• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Faktor-faktor Risiko dan Upaya Pencegahan Kanker Serviks di RSUP Haji Adam Malik,Medan dari periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Faktor-faktor Risiko dan Upaya Pencegahan Kanker Serviks di RSUP Haji Adam Malik,Medan dari periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS BERDASARKAN FAKTOR- FAKTOR RISIKO DAN UPAYA PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI RSUP. H. ADAM MALIK, MEDAN DARI PERIODE 1 JANUARI 2008 - 31 DESEMBER 2009.

Oleh :

VIJENDRAN ARUMUGAM

070100394

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS BERDASARKAN FAKTOR- FAKTOR RISIKO DAN UPAYA PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI RSUP. H. ADAM MALIK, MEDAN DARI PERIODE 1 JANUARI 2008 - 31 DESEMBER 2009.

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

VIJENDRAN ARUMUGAM

070100394

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Faktor-faktor Risiko dan Upaya Pencegahan Kanker Serviks di RSUP Haji Adam Malik,Medan dari periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009.

VIJENDRAN ARUMUGAM

070100394

__________________________________________________________________

Dosen Pembimbing Dosen Penguji I

--- ---

(dr. M.Fidel Ganis Siregar, SpOG) (dr. Erjan Fikri, SpB, SpBA)

Dosen Penguji II

--- (dr. Muhammad Rusda, Sp.OG(K))

Medan, November 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Dekan

(4)

ABSTRAK

Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia.

Di Indonesia, setiap satu jam, satu wanita meninggal karena kanker serviks Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker leher rahim. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi itu. Faktor-faktor risiko lain seperti umur, paritas, penggunaan KB, umur pernikahan yang muda dan pencegahan yang kurang menyebabkan kanker ini pembunuh nomor satu di Indonesia.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif observational. Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi serta distribusi penyakit berdasarkan variable orang, tempat dan waktu. Retrospektif adalah melakukan penelitian ke arah belakang berdasarkan data yang telah tersedia. Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik merupakan RS Rujukan untuk wilayah regional Sumatera Utara dan rumah sakit ini memiliki data rekam medis yang sangat baik. Waktu penelitian mulai dari bulan Juni hingga November 2010.

Hasil penelitian membuktikan bahawa faktor- faktor risiko seperti umur lebih dari 40 tahun, paritas lebih dari tiga, pekerjaan suami di luar kota, tahap pendidikan yang rendah, pernikahan pada usia muda dan bernikah sekali merupakan faktor- factor yang menyebabkan terjadinya kanker serviks. Pencegahan seperti melakukan tes Pap, frekuensi melakukan tes Pap, dan vaksinasi juga memainkan peranan yang penting dalam terjadinya kanker serviks.

(5)

ABSTRACT.

Cervical cancer is may present wit in its advanced stages. Treatment consists of early stages an

of high grade changes can prevent the development of cancer. In developed

countries, the widespread use of cervical screening programs has reduced the incidence of invasive cervical cancer by 50% or more.

development of almost all cases of cervical cancer. the two strains of HPV that currently cause approximately 70% of cervical cancer have been licensed in the U.S, Canada, Australia and the EU. Since the vaccines only cover some of the cancer causing ("high-risk") types of HPV, women should seek regular Pap smear screening, even after vaccination.

The methodology of this thesis is descriptive observational. Cervical cancer patients information was obtained through medical records held at the Haji Adam Malik General Hospital, Medan. Data will be analysed with frequency test using SPSS .14.0 for Windows.

From the research, it clearly shows that risk factors such as age more than 40 years, multiparity, usage of family planning, occupation of patients husband, early marriage and the lack of primary and secondary prevention causes cervical cancer to be the number one lady killer in Indonesia.

(6)

KATA PENGHANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan pemilik semesta alam dan

sumber segala pengetahuan atas bimbingan dan penyeraan-Nya, sehingga penyusun

dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Gambaran Penderita Kanker Serviks

Berdasarkan Faktor- Faktor Risiko dan Upaya Pencegahan Kanker Serviks di

RSUP.H. Adam Malik, Medan Dari Periode 1 Januari 2008- 31 Desember 2009 ”.

Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk mengembangkan pola pemikiran

baru bagi meningkatkan ilmu penduduk Indonesia mengenai kanker serviks dan

faktor-faktor risiko dan juga pencegahannya. Saya sangat menyadari karya tulis ini

masih jauh dari kesempuranaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya

membangun saya sangat harapakan untuk kesempurnaan dari

kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga karya tulis ini bisa bermanfaat.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak

membantu kami dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, terkhusus kepada :

1. Dr. M. Fidel Ganis Siregar, Sp OG sebagai pembimbing saya dalam pelaksanaan

Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Rekan-rekan Mahasiswa Angkatan 2007 Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara dan semua pihak yang membantu penyusun dalam

menyelesaikan karya tulis ini.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan

pengorbanan mereka kepada saya dan melimpah rahmat dan karunia –Nya kepada

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGHANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kanker Serviks . ... 4

2.2 Penyakit Kanker Serviks dan Epidemiologinya ... 4

2.3 Faktor- faktor Risiko Kanker Serviks ... 6

2.4 Gejala-gejala Kanker Serviks ... 10

2.5 Diagnosa Kanker Serviks ... 11

2.6 Klasifikasi Histopatologi dan Stadium Klinik Kanker Serviks ... 13

2.7 Terapi Kanker Serviks ... 16

2.8 Prognosis Kanker Serviks ... 17

2.9 Upaya Pencegahan Kanker Serviks ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 19

3.2 Defenisi Operasional ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 23

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian. ... 23

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

(8)

4.5 Metode Analisis Data ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2 Karakteristik Individu ... 26

5.1.3 Hasil Analisa Data ... 26

5.2 Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 34

6.2 Saran ... 35

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.6.1 Klasifikasi Histopatalogi ………. 14

2.8 Prognosa Kanker Serviks ……… 17

5.1.3 Hasil Analisa Data

5.1.3.1 Pencatatan tabulasi dilakukan untuk melihat gambaran 26 kasus kanker serviks .

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(11)

ABSTRAK

Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia.

Di Indonesia, setiap satu jam, satu wanita meninggal karena kanker serviks Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker leher rahim. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi itu. Faktor-faktor risiko lain seperti umur, paritas, penggunaan KB, umur pernikahan yang muda dan pencegahan yang kurang menyebabkan kanker ini pembunuh nomor satu di Indonesia.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif observational. Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi serta distribusi penyakit berdasarkan variable orang, tempat dan waktu. Retrospektif adalah melakukan penelitian ke arah belakang berdasarkan data yang telah tersedia. Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik merupakan RS Rujukan untuk wilayah regional Sumatera Utara dan rumah sakit ini memiliki data rekam medis yang sangat baik. Waktu penelitian mulai dari bulan Juni hingga November 2010.

Hasil penelitian membuktikan bahawa faktor- faktor risiko seperti umur lebih dari 40 tahun, paritas lebih dari tiga, pekerjaan suami di luar kota, tahap pendidikan yang rendah, pernikahan pada usia muda dan bernikah sekali merupakan faktor- factor yang menyebabkan terjadinya kanker serviks. Pencegahan seperti melakukan tes Pap, frekuensi melakukan tes Pap, dan vaksinasi juga memainkan peranan yang penting dalam terjadinya kanker serviks.

(12)

ABSTRACT.

Cervical cancer is may present wit in its advanced stages. Treatment consists of early stages an

of high grade changes can prevent the development of cancer. In developed

countries, the widespread use of cervical screening programs has reduced the incidence of invasive cervical cancer by 50% or more.

development of almost all cases of cervical cancer. the two strains of HPV that currently cause approximately 70% of cervical cancer have been licensed in the U.S, Canada, Australia and the EU. Since the vaccines only cover some of the cancer causing ("high-risk") types of HPV, women should seek regular Pap smear screening, even after vaccination.

The methodology of this thesis is descriptive observational. Cervical cancer patients information was obtained through medical records held at the Haji Adam Malik General Hospital, Medan. Data will be analysed with frequency test using SPSS .14.0 for Windows.

From the research, it clearly shows that risk factors such as age more than 40 years, multiparity, usage of family planning, occupation of patients husband, early marriage and the lack of primary and secondary prevention causes cervical cancer to be the number one lady killer in Indonesia.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar di

dunia. Setiap tahun dijumpai hampir 6 juta penderita baru yang diketahui mengidap

kanker dan lebih dari 4 juta di antaranya meninggal. Menurut data WHO, setiap

tahun ada 6,25 juta penderita kanker dan dalam dekad terakhir ada 9 juta manusia

mati karena kanker.Kanker serviks masih menempati posisi kedua terbanyak pada

keganasan wanita setelah kanker payudara dan diperkirakan diderita oleh 500.000

wanita tiap tahunnya. Pada tahun 2006,dari 470 kasus baru kanker serviks di seluruh

dunia,79% terjadi di negara berkembang.

Angka prevalensi kanker serviks di dunia adalah 39,7%. Di Asia Pasifik tahun

2000, insidens kanker serviks ditemukan sebanyak 510/100.000 wanita dengan case

fatality rate (CFR), 52%. Salah satu jenis kanker yang paling populer ditemukan di

kalangan wanita Indonesia adalah kanker serviks dengan frekuensi relatif tertinggi

(25,6%). Kanker ini merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah

kesehatan reproduksi pada kaum wanita. Terdapat pelbagai faktor risiko dan paparan

yang diduga mendukung terjadinya kanker serviks. Insidens kanker serviks di

Indonesia masih menempati urutan teratas dari 10 jenis kanker pada wanita yaitu

sekitar 68,1%.Angka prevalensi kanker serviks di Indonesia adalah 28,66%.

Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita

baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun

terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas

Kesehatan Provinsi, jumlah penderita kanker serviks pada tahun 1999 tercatat 475

kasus, tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 683 kasus. Angka

(14)

membangun adalah sangat kurang. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan

penelitian tentang gambaran penderita kanker serviks berdasarkan faktor-faktor

risiko dan upaya pencegahan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik, Medan pada tahun 2008 dan 2009.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan satu penelitian deskriptif

terhadap penyakit kanker serviks untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu

apakah gambaran penderita kanker serviks berdasarkan faktor-faktor risiko pada

pasien kanker serviks dan juga upaya pencegahan yang telah dilakukan oleh

penderita kanker serviks di RSUP. H. Adam Malik, Medan pada tahun 2008 dan

2009.

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum:

Mengetahui gambaran penderita kanker serviks berdasarkan faktor-faktor

risiko yang mendukung terjadinya kanker serviks dan upaya pencegahan

yang telah diambil oleh penderita kanker serviks.

1.3.2 Tujuan Khusus:

1. Mengetahui gambaran pada penderita kanker serviks di RSUP. H. Adam

Malik, Medan pada tahun 2008 dan 2009.

2. Mengetahui faktor-faktor risiko yang mendukung terjadinya kanker

(15)

a.umur

b.tingkat pendidikan

c.pekerjaan suami

d.usia pernikahan

e.frekuensi pernikahan

f.jumlah paritas

g. penggunaan kontrasepsi

3. Mengetahui upaya pencegahan yang telah diambil oleh penderita kanker

serviks di RSUP. H. Adam Malik, Medan berdasarkan :

a. pencegahan primer

b. pencegahan sekunder

c. pencegahan tersier

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Informasi hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi

petugas kesehatan dalam memahami faktor risiko terjadi kanker serviks.

2. Dengan diketahuinya faktor risiko terjadinya kanker serviks dapat digunakan

sebagai acuan menyusun rancangan alternatif penanggulangan kanker serviks di

Rumah Sakit.

3. Menambah wawasan penulis.

4. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kanker Serviks

Kanker Serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher rahim adalah tumor

ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian terendah

dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker serviks

terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus yang tidak

terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan

disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Sarwono, 1996). 90% dari kanker

serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari

sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara

tak terkendali (Rasjidi I, 2008). Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk

suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika

tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks. Kanker serviks

biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Aziz M.F, 2006).

2.2. Penyakit Kanker Serviks dan Epidemiologinya

Penyebab tersering kanker serviks adalah infeksi virus HPV. Lebih dari 90%

kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker

serviks berhubungan dengan HPV tipe 16 (Ferlay J et al, 2002). HPV adalah virus

DNA yang menginfeksi sel-sel epitel (kulit dan mukosa). Infeksi HPV umumnya

(17)

sekitar 25 tahun. Selama hidupnya, hampir kebanyakkan wanita dan laki-laki pernah

terkena infeksi HPV dan 80 persen dari wanita terkena infeksi sebelum umur 50

tahun. Sebagian infeksi HPV bersifat hilang timbul sehingga tidak terdeteksi dalam

kurun waktu 2 tahun setelah infeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut

menetap dalam jangka lama sehingga menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi

pra-kanker. HPV jenis 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, dan 58 tergolong menimbulkan

risiko tinggi terjadinya pra-kanker, yaitu menimbulkan kerusakan sel lendir luar

menuju keganasan yaitu cervical intraephitelial neoplasma atau disingkat CIN. HPV

tipe 16 mendominasi infeksi (50-60%) pada penderita kanker leher rahim disusul

dengan tipe 18 (10-15%). Dari infeksi HPV sampai dengan terjadinya kanker

memerlukan waktu cukup lama, yaitu hampir 20 tahun. Hanya sebagian kecil wanita

pengidap HPV akan berubah statusnya menjadi fase pra-kanker. Apabila fase

tersebut tidak segera diobati maka setelah beberapa tahun mengidap infeksi maka

kondisi pra-kanker berubah menjadi kanker. Virus HPV tipe 16 dan 18 ini replikasi

melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengode pembentukan protein-protein yang

penting dalam replikasi virus. Onkoprotein dari E6 akan mengikat dan menjadikan

gen penekan tumor (p53) menjadi tidak aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan

berikatan dan menjadikan produk gen retinoblastoma (pRb) menjadi tidak aktif.

(Siswanto Agus Wilopo, 2006 UGM)

Penelitian yang dilakukan RSCM bekerjasama dengan Universitas Leiden,

Belanda(2000), menunjukkan HPV ditemukan pada 96% penderita kanker serviks.

Menurut spesialis kebidanan, ahli kanker dan kandungan dari Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia Dr Laila Nuranna, SpOG(K), 99,7 % kanker serviks

disebabkan oleh HPV Onkogenik. HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada

70 persen kasus kanker serviks di dunia. Insidens kanker serviks menurut

Departemen Kesehatan (2000), 100 per 100.000 perempuan pertahun, sedangkan

(18)

adalah paling tinggi di antara kanker yang ada di Indonesia maupun di Rumah Sakit

Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dengan frekuensi 76,2% (Aziz M.F, 2006).

2.3. Faktor-Faktor Risiko terjadi Kanker Serviks

Faktor risiko adalah faktor yang mempermudah timbulnya penyakit kanker

serviks. Adapun yang menjadi faktor risiko terjadinya kanker serviks:

2.3.1 Umur

Pada umumnya, risiko untuk mendapatkan kanker serviks bertambah selepas

umur 25 tahun. Stadium prakanker serviks dapat ditemukan pada awal usia 20-an.

Kanker serviks juga ditemukan pada wanita antara umur 30-60 tahun dan insiden

terbanyak pada umur 40-50 tahun dan akan menurun drastis sesudah umur 60 tahun

(Parson). Sedangkan, penderita kanker serviks rata-rata dijumpai pada umur 45

tahun. Menurut Aziz M.F.(2006), umumnya insidens kanker serviks sangat rendah di

bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan menetap pada usia

50 tahun. Menurut Riono (1990), kanker serviks terjadi pada wanita yang berumur

lebih 40 tahun tetapi bukti statistik menunjukkan kanker serviks dapat juga

menyerang wanita antara usia 20- 30 tahun.

2.3.2 Pernikahan dan aktivitas seksual pada usia muda

Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang cukup

penting. Makin muda seorang perempuan melakukan hubungan seksual, makin besar

risiko yang harus ditanggung untuk mendapatkan kanker serviks dalam kehidupan

selanjutnya (Rasjidi I., 2008). Risiko kanker serviks akan meningkat pada

pernikahan usia muda atau pertama kali koitus,yaitu pada umur 15-20 tahun atau

pada belasan tahun serta period laten antara pertama kali koitus sampai terdeteksi

(19)

tahun menikah biasanya 10-12 kali lebih besar terserang kanker serviks daripada

yang berusia 20 tahun ke atas.

2.3.3 Karakteristik pasangan

Pasangan yang sering melakukan seks dengan bertukar pasangan mempunyai

risiko mendapat kanker serviks. Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa pasien

dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks aktif dengan pasangan yang

melakukan seks berulang kali (Belinson S.,Smith J.S.,Myers E.,Olshan A, dan

Hartmann K., 2002).Selain itu,pasangan dari pria dengan kanker penis atau pasangan

dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan

risiko kanker serviks.

2.3.4 Riwayat ginekologis

Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko kanker

serviks, hamil di usia muda, jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang

tidak tepat dapat meningkatkan risiko.Kanker serviks sering diasosiasikan dengan

kehamilan pertama pada usia muda, jumlah kehamilan yang banyak dan jarak

kehamilan yang pendek (Rasjidi I.,2008). Umur melahirkan pertama kali kurang dari

20 tahun dianggap mempunyai risiko untuk terjadi kanker serviks.

2.3.5 Jumlah paritas

Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering melahirkan anak.

Kategori partus ini belum ada keseragaman tetapi menurut pakar angka berkisar

antara 3- 5 kali partus.

Green menemukan penderita kanker serviks adalah 7,9 % multi para dan 51 %

nulli para. Persalinan pervaginam yang tinggi menyebabkan angka terjadinya kanker

(20)

2.3.6 Kebiasaan berganti pasangan

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa faktor koitus dengan seringnya berganti

pasangan merupakan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya kanker serviks.

Benson menemukan kasus kanker serviks 4 kali lebih banyak pada wanita yang

melakukan prostitusi. Berganti-berganti pasangan dalam hubungan seksual

memperbesar kemungkinan terinfeksi HPV (Indriyani D., 1991).

2.3.7 Agen Infeksius

Human Papilloma Virus (HPV). Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan

HPV sebagai penyebab neoplasia servikal. HPV tipe 6 dan 11 berhubungan erat

dengan displasia ringan yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18 dihubungkan

dengan dysplasia berat, yang jarang regresi dan seringkali progresif menjadi

karsinoma insitu (Aziz, M.F.,2002). Walaupun semua virus herpes simpleks tipe 2

belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu telah menunjukkan

terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks.

Infeksi Trikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan berhubungan dengan kanker

serviks.

2.3.8 Kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi oral lebih dari 4 atau 5 tahun dapat meningkatkan risiko

terkena kanker serviks 1,5-2,5 kali. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV yang dapat

menyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga berisiko untuk terjadi

kanker serviks (Belinson S.,Smith J.S.,Myers E.,Olshan A, dan Hartmann K., 2002)

2.3.9 Merokok

Merokok pada wanita selain mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan

(21)

serviks. Nikotin mempermudah selaput untuk dilalui zat karsinogen. Bahan

karsinogenik spesifik dari tembakau dijumpai dalam lender serviks wanita perokok.

Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV

mencetuskan transformasi maligna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin

banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi risiko untuk terkena kanker

serviks (Indriyani D.,1991).

2.3.10 Sosial ekonomi dan diet

Kanker serviks sering ditemukan pada wanita golongan sosial ekonomi

rendah, mungkin berkaitan dengan diet dan immunitas. Wanita di kelas

sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko 5 kali lebih besar daripada

faktor risiko pada wanita di kelas yang paling tinggi (Rasjidi I., 2008). Pada

golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang

dan ini mempengaruhi imunitas tubuh. Hasil penelitian menunjukkan adanya

hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar

memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibanding wanita

pekerja ringan atau di kantor (Indriyani D.,1991). Kebanyakan dari kelompok yang

pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok sosial ekonomi rendah di

mana mungkin standar kebersihan yang baik tidak dapat dicapai dengan mudah,

sanitasi dan pemeliharaan kesehatan kurang, pendidikan rendah, nikah usia muda,

jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan tidak tetap serta faktor diet yang

rendah karotenoid dan asam folat akan mempermudah terjadinya infeksi yang

menyebabkan daya imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan risiko terjadi

(22)

2.4. Gejala-gejala Kanker Serviks

2.4.1 Keputihan

Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma insitu dan

mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering tidak

dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang encer, keputihan seperti krem

tidak gatal,kemudian menjadi merah muda lalu kecoklatan dan sangat berbau bahkan

sampai dapat tercium oleh seisi rumah penderita. Bau ini timbul karena ada jaringan

nekrosis (Aziz,M.F.,Saifuddin,A.B., 2006).

2.4.2 Perdarahan Pervaginam

Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah perdarahan di luar siklus

haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama makin banyak atau perdarahan

terjadi di antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi akibat terbukanya pembuluh darah

disertai dengan pengeluaran sekret berbau busuk,bila perdarahan berlanjut lama dan

semakin sering akan menyebabkan penderita menjadi sangat anemis dan dan dapat

terjadi shock, dijumpai pada penderita kanker serviks stadium lanjut (Aziz,M.F. dan

Saifuddin,A.B., 2006).

2.4.3 Perdarahan Kontak

Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif, biasanya timbul

perdarahan setelah bersenggama. Hal ini terjadi akibat trauma pada permukaan

serviks yang telah mengalami lesi (Rasjidi Imam, 2008).

2.4.4 Nyeri

Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah sekitar panggul yang

(23)

bersifat progresif sering dimulai dengan “Low Back Pain” di daerah lumbal,

menjalar ke pelvis dan tungkai bawah, gangguan miksi dan berat badan semakin

lama semakin menurun khususnya pada penderita stadium lanjut.

2.4.5 Konstipasi

Apabila tumor meluas sampai pada dinding rektum, kemudian terjadi keluhan

konstipasi dan fistula rectoingional (Thomas, R.,2002).

2.4.6 Inkontinensia Urin

Gejala ini sering dijumpai pada stadium lanjut yang merupakan komplikasi

akibat terbentuknya fistula dari kandung kemih ke vagina ataupun fistula dari rektum

ke vagina karena proses lanjutan metastase kanker serviks (Thomas, R., 2002)

2.4.7 Gejala-gejala lain

Semakin lanjut dan bertambah parahnya penyakit, penderita akan menjadi

kurus, anemis karena perdarahan terus-menerus, malaise, nafsu makan hilang, syok

dan dapat sampai meninggal dunia (Rahmat, Y, 2001).

2.5. Diagnosa Kanker Serviks

Kanker serviks pada masa prakanker atau stadium awal tidak menimbulkan

gejala sehingga dengan membuat diagnosis sedini mungkin dan memulai pengobatan

yang sesuai, hasil yang diperoleh akan lebih baik sehingga jumlah wanita yang

(24)

2.5.1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan serviks merupakan prosedur mutlak yang perlu dilakukan untuk

melihat perubahan portio vaginalis dan mengambil bahan apusan untuk pemeriksaan

sitologi ataupun biopsi. Setelah biopsi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi

bimanual vagina dan rektum untuk mengetahui luas massa tumor pada serviks dan

rektum.

2.5.2. Tes Paps smear.

Tes Pap merupakan salah satu pemeriksaan sel serviks untuk mengetahui

perubahan sel, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Apusan

sitologi pap diterima secara universal sebagai alat skrining kanker serviks. Metode

ini peka terhadap pemantauan derajat perubahan pertumbuhan epitel serviks.

Pemeriksaan Tes Pap dianjurkan secara berkala meskipun tidak ada keluhan

terutama bagi yang berisiko (1-2 kali setahun). Berkat teknik Tes Pap, angka

kematian turun sampai 75% (Rasjidi Imam, 2008).

2.5.3. Kolposkopi

Kolposkopi adalah alat ginekologi yang digunakan untuk melihat perubahan

stadium dan luas pertumbuhan abnormal epitel serviks. Metode ini mampu

mendeteksi pra karsinoma serviks dengan akurasi diagnostik cukup tinggi (Erich B.,

1991). Kolposkopi hanya digunakan selektif pada sitologi Tes Pap abnormal yaitu

displasia dan karsinoma in situ atau kasus yang mencurigakan maligna. Kombinasi

kolposkopi dan tes Pap memberikan ketepatan diagnostic lebih kuat. Sensitivitas tes

Pap dan kolposkopi masing-masing 55% dan 95% dan spesifisitas masing-masing

(25)

2.5.4. Konisasi

Jika pemeriksaan kolposkopi tidak memuaskan maka konisasi harus dilakukan

yaitu pengawasan endoserviks dengan serat asetat selulosa di mana daerah abnormal

ternyata masuk ke dalam kanalis servikalis (Erich B., 1991).

2.5.5. Biopsi

Biopsi memerlukan prosedur diagnostik yang penting sekalipun sitologi

apusan serviks menunjukkan karsinoma. Spesimen diambil dari daerah tumor yang

berbatasan dengan jaringan normal. Jaringan yang diambil diawetkan dengan

formalin selanjutnya diproses melalui beberapa tahapan hingga jaringan menjadi

sediaan yang siap untuk diperiksa secara mikroskopis(Aziz, M.F., 2002)

2.6. Klasifikasi Histopatologi dan Stadium Klinik Kanker Serviks.

2.6.1. Klasifikasi Histopatologi

Secara histopatologi kanker serviks terdiri atas berbagai jenis. Dua bentuk

yang sering dijumpai adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Sekitar

85% merupakan karsinoma serviks jenis skuamosa (epidermoid), 10% jenis

adenokarsinoma dan 5% adalah jenis adenoskuamosa, sel jernih,sel kecil dan

lain-lain (Krivak T.C,McBroom J.W,dan Elkas J.C,2002)

Jenis histopatologik kanker serviks menurut WHO, 1994 dibagi menjadi sebagai

(26)

KARSINOMA SEL SKUAMOSA

2.6.2. Stadium Klinik Kanker Serviks

Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dianjurkan oleh

International Federation Of Gynecology and Obstetricts (WHO, 2006) yaitu seperti

berikut :

Stadium 0 : Karsinoma insitu atau intraepitel, selaput basal masih utuh.

(27)

1A : Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik,

lesi dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat

superfisial dikelompokkan sebagai stadium 1b.Kedalaman invasi ke

stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7mm

1A1 : Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan lebar

tidak lebih dari 7mm.

1A2 : Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang dari

5mm dan lebar tidak lebih dari 7mm.

1B : Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari 1a.

1B1 : Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4cm.

1B2 : Besar lesi secara klinis lebih dari 4cm.

Stadium II : Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau

infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul.

IIA : Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium.

IIB : Infiltrasi ke parametrium,tetapi belum mencapai dinding panggul.

Stadium Ш : Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi

ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat

dibuktikan oleh sebab lain.

ШA : Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul.

(28)

Stadium ІV : Perluasan ke luar organ reproduktif.

ІVA : Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum.

ІVB : Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul.

2.7. Terapi Kanker Serviks

Bila diagnosa histopatologik telah dibuat,maka pengobatan harus segera dilakukan

dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu:

1. Letak dan luas lesi

2. Usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak

3. Adanya patologi lain dalam uterus

4. Keadaan sosial ekonomi

5. Fasilitas

Pengobatan kanker serviks tergantung pada tingkatan stadium klinis. Secara umum

dapat digolongkan ke dalam tiga golongan terapi( Indriyani D. , 1991) yaitu:

2.7.1 Operasi

Operasi dilakukan pada stadium klinis І dan П, meliputi histerektomi

radikal,histerektomi ekstrafasial dan limpadenotomi. Pada stadium klinis П, di

samping operasi, dilakukan juga terapi radiasi untuk mengurangi risiko penyakit

sentral yang terus berlanjut.

2.7.2 Radioterapi

Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat

dilakukan secara internal maupun eksternal. Terapi radiasi dilakukan pada Stadium

(29)

2.7.3 Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena

metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada Stadium klinis ІV B dan

hanya bersifat paliatif.

2.8. Prognosis Kanker Serviks

Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah umur, keadaan umum fisik,

tingkat klinik, ciri-ciri histologik sel-sel tumor, kemampuan ahli yang menangani

dan sarana yang tersedia.

Kemampuan mempertahankan kelangsungan hidup pasien 5 tahun setelah

pengobatan adalah sebagai berikut:

Tingkat Klinik І ≥ 85%

Tingkat Klinik П 42% - 70%

Tingkat Klinik Ш 26% - 42%

Tingkat Klinik ІV 0% - 12

2.9. Upaya pencegahan

Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui pencegahan primer, sekunder, dan

tertier.

2.9.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer harus dilakukan dengan menghindari faktor risiko seperti

tidak merokok dan juga dengan vaksinasi. Kelompok yang berisiko juga harus

melakukan tes paps smear secara rutin. Pencegahan primer juga dilakukan dengan

(30)

terjadinya kanker serviks. Keberhasilan program penyuluhan dilanjutkan dengan

skrining (Grunberg A.G.,Vischjager P., 2005).

2.9.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan dengan cara deteksi dini terhadap kanker.

Artinya penyakit harus ditemukan pada saat pra kanker. Salah satu bentuk

pencegahan sekunder adalah dengan melakukan tes paps smear secara teratur. Paps

smear adalah semata-mata alat screening dan peranannya terutama pada

wanita-wanita yang asimtomatis. Pemeriksaan papsmear berguna untuk mendeteksi adanya

kanker serviks pada stadium dini, khususnya pada wanita yang telah melakukan

hubungan seksual (Grunberg A.G., Vischjager P., 2005).

Bagi wanita yang berisiko tinggi sebainya menjalani paps smear lebih sering

(dua kali setahun) dan dilakukan secara teratur selama dua tahun. Jika hasilnya

negative, maka pemeriksaan selanjutnya setiap 3 tahun sekali sampai usia 65

tahun.Bila ada lesi pada serviks harus dilakukan biopsi sebab lesi dapat

menunjukkan hasil paps smear negative. Penting sekali untuk melakukan

pemeriksaan sel-sel hasil biopsi.Jika terdapat sel-sel tidak normal, segera dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut.

2.9.3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier dapat dilakukan berupa penyuluhan terhadap pasangan

penderita kanker serviks khususnya yang telah menjalani histerektomi total agar

tetap memperlakukan pasangannya sebagaimana biasanya, sehingga keharmonisan

hubungan suami istri tetap terjaga. Konseling dapat dilakukan terhadap penderita

stadium lanjut agar faktor psikologis tidak memperburuk keadaan (Grunberg

(31)

PRIMER SEKUNDER

TERTIER BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Antara variable independent untuk faktor risiko yang diamati dalam penelitian ini

adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, usia pernikahan, frekuensi pernikahan,

jumlah paritas, dan penggunaan kontrasepsi. Variabel untuk upaya pencegahan pula

adalah pencegahan primer, sekunder, dan tertier. Variabel-variabel ini mendukung

terjadinya kanker serviks.

KERANGKA KONSEP

FAKTOR RISIKO

Umur

Pekerjaan suami

Pendidikan

Usia pernikahan

Frekwensi pernikahan

Kontrasepsi

Jumlah paritas

(32)

3.2Variabel dan Definisi Operasional

Kejadian kanker serviks yang diderita oleh pasien adalah berdasarkan diagnosa yang

dibuat daripada pemeriksaan histopatologik biopsi jaringan.

Alat-alat ukur untuk faktor-faktor risikonya adalah dari rekam medis yang termasuk:

1. Umur responden adalah jumlah tahun hidup responden sejak lahir sampai

didiagnosa menderita kanker serviks yang digolongkan kepada :

i. < 40 tahun

ii. ≥ 40 tahun

2. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh suami penderita kanker serviks yang

termasuk pekerjaan keluar kota atau dalam kota dibagi atas :

i. Keluar kota

ii. Dalam kota

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh

penderita kanker serviks yang dibagi atas :

i. SD

ii. SLTP

iii. SLTA

(33)

4. Umur pernikahan ialah usia dimana penderita kanker serviks saat melakukan

pernikahan pertama yang dibagi atas :

i. < 20 tahun

ii. ≥ 20 tahun

5. Frekuensi pernikahan adalah jumlah pernikahan yang mematuhi undang- undang

yang pernah dilakukan oleh penderita kanker serviks yang dapat digolongkan

kepada:

i. 1 kali

ii. >1 kali

6. Penggunaan kontrasepsi adalah untuk mengetahui riwayat pernah atau tidaknya

penderita kanker serviks menggunakan kontrasepsi hormonal dan IUD sebelum

ini, yang dibagi atas :

i. Pernah

ii. Tidak pernah

7. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dilakukani oleh penderita

kanker serviks dengan status bayi hidup ataupun yang telah mati dapat

digolongkan atas :

i. < 3

(34)

Alat-alat ukur untuk upaya pencegahan adalah dari rekam medis yang termasuk:

1. Vaksinasi untuk HPV diberikan untuk wanita muda antara usia 16- 26.

Pernah atau tidak pasien divaksinasi untuk virus HPV:

i. Ya

ii. Tidak

2. Pemeriksaan pap smear adalah sangat penting dalam pencegahan kanker serviks, terutama pada yang berisiko.Pernah atau tidak pasien melakukan tes Pap Smear:

i. Ya

ii. Tidak

3. Jika pernah melakukan tes Pap Smear, berapa kali dalam 5 tahun terakhir ini telah dilakukan.

i. 1 kali

ii. > 1 kali

iii. Tidak pernah

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif

observational. Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah

atau frekuensi serta distribusi penyakit berdasarkan variable orang, tempat dan

waktu. Retrospektif adalah melakukan penelitian ke arah belakang berdasarkan

data yang telah tersedia.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik

merupakan RS Rujukan untuk wilayah regional Sumatera Utara dan rumah sakit ini

memiliki data rekam medis yang sangat baik. Waktu penelitian mulai dari bulan Juni

hingga November 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Polulasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker serviks yang

datang berobat dan yang dirawat inap di bagian ginekologi RSUP Haji Adam Malik

(36)

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah data penderita kanker serviks yang dirawat

inap di RSU Haji Adam Malik sampai tahun 2009 dan diambil dari rekam medis.

Besar sampel diperoleh dengan metode total sampling.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang

diperoleh dari kartu status penderita dari rekam medis RSUP H.Adam Malik tahun

2009. Kartu status penderita kanker serviks yang dipilih sebagai sampel, dikumpul

dan dilakukan pencatatan tabulasi sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Metode Analisa Data

4.5.1. Pengolahan data

Maksud pengolahan data ialah seluruh data yang diterima dapat diolah dengan

baik sehingga pengolahan data dapat menghasilkan out put yang merupakan

gambaran jawaban terhadap penelitian. Pada tahap ini peneliti memeriksa setiap

instrumen berkaitan dengan kelengkapan pengisian, konsistensi jawaban dan

kejelasan hasil pengisian.

4.5.2 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan memasukkan data ke dalam program komputer

dan menggunakan SPSS ( Statistical Product and Service Solution for Wimdows)

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK

Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan

sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai

pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan

kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera

Utara,Aceh,Sumatera Barat dan Riau.Lokasinya dibangun di atas tanah seluas

kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12,Kecamatan Medan

Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum,RSUP H.Adam Malik

Medan didukung oleh 1.995 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga medis

dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi,604 orang paramedis perawatan,298

orang paramedik non perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta ditambah

dengan Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H.Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari

pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap,perawatan intensif, gawat darurat,

bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu,

patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular,

mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central

Sterilization Supply Depart(CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha

(38)

5.1.2. Karakteristik Individu

Responden dalam penelitian ini berjumlah 70 orang penderita kanker serviks

pada tahun 2008 dan 88 orang penderita kanker serviks pada tahun 2009 yang

dirawat inap di RSUP H.Adam Malik, Medan.

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1 Pencatatan tabulasi dilakukan untuk melihat gambaran kasus kanker serviks .

No Variabel n %

3 Pekerjaan Suami

Dalam kota 9 13 12,9 14,8

4 Pernikahan Usia Muda

< 20 30 36 42,9 40,9

≥ 20 40 52 57,1 59,1

Jumlah 70 88 100 100

(39)

5 Frekuensi Pernikahan

5.1.3.2 Pencatatan tabulasi dilakukan untuk melihat pencegahan kasus kanker serviks

No Variabel n %

Jumlah Tiada data Tiada data

(40)

Dari tabel di atas,dapat diketahui bahwa dari 70 penderita kanker serviks pada tahun

2008 dan 88 pada tahun 2009,proporsi yang lebih besar terjadi pada kelompok umur

≥ 40 tahun sebanyak 57 responden (81,4 % ) pada tahun 2008 dan 59 responden

(67%) pada tahun 2009. Untuk umur < 40 tahun , sebanyak 13 responden (18,6 % )

menderita kanker serviks pada 2008 dan sebanyak 29 responden( 33%) pada 2009.

Berdasarkan tingkat pendidikan, penderita kanker serviks yang tamat SD ialah 38

orang ( 54,3%) pada tahun 2008 dan 55 orang (62,5%) pada tahun 2009. Penderita

yang tamat SLTP adalah 19 orang (27,1%) pada tahun 2008 dan 12 orang (13,6%)

pada tahun 2009. Penderita kanker serviks yang tamat SLTA adalah sebanyak 7

orang (10%) pada tahun 2008 dan sebanyak 4 orang ( 15,9%) pada tahun

2009.Penderita yang tidak tamat SD pula adalah sebanyak 6 orang (8,6%) pada tahun

2008 dan sebanyak 7 orang (8%) pada tahun 2009.

Bila dilihat dari pekerjaan,mayoritas suami penderita bekerja di luar kota yaitu

sebanyak 19 orang ( 27,1%) pada tahun 2008 dan 27 orang ( 30,7%) pada tahun

2009. Selebihnya bekerja dalam kota yaitu sebanyak 9 orang (12,9%) pada tahun

2008 dan 13 orang (14,8%) pada tahun 2009.

Kejadian kanker serviks terjadi pada kelompok yang bernikah pertama kali pada

umur lebih dari 20 tahun sebanyak 40 orang pasien (57,1%) tahun 2008 dan

sebanyak 52 orang pasien( 59,1%) pada tahun 2009 sedangkan kelompok yang

bernikah pada umur kurang dari 20 tahun sebanyak 30 orang pasien (42,9%) pada

(41)

Proporsi kejadian kanker serviks yang menikah satu kali dapat terlihat sebanyak

sebanyak 61 orang pasien (87,1%) pada tahun 2008 dan 63 orang pasien (71,6%)

pada tahun 2009 sedangkan yang menikah dua kali atau lebih sebanyak 9 orang

pasien (12,9%) pada tahun 2008 dan 25 orang pasien( 28,4%) pada tahun 2009.

Hasil penelitian terlihat bahwa jumlah pasien yang mempunyai paritas tiga dan ke

atas sebanyak 56 orang pasien (80%) pada tahun 2008 dan 52 orang pasien( 59,1%)

pada tahun 2009 sedangkan ibu dengan paritas tiga ke bawah ditemukan sebanyak 14

orang pasien (20%) pada tahun 2008 dan 36 orang pasien (40,9%) pada tahun 2009.

Proporsi penderita kanker serviks yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi

adalah sebanyak 50 orang pasien (71,4%) pada tahun 2008 dan 57 orang pasien

(64,8%) pada tahun 2009 sedangkan yang pernah menggunakan kontrasepsi

sebanyak 20 orang pasien (28,6%) pada tahun 2008 dan 31 orang pasien (35,2%)

pada tahun 2009.

Penelitian menunjukkan bahawa proposi pasien yang pernah melakukan tes Pap

Smear adalah sebanyak 23 orang pasien (33%) pada tahun 2008 dan 27 orang pasien

( 30,7%) pada tahun 2009. Pasien yang tidak melakukan Pap smear adalah sebanyak

37 orang (53%) pada tahun 2008 dan sebanyak 39 orang pasien ( 44,3%) pada tahun

2009.

Hasil daripada penelitian juga menunjukkan penderita kanker serviks yang kembali

untuk melakukan follow up sebanyak sekali adalah 8 orang pasien ( 34,8%) pada

tahun 2008 dan sebanyak 11 orang pasien (40,7%) pada tahun 2009. Pasien yang

melakukan tes Pap lebih dari sekali ialah sebanyak 3 orang ( 13%) pada tahun 2008

(42)

melakukan follow up adalah sebanyak 12 orang (52,2%) pada tahun 2008 dan 9

orang (33,4%) pada tahun 2009.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Umur

Dari hasil penelitian,terlihat bahwa proporsi penderita kanker serviks terbesar

pada kelompok umur ≥ 40 tahun sebanyak 81,4% (2008) dan 67,0% ( 2009). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RS St.Elisabeth dengan

desain case series,dari 59 penderita kanker serviks,42,37% adalah kelompok umur

41-49 tahun (Pakpahan,1999).Di samping itu, proporsi penderita kanker serviks

terbesar pada kelompok umur 40-49 tahun (Lilis,2002).Umur > 40 tahun merupakan

faktor risiko yang paling berpengaruh dalam kejadian lesi prakanker dan kanker

serviks dan sudah terbukti dalam banyak penelitian (Belinson S,2002)

5.2.2. Pendidikan

Dari hasil penelitian,terlihat bahwa banyak penderita kanker serviks

mempunyai tingkat pendidikan yang rendah sebanyak 54,3% (2008) dan 62,5%

(2009). Menurut Prajadmo (1995),proporsi terbesar pada penderita kanker serviks

adalah tingkat pendidikan SD – SMP yaitu pendidikan kurang dari 9 tahun.Menurut

Yogi H.,tingkat pendidikan penderita kanker serviks terbanyak adalah SD (69,2 %)

dari hasil penelitian retrospektif yang dilakukan di RSMH Palembang selama 4

tahun.

5.2.3. Pekerjaan

Dari hasil penelitian,terlihat bahwa banyak responden yang menderita kanker

serviks adalah yang suaminya bekerja di luar kota yaitu sebanyak 14,8% (2008) dan

(43)

angkut ataupun yang mempunyai perusahaan sendiri. Menurut Soemardini (2007)

pada penelitian di Yayasan Kanker Indonesia, Kota Malang ,43,3% pasien kanker

serviks mempunyai suami yang bekerja di luar kota.

5.2.4. Pernikahan Usia Muda

Dari hasil penelitian,terlihat bahwa banyak responden yang menderita kanker

serviks menikah pada usia ≥ 20 tahun sebanyak 57,1% (2008) dan 59,1% (2009).Hal

ini berbeda dengan penelitian di RS Sardjito Yogyakarta di mana pernikahan usia

muda kurang dari 20 tahun berisiko terkena kanker serviks 7,51 kali (Indriani

D.,1990).Menurut Aziz MF (1992),wanita yang menikah di bawah usia 16 tahun

biasanya berisiko 10 – 12 kali terkena kanker serviks berbanding yang telah berusia

20 tahun ke atas saat sudah melakukan hubungan seksual. Menurut penelitian

Arifudin(2001) di RS Wahidin Sudirohusodo, risiko terkena kanker serviks

meningkat 11,4 kali pada pernikahan kurang dari 20 tahun.

5.2.5. Frekuensi Pernikahan

Dari hasil penelitian,terlihat bahwa banyak responden yang menderita kanker

serviks hanya menikah 1 kali sebanyak 87,1%.(2008) dan 71,6% (2009). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSU Sardjito di mana proporsi terbesar

frekuensi pernikahan 1 kali (94,8%) dan terkecil > 1 (Lilis,2002).Tetapi ini tidak

sejalan dengan penelitian lain. Menurut Benson (1990) pula kasus kanker serviks

lebih banyak 4 kali pada wanita yang melakukan prostitusi,sering berganti-ganti

pasangan dan bernikah lebih dari 1 kali.

5.2.6. Paritas

Dari hasil penelitian,terlihat bahwa banyak responden yang menderita kanker

serviks mempunyai jumlah paritas ≥ 3 sebanyak 80% (2008) dan 59,1% (2009).

(44)

melebihi 3 kali, diperkirakan risiko 3 – 5 kali lebih besar pada wanita yang sering

partus untuk terjadi kanker serviks.

5.2.7. Kontrasepsi.

Dari hasil penelitian,terlihat bahwa banyak responden yang menderita kanker

serviks tidak pernah menggunakan kontrasepsi sebanyak 71,4% (2008) dan 64,8%

(2009). Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pemakaian

kontrasepsi oral lebih dari 4 atau 5 tahun dapat meningkatkan risiko terkena kanker

serviks 1,5 – 2,5 kali.

5.2.8. Vaksinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahawa tiada penderita kanker serviks yang

mempunyai riwayat suntikkan vaksinasi untuk Human Papilloma Virus (HPV).

Menurut FDA (2009), vaksinansi HPV merek Gardasil dan Cervarix diproduksi

secara massal hanya pada awal tahun 2008 dan mendapat sertifikasi Food and Drug

Administration (FDA) pada 16 Oktober 2009.

5.2.9. Pemeriksaan Pap Smear

Penelitian menunjukkan bahawa penderita kanker serviks yang melakukan

pemeriksaan Pap Smear sebagai deteksi dini adalah hanya 33% (2008) dan 30,7%

(2009). Ini menunjukkan kebanyakkan penderita kanker serviks tidak melakukan

deteksi dini kanker serviks. Menurut Rasjidi Imam (2008), pemeriksaan dengan Pap

smear dapat menurunkan angka kematian sebanyak 75%.

5.2.10 Frekuensi Pap Smear

Menurut penelitan yang dilakukan, penderita kanker serviks yang datang

untuk pemeriksaan lanjutan adalah sangat kurang. Penderita yang datang untuk

(45)

dan penderita yang tidak sama sekali datang untuk pemeriksaan lanjutan adalah

sebanyak 52,2% (2008) dan 33,4% (2009). Penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Kartodarsono (1993) di Universitas Diponegoro di mana datanya

menunjukkan bahawa hanya 23,8% penderita kanker serviks datang untuk

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan :

1. Ditemukan kejadian kanker serviks lebih banyak pada responden berumur lebih

dari 40 tahun.

2. Ditemukan kejadian kanker serviks lebih banyak pada responden yang tamat SD

yaitu yang berpendidikan rendah.

3. Ditemukan kejadian kanker serviks lebih banyak pada penderita yang suaminya

bekerja di luar kota dibandingkan yang bekerja dalam kota.

4. Ditemukan kejadian kanker serviks lebih banyak pada responden yang bernikah

pada umur lebih dari 20 tahun.

5. Ditemukan kejadian kanker serviks lebih banyak pada responden yang menikah 1

kali.

6. Ditemukan kejadian kanker serviks lebih banyak pada responden dengan paritas

lebih dari tiga.

7. Ditemukan kejadian kanker serviks lebih banyak pada responden yang tidak

pernah menggunakan kontrasepsi (KB).

8. Pencegahan untuk kanker serviks kurang diterapkan.

(47)

6.2. Saran

Dari penelitian ini, terlihat bahwa secara keseluruhan :

1. Perlunya penyuluhan kepada golongan wanita terutamanya yang aktif secara

seksual,bernikah pada usia muda,berumur lebih dari 40 tahun dan mempunyai

paritas lebih dari 3 orang untuk melakukan deteksi dini terhadap lesi prakanker

dengan papsmear sehingga angka kejadian kanker serviks dapat ditekan.

2. Perlunya penyebaran informasi kepada IRT dimana informasi tersebut

merupakan upaya untuk merendahkan angka kehamilan sehingga salah satu

faktor risiko kanker serviks yaitu paritas dapat diatasi.

3. Perlunya penelitian lebih lanjut dari beberapa faktor yang menjadi risiko

terhadap kejadian kanker serviks yang dapat digunakan sebagai bahan informasi

dalam rangka upaya penanggulangan dan pencegahan kematian dan kesakitan

akibat kanker serviks.

4. Ketersediaan vaksin yang kurang di Indonesia dan harganya yang tidak

terjankau untuk seluruh penduduk Indonesia haruslah ditangani oleh Pemerintah

Republik Indonesia.

5. Dengan diketahuinya faktor risiko terjadinya kanker serviks dapat digunakan

sebagai acuan menyusun rancangan alternatif penanggulangan kanker serviks di

(48)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society , 2007 , Cancer Facts & Figures, Atlanta : American Cancer Society.

American Cancer Society, 2008, Cancer Prevention & Early Detection Facts

&

Figures, Atlanta: American Cancer Society.

Aziz,M.F.,2002,Deteksi dini kanker, Jakarta,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;97-110.

Aziz,M.F.,Saifuddin,A.B.,2006,Onkologi Ginekologi,edisi 1,Jakarta,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;442-456.

Baker, P.N.,2006, Obstetrics by ten teachers. India : Hodder Arnold, ISBN

0-34081667-8.

Bambang S.,1990,Epidemiologi lanjut Volume 1,Jakarta,Penerbit Dian Rakyat

Jakarta;1-20

Belinson S.,Smith J.S.,Myers E.,Olshan A.,Hartmann K.,2002,Descriptive Evidence

That Risk Profiles for Cervical Intraepithelial Neoplasia 1,2 & 3 are Unique,Am.J,189:295-304

Claeys P.,Broutet N.,Ulrich A., 2005. Comprehensive Cervical Control. Diambil

dari:

(49)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2005 . Profil Kesehatan RI

Tahun2005.

Diambil dari: http://www.depkes.go.id.pdf

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara,2005-2006.Surveilans Terpadu Penyakit

Berbasis Rumah Sakit Sentinel di Sumatera Utara (STPRS.SEN) pada tahun 2005.Sumatera Utara.

. [Diperoleh: 3 Maret 2010].

Eastman,N.J.,Hellman,L.M.,1961,Williamsobstetrics,USA,Appleton-Century-Crofts. LCCN 61-9340644-65.

Erich B.,1991,Cervical Pathology Textbook & Atlas;Colposcopy,2nd ed.,New

York,Thieme Medical Publisher Inc.;155-221.

Hopkins A., 2009, The New Saviour In The Fight Against Cervical Cancer.

Diambil dari:

[ Diperoleh : 1 November 2010]

Grunberg A.G.,Vischjager P., 2005. Screening for Cervical Cancer in Surinam. Diambil dari:

http://www.femalecancerprogram.org/NR/rdonlyres/5BF877F5-B372-4D5F-AC14-E6DCACD345C1/19720/Nieuwbrief.pdf, [Diperoleh: 13 Maret 2010].

Hacker, Moore,2001,Essential of Obstetri and Gynecology,Hypocrates;637.

Hoskins J, Willem,Perez C.A.,Robert C.Y.,2000,Principles and Practice of

Gynaecologic Oncology, 3rd ed.,Philadelphia,Lippincot-Raven;12-18;726-733.

Indriyani D.,1991,Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Pada Insidens Karsinoma

Serviks Uteri;Studi Retrospektif di RS Sardjito,Berita Kedokteran Masyarakat

(50)

Indriyani D.,1991,Kanker pada wanita;Panduan Lengkap Pencegahan Dan Pengendalian Kanker pada wanita,Ladang Pustaka dan Intimedia;1-76.

Jonathan, S.B.,Neville,F.H.,2000,Practical Gynaecologic Oncology, 3rd

ed,Philadelphia,Lippincot-Williams;349.

Kartodarsono, S.,1993 ,Tindak lanjut Pap’s smear yang Abnormal. Semarang , Badan Penerbit Universitas Diponegoro .

Krivak T.C.,McBroom J.W.,Elkas J.C.,2002,Novak’s Gynecology;Cervical and

Vaginal Cancer,13th ed.,Baltimore,Lippincot & Wilkin;244-1199.

Lilis R.,2002, Angka Kejadian Kanker Serviks berdasarkan Etiologi di RSU Sardjito, Yogjakarta , Badan Penerbitan Universitas GM; 67-71.

Manuaba,2002,Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi /KB,edisi 1,Jakarta,Buku Kedokteran EGC.

Murti, B.,2003,Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi,edisi 2,Gajah Mada University Press;226-246.

National Cancer Institute, 2008 , Cervical Cancer Treatment, USA: National Cancer Institute, Available from

[ Diperolehi 29 April 2010]

Pakpahan H.A.,1999, Karaktertistik Penderita Kanker Leher Rahim yang. Dirawat

Inap di RS St. Elisabeth Medan Tahun 1994-1998, Erlangga University Press; 22

Pradjatmo H.,2000,Pengaruh Derajat dan Jenis Histopatologik Karsinoma Serviks

Uteri Terhadap Kemampuan Hidup Penderita,vol.32,Berkala Ilmu

(51)

Rahmat,Y,2001,Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Servik . Diambil

dari:

[Diperoleh: 9 April 2010].

Rasjidi Imam,2008,Manual Prakanker Serviks,edisi1,Sagung Seto;45-54

Soemardini, 2007, Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks

Berdasarkan Karakteristik Ibu yang Datang Untuk Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Kota Malang ; Jawa Timur; 15-17

Sudigdo,S.,Sofyan I.,2002,Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,edisi 2,Jakarta,Perpustakaan Nasional RI;110-128;315-323.

Thomas,R.,2002,Buku Saku Ilmu Kandungan,Jakarta,Hipokrates;201-204.

Wiknjosastro,H.,1999,Ilmu Kandungan,Jakarta,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo FKUI;380-388.

Yatim,F.,2005,Penyakit Kandungan Myoma,Kista Indung Telur,Kanker Rahim/leher

(52)

OUTPUT TAHUN 2008

kontrasepsi jumlah paritas

(53)
(54)

pap smear dilakukan/tidak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

ya 23 32.9 38.3 38.3

tidak 37 52.9 61.7 100.0

Total 60 85.7 100.0

Missing System 10 14.3

Total 70 100.0

frekuensi pap smear 5 tahun TERAKHIR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sekali 8 11.4 34.8 34.8

>sekali 3 4.3 13.0 47.8

tidak pernah 12 17.1 52.2 100.0

Total 23 32.9 100.0

Missing System 47 67.1

(55)
(56)
(57)

6

3 37.46.21 2 . 1 1 1 1 2 . 1 1

6

4 37.35.33 2 2 1 2 1 2 2 . 2 .

6

5 35.32.79 2 1 2 1 1 2 2 . 2 .

6

6 37.56.53 2 . 4 1 1 1 2 . 2 .

6

7 37.28.11 2 . 1 2 1 1 2 . 2 .

6

8 37.17.09 2 2 2 2 1 2 2 . 2 .

6

9 34.96.02 2 . 2 2 1 1 1 . 2 .

7

(58)
(59)
(60)

VAKSINASI HPV

Frequency Percent

Missing System 88 100.0

pap smear dilakukan/tidak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 27 30.7 40.9 40.9

tidak 39 44.3 59.1 100.0

Total 66 75.0 100.0

Missing System 22 25.0

Total 88 100.0

frekuensi pap smear setahun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sekali 11 12.5 40.7 40.7

>sekali 7 8.0 25.9 66.7

tidak pernah 9 10.2 33.3 100.0

Total 27 30.7 100.0

Missing System 61 69.3

(61)
(62)
(63)
(64)

8

Referensi

Dokumen terkait

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna ( p=0,521&gt;0,05), artinya setelah pemakaian medial arch support selama 4 minggu dan para orang

Tabel 3 menunjukkan dua komponen volume ion dalam Kristal alkil halide utama : volume sampai dengan n-1 kulit ,Vn.Volume meningkat dengan periode dan anion

the classic Carnegie curve diurnal variation while the Weston data were more variable and often too large. The major source of error appears to be due to hydrated aerosol at

[r]

Based on these results, we altered our balloon rigging in the following way: within 1 m of the electric field meter or particle charge sensor, waxed nylon line is used; farther

Sepanjang tahun 2013, Bank Kalteng telah berupaya menjaga kepatuhan terhadap PBI dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, standar-standar kepatuhan lainnya

Graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graf berarah.. Graf