• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Ilustrasi Tokoh Si Kancil Dalam Dongeng Binatang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Ilustrasi Tokoh Si Kancil Dalam Dongeng Binatang"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI TOKOH SI KANCIL DALAM DONGENG BINATANG

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2014-2015

Oleh :

Rizky Rizaldy 51911071

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

iii KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Tugas Akhir dengan judul “PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI TOKOH SI KANCIL DALAM DONGENG BINATANG”.

Dalam mengerjakan penulisan makalah Tugas Akhir penulis mendapatkan banyak bimbingan dan juga arahan, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini diantaranya Dekan Fakultas Desain, Koordinator Skripsi dan Tugas Akhir, Dosen Pembimbing, Dosen Penguji serta Narasumber.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam hal materi maupun cara penyajiannya, karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat kepada semua pihak yang telah membantu praktikan hingga selesainya laporan ini. Amin.

Bandung, Agustus 2015

(4)

vi

BAB II TOKOH SI KANCIL DALAM DONGENG BINATANG II.1 Pengertian Dongeng ... 5

II.1.1 Jenis Dongeng ... 6

II.1.2 Fungsi Dongeng ... 8

II.1.3 Morfologi Dongeng ... 8

II.1.4 Aliran Dongeng Binatang (fabel) Dalam Karya Sastra ... 12

II.1.5 Moral Dalam Dongeng ... 13

II.2 Dongeng Binatang (fabel) Di Indonesia ... 14

II.2.1 Pengertian Dongeng Binatang (fabel) ... 15

II.2.2 Nilai Dongeng Binatang (fabel) ... 15

II.3 Dongeng Binatang (fabel) Si Kancil ... 16

(5)

vii

II.5 Pandangan Tentang Anak ... 22

II.6 Khalayak Masyarakat Terkait Dongeng Si Kancil ... 22

II.7 Pengetahuan Masyarakat Terkait Dongeng Si Kancil ... 23

II.8 Opini Masyarakat Terkait Tokoh Si Kancil ... 28

II.9 Kesimpulan dan Solusi ... 29

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 30

(6)

viii

IV.3.2 Brosur ... 55

IV.3.3 Media Sosial ... 56

IV.3.4 X-Banner ... 57

IV.3.5 Display Trophee ... 58

IV.3.6 Stiker Line ... 59

IV.3.7 Pembatas Buku ... 60

IV.3.8 Stiker dan pin ... 61

IV.3.9 Baju ... 62

IV.3.10 Mug ... 63

IV.3.11 Totebag ... 63

IV.3.12 Papercraft ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dongeng adalah cerita yang benar-benar tidak terjadi atau cerita yang dibuat seseorang yang didalamnya berisi tentang hal-hal yang penuh imajinasi dan terkadang terkait dengan sesuatu yang ada di masyarakat tempat dongeng tersebut dibuat atau diciptakan. Menurut Atmaja dikutip Sukmawan (2010), dongeng tentang binatang adalah dongeng yang melingkupi dunia hewan, namun biasanya ceritanya relatif singkat yang banyak mengajarkan pada anak-anak tentang nilai-nilai kehidupan dan mendidik anak dalam berperilaku dan mencintai hewan. Berbeda dengan dongeng bertema manusia atau sosial yang lebih menceritakan tentang kehidupan sehari-hari, dongeng tentang hewan lebih imajinatif yang mana dapat meningkatkan imajinasi anak dalam berfikir. Dalam dongeng binatang (fabel) khususnya di Indonesia, tokoh yang paling populer adalah si Kancil, tokoh binatang licik dan cerdas ini didalam ilmu folklor dan antropologi disebut dengan istilah the trickster atau tokoh penipu.

(8)

2 sosok layaknya manusia yang memakai pakaian dan berjalan dengan dua kaki. Media informasi yang menjabarkan secara jelas mulai dari sosok si Kancil, sifat dan juga cerita-cerita dongeng si Kancil juga masih tergolong sedikit. Kalaupun ada hanya berisi tentang kumpulan dongeng si kancil saja, serta media-media berupa permainan yang membantu orang tua untuk meningkatkan kedekatan dan komunikasi dengan anak juga masih tergolong sedikit.

Dongeng binatang si Kancil memiliki banyak manfaat dan pesan moral yang dimaksudkan agar anak-anak mendapatkan pengalaman dan pemahaman yang baik, namun di beberapa cerita dongeng binatang si Kancil juga di ceritakan tentang kelicikan dan kenakalan si Kancil dalam hal menipu dan juga mencuri. Idealnya si Kancil itu bisa digambarkan secara jelas kepada masyarakat, baik orang tua maupun anak diharapkan dapat mengetahui bagaimana penggambaran tokoh si Kancil dalam berbagai cerita dongeng binatang. Selain itu orang tua dan anak dapat mengetahui gambaran ciri sifat manusia, mengingat si Kancil merupakan representasi manusia yang memiliki kekurangan, kelebihan dan sifat yang berbeda-beda.

Dengan adanya kondisi faktual yang terjadi saat ini terkait dengan tokoh si Kancil yang memiliki sifat dan penggambaran yang berbeda-beda disetiap cerita. Maka hal ini sangat penting untuk dijadikan suatu penelitian agar masyarakat luas khususnya orang tua dan anak dapat mengetahui gambaran jelas tentang sosok si Kancil. Diharapkan agar anak-anak tidak mencontoh sifat atau perilaku buruk si Kancil namun hanya mengambil sifat positif dari dongeng si Kancil tersebut. I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi poin-poin permasalahan sebagai berikut:

 Penggambaran sifat dan watak si Kancil yang berbeda-beda dalam berbagai cerita yang dapat menyebabkan anak kebingungan dalam mengidentifikasikan apakah si Kancil sosok yang baik ataukah sosok yang buruk.

(9)

3

 Media yang membantu meningkatkan kedekatan antara orang tua dan anak masih tergolong sedikit.

 Media informasi yang menjabarkan secara jelas tentang sosok si Kancil masih sulit untuk ditemukan.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu :

“Bagaimana cara menginformasikan secara jelas tentang sosok si Kancil kepada masyarakat khususnya orang tua dan anak, baik dari sisi sifatnya maupun penggambaran karakternya”

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan hasil rumusan masalah diatas maka batasan masalah hanya membatasi dongeng-dongeng si Kancil yang tersebar di Indonesia dan objek kancil dalam cerita dipilih berdasarkan sifat baik dan buruk si kancil dalam cerita dan penggambarannya yang berbeda-beda.

I.5 Tujuan Perancangan

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka didapat tujuan dari perancangan sebagai berikut :

 Memberikan informasi tentang sifat-sifat yang dimiliki si Kancil dalam bentuk cerita yang menarik dan memiliki pesan moral agar anak-anak dapat membedakan sifat mana yang dapt ditiru dan yang tidak boleh ditiru.

 Memberikan berbagai macam gambaran tentang karakter si Kancil yang digambarkan berbeda-beda di setiap cerita untuk merangsang anak dalam berimajinasi dan mengetahui bahwa sosok si kancil dalam cerita itu beraneka ragam.

 Memberikan media berupa permainan kecerdasan yang memerlukan peran orang tua dan anak, agar orang tua lebih mengerti tingkah laku dan lebih sering berkomunikasi dengan anak.

(10)
(11)

5 BAB II

TOKOH SI KANCIL DALAM DONGENG BINATANG II.1 Pengertian Dongeng

Menurut Nurgiantoro dikutip Ajid (2010) “Dongeng adalah cerita yang benar-benar tidak terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal”. Menurut

Danandjaja dikutip Sukmawan (2014) “cerita rakyat lisan terdiri dari mite,

legenda, dan dongeng”. Atmaja dikutip Sukmawan (2010) menjelaskan “dongeng

adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi” .

Menurut Danandjaja dikutip Sukmawan (2014) “Dalam bahasa Inggris dongeng disebut fairy tales (cerita peri), nurseri tales (cerita kanak-kanak), atau wonder tales (cerita ajaib). Adapun ciri dongeng biasanya mempunyai kalimat pembuka dan kalimat penutup yang bersifat seragam dan sama terus menerus, Seperti one upon a time ,there lived a... (pada suatu waktu hidup seorang...) atau pada

bahasa Melayu diawali kalimat pembuka seperti, “sahibul hikayat...” .

Menurut Danandjaja dikutip Sukmawan (2014) “Dan karena dongeng termasuk prosa rakyat tradisional atau sastra lama (Sugiarto dalam Sukmawan, 2014), dimana pada masa itu karya-karya tidak mempunyai judul dan pengarang, maka setiap orang berhak merubah atau mengambil karya itu. Akibatnya, cerita yang sama dapat saja mempunyai judul yang berbeda di tempat lain, seperti cerita dongeng Cinderella diluar mempunyai versi judul yang berbeda. Di Indonesia

dongeng dengan judul “Bawang Merah dan Bawang Putih”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi yang berisi tentang hal-hal yang penuh imajinasi dan terkadang dikaitkan dengan sesuatu yang ada di masyarakat tempat dongeng tersebut dibuat atau diciptakan.

(12)

6

 Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan dari mulut ke mulut, melalui kata-kata dan dari generasi ke generasi berikutnya.

 Disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama.

 Ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebaran dari mulut ke mulut (lisan).

 Bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi.

 Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata klise, kata-kata pembukaan dan penutup buku cerita.

 Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kelompok, sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan proyeksi keinginan yang terpendam.

 Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.

 Menjadi milik bersama dari kelompok tertentu. Hal ini disebabkan penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kelompok merasa memilikinya.

 Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan.Hal ini dapat dimengerti bahwa dongeng juga merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.

II.1.1 Jenis Dongeng

Anti Aarne dan Stith Thompson ( Danandjaja dalam Sukmawan, 2014) telah membagi jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar. Keempat golongan tersebut adalah sebagai berikut :

 Dongeng Binatang (Animal Tales)

(13)

7

 Dongeng Biasa (Ordinary Tales)

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang.

a. Dongeng mengenai ilmu sihir (tales of magic) b. Dongeng keagamaan (religious tales)

c. Cerita-cerita roman (romantic tales)

d. Dongeng mengenai raksasa bodoh (tales of stupid agre)

 Lelucon dan Anekdot (Jokes and Anecdotes)

Lelucon dan anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati. Ada sedikit perbedaan antara lelucon dan anekdot. Lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu kelompok, seperti suku bangsa, golongan, bangsa atau ras. Sedangkan anekdot menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh yang benar-benar ada.

 Dongeng Berumus

Dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng-dongeng berumus mempunyai beberapa subbentuk, yakni : dongeng bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dongeng yang tidak mempunyai akhir (Bruvand dalam Danandjaja dalam Ajid, 2010) .

(14)

8 mengarang dongeng-dongeng peri. Dongeng tersebut sudah ada sejak jaman dulu dan diwariskan turun temurun secara lisan dari generasi ke generasi. Akan tetapi, dalam waktu yang sama, Perrault membuat dongeng peri ke dalam sebuah karya sastra. Perrault tidak puas jika hanya menulis dongeng-dongeng yang bersumber dari folklor. Perrault memberikan sentuhan pada dongengnya yang berupa nilai-nilai moral berupa sajak yang tentu saja tidak ada dalam dongeng yang bersumber dari rakyat. Tidak hanya itu saja, Perrault menulis dongeng sebagai sindiran atau gambaran kehidupan masyarakat pada masanya.

II.1.2 Fungsi Dongeng

Menurut Nurgiyantoro dikutip Ajid (2010) “Dongeng sebagai salah satu dari sastra anak, berfungsi untuk memberikan hiburan, juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat pada waktu itu. Sesuai dengan keberadaan misi tersebut, dongeng mengandung ajaran moral. Dongeng sering mengisahkan penderitaan tokoh, namun karena kejujuran tokoh tersebut mendapat imbalan yang menyenangkan. Sebaliknya tokoh jahat pasti mendapat hukuman”.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Danandjaja dalam Sukmawan (2014) bahwa

“Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang menggambarkan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran. Sama halnya yang diungkapkan oleh Carvalho-Neto (dalam Danandjaja dalam Ajid, 2010) bahwa dongeng mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng mempunyai banyak fungsi antara lain: sebagai hiburan atau pelipur lara, pendidik, sarana mewariskan nilai-nilai, protes sosial, dan juga sebagai proyeksi keinginan terpendam”.

II.1.3 Morfologi Dongeng

(15)

9

 Kakek memberikan seekor kuda kepada seorang laki-laki muda. Kuda itu membawanya pergi ke jauh.

 Raja memberi burung rajawali kepada pahlawan yang akan membawanya ke suatu tempat.

Ajid berpendapat “Dari 2 peristiwa di atas dapat dilihat bahwa peristiwa tersebut mempunyai tindakan, tokoh, dan objek yang berbeda namun memenuhi fungsi yang sama. Fungsi yang digunakan adalah menerima sebuah benda sakti dan berpindah tempat karena benda tersebut”.

Dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah dongeng terdapat tokoh-tokoh yang berbeda tetapi mempunyai fungsi yang sama. Fungsi-fungsi yang muncul tidak selalu bersama-sama tetapi berada dalam urutan yang tetap.

Dalam dongeng, Vladimir Propp (2010) mengemukakan bahwa terdapat 31 fungsi dalam keberlangsungan peristiwa dalam sebuah alur untuk menjaga kesatuan cerita. Namun fungsi-fungsi tersebut tidak semua ditampilkan dalam cerita, karena setiap dongeng menampilkan fungsi-fungsi yang sesuai dengan alur yang bervariasi. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut :

 Kepergian/ ketiadaan

 Larangan

 Pelanggaran

 Penyelidikan (dari penjahat oleh Pahlawan/ dari pahlawan oleh penjahat)

 Informasi tentang pahlawan atau penjahat

 Kesalahan

 Keterlibatan

 Perbuatan buruk

 Kekurangan

 Pemanggilan

(16)

10

 Keberangkatan pahlawan

 Pahlawan mengalami ujian sehingga menyebabkan kemunculan penolong

 Reaksi pahlawan

 Penerimaan bantuan dan penyerahan benda ajaib

 Perpindahan atau dipandunya pahlawan ke objek yang dicari

 Pertarungan antara pahlawan dan penjahat

 Pahlawan mendapat tanda (luka, cincin, selendang)

 Kemenangan

 Perbaikan kembali atau pemulihan

 Kepulangan pahlawan

 Pengejaran atau penyiksaan terhadap pahlawan

 Pahlawan menyelamatkan diri

 Kedatangan pahlawan palsu

 Pahlawan palsu/penjahat menuntut imbalan

 Tugas yang sulit bagi pahlawan

 Keberhasilan pahlawan

 Pahlawan dapat dikenali kembali karena tanda-tandanya

 Penyingkapan kedok pahlawan palsu

 Transfigurasi atau pahlawan diberi rupa

 Hukuman

 Pernikahan / naik tahta

Fungsi-fungsi tersebut tersusun dalam sekuen. Secara umum Propp membagi fungsi tersebut menjadi 3 bagian yaitu:

Une séquence préparatoire (sekuen pengenalan) : fungsi 1-7

(17)

11

Une deuxième sequence (sekuen penyelesaian) : fungsi 19-31

Selain alur, dalam dongeng juga terdapat penokohan. Propp (1979 :96-97) menambahkan 7 lingkaran tindakan atau peranan terhadap 31 fungsi di atas, yaitu :

 Penyerang/ penjahat (L’agresseur/le méchant)

 Pemberi (le donateur prouvoyeur)

 Bantuan/penolong (l’auxiliaire)

 Putri/ orang yang dicari (la princesse/ la personnage recherché)

 Pemberi tugas (le mandateur/ l’envoyer du héro)

 Pahlawan/ pencari korban (le héro/le héro-quêteur ou le héro-victime) Pahlawan palsu (le faux héro)

Alur berkembang dari sebuah kepergian/ ketiadaan dan akan berlanjut melalui fungsi-fungsi penghubung untuk sampai pada pernikahan atau fungsi lain yang digunakan sebagai penyelesaian. Adapun cara untuk mengakhiri cerita, menurut Peyroutet (1991:8) ada berbagai macam cara yaitu :

fin retour à la situation départ, yaitu akhir cerita kembali seperti situasi awal

fin heureuse, yaitu cerita berakhir dengan bahagia

fin comique, yaitu cerita berakhir secara jenaka

fin tragique sans espoir, yaitu cerita berakhir tragis namun masih ada harapan

fin tragique mais espoir, yaitu cerita yang berakhir tragis namun masih ada harapan

suite possible, yaitu cerita yang berkelanjutan

fin réflexive, yaitu cerita yang berakhir dengan meninggalkan pemikiran bagi pembaca tentang nilai moral, pelajaran, dan nilai filsafat yang terkandung dalam karya tersebut.

(18)

12 dalam alur. Tindakan-tindakan yang ditunjukkan melalui tokoh dapat berbeda-beda namun dapat menduduki fungsi yang sama.

Menurut Ajid (2010) “Perbedaan Dongeng Binatang (Fabel) Dengan Dongeng Lainnya, walaupun dongeng binatang (fabel) termasuk karya sastra, namun ada beberapa perbedaan yaitu : sifat cerita jenaka dan kebanyakan ditujukan untuk anak-anak sehingga alur cerita mulai dari awal, titik klimaks sampai akhir cerita berisi pesan moral baik dan selalu diakhiri secara damai, baik-baik tanpa kekerasan. Dongeng binatang (fabel) tidak mengandung unsur-unsur magis, khayalan dan angan-angan (seperti dalam mite dan legenda).Tetapi, lebih mengedepankan ke faktualan supaya pesan moral dapat dipahami anak-anak” . II.1.4 Aliran Dongeng Binatang (Fabel) Dalam Karya Sastra

Menurut Elyusra dikutip Ajid (2010) “Ilmu filsafat sebagai suatu paham, pandangan, atau falsafah hidup yang akhirnya dikalangan ilmu sastra merupakan aliran yang dianut seseorang dalam menghasilkan karyanya. Aliran dalam karya sastra biasanya terlihat pada periode tertentu, bahkan menjadi ciri khas pada masa tersebut. Masalah aliran sebagai pokok pandangan hidup, berangkat dari paham yang dikemukakan para filosof dalam menghadapi kehidupan alam semesta.” Menurut Elyusra ada dua aliran yang terdapat dalam dongeng binatang (fabel) yaitu:

 Aliran Simbolisme

(19)

13 Dalam aliran ini, seorang pengarang membuat karakter dengan sifat-sifat dan perilaku hewan, sama dengan sifat dan perilaku manusia yang dijadikan objek mengarang. Seperti perilaku raja yang kejam dan serakah, maka karakter hewan yang diibaratkan bersifat kejam dan serakah. Contohnya raja yang disimbolkan menggunakan hewan buaya, karena buaya sendiri merupakan hewan yang terlihat kejam.

 Aliran Realisme

Realisme adalah aliran dalam karya sastra yang berusaha melukiskan suatu objek seperti apa adanya, pengarang berperan secara objektif. Gustaf Flaubert (seperti dikutip Elyusra, 2009), seorang pengarang realism Prancis mengemukakan bahwa objektivitas pengarang sangat diperlukan dalam menghasilkan karyanya. Objek yang dibidik pengarang sebagai ceritanya tidak hanya manusia dengan beragam karakternya, ia juga dapat berupa binatang, alam, tumbuh-tumbuhan, dan objek lainnya yang berkesan bagi pengarang sebagai inspirasinya .

Aliran realisme seperti seorang pengarang menggambar binatang untuk dijadikan karakter, dan hewan dalam gambar tersebut baik bentuk dan fisiknya sesuai dengan hewan yang aslinya. Jadi, penggambaran hewan yang terdapat dicerita sesuai dengan hewan aslinya yang dijadikan objek cerita.

II.1.5 Moral Dalam Dongeng

(20)

14 buruk dalam menjalani kehidupan, mana yang boleh dilakukan mana yang tidak boleh dilakukan, seperti tingkah laku dan sopan santun dalam pergaulan. Pengarang menampilkan dengan tokoh yang baik dan jahat.

II.2 Dongeng Binatang (fabel) Di Indonesia

Menurut Sugiarto dikutip Sukmawan (2014) “Fabel awalnya muncul di India, pengarang fabel menggunakan tokoh binatang sebagai pengganti manusia, atas dasar kepercayaan bahwa binatang bersaudara dengan manusia. Adapun tujuan dongeng fabel ini untuk memberi nasehat secara halus (secara ibarat) kepada Raja Dabsyalim, Raja India masa itu. Raja tersebut memerintah secara zalim kepada rakyatnya. Sehingga rakyat membuat nasehat untuk rajanya dengan bercerita yang menggunakan binatang sebagai tokohnya, dimana jika nasehat itu jika ditunjukkan langsung kepada raja, maka rakyat tersebut akan mendapatkan ancaman dari raja. Bertepatan dengan masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia, maka fabel masuk kesustraan Melayu Lama Indonesia dan berkembang pada zaman tersebut. Ini dibuktikan oleh salah satu peneliti Dixon, menurut Dixon (seperti dikutip Danandjaja, 2002) dongeng tokoh penipu sang Kancil terdapat di Indonesia pada daerah-daerah yang paling kuat mendapat pengaruh Hinduisme, yang erat hubungannya dengan kerajaan Jawa Hindu dari abad VII sampai dengan abad XIII. Hipotesanya diperkuat dengan bukti-bukti bahwa dongeng sang Kancil juga terdapat di Melanesia dan Asia Tenggara ke Timur, yang tidak mempunyai hubungan dengan kebudayaan Hindu.

Menurut Sir Richard Windsted (seperti dikutip Danandjaja dalam Sukmawan, 2014) bahwa pada abad II Sebelum Masehi pada suatu Stupa di Barhut Allahabad India telah di ukir kanorang adegan-adegan dongeng binatang (fabel) yang berasal dari cerita agama Budha, yang terkenal sebagai Jatakas.

(21)

15 bukan merupakan penemuan yang berdiri sendiri (independent invention), atau penemuan sejajar (parallel invention).

Selanjutnya masuknya agama Islam pada abad XIII bersamaan dengan ikut masuknya tulisan Arab (Kristan Tohadi dalam Sukmawan, 2014), masyarakat pribumi mulai menggunakan budaya tulis dan digunakan secara menyeluruh. Oleh karena itu, dongeng binatang (fabel) ditulis menggunakan bahasa Arab dan diubah dari cerita-cerita Hindu menjadi bentuk hikayat dalam Islam, dengan tujuan untuk menyebarluaskan agama Islam di kalangan pribumi.

II.2.1 Pengertian Dongeng Binatang (Fabel)

Dongeng binatang (fabel) adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptillia), ikan, dan serangga. Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia (Danandjaja dalam Sukmawan, 2014).

Dengan demikian dongeng binatang menyimbolkan binatang dalam setiap ceritanya, dimana binatang-binatang itu memiliki watak seperti manusia, berbicara, dan berakal budi. Seolah-olah binatang itu hidup dan memiliki kebudayaan masyarakat.

II.3.2 Nilai Dongeng Binatang (Fabel)

Atmaja (seperti dikutip Ajid, 2010) menjelaskan “sebuah karya sastra tidak terlepas dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya”, yaitu:

• Nilai Moral, sebuah karya sastra secara umum membawa pesan dan amanat, pesan moral dapat disampaikan langsung atau tidak langsung oleh seorang pengarang, dan pesan moral dapat diketahui dari perilaku tokoh-tokohnya.

• Nilai Estetis, nilai estetis merupakan nilai keindahan yang melekat pada dongeng tersebut, seperti rima, diksi, atau gaya.

(22)

16 II.3 Dongeng Binatang (Fabel) Si Kancil

Menurut Sukmawan (2014) “Dongeng binatang si Kancil merupakan produk budaya yang memiliki kekhasan dan keunikan tertentu. Kekhasan dongeng si Kancil ini tampak dalam kentalnya muatan pedagogi dengan nuansa ekspresi lisan (orality) yang dominan”. Keunikan cerita si Kancil ini adalah memiliki ragam cerita yang berbeda – beda pada setiap latar belakang budaya, meskipun jalan cerita kadang sebenarnya sama.

Gambar II.1 Gambaran umum tokoh si Kancil dalam dongeng binatang

Sumber: http://athirahnewmedia.blogspot.com/2011_03_01_archive.jpg ( 1 April 2015 )

Pada umumnya fabel yang ditokohi kancil menggambarkan seekor binatang cerdik dan nakal. Ini terlihat pada lirik lagu yang sering didengar atau dinyanyikan saat dongeng kancil diceritakan. Adapun lirik lagu tersebut sebagai berikut : Si kancil anak nakal

Suka mencuri mentimun

Ayo lekas di tangkap

Jangan diberi ampun

(23)

17 cerita tentang kepiawaan si Kancil dalam mengatasi perlawanan Harimau, ular atau buaya musuhnya atau kenakalan si Kancil yang membawa petaka bagi

dirinya sendiri seperti dalam cerita “Si Kancil dan Petani” (Si Kancil mencuri Mentimun).

Dongeng si Kancil menyampaikan pesan moral berwujud ajaran untuk bertindak kreatif, serta ajaran untuk menggunakan kecerdasan dalam memecahkan masalah

dan menanamkan keyakinan bahwa “si lemah” belum tentu kalah melawan “si kuat”. Namun selain menggambarkan pesan moral yang baik beberapa dongeng juga menceritakan tentang kenakalan si kancil yang didalamnya juga mengandung pesan moral bahwa perbuatan buruk pasti akan menyebabkan petaka untuk diri sendiri. Dalam menggambarkan tokoh kancil dalam sebuah dongeng binatang, beberapa cerita menvisualisasikan karakter binatang kancil dengan berbeda-beda.

Gambar II.2 Gambaran visual karakter tokoh si Kancil Sumber : http://latihgambar.com/#jp-carousel-244.jpg (1 April 2015).

(24)

18 Gambar II.3 Gambaran visual karakter tokoh si Kancil dalam buku cerita

Sumber : https://pengunyahkata.files.wordpress.com/2014/12/dscn7591.jpg (1

April 2015)

Selain itu, Banyak juga cerita luar yang mengisahkan tentang sosok si Kancil yang menggambarkan sosok si Kancil yang berwujud setengah manusia dan Kancil digambarkan seperti hewan kecil berwujud seperti tikus namun dapat berdiri dan berlari seperti manusia.

Gambar II.4 Gambaran visual karakter si Kancil pada dongeng eropa Sumber :

(25)

19 Dongeng Kancil tidak hanya mengisahkan tentang kehidupan Kancil dan hewan lainnya. Akan tetapi juga mengisahkan tentang budaya dari daerah. Hal ini didukung oleh pernyataan dari McKean, Humme, Brandes “Dongeng Kancil memiliki keunikan karya sastra, salah satunya terdapat pada latar belakang budaya, contohnya adalah cerita dongeng si kancil yang mengunakan latar belakang budaya jawa yang pernah diteliti oleh beberapa orang sarjana Eropa”.

McKean (seperti dikutip Danandjaja dalam Sukmawan, 2014) telah mencoba mengulas dongeng kancil dengan mempergunakan dua macam pendekatan, yakni pertama historis- difusionis, dan strukturalis. Menurut McKean metode ini dapat mengungkapkan hipotesis watak bangsa Indonesia (lebih khusus lagi orang Jawa). Metode difusionis dapat menerangkan asal dongeng si Kancil, tetapi tidak dapat menerangkan bagaimana dongeng-dongeng itu berhubungan dengan kebudayaan setempat. Untuk dapat mengerti fenomena itu McKean telah mencoba mencarinya dengan bantuan metode analisis strukturalis. Dengan metode strukturalis ini, dapat diketahui kepribadian folk Jawa yang mendukung dongeng si Kancil. Dimana masyarakat Jawa dalam mengasuh anaknya mempergunakan dongeng si Kancil, untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung didalam dongeng itu kedalam benak anak-anaknya. Karena Kancil mewakili tipe ideal orang Jawa (Melayu-Indonesia) sebagai lambang kecerdikan yang tenang dalam menghadapi kesukaran, selalu dapat dengan cepat memecahkan masalah-masalah yang rumit tanpa banyak ribut dan emosi.

II.4 Manfaat Dongeng Binatang Si Kancil Pada Anak

Membacakan cerita atau dongeng pada anak adalah salah satu cara berkomunikasi dengan anak, melalui cerita orang tua dapat menyampaikan pesan-pesan moral baik yang secara umum maupun yang diselipkan. Setelah disimpulkan dari berbagai sumber, dongeng binatang si kancil memiliki banyak manfaat untuk anak.

(26)

20 dapat disimpulkan bahwa kecerdikan tidak hanya digunakan untuk menolong diri sendiri tetapi juga dapat digunakan untuk menolong orang lain.

Pada kisah lain diceritakan si kancil sebagai binatang yang lemah seperti dicerita

“Sang Kancil dan Buaya”. Dicerita ini mengisahkan si kancil yang ingin

menyebrang sungai namun dikepung oleh para buaya, namun dengan kecerdikannya si kancil dapat memperdaya para buaya untuk membantunya menyebrang sungai. Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa orang yang lemah belum tentu kalah melawan orang yang lebih kuat, dengan cara berpikir dengan tenang masalah-masalah dapat diselesaikan.

Pada cerita si kancil biasanya terdapat dua tokoh yang memiliki karakter yang berbeda-beda, baik mental maupun fisik. Ada semacam perlawanan bahwa dalam kenyataan si kuat selalu menang, namun dalam cerita si kancil, si kuat tidak harus dihadapi dengan kekuatan pula. Akan tetapi, si kuat dapat dikalahkan dengan akal dan kecerdasan.

Dari berbagai macam dongeng binatang si kancil terdapat banyak manfaat dan nilai-nilai moral baik yang dapat membantu anak dalam mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, manfaat dongeng binatang si kancil dapat diketahui sebagai berikut :

 Membantu mengasah daya pikir anak dalam mengatasi masalah-masalah sehari-hari.

 Menumbuhkan nilai moral dan etika pada anak untuk menolong sesama dengan menggunakan kecerdasan.

 Meningkatkan kreatifitas anak dalam memecahkan suatu masalah dan menanamkan pemikiran bahwa setiap masalah pasti memiliki pemecahan.

 Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak bahwa anak yang lemah belum tentu kalah melawan anak yang lebih kuat, tidak dalam hal kekuatan tetapi dalam hal kecerdasan.

(27)

21 Dongeng binatang si Kancil memiliki banyak manfaat dan pesan moral yang dimaksudkan agar anak – anak mendapatkan pengalaman dan pemahaman tentang bagaimana moral yang baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari untuk menolong dan membantu orang lain dan juga diri sendiri. Walaupun beberapa dongeng si Kancil juga diceritakan tentang kelicikan si Kancil dalam hal menipu dan juga mencuri, untuk itu diperlukan peran penting orang tua dan guru dalam hal mengajarkan anak untuk menanamkan kesadaran akan sosok si Kancil dimana disatu sisi mengambarkan sifat baik namun di sisi yang lain menggambarkan sifat buruk. Untuk menggambarkan ciri sifat kewajaran manusia, mengingat si Kancil merupakan representasi manusia yang memiliki kekurangan dan kelebihan. Hal ini sangat penting agar anak-anak tidak mencontoh sifat atau perilaku si Kancil yang buruk namun hanya mengambil sifat positif dari dongeng si Kancil tersebut.

II.5 Pandangan Tentang Anak

Masa anak usia dini disebut juga sebagai masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai macam karakter atau ciri-ciri. Ciri-ciri ini tercermin dalam sebutan-sebutan yang diberikan oleh orang tua, pendidik dan ahli psikologi untuk anak usia dini (Hurlock dalam Nuryati, 2008). Bagi orang tua masa awal anak-anak merupakan masa yang sulit, karena anak-anak berada dalam proses pengembangan kepribadian. Proses ini berlangsung dengan disertai perilaku-perilaku yang kurang menarik untuk orang tua seperti melawan orang tua, marah tanpa alasan, takut yang tidak rasional dan juga sering merasa cemburu (Nuryati, 2008).

Anak yang cerdas adalah anak yang mendapat stimulasi tepat sesuai dengan usianya, terutama pada usia keemasan atau golden age (usia 0-5 tahun). Pada usia keemasan ini anak dapat menyerap segala hal dengan baik, pada usia inilah saat yang baik bagi orang tua untuk membacakan dongeng si kancil untuk anak agar nilai moral dan pesan yang terdapat dalam dongeng si kancil dalam diterapkan oleh anak dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

(28)

22 ini. Orang tua harus membantu dalam hal menyediakan sarana yang merangsang anak untuk berpikir lebih dalam seperti memberikan buku-buku, gambar-gambar, membacakan buku cerita atau dongeng, dan juga menjawab segala pertanyaan dari anak dengan bijak agar anak dapat mengembangkan kemampuan imajinasi, kreatifitas, berfikir dan mewujudkan gagasan anak dengan caranya masing-masing. Sebaliknya jika orang tua tidak berperan aktif dalam penyampaian nilai moral dan pesan yang terdapat dalam dongeng binatang tersebut, dapat membuat anak menjadi salah paham dan tidak mengerti. Orang tua juga menjadi kurang memahami tingkah laku dan kurang peka terhadap kondisi anak yang disebabkan karna kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua. Kondisi ini akan membuat anak melakukan sesuatu yang salah yang disebabkan karena anak kurang memahami perilaku dan tindakan yang ia lakukan.

II.6 Khalayak Masyarakat Terkait Dongeng Si Kancil

Khalayak Masyarakat, dalam pengertian berarti sasaran pembelian sebuah produk itu akan digunakan oleh siapa, dimana dan kapan saja untuk memaksimalkan penjualan produk tersebut.

Tabel II.1 Khalayak Masyarakat Terkait Dongeng Si Kancil Ket Khalayak Primer Khalayak Sekunder Demografis  Usia 6 – 13 tahun (usia

dimana anak sudah dapat memahami dan mencerna isi cerita) menikah dan memiliki anak usia 6 – 13 tahun)

 Kelas sosial menengah dan menengah atas

 Jenis kelamin laki – laki dan perempuan

Geografis Secara geografis buku ini diterbitkan di Indonesia, meliputi wilayah padat pemukiman dan perkotaan yang memiliki fasilitas pendukung

seperti toko buku dan perpustakaan.

(29)

23 dengan disertai perilaku-perilaku yang kurang menarik untuk orang tua seperti melawan orang tua, marah tanpa alasan, takut yang tidak rasional dan juga sering merasa cemburu

II.7 Pengetahuan Masyarakat Terkait Tokoh Si Kancil

Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan masyarakat terhadap tokoh si kancil dalam dongeng binatang, maka dilakukan penyebaran kuisioner. Bentuk kuisioner yang digunakan adalah pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang telah disediakan alternatif jawabannya, sehingga responden dapat memilih sesuai pengalaman atau pendapat responden. Dari penyebaran kuisoner terhadap 50 responden yang dilakukan di Taman lalu lintas kota Bandung maka diperoleh hasil data sebagai berikut :

Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

Gambar Diagram II.5 Sumber : Dok.pribadi

(30)

24

Hasil status responden yang telah didapat

Gambar Diagram II.6 Sumber : Dok.pribadi

Berdasarkan status responden, didapat sebanyak 12% berstatus telah bekerja, dan lainnya atau sisanya sebanyak 12% yang diantaranya sebagai ibu rumah tangga, menganggur dll.

Dibawah ini akan diperlihatkan pertanyaan-pertanyaan yang telah dituliskan dalam bentuk kuisioner yang telah diberikan kepada 50 responden. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut didapatkan hasil data jawaban para responden dan jumlah hasil jawaban para responden dibuatkan melalui hasil bentuk persentase. Berikut pertanyaan beserta hasil jumlah persentase jawaban para responden yang telah didapat.

(31)

25

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/I perlu/tidaknya membacakan dongeng pada anak ?

Gambar Diagram II.7 Sumber : Dok.pribadi

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/I perlu/tidaknya menanamkan nilai moral yang baik dalam dongeng kepada anak ?

perlu tidak perlu

Persentase 87% 13%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

(32)

26

Apakah cerita si kancil yang Bapak/ibu ketahui ?

Gambar Diagram II.9 Sumber : Dok.pribadi

Menurut bapak/ibu bagaimana penggambaran watak si kancil dalam cerita yang bapak/ibu ketahui ?

(33)

27

Menurut bapak/ibu wujud penggambaran tokoh si kancil dalam cerita yang Bapak/ibu ketahui ?

Gambar Diagram II.11 Sumber : Dok.pribadi

Menurut Bapak/Ibu/Saudara/I sulitkah mencari media buku dongeng khusunya dongeng si kancil ?

(34)

28 II.8 Opini Masyarakat Terkait Dongeng Si Kancil

Opini masyarakat terkait dongeng si Kancil yang didapat melalui hasil kuisioner pada tanggal 14 sampai 16 april tahun 2015, berlokasi di taman lalu lintas, Bandung. Dari 50 responden didapatkan hasil sebagai berikut, 28% beranggapan si kancil adalah binatang yang baik, 42% beranggapan si kancil adalah binatang yang nakal, 22% beranggapan si kancil adalah binatang yang cerdik dan sisanya yaitu 8% beranggapan bahwa si kancil adalah binatang yang licik. Berdasarkan hasil kuisioner dapat disimpulkan bahwa masyarakat khususnya orang tua menganggap tokoh si Kancil memiliki sifat yang nakal, namun sebagian orang tua beranggapan bahwa si Kancil memiliki sifat yang cerdas. Pemaknaan sifat yang berbeda tentang tokoh si Kancil disebabkan karena cerita yang didengar masyarakat beragam. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa masyarakat khususnya orang tua yang beranggapan bahwa si Kancil adalah tokoh yang nakal disebabkan karena umumnya mendengar atau membaca cerita “Si Kancil dan Pak Tani” yang mana didalam cerita, si Kancil digambarkan sebagai hewan nakal

yang senang mencuri mentimun di ladang pak Tani, sedangkan masyarakat yang beranggapan bahwa si Kancil adalah tokoh yang cerdas karena umumnya

mendengar atau membaca cerita dongeng “Si Kancil memperdaya Buaya” yang mana didalam cerita, si Kancil yang cerdas berhasil memperdaya para buaya agar ia dapat menyebrang sungai.

(35)

29 II.9 Kesimpulan dan Solusi

(36)

30 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan mengangkat tokoh si Kancil dalam dongeng binatang. Perancangan ini bertujuan untuk menginformasikan secara jelas tentang tokoh si Kancil didalam cerita dongeng binatang anak-anak. Dalam perancangan buku ilustrasi tokoh si Kancil, diperlukan strategi yang tepat agar nantinya pesan yang disampaikan kepada target audience dapat diterima dengan baik secara efektif. Media ilustrasi berupa gambar yang menarik dapat memudahkan berkomunikasi dengan baik kepada anak yang mana dibantu narasi visual dari orang tua untuk menjelaskankan gambar tersebut. Anak-anak lebih tertarik terhadap gambar, karena gambar yang menarik dapat membantu merangsang daya pikir dan imajinasi seorang anak. Adapun strategi perancangan yang akan dilakukan mengenai buku ilustrasi tokoh si Kancil adalah menawarkan perancangan kemasan dan gaya ilustrasi yang menarik minat anak-anak untuk membaca dan mengetahui sosok si Kancil dengan jelas.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Dalam suatu penyampaian informasi, dibutuhkan suatu komunikasi yang mampu menyampaikan informasi tersebut mudah dimengerti oleh target audiens. Penyampaian komunikasi tersebut dapat berupa bahasa visual maupun bahasa verbal, yang dapat memberikan efek ketertarikan dan rasa ingin tahu target audiens terhadap komunikasi yang disajikan.

• Tujuan Komunikasi

(37)

31 • Materi Pesan

Point materi yang akan disampaikan dalam buku ilustrasi tentang sosok si Kancil dalam dongeng binatang adalah sebagai berikut:

a. Terdapat 4 buah cerita tentang si kancil yang mana disetiap cerita menceritakan tentang sifat baik dan buruk dari tokoh si kancil yang dibuat seimbang, antara sifat yang baik dan sifat yang buruk, serta pesan moral yang terdapat disetiap akhir cerita.

b. Informasi tentang binatang-binatang yang dikemas dalam ilustrasi menarik. c. Permainan tentang binatang yang dimainkan bersama orang tua.

• Pendekatan Komunikasi Secara Visual

Pendekatan visual dalam perancangan buku ini mengadaptasikan konsep gaya ilustrasi Mary Blair dan Amna Oriana yang stylenya menggunakan tekstur crayon atau pensil warna, yang mana akan memberikan ketertarikan dan perhatian disesuaikan dengan target audiens yaitu anak-anak.

Gambar III.1 Contoh gaya visual Mary Clair

(38)

32 • Pendekatan Komunikasi Secara Verbal

Pendekatan secara verbal yang digunakan adalah bahasa Indonesia, karena target audiens merupakan anak-anak Indonesia. Namun tidak menggunakan kata-kata yang terlalu formal dan juga menggunakan kata-kata yang masih asing untuk anak-anak, agar merangsang rasa ingin tahu dan memerlukan bantuan orang tua untuk menjelaskan kepada anak dan ini sebagai media yang dapat mempererat hubungan antara anak dan orang tua.

III.1.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif pada media buku ilustrasi tentang tokoh si Kancil dalam dongeng binatang ini adalah berupa penyampaian informasi mengenai sifat dan karakter si kancil melalui cerita pada gambar atau storytelling yang mana muatan pesan yang terkandung didalam buku ilustrasi si Kancil ini dapat membantu anak mengerti hal yang baik ditiru dan yang tidak baik ditiru dari tokoh si Kancil. Melalui buku ilustrasi akan membuat target audiens mengembangkan kreatifitas dan daya imaginasinya. Dalam mendengarkan cerita, anak dapat membentuk gambarannya sendiri tentang sosok si kancil, dan juga melalui permainan yang dimainkan bersama orang tua, sehingga anak dapat berinteraksi lebih banyak bersama orang tua.

III.1.3 Strategi Media III.1.3.1 Cerita

(39)

33 III.1.3.2 Media Utama

Media Utama akan menggunakan buku ilustrasi yang akan menjelaskan tentang memberikan informasi tentang sifat dan sosok si kancil dalam berbagai cerita yang mana memiliki unsur positif dan negatif, sehingga anak-anak mengerti hal yang baik ditiru dan yang tidak dalam kehidupan sehari-hari. Sekaligus menanamkan budaya bercerita kepada anak melalui buku ilustrasi. Buku ilustrasi si kancil ditujukan untuk target primer yaitu anak-anak berusia 6-13 tahun, karena pada usia tersebut keingintahuan anak cukup tinggi, sehingga dengan bercerita anak dapat belajar mengolah informasi baik secara visual maupun verbal.

(40)

34 Gambar III.2 Contoh buku ilustrasi

Sumber: https://www.behance.net/gallery/24964963/The-Jungle-Book.jpg (3 Mei 2015)

III.1.3.3 Media Pendukung

Media pendukung berfungsi untuk menunjang media utama dan biasanya dikemas secara menarik yang nantinya dapat menarik minat target audiens untuk membeli media utama. Adapun media pendukung yang akan digunakan untuk buku ilustrasi adalah sebagai berikut:

• Tahap Informasi a. Brosur

Media ini merupakan media yang luas dalam penyebarannya, walaupun lebih ke individu namun brosur bisa memberikan informasi secara detail. b. Media Sosial

(41)

35 • Tahap Persuasif

a. Poster A3

Menurut Sudjana dan Rivai, Poster adalah kombinasi visual dari rancangan yang kuat dengan warna dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat, tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti dalam ingatannya.

Menyesuai dengan target audiens, tujuan penggunaan media poster adalah untuk menarik perhatian masyarakat akan media utama yang di tawarkan.

Gambar III.3 Contoh Poster

Sumber : https://www.behance.net/gallery/22991675/On-the-edge-of-your-seat.jpg (3 Mei 2015)

b. X- banner

Media yang dapat memberikan informasi yang panjang dan lebih jelas yang bersifat mengajak.

• Tahap Souvenir

(42)

36 a. Pembatas Buku

Pembatas Buku merupakan salah satu promosi yang digunakan dan untuk sarana memberi tanda pembatas pada halaman-halaman buku, tujuannya untuk memberi batasan pada halaman yang sudah dibaca dan nanti akan dibaca kembali, agar menarik dapat diberi logo atau gambar-gambar yang menarik.

Gambar III.4 Contoh pembatas buku

Sumber: http://pixel.brit.co/wp-content/uploads/2013/08/Book-21-Bonus.jpg (3 Mei 2015)

b. Stiker

(43)

37 Gambar III.5 Contoh stiker

Sumber: https://www.behance.net/gallery/10373985/Stiker-colection-Goggs-Faces-9974.jpg (3 Mei 2015)

c. Pin

Pin juga merupakan media pendukung untuk menarik minat masyarakat untuk membeli media utama.

Gambar III.6 Contoh pin

Sumber: http://202.67.224.140/pdimage/82/3141482_pin-1.jpg (3 Mei 2015)

d. Kaos

(44)

38 Gambar III.7 Contoh Kaos dengan ilustrasi

Sumber: https://www.behance.net/gallery/21765583/WEZZE-textile-and-t-shirt-design.jpg (3 Mei 2015)

e. Papercraft

Papercraft merupakan media pendukung yang bertujuan untuk menarik konsumen primer yaitu anak-anak agar membeli media utama.

III.1.4 Strategi Distribusi

Media utama yang digunakan adalah buku ilustrasi yang pada nantinya akan ditawarkan pada penerbit yang memiliki ketertarikan dalam penerbitan buku anak. Penerbit buku seperti Gramedia menjadi target utama pendistribusian buku ini. Titik pendistibusian buku ini mencakup kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya.

Berikut jadwal pendistribusiannya :

Tabel III.1 Jadwal pendistribusian Sumber : data pribadi

Tahapan Media

Tahun 2015/2016

Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Brand

Awareness Poster,x-banner

Informatif Brosur

(45)

39

Reminding Souvenir

Media Utama Buku Ilustrasi

III.2 Konsep Visual

Dalam sebuah media informasi yang menarik dan informatif, konsep visual menjadi hal yang sangat penting. Konsep visual dalam buku ilustrasi tentang tokoh si kancil ini menggunakan gaya gambar pribadi namun pewarnaan dan gaya gambar itu sendiri tetap mengacu pada gaya ilustrasi Mary Clair, Amna Oriana dan Mira Widhayati dalam buku “Dongeng Misterius dari Lima Benua” karena pewarnaan dan gaya pada buku tersebut lebih nyaman dan cocok untuk anak-anak,

serta menggunakan

Buku Ilustrasi tentang tokoh si kancil akan dibuat dengan ukuran 148 mm x 210 mm dengan format portrait, ukuran yang cukup luas untuk pandangan seorang anak. Dengan bentuk buku yang berbentuk persegi panjang membuat anak lebih nyaman dalam membaca dan melihat visual.

(46)

40 Gambar III.9 Referensi format desain

Sumber : https://www.behance.net/gallery/19971297/Childrens-book-Het-Prullalamonster-09897.jpg (22 April 2015)

III.2.2 Tata Letak (Layout)

Tata letak bertujuan agar elemen visual dan verbal menjadi komunikatif, yang akan membuat target audiens lebih mudah dan nyaman dalam membacanya. Format layout buku ilustrasi “Si Kancil” lebih menonjolkan visual atau ilustrasinya sebagai pusat perhatiannya.

Adapun format cara membaca dan tata letak ilustrasi dalam bukunya seperti gambar di bawah ini.

Gambar III.10 Tata letak ilustrasi dan cara pembacaan Sumber : Dokumentasi pribadi

(47)

41 III.2.3 Tipografi

Huruf yang digunakan adalah jenis huruf yang biasa digunakan untuk anak-anak, jenis huruf yang terlihat santai, namun tetap tegas dan juga nyaman saat membaca cerita. Berikut adalah jenis-jenis font yang digunakan:

Menurut Abdinegara berdasarkan informasi dari artikel Typography for Children (seperti dikutip www.itcfonts.com), ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan typeface untuk anak-anak. Beberapa hal yang perlu dihindari adalah penggunaan typeface yang bersifat condensed (ramping) maupun expanded (lebar) karena akan mempersulit pengenalan kata bagi anak-anak. Typeface yang terlalu tipis atau terlalu tebal juga akan mengganggu keterbacaan. Ukuran teks yang lebih besar juga lebih mempermudah keterbacaan bagi anak-anak.

Gambar III.11 Font Contibute, Dk Cool Crayon, dan Happy Fox Sumber : www.dafont.com/cartoon

• Judul

(48)

42 visual pada cover buku. Bentuknya yang cukup rumit namun tetap memiliki keterbacaan yang jelas

• Sub judul

Font yang digunakan pada sub judul adalah font“Dk Cool Crayon”, jenis font ini cocok untuk dijadikan sub judul karena bentuknya dan tekstur yang menyerupai krayon dan tidak beraturan menggambarkan karakter anak-anak yang polos dan bersahabat.

• Isi teks

Font yang digunakan pada isi teks adalah font“Happy fox”, jenis font ini yang memiliki karakter ramping sehingga memudahkan anak-anak untuk membaca teks dan tidak membuat anak-anak cepat lelah jika membacanya.

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan pada buku ilustrasi adalah dengan gaya perwarnaan mengacu pada buku ilustrasi Mary Clair, Amna Oriana dan Mira Widhayati dengan pewarnaan yang halus dan cocok untuk anak-anak yang bertujuan membuat target audiens nyaman dan tidak mudah lelah dalam membacanya.

III.2.4.1 Studi Karakter

Buku ilustrasi tentang “Si Kancil” ini menggunakan Kancil sebagai karakter utama yang menonjol dalam buku ceritanya.

Gambar III.12 Referensi kancil karakter 1

(49)

43 Kancil dibuat berbeda-beda disetiap cerita dan juga setiap karakter menggambarkan sifat yang berbeda pula seperti karakter anak kecil dari anak yang satu dan yang lainnya.

Gambar III.13 Studi karakter kancil 1 Sumber: Dokumentasi Pribadi

Karakter Kancil pada cerita pertama dalam buku ilustrasi “Si Kancil” mendapat perlakuan stilasi (jenis menggambar yang menyederhanakan bentuk dengan tidak meninggalkan karakter bentuk aslinya). Menggunakan warna merah muda terang untuk memberi kesan lebih berwarna pada cerita.

Gambar III.14 Referensi kancil pada cerita 2

(50)

44 Penggambaran karakter kancil pada cerita dua, didapat dari bentuk referensi rubah dan tikus pada gambar diatas, bentuk rubah diubah dan disesuaikan dengan bentuk kancil pada umumnya

Gambar III.15 Studi karakter kancil pada cerita 2 Sumber : Dokumentasi pribadi

Namun kancil pada cerita ini mengenakan pakaian, berbeda dari cerita sebelumnya, tujuannya adalah agar wujud si kancil tidak monoton.

Gambar III.16 Referensi kancil pada cerita 3

(51)

45 Karakter kancil dan siput pada cerita ketiga mengikuti referensi. Kancil pada cerita ketiga dibuat seperti bentuk kancil pada umumnya, namun disini si kancil dapat berdiri, untuk menunjukkan karakter sombong pada si kancil dicerita ketiga.

Gambar III.17 Studi karakter kancil dan siput pada cerita 3 Sumber: dokumentasi pribadi

Siput digambarkan seperti siput namun memakai kacamata untuk menunjukkan bahwa walaupun lemah siput adalah hewan yang cerdas.

Gambar III.18 Referensi kancil pada cerita 4

Sumber: https://www.behance.net/metahatem.jpg (22 Juni 2015)

(52)

46 menunjukkan karakter anak laki-laki. Karakter gagak dan angsa didapat dari proses stilasi, penyederhanaan bentuk gagak dan angsa.

Gambar III.19 Studi karakter kancil dan gagak pada cerita 4 Sumber: dokumentasi pribadi

Karakter Kancil pada 4 cerita yang terdapat pada buku ilustrasi “Si Kancil”, dibuat berbeda seperti kancil di buku dongeng indonesia. Kancil didalam buku dibuat lebih modern, mengikuti perkembangan jaman dan perkembangan ilustrasi anak sekarang ini. Diharapkan buku dapat bersaing dengan buku-buku dongeng terkenal dari luar negeri.

III.2.4.2 Studi Lokasi

(53)

47 . Gambar III.20 Referensi Isabelle Arsenault

Sumber:

http://4.bp.blogspot.com/- MW_PJflTDpk/T18s14VQjaI/AAAAAAAAAiI/_JHXl-xim9g/s1600/master-virginia-VF-15.jpg (2 juli 2015)

Referensi ilustrasi berdasarkan karya ilustrator buku cerita anak-anak oleh Isabelle Arsenault.

(54)

48 III.2.5 Warna

J. Linschoten dan Drs. Mansyur (seperti dikutip Hakim, 2012) mengatakan, Warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda. Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda.

Karena target audiens merupakan anak-anak, maka warna dalam buku ilustrasi tentang “Si Kancil” ini memilih warna pastel (warna lembut) merupakan warna yang memiliki contrast lebih soft karena warna pembangunnya dikombinasikan dengan warna putih, sehingga membuat mata tidak mudah lelah.

Teknik pewarnaan menggunakan Digital Painting, ini dilakukan karena mengacu dari buku-buku ilustrasi anak modern sekarang banyak menggunakan teknik digital paint, selain lebih mudah dalam hal mengedit, teknik ini juga dikenal lebih cepat dibandingkan teknik manual. Gaya pewarnaan mengacu pada gaya warna buku ilustrasi karya “Dongeng Misterius dari Lima Benua”.

(55)

49 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA IV.1 Proses Pembuatan Buku Ilustrasi

Proses pembuatan buku ilustrasi ini dimulai dari mencari cerita dongeng si kancil yang sudah ada, mengembangkannya menjadi cerita pendek yang kemudian dibagi perhalaman bagian dari cerita yang akan di ilustasikan. kemudian potongan cerita berupa storyboard yang sudah dipilih melalui proses sketsa sudah mencapai tahap gesture, ekspresi, dan dialog.

Setelah storyboard selesai, baru kemudian dibuatlah sketsa awal yang telah di studi visual dari berbagai sumber terlebih dahulu yang akan menjadi hasil akhir dari visual yang akan dijadikan buku ilustrasi, tetapi sebelum pemindahan dari storyboard ke dalam sketsa awal langsung di komputer yang digambar menggunakan pen tablet, kemudian dilakukan proses menentukan ukuran margin kertas dan visual akhir buku ilustrasi.

Gambar IV.1 Proses Sketsa Awal Sumber: Dokumentasi pribadi

(56)

50 Gambar IV.2 Proses pewarnaan dan outline

Sumber: dokumentasi pribadi

Maka langkah selanjutnya adalah proses penambahan karakter si kancil dan dilanjutkan dengan pewarnaan. Proses pewarnaan ini juga dilakukan secara digital menggunakan brush dry media yang sudah terpasang di photoshop.

(57)

51 Proses selanjutnya adalah tahap koreksi, yaitu dimana tahap ini mengkoreksi bagian-bagian kecil yang belum diwarnai seperti rumput dan bebatuan. Setelah tahap koreksi selesai, barulah tahapan pemberian shading dan lighting untuk menambahkan kesan yang lebih hidup.

Gambar IV.4 Proses detail dan pemberian shading Sumber: dokumentasi pribadi

Kemudian proses terakhir adalah komposisi layout yang dilakukan kembali untuk menempatakan posisi yang diinginkan. Penempatan teks pun disesuaikan dengan ruang sehingga tidak terlihat kosong.

(58)

52 IV.2 Media Utama

Media Utama yaitu buku ilustrasi yang memberikan informasi tentang si kancil.

Gambar IV.6 Buku Ilustrasi Si Kancil Sumber : Dokumentasi pribadi

IV.2.1 Sampul

Gambar IV.7 Sampul dan belakang sampul buku ilustrasi si kancil Sumber : dokumentasi pribadi

(59)

53 Pada sampul buku ilustrasi terdapat judul utama buku dan nama pengarang untuk memudahkan identifikasi judul buku, selain itu pada sampul terdapat ilustrasi tokoh anak-anak menggunakan kostum kancil yang dimaksudnya bahwa sosok si kancil seperti anak-anak, ada sosok anak nakal dan ada juga sosok anak yang baik. Pada bagian cover belakang juga terdapat sinopsis dari buku ilustrasi ini sehingga pembeli dapat mengetahui sekilas cerita sehingga mereka tertarik.

IV.2.2 Isi Buku

Gambar IV.8 Contoh halaman ilustrasi Sumber: dokumentasi pribadi

Ukuran : 210 x 148 mm Material : Art paper 300 gram Jumlah halaman : 56 halaman

Teknis produksi : Digital Print

Jilid : -

(60)

54 IV.3 Media Pendukung

IV.3.1 Poster

Gambar IV.9 Poster Sumber: Dokumentasi pribadi Media Pendukung : Poster

Ukuran : 297 x 420 mm Material : Art Paper 260 gram Teknis produksi : Cetak offset sparasi

Jilid : -

(61)

55 IV.3.2 Brosur

Gambar IV.10 Brosur Sumber: dokumentasi pribadi

Media Pendukung : Brosur

Ukuran : 210 x 297 mm

Material : Art Paper 210 gram Teknis produksi : Cetak offset sparasi

(62)

56 IV.3.3 Media Sosial

Gambar IV.11 Media Sosial Sumber: dokumentasi pribadi Media Pendukung : Media Sosial

Ukuran : Menyesuaikan

Material : -

Teknis produksi : -

(63)

57 IV.3.4 X-Banner

Gambar IV.12 X-Banner Sumber: Dokumentasi pribadi Media Pendukung : Banner

Ukuran : 160 x 60 cm Material : Luster

Teknis produksi : Digital Printing

(64)

58 IV.3.5 Display Trophee

Gambar IV.13 Display Trophee Sumber: Dokumentasi pribadi Media Pendukung : Display Trophee

Ukuran : 210 x 297 mm Material : Art Paper 260 gram Teknis produksi : Digital Printing

(65)

59 IV.3.6 Stiker Line

Gambar IV.14 Stiker line Sumber: Dokumentasi pribadi

(66)

60 IV.3.7 Pembatas Buku

Gambar IV.15 Pembatas buku Sumber: data pribadi

Media Pendukung : Pembatas Buku dan Penggaris Ukuran : 4 x 15 cm

Material : Art Paper 210 gram Teknis produksi : Digital Printing

(67)

61 IV.3.8 Stiker dan Pin

Gambar IV.16 Stiker dan Pin Sumber: dokumentasi pribadi

Media Pendukung : Stiker Ukuran : Disesuaikan

Material : Stiker Cromo dan stikertransparant Teknis produksi : Digital Printing

Media Pendukung : Pin

Ukuran : 4,5 x 4,5 cm Material : Plastik

(68)

62 IV.3.9 Baju

Gambar IV. 17 Baju Sumber : dokumentasi pribadi

Media Pendukung : Baju Ukuran : 20 x 10 cm

Material : Cotton combed 20 s

(69)

63 IV.3.10 Mug

Gambar IV.18 Mug Sumber : Dokumentasi Pribadi Media Pendukung : Mug

Ukuran : 20 x 8 cm Material : Tanah liat Teknis produksi : -

IV.11 Totebag

Gambar IV.19 Totebag Sumber : Dokumentasi pribadi Media Pendukung : Totebag

(70)

64 Material : Canvas

Teknis produksi : Sablon DTG (Direct To Garment) IV.12 Papercraft

Gambar IV.20 Papercraft Sumber : Dokumentasi pribadi

Media Pendukung : Papercraft Ukuran : 210 x 297 mm Material : Art Paper 260 gram Teknis produksi : Digital Printing

(71)

65

DAFTAR PUSTAKA

Dalmais, Anne Marie. (2012). Kumpulan Dongeng Binatang. Jakarta: PT. Gramedia

Luthfiya, Elfi. (2013). Kumpulan Dongeng Si Kancil 2. Jakarta: Suka Buku. Nuryati, Lusi. (2008). Psikologi Anak. Jakarta: PT. Indeks.

Prasasti, Wiwien Dinar. (2006). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks. Rustan, Surianto. (2009). Layout, Dasar dan penerapannya. Jakarta: PT.

Gramedia

Safanayong, Yongky. (2010). Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: PT. Arte Intermedia

Ajid. (2010). Perancangan Situs Dongeng Binatang (Fabel) Indonesia. Bandung: Tugas Akhir pada DKV UNIKOM .

Sukmawan, Sony. (2014). Representasi Budaya Jawa Dalam Dongeng Si Kancil. Malang: Skripsi pada FIB UNIBRAW.

Sudhana, Hilda. (2014). Perbedaan Agresivitas Pada Anak Usia Dini Yang Dibacakan Dongeng Dengan Yang Tidak Dibacakan DOngeng Sebelum Tidur Oleh Ibu. Jurnal Penelitian pada FPsi Udayana Bali : tidak diterbitkan.

(72)
(73)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata Mahasiswa

Nama Lengkap : Rizky Rizaldy Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat dan Tanggal Lahir : Singkawang, 21 Januari 1994 Kewarganegaraan : Indonesia

Status perkawinan : Belum Menikah Tinggi, berat badan : 168 cm, 51 kg Kesehatan : Sangat Baik

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Jalan. Tubagus Ismail Raya no.124a Bandung Handphone : 085310104994

Email : rikyrizaldy@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Tahun 1999 – 2005 : MIM Singkawang

Gambar

Gambar Diagram II.7  Sumber : Dok.pribadi
Gambar Diagram II.9
Gambar III.1 Contoh gaya visual Mary Clair
Gambar III.2 Contoh buku ilustrasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

In the southern part of the Western Mediterranean attributed to the Atlantic water flow, high submesoscale eddy activity either exists during the entire year or intensifies during

Dahr digunakan dalam arti waktu yang dilalui oleh masa sejak terciptanya alam hingga punahnya. Dahr yang terdapat dalam surat Al-Insan ayat 1, penulis memahami

DAFTAR IS1 Halaman KATA PENGANTAR... MODEL KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari enam variabel yang diteliti, variabel jenis pekerjaan, jumlah jam kerja, sosial ekonomi, paparan promosi susu formula dan

In what follows we prove the existence of three critical points for a function which is bounded below and has a local linking at 0.. Consider two sequences

1. Ini menunjukkan nilai kredit CAR lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8% maka rasio yang dicapai

Kebijakan strategi film dalam budaya global sebagai bentuk ketahanan budaya bangsa di Indonesia bahwa di Indonesia aturan hukum yang mengatur Pertama kali

adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada. daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus