V-1
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
oleh
Nashiruddin Aziz
100403104
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.
Penulisan Tugas Sarjana ini adalah bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat akademis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini juga merupakan
sarana bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan nyata yang
ada di perkebunan kelapa sawit. Tugas Sarjana ini berjudul “Rancangan Alat
Bantu Pengutip Brondolan Kelapa Sawit Secara Ergonomis Guna Peningkatan
Produktivitas. (Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan)”.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk melengkapi Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas
Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Medan, Agustus 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan
hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Dosen Pembimbing I
atas bimbingan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini
2. Ibu Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT, selaku Dosen Pembimbing II sebagai
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan
nasehat selama penyusunan Tugas Sarjana ini.
3. Bapak Sugiharto selaku asisten afdeling I Kebun Rambutan yang telah
memberikan bimbingan selama penelitian di PTPN III dan Seluruh staf
pegawai afdeling I Kebun Rambutan yang telah memberikan bantuan selama
penulis melakukan penelitian.
4. Kedua orang tua Penulis, Tugio dan Suraiya serta kakak dan adik tersayang,
Nashriyani Mawaddah dan Muchtar Ali Sakti yang senantiasa memberikan
doa dan nasehat serta semangat dalam pengerjaan dan penyelesaian Tugas
Sarjana iniseluruh keluarga besar yang telah memberi motivasi dalam
penulisan penelitian ini.
5. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan
6. Sahabat terbaik penulis selama pengerjaan laporan Tugas Sarjana ini, Ridhaul
Fuadi, Reza Adhi Nugraha, Rahmadhan Syah Saragih, Danu Jaya, Liyana
Fadhilah, Sally Dwi Andrina dan Angelin Patrycia.
7. Teman spesial penulis yang selalu mendukung dan memberi semangat
Sayidah Ramadhan Damanik
8. Semua teman angkatan 2010 (TITEN) serta abang kakak senior dan junior di
Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan
kepada penulis.
9. Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, dan Bang Ridho atas
bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian
Tugas Sarjana ini.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian
laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan
terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua
Medan, Agustus 2015
ABSTRAK
Proses pemanenan kelapa sawit di Indonesia umumnya masih menggunakan cara manual yaitu dengan menggunakan alat dodos dan eggrek. Penelitian ini berfokus pada pekerja dengan menggunakan alat dodos untuk pemotongan pelepah/tandan kelapa sawit. Alat dodos digunakan untuk pemanenan dengan ketinggian pohon kurang dari 3 meter dengan panjang aktual 1,8-2,5 meter. Terdapat 2 kategori gerakan dengan menggunakan dodos, gerakan pertama adalah gerakan pada saat mengarahkan dodos untuk menentukan pelepah/tandan yang akan dipotong. Gerakan kedua adalah gerakan mendorong dodos untuk memotong pelepah/tandan. Hal ini perlu menggunakan tenaga yang besar untuk menahan alat dodos dengan berat 5-6 Kg selama 6-7 jam sekaligus mempertahankan posisi alat tersebut. Gerakan statis yang seperti ini juga dapat menyebabkan resiko cedera otot pada pekerja.
Analisis dengan menggunakan Standar Nordic Questionare (SNQ) menunjukkan bahwa 17,01% pekerja dodos mengalami keluhan sangat sakit dan 27,47% mengalami keluhan sakit. Untuk itu diperlukan analisis biomekanika untuk mengetahui beban kerja pada otot selama melakukan pemotongan dengan alat dodos. Kemudian dilakukan simulasi untuk mendapatkan sikap kerja optimal dengan pertimbangan range of motion (ROM) berdasarkan beban energi otot. Dengan didasari analisis biomekanika dan ROM dari operator, dilakukan pula simulasi untuk mencari panjang dodos optimal yang dapat digunakan operator. Analisis secara fisiologi digunakan untuk mengidentifikasi beban kerja fisik serta kalori yang dikeluarkan pada saat mendodos sehingga dapat merekomendasikan asupan makanan yang tetap untuk mengganti kalori yang hilang pada saat mendodos.
Rekomendasi sikap kerja dengan mempertimbangkan ROM akan dibandingkan dengan pekerja dengan energi otot terkecil. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa besar energi yang dibutuhkan pada simulasi lebih kecil dibandingkan dengan sikap kerja aktual yaitu sebesar 27,07% mengalami penurunan untuk sikap kerja mengarahkan dan 4,03% untuk sikap kerja mendorong. Hasil simulasi panjang optimal dodos yang dilakukan menunjukkan bahwa panjang dodos optimal yang dapat digunakan adalah 2 meter dengan pertimbangan energi yang dibutuhkan sebesar 3592 Newton. Rata-rata kalori yang hilang pada saat melakukan pendodosan adalah sebesar 87,84 Kkal dan dapat digantikan dengan mengkonsumsi segelas air kelapa dengan nilai kalori 46 Kkal dan 1 buah apel dengan jumlah kalori sebesar 65 kkal.
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KEPUTUSAN SIDANG KOLOKIUM ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Latar Belakang ... I-1
1.2 Rumusan Masalah ... I-3
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... I-3
1.4 Tujuan Penelitian... I-5
1.5 Asumsi dan batasan Masalah ... I-5
1.6 Manfaat Penelitian... I-6
1.7 Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-7
BAB HALAMAN
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1 Sejarah Perusahaan ... II-1
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1
2.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-1
2.4 Premi Panen... II-3
2.5 Proses Pemanenan Kelapa Sawit... II-3
2.6 Alat Panen Kelapa Sawit ... II-4
III LANDASAN TEORI ... III-1
3.1 Biomekanika ... III-1
3.1.1 Klasifikasi Biomekanika ... III-2
3.2 Beban Kerja ... III-14
3.2.1 Penilaian Beban Kerja Fisik ... III-15
3.2.1.1. Penilaian Beban Kerja Secara Langsung ... III-15
3.2.1.2 Penilaian Beban Kerja Tidak Langsung ... III-16
3.2.2 Kerja Fisik dan Konsumsi Energi ... III-18
3.2.2.1 Proses Metabolisme ... III-19
3.2.2.2 Standar untuk Energi Kerja ... III-20
3.3 Energi Kerja ... III-21
3.4 Range Of Motion ... III-22
BAB HALAMAN
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2 Objek Penelitian ... IV-1
4.3 Jenis Penelitian ... IV-2
4.4 Teknik Pengambilan Sampel ... IV-2
4.5 Sumber Data ... IV-2
4.7 Instrumen Penelitian ... IV-3
4.8 Kerangka Konseptual ... IV-5
4.9 Prosedur Penelitian ... IV-7
4.9.1 Prosedur Pengumpulan Data ... IV-7
4.9.2 Metode Pengolahan Data ... IV-8
4.9.3 Analisis Pememcahan Masalah ... IV-9
4.9.4 Kesimpulan dan Saran ... IV-9
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1
5.1 Keluhan Sikap Kerja ... V-1
5.1.1 Identifikasi Keluhan dengan Standard Nordic
Questionare (SNQ) ... V-1
5.1.1.1 Sikap Kerja Pekerja I ... V-2
5.1.1.2 Sikap Kerja Pekerja II ... V-2
BAB HALAMAN
5.1.1.3 Sikap Kerja Pekerja III ... V-3
5.1.1.4 Sikap Kerja Pekerja IV ... V-3
5.1.1.5 Sikap Kerja Pekerja V ... V-4
5.1.1.6 Sikap Kerja Pekerja VI ... V-4
5.1.1.7 Sikap Kerja Pekerja VII ... V-5
5.1.1.8 Sikap Kerja Pekerja VIII ... V-5
5.1.1.9 Sikap Kerja Pekerja IX ... V-6
5.1.1.10 Sikap Kerja Pekerja X ... V-6
5.2 Penilaian Beban Kerja ... V-11
5.2.1 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Fasilitas Kerja
Aktual ... V-11
5.2.1.1 Penilaian Biomekanika Buruh Panen I ... V-14
5.2.1.2 Penilaian Biomekanika Buruh Panen II ... V-22
5.2.1.3 Penilaian Biomekanika Buruh Panen III ... V-30
5.2.1.4 Penilaian Biomekanika Buruh Panen IV ... V-38
5.2.1.5 Penilaian Biomekanika Buruh Panen V ... V-46
5.2.1.6 Penilaian Biomekanika Buruh Panen VI ... V-54
5.2.1.7 Penilaian Biomekanika Buruh Panen VII ... V-62
5.2.1.8 Penilaian Biomekanika Buruh Panen VIII ... V-70
5.2.1.9 Penilaian Biomekanika Buruh Panen IX ... V-78
BAB HALAMAN
5.2.1.10 Penilaian Biomekanika Buruh Panen X ... V-87
5.2.2 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Kondisi Fisik
Buruh Panen ... V-96
5.3 Simulasi Metode Kerja Usulan ... V-102
5.4 Simulasi Panjang Dodos Optimal ... V-111
VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... VI-1
6.1 Analisis Kondisi Kerja aktual ... VI-1
6.1.1 Analisis Tingkat Kelelahan Otot Berdasarkan SNQ ... VI-1
6.1.2 Analisis Biomekanika ... VI-2
6.1.2.1 Analisis Energi yang Dibutuhkan Otot (Fm)
pada Setiap Pekerja Pemotongan
Pelepah/Tandan dengan Menggunakan
Dodos ... VI-2
6.1.2.2 Analisis Panjang Dodos Optimal ... VI-4
6.2 Analisis Beban Kerja Berdasarkan Kondisi Fisik Buruh
Panen ... VI-5
BAB HALAMAN
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1
7.1 Kesimpulan ... VII-1
7.2 Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Jumlah Tenaga Kerja PTPN III Kebun Rambutan ... II-2
2.2. Harga Premi Pemanenan Kelapa Sawit ... II-3
2.3 Alat Panen Kelapa Sawit dan Pemakaiannya di PTPN III Kebun
Rambutan ... II-5
3.1 Model Data Antropometri Manusia ... III-2
3.2 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu
Tubuh dan Denyut Jantung ... III-15
3.3 Pengeluaran Energi Dengan Sikap Kerja yang Berbeda ... III-21
3.3 Zona Selang Gerak Tubuh Manusia ... III-24
5.1 Rekapitulasi Data SNQ Buruh Panen Dodos Kelapa Sawit ... V-7
5.2 Persentasi Kategori Sakit dari Data SNQ ... V-9
5.3 Persentasi Kategori Sangat Sakit dari Data SNQ ... V-10
5.4 Rekapitulasi SNQ Sangat Sakit ... V-13
5.5 Perbandingan Total Energi Otot (Fm) Setiap Buruh panen Dengan
Kategori Tingkat Pekerjaan ... V-94
5.6 Data Denyut Nadi Setiap Pekerja ... V-95
5.7 Kebutuhan Energi Buruh Panen Dodos ... V-97
5.8. Waktu Istirahat yang Dibutuhkan Setiap Pekerja Dodos ... V-100
5.9 Rekapitulasi Energi Terkecil dan Free Body Diagram pada saat
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.10 Rekapitulasi Energi Terkecil dan Free Body Diagram pada saat
Menarik ... VI-103
5.11 Rekapitulasi Hasil Simulasi Berdasarkan Panjang Dodos... V-114
6.1 Perbandingan Energi Total (Fm) Aktual dengan Simulasi ... VI-3
6.2 Energi Yang Dikeluarkan Setiap Buruh Panen ... VI-6
6.3 Jenis-Jenis Biskuit Sebagai Asupan Makanan Pengganti Kalori Yang Hilang
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
1.1 Block Diagram Ruang Lingkup Penelitian ... I-4
2.1 Block Diagram Tahapan Proses Pemanenan Kelapa Sawit ... II-4
3.1 Model dan Free-body Diagram untuk Bahu dan Lengan ... III-5
3.2 Model dan Free-body Diagram untuk Panggul dan Kaki ... III-7
3.3 Model dan Free-body Diagram untuk Lutut dan Kaki Bagian Depan . III-9
3.4 Model dan Free-body Diagram untuk Punggung ... III-11
3.5 Selang Alami Gerak Tubuh Manusia ... III-23
4.1 Lokasi Pekerja Pemanen Dodos Kelapa Sawit ... IV-1
4.2 Goniometer Pengukur Sudut Tubuh ... IV-4
4.3 Heart Rate Pressure Merk Omron ... IV-4
4.4 Kerangka Konseptual Penelitian... IV-6
4.5 Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-10
5.1 (a) Sikap Kerja Operator I Pada Saat Mengarahkan Dodos (b) Sikap
Kerja Operator I Pada Saat Mendorong Dodos... V-2
5.2 (a) Sikap Kerja Operator II Pada Saat Mengarahkan Dodos (b)
Sikap Kerja Operator II Pada Saat Mendorong Dodos ... V-2
5.3 (a) Sikap Kerja Operator III Pada Saat Mengarahkan Dodos (b)
Sikap Kerja Operator III Pada Saat Mendorong Dodos ... V-3
5.4 (a) Sikap Kerja Operator VI Pada Saat Mengarahkan Dodos (b)
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR
HALAMAN
5.5 (a) Sikap Kerja Operator V Pada Saat Mengarahkan Dodos (b)
Sikap Kerja Operator V Pada Saat Mendorong Dodos ... V-4
5.6 (a) Sikap Kerja Operator VI Pada Saat Mengarahkan Dodos (b)
Sikap Kerja OperatorV I Pada Saat Mendorong Dodos... V-4
5.7 (a) Sikap Kerja Operator VII Pada Saat Mengarahkan Dodos (b)
Sikap Kerja Operator VII Pada Saat Mendorong Dodos ... V-5
5.8 (a) Sikap Kerja Operator VIII Pada Saat Mengarahkan Dodos (b)
Sikap Kerja Operator VIII Pada Saat Mendorong Dodos ... V-5
5.9 (a) Sikap Kerja Operator IX Pada Saat Mengarahkan Dodos (b)
Sikap Kerja Operator IX Pada Saat Mendorong Dodos... V-6
5.10 (a) Sikap Kerja Operator X Pada Saat Mengarahkan Dodos (b)
Sikap Kerja Operator X Pada Saat Mendorong Dodos ... V-6
5.11 Grafik Rekapitulasi Presentasi Sangat Sakit Dari Data SNQ ... . V-10
5.12 Grafik Rekapitulasi Presentasi Sakit Dari Data SNQ ... . V-11
5.13 Fasilitas Kerja Aktual Pekerja Dodos Kelapa Sawit ... . V-12
5.14 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos I Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR
HALAMAN
5.15 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos I Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-16
5.16 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos I Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-18
5.17 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos I Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-20
5.18 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos II Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-22
5.19 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos II Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-24
5.20 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos II Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR
HALAMAN
5.21 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos II Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-28
5.22 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos III Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-30
5.23 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos III Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-32
5.24 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos III Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-34
5.25 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos III Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-36
5.26 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VI Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR
HALAMAN
5.27 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VI Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-40
5.28 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VI Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-42
5.29 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VI Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-44
5.30 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos V Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-46
5.31 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos V Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-48
5.32 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos V Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR
HALAMAN
5.33 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VI Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-52
5.34 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VI Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-54
5.35 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VI Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-56
5.36 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VI Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-58
5.37 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VI Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-60
5.38 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VII Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR
HALAMAN
5.39 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VII Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-64
5.40 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VII Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-66
5.41 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VII Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-68
5.42 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VIII Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-70
5.43 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VIII Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-72
5.44 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VIII Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR
HALAMAN
5.45 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos VIII Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-76
5.46 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos IX Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-78
5.47 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos IX Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-80
5.48 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos IX Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-82
5.49 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos IX Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-84
5.50 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos X Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR
HALAMAN
5.51 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos X Pada Saat Mengarahkan
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-88
5.52 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos X Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Bagian Bahu Sampai Lengan Pekerja Dodos
I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-90
5.53 a. Sikap Kerja Pekerja Dodos X Pada Saat Mendorong
b. Free Body Diagram Lutut Sampai Kaki Bagian Depan Pekerja
Dodos I Pada Saat Mengarahkan Dodos ... V-92
5.54 Grafik Perbandingan Energi pada saat Mengarahkan dan
Mendorong Egrek ... V-92
5.55 Grafik Kebutuhan Energi yang Dikeluarkan Pekerja Dodos ... V-95
5.56 Simulasi Gerakan Untuk mengarahkan Dan Menarik Dodos ... V-100
6.1 (a) Sikap Kerja Pada Saat Mengarahkan Dodos (b) Sikap Kerja
Pada Saat Mendorong Dodos ... VI-2
6.2 Grafik Perbandinga Energi Total (Fm) Simulasi dengan Aktual .... VI-4
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1 Data Responden ... L.1
2 Standard Nordic Questionaire ... L.2
3 Data Standard Nordic Questionaire ... L.3
4 Data Antropometri Buruh Penen Brondolan ... L.4
5 Peta Kontrol Data Antopometri Buruh Penen Brondolan ... L.5
6 Pengukuran Data Antropometri Buruh Penen Brondolan... L.6
7 Form Tugas Akhir ... L.7
8 Surat Penjajakan ... L.8
9 Surat Balasan Perusahaan ... L.9
10 Surat Keputusan Tugas Akhir ... L.10
ABSTRAK
Proses pemanenan kelapa sawit di Indonesia umumnya masih menggunakan cara manual yaitu dengan menggunakan alat dodos dan eggrek. Penelitian ini berfokus pada pekerja dengan menggunakan alat dodos untuk pemotongan pelepah/tandan kelapa sawit. Alat dodos digunakan untuk pemanenan dengan ketinggian pohon kurang dari 3 meter dengan panjang aktual 1,8-2,5 meter. Terdapat 2 kategori gerakan dengan menggunakan dodos, gerakan pertama adalah gerakan pada saat mengarahkan dodos untuk menentukan pelepah/tandan yang akan dipotong. Gerakan kedua adalah gerakan mendorong dodos untuk memotong pelepah/tandan. Hal ini perlu menggunakan tenaga yang besar untuk menahan alat dodos dengan berat 5-6 Kg selama 6-7 jam sekaligus mempertahankan posisi alat tersebut. Gerakan statis yang seperti ini juga dapat menyebabkan resiko cedera otot pada pekerja.
Analisis dengan menggunakan Standar Nordic Questionare (SNQ) menunjukkan bahwa 17,01% pekerja dodos mengalami keluhan sangat sakit dan 27,47% mengalami keluhan sakit. Untuk itu diperlukan analisis biomekanika untuk mengetahui beban kerja pada otot selama melakukan pemotongan dengan alat dodos. Kemudian dilakukan simulasi untuk mendapatkan sikap kerja optimal dengan pertimbangan range of motion (ROM) berdasarkan beban energi otot. Dengan didasari analisis biomekanika dan ROM dari operator, dilakukan pula simulasi untuk mencari panjang dodos optimal yang dapat digunakan operator. Analisis secara fisiologi digunakan untuk mengidentifikasi beban kerja fisik serta kalori yang dikeluarkan pada saat mendodos sehingga dapat merekomendasikan asupan makanan yang tetap untuk mengganti kalori yang hilang pada saat mendodos.
Rekomendasi sikap kerja dengan mempertimbangkan ROM akan dibandingkan dengan pekerja dengan energi otot terkecil. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa besar energi yang dibutuhkan pada simulasi lebih kecil dibandingkan dengan sikap kerja aktual yaitu sebesar 27,07% mengalami penurunan untuk sikap kerja mengarahkan dan 4,03% untuk sikap kerja mendorong. Hasil simulasi panjang optimal dodos yang dilakukan menunjukkan bahwa panjang dodos optimal yang dapat digunakan adalah 2 meter dengan pertimbangan energi yang dibutuhkan sebesar 3592 Newton. Rata-rata kalori yang hilang pada saat melakukan pendodosan adalah sebesar 87,84 Kkal dan dapat digantikan dengan mengkonsumsi segelas air kelapa dengan nilai kalori 46 Kkal dan 1 buah apel dengan jumlah kalori sebesar 65 kkal.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses pemanenan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun
Rambutan masih dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan alat
dodos. Pekerjaan dengan menggunakan dodos dilakukan pada ketinggian pohon
sawit yang kurang dari 3 meter. Terdapat 2 kategori gerakan dengan
menggunakan dodos, gerakan pertama adalah gerakan pada saat mengarahkan
dodos untuk menentukan pelepah/tandan yang akan dipotong. Gerakan kedua
adalah gerakan mendorong dodos untuk memotong pelepah/tandan. Gerakan
seperti ini dilakukan secara berulang-ulang selama 2 menit sampai pelepah
benar-benar terpotong. Selain itu pekerjaan dodos memerlukan tenaga intensif karena
pekerja harus berjalan turun naik bukit dengan membawa alat dodos seberat 5-6
Kg. Pekerjaan seperti ini dapat mengakibatkan kelelahan pada pekerja. Kelelahan
seperti ini juga dapat mengakibatkan konsentrasi dari pekerja menurun sehingga
dapat menggangu pekerjaan pemanenan. Oleh karena itu konsumsi energi yang
tepat sangat dibutuhkan oleh setiap pekerja. Penilaian secara fisiologi dapat
membantu dalam memberikan asupan energi yang tepat pada seorang pekerja
berdasarkan denyut nadi pekerja. Hal ini dilakukan untuk membantu menentukan
konsumsi makanan yang tepat bagi pekerja. Pekerjaan pemanenan kelapa sawit
menghasilkan buah yang siap panen juga penting agar pekerja tidak berlebihan
dalam bekerja.
Hasil penelitian Hendra dan Rahardjo (2009) tentang keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSD) pada pemanen kelapa sawit menyatakan bahwa
resiko pekerjaan pemanenan (panen dan muat) mempunyai kategori tinggi (skor
8-10) berdasarkan metode Rapid entire Body Assessment (REBA). Berdasarkan
penelitian pendahuluan dengan kuesioner Standar Nordiq Questionare (SNQ)
terdapat keluhan sangat sakit oleh operator yaitu pada bagian bahu sampai lengan,
punggung, pinggul dan lutut sampai kaki. Keluhan ini terjadi akibat gerakan yang
dilakukan pekerja dodos melebihi zona aman pada Range of Motion (ROM) yaitu
bahu lengan melakukan fleksi diatas 90o dan posisi punggung yang membungkuk.
Hal seperti ini dapat membahayakan pekerja apabila dilakukan secara
burulang-ulang. Pada keyataannya pemanen dodos kelapa sawit harus mempertahankan
presisi alat dodos agar pada saat melakukan gerakan mendorong pisau dodos tidak
meleset. Hal ini perlu menggunakan tenaga yang besar untuk menahan alat dodos
dengan berat 5-6 Kg selama 6-7 jam sekaligus mempertahankan posisi alat
tersebut. Gerakan statis yang seperti ini juga dapat menyebabkan resiko cedera
otot pada pekerja.
Hal ini menunjang dilakukannya analisis secara biomekanika untuk
melihat bagaimana gaya yang terjadi pada otot. Analisis biomekanika dapat
membantu pekerja dalam munyesuaikan sudut yang tepat yang akan dibentuk
jarak pendodosan juga sangat menentukan sudut yang akan dibentuk tubuh,
sehingga gaya yang dibutuhkan dapat diminimalkan.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi adalah adanya keluhan pekerja pada saat
mendodos yang membutuhkan energi otot yang besar sehingga dapat
mempercepat kelelahan kerja dan menyebabkan keluhan otot.
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian pada tugas akhir ini merupakan analisis
biomekanika terhadap buruh panen pada proses pemotongan pelepah dan tandan
Ergonomi Kelapa Sawit Ergonomi Kelapa Sawit Postur Kerja Pekerja Biomekanika Pekerja Perancangan Dodos
Tata Letak Pabrik (layout)
Peta Proses (Peta Kerja Keseluruhan dan
setempat)
Waktu Proses (Waktu standar, baku dan
normal
Ruang Lingkup yang diteliti di Tugas
Akhir ini
Ergonomi Pabrik kelapa Sawit Ergonomi Kebun kelapa Sawit
[image:30.595.122.523.137.398.2]Lingkungan Kerja (Kebisingan,pencahayaan, Headstrees) Biomekanika Pekerja Pengutip berondolan Biomekanika Pekerja Panen Menggunakan Eggrek Menggunakan Dodos
Gambar 1.1. Block Diagram Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian pada tugas akhir ini merupakan analisis
biomekanika terhadap buruh panen pada proses pemotongan pelepah dan tandan
buah segar dengan menggunakan dodos. Penilaian secara fisiologi dilakukan
untuk melihat bagaimana konsumsi energi berdasarkan denyut jantung sehingga
diharapkan pemanen dapat lebih memperhatikan kenyamanan dan keselamatan
dalam bekerja agar tidak menimbulkan kelelahan yang cepat bahkan cedera.
Analisis biomekanika digunakan untuk mengendalikan resiko kerja dengan
menganalisis penilaian energi otot pekerja pada saat melakukan pendodosan yang
untuk mengurangi besarnya energi otot pada saat melakukan pemanenan dan
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menurunkan energi otot yang dibutuhkan oleh pekerja panen saat melakukan
aktivitas dengan memberikan usulan alat bantu.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pembebanan tubuh pada pekerja pemanen kelapa sawit
2. Menganalisis konsumsi energi yang dibutuhkan otot pada setiap segmen
tubuh pekerja pemanen kelapa sawit.
3. Memberikan perbaikan berupa sikap tubuh yang optimal pada saat
melakukan pemanenan
4. Mengetahui panjang dodos ideal yang dapat digunakan untuk melakukan
pemanenan/ pemotongan pelepah kelapa sawit.
1.5. Asumsi dan Batasan Masalah
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Buruh panen yang diteliti berada dalam kondisi yang sehat, tidak berada
dalam tekanan dan bekerja secara normal.
2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan
sesuai standar.
4. Buruh panen yang diamati sudah berpengalaman dan telah terbiasa dalam
pekerjaanya.
5. Tempat kerja dan susunan fasilitas kerja tidak menjadi penghambat, artinya
operator leluasa bekerja.
6. Proses pemanenan kelapa sawit dilakukan di permukaan tanah yang datar
7. Ukuran dan posisi tandan buah segar diasumsikan dalam kondisi seragam
Batasan-batasan pada penelitian ini antara lain:
1. Penelitian dilakukan pada lahan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara III
Kebun Rambutan, Afdilling 1.
2. Identifikasi keluhan sakit untuk setiap segmen tubuh hanya dilakukan pada
saat buruh panen proses pemotongan pelepah dan tandan buah segar kelapa
sawit.
3. Objek yang diteliti adalah operator pemanen kelapa sawit dengan
menggunakan alat dodos
4. Analisa biomekanika yang digunakan adalah biostatic mechanic dan hanya
dilakukan analisa pada gaya dua dimensi
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian, antara lain:
1. Manfaat bagi mahasiswa
Memberikan pengalaman bagi mahasiswa dalam meneliti suatu masalah dan
memberikan solusi dari permasalahan yang ada secara terperinci.
Memberikan masukan bagi perusahaan berupa re-design alat pemanenan
kelapa sawit serta perbaikan terhadap metode kerja pemanenan kelapa sawit
3. Bagi Departemen Teknik Industri USU
Menjalin hubungan kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik
Industri, Fakultas Teknik, USU.
1.7. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Bab I pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang
mendasari penelitian dilakukan. Rumusan masalah yang merupakan permasalahan
pokok yang akan dicari solusinya. Tujuan penelitian yang menjelaskan tujuan
penelitian secara umum dan secara khusus. Batasan dan asumsi yang digunakan
dalam penelitian. Batasan dan asumsi ini digunakan untuk menghindari supaya
cakupan penelitian tidak meluas, dengan demikian inti pokok permasalahan
penelitian dapat dicari. Manfaat dilakukannya penelitian serta sistematika
penulisan tugas akhir dijelaskan dalam bab ini.
Bab II Gambaran umum perusahaan berisi mengenai sejarah perusahaan,
kegiatan operasional perusahaan, visi misi perusahaan, struktur organisasi,
deskripsi tugas dan tanggung jawab karyawan PT. Perkebunan Nusantara III,
jumlah tenaga kerja dan jam kerja perusahaan
Pada bab III Landasan Teori, Musculoskeletal Disorders (MSDs),
Bab IV metodologi penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan
dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian,
rancangan penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual, variabel penelitian,
instrumen pengumpulan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis pemecahan
masalah sampai kesimpulan dan sara.
Pada bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi tentang pengumpulan data
meliputi data keluhan operator, elemen kegiatan kerja aktual, fasilitas kerja aktual dan
data denyut nadi setiap operator. Pengolahan data meliputi analisis perhitungan Fm
(energi total otot) pada aspek biomekanika, perhitungan produktivitas kerja serta
perhitungan aspek fisiologi setiap operator.
Pada bab VI Analisis dan Pemecahan Masalah, meliputi analisis mengenai
kondisi kerja aktual (tingkat MSDs, perhitungan nilai Fm pada biomekanika,
produktivitas ergonomi), rancangan fasilitas usulan, dan kondisi kerja setelah
perbaikan (perbandingan kondisi kerja aktual dan usulan, perbandingan level
risiko dan tindakan postur kerja aktual dan usulan, serta perbandingan nilai Fm,
aktual dan usulan).
Bab VII Kesimpulan dan Saran berisi hasil yang didapat dari penelitian
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan
salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan
afdeling, luas dari ke delapan afdeling tersebuat berjumlan 4.329,75 ha lahan
kelapa sawit dan 1.372,5 ha lahan dengan tanaman karet. Kebun Rambutan
terletak di sekitar Kota Madya Tebing Tinggi sekitar ± 70 Km dari kota Medan.
Secara umum Kebun Rambutan berada pada ketinggian 18 m dari permukaan laut,
dan bertofografi datar yang didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning,
Aluvial dan hidromorfik kelabu. Curah hujan per tahun 1.300 - 2.100 mm, dan
bulan basah ± 8 bulan serta bulan kering ± 4 bulan. Hal tersebut sangat sesuai
dengan tumbuhan seperti kelapa sawit dan karet.
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
Pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan terdiri kebun kelapa
sawit dan karet dari mulai tanam, perawatan sampai pemanenan dengan hasil:
1. Tandan Buah Segar (TBS)
2. Karet
Tenaga kerja pada PTPN III Kebun Rambutan berjumlah 1.211 orang,
yang terdiri atas tenaga kerja pria dan wanita dengan tingkat pendidikan yang
bervariasi dari SD, SLTP, SMU, dan Sarjana.
Jumlah tenaga kerja PTPN III Kebun Rambutan dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PTPN III Kebun Rambutan Uraian Pekerjaan Pria (orang) Wanita (orang) Jumlah (orang) Karyawan
Pimpinan 16 0 16
Karyawan
Pelaksana 1.098 97 1.195
Jumlah 1.114 97 1.211
Sumber : PTPN III Kebun Rambutan
Berdasarkan peraturan Departemen Tenaga Kerja yang menyatakan bahwa
jam kerja seorang karyawan adalah 7 jam per hari dan 40 jam kerja per minggu
sehingga selebihnya diperkirakan merupakan jam kerja lembur atau premi. Waktu
kerja di PTPN III Kebun Rambutan terdiri atas tiga bagian yaitu waktu kerja pada
karyawan bagian produksi dan waktu kerja karyawan pada bagian kantor dan
kebun. Adapun pembagian waktu kerja tersebut adalah sebagai berikut:
a. Waktu kerja karyawan kantor
Senin- Jumat : 07.00 – 16.00
Sabtu : 07.00 – 12.00
b. Waktu kerja karyawan produksi
Untuk karyawan produksi terbagi atas 2 shift, diamana waktu kerja efektif
adalah 6 hari dengan jam kerja adalah 40 jam, yaitu:
Shift I : 07.00 – 16.00 WIB
c. Waktu kerja karyawan kebun
Untuk karyawan kebun waktu kerja efektif adalah dari pukul 07.00-12.00 pada
pemanen kelapa sawit (senin-sabtu) sedangkan untuk karyawan penyadap
karet adalah pukul 07.00-12.00 (senin-minggu).
2.4 Premi Panen
Premi pemanen merupakan prestasi kerja pemanen yang dibayarkan atas
pencapaian basis tugas dan premi ini diberikan untuk merangsang pemanen dalam
meningkatkan produktivitas pemanen,baik kualitas maupun kuantitas.
Berdasarkan pencatatan produksi dalam buku harian mandor dan pencatatan
produksi yang sudah disyahkan oleh pabrik. Harga premi pemanen kelapa sawit
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Harga Premi Pemanenan Kelapa Sawit
No Pekerjaan Harga/Kg(Rp)
1 Pemanen Kelapa
Sawit 38,50
2 Pengutip Berondolan 150
Sumber : PTPN III Kebun Rambutan
2.5 Proses Pemanenan Kelapa Sawit
Cara panen meliputi cara-cara memotong tandan buah, pengaturan
pelepah, dan pengumpulan buah sampai ke TPH. Pelaksanaan panen di PTPN III
menggunakan 2 cara yaitu sistem giring dan sistem tetap. Penggunaan sistem
giring apabila produksi relatif tinggi. Sementara itu, penggunaan sistem tetap jika
pemanen diberi ancak tetap yang merupakan bagian kebun untuk pemanen dengan
panen terakhir hingga panen berikutnya ditempat yang sama. Rotasi panen
tergantung dari cepat matangnya buah. Pada panen permulaan, rotasi panen
biasanya 15 hari, 10 hari, dan terakhir 7 hari. Rotasi panen menggunakan simbol
5/7, yang artinya 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari.
Proses pemanenan tandan buah segar kelapa sawit sampai dengan
pengutipan brondolan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber : PTPN III Kebun Rambutan
Gambar 2.1 Block Diagram Tahapan Proses Pemanenan Kelapa Sawit
2.5 Alat Panen Kelapa Sawit
Untuk memotong tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan
mengangkutnya diperlukan sarana pendukung yaitu peralatan panen. Alat yang
paling vital dalam kegiatan panen adalah egrek dan dodos. Egrek dan dodos
Memeriksa TBS yang sudah membrondol
Memotong Pelepah dan Tandan Sawit dari pohon
TBS > 30 dibelah menjadi 2 bagian
Memotong Pelepah dan menyusun pelepah digawang mati
Mengangkat TBS dengan angkong ke TPH
manual yang digunakan dalam panen pun memiliki spesifikasi khusus sesuai
dengan tinggi tanaman. Alat dan perlengkapan panen yang digunakan harus sesuai
dengan kondisi dan umur tanaman. Adapun alat panen kelapa sawit yang
digunakan di PTPN III KKebun Rambutan dapat dilihat pada Tabel 2.3. sebagai
[image:39.595.121.516.248.735.2]berikut
Tabel 2.3 Alat Panen Kelapa Sawit dan Pemakaiannya di PTPN III Kebun Rambutan
No Nama Alat Spesifikasi Pemakaian
1
Dodos Kecil Lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah
0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm
Potong buah tanaman umur 3-4
tahun
2
Dodos Besar Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah
0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm
Potong buah tanaman umur 5-8
tahun
3
Egrek Berat 3 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang
pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada
sumbu 135
Potong buah tanaman umur > 9
tahun
4
Harvesting pole Aluminium ukuran 6 m dan 12 m
Galah pisau egrek
5
Gancu Besi beton 3/8 inci, panjang sesuai kebiasaan
setempat
Memuat/membon gkar TBS ke/dari alat transport
6
Tombak
Sesuai kebiasaan setempat Memuat/membon gkr TBS ke/dari alat transport
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Biomekanika1
Biomekanika merupakan ilmu yang digunakan dalam pendekatan
ergonomi dalam merancang dan menentukan sikap tubuh manusia dalam
menjalani aktivitas dengan nyaman. Biomekanika membahas aspek-aspek dari
gerakan tubuh manusia dan kombinasi antara keilmuan mekanika, antropometri,
dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Biomekanika didefinisikan
sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanika
menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Biomekanika
menggunakan prinsip-prinsip mekanika dalam memecahkan masalah yang
berhubungan dengan struktur dan fungsi tubuh makhluk hidup.
Dalam upaya meminimumkan kelelahan dan risiko tulang dan otot dalam
kondisi saat bekerja yang bersifat berulang (repetitive) diperlukan penempatan
dan pengoperasian posisi yang harus diciptakan seergonomis mungkin, salah satu
diantaranya dengan cara analisis dengan menggunakan biomekanika. Dengan
menggunakan dan mengaplikasikan biomekanika, maka bisa ditentukan inklinasi
(kemiringan) sudut posisi kaki atau tangan yang relatif terhadap horizontal agar
gaya maksimum dapat diterapkan. Berdasarkan hal tersebut mampu ditentukan
sikap tubuh saat bekerja yang nyaman dan pada level aman.
1
3.1.1 Klasifikasi Biomekanika2
Biomekanika adalah jabaran ilmu yang berhubungan dengan gaya dan
pembebanan tubuh. Bimekanika dibagi atas beberapa bagian diantaranya adalah:
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari biomekanika yang berbicara
mengenai hukum dan konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia
baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a). Biostatics mechanics adalah merupakan ilmu pengetahuan mengenai
struktur organ-organ dalam hubungannya dengan gaya yang dihasilkan
oleh interaksinya. Biostatics mechanics menunjukkan kebutuhan dasar
untuk mengetahui gaya-gaya pada setiap segmen tubuh manusia. Elemen
dasar dalam melakukan perhitungan gaya yang diperlukan adalah tinggi
badan (H) dan berat badan (W) dan free body dikembangkan menjadi
analisis dalam perhitungan. Berikut Tabel 3.1 panjang dan berat setiap
[image:41.595.87.541.539.696.2]segmen tubuh manusia.
Tabel 3.1 Model Data Antropometri Manusia
Segmen Tubuh Panjang Segmen Tubuh (M) Berat Segmen Tubuh (Kg)
Kepala dan leher 0,17 0,08
Lengan dan tangan 0,2 0,02
Lengan atas 0,3 0,03
Lengan 0.4 0,05
Kepala, leher, dan kedua lengan - 0,18
Dada dan perut 0,3 0,36
Panggul - 0,16
Kaki dan kaki bagian depan 0,29 0,05
Kaki bagian atas 0,24 0,1
2
Kaki 0,53 0,15
Kepala, leher, kedua lengan, perut, dan tiga
perdelapan panggul
- 0,6
Satu kaki dan lima perdelapan panggul - 25
Sumber : Human Factor Engineering, Chanler A Phlips.
Biostatisc mechanics mempertimbangkan tubuh yang kaku dalam gerakan dua
dimensi. Analisis akan mempertimbangkan ukuran tubuh sebagaimana gaya
yang berbeda dengan gaya eksternal dan diaplikasikan dalam poin yang
berbeda. Tubuh dalam hal ini diasumsikan kaku, tubuh yang kaku merupakan
salah satu yang tidak mengalami perubahan bentuk. Meskipun sejumlah
deformasi selalu ada dalam sistem fisik yang nyata, pendekatan tubuh yang
kaku tidak mempengaruhi sistem pusat keseimbangan tubuh. Prosedur umum
untuk menganalisis gaya dan momen yang dihasilkan dalam tubuh yang kaku
dalam dua dimensi untuk kondisi keseimbangan statis dapat dilakukan dengan :
1. Gambarkan diagram free-body setiap elemen tubuh yang terkait.
2. Tentukan titik koordinat x dan y dan tunjukkan arah positif untuk seiap
perpindahan translasi maupun rotasi.
3. Untuk free-body, aplikasikan kondisi yang dibutuhkan untuk
keseimbangan perpindahan translasi maupun rotasi.
4. Selesaikan persamaan diatas secara simultan untuk parameter yang
tidak diketahui.
Biostatisc mechanics dalam perhitungannya juga membutuhkan struktur
pendukung sederhana, hubungan yang spesifik dan alalt-alat pendukung
digunakan dalam sistem mekanik teristimewa ketika menunjukkan hubungan
anatara yang dimaksud menggambarkan sebuah balok yang merupakan bagian
setiap tubuh yang dihubungkan dengan balok lain atau segmen tubuh yang lain.
Hal ini digunakan untuk mempermundah dalam setiap perhitungan dalam
Biostatisc mechanics.
Biostatisc mechanics mengkaji tentang otot sebagai pusat dalam
menghasilkan gaya dan sistem anatomi secara khusus pada otot. Otot yang cedera
adalah otot yang melewati persambungan. Salah satu ujungnya biasanya
dihubungkan pada segmen proximal dan salah satu ujungnya akan dihubungkan
segmen distal. Keadaan seperti biasanya disebut dengan otot antagonis dimana
persambungannya melewati titik asal proximal dan perpotongannya pada distal.
Otot antagonis membangun sebuah gaya yang berlawanan. Pada sistem biologi
kontraksi secara simultan dari otot harus stabil pada persambunganya.
Sesudah menentukan anatomi dan merancang model analitis pada setiap
segmen tubuh manusia, ahli human factor harus mmengidentifikasi aplikasi yang
cocok agar mendapatkan informasi yang berguna untuk merancang
perhitungannya. Untuk penilaian gaya yang diperlukan pada setiap segmen tubuh
dapat dilihat sebagai berikut.
1. Bahu dan lengan
Sistem anatomi untuk bahu dan lengan adalah sebagai berikut:
Segmen proksimal : scapula (tulang bahu)
Segmen distal : humerus (tulang depan)
Persambungan : sambungan bahu
Otot deltoid adalah yaitu otot yang terdapat pada penarikan lengan ketika
seseorang mengangkat lengan dan saat akan menutup lengan tubuh. Model
untuk bahu dan lengan dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut.
Sumber : Human Factor Engineering, Chanler A Phlips.
Gambar 3.1 Model dan Free-body Diagram untuk Bahu dan Lengan
Maka analisis perhitungan biomekanika pada operator saat melakukan aktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut.
∑Fy = 0
Fm. sin ( α) + Ry – C – Wd = 0 ... (1)
∑Fx = 0
-Fm. cos ( α) + Rx = 0 ... (2)
∑Ma = 0
[Fm. sin (α)] x AB – (C)(AC) – (Wd) (AD) = 0 ... (3)
Dimana:
Fm = Gaya pada otot deltoid (Newton)
Rx = Gaya reaksi horizontal dari tubuh (Newton) Wd = Berat Beban (Newton)
W = Berat Tubuh Operator (Newton)
A = Persendian antara bahu dengan lengan tangan B = Otot deltoid
C = Siku pada tangan D = Pergelangan tangan AB = 0,08 x (H)
AC = 0,20 x (H) AD = 0,40 x (H) 2. Panggul dan kaki
Sistem anatomi untuk panggul dan kaki adalah sebagai berikut:
Segmen proksimal : Pelvis (tulang pelvis)
Segmen distal : Femur (tulang paha)
Persambungan : Sendi panggul
Otot (aksi) : Gluteus
Otot gluteus adalah yaitu otot yang terjadi pada saat perluasan lurusan kaki
bagian luar dari sisi tubuh, seperti yang terlihat pada seseorang yang menendang
bola kesampinng dengan menggunakan sisi kaki. Model untuk panggul dan kaki
Rg = W Ry
B Fm
Rx 70o
�� ���� = 0.04 H
��
���� = 0.05 H
��
���� = 0.10 H
Sumber : Human Factor Engineering, Chanler A Phlips.
Gambar 3.2 Model dan Free-body Diagram untuk Panggul dan Kaki
Maka analisis perhitungan biomekanika pada operator saat melakukan
aktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut.
∑Fy = 0
Fm. sin (θ) - Ry – C + (W-θ) = 0 ... (4)
∑Fx = 0
-Rx + Fm. cos (θ) = 0 ... (5)
∑Ma = 0
-[Fm. sin (θ)] x [AB] + (C)(AB-AC) + (W) (AB) = 0 ... (6) Gaya reaksi yang bekerja pada panggul (Rh).
Rh= ... (7)
Fm = Gaya pada otot gluteus (Newton)
Ry = Gaya reaksi vertikal dari tubuh (Newton) Rx = Gaya reaksi horizontal dari tubuh (Newton) Rh = Gaya reaksi pada panggul (Newton) H = Tinggi Badan
A = Greater trochanter
B = Persendian antara elvis dengan greater trochanter C = Bagian lutut (0,15 x W)
D = Pergelangan kaki AB = 0,04 x H
AC = 0,05 x H AD = 0,10 x H
3. Lutut dan kaki bagian depan
Sistem anatomi untuk lutut dan kaki bagian depan adalah sebagai berikut:
Segmen proksimal : Femur (tulang paha)
Segmen distal : Tibia dan fibula (tulang kering)
Persambungan : Sendi lutut
Otot (aksi) : Kuadrisep
Otot kuadrisep adalah yaitu otot yang terjadi pada saat lutut kaki bertekuk
(tumit belakang ke paha bagian belakang), memperpanjang kaki bagian depan
(tulang garas). Model untuk lutut dan kaki bagian depan dapat dilihat pada
A θ Ry Rx B C D Fm ∆y �� ���� = 0.12 H �� ���� = 0.24 H Δ� = 0.03 H �� ���� = 0.29 H
[image:48.595.140.468.115.299.2]Sumber : Human Factor Engineering, Chanler A Phlips.
Gambar 3.3 Model dan Free-body Diagram untuk Lutut dan Kaki Bagian Depan
Maka analisis perhitungan biomekanika pada segmen tubuh bagian lutut dan kaki
bagian depan adalah sebagai berikut. = 0.12 H
θ = sin ( )
ɸ = tan ( )
α = θ - ɸ
∑Fy = 0
-Fm. Sin α – A – B + Ry = 0 ... (8)
∑Fx = 0
Fm. cos α - Rx = 0 ... (9) Sehingga:
∑Mc = 0
-Fm. Sin α [AC] x cos θ + (A). [AC] x cos θ – Fm cos α [AC] x sin θ +
(B). [AB] ). cos θ = 0 ... (10) Dimana:
Fm = Gaya pada otot kuadrisep (Newton)
R = Jarak langkah A = Pangkal paha (N)
B = Titik tengah antara pangkal paha dan lutut ( N) C = Bagian lutut
D = Kaki bagian depan h = Jarak kaki dengan tanah AB = 0,12 x H
AC = 0,24 x H CD = 0,29 x H CE = R + CD AE = h + AC + CD AF = AE - CE ∆y = 0,03 x H
4. Bagian Punggung
Sistem anatomi untuk punggung adalah sebagai berikut:
Segmen proksimal : Sacrum
Segmen distal : Thoracolombar
Persambungan : Lumbo-sacral
Otot (aksi) : Ektersor
Otot ektersor adalah yaitu otot yang terjadi pada perpanjangan tulang
belakang seperti ketika berdiri lurus ke atas pada perhatian selama pemeriksaan
Lower Ribs Erector spinae
muscles Fifth lumbar
vertebra (of the spine)
α θ Rs B A D Rx Rα Ry C ��
���� = 0.15 H
��
���� = 0.20 H
��
���� = 0.30 H
α = 70o
0.36W
[image:50.595.114.499.113.357.2]0.18 W + WL
Gambar 3.4 Model dan Free-body Diagram untuk Bagian Punggung Maka analisis perhitungan biomekanika pada segmen tubuh bagian lutut dan kaki
bagian depan adalah:
β = θ - α
Fex = Fe. Cos β ... (11) Fey = Fe. Sin β ... (12)
∑Fy = 0
Ry – 0,36Wb – 0,882 Fe – 0,18Wb = 0
∑Fx = 0
Rx – 0,469 Fe = 0
∑Ma = 0
Fex (AC.Hb). Sin θ - Fey(AC.Hb). Cos θ – (B Wb).(AB.Hb) cos θ°-
(D.Wb).(AD.Hb). Cos θ = 0
Subtitusi pada persamaan I dan persamaan II maka:
(Fe. Cos β) (AC.Hb) sin θ – (Fe. Sin β) (AC. Hb ). co s θ = (B Wb).(AB.Hb) cos θ°- (D.Wb).(AD.Hb). Cos θ
Rs = -Rx . cos θ + Rx . sin θ Dimana:
Fe = Gaya yang dibutuhkan operator (Newton) Ra = Reaksi gaya aksial (Newton)
Rs = Reaksi gaya geser (Newton) W = Berat tubuh
H = Tinggi badan
A = Thoracolumbar spine
B = Titik pemberatan tubuh (0,38 x W) C = Otot erector spinae
D = Lower ribs (0,18 x W) AC = 0,2 x H
AB = 0,15 x H AD = 0,30 x H
α = 13°
θ = Sudut yang dibentuk pada posisi thoracolumbar spine
b). Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang
terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam
tubuh (kinetik).
2. Occupational Biomechanic
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari
interaksi fisik antara manusia dengan pekerjaannya. Dalam biomekanika ini
banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan
gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara Tulang,
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan fungsi dari biomekanika adalah
sebagai berikut :
1. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat dinyatakan besarnya gaya
otot yang diperlukan oleh seorang operator dalam menyelesaikan
pekerjaan dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika dan mekanika.
2. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat diketahui dan memahami
serta dapat menentukan sikap kerja yang berbeda yang menghasilkan
kekuatan atau tingkat produktivitas yang terbaik.
3. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat dievaluasi pekerjaan
operator sehingga dapat menghasilkan cara kerja yang lebih baik yang
meminimumkan gaya dan momen yang dibebankan pada operator supaya
tidak terjadi kecelakaan kerja.
4. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat ditentukan perancangan
sistem kerja dengan pertimbangan dari gerakan-gerakan tubuh
manusia/pekerja.
3.2 Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan
sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban
tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan dan melakukan pekerjaan.
Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan
prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai satu tujuan hidup.
Dipihak lain, bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya.
bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental. Dari sudut
pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai
atau seimbang baik dalam kemampuan fisik, maupun kognitif, maupun
keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.
3.2.1 Penilaian Beban Kerja Fisik
Menurut Astrand and Rodhal dalam Tarwaka, dkk bahwa penilaian beban
kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian
langsung dan metode penilaian tidak langsung.
3.2.1.1 Penilaian Beban Kerja Secara Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi dikeluarkan
(energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat
beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk dikonsumsi.
Meskipun metode pengukuran asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat
mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal.
Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi
suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen pada Tabel 3.2. berikut:
Tabel 3.2 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung
Kategori Beban Kerja Konsumsi Oksigen (l/min) Ventilasi Paru (l/min) Suhu Rektal (0C)
Denyut Jantung (denyut/min)
Ringan 0,5 – 0,1 11 – 20 37,5 75 – 100
Sedang 1,0 – 1,5 20 – 30 37,5 – 38,0 100 – 125
Berat 1,5 – 2,0 31 – 43 38,0 – 38,5 125 – 150
Sangat Berat 2,0 – 2,5 43 – 56 38,5 – 39,0 150 – 175
Sangat Berat
Sumber : Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, Suyanto S.
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi
kuadratis sebagai berikut:
E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x X2... (1)
dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)
3.2.1.2 Penilaian Beban Kerja secara Tidak Langsung
Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi
selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu
metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut (Kilbon,
1992) dimana dengan metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
(
)
60...(2) nPerhitunga Waktu
Denyut 10
it denyut/men Jantung
Denyut = ×
Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja
mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil dan murah juga
tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliabel dan tidak
menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa. Denyut nadi untuk
mengestimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut
nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam
peningkatan cardia output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan
yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum oleh
dalam Tarwaka, dkk (2004:101) didefinisikan sebagai Heart Rate Reverse (HR
Reverse) yang diekspresikan dalam presentase yang dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
(3) ... 100 Istirahat Nadi Denyut maksimum Nadi Denyut Istirahat Nadi Denyut Kerja Nadi Denyut %HR × − − = Reserve D
enyut Nadi maksimum (DNmax) adalah (220 – umur) untuk laki-laki dan (200 –
umur) untuk perempuan.
Metode Brouha merupakan metode yang digunakan untuk menilai
cardiovasculair strain. Keuntungan metode ini adalah sama sekali tidak
menganggu atau menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan setelah
subjek berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik
menit pertama, kedua dan ketiga (P1, P2, P3). Rerata dari ketiga nilai tersebut
dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika P1 – P3 ≥ 10 aau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal
2. Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja tidak
berlebihan (not excessive)
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi
pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran
(individual fitness) dan pemaparan lingkungan panas. Jika pemulihan nadi tidak
segera tercapai maka diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan
fisik.
3.2.2 Kerja Fisik dan Konsumsi Energi3
3
Sritomo wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu (Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Bandung: Guna Widya, 2006), h.272-275.
Secara umum yang dimaksud dengan kerja fisik (physical work) adalah
kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya
(power). Kerja fisik seringkali juga disebut sebagai “manual operation” dimana
performs kerja sepenuhnya akan tergantung manusia baik yang berfungsi sebagai
sumber tenaga (power) ataupun pengendali (control). Kerja fisik seringkali
dikonotasikan sebagai kerja berat ataupun kerja kasar, dapat dirumuskan sebagai
kegiatan yang memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja
berangsung. Dalam hal kerja fisik ini, maka konsumsi energi (energi
consumption) merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai sebagai
penentu berat/ringannya kerja fisik tersebut. Hal ini akan memberikan
kemampuan yang lebih besar lagi untuk penyelesaian aktivitas-aktivitas yang
memerlukan energi fisik yang besar dan berlangsung dalam periode waktu yang
3.2.2.1 Proses Metabolisme
Proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh manusia merupakan phase
yang penting sebagai penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik. dari
proses metabolisme akan dihasilkan panas dan energi yang diperlukan untuk kerja
fisik (mekanis) lewat sistem otot manusia. Di sini, zat-zat makanan akan
bersenyawa dengan oksigen (O2) yang dihirup, terbakar dan menimbulkan panas
serta energi mekanik.
Dalam literatur ergonomi, besarnya energi yang dihasilkan/dikonsumsi
akan dinyatakan dalam unit satuan “kilo kalori atau kcal” atau “Kilo Joule (KJ)”
bilamana akan dinyatakan dalam satuan standar Internasional (SI), dimana:
1 kilocalorie(kcal)= 4,2 kilojoule (KJ)
Nilai konversi di atas dapat berguna bilamana nilai konsumsi energi diberikan
dalam unit satuan “watt” (1 watt = 1 joule/detik).
Selanjutnya, dalam fisiologi kerja, energi yang dikonsumsikan seringkali
bisa diukur secara langsung yaitu melalui konsumsi oksigen yang dihisap. Dalam
hal ini konversi bisa dinyatakan sebagai berikut:
1 liter O2 = 4,8 Kkal = 20 KJ
Dari nilai konversi tersebut tampak bahwa nilai kalori dari O2 dari setiap
liter oksigen yang dihirup akan menghasilkan energi rata-rata sebesar 4,8 Kkal
atau 20 KJ. Istilah yang sering digunakan untuk mengkonversikan nilai 1 liter
oksigen dengan energi yang dihasilkan oleh tubuh manusia adalah “nilai klarifik
darioksigen”. Dari nilai konversi yang telah distandarkan tersebut, maka untuk
suatu kegiatan manual fisik dapat dicari dengan mengukur secara langsung
volume oksigen (liter) yang dihirup manusia dari udara bebas dan kemudian
dikalikan dengan faktor 4,8.
Cara lain yang bisa diaplikasikan untuk mengetahui besarnya energi kerja
fisik adalah dengan membandingkan konsumsi oksigen dengan laju detak
nadi/jantung dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Operator laki-laki yang melakukan aktivitas manual fisik dengan pulsa 75
denyut atas detak per menit akan ekuivalen dengan konsumsi oksigen 0,5
liter/menit atau sepadan dengan pengeluaran energi 2,5 Kkal/menit. Perlu
dicatat bahwa pulsa jantung wanita umumnya akan berdenyut lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki (sekitar 10 denyut/menit lebih tinggi).
2. Bilamana tidak ada kegiatan fisik dilakukan misalnya dalam kondisi istirahat
biasanya pulsa akan sebesar 62 denyut/menit, dimana hal ini akan ekuivalen
dengan konsumsi oksigen sebesar 250 ml/menit atau sepadan dengan
pengeluaran energi sebesar 1.25 Kkal/menit.
Besar kecilnya kalori akan ditentukan oleh berat badan, tinggi badan dan
jenis kelamin. Sebagai acuan dasar metabolisme untuk:
Laki-laki dewasa, berat 70 kg = 1,2 kkal/menit = 1700 Kkal/jam
Wanita dewasa, berat 60 kg = 1,0 kkal/menit = 1450 Kkal/jam.
3.2.2.2Standar untuk Energi Kerja
Dari hasil penelitian mengenai fisiologi kerja diperoleh kesimpulan bahwa
dikonsumsikan untuk melaksanakan kerja fisik berat atau kasar secara
terus-menerus. Jika nilai metabolisme basal = 1,2 Kkal/menit, maka energi yang
dikonsumsikan untuk kerja fisik berat adalah (5,2-1,2=4,0 Kkal/menit).
3.3 Energi Kerja4
Pada waktu kerja, pengeluaran energi kerja meningkat. Makin besar
gerakan otot makin tinggi pengeluaran energi kerjanya. Kenaikan konsumsi energi
yang namapak dalam kerja fisik dapat dinyatakan dalam kalori kerja. Nilkai kalori
kerja ini diperoleh dari perbedaan antara konsumsi energi dikala kerja terhadap
energi dikala istirahat. Jika pengeluaran energi pada basal metabolisme
dikurangkan dari yang pada metabolisme kerja hasilnya adalah kalori kerja.
Banyak kalori yang dibutuhkan oleh kegiatan tertentu telah diselidiki,
penilaian secara umum atas pengeluaran energi pada berbagai pekerjaan oleh
Lehman telah disusun gamabaran seperti yang tertera pada pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Pengeluaran Energi Dengan Sikap kerja yang Berbeda
Sikap Kerja Kerja Kkal/menit Kerja Kkal/Jam
Duduk 0,3 20
Jongkok 0,5 30
Merangkak 0,5 30
Berdiri 0,6 35
Berjalan 1,7-3,5 100-200
Mendaki pada 10° tanjakan tanpa beban 0,75 per m naik k.1.400
Sumber : Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, Suyanto S.
4
3.4 Range Of Motion5
Selang alami gerak (SAG) adalah derajat bebas yang dapat dicapai oleh
tulang relatif terhadap sendi pada tulang (Saladin, 2011). SAG merupakan
sejumlah gerakan yang melalui bagian tertentu yang terjadi pada sendi dan
dinyatakan dalam derajat pergerakan (Sanders dan McCormick 1993). Tubuh
manusia memiliki suatu selang alami gerak (SAG), Jika manusia melakukan SAG
ini, maka dapat memperbaiki sirkulasi darah dan fleksibiitas sehingga dapat
bekerja dengan nyaman dan mendapatkan produktivitas yang tinggi. Fleksibilitas
berarti kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi
yang berbeda. Dengan mempertimbangkan SAG, produk dapat didesain untuk
dioperasikan dengan selang optimal untuk mengurangi kelelahan dan gangguan
otot. Terdapat empat zona yang dihadapi manusia ketika duduk atau berdiri, yaitu:
1. Zona 0. Zona yang paling dianjurkan untuk sebagian besar gerakan-gerakan.
Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi.
2. Zona 1 (zona hijau). Zona yang dianjurkan untuk sebagian besar
gerakan-gerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi.
3. Zona 2 (zona kuning). Banyak posisi yang ekstrim pada anggota-anggota tubuh.
Terdapat lebih besar tekanan pada otot da