1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Kerja Praktek
Dewasa ini negara-negara berkembang sedang giat melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang,
juga mengadakan pembangunan di berbagai sektor yang mencakup seluruh aspek
kehidupan rakyat Indonesia. Melalui perencanaan pembangunan jangka pendek
dan jangka panjang, Bangsa Indonesia menetapkan titik berat pertumbuhan pada
bidang-bidang tertentu yang ingin dicapai. Memasuki pembangunan jangka
panjang, Pemerintah Indonesia telah menitikberatkan pembangunan pada sektor
ekonomi.
Sejalan dengan itu, maka pembangunan pada sektor-sektor yang sangat
berpengaruh dalam peningkatan perekonomian merupakan prioritas utama yang
akan dilaksanakan. Salah satu sumber dana dan pemasukan bagi negara adalah
pajak. Penerimaan negara dari sektor pajak dimanfaatkan oleh pemerintah untuk
membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. Sedangkan bantuan
luar negeri hanya bersifat sebagai pelengkap yang kurang bisa diandalkan.
Penerimaan negera dari sektor pajak akan terus mengalami peningkatan
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengoptimalkan penerimaan negara, masyarakat (wajib pajak) diberi
2
(Self Assesment), sehingga melalui sistem ini pelaksanaan administrasi dapat
dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami
oleh anggota masyarakat.
KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama adalah kantor yang khusus
melayani pelaporan dalam perpajakan, sangat membantu para wajib pajak untuk
memenuhi kewajibannnya yaitu membayar pajak. Diantara pajak yang ada di
Indonesia adalah PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), pajak tersebut sama
pentingnya dengan pajak-pajak lainnya, masyarakat yang mempunyai rumah atau
bangunan yang ditempatinya harus membayar pajak tersebut, dimana pajak ini
selalu mengalami perubahan-perubahan seperti pajak-pajak lainnya, pembayaran
PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) harus dibayar sesuai ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Namun dengan demikian semakin terglobalisasinya perekonomian
menyebabkan tidak stabilnya pendapatan yang diperoleh wajib pajak,
ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan global akan mengakibatkan
kesulitan yang serius. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap
kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi salah satunya terkait dengan kewajiban-kewajiban perpajakan
dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
SPPT adalah Surat Keputusan Kepala KPPBB (Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan) mengenai besarnya PBB terutang yang harus dibayar oleh
wajib pajak pada 1 (satu) tahun pajak tertentu. SPPT diterbitkan berdasarkan data
sebagaimana tertulis pada SPOP.
3
1. Menerima SPPT PBB setiap tahun pajak.
2. Mendapatkan penjelasan segala sesuatu yang berhubungan dengan ketetapan
PBB.
3. Mengajukan keberatan dan atau pengurangan.
4. Mendapatkan Surat Tanda Terima Setoran (STTS) atau Bukti Pelunasan
Pembayaran PBB dari Tempat Pembayaran (TP yaitu Bank/Kantor Pos yang
tercantum pada SPPT atau ATM) atau Tanda Terima Sementara (TTS) dari
petugas pemungut PBB Kelurahan/Desa yang ditunjuk resmi dengan SK
Walikota/Bupati.
Kewajiban Wajib Pajak atas SPPT :
1. Menandatangani bukti tanda terima SPPT dan menyampaikannya kembali
kepada Lurah/Kepala Desa/Dinas Pendapatan Daerah/KP4 untuk diteruskan ke
KPPBB yang menerbitkan SPPT atau menyampaikannya ke KPPBB.
2. Membayar/melunasi PBB terutang pada tempat yang telah ditentukan.
Sesuai dengan sifatnya bahwa pajak bumi dan bangunan adalah pajak
obyektif sehingga dalam pengenaan pajaknya yang dilihat didasarkan kepada
keadaan obyeknya dan tidak dipengaruhi oleh subyek pajaknya. Meskipun
demikian, jika wajib pajak badan ataupun wajib pajak orang pribadi tidak
mempunyai kemampuan disisi keuangannya maka wajib pajak tersebut dapat
menggunakan haknya dengan mengajukan pengurangan pajak sesuai dengan Pasal
19 Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 tentang pemberian
4
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan
terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun
1985 tentang Pajak PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti
besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau
bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan
besarnya pajak.
Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang
ada dibawahnya. Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah. pekarangan, tambang.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan di wilayah Republik Indonesia. Contoh : rumah
tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan,
jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dll.
Objek yang dikecualikan adalah objek yang :
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah,
sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan
memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah,
sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-lain.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala.
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan
lain-lain.
4. Dimiliki oleh Perwakilan Diplomatik berdasarkan azas timbal balik dan
5
Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :
1. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;
2. Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;
3. Memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau;
4. Memperoleh manfaat atas bangunan.
Wajib Pajak adalah Subyek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar
pajak. Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek
Pajaknya ke Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi letak objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pelayanan
PBB/Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
Untuk lebih jelasnya, SPPT dapat jelaskan ke dalam beberapa pertanyaan,
seperti yang tertera di bawah ini :
1. Apa itu SPPT ?
SPPT merupakan surat pemberitahuan pajak terhutang atas wajib pajak yang
terdaftar NOP nya di suatu Kantor Pelayanan PBB (KPPBB) sesuai daerah
objek pajak berada atau sesuai tempat tinggal wajib pajak.
2. Mengapa dibuatnya SPPT ?
SPPT dibuat karena untuk menentukan besarnya pajak terutang atas
keberadaan objek pajak.
3. Dimana SPPT diberikan ?
SPPT diberikan langsung kepada nama pemilik NOP atas kepemilikan objek
6
4. Kapan SPPT diberikan ?
SPPT diberikan pada satu tahun pajak, untuk menentukan besarnya pajak
terhutang atas suatu objek pajak.
5. Siapa yang menerima SPPT ?
SPPT diterima oleh wajib pajak yang sudah terdaftar NOP nya di KPP tertentu
sesuai keberadaan objek pajak atau tempat tinggal wajib pajak.
6. Bagaimana penyampaian SPPT ?
SPPT dicetak oleh KPP Pratama, diserahkan ke Bupati untuk diberikan ke
Dispenda. Dari Dispenda diserahkan ke Camat setempat untuk diberikan ke
Lurah. Setelah diberikan ke Lurah, di distribusikan kepada Ketua RT setempat
untuk dibagikan ke wajib pajak yang namanya tercantum dalam SPPT.
PBB mempunyai peran penting dalam mengisi kas negara. Setiap tahun
pemerintah menargetkan penerimaan pajak lebih tinggi dari tahun-tahun
sebelumnya. Dalam rangka mencapai target penerimaan PBB, fiskus harus
memperhatikan asas keadilan dalam memungut pajak. Salah satu bentuk keadilan
dalam PBB adalah pemberian pengurangan kepada wajib pajak yang memiliki
keterbatasan finansial
Pengurangan PBB merupakan proses pemberian pengurangan pembayaran
PBB atas permohonan wajib pajak terhadap ketetapan PBB yang tercantum dalam
SPPT PBB. Pengurangan PBB merupakan hak wajib pajak apabila kita setuju
dengan pajak yang terutang dalam SPPT tersebut, namun dalam satu atau lain hal
yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan pembayaran, maka wajib
7
Pengajuan pengurangan pajak bumi dan bangunan tersebut dimulai dari
permohonan tertulis yang dibuat oleh wajib pajak kemudian diserahkan ke Kantor
Pelayanan Pajak beserta persyaratan-persyaratan lain yang mendukung untuk
kemudian diteliti kembali oleh pihak-pihak yang terkait dalam rangka
permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari Kantor
Pelayanan PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya
tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank
Persepsi atau Kantor Pos dan Giro..
Seperti diketahui, PBB tidak seperti pajak pusat lainnya, yang menganut
sistem self assessment , besarnya PBB terutang ditetapkan oleh kantor pajak.
Kemudian WP PBB menerima surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT), di
dalamnya disebut pokok PBB terutang, dan besarnya sanksi administrasi bila
terlambat membayar.
Dalam perkembangannya, makin banyak WP menyetor sendiri PBB
melalui bank persepsi atau kantor pos, cukup dengan menunjukkan SPPT/ bukti
setor tahun sebelumnya. Jasa pemungut PBB cenderung makin berkurang, upah
pungut yang diterima semestinya berkurang sebanding dengan perannya, apalagi
kalau mereka memboikot memungut pajak.
Umumnya orang kurang rela membayar pajak karena pajak pada dasarnya
pengalihan kemampuan ekonomis WP ke negara. Pemungutan pajak harus diatur
8
Hasil pungutan pajak (fungsi budgeter) secara tidak langsung dinikmati semua
warga negara dalam bentuk fasilitas dan pelayanan umum.
Selain berfungsi budgeter, pajak mempunyai fungsi mengatur lewat
regulasi. Kebijaksaan pemberian stimulus fiskal bagi industri strategis, penentuan
tarif PPnBM dan lain-lain, tidak lepas dari upaya mengatur agar ada percepatan
pertumbuhan industri strategis yang dibutuhkan negara dan masyarakat serta
terwujudnya keadilan. Pihak yang kaya menanggung beban pajak lebih besar,
sesuai daya pikulnya.
Membayar pajak selayaknya dipandang tidak hanya kewajiban tapi juga
hak warga negara untuk bela negara. Bela negara dengan membayar pajak agar
negara makin mampu melindungi warga dan wilayahnya, sehingga hidup dalam
suasana aman, nyaman, dan makin sejahtera. Bayar pajaknya, awasi
penggunaannya, kata ajakan ini jauh sebelum kasus penyalahgunaan anggaran
mencuat, telah disampaikan Ditjen Pajak, dan patut dilaksanakan semua pihak.
Untuk lebih jelasnya, pengurangan PBB dapat jelaskan dalam beberapa
pertanyaan, seperti yang tertera di bawah ini :
1. Apa itu pengurangan PBB ?
Pengurangan PBB merupakan proses pemberian pengurangan PBB yang
diajukan oleh wajib pajak atas pajak terhutang yang tercantum dalam SPPT.
2. Mengapa dibuatnya pengurangan PBB ?
Untuk meringankan wajib pajak dalam membayar pajak terhutangnya, tetapi
wajib pajak yang diberikan pengurangan ada ketentuannya. Ketentuan itu
9
a. Karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek
pajak dan / atau karena sebab sebab tertentu lainnya.
b. Dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar
bias.
3. Dimana pengurangan PBB diberikan ?
Pengurangan PBB diberikan apabila wajib pajak telah mendatangi KPP
Pratama untuk mengajukan permohonan pengurangan PBB secara tertulis.
4. Kapan pengurangan PBB diberikan ?
Pengurangan PBB diberikan setelah syarat terpenuhi dan lengkap, maka AR
akan menyetujui dan memberikan besarnya pengurangan PBB berdasarkan
hasil penelitian.
5. Siapa yang menerima pengurangan PBB ?
a. Wajib Pajak Orang Pribadi :
Anggota veteran, pensiunan PNS, dan wajib pajak yang berpenghasilan
rendah.
b. Wajib Pajak Badan :
Wajib Pajak Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada
tahun pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin.
6. Bagaimana penyelesaian pengurangan PBB?
Wajib Pajak mengajukan permohonan atas pengurangan PBB secara tertulis ke
Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)
menerbitkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan meneruskan permohonan
10
Permohonan Wajib Pajak dan meneruskan kepada Kepala Seksi Pengawasan
dan Konsultasi. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan
membuat penugasan kepada Account Representative (AR). AR meneliti
pemenuhan persyaratan formal permohonan Wajib Pajak. Jika permohonan
Wajib Pajak memenuhi syarat formal, maka pengurangan PBB disetujui.
Fenomena yang terjadi di KPP Pratama Bandung Cicadas mengenai
SPPT adalah masih adanya wajib pajak nakal yang memiliki dua NOP (Nomor
Objek Pajak) dalam SPPT yang berbeda. Sedangkan dalam pengajuan
pengurangan PBB, masih adanya ketidakjujuran WP dalam mengungkapkan
kondisi objek pajak yang sebenarnya. WP melakukan kebohongan itu agar
mendapat pengurangan yang besar. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata
kondisi objek pajak tidak sesuai dengan yang diungkapkan WP. (Novianto
Hendrawan, 2011)
Pada kesempatan ini penulis tertarik untuk mencoba menuliskan dalam
laporan Kerja Praktek ini yang berjudul Pelaksanaan Standar Operating Procedure (SOP) SPPT dan Pengurangan PBB pada KPP Pratama Bandung Cicadas
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Dalam melakukan kerja praktek dalam hal prosedur pengurangan pajak bumi
dan bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas, terdapat beberapa
prosedur yang sudah diterapkan. Sehingga demi kelancaran terdapat maksud dan
11
A. Maksud Kerja Praktek
Maksud dari kerja praktek yang dilaksanakan dalam rangka penyusunan
laporan adalah agar dapat mengetahui dan mengumpulkan data mengenai
pelaksanaan SOP SPPT dan pengurangan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
pada KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Bandung Cicadas.
B. Tujuan Kerja Praktek
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dengan mengadakan kerja praktek
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Standar Operating Procedure (SOP) Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Pengurangan PBB pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas.
2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Standar Operating Procedure (SOP) Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Pengurangan PBB pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas.
1.3Kegunaan Kerja Praktek
Penelitian ini penulis lakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kerja Praktek pada program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Komputer Indonesia Bandung.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Penulis
1. Menginput proses perhitungan PBB.
12
3. Membuat lembar disposisi untuk disebarkan kepada Account
Representative (AR).
4. Menginput lembar SPPT ke dalam perhitungan pengurangan PBB.
5. Pendistribusian SPPT diatas Rp.2.000.000,00 kepada AR.
b. Bagi KPP Pratama Bandung Cicadas
1. Membantu menyelesaikan proses perhitungan pengurangan PBB.
2. Membantu membuat Surat Tugas Ijin Keluar untuk para AR dalam
melakukan proses pemeriksaan lapangan.
3. Membantu mendistribusikan berkas melalui lembar disposisi untuk
diserahkan kepada AR yang sudah ditetapkan nama AR tersebut oleh
Kepala Seksi Waskon III.
4. Membantu AR menginput lembar SPPT ke dalam perhitungan
pengruangan PBB.
5. Membantu mendistribusikan SPPT diatas Rp. 2.000.000,00.
c. Bagi UNIKOM
Kegiatan kerja praktek ini bermanfaat untuk memberikan pengalaman
kepada mahasiswa tentang bagaimana dunia kerja sebenarnya, dengan
menerapkan ilmu yang selama ini di dapat dibangku kuliah dan
mempraktekannya di dunia kerja yang sebenarnya. Sekaligus
memperkenalkan mahasiswa mahasiswanya ke dunia kerja. Untuk
13
1. Program Studi Akuntansi (Prodi), program studi ini sangat berguna bagi
mahasiswa karena ini termasuk dalam mata kuliah, yaitu Perpajakan,
Akuntansi Keuangan, dan Sistem Informasi Akuntansi.
2. Untuk Fakultas Ekonomi
Manfaat yang langsung diperoleh bagi Fakultas Ekonomi adalah menjadi
acuan untuk membandingkan proses pengajaran agar Kurikulum yang
selama ini diterapkan oleh fakultas apakah sudah efektif atau tidak. Dan
lebih mendalami lagi dalam pembelajaran sistem aplikasi Ms Word dan
Ms Excel.
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode Kerja praktek yang digunakan penulis adalah metode Block
Research yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada jangka waktu tertentu
melalui pendekatan kualitatif. Pelaksanaan kerja praktek dimulai dari tanggal 5
Juli 2011 sampai 5 Agustus 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan
penulis adalah sebagai berikut:
1. Studi Lapangan ( Field Research ) a. Pengamatan ( Observasi )
Dimana penulis mendatangi objek langsung yang akan teliti untuk
melakukan pengamatan guna menghimpun data yang sebenarnya dari
sistem yang sedang berjalan. Observasi dilakukan di bagian Pengawasan
14
b. Wawancara ( Interview )
Dimana penulis melakukan tanya jawab dengan Kepala Waskon dan AR
pada seksi Waskon III di KPP Pratama Bandung Cicadas serta bagian
Seksi Pelayanan dan Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
d. Dokumentasi
Dokumentasi yang di dapat pada saat melakukan kerja praktek adalah
Company Profile, Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas,
Uraian Penelitian Pengurangan PBB, dan Surat Keputusan Pengurangan
PBB.
2. Studi Pustaka
Diperoleh dari buku buku literatur dan kepustakaan (referensi) yang relevan
untuk mendapatkan informasi yang jelas untuk mendukung laporan kerja
praktek. Terdiri dari buku, Penulisan karya Ilmiah, dan Perpajakan Indonesia.
Selain memperoleh sumber dari buku, penulis mendapat sumber dari media
internet.
1.5Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi dan waktu kerja praktek dilaksanakan oleh penulis pada KPP
Pratama Bandung Cicadas adalah sebagai berikut :
1.5.1 Lokasi Kerja Praktek
Lokasi penulis melaksanakan kerja praktek di Jln. Soekarno Hatta No. 781
Bandung dimana KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Bandung Cicadas
15
1.5.2 Waktu Kerja Praktek
Waktu pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan selama satu bulan dimulai
dari 5 Juli 2011 sampai dengan tanggal 5 Agustus 2011.
Tabel 1.1
Aktivitas Kerja Praktek
NO AKTIVITAS HARI WAKTU
1. Aktivitas Kerja Praktek Senin Jum at 08.00 16.00 WIB
2. Istirahat Senin Jum at 12.00 13.00 WIB
3. Libur Sabtu - Minggu -
[image:15.595.139.508.255.468.2]Tabel 1.2 Aktivitas Kantor
NO AKTIVITAS HARI WAKTU
1. Aktivitas Kerja Kantor Senin Jum at 07.30 17.00 WIB
2. Istirahat Senin Jum at 12.00 13.00 WIB
3. Libur Sabtu - Minggu -
16
Tabel 1.3
Jadwal Pelaksanaa Kerja Praktek
No KEGIATAN KP
BULAN & TAHUN JUNI 2011 JULI 2011 AGT 2011 SEPT 2011 OKT 2011 NOV 2011 DES 2011
I Persiapan KP 1. Permohonan
Ijin KP
2. Realisasi Ijin KP
3. Menentukan Tempat KP
4. Mendapat Surat Penerimaan
5. Mendapat Absen KP
II Pelaksanaan KP 1. Aktivitas KP
2. Pengumpulan Data
III Pelaporan KP 1. Pengolahan
Data
2. Pembimbing Akademik
3. Pembuatan Laporan KP
4. Revisi Laporan KP 5 Ujian Laporan
17
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah KPP Pratama Bandung Cicadas
Sejarah pajak mula-mula berasal dari Negara Perancis pada zaman
pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada zamannya beliau terkenal dengan
nama Cope Napoleon . Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh Negara
Perancis. Sistem pajak yang diterapkan Perancis kepada Belanda diterapkan pula
oleh Belanda kepada Indonesia pada saat Belanda menjajah Indonesia, yang ada
saat itu dikenal dengan Oor Logs-Overgangs Blasting (Pajak Penghasilan).
Konsep pajak itu kemudian dibuat pada tahun 1942 di Australia saat Indonesia
masih diduduki tentara Jepang.
Maksud dari peralihan mengenai pajak ini merupakan suatu peraturan
yang dibuat untuk mempersiapkan bilamana dikemudian hari penjajah Jepang
ditarik kembali dari Indonesia.
Pemungutan pajak ini oleh pemerintah Belanda dilaksanakan oleh sutu
badan yaitu Deinspetie van Vinancian , yang kemudian diganti nama menjadi
Zeinenbu oleh pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Lima bulan
kemudian, 15 Agustus 1942, nama tersebut diganti menjadi Kantor Inspeksi
Keuangan dan berkantor di Gedung Concordia (sekarang Gedung Merdeka) di
18
Pada tanggal 21 Agustus 1947 bersamaan dengan Agresi Militer Berlanda
1, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung di pindahkan ke Bandung Selatan di
Kabupaten Soreang, bersama-sama dengan Tentara Keamanan Rakyat
berevakuasi. Setelah Agresi Militer Belanda II menyerang lagi pada tanggal 19
Desember 1948, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke
Tasikmalaya. Bersamaan dengan kejadian tersebut, kekuasaan Republik Indonesia
terpecah menjadi dua, yaitu:
1. Kelompok yang bekerja dengan Belanda dan menolak pindah ke Tasikmalaya.
Kelompok ini disebut menganut system cooperative (Inspeksi Keuangan
Bandung).
2. Kelompok yang menganut non-cooperative, yang mana kelompok ini pindah ke
Tasikmalaya dan tidak bekerjasama dengan Belanda.
Setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda II, Kantor Inspeksi Keuangan
Bandung yang berada di Tasikmalaya dibubarkan dan kedudukannya
dikembalikan di Bandung pada tanggal 17 Desember 1947. Kantor Inspeksi
Keuangan Bandung pada saat itu diserah terimakan oleh Menteri yang pertama,
Mr. Safrudin Prawiwanegara, dan kemudian Menteri Negara ini menunjuk Bapak
Sahid Koesoemosarminto sebagai Kepala Kantor Inspeksi Keuangan Bandung
yang pertama, periode 1947-1950, berkantor di km 0 (Groofpostweg), saat ini di
Jalan Asia Afrika Nomor 114, Bandung.
Sejak tahun 1968, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung berganti nama
menjadi Kantor Inspeksi Pajak Bandung. Pada tanggal 1 Agustus 1980, Kantor
19
1. Inspeksi Pajak Bandung Barat yang meliputi: Kota Praja Bandung sebelah
Barat berbatasan dengan Inspeksi Pajak sebelah Timur, Kabupaten Bandung,
dan Kota Administatif Cimahi dan berkantor di Jl. Soekarno Hatta.
2. Inspeksi Pajak Timur, meliputi: Bandung sebelah Timur yang terbelah oleh
Jl.Moch.Toha, Jl.Otto Iskandardinata, Jl. Cicendo, Jl. Cihampelas bagian
Selatan, Jl. Pasteur bagian Timur, Jl. Cipaganti, dan Jl. Setiabudi yang
berkantor di Jl. Asia Afrika No. 114 Bandung (termasuk Kabupaten
Sumedang).
Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari
beberapa unit organisasi yaitu :
1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan
perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas Bendaharawan
Pemerintah;
2. Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang
sitaan guna pelunasan piutang pajak Negara;
3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan Pajak untuk
melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan;
dan
4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Ditjen
Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas
tanah yang pada tahun 1963 dirubah menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan
20
Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI No.
12 tahun 1976 tanggal 27 Maret 1976, Direktorat Ipeda diserahkan dari Direktorat
Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember
1985 melalui Undang-undang RI No. 12 tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti
nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Demikian juga unit
kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi Ipeda diganti menjadi Inspeksi
Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas Luar Ipeda diganti menjadi Kantor
Dinas Luar PBB.
Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa
kantor Inspektorat Daerah Pajak (ItDa) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah
seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah
ini kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada
sekarang ini.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 23
Maret 1988 Nomor Kep-276/KMK.01/1988, struktur organisasi dan tata kerja
Direktorat Jenderal pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor Pelayanan
Pajak (KPP). Dengan demikian pesatnya perkembangan wilayah, maka dipandang
perlu adanya pembagian wilayah kerja agar dapat dimaksimalkan penerimaan
Negara dari sektor pajak.
Pada bulan April 2002, Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung telah
menjadi enam KPP yakni :
1. KPP Bandung Bojonegara, Jalan Asia Afrika No.114
21
3. KPP Bandung Cimahi, Jalan Raya Barat NO.574
4. KPP Bandung Cibeunying, Jalan Punawarman No.21
5. KPP Bandung Cicadas, Jalan Soekarno Hatta No.781
6. KPP Bandung Tegalega, Jalan Soekarno Hatta No. 216
Pada bulan Maret 2006, Kantor Wilayah Dirjen Pajak Jawa Bagian Barat
II membawahi Sembilan KPP meliputi lima KPP, yaitu terdiri dari :
1. KPP Bandung Bojonegara, Jalan Asia Afrika No.114
2. KPP Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No.372
3. KPP Bandung Cibeunying, Jalan Punawarman No.21
4. KPP Bandung Cicadas, Jalan Soekarno Hatta No.781
5. KPP Bandung Tegalega, Jalan Soekarno Hatta No. 216
Dan empat KPP lainnya yaitu terdiri dari :
1. KPP Cimahi
2. KPP Tasikmalaya
3. KPP Sukabumi
4. KPP Cianjur
Pada dasarnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah
unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan
kegiatan operasional pelayanan perpajakan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan
22
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan, memutuskan bahwa Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying dan wilayah Ujung Berung dipecah
menjadi dua Kantor Pelayanan Pajak, yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bandung
Cibeunying sebagai Kantor Pelayanan Pajak lama dan Kantor Pelayanan Pajak
Bandung Cicadas sebagai Kantor Pelayanan Pajak baru dengan wilayah kerja
meliputi : Kecamatan Cibiru, Arcamanik, Cicadas, Ujung Berung dan Cimenyan.
Sebelumnya Kecamatan Cimenyan masuk wilayah kerja Kantor Pelayanan pajak
Cimahi. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas menempati sebuah gedung
baru berlantai empat, yang semula diperuntukan untuk Kanwil IX DJP Jawa
bagian Barat II sejak tahun 2002. Sebagai Kantor Pelayanan Pajak baru, kepala
kantornya dilantik pada tanggal 24 Februari 2002, sedangkan kasi (kepala seksi),
Kasubag Umum, serta Kepala KP4 dilantik pada bulan April 2002 dan untuk
sementara sambil melakukan pembenahan gedung baru tersebut Kantor Pelayanan
Pajak Bandung Cicadas berkantor di aula Kantor Pelayanan Pajak Bandung
Cibeunying.
Karena gedung baru tersebut belum ada Lay-Out dan partisi, maka
didesain sendiri bekerjasama dengan para Kasi, khusunya Ibu Kasubag Umum
dengan konsep mengutamakan dan memudahkan pelayanan, kenyamanan,
keamanan, keterpaduan antar seksi dan keterbukaan. Keterbukaan itu diwujudkan
dengan membuat partisi antar seksi yang tingginya hanya 120 cm, sehingga saling
kontrol antara satu seksi dengan seksi yang lainnya. Begitu juga dengan Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT), didesain sedemikian rupa dengan mencontoh Counter
23
tempat pelayanan terpadu, maka monitor komputer di TPT ditanam di dalam
meja, ruang tempat pelayanan terpadu juga dilengkapi dengan meja serba-serbi
untuk Wajib Pajak (WP), meja pelayanan (customer service) dan penyediaan
space bank untuk masa yang akan datang.
Untuk mempersiapkan satu Kantor Pelayanan Pajak masa depan, ruang
kepala kantor dilengkapi dengan ruang khusus ibadah, istirahat, yang didalamnya
tersedia dapur kering, lemari pakaian dan sebagainya. Hal ini adalah salah satu
cara mengantisipasi apabila adanya Kepala Kantor yang baru pindah. Sistem
pelayanan di TPT dilakukan sebagaimana di Bank Swasta, tanpa istirahat. Untuk
memantau keadaan di Tempat Pelayanan Pajak dipasang TV monitor yang
berhubungan langsung dengan ruang kepala kantor.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan pemeriksaan sederhana
terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung
Lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kemudian pada tahun 2002 Direktorat Jenderal Pajak melakukan
modernisasi administrasi perpajakan. Langkah ini sebagai upaya menerapkan
good corporate governance dan pelayanan prima dalam pengelolaan pajak. Untuk
implementasinya, maka sebagai pilot project dibentuk Kantor Pelayanan Pajak
Wajib Pajak Besar (Large Taxpayers Office, LTO) yang dilayani adalah Wajib
24
terbatas. Dengan berjalannya konsep modernisasi dan pelayanan perpajakan yang
dilaksanakan oleh Wajib Pajak Besar, maka dilanjutkan pembentukan Kantor
Pelayanan Pajak Madya (Medium Taxpayers Office, MTO) yang dilayani adalah
Wajib Pajak badan dalam kategori besar dan skala regional (kanwil) dan
jumlahnya terbatas. Selanjutnya dibentuklah Kantor Pelayanan Pajak Pratama
(Small Taxpayers Office, STO) yakni Kantor Pelayanan Pajak yang selama ini
telah ada dan dikembangkan dengan menerapkan prinsip modernisasi administrasi
perpajakan, yang dilayani adalah Wajib Pajak diluar yang telah terdaftar pada
Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Madya.
Untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama pertama kali dibentuk melalui
keputusan Menteri Keuangan No. 254/KMK.01/2004 di lingkungan Kanwil DJP
Jakarta I (kini Jakarta Pusat). Kemudian dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
55/PMK.01/2007 ditetapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan
Kantor Wilayah DJP yang ada di pulau Jawa dan Bali secara bertahap saat mulai
beroperasi sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, dan pada tanggal 28
Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas berubah nama menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.
Wajib Pajak dikelola oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Cicadas adalah Wajib Pajak menengah kebawah, yakni jenis badan yang telah
dikelola di Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya serta orang pribadi. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Cicadas ada kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, sehingga jumlah Wajib Pajaknya
25
memperoleh penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) atau
melakukan kegiatan usaha di wilayah kerjanya. Dengan demikian jenis Wajib
Pajak yang dikelola terdiri atas orang pribadi, badan, maupun sebagai pemotong
atau pemungut pajak (seperti bendaharawan, instasi pemerintah). Jenis pajak yang
dikelola adalah semua jenis pajak, yakni Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah
(PPnBM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan BPHTB.
2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayananan Pajak Pratama Bandung Cicadas
Pengertian organisasi secara luas merupakan penentuan pengelompokkan
serta pengaturan dari berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan. Organisasi harus
dapat menampung dan mengatasi aktivitas perusahaan. Pada perusahaan yang
besar dimana aktivitas dan tujuan semakin kompleks, maka tujuan tersebut dibagi
ke unit yang terkecil atau sub organisasi. Struktur organisasi merupakan hal
penting dalam perusahaan, yang menggambarkan hubungan wewenang antara
atasan dan bawahan. Masing masing fungsi memiliki wewenang dan tanggung
jawab yang melekat sesuai dengan ruang lingkup pekerjaannya agar tujuan dan
sasaran dapat tercapai melalui efisiensi dan efektivitas kerja.
Dengan demikian struktur organisasi dapat mencerminkan tanggung jawab
dan wewenang yang jelas dan didukung oleh urusan yang baik, sehingga dapat
26
Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak telah mengalami beberapa kali
perubahan terakhir dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan RI
Nomor. 433/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan. Kemudian sejalan
dengan karakteristik wajib pajak yang dikelola, organisasinya diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 587/KMK.01/2003, selanjutnya diubah lagi
dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 254/KMK.01/2004 dan No.
132/KMK.01/2006. Setelah adanya perubahan peraturan ini, struktur organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas menjadi semakin mudah
dimengerti, paradigma organisasi berdasarkan fungsi berbeda dengan sebelumnya
yang berdasarkan jenis pajak, merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka). Adapun struktur organisasi untuk
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan tersebut sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama
2. Sub Bagian Umum
3. Seksi Ekstensifikasi
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
5. Seksi Pelayanan
7. Seksi Pemeriksaan
8. Seksi Penagihan
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Sumber : KPP Pratama Bandung Cicadas
7. Seksi Pemeriksaan
8. Seksi Penagihan
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Sumber : KPP Pratama Bandung Cicadas 7. Seksi Pemeriksaan
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas
Sumber : KPP Pratama Bandung Cicadas
Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas
[image:27.595.117.513.291.603.2]
Sumber : KPP Pratama Bandung Cicadas(2011
Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas
Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas
(2011)
Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas KPP Pratama Bandung Cicadas
KPP Pratama Bandung Cicadas
28
2.3 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab jabatan pada KPP Pratama
Bandung Cicadas adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala Kantor Kantor Pelayanan Pajak
Pratama adalah sebagai berikut :
Uraian tugas Kepala Kantor pada KPP Pratama Bandung Cicadas terdiri dari :
a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak
sebagai bahan penyusunan rencana strategi Kantor Wilayah.
b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak
berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan
realisasi penerimaan tahun lalu.
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut Nota Kesepahaman (MOU)
sesuai arahan Kepala Kantor Wilayah.
d. Mengkoordinasikan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam
rangka instensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pencarian data yang strategis dan potensial
dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
f. Mengkoordinasikan pengolahan data yang sumber datanya strategis dan
potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
g. Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar pengenaan
pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak
29
h.Mengkoordinasikan pengolahan data guna menyajikan informasi
perpajakan.
i. Mengkoordinasikan penyusunan monografi perpajakan.
j. Mengkoordinasikan pemantaun pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan
PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM serta pembayaran PBB dan BPHTB
untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan
pelaksanaan pemeriksaan pajak.
Tanggung jawab Kepala Kantor pada KPP Pratama Bandung Cicadas
terdiri dari :
a.Kebenaran usul, saran, telaahan, dan pemecahan masalah dibidang
perpajakan. Keberhasilan realisasi intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
Kebenaran penetapan, pengurangan, dan pembebasan besarnya pajak yang
terutang.
b. Usulan perubahan LPP.
c. Kebenaran pembebasan pembayaran pajak.
d. Kebenaran besarnya kelebuhan pembayaran pajak.
e.Pemaksaan dan penyitaan kekayaan wajib pajak yang mempunyai tunggakan.
f. Kebenaran pemindahan proses penelitian material dan pemaksaan.
g. Kebenaran penangguhan pembayaran pajak.
h. Kebenaran penolakan pemberian informasi dan data perpajakan kepada
pihak pihak yang tidak berkepentingan.
i. Kebenaran penelitian salah tulis, salah hitung atas STP dan SKP yang
30
j. Penilaian dan penandatanganan DP3 pegawai bawahan.
k. Usulan mutasi/promosi kepegawaian.
2. Bagian Umum
Adapun tugas dan tanggung jawab Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak
Pratama adalah sebagai berikut:
Uraian tugas Bagian Umum pada KPP Pratama Bandung Cicadas terdiri dari :
a. Menyelenggarakan pengurusan surat-surat masuk atau berkas dokumen yang
diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Menyelenggarakan penyusunan surat keluar agar komunikasi administrasi
berjalan dengan lancar.
c. Menyimpan surat dan dokumen untuk memudahkan penemuan kembali surat
atau dokumen yang diperlukan.
d. Membuat konsep rencana kerja subbagian umum.
e. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan pengangkatan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
f. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan kenaikan pangkat pegawai
golongan II/d kebawah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Membuat konsep surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala sesuai
ketentuan yang berlaku.
31
Tanggung Jawab Bagian Umum pada KPP Pratama Bandung Cicadas
terdiri dari :
a.Kebenaran usul, saran, dan pendapat mengenai pelaksanaan tugas,
kelengkapan bahan penyusunan konsep rencana kerja Subbagian umum.
b. Kelengkapan bahan-bahan berkaitan dengan masalah kepegawaian.
c. Tertatanya arsip kepegawaian dan berkas kepegawaian.
3. Keuangan
Adapun tugas dan tanggung jawab Keuangan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama adalah sebagai berikut:
Uraian Tugas Bagian Keuangan pada KPP Pratama Bandung Cicadas terdiri
dari :
a. Melaksanakan pengelolaan pembayaran gaji/rapel, gaji/kekurangan gaji, dan
atau lembur para pegawai.
b. Mengupdate data daftar gaji berdasarkan mutasi kepegawaian.
c. Membuat konsep Daftar Perencanaan Pembiayaan Kantor Pelayanan Pajak.
d. Menyiapkan surat permintaan pembayaran/SSP sebagai uang persediaan
(UP) atau UP tambahan.
e. Menyiapkan SPPR-LS sebagai pembayaran langsung atas tagihan pihak
ketiga.
Tanggung Jawab Bagian Keuangan pada KPP Pratama Bandung Cicadas
terdiri dari :
a. Kebenaran usul, saran, dan pendapat yang diajukan mengenai penerimaan,
32
b. Pengelolaan pembayaran gaji/TKPKN, penandatanganan SSP.
c. Kebenaran pemotongan pembayaran gaji/TKPKN terhadap pegawai di
lingkungan Kantor Pelayanan Pajak.
d. Keamanan penyimpanan DIPA asli.
4. Rumah tangga
Adapun tugas dan tanggung jawab Rumah Tangga Kantor Pelayanan
Pajak Pratama adalah sebagai berikut:
Uraian Tugas Rumah Tangga pada KPP Pratama Bandung Cicadas terdiri dari :
a. Membuat konsep perencanaan dan pengadaan alat perlengkapan
kantor/ATK/formulir sesuai dengan batas kewenangannya berdasarkan
rencana anggaran dalam DIPA.
b. Melaksanakan penyimpanan dan pendistribusian alat perlengkapan kantor.
c. Mencatat dan memberi kode klasifikasi lokasi inventaris serta
menyelenggarakan pembukuan inventaris kantor. d. Menyusun konsep
kompilasi laporan barang inventaris kantor.
e. Meneliti barang-barang inventaris kantor yang rusak dan tidak terpakai lagi
serta membuat konsep daftar usulan penghapusan dan pemusnahannya.
Tanggung Jawab Rumah Tangga pada KPP Pratama Bandung Cicadas
terdiri dari:
a. Pelaksanaan penyimpanan dan distribusi alat perlengkapan kantor.
b. Kelengkapan sarana rapat dan kebutuhan rapat.
c. Kebenaran penyelenggaraan pembukuan inventaris kantor.
33
e. Kebenaran konsep penghapusan barang inventaris.
5. Seksi Pelayanan
Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama adalah sebagai berikut:
Uraian Tugas Seksi Pelayanan pada KPP Pratama Bandung Cicadas terdiri
dari :
a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Seksi Pelayanan sebagai
bahan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak.
b. Mengkoordinasikan penerimaan dan penatausahaan surat-surat
permohonandari wajib pajak dan surat lainnya.
c. Mengkoordinasikan penyiapan pengambilan formulir SPT Tahunan PPh
berikut aplikasi elektronik SPT Tahunan PPh oleh wajib pajak dan
penatausahaan SPT Tahunan yang telah diterima kembali serta penyediaan
SPOP dan SSB dalam rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.
d. Membimbing bawahan pada Seksi Pelayanan untuk meningkatkan motivasi
dan prestasi pegawai.
e. Mengkoordinasiakan penyusunan laporan berkala Seksi Pelayanan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
Tanggung Jawab Seksi Pelayanan pada KPP Pratama Bandung Cicadas
terdiri dari :
a. Kebenaran usul, saran dan pendapat mengenai pelaksanaan tugas.
b. Kebenaran bukti pendaftaran wajib pajak.
34
d. Kelengkapan berkas permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib
pajak.
e. Kebenaran daftar nominative pengiriman formulir SPT Tahunan PPh.
f. Kebenaran surat permintaan kelengkapan SPT PPh kepada wajib pajak.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Pengawasan dan Konsultasi III memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak, melalui
pemanfaatan datan dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT)
atau Sistem Informasi DJP (SIDJP),
b. Bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak,
c. Konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak
d. Analisis kinerja Wajib Pajak, serta
e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi,
f. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan,
g. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku,
h. Membantu Wajib Pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi
masalah perpajakan,
i. Melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak dalam membuat company profile,
dan
35
2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Bandung Cicadas
Tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas
memberikan pelayanan publik dengan baik kepada Wajib Pajak dengan memenuhi
semua kebutuhan Wajib Pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan prosedurnya dan tata
kerja organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas, yang
terdiri dari aspek-aspek kegiatan antara lain :
1. Pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan
melalui prosedur yang mudah dan sistematis.
2. Melakukan kegiatan operasional perpajakan di bidang pengolahan data
informasi, tata usaha perpajakan, pelayanan, penagihan, pengawasan dan
konsultasi dan pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
3. Kegiatan pengawasan dan verifikasi atas pajak penghasilan maupun pajak
pertambahan nilai dan penerapan sanksi administrasi perpajakan dengan
mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lain dalam
rangka pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan. Juga melakukan
kegiatan penatausahaan dan lampirannya termasuk kebenaran penulisan dan
perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan penyusunan laporan
pembayaran massa PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak tidak langsung lainnya.
4. Mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan
36
Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak 1. Visi
Visi dari KPP Pratama Bandung Cicadas untuk menjadi model pelayanan
masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas
dunia, yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.
2. Misi
Misi dari KPP Pratama Bandung Cicadas adalah sebagai berikut :
1. Politik
Mendukung demokrasi bangsa
2. Kelembagaan
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan
teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
3. Fiskal
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan
teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
4. Ekonomi
Mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
57
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab III serta data yang
diperoleh penulis, maka dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penulis menyimpulkan bahwa Standar Operating Procedure (SOP)
mekanisme penyampaian SPPT dan prosedur penelitian oleh pejabat
fungsional penilai PBB dalam rangka penyelesaian pengurangan PBB pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas sudah sesuai.
Fungsi dari SPPT yakni untuk mengetahui jumlah pajak PBB terhutang untuk
masing masing wajib pajak. Sedangkan dalam praktiknya masih ada wajib
pajak yang memiliki dua NOP yang tercantum dalam SPPT yang berbeda.
Padahal penginputan nomor SPPT sudah terkomputerisasi, masih ada saja
wajib pajak yang mempunyai dua NOP.
2. Apabila menurut wajib pajak dalam SPPT datanya tidak sesuai, maka
wajib pajak berhak melakukan pengajuan pngurangan PBB. Pengurangan
PBB adalah proses pemberian pengurangan PBB atas permohonan wajib
pajak terhadap ketetapan PBB yang tercantum dalam SPPT PBB. Yang
diawali dengan permohonan secara tertulis yang diajukan oleh wajib pajak
disertai dengan persyaratan-persyaratan formal (SPPT/SKP PBB) yang
58
yang berwenang dalam pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
Apabila diperlukan pemeriksaan sederhana kantor/lapangan, maka Kepala
KPP Pratama menugaskan pejabat fungsional penilai PBB untuk
melaksanakan penelitian atas objek pajak yang perlu diteliti. Tetapi setelah
dilakukan pemeriksaan, keadaan yang diungkapkan oleh wajib pajak tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
4.2Saran
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan kerja praktek di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas, dalam pelaksanaannya
mengentry nomor SPPT dan memberikan besarnya pengurangan PBB masih
kurang optimal. Sebaiknya dalam sistem pelaksanaannya lebih dioptimalkan
kembali, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya para pegawai pajak lebih berhati hati lagi terhadap wajib pajak
nakal. Dalam mengentry NOP sebaiknya lebih teliti dan terintegrasi lagi
sistemnya agar tidak terjadi kepemilikan dua NOP.
2. Sebaiknya semua wajib pajak yang mengajukan pengurangan PBB dilakukan
dahulu pemeriksaan. Misalnya, ada 10 wajib pajak yang mengajukan
pengurangan, maka semua yang mengajukan pengurangan dilakukan
pemeriksaan. Apabila pejabat fungsional tidak memungkinkan untuk
memeriksa semua wajib pajak yang mengajukan pengurangan, sebaiknya
pemeriksaan dilakukan terhadap objek pajak yang skala prioritasnya lebih
59
pengurangan PBB yang diajukan oleh wajib pajak. Sehingga tidak semata
mata persentase itu diberikan sendiri oleh AR. Atau Pemerintah membuat
peraturan mengenai tata cara pemberian pengurangan PBB lebih terperinci
lagi. Isi dari peraturan tersebut harusnya menetapkan besarnya persentase
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
PENGURA
PADA
Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang
PELAKSANAAN
STANDAR OPERATING PROCEDURE
PENGURANGAN
PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
STANDAR OPERATING PROCEDURE
NGAN PBB (PAJAK BUMI DAN BANGUNGAN
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BANDUNG CICADAS
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang
Fany Pratiwi Kemala
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
STANDAR OPERATING PROCEDURE
PBB (PAJAK BUMI DAN BANGUNGAN
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BANDUNG CICADAS
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi Strata 1 Program Studi Akuntansi
Oleh :
Fany Pratiwi Kemala 21108084
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2011
STANDAR OPERATING PROCEDURE
PBB (PAJAK BUMI DAN BANGUNGAN
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BANDUNG CICADAS
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Studi Strata 1 Program Studi Akuntansi
Fany Pratiwi Kemala 21108084
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
STANDAR OPERATING PROCEDURE
(SOP
PBB (PAJAK BUMI DAN BANGUNGAN
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Studi Strata 1 Program Studi Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
SOP) SPPT
PBB (PAJAK BUMI DAN BANGUNGAN)
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
Studi Strata 1 Program Studi Akuntansi
60
DAFTAR PUSTAKA
A, Sidot. Andrianus. Nunggak Bayar PBB, Tak Dapat ADD. Diakses pada 27
September 2011, dari World Wide Web: http: HarianEquator.com
A, Sihwadi. Satori. Ancaman Boikot Pungut Pajak. Diakses pada 1 oktober
2011, dari World Wide Web: http: suaramerdeka cybernews.com
Pengurangan PBB. Diakses pada 31 May 2009, dari World Wide Web: http:
ortax.org
Pengurangan PBB. Diakses pada10 Oktober 2002, dari World Wide Web: http:
layananpajak.com
Pengurangan PBB. Diakses pada 22 Oktober 2011, dari World Wide Web: http:
tax-center.pajak.go.id
PMK RI NOMOR 110/ PMK.03/2009. Diakses pada 17 Juni 2009, dari World
Wide Web: http: ortax.org
Surat Edaran 55 / PJ / 2007. Prosedur Penyelesaian Pengurangan PBB
Terutang. Diakses pada 01 November 2007, dari World Wide Wibe: http:
www.ortax.org
Surat Edaran 18 / PJ.6 / 1992. Penentuan Kembali Tanggal / Saar Jatuh
Tempo. Diakses pada 25 April 1992, dari World Wide Wibe: http:
61
Tata Cara Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Diakses pada 6 July 2009,
dari World Wide Wibe: http: klinikpajak .com.
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan. Diakses pada
24 Agustus 2009, dari World Wide Web: http: ortax.org
62
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Fany Pratiwi Kemala
Tempat tanggal lahir : Bandung, 17 Oktober 1989
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Tamansari Bawah No 100 Bandung
DATA PENDIDIKAN PENDIDIKAN FORMAL
SD MATHLA UL KHOERYAH 1996-2002
SMP NEGERI 7 Bandung 2002-2005
SMA LABSCHOOL UPI 2005-2008
Sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswi Jenjang Studi Strata 1
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNIVERSITAS KOMPUTER
INDONESIA.
PENDIDIKAN NON FORMAL
Pelatihan Pajak Terapan
i
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek.
Laporan kerja praktek ini penulis susun berdasarkan hasil kerja praktek yang
dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas yang berjudul
Pelaksanaan Standar Operating Procedure (SOP) SPPT dan Pengurangan PBB (Pajak dan Bangunan) pada KPP Pratama Bandung Cicadas Seksi Pengawasan dan Kontrol III . Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh progran studi Stara 1 pada program studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih
banyak kekurangannya, mengingat keterbatasan kemampuan, pengalaman dan
pengetahuan penulis, baik dalam hal penyajian maupun dalam penggunaan tata
bahasa. Tetapi penulis berupaya menyusun sebaik mungkin dengan harapan
laporan kerja praktek ini bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Selama penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan,
maupun bantuan moril dan materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan
segenap ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
ii
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE.,M.Si, Selaku Ketua Porgram Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Lilis Puspitawati, SE.,M.Si.AK, Selaku Sekretariat Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si, Selaku Dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan
petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan laporan kerja
praktek.
6. Novianto Hendrawan, Selaku pembimbing perusahaan Seksi Pengawasan dan
Konsultasi III KPP Pratama Bandung Cicadas yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan serta perhatian selama penulis melakukan penelitian.
7. Haryono, Selaku Pimpinan Perusahaan pada KPP Pratama Bandung Cicadas.
8. Ibuku dan ayahku tercinta yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih
sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti
mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan laporan
kerja praktek ini.
9. Staff KPP Pratama Bandung Cicadas Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (Bu
iii
10.Seluruh staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas yang telah
membantu penyelesaian laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
11.Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan
pengetahuan.
12.Untuk sahabat-sahabatku Renti, Yuke, Tresna, dan lain.
13. Semua teman-teman kelas 4 ak2 dan Kelas Konsentrasi Pajak.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.
Wassalamua laikum Wr. Wb.
Bandung, Desember 2011 Penulis