PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI PENDIDIKAN
TERHADAP MUTU LULUSAN AKADEMI
KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Oleh
ERIKA
067012008/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI PENDIDIKAN
TERHADAP MUTU LULUSAN AKADEMI
KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ERIKA
067012008/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI
PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LULUSAN
AKADEMI KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA MEDAN TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Erika
Nomor Pokok : 067012008
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Aman Nasution, MPH) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B MSc)
Telah diuji
Pada Tanggal : 22 Desember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Aman Nasution, MPH
Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, Msi
2. Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM
PERNYATAAN
PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI PENDIDIKAN TERHADAP MUTU
LULUSAN AKADEMI KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 16 Agustus 2008
ABSTRAK
Rendahnya kualitas pendidikan akademi keperawatan merupakan suatu hambatan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Mutu lulusan akademi keperawatan masih rendah, dilihat dari indikator kalah bersaing perawat Indonesia jika dibandingkan dengan perawat Negara lain. Mutu institusi pendidikan merupakan salah satu elemen yang memberi kontribusi terhadap kondisi tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan sumberdaya institusi pendidikan (sumberdaya manusia tetap, sarana, prasarana, kurikulum, pembiayaan, dan manajemen) terhadap mutu lulusan pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan tahun 2008.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan pada setiap institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan yang terdiri dari 15 institusi. Seluruh institusi pendidikan tersebut dijadikan sampel. Data institusi pendidikan dikumpulkan melalui dokumen, observasi, dan wawancara. Sampel mahasiswa institusi diambil secara proporsional sebanyak 89 orang dari 808 orang mahasiswa semester akhir tahun ajaran 2007/2008, sedangkan data mahasiswanya dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan ujian akhir program tahun 2008. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney U.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumberdaya institusi pendidikan dan semua unsur-unsur dari sumberdaya institusi pendidikan (sumberdaya manusia, sarana, prasarana, kurikulum, pembiayaan, dan manajemen) mempunyai peranan dalam mempengaruhi mutu lulusan.
Disarankan perlu adanya pengawasan yang ketat dalam hal kebutuhan sumberdaya dan operasional pendidikan dari Kopertis Wilayah I dan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara terhadap pendidikan akademi keperawatan di Kota Medan, dan perhatian dari Direktur Akademi Keperawatan untuk meningkatkan sumberdaya institusi pendidikan agar dapat meningkatkan mutu lulusannya.
Kata kunci: sumberdaya, mutu lulusan
ABSTRACT
The low quality of nursing academy is a constrain to produce qualified graduates. In Indonesia the graduates’ quality of nursing academy still low, it seems from the indicator that Indonesian nurses lose the competition with the nurses from the other country. The institutions’ quality is one of the elements that give constribution to that condition.
This research aim to analyze the role of the educational institution resources (human resources, facilities, infrastructure, curriculum, financing, and management) to the graduates quality of private educational institution of nursing academy in Medan in 2008.
This descriptive research was conducted in 15 private educational institution of nursing in Medan. All of the institutions are samples. The data is collected from document, observation and interview. To get the information about the students’ knowledge, skill, and attitude, through proportional sampling technique, 89 of the 808 third years students were selected to be interviewed. Analyses data used Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney U test.
The research result shows that resources and all of elements (human resources, facilities, infrastructure, curriculum, financing and management) owned by the educational institution of nursing have role in influencing the graduates quality.
High Education and Health Services of North Sumatera Province are suggested to strictly control on the resources need and education operational need to the educational institution of nursing in Medan, and the director of the institution need to pay more attention and improve the quality of their human resources that the quality of the graduates can be improved.
KATA PENGANTAR
Puja dan puji penulis sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang
berjudul “Pengaruh Sumberdaya Institusi Terhadap Mutu Lulusan Akademi
Keperawatan Swasta di Kota Medan”. Penulis menyadari bahwa tesis ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun
bahasannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun demi menyempurnakan tesis ini.
Dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak mengalami kesulitan
akan tetapi berkat bantuan yang berharga dari berbagai pihak maka penulis
dapat menyelesaikan tesis ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc sebagai Direktur SPs USU
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS sebagai Ketua Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
3. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi sebagai Sekretaris Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
4. Bapak Prof. dr. Aman Nasution, MPH sebagai Ketua Komisi Pembimbing
5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi sebagai pembimbing yang telah banyak
membantu penulis dalam metodologi dan pengolahan data sampai
selesainya pembuatan tesis ini.
6. Ibu. Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM sebagai penguji yang telah banyak
memberikan masukan dan kritik demi perbaikan tesis ini.
7. Bapak dr. Fauzi, SKM sebagai penguji yang telah banyak memberikan
masukan dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.
8. Kepada seluruh Staff SPs USU Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan.
9. Kepada suami dan anak tercinta serta keluarga yang telah banyak
memberikan dukungan dan bantuan moril dan materi dalam penyelesaian
pembuatan tesis ini.
10.Dan seluruh teman – teman yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan tesis ini.
Semoga tesis ini ada manfaatnya bagi semua pembaca terutama bagi
penulis sendiri serta yang membutuhkannya, serta bermanfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah praktis pada
manajemen pendidikan.
Medan, 16 Agustus 2008 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Erika, lahir di Sidikalang tanggal 15 Agustus 19963, anak pertama dari 7
(tujuh) bersaudara dari bapak J. Pasaribu (Alm) dan Ibu B. Simbolon. Menikah
dengan Irzal Koto tahun 1989, telah dikaruniai 2 (dua) orang anak yaitu Wina Viqa
Sari dan Rahma Fridayana Fitri.
Menamatkan sekolah dari SD Negri I Pekan Gebang Kabupaten Langkat
Sumatera Utara tahun 1977, SMP Swasta Simpang Kolam Gebang Kabupaten
Langkat Sumatera Utara tahun 1980, SMA Widiyasana Medan Sumatera Utara tahun
1983, Akademi Keperawatan Darma Agung Medan Sumatera Utara Tahun 1988,
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Tahun 2001, Fakultas Keperawatan Prima
Indonesia tahun 2007, Dan saat ini sedang menyelesaikan pendidikan Magister
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di sekolah Pascasarjana USU.
Bekerja di RS Herna Medan sebagai Perawat Ruangan dari tahun 1988 –
1991, di RS Haji Mina Medan sebagai Perawat ICCU/ICU dari tahun 1992 – 2002, di
Akademi Keperawatan Harapan Mama sebagai Dosen dan Pengabdian Kepada
Masyarakat tahun 1989 – 2002, di Akademi Keperawatan Indah Medan sebagai
DAFTAR ISI
2.2. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan... 16
2.6. Landasan Teori ... ... 58
4.2.4. Kurikulum institusi pendidikan akademi keperawatan 5.1. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta
Di Kota Medan ... 118 5.1.5. Peranan pembiayaan institusi pendidikan terhadap muttu
lulusan ... 128 5.1.6. Peranan manajemen institusi pendidikan terhadap mutu
lulusan ... 129 5.2. Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi
BAB. VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 133
6.1. Kesimpulan ... 133
6.2. Saran ... 136
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Standar Sumberdaya Manusia Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan 20
2.2. Standar Sarana dan Prasarana Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan 22
2.3. Proses Belajar Inter Aktif ... ... 31
2.4. Standar Sumberdaya Pendidikan ... 65
3.1. Besar Sampel Mahasiswa Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan .. 72
3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 74
3.3. Pengukuran Terhadap Variabel Independen ... 79
3.4. Pengukuran Terhadap Variabel Dependen ... 80
4.1. Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Rumah Tangga (KK) Kota Medan ... 83
4.2. Distribusi Jumlah Mahasiswa Berdasarkan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan tahun 2008 ... 95
4.3. Distribusi Kualifikasi Pendidikan Pimpinan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan 2008 ... 96
4.4. Distribusi Pengetahuan Pimpinan Terhadap Penjabaran Strategi ... 97
4.5. Distribusi Kualifikasi Pendidikan Dosen tetap Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan swasta di Kota Medan Tahun 2008 ... 97
4.6. Distribusi Tenaga Laboratorium Berdasarkan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di kota Medan Tahun 2008 ... 98
4.7. Distribusi Tenaga Penunjang Berdasarkan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan Tahun 2008 ... 99
4.9. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota
Medan Berdasarkan Sumberdaya ... 101
4.10. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota
Medan Berdasarkan Sumberdaya Manusia Tetap ... 102
4.11. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota
Berdasarkan Sarana ... 103
4.12. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota
Medan Berdasarkan Prasarana ... 104
4.13. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota
Medan Berdasarkan Kurikulum ... 105
4.14. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta
di Kota Medan Berdasarkan Pembiayaan ... 106
4.15. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota
Medan Berdasarkan Manajemen ... 107
4.16. Distribusi Nilai Mahasiswa Ujian Akhir Program Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008 ... 108
4.17. Hasil Uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney U Sumberdaya Institusi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Hubungan Antara Organisasi, Administrasi dan Manajemen Pendidikan 36
2.2. Bentuk Penilaian Pengetahuan ...……… 54
2.3. Bentuk Penilaian Keterampilan ...…... 55
2.4. Bentuk Penilaian Sikap/perilaku ...………….… 57
2.5. Analisis Sistemik Mengenai Komponen Evaluasi-Diri ... 60
2.6. Kerangka Pikir Pengukuran Mutu ... 66
2.7. Determinan yang Mempengaruhi Mutu Struktur Organisasi ... 67
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Jadwal Penelitian ... 144
2. Kuesioner ………... 145
3. Format Penilaian Pencapaian Kompetensi Akademi Keperawatan ... 155
4. Distribusi Tenaga Penunjang Berdasarkan Institusi ... 158
5. Kualifikasi Pimpinan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan .. 160
6. Rekapitulasi Suberdaya ………. 162
7. Rekapitulasi Nilai Mahasiswa ... 166
8. Hasil Uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney U ………... 170
9. Surat Penelitian ………. 177
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan dan perkembangan akademik diperguruan tinggi tidak terlepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta tuntutan dari masyarakat
seiring dengan meningkatnya kualitas kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang cepat telah memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek
kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan dan mutu lulusannya.
Menurut pendapat Tilaar (2004), dapat disimpulkan bahwa tuntutan tersebut
menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, diantaranya pembaharuan kurikulum,
penyusunan standar kompetensi tamatan/lulusan yang berlaku secara nasional serta
daerah menyesuaikan dengan kondisi setempat, agar mutu lulusan perguruan tinggi
sesuai dengan standar.
Sesuai dengan SK Menteri Pendidikan Nasional 232/U/2000 tentang pedoman
penyesuaian kurikulum dan penilaian hasil belajar mahasiswa dan SK Menteri
Pendidikan Nasional 045/U/2002 tentang persentase kurikulum inti dan kurikulum
institusional, perguruan tinggi dituntut untuk menggunakan kurikulum yang berbasis
kompetensi, tujuannya adalah agar perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan yang
berkualitas, kompeten bagi pembangunan bangsa dan negara, dan dapat mewujudkan
visi pendidikan tinggi Indonesia 2010. Visi pendidikan tinggi 2010 berorientasi pada
berkualitas tinggi, menjamin akses bagi semua calon dan peserta didik yang
memenuhi persyaratan mutu akademik dan memiliki otonomi yang dapat menjamin
terselenggaranya kegiatan akademik yang efisien dan berkualitas.
Kegiatan akademik diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 tahun 2003)
Artinya masing-masing aspek ini dikembangkan setinggi-tingginya sesuai
dengan potensinya dan tersedianya sumber-sumber pendidikan. Peranan pendidikan
adalah penyediaan sumberdaya yang berkualitas, kompetitif serta memiliki berbagai
keunggulan komparatif menjadi keharusan yang mesti mejadi perhatian oleh
pendidikan.
Penyediaan sumberdaya ini diserahkan kepada pendidikan secara otonomi dan
demokratisasi dengan mengacu pada standar minimal pendidikan tinggi. Akan tetapi
perguruan tinggi yang sudah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi mengalami
berbagai masalah atau hambatan misalnya dalam manajemen rancangan belajar
mengajar, kemungkinan disebabkan kurangnya informasi bagi sumberdaya manusia
institusi pendidikan tersebut tentang peranan sumberdaya pendidikan (Tilaar, 2004).
lulusan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya yaitu sumberdaya manusia, sarana,
prasarana, kurikulum, pembiayaan, dan manajemen institusi pendidikan.
Institusi pendidikan tenaga kesehatan juga mengalami hal yang sama,
diantaranya adalah institusi pendidikan akademi keperawatan yang termasuk sangat
bertanggungjawab dan berperan penting dalam melahirkan generasi perawat yang
berkualitas dan berdedikasi yang diharapkan dapat bersaing secara global.
Perkembangan dunia pendidikan akademi keperawatan dewasa ini, yang
semakin membutuhkan suatu manajemen untuk pengelolaan sumberdaya yang baik.
Akan tetapi yang dihadapi adalah berbagai masalah diantaranya masalah manajemen
dan sumberdaya.
Berdasarkan pendapat Tilaar (2002), bahwa manajemen pendidikan itu
dirumuskan sebagai mobilisasi segala sumberdaya pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan, maka yang dihadapi adalah berbagai hambatan untuk
mencapai tujuan, yaitu masalah pembiayaan institusi pendidikan, masalah ketenagaan
pendidikan, dualisme pengelolaan, masalah pengangguran lulusan perguruan tinggi,
dan masalah perguruan swasta sebagai kulminasi masalah manajemen tersebut ialah
rendahnya kualitas pendidikan.
Undang-Undang Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan
tinggi harus diarahkan pada penciptaan sumberdaya manusia yang mempunyai
kemampuan akademis, profesional dan kepemimpinan, serta tanggap terhadap
kebutuhan ipteks. Dengan demikian kebijakan pendidikan tinggi lebih diarahkan
tinggi yang mengarah kepada pencapaian hasil optimal dari tridarma perguruan tinggi
yang mencakup pendidikan, penelitian dan pengapdian kepada masyarakat.
Kompetensi perawat ditingkatkan agar perawat dapat bersaing secara global
atau dapat bekerja di luar negeri. Akan tetapi banyak perawat Indonesia yang tidak
mampu untuk bersaing serara global. Oleh karena itu betapa pentingnya lembaga
institusi pendidikan akademi keperawatan untuk mempersiapkan perawat yang siap
berkompetisi secara global.
Sejalan dengan berkembangnya institusi pendidikan keperawatan di Indonesia
sangat bervariasi dari alasan “Bisnis” sampai dengan “Sosial”. Yang menjadi
keganjilan adalah banyaknya pemilik dan pengelola institusi pendidikan keperawatan
yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan, baik
secara disiplin ilmu atau profesi. Kesannya banyak pendidikan keperawatan yang
cenderung “kejar setoran saja” (Hapsari, 2006). Ini menjadi penyebab rendahnya
mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada, hal ini dapat diukur dengan
kalah bersaingan para perawat Indonesia dengan negara lain.
Data Unesco tahun 2000 tentang peringkat indeks pengembangan manusia
(human development index) yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,
kesehatan, dan penghasilan perkepala penduduk Indonesia yang menunjukkan bahwa
indeks pengembangan manusisa Indonesia makin menurun diantara 179 negara di
dunia, Indonesia menempati urutan ke 102 tahun 1996, urutan ke 99 tahun 1997,
urutan ke 105 tahun 1998, urutan ke 109 tahun 1999, dan urutan ke 112 tahun 2000.
di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia (wesite balitbang
Diknas, 2003).
Dari survei awal yang dilakukan peneliti di Kota Medan Sumatera Utara pada
bulan September 2007 di institusi pendidikan Akademi Keprawatan Indah, Akademi
Keperawatan Dewi Maya, Akademi Keperawatan Wira Husada, dan Akademi
keperawatan Malahayati Medan, bahwa Institusi pendidikan keperawatan tersebut
berusaha mengoptimalkan tenaga yang ada untuk mengisi unit – unit yang kosong,
seperti pembantu direktur I selalu merangkap sebagai unit kurikulum, unit penelitian,
dosen, pembimbing akademik, CI pada praktek klinik/lapangan, yang kemungkinan
membuat tujuan yang ditetapkan tidak tercapai. Dalam hal ini jumlah dosen kurang
jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa.
Kurikulum sudah sesuai dengan kurikulum nasional, namun kurikulum tidak
dikembangkan sebagai keunggulan institusi pendidikan. Metode mengajar dosen
belum sesuai dengan yang diharapkan kurikulum berbasis kompetensi, pengelolaan
manajemen belajar mengajar tidak efektif, institusi pendidikan tidak memiliki renstra.
Mayoritas pengelolaan institusi dipegang oleh yayasan, kemungkinan karena
mayoritas para pimpinan institusi tidak dapat membuat penjabaran visi, misi terhadap
sasaran strategis pendidikan.
Peminat akademi keperawatan swasta sedikit, sehingga penerimaan
mahasiswa baru tidak mempertimbangkan mutu calon mahasiswa, dengan kata lain
Kemungkinan peminat kurang karena mahalnya biaya masuk akademi keperawatan
swasta di Kota Medan.
Dari hasil penelitian terdahulu (Djumiaty, 2004), pada karya ilmiahnya yang
berjudul Peningkatan Kinerja Dosen dalam Proses Belajar Mengajar di Akademi
Kebidanan Depkes-Medan, dinyatakan bahwa “kemampuan dosen kurang terutama
dalam membuat rencana pembelajaran, menyusun instrumen evaluasi belajar dan
keterampilan pembelajaran klinik”.
Dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi sangat tergantung
kepada sumberdaya tetap institusi pendidikan tersebut. Artinya kompetensi dosen
juga perlu ditingkatkan dalam hal pembelajaran, dan rasio perbandingan dosen tetap
dengan mahasiswa harus disesuaikan demi untuk menjamin tercapainya tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila dosen tetap
dapat melaksanakan rancangan metode pembelajaran dengan baik.
Pembelajaran pada institusi akademi keperawatan dilaksanakan oleh dosen
tetap dan dosen tidak tetap. Disamping adanya beban mengajar, dosen tetap
melaksanakan rancangan pembelajaran. Dosen tidak tetap hanya melaksanakan
pembelajaran pada waktu yang telah dijadwalkan. Disamping itu sumberdaya tetap
juga harus menetapkan standar mutu dan melakukan evaluasi pembelajaran untuk
menjaga mutu pendidikan dan mutu lulusannya agar tetap baik
Menurut pendapat Prawirosentono (2004) yang mengutip pendapat Juran,
fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan
kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan”.
Mutu adalah semua karakteristik dari suatu produk barang/jasa yang
memuaskan kebutuhan tersurat atau tersirat (ISO, 8402). Jadi mutu perlu ditentukan
standarnya agar sesuai dengan mutu yang diinginkan. Dari pengertian ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa mutu lulusan adalah keberhasilan yang dicapai mahasiswa
pada akhir program dalam menyelesaikan kompetensi perguruan tinggi dimana
mereka belajar dan telah memenuhi kriteria dan waktu yang telah ditetapkan serta
sesuai dengan keinginan konsumen.
Mutu dapat dikendalikan atau diawasi apabila sudah mempunyai standar mutu
yang akan menjadi pedoman dasar untuk penilaian. Oleh karena itu mutu lulusan
institusi pendidikan akademi keperawatan harus dibuat perencanaannya terlebih
dahulu. Namun demikian, desain mutu yang selaras ditentukan oleh disain
perencanaan pendidikan yang berkaitan erat dengan desain proses belajar mengajar,
termasuk prosedur sistem operasional, yang disesuaikan dengan pengadaan
sumberdaya (Prawirosentono, 2004).
Dalam kaitan ini timbul keinginan peneliti untuk melihat lebih lanjut,
bagaimanakah peranan sumberdaya institusi pendidikan terhadap mutu lulusan
akademi keperawatan swasta di kota Medan. Oleh karena itu penulis disini
mengemukakan gagasan untuk perlu dilakukan penelitian “Peranan Sumberdaya
Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan di Kota Medan
merupakan masalah yang serius dan perlu segera ditanggulangi melalui penjamin
mutu pendidikan.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka penulis
dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut ”bagaimanakah peranan
sumberdaya institusi pendidikan (sumberdaya manusia tetap, sarana, prasarana,
kurikulum, pembiayaan dan manajemen) terhadap mutu lulusan akademi keperawatan
swasta di Kota Medan.tahun 2008”.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan
menganalisis:
1. Peranan sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan terhadap mutu lulusan
akademi keperawatan swasta di Kota Medan.
2. Peranan sarana institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi
keperawatan swasta di Kota Medan
3. Peranan prasarana institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi
keperawatan swasta di Kota Medan
4. Peranan kurikulum institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi
5. Peranan pembiayaan institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi
keperawatan swasta di Kota Medan
6. Peranan manajemen institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi
keperawatan swasta dikota Medan
7. Peranan sumberdaya institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi
keperawatan swasta di Kota Medan
1.4. Hipotesis Penelitian
1. Sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap
mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan.
2. Sarana institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan
akademi keperawatan swasta di Kota Medan
3. Prasarana institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan
akademi keperawatan swasta di Kota Medan
4. Kurikulum institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan
akademi keperawatan swasta di Kota Medan
5. Pembiayaan institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan
akademi keperawatan swasta di Kota Medan
6. Manajemen institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan
akademi keperawatan swasta di Kota Medan
7. Sumberdaya institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan
1.5. Manfaat Penelitian
Berlandaskan masalah dan tujuan penelitian sebagaimana disebutkan
terdahulu, maka manfaat penelitian ini adalah dengan diketahuinya peranan
sumberdaya institusi pendidikan dalam mempengaruhi mutu lulusan maka Direktur
Akademi Keperawatan akan termotivasi untuk meningkatkan sumberdaya institusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan
Paradigma baru pendidikan dalam perngembangan sektor pendidikan, yaitu
otonomisasi dan demokratisasi pendidikan. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999
tentang otonomi daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang
diotonomisasikan. Otonomisasi sektor pendidikan kemudian diserahkan pada institusi
pendidikan, kualitas dan hasil belajar mengajar menjadi tanggung jawab pimpinan
institusi pendidikan dan dosen.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional,
Undang-Undang ini adalah melibatkan masyarakat dalam pengembangan sektor
pendidikan, sebagaimana ditegaskan pada pasal 9 bahwa masyarakat berhak untuk
berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program
pendidikan. Pasal ini merupakan pernyataan bahwa institusi pendidikan di Indonesia
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan.
Demokratisasi institusi pendidikan merupakan implikasi dari kebijakan yang
telah dan akan mendorong pengelolaan manajemen pendidikan, dan implementasi
ditingkat institusi pendidikan, berupa perencanaan pengembangan, baik rencana
pengembangan sarana, dan penyediaan alat, ketenagaan, kurikulum serta berbagai
merancang serta mendiskusikannya dengan mitra horizontalnya dari komite institusi
pendidikan tinggi.
Terkait dengan demokratisasi penyelenggaraan pendidikan tinggi ada 3 aspek
yang menjadi pusat perhatian yakni demokratisasi dalam penyusunan, Pengembangan
dan implementasi kurikulum di institusi pendidikan, demokratisasi dalam proses
pembelajaran sejak penyiapan program pembelajaran, sampai implementasi proses
pembelajaran dalam kelas dengan memberikan perhatian pada aspirasi siswa
(Rosyada, 2004).
Semua peserta didik memperoleh pelayanan yang proporsional, dan semua
harus berakhir dengan batas minimal pencapaian kompetensi sesuai angka yang
ditetapkan dalam koridor mastery learning. Demokratisasi tersebut tidak akan efektif
membawa berbagai perubahan tanpa didukung dengan pola manajemen institusi
pendidikan yang sesuai.
Institusi pendidikan akan semakin otonom dalam arti mempunyai program
pendidikan yang fleksibel sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Artinya otonomi dalam program akademik, rekrutmen tenaga dosen dari masyarakat,
dunia industri dan dari dunia internasional. Kriteria memasuki universitas ditentukan
masing-masing institusi pendidikan tinggi. Dengan demikian institusi pendidikan
tinggi akan semakin individualistik dalam arti yang positif, dan semakin terbuka
terhadap masyarakat disebabkan oleh karena hubungan yang erat dengan dunia
Dengan semakin individualistik, maka semakin menonjol pula peranan
institusi pendidikan tinggi swasta (PTS) karena relatif mempunyai otonomi yang
lebih fleksibel dibanding dengan perguruan tinggi negeri (PTN). PTN mungkin akan
mengkhususkan diri terutama untuk supply tenaga dalam sektor pemerintah serta
beberapa akan berfungsi sebagai universitas nasional, sedangkan PTS akan lebih
ditujukan kepada supply berbagai tenaga ahli yang dibutuhkan dalam sektor swasta
dan industri (Tilaar, 2004). Dengan hubungan ini perguruan tinggi untuk ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi akan semakin menonjol dan semakin bermutu.
2.1.1. Pendidikan akademi keperawatan
Pendidikan akademi keperawatan adalah salah satu institusi pendidikan
tinggi program diploma III kesehatan yaitu pendidikan profesional yang dilandasi
oleh kemampuan akademik dan profesi, yang menghasilkan lulusan sebagai ahli
madya keperawatan yang memiliki sikap dan kemampuan dalam bidang keperawatan
yang diperoleh melalui berbagai bentuk pengalaman belajar yaitu: pengalaman
belajar teori, pengalaman belajar praktika dan pengalaman belajar klinik/lapangan
yang dilaksanakan pada tatanan nyata pelayanan kesehatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat, baik sehat ataupun sakit yang mencakup seluruh
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta
kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup
sehari-hari secara mandiri.
Dua strategi yang utama yang perlu dilaksanakan di institusi pendidikan
keperawatan adalah kualitas tenaga pendidik dan peningkatan kualitas lembaga
pendidikan keperawatan. Artinya agar dapat mencetak tenaga perawat yang
berkualitas, tentu kualitas tenaga pendidik perlu ditingkatkan agar menjadi pendidik
yang berkompeten. Kompetensi tersebut meliputi; pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu pada tingkat
dan derajat kualitas tertentu.
Peningkatan fasilitas pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
memperoleh ilmu seluas-luasnya. Pada saat ini kesadaran masyarakat tentang
kesehatan berkualitas semakin tinggi. Oleh karena itu lembaga pendidikan
perawatpun perlu lebih menyiapkan mahasiswanya agar pada saat kontak langsung
dengan masyarakat (baik di rumah sakit atau komunitas) mereka telah mempunyai
bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Untuk itu fasilitas laboratorium dan
kondisinya perlu dibuat persis dengan rumah sakit atau dengan pusat pelayanan
kesehatan lainnya.
Secara tradisional pendidikan tinggi akademi keperawatan telah dikenal
sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Namun demikian, fungsi tersebut
ternyata tidak mencukupi untuk pengembangannya dan institusi pendidikan ini selalu
dan peranan pendidikan tinggi haruslah memperhatikan trend perkembangan ilmu
pengetahuan. Menurut Makagiansar (2004) fungsi institusi pendidikan tinggi sebagai
berikut:
a) Perguruan tinggi berfungsi bukan hanya memelihara tetapi juga mengembangkan
ilmu pengetahuan melalui penelitian dan pengembangan (R&D). Pendidikan
tinggi adalah pencipta ilmu pengetahuan antaralain dengan meningkatkan rasa
ingin tahu dan mengembangkan kemampuan-kemampuan istimewa seseorang
(talented people) melalui program-program R&D..
b) Pendidikan tinggi berfungsi dan berperan untuk melahirkan para pekerja yang
mengusai ilmu pengetahuan (knowledge workers). Fungsi pendidikan tinggi
bukan hanya sebagai pabrik ijazah. Disamping itu mempunyai tanggung jawab
moral dalam menciptakan lapangan kerja.
c) Pendidikan tinggi dan dunia industri perlu ada platform kerjasama yang saling
menguntungkan keduanya.
2.1.2. Peranan institusi pendidikan akademi keperawatan
Peranan adalah yang diperbuat, tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu
peristiwa (kamus besar Bahasa Indonesia, 2005). Peranan institusi pendidikan adalah
apa yang diperbuat dalam menghasilkan lulusan. Pendidikan bertujuan yang lebih
dari mempersiapkan seorang pekerja yang produktif. Pendekatan humanisme
menuntut proses pendidikan sebagai suatu proses total untuk mengembangkan
being). Hal ini berarti bahwa pendidikan pada akhirnya untuk mengembangkan
seluruh pribadi manusia, termasuk mempersiapkan manusia sebagai anggota
masyarakatnya, warga negara yang baik, dan rasa persatuan (cohesiveness), b)
Pendidikan berfungsi sebagai pengembangan sumberdaya manusia (human
resources), yaitu mengembangkan kemampuannya memasuki era kehidupan baru
(Sirozi, 2005). Dalam hal ini peranan pendidikan adalah menyediakan dan mengelola
sumberdaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitasnya.
2.2. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, sumber adalah segala sesuatu, baik
yang berwujud maupun tidak berwujud, yang digunakan untuk mencapai hasil.
Sedangkan daya adalah tenaga (yang menyebabkan sesuatu bergerak) atau
kemampuan untuk melakukan sesuatu/kemampuan bertindak. Dari definisi diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa sumberdaya adalah tenaga atau kemampuan
menggerakkan segala sesuatu, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud,
yang digunakan untuk mencapai hasil.
Menurut pendapat Gomes yang dikutip Siagian (2006) bahwa sumberdaya
adalah daya kerja suatu lembaga/institusi. Agar orang-orang yang ada didalam
organisasi dapat melakukan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama maka
diperlukan daya kerja. Menurut Gomes (2003) dan Sinungan (2005) bahwa
dikelompokkan atas 2 macam, yakni: (1) sumberdaya manusia (human resource), dan
(2) sumberdaya non manusia ( non-human resource).
Institusi adalah lembaga atau suatu yang dilembagakan oleh undang-undang,
adat atau kebiasaan seperti tempat diselenggarakannya kegiatan perkumpulan atau
oraganisasi (kamus besar Bahasa Indonesia, 2005). Sumberdaya Institusi pendidikan
swasta adalah daya kerja pendidikan yang dibentuk oleh badan swasta berdasarkan
suatu kebutuhan yang karena tugasnya berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan melakukan kegiatan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan
meningkatkan taraf kehidupan, kebahagiaan, dan kesejahteraan masyarakat.
Sumberdaya institusi pendidikan akademi keperawatan antara lain
sumberdaya manusia tetap, sumberdaya sarana dan sumberdaya prasarana,
kurikulum, manajemen, dan pembiayaan.
2.2.1. Sumberdaya manusia (human resource)
Sumberdaya manusia institusi pendidikan akademi keperawatan adalah tenaga
dosen dan tenaga pendukung. Menurut pendapat rangkuti (2006) mengutip pandapat
Cherington bahwa sumber daya manusia adalah aset yang paling penting dari suatu
organisasi, di anatara sumber daya yang ada dalam organisasi, tidak satupun yang
lebih penting selain manusia yang membuat segala hal menjadi mungkin dan sesuatu
bisa terjadi.
Menurut pendapat Rangkuti (2006) dapat disimpulkan bahwa sumberdaya
Karena itu pembinaan sumberdaya manusia senantiasa menjadi perhatian utama
setiap pimpinan unit kerja. Motivasi dan profesionalisme dibentuk melalui iklim kerja
yang menarik, tugas-tugas yang menantang, pelatihan yang berkesinambungan serta
sistem imbalan yang sesuai dengan prestasi kerja.
Menurut Sinungan (2005) dalam pengadakan sumberdaya manusia perlu
adanya kebijakan-kebijakan personalia yang terdiri dari sub-sub kebijakan:
a. Seleksi Penerimaan Pegawai Baru (Recruitment). Pengadaan sumber daya
manusia yang memenuhi syarat dan kemampuan untuk ditempatkan pada suatu
pekerjaan harus berdasarkan beberapa pertimbangan: (1) rencana kebutuhan
tenaga dari pimpinan unit, (2) kebutuhan dari unit lain, (3) adanya lowongan
jabatan yang dibutuhkan, (4) pembahasan bersama dengan pimpinan unit untuk
pembahasan syarat-syarat yang diperlukan, (5) menetapkan metode pengadaan
untuk proses pemilihan diperlukan 3 syarat: adanya analisa jabatan, perencanaan
tenaga, pasar tenaga kerja. Analisa jabatan harus mempunyai 3 informasi tentang
isi (content) jabatan, persyaratan jabatan dan keterkaitan jabatan yang satu
dengan yang lain.
b. Training and Development (Pelatihan dan Pengembangan). Kegiatan ini perlu
dilaksanakan untuk pegawai baru dan juga pegawai lama atau kalau mendapat
penempatan ditempat tugas baru.
c. Compensation and Wages (Kompensasi dan Penggajian). Kebijakan pemberian
konpensasi meliputi : (1) tingkat kompensasi umum sehubungan dengan pasar
kompensasi internal, (3) pengakuan atas perbedaan prestasi individual, (4)
pemakaian rencana insentif/bonus termasuk: bonus kerja, bonus berdasarkan
satuan hasil, bonus kelompok.
d. Kesejahtraan Karyawan. Hari libur dan perlindungan, ini perlu untuk mencegah
kejenuhan dan routinitas. Perlu kebijakan yang jelas untuk libur misalnya 2 atau
4 minggu dalam setahun; perlindungan terhadap risiko antara lain : keadaan
sakit, pengangguran, kematian prematur, dan umur tua. Disamping itu yang
perlu adalah kegiatan olah raga, kesenian, sosial, keagamaan dan rekreasi.
e. Hubungan Industrial. Di Indonesia dikenal hubungan perburuhan pancasila,
dikenal ada 3 pihak (triparti): pengusaha, organisasi buruh dan pemerintah.
Ketiga pihak bekerja sama secara erat, saling menguntungkan, menyusun
perjanjian kerja dan meyelesaikan masalah-masalah perburuhan yang timbul.
Sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005, standar sumberdaya manusia institusi
pendidikan, yaitu dosen harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang dosen yang dibuktikan dengan
ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Dosen pada pendidikan tinggi memiliki kualifikasi minimum: lulusan
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) untuk program diploma (PP No. 19 tahun
2005). Tenaga kependidikan pada pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi,
Kemampuan dosen meliputi kemampuan teknis mengajar yang dapat
diidentifikasi dengan standar dosen yaitu yang telah lulus dan memiliki Akta
mengajar III atau IV dan bekerja dibidangnya minimal 3 tahun, atau mengikuti
pelatihan-pelatihan dibidang pendidikan (PP No. 19 tahun 2005). Menurut pendapat
para ahli (Hamalik, 2001, Suciati & Irawan, Prasetio, 2001; Aqib, 2007) kemampuan
tentang substansi/materi belajar dapat diidentifikasi dengan tingkatan pendidikan
formal yang sesuai dengan bidang keilmuan/mata kuliah dan referensi/bahan bacaan
yang dipakai dalam mengembangkan bahan intruksional. Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa kemampuan mengajar sudah memenuhi persyaratan.
Standar minimal sumberdaya manusia institusi pendidikan akademi
keperawatan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1192/Menkes/Per/X/2004 dan Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Institusi Kesehatan
2007 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Standar Sumberdaya Manusia Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan
N0. Jenis Tenaga Kualifikasi SDM Jumlah 1 Direktur S1 Kesehatan/S2 Kesehatan 1
2 Pudir I dan III S1 Kesehatan/S2 Kesehatan 2
3 Pudir II S1 Administrasi/ Sarjana lain yang memiliki
pelatihan yang relevan dengan tugasnya 1 4 Ka. Tata Usaha S1 Administrasi/ Sarjana lain yang memiliki
pelatihan relevan dengan tugasnya 1 5 Staf Penunjang:
1. Tata Usaha SMK/SMU/D-III Administrasi/Komputer 3
2. Penanggung jawab:
a. Lab. D-III Keperawatan/S1 Keperawatan/Ners 2
b. Perpust. D-III Perpustakaan 2
Jumlah calon/mahasiswa sesuai dengan rasio dosen biasa dengan mahasiswa
yaitu antara 1 : 7 sampai dengan 1 : 12 (Permenkes No. 1192 tahun 2004).
2.2.2. Sarana dan prasarana
Setiap pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan. Prasarana meliputi: lahan, jalan masuk kampus, telepon,
faksimile, tempat parkir, kamar kecil, halaman dan taman.
Standar sarana prasarana meliputi: 1) pengelolaan, pemanfaatan, pemeliharaan
sarana prasarana; 2) ketersediaan dan kualitas gedung, ruang kuliah, laboratorium,
perpustakaan, dll; 3) fasilitas komputer dan pendukung pembelajaran dan penelitian;
(4) kesesuaian dan kecukupan sarana dan parasarana; 5) keberlanjutan pengadaan
pemeliharaan dan pemanfaatan.
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud dan tujuan; misalnya alat laboratorium, media pembelajaran. Prasarana
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu
proses program studi.
Standar sarana dan prasarana menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor
1192/MENKES/PER/X/2004 tertanggal 19 Oktober 2004, tentang Standar
Jumlah kelas dan mahasiswa: 1 : 1 (1 kelas untuk 40 orang); rata-rata jumlah AVA
yang dimiliki : 3; persentase kesesuaian peralatan laoratorium: 86 -100 %; persentase
kesesuaian jumlah perjenis peralatan laboratorium: 86 – 100%. Standar prasarana
yaitu a) ada jalan masuk ke institusi, b) ada penyediaan air bersih, c) ada telepon, d)
ada faksimile, e) ada tempat parkir, f) ada kamar kecil, g) ada halaman, h) ada taman
(Permenkes No. 1192 tahun 2004).
Tabel 2.2. Standar Sarana dan Prasarana Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan
No Komponen Jumlah 1. Ruang belajar mengajar/kuliah:
a. Ruang kelas ( 80 m2 ) 1 ruangan : 1 kelas
b. Toilet mahasiswa ( 8 m2
) 2 ruangan
2 Ruang Kantor:
a. Ruang pimpinan (12m2) 1 ruangan b. Ruang bagian administrasi dan kemahasiswaan (80m2) 1 ruangan c. Ruang staf pengajar: 1 ruangan
1. Ruang dosen (100m2) 1 ruangan
2. Toilet dosen (8m2) 2 ruangan
3 Ruang administrasi:
a. Ruang tata usaha
1. Ka. Sub. Bagian Tata Usaha (8m2) 1 ruangan
2. Ruang tamu (6m2) 1 ruangan b. Ruang pantri (8m2) 1 ruangan c. Ruang kepala urusan kepegawaian (6m2) 1 ruangan d. Ruang urusan keuangan:
Lanjutan Tabel 2.2
4. Ruang perpustakaan:
a. Ruang baca (80m2) 1 ruangan b.Ruang pelayanan (6m2) 1 ruangan
c. Ruang penyimpanan buku (50m2) 1 ruangan
5 Ruang praktek (100m2) 2Ruangan
6 Alat Bantu Belajar Mengajar
1. Media Pembelajaran:
a. Papan tulis hitam dan putih 1: 1 kelas b. Over head projector (OHP) 1: 1 kelas c. Slide projector 1 : 1kelas d. Sound system 2 : 1 ps e. Komputer 2 unit f. LCD 1 unit 2. Peralatan laboratorium/tindakan harus dikembangkan sesuai
cabang ilmu: Laboratorium Dasar, Laboratorium KMB, Laboratorium Keperawatan Maternitas, Laboratorium Keperawatan Anak, Lab Keperawatan Komutnitas, Laboratorium Keperawatan Jiwa
8 set/sub kompeten si
3. Buku – buku 5-8 set
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1192/MENKES/PER/X/2004
2.2.3. Kurikulum akademi keperawatan
Penyelenggaraan pendidikan pada program pendidikan akademi keperawatan
mempergunakan kurikulum Nasional Program Akademi Keperawatan yang
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional Nomor 239/U/1999 tanggal 04 Oktober
1999. Kurikulum Nasional disusun berlandaskan pada falsafah keperawatan yang
mencakup konsep manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan serta berorientasi
Pendidikan Nasional nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum
pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa dan Nomor 045/U/2004
tentang kurikulum inti pendidikan tinggi. Kurikulum meliputi:
1. Kesesuaian visi, misi, sasaran, dan tujuan pendidikan
2. Relevansi dengan tuntutan dan kebutuhan stakeholders
3. Struktur dan isi kurikulum (keluasan, kedalaman, koherensi, penataan/organisasi)
4. Kompetensi dan etika lulusan yang diharapkan
5. Derajat integrasi materi pembelajaran (intra dan antar disiplin ilmu)
6. Kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terdekat dan
kepentingan internal lembaga
7. Mata kuliah pilihan yang merujuk pada harapan/ kebutuhan mahasiswa secara
individual/ kelompok mahasiswa tertentu
8. Peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri melanjutkan studi,
mengembangkan pribadi, memperoleh pengetahuan dan pemahaman materi
khusus sesuai dengan bidang studinya, mengembangkan keterampilan yang dapat
dialihkan (transferable skills), terorientasikan kearah karir, dan pemerolehan
pekerjaan.
Menurut Suryosubroto (2005) kurikulum adalah seluruh program kegiatan
dan sumber-sumber yang disediakan untuk mencapai sasaran dan tujuan program
studi, termasuk program pembelajaran, sumber-sumber, proses-proses, dan penilaian
hasil belajar. Kurikulum pendidikan keperawatan disusun berdasarkan kerangka
1. Pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai pendidikan profesional,
pendidikan keperawatan dimasa mendatang akan menumbuh kembangkan
mahasiswa melalui kelompok keilmuan (body of knowledge) dan keterampilan
profesional yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal, ketrampilan
komunikasi serta hubungan interpersonal yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan/asuhan keperawaan profesional kapada masyarakat. Hal ini dilakukan
dan dicapai secara bertahap dalam lingkungan belajar dengan sarana pendidikan
yang cukup dan relevan dalam masyarakat dan iklim akademik yang menopang
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
2. Memecahkan masalah secara ilmiah. Kemampuan memecahkan masalah secara
ilmiah merupakan landasan utama dalam menumbuh kembangkan kemampuan/
penguasaan proses keperawatan, yaitu metoda utama yang digunakan oleh
seorang perawat profesional dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
penerapan pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan
(PBL).
3. Sikap, tingkah laku dan kemampuan profesional. Sikap, tingkah laku dan
kemampuan profesional yang dijiwai prinsip-prinsip humaniora merupakan
landasan utama pelayanan keperawatan dengan kode etik keperawatan sebagai
acuan/pedoman. Penumbuhan dan pembinaan berfikir, bersikap, berpandangan
dan bertindak sesuai hakekat profesi keperawatan, merupakan proses panjang,
berkelanjutan dalam suatu komunitas profesional dengan lingkungan dan budaya
4. Belajar aktif dan mandiri. Kemampuan dan kemauan belajar aktif dan mandiri
serta mengarahkan belajar sendiri dan belajar berkelanjutan, menuju terbinanya
sikap dan kemampuan belajar seumur hidup atau sepanjang hayat, seperti yang
dituntut oleh profesi. Hasil ini dicapai melalui rangkaian pengalaman belajar yang
disusun dan dilaksanakan dengan berorientasi kepada kebutuhan manusia (student
centre).
5. Pendidikan dimasyarakat. Sikap dan kemampuan profesional seorang lulusan
akademi keperawatan yang dituntut untuk mengabdikan dirinya dimasyarakat dan
memandirikan rakyat untuk hidup sehat, ditumbuhkan dan dibina sepanjang
proses pendidikannya melalui berbagai bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dan dikembangkan di masyarakat.
Kurikulum akademi keperawatan disusun lebih terarah dan dapat memenuhi
tuntutan kebutuhan masyarakat. Lulusan akademi keperawatan diharapkan kompeten
dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan melaksanakan peran serta
tanggung jawabnya sesuai tuntutan profesi keperawatan.
2.2.3.1. Kompetensi akademi keperawatan
Awal mula dari kurikulum berbasis kompetensi ini adalah kurikulum yang
dikembangkan oleh Depdiknas sebagai wewenang dan tugasnya. Kurikulum ini
dinyatakan untuk menggantikan kurikulum 1994 atau kurkulum berbasis pencapaian
tujuan (objective based curiculum). Kurikulum berbasis kompetensi ini dirancang
disebut kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi adalah sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian
dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor dengan sebaik-baiknya.
Arah dan pedoman belajar yang jelas ada dalam kurikulum. Bila ingin
menigkatkan mutu atau kualitas sumberdaya manusia, maka terlebih dahulu
meningkatkan mutu institusi pendidikan. Sementara untuk meningkatkan mutu
pendidikan membutuhkan arah dan pedoman belajar. Akademi keperawatan
mempunyai 23 kompetensi yang harus diselesaikan dalam 6 semester. Mahasiswa
akademi keperawatan dikatakan lulus pendidikan atau tamat pendidikan apabila telah
menyelesaikan ke 23 kompetensi ini.
2.2.3.2. Standar Isi. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai tingkat kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan. Standar ini
memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan, dan kalender pendidikan akademik. Kedalaman muatan kurikulum
pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat
dan/atau semester sesuai dengan standar nasional pendidikan. Kedalaman muatan
kurikulum dikembangkan oleh badan standarisasi nasional pendidikan (BSNP) dan
ditetapkan oleh peraturan menteri.
Kompetensi terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kerangka
yang bersangkutan untuk setiap program studi. Kurikulum tingkat satuan pendidikan
wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa
indonesia dan bahasa inggris. Kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan untuk
setiap program studi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan
tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Kurikulum yang sederajat atau bentuk lain dapat dimasukkan pada pendidikan
berbasis keunggulan lokal. Keunggulan lokal ini dapat merupakan bagian dari
pendidikan kelompok mata kuliah pada pendidikan tersebut. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai pendidikan tertentu.
Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Kurikulum tingkat
satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
dimasing-masing satuan pendidikan.
2.2.3.3. Proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan tempat dan situasi yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sukurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Pelaksanaan proses
pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan
beban mengajar maksimal per pendidik (PP No. 19 tahun 2005).
Menurut Tilaar (2004) yang mengutip pendapat Don Tapscott ada 3 (tiga)
unsur proses belajar yang asing di dalam budaya lama, yaitu: interaktif, partisipasi,
dan diskursus. Budaya interaktif memerlukan suatu proses belajar-mengajar yang
baru, oleh karena peserta yang belajar atau pembelajar bukan bersifat pasif tetapi
aktif. Si pembelajar berinteraksi dengan sesama, dengan para pakar baik secara
langsung maupun melalui karya-karya dengan menggunakan internet. Didalam proses
interaktif tersebut maka si pembelajar adalah seorang partisipan dan bukan seorang
boneka yang sekadar hanya menerima segala sesuatu yang dituangkan kedalamnya.
Demikian pula di dalam proses interaktif tersebut, si pembelajar bukanlah pasif tetapi
secara aktif mengadakan diskursus mengenai segala hal yang ditemukan di dalam
pengembaraannya dalam dunia maya tanpa batas.
Proses pembelajaran tentu meminta sosok seorang teman mitra belajar dan
sarana belajar yang berbeda. Sarana belajar tidak terbatas hanya di dalam kelas,
”school without walls”, danjuga tidak tergantung pada seorang dosen karena dosen
buku-buku perpustakaan, karena informasi dapat diketahui dan dianalisis dari berbagai
sumber. Yang diperlukan adalah kemampuan daya analisis.
Duncan Grey mengatakan yang dikutip oleh Tilaar 2002, bahwa diperlukan
satu generasi dosen untuk dapat mengadopsi dan beradaptasi dengan proses
pembelajaran yang baru. Di dalam kebudayaan global dengan teknologi informasi
yang berkembang sangat cepat telah muncul generasi muda atau n-generation dengan
sikap yang berlainan dengan sikap generasi tua. Bagi generasi tua, informasi dan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas serta diperoleh dengan cara yang
tradisional, lambat, kurang up-to-date, dan sangat terbatas serta tertutup.
TIK dalam proses belajar mengajar, mengatasi batas-batas waktu dan tempat.
Oleh sebab itu peran dosen dan mahasiswa perlu diredefinisikan. Dosen bukan lagi
sebagai instruktur tetapi seorang fasilitator yang membawa peserta didik membuka
jendela-jendela ilmu pengetahuan yang terbuka tanpa batas. Didalam kaitan ini
redefinisi peran dosen menjadi mutlak. Dosen tetap ada dan penting, profesi dosen
tetap ada dan tidak dapat diganti oleh komputer. Namun peranannya berubah menjadi
fasilitator. Dengan adanya TIK maka proses belajar-mengajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan kognitif mesikipun ini sangat menonjol, tetapi juga
mengembangkan berbagai potensi intelegensi, termasuk intelegensi budaya (culture
intelligence).
Proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar,
belajar adalah cara bagaimana para pelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran
itu sendiri.
Dalam proses belajar mengajar, pada awal proses sudah tentu diperlukan
bimbingan pendidik dalam arti tradisional, namun demikian bimbingan tersebut
semakin lama semakin menghilang dan berubah menjadi seorang fasilitator yang
membuka jalan bagi peserta didik untuk mengembara (roaming) secara mandiri
dalam dunia informasi yang tanpa tepi. Proses belajar itu tentunya akan berubah
karena tidak didikte lagi oleh para pendidik yang tradisional tetapi peserta didik
semakin cepat untuk dapat berdiri sendiri.
Tabel 2.3. Proses Belajar Interaktif
Proses Belajar Mandiri Proses Belajar Interaktif
1. Dosen sebagai pembaca berita 1. Dosen sebagai fasilitator
2. Sekolah sebagai penyiksa 2. Sekolah sebagai pusat untuk bergembira
3. Satu ukuran untuk semua 3. Sesuai dengan pelanggan (customize)
4. Belajar disekolah 4. Belajar seumur hidup
5. Belajar menyerap bahan pelajaran 5. Belajar bagaimana belajar
6. Dosen sebagai pusat 6. Peserta didik sebagai pusat 7. Instruksi 7. Konstruksi, menemukan
8. Linier,berurutan (sequential/serial) 8. Belajar melalui hiper media
Pada fase permulaan, peserta didik akan dibimbing untuk dapat menemukan
jalannya sendiri. Didalam proses belajar inilah akan muncul sekolah atau
kampus-tanpa-dinding (school without walls). Didalam kaitan ini proses belajar oleh Don
Tapscott disebut sebagai broadcastlearning akan diganti dengan interaktive learning
sebagaimana yang tercantum dalam tabel 2.3.
Perkembangan tuntutan kebutuhan masyarakat, kemajuan IPTEK dan
pembangunan dibidang kesehatan sekarang dan yang akan datang yang dituangkan
dalam pendidikan untuk dapat memberikan perkembangan dan pembinaan yang
mengacu pada landasan utama pelayanan/asuhan keperawtan profesional, maka
berbagai bentuk pengalaman belajar dilaksanakan melalui kurikulum pendidikan
akademi keperawatan. Pengalaman belajar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengalaman Belajar Teori. Pengalaman belajar tiori yang memungkinkan peserta
didik mengikuti dan menguasai ilmu dan kiat keperawatan, sehingga dapat
ditumbuhkan dan dibina kemampuan peserta didik untuk melaksanakan asuhan
keperawatan profesional. Belajar teori harus didukung oleh sarana prasarana yang
lengkap guna menunjang situasi dan kondisi belajar.
Prestasi belajar atau student achievement mahasiswa pada umumnya dihubungkan
dengan kemungkinan prestasi kerja yang nantinya akan dicapai setelah mereka
memasuki dunia kerja. Oleh karena itu sering kali diprediksi bahwa mahasiswa
yang memiliki prestasi belajar yang tinggi, akan memiliki prestasi kerja yang
tinggi pula. Namun demikian bagi seorang profesional, prestasi hasil belajar yang
intelligence menurut istilah Goleman (1999) dan lingkungan manajemen dunia
kerjanya memiliki peranan yang lebih besar terhadap keberhasilan seseorang
(Widodo, 1999).
2. Belajar di Laboratorium . Mengajar melalui tatap muka adalah yang paling umum
dan telah dikenal dengan baik; melalui persiapan SAP, materi mengajar, metode
mengajar, penekanan, tanya jawab dan diskusi hingga presentasi materi yang
dapat dilihat dalam dua dan tiga dimensi serta pencatatan.
Mahasiswa belajar dalam tatap muka; mendengar melalui telinga, mendengar
kemudian lupa. Bila diceritakan lagi akan tertarik. Dan bila melihat akan diingat
apabila ditunjukkan dengan jelas. Tetapi banyak pengetahuan harus dipahami dan
dapat diimplementasikan, oleh sebab itu proses belajar ”learning by doing” atau
belajar dilaboratorium dan pelaksanaan tugas-tugas projek atau praktikum akan
memberi hasil lebih yaitu: bila dilakukan sendiri, maka akan tahu dan dipahami.
3. Praktek Belajar Klinik (PBK) dan Praktek Belajar Lapangan (PBL). Melalui
pengalaman belajar dalam tatanan nyata dimasyarakat, khususnya dalam tatanan
pelayanan kesehatan terutama dalam pengalaman belajar klinik (PBK) di Rumah
Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin dan pengalaman belajar lapangan (PBL) di
desa binaan, mahasiswa mendapat kesempatan untuk berlatih bekerja di
masyarakat melakukan sosialisasi profesional, mengambil keputusan klinik, lebih
peka dan mampu mengidentifikasi dan memecahkan berbagai masalah kesehatan,
dan teknologi dalam bidang keperawatan, serta memanfaatkan berbagai sumber
dan kemampuan yang ada dimasyarakat.
Melalui praktek lapangan (mahasiswa akademi keperawatan) dapat
menerapkan prinsip-prinsip belajar pada situasi nyata melalui interaksi
dengan klien atau keluarga dan anggota tim kesehatan lainnya.
Pengembangan keterampilan di dalam bidang keperawatan juga di peroleh
dan diperkuat dengan pemberian bimbingan supervisi dari CI (clinical
instructre) pendidikan yang bekerjasama dengan CI (clinikal structure)
Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin dan juga perangkat desa selama
proses praktek lapangan berlangsung.
2.3. Pembiayaan
Pembiayaan/Pendanaan meliputi: (1) sumber dana; (2) sistem alokasi dana
(3) pengelolaan dan akuntabilitas penggunaan dana; (4) keberlanjutan pengadaan dan
pemanfaatannya.
Pembiayaan adalah dana pendukung penyelenggaraan program studi yang
disediakan oleh perguruan tinggi dan sumber dana lain, seperti industri dan lembaga
lain yang berkepentingan dengan kualitas lulusan yang akan dipekerjakannya. Dana
itu harus direncanakan sesuai dengan standar finansial yang disepakati untuk
biaya operasional program, pengadaan dan pemeliharaan bahan pengajaran dan
fasilitas lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan program.
Menurut PP No. 19 tahun 2005, standar pembiayaan pendidikan terdiri dari
biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal (PP No. 19 tahun 2005). Biaya
investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan
meliputi (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji, (2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, (3) biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana
dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.
Biaya operasi perguruan tinggi adalah biaya untuk memberikan pelayanan
pendidikan tinggi, tidak termasuk investasi pada prasarana, sarana, dan modal kerja
tetap dan biaya pendidikan personal yang harus ditanggung oleh peserta didik.
2.4. Manajemen Pendidikan
Dalam institusi pendidikan hanya ada manajemen bertingkat yaitu manajemen
Organisasi Administrasi
Manajemen
Manajemen terdepan Manajemen madya tertinggi
Sumber: Pidarta, 2004
Gambar 2.1. Hubungan antara Organisasi, Administrasi dan Manajemen Pendidikan
Pada institusi pendidikan tinggi pekerjaan manajer dilaksanakan oleh rektor
dan para dekan (direktur pada akademi keperawatan), sedangkan pekerjaan
supervisor dilakukan oleh para ketua jurusan pendidikan tinggi atau pembantu
direktur pada institusi pendidikanakademi keperawatan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Robbins (1982) yang dikutip oleh Pidarta (2004) bahwa supervisi dilakukan
oleh administrator terdepan.
Proses manajemen itu merupakan aktivitas yang melingkar, mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan sampai dengan pengawasan kemudian
kembali lagi pada perencanaan, pengorganisasian dan seterusnya dengan tidak pernah
Sesudah manajemen membuahkan aktivitas-aktivitas tertentu dalam institusi
pendidikan dengan program-programnya, sarananya, anggarannya, kriteria
pelaksanaan dan keberhasilan, dan petunjuk-petunjuk kepada para pelaksana, maka
proses pendidikan dilaksanakan. Supervisor membimbing para pelaksana, sementara
itu para rektor/dekan/direktur telah siap menerima laporan baik dari supervisor
tentang hal yang perinsip, maupun dari pelaksana pendidikan itu sendiri. Para
rektor/dekan/direktur juga melakukan pengawasan/kontrol langsung terhadap proses
pendidikan yang sedang berjalan. Hasil pengawasan dan laporan-laporan diolah oleh
para rektor/dekan/direktur sebagai umpan balik untuk memberikan revisi seperlunya
kepada proses pendidikan tersebut.
Jadi manajemen dan supervisi adalah aktivitas-aktivitas yang saling
menunjang dan sebagian besar berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Bedanya
ialah manajemen terjadi dikantor tetapi supervisi terjadi dilapangan yaitu tempat
proses pendidikan berlangsung. Supervisi menghasikan umpan balik, manajemen
memproses umpan balik untuk mendapatkan kebijakan baru.
Menurut Davis (1976) yang dikutip oleh Pidarta (2004) bahwa manajemen
institusi pendidikan dapat dibedakan menjadi manajemen sebagai tugas dan
manajemen sebagai peranan.
Manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
sementara manajemen sebagai peranan disebutkan peranan administrasi eksekutif.
Peranan eksekutif adalah mengerjakan atau melaksanakan keputusan pada tingkat
keputusan-keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mengenai
kegiatan-kegiatan rutin, seperti administrasi pengajaran, kemahasiswaan,
kepegawaian, keuangan dan sarana prasarana. Sementara manajemen adalah
kegiatan-kegiatan non rutin yang menangani gejolak baik positif maupun negatif
yang membutuhkan pemikiran dan aktivitas khusus untuk menyelesaikannya,
termasuk yang bertalian dengan sumber-sumber pendidikan. Gejolak positif misalnya
ketidak mampuan dosen dalam melaksanakan metode pembelajaran baru, gejolak
negatif misalnya mengatasi demonstrasi mahasiswa.
Pengertian manajemen oleh Dale (1973) yang dikutip oleh Pidarta (2004):
manajemen sebagai (1) mengelola orang-orang yaitu merupakan penanganan
terhadap para anggota organisasi, (2) pengambilan keputusan yaitu, (3) proses –
proses mengorganisasikan dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan
yang sudah ditentukan. Pendapat ini mencakup para anggota dan materi. Orang dan
materi termasuk dana diatur dan diarahkan, kemudian diputuskan aturan-aturan dan
hasil arahan itu untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak
berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan (Johnson, 1973)
yang dikutip oleh Pidarta, 2004. Sumber-sumber ialah mencakup orang-orang,
alat-alat, media, bahan-bahan, uang, dan sarana. Semuanya diarahkan dan dikordinasi agar
terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan.
Mengarahkan orang-orang agar melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu