• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa dengan Resource Based Laerning (Belajar berbasis aneka sumber)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa dengan Resource Based Laerning (Belajar berbasis aneka sumber)"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA DENGANRESOURCE BASED LEARNING (BELAJAR BERBASIS ANEKA SUMBER)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Dian Lestari

NIM. 104017000501

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Afidah Mas’ud Drs. Rachmat Mulyono M.Si. Psi

NIP. 150 228 775 NIP 150 293 240

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada

tanggal 11 Juni 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang pendidikan matematika.

Jakarta, Juni 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Maifalinda Fatra, M.Pd. ... ...

NIP 19700528 199603 2 002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)

Otong Suhyanto, M.Si ... ...

NIP 19681104 199903 1 001

Penguji I

Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd ... ...

NIP 19480323 198203 1 001

Penguji II

Maifalinda Fatra, M.Pd. ... ...

NIP 19700528 199603 2 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(3)

NIM : 105015000649

Jurusan : Pendidikan Matematika

Angkatan Tahun : 2004/2005

Alamat : Jl. Nimun Raya No.21 Rt.07/10, Tanah Kusir,

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 12240

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudulMeningkatkan Kemandirian Belajar Matematika Siswa dengan Resource Based Learning (Belajar Berbasis Aneka Sumber)

adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen:

1. Dosen Pembimbing 1

Nama : Dra. Afidah Mas’ud

NIP : 150 228 775

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

2. Dosen Pembimbing 2

Nama : Drs. Rachmat Mulyono, M.Si.Psi

NIP : 150 293 240

Dosen Jurusan : Psikologi

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, 10 Maret 2010

Yang menyatakan,

Materai

Dian Lestari

(4)

Sumber). Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemndirian belajar matematika siswa denganResource Based Learningsehingga dapat meningkatkan pula hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Dahlia Tangerang Selatan. Subyeknya adalah siswa kelas VII B dengan jumlah siswa 18 orang. Pokok bahasan yang diteliti adalah bangun datar.

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, angket dan tes hasil belajar matematika. Hasil penelitian pada siklus satu menunjukkan persentase rata-rata kemandirian belajar siswa 74% dan rata-rata hasil belajar matematika siswa 59 dengan persentase hasil belajar matematika siswa≥rata-rata kelas adalah 33%. Hasil penelitian pada siklus kedua, persentase rata-rata kemandirian belajar siswa 81% dan rata-rata hasil belajar matematika siswa 75 dengan persentase hasil belajar matematika siswa≥rata-rata kelas adalah 72,5%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Resouce Based Learning dapat meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa. Saran yang dapat diajukan adalah Resource Based Learning dapat dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa.

(5)

Education Department, The Faculty of Tarbiya and Teacher Training, The State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

Designation of this research to increasing Student’s Mathematic Learning Autonomy with Resource Based Learning, so it will increase students’s mathematics achievements. The research is done by classroom action research with two cycle. The research practice in Junior High School “Dahlia” , Tangerang Selatan, the subject of research are 18 student at VII B. The topic’s learning is flat shape

Instrument which is used in this research are questionnaire, observation’s sheet and learning result test. The result research of first cycle shows that average percentage student’s mathematic learning autonomy is 74% and average score of student’s achievement mathematic is 59, percentage students’s mathematic achievement ≥average of class’s mathematic achievement is 33% . Then, result research in second cycle shows that average percentage student’s mathematic learning autonomy is 81% and average score of student achievement of mathematic is 75, percentage student’s mathematic achievement ≥ average of class’s mathematic achievement is 72,5%.

The conclusion of this research is Resource Based Learning can improve Student’s Mathematic Learning Autonomy and achievement. Based of this findings, Resource based learning can be used to improve Student’s Mathematic Learning Autonomy and students’s mathematic achievement.

(6)

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah, atas segala hidayah, rahmat dan

kenikmatan yang tiada batas. Allah Maha Pengasih dan Penyayang, Dia selalu

memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Salawat serta salam selalu tercurah

bagi baginda Rasulullah S.A.W, yang menjadi jalan bagi setiap insan untuk bisa

mengenal Allah Azza Wa Jalla, akidah sebagai pondasinya, syariat sebagai

jalannya dan akhlak sebagai aktualisasi terhadap kecintaan-Nya. Dengan

rahmat-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis ingin sampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada M.A.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika.

4. Ibu Dra. Afidah Mas’ud, Dosen Pembimbing I, yang senantiasa memberikan

saran, kritik dan ilmu selama menyusun skripsi ini.

5. Bapak Rachmat Mulyono, M.Si,Psi, Dosen pembimbing II, yang telah

memberikan saran, motivasi, dan meluangkan waktu, hingga

terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah mendidik

dan memberikan berbagai ilmu.

7. Ibu Sri Puspo Heryani, SP. selaku Kepala SMP Dahlia dan Ibu Eny Asmiati

selaku Wakil Kepala SMP Dahlia, yang telah memberikan izin penelitian dan

toleransi kehadiran di sekolah.

8. Kepada Ibu dan Bapak yang telah memberikan motivasinya dan bantuan baik

spirituil maupun materil, terima kasih atas doanya. Kakakku Anto yang

selalu memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini melalui facebook ataupun

(7)

belajar.

10. Sahabat-sahabatku: Mba Novi, Edah, Dewi, Susi, Ayu dan Ria. Kalian semua

bagian dari semangat, syukron jaza atas perhatian dan motivasi yang tiada

henti, penyemangat di kala jatuh, penegak di kala runtuh, penjaga di kala

lalai.

11. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak

dapat Saya sebutkan satu persatu, semoga Allah memberikan balasan yang

lebih baik.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama

para pendidik tunas bangsa. Dan penulis mohon maaf apabila terdapat

kekurangan.

Jakarta, Maret 2010

(8)

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GRAFIK.. ... viii

DAFTAR POLIGON... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teoritik... 9

1. Pembelajaran Matematika ... 9

2. Kemandirian Belajar ... 13

3. Resource Based Learning... 18

4. Penelitian yang Relevan ... ... 26

B. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ... 27

C. Subyek Penelitian/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian.. 28

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 28

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 29

(9)

K. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 37

L. Tindak Lanjut Perencanaan Tindakan ... 38

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 39

1. Data Awal ... 39

2. Data Hasil Tindakan ... 40

a. Siklus I ... 40

b. Siklus II ... 50

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 64

C. Interpretasi Data ... 65

D. Pembahasan Temuan Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA... 70

(10)

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa... 34

Tabel 4.1 Persentase Tiap Indikator Angket Kemandirian Belajar

Matematika Sebelum Tindakan ... 39

Tabel 4.2 Persentase Observasi Kemandirian Belajar Matematika Siklus I..47

Tabel 4.3 Nilai Tes Akhir Siklus I ... 49

Tabel 4.4 Persentase Observasi Kemandirian Belajar Matematika Siklus II 59

Tabel 4.5 Persentase Tiap Indikator Angket Kemandirian Belajar

Matematika Setelah Tindakan ... 61

Tabel 4.6 Nilai Tes Akhir Siklus II ... 62

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Capaian Pelaksanaan Pembelajaran

Resource Based Learning... 64 Tabel 4.8 Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Skor Kemandirian

[image:10.595.113.510.148.563.2]
(11)

Grafik 4.2 Persentase Observasi Kemandirian Belajar Matematika Siklus II.. 60

Grafik 4.3 Persentase Angket Kemandirian Belajar Matematika

[image:11.595.111.508.159.570.2]
(12)
(13)

Gambar 3.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 32

Gambar 4.1 Aktifitas Siswa ketika Mengerjakan LKS ... 44

Gambar 4.2 Kemandirian Belajar dalam Mengerjakan Tes Akhir Siklus I... 45

Gambar 4.3 Kemandirian Belajar Siswa ketika Mengerjakan LKS ... 52

Gambar 4.4 Kemandirian Belajar ketika Mengerjakan LKS... 54

Gambar 4.5 Kemandirian Belajar di Kelas... 55

[image:13.595.112.506.154.561.2]
(14)

2. Angket Kemandirian Belajar ... 96

3. Uji Validitas Instrumen Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa.. 99

4. Uji Realibilitas Instrumen Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa... 100

5. Pedoman Wawancara Siswa pada Akhir Siklus ... 101

6. Lembar Observasi Pembelajaran Siswa ... 104

7. Soal Tes Akhir Siklus I ... 113

8. Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I ... 117

9. Soal Tes Akhir Siklus II ... 118

10. Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II ... 121

11. Hasil Nilai Tes Akhir Sikus I ... 122

12. Hasil Nilai Tes Akhir Siklus II ... 123

13. Hasil Persentase Angket Kemandirian Belajar Siswa Sebelum Tindakan.. 124

14. Hasil Persentase Angket Kemandirian Belajar Siswa Setelah Tindakan.... 125

(15)

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Oleh :

Dian Lestari

104017000501

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman dan sains menuntut manusia untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

didirikan guna memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan masyarakat. Sehingga

diharapkan sekolah dapat berperan guna memenuhi kebutuhan perkembangan

ilmu pengetahuan tersebut.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bagsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Berdasarkan Undang-Undang tersebut dapat diketahui bahwa salah satu

tujuan pendidikan nasional adalah membentuk individu yang mandiri. Jika

dikaitkan dalam dunia pendidikan, makna membentuk individu yang mandiri

berarti membentuk individu yang mandiri dalam belajar atau kemandirian belajar

siswa.

Selain itu, hidup mandiri juga merupakan salah satu tujuan dari

Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan yang merupakan aspek dari kurikulum

pembelajaran yang diterapkan di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan pada

saat ini. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah

dirumuskan mengaju kepada tujuan umum pendidikan berikut. ”Tujuan

pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

1

(17)

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.”2

Mandiri merupakan suatu sikap yang dapat terbentuk dengan proses.

Kemandirian terbentuk atas kesadaran diri individu, sikap kemandirian ini tidak

hanya dipengaruhi oleh dorongan dari dalam diri atau dikenal dengan faktor

internal, namun faktor eksternal juga memiliki peran yang signifikan, faktor

eksternal yang mempengaruhi seperti lingkungan tempat individu beraktifitas dan

dorongan dari orang sekitar. Sekolah merupakan salah satu tempat individu/siswa

beraktifitas dalam mencari ilmu atau belajar, sehingga sekolah diharapkan dapat

menjadi tempat melatih kemandirian siswa dalam belajar.

Kemandirian lahir karena adanya kesadaran individu untuk menjalani

proses kehidupannya dengan sebaik-baiknya sehingga diharapkan hasil setiap

pekerjaan ia dapatkan juga optimal. Hasil yang optimal akan didapatkan oleh

seorang individu jika ia memiliki kesadaran dan kemauan keras untuk berubah ke

arah yang lebih baik. Perubahan dan kemauan untuk berubah ke arah yang lebih

baik dapat dilakukan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Firman Allah S.W.T

menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa jika ia tidak

mau berusaha mengubahnya sendiri. Landasannya tercantum dalam Al-Quran

surat Ar-Radu ayat 11:





















... sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah suatu keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ....

Di sisi lain, manusia dianjurkan untuk menuntut ilmu, karena Allah

S.W.T. meninggikan beberapa derajat orang yang berilmu dibandingkan dengan

orang yang tidak berilmu. Hal ini tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Mujadillah

ayat 11:

2

Asep Jihad,Pengembangan Kurikulum Matematika, (Yogyakarta: Multi Pressindo,

(18)





























































Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dari penjelasan di atas, Allah S.W.T telah memberikan peluang kepada

manusia untuk berubah dengan melakukan hal terbaik dalam setiap aktifitasnya,

terutama dalam hal menuntut ilmu atau belajar karena Allah S.W.T meninggikan

orang-orang yang diberi pengetahuan/berilmu beberapa derajat. Oleh karena itu,

perubahan untuk lebih baik dalam menjalani proses pembelajaran sangat penting.

Dengan kata lain kemandirian belajar perlu untuk dilakukan

Kemandirian adalah suatu sikap yang mengutamakan kemampuan diri

sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai suatu tujuan, tanpa

menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerjasama yang saling

menguntungkan. ”Ciri-ciri individu mandiri: percaya diri, mampu bekerja sendiri,

menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya, menghargai

waktu, tanggung jawab.”3 Sedangkan kemandirian belajar adalah proses

pembelajaran yang dilakukan dengan kesadaran pribadi dan berinisiatif sehingga

memiliki percaya diri, kebiasaan positif dan disiplin yang tinggi. Kemandirian

belajar matematika adalah suatu kemampuan untuk menimbulkan dorongan pada

diri sendiri secara berkelanjutan untuk senantiasa terlibat dalam penyelesaian

3

Antonius Atoshoki, dkk.,Relasi dengan Diri Sendiri, (Jakarta: PT Gramedia, 2003),

(19)

masalah matematika. Proses kemandirian adalah proses yang berjalan tanpa

ujung. Namun hal ini belum terwujud, kemandirian belajar pada siswa masih

rendah.

Aspek ketidak mandirian dalam belajar terihat pada pernyataan di bawah

ini:

Kerap kali siswa yang telah belajar di tingkat SLTA sekalipun dalam mengambil azas manfaat masih bersikap sebagai anak kecil. Mereka sering bertanya kepada bapak dan ibu guru ketika PBM sedang berlangsung, tentang pelajaran yang ditulis pada papan tulis apakah untuk disalin di buku atau tidak. Padahal kalau terasa ada manfaatnya mereka harus menyalinnya. Begitu pula dalam mengomentari keberadaan buku-buku pelajaran mereka yang jarang mereka sentuh. Mereka menjawab bahwa kalau guru tidak menyuruh untuk mengerjakan tugas-tugas rumah atau untuk membacanya ya buat apa dibaca. Kalau begitu terlihat kecenderungan bahwa konsep mereka belajar yaitu baru berbuat kalau baru disuruh.4

Ketidakmandirian siswa berakibat menjadi kebiasaan negatif yang muncul

dalam dunia pendidikan di sekolah adalah ”mencotek”, hal ini hampir dilakukan

sebagian besar siswa setiap tes tulis, dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan

tinggi. Kemandirian dalam belajar sepertinya belum dimiliki oleh banyak pelajar.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru bidang

study matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dahlia, ternyata terdapat

pola sikap ketidakmandirian belajar juga terlihat dalam proses kegiatan belajar

matematika siswa. Sikap ketidakmandirian belajar yang tamapak di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Dahlia secara umum, yaitu:

1. Siswa tidak berinisiatif mencatat pelajaran yang ditulis di papan tulis oleh guru,

mereka harus diperintah.

2. Siswa tidak membaca buku pelajaran jika tidak diperintah oleh guru.

3. Terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah).

4. Tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.

5. Kebiasaan mencontek ketika ulangan harian, ujian ataupun tugas mandiri yang

diberikan oleh guru.

4

Marjohan, Kemandirian dalam Belajar Perlu Ditingkatkan, dari

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2007/11/01/ artikel-kemandirian

(20)

Sedangkan dari angket kemandirian belajar siswa yang diberikan kepada

siswa sebelum melakukan tindakan di kelas, jumlah siswa yang memiliki skor

kemandirian belajar matematika siswa ≥70% ada 10 siswa atau hanya 56% dari jumlah siswa di kelas. Melalui angket diperoleh rata-rata kemandirian siswa 71%.

Persentase tertinggi 75% pada indikator bersungguh-sungguh, dan terendah 67%

[image:20.595.108.519.127.470.2]

pada indikator berani bertindak.

Tabel 1.1

Persentase Kemandirian Belajar Matematika sebelum Tindakan

No Indikator Persentase

1 Berani Bertindak 67%

2 Paham Kebutuhan Belajar 71%

3 Yakin dengan kemampuan diri 71%

4 Yakin dalam menyelesaikan permasalahan 69%

5 Tidak bergantung kepada orang lain 71%

6 Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya 71%

7 Bersungguh-sungguh 75%

Rata-rata 71%

Matematika memiliki fungsi dan peranan yang signifikan dalam

pendidikan. Matematika berperan sebagai alat dan pembentuk sikap. Matematika

sebagai sumber dari ilmu lain, dengan kata lain banyak ilmu-ilmu yang penemuan

dan pengembangannya bergantung dari matematika. Selain itu, matematika

berfungsi pula melayani ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan

operasionalnya, cabang matematika ini biasa dikenal dengan matematika terapan

(Applied Mathematics). Oleh karena itu, dalam mengajarkan matematika diperlukan metode dan pendekatan yang tepat. Hal ini dilakukan supaya siswa

mendapatkan pembelajaran matematika secara optimal.

Kemandirian belajar berkaitan erat dengan hasil belajar matematika siswa.

Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Busnawir dan Suhaena yang

menghasilkan analisis bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kemandirian

belajar terhadap hasil belajar matematika. Dengan demikian kemandirian belajar

perlu diperhatikan guna mencapai hasil belajar matematika yang baik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dapat menumbuhkan siswa lebih

aktif dan mandiri dalam belajar dapat dilakukan dengan suatu pendekatan dalam

(21)

dari pendekatan ini ialah setiap orang hanya dapat mengetahui sesuatu melalui

pengkonstruksian pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan. Kemandirian

dalam belajar dapat terjadi pada peserta didik jika diberikan kebebasan untuk

menemukan, menelaah dan menyajikan informasi pengetahuan dengan

dihadapkan dengan berbagai sumber belajar, guru bukan satu-satunya sumber

belajar tetapi guru salah satu dari sumber belajar. Diperlukan suatu strategi

pembelajaran yang menghadapkan sumber belajar dalam proses KBM yaitu

Resource Based Learning (Belajar Berbasis Aneka Sumber). Dalam pelaksanaan Resource Based Learning, segala sumber belajar yang ada di lingkungan belajar dimanfaatkan dalam proses KBM. Salah satu keunggulan dalam proses

pembelajaran dengan Resource Based Learning adalah mendorong siswa untuk bisa bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri. Jadi, dapat melatih

kemandirian belajar sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna, lebih

tertanam dalam pada dirinya karena ia sendiri secara pribadi yang menemukan

dan membangun pemahaman.

Dengan demikian diharapkan dengan Resource Based Learning dapat meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa. Untuk itu peneliti

melakukan penelitian yang berjudul: Meningkatkan Kemandirian Belajar

Matematika Siswa denganResource Based Learning(Belajar Berbasis Aneka Sumber).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka timbul beberapa masalah,

antara lain:

1 Faktor apa yang menyebabkan siswa tidak mandiri dalam belajar matematika

pada siswa?

2 Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemandirian belajar

matematika siswa?

(22)

4 Apakah Resource Based Learning dapat meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa?

5 Kendala apa saja yang mungkin dihadapi dalam pembelajaran matematika

denganResource Based Learning?

C. Pembatasan dan Fokus Masalah

Untuk lebih memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini, maka

masalah yang akan dibahas perlu dibatasi. Dengan batasan-batasan sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan Resource Based Learning yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan suatu strategi pembelajaran. Sumber belajar yang digunakan

adalah tutor sebaya, LKS (Lembar Kerja Siswa), media bangun datar dan

pemanfaatan perpustakaan.

2. Kemandirian belajar yang dimaksud adalah kemandirian siswa dalam belajar

matematika dengan Resource Based Learning. Aspek kemandirian yang diukur meliputi: inisiatif, percaya diri, dan tanggung jawab dalam belajar.

D. Perumusan Masalah

Bedasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah dapat dirumuskan

sebagai berikut: Apakah pelaksanaan Resource Based Learning dalam belajar

matematika dapat meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Mencari solusi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian belajar

matematika siswa, yaitu denganResource Based Learning. 2. Kegunaan Penelitian

(23)

a) Guru

Memberikan informasi mengenai altenatif pembelajaran dengan

pelaksanaan Resource Based Learning untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa.

b) Siswa

Melalui pelaksanaanResource Based Learningdiharapkan siswa memiliki aspek kemandirian dalam belajar matematika, diantaranya: lebih percaya

diri, kebiasaan berpikir aktif dan kreatif, serta disiplin dalam belajar.

c) Sekolah

(24)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teoritik

1. Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada setiap individu

yang hidup. ”Belajar ialah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat

pengalaman atau latihan”.5 Demikian pula pengertian belajar menurut Fontana

adalah ”proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil

dari pengalaman.”6 Makna perubahan tingkah laku pada proses belajar dapat

berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan prilaku

yang sudah ada. Proses tersebut terjadi melalui usaha dengan mendengar,

membaca, mengikuti pelatihan, mencoba sendiri atau melalui pengalaman.

Perubahan tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan, kemampuan,

keterampilan, kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya. Kegiatan belajar dalam

prakteknya dapat dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah.

Kegiatan belajar itu memiliki beberapa ciri. Ciri-ciri kegiatannya sebagai

berikut :

”Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang

belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial;

Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku

dalam waktu yang relatif lama; Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan

sengaja).”7

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

siswa di sekolah. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) terdiri dari faktor

lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan siswa meliputi faktor

lingkungan alam (keadaan suhu, kelembaban udara, letak gedung sekolah dan

5

M. Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.60.

6

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA

UPI, 2003 ), h.7.

7

(25)

sebagainya) dan faktor sosial yaitu manusia yang berada dalam lingkungan

belajar. Faktor instrumental terdiri atas gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat

pengajaran, media pengajaran, guru, kurikulum/materi pelajaran serta strategi

belajar mengajar; sedangkan faktor-faktor yang berasal dari diri siswa (internal)

adalah berupa faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis pada diri siswa

berupa kesehatan, kebugaran fisik, kodisi panca indra terutama penglihatan dan

pendengaran. Adapun faktor psikologisnya meliputi minat, bakat, intelegensi,

motivasi, kemampuan kognitif seperti berpikir, ingatan dan kemampuan dasar

pengetahuan.

Race mengidentifikasi bahwa peristiwa belajar yang optimal terjadi

apabila:

1. Pembelajar merasa menginginkan untuk belajar(want to learn)

2. Belajar dengan melakukan (learning by doing) melalui praktek, trial dan eror dan lain-lain.

3. Belajar dari umpan balik(learning from feedback), baik dari orang lain (tutor, guru, teman) atau diri sendiri (seeing the result).

4. Mendalami sendiri (digesting), artinya membuat apa yang telah mereka pelajari masuk akal dan dapat dirasakan sendiri aplikasinya bagi kehidupannya.

5. Sesuai dengan situasi dan kondisinya(at their own pace).

6. Pada saat dan tempat yang mereka pilih sendiri(at their own place). 7. Pembelajar mengendalikan sendiri belajarnya (feel in control of their

learning).

8. Sering bersama dengan kolega (often with other people around, especially fellow-learners).8

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa secara umum

peristiwa belajar yang optimal terjadi secara independent (mandiri). Selain itu,

peristiwa belajar terjadi apabila ditunjang oleh berbagai sumber belajar ( resource-based learning). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar yang optimal adalah mandiri dan berdasarkan berbagai sumber belajar.

”Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi

nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”.9 Proses

belajar lebih bersifat internal sedangkan pembelajaran bersifat eksternal yang

8

Uwes A. Chaeruman, “Sistem Belajar Mandiri: Dapatkah diterapkan dalam Pola

Pendidikan Konvensional?”, dalamJurnal TEKNODIK No.13, Desember 2003, h.89.

9

(26)

sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. ”Pembelajaran menurut

Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar. UUSN No.20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar.”10 Proses pembelajaran merupakan proses pendidikan

dalam lingkup persekolahan, sehingga proses pembelajaran adalah proses

sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas belajar,

dan sesama siswa lain.

Pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan siswa menggunakan

asas pendidikan maupun teori belajar, pembelajaran sebagai penentu utama

keberhasilan dalam pendidikan. ”Konsep pembelajaran menurut Corey adalah

suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan

respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari

pendidikan.”11

Pembelajaran memiliki dua karakteristik, yaitu:

1. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal,

bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat akan tetapi

menghendaki aktifitas siswa dalam proses berpikir.

2. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab

terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu

dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka

konstruksi sendiri.

Definisi matematika menurut bahasa dijelaskan dalam kalimat-kalimat di

bawah ini:

Istilah matematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Italia), matematiceski (Rusia) atau mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin

10

Syaiful Sagala,Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003) h.62.

11

(27)

mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti ”relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar

(berpikir).12

Selain itu, kata matematika berkaitan dengan katawedhaatauwidyadalam bahasa sansekerta yang berarti kepandaian, ketahuan atau inteligensi.

Mengenai definisi matematika, para ahli belum memiliki kesepakatan

bersama, namun dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli

berikut ini dapat membantu memahami hakikat matematika secara umum.

Pendapat tersebut antara lain :

1. James dan James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa

matematika adalah ”ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,

dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya”13

2. Dalam KBBI, matematika diartikan sebagai ”ilmu tentang bilangan, hubungan

antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian

masalah mengenai bilangan”14.

3. Reys berpendapat secara simpel matematika diartikan sebagai ”telaah tentang

pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan

suatu alat”15

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah

kegiatan yang direncanakan secara khusus dengan memanfaatkan sumber belajar

agar menimbulkan proses berpikir mengenai ilmu bilangan yang berisi konsep,

hubungan, prosedur operasional bilangan, sehingga membantu siswa dalam

memperoleh pengetahuan hasil konstruksi mereka.

12

Erman Suherman,Strategi Pembelajaran…, hlm.17-18.

13

Erman Suherman,Strategi Pembelajaran…,hlm.18.

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3, (Jakarta:

Bailai Pustaka, 2002), h. 723.

15

(28)

2. Kemandirian Belajar

Kata kemandirian merupakan kata benda yang kata dasarnya “diri” dengan

diberi awalankedan akhiranan. Kata kemandirian tidak terlepas dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, dalam konsep Roger disebut dengan

istilahselfkarena diri itu merupakan inti dari kemandirian.

Kartadinata berhasil menginventarisasi sejumlah istilah yang dikemukakan

oleh para ahli yang makna dasarnya relevan dengan diri, yaitu self-determinism, autonomous morality, ego integrity, the creative self, actualization, self-system, real self, self-efficacy, self-expansion, self-esteem, self-pity, self-respect, sentience, sufficiency, expression, direction, structure, self-contempt, self- control, self-righteouness, self-effacement16.

Namun istilah yang paling relevan dengan kemandirian adalah istilahautonomy. Mandiri merupakan suatu keinginan yang timbul dari dalam diri

seseorang, “Mandiri adalah suatu suasana di mana seseorang mau dan mampu

mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan

nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan

hidupnya dan sesamanya.”17 Siswa yang mandiri akan terlihat pada kemampuan

belajar sendiri dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Manusia yang

mandiri akan mengembangkan cara berpikir positif dan memandang masa depan

dengan optimis. Manusia mandiri biasanya memiliki pengetahuan, menguasai

keterampilan dan memiliki kemauan yang kuat. Ciri-ciri individu mandiri:

percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan yang

sesuai dengan kerjanya, menghargai waktu, tanggung jawab.

Mandiri sebagai suatu sikap mental berarti kesiapan untuk

mengembangkan diri dengan kekuatan yang ada pada dirinya. Hal ini tidak berarti

kita menutup diri dari pengaruh orang lain. Kemandirian berbeda dengan sikap

mental egois dan individualistik. Makna kemandirian ialah dalam proses

16

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori,Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), h.109.

17

Antonius Atoshoki, dkk., Relasi dengan Diri Sendiri, (Jakarta: PT Gramedia,

(29)

mengenal-menerima dan mengembangkan diri tidak menggantungkan diri kepada

orang lain. Dengan mandiri, hubungan sosial dengan sesama tetap terjaga.

Menurut Barnadib, kemandirian “meliputi perilaku mampu berinisiatif,

mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat

melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Pendapat tersebut juga

diperkuat oleh Kartini dan Dali yang mengatakan bahwa kemandirian adalah

“hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri”18. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:

1. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju

demi kebaikan dirinya,

2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang

dihadapi,

3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,

4. Bertanggungjawab tetrhadap apa yang dilakukannya

Maslow membedakan kemandirian menjadi dua, yaitu: “Kemandirian

aman (secure autonomy), dan kemandirian tidak aman (insecure autonomy).”19 Kemandirian aman adalah kekuatan yang menumbuhkan cinta kasih pada

dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggung jawab bersama, dan

tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini untuk mencintai

kehidupan serta mencintai seseorang. Kemandirian tidak aman merupakan

kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam prilaku menetang dunia

(mementingkan diri sendiri).

Havighurst menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1. Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.

2. Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.

3. Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

18

Zainun Mu’tadin, Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja, 2002, dalam

http://www.e-psikologi.com/remaja/250602.htm.

19

(30)

4. Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.20

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara

kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga

individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan

kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang

dengan lebih mantap.

Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan

dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai

otonomi atas diri sendiri. Pada saat ini peran orang tua dan respon dari lingkungan

sangat diperlukan bagi anak sebagai ”penguat” untuk setiap perilaku yang telah

dilakukannya. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana seseorang

secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain.

Dengan otonomi tersebut seorang remaja diharapkan akan lebih

bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. . “Kemandirian adalah memerlukan

tanggung jawab, mereka yang mandiri adalah mereka yang bertanggung jawab,

berinisiatif, memiliki keberanian dan sanggup menerima resiko serta mampu

menjadi guru bagi dirinya sendiri.”21

Kemandirian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada sejumlah faktor

yang sering disebut korelat bagi perkembangan kemandirian, yaitu sebagai

berikut:

1. Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.

20

Zanun Mu’tadin, Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja, 2002, dalam

http://www.e-psikologi.com/remaja/250602.htm.

21

Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: GP Press, 2008),

(31)

2. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian pula orang tua yang cenderung sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemndirian anak.

3. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja. Demikian juga, proses pendidikan yang menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman (punishment) juga dapat menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar perkembangan kemandirian remaja.

4. Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlaku hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian remaja.22

Kemandirian merupakan aspek psikologis yang dapat dikembangkan

sehingga perlu intervensi positif melalui usaha pengembangan atau pendidikan

bagi kelancaran perkembangannya. Oleh karena itu terdapat beberapa upaya

pengembangan kemandirian remaja dan dapat dimplikasikan dalam pendidikan.

Sejumlah intervensi dapat dilakukan sebagai ikhtiar pengembangan kemandirian

remaja, antara lain sebagai berikut:

1. Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:

a. Saling menghargai antaranggota keluarga;

b. Keterlibatan dalam memecahkan masalah remaja atau keluarga. 2. Penciptaan keterbukaan. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:

a. Toleransi terhadap perbedaan pendapat;

b. Memberikan alasan terhadap keputusan yang diambil bagi remaja;

22

(32)

c. Keterbukaan terhadap minat remaja;

d. Mengembangkan komitmen terhadap tugas remaja; e. Kehadiran dan keakraban hubungan dengan remaja.

3. Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:

a. Mendorong rasa ingin tahu remaja;

b. Adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan;

c. Adanya aturan tetapi tidak cenderung mengancam apabila ditaati. 4. Penerimaan positif tanpa syarat. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:

a. Menerima apapun kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri remaja;

b. Tidak membeda-bedakan remaja satu dengan yang lain;

c. Menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk kegiatan produktif apapun meskipun sebenarnya hasilnya kurang memuaskan;

5. Empati terhadap remaja. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk: a. Memahami dan menghayati pikiran dan perasaan remaja;

b. Melihat berbagai persoalan remaja dengan menggunakan perspektif atau sudut pandang remaja;

c. Tidak mudah mencela karya remaja betapapun kurang bagusnya karya itu.

6. Penciptaan kehangatan hubungan dengan remaja. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:

a. Interaksi secara akrab tetapi tetap saling menghargai;

b. Menambah frekuensi interaksi dan tidak bersikap dingin terhadap remaja;

c. Membangun suasana humor dan komunikasi ringan dengan remaja.23

Belajar mandiri didefinisikan sebagai usaha individu mahasiswa yang

otonomi untuk mencapai suatu kompetensi akademis. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif, dengan

ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar. Sebagai mahasiswa yang

mandiri, tidak harus mengetahui semua hal dan tidak diharapkan menjadi

mahasiswa jenius yang tidak membutuhkan bantuan orang lain. Salah satu prinsip

belajar mandiri adalah mampu mengetahui kapan membutuhkan bantuan atau

dukungan pihak lain. Pengertian tersebut termasuk mengetahui kapan perlu

bertemu dengan mahasiswa lain, kelompok belajar, tutor, atau bahkan tetangga

yang kuliah di universitas lain. Bantuan/dukungan dapat berupa kegiatan saling

memotivasi untuk belajar, misalnya saling bertukar pendapat dengan tetangga

23

(33)

yang kuliah di universitas lain, seringkali dapat memotivasi diri untuk giat belajar.

Bantuan/dukungan dapat juga berarti kamus, buku literatur pendukung, kasus dari

surat kabar, berita dari radio atau televisi, perpustakaan, informasi tentang jadwal

tutorial, dan hal lain yang tidak berhubungan dengan orang. Yang terpenting

adalah mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi. Identifikasi sumber

informasi ini dibutuhkan untuk memperlancar proses belajar pada saat pembelajar

membutuhkan bantuan atau dukungan.

Kemandirian belajar diartikan sebagai aktifitas belajar yang

berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan

tanggung jawab sendiri dari pembelajar. Konsep mandiri dalam belajar bertumpu

pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan

hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap

sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses

perolehan hasil belajar tersebut. Menurut Arifin, ”kemandirian belajar

matematika adalah suatu kemampuan untuk menimbulkan dorongan pada diri

sendiri secara berkelanjutan untuk senantiasa terlibat dalam penyelesaian masalah

matematika.”24

Sehingga dapat difahami bahwa kemandirian belajar adalah proses

pembelajaran yang dilakukan dengan berinisiatif sehingga memiliki rasa percaya

diri dan tanggung jawab dalam belajar.

3. Resource Based Learning

Resource Based Learningatau Belajar berbasis Aneka Sumber (BEBAS) atau belajar berdasarkan sumber merupakan salah satu pembelajaran yang

berlandaskan konstruktivisme. Ditinjau dari segi filsafat, konstruktivisme adalah

suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah

konstruksi (bentukan) dari siswa sendiri. Pengetahuan bukanlah tiruan dari

kenyataan, pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi kognitif kenyataan

24

Darwing Padupai dan Nurdin, Penerapan Pendekatan Open Ended Problem dalam

(34)

kegiatan seseorang. ”Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam

benaknya.”25

“Resource-Based Learning is the instructional strategy where students construct meaning through interaction with a wide range of print, non-print and human resources.” 26 Belajar berbasis Aneka Sumber adalah strategi pembelajaran dimana siswa membangun pemahamannya melalui interaksi dengan

berbagai sumber belajar baik cetak, non-cetak, maupun orang. “Belajar

berdasarkan sumber (Resource Based Learning) ialah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara

individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan

itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional dimana guru menyampaikan bahan

pelajaran kepada murid, tetapi setiap komponen yang dapat memberikan

informasi seperti perpustakaan, laboratorium, kebun, dan semacamnya juga

merupakan sumber belajar.”27Dalam proses pembelajaran ini, murid harus aktif.

Penggunaan sumber belajar di dalam aktivitas belajar oleh pembelajar

menurut Tahmid dapat digolongkan ke dalam 3 tingkatan kebebasannya :

1. Bebas mutlak

Urusan belajar dan hal lain yang terkait, merupakan hak asasi manusia

sehingga setiap individu atau kelompok orang bebas menentukan apa saja

yang terkait dengan belajar termasuk sumber belajarnya. Hal ini dapat dilihat

dengan jelas pada orang dewasa lengkap dengan sifat-sifat kedewasaan yang

lekat padanya. Mereka memandang dan menyadari benar bahwa belajar adalah

kebutuhan individual dan sebagai kecenderungan /kodrat manusia untuk

memahami sesuatu dan bertahan hidup.dalam hal demikian siapapun kita tak

dapat berbuat banyak atas orang laindalam hal belajarnya, tetapi semua hal

yang berkaitan dengan belajar berpulang pada individu, terutama yang

tergolong telah dewasa.

25

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktvistik, (Jakarta:

Prestasi Pusaka, 2007), h.13.

26

S. Beivik, Resource Based Learning, 2003, dalam

http://www.centralischool.ca/~bestpractice/resource/index.html.

27

(35)

2. Bebas terkendali longgar

Proses belajar dan penggunaan sumber belajar terkendali dalam arti positif

oleh para inisiator, organisator, lembaga swadaya masyarakat (LSM) secara

longgar demi efektifitas proses belajar. Peran pengendali di sini hanyalah

mungkin sebagai perumus tujuan belajar, penyedia pokok-pokok materi dan

pengidentifikasi sumber-sumber beljar yang dapat digunakan oleh si pelajar

dan kemudian hanya menginformasikan (termasuk dimana ada pusat sumber

belajar yang bisa dimanfaatkan) hal tersebut kepada pembelajar yang

selanjutnya terserah sepenuhnya kepada si pembelajar. Dengan demikian akan

tampak perbedaan model ini dengan format pendidikan formal dan non formal

selama ini. Hal demikian disadari karena pada dasarnya bass belajar ini pada

aneka sumber yang harus dicari, dialami, dicoba, dikoreksi, sendiri dan

dimanfaatkan sendiri oleh si pembelajar. Namun demikian juga masih

dimungkinkan para inisiator tersebut menyediakan sumber belajar tertentu

untuk tujuan belajar tertentu.

3. Bebas terkendali ketat

Hal demikian telah dilakukan oleh berbagai institusi pendidikan konvensional

yang telah memiliki aturan yang terkadang bersikap kaku dan berskala

nasional.28

Penggunaan sumber belajar di dalam aktivitas belajar oleh pembelajar

dalam penelitian ini adalah bebas terkendali ketat. Hal ini dikarena pelaksanaan

penelitian yang akan dilakukan berada dalam institusi pendidikan yaitu sekolah.

Dalam Resource Based Learning dilatih keaktifan siswa dalam belajar. Dalam pelaksanaannya, Resource Based Learning dapat berupa pelajaran berprogram atau modul yang mengikuti langkah-langkah tertentu, atau dalam

melakukan tugas yang bebas berdasarkan teknik pemecahan masalah, penemuan

dan penelitian, tergantung kepada keputusan guru serta kemungkinan yang ada

berdasarkan kurikulum yang berlaku di sekolah.

28

Mohammad Tahmid, Belajar Berbasis Aneka Sumber (BEBAS), dalam Jurnal

(36)

Resource Based Learning adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan seginya. Dalam pelaksanaannya, waktunya dapat dipersingkat atau

diperpanjang. Pembelajaran denganResource Based Learningbegitu fleksibel dan lugas, tergantung pada kemampuan guru dalam menggunakannya. Belajar

berdasarkan sumber ini dapat diarahkan oleh guru yang berpusat pada kegiatan

murid, dapat bersifat individual ataupun klasikal, dapat menggunakan audio visual

yang diamati secara individual atau diperlihatkan ke seluruh siswa di kelas.

Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber :

1. Memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi

pelajaran termasuk alat-alat audio-visual dan memberi kesempatan untuk

merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber

yang tersedia.

Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk kuliah atau ceramah ditiadakan.

Ini berarti bahwa dapat digunakan segala macam metode yang dianggap

paling serasi untuk tujuan tertentu

2. Berusaha memberikan pengertian kepada murid tentang luas dan aneka

ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.

Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa

manusia, museum, organisasi dan lain-lain, bahan cetakan, perpustakaan, alat

audio visual, dan sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik kerja lapangan,

menggunakan perpustakaan, buku referensi, sehingga mereka lebih percaya

akan diri sendiri dalam belajar.

3. Berhasrat untuk mengganti pasifitas murid dalam belajar tradisional dengan

belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya.

4. Berusaha meningkatkan motivasi belajar.

5. Memberi kesempatan kepada murid untuk bekerja menurut kecepatan dan

kesanggupan masing-masin dan tidak dipaksa bekerja menurut kecepatan yang

sama.

6. Lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar.

7. Berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam hal belajar

(37)

Murid-murid dibiasakan untuk mencari dan menemukan sendiri sehingga ia

tidak selalu bergantung pada orang lain.29

Di dalam pelaksanaanResource Based Learningtidak berarti meniadakan peranan guru. Guru terlibat dalam setiap langkah proses belajar, dari perencanaan,

penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber informasi, memberi motivasi,

memberi bantuan apabila diperlukan dan memperbaiki bila terdapat kesalahan.

Gurulah yang mengusahakan adanya keseimbangan antara waktu untuk belajar

sendiri, bekerja dalam kelompok dan berdiskusi, dan memberi

informasi/penjelasan secara langsung dengan metode ceramah. Jadi tujuan

pembelajaran serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh murid dalam

pembelajaran ini banyak dipengaruhi oleh guru.

Guru memiliki peran yang signifikan dalam proses pelaksanaan Resource Based Learning.Agar pembelajaran tetap pada suasana yang dinamis, guru perlu merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dalam melaksanakan

pembelajaran. Tujuan ini bukan hanya mengenai bahan materi ajar yang harus

dikuasai guru, akan tetapi juga keterampilan emosional dan sosial dalam

menggunakan metode dan pendekatan. Resource Based Learning berarti kerjasama antara seluruh staf dan penggunaan secara maksimal fasilitas belajar

yang ada di sekolah seperti buku-buku perpustakaan, alat pengajaran dan lain-lain.

Guru harus bekerjasama dengan ahli perpustakaan yang lebih mengenal

sumber-sumber bacaan yang ada.

Menurut taksonomi Lehsin, Arsyad membagi media pembelajaran menjadi

6, yaitu:

1. Media berbasis manusia, meliputi: guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan

kelompok, dan lain-lain.

2. Media berbasis cetakan, meliputi: buku latihan, buku penuntun, dan lembar

lepas.

3. Media berbasis visual, meliputi: buku, grafik, peta, chart, dan lain-lain.

4. Media berbasis audio-visual, meliputi: video, film, televisi, dan lain-lain.

29

S. Nasution,Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT

(38)

5. Media berbasis komputer

6. Pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar.30

Dalam penelitian ini, media yang digunakan sebagai sumber belajar ada 4

komponen. Media tersebut adalah media berbasis manusia berupa tutor sebaya,

media berbasis cetakan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), media berbasis visual

berupa media bangun datar dan pemanfaatan perpustakaan.

Secara umum langkah Resource Based Learning terdapat tujuh tahapan seperti berikut ini:

1. Berikan alasan yang kuat kepada siswa tentang kenapa harus mengumpulkan

suatu informasi tertentu. Dengan cara memberikan suatu pertanyaan atau

masalah yang terkait dengan topik yang kan dipelajari. Pertimbangkan

pengetahuan awal mereka dan relevansi serta kekonstekstualan pertanyaan

dengan kehidupan mereka sehingga bermakna bagi mereka.

2. Rumuskan tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran kita turunkan dari

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan indikator. Tujuan pembelajaran

ini harus mencakup kemampuan untuk menganalisis, sintesis, mengevaluasi

dan bahkan mecipta.

3. Identifikasilah kemampuan melek informasi seperti apa saja yang penting

dikuasai anak melalui proses “inquiry” learning yang dilakukan dengan

berbasis aneka sumber.

4. Pastikan bahwa sumber-sumber belajar yang potensial telah tersedia,

dipersiapkan dengan baik, dan sesuai dengan kebutuhan siswa (seperti sesuai

dengan kemampuan membaca, mengamati, dll). Ini paling penting untuk

diperhatikan. Proses BEBAS tidak akan berjalan dengan baik jika segala

sumber belajarnya tidak dirancang dan dipersiapkan dengan baik dan benar.

5. Tentukan cara siswa akan mendemonstrasikan hasil belajarnya. Siswa

diberikan pilihan untuk membuktikan hasil proses belajarnya. Berikanlah

option, biarkan mereka memilih, bila perlu pilihan tersebut datang dari mereka

sendiri.

30

Azhar Arsyad,Media Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), cet

(39)

6. Tentukan bagaimana informasi yang diperoleh oleh siswa itu dikumpulkan,

apakah melalui lembar pengamatan, rekaman audio, rekaman video dan

catatan lapangan serta berikan batas waktu untuk setiap langkahnya.

7. Tentukan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses dan penyajian

hasil belajar mereka.31

Dalam pelaksanaan caraResource Based Learningperlu diperhatikan hal-hal berikut :

1. Pengetahuan yang ada.

Ini mengenai pengetahuan guru tentang latar belakang murid dan pengetahuan

murid tentang bahan pelajaran.

2. Tujuan pelajaran.

Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapai dengan

pelajaran itu. Tujuan ini tidak hanya mengenai bahan yang harus dikuasai, akan

tetapi juga keterampilan dan tujuan emosional dan sosial. Tujuan ini turut

menentukan metode yang akan digunakan.

3. Memilih metodologi

Metode pengajaran banyak ditentukan oleh tujuan. Bila topik yang dihadapi itu

luas, berbagai ragam metode akan perlu digunakan.

4. Koleksi dan penyediaan bahan.

Harus diketahui bahan dan alat yang dimiliki oleh sekolah. Bahan pelajaran

dapat pula dipinjam, seperti buku dari perpustakaan umum. Bahan yang

diperlukan oleh semua murid dapat diperbanyak. Juga bahan untuk kegiatan

kreatif dan lain-lain harus disediakan sebelumnya. Juga sumber-sumber lain di

luar sekolah perlu diselidiki agar dapat dimanfaatkan bila diperlukan.

5. Penyediaan tempat

Segala kegiatan harus dilakukan dalam ruangan tertentu. Ruang perpustakaan

tidak dapat sekaligus digunakan oleh seluruh murid di sekolah. Demikian pula

31

Uwes A. Chaeruman, Tips melaksanakan Resource-Based Learning, 2008, dalam

(40)

ruang laboratorium dan ruang belajar lainnya sehingga perlu diatur

penggunaannya.32

Resource Based Learning atau Belajar berbasis Aneka Sumber memiliki beberapa kelebihan. Keuntungan dari Belajar berbasis Aneka Sumber (BEBAS)

adalah sebagai berikut:

1. BEBAS mengakomodasi perbedaan individu baik dalam hal gaya belajar, kemampuan, kebutuhan, minat, dan pengetahuan awal mereka. Dengan demikian, siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing. Sumber belajar dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

2. BEBAS mendorong pengembangan kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan keterampilan mengevaluasi. Jadi, BEBAS memungkinkan siswa menjadi kreatif dan memiliki ide-ide orisinal. 3. Proses pembelajaran dengan metode BEBAS mendorong siswa untuk

bisa bertanggung jawab teradap belajarnya sendiri. Jadi, dapat melatih kemandirian belajar sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna, lebih tertanam dalam pada dirinya karena ia sendiri secara pribadi yang menemukan dan membangun pemahaman.

4. BEBAS menyediakan peluang kepada siswa untuk menjadi pengguna teknologi informasi dan komunikasi yang efektif. Dengan demikian dapat membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Ia akan mampu bagaimana menemukan, dan memilih informasi yang tepat, menggunakan informasi tersebut, mengolah dan menciptakan pengetahuan baru berdasarkan informasi tersebut serta menyebarluaskan atau menyajikan kembali informasi tersebut kepada orang lain.

5. Dengan BEBAS, siswa akan belajar bagaimana belajar. Sekali ia melihat informasi, ia akan mengembangkan sikap positif dan keterampilan yang sangat berguna bagi dirinya dalam era informasi yang sedang dan akan dihadapinya kelak. Jadi, pada akhirnya BEBAS dapat membekali keterampilan hidup bagi siswa.33

JikaResouce Based Learning dikaitkan dengan dunia teknologi, menurut Astra kelemahannya antara lain adalah sebagai berikut: ”Biaya tinggi pada

penyiapan bahan ajar, biaya ekstra untuk pemeliharaan, memerlukan motivasi dan

kemandirian peserta didik, hubungan sesama peserta didik rendah.”34

32

S. Nasution,Berbagai Pendekatan..., hlm.30.

33

Uwes A. Chaeruman, Belajar berbasis Aneka Sumber, 2008, dalam

http://www.teknologipendidikan.net/belajar-berbasis-aneka-sumber

34

I Made Astra, “Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi padaResource Based Learning

(41)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Resource Based Learning adalah strategi pembelajaran dimana siswa membangun pemahamannya melalui interaksi

dengan berbagai sumber belajar yang dapat menumbuhkan minat, keterampilan

serta kemandirian belajar sehingga membangun masyarakat berbasis pengetahuan

(knowledge-based society).

4. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Astra, dosen jurusan Fisika MIPA Universitas

Negeri Jakarta yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi pada

Resource Based Learning untuk Calon Guru SMA”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa bahan ajar yang berorientasi pada Resource Based Learningdapat meningkatkan kompetensi dalam penguasaan bidang akademis. b. Penelitian berupa eksperimen pada siswa SMP Negeri 44 Jakarta Timur, tahun

2005, yang dilakukan oleh Busnawir dan Suhaena yang berjudul “Pengaruh

Penilaian Berbasis Portofolio terhadap Hasil Belajar Matematika dengan

mempertimbangkan Kemandirian Belajar Siswa”. Kesimpulannya bahwa pada

kelompok siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, penilaian portofolio

memberikan hasil belajar lebih tinggi daripada penilaian konvensional pada

proses pembelajaran matematika.

c. Penelitian di SMA Laboratorium UKSW Salatiga, tahun 2002, oleh Slameto

yang berjudul “Kemandirian Belajar dan Prestasi Siswa SMA Unggulan”.

Kesimpulannnya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemandirian

belajar siswa dan prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika

dan Biologi.

B. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan

Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Dahlia di kelas VII-B pada

semester genap tahun ajaran 2009/2010. Waktu penelitian dilaksanakan mulai

tanggal November 2009 sampai 1 Februari 2010.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau

classroom action research, yaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan

tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktek pembelajaran. Metode

penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika dengan

menerapkan Resource Based Learning untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa.

Model penelitian tindakan dalam penelitian ini adalah desain PTK

model Kemis dan Mc. Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart terdapat

empat aspek pokok dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. Perencanaan(Planning) 2. Tindakan(Acting)

3. Pengamatan(Observation) 4. Refleksi(Reflection)35

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, akan

dilanjutkan dengan penelitian pada siklus II. Jika hasil pembelajaran pada

siklus II telah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai maka

penelitian dihentikan. Mnamun apabila indikator keberhasilan belum

tercapai, maka dilanjutkan penelitian pada siklus III, dan hasil refleksi siklus

II sebagai acuannya.

35

Kunandar,Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi

(43)
[image:43.595.114.508.130.539.2]

Gambar 3.1.

Tahapan Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Taggart

Penelitian akan diakhiri atau dihentikan dengan tercapainya

indkator keberhasilan , dengan kriteria sebagai berikut:

1. Hasil pengamatan telah menunjukkan bahwa pelaksanaan proses

pembelajaran sesuai rencana dan minimal 75% dari jumlah siswa memiliki

skor kemandirian belajar≥70%.

2. Hasil belajar matematika siswa yang ditunjukkan oleh skor siswa yaitu

60% dari jumlah siswa mendapat skor ≥ nilai rata-rata tes keseluruhan

siswa.

C. Subyek Penelitian/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-B SMP Dahlia tahun

ajaran 2009/2010, yang terdiri dari 18 siswa.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku tindakan

penelitian, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat yang posisinya

sebagai observer. Peran peneliti adalah melakukan observasi pra penelitan

(44)

matematika, yaitu mengamati kebiasaan belajar siswa di kelas. Peran yang

dilakukan bersama dengan observer adalah membuat rancangan

pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran, melakukn refleksi dan

merancang tindakan untuk siklus selanjutnya.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan pra penelitian

(penelitian pendahuluan) dan akan dilanjutkan dengan tindakan pada siklus I

yang terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Setelah melakukan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan pada

siklus II. Apabila hasil dari siklus II menunjukkan bahwa indikator

keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Namun apabila

indikator kebrhasilan belum tercapai, maka dilaksanakan siklus selanjutnya.

Adapun tahapan intervensi tindakan penelitian kelas yang akan

dilaksanakan digambarkan sebagai berikut:

Prapenelitian

1. Pembuatan surat izin penelitian.

2. Menghubungi kepala sekolah dan mitra peneliti.

3. Melakukan pengamatan dalam proses belajar

mengajar di kelas.

4. Menetapkan kelas subyek yang akan dikenai

tindakan.

5. Melakukan diagnosa mengenai timbulnya

permasalahan di kelas.

(45)

Pengamatan

Tahapan ini berlangsung bersamaan dengan ahapan pelaksanaan. Pengamatan

dilakukan terhadap siswa dengan mencatat semua hal yang terkait dengan

prilaku kemandirian (inisiatif, percaya diri dan tanggung jawab) belajar

matematika siswa selama proses pembelajaran di kelas.

Siklus I

Perencanaan

1. Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan strategi

Resource Based Learning. 2. Berdiskusi dengan mitra peneliti.

3. Membagi siswa di kelas menjadi 4 kelompok, dalam setiap kelompok

terdapat 1 orang tutor sebaya.

4. Menyiapkan sumber belajar siswa berupa Lembar Kerja Siswa, Tutor

Sebaya, memastikan sudah tersedianya buku cetak matematika melalui

perpustakaan.

5. Menyiapkan lembar observasi pembelajaran untuk siswa.

6. Menyiapkan format observasi bebas berupa catatan lapangan.

7. Menyiapkan angket kemandirian belajar matematika siswa.

8. Menyiapkan tes hasil belajar.

9. Menetapkan indicator keberhasilan siklus.

10. Menyiapkan alat dokumentasi.

Pelaksanaan

1. Melaksanakan pembelajaran dengan strategi Resource Based Learning,

sumber belajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), Buku Pedoman

Matematika dan tutor (teman sebaya). Pelaksanaan ini sesuai dengan RPP

yang telah dibuat.

2. Mewawancarai siswa.

(46)

Refleksi

1. Mengevaluasi hasil pengamatan.

2. Mengidentifikasi hasil yang belum mencapai indicator keberhasilan.

3. Merencanakan tindakan pada siklus II, berdasarkan evaluasi di siklus I.

Siklus II

Perencanaan

1. Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan

strategiResource Based Learning. 2. Berdiskusi dengan mitra peneliti.

3. Menyiapkan sumber belajar siswa berupa Lembar Kerja Siswa, media

bangun datar, buku cetak matematika.

4. Menyiapkan lembar observasi pembelajaran untuk siswa.

5. Menyiapkan format observasi bebas berupa catatan lapangan.

6. Menyiapkan angket kemandirian belajar matematika siswa.

7. Menyiapkan tes hasil belajar.

8. Menetapkan indikator keberhasilan siklus.

9. Menyiapkan alat dokumentasi.

Pelaksanaan

1. Melaksanakan pembelajaran dengan strategi Resource Based Learning, sumber belajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), Buku Pedoman

Matematika dan media bangun datar. Pelaksanaan ini sesuai dengan RPP

yang telah dibuat.

2. Mewawancarai siswa.

3. Dokumentasi.

(47)
[image:47.595.114.512.138.554.2]

Gambar 3.2. Desain Penelitian Tindakan Kelas

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Penulis berharap siswa memiliki kemandirian dalam belajar yang

tercermin dari percaya diri dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas,

timbulnya kesadaran siswa tentang pentingnya belajar serta berinisiatif dalam

mengikuti proses belajar sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan. Kemandirian belajar ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan hasil

belajar.

G. Data dan Su

Gambar

Tabel 1.1Persentase Kemandirian Belajar Matematika sebelum Tindakan.. 5
Grafik 4.1Persentase Observasi Kemandirian Belajar Matematika Siklus I.. 48
Gambar 3.1Tahapan Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Taggart ......... 28
Tabel 1.1Persentase Kemandirian Belajar Matematika sebelum Tindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Kemandirian Belajar Matematika ... Pengertian matematika ... Pengertian

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI TINGKAT MOTIVASI BELAJAR

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI RESOURCE BASED LEARNING (PTK

Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik melalui metode Project Based Learning dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika siswa.. Kata kunci

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan tanggung jawab dan kemandirian belajar matematika siswa melalui model belajar tuntas. Peningkatan ini dapat dilihat dari

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemandirian belajar Matematika siswa dengan menggunakan strategi self regulated learning.. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian

lingkungan belajar dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Salah satu keunggulan dalam proses pembelajaran dengan Resource Based Learning adalah mendorong siswa untuk

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, kesimpulan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemandirian belajar siswa dalam matematika yang pembelajarannya