukum Perutangan A. Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta Suryodiningrat. 1982. Azas-Azas Hukum Perikatan. Tarsito: Bandung Prodjodikoro, Wiryono. 1981. Asas-Asas Hukum Perjanjian. Bale Bandung: Bandung

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor :

(52)

KUH Perdata pasal 1320 tentang Syarat-Syarat Terjadinya Suatu Perjanjian Yang Sah.

KUH Perdata pasal 1338 tentang Akibat Persetujuan.

Referensi

Dokumen terkait

Memahami serta menganalisis pergerakan nilai uang berdasarkan faktor ekonomi maupun non ekonomi serta kaitannya dengan pasar modal lokal maupun global..

Atas dasar bahwa pendidikan politik mahasiswa tidak bisa dilakukan oleh organisasi eksternal kampus maupun partai politik maka tanggung jawab itu berada pada

berpengalaman lebih dari 15 Tahun dalam menyelenggarakan training dan kami selalu menjaga kualitas serta mutu materi dalam setiap training kami yang sesuai dengan kebutuhan

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh suku bunga SBI, nilai tukar mata uang, dan inflasi terhadap pergerakan harga saham pada sub sektor perbankan yang terdaftar

8,3 – 10 Merah – kuning Tak berwarna - merah Suatu larutan berwarna kuning jika ditetesi indikator metil merah dan tidak berwarna jika ditetesi fenolftalin, maka pH

Pengumpulan data perbandingan sosial diukur menggunakan Iowa-Netherlands Comparison Orientation Measure (INCOM) yang disusun oleh Gibbon dan Buunk (1999), sementara

Pencapaian level berpikir van Hiele yang berbeda dicapai oleh siswa dengan kemampuan. matematika

Selain itu dengan adanya sistem yang terkomputerisasi diharapkan adanya unsur obyektifitas pengambil keputusan serta dapat meminimalkan humam error, mempercepat proses