• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI PENDIDIKAN

TERHADAP MUTU LULUSAN AKADEMI

KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA

MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Oleh

ERIKA

067012008/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI PENDIDIKAN

TERHADAP MUTU LULUSAN AKADEMI

KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA

MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERIKA

067012008/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI

PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LULUSAN

AKADEMI KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA MEDAN TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Erika

Nomor Pokok : 067012008

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Aman Nasution, MPH) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B MSc)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 22 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Aman Nasution, MPH

Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, Msi

2. Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM

(5)

PERNYATAAN

PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI PENDIDIKAN TERHADAP MUTU

LULUSAN AKADEMI KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA

MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 16 Agustus 2008

(6)

ABSTRAK

Rendahnya kualitas pendidikan akademi keperawatan merupakan suatu hambatan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Mutu lulusan akademi keperawatan masih rendah, dilihat dari indikator kalah bersaing perawat Indonesia jika dibandingkan dengan perawat Negara lain. Mutu institusi pendidikan merupakan salah satu elemen yang memberi kontribusi terhadap kondisi tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan sumberdaya institusi pendidikan (sumberdaya manusia tetap, sarana, prasarana, kurikulum, pembiayaan, dan manajemen) terhadap mutu lulusan pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan tahun 2008.

Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan pada setiap institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan yang terdiri dari 15 institusi. Seluruh institusi pendidikan tersebut dijadikan sampel. Data institusi pendidikan dikumpulkan melalui dokumen, observasi, dan wawancara. Sampel mahasiswa institusi diambil secara proporsional sebanyak 89 orang dari 808 orang mahasiswa semester akhir tahun ajaran 2007/2008, sedangkan data mahasiswanya dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan ujian akhir program tahun 2008. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney U.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumberdaya institusi pendidikan dan semua unsur-unsur dari sumberdaya institusi pendidikan (sumberdaya manusia, sarana, prasarana, kurikulum, pembiayaan, dan manajemen) mempunyai peranan dalam mempengaruhi mutu lulusan.

Disarankan perlu adanya pengawasan yang ketat dalam hal kebutuhan sumberdaya dan operasional pendidikan dari Kopertis Wilayah I dan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara terhadap pendidikan akademi keperawatan di Kota Medan, dan perhatian dari Direktur Akademi Keperawatan untuk meningkatkan sumberdaya institusi pendidikan agar dapat meningkatkan mutu lulusannya.

Kata kunci: sumberdaya, mutu lulusan

(7)

ABSTRACT

The low quality of nursing academy is a constrain to produce qualified graduates. In Indonesia the graduates’ quality of nursing academy still low, it seems from the indicator that Indonesian nurses lose the competition with the nurses from the other country. The institutions’ quality is one of the elements that give constribution to that condition.

This research aim to analyze the role of the educational institution resources (human resources, facilities, infrastructure, curriculum, financing, and management) to the graduates quality of private educational institution of nursing academy in Medan in 2008.

This descriptive research was conducted in 15 private educational institution of nursing in Medan. All of the institutions are samples. The data is collected from document, observation and interview. To get the information about the students’ knowledge, skill, and attitude, through proportional sampling technique, 89 of the 808 third years students were selected to be interviewed. Analyses data used Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney U test.

The research result shows that resources and all of elements (human resources, facilities, infrastructure, curriculum, financing and management) owned by the educational institution of nursing have role in influencing the graduates quality.

High Education and Health Services of North Sumatera Province are suggested to strictly control on the resources need and education operational need to the educational institution of nursing in Medan, and the director of the institution need to pay more attention and improve the quality of their human resources that the quality of the graduates can be improved.

(8)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji penulis sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang

berjudul “Pengaruh Sumberdaya Institusi Terhadap Mutu Lulusan Akademi

Keperawatan Swasta di Kota Medan”. Penulis menyadari bahwa tesis ini

masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun

bahasannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

yang sifatnya membangun demi menyempurnakan tesis ini.

Dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak mengalami kesulitan

akan tetapi berkat bantuan yang berharga dari berbagai pihak maka penulis

dapat menyelesaikan tesis ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar –

besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc sebagai Direktur SPs USU

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS sebagai Ketua Program Studi

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

3. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi sebagai Sekretaris Program Studi

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

4. Bapak Prof. dr. Aman Nasution, MPH sebagai Ketua Komisi Pembimbing

(9)

5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi sebagai pembimbing yang telah banyak

membantu penulis dalam metodologi dan pengolahan data sampai

selesainya pembuatan tesis ini.

6. Ibu. Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM sebagai penguji yang telah banyak

memberikan masukan dan kritik demi perbaikan tesis ini.

7. Bapak dr. Fauzi, SKM sebagai penguji yang telah banyak memberikan

masukan dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.

8. Kepada seluruh Staff SPs USU Program Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan.

9. Kepada suami dan anak tercinta serta keluarga yang telah banyak

memberikan dukungan dan bantuan moril dan materi dalam penyelesaian

pembuatan tesis ini.

10.Dan seluruh teman – teman yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan tesis ini.

Semoga tesis ini ada manfaatnya bagi semua pembaca terutama bagi

penulis sendiri serta yang membutuhkannya, serta bermanfaat untuk

perkembangan ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah praktis pada

manajemen pendidikan.

Medan, 16 Agustus 2008 Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Erika, lahir di Sidikalang tanggal 15 Agustus 19963, anak pertama dari 7

(tujuh) bersaudara dari bapak J. Pasaribu (Alm) dan Ibu B. Simbolon. Menikah

dengan Irzal Koto tahun 1989, telah dikaruniai 2 (dua) orang anak yaitu Wina Viqa

Sari dan Rahma Fridayana Fitri.

Menamatkan sekolah dari SD Negri I Pekan Gebang Kabupaten Langkat

Sumatera Utara tahun 1977, SMP Swasta Simpang Kolam Gebang Kabupaten

Langkat Sumatera Utara tahun 1980, SMA Widiyasana Medan Sumatera Utara tahun

1983, Akademi Keperawatan Darma Agung Medan Sumatera Utara Tahun 1988,

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Tahun 2001, Fakultas Keperawatan Prima

Indonesia tahun 2007, Dan saat ini sedang menyelesaikan pendidikan Magister

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di sekolah Pascasarjana USU.

Bekerja di RS Herna Medan sebagai Perawat Ruangan dari tahun 1988 –

1991, di RS Haji Mina Medan sebagai Perawat ICCU/ICU dari tahun 1992 – 2002, di

Akademi Keperawatan Harapan Mama sebagai Dosen dan Pengabdian Kepada

Masyarakat tahun 1989 – 2002, di Akademi Keperawatan Indah Medan sebagai

(11)

DAFTAR ISI

2.2. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan... 16

(12)

2.6. Landasan Teori ... ... 58

(13)

4.2.4. Kurikulum institusi pendidikan akademi keperawatan 5.1. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta

Di Kota Medan ... 118 5.1.5. Peranan pembiayaan institusi pendidikan terhadap muttu

lulusan ... 128 5.1.6. Peranan manajemen institusi pendidikan terhadap mutu

lulusan ... 129 5.2. Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi

(14)

BAB. VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 133

6.1. Kesimpulan ... 133

6.2. Saran ... 136

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Standar Sumberdaya Manusia Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan 20

2.2. Standar Sarana dan Prasarana Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan 22

2.3. Proses Belajar Inter Aktif ... ... 31

2.4. Standar Sumberdaya Pendidikan ... 65

3.1. Besar Sampel Mahasiswa Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan .. 72

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 74

3.3. Pengukuran Terhadap Variabel Independen ... 79

3.4. Pengukuran Terhadap Variabel Dependen ... 80

4.1. Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Rumah Tangga (KK) Kota Medan ... 83

4.2. Distribusi Jumlah Mahasiswa Berdasarkan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan tahun 2008 ... 95

4.3. Distribusi Kualifikasi Pendidikan Pimpinan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan 2008 ... 96

4.4. Distribusi Pengetahuan Pimpinan Terhadap Penjabaran Strategi ... 97

4.5. Distribusi Kualifikasi Pendidikan Dosen tetap Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan swasta di Kota Medan Tahun 2008 ... 97

4.6. Distribusi Tenaga Laboratorium Berdasarkan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di kota Medan Tahun 2008 ... 98

4.7. Distribusi Tenaga Penunjang Berdasarkan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan Tahun 2008 ... 99

(16)

4.9. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Sumberdaya ... 101

4.10. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Sumberdaya Manusia Tetap ... 102

4.11. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Berdasarkan Sarana ... 103

4.12. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Prasarana ... 104

4.13. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Kurikulum ... 105

4.14. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta

di Kota Medan Berdasarkan Pembiayaan ... 106

4.15. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Manajemen ... 107

4.16. Distribusi Nilai Mahasiswa Ujian Akhir Program Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008 ... 108

4.17. Hasil Uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney U Sumberdaya Institusi

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Hubungan Antara Organisasi, Administrasi dan Manajemen Pendidikan 36

2.2. Bentuk Penilaian Pengetahuan ...……… 54

2.3. Bentuk Penilaian Keterampilan ...…... 55

2.4. Bentuk Penilaian Sikap/perilaku ...………….… 57

2.5. Analisis Sistemik Mengenai Komponen Evaluasi-Diri ... 60

2.6. Kerangka Pikir Pengukuran Mutu ... 66

2.7. Determinan yang Mempengaruhi Mutu Struktur Organisasi ... 67

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Jadwal Penelitian ... 144

2. Kuesioner ………... 145

3. Format Penilaian Pencapaian Kompetensi Akademi Keperawatan ... 155

4. Distribusi Tenaga Penunjang Berdasarkan Institusi ... 158

5. Kualifikasi Pimpinan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan .. 160

6. Rekapitulasi Suberdaya ………. 162

7. Rekapitulasi Nilai Mahasiswa ... 166

8. Hasil Uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney U ………... 170

9. Surat Penelitian ………. 177

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan dan perkembangan akademik diperguruan tinggi tidak terlepas dari

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta tuntutan dari masyarakat

seiring dengan meningkatnya kualitas kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang cepat telah memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek

kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan dan mutu lulusannya.

Menurut pendapat Tilaar (2004), dapat disimpulkan bahwa tuntutan tersebut

menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, diantaranya pembaharuan kurikulum,

penyusunan standar kompetensi tamatan/lulusan yang berlaku secara nasional serta

daerah menyesuaikan dengan kondisi setempat, agar mutu lulusan perguruan tinggi

sesuai dengan standar.

Sesuai dengan SK Menteri Pendidikan Nasional 232/U/2000 tentang pedoman

penyesuaian kurikulum dan penilaian hasil belajar mahasiswa dan SK Menteri

Pendidikan Nasional 045/U/2002 tentang persentase kurikulum inti dan kurikulum

institusional, perguruan tinggi dituntut untuk menggunakan kurikulum yang berbasis

kompetensi, tujuannya adalah agar perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan yang

berkualitas, kompeten bagi pembangunan bangsa dan negara, dan dapat mewujudkan

visi pendidikan tinggi Indonesia 2010. Visi pendidikan tinggi 2010 berorientasi pada

(20)

berkualitas tinggi, menjamin akses bagi semua calon dan peserta didik yang

memenuhi persyaratan mutu akademik dan memiliki otonomi yang dapat menjamin

terselenggaranya kegiatan akademik yang efisien dan berkualitas.

Kegiatan akademik diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 tahun 2003)

Artinya masing-masing aspek ini dikembangkan setinggi-tingginya sesuai

dengan potensinya dan tersedianya sumber-sumber pendidikan. Peranan pendidikan

adalah penyediaan sumberdaya yang berkualitas, kompetitif serta memiliki berbagai

keunggulan komparatif menjadi keharusan yang mesti mejadi perhatian oleh

pendidikan.

Penyediaan sumberdaya ini diserahkan kepada pendidikan secara otonomi dan

demokratisasi dengan mengacu pada standar minimal pendidikan tinggi. Akan tetapi

perguruan tinggi yang sudah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi mengalami

berbagai masalah atau hambatan misalnya dalam manajemen rancangan belajar

mengajar, kemungkinan disebabkan kurangnya informasi bagi sumberdaya manusia

institusi pendidikan tersebut tentang peranan sumberdaya pendidikan (Tilaar, 2004).

(21)

lulusan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya yaitu sumberdaya manusia, sarana,

prasarana, kurikulum, pembiayaan, dan manajemen institusi pendidikan.

Institusi pendidikan tenaga kesehatan juga mengalami hal yang sama,

diantaranya adalah institusi pendidikan akademi keperawatan yang termasuk sangat

bertanggungjawab dan berperan penting dalam melahirkan generasi perawat yang

berkualitas dan berdedikasi yang diharapkan dapat bersaing secara global.

Perkembangan dunia pendidikan akademi keperawatan dewasa ini, yang

semakin membutuhkan suatu manajemen untuk pengelolaan sumberdaya yang baik.

Akan tetapi yang dihadapi adalah berbagai masalah diantaranya masalah manajemen

dan sumberdaya.

Berdasarkan pendapat Tilaar (2002), bahwa manajemen pendidikan itu

dirumuskan sebagai mobilisasi segala sumberdaya pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan yang ditetapkan, maka yang dihadapi adalah berbagai hambatan untuk

mencapai tujuan, yaitu masalah pembiayaan institusi pendidikan, masalah ketenagaan

pendidikan, dualisme pengelolaan, masalah pengangguran lulusan perguruan tinggi,

dan masalah perguruan swasta sebagai kulminasi masalah manajemen tersebut ialah

rendahnya kualitas pendidikan.

Undang-Undang Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan

tinggi harus diarahkan pada penciptaan sumberdaya manusia yang mempunyai

kemampuan akademis, profesional dan kepemimpinan, serta tanggap terhadap

kebutuhan ipteks. Dengan demikian kebijakan pendidikan tinggi lebih diarahkan

(22)

tinggi yang mengarah kepada pencapaian hasil optimal dari tridarma perguruan tinggi

yang mencakup pendidikan, penelitian dan pengapdian kepada masyarakat.

Kompetensi perawat ditingkatkan agar perawat dapat bersaing secara global

atau dapat bekerja di luar negeri. Akan tetapi banyak perawat Indonesia yang tidak

mampu untuk bersaing serara global. Oleh karena itu betapa pentingnya lembaga

institusi pendidikan akademi keperawatan untuk mempersiapkan perawat yang siap

berkompetisi secara global.

Sejalan dengan berkembangnya institusi pendidikan keperawatan di Indonesia

sangat bervariasi dari alasan “Bisnis” sampai dengan “Sosial”. Yang menjadi

keganjilan adalah banyaknya pemilik dan pengelola institusi pendidikan keperawatan

yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan, baik

secara disiplin ilmu atau profesi. Kesannya banyak pendidikan keperawatan yang

cenderung “kejar setoran saja” (Hapsari, 2006). Ini menjadi penyebab rendahnya

mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada, hal ini dapat diukur dengan

kalah bersaingan para perawat Indonesia dengan negara lain.

Data Unesco tahun 2000 tentang peringkat indeks pengembangan manusia

(human development index) yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,

kesehatan, dan penghasilan perkepala penduduk Indonesia yang menunjukkan bahwa

indeks pengembangan manusisa Indonesia makin menurun diantara 179 negara di

dunia, Indonesia menempati urutan ke 102 tahun 1996, urutan ke 99 tahun 1997,

urutan ke 105 tahun 1998, urutan ke 109 tahun 1999, dan urutan ke 112 tahun 2000.

(23)

di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia (wesite balitbang

Diknas, 2003).

Dari survei awal yang dilakukan peneliti di Kota Medan Sumatera Utara pada

bulan September 2007 di institusi pendidikan Akademi Keprawatan Indah, Akademi

Keperawatan Dewi Maya, Akademi Keperawatan Wira Husada, dan Akademi

keperawatan Malahayati Medan, bahwa Institusi pendidikan keperawatan tersebut

berusaha mengoptimalkan tenaga yang ada untuk mengisi unit – unit yang kosong,

seperti pembantu direktur I selalu merangkap sebagai unit kurikulum, unit penelitian,

dosen, pembimbing akademik, CI pada praktek klinik/lapangan, yang kemungkinan

membuat tujuan yang ditetapkan tidak tercapai. Dalam hal ini jumlah dosen kurang

jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa.

Kurikulum sudah sesuai dengan kurikulum nasional, namun kurikulum tidak

dikembangkan sebagai keunggulan institusi pendidikan. Metode mengajar dosen

belum sesuai dengan yang diharapkan kurikulum berbasis kompetensi, pengelolaan

manajemen belajar mengajar tidak efektif, institusi pendidikan tidak memiliki renstra.

Mayoritas pengelolaan institusi dipegang oleh yayasan, kemungkinan karena

mayoritas para pimpinan institusi tidak dapat membuat penjabaran visi, misi terhadap

sasaran strategis pendidikan.

Peminat akademi keperawatan swasta sedikit, sehingga penerimaan

mahasiswa baru tidak mempertimbangkan mutu calon mahasiswa, dengan kata lain

(24)

Kemungkinan peminat kurang karena mahalnya biaya masuk akademi keperawatan

swasta di Kota Medan.

Dari hasil penelitian terdahulu (Djumiaty, 2004), pada karya ilmiahnya yang

berjudul Peningkatan Kinerja Dosen dalam Proses Belajar Mengajar di Akademi

Kebidanan Depkes-Medan, dinyatakan bahwa “kemampuan dosen kurang terutama

dalam membuat rencana pembelajaran, menyusun instrumen evaluasi belajar dan

keterampilan pembelajaran klinik”.

Dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi sangat tergantung

kepada sumberdaya tetap institusi pendidikan tersebut. Artinya kompetensi dosen

juga perlu ditingkatkan dalam hal pembelajaran, dan rasio perbandingan dosen tetap

dengan mahasiswa harus disesuaikan demi untuk menjamin tercapainya tujuan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila dosen tetap

dapat melaksanakan rancangan metode pembelajaran dengan baik.

Pembelajaran pada institusi akademi keperawatan dilaksanakan oleh dosen

tetap dan dosen tidak tetap. Disamping adanya beban mengajar, dosen tetap

melaksanakan rancangan pembelajaran. Dosen tidak tetap hanya melaksanakan

pembelajaran pada waktu yang telah dijadwalkan. Disamping itu sumberdaya tetap

juga harus menetapkan standar mutu dan melakukan evaluasi pembelajaran untuk

menjaga mutu pendidikan dan mutu lulusannya agar tetap baik

Menurut pendapat Prawirosentono (2004) yang mengutip pendapat Juran,

(25)

fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan

kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan”.

Mutu adalah semua karakteristik dari suatu produk barang/jasa yang

memuaskan kebutuhan tersurat atau tersirat (ISO, 8402). Jadi mutu perlu ditentukan

standarnya agar sesuai dengan mutu yang diinginkan. Dari pengertian ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa mutu lulusan adalah keberhasilan yang dicapai mahasiswa

pada akhir program dalam menyelesaikan kompetensi perguruan tinggi dimana

mereka belajar dan telah memenuhi kriteria dan waktu yang telah ditetapkan serta

sesuai dengan keinginan konsumen.

Mutu dapat dikendalikan atau diawasi apabila sudah mempunyai standar mutu

yang akan menjadi pedoman dasar untuk penilaian. Oleh karena itu mutu lulusan

institusi pendidikan akademi keperawatan harus dibuat perencanaannya terlebih

dahulu. Namun demikian, desain mutu yang selaras ditentukan oleh disain

perencanaan pendidikan yang berkaitan erat dengan desain proses belajar mengajar,

termasuk prosedur sistem operasional, yang disesuaikan dengan pengadaan

sumberdaya (Prawirosentono, 2004).

Dalam kaitan ini timbul keinginan peneliti untuk melihat lebih lanjut,

bagaimanakah peranan sumberdaya institusi pendidikan terhadap mutu lulusan

akademi keperawatan swasta di kota Medan. Oleh karena itu penulis disini

mengemukakan gagasan untuk perlu dilakukan penelitian “Peranan Sumberdaya

Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan di Kota Medan

(26)

merupakan masalah yang serius dan perlu segera ditanggulangi melalui penjamin

mutu pendidikan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka penulis

dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut ”bagaimanakah peranan

sumberdaya institusi pendidikan (sumberdaya manusia tetap, sarana, prasarana,

kurikulum, pembiayaan dan manajemen) terhadap mutu lulusan akademi keperawatan

swasta di Kota Medan.tahun 2008”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan

menganalisis:

1. Peranan sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan terhadap mutu lulusan

akademi keperawatan swasta di Kota Medan.

2. Peranan sarana institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi

keperawatan swasta di Kota Medan

3. Peranan prasarana institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi

keperawatan swasta di Kota Medan

4. Peranan kurikulum institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi

(27)

5. Peranan pembiayaan institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi

keperawatan swasta di Kota Medan

6. Peranan manajemen institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi

keperawatan swasta dikota Medan

7. Peranan sumberdaya institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi

keperawatan swasta di Kota Medan

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap

mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan.

2. Sarana institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan

akademi keperawatan swasta di Kota Medan

3. Prasarana institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan

akademi keperawatan swasta di Kota Medan

4. Kurikulum institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan

akademi keperawatan swasta di Kota Medan

5. Pembiayaan institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan

akademi keperawatan swasta di Kota Medan

6. Manajemen institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan

akademi keperawatan swasta di Kota Medan

7. Sumberdaya institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan

(28)

1.5. Manfaat Penelitian

Berlandaskan masalah dan tujuan penelitian sebagaimana disebutkan

terdahulu, maka manfaat penelitian ini adalah dengan diketahuinya peranan

sumberdaya institusi pendidikan dalam mempengaruhi mutu lulusan maka Direktur

Akademi Keperawatan akan termotivasi untuk meningkatkan sumberdaya institusi

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan

Paradigma baru pendidikan dalam perngembangan sektor pendidikan, yaitu

otonomisasi dan demokratisasi pendidikan. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999

tentang otonomi daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang

diotonomisasikan. Otonomisasi sektor pendidikan kemudian diserahkan pada institusi

pendidikan, kualitas dan hasil belajar mengajar menjadi tanggung jawab pimpinan

institusi pendidikan dan dosen.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional,

Undang-Undang ini adalah melibatkan masyarakat dalam pengembangan sektor

pendidikan, sebagaimana ditegaskan pada pasal 9 bahwa masyarakat berhak untuk

berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program

pendidikan. Pasal ini merupakan pernyataan bahwa institusi pendidikan di Indonesia

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan.

Demokratisasi institusi pendidikan merupakan implikasi dari kebijakan yang

telah dan akan mendorong pengelolaan manajemen pendidikan, dan implementasi

ditingkat institusi pendidikan, berupa perencanaan pengembangan, baik rencana

pengembangan sarana, dan penyediaan alat, ketenagaan, kurikulum serta berbagai

(30)

merancang serta mendiskusikannya dengan mitra horizontalnya dari komite institusi

pendidikan tinggi.

Terkait dengan demokratisasi penyelenggaraan pendidikan tinggi ada 3 aspek

yang menjadi pusat perhatian yakni demokratisasi dalam penyusunan, Pengembangan

dan implementasi kurikulum di institusi pendidikan, demokratisasi dalam proses

pembelajaran sejak penyiapan program pembelajaran, sampai implementasi proses

pembelajaran dalam kelas dengan memberikan perhatian pada aspirasi siswa

(Rosyada, 2004).

Semua peserta didik memperoleh pelayanan yang proporsional, dan semua

harus berakhir dengan batas minimal pencapaian kompetensi sesuai angka yang

ditetapkan dalam koridor mastery learning. Demokratisasi tersebut tidak akan efektif

membawa berbagai perubahan tanpa didukung dengan pola manajemen institusi

pendidikan yang sesuai.

Institusi pendidikan akan semakin otonom dalam arti mempunyai program

pendidikan yang fleksibel sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Artinya otonomi dalam program akademik, rekrutmen tenaga dosen dari masyarakat,

dunia industri dan dari dunia internasional. Kriteria memasuki universitas ditentukan

masing-masing institusi pendidikan tinggi. Dengan demikian institusi pendidikan

tinggi akan semakin individualistik dalam arti yang positif, dan semakin terbuka

terhadap masyarakat disebabkan oleh karena hubungan yang erat dengan dunia

(31)

Dengan semakin individualistik, maka semakin menonjol pula peranan

institusi pendidikan tinggi swasta (PTS) karena relatif mempunyai otonomi yang

lebih fleksibel dibanding dengan perguruan tinggi negeri (PTN). PTN mungkin akan

mengkhususkan diri terutama untuk supply tenaga dalam sektor pemerintah serta

beberapa akan berfungsi sebagai universitas nasional, sedangkan PTS akan lebih

ditujukan kepada supply berbagai tenaga ahli yang dibutuhkan dalam sektor swasta

dan industri (Tilaar, 2004). Dengan hubungan ini perguruan tinggi untuk ilmu

pengetahuan dan teknologi informasi akan semakin menonjol dan semakin bermutu.

2.1.1. Pendidikan akademi keperawatan

Pendidikan akademi keperawatan adalah salah satu institusi pendidikan

tinggi program diploma III kesehatan yaitu pendidikan profesional yang dilandasi

oleh kemampuan akademik dan profesi, yang menghasilkan lulusan sebagai ahli

madya keperawatan yang memiliki sikap dan kemampuan dalam bidang keperawatan

yang diperoleh melalui berbagai bentuk pengalaman belajar yaitu: pengalaman

belajar teori, pengalaman belajar praktika dan pengalaman belajar klinik/lapangan

yang dilaksanakan pada tatanan nyata pelayanan kesehatan.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan keperawatan,

berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada

individu, keluarga dan masyarakat, baik sehat ataupun sakit yang mencakup seluruh

(32)

karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta

kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup

sehari-hari secara mandiri.

Dua strategi yang utama yang perlu dilaksanakan di institusi pendidikan

keperawatan adalah kualitas tenaga pendidik dan peningkatan kualitas lembaga

pendidikan keperawatan. Artinya agar dapat mencetak tenaga perawat yang

berkualitas, tentu kualitas tenaga pendidik perlu ditingkatkan agar menjadi pendidik

yang berkompeten. Kompetensi tersebut meliputi; pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu pada tingkat

dan derajat kualitas tertentu.

Peningkatan fasilitas pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

memperoleh ilmu seluas-luasnya. Pada saat ini kesadaran masyarakat tentang

kesehatan berkualitas semakin tinggi. Oleh karena itu lembaga pendidikan

perawatpun perlu lebih menyiapkan mahasiswanya agar pada saat kontak langsung

dengan masyarakat (baik di rumah sakit atau komunitas) mereka telah mempunyai

bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Untuk itu fasilitas laboratorium dan

kondisinya perlu dibuat persis dengan rumah sakit atau dengan pusat pelayanan

kesehatan lainnya.

Secara tradisional pendidikan tinggi akademi keperawatan telah dikenal

sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Namun demikian, fungsi tersebut

ternyata tidak mencukupi untuk pengembangannya dan institusi pendidikan ini selalu

(33)

dan peranan pendidikan tinggi haruslah memperhatikan trend perkembangan ilmu

pengetahuan. Menurut Makagiansar (2004) fungsi institusi pendidikan tinggi sebagai

berikut:

a) Perguruan tinggi berfungsi bukan hanya memelihara tetapi juga mengembangkan

ilmu pengetahuan melalui penelitian dan pengembangan (R&D). Pendidikan

tinggi adalah pencipta ilmu pengetahuan antaralain dengan meningkatkan rasa

ingin tahu dan mengembangkan kemampuan-kemampuan istimewa seseorang

(talented people) melalui program-program R&D..

b) Pendidikan tinggi berfungsi dan berperan untuk melahirkan para pekerja yang

mengusai ilmu pengetahuan (knowledge workers). Fungsi pendidikan tinggi

bukan hanya sebagai pabrik ijazah. Disamping itu mempunyai tanggung jawab

moral dalam menciptakan lapangan kerja.

c) Pendidikan tinggi dan dunia industri perlu ada platform kerjasama yang saling

menguntungkan keduanya.

2.1.2. Peranan institusi pendidikan akademi keperawatan

Peranan adalah yang diperbuat, tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu

peristiwa (kamus besar Bahasa Indonesia, 2005). Peranan institusi pendidikan adalah

apa yang diperbuat dalam menghasilkan lulusan. Pendidikan bertujuan yang lebih

dari mempersiapkan seorang pekerja yang produktif. Pendekatan humanisme

menuntut proses pendidikan sebagai suatu proses total untuk mengembangkan

(34)

being). Hal ini berarti bahwa pendidikan pada akhirnya untuk mengembangkan

seluruh pribadi manusia, termasuk mempersiapkan manusia sebagai anggota

masyarakatnya, warga negara yang baik, dan rasa persatuan (cohesiveness), b)

Pendidikan berfungsi sebagai pengembangan sumberdaya manusia (human

resources), yaitu mengembangkan kemampuannya memasuki era kehidupan baru

(Sirozi, 2005). Dalam hal ini peranan pendidikan adalah menyediakan dan mengelola

sumberdaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitasnya.

2.2. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, sumber adalah segala sesuatu, baik

yang berwujud maupun tidak berwujud, yang digunakan untuk mencapai hasil.

Sedangkan daya adalah tenaga (yang menyebabkan sesuatu bergerak) atau

kemampuan untuk melakukan sesuatu/kemampuan bertindak. Dari definisi diatas

dapat ditarik kesimpulan bahwa sumberdaya adalah tenaga atau kemampuan

menggerakkan segala sesuatu, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud,

yang digunakan untuk mencapai hasil.

Menurut pendapat Gomes yang dikutip Siagian (2006) bahwa sumberdaya

adalah daya kerja suatu lembaga/institusi. Agar orang-orang yang ada didalam

organisasi dapat melakukan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama maka

diperlukan daya kerja. Menurut Gomes (2003) dan Sinungan (2005) bahwa

(35)

dikelompokkan atas 2 macam, yakni: (1) sumberdaya manusia (human resource), dan

(2) sumberdaya non manusia ( non-human resource).

Institusi adalah lembaga atau suatu yang dilembagakan oleh undang-undang,

adat atau kebiasaan seperti tempat diselenggarakannya kegiatan perkumpulan atau

oraganisasi (kamus besar Bahasa Indonesia, 2005). Sumberdaya Institusi pendidikan

swasta adalah daya kerja pendidikan yang dibentuk oleh badan swasta berdasarkan

suatu kebutuhan yang karena tugasnya berdasarkan suatu peraturan

perundang-undangan melakukan kegiatan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan

meningkatkan taraf kehidupan, kebahagiaan, dan kesejahteraan masyarakat.

Sumberdaya institusi pendidikan akademi keperawatan antara lain

sumberdaya manusia tetap, sumberdaya sarana dan sumberdaya prasarana,

kurikulum, manajemen, dan pembiayaan.

2.2.1. Sumberdaya manusia (human resource)

Sumberdaya manusia institusi pendidikan akademi keperawatan adalah tenaga

dosen dan tenaga pendukung. Menurut pendapat rangkuti (2006) mengutip pandapat

Cherington bahwa sumber daya manusia adalah aset yang paling penting dari suatu

organisasi, di anatara sumber daya yang ada dalam organisasi, tidak satupun yang

lebih penting selain manusia yang membuat segala hal menjadi mungkin dan sesuatu

bisa terjadi.

Menurut pendapat Rangkuti (2006) dapat disimpulkan bahwa sumberdaya

(36)

Karena itu pembinaan sumberdaya manusia senantiasa menjadi perhatian utama

setiap pimpinan unit kerja. Motivasi dan profesionalisme dibentuk melalui iklim kerja

yang menarik, tugas-tugas yang menantang, pelatihan yang berkesinambungan serta

sistem imbalan yang sesuai dengan prestasi kerja.

Menurut Sinungan (2005) dalam pengadakan sumberdaya manusia perlu

adanya kebijakan-kebijakan personalia yang terdiri dari sub-sub kebijakan:

a. Seleksi Penerimaan Pegawai Baru (Recruitment). Pengadaan sumber daya

manusia yang memenuhi syarat dan kemampuan untuk ditempatkan pada suatu

pekerjaan harus berdasarkan beberapa pertimbangan: (1) rencana kebutuhan

tenaga dari pimpinan unit, (2) kebutuhan dari unit lain, (3) adanya lowongan

jabatan yang dibutuhkan, (4) pembahasan bersama dengan pimpinan unit untuk

pembahasan syarat-syarat yang diperlukan, (5) menetapkan metode pengadaan

untuk proses pemilihan diperlukan 3 syarat: adanya analisa jabatan, perencanaan

tenaga, pasar tenaga kerja. Analisa jabatan harus mempunyai 3 informasi tentang

isi (content) jabatan, persyaratan jabatan dan keterkaitan jabatan yang satu

dengan yang lain.

b. Training and Development (Pelatihan dan Pengembangan). Kegiatan ini perlu

dilaksanakan untuk pegawai baru dan juga pegawai lama atau kalau mendapat

penempatan ditempat tugas baru.

c. Compensation and Wages (Kompensasi dan Penggajian). Kebijakan pemberian

konpensasi meliputi : (1) tingkat kompensasi umum sehubungan dengan pasar

(37)

kompensasi internal, (3) pengakuan atas perbedaan prestasi individual, (4)

pemakaian rencana insentif/bonus termasuk: bonus kerja, bonus berdasarkan

satuan hasil, bonus kelompok.

d. Kesejahtraan Karyawan. Hari libur dan perlindungan, ini perlu untuk mencegah

kejenuhan dan routinitas. Perlu kebijakan yang jelas untuk libur misalnya 2 atau

4 minggu dalam setahun; perlindungan terhadap risiko antara lain : keadaan

sakit, pengangguran, kematian prematur, dan umur tua. Disamping itu yang

perlu adalah kegiatan olah raga, kesenian, sosial, keagamaan dan rekreasi.

e. Hubungan Industrial. Di Indonesia dikenal hubungan perburuhan pancasila,

dikenal ada 3 pihak (triparti): pengusaha, organisasi buruh dan pemerintah.

Ketiga pihak bekerja sama secara erat, saling menguntungkan, menyusun

perjanjian kerja dan meyelesaikan masalah-masalah perburuhan yang timbul.

Sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005, standar sumberdaya manusia institusi

pendidikan, yaitu dosen harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai

agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat

pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang dosen yang dibuktikan dengan

ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan

yang berlaku. Dosen pada pendidikan tinggi memiliki kualifikasi minimum: lulusan

diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) untuk program diploma (PP No. 19 tahun

2005). Tenaga kependidikan pada pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi,

(38)

Kemampuan dosen meliputi kemampuan teknis mengajar yang dapat

diidentifikasi dengan standar dosen yaitu yang telah lulus dan memiliki Akta

mengajar III atau IV dan bekerja dibidangnya minimal 3 tahun, atau mengikuti

pelatihan-pelatihan dibidang pendidikan (PP No. 19 tahun 2005). Menurut pendapat

para ahli (Hamalik, 2001, Suciati & Irawan, Prasetio, 2001; Aqib, 2007) kemampuan

tentang substansi/materi belajar dapat diidentifikasi dengan tingkatan pendidikan

formal yang sesuai dengan bidang keilmuan/mata kuliah dan referensi/bahan bacaan

yang dipakai dalam mengembangkan bahan intruksional. Dengan demikian dapat

dipastikan bahwa kemampuan mengajar sudah memenuhi persyaratan.

Standar minimal sumberdaya manusia institusi pendidikan akademi

keperawatan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1192/Menkes/Per/X/2004 dan Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Institusi Kesehatan

2007 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Standar Sumberdaya Manusia Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan

N0. Jenis Tenaga Kualifikasi SDM Jumlah 1 Direktur S1 Kesehatan/S2 Kesehatan 1

2 Pudir I dan III S1 Kesehatan/S2 Kesehatan 2

3 Pudir II S1 Administrasi/ Sarjana lain yang memiliki

pelatihan yang relevan dengan tugasnya 1 4 Ka. Tata Usaha S1 Administrasi/ Sarjana lain yang memiliki

pelatihan relevan dengan tugasnya 1 5 Staf Penunjang:

1. Tata Usaha SMK/SMU/D-III Administrasi/Komputer 3

2. Penanggung jawab:

a. Lab. D-III Keperawatan/S1 Keperawatan/Ners 2

b. Perpust. D-III Perpustakaan 2

(39)

Jumlah calon/mahasiswa sesuai dengan rasio dosen biasa dengan mahasiswa

yaitu antara 1 : 7 sampai dengan 1 : 12 (Permenkes No. 1192 tahun 2004).

2.2.2. Sarana dan prasarana

Setiap pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,

serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang

teratur dan berkelanjutan. Prasarana meliputi: lahan, jalan masuk kampus, telepon,

faksimile, tempat parkir, kamar kecil, halaman dan taman.

Standar sarana prasarana meliputi: 1) pengelolaan, pemanfaatan, pemeliharaan

sarana prasarana; 2) ketersediaan dan kualitas gedung, ruang kuliah, laboratorium,

perpustakaan, dll; 3) fasilitas komputer dan pendukung pembelajaran dan penelitian;

(4) kesesuaian dan kecukupan sarana dan parasarana; 5) keberlanjutan pengadaan

pemeliharaan dan pemanfaatan.

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai

maksud dan tujuan; misalnya alat laboratorium, media pembelajaran. Prasarana

adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu

proses program studi.

Standar sarana dan prasarana menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor

1192/MENKES/PER/X/2004 tertanggal 19 Oktober 2004, tentang Standar

(40)

Jumlah kelas dan mahasiswa: 1 : 1 (1 kelas untuk 40 orang); rata-rata jumlah AVA

yang dimiliki : 3; persentase kesesuaian peralatan laoratorium: 86 -100 %; persentase

kesesuaian jumlah perjenis peralatan laboratorium: 86 – 100%. Standar prasarana

yaitu a) ada jalan masuk ke institusi, b) ada penyediaan air bersih, c) ada telepon, d)

ada faksimile, e) ada tempat parkir, f) ada kamar kecil, g) ada halaman, h) ada taman

(Permenkes No. 1192 tahun 2004).

Tabel 2.2. Standar Sarana dan Prasarana Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan

No Komponen Jumlah 1. Ruang belajar mengajar/kuliah:

a. Ruang kelas ( 80 m2 ) 1 ruangan : 1 kelas

b. Toilet mahasiswa ( 8 m2

) 2 ruangan

2 Ruang Kantor:

a. Ruang pimpinan (12m2) 1 ruangan b. Ruang bagian administrasi dan kemahasiswaan (80m2) 1 ruangan c. Ruang staf pengajar: 1 ruangan

1. Ruang dosen (100m2) 1 ruangan

2. Toilet dosen (8m2) 2 ruangan

3 Ruang administrasi:

a. Ruang tata usaha

1. Ka. Sub. Bagian Tata Usaha (8m2) 1 ruangan

2. Ruang tamu (6m2) 1 ruangan b. Ruang pantri (8m2) 1 ruangan c. Ruang kepala urusan kepegawaian (6m2) 1 ruangan d. Ruang urusan keuangan:

(41)

Lanjutan Tabel 2.2

4. Ruang perpustakaan:

a. Ruang baca (80m2) 1 ruangan b.Ruang pelayanan (6m2) 1 ruangan

c. Ruang penyimpanan buku (50m2) 1 ruangan

5 Ruang praktek (100m2) 2Ruangan

6 Alat Bantu Belajar Mengajar

1. Media Pembelajaran:

a. Papan tulis hitam dan putih 1: 1 kelas b. Over head projector (OHP) 1: 1 kelas c. Slide projector 1 : 1kelas d. Sound system 2 : 1 ps e. Komputer 2 unit f. LCD 1 unit 2. Peralatan laboratorium/tindakan harus dikembangkan sesuai

cabang ilmu: Laboratorium Dasar, Laboratorium KMB, Laboratorium Keperawatan Maternitas, Laboratorium Keperawatan Anak, Lab Keperawatan Komutnitas, Laboratorium Keperawatan Jiwa

8 set/sub kompeten si

3. Buku – buku 5-8 set

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1192/MENKES/PER/X/2004

2.2.3. Kurikulum akademi keperawatan

Penyelenggaraan pendidikan pada program pendidikan akademi keperawatan

mempergunakan kurikulum Nasional Program Akademi Keperawatan yang

ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional Nomor 239/U/1999 tanggal 04 Oktober

1999. Kurikulum Nasional disusun berlandaskan pada falsafah keperawatan yang

mencakup konsep manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan serta berorientasi

(42)

Pendidikan Nasional nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum

pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa dan Nomor 045/U/2004

tentang kurikulum inti pendidikan tinggi. Kurikulum meliputi:

1. Kesesuaian visi, misi, sasaran, dan tujuan pendidikan

2. Relevansi dengan tuntutan dan kebutuhan stakeholders

3. Struktur dan isi kurikulum (keluasan, kedalaman, koherensi, penataan/organisasi)

4. Kompetensi dan etika lulusan yang diharapkan

5. Derajat integrasi materi pembelajaran (intra dan antar disiplin ilmu)

6. Kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terdekat dan

kepentingan internal lembaga

7. Mata kuliah pilihan yang merujuk pada harapan/ kebutuhan mahasiswa secara

individual/ kelompok mahasiswa tertentu

8. Peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri melanjutkan studi,

mengembangkan pribadi, memperoleh pengetahuan dan pemahaman materi

khusus sesuai dengan bidang studinya, mengembangkan keterampilan yang dapat

dialihkan (transferable skills), terorientasikan kearah karir, dan pemerolehan

pekerjaan.

Menurut Suryosubroto (2005) kurikulum adalah seluruh program kegiatan

dan sumber-sumber yang disediakan untuk mencapai sasaran dan tujuan program

studi, termasuk program pembelajaran, sumber-sumber, proses-proses, dan penilaian

hasil belajar. Kurikulum pendidikan keperawatan disusun berdasarkan kerangka

(43)

1. Pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai pendidikan profesional,

pendidikan keperawatan dimasa mendatang akan menumbuh kembangkan

mahasiswa melalui kelompok keilmuan (body of knowledge) dan keterampilan

profesional yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal, ketrampilan

komunikasi serta hubungan interpersonal yang diperlukan untuk melakukan

pelayanan/asuhan keperawaan profesional kapada masyarakat. Hal ini dilakukan

dan dicapai secara bertahap dalam lingkungan belajar dengan sarana pendidikan

yang cukup dan relevan dalam masyarakat dan iklim akademik yang menopang

pencapaian kompetensi yang akan dicapai.

2. Memecahkan masalah secara ilmiah. Kemampuan memecahkan masalah secara

ilmiah merupakan landasan utama dalam menumbuh kembangkan kemampuan/

penguasaan proses keperawatan, yaitu metoda utama yang digunakan oleh

seorang perawat profesional dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam

penerapan pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan

(PBL).

3. Sikap, tingkah laku dan kemampuan profesional. Sikap, tingkah laku dan

kemampuan profesional yang dijiwai prinsip-prinsip humaniora merupakan

landasan utama pelayanan keperawatan dengan kode etik keperawatan sebagai

acuan/pedoman. Penumbuhan dan pembinaan berfikir, bersikap, berpandangan

dan bertindak sesuai hakekat profesi keperawatan, merupakan proses panjang,

berkelanjutan dalam suatu komunitas profesional dengan lingkungan dan budaya

(44)

4. Belajar aktif dan mandiri. Kemampuan dan kemauan belajar aktif dan mandiri

serta mengarahkan belajar sendiri dan belajar berkelanjutan, menuju terbinanya

sikap dan kemampuan belajar seumur hidup atau sepanjang hayat, seperti yang

dituntut oleh profesi. Hasil ini dicapai melalui rangkaian pengalaman belajar yang

disusun dan dilaksanakan dengan berorientasi kepada kebutuhan manusia (student

centre).

5. Pendidikan dimasyarakat. Sikap dan kemampuan profesional seorang lulusan

akademi keperawatan yang dituntut untuk mengabdikan dirinya dimasyarakat dan

memandirikan rakyat untuk hidup sehat, ditumbuhkan dan dibina sepanjang

proses pendidikannya melalui berbagai bentuk pengalaman belajar yang

dilaksanakan dan dikembangkan di masyarakat.

Kurikulum akademi keperawatan disusun lebih terarah dan dapat memenuhi

tuntutan kebutuhan masyarakat. Lulusan akademi keperawatan diharapkan kompeten

dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan melaksanakan peran serta

tanggung jawabnya sesuai tuntutan profesi keperawatan.

2.2.3.1. Kompetensi akademi keperawatan

Awal mula dari kurikulum berbasis kompetensi ini adalah kurikulum yang

dikembangkan oleh Depdiknas sebagai wewenang dan tugasnya. Kurikulum ini

dinyatakan untuk menggantikan kurikulum 1994 atau kurkulum berbasis pencapaian

tujuan (objective based curiculum). Kurikulum berbasis kompetensi ini dirancang

(45)

disebut kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi adalah sebagai pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian

dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan

psikomotor dengan sebaik-baiknya.

Arah dan pedoman belajar yang jelas ada dalam kurikulum. Bila ingin

menigkatkan mutu atau kualitas sumberdaya manusia, maka terlebih dahulu

meningkatkan mutu institusi pendidikan. Sementara untuk meningkatkan mutu

pendidikan membutuhkan arah dan pedoman belajar. Akademi keperawatan

mempunyai 23 kompetensi yang harus diselesaikan dalam 6 semester. Mahasiswa

akademi keperawatan dikatakan lulus pendidikan atau tamat pendidikan apabila telah

menyelesaikan ke 23 kompetensi ini.

2.2.3.2. Standar Isi. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi

untuk mencapai tingkat kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan. Standar ini

memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat

satuan pendidikan, dan kalender pendidikan akademik. Kedalaman muatan kurikulum

pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat

dan/atau semester sesuai dengan standar nasional pendidikan. Kedalaman muatan

kurikulum dikembangkan oleh badan standarisasi nasional pendidikan (BSNP) dan

ditetapkan oleh peraturan menteri.

Kompetensi terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kerangka

(46)

yang bersangkutan untuk setiap program studi. Kurikulum tingkat satuan pendidikan

wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa

indonesia dan bahasa inggris. Kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan untuk

setiap program studi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan

tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Kurikulum yang sederajat atau bentuk lain dapat dimasukkan pada pendidikan

berbasis keunggulan lokal. Keunggulan lokal ini dapat merupakan bagian dari

pendidikan kelompok mata kuliah pada pendidikan tersebut. Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai pendidikan tertentu.

Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam

peraturan pemerintah untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat

satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Kurikulum tingkat

satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

dimasing-masing satuan pendidikan.

2.2.3.3. Proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan tempat dan situasi yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan

(47)

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang memuat sukurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,

metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Pelaksanaan proses

pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan

beban mengajar maksimal per pendidik (PP No. 19 tahun 2005).

Menurut Tilaar (2004) yang mengutip pendapat Don Tapscott ada 3 (tiga)

unsur proses belajar yang asing di dalam budaya lama, yaitu: interaktif, partisipasi,

dan diskursus. Budaya interaktif memerlukan suatu proses belajar-mengajar yang

baru, oleh karena peserta yang belajar atau pembelajar bukan bersifat pasif tetapi

aktif. Si pembelajar berinteraksi dengan sesama, dengan para pakar baik secara

langsung maupun melalui karya-karya dengan menggunakan internet. Didalam proses

interaktif tersebut maka si pembelajar adalah seorang partisipan dan bukan seorang

boneka yang sekadar hanya menerima segala sesuatu yang dituangkan kedalamnya.

Demikian pula di dalam proses interaktif tersebut, si pembelajar bukanlah pasif tetapi

secara aktif mengadakan diskursus mengenai segala hal yang ditemukan di dalam

pengembaraannya dalam dunia maya tanpa batas.

Proses pembelajaran tentu meminta sosok seorang teman mitra belajar dan

sarana belajar yang berbeda. Sarana belajar tidak terbatas hanya di dalam kelas,

school without walls”, danjuga tidak tergantung pada seorang dosen karena dosen

(48)

buku-buku perpustakaan, karena informasi dapat diketahui dan dianalisis dari berbagai

sumber. Yang diperlukan adalah kemampuan daya analisis.

Duncan Grey mengatakan yang dikutip oleh Tilaar 2002, bahwa diperlukan

satu generasi dosen untuk dapat mengadopsi dan beradaptasi dengan proses

pembelajaran yang baru. Di dalam kebudayaan global dengan teknologi informasi

yang berkembang sangat cepat telah muncul generasi muda atau n-generation dengan

sikap yang berlainan dengan sikap generasi tua. Bagi generasi tua, informasi dan ilmu

pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas serta diperoleh dengan cara yang

tradisional, lambat, kurang up-to-date, dan sangat terbatas serta tertutup.

TIK dalam proses belajar mengajar, mengatasi batas-batas waktu dan tempat.

Oleh sebab itu peran dosen dan mahasiswa perlu diredefinisikan. Dosen bukan lagi

sebagai instruktur tetapi seorang fasilitator yang membawa peserta didik membuka

jendela-jendela ilmu pengetahuan yang terbuka tanpa batas. Didalam kaitan ini

redefinisi peran dosen menjadi mutlak. Dosen tetap ada dan penting, profesi dosen

tetap ada dan tidak dapat diganti oleh komputer. Namun peranannya berubah menjadi

fasilitator. Dengan adanya TIK maka proses belajar-mengajar bukan hanya

mengembangkan kemampuan kognitif mesikipun ini sangat menonjol, tetapi juga

mengembangkan berbagai potensi intelegensi, termasuk intelegensi budaya (culture

intelligence).

Proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar,

(49)

belajar adalah cara bagaimana para pelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran

itu sendiri.

Dalam proses belajar mengajar, pada awal proses sudah tentu diperlukan

bimbingan pendidik dalam arti tradisional, namun demikian bimbingan tersebut

semakin lama semakin menghilang dan berubah menjadi seorang fasilitator yang

membuka jalan bagi peserta didik untuk mengembara (roaming) secara mandiri

dalam dunia informasi yang tanpa tepi. Proses belajar itu tentunya akan berubah

karena tidak didikte lagi oleh para pendidik yang tradisional tetapi peserta didik

semakin cepat untuk dapat berdiri sendiri.

Tabel 2.3. Proses Belajar Interaktif

Proses Belajar Mandiri Proses Belajar Interaktif

1. Dosen sebagai pembaca berita 1. Dosen sebagai fasilitator

2. Sekolah sebagai penyiksa 2. Sekolah sebagai pusat untuk bergembira

3. Satu ukuran untuk semua 3. Sesuai dengan pelanggan (customize)

4. Belajar disekolah 4. Belajar seumur hidup

5. Belajar menyerap bahan pelajaran 5. Belajar bagaimana belajar

6. Dosen sebagai pusat 6. Peserta didik sebagai pusat 7. Instruksi 7. Konstruksi, menemukan

8. Linier,berurutan (sequential/serial) 8. Belajar melalui hiper media

(50)

Pada fase permulaan, peserta didik akan dibimbing untuk dapat menemukan

jalannya sendiri. Didalam proses belajar inilah akan muncul sekolah atau

kampus-tanpa-dinding (school without walls). Didalam kaitan ini proses belajar oleh Don

Tapscott disebut sebagai broadcastlearning akan diganti dengan interaktive learning

sebagaimana yang tercantum dalam tabel 2.3.

Perkembangan tuntutan kebutuhan masyarakat, kemajuan IPTEK dan

pembangunan dibidang kesehatan sekarang dan yang akan datang yang dituangkan

dalam pendidikan untuk dapat memberikan perkembangan dan pembinaan yang

mengacu pada landasan utama pelayanan/asuhan keperawtan profesional, maka

berbagai bentuk pengalaman belajar dilaksanakan melalui kurikulum pendidikan

akademi keperawatan. Pengalaman belajar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengalaman Belajar Teori. Pengalaman belajar tiori yang memungkinkan peserta

didik mengikuti dan menguasai ilmu dan kiat keperawatan, sehingga dapat

ditumbuhkan dan dibina kemampuan peserta didik untuk melaksanakan asuhan

keperawatan profesional. Belajar teori harus didukung oleh sarana prasarana yang

lengkap guna menunjang situasi dan kondisi belajar.

Prestasi belajar atau student achievement mahasiswa pada umumnya dihubungkan

dengan kemungkinan prestasi kerja yang nantinya akan dicapai setelah mereka

memasuki dunia kerja. Oleh karena itu sering kali diprediksi bahwa mahasiswa

yang memiliki prestasi belajar yang tinggi, akan memiliki prestasi kerja yang

tinggi pula. Namun demikian bagi seorang profesional, prestasi hasil belajar yang

(51)

intelligence menurut istilah Goleman (1999) dan lingkungan manajemen dunia

kerjanya memiliki peranan yang lebih besar terhadap keberhasilan seseorang

(Widodo, 1999).

2. Belajar di Laboratorium . Mengajar melalui tatap muka adalah yang paling umum

dan telah dikenal dengan baik; melalui persiapan SAP, materi mengajar, metode

mengajar, penekanan, tanya jawab dan diskusi hingga presentasi materi yang

dapat dilihat dalam dua dan tiga dimensi serta pencatatan.

Mahasiswa belajar dalam tatap muka; mendengar melalui telinga, mendengar

kemudian lupa. Bila diceritakan lagi akan tertarik. Dan bila melihat akan diingat

apabila ditunjukkan dengan jelas. Tetapi banyak pengetahuan harus dipahami dan

dapat diimplementasikan, oleh sebab itu proses belajar ”learning by doing” atau

belajar dilaboratorium dan pelaksanaan tugas-tugas projek atau praktikum akan

memberi hasil lebih yaitu: bila dilakukan sendiri, maka akan tahu dan dipahami.

3. Praktek Belajar Klinik (PBK) dan Praktek Belajar Lapangan (PBL). Melalui

pengalaman belajar dalam tatanan nyata dimasyarakat, khususnya dalam tatanan

pelayanan kesehatan terutama dalam pengalaman belajar klinik (PBK) di Rumah

Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin dan pengalaman belajar lapangan (PBL) di

desa binaan, mahasiswa mendapat kesempatan untuk berlatih bekerja di

masyarakat melakukan sosialisasi profesional, mengambil keputusan klinik, lebih

peka dan mampu mengidentifikasi dan memecahkan berbagai masalah kesehatan,

(52)

dan teknologi dalam bidang keperawatan, serta memanfaatkan berbagai sumber

dan kemampuan yang ada dimasyarakat.

Melalui praktek lapangan (mahasiswa akademi keperawatan) dapat

menerapkan prinsip-prinsip belajar pada situasi nyata melalui interaksi

dengan klien atau keluarga dan anggota tim kesehatan lainnya.

Pengembangan keterampilan di dalam bidang keperawatan juga di peroleh

dan diperkuat dengan pemberian bimbingan supervisi dari CI (clinical

instructre) pendidikan yang bekerjasama dengan CI (clinikal structure)

Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin dan juga perangkat desa selama

proses praktek lapangan berlangsung.

2.3. Pembiayaan

Pembiayaan/Pendanaan meliputi: (1) sumber dana; (2) sistem alokasi dana

(3) pengelolaan dan akuntabilitas penggunaan dana; (4) keberlanjutan pengadaan dan

pemanfaatannya.

Pembiayaan adalah dana pendukung penyelenggaraan program studi yang

disediakan oleh perguruan tinggi dan sumber dana lain, seperti industri dan lembaga

lain yang berkepentingan dengan kualitas lulusan yang akan dipekerjakannya. Dana

itu harus direncanakan sesuai dengan standar finansial yang disepakati untuk

(53)

biaya operasional program, pengadaan dan pemeliharaan bahan pengajaran dan

fasilitas lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan program.

Menurut PP No. 19 tahun 2005, standar pembiayaan pendidikan terdiri dari

biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal (PP No. 19 tahun 2005). Biaya

investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan

sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses

pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan

meliputi (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang

melekat pada gaji, (2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, (3) biaya operasi

pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana

dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,

asuransi, dan lain sebagainya.

Biaya operasi perguruan tinggi adalah biaya untuk memberikan pelayanan

pendidikan tinggi, tidak termasuk investasi pada prasarana, sarana, dan modal kerja

tetap dan biaya pendidikan personal yang harus ditanggung oleh peserta didik.

2.4. Manajemen Pendidikan

Dalam institusi pendidikan hanya ada manajemen bertingkat yaitu manajemen

(54)

Organisasi Administrasi

Manajemen

Manajemen terdepan Manajemen madya tertinggi

Sumber: Pidarta, 2004

Gambar 2.1. Hubungan antara Organisasi, Administrasi dan Manajemen Pendidikan

Pada institusi pendidikan tinggi pekerjaan manajer dilaksanakan oleh rektor

dan para dekan (direktur pada akademi keperawatan), sedangkan pekerjaan

supervisor dilakukan oleh para ketua jurusan pendidikan tinggi atau pembantu

direktur pada institusi pendidikanakademi keperawatan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Robbins (1982) yang dikutip oleh Pidarta (2004) bahwa supervisi dilakukan

oleh administrator terdepan.

Proses manajemen itu merupakan aktivitas yang melingkar, mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan sampai dengan pengawasan kemudian

kembali lagi pada perencanaan, pengorganisasian dan seterusnya dengan tidak pernah

(55)

Sesudah manajemen membuahkan aktivitas-aktivitas tertentu dalam institusi

pendidikan dengan program-programnya, sarananya, anggarannya, kriteria

pelaksanaan dan keberhasilan, dan petunjuk-petunjuk kepada para pelaksana, maka

proses pendidikan dilaksanakan. Supervisor membimbing para pelaksana, sementara

itu para rektor/dekan/direktur telah siap menerima laporan baik dari supervisor

tentang hal yang perinsip, maupun dari pelaksana pendidikan itu sendiri. Para

rektor/dekan/direktur juga melakukan pengawasan/kontrol langsung terhadap proses

pendidikan yang sedang berjalan. Hasil pengawasan dan laporan-laporan diolah oleh

para rektor/dekan/direktur sebagai umpan balik untuk memberikan revisi seperlunya

kepada proses pendidikan tersebut.

Jadi manajemen dan supervisi adalah aktivitas-aktivitas yang saling

menunjang dan sebagian besar berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Bedanya

ialah manajemen terjadi dikantor tetapi supervisi terjadi dilapangan yaitu tempat

proses pendidikan berlangsung. Supervisi menghasikan umpan balik, manajemen

memproses umpan balik untuk mendapatkan kebijakan baru.

Menurut Davis (1976) yang dikutip oleh Pidarta (2004) bahwa manajemen

institusi pendidikan dapat dibedakan menjadi manajemen sebagai tugas dan

manajemen sebagai peranan.

Manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen

sementara manajemen sebagai peranan disebutkan peranan administrasi eksekutif.

Peranan eksekutif adalah mengerjakan atau melaksanakan keputusan pada tingkat

(56)

keputusan-keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mengenai

kegiatan-kegiatan rutin, seperti administrasi pengajaran, kemahasiswaan,

kepegawaian, keuangan dan sarana prasarana. Sementara manajemen adalah

kegiatan-kegiatan non rutin yang menangani gejolak baik positif maupun negatif

yang membutuhkan pemikiran dan aktivitas khusus untuk menyelesaikannya,

termasuk yang bertalian dengan sumber-sumber pendidikan. Gejolak positif misalnya

ketidak mampuan dosen dalam melaksanakan metode pembelajaran baru, gejolak

negatif misalnya mengatasi demonstrasi mahasiswa.

Pengertian manajemen oleh Dale (1973) yang dikutip oleh Pidarta (2004):

manajemen sebagai (1) mengelola orang-orang yaitu merupakan penanganan

terhadap para anggota organisasi, (2) pengambilan keputusan yaitu, (3) proses –

proses mengorganisasikan dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan

yang sudah ditentukan. Pendapat ini mencakup para anggota dan materi. Orang dan

materi termasuk dana diatur dan diarahkan, kemudian diputuskan aturan-aturan dan

hasil arahan itu untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak

berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan (Johnson, 1973)

yang dikutip oleh Pidarta, 2004. Sumber-sumber ialah mencakup orang-orang,

alat-alat, media, bahan-bahan, uang, dan sarana. Semuanya diarahkan dan dikordinasi agar

terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan.

Mengarahkan orang-orang agar melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu

Gambar

Gambar 2.1. Hubungan antara Organisasi, Administrasi dan Manajemen Pendidikan
Gambar 2.3. Bentuk Penilaian Ketrampilan
Gambar 2.4. Bentuk Penilaian Sikap/ Perilaku
Gambar  2.5. Analisis Sistemik Mengenai Komponen Evaluasi-Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika dicermati, persoalan tentang kondisi fisik dari wisata berbasis sejarah budaya ternyata merupakan salah satu persoalan klasik dan hal ini tidak hanya terjadi di

Berdasarkan analisis ARC, ARD, perhitungan kebutuhan luas area yang dibutuhkan untuk masing-masing stasiun kerja, dan hasil simulasi yang telah dilakukan pada

Ben-Hur (2006) mengungkapkan tentang Concept-Rich Instruction. Concept-Rich Instruction adalah sebuah pendekatan yang peduli terhadap pemahaman konsep siswa dalam

Kemudian yang kedua faktor manusia yaitu lalai dalam melakukan pengawasan Solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target produksi diantaranya

Manfaat pada penelitian ini adalah menambah wawasan pembaca tentang komponen penyusun minyak atsiri kulit buah Lemo Cuco ( Citrus sp.) yang dapat berperan

Pada pagi hari kontrol bekerja lebih sering on dan off, hal ini sesuai dengan kapasitas penyerapan panas matahari pada pagi hari yang kurang dan meningkat seiring jumlah

Tipe planlet normal memiliki karakteristik morfologi yang mirip dengan planlet kontrol (tanpa perlakuan kolkisin), sedangkan tipe planlet putatif poliploid memiliki daun

Putusan Mahkamah Konstitusi berkaitan dengan gugatan yang diajukan oleh Kant Kamal kemudian diputuskan pada tanggal 23 Maret 2013 yang diketuai oleh Akil Mochtar