• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Loyalitas Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Loyalitas Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH SIKAP KONSUMEN TENTANG PROGRAM CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP LOYALITAS

KONSUMEN PASTA GIGI PEPSODENT PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIDAN

BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH :

AYSIA RAMADHANI 130521134

PROGRAM STUDI DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Loyalitas Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent.

Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent adalah analisis deskriptif dan metode regresi linier berganda.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU program S-1 angkatan 2012-2014 yang berjumlah 2150 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 orang. Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Penulis menggunakan metode sampel random sampling.

Hasil penelitian dari Uji Signifikan Simultan (Uji F) menunjukkan bahwa variabel sikap konsumen terhadap penerapan program Corporate Social

Responsibility yang terdiri dari variabel komponen kognitif, komponen afektif,

komponen konatif secara simultan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian dari Uji Parsial (Uji-t) variable sikap yang terdiri dari komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Variabel sikap komponen kognitif berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan komponen afektif dan komponen konagtif.

(3)

ABSTRACT

Influence of Consumer Attitudes About Corporate Social Responsibility (CSR) Customer Loyalty Pepsodent Toothpaste In the Faculty of Economics and Business, University of North Sumatra

The purpose of this study was to determine and analyze the influence of consumer attitudes on adoption of Corporate Social Responsibility (CSR) on consumer loyalty Pepsodent toothpaste. The method used to examine the influence of consumer attitudes on adoption of Corporate Social Responsibility (CSR) on consumer loyalty Pepsodent toothpaste is descriptive analysis and multiple linear regression method. The population in this study were all students of the Faculty of Economics and Business USU program S-1 class of 2012 to 2014, amounting to 2150 people. The sample used in this study as many as 96 people. The sample size in this study was determined by using the formula Slovin. The authors use the method of random sampling.

The results of the test Significant Simultaneous (Test F) indicates that the variable consumer attitudes towards the implementation of Corporate Social Responsibility program which consists of a variable cognitive component, affective component, conative components simultaneously significant effect on consumer loyalty Pepsodent toothpaste at the Faculty of Economics and Business University North Sumatra. Partial results of the test (t-test) variable attitude that consists of a cognitive component, affective component, the component conative positive and significant impact on customer loyalty Pepsodent toothpaste at the Faculty of Economics and Business, University of North Sumatra. Variable attitude affects cognitive component is more dominant than the affective component and the component konagtif.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ta’ala, karena berkat pertolongan Nya peneliti

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Sikap Konsumen

Tentang Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Loyalitas konsumen Pesta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan dalam penyajiannya karena

kemampuan yang masih terbatas. Peneliti juga dengan rendah hati akan menerima

saran-saran dan petunjuk yang bersifat membangun yang ditujukan untuk lebih

menyempurnakan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan hati yang tulus peneliti ucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Dra. Marhayanie, MSi selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara

5. Dra Marhayanie, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan

(5)

6. Syafrizal Helmi Situmorang, SE., M.Si selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

memberikan saran dan kritik kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara yang telah membantu, mendidik dan membimbing peneliti selama masa

perkuliahan.

8. Teristimewa buat Ayahku Bachtiar Bakar, mamaku Salmiah, serta kakak dan abang

serta adikku Wahyu, Lisma, Riska, Lia, Arif yang telah memberikan kasih sayang dan

do’a serta dorongan semangat selama ini kepada peneliti sehingga terselesaikannya

skripsi ini.

9. Buat sahabat-sahabat Isty, Balqis, Yuni, Noe, Syarifah, Lisa, dan semua teman- teman

yang ikut mendukung dan membantu pembaca dalam menyelesaikkan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan

baik dari isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2012

Penelti

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prilaku Konsumen ... 10

2.2.5 Faktor-Faktor Yang dapat Mempengaruhi Sikap ... 18

2.3 Loyalitas Konsumen ... 19

2.3.1 Funsi Loyalitas Merek ... 21

2.3.2 Tingkatan Loyalitas Merek ... 22

2.4 Corporate Social Responcibiliti (CSR) ... 25

2.4.1 Pengertian Corporate Social Responcibiliti (CSR) ... 25

2.4.2 Manfaat Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)... 27

2.5 Penelitian Terdahulu ... 29

2.6 Kerangka Konseptual ... 31

2.7 Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.3 Batasan Operasional ... 33

3.4 Defenisi Operasional ... 34

3.4.1 Variabel Bebas (Independen Variabel) ... 34

3.4.2 Variabel Terikat (Dependen Variabel) ... 35

3.5 Skala Pengkukuran Variabel ... 36

(7)

3.6.1 Populasi ... 37

3.11.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 42

3.11.2 Pengujian Hipotesis ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 45

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 45

4.1.2 Perkembangan Perusahaan ... 46

4.1.3 Tinjauan Mengenai Pepsodent ... 47

4.2 Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 50

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Responden... 51

4.2.1.2 Analisis Deskriptif Variabel... 52

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 57

4.3.1 Uji Normalitas ... 57

4.3.1.1 Analisis Grafik ... 58

4.3.1.2 Analisis Statistik ... 59

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 60

4.3.2.1 Metode Grafik ... 60

4.3.2.2 Uji Glejser ... 61

4.3.3 Uji Multikolinieritas ... 61

4.4 Metode Analisis Statistik ... 62

4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 62

4.4.2 Pengujian Hipotesis ... 64

4.4.2.1 Uji secara serempak/Simultan (Uji F) ... 64

4.4.2.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 66

4.4.2.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 69

4.5 Komponen Kognitif, Afektif dan Konatif ... 71

4.5.1 Komponen Kognitif ... 71

4.5.2 Komponen Afektif ... 72

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 75 5.2 Saran ... 76

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penghargaan yang diraih Pepsodent ... 3

Tabel 1.2 Indonesia Most Recommended Brand 2015 ... 4

Tabel 1.3 Merk Pasta Gigi yang sering digunakan ... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 29

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 35

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 36

Tabel 3.3 Populasi ... 37

Tabel 3.4 Uji Validitas 30 Responden ... 40

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 51

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Penggunaan ... 51

Tabel 4.3 Pendapat Responden Terhadap Variabel Komponen Kognitif sebagai X1 ... 52

Tabel 4.4 Pendapat Responden Terhadap Variabel Komponen Afektif sebagai X2 ... 54

Tabel 4.5 Pendapat Responden Terhadap Variabel Komponen Konatif sebagai X3 ... 55

Tabel 4.6 Pendapat Responden Terhadap Variabel Loyalitas konsumen sebagai Y ... 56

Tabel 4.7 Tabel Kolmogorov-Smirnov Test ... 59

Tabel 4.8 Coefficientsa ... 61

Tabel 4.9 Coefficientsa ... 62

Tabel 4.10 Analisis Regresi Linier Berganda... 63

Tabel 4.11 Hasil Uji F ... 65

Tabel 4.12 Hasil Uji t ... 67

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 32

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 57

Gambar 4.2 Plot Uji Normalitas ... 58

(11)

ABSTRAK

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Loyalitas Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent.

Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent adalah analisis deskriptif dan metode regresi linier berganda.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU program S-1 angkatan 2012-2014 yang berjumlah 2150 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 orang. Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Penulis menggunakan metode sampel random sampling.

Hasil penelitian dari Uji Signifikan Simultan (Uji F) menunjukkan bahwa variabel sikap konsumen terhadap penerapan program Corporate Social

Responsibility yang terdiri dari variabel komponen kognitif, komponen afektif,

komponen konatif secara simultan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian dari Uji Parsial (Uji-t) variable sikap yang terdiri dari komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Variabel sikap komponen kognitif berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan komponen afektif dan komponen konagtif.

(12)

ABSTRACT

Influence of Consumer Attitudes About Corporate Social Responsibility (CSR) Customer Loyalty Pepsodent Toothpaste In the Faculty of Economics and Business, University of North Sumatra

The purpose of this study was to determine and analyze the influence of consumer attitudes on adoption of Corporate Social Responsibility (CSR) on consumer loyalty Pepsodent toothpaste. The method used to examine the influence of consumer attitudes on adoption of Corporate Social Responsibility (CSR) on consumer loyalty Pepsodent toothpaste is descriptive analysis and multiple linear regression method. The population in this study were all students of the Faculty of Economics and Business USU program S-1 class of 2012 to 2014, amounting to 2150 people. The sample used in this study as many as 96 people. The sample size in this study was determined by using the formula Slovin. The authors use the method of random sampling.

The results of the test Significant Simultaneous (Test F) indicates that the variable consumer attitudes towards the implementation of Corporate Social Responsibility program which consists of a variable cognitive component, affective component, conative components simultaneously significant effect on consumer loyalty Pepsodent toothpaste at the Faculty of Economics and Business University North Sumatra. Partial results of the test (t-test) variable attitude that consists of a cognitive component, affective component, the component conative positive and significant impact on customer loyalty Pepsodent toothpaste at the Faculty of Economics and Business, University of North Sumatra. Variable attitude affects cognitive component is more dominant than the affective component and the component konagtif.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dunia bisnis, pada zaman globalisasi ini telah menjelma menjadi institusi

paling berkuasa. Institusi yang dominan di masyarakat tersebut bagaimanapun harus

tetap mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama. Setiap keputusan yang

dibuat dan setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka tanggung

jawab tersebut.Dekade terakhir ini, perusahaan, terutama perusahaan besar telah

memberi pengaruh yang sangat besar kepada seluruh aspek kehidupan masyarakat

luas.

Perusahaan baik yang skala besar ataupun kecil merupakan bagian dari

lingkungan bisnis global. Setiap perusahaan memiliki hubungan yang kompleks

dengan masyarakat, kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi tertentu. Secara

langsung ataupun tidak, perusahaan terpengaruh dengan isu-isu, kejadian-kejadian

sosial maupun tekanan dari seluruh dunia. Memasuki tahun 1990-an, telah banyak

perusahaan yang menyadari arti penting dari pertanggung jawaban sosial dan

memasukan tanggung jawab sosial dalam isu strategis bisnis mereka, bahkan tidak

jarang perusahaan yang memasukkan isu tanggung jawab sosial kedalam visi dan

misi perusahaannyayang berdampak terhadap loyalitas konsumen.

Loyalitas konsumen terbentuk karena adanya keterikatan antara konsumen

dengan suatu produk, dimana konsumen merasa produk tersebut memberikan dampak

yang positif dari penggunaannya, sehingga sering tanpa disadari konsumen tersebut

mengajak rekan-rekannya untuk menggunakan produk tersebut. Loyalitas konsumen

(14)

berulang-ulang. Loyalitas konsumen memberikan dampak yang positif terhadap

pertumbuhan perusahaan.

Menurut Tjiptono (2000 : 110)

pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat

positif dalam pembelian jangka panjang. Kepuasan pelanggan tersebut hadir dari

seberapa besar kinerja perusahaan untuk menimbulkan kepuasan tersebut dengan

meminimalkan keluhan sehingga diperoleh pembelian jangka panjang yang dilakukan

oleh konsumen.

Bisnis dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan salah satu nilai yang

membawa perubahan mendasar yaitu konsep Corporate socialresponsibility (CSR)

atau tanggung jawab sosial. Tanggung jawab tersebutadalah perusahaan meluaskan

perannya lebih dari sekedar menggunakan sumber-sumber dayanya dan terlibat dalam

aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keuntungan sesuai dengan peraturan

yang ada. Ketatnya persaingan sering menjadi penyebab bagi perusahaan untuk

menghalalkan segala cara untuk menekan biaya serendah-rendahnya dan

mendapatkan keuntungan yang tinggi. Perusahaan sering melupakan masalah sosial

seperti kesejahteraan karyawan serta keamanan lingkungan karena alasan untuk

mendapatkan keuntungan yang tinggi tersebut.

Hasil riset yang dilakukan oleh Roper Search Worldwide dalam Susanto

(2007:5), melalui program pengembangan responden memberi nilai 75% kepada

produk dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan yang memberi kontribusi nyata

kepada komunitas. Responden juga menunjukkan sekitar 66% bahwa mereka siap

berganti merek kepada merek perusahaan yang memiliki citra sosial yang positif yang

didapatkan melalui CSR.

(15)

Social Responsibility selama bertahun-tahun. Unilever telahmembuat program CSRdengan baik dan sistematis. Bahkan telah memasukkan unsur-unsur tanggung

jawab sosial dalam visi dan misi perusahaan. Misi Unilever adalah peningkatan

vitalitas hidup. Unilever memenuhi kebutuhan akan nutrisi, kesehatan dan perawatan

pribadi sehari-hari dengan produk-produk yang membuat para pemakainya merasa

nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan. Pasta gigi pepsodent

adalah salah satu merek andalan Unilever yang sudah lebih dari 30 tahun memenuhi

kebutuhan masyarakat Indonesia. Berikut adalah penghargaan yang pernah diraih

oleh pepsodent.

Tabel 1.1

Penghargaan yang diraih Pepsodent

Tahun Jenis Penghargaan

2012 Indonesian Top Brand Award 2014 Halal Top Brand Award

2014 Indonesia Customer Satisfaction Award

Sumber :www.Unilever.com

Pepsodent memenangkanIndonesia Top Brand Award 2012pada kategori

pasta gigi, Halal Top Brand Award pada tahun 2014pada kategori obat perawatan

tubuh, Indonesia Customer Satisfaction Award pada kategori pasta gigi.

Tabel 1.2

Indonesia Most RecommendedBrand2015

Pasta Gigi Pepsodent Ciptadent Close Up Formula Oral B Word of mouth Index 206,1 198,9 196,1 179,0 147,7

Talk 11,1 10,9 7,8 8,6 9,5

Sell 9,1 10,3 9,6 7,7 8,4

(16)

Berdasarkan data yang diperoleh dari majalah SWA tersebut, untuk kategori

produk toiletris, pasta gigi Pepsodent merupakan produk dengan word of mouth

(206,1),talk (11,1), dan sell (9,1) tertinggi dariproduk pasta gigi terkenal walaupun

pada penjualan pepsodent masih dibawah dari Ciptadent dan Oral B namun

Pepsodent masih menjadi pilihan dari pada merek pasta gigi yang tersedia di pasar,

Pepsodent terbukti mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat Indonesia.

Pepsodent besar di pangsa pasar selama bertahun-tahun sehingga Pepsodent dan

banyak dibicarakan oleh para konsumen setianya.

Tabel 1.3

Merk Pasta Gigi yang Sering Digunakan

Merk Persentase Nilai

Pepsodent 71,06%

Close up 11,34%

Sensodyne 5,60%

Formula 3,52%

Ciptadent 2,73%

Lainnya 5,74%

Sumber: Jejak Pendapat APP

Dari tabel diatas dapat dibuktikan bahwasanya Merk Pepsodent merupakan

merk pasta gigi yang paling sering digunakan oleh masyarakat luas karena dalam hal

ini Pepsodent memiliki persentase nilai paling tinggi dengan nilai 71,06%

dibandingkan dengan merk pasta gigi lainnya yang jauh dibawah daripada Pepsodent.

Nilai persentase di atas adalah survey yang dilaksanakan pada Open Survey Platform

Jejakpendapat.Net dengan jumlah responden 2160 orang.

Meningkatkan kesehatan mulut adalah komitmen Pepsodent untuk

masyarakat. Oleh karena itu, sejak bertahun-tahun lalu Pepsodent telah membuat

program-program pertanggung jawaban sosial untuk memberikan pengertian dan

(17)

Program-program yang telah dilakukan oleh Pepsodent antara lain pemeriksaan gigi

gratis dan kampanye Pepsodent untuk menyikat gigi dimalam hari.

Sejak tahun 1990an Pepsodent telah melakukan program sekolah Pepsodent

dengan terjun langsung ke sekolah-sekolah yang hingga tahun 2006 telah menjangkau

lebih dari 3,2 juta anak-anak berusia di bawah 12 tahun di seluruh Indonesia dan

jumlah ini terus meningkat. Program sekolah Pepsodent pada intinya merupakan

sebuah kegiatan edukatif bagi siswa sekolah dasar di Indonesia, mengenai kesehatan

organ gigi dan mulut. Program ini dimulai pada tahun 2001, dilakukan di kota

Malang, Semarang, Bandung, dan Surabaya. Kota Surabaya sendiri dilakukan pada

tahun 2002. Dikota Surabaya ini dilakukan untuk pertama kalinya di Kecamatan

Gubeng dan secara khusus wilayah Puskesmas Pucang. Hal ini dilakukan oleh pihak

penyelenggara atas dasar pertimbangan keberadaan sekolah dasar favorit di wilayah

tersebut.

Awalnya kegiatan pemeriksaan gigi gratis yang dilakukan pepsodent diadakan

di Jakarta. Kegiatan pemeriksaan gigi gratis ini dilakukan di bulan Agustus hingga

bulan Desember 2008, dengan target jumlah orang yang ingin dicapai kurang lebih

10.000 orang. Setelah Jakarta, pemeriksaan gigi dan perawatan gigi gratis juga akan

dilakukan di delapan kota di Jawa Timur, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Jember,

Situbondo, Malang, Mojokerto, Jombang, Kediri, dan empat kota di Sumatera, yaitu

Medan, Palembang, Lampung, Pekan Baru. Dengan edukasi mengenai kesehataan

gigi dan mulut serta pemeriksaan gigi gratis meningkatkan kualitas kesehatan gigi

dan mulut masyarakat Indonesia agar dapat menikmati hidup lebih baik.

Survei yang dilakukan oleh Business in the Community tahun 2001, terdapat

sejumlah bukti bahwa saat ini semakin banyak perusahaan yang menempatkan

(18)

400 pemimpin bisnis dunia memperlihatkan bahwa 70% dari CEO menempatkan

tanggung jawab sosial sebagai isu yang pokok di bisnisnya. Para pemasar pun

menunjukkan yang sama 89%, dan sebanyak 96% para pemimpin bisnis mengakui

bahwa kegiatan-kegiatan sosial ternyata memberikan manfaat timbal balik. Dengan

persentasi 69%, sejumlah kalangan elit bisnis bahkan sangat mempercayai dan

memperkirakan bahwa praktek-praktek seperti ini terus tumbuh dalam tahun-tahun

mendatang.(www.wikipedia.com

Survei tentang kebiasaan dan sikap menunjukkan hanya sekitar 34% dari

rakyat Indonesia yang menyikat gigi mereka sebelum tidur. Oleh karena itu, mengapa

Pepsodent merasa perlu menggunakan tema “menyikat gigi pada malam hari”

sehingga kampanye kesehatannya untuk membuat orang Indonesia menyikat gigi

mereka sebelum tidur pada malam hari sebagai bagian dari kebiasaan mencegah gigi

berlubang.

, diakses 1 Mei 2015).

Maka pada setiap tanggal 20 Maret,dalam rangka memperingati Hari

Kesehatan Gigi Dunia (World Oral Health Day), Pepsodent ikut menjadi bagian

inisiatif FDI World Dental Federation. Kegiatan edukasi yang dilakukan Pepsodent

bekerjasama dengan pihak baik di dunia maupun di Indonesia, yaitu kampanye

menyikat gigi dua kali sehari pagi dan malam sebelum tidur, program edukasi

dilakukan pada sekolah-sekolah, pelatihan kader kesehatan gigi,penelitian dan Bulan

Kesehatan Gigi Nasional. Bukti komitmen nyata Pepsodent untuk terus

meningkatkankesadaran sekaligus mengedukasi masyarakatakan pentingnya menjaga

kesehatan gigi dan mulut, guna terciptanya kualitas hidup yang lebih baik.

Peningkatan omset yang terjadi pada pasta gigi Pepsodent terjadi karena

program Corporate Social Responsibility yang telah di umumkan melalui media cetak

(19)

program kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh Pepsodent. Pepsodent juga

melakukan inonasi-inovasi seperti membuat segmentasi pasar terbagi dua yakni

dewasa dan anak-anak dan inovasi kemasan, rasa, bentuk dan ukuran serta telah

memenuhi standar kesehatan karena terdapat label halal pada kemasannya, kampanye

website tanya Pepsodent yang mempermudah konsumen dalam berkonsultasi

langsung dengan dokter.

Program Corporate Social Responsibility jika dikembangkan dengan baik

akan menciptakan kesan yang positif terhadap produk. Hal tersebut akan

menimbulkan suatu ikatan emosional antara masyarakat dengan perusahaan akan

membuat sebuah merek menjadi lebih dikenal, diingat, yang sering juga disebut

sebagai loyalitas konsumen.

Surveipenelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Pengaruh SikapKonsumen

Tentang PenerapanProgram Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Loyalitas Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program Corporate

(20)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan menganalisis pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program Corporate

Social Responsibility (CSR) terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent. 1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan bagi perusahaan tentang penerapan program Corporate

Social Responsibility.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan

materi-materi perkuliahan yang peneliti dapatkan selama perkuliahan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi dan informasi yang nantinya dapat memberikan

perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama dimasa yang

akan datang khususnya penelitian yang berkaitan dengan penerapan program

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Konsumen

Menurut Ginting (2007:58), perilaku konsumen adalah tindakan perorangan

dalam memperoleh, menggunakan serta membuang barang dan jasa ekonomi,

termasuk proses pengambilan keputusan sebelum menetapkan tindakan. Model

perilaku konsumen menunjukkan penekanan pada interaksi antara pemasar dan

konsumen. Komponen sentral dari model adalah pengambilan keputusan konsumen,

yaitu pemahaman dan evaluasi informasi merek, bagaimana pertimbangan alternatif

merek disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, dan keputusan untuk merek. Faktor

yang mempengaruhi keputusan membeli di antaranya: Kebudayaan, Kelas Sosial,

Kelompok Referensi Kecil, Keluarga, Pengalaman, Kepribadian, Sikap dan

Kepercayaan, serta Konsep Diri. (Daryanto, 2011:69)

Perusahaan yang benar-benar memahami bagaimana konsumen akan memberi

tanggapan terhadap tampilan produk, harga, dan daya tarik iklan yang

beraneka-ragam memiliki keunggulan besar atas pesaing-pesaingnya. Titik tolak perusahaan

adalah model rangsangan tanggapan dari perilaku pembeliyang menunjukkan bahwa

rangsangan pemasaran dan rangsangan lain masuk ke dalam “kotak hitam” konsumen

dan menghasilkan tanggapan-tanggapan tertentu (Kotler, 2002:122).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang

berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dan pertukaran dalam mendapatkan

barang dan jasa. Perilaku pembelian konsumen banyak dipengaruhi oleh berbagai

(22)

faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor Kebudayaan

1) Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginandan

perilaku seseorang. Bila mahluk-mahluk lainnya bertindak berdasarkan naluri,

maka perilaku manusia umumnya dipelajari.

2) Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya yang lebih kecil yang memberikan

identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub

budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu: kelompok nasionalisme,

kelompok keagamaan, kelompok ras, dan era geografis.

3) Kelas Sosial

Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan

bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hirarki dan

keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.

2. Faktor-faktor Sosial

1) Kelompok Referensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai

pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku

seseorang.

2) Keluarga

Keluarga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: keluarga orientasi, yang

merupakan orang tua seseorang. Dari orang itulah seseorangmendapatkan

pandangan tentang agama, polotik, ekonomi, dan merasakan ambisi peribadi

nilai atu harga diri dan cinta. Keluarga prokreasi yaitu pasangan hidup

(23)

paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.

3) Peran dan Status

Seseorang pada umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya

keluarga, kelompok, dan organisasi. Posisi seseorang dalam kelompok dapat

diidentifikasi dalam peran dan status.

3. Faktor Pribadi

1) Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.

Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada

saat mereka menjalani hidupnya.

2) Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang

memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk atau jasa tertentu.

3) Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan

(tingkatnya, stabilitas, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk

persentase yang mudah dijadikan uang), dan kemampuan untuk meminjam.

4. Faktor-faktor Psikologis

1) Motivasi

Beberapa kebutuhan bersifat biogenetik, kebutuhan ini timbul dari suatu

keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, dan rasa tidak

nyaman. Sedangkan kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang

timbul dari keadaan fifiologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui,

kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.

(24)

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu

gambaran yang berarti dari dunia ini.

3) Proses Belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul

dari pengalaman.

4) Kepercayaan dan Sikap

Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap

sesuatu.

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Menurut Schifman dan Kanuk dalam Umar (2002: 152) sikap adalah ekspresi

perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak

senang, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatuobjek.

Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan

manfaat dari objek tersebut. Selain itu, sikap juga menjelaskan suatu organisasi dari

motivasi, perasaan emosional, proses kognitif kepada suatu aspek. Lebih lanjut, sikap

adalah cara kita berpikir, merasa, dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti

toko retail, program televisi atau produk.Tiga komponen dalam pembentuk sikap

adalah (Simamora, 2003: 12)

1 Komponen kognitif

Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang

(25)

2 Komponen afektif

Merupakan komponen sikap yang terdiri dari perasaan dan reaksi emosional

kepada suatu obyek.

3 Komponen konaktif

Komponen ini adalah respons dari seseorang terhadap obyek atau aktivitas.

2.2.2 Karakteristik Sikap

Menurut Sumarwan (2003:136) mengkarakteristikkan sikap sebagai berikut:

1 Sikap Memiliki Objek

Di dalam Konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek, objek

tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti

produk, merek, iklan, harga,kemasan, penggunaan, media, dan sebagainya.

2 Konsistensi Sikap

Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan perasaan tersebut

akan direfleksikan oleh pelakunya. Oleh karena itu sikap memiliki konsistensi

terhadap perilakunya.

3 Sikap Positif, Negatif dan Netral

Seseorang mungkin menyukai makanan rendang (sikap positif), atau tidak

menyukai minuman alkohol (sikap negatif), atau bahkan ia tidak memiliki sikap

(sikap netral). Sikap yang memiliki dimensi positif, negatif, dan netral disebut

sebagai karakteristik valace dari sikap.

4 Intensitas Sikap

Sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan bervariasi

tingkatannya, ada yang sangat menyukainya atau bahkan ada yang begitu sangat

(26)

terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya.

5 Resistensi Sikap

Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah. Sikap

seorang konsumen dalam menggunakan produk tertentu mungkin memiliki

resistensi yang tinggi untuk berubah, akan tetapi kondisi ini bisa saja berubah

apabila ada pengaruh dari luar mengenai suatu produk tersebut dengan alasan

tertentu.

6 Persistensi Sikap

Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan

berubah karena berlalunya waktu.

7 Keyakinan Sikap

Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai keberadaan sikap yang

dimilikinya.

8 Sikap dan Situasi

Sikap seseorang terhadap suatu objek sering kali muncul dalam konteks situasi.

Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.

2.2.3 Fungsi-Fungsi Sikap

Daniel Katz dalam Walgito (2011:38) mengemukakan empat fungsi dari sikap

yaitu:

1. Fungsi Instrumental

Fungsi instrumental merupakan fungsi sikap dengan melihat sejauh mana

obyek sikap dapat dijadikan instrumen atau alat untuk tujun individu yang

bersangkutan.Individu akan membetuk sikap positif terhadap obyek sikap apabila hal

(27)

tujuannya sebaliknya bila obyek sikap dirasakan menghambat dan tidak

menguntungkan dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap

obyek sikap fungsi ini juga disebut fungsi penyesuaian karena dengan sikap yang di

ambil seseorang, ia akan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan

sekitarnya

2. Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap berfungsi untuk melindungi seseorang (citra diri-self image) dari

keraguan yang muncul dari dalam dirinya atau dari faktor luar yang mungkin jadi

ancaman bagi dirinya. Sikap tersebut berfungsi untuk meningkatkan rasa aman dan

akan menimbulkan kepercayaan yang lebih baik untuk meningkatkan citra diri.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial

dari seseorang. Sikap akan menggambarkan hobi, minat, kegiatan dan opini dari

konsumen.

4. Fungsi Pengetahuan

Pengetahuan yang baik mengenai suatu produk seringkali mendorong

seseorang menyukai produk tersebut. Karena itu sikap positif terhadap suatu produk

seringkali mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk.

2.2.4 Model Sikap

Sumarwan (2003:147) mengungkapkan secara garis besar bahwa terdapat

beberapa model sikap yaitu :

1. The Tricomponent Attitude Model (Triandis)

Sikap konsumen terhadap suatu produk terbentuk dari tiga komponen yaitu

(28)

2. Multiatribute Model (Fishbein)

Model ini secara singkat menyatakan bahwa sikap seoarang konsumen terhadap

suatu objek (produk atau merek) akan ditentukan oleh sikapnya terhadap

berbagai atribut yang dimiliki oleh objek tersebut yang telah dievavaluasi. Model

tersebut disebut multiatribut karena evaluasi konsumen terhadap objek

berdasarkan kepada evaluasinya terhadap banyak atribut yangdimilikinya oleh

objek tersebut.

3. Ideal Point Model (Model Angka Ideal)

Engel et al. mengemukakan bahwa model angka ideal ini akan memberikan

informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu produk dan sekaligus

bisa memberikan informasi mengenai merek ideal yang dirasakan konsumen.

2.2.5 Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Sikap

Menurut (Setiadi, 2008:229) sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

1. Pengaruh Keluarga

Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam keputusan

pembelian. Dengan mengabaikan kecenderungan anak usia belasan tahun

yang sering memberontak pada orang tua, sebenarnya terdapat hubungan yang

kuat antara sikap orang tua dan sikap anaknya. Dari data yang ada terbukti

bahwa sekitar kurang lebih 58% keputusan pembelian dipengaruhi oleh

anak-anak.

2. Pengaruh Kelompok Kawan Sebaya (Peer Group Influences)

Banyak studi yang memperlihatkan bahwa kawan sebaya mampu

(29)

Assel menemukan bahwa pengaruh kelompok kawan sebaya lebih

memungkinkan mempengaruhi sikap dan perilaku pembelian dari pada iklan.

Anak-anak usia belasan tahun sering melakukan pembelian terhadap suatu

produk karena teman sekolahnya telah membeli produk itu.

3. Pengalaman

Pengalaman masa lalu mempengaruhi sikap terhadap merek. Pengalaman

penggunaan suatu merek produk pada masa lalu akan memberikan evaluasi

atas merek produk tersebut, bergantung apakah pengalaman itu

menyenangkan atau tidak. Jika pengalaman masa lalu itu menyenangkan maka

sikap konsumen di masa mendatang akan positif, tetapi jika pengalaman pada

masa lalu itu tidak menyenangkan maka sikap konsumen di masa mendatang

pun akan negatif.

4. Kepribadian

Kepribadian konsumen mempengaruhi sikap. Sifat-sifat seperti suka

menyerang, terbuka, kepatuhan atau otoritarianisme mungkin mempengaruhi

sikap terhadap merek dan produk. Individu yang agresif mungkin lebih

mungkin terlibat dalam persaingan olah raga dan akan membeli peralatan

yang paling mahal dalam usahanya untuk mengungguli lawannya.

2.3 Loyalitas Konsumen

Loyalitas secara harfiah diartikan sebagai kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang

terhadap suatu objek. Konsumen/pelanggan adalah seseorang yang terbiasa membeli

suatu produk. Kebiasan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang sering

selama periode waktu tertentu. Tanpa ada stock record hubungan yang kuat dan

(30)

yang merasa puas terhadap produk atau merek yang dikonsumsi atau dipakai akan

membeli ulang produk tersebut. Jika pembelian ulang tersebut dilakukan secara

terus-menerus, hal inilah yang dikatakan Loyalitas konsumen (Tjiptono, 2003:45).

Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga

kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan yang

setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan tertentu,

sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang

mereka kenal. Selanjutnya pada tahap berikutnya pelanggan yang loyaltersebut akan

memperluas “kesetiaan” mereka pada produk-produk lain buatan produsen yang

sama. Dan pada akhirnya mereka adalah konsumen yang setia pada produsen atau

perusahaan tertentu untuk selamanya.

Philip Kotler (2001) menyatakan bahwa loyalitas tinggi adalah pelanggan

yang melakukan pembelian dengan persentasi makin meningkat pada perusahaan

tertentu daripadaperusahaanlain.Dalam upaya untuk mempertahankan pelanggan

harus mendapatkan prioritas yang lebih besar dibandingkan untuk mendapatkan

pelanggan baru. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berdasarkan kepuasan murni dan

terus-menerus merupakan salah satu aset terbesar yang mungkin didapat oleh

perusahaan.

Engel (Mangkunegara, 2003:3) menyebutkan perilaku konsumen sebagai

tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh

dan menggunakan barang–barang jasa ekonomis termasuk proses dalam pengambilan

keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan atas dua kelompok, yaitu: Loyalitas

merek (brand loyality) dan loyalitas toko (store loyality). Loyalitas merek merupakan

(31)

konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.

Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan dengan suatu

merek. Seorang pelanggan yang sangat loyal terhadap suatu merek tidak akan dengan

mudah pindah ke merek lain apapun yang terjadi dengan merek tersebut. Bila

loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat, kerentanan kelompok

pelanggan tersebut dari ancaman dan serangan dari produk lain dapat dikurangi.

Loyalitas merek adalah salah satu indikator dari ekuitas merek yang jelas terkait

dengan peluang penjualan, yang berarti pula jaminan perolehan laba perusahaan

dimasa yang akan datang.

Pelanggan yang loyal pada umumnya akan melanjutkan pembelian suatu

merek walaupun dihadapkan pada alternatif merek produk pesaing yang menawarkan

karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya. Bila

banyak pelanggan dari suatu merek masuk dalam kategori ini memiliki ekuitas merek

yang kuat. Sebaliknya, pelanggan yang tidak loyal kepada suatu merek pada saat

mereka melakukan pembelian terhadap suatu merek pada umumnya tidak didasarkan

karena ketertarikan mereka pada suatu merek lebih didasarkan pada suatu harga. Bila

sebagian besar pelanggan dari suatu merek dalam kategori ini, berarti ekuitas merek

produk tersebut adalah lemah.

2.3.1 Fungsi Loyalitas Merek.

Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, loyalitas merek dapat

menjadi assets strategis bagi perusahaan, sehingga loyalitas merek memiliki fungsi

potensial bagi perusahaan yaitu:

1) Mengurangi biaya pemasaran.

(32)

pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru.

2) Meningkatkan perdagangan

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan

perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran.

3) Menarik minat pelanggan baru.

Pelanggan suatu merek yang merasa puas dan suka pada suatu merek akan

menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan untuk mengkonsumsi

suatu merek terutama jika pembelian yang mereka lakukan mengandung

resiko yang tinggi.

4) Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan.

Loyalitas merek akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk

merespon gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk

yang unggul, pelanggan yang loyal akan memberikan waktu pada perusahaan

untuk memperbaikin produknya dengan cara menetralisasikan.

(Durianto, 2001:127).

2.3.2 Tingkatan loyalitas merek

Loyalitas merek suatu produk, ada beberapa tingkatan loyalitas merek.

Masing-masing tingkatan menunjukkan tantangan pemasaran yang harus dihadapi

sekaligus asset yang dapat dimanfaatkan. Tingkatan loyalitas merek tersebut yaitu:

1) Berpindah-pindah (Switcher)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan

yang berada pada tingkat yang paling dasar. Pada tingkatan ini merek apapun

mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam

(33)

2) Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual buyer)

Pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai

pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya. Pada tingkatan

ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan

keinginan untuk membeli merek produk yang lain.

3) Pembeli yang puas (Satisfied buyer)

Pada tingkatan ini pembeli masuk dalam kategori puas bila mereka

mengkonsumsi merek tersebut.

4) Menyukai merek (likes the brand)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang

sungguh-sungguh menyukai suatu merek. Pada tingkatan ini dijumpai

perasaan emosional yang terkait pada suatu merek.

5) Pembeli yang komit (Comitted buyer)

Pembeli pada tahap ini merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki

suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut

menjadi sangat penting bagi mereka dari segi fungsinya maupun sebagai suatu

ekspresi diri. Tiap tingkatan loyalitas merek mewakili tantangan pemasaran

yang berbeda dan juga mewakili tipe assets yang berbeda dalam pengelolaan

dan eksploitasinya (Durianto, 2001:128).

Empat hal yang menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal, yaitu:

1) Konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri terhadap

pilihannya.

2) Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat resiko yang

lebih tinggi dalam pembelian.

(34)

toko.

4) Kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal

terhadapmerek.

Seperti halnya, loyalitas merek, loyalitas toko juga ditunjukkan oleh perilaku

konsistensi, tetapi tindakan konsistensi pada loyalitas toko merupakan perilaku yang

konsistensinya dalam mengunjungi toko dimana disitu konsumen bisa membeli

merek produk yang diinginkannya. Jika konsumen menjadi loyal terhadap suatu

merek karena kualitas produk, maka loyalitas toko yang menyebabkan kepuasan

adalah kualitas pelayanan toko.

Loyalitas konsumen secara langsung berkaitan erat dengan asosiasi antara

kepercayaan, sikap dan perilaku konsumen. Assael (Setiadi, 2008:225)

mengemukakan kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan kurangnya asosiasi antara

kepercayaan, sikap dan perilaku sebagai berikut:

1) Kurangnya keterlibatan. Sikap akan kurang mempunyai hubungan dengan

perilaku pada katagori produk Low Involvement.

2) Kurangnya pengalaman penggunaan produk secara langsung. Studi yang

dilakukan Berger dan Mitchell menemukan bahwa ketika konsumen

mempunyai pengalaman langsung, maka sikap mereka akan lebih mungkin

berhubungan dengan perilaku.

3) Kurangnya hal-hal yang bersifat instrumental dirasakan oleh konsumen. Sikap

tidak mungkin berkaitan dengan perilaku jika kepercayaan terhadap merek

tidak berkaitan dengan nilai-nilai konsumen. Fakta menunjukkan bahwa

kepercayaan konsumen pada sereal yang mengandung kalori lebih sedikit,

tidak bisa dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku jika konsumen tidak

(35)

4) Perubahan kondisi pasar. Peningkatan dalam harga dari merek yang disenangi

menyebabkan konsumen mengubah pilihan dengan tidak mengubah sikapnya.

Potongan harga spesial dari merek lain, akan memungkinkan konsumen

memilih merek produk itu. Hal lain juga misalnyaketidaksediaanmerek produk

yang disenangi akan mengubah pilihan tanpa mengubah sikap.

5) Sulit mengakses sikap pada memori. Beberapa informasi yang tersimpan

dalam memori agak sulit diakses. Sikap yang tersimpan kurang kuat dalam

memori, akan menyulitkan seseorang untuk memanggil kembali sikap

tersebut. Karena kesulitan mengakses informasi itulah sering terjadi bahwa

sikap tidak berhubungan dengan perilaku.

2.4. Corporate Social Responsibility(CSR)

2.4.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu

perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh

memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder)

Konsep CSR dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Konsep pertama

menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah mencari profit, sehingga CSR

merupakan bagian dari operasi bisnis. Sedangkan konsep kedua menyatakan bahwa

tujuan perusahaan adalah perusahaan mencari laba (profit), menyejahterahkan orang

(people) dan menjamin keberlanjutan hidup dari pelanet. Kedua konsep ini sangat

berbeda.(Kodrat, 2009:261)

Menurut Making Good Business Sense dalam Wibisono (2007:7)

mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagai komitmen

(36)

berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas

hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas

lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Sementara itu World Bussiness Council for SustainableDevelopment

(WBCSD) mendefinisikan CSR sebagai tanggungjawabSosial perusahaan adalah

komitmen berkelanjutan perusahaan untuk berperilaku secara etis dan memberikan

kontribusi pada pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup ditempat

kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Dalam Sukirno,dkk(2004:357) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya adalah:

1. Memperhatikan kepentingan masyarakat umum.

2. Menjaga kelestarian lingkungan alam di sekitar kita.

3. Menjaga kepentingan dan kesejahteraan pekerja.

4. Menjaga kepentingan konsumen.

5. Menjaga kepentingan pemegang saham.

6. Menjaga agar setiap tindakan tidak menyalahi undang-undang.

2.4.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Elkington dalam Wibisono(2007:32) memberi pandangan bahwa

perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan 3P yaitu keuntungan

(profit), masyarakat (people), lingkungan (planet).

Keuntungan (profit) merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama

dari setiap kegiatan usaha. Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan

pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

(37)

masyarakat akan mendukung keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan

perusahaan.

Intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan pula

tanggung jawab yang bersifat sosial. Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung

jawab perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi

masa depan. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya, melainkan sentra

laba dimasa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang

baik, timbal baliknya perusahaan juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.

Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari

aktivitas CSR (Susanto, 2007:28) antara lain:

1) Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima

perusahaan.

2) CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaanmeminimalkan

dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis.

3) Keterlibatan dan kebanggaan karyawan, karyawan akan merasa bangga bekerja

pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara berkelanjutan

melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan

kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

4) CSR yang dilaksanakan secara berkelanjutan akan mampumemperbaiki

hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya.

5) Meningkatkan penjualan, konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang

dihasilkan oleh perusahaan menjalankan tanggung jawab sosialnya secara

berkelanjutan sehingga memiliki reputasi yang baik.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh United States-basedBusiness for Social

(38)

yang telah mempraktekkan CorporateSocial Responsibility antara lain:

1) Meningkatkan kinerja keuangan

2) Mengurangi biaya operasional.

3) Meningkatkan brand image dan reputasi perusahaan

4) Meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Peneliti Judul Peneliti Variable Hasil Penelitian

Pasri Y J S Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa FKM bahwa variabel sikap konsumen terhadap penerapan program

Corporate SocialResponsibility

yang terdiri dari variabel komponen kognitif, komponen

afektif,komponen konatif berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa FKM USU

Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang positif dan

signifikan antara sikap konsumen tentang penerapan program

Corporate SocialResponsibility

terhadap brand loyalty operator seluler Indosat pada

mahasiswaRegular S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap konsumen tentang penerapan program

Corporate Social Responsibility

(39)

Loyalty Operator Produk dan Harga terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan

Hasil uji hipotesis menyimpulkan bahwa:

(1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk kartu prabayar IM3 terhadap kepuasan;

(2) Terdapatpengaruh yang signifikan antara harga kartu

prabayarIM3 terhadap kepuasan;(3) terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk terhadap loyalitas konsumen;

(4) tidak terdapat pengaruh yang signifikanantara harga kartu prabayar IM3 terhadap loyalitas konsumen; dan

(5)terdapat pengaruh yang

signifikan antara kepuasan terhadap loyalitas,yang dikarenakan harapan konsumen sesuai dengan layanan yang diberikan produk IM3, sehingga konsumen menjadi loyal. Khaeril,dkk loyalitas nasabah di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kualitas layanan dan CSR berpengaruh psoitif dan signifikan terhadap corporate Image.

(2) kualitas layanan dan corporate Image berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap

nasabah.CSR memiliki pengaruh psoitif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan nasabah.

(40)

(4) kualitas layanan dan CSR berpengaruh tidak langsung

terhadap kepuasan nasabah melalui corporate image.

(5) kualitas layanan,CSR, corporate image, berpengaruh tidak langsung terhadaployalitas melalui kepuasan nasabah.

2.6 Kerangka Konseptual

MenurutKodrat(2009:261)CSRbukan hanya sekedar kegiatan amal,dimana

CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan

sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan

(stakeholder) konsep CSR dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Konsep

pertama menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah mencari profit, sehingga CSR

merupakan bagian dari operasi bisnis. Sedangkan konsep kedua menyatakan bahwa

tujuan perusahaan adalah perusahaan mencari laba (profit), mensejahterahkan orang

(people) dan menjamin keberlanjutan hidup dari pelanet. Kedua konsep ini sangat

berbeda.

Menurut Schiffman dan Kanuk et al. dalam Sumarwan (2002:147), sikap

terdiri dari tiga komponen yaitu:

1) Komponen Kognitif, yaitu merupakan kepercayaan konsumen terhadap

motivasi dan kesesuain program Corporate Social Responsibility (CSR) yang

dilakukan oleh pasta gigi Pepsodent.

2) Komponen Afektif, yaitu gambaran perasaan dan emosi (baik atau buruk,

disukai atau tidak disukai) konsumen terhadap penerapan pada program

Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh pasta

gigiPepsodent

(41)

untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan denganpenerapan program

Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh pasta gigi

Pepsodent.

Konsumen yang merasa puas terhadap produk atau merek yang dikonsumsi

atau dipakai akan membeli ulang produk tersebut. Jika pembelian ulang tersebut

dilakukan secara terus-menerus, maka ini lah yang dikatakan Loyalitas konsumen

(Tjiptono, 2003:45). Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan atas dua kelompok,

yaitu: Loyalitas merek (brand loyality) dan loyalitas toko (storeloyality). Maka

kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagaiberikut:

SikapKonsumen Tentang Penerapan Program CSR Pasta Gigi Pepsodent (X)

Sumber : Sumarwan (2002:147), diolah oleh peneliti (2015) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah,

yang kebenarannya akan diuji dalam pengajian hipotesis (Sugiyono,

2006:306).Berdasarkanperumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Kognitif berpengaruh terhadap Loyalitas

H2 : Afektif berpengaruh terhadap Loyalitas

H3 : Konagtif berpengaruh terhadap Loyalitas

Loyalitas Konsumen

(Y)

1.Komponen Kognitif(X1)

2.Komponen Afektif (X2)

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenispenelitian yang digunakan adalah explanatorysurvey,yaitu penyelidikan

kausalitas dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi

dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebabnya, melalui data tertentu.

(Ginting, 2008:56).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara.Penelitian ini di mulai dari bulan September 2015 sampai dengan bulan

Oktober 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

3.3.1Variabel Independent (X) adalah sikap konsumen terdiri dari komponen

kognitif (X1) yaitu kepercayaan, komponen afektif (X2) yaitu perasaan,

komponen konatif (X3) yaitu keinginan untuk melakukan tindakan tertentu.

3.3.2 Variabel Dependent (Y) adalah loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan mengenai pengertian teoritis dan

(43)

yang sudah didefinisikan, maka perlu definisi operasional masing-masing variabel

sebagaimana upaya dalam penelitian, antara lain:

3.4.1 Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap konsumen terhadap

penerapan Corporate Social Responsibility. Sikap konsumen (X) menjelaskan

kepercayaan, perasaan dan juga tindakan konsumen terhadap penerapan program

Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Pepsodent, yang terdiri dari:

1) Komponen Kognitif (X1), yaitu merupakan kepercayaan konsumen terhadap

motivasi dan kesesuaian program Corporate Social Responsibility (CSR)

yang dilakukan oleh pasta gigi Pepsodent.

2) Komponen Afektif (X2), yaitu gambaran perasaan dan emosi (baik atau

buruk, disukai atau tidak disukai konsumen terhadap penerapan pada

program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh pasta

gigi Pepsodent.

3) Komponen Konatif (X3), yaitu menggambarkan kecendrungan dari

seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan

penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan

(44)

3.4.2 Variabel Terikat (Dependent variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:33). Variabel terikat (Y) dalam

penelitian ini adalah loyalitas konsumen terhadap pasta gigi Pepsodent, setelah

perusahaan melakukan kegiatan CorporateSocial Responsibility. Variabel loyalitas

konsumen (Y) merupakan perilakukonsumen sebagai yang diperlihatkan konsumen

dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk

dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Loyalitas konsumen (Y) yaitu tindakan-tindakan individu yang secara

langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa

ekonomis termasuk proses dalam pengambilan keputusan yang mendahului dan

menentukan tindakan–tindakan tersebut.

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Kognitif (X1) Merupakan kepercayaan konsumen terhadap motivasi dan kesesuaian program

Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh pasta gigi pepsodent

a. Pengetahuan konsumen b. Pandangan konsumen

Likert

Afektif (X2) Gambaran perasaan (baik atau buruk, disukai atau tidak disukai) konsumen terhadap penerapan pada program

Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh pasta gigi pepsodent

a. Kesenangan

Konatif (X3) Menggambarkan kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan penerapan program Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh

a. Pendukung program CSR b. Keinginan

membeli lagi

(45)

pasta gigi pepsodent Loyalitas

Konsumen (Y)

Sejauhmana seseorang menunjukkan sikap terhadap suatu merk, mempunyai komitmen pada merk tertentu dan berniat untuk membelinya di masa depan.

a. Merekomendasika n kepada orang lain

b. Tidak terpengaruh dengan produk lain.

c. Melakukan pembelian ulang

Likert

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pada proses pengolahan data, untuk menghitung masing-masing variabel

digunakan Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

yang dijabarkan menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun beberapa instrumen dengan menghadapkan responden terhadap pernyataan

yang diajukan. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan

diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor yang dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah

ini :

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

Keterangan Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiyono (2008:115)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

(46)

kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:72). Populasi penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU program S-1 angkatan

2012-2014 yang berjumlah 2150 orang.

Tabel 3.3 Populasi

Angkatan

Departemen

Eko. Manajemen Akuntansi Pembangunan

2012 209 364 352

2013 181 238 250

2014 141 203 212

Jumlah 531 805 814

Total 2150

Sumber: Direktori Mahasiswa

3.6.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode slovin dengan rumusn

= �

1+��2 sehingga dapat diambil sample dari populasi adalah n =

2150

1+2150 ��,102 =

96orang responden.

3.7 Jenis Data

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :

1. Data Primer

Dataprimer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden

melalui wawancara dan pengamatan langsung terhadap sumber yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh melalui dokumentasi,

literatur buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah, dan internet yang berkaitan

(47)

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Angket (Kuisioner)

Metode yang digunakan angket atau kuisioner adalah suatu cara pengumpulan

data dengan memberikan dan menyebarkan daftar pertanyaan kepada

responden, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas nama daftar

pertanyaan tersebut.

2. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung

dengan responden secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Ujivaliditasdan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner

layak dijadikan sebagai instrument penelitian. Validitas menunjukkan seberapa nyata

suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan

dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya untuk mencapai sasarannya. Adapun

tempat untuk menguji validitas dan reliabilitas tersebut adalah di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan responden sebanyak 30 orang

mahasiswa diluar sampel penelitian, untuk uji validitas dan reliabilitas menggunakan

alat bantu SPSS.

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang diukur (Ginting, 2007:172). Pengujian validitas dilakukan kepada 30 responden

(48)

1. Jika r hitung> r tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika r hitung< r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reabilitas diberikan kepada 30

responden diluar dari responden penelitian. Nilai r tabel dengan ketentuan df = N-4,

dalam hal ini N adalah jumlah responden = 30 dan tingkat signifikasi sebesar 5 %

maka nilai r tabel yang diperoleh = 0,37, tetapi menurut Situmorang,dkk.(2008:36)

“bila harga korelasi positif danr> = 0.3 maka butir instrument tersebut

dinyatakan valid atau memiliki validitas konstruk yang baik”.

Tabel 3.4

Uji Validitas 30 Responden Item-Total Statistics

Setelah dilakukan pengujian validitas telihat pada Tabel 3.5, seluruh

pernyataan telah valid yaitu nilai corrected item total correlation seluruhnya telah

(49)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Menurut Trihendradi (2011:211), pengujian dilakukan dengan menggunakan

program SPSS, butiran pertanyaan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya

dengan kriteria sebagai berikut: pertanyaan dinyatakan reliable jika memberikan nilai

Cronbanch Alpha > 0,6

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.795 .792 11

Pada 11 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa

Cronbach Alpha adalah sebesar 0, 795. Ini berarti 0, 795 >0,6 sehingga dapat

dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah realibel dan dapat disebarkan kepada

responden untuk dapat dijadikan sebagai instrument penelitian ini.

3.10 Teknik Analisis

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan

mula-mula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan

gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti.

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari atas uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan

uji multikolinieritas :

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data

Gambar

Tabel 1.2 Indonesia Most RecommendedBrand2015
Tabel 1.3 Merk Pasta Gigi yang Sering Digunakan
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh faktor kualitas, harga, promosi dan saluran distribusi terhadap kesetiaan konsumen produk pasta gigi Pepsodent di Kalurahan Pabelan.. Untuk mengetahui

Pembatasan untuk variabel yang mempengaruhi perilaku loyalitas konsumen, peneliti hanya mengambil beberapa variabel antara lain, sikap loaylitas, CSR, rasa percaya serta

Hipotesis dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan antara promosi penjualan terhadap keputusan pembelian konsumen pasta gigi Pepsodent, pada

Saya sangat tertarik dengan penyajian iklan pasta gigi Pepsodent karena mengajak untuk selalu menjaga kebersihan gigi.. Iklan pasta gigi Pepsodent mendorong saya untuk

Tabel 4.9 Distribusi jawaban responden tentang konsumen yang melakukan keputusan pembelian Pasta Gigi Pepsodent karena sudah melakukan pencarian internal mengenai Pasta Gigi

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1 Sayamerasapuasdengankualitas Pasta Gigi Pepsodent.. 2 Sayamerasapuas dengan aroma Pasta

LOYALITAS, ASOSIASI MEREK DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN PADA MEREK PASTA GIGI PEPSODENT DI SURABAYA”. 1.2

Data diperoleh dengan menggunakan skala Likert untuk melihat apa yang terjadi pada konsumen terhadap pengulangan pesan suatu iklan pasta gigi Pepsodent dalam proses