• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh YUSMIATI

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan menggunakan 2 siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 30 siswa, dengan jumlah 18 laki-laki dan 12 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian gerak dasar memukul bola dalam bermain kasti. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti melalui modifikasi alat pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan penggunaan alat modifikasi berupa pemukul yang diganti dengan piring dan pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm.

(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh YUSMIATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

UPAYA

MENINGKATKAN

KEMAMPUAN

GERAK

DASAR

MEMUKUL

BOLA

DALAM

BERMAIN

KASTI

DENGAN

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2

HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

YUSMIATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Penelitian Kaji Tindak... 21 2. Diagram Batang rata-rata Kelas Siswa Yang Mendapat Nilai ≥ RK dan < RK

Gerak Dasar Servis Dalam Sepak Takraw ... 34 3. Diagram Batang Ketuntasan Belajar Kelas Siswa Yang Mendapat Nilai ≥ KB

(5)

DAFTAR TABEL

(6)

MOTTO

“ Bakat hanya satu persen dalam hidup,,

selebihnya adalah tekun ...

( Simer)

”Niscaya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang

beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa

derajat”

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. …………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(8)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Yusmiati

NPM : 1013078052

Tempat tanggal lahir : Tanjung Karang, 08 Nopember 1961

Alamat : Jl. Raya Natar No 5 Rt 09/Rw 4 Candimas Natar.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “UPAYA PENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013”adalah benar hasil karya penulis berdasarkan

penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 9 September s.d 31 September t 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Oktober 2012

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

anugerah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat mempersembahkan karya terbaik ini

kepada Ibunda dan Ayahanda yang sangat penulis sayangi

kepada Ayahanda yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar penulis

berhasil mencapai cita-cita dan menjadi yang terbaik.

Istri tercinta , yang selalu memberikan , semangat, Perhatian, dan sayangnya kepada Kang Mas, Anak-anak kuTerskasih yang sangat penulis sayangi,

terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat penulis menjadi kuat untuk berusaha menberikan karya terbaik ini.

Almamater-ku FKIP Unila,

(10)

Judul Skripsi : UPAYAMENINGKATKANKEMAMPUAN

GERAKDASARMEMUKULBOLADALAM

BERMAINKASTIDENGANMODIFIKASIALAT

PADASISWAKELASIVSDN1

HADUYANGTAHUNPELAJARAN2012/2013

Nama Mahasiswa : Yusmiati

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013078052

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Pembimbing

Drs. Baharrudin, M.Pd Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd

(11)

BELUM DI RUBAH

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Sleman Pada tanggan 06 Bulan November tahun 1960, sebagai putra kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muhtarom (Alm) dan Ibu Siti Ruqoyah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada Sekolah Dasar Negeri 1 Margadadi tahun 1973. Pendidikan menengah pada Sekolah Menengah Pertama Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) Margadadi tahun 1980, sedang pendidikan tingkat atasnya pada Sekolah Guru Olahraga (SGO) Negeri Tanjung Karang tahun 1983.

Pada tahun 1984 penulis diterima sebagai pegawai negeri menjadi guru olahraga di SD Negeri 2 Margamulya sampai sekarang.

(12)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul ”Meningkatkan kemampuan Gerak Dasar Servis Takraw Melalui Modifikasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Margamulya Jatiagung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2011/2012” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

4. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah

memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

7. Kepala SDN 2 Margamulya Jatiagung Lampung Selatan yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2011/2012.

8. Siswa-siswi kelas IV SDN 2 Margamulya Jatiagung Lampung Selatan tahun

pelajaran 2011/2012, terima kasih atas waktu dan kerjasamanya.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2001 S1 Dalam jabatan, ayo sukseskan

program S1 secepatnya. Semangat.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

(13)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis

(14)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang dapat digunakan

untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan

jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalalui aktivitas jasmani

yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan

keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, sikap

sportif dan kecerdasan emosi. Pendidikan jasmani dan kesehatan

merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan dan

penghayatan nilai-nilai moral yang bermuara pada pengembangan jiwa

peserta didik secara utuh.

Isi dari pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan memuat berbagai

permainan olah gerak jasmani yang dapat merangsang peserta didik

untuk menjadi aktif dan kreatif sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan. Masa anak-anak merupakan masa dimana pertumbuhan

dan perkembangan organ-organ tubuhnya sedang berlangsung dan

bersifat terpadu. Perkembangan yang satu berkaitan erat dan

mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Pada usia sekolah dasar

(15)

2

perkembangan fisik akan amat erat kaitannya dengan perkembangan

kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu menghayati konsep-

konsep yang belum dikenalnya. Disinilah pendidikan jasmani ikut andil

bagian dalam perkembangan seorang anak. Menurut pakar pendidikan

jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett, pendidikan jasmani adalah

satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan

dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang

dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi

atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan gerak yang sangat berguna untuk melakukan

keterampilan gerak dasar. Untuk merangsang peserta didik dalam

melakukan kemampuan gerak tersebut diperlukan sebuah alat. Salah

satunya adalah dengan menggunakan permainan yang menarik perhatian

siswa. Permainan merupakan salah satu materi yang diberikan disekolah

dasar. Permainan dapat dikelompokkan berdasarkan, jumlah pemainnya,

sifat permain, berdasarkan alat yang dipakai, besarnya bola yang dipakai.

Permainan bola kecil di antaranya kasti, Bola bakar, rouders dan

lain-lainnya.

Permainan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi mereka yang

memainkannya karena adanya pengaruh positif, baik terhadap individu

maupun kelompok terutama terhadap aspek fisik, mental dan moral.

(16)

perkembangan anak terutama karena karakteristik permainannya yang

mengutamakan kerjasama kelompok dan dapat mengembangkan

kemampuan penalaran disamping dapat mengembangkan kemampuan

gerak, sikap serta kesegaran jasmani. Permainan bagi anak-anak

merupakan suatu kebutuhan hidup setiap hari sebagaimana kebutuhan

terhadap makan dan minum. Pada saat bermain, semua fungi faal anak

dilatih, baik fungsi-fungsi rohani dan fungsi jasmani. Semakin banyak

kesempatan anak bermain makin sempurnalah penyesuaian anak terhadap

keperluan hidup dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi yang Penulis lakukan di SD Negeri 2

Haduyang, penulis melihat pada saat pembelajaran gerak sebagian besar

siswa belum optimal dalam pelaksanaannya. Guru mendemonstrasikan,

kemudian siswa menirukan gerakan tersebut secara bergiliran.

Pelaksanaan kegiatan memang teratur, tetapi terkesan kaku dan

membosankan. Siswa hanya melakukan gerak pada saat giliran ia

melakukan. Selebihnya mereka hanya duduk, berdiri, mengobrol dengan

teman atau hal-hal lain diluar pembelajaran. Keterbatasan sarana dan

prasarana juga menjadi kendala yang klasik dalam pembelajaran

pendidikan jasmani. Di sini dapat kita lihat bahwa kesempatan anak

untuk bergerak menjadi terbatasi, padahal anak-anak memerlukan ruang

gerak yang lebih luas untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan

gerak yang sangat bermanfaat untuk melakukan keterampilan gerak

spesialisasi. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam

(17)

4

Dibutuhkan variasi-variasi bermainan yang menyenangkan dan tentu saja

menarik minat siswa sehingga mereka dapat bermain dengan gembira dan

tentu saja dapat meningkatkan kemampuan gerak.

Oleh karena itu, penulis memiliki keinginan untuk membuat suatu

pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan aktivitas

siswa dalam bergerak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dunia

anak-anak adalah dunia bermain. Oleh sebab itu, penulis ingin mencoba

memberikan pembelajaran dengan aktivitas bermain, bermain disini

dilakukan dengan mengadopsi dari beberapa permainan anak tradisional

yang menggunakan alat dan permainan tanpa alat. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan beberapa macam permainan anak yang didalamnya

mengembangkan aspek kemampuan gerak seperti, kelincahan,

keseimbangan, kecepatan, ketepatan, (koordinasi mata dan tangan) dan

daya tahan.

Dengan memberikan Pembelajaran menggunakan permainan-permainan

tersebut, penulis mengharapkan kemampuan gerak siswa dapat

meningkat. Selain itu, bermain juga merupakan dasar di dalam

pembentukan perilaku sehingga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan

pengetahuan mengenai kehidupan sosial dan perkembangan fisik bagi

anak.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan

untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus

(18)

mengerjakan sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang

digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya

alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi

yang akan diberikan kepada siswa, dengan tujuan agar mudah dipahami dan dapat

dimengerti oleh peserta didik atau siswa.

Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara

penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya. Lutan ( 1998 )

menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar

siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan

kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola

gerak secara benar.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis mengajar di SDN 2 Haduyang

dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan memukul bola pada waktu

bermain sering tidak mengenai pemukul, siswa belum menunjukkan kemampuan

seperti yang diharapkan dalam pembelajaran. Hal tersebut terlihat masih

banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan, di antaranya masih kurangnya

koordinasi antara gerakan awal, pelaksanaan dan gerak lanjutan pada saat

memukul bola. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa tersebut merupakan

hambatan yang sangat berarti untuk tercapainya hasil belajar memukul bola kasti

pada waktu bermain, kurang sesuai dengan yang diharapkan pada pembelajaran

gerak dasar memukul bola kasti pada waktu bermain siswa kelas IV SDN 2

(19)

6

Rata-rata nilai tidak mencapai standar ketuntuasan minimal (KKM) di SDN 2

Haduyang Natar yaitu 65. Dari 30 siswa kelas IV pada waktu bermain Kasti yang

mengenai pemukul hanya 10 dari 30 siswa atau sebesar 33,33%, sedangkan yang

belum tuntas sebesar 66,67% atau 22 dari 33 siswa yang dinyatakan tuntas dalam

belajar atau berhasil dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan standar

mutu dalam kurikulum (KTSP) jika mencapai nilai 64 atau lebih kecil dinyatakan

belum tuntas atau remedial jika mendapat nilai kurang dari 65. Diduga pada

pembelajaran gerak dasar memukul dalam bermain Kasti dikarenakan pemukulnya

terlalu kecil sehingga sukar kenanya pada waktu bermain. Dari dugaan di atas

penulis mencoba mengatasinya dengan memodifikasi pemukul/stiknya di buat

lebih lebar dan lebih ringan agar siswa tidak enggan melakukannya pada saat

pembelajaran berlangsung, di samping itu agar tidak terlalu banyak yang

mengikuti remidial dalam materi gerak dasar memukul dalam bermain Kasti. Dari

permasalahan yang dikemukakan di atas penulis tertarik menindak lanjuti dengan

kajian berupa penelitian kaji tindak (PTK) dengan judul ” Upaya Meningkatkan

Gerak Dasar Memukul Bola Mendatar Dalam Bermain Kasti Dengan

Memodifikasi Alat Untuk Siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar Tahun

Pelajaran 2012/2013”.

D.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi

antara lain :

1. Pemukul yang digunakan dalam Kasti masih terlalu kecil untuk siswa SD kelas

(20)

2. Masih banyak siswa yang takut melakukan gerak dasar memukul dikarenakan

masih berat.

3. Masih banyak siswa perkiraan kapan harus mengayun pemukul dengan

datangnya bola.

4. Masih banyak siswa pada waktu memukul bola sikutnya bengkok atau ditekuk.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

1. Apakah dengan menggunakan alat modifikasi pemukul yang diganti dengan piring

dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar memukul bola Kasti pada siswa

kelas IV SDN 2 Haduyang Natar ?.

2. Apakah dengan menggunakan pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang

12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm dapat meningkatkan kemampuan gerak

dasar memukul bola Kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar ?.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan rumusan masalah di atas maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul bola Kasti

dengan menggunakan alat modifikasi pemukul yang diganti dengan piring.

2. Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul bola Kasti

dengan menggunakan alat modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya

(21)

8

G. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian di atas tercapai, maka hasil yang di harapkan dapat

bermanfaat :

1. Bagi siswa, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul

bola dalam bermain Kasti.

2. Bagi guru Pendidikan Jasmani, merupakan inovasi dari pembelajaran yang

sebelumnya dan meningkatkan rasa percaya diri karena mampu

mengembangkan pengetahuan, pengalaman, strategi, peralatan, dan fasilitas

pembelajaran.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP UNILA, sebagai upaya

pengembangan modifikasi pembelajaran bagi calon guru.

4. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan masuakan dan pertimbangan untuk

pembinaan profesionalisme bagi guru penjas disekolah

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar Mengajar

Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui

pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses

suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan

suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan prilaku.

Menurut Oemar Hamalik (2003) “Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan

belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa”.

Menurut Husdarta dan Saputra (2002) “Mengajar merupakan suatu proses yang

kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja

tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai

upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang

akan disajikan kepada siswa”.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju

ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar

(23)

10

sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini

maka ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan“.

B. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani

yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan

emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes

2004)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui

kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan

agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan

menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat

seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif

(Depdiknas, 2004: 2).

Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata

pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses

pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat

menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan

emosional yang selaras, serasi, seimbang.

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar

(24)

menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan

saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi

yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak,

menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang

perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial

dan moral.

C. Keterampilan Gerak Dasar

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan

tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi

dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi tiga gerakan

dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3)

manipulatif. Rusli (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah ”gerak yang

digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau

memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. gerak non

lokomotor” adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari

tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan

menarik. Sedangkan gerak manipualtif adalah ketrampilan memainkan suatu proyek

baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang

lain.Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan,

misalnya melempar, menangkap dan menendang.

D. Tahap Pembelajaran Gerak

Fitts dan Donsor mengemukakan bahwa proses keterampilan gerak terjadi

(25)

12

1. Tahap Kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar gerak. Pada tahapan ini, diberikan

pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta

didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan dan

bagaimana gerak itu di lakukan. Oleh karena itu, kemampuan kognitif

sangat berpengaruh pada tahap ini.

Pada tahap ini, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan

yang dipelajari. Pelajar berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari

informasi yang diberikan kepadanya. Informasi yang didiberikan bisa

bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal ialah informasi yanng

berbentuk penjelasan dengn menggunakan kata-kata. Disini indra

pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat

dilihat. Informasi ini bisa berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan.

Instruksi, demonstrasi, film clips dan informasi verbal lainnya secara khusus

memberikan manfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah

agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari

sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang dihadapinya sekarang.

Contoh, beberapa keterampilan mempunyai ketentuan yang sama, sehingga

perolehan informasi sebelumnya dapat digunakan untuk pengajaran yang

baru. Juga, beberapa bentuk gerakan yang sudah dipelajari sebelumnya

dapat disesuaikan dengan

keterampilan yang diinginkan dan menjadi pijakan bahan pengajaran

(26)

1. Tahap Fiksasi/Asosiatif

Tahap fiksasi disebut juga tahap tengah. Tahap ini ditandai dengan

tingkat penguasaan gerakan dimana pelajar sudah mampu melakukan

gerakan dalam rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya.

Dengan tetap mempraktikan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan

menjadi efisien, lancar, sesuai dengan keiinginannya dan kesalahan

gerakan semakin berkurang.

Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, peserta didik

perlu tahu kesalahan yang diperbuatnya. Peserta didik membutuhkan

motivasi dan umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu

sudah benar atau salah melalui pemberitahuan yang dilakukan oleh orang

yang mengamatinya.

Dari pengetahuan tentang kesalahannya itulah peserta didik perlu

mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan kesalahan selama

mempraktikkan berulang-ulang. Kemampuan untuk mengetahui

kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan penguasaan

gerak. Untuk meningkatkan pengusaan gerak diperlukan kesempatan

yang leluasa untuk praktik berulang-ulang.

Pada tahap ini, sudah merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi

rangkaian gerakan secara terpadu yang sangat penting untuk menguasai

berbagai gerak keterampilan. Setelah rangkaian gerakan bisa dilakukan

dengan baik, maka peserta didik dapat melanjutkan ketahap belajar

(27)

14

2. Tahap Otomatisasi

Tahap otomatisasi dapat dikatakan sebagai tahap akhir dalam belajar

gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan secara

otomatis tanpa terpengaruh waluapun pada saat melakukan gerakan itu

peseta didik harus memperhatikan hal-hal lainnya selain gerakan yang

dilakukan. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan

yang dilakukan lebih efisien dan efektif.

Untuk mencapai tahap ini, diperlukan praktik berulang-ulang secara

teratur. Setelah dicapai tahap otomatisasi kelancaran dan kebenaran

gerakan masih bisa ditingkatkan, namum peningkatannya tidak lagi

secepat pada tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini, dimana gerakan

sudah menjadi otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit.

Untuk mengubahnya diperlukan ketekunan.

1. Periode Perkembangan Gerak Dasar untuk Anak Usia SD

1. Fase perkembangan gerak dasar usia 2-7 tahun

Anak usia 2-7 tahun pada dasarnya sedang mengalami masa pertumbuhan,

mengalami bertambahnya pengalaman, mereka bergantung pada instruksi

dan meniru yang lain. Fase perkembangan gerak dasar ini dibagi menjadi

tiga tingkatan, yaitu:

a. Tingkat awal, merupakan awal dari munculnya kesadaran anak akan

pola gerak dasar, meskipun perpaduan dan koordinasi geraknya masih

belum sempurna.

(28)

gerak dasar. Kesadaran mengenai ruang dan waktu sudah terbentuk,

sehingga gerak koordinasi sudah mulai lebih baik daripada tahap

sebelumnya.

c. Tingkat kematangan, merupakan tahap pematangan gerak dasar yang

ditandai dengan semakin efisiensinya koordinasi gerak yang dilakukan.

Biasanya, anak yang berada pada fase ini, sudah layak untuk

mendapatkan bentuk-bentuk gerak yang lebih kompleks lagi.

2. Fase transisi usia 7-10 tahun

Pada masa ini, anak secara individu mulai dapat mengkombinasikan dan

menerapkan keterampilan gerak dasar yang terkait dengan performanya

dalam aktivitas jasmani. Pada fase ini, kemampuan gerak dasar

dikembangkan dan diperhalus dalam situasi bermain dan situasi olahraga

kecabangan. Ketermapilan berolahraga pada masa transisi merupakan

suatu penerapan sederhana dari gerak dasar, menuju bentuk-bentuk

gerakan yang lebih komplek dan spesifik.

3. Fase spesifikasi usia 10-13 tahun

Pada usia 10-13 tahun anak sudah dapat menentukan pilihannya akan

cabang olahraga yang sangat disukainya. Secara umum, mereka sudah

memiliki kemampuan dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih

baik. Atas dasar pertimbangan pada faktor fisik, kognitif dan budaya,

mereka memilih untuk lebih mengkhususkan pada salah satu cabang yang

dianggap dapat dilakukan. Mereka sudah mulai bisa memahami

kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

(29)

16

2. Hakikat Bermain

Huizinga mendefinisikan bermain sebagai aktivitas bebas yang dilakukan

tidak sungguh-sungguh, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta

aturan-aturan tertentu. Siendentop, menyatakan bahwa bermain merupakan dunia

bagi kehidupan anak-anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan

dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau

memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan

imajinasi pada anak. Sudono (2010:1)

Buitendyk menyebutkan prisip-prinsip yang terdapat dalam permainan yaitu:

 Kita bermain dengan suatu barang atau seseorang;

 Kemungkinan bermain banyak sekali, tetapi ada batas-batas yang

menentukan yaitu aturan-aturan dan lapangan/tempat;

 Dalam permainan terdapat suatu klimaks, mula-mula dari lemah kemudian

semakin lama semakin kuat dan turun menjadi lemah kembali; dan

 Ada pertukaran antara ketegangan dan kekendoran.

Selain berguna sebagai media untuk pembentukan gerak, sebagian besar para

ahli psikologi meyakini bahwa bermain merupakan dasar bagi pembentukan

perilaku dimasa anak-anak , sehingga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan

pengetahuan mengenai kehidupan sosial dan perkembangan fisiknya.

E. Pengertian Bermain dalam Pendidikan Anak

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

(30)

informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada

anak. Menurut Mayke dalam Sudono (2010:3) menyatakan bahwa belajar

dengan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi,

mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikan, dan

mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung

banyaknya.

Dari pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa bermain merupakan

suatu kebutuhan bagi anak yang dapat memberikan dampak yang positif

untuk seluruh aspek perkembangan anak. Dengan bermain kita dapat

memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk bereksplorasi

sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu

pengetahuan dapat dipahami oleh anak dengan lebih mudah.

F. Sumber Belajar dan Alat Permainan

1. Pengertian Sumber Belajar dan Alat Permainan

Sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk

memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada murid

maupun guru antara lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar,

narasumber, benda atau hasil-hasil budaya. Sudono (2010:7)

Sedangkan alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan

oleh anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai

macam sifat seperti mengelompokkan, menyempurnakan suatu desain,

atau menyusun sesuai bentuk utuhnya. Sudono (2010:7)

(31)

18

Menurut Sudono (2010: 7-9) Sumber belajar berfungsi untuk

memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak untuk

mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan

berbagai alat, buku, narasumber atau tempat. Selain itu sumber belajar

juga berfungsi untuk meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa

melalui berkomunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan

dengan sumber belajar atau hal lainnya Sedangkan alat permainan

berfungsi untuk mengenali lingkungan mengenal lingkungan dan

membimbing anak untuk mengenali kekuatan maupun kelemahan dirinya.

Sudono (2010:8)

G. Teori Bermain

a. Teori Kelebihan Tenaga dari Herbert Spencer

Berbunyi bahwa tenaga yang berlebihan yang ada pada anak itu menuntut

jalan keluar dan dapat disalurkan dalam permainan.

b. Teori Rekreasi dari Lazarus

Permainan itu adalah keasyikan yang bukan dalam bentuk bekerja dan

bermaksud untuk bersenang-senang serta istirahat. Permainan dilakukan

oleh orang-orang setelah lelah bekerja dan bermaksud menyegarkan

kembali jiwa dan raganya.

c. Teori Persiapan atau latihan

Memandang bermain sebagai latihan manusia sebelum dewasa untuk

mempersiapkan beberapa fungsi-fungsi keperluan hidup. Berdasarkan

(32)

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan sukarela

untuk bersenang-senang atau rekreasi dan persiapan atau latihan di dalam

mempersiapkan kehidupan bermasyarakat.

H. Manfaat Bermain Bagi Anak

1. Di pandang dari sudut kesehatan

Tiap manusia memiliki naluri untuk bergerak, terlebih untuk anak-anak

yang memiliki naluri untuk bergerak sangat besar. Gerakan itu sangat

berguna untuk fungsi-fungsi jasmani dan rohani. Bergerak sama pentingnya

dengan mekan, minum, tidur. Melarang anak bergerak artinya menahan,

merintangi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.

Bergerak dalam permainan yang dimainkan dalam suasana gembira

mempunyai pengaruh yang baik bagi organ-organ dalam yang mendorong

pertumbuhan. Oleh karena itu, suasana gembira dalam latihan-latihan dan

permainan-permainan harus selalu diusahakan oleh guru.

Dalam permainan anak banyak sekali bergerak, ini mempunyai pengaruh

yang baik terhadap peredaran darah dan pernafasan. Luas pernafasan

diperbesar, ruang dada diperbesar kesemua jurusan sehingga paru-paru

berfunngsi lebih baik. Semua alat-alat pernfasan menjadi terlatih , jantung

pun menjadi lebih kuat memompa darah keseluruh tubuh. Karena

permainan dan latihan tesebut maka organ tubuh kita berfungsi lebih baik

dan pada gilirannya akan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan.

(33)

20

Anak-anak itu senang bemain, permainan itu dilakukan dengan gembira.

Oleh karena itu, segala sesuatu yang diajarkan pada waktu itu dapat

ditangkap dengan baik. Ahli-ahli pendidikan menganjurkan supaya

permainan menjadi alat pendidikan yang utama, untuk menuntun

pertumbuhan jasmani dan rohani.

I. Permainan Bola Kasti

1. Sejarah Singkat Bola Kasti

Kasti berasal dari bahasa Belanda, termasuk dalam jenis olahraga permainan

dengan menggunakan bola kecil atau permainan bola kecil. Kasti adalah pemain

beregu (tim) yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari 12

orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu

pemukul atau pihak pemukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan

disebut regu lapangan atau pihak lapangan. Kasti dimainkan khusus oleh

anak-anak putra saja atau oleh anak-anak-anak-anak putrid saja. Permainan kasti dimainkan di

atas lapangan rumput yang rata yang berbentuk empat persegi panjang dimana

lebar dan panjangnya kurang lebih berbanding 1 : 2. Di atas lapangan terdapat

sebuah tiang hinggap untuk pertolongan pelari disebut tiang pertolongan, dan 2

buah tiang hingga bebas yang terdapat pada bagian akhir lapangan disebut tiang

bebas.

Dalam permainan kasti ini dipergunakan alat pemukul bola dibuat dari kayu,

disebut kayu pemukul, dan bola kecil. Bagi anak-anak pemula yang baru belajar

dapat memakai bola tenis, sedang bagi anak-anak yang sudah mahir atau telah

(34)

dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh 3 orang pembantu wasit dan

seorang penulis nilai. Pemain regu pemukul setelah memukul bola berusaha

segera lari ke tiang bebas dengan melalui tiang pertolongan lebih dulu atau

langsung lari ke tiang bebas dan kembali ke ruang bebas dengan selamat untuk

mendapat nilai. Sebaliknya pemain regu lapangan berusaha menggagalkan usaha

pemain pemukul untuk mendapat nilai dengan menangkap bola yang dipukul

oleh pemain pemukul dan melempar atau menembak pelari dengan bola atau

menghanguskan ruang bebas dengan bola pada waktu ruang bebas kosong

(belum ada pelari yang masuk ruang bebas) untuk menggantikan menjadi pemain

pemukul. Antara regu satu dengan regu lainnya saling berusaha untuk menjadi

regu pemukul. Adapun tujuan dari masing-masing regu atau kedua belasan

adalah berusaha untuk mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. Permainan

kasti ini dilakukan 2 babak, anatara babak pertama dan babak kedua dengan

diberi waktu untuk istirahat. Regu yang dinyatakan menang adalah regu yang

sampai akhir permainan atau akhir pertandingan lebih banyak mengumpulkan

nilai.

2. Gerak Dasar Permainan Kasti

Sebelum melangkah ke dalam peraturan permainan terlebih dahulu harus

menguasai teknik-teknik dasar permainan kasti, beberapa teknik dalam

permainan bolakasti adalah sebagai berikut:

a. Melambungkan Bola

Melambungkan bola perlu dikuasai oleh pemain karena teknik dasar

inisalah satu yang menentukan dalam permainan, agar dapat

(35)

22

Melambungkan Bola ke Atas

langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Berdiri dengan salah satu kaki di depan (kaki kanan /kiri).

2. Pegang bola dengan tangan kanan, sejajar dengan dada

3. Bola berada pada pangkal jari-jari, tangan kanan membuat

cekungan dan menghadap ke atas.

4. Tangan kanan di depan dada dengan siku sedikit ditekuk dan

tangan kiri didepan dada.

5. Tarik tangan kanan ke bawah hingga di samping belakang lutut.

6. Condongkan badan agak kedepan dan tekuklah kedua lutut.

7. Ayunkan tangan keatas dengan siku lurus.

8. Lepaskan bola disertai dengan lecutan telapak tangan kearah atas.

b. Melambungkan Bola ke Depan

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Berdiri dengan kaki kiri di depan.

2. Tangan kanan memegang bola.

3. Tangan kanan yang memegang bola lurus berada di samping paha.

4. Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari dan telapak tangan

membuat cekungan.

5. Selanjutnya tarik tangan kanan lurus kebelakang.

6. Tekuk kedua lutut dan badan condong kedepan (badan tidak

membungkuk).

7. Ayunkan tangan yang memegang bola kearah depan,langkahkan

(36)

c. Melempar Bola dari Atas Kepala

Lemparan bola dari arah atas biasanyadigunakan dari jarak yang jauh

dari pemuykul atau pemain yang berlari, langkah-langkah melempar

bola ke pada pemukul antara lain:

1. Berdiri dalam sikap siap melempar.

2. Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari, ketiga jari-jari berada

pada belakang bola, ibu jari dan jari kelingking berada di samping

bola.

3. Tariklah tangan kebelakang bersama dengan gerakan memutar

kesamping dan langkahkan kaki kiri kedepan.4. Badan condong

kebelakang lalu ayunkan tangan yang memegang bola dari

belakang dan lemparkan dengan kaki kanan ikut maju.

d. Menangkap Bola

Ada beberapa teknik menangkap bola dalam permainan kasti, teknik

ini digunakan oleh pemain penjaga.berbagai teknik tangkapan antara

lain:

 Menangkap Bola Lambung langkah-langkahnya adalah:

1. berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk

pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.

2. julurkan tangan keatas depan kepala badan sedikit condong

kedepan.

3. kedua telapak tangan membuka menyerupai bunga yang merekah

dan siap menangkap bola, pandangan tetap kebola.

(37)

24

1. berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk

pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.

2. posisi kedua telapak tangan, kedua lengan lurus kedepan dan

tangan kanan atau tangan kiri yang di atas seperti bentuk tepuk

tangan dari atas.

 Menangkap Bola Dari Bawah tekniknya sebagai berikut:

1. kedua tangan siap menerima bola dengan berjongkok.

2. jari-jari tangan berada di bawah sejajar arah bola yang akan

datang

3. pandangan lurus kearah bola agar dapat melihat arah bola datang

e. Memukul Bola

Memukul bola, teknik ini merupakan teknik yang harus dikuasai

setiap pemain karena sebuah pukulan yang dapat menentukan

berhasil tidaknya permainan. Ada beberapa teknik memukul yang

harus dikuasai pemain kasti antara lain:· memukul bola mendatar,

memukul bola merendah atau menyusur tanah, memukul bola atas

kepala.

f. Teknik Berlari

Berlari, teknik berlari merupakan teknik yang dapat dilakukan oleh

setiap pemain. Alangkah baiknya bila teknik berlari bagi pemain

kasti di perdalam lagi agar tidak kecapean bila sedang berlari. Ada

beberapa teknik berlari antara lain:

· berlari lurus

(38)

J. Gerak Dasar Memukul Bola

Dalam permainan kasti, gerak dasar memukul merupakan unsur yang sangat penting

bagi regu pemukul, karena dengan pukulan yang benar dan terarah merupakan

modal utama dalam memperoleh nilai. Sering kali kemenangan dalam suatu

pertandingan ditentukan oleh kemahiran anak dalam memukul bola. Agar anak-anak

dapat memukul dengan baik, maka gerak dasar memukul ini harus diberikan secara

mendasar dan dimulai dengan cara memegang kayu pemukul, kemudian dilanjutkan

dengan gerakan memukul. Sedangkan posisi kaki pada waktu memukul adalah

sangat menentukan terhadap arah pemukul bola. Kesalahan umum yang sering

dilakukan pada saat memukul ialah pemukul yang kurang tenang, kurang

memperhatikan posisi regu lapangan dan tergesa-gesa memukul bola yang

dilambungkan kepadanya. Ia seharusnya benar-benar melihat bola yang

dilambungkan dari pelambung dan berusaha memukul ke arah lapangan yang

kosong artinya tempat yang tidak ada penjaganya, agar dapat member kesempatan

kepada temannya yang ada di tiang pertolongan untuk dapat lari menuju salah satu

tiang bebas. Juga kepada temannya yang berada di tiang bebas supaya dapat kembali

ke ruang bebas.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam gerak dasar memukul, yaitu :

a. Cara memegang kayu pemukul

Cara pemukul di pegang pada bagian yang telah disediakan yaitu di ujung yang

kecil dan ada lekukan-lekukan tempat jari-jari.Adapun cara memegang kayu

pemukul yang lebar dan mudah dilakukan oleh anak-anak adalah seprti sikap tangan

(39)

26

kelingking saling berdekatan atau merapat, sedangkan jari telunjuk agak jauh dan

ibu jari berada di atas secara wajar. Untuk mengarahkan bola perlu memperhatikan

posisi kaki saat memukul bola.

b. Posisi kaki saat memukul bola.

1. Posisi kaki untuk memukul bola ke samping kiri ke arah tiang pertolongan.

2. Posisi kaki untuk memukul bola ke arah bendera batas separuh lapangan yang

berada di sebelah kiri dan daerah sekitarnya.

3. Posisi kaki untuk memukul bola ke samping kiri ke arah tiang pertolongan.

4. Posisi kaki untuk memukul bola ke arah antara ruang bebas dan bendera batas

separuh lapangan yang berada di sebelah kanan.

Gambar 1. Lapangan Kasti

Keterangan

A. Ruang bebas/ruang tunggu

B. Tempat pelambung

C. Tempat pemukul

D. Tempat penjaga belakang

E. Tempat pemberentian I

F. Tempat pemberentian II

(40)

Gambar 2. pemukul dan bola kasti

Gambar 3. Bola Kasti

K.Modifikasi Alat Pembelajaran

Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah ”pengubahan” dan berasal dari

kata ”ubah” yang berarti ”lain atau beda” mengubah dapat diartikan dengan

”menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari arti pengubahan adalah

”proses”, perubahan atau cara mengubah, kemudian mengubah dapat juga diartikan

pembaruan. Tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam pembaruan berpokok

pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu

bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan

untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus

besar bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk mengerjakan

sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk

proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran

guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan dibeikan

kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh

(41)

28

Rusli Lutan ( 1998 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi,

fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya.

Lutan ( 1998 ) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan

tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan

kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola

gerak secara benar. “Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1) mengatasi

keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2) mendukung

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan

pembelajaran yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara

sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 1997 ).

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa keutamaan modifikasi alat bermain

merupakan suatu upaya untuk merubah alat bermain yang sesungguhnya menjadi

berbeda dari yang sebelumnya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan agar

tujuan yang direncanakan sebelumnya dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Pada

penelitian ini modifikasi yang digunakan adalah modifikasi pemukul yang diganti

dengan piring plastik, bola plastik sebesar bola tenis, dan pemukul terbuat dari

papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, modifikasi

digunakan agar para siswa mudah untuk melakukan gerak dasar memukul bola

kasti, modifikasi ini juga bermanfaat untuk :

1. Agar anak berani melakukan gerak dasar memukul bola kasti.

2. Agar anak dapat melakukan gerak dasar memukul bola kasti.

3. Agar guru mudah untuk mengajarkan gerak dasar memukul bola kasti.

4. Agar proses pembelajaran lebih menari.

(42)

Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan bola plastik yang relatif lebih ringan dan tidak keras. Hal ini dapat

memberikan kemudahan bagi anak dalam usahanya menuju gerak dasar mengoper

bola seperti yang diharapkan, karena anak dapat mencoba secara berulang-ulang

melakukan gerakan mengoper bola tanpa ragu dan rasa takut karena sakit yang

ditimbulkan saat mengoper bola.

L. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui

penelitian ilmiah. Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan

diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

“Dengan alat modifikasi bola plastik dan piring plastik, pemukul yang

diperbesar/ diperlebar dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran

gerak dasar memukul bola dalam bermain bola Kasti pada Siswa Kelas IV

(43)

30

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena

metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu

penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan

pada Siswa SDN 2 Haduyang Natar.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif

yang "di coba sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Arikunto (1998 : 82)

Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru dengan

siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian

tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan

perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.

(44)

Gambar 4. Daur ulang PTK

Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008)

Keterangan gambar

1. Perencanaan ( Planning ).

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,

oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap

perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana

pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data

mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan

simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan

rancangan.

2. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan

isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat

suatu tindakan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

(45)

32

Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru

melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata

lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk

proses belajar mengajar yang mengutamakan hasil yang lebih baik dari

sebelumnya.

B. Subyek penelitian

Populasi menurut Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah

keseluruan dari subjek penelitian. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini

adalah siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar berjumlah 30 orang. Yang terdiri dari 18 siswa putra dan 12 siswa putri.

C. Tempat dan Waktu.

1. Tempat Penelitian : Di lapangan SDN 1 Negara Ratu Natar. 2. Pelaksanaan Penelitian : Januari dan Februari 2012

3. Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada tahap penyusunan

skripsi berlangsung selama kurang lebih 3 bulan.

D. Variabel dan Data

1. Variabel : Menurut (Arikunto, 2006 : 99) variabel penelitian adalah

gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. yang terdiri dari

variabel bebas dan terikat.

variabel Bebas (X) : Modifikasi Alat

(46)

Variabel Terikat (Y) : Gerak Dasar Memukul Bola Kasti.

2. Data : Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga

menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan data primer yang diolah

secara kuantitatif dengan bentuk data diskrip. Hasil penelitian ini dijabarkan

secara kualitatif

E. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah

yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat

komponen tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan

berulang. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang

tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu

dalam bentuk siklus. Seperti yang di gambarkan sebagai berikut

1. Siklus Pertama

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran dan kegiatan- kegiatan yang akan

dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2. Menyiapkan peralatan modifikasi bola plastik sebesar bola tenis

sebanyak 30 buah/sebanyak siswa dan piring plastik yang berdea meter

30 cm sebanyak 30 buah untuk pelaksanaan proses pembelajaran.

(47)

34

Guru

4. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama,

dengan jumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa putra dan 12 siswa

putri.

Gambar 5. Piring plastik dan bola plastik

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3 bersyaf.

2. Jarak guru dengan murid 6 meter.

Gambar 6. Formasi proses pembelajaran siklus 1

3. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang

akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awalan,

pelaksanaan dan sikap akhir.

4. Guru memperagakan cara memukul bola dengan piring plastik.

5. Siswa di berikan contoh rangkaian gerak dasar memukul bola kasti yang

benar, dari mulai sikap persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir dengan

(48)

Pelaksanaan Pada siklus 1

a. Sikap awal : berdiri menghadap kearah pelambung,posisi kakki

salah satunya menghadap kedepan, lutut kaki kanan agak ditekuk,

berat badan berada dikaki kanan dengan badan agak condong

kedepan, tangan kanan memegang pemukul yang telah diganti dengan

piring plastik, tangan kiri dijulurkan kedepan sesuai dengan

permintaan.

b. Pelaksanaan : piring plastik diayunkan serong keatas usahakan kena

pada pertengahan piring plastik, bola setelah kena piring plastik

membentuk sudut ± 450, bola dipukul setinggi bahu, letakkan piring

plastik di dalam kotak tempat pemukul.

c. Sikap akhir : Lari masuk ke dalam lapangan permainan.

6. Diberikan pengulangan gerak dasar memukul bola plastik sebesar bola

tenis dengan menggunakan piring plastik yang berdeameter 30 cm.

secara berurutan.

7. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan,

setelah 2-3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan observasi

atau penilaian.

c. Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu

pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh testor untuk

mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah

dipersiapkan didapatkan hasil sebesar 15 orang mencapai ketuntasan belajar

(49)

36

80% tingkat ketuntasan belajar maka siklus dilanjutkan pada siklus

berikutnya atau siklus kedua.

d. Refleksi :

1. Dari data hasil observasi di analisis dan disimpulkan untuk perencanaan

siklius berikutnya.

2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua.

2. Siklus Kedua

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran/RPP gerak dasar memukul bola

kasti.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar memukul

bola kasti.

3. Menyiapkan alat modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih

kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm.

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera)

5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.

Gambar 7. Pemukul yang dimodifikasi dan bola

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3syaf.

(50)

Guru

Gambar 5. Formasi proses pembelajaran siklus 2

3. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran

yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan,

pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan rangkaian gerak dasar

memukul bola kasti terbuat dari karet.

4. Sebelumnya siswa di berikan contoh cara melakukan pembelajaran

gerak dasar memukul bola yang benar, dari mulai sikap persiapan,

pelaksanaannya, akhir dalam memukul bola kasti.

Pelaksanaan Pada siklus 1

a. Sikap awal : berdiri menghadap kearah pelambung,posisi kaki

salah satunya menghadap kedepan, lutut kaki kanan agak ditekuk,

berat badan berada dikaki kanan dengan badan agak condong

kedepan, tangan kanan memegang pemukul pemukul terbuat dari

papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm,

tangan kiri dijulurkan kedepan sesuai dengan permintaan.

b. Pelaksanaan : pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang

12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, diayunkan serong keatas usahakan

kena pada pertengahan pemukul, bola setelah kena pemukul terbuat

(51)

38

membentuk sudut ± 450, bola dipukul setinggi bahu, letakkan pemukul dalam kotak tempat pemukul.

c. Sikap akhir : Lari masuk ke dalam lapangan permainan

5. Setiap siswa melakukan rangkaian gerak dasar berulang sampai

benar-benar menguasai gerakan ini secara berurutan memukul bola kasti.

6. Dalam proses pembelajaran jika ada siswa yang salah melakukan gerak

dasar memukul bola kasti dilakukan perbaikan berulang-ulang sampai

bisa melakukan cara memukul bola yang baik dan benar.

c. Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu

pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh testor untuk

mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah

dipersiapkan didapatkan hasil sebesar 27 orang mencapai ketuntasan

belajar atau prosentase sebesar 90%. Karena hasil dari siklus kedua telah

mencapai lebih dari 80% tingkat ketuntasan belajar maka siklus dihentikan

pada siklus kedua.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil penelitian memukul bola pada gerak dasar memukul

bola kasti oleh siswa melalui refleksi dan hasil siklus ke-2 telah mencapai

ketuntasan 90 % hasil pembelajaran dengan demikian maka penelitian ini

(52)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham menurut

Muhajir dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK

dikatakan valid bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk

memecahkan masalah yang di hadapi dalam proses pembelajaran. Dari pendapat di

atas untuk instrumen tidak perlu di uji cobakan dan di hitung validitas dan

reliabelitasnya. Instrument bisa dilihat pada lampiran 1 halaman 45.

O. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di

analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar.

(53)

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penggunaan modifikasi pemukul yang diganti dengan piring pada

siklus pertama dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar

memukul boladalam bermain bola kasti pada siswa kelas IV SDN 2

Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Dengan penggunaan modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih

kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm pada siklus kedua dapat

memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar memukul boladalam bermain

kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran

2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada para guru pendidikan jasmani, modifikasi pembelajaran ini dapat

dijadikan sebagai acuan ke depan dalam proses pembelajaran gerak dasar

(54)

2. Untuk siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar agar selalu berupaya meningkatkan gerak dasar memukul bola dalam kasti.

(55)

52

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta. Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta.

Roji. (2004). Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa Pratama. Erlangga.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1

Universitas Terbuka Tahun 2002.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Sukintaka. 2004. Permainan dan Metodik I. PT Rineka Cipta.

Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.

Surisman, 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Universitas lampung.

, 2010. Permainan Bola Kecil . Universitas lampung.

Gambar

Gambar 1. Lapangan Kasti
Gambar 2. pemukul dan bola kasti
Gambar 5. Piring plastik dan bola plastik
Gambar 7. Pemukul yang dimodifikasi dan bola
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Two Stay Two Stray dapat meningkatkan pemahaman konsep serta kualitas proses

[r]

Multikoliniaritas adalah masalah yang timbul berkaitan dengan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel penjelas. Uji Multikoliniearitas digunakan untuk mengetahui

Penelitian yang dilakukan oleh Salamina, Program studi komunikasi Islam dengan judul “ Komunikasi Politik Gerakan Aceh Merdeka dalam Membangun Ideologi Masyarakat di Kabupaten Aceh

Syarat lafal (ikrar) yaitu dapat dimengerti yang menunjukkan adanya jaminan serta pemindahan tanggung jawab dalam memenuhi kewajiban pelunasan hutang dan jaminan ini tidak

This study aims at identifying the types of swearing words used by all characters in Blood Father Movie and the factors contribute to those swearing.. It is a

Penelitian yang bertujuan untuk, (1) mengevaluasi perbedaan penggunaan mulsa jerami dan pola tanam tumpangsari terhadap pertumbuhan gulma, (2) mengetahui penggunaan mulsa jerami

Indonesia yang baik dan benar digunakan dalam penulisan beberapa bagian dari mind map SIkap: Mind map dibuat dengan mandiri, cermat dan teliti, sesuai dengan tenggat