• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN INSENTIF TERHADAP KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT TK II

PUTRI HIJAU MEDAN

TESIS

Oleh :

RIKA DINARIANTI NIM : 087019168/ IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN INSENTIF TERHADAP KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN.

Nama Mahasiswa : Rika Dinarianti Nomor Pokok : 087019168

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) Ketua

(Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Paham Ginting, MS)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. A.Rahim Matondang, MSIE)

(3)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, SE, MS

Anggota : 1. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si 2. Dr. Yenni Habsah, M.Si

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : “ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN INSENTIF TERHADAP KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN ”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 17 Juni 2011

Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

Rika Dinarianti, 2011, “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan”,

Dibimbing oleh Prof, Dr. Rismayani, MS (Ketua) dan Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, Msi, (Anggota)

Budaya organisasi dan insentif diyakini sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan kinerja organisasi. Keberhasilan suatu organisasi untuk mengimplementasikan nilai-nilai ,aturan, petunjuk budaya organisasinya serta keadilan dalam pemberian insentif dapat meningkatkan kinerja anggotanya serta mendorong organisasi itu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Tetapi seringkali budaya organisasi dan insentif juga menjadi kendala bagi organisasi untuk meningkatkan kinerja anggotanya. Tidak terkecuali di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau. Permasalahan yang terjadi pada Rumah Sakit Tk II Putri Hijau memperlihatkan bahwa masih kurangnya implementasi dari nilai-nilai budaya yang dimiliki. Fenomena ini dimulai terlihat dari kurang cepat, tanggap perawat dalam melayani pasien gawat darurat, kurang lengkapnya perawat dalam hal pencatatan rekam medis setiap pasiennya, kurangnya promosi pimpinan kepada perawatnya, kurang displin serta kurangnya empati perawat terhadap pasien. Fenomena ini terus berlanjut dari tahun ketahun. Maka perlu diketahui sejauhmana budaya organisasi yang dimiliki rumah sakit dan insentif yang diberikan berpengaruh terhadap kinerja para perawat Rumah Sakit Putri Hijau Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan budaya organisasi, insentif, kedisiplinan, dan kinerja.

Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah explanatory research. Jumlah sampel yang digunakan adalah 70 responden perawat, dan diukur dengan skala Likert serta menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis pertama dan hipotesis kedua.

Hasil penelitian pada hipotesis pertama diperoleh secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara budaya organisasi dan insentif terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Putri Hijau. Secara parsial, ditemukan budaya organisasi lebih dominan dibandingkan insentif. Pada hipotesis kedua secara simultan terdapat pengaruh sangat-sangat signifikan antara kedisiplinan dan kompetensi terhadap budaya organisasi Rumah Sakit Putri Hijau. Secara parsial, ditemukan kompetensi lebih dominan berpengaruh terhadap budaya organisasi dibandingkan kedisiplinan.

Kesimpulan penelitian ini adalah budaya organisasi dan insentif mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Putri Hijau. Kedisiplinan dan kompetensi juga berpengaruh sangat-sangat signifikan (highly significant) terhadap variabel budaya organisasi.

Kata Kunci : Budaya, Organisasi, Insentif, Kinerja, Kedisiplinan

(6)

Dinarianti Rica, 2011, " Analysis of the influence of Organizational Culture and Performance Incentive Against Hospital nurse Tk II Putri Hijau Medan", Supervised by Prof. Dr. Rismayani, MS (Chairman) and Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, MSi, (Member)

Organizational culture and incentives is believed to be factors that can affect the success of organizational performance. The success of an organization to implement the values, rules, instructions organizational culture and justice in the provision of incentives to improve the performance of its members and encourage the organization to grow and develop in a sustainable manner. But often the organizational culture and incentives are also an obstacle for organizations to improve the performance of its members. No exception in the Hospital Nursery II Putri Hijau. The problems that occurred in the Hospital Nursery II Putri Hijau shows that there is still a lack of implementation of the cultural values held. This phenomenon starts looking from less rapid, responsive nurse in the service of emergency patients, fewer nurses in terms of recording the complete medical records of each patient, lack of promotion led to his nurse, lack of discipline and lack of empathy nurses to patients. This phenomenon continues from year to year. So keep in mind how far the culture of the organization owned hospitals and incentives affect the performance of nurses Putri Hijau Hospital Medan.

The theory used in this research are theories related to organizational culture, incentives, discipline, and performance.

This research method is quantitative and descriptive nature of this research is explanatory research. The number of samples used were 70 respondents nurses, and measured with Likert scales and using multiple regression analysis techniques to test the hypothesis first and second hypothesis.

The research on the first hypothesis there is simultaneously a significant influence between organizational culture and incentives to performance Putri Hijau Hospital nurse. Partially, found in the organizational culture is more dominant than the incentives. The second hypothesis simultaneously there highly significant influence between discipline and competence of the organizational culture Putri Hijau Hospital. Partially, it was found competence more dominant influence on organizational culture than discipline.

The conclusion of this research is the organizational culture and incentives have a positive and significant influence on the performance of hospital nurses Putri Hijau. Discipline and competence are also influenced highly significant to the variable of organizational culture.

Keywords: Culture, Organization, Incentives, Performance, Discipline

(7)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Analisis Pengaruh Budaya

Organisasi dan Insentif Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Tk II Putri Hijau

Medan”

Dalam proses penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati,

penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir.A.Rahim Matondang, MSIE, Selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA selaku sekretaris Program Studi Magister

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Rismayani, MS selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

6. Ibu Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

(8)

7. Ibu Dr.Yenni Habsah, M.Si, Bapak Drs.Rahmat Sumanjaya, M.Si, dan Ibu Nisrul

Irawati, SE, MBA selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak

memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Bapak Kolonel Ckm dr. Dubel Meriyenes, SpB selaku Kepala Rumah Sakit Tk II

Putri Hijau Medan

9. Bapak Letkol Ckm Ibennavis selaku Kepala Pengendali Askes, Mayor Ckm

Sahmenan Harahap, SH selaku Kasi TUUD, dan seluruh pegawai , perawat sipil

dan militer Rumah Sakit Putri HIjau yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi demi

kesempurnaan tesis ini.

10.Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

11.Khususnya kepada kedua orangtua saya, Ayahanda Sarsidi dan Ibunda

Hj. Syarifah Cahaya atas segala dukungan dan doanya.

12.Buat adik-adikku Soraya Putri, Amkeb dan Tri Fauziah, AmFarm terimakasih

atas motivasi dan dukungannya selama ini.

13.Teman-teman anggota Angkatan XVI Kelas Paralel atas motivasi dan

(9)

Penulis menyadari bahwa tesis ini belumlah sempurna. Untuk itu Penulis

mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua teman-teman, rekan

dan peneliti yang akan membahasnya lebih lanjut kedepannya. Akhir kata Penulis

mengucapkan semoga Allah SWT akan membalas seluruh amal kita dan

melimpahkan rahmatNya kepada kita semua. Semoga tesis ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan Penulis pada khususnya.

Medan, Juni 2011

(10)

RIWAYAT HIDUP

Rika Dinarianti, lahir di Medan pada tanggal 16 juni. Anak pertama dari

tiga bersaudara, dari pasangan Ayahanda Sarsidi dan Ibunda Hj. Syarifah Cahaya.

Menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) negeri 064983

Kecamatan Medan Helvetia, tamat dan lulus tahun 1992, kemudian melanjutkan

pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP IKAL Kecamatan

Medan Helvetia, tamat dan lulus tahun 1995. Selanjutnya meneruskan

Pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu Madrasah Aliyah Negeri 2

Medan, tamat dan lulus pada tahun 1998. Tahun 1998 melanjutkan ke jenjang

pendidikan Diploma Tiga Perbankan dan Keuangan Politeknik Negeri Medan dan

lulus pada tahun 2001, kemudian tahun 2002 melanjutkan ke Strata satu (S1) jurusan

Ekonomi Manajemen Universitas Sumatera Utara, dan lulus pada tahun 2005. Pada

tahun 2008 melanjutkan Strata dua (S2) di Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara Program Studi Magister Ilmu Manajemen dan lulus pada bulan juni

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 6

2.2. Teori Budaya Organisasi... 6

2.2.1. Pengertian Budaya Organisasi... 6

2.2.2. Tipe Budaya Organisasi... 10

2.2.3. Fungsi Budaya Organisasi... 11

2.2.4. Penerapan Budaya Organisasi... 12

2.2.5. Penciptaan Budaya Organisasi... 13

2.2.6. Mempertahankan Budaya Organisasi... 14

2.3. Teori Insentif ... 15

2.3.1. Pengertian Insentif... 15

2.3.2. Tujuan dan Manfaat Insentif... 17

2.3.3. Bentuk – Bentuk Pemberian Insentif... 19

2.3.4. Dasar - Dasar Pemberian Insentif... 23

2.4. Teori Kinerja... 24

2.4.1. Pengertian Kinerja... 24

2.4.2. Pengukuran atau Penilaian Kinerja ... 26

2.4.3. Tujuan Penilaian Kinerja... 27

2.4.4. Syarat – Syarat Sistem Penilaian Kinerja... 28

2.4.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja... 28

2.5. Teori Kedisiplinan... 30

2.5.1. Pengertian Kedisiplinan... 30

2.5.2. Bentuk – Bentuk Kedisiplinan... 32

2.5.3. Tipe- Tipe Kedisiplinan... 32

2.5.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Kerja.... 33

2.5.5. Pelaksanaan Kedisiplinan Kerja... 34

2.6. Teori Kompetensi... 35

(12)

2.6.2. Manfaat Kompetensi... 36

2.6.3. Karateristik Kompetensi... 36

2.6.4. Pengukuran Kompetensi... 37

2.6.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi... 39

2.7 Kerangka Berpikir... 40

2.8 Hipotesis... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

3.2. Metode Penelitian ... 44

3.2.1 .Pendekatan Penelitian... 44

3.2.2. Jenis Penelitian... 3.2.3. Sifat Penelitian... 44 44 3.3. Populasi dan Sampel ... 45

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 47

3.6. Definisi Operasional Variabel ... 47

3.6.1. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama... 47

3.6.1. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua... 48

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 50

3.7.1. Uji Validitas Instrument... 50

3.7.1.1. Uji Validitas Budaya Organisasi... 50

3.7.1.2. Uji Validitas Insentif... 52

3.7.1.3. Uji Validiatas Kinerja... 53

3.7.1.4. Uji Validitas Kedisiplinan... 54

3.7.1.5. Uji Validitas Kompetensi... 55

3.7.2.Uji Reliabilitas... 56

3.8. Metode Analisis Data ... 57

3.8.1. Model Analisis Data Hipotesis Pertama... 57

3.8.2. Model Analisis Data Hipotesis Kedua... 59

3.9. Uji Asumsi Klasik ... 61

3.9.1 . Uji Normalitas ... 61

3.9.2 . Uji Multikolinearitas ... 62

3.9.3. Uji Heterokedastisitas ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian... 64

4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Tk II Putri Hijau... 64

4.1.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Tk II Putri Hijau... 4.1.1.2 Visi, Misi, Motto Rumah Sakit Tk II Putri Hijau... 4.1.1.3 Struktur Organisasi Rumah SakitTk IIPutri Hijau.. 64

65

66

4.1.1.4 Budaya Organisasi Yang Ada di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau... 71

4.1.1.5 Insentif di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau... 71

4.1.1.6 Standar Kinerja Yang Ada di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau... 72

(13)

4.1.1.8 Standar Kompetensi yang ada di Rumah Sakit

Tk.II Putri Hijau... 73

4.1.2. Karakteristik Respoden... 74

4.1.2.1. Karakteristik Respoden Berdasarkan Asal Perawat... 74

4.1.2.2. Karakteristik Respoden Berdasarkan Bagian Kerja... 75

4.1.2.3. Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin... 75

4.1.2.4. Karakteristik Respoden Berdasarkan Usia... 76

4.1.2.5. Karakteristik Respoden Berdasarkan Masa Kerja.. 77

4.1.2.6. Karakteristik Respoden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 77

4.1.3. Penjelasan Respoden Atas Variabel Penelitian... 78

4.1.3.1. Penjelasan Respoden Atas Variabel Budaya Organisasi... 78

4.1.3.2. Penjelasan Respoden Atas Variabel Insentif... 83

4.1.3.3. Penjelasan Respoden Atas Variabel Kinerja... 87

4.1.3.4. Penjelasan Respoden Atas VariabelKedisiplinan... 91

4.1.3.5. Penjelasan Respoden Atas Variabel Kompetensi... 94

4.1.4. Pengujian Asumsi Klasik... 98

4.1.4.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama... 98

4.1.4.2. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Kedua... 101

4.2. Pembahasan... 103

4.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama... 103

4.2.1.1. Koefisien Determinasi (R2)... 104

4.2.1.2. Uji Secara Serempak... 105

4.2.1.3. Uji Secara Parsial... 106

4.2.2.Pengujian Hipotesis Kedua... 108

4.2.2.1. Koefisien Determinasi (R2)... 109

4.2.2.2. Uji Secara Serempak... 110

4.2.2.3. Uji Secara Parsial... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 114

5.2 Saran... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(14)

DAFTAR TABEL

No. J u d u l Halaman

1.1. 1.2

Hasil kinerja Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Tahun 2009... Daftar Persentase Tingkat Kehadiran Perawat Tahun 2009...

2 4

3.1. Tabel Pembagian Populasi dan Sampel... 46

3.2. Tabel Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama... 48

3.3. Tabel Definisi Operasionalisasi Variabel Hipotesis Kedua... 49

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Budaya Organisasi... 51

3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Insentif... 52

3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja... 53

3.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kedisiplinan... 54

3.8. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kompetensi... 55

3.10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel... 56

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Perawat ... 74

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Bagian Kerja... 75

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 76

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 76

4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 77

4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 78

4.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Budaya Organisasi... 79

4.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Insentif... 84

4.9. Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja... 87

4.10. Penjelasan Responden Atas Variabel Kedisiplinan... 91

4.11 Penjelasan Responden Atas Variabel Kompetensi... 95

4.12. Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama... 100

4.13. Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis Kedua... 102

4.14. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Pertama... 104

4.15. Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama... 104

4.16. Hasil Uji Serempak Hipotesis Pertama... 105

4.17. Hasil Uji Parsial Hipotesis Pertama... 106

4.18. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Kedua... 109

4.19 Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua... 109

4.20. Hasil Uji Serempak Hipotesis Kedua... 110

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. J u d u l Halaman

2.1. Model Organisasi Tiga Lapisan ...…………... 9

2.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama dan Kedua... 42

4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan ... 70

4.2. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama... 99

4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama... 100

4.4. Hasil Uji Normalitas Hipotesis kedua... 101

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1.

Output SPSS

Karakteristik Responden... 120

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 122

3. Deskriptif Variabel... 127

4. Pengujian Hipotesis Pertama... 137

5. Pengujian Hipotesis Kedua... 140

6 Surat Izin Menyebarkan Angket Penelitian... 143

(17)

ABSTRAK

Rika Dinarianti, 2011, “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan”,

Dibimbing oleh Prof, Dr. Rismayani, MS (Ketua) dan Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, Msi, (Anggota)

Budaya organisasi dan insentif diyakini sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan kinerja organisasi. Keberhasilan suatu organisasi untuk mengimplementasikan nilai-nilai ,aturan, petunjuk budaya organisasinya serta keadilan dalam pemberian insentif dapat meningkatkan kinerja anggotanya serta mendorong organisasi itu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Tetapi seringkali budaya organisasi dan insentif juga menjadi kendala bagi organisasi untuk meningkatkan kinerja anggotanya. Tidak terkecuali di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau. Permasalahan yang terjadi pada Rumah Sakit Tk II Putri Hijau memperlihatkan bahwa masih kurangnya implementasi dari nilai-nilai budaya yang dimiliki. Fenomena ini dimulai terlihat dari kurang cepat, tanggap perawat dalam melayani pasien gawat darurat, kurang lengkapnya perawat dalam hal pencatatan rekam medis setiap pasiennya, kurangnya promosi pimpinan kepada perawatnya, kurang displin serta kurangnya empati perawat terhadap pasien. Fenomena ini terus berlanjut dari tahun ketahun. Maka perlu diketahui sejauhmana budaya organisasi yang dimiliki rumah sakit dan insentif yang diberikan berpengaruh terhadap kinerja para perawat Rumah Sakit Putri Hijau Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan budaya organisasi, insentif, kedisiplinan, dan kinerja.

Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah explanatory research. Jumlah sampel yang digunakan adalah 70 responden perawat, dan diukur dengan skala Likert serta menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis pertama dan hipotesis kedua.

Hasil penelitian pada hipotesis pertama diperoleh secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara budaya organisasi dan insentif terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Putri Hijau. Secara parsial, ditemukan budaya organisasi lebih dominan dibandingkan insentif. Pada hipotesis kedua secara simultan terdapat pengaruh sangat-sangat signifikan antara kedisiplinan dan kompetensi terhadap budaya organisasi Rumah Sakit Putri Hijau. Secara parsial, ditemukan kompetensi lebih dominan berpengaruh terhadap budaya organisasi dibandingkan kedisiplinan.

Kesimpulan penelitian ini adalah budaya organisasi dan insentif mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Putri Hijau. Kedisiplinan dan kompetensi juga berpengaruh sangat-sangat signifikan (highly significant) terhadap variabel budaya organisasi.

Kata Kunci : Budaya, Organisasi, Insentif, Kinerja, Kedisiplinan

(18)

Dinarianti Rica, 2011, " Analysis of the influence of Organizational Culture and Performance Incentive Against Hospital nurse Tk II Putri Hijau Medan", Supervised by Prof. Dr. Rismayani, MS (Chairman) and Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, MSi, (Member)

Organizational culture and incentives is believed to be factors that can affect the success of organizational performance. The success of an organization to implement the values, rules, instructions organizational culture and justice in the provision of incentives to improve the performance of its members and encourage the organization to grow and develop in a sustainable manner. But often the organizational culture and incentives are also an obstacle for organizations to improve the performance of its members. No exception in the Hospital Nursery II Putri Hijau. The problems that occurred in the Hospital Nursery II Putri Hijau shows that there is still a lack of implementation of the cultural values held. This phenomenon starts looking from less rapid, responsive nurse in the service of emergency patients, fewer nurses in terms of recording the complete medical records of each patient, lack of promotion led to his nurse, lack of discipline and lack of empathy nurses to patients. This phenomenon continues from year to year. So keep in mind how far the culture of the organization owned hospitals and incentives affect the performance of nurses Putri Hijau Hospital Medan.

The theory used in this research are theories related to organizational culture, incentives, discipline, and performance.

This research method is quantitative and descriptive nature of this research is explanatory research. The number of samples used were 70 respondents nurses, and measured with Likert scales and using multiple regression analysis techniques to test the hypothesis first and second hypothesis.

The research on the first hypothesis there is simultaneously a significant influence between organizational culture and incentives to performance Putri Hijau Hospital nurse. Partially, found in the organizational culture is more dominant than the incentives. The second hypothesis simultaneously there highly significant influence between discipline and competence of the organizational culture Putri Hijau Hospital. Partially, it was found competence more dominant influence on organizational culture than discipline.

The conclusion of this research is the organizational culture and incentives have a positive and significant influence on the performance of hospital nurses Putri Hijau. Discipline and competence are also influenced highly significant to the variable of organizational culture.

Keywords: Culture, Organization, Incentives, Performance, Discipline

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

dibidang jasa khususnya pemberian jasa pada pasien, pemberian pelayanan

keperawatan secara professional merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.

Dalam memberikan pelayanan profesionalnya, rumah sakit khusunya

perawat dituntut untuk memiliki akuntabilitas sesuai dengan kewenangannya. Untuk

mencapai pelayanan keperawatan yang berkualitas, pelayanan keperawatan harus

dilaksanakan sesuai dengan pedoman asuhan keperawatan dan standart operational procedur (SOP).

Selain itu diperlukan kontribusi optimal dari perawat yang ada. Adanya

kontribusi optimal berarti perawat yang dibutuhkan harus dapat memberikan kinerja

yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dijelaskan bahwa kinerja

tenaga keperawatan dalam melaksanakan pelayanan keperawatan di sarana

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dipengaruhi oleh aspek-aspek budaya yang

berkembang di organisasi tersebut antara lain seperti kedisiplinan dan kompetensi.

Hubungan antara budaya organisasi dengan sukses atau gagalnya kinerja

suatu organisasi diyakini oleh para ilmuan prilaku organisasi, manajer dan sejumlah

peneliti sangat erat. Budaya organisasi diyakini sebagai faktor penentu utama

terhadap kesuksesan kinerja perawat atau organisasi. Keberhasilan suatu organisasi

(20)

Kurang menjiwai dan implementasi nilai-nilai budaya yang dimiliki, seperti

disiplin kehadiran apel pagi tepat waktu, kurang cepat, cekatan dalam melaksanakan

tugas, sedikit kurang tanggap terhadap masalah yang timbul, melaksanakan tugas

kurang penuh rasa tanggung jawab seperti dalam hal pencatatan rekam medis,

kurangnya promosi dari pimpinan, kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh

pimpinan serta kurangnya empati, komunikasi serta kerjasama merupakan masalah

yang ada dalam rumah sakit Putri Hijau.

Jika dilihat dari masalah yang ada, tidak jarang pasien rawat jalan dan pasien

rawat inap merasa tidak puas dalam hal pelayanan rumah sakit. Tetapi dibandingkan

pasien rawat jalan, pasien rawat inap lebih sering mengeluh atau merasa tidak puas

dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat rumah sakit Putri Hijau, dikarenakan

pasien rawat inap merasakan lebih lama pelayanan yang diberikan oleh perawat

rumah sakit.

Adapun dampak dari masalah tersebut mempengaruhi kinerja dari rumah

sakit dimana masih adanya kapasitas lebih yang dimiliki rumah sakit tidak terpenuhi

yang berarti bahwa masih ada beberapa kamar kosong yang tidak terpakai di rumah

sakit Putri Hijau. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kinerja perawat akibat

dari dampak masalah tersebut dapat dilihat dari Tabel I.1 berikut:

Tabel 1.1. Kinerja Rumah Sakit Tahun 2009

No TRIWULAN BOR (%)

BTO (%)

ALOS (%)

TOI (%)

GDR (%)

NDR (%)

TT (%) 1 I 61,11 2,73 6,52 4,27 2,57 1,51 218

(21)

Keterangan:

- BOR ( Bed Occupaying Rate ) yaitu rata-rata persentase pemakaian tempat tidur - BTO ( Bed Turn Over ) yaitu frekuensi tempat tidur

- ALOS ( Average Legth of Stay ) yaitu rata-rata lamanya pasien dirawat - TOI (Turn Over Internal ) yaitu interval pemakaian tempat tidur - GDR (Gross Death Rate ) yaitu angka kematian umum

- NDR ( Netto Death Rate ) yaitu angka kematian netto

- TT ( Tempat Tidur ) yaitu jumlah tempat tidur yang ada dirumah sakit

Dari Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa tingkat hunian pasien setiap kamar

sedikit lebih tinggi dari standart yang ditetapkan. Terlihat didalam tabel bahwa

rata-rata persentase lamanya pasien dirawat dirumah sakit lebih kurang 6% (ALOS)

dimana persentase yang sebenarnya diharapkan adalah 3% atau 4%, artinya bahwa

pasien yang menderita sakit dan menginap dapat diobati dan dirawat dengan baik

oleh rumah sakit lebih cepat, dimana kurang dari seminggu untuk penyakit ringan

dan kurang dari dua minggu untuk penyakit yang dalam kondisi parah. Tetapi dalam

Tabel 1.1 diketahui bahwa hal tersebut belum tercapai. Hal ini terlihat dari lamanya

pasien yang menginap dirumah sakit masih tinggi meskipun penyakit yang diderita

masih bisa dirawat dengan cara berobat jalan.

Untuk itu rumah sakit perlu memperhatikan kembali budaya organisasi yang

dimiliki apakah sudah sesuai ataukah diperlukan penambahan peraturan agar kinerja

yang dihasilkan oleh perawat lebih baik lagi. Selain itu meningkatkan kompetensi

perawat juga perlu diperhatikan bukan hanya dapat menggunakan peralatan medis

dengan lebih baik lagi, tetapi kompetensi dalam berkomunikasi ataupun kerjasama

antara sesama perawat maupun dengan pasien perlu perbaiki lagi, melengkapi

(22)

sesuai dengan visi dan misi rumah sakit dan demi menjaga citra dari rumah sakit

dimata masyarakat.

Selain dari daftar Tabel 1.1 menunjukkan kinerja, berikut ini terdapat data

pendukung lainnya yaitu data untuk mengetahui faktor lain yang akhirnya

mempengaruhi kinerja yang terdapat didalam budaya organisasi yaitu kedisiplinan.

Tabel 1.2. Tingkat Kehadiran Apel Pagi Tepat Waktu Perawat

No Bulan (Tahun 2010) Tingkat Kehadiran

Apel Pagi Tepat Waktu (%)

Keterangan

1 Januari 50

2 Pebruari 40

3 Maret 45

4 April 40

5 Mei 60

Kehadiran apel pagi ini adalah jumlah sebahagian perawat yang dinas pagi saja sedangkan dinas sore dan malam tidak.

Sumber: Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan 2010

Dari Tabel 1.2 diatas terlihat tingkat kehadiran perawat yang datang apel pagi

tepat waktu hanya sebahagian saja, sedangkan yang lain datang terlambat. Hal ini

dikarenakan kurangnya pengawasan dan pemberian hukuman yang dilakukan pihak

rumah sakit kepada perawat yang melakukan pelanggaran

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu:

1. Sejauh mana pengaruh budaya organisasi, dan insentif terhadap kinerja

perawat Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan?

2. Sejauh mana pengaruh kedisiplinan, dan kompetensi terhadap budaya

(23)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya organisasi dan insentif

terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kedisiplinan dan kompetensi

terhadap budaya organisasi perawat Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Rumah Sakit dalam

meningkatkan budaya organisasi, insentif, kedisiplinan dan kompetensi dalam

mendukung dan meningkatkan kinerja perawat di Rumkit Tk II Putri Hijau

2. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan, pemahaman serta

wawasan tentang budaya organisasi, insentif dalam meningkatkan kinerja

pelayanan keperawatan bagi petugas kesehatan

3. Sebagai penambah khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

4. Sebagai bahan perbandingan atau referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Juneta Zebua tahun 2009 yang berjudul ”Pengaruh budaya

organisasi dan insentif terhadap kinerja staf dalam pengembalian berkas rekam medis

di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan”, yang sampelnya 80 orang

tenaga staf rekam medis pada Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik yang

tersebar di 6 bagian/urusan unit rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan.

Terdapat adanya pengaruh signifikan budaya organisasi dan insentif terhadap

kinerja staf rekam medis di RSUP H.Adam Malik secara parsial, demikian juga

secara simultan juga ditemukan pengaruh signifikan budaya organisasi dan insentif

terhadap kinerja staf rekam medis RSUP H.Adam Malik. Kekuatan budaya

organisasi dan insentif didalam mengestimasi kinerja rekam medis RSUP H.Adam

Malik Medan sebesar 96,10% yang artinya kinerja staf rekam medis RSUP H. Adam

Malik Medan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model

estimasi penelitian sebesar 3,90%

2.2. Teori Budaya Organisasi. 2.2.1. Pengertian Budaya Organisasi

Kata budaya organisasi (organisation culture) sebagai suatu konsep berakar dari kajian atau disiplin ilmu antropologi kilmann, Saxton dan Serpa yang dikutip

(25)

together (falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap, dan norma yang dimiliki bersama dan mengikat suatu masyarakat). Sekarang konsep

tersebut telah mendapat tempat dalam perkembangan ilmu perilaku organisasi dan

menjadi bagian bahasan yang penting dalam literatur ilmiah di bidang manajemen

dan perilaku organisasi dengan memakai rubrik budaya organisasi.

Budaya berasal dari bahasa sansekerta ”budhayah” sebagai bentuk jamak dari

dasar ”budhi” yang artinya akal segala sesuatu yang berkaitan dengan akal pikiran,

nilai-nilai dan sikap mental, dan ”daya” yang artinya segala sesuatu mengenai

kegiatan, perilaku, kemampuan sehingga budaya adalah cara hidup manusia yang

didasari pandangan hidup yang bertumpu pada nilai perilaku terpuji yang berlaku

umum dan telah menjadi sifat, kebiasaan serta kekuatan pendorong yang

memberikan daya positif pada manusia untuk senantiasa berhasil.

Robbin (2001) menyatakan budaya organisasi merupakan suatu sistem

pengertian bersama yang dipegang oleh anggota suatu organisasi yang membedakan

organisasi tersebut dari organisasi lainnya. Budaya organisasi merupakan

pengendalian arah dalam membentuk sikap dan perilaku para anggota didalam suatu

organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dari

budaya organisasi dan pada umumnya anggota organisasi dipengaruhi oleh beraneka

ragamnya sumber daya yang ada.

Gibson et al (2003), budaya organisasi adalah ”what the employes perceives and how this perception creates a pattern of believies, values, and expectation”. Maknanya bahwa budaya organisasi adalah apa yang ditanggapi oleh pegawai dan

(26)

Sedarmayanti (2009) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah sebuah

keyakinan, sikap dan nilai yang umumnya dimiliki, yang timbul dalam organisasi,

dikemukakan lebih sederhana, budaya adalah cara kita melakukan sesuatu disini.

Budaya organisasi merupakan aspek subyektif dari apa yang terjadi didalam

organisasi.

Schein (dalam Ivancevich et al, 2005) mendefinisikan budaya sebagai suatu pola dari asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh

kelompok tertentu saat belajar menghadapi masalah adaptasi eksternal dan integrasi

internal yang telah berjalan cukup baik untuk dianggap valid, dan oleh karena itu,

untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi,

berpikir dan berperasaan sehubungan dengan masalah yang dihadapinya.

Definisi Schein menunjukkan bahwa budaya melibatkan asumsi, adaptasi,

persepsi dan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa budaya organisasi

memiliki tiga lapisan, lapisan pertama mencakup artifak dan ciptaan yang tampak

nyata tetapi seringkali tidak dapat di interpretasikan. Di lapisan kedua terdapat nilai

atau berbagai hal yang penting bagi orang.

Nilai merupakan kesadaran, hasrat afektif, atau keinginan. Pada lapisan

ketiga merupakan asumsi dasar yang diciptakan orang untuk memandu perilaku

mereka. Termasuk dalam lapisan ini adalah asumsi yang mengatakan kepada

individu bagaimana berpersepsi, berpikir, dan berperasaan mengenai pekerjaan,

(27)

Contoh atribut budaya: -Dokumen -Desain fisik -Kerapian -Bahasa -Jargon -Etos kerja -Praktik kerja

-Hari kerja yang adil

untuk pembayaran

yang adil

-Kesetiaan

-Komitmen

-Membantu orang lain

-Kinerja membuahkan penghargaan -Ekuitas manajemen -Kompetensi I.Artifak&Kreasi - Teknologi - Seni

Dapat dilihat tapi seringkali tidak dipahami

II.Nilai

-Dapat diuji dalam

lingkungan fisik

-Dapat diuji hanya

dengan konsensus

Tingkat kesadaran

yang lebih tinggi

Bawah sadar yang tidak tampak yang dibiarkan

III. Asumsi Dasar

-Hubungan dengan

lingkungan

-Sifat dari kenyataan,

waktu, dan ruang

-Hakekat dari sifat

manusia

-Sifat dari aktivitas

Sumber : Ivancevich, Konopaske, and Matteson (2005:45)

Gambar 2.1 Model Organisasi Tiga Lapis Schein

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa budaya

organisasi itu adalah suatu sistem pengertian atau keyakinan yang dimiliki oleh suatu

(28)

perawatnya. Biasanya budaya diasosiasikan dengan tradisi dan cara berprilaku yang

berbeda-beda. Organisasi juga punya budayanya sendiri. Memperdayakan budaya

mengandung pengertian perlu dilakukan perubahan paradigma dari keadaan

sekarang menjadi keadaan yang diharapkan. Dengan perubahan paradigma

pemberdayan, hal-hal yang semula bersifat negative dapat diubah menjadi positif.

Menurut Robin (2001) nilai budaya organisasi mengimplikasikan adanya

dimensi atau karateristik. Lebih lanjut Robin merangkum 6 (enam) karateristik yang

jika dicampur dan dicocokkan akan mengambil esensi dari sebuah budaya organisasi

sebagai karateristik utama yang menjadi pembeda budaya organisasi, yaitu:

1. Disiplin, yaitu ketaatan seorang staf dalam melaksanakan tugasnya sehingga

memberikan hasil kerja yang maksimal.

2. Kerjasama, yaitu koordinasi yang terbentuk dalam suatu unit kerja dalam

bentuk kesepahaman pola pikir untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Responsif, yaitu sikap positif yang diberikan oleh seorang staf untuk

melaksanakan tugasnya secara maksimal.

4. Komunikatif, yaitu kemampuan melaksanakan komunikasi dan hubungan

interpersonal yang dapat mendukung pekerjaanya.

5. Inisiatif, yaitu kemampuan berfikir secara kreatif dan inovatif dalam

melaksanakan pekerjaanya.

2.2.2. Tipe Budaya Organisasi

Menurut Handy dalam Sedarmayanti (2009), budaya organisasi mempunyai

beberapa tipe antara lain:

1. Budaya kekuatan : merupakan sumber kekuatan inti yang menjalankan

(29)

2. Budaya peran: pekerjaan dikontrol oleh prosedur dan peraturan serta peran

atau deskripsi jabatan

3. Budaya tugas: tujuannya membawa bersama orang yang tepat dan

membiarkan mereka melakukan tugas

4. Budaya orang : individu adalah titik utama.

2.2.3. Fungsi Budaya Organisasi

Budaya menampilkan “perekat sosial” dan menghasilkan “perasaan

kekamian” sehingga meniadakan proses pembedaan yang merupakan bagian dari

kehidupan organisasi yang tidak dapat dihindari. Budaya organisasi menawarkan

suatu sistem bersama mengenai arti, dimana menjadi dasar untuk komunikasi dan

pemahaman bersama. Jika fungsi ini tidak direalisasikan dalam suatu cara yang

layak, budaya mungkin secara signifikan mengurangi efisiensi kerja organisasi.

Budaya menjalankan sejumlah fungsi di dalam sebuah organisasi yaitu:

a. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, yang artinya

budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan

organisasi yang lain.

b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas

daripada kepentingan pribadi seseorang.

d. Budaya memantapkan sistem sosial, yang artinya merupakan perekat

sosial yang membantu mempersatukan suatu organisasi dengan

memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan

(30)

e. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang

memandu dan membentuk sikap serta perilaku para anggotanya

Secara alami budaya sukar dipahami, tidak berwujud, implisit dan dianggap

biasa saja. Tetapi semua organisasi mengembangkan seperangkat inti pengandaian,

pemahaman, dan aturan implisit yang mengatur perilaku sehari-hari dalam tempat

kerja. Peran budaya dalam mempengaruhi perilaku anggotanya semakin penting bagi

organisasi.

Dengan dilebarkannya rentang kendali, didatarkannya struktur,

diperkenalkannya tim-tim, dikuranginya formalisasi, dan diberdayakannya pegawai

oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat

memastikan bahwa semua pegawai diarahkan kearah yang sama. Pada akhirnya

budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi.

2.2.4. Penerapan Budaya Organisasi

Budaya organisasi melibatkan ekspektasi, nilai, dan sikap bersama, hal

tersebut memberikan pengaruh pada individu, kelompok, dan proses organisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak dari budaya terhadap pegawai

menunjukkan bahwa budaya menyediakan dan mendorong suatu bentuk stabilitas.

Terdapat perasaan stabilitas, selain perasaan identitas organisasi yang disediakan

oleh budaya organisasi.

Organisasi yang memiliki budaya yang kuat dicirikan oleh adanya pegawai

yang memiliki nilai inti bersama. Semakin banyak pegawai yang berbagi dan

menerima nilai inti, semakin kuat budaya, dan semakin besar pengaruhnya terhadap

perilaku. Dalam suatu budaya kuat, nilai inti organisasi dipegang secara intensif

(31)

Semakin banyak anggota organisasi yang menerima nilai-nilai inti dan

semakin besar komitmen mereka terhadap komitmen-komitmen tersebut, maka

makin kuat budaya tersebut. Suatu budaya kuat akan mempunyai pengaruh yang

besar pada perilaku-perilaku anggota organisasi karena tingginya tingkat

kebersamaan dan intensitas menciptakan suatu iklim internal dari kendali perilaku

yang tinggi.

2.2.5. Penciptakan Budaya Organisasi.

Para pendiri suatu organisasi secara tradisional mempunyai dampak yang

besar pada pembentukan budaya organisasi. Para pendiri mempunyai suatu visi

mengenai bagaimana seharusnya organisasi itu. Para pendiri tidak dikendalikan oleh

kebiasaan ataupun ideologi sebelumnya.

Proses pembetukan budaya terjadi dalam tiga cara yaitu:

a. Para pendiri hanya mempekerjakan dan menjaga anggota yang berpikir

dan merasakan cara yang mereka tempuh.

b. Para pendiri mengindoktrinasikan dan mensosialisasikan para anggota

dengan cara berpikir dan merasa mereka.

c. Akhirnya perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai satu model peran

yang mendorong pegawai untuk mengidentifikasikan diri dengan mereka

dan oleh karenanya menginternalisasikan keyakinan, nilai, dan

asumsi-asumsi mereka.

Bila organisasi yang berhasil, visi pendiri menjadi terlihat sebagai satu

penentu utama keberhasilan organisasi. Pada titik ini, keseluruhan kepribadian

(32)

2.2.6. Mempertahankan Budaya Organisasi

Sekali suatu budaya terbentuk, praktik-praktik di dalam organisasi bertindak mempertahankan budaya dengan memberikan kepada para pegawai seperangkat

pengalaman yang serupa. Tiga kekuatan merupakan bagian yang sangat penting

dalam mempertahankan suatu budaya yaitu:

a. Praktik Seleksi :

Tujuan utama dari proses seleksi adalah mengidentifikasi dan

mempekerjakan individu-individu yang mempunyai pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan sukses di

dalam suatu organisasi. Proses seleksi memberikan informasi kepada para

pelamar mengenai organisasi itu. Para calon belajar mengenai organisasi

yang akan dimasuki, dan jika mereka merasakan suatu konflik antara nilai

mereka dengan nilai organisasi, maka mereka dapat menyeleksi diri keluar

dari kumpulan pelamar. Oleh karena itu, seleksi menjadi jalan dua-arah,

dengan memungkinkan pemberi kerja atau pelamar untuk memutuskan

kehendak hati mereka jika tampaknya terdapat kecocokan.

b. Manajemen Puncak :

Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak besar pada

budaya organisasi. Lewat apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka

berperilaku, eksekutif senior menegakkan norma-norma yang mengalir ke

bawah sepanjang organisasi, misalnya apakah pengambilan risiko diinginkan,

berapa banyak kebebasan seharusnya diberikan oleh para manajer kepada

bawahan mereka, pakaian apakah yang pantas dan tindakan apakah akan

(33)

c. Sosialisasi :

Tidak peduli betapa baik yang telah dilakukan suatu organisasi dalam

perekrutan dan seleksi, pegawai baru tidak sepenuhnya diindoktrinasi dalam

budaya organisasi itu. Yang paling penting, karena para pegawai baru

tersebut tidak mengenal baik budaya organisasi yang ada. Oleh karena itu,

organisasi tampaknya akan berpotensi membantu anggota baru menyesuaikan

diri dengan budayanya. Proses penyesuaian ini disebut sosialisasi.

Sosialisasi dapat dikonsepkan sebagai suatu proses yang terdiri atas tiga

tahap yaitu :

(1) Tahap prakedatangan : yaitu periode pembelajaran di mana proses

sosialisasi yang dilakukan sebelum karyawan baru bergabung dalam

organisasi.

(2) Tahap perjumpaan : yaitu tahap dalam proses sosialisasi di mana

karyawan baru melihat apa yang sesungguhnya organisasi itu dan

persimpangan yang mungkin dan kenyataan yang ada.

(3) Tahap metamorfosis : yaitu tahap dalam proses sosialisasi di mana

pegawai baru berubah dan menyesuaikan pekerjaan kelompok kerja dan

organisasi.

2.3 Teori Insentif 2.3.1. Pengertian Insentif

Umumnya setiap orang yang bekerja pasti ingin bekerja dengan

sebaik-baiknya . Hanya saja harus diakui tidak semua orang dapat bekerja dengan baik.

(34)

sebelum diterima akan menunjukkan produktivitas kerja yang sama, hal ini

disebabkan oleh faktor-faktor seperti : pendidikan dan pengalaman, tingkat kerajinan

atau kurangnya motivasi yang diberikan merupakan tanggung jawab perusahaan

dengan demikian rendahnya produktivitas kerja seseorang atau keseluruhan pekerja

yang diakibatkan oleh kurangnya motivasi kerja yang ada harus segera diatasi oleh

perusahaan.

Alat motivasi yang umum diberikan oleh perusahaan untuk mendorong dan

merangsang pegawainya agar semangat bekerja untuk mendapatkan kepuasan kerja

pegawainya adalah insentif. Moorehead and Griffin (2000) memberikan defenisi

insentif sebagai sesuatu pemberian atau penghargaan yang diberikan oleh organisasi

pada seseorang/ kelompok kerja yang baik diluar ketentuan pengupahan yang umum.

Insentif lebih dikenal memiliki kaitan langsung dengan materi tetapi secara umum

pemberian yang bersifat non material disebut sebagai reward.

Edi Sutrisno (2009) mengatakan insentif adalah kompensasi yang diberikan

kepada pegawai tertentu, karena keberhasilan prestasinya. Menurut Mangkunegara

(2000) menyatakan : “Insentif adalah suatu penghargaan dalam bentuk uang yang

diberikan oleh pihak pimpinan organisasi kepada anggotanya agar mereka bekerja

dengan motivasi tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi”.

Harianja (2009) menyatakan : “Insentif diartikan sebagai bentuk pembayaran

langsung yang didasarkan atau dikaitkan langsung dengan kinerja dan gain sharing

yang juga dikaitkan dengan kinerja dan diartikan sebagai pembagian keuntungan

bagi pegawai akibat peningkatan produktivitas atau penghematan biaya”.

Wibowo (2007), Insentif menghubungkan penghargaan dan kinerja dengan

(35)

insentif dirancang untuk meningkatkan motivasi kerja pekerja. Program insentif

dapat berupa insentif perorangan, insentif untuk seluruh perusahaan, dan program

tunjangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa insentif adalah sutau kompensasi atau

pemberian penghargaan dari organisasi kepada pegawai atas prestasi yang

dilakukannya diluar dari sistem pengupahan pada umumnya (gaji).

Hasibuan (2005) memberikan defenisi sebagai berikut : ”Insentif adalah daya

perangsang yang diberikan kepada karyawan tertentu berdasarkan prestasi kerjanya

agar karyawan terdorong meningkatkan prestasi kerjanya”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

insentif adalah suatu bentuk sistem pembayaran penghargaan oleh organisasi atas

kinerja yang lebih yang diberikan oleh perawat pada organisasi diluar gaji pokok.

Pembayaran penghargaan ini dilakukan guna memotivasi perawat yang bekerja agar

bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi

2.3.2.Tujuan dan Manfaat Insentif

Pada dasarnya pemberian insentif harus memenuhi kejelasan tujuan dan

sasaran, prinsip keadilan dan prinsip kompensasi itu sendiri yang bersifat

penghargaan dan keterbukaan, dan prinsip kejelasan skala waktu. Bila bentuk

insentif sesuai dengan kebutuhan atau harapan tenaga kerja, serta dapat menutupi

kekurangan pada kondisi geografi, sarana dan fasilitas maka insentif tersebut dapat

meningkatkan minat dan produktivitas kerjanya.

Sistem insentif disusun dan dikelola untuk memastikan tercapainya tujuan.

Tujuan yang paling utama adalah efisiensi, keadilan dan pemenuhan. Pengembangan

tujuan pembayaran insentif sangat tergantung pada masing-masing perusahaan dan

(36)

Handoko (2001) menyatakan bahwa “ Tujuan insentif pada hakekatnya

adalah untuk meningkatkan motivasi pegawai dalam berupaya mencapai

tujuan-tujuan organisasi dengan menawarkan perangsang finansial diatas dan melebihi upah

dan gaji dasar”. Menurut Nawawi (2003) menyatakan bahwa tujuan pemberian

insentif adalah sebagai berikut :

1. Sistem insentif didesain dalam hubungannya dengan sistem balas jasa (merit system), sehingga berfungsi dalam memotivasi pekerja agar terus menerus berusaha memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kewajiban/tanggung jawabnya.

2. Sistem insentif merupakan tambahan bagi upah/gaji dasar yang diberikan sewaktu-waktu, dengan membedakan antara pekerja yang berprestasi dengan yang tidak/kurang berprestasi dalam melaksanakan pekerjaan/tugas-tugasnya.

Dengan demikian insentif akan sangat mempengaruhi motivasi seseorang

dalam bekerja. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa untuk dapat memenuhi

kebutuhannya, individu membutuhkan uang yang diperolehnya sebagai imbalan atas

pekerjaan yang telah dikerjakannya, dan hal ini juga akan mempengaruhi

semangatnya dalam bekerja.

Selajutnya selain tujuan tersebut, pemberian insentif kepada pegawai

bermanfaat untuk memberikan tanggungjawab dan dorongan kepada pegawai untuk

dapat meningkatkan produktivitas kerja. Nawawi (2003), menyatakan bahwa

manfaat pemberian insentif adalah sebagai berikut :

1. Insentif merupakan satu paket yang dapat saling menunjang dalam meningkatkan motivasi yang berdampak pada peningkatkan produktivitas pekerja.

2. Insentif dapat dijadikan suatu struktur ganjaran yang fleksibel, yang diselenggarakan untuk merefleksikan posisi/kekuatan nyata organisasi secara ekonomis.

3. Insentif dapat meningkatkan jaminan kesejahteraan bagi para pekerja.

(37)

5. Insentif dapat mendidik pekerja secara individual untuk memahami kedudukannya dalam memberikan kontribusi sebagai faktor yang menentukan sukses organisasi.

Dari uraian manfaat diatas dapat di simpulkan bahwa insentif sangat

bermanfaat guna memotivasi pegawai agar bisa menghasilkan produktivitas atau

kinerja yang tinggi dan juga dapat menjamin agar seluruh pegawai mengerahkan

segala usahanya untuk kemajuan perusahaan atau organisasi tanpa niat berpindah ke

tempat lain.

2.3.3. Bentuk –Bentuk Pemberian Insentif

Untuk lebih mendorong produktivitas kerja yang lebih tinggi, banyak

organisasi menganut sistem insentif sebagai bagian dari sistem kompensasi yang

berlaku bagi pegawai. Berbagai sistem insentif yang dikenal dewasa ini dapat

digolongkan menjadi dua (Herman Sofyandi, 2008) yaitu: sistem insentif tingkat

individual dan sistem insentif tingkat kelompok. Insentif tingkat individual yaitu:

1. Piece Work

Salah satu teknik yang digunakan untuk mendorong para pegawai

meningkatkan produktivitas kerjanya adalah dengan jalan memberikan

insentif finansial berdasarkan jumlah hasil pekerjaan pegawai yang

dinyatakan dalam unit produksi. Dasar perhitungannya jelas bahwa makin

banyak unit produksi yang mereka hasilkan, makin tinggi pula insentif

yang diterimanya.

2. Bonus Produksi

Insentif dalam bentuk bonus yang diberikan pada pegawai yang mampu

bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi baru terlampaui.

(38)

Pertama, berdasarkan jumlah unit produksi yang dihasilkan dalam satu

kurun waktu tertentu. Kedua,apabila terjadi penghematan waktu. Artinya,

jika pegawai menyelesaikan tugas dengan hasil yang memuaskan dalam

waktu yang lebih singkat dari waktu yang seharusnya, pegawai yang

bersangkutan menerima, bonus dengan alasan bahwa dengan menghemat

waktu itu, lebih banyak waktu yang dihasilkan. Ketiga, bonus yang

diberikan berdasarkan perhitungan progresif. Artinya, jika seseorang

pegawai makin lama makin mampu memproduksikan barang dalam

jumlah yang semakin besar pula bonus yang diterimanya untuk setiap jasa

yang dihasilkannya.

3. Komisi

Sistem insentif lain yang ditetapkan adalah pemberian komisi. Pada

dasarnya ada dua bentuk sistem ini. Pertama, para pegawai memperoleh

gaji pokok, tetapi penghasilannya dapat bertambah dengan bonus yang

diterimanya, karena keberhasilan melaksanakan tugas. Kedua, pegawai

memperoleh semata-mata berupa komisi.

4. Kurva ”Kematangan”

Dalam perusahaan yang mempekerjakan tenaga teknikal dan profesional

ilmiah, sering terjadi bahwa para pegawai, terutama yang merupakan “

pekerja otak ”, tidak bergairah untuk menduduki jabatan administrasi atau

manajerial. Mereka adakalahnya lebih senang terus menekuni bidang

profesinya. Untuk mengatasi hal seperti itu diciptakan apa yang

(39)

profesional yang karena masa kerjanya dan golongan pangkat serta gaji

tidak bisa mencapai pangkat dan penghasilkan yang lebih tinggi lagi,

dibuat suatu kurva prestasi kerja. Jika kurva tersebut menunjukkan bahwa

prestasi kerja mereka lebih besar dan prestasi kerja “normal”, kepada

mereka diberikan insentif tertentu. Dengan demikian, meskipun golongan

pangkat dan ruang gaji sudah maksimal penghasilan riil mereka masih

dapat ditingkatkan, dengan demikian diharapkan prestasi kerja mereka

terus meningkat.

5. Insentif Bagi Eksekutif

Meningkatkan pentingnya peranan para manajer dalam menjalankan dan

mengemudikan roda perusahaan. Sistem insentif bagi para manajer

tersebut pada umumnya mendapatkan perhatian serius, baik yang

diperuntukkan bagi manajer yang relatif muda maupun bagi para manajer

yang lebih senior.

Selanjutnya sistem insentif tingkat kelompok mencakup antara lain: insentif

produksi, bagi keuntungan, dan pengurangan biaya. Werther dan Davis dalam

Wibowo (2007) menunjukkan adanya beberapa bentuk dalam pemberian insentif,

yaitu sebagai berikut:

a. Piecework, merupakan pembayaran diukur menurut banyaknya unit atau satuan barang atau jasa yang dihasilkan.

b. Production bonuses, merupakan penghargaan yang diberikan atas prestasi yang melebihi target yang ditetapkan.

c. Commissions, merupakan persentase harga jual atau jumlah tetap atas barang yang dijual.

d. Maturity curves, merupakan pembayaran berdasarkan kinerja yang di rangking menjadi marginal, below average, good, outstanding

e. Merit raises, merupakan pembayaran kenaikan upah diberikan setelah evaluasi kinerja.

(40)

g. Non monetary incentives, merupakan penghargaan diberikan dalam bentuk plakat, setifikat, liburan dan lain-lain.

h. Executive incentives, merupakan insentif yang di berikan kepada eksekutif yang perlu mempertimbangkan keseimbangan jangka pendek dengan kinerja jangka panjang.

i. International incentives, diberikan karena penempatan seseorang untuk penempatan diluar negeri.

Menurut Sastradipoera (2002) pada dasarnya ada 2 bentuk insentif yang

umum diberikan yaitu :

1. Insentif Financial

Insentif Financial merupakan insentif yang diberikan kapada pegawai atas hasil kerja mereka dan biasanya diberikan dalam bentuk uang berupa bonus, komisi, pembagian laba, dan kompensasi yang ditangguhkan, serta dalam bentuk jaminan sosial berupa pemerintah rumah dinas, tunjangan kesehatan dan tunjangan-tunjangan lainnya.

2. Insentif Non Financial

Insentif non financial dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain : a. Pemberian piagam penghargaan.

b. Pemberian pujian lisan ataupun tertulis, secara resmi ataupun pribadi.

c. Ucapan terima kasih secara formal maupun informal.

d. Promosi jabatan kepada perawat yang baik selama masa tertentu serta dianggap mampu.

e. Pemberian tanda jasa/mendali kepada perawat yang telah mencapai masa kerja yang cukup lama dan mempunyai loyalitas yang tinggi.

f. Pemberian hak untuk menggunakan sesuatu atribut jabatan (misalnya pada mobil atau lainnya).

g. Pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja.

Menurut Hasibuan (2005) menyatakan bahwa bentuk-bentuk insentif adalah

1. Nonmaterial Insentif

Nonmaterial insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada perawat berbentuk penghargaan/pengukuhan beerdasarkan prestasinya, dibawah prestasi standard.

2. Sosial Insentif

Sosial insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berdasarkan prestasi kerjanya, berupa fasilitas dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya seperti promosi, mengikuti pendidikan, atau naik haji.

3. Material Insentif

(41)

barang. Material insentif ini bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan perawat beserta keluarganya.

Pemberian insentif sangat dipengaruhi oleh falsafah / kebijakan manajemen

organisasi di dalam pemeliharaan sumber daya manusia. Secara psikologis manusia

memiliki sifat yang berbeda-beda dalam meneguhkan motivasi kerja.

Bagi manusia yang tradisional, hal ini dipengaruhi oleh penyediaan

kebutuhan fisik dasar sedangkan bagi manusia yang moderen, insentif merupakan

penghargaan atas prestasi lebih yang diberikan organisasi atas prestasi kerjanya.

Menurut Gibson (2001) bahwa orang tertarik kepada organisasi yang paling tinggi

memenuhi harapan seseorang mengenai bentuk, tujuannya dan nilainya.

Nampaknya orang akan memilih organisasi yang menurut pandapatnya akan

memberikan hasil atau imbalan paling baik. Perilaku ini kelihatannya masuk di akal

karena mampu mendapat imbalan yang dianggap bernilai tinggi akan memberikan

kepuasan dan untuk memotivasi mereka mencapai hasil karya dan kinerja yang lebih

baik.

2.3.4. Dasar-dasar Pemberian Insentif

Untuk mencapai produktivitas/ kinerja yang lebih tinggi, banyak organisasi

yang menganut sistem insentif sebagai bagian dari sistem imbalan yang berlaku bagi

para anggota organisasi. Pimpinan suatu organisasi dapat menentukan sistem mana

yang akan diterapkan pada organisasi yang dipimpinnya berdasarkan kemampuan

ekonomi organisasi tersebut.

Menurut Nawawi (2001) menyatakan bahwa agar dasar pemberian insentif

(42)

1. Sistem insentif harus bersifat sederhana, dalam arti diatur secara jelas, dapat dipahami, ringkas, dan sesuai dengan kepentingannya masing-masing

2. Pemberian insentif harus bersifat khusus, dalam arti pekerja mengetahui secara tepat apa yang diharapkan perusahaan dari dirinya dalam bekerja, yang dapat dikatagorikan berhak memperoleh insentif.

3. Dampak pemberian insentif dapat dinilai/diukur, dalam arti jumlah uang yang dikeluarkan untuk insentif dapat dihitung melalui perbandinganya dengan hasil yang dicapai, yang bila menunjukkan peningkatan, dapat diartikan berfungsi sebagai motivasi kerja.

4. Perbaikan dan peningkatan mungkin diwujudkan, dalam arti insentif yang diberikan dapat mendorong pekerja untuk melaksanakan sesuatu secara baik yang memang mungkin dilaksanakan.

Pemberian insentif harus dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi

kebutuhan dan situasi tertentu yang spesifik. Sistem pemberian insentif pada

masing-masing organisasi berbeda, dimana sistem insentif dapat berjalan dengan baik pada

satu organisasi, sedangkan pada organisasi yang lain tidak dapat diterapkan.

Pimpinan dapat menentukan sistem insentif yang akan diterapkan dalam suatu

organisasi yang ia pimpin dengan menerapkan prinsip pokok pemberian insentif

yang terdiri dari kesederhanaan, spesifik, dapat dicapai oleh setiap anggota dan dapat

diukur.

2.4 Teori Kinerja 2.4.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah suatu bentuk multidimensional yang sangat kompleks, dengan

banyaknya perbedaan dalam arti tergantung pada siapa yang sedang mengevaluasi,

bagaimana dievaluasi dan aspek apa yang dievaluasi. Organisasi harus senantiasa

(43)

Perubahan tersebut ditujukan untuk menemukan atau mengembangkan

sumber daya yang ada dan kapabilitas untuk meningkatkan kemampuan menciptakan

nilai dan meningkatkan kinerja (Jones dalam Lako; 2004)

Wibowo(2007) mengatakan performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan

hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja

berlangsung. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang

memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Sedarmayanti (2009),

kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok

orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,

tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Rivai (2005) menyatakan bahwa: ” Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan

Menurut Soeprihanto (2001), kinerja adalah hasil kerja seorang karyawan

selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai standar target/sasaran atau

kriteria yang telah disepakati bersama. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson

(2002), kinerja adalah apa yang dilakukan pegawai, sehingga ada yang

mempengaruhi organisasi antara lain:

1. Kuantitas out put

2. Kualitas out put

3. Jangka waktu out put

4. Kehadiran ditempat kerja

(44)

Kinerja mempunyai pengertian yang cukup luas dari ilmu pengetahuan,

teknologi dan taktik manajemen yaitu suatu filosofi dan sikap mental yang timbul

dan motivasi yang kuat dari lingkungan kerja secara terus menerus. Dari pengertian

atau teori diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja seorang pegawai

pada periode tertentu baik itu secara kualitas maupun kuantitasnya harus lebih baik

setiap periodenya atau hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

2.4.2 Pengukuran atau Penilaian Kinerja

Masalah penilaian kinerja sering kali menjadi masalah yang membingungkan

bagi manajer dan supervisor. Di satu sisi, penilaian kinerja merupakan tugas yang

paling penting dan dibutuhkan untuk proses evaluasi, namun disisi lain masih banyak

manajer yang gagal menerapkannya.

Penilaian kinerja dapat juga berfungsi sebagai upaya mengumpulkan

informasi tentang penetapan kompensasi/ insentif dan kemungkinan promosi serta

pelatihan dan pengembangan pegawai. Penilaian kinerja yang efektif dapat

mempengaruhi dual hal, yaitu kuantitas dan kualitas kerja.

Herman Sofyandi (2008) bahwa penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja pegawai. Dalam

penilaian kinerja dinilai kontribusi pegawai kepada organisasi selama periode waktu

tertentu.

Darma (2005), bahwa faktor-faktor tingkat kinerja meliputi: mutu pekerjaan,

jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara karateristik individu yang

mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja,

penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi, penghargaan

(45)

Dessler dan Gary dalam Sedarmayanti(2009), penilaian kinerja adalah

prosedur apa saja yang meliputi:

1. Penetapan standart kinerja

2. Penilaian kinerja aktual perawat dalam hubungan dengan standar

3. Memberi umpan balik kepada pegawai dengan tujuan memotivasi pegawai

untuk menghilangkann penurunan kinerja atau terus bekerja lebih giat.

Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang

direncanakan dengan kenyataan.

2.4.3 Tujuan Penilain Kinerja

Menurut Wibowo (2007), hal – hal yang penting dari tujuan penilaian kinerja

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui ketrampilan dan kemampuan pegawai

2. Sebagai dasar perencanan bidang kepegawaian khususnya

penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja

3. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai seoptimal

mungkin, sehingga dapat diarahkan jenjang/rencana kariernya, kenaikan

pangkat/jabatan

4. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan

dan bawahan

5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dan bidang

kepegawaian, khususnya kinerja pegawai dalam bekerja

6. Secara pribadi, pegawai mengetahui kekuatan dan kelemahan sehingga

(46)

7. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi penelitian

dan pengembangan di bidang kepegawaian.

2.4.4 Syarat-Syarat dari Sistem Penilaian Kinerja

Dalam pelaksanaan pengukuran atau penilaian terhadap pelaksanaan kerja

atau prestasi kerja dibutuhkan suatu sistem penilaian yang memenuhi syarat-syarat

tertentu. Secara sepintas memang dengan mudah dapat menilai suatu pekerjaan,

tetapi dalam kondisi apapun sebaiknya disusun dan ditentukan kriteria-kriteria

penentunya.

Menurut Cascio (1992) syarat-syarat dari penilaian kinerja adalah sebagai

berikut:

1. Relevance, harus ada kesesuaian antara faktor penilaian dengan tujuan sistem penilaian.

2. Acceptability, dapat diterima atau disepakati pegawai 3. Reability, faktor penilaian harus dapat dipercaya dan diukur 4. Sensitivity, dapat membedakan kinerja yang baik dan yang buruk 5. Practicality, mudah dipahami dan diterapkan.

2.4.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Simanjuntak (2005) kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak

faktor yang dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu:

1. Kompetensi Individu

Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja.

Kompetensi setiap orang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat

(47)

a) Kemampuan dan Keterampilan Kerja. Kemampuan dan keterampilan kerja

setiap orang dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan kesehatan jiwa individu

yang bersangkutan, pendidikan, akumulasi pelatihan, dan pengalaman

kerjanya.

b) Motivasi dan etos kerja. Motivasi dan etos kerja sangat penting mendorong

semangat kerja. Motivasi dan etos kerja dipengaruhi oleh latar belakang

keluarga, lingkungan masyarakat, budaya dan nilai-nilai agama yang

dianutnya. Seseorang yang melihat pekerjaan sebagai beban dan keterpaksaan

untuk memperoleh uang, akan mempunyai kinerja yang rendah. Sebaliknya

seseorang yang memandang pekerjaan sebagai kebutuhan, pengabdian,

tantangan dan prestasi, akan menghasilkan kinerja yang tinggi.

2. Dukungan Organisasi

Kinerja setiap orang juga tergantung dari dukungan organisasi dalam bentuk

pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi,

kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja. Pengorganisasian

dimaksudkan untuk memberi kejelasan bagi setiap unit kerja dan setiap orang tentang

sasaran yang harus dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran

tersebut.

3. Dukungan Manajemen

Kinerja perusahaan dan kinerja setiap orang sangat tergantung pada

kemampuan manajerial para manajemen ata

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama dan Kedua
Tabel 3.2  Defenisi Operasional Variabel dan Indikator Variabel Penelitian
Tabel 3.3  Identifikasi, Defenisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Budaya Organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keandalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pasien pada Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.. Sedangkan

Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui tingkat kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Medan. Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan cuci tangan perawat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan cuci tangan perawat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan cuci tangan perawat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Beberapa alasan perilaku yang menjadi fenomena yang terjadi terhadap pemeriksaan pap smear profesi bidan terhadap di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan yaitu rasa malu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan budaya organisasi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Artinya semakin baik

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan proporsi kepuasan pasien di Instalasi Radiologi Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan lebih tinggi pada assurance kategori sangat baik 88,1%