REBUS DENGAN METODE TITRASI VOLUMETRI
DI PTP.NUSANTARA III PKS SEI BARUHUR
KARYA ILMIAH
OLEH
LUSI NARULITA TAMBUNAN 052401029
PROGRAM STUDI D-3 III KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Ijazah Ahli Madya
Pada Program Dploma III Kimia Analis
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
LUSI NARULITA TAMBUNAN
NIM : 052401029
PROGRAM DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
JUDUL
: ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA TANGKI REBUS DENGAN METODE TITRASI VOLUMETRI DI PTP.NUSANTARA III PKS SEI BARUHURPERSETUJUAN : KARYA ILMIAH
NAMA : LUSI NARULITA TAMBUNAN NOMOR INDUK MAHASISWA : 052401029
PROGRAM STUDI : KIMIA ANALIS DEPARTEMEN : KIMIA
FAKULTAS : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Disetujui di Medan, Juni 2008
Diketahui / Disetujui oleh
Ketua Departemen Kimia F-MIPA USU Pembimbing
PERNYATAAN
ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA TANGKI REBUS DENGAN METODE TITRASI VOLUMETRI DI PTP NUSANTARA III
PKS SEI BARUHUR
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing – masing yang disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2008
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini berjudul “Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Pada Tangki
Rebus Dengan Metode Titrasi Volumetri” ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi pada program Diploma III Kimia Analis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang merupakan aplikasi dari ilmu yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.
Selama penyusunan karya ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi, maupun dari segi administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Teristimewa secara khusus dan tulus penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Ayahanda J. Tambunan dan Ibunda D. sianturi yang telah memberikan kepercayaan dan kesabaran kepada penulis untuk menentukan pilihan dalam studi penulis, juga kepada ketiga saudara saya yandri, ricki, dan dedi adik saya tercinta.
2. Ibu Cut Fatimah Zuhra S.Si,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis sampai karya ilmiah ini selesai.
3. Ibu DR. Rumondang Bulan, MS, sebagai ketua departemen kimia FMIPA USU yang selalu memberikan dorongan dan bimbingannya dalam penulisan karya ilmiah ini.
4. Seluruh staf dan dosen Kimia Analis FMIPA USU yang telah membimbing selama di bangku perkuliahan.
5. Seluruh karyawan dan para pimpinan PT Pekebunan Nusantara III Sei Baruhur yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
6. Untuk seluruh rekan-rekan Kimia Analis 2005 terutama untuk clara, aquarina, bintang, ivan dan teman – teman lain yang tidak dapat saya sebutkan namanya.
7. Untuk sahabat yang selalu mengerti dan mendukung saya, Yani (mami), Rini, Kak ira, Astrid(kucing), Kak Doni, juga buat seseorang yang telah mewarnai hidupku.
Medan, Juni 2008
Penulis
ABSTRAK
ABSTRACT
5.1. kesimpulan ... 24
5.2. Saran ... 24
Daftar pustaka Lampiran DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Komposisi Asan Lemak Minyak Kelapa Sawit ... 6
Tabel 2.2. Kandungan Minor Minyak Kelapa Sawit ... 6
Tabel 2.3. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit ... 8
Tabel 2.4. Standar mutu Special Prime Bleach (SPB) dan Ordinary ... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu penghasil minyak nabati yang sangat
penting dan menjadi salah satu komoditas penting disamping migas, dikarenakan
minyak yang digunakan selain untuk bahan baku industri pangan dan non pangan
seperti kosmetik dan farmasi juga sudah dikembangkan sebagai salah satu bahan
bakar. ( Tim penulis, PS., 2008)
Minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil / CPO) diperoleh dari hasil
pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, hasil pertama yang dapat diperoleh
ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit
yang terdapat pada kernel. Minyak yang mula – mula terbentuk dalam buah adalah
trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa
pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak
tidak jenuh.
Salah satu yang mempengaruhi mutu minyak sawit ialah kadar asam lemak
bebasnya, dimana salah satu proses yang dapat menaikkan kadar asam lemak
(perebusan) dipengaruhi oleh ; Suhu, yang dapat menyebabkan enzim in aktif pada
suhu tinggi, maka proses enzimatis tidak dapat bekerja secara optimal. Air, pada
dasarnya menyebabkan terjadinya kontak antara substrat dengan enzim, dimana enzim
lipase aktif pada permukaan antara lapisan minyak dan air. Selain itu untuk meneken
kenaikan asam lemak bebas sekecil mungkin pada saat perebusan tingkat kematangan
buah juga harus diperhatikan. (Naibaho, 1996)
Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler
memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai.
Sistem perebusan yang banyak digunakan adalah sistem perebusan tripel peak
(SPTP). (Naibaho, 1996)
Untuk mengetahui kadar asam lemak bebasnya dapat diukur dengan
menggunakan metode titrasi volumetri dengan menggunakan menggunakan indikator
thymol blue sebagai penentu titik akhirnya yang ditandai dengan terjadinya perubahan
warna dari kuning menjadi kehijau – hijauan.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik mengambil judul ANALISA KADAR
ASAM LEMAK BEBAS PADA TANGKI REBUS (BOILER) DENGAN METODE
TITRASI VOLUMETRI. Di PTP.NUSANTARA III SEI BARUHUR.
1.2. Permasalahan
Apakah kadar asam lemak bebas (ALB) pada tangki rebus di PKS Sei Baruhur
PTP. NUSANTARA III sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
tangki boiler (perebusan)
2. Untuk mengetahui apakah kadar Asam Lemak Bebas (ALB) yang
terdapat pada tangki boiler (perebusan) telah memenuhi standart baku
mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
1.4. Manfaat
Dapat mengetahui faktor – faktor apa saja yang menyebabkan kadar asam lemak
2.1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaesis guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping
satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaesis berasal dari
bahasa yunani elaion atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari
kata Guinea, yaitu tempat pertama kali ditemukan di pantai guinea Afrika Barat.
Kemudian diperkenalkan kebagian afrika lainnya, asia tenggara dan amerika
Latin sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 150C dan lintang
selatan 120C. (Ketaren, 1986)
Kelapa sawit dapat diklasifikasikan atas beberapa varietas antara lain :
1. Dura, cangkangnya tebal, daging buahnya tipis, intinya besar, dan hasil ekstraksi
minyaknya rendah.
2. Pisifera, tidak mempunyai cangkang, serat tebal mengelilingi inti yang kecil. Jenis
ini tidak dikembangkan untuk tujuan komersil.
3. Tenera, Suatu hibrida yang berasal dari penyilangan Dura dan Pisifera.
Cangkangnya tipis, mempunyai cincin dikelilingi biji dan hasil ekstraksi
minyaknya tinggi, yaitu berkisar 23-26%. (Tambun R., 2002)
Kelapa sawit tumbuh baik didaerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000
mm/tahun dan kisaran suhu 22-230C, Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80%
perikrap dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam
2.2.Minyak Kelapa Sawit
Hasil akhir dari suatu pabrik minyak sawit (PMS) adalah minyak sawit yang
terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat dalam
kernel. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu
senyawa gliserol dengan asam lemaknya. ( mangoensoekarjo,2003)
Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil kondensasi satu
molekul gliserol dengan tiga molekul asam – asam lemak (umumnya ketiga asam
lemak berbeda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
Gliserol asam lemak trigliserida air
(Sudarmadji, 1989)
2.2.1.Komponen – Komponen Pada Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% perikrap dan 20 persen buah
yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34 –
40 persen. Minyak sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai
komposisi yang tetap. (Ketaren, 1986)
Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non trigliserida.
Asam lemak dengan jumlah atom C >10 pada suhu kamar berbentuk padat. Secara
alami asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak yang beratom C<14 dan yang
lebih besar dari 19 terbentuk dalam jumlah sedikit. Asam lemak tidak jenuh pada
umumnya terdapat dialam adalah asam lemak tidak jenuh yang mempunyai satu
ikatan rangkap dengan rumus CnH2n-1, dua ikatan rangkap dengan rumus C nH2n-3,
empat ikatan rangkap dengan rumus CnH2n-7. (Naibaho, 1986)
Tabel 2.1.Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa
Sawit (persen)
Sumber : Ketaren (1986)
Komponen non-trigliserida ini merupakan komponen yang menyebabkan rasa,
aroma dan warna kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat dalam jumlah
sedikit ini sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu minyak.
Tabel 2.2.Kandungan Minor Minyak Kelapa Sawit
Komponen Ppm
Karoten 500-700
Tokoferol 400-600
Sterol Mendekati 300
Phospatida 500
Besi (Fe) 10
Tembaga 0,5
Air 0,07-0,18
Kotoran-kotoran 0,01
* Karoten
Senyawa ini menimbulkan warna orange tua pada CPO. Karoten larut dalam asam
lemak, minyak, lemak dan pelarut minyak serta pelarut lemak, tetapi tidak larut dalam
air. Senyawa ini dapat dihilangkan dengan proses adsorbsi dengan tanah pemucat.
Fraksi karoten yang paling berpengaruh dalam CPO adalah -karoten, pigmen ini juga
tidak stabil terhadap pemanasan.
* Tokoferol
Tokoferol merupakan antioksidan di dalam minyak sawit (CPO). Tokoferol dapat
dibedakan atas , , tokoferol
* Senyawa Sterol
Sterol adalah komponen karakteristik dari semua minyak. Senyawa ini merupakan
senyawa unsaponifiable. Pengambilan senyawa ini minyak banyak dilakukan karena
senyawa ini penting untuk pembentukan vitamin D dan untuk membuat obat – obat
lain. Senyawa sterol berasal dari tumbuh – tumbuhan disebut phytosterol. Dua
senyawa phytosterol yang telah dapat diidentifikasikan karakteristiknya adalah
-sitosterol dan -stigmasterol.
* Senyawa Phospatida
Senyawa ini dapat dianggap sebagai senyawa trigliserida yang salah satu asam
lemaknya digantikan oleh asam phosphoric. Senyawa phospatida yang terpenting
dalam CPO ialah lesitin. Senyawa ini larut dalam alkohol.
Kontaminasi logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) merupakan katalisator yang baik
dalam proses oksidasi, walaupun dalam jumlah yang sedikit, sedangkan kotoran –
kotoran merupakan sumber makanan bagi pertumbuhan jamur lipolitik yang dapat
didalam pedagangan, kadar air juga menentukan kualitas minyak. Jika kandungan air
dalam minyak tinggi, maka dapat menaikkan asam lemak bebas selama selang waktu
tertentu. Akan tetapi minyak terlalu kering pun mudah teroksidasi, sehingga nilai
optimum kadar air dan bahan menguap harus diuji. (Tambun R, 2002)
2.2.2.Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavour,
kelarutan, titik cair dan polimorphism, titk didih (boilling pont), titik pelonakan,
slipping point, shot melting point ; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity
point), titik asap, titik nyala dan titik api.
Beberapa sifat fisiko-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.3.Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit
Bobot jenis pada suhu
kamar 0,900 0,900-0,913
Indeks bias pada D 400C 1,4565-1,4585 1,495-1,415
Bilangan iod 48-56 14-20
Bilangan penyabunan 196-205 244-254
Sumber : Ketaren (1986)
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange
atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.
Bau dan flavour dalam minyak terdapa secara alami, juga terjadi akibat adanya
asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas
Titik cair sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit
mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda –
beda. (Ketaren, 1986)
2.3.Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Standar mutu adalah merupakan hal penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan
air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan
peroksida.
Faktor lain yang mempengaruhi standart mutu ialah titik cair dan kandungan
gliserida, refining loss, plastisitas, dan spreadability, kejernihan kandungan logam
berat dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1
persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak
bebas serendah mungkun (lebih kurang 2 persen atau kurang), bilangan peroksida
dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak
berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas
Kandungan SPB Ordinary
Pemucatan : merah (R) Kuning (y)
< 2,0 20
< 3,3 35
Sumber : Jacobsberg (1969)
Berikut ini adalah pengertian dari karakteristik mutu tersebut :
a) ALB adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. ALB tinggi adalah suatu
ukuran tentang ketidak beresan dalam panen dan pengolahan
b) Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit pada
pemanasan 1050C. Kadar air tinggi diatas 0,1% membantu hidrolisis.
c) Kadar kotoran adalah bahan – bahan tak larut dalam minyak, yang dapat disaring
setelah minyak dilarutkan dalam suatu pelarut pada kepekaan 10%
d) Totox value adalah ukuran tingkat oksidasi yang dirumuskan sebagai 2PV + AV
e) Peroxide value (bilangan peroksida) dan Aniside value (Bilangan anisidin) masing
– masing mengukur oksidasi tahap pertama dan kedua.
f) Karotena dalah pro-vitamin A yang memberi warna jinga pada minyak sawit.
g) Besi dan tembaga adalah pro-oksidan, yang paling aktif adalah tembaga. Oleh
karena itu minyak sawit sedapat mungkin dicegah bersinggungan dengan tembaga
(pipa, kerangan, dan lain – lain).
h) Tokoferol adalah bahan vitamin E yang berlaku sebagai anti oksidan pada minyak
i) UV 233 dan UV 269 adalah hasil pengukuran absorbance sinar ultra violet pada
panjang gelombang 233 dan 268 nm. Masing – masing mempunyai kolerasi
dengan tahap pertama dan tahap kedua oksidasi.
j) Bleachabiliy atau daya pucat adalah ukuran kemampuan ,imyak sawit dipucatkan
warnanya. Minyak yang rendah tingkat oksidasinya lebih mudah dipucatkan.
( Mangoensoekardjo, 2003)
2.4.Pengendalian Mutu Minyak Sawit
Tindakan pencegahan yang harus diambil di kebun dan pabrik ialah dengan
mengambil langkah – langkah pengolahan sebagai berikut :
- Perebusan. untuk mencegah oksida selama perebusan, udara harus dikosongkan
sama sekali dari dalam rebusan, juga perlu untuk mencapai suhu yang diinginkan.
Cara terbaik adalah dengan triple peak sterilization. Pemasukan uap harus
berangsur untuk mencegah pemanasan yang berlanjut pada tempat – tempat
tertentu.
- Pengempaan. Peremas dan pengempa merupakan sumber besi karena keausan dari
pisau – pisau aduk lining screw. Sebaiknya memakai bahan sainless steel
- Klarifikasi. Persinggunan yang terlalu lama dengan udara pada suhu tinggi harus
dicegah karena akan mengurangi daya pucat akibat oksidasi, ALB juga meningkat
bila klarifikasi terlalu lama.
- Kebersihan. Pabrik yang kotor dapat menaikkan kadar ALB. Sisa minyak yang
tertinggal pada talang, elevator, conveyor, tangki – tangki dan tempat lain harus
dibersihkan karena waktu dingin mikroba cepat berkembang.
membuat minyak bermutu khusus, panen perlu dibagi menjadi fraksi- fraksi
tertentu. Pemisahan dilakukan di TPH . (Mangoensoekarjo, 2003)
2.5.Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas yang merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu
dari minyak kelpa sawit, apabila kadar asam lemak bebasnya semakin tinggi maka
mutu minyak sawit tersebut semakin rendah. Faktor – faktor yang menentukan kadar
asam lemak bebas pada minyak sawit ialah ;
1. Pengaruh suhu ; kadar asam lemak yang paling tinggi ialah diperoleh pada suhu
kamar ( 25-270C). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa enzim
lipase pada buah sawit sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 80C dan
pemanasan 450C. Proses enzimatis pada dasarnya adalah serangkaian reaksi kimia
sehingga kenaikan suhu akan meningkatkan kecepatan reaksi. Tetapi karena sifat
enzim yang inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu
sehingga enzim tidak lagi bekerja optimal.
2. Pengaruh penambahan air ; Air berpengaruh pada reaksi yang terjadi, dan
pengaruh ini pada dasarnya adalah membantu terjadinya kontak antara substrat
dengan enzim. Sebagaimana kita ketahui enzim lipase aktif pada permukaan
(interface) antara lapisan minyak dan air, seehingga dengan melakukan
pengadukan, maka kandungan air pada buah akan mampu untuk membantu
terjadinya kontak ini.
3. Pengaruh pengadukan dan pelumatan buah ; tingkay pelunakan dan pengadukan
buah sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisa karena akan membantu
lipase pada buah sawit belum diketahui secara pasti, sehingga untuk mengatasi hal
tersebut maka buah harus dilimat secara halus, kemudian minyak dan seratnya
dicampurkan kembali. Dengan proses ini dapat diketahui kadar asam lemak yang
diperoleh lebih tinggi dibandingkan jika buah tidak dilumat sampai halus.
4. Pengaruh kematangan buah ; pada buah kelapa sawit, semakin matang buahnya
maka kadar minyaknya akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya kadar
minyak pada buah maka proses hidrolisa secara enzimatis akan semakin cepat
terjadi, sehingga perolehan asam lemak akan lebih tinggi.
5. Pengaruh lama penyimpanan ; secara alami asam lemak bebas akan terbenruk
seiring dengan berjalannya waktu, baik karena aktivitas mikroba karena hidrolisa
dengan bantuan katalis enzim lipase. (Tambun R, 2002)
Asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak kelapa sawit sangat
berpengaruh terhadap proses produksi, kadar asam lemak bebas yang tinggi juga
berpengaruh pada proses pemurnian dimana akan banyak membutuhkan bahan
pemucat, sebab minyak sawit yang berwarna merah jingga karena mengandung
karotena, akan sulit dipucatkan. Selain itu minyak yang dimurnikan akibat
tingginya kadar asam lemak bebasnya daya tahannya lebih rendah terhadap
oksidasi pada waktu penyimpanan dibandingkan dengan minyak kasar (yang
tidak dimurnikan). (Mangoensoekardjo, 2003)
Asam lemak bebas juga menyebabkan ketengikan dalam minyak, yang diartikan
sebagai kerusakan bau atau flavour (rasa) dalam minyak, meningkatkan kadar
kolesterol dalam minyak dan menurunkan suhu dari titik asap (smoke point), titik api
(fire point). Dimana bila minyak dipanaskan, pada suhu tertentu timbul asap tipis
maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari jamur
Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu
10 – 250C. Selain itu proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun,
hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya yang
berlangsung 2 – 3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi,
dan selanjutnya difraksinasi sehingga dihasilkan asam – asam lemak murni. Asam –
asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener
(pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat. Hal ini
menyatakan meski kadar asam lemaknya tinggi minyak sawit tyersebut masih dapat
diolah dan digunakan untuk beberapa fungsi tertentu. (Tim penulis PS., 2008)
2.6.Perebusan Buah
Buah direbus pada ketel rebusan bertujuan untuk:
1. Menghentikan aktifitas enzim, enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam
pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkannya kembali menjadi asam
lemak bebas (ALB), aktifitas enzim dapat dihentikan dengan cara fisika dan kima.
Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi
protein.
2. Melepaskan buah dari spiklet, Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah maka
untuk mempermudah proses ekstraksi pengutipan, minyak dan inti sawit buah
perlu dilepaskan dari spikletnya. Buah dapat terlepas dengan cara hidrolisis
hemiselulosa dan pektin, reaksi hidrolisis hemiselulosa dan pectin dapat terjadi
3. Menurunkan kadar air, sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air
buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan yang baik pada saat perebusan
maupun saat pemipilan.
4. Pemecahan emulsi, minyak didalam perikrap berbentuk amulsi dapat lebih mudah
keluar dari sel jika berubah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi
dengan bantuan pemanasan, yang mengakibatkan penggabungan fraksi yang
memiliki polaritas yang sama dan berdekatan, sehingga minyak dan air masing –
masing terpisah.
5. Melepaskan serat dan biji, penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses
pemisahan serat perikarp dan biji, yang dapat dipercepat dengan proses hidrolisis.
Apabila serat tidak lepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan menahan
minyak.
6. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang, perebusan yang sempurna akan
menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang
lekang dari cangkang. (Naibaho, 1986)
Sistem perebusan yang digunakan adalah sistem perebusan triple peak (SPTP),
keberhasilan SPTP dipengaruhi oleh tekanan uap yang tersedia, kapasitas ketel
rebusan, bahan baku dan lama perebusan. Sebelum penyebaran SPKS tekanan uap
pada setiap peak berbeda – beda, akan tetapi dengan adanya penyebaran SPKS maka
dikenal SPTP yang puncak satu sama lain sama, kecuali waktu setiap puncak berbeda
Sitem perebusan triple peak (SPTP)
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan pada perebusan adalah :
• Pembuangan udara
• Pembuangan air kondensat
• Lamanya perebusan
• Pembuangan uap
• Penyaluran uap masuk dan keluar selama perebusan
• Pengangkutan buah rebus. ( Naibaho, 1986)
Untuk sistem perebusan triple peak dengan tekanan 3 kg/cm2 dilakukan dengan daur
siklus sebagai berikut:
Pembuangan angin : 5 menit
Menaikkan tekanan sampai puncak ketiga : 30 menit
Merebus pada tekanan penuh (puncak ketiga) : 20 menit
Buang uap : 5 menit
Mengeluarkan dan memasukkan lori : 10 menit
Rebusan berupa bejana silindris mendatar dengan pintu pada kedua atau salah
satu ujungnya. TBS dimasukkan dalam rebusan dalam keranjang, yang dindingnya
berperforasi untuk penyaluran uap (steam) diantara buah, dan ditempatkan diatas lori
dan tiap keranjang yang umumnya memuat 2,5 ton TBS. (Mangoensoekardjo, 2003)
2.7.Titrasi
Titrasi adalah proses penambahan pentiter (larutan baku) kedalam larutan zat
yang akan ditentukan, bagian demi bagian pentiter ditambahkan kedalam larutan zat
yang akan ditentukan dengan bantuan alat yang disebut buret sampai mencapai titik
kesetaraan. Titik kesetaraan adalah titik pada saat pereaksi dan zat yang ditentukan
bereaksi sempurna secara stoikiometri.
Dalam praktek ini titik kesetaraan itu ditentukan dengan berbagai cara,
tergantung pada sifat reaksinya. Biasanya, titik kesetaraan tidak disertai dengan
perubahan sifat yang dilihat. Karena itu diperlukan zat tambahan yang dapat
menunjukkan pereubahan yang dapat dilihat pada atau dekat titik kesetaraan. Zat
tambahan itu disebut indicator. Indicator berubah warna disekitar titik kesetaraan.
Agar proses titrasi dapat berjalan dengan baik sehingga memberikan hasil
pemeriksaan yang tepat dan teliti, maka persyaratan berikut perlu diperhatikan dalam
setiap titrasi :
1. interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara
stoikiometri dengan faktor stoikiometrinya berupa bilangan bulat. Faktor
stoikiometri ini harus diketahui atau ditetapkan secara pasti, karena factor ini perlu
dalam perhitungan hasil titrasi.
terhitung. Artinya, sesuai dengan ketetapan yang dapat dicapai dengan peralatan
yang lazim digunakan dalam titrimetri, reaksi harus sempurna sekurang –
kurangnya 99,9% pada titik kesetaraan.
Titrasi asam basa didasarkan pada reaksi perpindahan proton antara senyawa
yang mempunyai sifat – sifat asam-basa (protolisis). Dengan cara titrasi asam-basa,
berbagai senyawa organic dan senyawa anorganik dapat ditentukan dengan mudah.
Penentuan senyawa – senyawa tersebut biasanya dilakukan dalam larutan berair, tetapi
pelarut nirair juga dapat digunakan. Untuk titrasi basa digunakan larutan baku asam
kuat, misalnya HCl, H2SO4. Sedangkan titrasi asam menggunakan larutan baku basa
kuat, misalnya NaOH, KOH, tetra-alkilamonium hidroksida. Titik akhir titrasi
ditetapkan dengan bantuan indicator asam-basa yang sesuai, atau secara
METODOLOGI
3.1.Alat dan Bahan 3.1.1.Alat – alat
- Timbangan analitik
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Buret
3.1.2. Bahan Yang Digunakan
- Crude palm oil (CPO)
- N-Heksan
- Alkohol
- Indicator Thymol Blue
- Larutan KOH 0,1 N
3.2.Prosedur
- Ditimbang gelas erlenmeyer kosong pada timbangan analitik
- Ditimbang sampel sebanyak ± 3 gram, dimasukkan kedalam erlenmeyer
kosong yang telah diketahui beratnya
- Kedalam sampel ditambahkan N-heksan sebanyak 10 mL dan alkohol 96%
sebanyak 20 mL
- Ditambahkan 3 tetes indikator thymol blue
- Sampel dititrasi dngan larutan KOH 0,1N sampai terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi kehijau – hijauan
3.3.Perhitungan
Kadar ALB = 0,1 × × ×100%
L BERATSAMPE
BM KOH N N KOH mL
Keterangan :
N = Normalitas KOH yang digunakan untuk titrasi (N)
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1.Data Analisa
Tabel 4.1.Data hasil analisa Asam Lemak Bebas dari tangki rebus di PTPN III Sei
Baruhur
Pengolahan data % Asam Lemak Bebas dari tangki rebus di PTP.Nusantara III
sei baruhur.
Tanggal 21 januari 2008
%ALB = 100%
Tanggal 23 januari 2008
%ALB = 100%
Tanggal 24 januari 2008
%ALB = 100%
Tanggal 25 januari 2008
%ALB = 100%
Untuk pengolahan data pada perlakuan kedua dan ketiga dari tanggal 21 – 25
januari 2008 dilakukan cara perhitungan yang sama. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
4.2.Pembahasan
Kadar asam lemak yang diperoleh di PTP Nusantara III Sei Baruhur sudah
memenuhi norma standar yang telah ditetapkan dan mutunya baik. Karena mutu
minyak sawit dikatakan baik salah satunya ditentukan oleh kandungan asam lemak
bebasnya, jika kandungan asam lemak bebasnya rendah maka mutunya akan semakin
Dari data yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa kadar asam lemak bebas
pada minyak sawit (CPO) yang dianalisa selama bulan januari 2008 di PTP Nusantara
III adalah 2.87 – 4.75% dan realisasi yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 4.03%.
Dari analisa yang telah dilakukan diperoleh kadar asam lemak bebas yang sesuai
dengan norma standar yang telah ditetapkan hal ini dikarena pada saat perebusan suhu
dan waktu yang digunakan sesuai dengan kadar kematangan buah, karena semakin
matang buah maka kadar minyak dan lemak yang terdapat akan semakin tinggi dan
kandungan air dalam buah akan membantu proses hidrolisa enzimatik yang
disebabkan oleh enzim lipase yang terdapat pada buah yang menyebabkan kenaikan
kadar asam lemak bebas pada buah. Dimana kadar kematangan buah digolongkan
dalam tiga jenis yaitu ; mentah, matang, dan lewat matang. Adapun tujuan dari
perebusan adalah untuk menghentikan aktivitas enzim lipase dan oksidasi agar tidak
berlanjut menaikkan kadar asam lemak bebas. Dalam hal ini temperatur yang
ditentukan untuk perebusan semakin matang buah maka temperatur yang digunakan
adalah semakin rendah.
Kadar asam lemak bebas yang tinggi tentunya sangat mempengaruhi mutu
minyak sawit , karena dapat mengakibatkan minyak menjadi bau tengik dan rasanya
tidak enak, yang ditandai dengan warna minyak kuning kemerahan , bila kadar asam
lemak bebasnya diatas 5%.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk pencegahan ialah dengan cara
pemanenan buah sawit yang tepat pada waktunya, dan menentukan suhu perebusan
sesuai dengan kadar kematangan buah dimana apabila buah mentah perebusan dengan
suhu 140-1600C dan waktu 145 menit, apabila buah matang perebusan dengan suhu
1. Berdasarkan dari data analisa kadar ALB pada PTP Nusantara III adalah
3,46 – 4,51%
2. Kadar asam lemak bebas pada PTP Nuasntara III Sei Baruhur adalah memenuhi
standart mutu yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 3-5%.
5.2.Saran
Untuk mempertahankan mutu minyak yang diproduksi maka pihak peruhaan harus
menyesuaikan kadar asam lemak bebasnya dengan standar yang telah ditetapkan.
Untuk menghindari kadar asam lemak bebas yang tinggi perlu dilakukan beberapa
hal seperti berikut ;
a) Pemanenan pada waktunya
b) Proses hidrolisa selama pengolahan
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Naibaho, P. M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Rivai H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Sudarmadji. S. 1989. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit
Liberty Yogyakarta.
Tambun, R. 2002. Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung Dari Buah
Kelapa Sawit. Fakultas Teknik. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Tim Penulis PS. 2008. Kelapa Sawit, Budi Daya, Pemanfaatan Hasil & Limbah,
Analisis Usaha & Pemasaran. Cetakan Keduapuluh dua. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan Dan Gizi. Cetakan Kelima. Jakarta: Penerbit