• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemasaran Ikan Nila Hasil Budidaya Keramba Jaring Apung (Floating Net) (Studi Kasus : Desa Tongging Dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pemasaran Ikan Nila Hasil Budidaya Keramba Jaring Apung (Floating Net) (Studi Kasus : Desa Tongging Dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN IKAN NILA HASIL BUDIDAYA

KERAMBA JARING APUNG (

FLOATING NET

)

(Studi Kasus : Desa Tongging dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

Oleh :

HELOVA LEONARD PANJAITAN

050304056

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Ir. Luhut Sihombing, MP Ir. Thomson Sebayang, MT

NIP : 19651008 199203 1 001 NIP : 19571115 198603 1 001

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STRATEGI PEMASARAN IKAN NILA HASIL BUDIDAYA

KERAMBA JARING APUNG (

FLOATING NET

)

(Studi Kasus : Desa Tongging dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebahagian dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH :

HELOVA LEONARD PANJAITAN

050304056 / AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

HELOVA LEONARD PANJAITAN (050304056), dengan judul penelitian

STRATEGI PEMASARAN IKAN NILA HASIL BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG (FLOATING NET) , dibimbing olehBapak Ir. Luhut Sihombing, MPdanBapak Ir. Thomson Sebayang, MT.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan kondisi eksisting pengelolaan ikan nila dengan sistem keramba jaring apung di daerah penelitian, untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran ikan nila hasil budidaya keramba jaring apung (KJA) pada daerah penelitian, untuk menentukan strategi pemasaran ikan nila hasil budidaya keramba jaring apung (KJA) di daerah penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tongging dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek Kabupaten Karo dengan pertimbangan bahwa kedua desa tersebut merupakan penghasil ikan nila dengan sistem budidaya keramba jaring apung. Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif,dan analisis SWOT.

Dari Hasil penelitian diperoleh :

1. Masalah-masalah yang sering dihadapi Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging adalah harga jual ikan yang bersaing dan relatif rendah, ukuran ikan hasil panen terkadang dihargai rendah. Dan tidak adanya industri pengolahan ikan skala kecil sehingga ikan masih langsung di jual secara utuh sedangkan masalah-masalah yang dihadapi Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit adalah jual ikan yang bersaing dan relatif rendah, ukuran ikan hasil panen terkadang dihargai rendah, dan terkadang ikan tidak ada pembeli.

2. Strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pemasaran ikan hasil budidaya KJA di Desa Tongging adalah :

Strategi SO : Memvariasikan jenis pakan ditiap musim setelah panen (S1S3O1). Memberikan jenis pakan berkualitas yang dapat lebih mempercepat waktu panen (S1S2O1). Memperluas dan menambah jumlah petakan keramba (S2O2O3).

Strategi WO: Menyesuaiakan tenaga kerja dengan luas petakan keramba (W2O2). Mempercepat waktu panen untuk menghindari pemberian pakan yang melebihi target (W3O1).

Strategi ST : Memilih jenis pakan berkualitas untuk meningkatkan harga jual (S1T1T2). Mengatur waktu panen agar tetap bisa bersaing dengan daerah lain (S3T1). Mengadakan promosi ke daerah lain (S2T3).

Strategi WT : Menggunakan satu merk pakan saja (W1W3T1T3). Menentukan takaran tetap dalam pemberian pakan untuk menghindari biaya produksi yang tidak sesuai dengan hasil produksi (W3 T2).

(4)

Strategi SO: Memilih jenis pakan berkualitas (S1O1). Memperluas jumlah petakan kerambah (S2O1O203).

Strategi WO : Melakukan waktu pemanenan yang berbeda-beda dengan memanfaatkan tenaga kerja yang ada (W1O3). Mengadakan pendidikan dan pelatihan dengan melibatkan Dinas Perikanan (W1W2W3O3).

Strategi ST : Memilih jenis pakan berkualitas untuk meningkatkan harga jual (S1T1T2). Mengatur waktu panen agar tetap bisa bersaing dengan daerah lain (S3T1). Mengadakan promosi ke daerah lain (S2T3). Memperbaiki sarana jalan (S1S2T4).

Strategi WT: Mengikuti pelatihan untuk meningkatkan SDM agar tidak kalah saing (W3T1). Menentukan takaran tetap dalam pemberian pakan untuk menghindari biaya produksi yang tidak sesuai dengan hasil produksi (W2 T2). Adakan kerjasama dengan agen/pedagang agar waktu panen disesuaikan dengan agen yang akan menjemput kelokasi produksi (W1T3T4).

4. Perbandingan pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging dan pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit dapat dilihat total skor faktor strategi eksternal dan total skor faktor strategi internalnya.

a. Total skor faktor strategis eksternal Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging lebih tinggi dibandingkan dengan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit. Total skor faktor strategis eksternal Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging adalah sebesar 6,67 sedangkan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit adalah sebesar 4,40. Hal ini berarti bahwa Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di DesaTongging lebih dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman eksternalnya dibandingkan dengan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit.

b. Total skor faktor strategis internal Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging lebih tinggi dibandingkan dengan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit. Total skor faktor strategis internal Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging adalah sebesar 5,80 sedangkan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit adalah sebesar 5,53. Hal ini berarti bahwa Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging lebih dapat menggunakan kekuatannya dan mengatasi kelemahannya dibandingkan dengan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desagajah, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada tanggal 05 Oktober 1986 dari Bapak Drs. Sahala Panjaitan dan Ibu (Alm) Rosma Tampubolon. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh Penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1998 menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 010176 Kp.Durian, Asahan.

2. Tahun 2001 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Tanjung Tiram, Asahan.

3. Tahun 2004 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 4 Pematangsiantar.

4. Tahun 2005 diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Tahun 2009 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Liang Jering Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.

6. Tahun 2010 melakukan penelitian skripsi di Desa Tongging dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek Kabupaten Karo.

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi yaitu :

1. Pengurus Ikatan mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) tahun 2007 2. Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas Pertanian USU periode 2009

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah Strategi Pemasaran Ikan Nila hasil Budidaya Keramba Jaring Apung (Floating Net) , Studi kasus : Desa Tongging dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek Kabupaten Karo,sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh Staff Pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

(7)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua rekan mahasiswa Stambuk 2005 Departemen Agribisnis (terkhusus buat Fenyta Bangun, SP), serta para pengurus PEMA FP USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, untuk persahabatan selama ini yang senantiasa mendukung penulis dalam doa dan pemikiran, serta teristimewa buat Mariyam Sihombing atas segala perhatian, doa, kasih dan semangat yang menguatkan dan meneguhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam penyususnannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2011

(8)

ABSTRAK

HELOVA LEONARD PANJAITAN (050304056), dengan judul penelitian

STRATEGI PEMASARAN IKAN NILA HASIL BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG (FLOATING NET) , dibimbing olehBapak Ir. Luhut Sihombing, MPdanBapak Ir. Thomson Sebayang, MT.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan kondisi eksisting pengelolaan ikan nila dengan sistem keramba jaring apung di daerah penelitian, untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran ikan nila hasil budidaya keramba jaring apung (KJA) pada daerah penelitian, untuk menentukan strategi pemasaran ikan nila hasil budidaya keramba jaring apung (KJA) di daerah penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tongging dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek Kabupaten Karo dengan pertimbangan bahwa kedua desa tersebut merupakan penghasil ikan nila dengan sistem budidaya keramba jaring apung. Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif,dan analisis SWOT.

Dari Hasil penelitian diperoleh :

1. Masalah-masalah yang sering dihadapi Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging adalah harga jual ikan yang bersaing dan relatif rendah, ukuran ikan hasil panen terkadang dihargai rendah. Dan tidak adanya industri pengolahan ikan skala kecil sehingga ikan masih langsung di jual secara utuh sedangkan masalah-masalah yang dihadapi Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit adalah jual ikan yang bersaing dan relatif rendah, ukuran ikan hasil panen terkadang dihargai rendah, dan terkadang ikan tidak ada pembeli.

2. Strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pemasaran ikan hasil budidaya KJA di Desa Tongging adalah :

Strategi SO : Memvariasikan jenis pakan ditiap musim setelah panen (S1S3O1). Memberikan jenis pakan berkualitas yang dapat lebih mempercepat waktu panen (S1S2O1). Memperluas dan menambah jumlah petakan keramba (S2O2O3).

Strategi WO: Menyesuaiakan tenaga kerja dengan luas petakan keramba (W2O2). Mempercepat waktu panen untuk menghindari pemberian pakan yang melebihi target (W3O1).

Strategi ST : Memilih jenis pakan berkualitas untuk meningkatkan harga jual (S1T1T2). Mengatur waktu panen agar tetap bisa bersaing dengan daerah lain (S3T1). Mengadakan promosi ke daerah lain (S2T3).

Strategi WT : Menggunakan satu merk pakan saja (W1W3T1T3). Menentukan takaran tetap dalam pemberian pakan untuk menghindari biaya produksi yang tidak sesuai dengan hasil produksi (W3 T2).

(9)

Strategi SO: Memilih jenis pakan berkualitas (S1O1). Memperluas jumlah petakan kerambah (S2O1O203).

Strategi WO : Melakukan waktu pemanenan yang berbeda-beda dengan memanfaatkan tenaga kerja yang ada (W1O3). Mengadakan pendidikan dan pelatihan dengan melibatkan Dinas Perikanan (W1W2W3O3).

Strategi ST : Memilih jenis pakan berkualitas untuk meningkatkan harga jual (S1T1T2). Mengatur waktu panen agar tetap bisa bersaing dengan daerah lain (S3T1). Mengadakan promosi ke daerah lain (S2T3). Memperbaiki sarana jalan (S1S2T4).

Strategi WT: Mengikuti pelatihan untuk meningkatkan SDM agar tidak kalah saing (W3T1). Menentukan takaran tetap dalam pemberian pakan untuk menghindari biaya produksi yang tidak sesuai dengan hasil produksi (W2 T2). Adakan kerjasama dengan agen/pedagang agar waktu panen disesuaikan dengan agen yang akan menjemput kelokasi produksi (W1T3T4).

4. Perbandingan pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging dan pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit dapat dilihat total skor faktor strategi eksternal dan total skor faktor strategi internalnya.

a. Total skor faktor strategis eksternal Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging lebih tinggi dibandingkan dengan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit. Total skor faktor strategis eksternal Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging adalah sebesar 6,67 sedangkan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit adalah sebesar 4,40. Hal ini berarti bahwa Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di DesaTongging lebih dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman eksternalnya dibandingkan dengan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit.

b. Total skor faktor strategis internal Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging lebih tinggi dibandingkan dengan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit. Total skor faktor strategis internal Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging adalah sebesar 5,80 sedangkan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit adalah sebesar 5,53. Hal ini berarti bahwa Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging lebih dapat menggunakan kekuatannya dan mengatasi kelemahannya dibandingkan dengan Pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Sibolangit.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur (Widodo, 2006 :1).

Tingginya permintaan pasar dunia terhadap produk perikanan sering kali tidak terpenuhi. Oleh karena itu, perlu mengatasi masalah dalam pemenuhan permintaan dari negara negara pengimport dari tahun ke tahun yang terus meningkat. Salah satu caranya dengan meningkatkan produksi perikanan melalui usaha budidaya, baik untuk ikan tambak, ikan laut, maupun ikan tawar, termasuk ikan hias. Usaha ini akan memperbanyak peluang bersaing dibandingkan dengan usaha penangkapan (Tim Penulis PS, 2008: 7).

Usaha perikanan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu usaha perikanan darat dan perikanan laut. Usaha perikanan darat juga disebut perikanan air tawar (Evy, 2001 : 7) adalah

Tempat yang dipergunakan untuk perikanan darat meliputi sungai, danau, bendungan, rawa empang, kolam, sawah, serta tambak di tepi pantai. Usaha perikanan darat pada umumnya diusahakan oleh petani sebagai mata pencaharian (Evy, 2001 : 7)

(11)

dan danau), dan perikanan budi daya (tambak, kolam, sawah, keramba). Usaha perikanan darat tersebar hampir di semua daerah kabupaten. Danau Toba merupakan salah satu di antara sentra perikanan darat di Sumatera Utara (Evy, 2001 : 66).

Daerah utama perikanan budidaya terdapat di Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, Simalungun, Karo, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara dan Kodya Medan (Evy, 2001 : 66).

Kawasan Danau Toba, adalah salah satu kawasan andalan wisata yang merupakan asset nasional, dan memiliki nilai strategis bagi Propinsi Sumatera Utara, dengan fungsinya yang beraneka ragam, yaitu sebagai andalan daerah tujuan wisata, sumber air bersih bagi penduduk, kegiatan perikanan, baik secara tradisional maupun budidaya Keramba Jaring Apung (KJA), kegiatan pertanian,

kegiatan transportasi air dan pembangkit tenaga listrik

(www.google.com/profildanautoba, 2010).

(12)

Tabel 1. Jumlah Sarana, RTP dan Produksi Perikanan Budidaya Jaring Apung daerah Pengembangan II (Danau Toba) Tahun 2008.

No. Kabupaten/Kota Sarana (Ha) Rumah Tangga Perikanan

(RTP)

Produksi (Ton)

1 Tapanuli Utara 52.3 21 290.9

2 Humbang Hasundutan 40.3 40 154.1

3 Toba Samosir 1,370.1 368 397.3

4 Samosir 1,704.6 496 491.0

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008

Kegiatan budidaya perikanan di danau Toba menciptakan kesempatan kerja beragam dan meningkatkan produksi ikan. Pemeliharaan dengan menggunakan Keramba Jaring Apung yang banyak di lakukan di Danau Toba kini melibatkan sampai ratusan kepala keluarga (Ginting, 2008 : 62).

Jumlah Rumah Tangga Produksi (RTP) yang mengupayakan Budidaya Keramba Jaring Apung di daerah Danau Toba pada tahun 2008 ada sebesar 1.165 RTP (Dinas Kelautan dan Perikanan Prov.SUMUT, 2008).

(13)

Jumlah Keramba Jaring Apung yang tercatat pada tahun 1999 berjumlah 2.407 unit, terdiri dari 1.704 unit milik masyarakat dan 703 unit milik perusahaan swasta. Secara keseluruhan, luas areal perairan yang digunakan untuk Keramba Jaring Apung sekitar 40 ha (Ginting, 2008 : 65).

Peluang usaha KJA ini tidak saja bermanfaat untuk pengusaha perikanan besar, tetapi juga sangat strategis untuk pengusaha perikanan kecil, sebab selain murah juga mudah dalam pengelolaanya. Keramba jaring apung dapat dibangun dengan cepat, serta dapat dipindahkan apabila ternyata perairannya sudah tidak cocok lagi untuk diusahakan. Teknologi KJA jauh lebih mudah untuk dikuasi oleh nelayan dari pada teknologi permesinan pada perahu bermotor atau alat-alat pendingan. KJA selain memberikan kepastian hasil produksi, juga meningkatkan posisi tawar menawar yang lebih baik karena tidak perlu lagi tergesa-gesa menjualnya. Ikannya dapat terus disimpan dan dipelihara didalam KJA sampai mendapat harga yang baik (Abdulkadir, 2010).

Dalam konteks bisnis,strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang dipilih dan merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumberdaya dan usaha suatu organisasi. Setiap organisasi membutuhkan strategi manakala menghadapi situasi berikut antaralain yakni sumber daya yang dimiliki terbatas, ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi, komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi, keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu, dan ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif (Tjiptono, 2008 : 3).

(14)

melibatkan lembaga-lembaga tata niaga seperti agen, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer, serta industri pengolahan dan sebagainya (Lamb, 2001).

Distribusi adalah juga merupakan bagian yang vital dari bagian strategi pemasaran itu sendiri. Pemilihan strategi dengan tepat akan dapat membantu produk sampai ke konsumen dengan harga yang sesuai dengan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Karena tak jarang suatu produk yang telah dibandrol dengan harga sekian, namun karena kesalahan ditribusi ketika sampai ke tangan konsumen, harga yang terjadi ketika transaksi jual beli adalah lebih mahal dari harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang sebelumnya (www.go-kerja.com).

Salah satu strategi pemasaran yang sebaiknya harus diperhatikan agar aktivitas jalannya distribusi dapat berjalan dengan lancar, adalah dengan memperhatikan perihal channel of ditribusi atau jika diterjemahkan mengandung arti saluran distribusi. Saluran ditribusi dapat membantu perusahaan dalam proses pemasaran terutama untuk menganalisis berbagai kendala yang terjadi di lapangan, sehingga dapat diambil kebijakan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan distibusi kembali akan dapat berjalan dengan normal dan baik demi tercapainya kepuasan konsumen (www.go-kerja.com).

(15)

swasta, sedangkan penduduk cenderung membudidayakan jenis ikan mas (Ginting, 2008 : 64).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu diidentifikasi tentang bagaimana strategi pemasaran ikan hasil Budidaya Keramba Jaring Apung (Floating Net) pada daerah penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah di uraikan, maka dirumuskanlah identifikasi masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1) Bagaimana kondisi eksisting pengelolaan Ikan Nila dengan sistem Keramba Jaring Apung di daerah penelitian?

2) Apa sajakah yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran ikan nila hasil budidaya keramba jaring apung (KJA) pada daerah penelitian ?

3) Bagaimana strategi pemasaran ikan nila hasil budidaya keramba jaring apung (KJA) di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk menjelaskan kondisi eksisting pengelolaan ikan nila dengan sistem keramba jaring apung di daerah penelitian.

(16)

3) Untuk menentukan strategi pemasaran ikan nila hasil budidaya keramba jaring apung (KJA) di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1) Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perbaikan dan peningkatan proses pemasaran ikan nila hasil budidaya keramba jaring apung (KJA).

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Budidaya Keramba Jaring Apung

Budidaya perikanan merupakan usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan yang masih hidup liar di alam, atau sudah dibuatkan tempat tersendiri dengan adanya campur tangan manusia. Jadi, budidaya bukan hanya memelihara ikan di kolam, tambak, empang, aquarium, sawah dan sebagainya. Namun, secara luas budiadaya ini mencakup juga kegiatan mengusahakan komoditas perikanan di danau, sungai, waduk atau laut (Tim Penulis PS, 2008).

Kegiatan budidaya merupakan kegiatan perikanan yang bersifat dapat memilih tempat yang sesuai dan memilih metode yang tepat serta komoditas yang diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini maka pendistribusian produk dapat disesuaikan dengan permintaan yang ada ataupun pemanfaatannya. Kegiatan budidaya laut makin mendapatkan perhatian karena dari kegiatan penangkapan tidak lagi dapat diandalkan untuk memenuhi permintaan pasar yang membutuhkan pasok semakin besar dan menginginkan standar kualitas yang lebih pasti (Anggawati, 1991).

(18)

Kepulauan Riau pada tahun 1978 yakni dengan sistem karamba taneap (pen cage culture) dengan pasaran pasar Singapura, sedangkan komoditas yang dibudidayakan adalah ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus Tauvina). Usaha budidaya ikan laut terus berkembang sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar baik domestik maupun internasional. Untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat, beberapa pengusaha petani ikan di Kepulauan Seribu, karimun jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat telah melakukan budidaya ikan laut terutama dari jenis ikan Kerapu, Kakap Merah, Baronang dan Ikan Lemak/Siomay atau lebih dikenal dengan Napoleon Fish (Anggawati, 1991).

Budidaya laut yang juga dikenal sebagai Marine Aquaculture atau

(19)

luwes untuk mengubah nelayan kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan (Abdulkadir, 2010).

Usaha budi daya ikan dengan keramba jaring apung (KJA) sudah lama berkembang di danau. Baik oleh masyarakat setempat maupun oleh industri pengolahan skala internasional. Bahkan hasilnya telah diekspor, ke AS maupun Uni Eropa. Bahkan sejak lama sektor perikanan telah mendukung kemajuan sektor pariwisata di danau yang menjadi trade mark bagi pariwisata di Sumatra Utara (www.apakabar.com).

Keramba jaring apung merupakan salah satu metode pemeliharan ikan dalam kurungan yang terdiri atas 4 pola dasar pemeliharan ikan, yaitu :

1. Kurung tancap ; bentuk kurungan ikan yang peletakannya menggunakan tiang-tiang pancang yang ditancapkan ke dasar perairan.

2. Kurungan terendam ; bentuk kurungan ikan yang secara keseluruhan terendam didalam air dan bergantung kepada pelampung / rangka apung.

3. Kurungan lepas dasar ; biasanya terbuat dari kotak kayu / bambu dan diletakan pada dasar air yang beraliran deras, dan diberi pemberat / jangkar.

4. Keramba jarring apung ; jaring kurung apung ini terikat pada suatu rangka dengan disukung oleh pengapung-pengapung.

(Nikijuluw V.P.H, 1992).

(20)

alat produksi yang fleksibel, karena bila tidak berproduksi keramba dapat didaratkan untuk menjaga keamanan dan pemeliharaannya (www.elibrary.com).

Keramba jaring apung merupakan bentuk /sistem kurungan yang banyak sekali di pakai dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaannya, (Beveridge 1987, Christensen, 1989) dikarenakan sistem keramba ini memiliki nilai yang ekonomis (murah) dan merupakan cara yang sangat baik untuk menyimpan berbagai organisme air, maka banyak sekali kegunaannya yaitu :

- Sebagai sarana penyimpanan sementara

- Sebagai tempat pemeliharaan pembesaran ikan - ikan konsumsi - Tempat penyimpanan dan transportasi ikan umpan

- Wadah organisme air untuk memonitor kualitas lingkungan

- Sarana pemeliharaan untuk tujuan Re Stocking (Ahmad et al, 1991). Sejauh ini keramba jaring apung merupakan yang paling baik untuk budidaya ikan secara intensif dibandingkan cara lain seperti kurung tancap (Pens), Tambak (pond), kolam (tank), ataupun kolam arus, ditinjau dari segi- segi ;

- Teknologi yang diperlukan untuk konstruksi - Pengelolaan mudah diterapkan

- Tingkat kualitas ikan peliharaan

- Pemanfaatan sumber daya maupun nilai ekonomisnya (Nikijuluw V.P.H, 1992)

(21)

banyak faktor internal dan eksternal mempengaruhi banyak hal. Dan peluang yang mungkin diperoleh adalah otonomi daerah dan yang menjadi ancaman adalah dampak pencemaran akibat pakan. Sehingga dari analisis faktor faktor tersebut dibuat strategi prioritas berupa teknologi dalam budidaya ikan kerapu di KJA Sedangkan penelitian oleh Bernhad Saragih (2008)berdasarkan penelitian di Kalimantan barat diperoleh kesimpulan bahwa pola kemitraan member banyak kontribusi dalam pengembangan agribisnis (www.elibrary.com).

Komoditas yang dapat dipelihara dalam keramba jaring apung terutama berbagai spesies ikan Kerapu seperti Kerapu Lumpur, Kerapu Macan, Kerapu Sunu, Kerapu Tikus, dan Kerapu Lemak, serta beberapa spesies lain seperti Beronang (Siganus Spp), Lobster (Panulirus Spp), Kakap Merah (Lutjanus Spp), Kakap Putih ( Later Calcalifer), Bandeng (Chanos-Chanos) dan Nila Merah (Abdulkadir, 2010).

2.1.2. Pemasaran Hasil Perikanan

Dalam pengertian dunia perusahaan, perkataan produksi dipakai sebagai tindakan pembuatan barang-barang, sedangkan perkataan distribusi (marketing) dipakai sebagai tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang-barangh dan jasa dari produsen ke tangan atau ke pihak konsumen. Istilah pemasaran dan tataniaga yang sering didengar dalam ucapan sehari-hari dinegeri kita adalah terjemahan dari atau berasal dari perkataan marketing (Hanafiah dan

Saefuddin, 1983).

(22)

1. Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan diserap oleh konsumen akhir secara relatip stabil sepanjang tahun sedangkan penawarannya sangat tergantung kepada produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim.

2. Pada umumnya pedagang pengumpul memberi kredit (advancedpayment) kepada produsen (nelayan dan petani ikan) sebagai ikatan atau jaminan untuk dapat memperoleh bagian terbesar dari hasil perikanan dalam waktu tertentu.

3. Saluran tataniaga hasil perikanan pada umumnya terdiri dari : produsen (nelayan atau petani ikan), pedagang perantara sebagai peengumpul, wholesaler (grosir), pedagang eceran dan konsumen (industry pengolahan dan konsumen akhir).

4. Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen samapai konsumen pada umumnya meliputi proses-proses pengumpul, pengimbangan dan penyebaran, dimana proses pengumpulan adalah terpenting.

5. Kedudukan terpenting dalam tataniaga atau pemasaran hasil perikanan terletak pada pedagang pengumpul daalam fungsinya sebagai pengumpul hasil, berhubung daerah produksi terpencar-pencar, skala produksi kecil-kecil dan produksinya berlangsung musiman.

(23)

Barang-barang perikanan mempunyai ciri-ciri yang dapat mempengaruhi atau menimbulkan masalah dalam pemasarannya. Ciri-ciri dimaksud antara lain sebagai berikut :

1. Produksinya musiman, berlangsung dalam ukuran kecil-kecil (small scale) dan di daerah terpencar-pencar serta spesialisasi.

2. Konsumsi hasil perikanan berupa bahan makanan relatip stabil sepanjang tahun. Sifat demikian ini dihubungkan dengan sifat produksinya yang musiman dan jumlahnya tidak berketentuan karena pengaruh cuaca, menimbulkan masalah dalam penyimpanan dan pembiayaan.

3. Barang hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau mudah rusak (perishabel).

4. Jumlah atau kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah. Kenyataan menunjukkan bahwa jumlah dan kualitas dari hasil perikanan tidak selalu

tetap, tetap berubah-ubah dari tahun ke tahun

(HanafiahdanSaefuddin, 1983).

2.1.3. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Pengelolaan Ikan Nila dengan Keramba Jaring Apung

(24)

Keuntungan bisnis keramba memang menggiurkan. Tapi budidaya ini juga memerlukan kesabaran dan keuletan. Diantaranya jika pergantian musim tiba, maka keberadaan ikan keramba terancam oleh berbagai jenis penyakit ikan yang menimbulkan kematian dalam jumlah besar (www.indosiar.com).

Meskipun demikian pengembangan KJA masih menghadapi masalah antara lain :

1). pemilihan lokasi budidaya yang setidaknya dapat berjalan sepenjang tahun, bebas dari pengaruh gelombang besar, sehingga menjamin penggunan keramba jaring apung secara optimal

2). Ketersediaan benih sampai saat ini masih mengandalkan dari alam dan sedikit jumlahnya karena sangat dipengaruhi oleh musim. Penyediaan pakan berupa ikan rucah masih terbatas dan penyediaannya bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia

3). Pengenalan kepada petani ikan dan nelayan yang mungkin saja masih dihadapkan pada kendala-kendala sosial budidaya karena sudah terpaku anggapan bahwa laut adalah tangkap menangkap bukan tempat budidaya

(Anggawati, 1991).

Teknik Budidaya Laut dengan Keramba Jaring Apung oleh Dr. Taufi Akhmad, Dr. Akhmad Rukyani dan Ir. Artaty Wijono, yang dikutip oleh Irwan Abdulkadir; dalam literatur yang berjudul Keramba Jaring Apung (2010) mengutarakan antara lain:

- Lingkungan bagi kegiatan budidaya laut harus dipilih dengan memperhatikan fakor kondisi fisik dan biologis;

(25)

o Kategori 1 : suhu air, salinitas, pencemaran (kondisi daratan

penyangganya-hinterland), padatan terlarut, perkembangan algae organisme penyakir, pergantian kulit.

o Kategori 2 : arus (4-8 meter/menit), pasang surut (pasut) da gelombang

(kurang dari 2 meter), kedalaman (lebih dari 5 meter dengan kecerahan lebih dari 3 meter), substrat, naungan dan biofouling (terhindar dari umbalan - up welling dan badai).

o Kategori 3 : aspek legal, aksesibiliras, keamanan, kedekatan dengan pasar.

- kondisi biologi: jenis ikan, ketersediaan benih, pakan, gangguan hama dan penyakit;

- masalah utama budidaya laut adalah kekurangan benih, khususnya kesulitan untuk memperoleh induk;

- produksi benih komersial yang ada: bandeng, kakap putih, nila merah;

- produksi skala lab : kerapu jenis macan, lumpur, sunu, rikus;

- sedang diteliti upaya pembenihan: kerapu alis, kuwe, kakap merah dan lobster;

- waktu pembenihan di hatchery sampai pendederan (10 g) membutuhkan waktu 3-4 bulan;

- waktu pendederan sampai siap tebar (100 g) membutuhkan 3-5 bulan;

- waktu pembesaran di dalam KJA sampai ukuran komersial (800-1000 g) antara 5-7 bulan;

(26)

- dikenal ada 3 jenis pakan:

 ikan rucah segar umuk kerapu sunu, tikus dan macan, serta ikan lainnya

kecuali bandeng dan beronang ;

 pelet basah - ikan rucah yang diramu dengan bahan pengikat, vitamin,

mineral dan protein tambahan ;

 pelet kering untuk beronang dan kerapu alis

- pemilihan dan pemberian pakan perlu dilakukan dengan hati-hati dan efisien karena dapat menimbulkan pencemaran;

- penurunan mutu lingkungan dapat merangsang pertumbuhan berbagai patogen yang menyebabkan kematian total ;

- penggunaan teknologi yang modern dan imensif dapat mengurangi dampak pencemaran;

- penyakit yang sering ditemui: penyakit parasitik, bakterial dan viral, serta gangguan nutrisi dan lingkungan;

Pengawasan dan perawatan rutin setiap hari merupakan faktor keberhasilan dari upaya pembesaran ikan dengan KJA. Pengotoran jaring (kurungan) baik yang disebabkan oleh sampah, pelumpuran maupun jasad pengganggu yang menempel pada jaring akan menjadi penyebab turunnya derajat pergantian air dalam kurungan (Abdulkadir, 2010).

Berikut ini beberapa syarat perairan untuk pemeliharaan nila di KJA.

- Kondisi air tidak tercemar serta telah memenuhi persyaratan minimal baku mutu kualitas dan baku mutu budidaya.

- Kedalaman air minimum 5 meter dari dasar jaring pada saat surut rendah

(27)

- Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/liter, ammonia (NH3) kurang dari 0,02

mg/liter, dan kecerahan yang diukur dengan Secchi disk lebih dari 3 meter. (Wiryantadkk, 2010).

Keramba jaring apung (KJA) merupakan pola pembesaran ikan nila yang banyak dilakukan didanau atau waduk. Jaring yang digunakan untuk pemeliharaan diapungkan di danau atau waduk dengan bantuan pelampung berupa drum plastic atau drum baja. Untuk mencegah KJA tidak berpindah tempat, petani biasanya menancapkan jangkar di dasar perairan. Pada KJA yang jumlahnya banyak, petani umumnya membangun rumah ditasnya untuk tempat penampungan pakan dan tempat tinggal para pekerja (Wiryantadkk, 2010).

Pada tebar pembesaran nila di KJA umumnya 10 ekor/m3. Misalnya, luas

KJA berukuran 7x7 meter dengan kedalaman 3 meter maka dapat diisi benih sebanyak 1.470 ekor. Namun, jika kondisi waduk atau danau memiliki kedalaman lebih dari 8 meter seperti di Jatiluhur, kedalaman KJA bisa ditambah hingga 7 meter. Semakin dalam KJA berguna untuk menambah populasi ikan nila di dalam KJA (Wiryantadkk, 2010).

Untuk pemberian pakan, pada bulan pertama pakan diberikan setiap hari sebanyak 5% dari biomassa. Setelah itu, pakan cukup diberikan sebanyak 3% dari biomassa. Periode pemberian pakan dalam sehari dibagi tiga kali, yakni pada pagi, siang, dan sore hari (Rachmatun, 2010).

(28)

a. Nafsu makan dan dosis pakan

b. Tingkat kegesitan ikan. Bila ada ikan yang tampak lemah maka harus diambil contoh untuk diperiksa apakah ada sesuatu gejala penyakit atau tidak.

c. Kualitas air.

d. Tingkat kecerahan air waduk/danau. Bila derajat kecerahan kurang dari 15 cm, berarti plankton terlalu lebat sehiongga kandungan oksigennya deficit pada malam hari yang dapat membahayakan ikan. Nilai kecerahan untuk waduk dan danau sebaiknya lebih dari 100 cm.

e. Luas keramba di waduk maksimum 2% dari luas perairan. Batas maksimum ini biasanya ditentukan oleh pemerintah daerah setempat. f. Pembatasan kapasitas produksi keramba.

g. Kecepatan arus dilokasi keramba tidak kurang dari 5-10 m/detik.

h. Hama pemangsa ikan dan/atau perusak jaring yang dapat menyebabkan kerugian. Hama tersebut ialah burung pemasangsa, berang-berang, ular, belut, ikan-ikan buas dan kura-kura yang merusak jaring. Hama dapat dihalau dengan pemasangan perangkap, pembersihan tepi waduk dan pelaksanaan patrol secara periodik

(29)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Konsep Dasar Pemasaran

Pemasaran adalah proses dalam masyarakat, dengan mana struktur permintaan akan barang ekonomis dan jasa-jasa diantisipasi, diluaskan dan dipenuhi melalui konsepsi, promosi, pertukaran, dan distribusi fisik dari barang-barang dan jasa tersebut (Rewold,dkk, 1986:6).

Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan suatu usaha. Jika produk yang dihasilkan tidak memiliki sasaran pasar maka produk tersebut tidak akan terjual. Oleh karena itu, sebelum melakukan usaha seorang pengusaha sebaiknya berpikir dan berorientasi ke aspek pemasaran terlebih dahulu (Dardiani dan Intan Rahma Sari, 2010).

Purcell (1979) dalam buku Nunung Kusnadi mendefenisiskan pengertian pemasaran kepada adanya koordinasi dan merupakan suatu proses/ system yang menjembatani atau menghubungkan gap antara apa yang diproduksi produsen (what is produced) dan apa yang diinginkan konsumen (what is demanded). Menurut Kohls dan Uhls (1990 dan 2002) dalam buku yang sama mendefenisikan pemasaran sebagai keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran dari produk produk dari jasa jasa dimulai dari tingkat produksi pertanian sampai di tingkat konsumen akhir (Kusnadi,dkk,2009: 23).

(30)

2.2.2. Teori Strategi Pemasaran

Menurut William F. Glueck dan Lawarence Jauch yang dikutip oleh H. Djaslim Salaldin, SE; dalam bukunya Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan (2001: 1), menguraikan:

Strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi, yang menghubungkan keunggulan strategi pemasaran dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi .

Menurut Stoner, dkk, (1995), yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dalam buku Strategi Pemasaran (2008: 3), konsep strategi dapat didefenisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu (1) dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do), yakni strategi didefenisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Dan (2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does), yakni strategi didefenisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu.

Menurut Dardiani dan Intan Rahma Sari (2010), Dalam menjelaskan strategi pemasaran, strategi terdiri dari 2 (dua) variable, yaitu : variable yang tidak dapat dikontrol dan variable yang dapat dikontrol.

1) Variabel yang tidak dapat dikontrol a) Keadaan persaingan

(31)

pelayanan usahanya. Prinsip selalu memperbaiki kualitas produk walaupun tidak ada saingan adalah suatu kegiatan yang harus selalu diperhatikan.

b) Perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi baru dalam proses produksi sulit diduga, oleh karena itu pengusaha sebaiknya harus selalu inovatif lebih cepat dibandingkan dengan saingannya, namun risikonya adalah teknologi baru muncul akan disusul oleh teknologi lain yang lebih canggih. Jadi penerapannya perlu pertimbangan yang matang.

c) Perubahan demografik

Menurunnya tingkat perkembangan jumlah penduduk akibat program pemerintah (misal : Keluarga Berencana) dapat mengurangi perkembangan pasar, padahal disisi lain pesaing makin bertambah. Hal ini pun perlu pertimbangan pengusaha.

d) Kebijakan politik dan ekonomi

Perubahan kebijakan juga susah diduga, seperti peraturan pemerintah dalam bidang ekonomi berupa naik-turunnya suku bunga, pembatasan kredit, politik moneter, ataupun perubahan-perubahan politik, perubahan pejabat, dapat mempengaruhi jalannya kegiatan bisnis.

e) Sumberdaya alam

(32)

2) Variabel yang dapat dikontrol a) Market segmentation

Segmen pasar untuk benih ikan adalah produsen ikan konsumsi, namun bisa juga ditawarkan kepada produsen ikan konsumsi lainnya barangkali mau berubah jenis komoditas yangdiusahakan, atau dapat juga ditawarkan kepada produsen ikan konsumsi pemula atau yang baru akan mulaiusaha, atau orang yang mempunyai fasilitas kolam dan hobi memelihara ikan.

b) Marketing mix

Marketing mix merupakan strategi pemasaran campuran untuk memperoleh kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil yang paling memuaskan. Ada 4 komponen yang tercakup dalam marketing mix, yaitu :

Product, Price, Place/Distribution, danPromotion. c) Marketing budget

Marketing budget adalah perencanaan anggaran untuk pemasaran produk yang kita hasilkan, walaupun belum tentu dengan penambahan anggaran pemasaran dapat meningkat, namun harus tetap diperhitungkan secermat mungkin.

d) Timing

Timing adalah salah satu strategi pemasaran dalam hal pengaturan waktu yang tepat, hal ini akan berkaitan dengan kapan harus berproduksi.

(33)

Adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran/marketing

merupakan kegiatan manusia untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran barang atau produk dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Menurut Tull dan Kahle (1990) yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dalam buku Strategi Pemasaran, (2008: 6) mendefenisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangakan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut, yang mana pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variable-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasaran.

Strategi pemasaran dimaksudkan untuk menguasai luas pasar (market share) dan memiliki kedudukan yang kokoh dari suatu produk (market position), sehingga tujuan usaha dapat tercapai (Dardiani dan Intan Rahma Sari, 2010).

(34)

1.Mass Marketing (Undifferentiated Marketing)

Strategi ini sering disebut pula strategi agregasi pasar atau pemasaran tidak terdiferensiasi. Strategi ini didasarkan pada filosofi mass market, yang mengganggap suatu pasar sebagai satu pasar besar dengan kebutuhan yang serupa, tanpa ada segmen-segmen individual. Oleh karena itu, dalam strategi ini peruasahaan berusaha memenuhi kebutuhan semua pembeli dengan melakukan produksi massa,distribusi massa, dan promosi massa suatu produk. Jadi, hanya ada satu bauran pemasaran yang dipergunakan untuk melayani semua pasar. 2.Product-variety Marketing (Diferentiated Marketing)

Dalam strategi ini, perusahaan berusaha menghasilkan beberapa produk yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, misalnya kualitas, ukuran, model, warna, atau cirri-cirinya. Dasar pemikiran strategi ini adalah bahwa pelanggan memiliki selera masing-masing dan selera tersebut berubah sepanjang waktu.

3.Target Marketing

(35)

2.2.3. Analisis SWOT sebagai Alat Formulasi Strategi

(36)

2.3. Kerangka Pemikiran

Budidaya ikan nila dengan keramba jaring apung merupakan salah satu cara dalam pengelolaan ikan nila yang dilakukan oleh petani. Setiap usaha dari pengelolaan budidaya ikan nila baik dalam skala kecil maupun besar, langkah awal yang diambil yaitu membuat perencanaan sebuah strategis sebagai kekuatan awal untuk dapat menjalankan sebuah usaha agar dapat masuk keberbagai segmen pasar yang diinginkan, sehingga dapat bersaing dengan sesama pelaku pesaing pasar itu sendiri.

Memasarkan ikan nila hasil budidaya keramba jaring apung tidak lepas dari kendala yang muncul dari dalam maupun dari luar lingkungan sekitar usaha atau perusahaan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya persaingan, agar dapat bertahan untuk itu diperlukan sebuah strategi . Strategi adalah suatu alat yang direncanakan demi fungsi manajemen yang dimiliki suatu usaha atau perusahaan untuk mengalokasikan semua sumberdaya yang ada sehingga dapat memenangkan kompetisi.

Petani ikan dalam melakukan kegiatan pemasaran ikan nila hasil budidaya dengan KJA, dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Dari sisi internal dapat dilihat hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang ada pada saat pemasaran ikan nila hasil budidaya KJA yaitu faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh petani itu sendiri. Sedangkan dari sisi eksternal ada peluang dan ancaman yang dapat mendorong dan bisa menghambat kegiatan pemasaran ikan nila hasil budidaya dengan Keramba Jaring Apung.

(37)

Oportunies dan Threats) dalam bentuk matriks. Dimana nantinya dari analisis yang diperoleh, petani ikan nila dengan KJA akan dilihat strategi pemasaran ikan yang dilakukannya dalam memasarkan ikan nila tersebut kekonsumen. Keadaan diatas dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Hubungan yang mempengaruhi

Konsumen Peluang (O)

eksternal

Kekuatan (S)

internal

Kelemahan (W)

internal

Ancaman (T)

eksternal

Kegiatan Pemasaran Ikan

Nila

Strategi Pemasaran Ikan Nila

Usaha budidaya ikan nila dengan sistem

(38)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang sudah diuraikan, maka diajukan hipotesis untuk di uji sebagai berikut:

1. Ada peluang-peluang yang terdapat pada pemasaran ikan nila hasil budidaya Keramba Jaring Apung di daerah penelitian.

2. Ada tantangan yang dihadapi dalam pemasaran ikan nila hasil budidaya Keramba Jaring Apung di daerah penelitian.

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penetuan daerah sampel ditentukan secara purposive , yaitu pemilihan bertitik tolak pada penilaian pribadi penelitian (sengaja) yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar representatif. Tempat yang menjadi daerah penelitian yaitu di daerah Kabupaten Karo. Adapun alasan pemilihan tempat ini yaitu Desa Tongging dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dimana kedua desa ini merupakan daerah penghasil ikan nila dengan sistem Keramba Jaring Apung di Kabupaten Karo.

Tabel 2. Data Produksi Perikanan Budidaya Semester I Tahun 2010 di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

No Kecamatan Desa Jenis Usaha Budidaya

(Keramba Jaring Apung) Petak

(Buah)

RTP (KK)

Produksi (TON)

1 Merek Tongging 170 19 255

Sibolangit 6 25 23

Sikodon-kodon 350 37 459

Jumlah 526 81 737

(40)

3.2 Metode Penelitian Pengambilan Sampel

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah petani yang membudidayakan ikan nila dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di daerah penelitian.

Dalam penelitian, penentuan sampel penelitian ini menggunakan metode sensus, artinya penarikan sampel dengan menggunakan seluruh petani yang membudidayakan ikan nila dengan sistem Keramba Jaring Apung. Dari seluruh Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang ada pada 2 (dua) desa tersebut dilakukan sensus sampel sebanyak 16 RTP (Rumah Tangga Perikanan) Keramba Jaring Apung.

Tabel 3. Jumlah sampel Rumah Tangga Perikanan (RTP) Keramba Jaring Apung di Kecamatan Merek Kabupaten Karo, Tahun 2011.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan petani Keramba Jaring Apung (KJA) dengan berpatokan pada kuisioner yang telah dibuat sebelumnya. Data sekunder merupakan data baku pelengkap

No. Desa Rumah Tangga Perikanan(RTP) Sampel

1. Tongging 10 10

2. Sibolangit 6 6

(41)

yang diperoleh dari instansi pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini, seperti BPS, Dinas Kelautan dan Perikanan dan lain lain.

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data-data dikumpulkan secara lengkap. Adapun hal-hal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan analisis deskriptif, yaitu dengan melihat dan menjelaskan kondisi eksisting pengelolaan budidaya ikan nila dengan Keramba Jaring Apung (KJA) di daerah penelitian. Dengan melihat apa-apa saja yang dilakukan oleh petani dalam budidaya ikan nila dengan KJA.

Untukidentifikasi masalah 2,digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran budidaya ikan nila Keramba Jaring Apung (KJA) di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah 3 dan hipotesis penelitian dianalisis dengan menggunakan:

a. analisis deskriptif b. analisis SWOT

(42)

perusahaan. Kemudian data yang diperoleh dimasukkan kedalam bentuk matrik SWOT yang terdiri daristrength, weaknesses, opportunities, and threats.

Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis yaitu tahap masukan, tahap analisis dan tahap keputusan. Untuk jelasnya, proses penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada kerangka formulasi strategis seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel 4. Kerangka Formulasi Strategis

1. TAHAP MASUKAN

Matrik Evaluasi Matrik Evaluasi

Faktor Eksternal Faktor Internal

(EFE) (IFE)

2. TAHAP MASUKAN

MATRIK MATRIK

SWOT EKSTERNAL

INTERNAL 3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif

(Quantitative Strategic Planning matriks (QSPM)

Tahap Masukan

(43)

analisis kelompok kepentingan tertentu. Sedangkan data internal dapat diperoleh dalam perusahaan itu sendiri, seperti laporan keuangan (neraca, laba-rugi, cash-flow, struktur pendanaan), laporan kegiatan sumber daya manusia (jumlah karyawan, pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, turn-over), laporan kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran. Dalam evaluasi faktor strategis yang digunakan pada tahap ini adalah model sebagai berikut :

 Matrik Faktor Strategis Eksternal

 Matrik Faktor Strategis Internal

A. Matrik Faktor Strategis Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini cara-cara penentuan Matrik Faktor Strategis Eksternal (EFAS).

 Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman)

 Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

 Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Misalnya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

 Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

(44)

skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

 Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama (Rangkuti, 1997 : 22-23).

B. Matrik Faktor Strategis Internal

Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu Tabel IFAS (International Strategis Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strengths

andWeaknessperusahaan. Tahapannya adalah :

 Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan

perusahaan pada kolom 1.

 Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0.

 Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

(45)

termasuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.

 Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

 Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama (Rangkuti, 1997 : 24-25).

Tahap Analisis

(46)

Matrik TOWS atau SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1997 : 18-19).

Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut:

Tabel 5. Matriks SWOT

SW

OT Tentukan 5-10 faktor-STRENGTHS (S)

faktor kekuatan internal

(47)

Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi WT

(48)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

3.5.1. Defenisi

Berbagai definisi yang ada dibawah ini bertujuan menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran, yakni sebagai berikut :

1. strategi pemasaran adalah sebuah rencana dari petani budidaya ikan nila keramba jaring apung yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan faktor internal pada strategi perusahaan dengan tantangan dari lingkungan berbagai faktor eksternal yang ada kemudian dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan, sehingga dapat terhindar dari serangan para pesaingnya.

2. keramba jaring apung adalah jaring kurung apung yang terikat pada suatu rangka dengan disukung oleh pengapung-pengapung dan digunakan oleh petani untuk memelihara ikan nila.

3. faktor internal merupakan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki petani budidaya ikan nila dengan KJA

4. faktor eksternal merupakan peluang dan ancaman yang ada pada budidaya ikan nila dengan KJA

5. Strengths adalah situasi dan kemamapuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan organisasi/perusahaan memenuhi keuntungan stategik dalam mencapai visi dan misi

(49)

7. Oportunies adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi/perusahaan yang bersifat positif, yang membantu mereka mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.

8. Threats adalah faktor-faktor luar organisasi/perusahaan yang bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan organisasi/perusahaan gagal dalam mencapai visi dan misi.

9. strategi SO adalah memanfatkan seluruh kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

10. strategi ST adalah memanfatkan seluruh kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

11. strategi WO adalah pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

12. strategi WT adalah meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di Desa Tongging dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian ini adalah petani yang membudidayakan ikan nila dengan sistem KJA.

(50)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Gambaran Umum Daerah penelitian

4.1.1. Luas dan letak geografis daerah penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat strategi pemasaran ikan hasil budidaya Keramba Jaring Apung yang dilakukan di Kabupaten Karo. Daerah penelitian yang dipilih di Kecamatan Merek, dilakukan di dua desa yaitu Desa Sibolangit dan Desa Tongging. Desa Sibolangit berada pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 230 C 410 C. Luas wilayah

Desa Sibolangit ± 650 ha.

Adapun batas-batas wilayah Desa Sibolangit adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tongging dan Gunung Sipiso-Piso

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba

- Sebelah Timur berbatasan dengan Danau Toba

- Sebelah Barat berbatasan dengan Danau Toba.

Desa Tongging berada pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 230 C 410 C. Luas wilayah Desa Tongging ± 450 km2,

termasuk lahan hutan.

Adapun batas-batas wilayah Desa Tongging adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pangambatan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba dan Desa Sibolangit

(51)

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hompoan Kabupaten Simalungun.

4.1.2. Keadaan penduduk

Jumlah penduduk Desa Sibolangit sebanyak 641 jiwa. Di desa ini jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan dengan total kepala keluarga ± 170 KK. Di Desa Tongging terdapat 1.012 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 285 KK. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 6. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Sibolangit dan Desa Tongging.

No. KelaminJenis

Desa Sibolangit Desa Tongging

Jumlah

(orang) Persentase(%) (orang)Jumlah Persentase(%)

1 Laki - laki 323 52.60 494 48.81

2 Perempuan 318 47.39 518 51.19

Total 614 100.00 1.012 100.00

(52)

Tabel 7.Komposisi penduduk menurut pekerjaan di Desa Sibolangit dan Desa Tongging

No. BidangPekerjaan

Desa Sibolangit Desa Tongging

Jumlah

(orang) Persentase(%) (orang)Jumlah Persentase(%)

1 Petani/Nelayan 579 94.30 961 94.96

2 Pemerintahan 5 0.81 17 1.67

3 Perdagangan 20 3.25 24 2.39

4 Bangunan 6 0.97 5 0.49

5 Transportasi 4 0.67 5 0.49

Total 614 100 1.012 100.00

(53)

Berdasarkan kelompok umur, di kedua desa ini memiliki tenaga kerja dalam usia produktif yang paling banyak. Hal ini dapat disajikan pada Tabel 8. berikut ini ;

Tabel 8.Komposisi penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Sibolangit dan Desa Tongging

No. Kelompok Umur(tahun)

Desa Sibolangit Desa Tongging

Jumlah

(jiwa) Persentase(%) Jumlah(jiwa) Persentase(%)

1 0-14 18 2.81 280 27.67

2 15-64 423 65.99 632 62.45

3 >65 200 31.20 100 9.88

(54)

Pendidikan petani/ nelayan mempengaruhi perilaku masyarakatnya. Secara umum, gambaran tingkat pendidikan di kedua desa dapat disajikan di Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9.Komposisi penduduk menurut Jenjang Pendidikan di Desa Sibolangit dan Desa Tongging.

No. PendidikanJenjang

Desa Sibolangit Desa Tongging

Jumlah

(jiwa) Persentase(%) Jumlah(jiwa) Persentase(%)

1 Tidak Sekolah 150 23.40 100 9.88

2 Tidak Tamat SD 0 0.00 3 0.30

3 SD 332 51.79 559 55.24

4 SLTP 89 13.88 250 24.70

5 SLTA 60 9.36 85 8.40

6 D. I - D. II 0 0.00 0 0.00

7 D. III 6 0.94 5 0.49

8 Sarjana 4 0.62 10 0.99

Jumlah 641 100.00 1012 100.00

4.1.3. Penggunaan lahan

(55)

Tabel 10. Komposisi penggunaan lahan di Desa Sibolangit dan Desa Tongging

No Jenis Penggunaan Lahan

Desa Sibolangit Desa Tongging

Luas (ha) Persentase(%) Luas (km2) Persentase

(%)

1. Sawah - - 75 16,7

2. Tanah Kering 537 82,62 366 81,3

3. Bangunan danPekarangan 85 13,08 5 1,1

4. Lainnya 28 4,3 4 0,9

650 100 % 450 100 %

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar untuk kedua desa adalah untuk ladang. Pada Desa Sibolangit digunakan sebesar 82,62 %; sedangkan pada Desa Tongging sebesar 81,3 %.

4.1.4. Sarana dan prasarana

(56)

Tabel 11. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Sibolangit dan Desa Tongging tahun 2009

No. Sarana Desa Sibolangit Desa Tongging

1 Sarana Ibadah

Mesjid (unit) 0 0

Gereja (unit) 2 5

2 Sarana Kesehatan

Rumah Sakit (unit) 0 0

Posyandu/ Puskesmas (unit) 1 0

3 Sarana Pendidikan

SD (unit) 1 1

SMP (unit) 0 2

SMA (unit) 0 0

4 Kamar Mandi (unit) 2 2

5 Balai Desa 0 1

6 Loss Pekan 0 1

7 Kios Pasar 0 10

8 Kantor Kepala Desa 1 1

9 Hotel 0 5

(57)

4.2. Karakteristik Petani Sampel

Sampel penelitian adalah Petani ikan nila hasil budidaya KJA di Desa Tongging dan Desa Sibolangit. Karakteristik petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi luas keramba, umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan. Karakteristik petani sampel di Desa Tongging dan Desa Sibolangit dapat disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 12. Karakteristik Sampel

No. Uraian RangeDesa TonggingRataan RangeDesa SibolangitRataan

1 Luas Keramba (m2) 100-1625 670 24 24

2 Umur (Tahun) 26-60 45,1 38-53 44,67

3 Tingkat Pendidikan(Tahun) 6-15 11,4 6-12 8,5

4 Pengalaman Bertani(Tahun) 3-15 8 3-6 4,15

5 Jumlah Tanggungan(Jiwa) 1-7 3,6 3-5 4

Seperti yang disajikan pada Tabel 12. bahwa rata-rata petani sampel di Desa Tongging memiliki luas keramba rata-ratanya melebihi rata-rata luas di Desa Sibolangit, jumlah luas keramba yang dimiliki petani untuk Desa Tongging sudah dapat dikatakan cukup luas sedangkan untuk Desa Sibolangit masih sedikit dan sangat berbeda jauh dengan daerah Tongging.

(58)

Rata-rata tingkat pendidikan para petani sampel di Desa Tongging adalah 11,4 tahun atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), hal ini menunjukkan tingkat pendidikan para petani tergolong sedang. Dan untuk Desa Sibolangit tingkat pendidikannya yaitu sekitar 8,5 tahun atau setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), hal ini menunjukkan tingkat pendidikan para petani di Desa Sibolangit masih lebih rendah dibanding Desa

Tongging. Tingkat pendidikan ini akan berpengaruh pada

pengelolaan/pembudidayaan ikan nila dengan sistem KJA.

Untuk pengalaman bertani para petani sampel masing-masing desa yakni Desa Tongging dan Desa Sibolangit adalah 8 dan 4 tahun. Ini dapat dilihat dari jumlah luas keramba di Desa Tongging yang lebih luas dibanding Desa Sibolangit sehingga ada kemungkinan Desa Sibolangit akan seperti Desa Tongging yang mana lebiah dahulu membudidayakan ikan nila dengan sistem KJA.

(59)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan di desa Sibolangit dan desa Tongging adalah untuk menjelaskan kondisi eksisting pengelolaan Ikan Keramba Jaring Apung dan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran ikan hasil budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) serta menentukan srategi pemasaran ikan hasil budidaya Keramba Jaring Apung (KJA).

5.1. Kondisi Eksisting Internal dan Eksternal Pengelolaan Ikan Keramba Jaring Apung di Desa Sibolangit dan Desa Tongging.

5.1.1. Kondisi Eksisting Internal

(60)

Petani ikan nila dengan KJA di Desa Tongging menggunakan modalnya sendiri dalam pembudidayaan dan pemeliharaan ikan nila. Yang mana mereka memulai usaha KJA tersebut dari 1-6 petakan dan lama kelamaan menjadi semakin bertambah disesuaikan dari hasil produksi dan penjualan ikan nila tersebut. Dengan memiliki modal sendiri, ini menjadikan petani lebih tenang dalam membudidayakan usaha KJA nya karena mereka tidak harus memikirkan cicilan ke BANK atau sumber modal pinjaman lainnya.

Namun faktor modal tersebut menjadikan petani KJA membuat luas kerambanya menjadi berbeda-beda, Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam luas tumbuh ikan nila. Dengan luas keramba yang berbeda petani di daerah ini tidak membedakan perlakuan terhadap ikan dan besarnya pemberian pakan pada keramba yang berbeda ini yang mana ini menjadi suatu kelemahan bagi petani KJA di daerah penelitian.

Bibit ikan nila diperoleh dari pembibitan ikan di Kerasaan, Simalungun. Pembelian ikan dilakukan langsung oleh petani. Ikan yang dimasukkan ke keramba bervariasi ukurannya, berdasarkan keinginan si petani. Ada yang berukuran 3-4 inci dengan kisaran harga Rp. 350 Rp. 450, untuk ukuran ini ikan dapat dipanen setelah berumur 5-6 bulan, dan ukuran 4-5 inci dengan kisaran harga Rp. 450 Rp. 500, membutuhkan waktu cukup singkat yakni sekitar 4-5 bulan.

(61)

tentunya berbeda pula. Untuk pakan tenggelam kisaran harga Rp. 5.500/kg Rp. 7.000/kg, dan untuk pakan terapung harganya mulai dari Rp. 7000/kg Rp.7.500/kg, namun kebayakan petani menggunakan jenis pakan tenggelam ini disebabkan oleh faktor harga pakan tenggelam yang lebih murah harganya. Jenis pakan tenggelam dengan berbagai ukuran seperti L3 (3 milimeter) dan L2 (2 milimeter) ini menjadikan beberapa petani mendapatkan hasil ikan yang cepat besar dan bobot ikan lebih padat. Pakan-pakan tersebut dipereroleh dari Medan, Kabanjahe dan Haranggaol. Beberapa petani ada yang sudah memiliki ijin penjualan pakan, sehingga pakan ikan yang digunakan didatangkan langsung dari pabrik.

Tidak adanya ketetapan khusus mengenai besarnya jumlah pakan yang akan diberikan pada ikan nila menyebabkan petani tidak mampu membuat takaran pasti dalam penaburan pakan ikan. Hal ini menjadikan petani membuat satuan tersendiri untuk memberi pakan ikan.

Secara umum ikan nila memiliki sifat yang tahan terhadap penyakit dan untuk daerah ini jarang sekali ditemukan penyakit pada ikan. Adapun Penyakit yang sering diderita hanya satu yaitu penyakit mata keluar, dengan ciri mata ikan nila menonjol seperti melotot, hal ini disebabkan oleh faktor bakteri yang ada diair dan seringkali ditemukan ikan tiba-tiba mati. Sedangkan ketahanan tubuh, ikan nila memiliki sifat cepat lemas sehingga disarankan ketika saat memanen ikan diangkat secara perlahan agar tidak membuat stres pada ikan.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Sarana, RTP dan Produksi Perikanan Budidaya JaringApung daerah Pengembangan II (Danau Toba) Tahun 2008.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Data Produksi Perikanan Budidaya Semester I Tahun 2010
Tabel 3. Jumlah sampel Rumah Tangga Perikanan (RTP) Keramba JaringApung di Kecamatan Merek Kabupaten Karo, Tahun 2011.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan petani Keramba Jaring Apung adalah dengan melakukan diversifikasi ikan budidaya yang memiliki nilai ekonomi yang lebih

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui daya dukung perairan menampung limbah yang masuk dari kegiatan antropogenik dan budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung

Oleh karena itu, kematian yang tinggi dari budidaya nila di keramba jaring apung merupakan tantangan utama yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan produksi

Salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan petani Keramba Jaring Apung adalah dengan melakukan diversifikasi ikan budidaya yang memiliki nilai ekonomi yang lebih

Judul Penelitian : Analisis Kesesuaian Wilayah Untuk Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung di Perairan Girsang Sipangan Bolon Danau Toba.. Nama

Estimasi Daya Dukung Perairan Danau Toba Sumatera Utara Untuk Pengembangan Budidaya Ikan Dengan Keramba Jaring Apung.. Kajian Kondisi Morfometri Dan Beberapa Paramater

Penelitian mengenai faktor-faktor kondisi yang mendukung kontinuitas aktivitas budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di Teluk Lampung telah dilakukan pada Bulan Agustus 2009.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan keramba jaring apung layak untuk dijalankan dengan nilai Revenue Cost Ratio 2,79 – 4,96, Revenue Cost Ratio 2 tahun 1 bulan