ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN
MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh YUSMIATI
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan menggunakan 2 siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 30 siswa, dengan jumlah 18 laki-laki dan 12 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian gerak dasar memukul bola dalam bermain kasti. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti melalui modifikasi alat pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan penggunaan alat modifikasi berupa pemukul yang diganti dengan piring dan pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN
MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh YUSMIATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
UPAYA
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN
GERAK
DASAR
MEMUKUL
BOLA
DALAM
BERMAIN
KASTI
DENGAN
MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2
HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
(Skripsi)
Oleh
YUSMIATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Siklus Penelitian Kaji Tindak... 21 2. Diagram Batang rata-rata Kelas Siswa Yang Mendapat Nilai ≥ RK dan < RK
Gerak Dasar Servis Dalam Sepak Takraw ... 34 3. Diagram Batang Ketuntasan Belajar Kelas Siswa Yang Mendapat Nilai ≥ KB
DAFTAR TABEL
MOTTO
“ Bakat hanya satu persen dalam hidup,,
selebihnya adalah tekun ...
( Simer)
”Niscaya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa
derajat”
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. …………...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. …………...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Yusmiati
NPM : 1013078052
Tempat tanggal lahir : Tanjung Karang, 08 Nopember 1961
Alamat : Jl. Raya Natar No 5 Rt 09/Rw 4 Candimas Natar.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “UPAYA PENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013”adalah benar hasil karya penulis berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 9 September s.d 31 September t 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Bandar Lampung, Oktober 2012
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugerah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat mempersembahkan karya terbaik ini
kepada Ibunda dan Ayahanda yang sangat penulis sayangi
kepada Ayahanda yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar penulis
berhasil mencapai cita-cita dan menjadi yang terbaik.
Istri tercinta , yang selalu memberikan , semangat, Perhatian, dan sayangnya kepada Kang Mas, Anak-anak kuTerskasih yang sangat penulis sayangi,
terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat penulis menjadi kuat untuk berusaha menberikan karya terbaik ini.
Almamater-ku FKIP Unila,
Judul Skripsi : UPAYAMENINGKATKANKEMAMPUAN
GERAKDASARMEMUKULBOLADALAM
BERMAINKASTIDENGANMODIFIKASIALAT
PADASISWAKELASIVSDN1
HADUYANGTAHUNPELAJARAN2012/2013
Nama Mahasiswa : Yusmiati
Nomor Pokok Mahasiswa : 1013078052
Program Studi : Penjaskes
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Pembimbing
Drs. Baharrudin, M.Pd Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd
BELUM DI RUBAH
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Sleman Pada tanggan 06 Bulan November tahun 1960, sebagai putra kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muhtarom (Alm) dan Ibu Siti Ruqoyah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada Sekolah Dasar Negeri 1 Margadadi tahun 1973. Pendidikan menengah pada Sekolah Menengah Pertama Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) Margadadi tahun 1980, sedang pendidikan tingkat atasnya pada Sekolah Guru Olahraga (SGO) Negeri Tanjung Karang tahun 1983.
Pada tahun 1984 penulis diterima sebagai pegawai negeri menjadi guru olahraga di SD Negeri 2 Margamulya sampai sekarang.
SANWACANA
Asalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul ”Meningkatkan kemampuan Gerak Dasar Servis Takraw Melalui Modifikasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Margamulya Jatiagung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2011/2012” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis
4. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.
6. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah
memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.
7. Kepala SDN 2 Margamulya Jatiagung Lampung Selatan yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2011/2012.
8. Siswa-siswi kelas IV SDN 2 Margamulya Jatiagung Lampung Selatan tahun
pelajaran 2011/2012, terima kasih atas waktu dan kerjasamanya.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2001 S1 Dalam jabatan, ayo sukseskan
program S1 secepatnya. Semangat.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, April 2012 Penulis
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan
jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalalui aktivitas jasmani
yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, sikap
sportif dan kecerdasan emosi. Pendidikan jasmani dan kesehatan
merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan dan
penghayatan nilai-nilai moral yang bermuara pada pengembangan jiwa
peserta didik secara utuh.
Isi dari pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan memuat berbagai
permainan olah gerak jasmani yang dapat merangsang peserta didik
untuk menjadi aktif dan kreatif sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan. Masa anak-anak merupakan masa dimana pertumbuhan
dan perkembangan organ-organ tubuhnya sedang berlangsung dan
bersifat terpadu. Perkembangan yang satu berkaitan erat dan
mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Pada usia sekolah dasar
2
perkembangan fisik akan amat erat kaitannya dengan perkembangan
kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu menghayati konsep-
konsep yang belum dikenalnya. Disinilah pendidikan jasmani ikut andil
bagian dalam perkembangan seorang anak. Menurut pakar pendidikan
jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett, pendidikan jasmani adalah
satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan
dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang
dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi
atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan gerak yang sangat berguna untuk melakukan
keterampilan gerak dasar. Untuk merangsang peserta didik dalam
melakukan kemampuan gerak tersebut diperlukan sebuah alat. Salah
satunya adalah dengan menggunakan permainan yang menarik perhatian
siswa. Permainan merupakan salah satu materi yang diberikan disekolah
dasar. Permainan dapat dikelompokkan berdasarkan, jumlah pemainnya,
sifat permain, berdasarkan alat yang dipakai, besarnya bola yang dipakai.
Permainan bola kecil di antaranya kasti, Bola bakar, rouders dan
lain-lainnya.
Permainan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi mereka yang
memainkannya karena adanya pengaruh positif, baik terhadap individu
maupun kelompok terutama terhadap aspek fisik, mental dan moral.
perkembangan anak terutama karena karakteristik permainannya yang
mengutamakan kerjasama kelompok dan dapat mengembangkan
kemampuan penalaran disamping dapat mengembangkan kemampuan
gerak, sikap serta kesegaran jasmani. Permainan bagi anak-anak
merupakan suatu kebutuhan hidup setiap hari sebagaimana kebutuhan
terhadap makan dan minum. Pada saat bermain, semua fungi faal anak
dilatih, baik fungsi-fungsi rohani dan fungsi jasmani. Semakin banyak
kesempatan anak bermain makin sempurnalah penyesuaian anak terhadap
keperluan hidup dalam masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi yang Penulis lakukan di SD Negeri 2
Haduyang, penulis melihat pada saat pembelajaran gerak sebagian besar
siswa belum optimal dalam pelaksanaannya. Guru mendemonstrasikan,
kemudian siswa menirukan gerakan tersebut secara bergiliran.
Pelaksanaan kegiatan memang teratur, tetapi terkesan kaku dan
membosankan. Siswa hanya melakukan gerak pada saat giliran ia
melakukan. Selebihnya mereka hanya duduk, berdiri, mengobrol dengan
teman atau hal-hal lain diluar pembelajaran. Keterbatasan sarana dan
prasarana juga menjadi kendala yang klasik dalam pembelajaran
pendidikan jasmani. Di sini dapat kita lihat bahwa kesempatan anak
untuk bergerak menjadi terbatasi, padahal anak-anak memerlukan ruang
gerak yang lebih luas untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan
gerak yang sangat bermanfaat untuk melakukan keterampilan gerak
spesialisasi. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
4
Dibutuhkan variasi-variasi bermainan yang menyenangkan dan tentu saja
menarik minat siswa sehingga mereka dapat bermain dengan gembira dan
tentu saja dapat meningkatkan kemampuan gerak.
Oleh karena itu, penulis memiliki keinginan untuk membuat suatu
pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam bergerak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dunia
anak-anak adalah dunia bermain. Oleh sebab itu, penulis ingin mencoba
memberikan pembelajaran dengan aktivitas bermain, bermain disini
dilakukan dengan mengadopsi dari beberapa permainan anak tradisional
yang menggunakan alat dan permainan tanpa alat. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa macam permainan anak yang didalamnya
mengembangkan aspek kemampuan gerak seperti, kelincahan,
keseimbangan, kecepatan, ketepatan, (koordinasi mata dan tangan) dan
daya tahan.
Dengan memberikan Pembelajaran menggunakan permainan-permainan
tersebut, penulis mengharapkan kemampuan gerak siswa dapat
meningkat. Selain itu, bermain juga merupakan dasar di dalam
pembentukan perilaku sehingga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
pengetahuan mengenai kehidupan sosial dan perkembangan fisik bagi
anak.
Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan
untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus
mengerjakan sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang
digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya
alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi
yang akan diberikan kepada siswa, dengan tujuan agar mudah dipahami dan dapat
dimengerti oleh peserta didik atau siswa.
Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara
penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya. Lutan ( 1998 )
menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar
siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan
kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola
gerak secara benar.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis mengajar di SDN 2 Haduyang
dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan memukul bola pada waktu
bermain sering tidak mengenai pemukul, siswa belum menunjukkan kemampuan
seperti yang diharapkan dalam pembelajaran. Hal tersebut terlihat masih
banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan, di antaranya masih kurangnya
koordinasi antara gerakan awal, pelaksanaan dan gerak lanjutan pada saat
memukul bola. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa tersebut merupakan
hambatan yang sangat berarti untuk tercapainya hasil belajar memukul bola kasti
pada waktu bermain, kurang sesuai dengan yang diharapkan pada pembelajaran
gerak dasar memukul bola kasti pada waktu bermain siswa kelas IV SDN 2
6
Rata-rata nilai tidak mencapai standar ketuntuasan minimal (KKM) di SDN 2
Haduyang Natar yaitu 65. Dari 30 siswa kelas IV pada waktu bermain Kasti yang
mengenai pemukul hanya 10 dari 30 siswa atau sebesar 33,33%, sedangkan yang
belum tuntas sebesar 66,67% atau 22 dari 33 siswa yang dinyatakan tuntas dalam
belajar atau berhasil dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan standar
mutu dalam kurikulum (KTSP) jika mencapai nilai 64 atau lebih kecil dinyatakan
belum tuntas atau remedial jika mendapat nilai kurang dari 65. Diduga pada
pembelajaran gerak dasar memukul dalam bermain Kasti dikarenakan pemukulnya
terlalu kecil sehingga sukar kenanya pada waktu bermain. Dari dugaan di atas
penulis mencoba mengatasinya dengan memodifikasi pemukul/stiknya di buat
lebih lebar dan lebih ringan agar siswa tidak enggan melakukannya pada saat
pembelajaran berlangsung, di samping itu agar tidak terlalu banyak yang
mengikuti remidial dalam materi gerak dasar memukul dalam bermain Kasti. Dari
permasalahan yang dikemukakan di atas penulis tertarik menindak lanjuti dengan
kajian berupa penelitian kaji tindak (PTK) dengan judul ” Upaya Meningkatkan
Gerak Dasar Memukul Bola Mendatar Dalam Bermain Kasti Dengan
Memodifikasi Alat Untuk Siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar Tahun
Pelajaran 2012/2013”.
D.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi
antara lain :
1. Pemukul yang digunakan dalam Kasti masih terlalu kecil untuk siswa SD kelas
2. Masih banyak siswa yang takut melakukan gerak dasar memukul dikarenakan
masih berat.
3. Masih banyak siswa perkiraan kapan harus mengayun pemukul dengan
datangnya bola.
4. Masih banyak siswa pada waktu memukul bola sikutnya bengkok atau ditekuk.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
1. Apakah dengan menggunakan alat modifikasi pemukul yang diganti dengan piring
dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar memukul bola Kasti pada siswa
kelas IV SDN 2 Haduyang Natar ?.
2. Apakah dengan menggunakan pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang
12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm dapat meningkatkan kemampuan gerak
dasar memukul bola Kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar ?.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan rumusan masalah di atas maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul bola Kasti
dengan menggunakan alat modifikasi pemukul yang diganti dengan piring.
2. Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul bola Kasti
dengan menggunakan alat modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya
8
G. Manfaat Penelitian
Jika tujuan penelitian di atas tercapai, maka hasil yang di harapkan dapat
bermanfaat :
1. Bagi siswa, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul
bola dalam bermain Kasti.
2. Bagi guru Pendidikan Jasmani, merupakan inovasi dari pembelajaran yang
sebelumnya dan meningkatkan rasa percaya diri karena mampu
mengembangkan pengetahuan, pengalaman, strategi, peralatan, dan fasilitas
pembelajaran.
3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP UNILA, sebagai upaya
pengembangan modifikasi pembelajaran bagi calon guru.
4. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan masuakan dan pertimbangan untuk
pembinaan profesionalisme bagi guru penjas disekolah
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar Mengajar
Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang
belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan prilaku.
Menurut Oemar Hamalik (2003) “Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan
belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa”.
Menurut Husdarta dan Saputra (2002) “Mengajar merupakan suatu proses yang
kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja
tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai
upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang
akan disajikan kepada siswa”.
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju
ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar
10
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini
maka ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan“.
B. Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani
yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan
emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes
2004)
Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui
kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan
agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan
menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat
seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif
(Depdiknas, 2004: 2).
Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata
pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses
pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat
menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan
emosional yang selaras, serasi, seimbang.
Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar
menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan
saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi
yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak,
menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang
perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial
dan moral.
C. Keterampilan Gerak Dasar
Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan
tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi
dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi tiga gerakan
dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3)
manipulatif. Rusli (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah ”gerak yang
digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau
memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. gerak non
lokomotor” adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari
tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan
menarik. Sedangkan gerak manipualtif adalah ketrampilan memainkan suatu proyek
baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang
lain.Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan,
misalnya melempar, menangkap dan menendang.
D. Tahap Pembelajaran Gerak
Fitts dan Donsor mengemukakan bahwa proses keterampilan gerak terjadi
12
1. Tahap Kognitif
Merupakan tahap awal dalam belajar gerak. Pada tahapan ini, diberikan
pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta
didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan dan
bagaimana gerak itu di lakukan. Oleh karena itu, kemampuan kognitif
sangat berpengaruh pada tahap ini.
Pada tahap ini, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan
yang dipelajari. Pelajar berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari
informasi yang diberikan kepadanya. Informasi yang didiberikan bisa
bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal ialah informasi yanng
berbentuk penjelasan dengn menggunakan kata-kata. Disini indra
pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat
dilihat. Informasi ini bisa berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan.
Instruksi, demonstrasi, film clips dan informasi verbal lainnya secara khusus
memberikan manfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah
agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari
sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang dihadapinya sekarang.
Contoh, beberapa keterampilan mempunyai ketentuan yang sama, sehingga
perolehan informasi sebelumnya dapat digunakan untuk pengajaran yang
baru. Juga, beberapa bentuk gerakan yang sudah dipelajari sebelumnya
dapat disesuaikan dengan
keterampilan yang diinginkan dan menjadi pijakan bahan pengajaran
1. Tahap Fiksasi/Asosiatif
Tahap fiksasi disebut juga tahap tengah. Tahap ini ditandai dengan
tingkat penguasaan gerakan dimana pelajar sudah mampu melakukan
gerakan dalam rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya.
Dengan tetap mempraktikan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan
menjadi efisien, lancar, sesuai dengan keiinginannya dan kesalahan
gerakan semakin berkurang.
Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, peserta didik
perlu tahu kesalahan yang diperbuatnya. Peserta didik membutuhkan
motivasi dan umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu
sudah benar atau salah melalui pemberitahuan yang dilakukan oleh orang
yang mengamatinya.
Dari pengetahuan tentang kesalahannya itulah peserta didik perlu
mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan kesalahan selama
mempraktikkan berulang-ulang. Kemampuan untuk mengetahui
kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan penguasaan
gerak. Untuk meningkatkan pengusaan gerak diperlukan kesempatan
yang leluasa untuk praktik berulang-ulang.
Pada tahap ini, sudah merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi
rangkaian gerakan secara terpadu yang sangat penting untuk menguasai
berbagai gerak keterampilan. Setelah rangkaian gerakan bisa dilakukan
dengan baik, maka peserta didik dapat melanjutkan ketahap belajar
14
2. Tahap Otomatisasi
Tahap otomatisasi dapat dikatakan sebagai tahap akhir dalam belajar
gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan secara
otomatis tanpa terpengaruh waluapun pada saat melakukan gerakan itu
peseta didik harus memperhatikan hal-hal lainnya selain gerakan yang
dilakukan. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan
yang dilakukan lebih efisien dan efektif.
Untuk mencapai tahap ini, diperlukan praktik berulang-ulang secara
teratur. Setelah dicapai tahap otomatisasi kelancaran dan kebenaran
gerakan masih bisa ditingkatkan, namum peningkatannya tidak lagi
secepat pada tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini, dimana gerakan
sudah menjadi otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit.
Untuk mengubahnya diperlukan ketekunan.
1. Periode Perkembangan Gerak Dasar untuk Anak Usia SD
1. Fase perkembangan gerak dasar usia 2-7 tahun
Anak usia 2-7 tahun pada dasarnya sedang mengalami masa pertumbuhan,
mengalami bertambahnya pengalaman, mereka bergantung pada instruksi
dan meniru yang lain. Fase perkembangan gerak dasar ini dibagi menjadi
tiga tingkatan, yaitu:
a. Tingkat awal, merupakan awal dari munculnya kesadaran anak akan
pola gerak dasar, meskipun perpaduan dan koordinasi geraknya masih
belum sempurna.
gerak dasar. Kesadaran mengenai ruang dan waktu sudah terbentuk,
sehingga gerak koordinasi sudah mulai lebih baik daripada tahap
sebelumnya.
c. Tingkat kematangan, merupakan tahap pematangan gerak dasar yang
ditandai dengan semakin efisiensinya koordinasi gerak yang dilakukan.
Biasanya, anak yang berada pada fase ini, sudah layak untuk
mendapatkan bentuk-bentuk gerak yang lebih kompleks lagi.
2. Fase transisi usia 7-10 tahun
Pada masa ini, anak secara individu mulai dapat mengkombinasikan dan
menerapkan keterampilan gerak dasar yang terkait dengan performanya
dalam aktivitas jasmani. Pada fase ini, kemampuan gerak dasar
dikembangkan dan diperhalus dalam situasi bermain dan situasi olahraga
kecabangan. Ketermapilan berolahraga pada masa transisi merupakan
suatu penerapan sederhana dari gerak dasar, menuju bentuk-bentuk
gerakan yang lebih komplek dan spesifik.
3. Fase spesifikasi usia 10-13 tahun
Pada usia 10-13 tahun anak sudah dapat menentukan pilihannya akan
cabang olahraga yang sangat disukainya. Secara umum, mereka sudah
memiliki kemampuan dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih
baik. Atas dasar pertimbangan pada faktor fisik, kognitif dan budaya,
mereka memilih untuk lebih mengkhususkan pada salah satu cabang yang
dianggap dapat dilakukan. Mereka sudah mulai bisa memahami
kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
16
2. Hakikat Bermain
Huizinga mendefinisikan bermain sebagai aktivitas bebas yang dilakukan
tidak sungguh-sungguh, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta
aturan-aturan tertentu. Siendentop, menyatakan bahwa bermain merupakan dunia
bagi kehidupan anak-anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau
memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi pada anak. Sudono (2010:1)
Buitendyk menyebutkan prisip-prinsip yang terdapat dalam permainan yaitu:
Kita bermain dengan suatu barang atau seseorang;
Kemungkinan bermain banyak sekali, tetapi ada batas-batas yang
menentukan yaitu aturan-aturan dan lapangan/tempat;
Dalam permainan terdapat suatu klimaks, mula-mula dari lemah kemudian
semakin lama semakin kuat dan turun menjadi lemah kembali; dan
Ada pertukaran antara ketegangan dan kekendoran.
Selain berguna sebagai media untuk pembentukan gerak, sebagian besar para
ahli psikologi meyakini bahwa bermain merupakan dasar bagi pembentukan
perilaku dimasa anak-anak , sehingga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
pengetahuan mengenai kehidupan sosial dan perkembangan fisiknya.
E. Pengertian Bermain dalam Pendidikan Anak
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada
anak. Menurut Mayke dalam Sudono (2010:3) menyatakan bahwa belajar
dengan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi,
mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikan, dan
mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung
banyaknya.
Dari pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa bermain merupakan
suatu kebutuhan bagi anak yang dapat memberikan dampak yang positif
untuk seluruh aspek perkembangan anak. Dengan bermain kita dapat
memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk bereksplorasi
sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu
pengetahuan dapat dipahami oleh anak dengan lebih mudah.
F. Sumber Belajar dan Alat Permainan
1. Pengertian Sumber Belajar dan Alat Permainan
Sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk
memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada murid
maupun guru antara lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar,
narasumber, benda atau hasil-hasil budaya. Sudono (2010:7)
Sedangkan alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan
oleh anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai
macam sifat seperti mengelompokkan, menyempurnakan suatu desain,
atau menyusun sesuai bentuk utuhnya. Sudono (2010:7)
18
Menurut Sudono (2010: 7-9) Sumber belajar berfungsi untuk
memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak untuk
mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan
berbagai alat, buku, narasumber atau tempat. Selain itu sumber belajar
juga berfungsi untuk meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa
melalui berkomunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan
dengan sumber belajar atau hal lainnya Sedangkan alat permainan
berfungsi untuk mengenali lingkungan mengenal lingkungan dan
membimbing anak untuk mengenali kekuatan maupun kelemahan dirinya.
Sudono (2010:8)
G. Teori Bermain
a. Teori Kelebihan Tenaga dari Herbert Spencer
Berbunyi bahwa tenaga yang berlebihan yang ada pada anak itu menuntut
jalan keluar dan dapat disalurkan dalam permainan.
b. Teori Rekreasi dari Lazarus
Permainan itu adalah keasyikan yang bukan dalam bentuk bekerja dan
bermaksud untuk bersenang-senang serta istirahat. Permainan dilakukan
oleh orang-orang setelah lelah bekerja dan bermaksud menyegarkan
kembali jiwa dan raganya.
c. Teori Persiapan atau latihan
Memandang bermain sebagai latihan manusia sebelum dewasa untuk
mempersiapkan beberapa fungsi-fungsi keperluan hidup. Berdasarkan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan sukarela
untuk bersenang-senang atau rekreasi dan persiapan atau latihan di dalam
mempersiapkan kehidupan bermasyarakat.
H. Manfaat Bermain Bagi Anak
1. Di pandang dari sudut kesehatan
Tiap manusia memiliki naluri untuk bergerak, terlebih untuk anak-anak
yang memiliki naluri untuk bergerak sangat besar. Gerakan itu sangat
berguna untuk fungsi-fungsi jasmani dan rohani. Bergerak sama pentingnya
dengan mekan, minum, tidur. Melarang anak bergerak artinya menahan,
merintangi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.
Bergerak dalam permainan yang dimainkan dalam suasana gembira
mempunyai pengaruh yang baik bagi organ-organ dalam yang mendorong
pertumbuhan. Oleh karena itu, suasana gembira dalam latihan-latihan dan
permainan-permainan harus selalu diusahakan oleh guru.
Dalam permainan anak banyak sekali bergerak, ini mempunyai pengaruh
yang baik terhadap peredaran darah dan pernafasan. Luas pernafasan
diperbesar, ruang dada diperbesar kesemua jurusan sehingga paru-paru
berfunngsi lebih baik. Semua alat-alat pernfasan menjadi terlatih , jantung
pun menjadi lebih kuat memompa darah keseluruh tubuh. Karena
permainan dan latihan tesebut maka organ tubuh kita berfungsi lebih baik
dan pada gilirannya akan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan.
20
Anak-anak itu senang bemain, permainan itu dilakukan dengan gembira.
Oleh karena itu, segala sesuatu yang diajarkan pada waktu itu dapat
ditangkap dengan baik. Ahli-ahli pendidikan menganjurkan supaya
permainan menjadi alat pendidikan yang utama, untuk menuntun
pertumbuhan jasmani dan rohani.
I. Permainan Bola Kasti
1. Sejarah Singkat Bola Kasti
Kasti berasal dari bahasa Belanda, termasuk dalam jenis olahraga permainan
dengan menggunakan bola kecil atau permainan bola kecil. Kasti adalah pemain
beregu (tim) yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari 12
orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu
pemukul atau pihak pemukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan
disebut regu lapangan atau pihak lapangan. Kasti dimainkan khusus oleh
anak-anak putra saja atau oleh anak-anak-anak-anak putrid saja. Permainan kasti dimainkan di
atas lapangan rumput yang rata yang berbentuk empat persegi panjang dimana
lebar dan panjangnya kurang lebih berbanding 1 : 2. Di atas lapangan terdapat
sebuah tiang hinggap untuk pertolongan pelari disebut tiang pertolongan, dan 2
buah tiang hingga bebas yang terdapat pada bagian akhir lapangan disebut tiang
bebas.
Dalam permainan kasti ini dipergunakan alat pemukul bola dibuat dari kayu,
disebut kayu pemukul, dan bola kecil. Bagi anak-anak pemula yang baru belajar
dapat memakai bola tenis, sedang bagi anak-anak yang sudah mahir atau telah
dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh 3 orang pembantu wasit dan
seorang penulis nilai. Pemain regu pemukul setelah memukul bola berusaha
segera lari ke tiang bebas dengan melalui tiang pertolongan lebih dulu atau
langsung lari ke tiang bebas dan kembali ke ruang bebas dengan selamat untuk
mendapat nilai. Sebaliknya pemain regu lapangan berusaha menggagalkan usaha
pemain pemukul untuk mendapat nilai dengan menangkap bola yang dipukul
oleh pemain pemukul dan melempar atau menembak pelari dengan bola atau
menghanguskan ruang bebas dengan bola pada waktu ruang bebas kosong
(belum ada pelari yang masuk ruang bebas) untuk menggantikan menjadi pemain
pemukul. Antara regu satu dengan regu lainnya saling berusaha untuk menjadi
regu pemukul. Adapun tujuan dari masing-masing regu atau kedua belasan
adalah berusaha untuk mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. Permainan
kasti ini dilakukan 2 babak, anatara babak pertama dan babak kedua dengan
diberi waktu untuk istirahat. Regu yang dinyatakan menang adalah regu yang
sampai akhir permainan atau akhir pertandingan lebih banyak mengumpulkan
nilai.
2. Gerak Dasar Permainan Kasti
Sebelum melangkah ke dalam peraturan permainan terlebih dahulu harus
menguasai teknik-teknik dasar permainan kasti, beberapa teknik dalam
permainan bolakasti adalah sebagai berikut:
a. Melambungkan Bola
Melambungkan bola perlu dikuasai oleh pemain karena teknik dasar
inisalah satu yang menentukan dalam permainan, agar dapat
22
Melambungkan Bola ke Atas
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Berdiri dengan salah satu kaki di depan (kaki kanan /kiri).
2. Pegang bola dengan tangan kanan, sejajar dengan dada
3. Bola berada pada pangkal jari-jari, tangan kanan membuat
cekungan dan menghadap ke atas.
4. Tangan kanan di depan dada dengan siku sedikit ditekuk dan
tangan kiri didepan dada.
5. Tarik tangan kanan ke bawah hingga di samping belakang lutut.
6. Condongkan badan agak kedepan dan tekuklah kedua lutut.
7. Ayunkan tangan keatas dengan siku lurus.
8. Lepaskan bola disertai dengan lecutan telapak tangan kearah atas.
b. Melambungkan Bola ke Depan
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Berdiri dengan kaki kiri di depan.
2. Tangan kanan memegang bola.
3. Tangan kanan yang memegang bola lurus berada di samping paha.
4. Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari dan telapak tangan
membuat cekungan.
5. Selanjutnya tarik tangan kanan lurus kebelakang.
6. Tekuk kedua lutut dan badan condong kedepan (badan tidak
membungkuk).
7. Ayunkan tangan yang memegang bola kearah depan,langkahkan
c. Melempar Bola dari Atas Kepala
Lemparan bola dari arah atas biasanyadigunakan dari jarak yang jauh
dari pemuykul atau pemain yang berlari, langkah-langkah melempar
bola ke pada pemukul antara lain:
1. Berdiri dalam sikap siap melempar.
2. Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari, ketiga jari-jari berada
pada belakang bola, ibu jari dan jari kelingking berada di samping
bola.
3. Tariklah tangan kebelakang bersama dengan gerakan memutar
kesamping dan langkahkan kaki kiri kedepan.4. Badan condong
kebelakang lalu ayunkan tangan yang memegang bola dari
belakang dan lemparkan dengan kaki kanan ikut maju.
d. Menangkap Bola
Ada beberapa teknik menangkap bola dalam permainan kasti, teknik
ini digunakan oleh pemain penjaga.berbagai teknik tangkapan antara
lain:
Menangkap Bola Lambung langkah-langkahnya adalah:
1. berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk
pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.
2. julurkan tangan keatas depan kepala badan sedikit condong
kedepan.
3. kedua telapak tangan membuka menyerupai bunga yang merekah
dan siap menangkap bola, pandangan tetap kebola.
24
1. berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk
pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.
2. posisi kedua telapak tangan, kedua lengan lurus kedepan dan
tangan kanan atau tangan kiri yang di atas seperti bentuk tepuk
tangan dari atas.
Menangkap Bola Dari Bawah tekniknya sebagai berikut:
1. kedua tangan siap menerima bola dengan berjongkok.
2. jari-jari tangan berada di bawah sejajar arah bola yang akan
datang
3. pandangan lurus kearah bola agar dapat melihat arah bola datang
e. Memukul Bola
Memukul bola, teknik ini merupakan teknik yang harus dikuasai
setiap pemain karena sebuah pukulan yang dapat menentukan
berhasil tidaknya permainan. Ada beberapa teknik memukul yang
harus dikuasai pemain kasti antara lain:· memukul bola mendatar,
memukul bola merendah atau menyusur tanah, memukul bola atas
kepala.
f. Teknik Berlari
Berlari, teknik berlari merupakan teknik yang dapat dilakukan oleh
setiap pemain. Alangkah baiknya bila teknik berlari bagi pemain
kasti di perdalam lagi agar tidak kecapean bila sedang berlari. Ada
beberapa teknik berlari antara lain:
· berlari lurus
J. Gerak Dasar Memukul Bola
Dalam permainan kasti, gerak dasar memukul merupakan unsur yang sangat penting
bagi regu pemukul, karena dengan pukulan yang benar dan terarah merupakan
modal utama dalam memperoleh nilai. Sering kali kemenangan dalam suatu
pertandingan ditentukan oleh kemahiran anak dalam memukul bola. Agar anak-anak
dapat memukul dengan baik, maka gerak dasar memukul ini harus diberikan secara
mendasar dan dimulai dengan cara memegang kayu pemukul, kemudian dilanjutkan
dengan gerakan memukul. Sedangkan posisi kaki pada waktu memukul adalah
sangat menentukan terhadap arah pemukul bola. Kesalahan umum yang sering
dilakukan pada saat memukul ialah pemukul yang kurang tenang, kurang
memperhatikan posisi regu lapangan dan tergesa-gesa memukul bola yang
dilambungkan kepadanya. Ia seharusnya benar-benar melihat bola yang
dilambungkan dari pelambung dan berusaha memukul ke arah lapangan yang
kosong artinya tempat yang tidak ada penjaganya, agar dapat member kesempatan
kepada temannya yang ada di tiang pertolongan untuk dapat lari menuju salah satu
tiang bebas. Juga kepada temannya yang berada di tiang bebas supaya dapat kembali
ke ruang bebas.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam gerak dasar memukul, yaitu :
a. Cara memegang kayu pemukul
Cara pemukul di pegang pada bagian yang telah disediakan yaitu di ujung yang
kecil dan ada lekukan-lekukan tempat jari-jari.Adapun cara memegang kayu
pemukul yang lebar dan mudah dilakukan oleh anak-anak adalah seprti sikap tangan
26
kelingking saling berdekatan atau merapat, sedangkan jari telunjuk agak jauh dan
ibu jari berada di atas secara wajar. Untuk mengarahkan bola perlu memperhatikan
posisi kaki saat memukul bola.
b. Posisi kaki saat memukul bola.
1. Posisi kaki untuk memukul bola ke samping kiri ke arah tiang pertolongan.
2. Posisi kaki untuk memukul bola ke arah bendera batas separuh lapangan yang
berada di sebelah kiri dan daerah sekitarnya.
3. Posisi kaki untuk memukul bola ke samping kiri ke arah tiang pertolongan.
4. Posisi kaki untuk memukul bola ke arah antara ruang bebas dan bendera batas
separuh lapangan yang berada di sebelah kanan.
Gambar 1. Lapangan Kasti
Keterangan
A. Ruang bebas/ruang tunggu
B. Tempat pelambung
C. Tempat pemukul
D. Tempat penjaga belakang
E. Tempat pemberentian I
F. Tempat pemberentian II
Gambar 2. pemukul dan bola kasti
Gambar 3. Bola Kasti
K.Modifikasi Alat Pembelajaran
Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah ”pengubahan” dan berasal dari
kata ”ubah” yang berarti ”lain atau beda” mengubah dapat diartikan dengan
”menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari arti pengubahan adalah
”proses”, perubahan atau cara mengubah, kemudian mengubah dapat juga diartikan
pembaruan. Tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam pembaruan berpokok
pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu
bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan
untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus
besar bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk mengerjakan
sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk
proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran
guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan dibeikan
kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh
28
Rusli Lutan ( 1998 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi,
fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya.
Lutan ( 1998 ) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan
tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan
kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola
gerak secara benar. “Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1) mengatasi
keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2) mendukung
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara
sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 1997 ).
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa keutamaan modifikasi alat bermain
merupakan suatu upaya untuk merubah alat bermain yang sesungguhnya menjadi
berbeda dari yang sebelumnya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan agar
tujuan yang direncanakan sebelumnya dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Pada
penelitian ini modifikasi yang digunakan adalah modifikasi pemukul yang diganti
dengan piring plastik, bola plastik sebesar bola tenis, dan pemukul terbuat dari
papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, modifikasi
digunakan agar para siswa mudah untuk melakukan gerak dasar memukul bola
kasti, modifikasi ini juga bermanfaat untuk :
1. Agar anak berani melakukan gerak dasar memukul bola kasti.
2. Agar anak dapat melakukan gerak dasar memukul bola kasti.
3. Agar guru mudah untuk mengajarkan gerak dasar memukul bola kasti.
4. Agar proses pembelajaran lebih menari.
Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan bola plastik yang relatif lebih ringan dan tidak keras. Hal ini dapat
memberikan kemudahan bagi anak dalam usahanya menuju gerak dasar mengoper
bola seperti yang diharapkan, karena anak dapat mencoba secara berulang-ulang
melakukan gerakan mengoper bola tanpa ragu dan rasa takut karena sakit yang
ditimbulkan saat mengoper bola.
L. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui
penelitian ilmiah. Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
“Dengan alat modifikasi bola plastik dan piring plastik, pemukul yang
diperbesar/ diperlebar dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran
gerak dasar memukul bola dalam bermain bola Kasti pada Siswa Kelas IV
30
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena
metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu
penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin
menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan
pada Siswa SDN 2 Haduyang Natar.
Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif
yang "di coba sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
Arikunto (1998 : 82)
Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru dengan
siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian
tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :
1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan
perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.
Gambar 4. Daur ulang PTK
Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008)
Keterangan gambar
1. Perencanaan ( Planning ).
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap
perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana
pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data
mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan
simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan
rancangan.
2. Tindakan ( Action )
Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan
isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Oberservasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
suatu tindakan.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
32
Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru
melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata
lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk
proses belajar mengajar yang mengutamakan hasil yang lebih baik dari
sebelumnya.
B. Subyek penelitian
Populasi menurut Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah
keseluruan dari subjek penelitian. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar berjumlah 30 orang. Yang terdiri dari 18 siswa putra dan 12 siswa putri.
C. Tempat dan Waktu.
1. Tempat Penelitian : Di lapangan SDN 1 Negara Ratu Natar. 2. Pelaksanaan Penelitian : Januari dan Februari 2012
3. Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada tahap penyusunan
skripsi berlangsung selama kurang lebih 3 bulan.
D. Variabel dan Data
1. Variabel : Menurut (Arikunto, 2006 : 99) variabel penelitian adalah
gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. yang terdiri dari
variabel bebas dan terikat.
variabel Bebas (X) : Modifikasi Alat
Variabel Terikat (Y) : Gerak Dasar Memukul Bola Kasti.
2. Data : Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga
menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan data primer yang diolah
secara kuantitatif dengan bentuk data diskrip. Hasil penelitian ini dijabarkan
secara kualitatif
E. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat
komponen tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan
berulang. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang
tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu
dalam bentuk siklus. Seperti yang di gambarkan sebagai berikut
1. Siklus Pertama
a. Rencana :
1. Menyiapkan skenario pembelajaran dan kegiatan- kegiatan yang akan
dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.
2. Menyiapkan peralatan modifikasi bola plastik sebesar bola tenis
sebanyak 30 buah/sebanyak siswa dan piring plastik yang berdea meter
30 cm sebanyak 30 buah untuk pelaksanaan proses pembelajaran.
34
Guru
4. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama,
dengan jumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa putra dan 12 siswa
putri.
Gambar 5. Piring plastik dan bola plastik
b. Tindakan :
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3 bersyaf.
2. Jarak guru dengan murid 6 meter.
Gambar 6. Formasi proses pembelajaran siklus 1
3. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang
akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awalan,
pelaksanaan dan sikap akhir.
4. Guru memperagakan cara memukul bola dengan piring plastik.
5. Siswa di berikan contoh rangkaian gerak dasar memukul bola kasti yang
benar, dari mulai sikap persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir dengan
Pelaksanaan Pada siklus 1
a. Sikap awal : berdiri menghadap kearah pelambung,posisi kakki
salah satunya menghadap kedepan, lutut kaki kanan agak ditekuk,
berat badan berada dikaki kanan dengan badan agak condong
kedepan, tangan kanan memegang pemukul yang telah diganti dengan
piring plastik, tangan kiri dijulurkan kedepan sesuai dengan
permintaan.
b. Pelaksanaan : piring plastik diayunkan serong keatas usahakan kena
pada pertengahan piring plastik, bola setelah kena piring plastik
membentuk sudut ± 450, bola dipukul setinggi bahu, letakkan piring
plastik di dalam kotak tempat pemukul.
c. Sikap akhir : Lari masuk ke dalam lapangan permainan.
6. Diberikan pengulangan gerak dasar memukul bola plastik sebesar bola
tenis dengan menggunakan piring plastik yang berdeameter 30 cm.
secara berurutan.
7. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan,
setelah 2-3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan observasi
atau penilaian.
c. Observasi :
Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu
pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh testor untuk
mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah
dipersiapkan didapatkan hasil sebesar 15 orang mencapai ketuntasan belajar
36
80% tingkat ketuntasan belajar maka siklus dilanjutkan pada siklus
berikutnya atau siklus kedua.
d. Refleksi :
1. Dari data hasil observasi di analisis dan disimpulkan untuk perencanaan
siklius berikutnya.
2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua.
2. Siklus Kedua
a. Rencana :
1. Menyiapkan skenario pembelajaran/RPP gerak dasar memukul bola
kasti.
2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar memukul
bola kasti.
3. Menyiapkan alat modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih
kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm.
4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera)
5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.
Gambar 7. Pemukul yang dimodifikasi dan bola
b. Tindakan :
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3syaf.
Guru
Gambar 5. Formasi proses pembelajaran siklus 2
3. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran
yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan,
pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan rangkaian gerak dasar
memukul bola kasti terbuat dari karet.
4. Sebelumnya siswa di berikan contoh cara melakukan pembelajaran
gerak dasar memukul bola yang benar, dari mulai sikap persiapan,
pelaksanaannya, akhir dalam memukul bola kasti.
Pelaksanaan Pada siklus 1
a. Sikap awal : berdiri menghadap kearah pelambung,posisi kaki
salah satunya menghadap kedepan, lutut kaki kanan agak ditekuk,
berat badan berada dikaki kanan dengan badan agak condong
kedepan, tangan kanan memegang pemukul pemukul terbuat dari
papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm,
tangan kiri dijulurkan kedepan sesuai dengan permintaan.
b. Pelaksanaan : pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang
12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, diayunkan serong keatas usahakan
kena pada pertengahan pemukul, bola setelah kena pemukul terbuat
38
membentuk sudut ± 450, bola dipukul setinggi bahu, letakkan pemukul dalam kotak tempat pemukul.
c. Sikap akhir : Lari masuk ke dalam lapangan permainan
5. Setiap siswa melakukan rangkaian gerak dasar berulang sampai
benar-benar menguasai gerakan ini secara berurutan memukul bola kasti.
6. Dalam proses pembelajaran jika ada siswa yang salah melakukan gerak
dasar memukul bola kasti dilakukan perbaikan berulang-ulang sampai
bisa melakukan cara memukul bola yang baik dan benar.
c. Observasi :
Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu
pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh testor untuk
mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah
dipersiapkan didapatkan hasil sebesar 27 orang mencapai ketuntasan
belajar atau prosentase sebesar 90%. Karena hasil dari siklus kedua telah
mencapai lebih dari 80% tingkat ketuntasan belajar maka siklus dihentikan
pada siklus kedua.
d. Refleksi :
Kesimpulan dari hasil penelitian memukul bola pada gerak dasar memukul
bola kasti oleh siswa melalui refleksi dan hasil siklus ke-2 telah mencapai
ketuntasan 90 % hasil pembelajaran dengan demikian maka penelitian ini
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham menurut
Muhajir dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK
dikatakan valid bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk
memecahkan masalah yang di hadapi dalam proses pembelajaran. Dari pendapat di
atas untuk instrumen tidak perlu di uji cobakan dan di hitung validitas dan
reliabelitasnya. Instrument bisa dilihat pada lampiran 1 halaman 45.
O. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di
analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :
P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)
Keterangan :
P : Prosentase keberhasilan.
f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar.
50
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Dengan penggunaan modifikasi pemukul yang diganti dengan piring pada
siklus pertama dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar
memukul boladalam bermain bola kasti pada siswa kelas IV SDN 2
Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Dengan penggunaan modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih
kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm pada siklus kedua dapat
memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar memukul boladalam bermain
kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran
2012/2013.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut :
1. Kepada para guru pendidikan jasmani, modifikasi pembelajaran ini dapat
dijadikan sebagai acuan ke depan dalam proses pembelajaran gerak dasar
2. Untuk siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar agar selalu berupaya meningkatkan gerak dasar memukul bola dalam kasti.
52
DAFTAR PUSTAKA
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta. Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.
Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.
Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta.
Roji. (2004). Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa Pratama. Erlangga.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1
Universitas Terbuka Tahun 2002.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Sukintaka. 2004. Permainan dan Metodik I. PT Rineka Cipta.
Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.
Surisman, 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Universitas lampung.
, 2010. Permainan Bola Kecil . Universitas lampung.