• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Mutu Bentuk Sediaan Natrium Diklofenak Yang Beredar Di Apotek Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Mutu Bentuk Sediaan Natrium Diklofenak Yang Beredar Di Apotek Kota Medan"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM

DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Unta

OLEH:

Yanti Juliatri

NIM 101501001

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM

DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

YANTI JULIATRI

NIM 101501001

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM

DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN

OLEH:

YANTI JULIATRI

NIM 101501001

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 13 Agustus 2015

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt.

NIP 195406081983031005 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt.

NIP 195406081983031005

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.

NIP 195111021977102001 Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.

NIP 195107031977102001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt.

NIP 196106191991031001

Medan, September 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

anugerah dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pengujian Mutu Bentuk Sediaan Natrium

Diklofenak Yang Beredar Di Apotek Kota Medan” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, MS., Apt., selaku

Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan bantuan dan fasilitas selama pendidikan. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.Si., Apt., dan Ibu Dra.

Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan

waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan

skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr.

Karsono., Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto,

M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan

masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ibu Dwi Lestari P, S.Si.,

M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis selama ini serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas

Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

tulus kepada orangtua tersayang Ayahanda (Alm) Budiman Lubis dan Ibunda

(5)

v

tersayang Zul Fadlan Lubis, Lutfi Rahman Lubis, dan Andi Arsali Putra Lubis,

Abang-kakak senior dan adik-adik junior, serta teman-teman tersayang Dianita

Harahap, Linda Mulyana, Astri Novia, Yusnawati, Ferra Zu’Ami, asisten

Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi II dan yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang selalu memberikan doa, dorongan dan pengorbanan baik moril

maupun materil dalam penyelesaian bahan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan,

oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik

dan saran yang membangun pada skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga

bahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 13 Agustus 2015 Penulis,

(6)

vi

PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN

ABSTRAK

Latar belakang: sediaan lepas lambat akhir-akhir ini cukup banyak digunakan

atau diproduksi dengan pertimbangan bahwa sediaan tersebut memiliki keuntungan yaitu dapat mengurangi frekuensi pemakaian obat sehingga dapat menghindari adanya ketidakpatuhan menggunakan obat, menghindari pemakaian obat pada malam hari dan dapat mengurangi efek samping obat. Salut selaput (film) merupakan bagian terpadu dari proses pengembangan bentuk sediaan dengan tujuan untuk memperbaiki stabilitas kimia dan fisik; menutupi cita rasa, tekstur dan aroma yang tidak menyenangkan dan untuk mengendalikan atau memodifikasi pelepasan zat aktif (misalnya salut enterik dan lepas lambat).

Tujuan: untuk mengetahui kadar dari sediaan sustained release (Voltaren SR 75

mg dan Deflamat CR 75 mg) dan sediaan salut enterik (Voltaren 50 mg, Klotaren 50 mg dan Natrium Diklofenak Generik 50 mg), dan perbedaan pelepasan obat dari sediaan sustained release dan sediaan salut enterik.

Metode: pengujian evaluasi sediaan meliputi uji kekerasan, friabilitas, waktu

hancur, penetapan kadar, keseragaman kandungan, dan disolusi.

Hasil: pada uji evaluasi kekerasan yaitu Voltaren SR 75 mg (13,05 kg), Voltaren

50 mg (14,77 kg), Klotaren 50 mg (16,91 kg), Natrium Diklofenak Generik (13,39 kg). Hasil uji friabilitas untuk semua sediaan adalah 0%. Hasil uji waktu hancur in

vitro yaitu Voltaren SR 75 mg (45,45 menit), Deflamat CR 75 mg (37,45 menit),

Voltaren 50 mg (18,15 menit), Klotaren 50 mg (15,30 menit), Natrium Diklofenak Generik (12,2 menit). Hasil uji penetapan kadar yaitu Voltaren SR 75 mg (99,96%), Deflamat CR 75 mg (102,12%), Voltaren 50 mg (98,09%), Klotaren 50 mg (97,66%), Natrium Diklofenak Generik 50 mg (102,44%). Hasil uji keseragaman kandungan yaitu Voltaren SR 75 mg (87,13%), deflamat CR 75 mg (88,64%), Voltaren 50 mg (88,86%), Klotaren 50 mg (87,74%), Natrium Diklofenak Generik 50 mg (95,45%). Hasil uji disolusi yaitu pada menit ke-30 Voltaren SR 75 mg (31,71%), Deflamat CR 75 mg (46,16%), pada menit ke-360 Voltaren SR 75 mg (77,91%), Deflamat CR 75 mg (91,67%). Hasil uji disolusi pada menit ke-5 Voltaren 50 mg (34,75%), Klotaren 50 mg (56,91%), Natrium Diklofenak Generik (67,45%), pada menit ke-60 Voltaren 50 mg (126,91%), Klotaren 50 mg (117,74%), Natrium Diklofenak Generik (125,77%).

Kesimpulan: semua sediaan memenuhi syarat uji evaluasi yang meliputi uji

kekerasan, friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar, keseragaman kandungan dan disolusi. Sediaan yang memiliki waktu pelepasan obat yang paling baik adalah Deflamat CR 75 mg dan Natrium Diklofenak Generik 50 mg.

(7)

vii

QUALITY TEST DICLOFENAC SODIUM FROM IN MEDAN MEDICINE STORE

ABSTRACT

Background: sustained release from was usely or producted with review that the

from will have the profit which to reduce useless medicine and than reduce omission medicine use, so that useless night medicine and to reduce adverse drug reaction. Coated tablet film is the best product development to repair stability, chemical and physical, repair the taste, tekstur and the bad aromatic so that will manage or modificated release that drug (example enteric coated tablet or sustained release).

Purpose: to know the content of sustained release from (Voltaren SR 75 mg and

Deflamat CR 75 mg) and enteric coated tablets from (Voltaren 50mg, Klotaren 50 mg and Generic Sodium Diclofenak 50 mg). And the different release from sustained release and enteric coated tablets.

Methode: evaluation test from are the hardest test, friability test, desintegration

test, the determination test, uniformity of content test and disolution test.

Result: the result of the hardest test are Voltaren SR 75 mg (13.05 kg), Voltaren

50 mg (14.77 kg), Klotaren 50 mg (16.91 kg), Generic Diclofenac Sodium (13.39 kg). The friability result test to all from are 0%. Time destroyed result test are Voltaren SR 75 mg (45.45 minute), Deflamat CR 75 mg (37.45 minute), Voltaren 50 mg (18.15 minute), Klotaren 50 mg (15.30 minute), Generic Diclofenac Sodium (12.2 minute). The determination result test are Voltaren SR 75 mg (99.96%), Deflamat CR 75 mg (102.12%), Voltaren 50 mg (98.09%), Klotaren 50 mg (97.66%), Generic Diclofenac Sodium 50 mg (102.44%). The uniformity result test are Voltaren SR 75 mg (87.13%), deflamat CR 75 mg (88.64%), Voltaren 50 mg (88.86%), Klotaren 50 mg (87.74%), Generic Diclofenac Sodium (95.45%). The disolution result test on 30 minute are Voltaren SR 75 mg (31.71%), Deflamat CR 75 mg (46.16%), on 360 minute are Voltaren SR 75 mg (77.91%), Deflamat CR 75 mg (91.67%). The disolution result test on 5 minute Voltaren 50 mg (34.75%), Klotaren 50 mg (56.91%), Generic Diclofenac Sodium (67.45%), on 60 minute are Voltaren 50 mg (126.91%), Klotaren 50 mg (117.74%), Generic Diclofenac Sodium (125.77%).

Conclusion: all the from eligible evaluation test which are the hardest test,

friability, time destroyed, determination, uniformity of content and disolution. The form who has the best extendedtime release are Deflamat CR 75 mg and Generic Diclofenac Sodium 50 mg.

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 4

1.3Hipotesis ... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Natrium Diklofenak ... 6

2.1.1 Uraian bahan ... 6

2.1.2 Farmakologi natrium diklofenak ... 7

2.1.3 Efek samping ... 8

2.1.4 Dosis ... 8

(9)

ix

2.2 Sustained Release ... 8

2.2.1 Pengertian ... 8

2.2.2 Kelebihan dan kekurangan sediaan sustained release . 10

2.2.3 Mekanisme pelepasan sediaan lepas lambat ... 11

2.2.3.1 Difusi ... 11

2.2.3.2 Disolusi ... 12

2.2.3.3 Osmosis ... 12

2.2.3.4 Swelling ... 13

2.2.3.5 Proses erosi ... 13

2.3 Salut Selaput (film) ... 13

2.3.1 Pengertian ... 13

2.3.2 Tujuan salut selaput (film) ... 14

2.3.3 Komponen salut selaput (film) ... 14

2.3.3.1 Polimer ... 14

2.3.3.2 Plasticizer ... 15

2.3.3.3 Pewarna (opacifier) ... 15

2.4 Salut Enterik ... 16

2.4.1 Pengertian ... 16

2.4.2 Tujuan salut enterik ... 16

2.5 Evaluasi Sediaan ... 17

2.5.1 Uji keseragaman kandungan ... 17

2.5.2 Uji penetapan kadar ... 17

2.5.3 Uji kekerasan tablet ... 18

(10)

x

2.5.5 Uji waktu hancur ... 19

2.5.6 Uji disolusi ... 20

BAB III METODE PERCOBAAN ... 22

3.1 Alat ... 22

3.2 Bahan ... 22

3.3 Pembuatan Pereaksi ... 22

3.3.1 Akua bebas CO2 ... 22

3.3.2 Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N ... 22

3.3.3 Natrium hidroksida (NaOH) 0,2 N ... 22

3.3.4 Asam klorida (HCl) 0,1 N ... 23

3.3.5 Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) 0,2 M ... 23

3.3.6 Dapar fosfat pH 6,8 ... 23

3.4 Penentuan Kadar Serapan Dan Linieritas Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak Dalam Larutan NaOH 0,1 N ... 23

3.4.1 Pembuatan larutan induk baku I (LIB I) ... 23

3.4.2 Pembuatan larutan induk baku II (LIB II) ... 23

3.4.3 Penentuan kurva serapan natrium diklofenak dalam larutan NaOH 0,1 N ... 24

3.4.4 Penentuan linieritas kurva kalibrasi natrium diklofenak dalam larutan NaOH 0,1 N ... 24

3.5 Evaluasi Tablet ... 24

3.5.1 Uji penetapan kadar natrium diklofenak ... 24

3.5.2 Uji kekerasan tablet ... 25

(11)

xi

3.5.4 Uji waktu hancur ... 25

3.5.5 Uji keseragaman kandungan ... 26

3.5.6 Uji disolusi ... 27

3.5 7 Analisa data secara statistik ... 28

3.5.7.1 Uji statistik terhadap evaluasi waktu hancur . 29

3.5.7.2 Uji statistik terhadap profil pelepasan obat ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Hasil Evaluasi Sediaan Natrium Diklofenak ... 30

4.1.1 Kekerasan ... 30

4.1.2 Friabilitas ... 31

4.1.3 Waktu hancur in vitro ... 32

4.1.4 Hasil uji ANOVA dan Duncan waktu hancur in vitro sediaan natrium diklofenak ... 34

4.1.5 Penentuan kuva serapan dan linieritas kurva kalibrasi natrium diklofenak dalam larutan NaOH 0,1 N ... 34

4.1.5.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum dalam NaOH 0,1 N ... 34

4.1.5.2 Hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi NaOH 0,1 N ... 35

4.1.6 Penentuan kadar natrium diklofenak dalam sediaan . 35

4.1.7 Keseragaman kandungan ... 36

4.1.8 Disolusi ... 37

4.1.8.1 Hasil uji disolusi pada menit ke-5 berdasarkan uji statistik ANOVA dan Duncan ... 37

(12)

xii

4.1.8.2 Hasil uji disolusi pada menit ke 15 berdasarkan uji statistik ANOVA

dan Duncan ... 37

4.1.8.3 Hasil uji disolusi pada menit ke-60 berdasarkan uji statistik ANOVA dan Duncan ... 43

4.1.8.4 Hasil uji disolusi pada menit ke-30, 60, 120, 240, 360 berdasarkan uji statistik T TEST dan Tukey ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kriteria penerimaan zat aktif yang larut dengan disolusi ... 28

4.1 Hasil evaluasi masing-masing sediaan natrium diklofenak ... 30

4.2 Hasil uji ANOVA waktu hancur sediaan natrium diklofenak ... 33

4.3 Hasil uji Duncan waktu hancur sediaan natrium diklofenak ... 34

4.4 Hasil persen kumulatif rata-rata uji disolusi sediaan sustained release ... 38

4.5 Hasil persen kumulatif rata-rata uji disolusi sediaan salut enterik ... 39

4.6 Hasil uji T TEST nilai AUC sediaan susteined release ... 40

4.7 Hasil uji ANOVA nilai AUC ssediaan salut enterik ... 40

4.8 Hasil uji Duncan nilai AUC sediaan salut enterik ... 41

4.9 Hasil uji ANOVA menit ke-5 ... 41

4.10 Hasil uji Duncan menit ke-5 ... 42

4.11 Hasil uji ANOVA menit ke -15 ... 42

4.12 Hasil uji Duncan menit ke-15 ... 43

4.13 Hasil uji ANOVA menit ke-60 ... 43

4.14 Hasil uji Duncan menit ke-60 ... 43

4.15 Hasil uji T TEST disolusi menit ke-30, 60, 90, 120, 240, 360 ... 44

4.16 Hasil uji TUKEY disolusi menit ke-30, 60, 90, 120, 240, 360 .... 44

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Diagram batang hasil uji kekerasan ... 31

4.2 Diagram batang hasil uji waktu hancur ... 33

4.3 Diagram batang hasil uji penetapan kadar ... 35

4.4 Diagram batang hasil uji keseragaman kandungan ... 36

4.5 Grafik hasil persen kumulatif rata-rata disolusi sediaan sustained release natrium diklofenak ... 38

(15)
(16)

xvi

15 Sertifikat Analisis Natrium Diklofenak ... 99

16 Daftar distribusi nilai t ... 100

17 Gambar Sediaan Natrium Diklofenak ... 101

(17)

vi

PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN

ABSTRAK

Latar belakang: sediaan lepas lambat akhir-akhir ini cukup banyak digunakan

atau diproduksi dengan pertimbangan bahwa sediaan tersebut memiliki keuntungan yaitu dapat mengurangi frekuensi pemakaian obat sehingga dapat menghindari adanya ketidakpatuhan menggunakan obat, menghindari pemakaian obat pada malam hari dan dapat mengurangi efek samping obat. Salut selaput (film) merupakan bagian terpadu dari proses pengembangan bentuk sediaan dengan tujuan untuk memperbaiki stabilitas kimia dan fisik; menutupi cita rasa, tekstur dan aroma yang tidak menyenangkan dan untuk mengendalikan atau memodifikasi pelepasan zat aktif (misalnya salut enterik dan lepas lambat).

Tujuan: untuk mengetahui kadar dari sediaan sustained release (Voltaren SR 75

mg dan Deflamat CR 75 mg) dan sediaan salut enterik (Voltaren 50 mg, Klotaren 50 mg dan Natrium Diklofenak Generik 50 mg), dan perbedaan pelepasan obat dari sediaan sustained release dan sediaan salut enterik.

Metode: pengujian evaluasi sediaan meliputi uji kekerasan, friabilitas, waktu

hancur, penetapan kadar, keseragaman kandungan, dan disolusi.

Hasil: pada uji evaluasi kekerasan yaitu Voltaren SR 75 mg (13,05 kg), Voltaren

50 mg (14,77 kg), Klotaren 50 mg (16,91 kg), Natrium Diklofenak Generik (13,39 kg). Hasil uji friabilitas untuk semua sediaan adalah 0%. Hasil uji waktu hancur in

vitro yaitu Voltaren SR 75 mg (45,45 menit), Deflamat CR 75 mg (37,45 menit),

Voltaren 50 mg (18,15 menit), Klotaren 50 mg (15,30 menit), Natrium Diklofenak Generik (12,2 menit). Hasil uji penetapan kadar yaitu Voltaren SR 75 mg (99,96%), Deflamat CR 75 mg (102,12%), Voltaren 50 mg (98,09%), Klotaren 50 mg (97,66%), Natrium Diklofenak Generik 50 mg (102,44%). Hasil uji keseragaman kandungan yaitu Voltaren SR 75 mg (87,13%), deflamat CR 75 mg (88,64%), Voltaren 50 mg (88,86%), Klotaren 50 mg (87,74%), Natrium Diklofenak Generik 50 mg (95,45%). Hasil uji disolusi yaitu pada menit ke-30 Voltaren SR 75 mg (31,71%), Deflamat CR 75 mg (46,16%), pada menit ke-360 Voltaren SR 75 mg (77,91%), Deflamat CR 75 mg (91,67%). Hasil uji disolusi pada menit ke-5 Voltaren 50 mg (34,75%), Klotaren 50 mg (56,91%), Natrium Diklofenak Generik (67,45%), pada menit ke-60 Voltaren 50 mg (126,91%), Klotaren 50 mg (117,74%), Natrium Diklofenak Generik (125,77%).

Kesimpulan: semua sediaan memenuhi syarat uji evaluasi yang meliputi uji

kekerasan, friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar, keseragaman kandungan dan disolusi. Sediaan yang memiliki waktu pelepasan obat yang paling baik adalah Deflamat CR 75 mg dan Natrium Diklofenak Generik 50 mg.

(18)

vii

QUALITY TEST DICLOFENAC SODIUM FROM IN MEDAN MEDICINE STORE

ABSTRACT

Background: sustained release from was usely or producted with review that the

from will have the profit which to reduce useless medicine and than reduce omission medicine use, so that useless night medicine and to reduce adverse drug reaction. Coated tablet film is the best product development to repair stability, chemical and physical, repair the taste, tekstur and the bad aromatic so that will manage or modificated release that drug (example enteric coated tablet or sustained release).

Purpose: to know the content of sustained release from (Voltaren SR 75 mg and

Deflamat CR 75 mg) and enteric coated tablets from (Voltaren 50mg, Klotaren 50 mg and Generic Sodium Diclofenak 50 mg). And the different release from sustained release and enteric coated tablets.

Methode: evaluation test from are the hardest test, friability test, desintegration

test, the determination test, uniformity of content test and disolution test.

Result: the result of the hardest test are Voltaren SR 75 mg (13.05 kg), Voltaren

50 mg (14.77 kg), Klotaren 50 mg (16.91 kg), Generic Diclofenac Sodium (13.39 kg). The friability result test to all from are 0%. Time destroyed result test are Voltaren SR 75 mg (45.45 minute), Deflamat CR 75 mg (37.45 minute), Voltaren 50 mg (18.15 minute), Klotaren 50 mg (15.30 minute), Generic Diclofenac Sodium (12.2 minute). The determination result test are Voltaren SR 75 mg (99.96%), Deflamat CR 75 mg (102.12%), Voltaren 50 mg (98.09%), Klotaren 50 mg (97.66%), Generic Diclofenac Sodium 50 mg (102.44%). The uniformity result test are Voltaren SR 75 mg (87.13%), deflamat CR 75 mg (88.64%), Voltaren 50 mg (88.86%), Klotaren 50 mg (87.74%), Generic Diclofenac Sodium (95.45%). The disolution result test on 30 minute are Voltaren SR 75 mg (31.71%), Deflamat CR 75 mg (46.16%), on 360 minute are Voltaren SR 75 mg (77.91%), Deflamat CR 75 mg (91.67%). The disolution result test on 5 minute Voltaren 50 mg (34.75%), Klotaren 50 mg (56.91%), Generic Diclofenac Sodium (67.45%), on 60 minute are Voltaren 50 mg (126.91%), Klotaren 50 mg (117.74%), Generic Diclofenac Sodium (125.77%).

Conclusion: all the from eligible evaluation test which are the hardest test,

friability, time destroyed, determination, uniformity of content and disolution. The form who has the best extendedtime release are Deflamat CR 75 mg and Generic Diclofenac Sodium 50 mg.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sediaan dalam bentuk lepas lambat dibuat untuk meningkatkan efek

farmaseutik dari pengobatan agar mencapai aksi selektifitas yang lebih baik dan

durasi yang lebih panjang. Kebanyakan bentuk sustained release dirancang

supaya pemakaian untuk dosis tunggal yang menyajikan pelepasan sejumlah obat

segera setelah pemakaiannya, secara tepat menghasilkan efek terapeutik yang

diinginkan secara berangsur-angsur dan terus-menerus melepaskan sejumlah obat

lainnya untuk memelihara tingkat pengaruhnya selama periode waktu yang

diperpanjang, biasanya 8 sampai 12 jam. Keunggulan tipe bentuk sediaan ini

menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi

pemberian unit dosis. Alasan bagi kualitas yang diinginkan pada bentuk aksi

diperlama ini yaitu obat-obat yang laju absorbsi dan ekskresinya lambat, biasanya

sifat kerjanya panjang dan tidak diperlukan perubahan sediaannya menjadi bentuk

sediaan aksi diperlama (Ansel., 2008).

Sediaan lepas lambat akhir-akhir ini cukup banyak digunakan atau

diproduksi dengan pertimbangan bahwa sediaan tersebut memiliki keuntungan

sebagai berikut (1) meningkatkan kenyamana pasien dalam menggunakan obat,

karena dapat mengurangi frekuensi pemakaian obat sehingga dapat menghindari

adanya ketidakpatuhan menggunakan obat seperti pada pengobatan dengan

sediaan konvensional dan dapat menghindari pemakaian obat pada malam hari,

(2) mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah, (3) tidak adanya puncak dan

(20)

2

dihindari fluktuasi kadar obat dalam darah, (4) kontrol pemberian dosis terapeutik

dapat dibuat pada kecepatan penghantaran yang diinginkan, (5) memelihara

konsentrasi obat dalam rentang terapeutik optimum untuk pengobatan jangka

panjang, (6) memaksimalkan hubungan antara efektivitas dan dosis, (7)

mengurangi efek samping obat karena konsentrasi obat dalam darah yang berada

pada dosis terapeutik (Hadisoewignyo dan Fudholi., 2013).

Mikroenkapsulasi merupakan suatu salut selaput termodifikasi yang

berbeda hanya dalam ukuran partikel yang disalut dan metode mengerjakannya.

Proses ini didasarkan pada salah satu metode berikut, yakni metode mekanik,

seperti salut panci, teknik suspensi udara, teknik sentrigufa multi lubang

(multiorifice), dan teknik semprot kering termodifikasi, atau teknik fisikokimia

yang meliputi pemisahan fase koaservasi ketika bahan yang disalut disuspensikan

di dalam suatu larutan polimer bukan pelarut yang inkompatibel atau garam

anorganik atau dengan mengubah suhu sistem (Charles dan Wikarsa., 2010).

Salut selaput (film) merupakan bagian terpadu dari proses pengembangan

bentuk sediaan. Proses salut selaput meliputi penyalutan salut polimer tipis yang

seragam pada permukaan substrat solida. Substrat dapat berupa tablet, kaplet,

pelet, granul, atau pertikel-partikel (Charles dan Wikarsa., 2010).

Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut

atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet.

Biasanya lapisan ini berwarna, kelebihannya dari penyalutan dengan gula ialah

lebih tahan lama, lebih sedikit untuk penggunaannya. Selaput ini pecah dalam

(21)

3 Tujuan salut selaput

Walaupun penggunaan baru dari salut selaput secara kontinu dikembangkan,

keterangan berikut meliputi penggunaan salut selaput yang paling mutakhir, yaitu:

1. Melindungi zat aktif dari substrat dari faktor lingkungan seperti cahaya,

kelembaban, udara, dan untuk memperbaiki stabilitas kimia dan fisik.

2. Memodifikasi penampilan produk untuk meningkatkan nilai jual dan memberi

identitas produk atau menutup perubahan warna substrat yang tidak

dikehendaki.

3. Menutup cita rasa, tekstur atau aroma yang tidak menyenangkan.

4. Meningkatkan kemampuan pasien untuk menelan (memudahkan substrat untuk

ditelan).

5. Menjadi perintang mekanik tarhadap interaksi bahan-bahan yang tidak

tercampurkan dengan menyalut satu atau lebih bahan tersebut.

6. Memperbaiki penanganan selama pelaksanaan pengemasan dengan

mengurangi pembentukan debu dan kejadian sompel pada salut.

7. Mengendalikan atau memodifikasi pelepasan zat aktif (misalnya salut enterik

dan lepas lambat).

8. Memperbaiki ketahanan (resistensi) terhadap kejadian sompel pada salut

(Charles dan Wikarsa., 2010).

Natrium diklofenak secara resmi terdapat di Martindale Extra Pharmacopoeia.

Natrium diklofenak temasuk golongan anti inflamasi non steroid, yang digunakan

untuk berbagai macam kondisi luka dan radang. Obat ini memiliki waktu paruh

biologis yang sangat singkat yaitu 1-2 jam dan diberikan dalam dosis 150 mg 2-3

(22)

4

dosis yang dapat meningkatkan efek klinis dan menurunkan frekuensi pemberian

obat dan minim efek samping. Di kalangan dunia medis natrium diklofenak

digunakan sebagai salah satu terapi rheumatoid arthritis, osteoarthritis, ankilosa

spondilitis, dan pirai. Pada penggunaan peroral, natrium diklofenak menyebabkan

efek samping antara lain nyeri gastrointestinal, pendarahan gastrointestinal, dan

ulserasi gastrik. Selain itu, pada penggunaan peroral, natrium diklofenak

mengalami first-pass metabolism, sehingga hanya 50% dari obat yang mencapai

sirkulasi sistemik dalam bentuk unchanged (Brunton., 2008).

1.2Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

a. Apakah kadar natrium diklofenak dalam tablet Voltaren SR 75 mg,

Voltaren 50 mg, Klotaren 50 mg, Natrium Diklofenak Generik 50 mg dan

kapsul Deflamat CR 75 mg memenuhi persyaratan

b. Apakah terdapat perbedaan hasil uji disolusi antara tablet Voltaren SR 75

mg dengan kapsul Deflamat CR 75 mg dan antara Voltaren 50 mg,

Klotaren 50 mg dan Natrium Diklofenak Generik 50 mg

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah:

a. Kadar natrium diklofenak dalam tablet Voltaren SR 75 mg, Voltaren 50

mg, Klotaren 50 mg, Natrium Diklofenak Generik 50 mg dan kapsul

(23)

5

b. Terdapat perbedaan hasil uji disolusi antara tablet Voltaren SR 75 mg

dengan kapsul Deflamat CR 75 mg dan antara Voltaren 50 mg, Klotaren

50 mg dan Natrium Diklofenak Generik 50 mg

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kadar natrium diklofenak dalam tablet Voltaren SR

75 mg, Voltaren 50 mg, Klotaren 50 mg, Natrium Diklofenak Generik

50 mg dan kapsul Deflamat CR 75 mg

b. Untuk mengetahui perbedaan hasil uji disolusi antara tablet Voltaren SR

75 mg dengan kapsul Deflamat CR 75 mg dan antara Voltaren 50 mg,

Klotaren 50 mg dan Natrium Diklofenak Generik 50 mg

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan informasi mengenai kadar natrium diklofenak dalam

tablet Voltaren SR 75 mg, Voltaren 50 mg, Klotaren 50 mg, Natrium

Diklofenak Generik 50 mg dan kapsul Deflamat CR 75 mg

2. Untuk memberikan informasi mengenai perbedaan hasil uji disolusi

antara tablet Voltaren SR 75 mg dengan kapsul Deflamat CR 75 mg dan

antara Voltaren 50 mg, Klotaren 50 mg dan Natrium Diklofenak

(24)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Natrium Diklofenak

2.1.1 Uraian bahan

Rumus bangun :

Rumus molekul : C14H10Cl2NNaO2

Berat molekul : 318,13

Nama kimia : asam benzeneasetat, 2 -[(2,6- diklorofenil) amino]

monosodium

Nama lain : Sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat

Pemerian : serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa

(USP 30, 2007).

Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol; praktis tidak

larut dalam kloroform dan eter; bebas larut dalam

alcohol metal pH larutan 1% dalam air adalah antara

7.0 dan 8 (USP 30, 2007).

(25)

7

2.1.2 Farmakologi natrium diklofenak

Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang menyerupai

fluorbiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat

siklooksigenase yang kuat dengan efek anti inflamasi, analgesik dan antipiretik.

Diklofenak cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh

yang pendek. Seperti fluorbiprofen, obat ini berkumpul di cairan sinovial. Potensi

diklofenak lebih besar dari pada naproksen. Obat ini dianjurkan untuk kondisi

peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk

pengobatan nyeri otot rangka akut (Katzung, 2007).

Mekanisme kerjanya, bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu

rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk

mengubah fosfolipida menjadi asam arachidonat. Asam lemak poli-tak jenuh ini

kemudian untuk sebagian diubah oleh ezim cyclo-oksigenase menjadi

endoperoksida dan seterusnya menjadi prostaglandin. Cyclo-Oksigenase terdiri

dari dua iso-enzim, yaitu COX-1 (tromboxan dan prostacyclin) dan COX-2

(prostaglandin). Kebanyakan COX-1 terdapat di jaringan, antara lain dipelat-pelat

darah, ginjal dan saluran cerna. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di

jaringan tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang.

Penghambatan COX-2 lah yang memberikan efek anti radang dari obat NSAIDs.

NSAID yang ideal hanya menghambat COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1

(perlindungan mukosa lambung) (Katzung, 2007).

Diklofenak merupakan obat NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory

Drugs) yang bersifat tidak selektif dimana kedua jenis COX di blokir. Dengan

(26)

8

melindungi mukosa lambung-usus (Tan dan Rahardja, 2007).

2.1.3 Efek samping

Efek samping yang dapat terjadi meliputi distress gastrointestinal,

pendarahan gastrointestinal dan timbulnya ulserasi lambung, sekalipun timbulnya

ulkus lebih jarang terjadi daripada dengan beberapa antiinflamasi non-steroid

(AINS) lainnya. Peningkatan serum aminotransferases lebih umum terjadi dengan

obat ini daripada dengan AINS lainnya (Katzung, 2014).

2.1.4 Dosis

Oral 3 kali sehari 25 - 50 mg garam-Na/K, rektal 1 kali sehari 50 - 100 mg,

i.m. pada nyeri kolik atau serangan encok: 1 - 2 kali sehari 75 mg selama 1 - 3

hari. Pra dan pasca bedah dalam tetes mata 0,1% 3 - 5x 1 tetes, juga dalam

krem/gel 1% (Tan dan Rahardja, 2007).

2.1.5 Sediaan

Dalam perdagangan natrium diklofenak tersedia dalam bentuk tablet setara

25 mg, 50 mg dan 100 mg, tablet salut enterik setara 50 mg, injeksi setara 25

mg/ml, 75 mg/ml, supositoria setara 50 mg, 100 mg (ISO, 2007).

2.2 Sustained Release (SR)

2.2.1 Pengerian

Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk

melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya

pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Rute pemberian obat

secara oral adalah rute paling umum dan nyaman digunakan oleh pasien. Tablet

dan kapsul merupakan bentuk sediaan obat solid (padat) yang paling banyak

(27)

9

terkontrol hingga kapsul gelatin keras dan lunak (hard and soft gelatin capsules)

(Sharma, et al, 2011).

Namun di antara penggunaan keduanya tablet merupakan bentuk sediaan

yang paling disukai karena mudah diproduksi, mudah pengemasan begitu juga

penggunaannya. Bentuk sediaan padat banyak digunakan karena mudahnya

pemberian, memiliki dosis yang akurat dan dapat digunakan sendiri tanpa adanya

rasa sakit. Bentuk sedian padat yang umum adalah tablet dan kapsul, bentuk

sediaan ini bagi beberapa pasien sulit untuk ditelan. Pasien harus minum air untuk

dapat menelan bentuk sediaan tersebut. Pasien sering sekali merasa kesulitan dan

tidak nyaman dalam menelan tablet konvensional (Parmar, et al, 2009).

Istilah yang digunakan untuk sediaan lepas lambat ada bermacam-macam.

Sediaan lepas lambat sering disebut dengan “susteined-release”, “controlled

release”, “time release” dan “extended action”.Secara umum sediaan lepas

lambat yang digunakan secara peroral dapat digolongkan menjadi tiga golongan:

1. Tablet aksi berulang (repeat action tablet)

Repeat action tablet dimaksud sebagai sediaan lepas lambat, yang terdiri

dari dua bagian, pertama mempunyai bentuk dosis yang dapat dilepaskan dengan

cepat (immediate release) dan bagian kedua merupakan bagian yang dosisnya

baru dapat dilepaskan setelah beberapa waktu berlangsung. Beberapa produk

bahkan memiliki bagian ketiga, yaitu dosis yang baru dilepaskan setelah bagian

kedua dilepaskan. Pelepasan obat yang berurutan ini dikontrol dengan suatu “time

(28)

10

2. Tablet lepas lambat (sustained release tablet)

Bentuk sediaan ini memiliki dua macam dosis, yaitu “initial dose” yang

mirip dengan bagian pertama dan repeat action tablets dan “maintained dose”

yang memiliki karakteristik pelepasan lambat. Tujuan dari penggunaan bentuk

sediaan ini adalah dosis pertama (initial dose) untuk mendapatkan konsentrasi

obat dalam darah pada rentang terapeutiknya dan selanjutnya konsentrasi

terapeutik ini dipertahankan oleh bentuk kedua (maintained dose). Konsentrasi

obat dalam darah pada bentuk sediaan ini berbeda dengan sediaan repeat action

tablets karena tidak dijumpai adanya puncak dan lembah.

3. Tablet aksi diperlama (prolonged action tablets)

Sediaan ini mirip dengan sustained release dosage form, hanya tidak

mempunyai dosis muatan untuk mendapatkan kadar terapi pada awal pemakaian

obat. Pelepasan obat berlangsung lambat dan memberikan cadangan obat secara

terus-menerus dalam waktu tertentu (Charles dan Wikarsa, 2010).

2.2.2 Kelebihan dan kekurangan sediaan sustained release

Sustained release memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

dari sediaan sustained release diantaranya:

a. Meningkatkan kenyamanan pasien dalam menggunakan obat, karena dapat

mengurangi frekuensi pemakaian obat sehingga dapat menghindari adanya

ketidakpatuhan menggunakan obat seperti pada pengobatan dengan sediaan

konvensional dan dapat menghindari pemakaian obat pada malam hari;

b. Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah;

c. Tidak adanya puncak dan lembah pada kurva konsentrasi obat dalam darah

(29)

11

d. Kontrol pemberian dosis terapeutik dapat dibuat pada kecepatan penghantaran

yang diinginkan;

e. Memelihara konsentrasi obat dalam rentang terapeutik optimum untuk

pengobatan jangka panjang;

f. Memaksimalkan hubungan antara efektivitas-dosis;

g. Mengurangi efek samping obat karena konsentrasi obat dalam darah yang

berada pada dosis terapeutik (Charles dan Wikarsa, 2010).

Kekurangan dari sediaan sustained release diantaranya adalah:

a. Biaya pembuatan lebih mahal dibandingkan dengan sediaan konvensional;

b. Terdapat kemungkinan terjadinya dose dumping, yaitu adanya sejumlah besar

zat aktif lepas secara cepat dari sediaan, hal ini dapat menimbulkan keracunan

karena pasien melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan, misalnya

mengunyah sediaan yang seharusnya ditelan;

c. Sering memiliki korelasi in vitro-in vivo yang buruk;

d. Mengurangi fleksibilitas pemberian dosis;

e. Efektivitas pemberian obat dipengaruhi oleh lama tinggal di saluran pencernaan

(gastrointestinal residence time) (Charles dan Wikarsa, 2010).

2.2.3 Mekanisme pelepasan sediaan lepas lambat

2.2.3.1 Difusi

Pada mekanisme ini, obat dapat berdifusi keluar melalui sistem matriks..

Pada sistem reservoir, inti obat dienkapsulasi dalam membran polimer, sehingga

difusi obat melalui membran dapat dikendalikan kecepatan pelepasannya.

Mekanisme pelepasan obat yang terjadi berawal dari terlarutnya obat di dalam

(30)

12

lain dari membran. Jika polimer tidak larut air, maka kelarutan obat dalam

membran merupakan faktor penting yang mendorong terjadinya difusi melintas

membran. Sedangkan jika membran merupakan polimer larut air, sebagian

polimer akan terlarut membentuk saluran-saluran yang merupakan panjang

lintasan difusi yang bersifat konstan (Charles dan Wikarsa, 2010).

2.2.3.2 Disolusi

Obat disalut dalam bahan polimerik dan kecepatan disolusi polimer

menentukan kecepatan pelepasan obat. Sistem ini dapat digunakan untuk menahan

pelepasan obat melalui cara yang berbeda-beda. Salah satunya dengan

menempatkan partikel-partikel obat ke dalam penyalut yang masing-masing

memiliki ketebalan yang bervariasi, akibatnya pelepasan obat akan terjadi secara

bertahap. Partikel obat yang memiliki lapisan penyalut yang paling tipis akan

memberikan pelepasan yang segera, sehingga dapat memenuhi konsentrasi obat

yang dibutuhkan pada tahap awal pemberian dosis, sedangkan lapisan penyalut

yang lebih tebal akan memenuhi kadar obat yang dibutuhkan utuk menjaga agar

konsentrasi obat tetap konstan di dalam tubuh (Charles dan Wikarsa, 2010).

2.2.3.3 Osmosis

Penempatan membran semipermeabel di sekeliling tablet, partikel atau

larutan obat, menyebabkan adanya pembentukan perbedaan tekanan osmotik

antara bagian dalam dan bagian luar tablet sehingga memompa larutan obat keluar

dari tablet melalui celah kecil dan memberikan sifat pelepasan obat yang

diperlama. Pada sistem ini, membran semipermeabel digunakan untuk

(31)

13

2.2.3.4 Swelling

Ketika suatu polimer kontak dengan air, maka terjadi penyerapan air yang

menyebabkan polimer dapat mengembang, sehingga obat yang terdispersi di

dalam polimer akan berdifusi keluar. Akibatnya, pelepasan obat bergantung pada

dua proses kecepatan yang simultan yaitu antara proses berdifusinya air ke dalam

polimer dan peregangan rantai polimer (Charles dan Wikarsa, 2010).

2.2.3.5 Proses erosi

Pada sistem ini, polimer pada matriks akan mengalami erosi atau

pengikisan karena terbentuk ikatan labil akibat reaksi yang terjadi secara hidrolisis

maupun enzimatis. Seiring dengan terkikisnya polimer, maka obat akan

dilepaskan ke dalam medium di sekitarnya (Charles dan Wikarsa, 2010).

2.3 Salut Film

2.3.1 Pengertian

Dalam penyalutan lapis film pada tablet biasanya mengandung jenis-jenis

bahan seperti polimer (pembentukan selaput), plasticizer, surfaktan, pewarna,

pemanis/perasa/pengharum, pengkilap, dan pelarut. Bahan polimer yang

digunakan adalah hidroksipropil metilselulosa (HPMC). Polimer ini merupakan

suatu bahan pilihan untuk sistem suspensi udara dan sistem panci penyalut dengan

penyemprotan (Lachman, et al, 1994).

Tablet salut selaput merupakan bagian terpadu dari proses pengembangan

bentuk sediaan. Proses salut selaput meliputi penyalutan salut polimer tipis yang

seragam pada permukaan substrat solid. Substrat dapat berupa tablet, kaplet

(32)

14

mikrometer dan disalutkan untuk menyempurnakan sifat-sifat fisik dan kimia

substrat (Charles dan Wikarsa, 2010).

Penyalutan adalah proses dimana lapisan luar yang kering dari bahan

penyalut melapisi permukaan dari bentuk sediaan untuk mencapai tujuan tertentu.

Tablet salut dapat menutupi rasa, bau maupun warna obat. Tablet salut dapat

mengatur laju pelepasan obat dari tablet. Selain itu, penyalutan tablet juga dapat

memberikan perlindungan fisik dan kimia, serta dapat melindungi obat dari

suasana asam di gastrointestinal (dengan pembuatan tablet salut enterik).

Penyalutan juga dapat menghindari inkompantibilitas dalam formulasi sediaan.

Salut film ini berfungsi untuk memperbaiki tampilan tablet, memperlama waktu

release tablet/waktu disolusi (Ankit, et al, 2012).

2.3.2 Tujuan salut film

Beberapa tujuan penggunaan salut film (selaput) dibandingkan tablet

standart antara lain:

1. Melindungi zat aktif dalam substrat dari faktor lingkungan, seperti cahaya,

kelembaban dan udara serta memperbaiki stabilitas kimia dan fisika.

2. Memodifikasi penampilan produk

3. Menutupi cita rasa, tekstur dan aroma yang tidak menyenangkan

4. Mengendalikan atau memodifikasi pelepasan zat aktif (Ansel, 2008)

2.3.3 Komponen salut film

2.3.3.1 Polimer

Polimer adalah zat yang membentuk lapisan pada penyalutan film. Polimer

(33)

15

selulosa dan polimer akrilik yang banyak ditemui seperti polietilen glikol dengan

berat molekul besar, polivinil pirolidon, polivinil alkohol dan lain-lain.

2.3.3.2 Plasticizer

Plasticizer pada umumnya adalah zat dengan berat molekul rendah yang

punya kapasitas merubah sifat fisik polimer sehingga dapat berfungsi lebih baik

sebagai bahan dalam proses salut film. Mekanisme kerja plasticizer pada

umumnya dengan menginterposemolekul plasticizer pada helaian polimer

sehingga memecah interaksi polimer-polimer. Contoh plasticizer yang standart

digunakan adalah polyol seperti gliserol (gliserin), propilen glikol, polietilen

glikol, ester organik seperti ester phthalate, ester sitrat, gliserida seperti minyak

jarak, monogliserida terasetilasi, dan minyak kelapa terfraksionasi. Pada salut

film, plasticizer memiliki kemampuan untuk stress internal pada salut film, selain

itu pada salut film yang bertujuan memiliki efekmodifikasi pelepasan pada

sediaan, harus kuat secara mekanik supaya lapisan film tidak rusak pada saat

proses penyalutan.

2.3.3.3 Pewarna / opacifier

Kelompok bahan ini digunakan untuk meningkatkan penampilan produk yang

dihasilkan namun juga bermanfaat dalam beberapa hal lain diantaranya:

1. Identifikasi produk oleh produsen yang standard digunakan pada GMP (Good

Manufacturing Practice) serta membantu mengidentifikasi obat pada pasien

dengan pengobatan lebih dari 1 obat.

2. Meningkatkan kesan merek suatu produk sehingga menghindari kesempatan

(34)

16

3. Pewarna pada batasan tertentu memiliki efek opacifiying yang dapat

menentukan hasil optimal yang dapat melindungi bahan obat dari cahaya

pada saat penyalutan (Hogan, 2002).

2.4 Salut Enterik

2.4.1 Pengertian

Tablet salut salut enterik merupakan tablet yang disalut dengan lapisan

yang tidak melarut atau hancur dilambung melainkan di usus, supaya tablet dapat

diabsorbsi di usus.Polimer yang banyak digunakan dengan tujuan salut enterik

adalah selulosa asetil ptalat, polivinil asetil ptalat, dan akrilat (Aulton, 1988).

Keinginan untuk mengubah salut enterik dengan pelarut organik menjadi

pelarut air disebabkan karena farktor toksisitas mudah terbakar, serta faktor

lingkungan dan ekonomi mulai dipertimbangkan. Polimer yang sering digunakan

untuk penyalut enterik ialah turunan akrilat, beberapa diantaranya dapat

menggunakan air sebagai pelarut dan pembawa (Goeswin, 1983).

2.4.2 Tujuan salut enterik

Tujuan dari tablet dibuat salut enterik antara lain:

1. Menunda pelepasan obat di tempat aksi yang dituju, umumnya di usus halus.

2. Melindungi lambung dari obat-obat yang bersifat iritan.

3. Melindungi obat-obatan yang tidak stabil dalam saluran cerna.

4. Menghindari bau dan rasa obat yang tidak enak.

Dalam penyusunan formula tablet enteric coating, perlu diperhatikan

fisiologi tubuh terutama lambung dan usus halus. Lambung mempunyai pH 1-4.

Dalam keadaan lapar, pH lambung sekitar 1,4 dan saat setelah makan pH lambung

(35)

17

6.5-7 sedangkan di ileum 7.5 / 8. Dari pH fisiologis itu dapat dicari penyalut yang

sesuai yang dapat larut dalam pH di tempat tujuan tersebut. Tablet salut enterik

tidak pecah saat di lambung. Namun bisa pecah apabila ada substansi yang dapat

menaikkan atau menetralkan pH asam lambung misalnya antasida atau makanan.

Oleh karena itu, penggunaan enteric coating tablet tidak boleh bersamaan dengan

antasida dan makanan (Goeswin, 1983).

2.5 Evaluasi Sediaan

2.5.1 Uji keseragaman kandungan

Sediaan yang diuji adalah tablet natrium diklofenak dengan berat satu tablet

230 mg dan kapsul natrium diklofenak dengan berat satu kapsul 280 mg dan

mengandung natrium diklofenak 75 mg, berarti bobot zat berkhasiat lebih kecil

dari 50% bobot sediaan, karena itu penetapan keseragaman sediaan dilakukan

dengan menetapkan keseragaman kandungan.

Satu tablet digerus lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan

dilarutkan dan diencerkan dengan larutan NaOH 0,1 N hingga garis tanda.

Kemudian disaring, 10 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,4 ml filtrat,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, diencerkan dengan NaOH 0,1 N

hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen hingga diperoleh konsentrasi.

Larutan ini lalu diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV

pada panjang gelombang 276 nm (Ditjen POM, 1995).

2.5.2 Uji penetapan kadar

Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang seksama

sejumlah serbuk setara dengan 75 mg natrium diklofenak (penimbangan serbuk

(36)

18

ml. Kemudian ditambahkan NaOH 0,1 N, dikocok hingga larut dan dicukupkan

dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda. Disaring, 10 ml filtrat pertama dibuang.

Dipipet 0,6 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, diencerkan

dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen. Diukur

serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh. Tablet natrium

diklofenak mengandung zat berkhasiat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih

dari hingga 110,0% dari yang tertera pada etiket (USP 30, 2007).

2.5.3 Uji kekerasan tablet

Sebanyak 6 tablet, masing-masing diletakkan pada tempat yang

tersedia pada alat dengan posisi tidur, alat diatur, kemudian ditekan tombol

start. Pada saat tablet pecah angka yang tertera pada layar digital dicatat.

Syarat kekerasan tablet salut 10-20 kg (Abu-Izza, et al, 2004).

Kekerasan tablet mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan,

diukur dengan cara memberi tekanan terhadap diameter tablet. Kekerasan

merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan

tekanan mekanik seperti goncangan, benturan dan keretakan selama pengemasan,

penyimpanan, transportasi, dan sampai ke tangan pengguna. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang

dikempa. Peningkatan jumlah bahan pengikat akan meningkatkan kekerasan tablet

meskipun tekanan kompresinya sama. Kekerasan tablet berhubungan langsung

dengan waktu hancur dan disolusi (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

2.5.4 Uji friabilitas

Sebanyak 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a

(37)

19

menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang telah ditentukan tablet

dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram). Tablet

yang baik mempunyai friabilitas kurang dari 1% (Charles dan Wikarsa, 2010).

F = (a – b)/a x 100%.

Keterangan:

F = friabilitas (%)

a = bobot tablet sebelum diuji (g)

b = bobot tablet setelah diuji (g)

Kerapuhan tablet merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan

permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi

pada permukaan tablet. Uji kerapuhan/keregasan tablet berhubungan dengan

kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar

nilai persentase kerapuhan, semakin besar pula masa tablet yang hilang.

2.5.5 Uji waktu hancur

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masing-masing

tabung dari keranjang. Tanpa menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan

lambung buatan LP bersuhu 370 + 20 sebagai media. Setelah alat dijalankan

selama 1 jam, angkat keranjang dan amati semua tablet, tablet tidak hancur, retak

atau menjadi lunak. Kemudian masukkan satu cakram pada tiap tabung dan

jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP bersuhu 370 + 20 sebagai media

selama jangka waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu yang dinyatakan

masing-masing monografi atau bila dalam monografi dinyatakan hanya tablet

salut enterik, maka hanya selama batas waktu yang dinyatakan dalam monografi.

(38)

20

Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan

12 tablet lainnya. Tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur

sempurna (Ditjen POM., 1995). Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan

tablet SR < 2 jam dan untuk tablet salut enterik < 1 jam.

Agar dapat diabsorpsi setelah pemberian peroral, tablet harus dapat

hancur, larut, dan tersedia dalam bentuk molekulnya. Waktu hancur tablet adalah

waktu yang diperlukan sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul/partikel

penyusunnya yang mampu melewati ayakan nomor mesh 4, yang terdapat pada

bagian bawah alat uji. Hasil uji waktu hancur yang baik tidak menjamin bahwa

disolusi dan ketersediaan hayati tablet juga akan baik, karena waktu hancur bukan

parameter yang dapat menggambarkan/berkaitan dengan ketersediaan hayati. Uji

ini penting untuk kontrol variasi dari lot ke lot, sehingga menjamin mutu tablet.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi waktu hancur, antara lain bahan

tambahan yang digunakan, metode pembuatan tablet, jenis dari konsentrasi

pelicin, tekanan mesin pada saat pentabletan, dan sifat fisika kimia bahan

penyusun tablet ((Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

2.5.6 Uji disolusi

Uji disolusi secara in vitro dilakukan untuk mengetahui pelepasan natrium

diklofenak dari tablet. Uji dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tablet.

Satu tablet dimasukkan ke dalam alat uji tablet dengan menggunakan dayung

berisi medium 900 ml. Pengujian dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N

selama 2 jam dan larutan dapar fosfat pH 6,8 selama 1 jam untuk tablet salut

enterik dan 6 jam untuk sediaan sustained release pada suhu 370 + 0,50 C.

(39)

21

tablet salut enterik dan pada waktu 10, 30, 60, 90, 120, 240, 360 menit untuk

sediaan sustained release dengan volume 5 ml setiap kali pengambilan sampel.

Volume medium diganti dengan larutan medium baru dengan volume dan suhu

yang sama. Masing-masing sampel yang diambil dianalisa menggunakan

spektrofotometer UV-vis pada panjang gelombang maksimum 276 nm untuk

(40)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Disintegration Tester

(Copley), Dissolution Tester (Veego), Strong Cobb Hardness Tester (Erweka),

Roche Friabilator (Erweka), Spektrofotometer UV (Shimadzu), Stopwatch,

Neraca listrik (Boeko), sejumlah alat gelas lainnya.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Natrium

Diklofenak (BPFI), Voltaren SR 75 mg (Novartis), Deflamat CR 75 mg (Actavis),

Voltaren 50 mg (Novartis), Klotaren 50 mg (Kimia Farma), Natrium Diklofenak

Generik 50 mg (Kimia Farma), NaOH, HCl, KH2PO4, Dapar Fosfat pH 6,8.

3.3 Pembuatan Pereaksi

3.3.1 Akua bebas CO2

Akuades yang telah didihkan selama 5 menit atau lebih dan didiamkan

sampai dingin dan tidak boleh menyerap CO2 dari udara (Ditjen POM., 1995).

3.3.2 Natriun hidroksida (NaOH) 0,1 N

Dilarutkan 4 g NaOH dalam akua bebas CO2 secukupnya hingga 1000 ml

(Ditjen POM., 1995).

3.3.3 Natrium hidroksida (NaOH) 0,2 N

Dilarutkan 8 g NaOH dalam akua bebas CO2 secukupnya hingga 1000 ml

(41)

23

3.3.4 Asam klorida (HCl) 0,1 N

Encerkan 8 ml HClp dalam akua bebas CO2 secukupnya hingga 1000 ml

(Ditjen POM., 1995).

3.3.5 Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) 0,2 M

Larutkan 27,218 g kalium dihidrogen fosfat dalam akua bebas CO2 dan

encerkan sampai 1000 ml (Ditjen POM., 1995).

3.3.6 Dapar fosfat pH 6,8

Dimasukkan 50,0 ml kalium dihidrogen fosfat 0,2 M kedalam labu

tentukur 200 ml, kemudian ditambahkan dengan NaOH 0,2 N sebanyak 22,4 ml

lalu diencerkan dengan akua bebas CO2 hingga 200 ml (Ditjen POM., 1995).

3.4 Penentuan Kurva Serapan Dan Linieritas Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak Dalam Larutan NaOH 0,1 N

3.4.1 Pembuatan larutan induk baku I (LIB I)

Ditimbang natrium diklofenak baku sebanyak 75 mg, dimasukkan

kedalam labu 100 ml. Ditambahkan larutan NaOH 0,1 N, dikocok sampai larut

dan ditambahkan lagi larutan NaOH 0,1 N sampai garis tanda. Konsentrasi teoritis

750 μg/ml.

3.4.2 Pembuatan larutan induk baku II (LIB II)

Dipipet 10 ml LIB I dimasukkan kedalam labu 50 ml, ditambahkan larutan

NaOH 0,1 N, dikocok sampai larut dan ditambahkan lagi larutan NaOH 0,1 N

(42)

24

3.4.3 Penentuan kurva serapan natrium diklofenak dalam larutan NaOH 0,1N

Dipipet 6 ml LIB II dimasukkan ke dalam labu 50 ml, ditambahkan larutan

NaOH 0,1 N, dikocok sampai larut dan ditambahkan lagi dengan NaOH 0,1 N

sampai garis tanda. Konsentrasi teoritis 18 μg/ml.

3.4.4 Penentuan linieritas kurva kalibrasi natrium diklofenak dalam larutan NaOh 0,1 N

Pipet LIB II (150 μg/ml) berturut-turut 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml, masing-masing masukkan kedalam labu tentukur 50 ml ditambahkan larutan

NaOH 0,1 N sampai garis tandasehingga diperoleh konsentrasi berturut-turut 6

μg/ml, 8 μg/ml, 10 μg/ml, 12 μg/ml, 14 μg/ml. Masing-masing larutan diukur serarpannya menggunakan spektrofotoneter UV pada panjang gelombang

maksimum.

3.5 Evaluasi Tablet

3.5.1 Uji penetapan kadar natrium diklofenak

Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang seksama

sejumlah serbuk setara dengan 75 mg natrium diklofenak (penimbangan serbuk

dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan), dimasukkan ke dalam labu tentukur 100

ml. Kemudian ditambahkan NaOH 0,1 N, dikocok hingga larut dan dicukupkan

dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda. Kemudian disaring, 10 ml filtrat pertama

dibuang. Dipipet 0,6 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml,

diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda, lalu dikocok sampai

homogen. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang

(43)

25

90,0% dan tidak lebih dari hingga 110,0% dari yang tertera pada etiket (USP 30,

2007). Pengujian pada sediaan lainnya dilakukan dengan cara yang sama.

3.5.2 Uji kekerasan tablet

Alat : Hardness Tester (Copley)

Cara : Diambil 6 tablet, masing-masing diletakkan pada tempat yang tersedia pada

alat dengan posisi tidur, alat diatur, kemudian ditekan tombol start. Pada saat

tablet pecah angka yang tertera pada layar digital dicatat. Syarat kekerasan tablet

salut 10-20 kg (Abu-Izza, et al, 2004).

3.5.3 Uji friabilitas

Alat : Roche Friabilator (Erweka)

Cara : Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a

gram). Tablet dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu alat dijalankan selama 4

menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang telah ditentukan tablet

dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram).

Friabilitas (F) = (a – b)/a x 100%

Ketetuan umum : Kehilangan berat < 1%.

3.5.4 Uji waktu hancur

Alat : Disintegration Tester (Copley)

Cara : Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet masing-masing

tabung dari keranjang. Tanpa menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan

lambung buatan LP bersuhu 370 + 20 sebagai media. Setelah alat dijalankan

selama 1 jam, angkat keranjang dan amati semua tablet, tablet tidak hancur, retak

atau menjadi lunak. Kemudian masukkan satu cakram pada tiap tabung dan

(44)

26

selama jangka waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu yang dinyatakan

masing-masing monografi atau bila dalam monografi dinyatakan hanya tablet

salut enterik, maka hanya selama batas waktu yang dinyatakan dalam monografi.

Angkat keranjang dan amati semua tablet, semua tablet harus hancur sempurna.

Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12

tablet lainnya. Tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna

(Ditjen POM, 1995).

Persyaratan : waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet SR < 2 jam dan

untuk tablet salut enterik < 1 jam. Pengujian pada tablet yang lain dilakukan

dengan cara yang sama.

3.5.5 Uji keseragaman kandungan

Satu tablet digerus lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan

dilarutkan dan diencerkan dengan larutan NaOH 0,1 N hingga garis tanda.

Kemudian disaring, 10 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,4 ml filtrat,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, diencerkan dengan NaOH 0,1 N

hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen hingga diperoleh konsentrasi.

Larutan ini lalu diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV

pada panjang gelombang 276 nm. Tablet memenuhi persyaratan dalam

keseragaman kandungan jika kadarnya terletak antara 85% hingga 115% dari

yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan

6,0%. Jika tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji 20 satuan tambahan, dan

persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 yang terletak diluar

rentang 85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang

(45)

27

simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8 % (Ditjen POM,

1995). Pengujian pada sediaan lainnya dilakukan dengan cara yang sama.

3.5.6 Uji disolusi

Tahap asam

Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat

Dissolution Tester.

Medium : 900 ml asam klorida 0,1N

Alat : tipe 2 (metode dayung)

Kecepatan putaran : 50 rpm

Cara : Prosedur setelah 2 jam, angkat tiap tablet (bagian terbesar tablet jika tablet

tidak utuh lagi) dari masing-masing wadahnya. Lakukan uji seperti terterapada

tahap dapar. Tambahkan 20 ml natrium hidroksida 5 N pada asam klorida 0,1 N

yang tersisa dalam tiap wadah, aduk selama 5 menit. Tentukan jumlah

C14H10Cl2NnaO2 yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot dan serapan

Larutan baku pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 276 nm.

Tahap dapar

Medium : 900 ml dapar posfat pH 6,8

Alat : tipe 2 (metode dayung)

Kecepatan putaran : 50 rpm

Cara : Prosedur setelah 45 menit lakukan penetapan jumlah C14H10Cl2NnaO2,

yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu encerkan dengan media

disolusi, dan bandingkan dengan serapan larutan baku pada panjang gelombang

(46)

28

Toleransi harus larut tidak kurang dari 75% (Q) C14H10Cl2NnaO2, dari jumlah

yang tertera pada etiket ( Ditjen POM, 2014).

Pengujian pada mikro kapsul dilakukan dengan menggunakan metode keranjang.

Kriteria penerimaan zat aktif yang larut dengan disolusi dapat di lihat pada Tabel

3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1. Kriteria penerimaan zat aktif yang larut dengan disolusi

Tahap Jumlah yang diuji Kriteria Penerimaan

S1 6 Rata-rata tidak kurang dari Q + 5%

S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) adalah

sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q- 15%.

S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3)

adalah sama dengan atau lebih besar dari Q tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q- 15% dan tidak satu unitpun yang lebih kecil dari Q-25%.

3.5.7 Analisis data secara statistik

Kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui

menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan

menggunakan metode standar deviasi dengan rumus:

SD = Σ( X – χ )²

Ƞ - 1

Keterangan: X = nilai dari masing-masing pengukuran

χ = rata-rata dari pengukuran

Untuk mencari thitungdigunakan rumus :

thitung= X – χ

(47)

29

Parmar, (2009) mengatakan sebagai dasar penolakan data hasil uji analisis

adalah thitung ≥ tTabel atau thitung < = tTabel. Untuk menentukan kadar zat aktif dalam

sampel dengan taraf kepercayaan 99%, α = 0.01, dk= n-1, dapat digunakan rumus:

Kadar sebenarnya : µ = χ ± t0,5αdk x (SD/ √n )

Keterangan ;

χ = Interval kepercayaan kadar sampel

�� = Kadar rata-rata sampel

SD = Standar Deviasi

dk = derajat kebebasan (dk = n-1)

α = taraf kepercayaan

n = jumlah perlakuan

3.5.7.1 Uji statistik terhadap evaluasi waktu hancur

Evaluasi dari sediaan tablet natrium diklofenak dibandingkan secara in

vitro. Data dibandingkan menggunakan uji anova dengan signifikansi (p< 0,05).

Analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 18.0.

3.5.7.2 Uji statistik terhadap profil pelepasan obat

Profil pelepasan obat sediaan tablet natrium diklofenak dibandingkan

secara in vitro. Data dibandingkan menggunakan uji anova dengan signifikansi (p

(48)

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Evaluasi Sediaan Natrium Diklofenak

Evaluasi sediaan natrium diklofenak yang meliputi: kekerasan, friabilitas,

waktu hancur, keseragaman kandungan, uji disolusi, dan penetapan kadar zat

berkhasiat. Hasil evaluasi sediaan natrium diklofenak yang diperoleh dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil evaluasi pada masing-masing sediaan natrium diklofenak

Nama

Nilai kekerasan tablet dapat dilihat dari Tabel 3.1 diatas dan Gambar 4.1

yaitu pada masing-masing sediaan, dimana kekerasan tablet pada Voltaren SR 75

mg sebesar 13,03 kg, Voltaren 50 mg sebesar 14,77 kg, Klotaren 50 mg sebesar

(49)

31

Kekuatan tablet ditentukan dengan cara mengukur kekerasan dan

keregasan tablet. Uji kekerasan tablet merupakan salah satu parameter penting

dalam pembuatan tablet, untuk menjamin agar tablet tetap utuh sampai ke tangan

konsumen baik selama proses pengemasan maupun selama proses pendistribusian.

Walaupun hasil uji kekerasan tablet pada setiap formula bervariasi tapi semua

masih memenuhi syarat kekerasan untuk tablet salut. Syarat kekerasan tablet

konvensional adalah 4 - 8 kg, namun pada tablet salut syarat kekerasannya 10-20

kg (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Diagram batang hasil uji evaluasi kekerasan tablet salut natrium diklofenak dapat

dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1. Diagram batang hasil uji kekerasan

Keterangan:

Sediaan 1 = Voltaren SR 75 mg = 13,03 kg

Sediaan 2 = Voltaren 50 mg = 14,77 kg

Sediaan 3 = Klotaren 50 mg = 16,91 kg

Sediaan 4 = Natrium Diklofenak Generik 50 mg = 13,39 kg

(50)

32

Friabilitas memberi gambaran ketahanan tablet terhadap benturan mekanis

pada saat pengemasan dan pendistribusian (Lachman, 1994). Nilai friabilitas yang

besar menunjukkan tablet yang rapuh. Hasil evaluasi friabilitas tablet dari Tabel

3.1 yaitu Voltaren SR 75 mg sebesar 0%, Voltaren 50 mg sebesar 0 %, Klotaren

50 mg sebesar 0%, dan Natrium Diklofenak Generik sebesar 0%. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil evaluasi friabilitas tablet dari semua sediaan memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan. Dan hasil yang ditunjukkan memiliki nilai yang

sama dan berada dalam batas penerimaan evaluasi friabilitas tablet. Friabilitas

(kehilangan bobot) dari tablet yang diperbolehkan ≤ 1% (Sharma, et al, 2011).

4.1.3 Waktu hancur in vitro

Hasil uji waktu hancur secara in vitro dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan

diagram waktu hancur secara in vitro pada Gambar 4.2. Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa waktu hancur dari semua sediaan memiliki waktu hancur yang

cepat, yaitu Voltaren SR 75 mg sebesar 45,25 menit; Deflamat CR 75 mg sebesar

37,45 menit; Voltaren 50 mg sebesar 18,15 menit, Klotaren 50 mg sebesar 15,30

menit, dan Natrium Diklofenak Generik sebesar 12,20 menit. Waktu hancur dari

sediaan salut selaput (film) jauh lebih lama dibandingkan dengan sediaan salut

enterik. Walaupun hasil yang ditunjukkan bervariasi tetapi masih berada dalam

batas penerimaan evaluasi waktu hancur tablet. Waktu untuk menghancurkan

tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60

menit untuk tablet bersalut (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Diagram batang hasil uji evaluasi waktu hancur in vitro sediaan natrium

(51)

33

Gambar 4.2. Diagram batang hasil uji waktu hancur

Keterangan:

Sediaan 1 = Voltaren SR 75 mg = 42,45 menit

Sediaan 2 = Deflamat CR 75 mg = 37,45 menit

Sediaan 3 = Voltaren 50 mg = 18,15 menit

Sediaan 4 = Klotaren 50 mg = 15,3 menit

Sediaan 5 = Natrium Diklofenak Generik 50 mg = 12,2 menit

4.1.4 Hasil uji ANOVA dan Duncan waktu hancur in vitro sediaan natrium diklofenak

Data waktu hancur yang telah diperoleh dari berbagai sediaan digunakan

untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atau bermakna,maka

dilakukan uji statistik ANOVA dengan menggunakan program SPSS 18.0 dengan

p < 0,05 pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil uji ANOVA waktu hancur sediaan natrium diklofenak

Gambar

Tabel 3.1. Kriteria penerimaan zat aktif yang larut dengan disolusi
Tabel 4.1. Hasil evaluasi pada masing-masing sediaan natrium diklofenak
Gambar 4.2.  Diagram batang hasil uji waktu hancur
Tabel 4.3. Hasil uji Duncan evaluasi waktu hancur sediaan natrium diklofenak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sampel jamu A, B, C dan D mengandung bahan kimia obat prednison dengan kadar rata-rata prednison pada sampel jamu

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya

Keterangan : jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 4 sampel yaitu tablet Acitral ® , tablet Dexanta ® , tablet Magtral ® dan tablet Mylanta ® karena

Titrasi substitusi dapat digunakan untuk ion logam yang tidak bereaksi (bereaksi dengan tak memuaskan) dengan indikator logam, atau untuk ion logam yang membentuk kompleks EDTA

Pharmaceutical Sciences and Research PSR, 63, 2019, 170 - 178 Pengujian Mutu Sediaan Kapsul Minyak Hati Ikan Cucut Botol Dalam Beberapa Produk yang Beredar di Pasaran Quality