ANALISIS HUKUM PEMBINAAN USAHA KECIL
DAN KOPERASI OLEH BUMN
TESIS
Oleh
NETTY KESUMA
037005024/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS HUKUM PEMBINAAN USAHA KECIL DAN
KOPERASI OLEH BUMN
TESIS
Oleh
NETTY KESUMA
037005024/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS HUKUM PEMBINAAN USAHA KECIL DAN KOPERASI OLEH BUMN
Nama Mahasiswa : NETTY KESUMA Nomor Pokok : 037005024
Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) Ketua
(Dr.T. Keizerina Devi A,SH,CN, M.Hum) (Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH, DFM) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
Telah diuji pada
Tanggal 23 Oktober 2007
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum
2. Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH, DFM
3. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum
ABSTRAK
BUMN mempunyai peranan yang penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan rakyat. BUMN dipandang memiliki peranan yang strategis dalam melakukan pembinaan dan pengembangan usaha swasta dan koperasi. Pemerintah melalui Peraturan-peraturannya telah mengamanatkan BUMN untuk turut serta membantu Pemerintah dalam mengimplentasikan kebijakan pembangunan yang telah digariskan. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk melakukan penelitian dengan menjawab permasalahan, bagaimanakah pengaturan hukum berkaitan dengan peran BUMN dalam pembinaan usaha kecil dan koperasi? bagaimanakah peran PT.P.Nusantara III dalam membina usaha kecil dan koperasi? dan masalah-masalah apakah yang dihadapi dalam melakukan pembinaan usaha kecil dan koperasi. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian hukum Normatif Sosiologis, dilakukan melalui studi dokumen, dan untuk data primer dilakukan wawancara kepada para pengusaha kecil maupun Bagian Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) PTP. Nusantara III (Persero).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur dan pelaksanaan pembinaan usaha kecil menengah dan koperasi yang dilakukan oleh PTP. Nusantara III telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, demikian juga tentang tanggung jawab, PTP. Nusantara III telah menyalurkan pinjaman kepada Usaha Kecil Menengah dan Koperasi secara selektif sedangkan faktor penghambat pengembalian pinjaman antara lain disebabkan beralihnya penggunaan dana pinjaman untuk hal di luar yang telah disepakati, akibat mengalami kerugian dan lemahnya kemampuan atau daya beli konsumen.
ABSTRACT
State-owned corporation (BUMN) has an important role in the implementation of national economy for creating the prosperity of the people. State-owned corporation is assumed with strategic role in performing the maintenance and development of private business and cooperation. The government through the rules mandated State-owned corporation in assisting the government in implementing the policy of development established. It is as the base of the writer’s thought in carrying out the research by answering the problem of how is the law enforcement related to the role of State-owned corporation in the maintenance of small business and corporation ? How is the role of PTP. Nusantara III in the maintenance of small business and cooperation ? What is the problem encountered in implementing the maintenance to small business and corporation ? In answering these questions, it is used Normative Sociological Law Research Method. It is done through documentary study and for the primary data, it is done with the interview to those small entrepreneurs or Small Business Maintenance Section and Cooperation (PUKK) PTP Nusantara III (Limited Company).
Based on the research, it shows the procedure and implementation on the small and medium business maintenance as it is done by PTP Nusantara III and it has been appropriate with the prevailed rules. Due to the responsibility, PTP Nusantara III has distributed selectively the loan to small and medium business. Whereas, the hindrances found is the return of the loan. It is caused by the transfer of loan use beyond of the agreed, the reduced and low buying capability of the consumers.
Key words : Law analysis state-owned corporation small business and corporation
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat-Nya penelitian ini dapat penulis rangkumkan dengan baik, walaupun
penulis sadar betapa hasil penelitian ini jauh dari kesempurnaan mengingat
pengetahuan, waktu dan jarak yang ada, maka dengan segala kerendahan hati penulis
mohon untuk adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini yang tentunya
mengharapkan koreksi dan saran yang konstruktif dari segenap pembaca sekalian.
Penulisan Tesis ini berjudul Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil dan
Koperasi Oleh BUMN, yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan studi pada program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Sekaligus dengan segala keterbatasannya penulis berharap penelitian ini bermanfaat
bagi seluruh umat manusia.
Pada kesempatan yang berbahagia ini pula, penulis menyadari bahwa Tesis ini
tidak akan selesai tanpa bantuan dan perhatian dari berbagai pihak yang bersifat moril
maupun materil, maka dengan segala kerendahan hati terima kasih secara khusus
penulis haturkan kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H,
Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister;
2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir.T.Chairun
Nisa B.,M.Sc, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;
3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, Prof.Dr.Bismar Nasution, SH,MH, atas segala pelayanan, pengarahan dan
dorongan yang diberikan kepada kami selama menuntut ilmu pengetahuan di
Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
4. Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami
ucapkan kepada Bapak Prof.Dr.Bismar Nasution, SH,MH selaku Pembimbing
Utama dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum. dan Bapak Syafruddin
Sulung Hasibuan, SH, MH, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan
penuh perhatian telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran-saran dan
dorongan semangat untuk kesempurnaan penulisan ini, sehingga penulisan ini
dapat diselesaikan dengan maksimal. Untuk itu atas segala bimbingan, petunjuk,
saran dan dorongan semangatnya, penulis berdoa semoga para Pembimbing
senantiasa mendapat lindungan, rahmat, hidayah dan kasih dari Allah SWT dalam
setiap menjalani hidup dan kehidupan serta tugas-tugasnya.
5. Bapak Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang telah
memberikan izin dalam mengadakan penelitian Tesis ini
6. Drs. Mailanta Bangun, selaku Kepala Bagian Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) dan Ibu Corri Sitompul, selaku Kepala Urusan PKBL PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero) yang dengan senang hati meluangkan
waktunya membantu, memberikan data dan keterangan dalam riset penulisan
yang terus terang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih tiada terhingga penulis haturkan kepada kedua orang tua
tercinta A. Zaian (Almarhum) dan Hj. Siti Aminah (Almarhumah) yang semasa
hidupnya memberikan kasih sayang yang tulus dalam membesarkan dan mendidik
serta memberi semangat, nasehat, sehingga penulis menjadi kuat dan tabah dalam
menghadapi dan menjalani kehidupan yang penuh cobaan ini. Oleh karena itu penulis
berdoa semoga Allah SWT menempatkan Ayahnda dan Ibunda di tempat yang
sebaik-baiknya di sisi-Nya. Amin.
Buat anak-anakku, Irfan, Arief dan Ninda, doa, cinta kasih dan semangat serta
pengorbanan yang diberikan mendorong penulis untuk terus menulis, sehingga Tesis
ini akhirnya dapat penulis selesaikan dengan baik. Kepada suami penulis, Andy
Chairuman (Almarhum) ucapkan terima kasih dan doa yang selalu dipanjatkan
memberikan motivasi kepada penulis untuk tetap tegar berjuang dalam menjalani
kehidupan ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
kakak-kakak, abang-abang dan adik-adik penulis yang juga telah banyak membantu baik
moril maupun materil, semoga Allah SWT memberi kesehatan dan rezeki yang
berlipat ganda.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mampu penulis sebut satu persatu, semoga Allah SWT memberi perlindungan,
kesehatan, taufik dan hidayah-Nya. Dan besar harapan penulis, penelitian yang jauh
dari sempurna ini dapat memberi informasi dan sedikit manfaat bagi kita semua.
Medan, 2007
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
N a m a : Netty Kesuma
Tempat/Tgl.Lahir : Tj. Morawa, 20 Oktober 1957
Jenis kelamin : Perempuan
A g a m a : Islam
Instansi : Kopertis Wilayah I
Pendidikan : - Sekolah Dasar Negeri 2 Sungai Karang Galang (lulus tahun
1969).
- Sekolah Menengah Pertama YPAK PNP V Sungai Karang
Galang (lulus tahun 1972).
- Sekolah Menengah Atas Negeri I Medan (lulus tahun
1975).
- Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (lulus tahun
1984).
- Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Keaslian Penelitian... 11
F. Kerangka Teori ... 12
G. Metode Penelitian ... 20
BAB II DASAR HUKUM BUMN DALAM PEMBINAAN USAHA KECIL DAN KOPERASI... 25
A. Pengertian dan Peranan BUMN ... 25
B. Usaha-Usaha Pemberdayaan dan Kinerja BUMN dalam Perekonomian Masyarakat... 28
C. Pengertian Usaha Kecil dan Koperasi ... 37
BAB III PEMBINAAN USAHA KECIL DAN KOPERASI DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN
A. Gambaran Umum ... 59
1. Riwayat Singkat PTP. Nusantara III (Persero) Medan ... 59
2. Visi dan Misi ... 61
3. Profil dan Struktur Organisasi ... 61
B. Pengaturan dan Prosedur Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi di PTP. Nusantara III (Persero) Medan... 64
C. Potensi dan Gambaran Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi PTP. Nusantara III (Persero) ... 77
BAB IV MASALAH-MASALAH DAN DAMPAK YANG DIHADAPI DALAM PEMBINAAN SERTA UPAYA MENGATASINYA... 96
A. Masalah-Masalah yang Dihadapi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 96
B. Masalah-Masalah yang Dihadapi Usaha Kecil (Mitra Binaan) ... 98
C. Upaya-Upaya Mengatasi Masalah dan Dampak yang Dihadapi ... 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 106
A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 108
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Jumlah Pengusaha Kecil-Perusahaan dan Koperasi Mitra
Binaan PT.P.N.-III Medan Tahun 1999-2005... 79
2 Realisasi Penyaluran Dana per Profinsi s/d 2005 ... 79
2.1 Rekapitulasi Penyaluran Dana Program Kemitraan
Perwilayahan Menurut Sektor Usaha s/d Tahun 2005... 80
2.2. Rekapitulasi Penyaluran Dana Program Kemitraan Perwilayah
Menurut Sektor Usaha s/d Tahun 2005... 86
3 Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran dalam Tahun 2004 s/d
2005 ... 91
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara-III (Persero)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) merupakan salah
satu pelaku kegiatan ekonomi dalam system perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi.1 Oleh karenanya BUMN mempunyai peranan yang penting
dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan
rakyat.
Keberadaan BUMN sebagai salah satu wujud nyata Pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945, memiliki posisi strategis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Semenjak
Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya hingga sekarang, BUMN telah
memainkan peranan yang penting dalam pembangunan dan perekonomian Negara.
BUMN sebagai unit ekonomi milik Negara merupakan sektor yang penting
peranannya dalam membantu pemerintah mengimplementasikan kebijakan
pembangunan yang telah digariskan. BUMN di dalam konteks perekonomian
Indonesia mempunyai tempat yang penting, bukan saja eksitensinya secara tersirat
1
disinggung dalam UUD melainkan juga karena diperlukan inventasi untuk produksi
barang dan jasa yang tidak menarik atau terlalu besar untuk dapat dilakukan oleh
swasta.
Peranan BUMN dalam sistem perekonomian nasional adalah untuk
menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peran BUMN dari waktu ke waktu dirasakan semakin
penting sebagai pelopor dan atau perintis sektor-sektor usaha yang belum diminati
swasta, serta mempunyai peran strategis sebagai pelaksanaan pelayanan publik dan
membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi. 2
Dengan demikian BUMN diharapkan dapat berperan baik sebagai perusahaan
biasa yang dituntut menghasilkan laba yang sebesar-besarnya seperti perusahaan
swasta, maupun sebagai bagian aparatur negara yang dibebani berbagai penugasan
oleh pemerintah.
Bagi BUMN yang harus menyelenggarakan tugas-tugas menguasai
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak,
jelas peranannya untuk menjaga stabilitas sangat menonjol. BUMN telah dapat
2
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :
a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan Negara khususnya.
b. Mengejar keuntungan
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu tinggi
dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan
koperasi.
e. Turut ektif memberi bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
membuktikan peranannya diwaktu lalu (maupun hingga saat ini), sebagai Agent of
Development. Tidak ada usaha swasta menjadi besar tanpa uluran tangan dari
BUMN-BUMN. Jadi disamping menjaga stabilitas, BUMN telah berperan dalam
pertumbuhan, baik pertumbuhan BUMN sendiri maupun dalam hal menumbuhkan
usaha swasta.
Sebagai suatu organisasi BUMN memang memiliki sifat yang unik. Di satu
pihak, sebagai agen pembangunan dituntut mengemban kebijaksanaan dan program
pemerintah, sementara itu disisi lain harus tetap berfungsi sebagai unit usaha
komersial yang beroperasi berdasarkan kaedah dan prinsip-prinsip usaha yang sehat.
Dalam pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat sekarang ini peranan
BUMN dalam membantu usaha kecil dan koperasi perlu diberdayakan. Peran BUMN
untuk mendukung pemberdayaan usaha kecil dan koperasi perlu ditingkatkan dalam
rangka menghadapi era globalisasi ekonomi dan era perdagangan bebas serta sebagai
konsekuensi keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kesepakatan Internasional
seperti General Agreement on Tariff and Trade (GATT), Asean Free Trade Area
(AFTA) dan Kesepakatan Perdagangan, Asia Pasific Economi Coorporation (APEC).
Untuk mengantisipasi perubahan sistem perekonomian pada masa mendatang,
maka kegiatan maupun manfaat BUMN, usaha kecil dan koperasi perlu ditingkatkan
agar supaya dapat diberdayakan3 untuk menghadapi perubahan-perubahan ekonomi
3
global tersebut dan juga untuk meningkatkan kemandirian BUMN, usaha kecil dan
koperasi dalam merebut peluang bisnis di era perdagangan bebas.
Sehubungan dengan hal tersebut perlulah diciptakan iklim yang sehat dan tata
hubungan yang mendorong tumbuhnya kondisi yang saling menunjang antara BUMN
dengan Pengusaha kecil dan koperasi, untuk dapat diberdayakan sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal.
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya tidak
dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi yang
melakukan kegiatan ekonomi secara simultan dari waktu ke waktu yang didukung
oleh kebijakan politik ekonomi yang semakin kondusif.4
Pada kenyataannya, dari ketiga kelompok pelaku-pelaku kegiatan ekonomi
yang ada, yang perlu mendapatkan pembinaan dalam rangka pengembangannya
adalah usaha kecil dan koperasi. Karena kedua pelaku ekonomi ini secara kuantitatif
merupakan jumlah yang paling besar dalam masyarakat, namun secara kualitas jenis
usaha kecil dan koperasi relatif masih sangat terbatas baik dari aspek permodalan,
kemampuan manajemen usaha dan kualitas sumber daya manusia pengelolaannya
serta sulitnya akses terhadap informasi dan teknologi, yang mengakibatkan
terbatasnya usaha kecil dan koperasi berkembang. Sektor usaha kecil merupakan
sektor usaha yang telah terbukti berperan penting dalam mengatasi akibat dan
dalam rangka perubahan itu kita harus mempersiapkan diri baik berupa sumber daya manusia maupun sarana-sarana BUMN dan Usaha Kecil yang memadai. Moch. Faisal Salam, Pemberdayaan BUMN di Indonesia, (Bandung : Pustaka, 2003) hal. 66
4
dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dan memberikan kontribusi
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi selama masa krisis.
Kedudukan yang strategis sektor usaha kecil tersebut karena mempunyai
beberapa keunggulan dibandingkan usaha besar/ menengah antara lain mampu
menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup besar dan menggunakan sumber daya
lokal, serta usahanya relatif bersifat fleksibel.
Dengan demikian jelas keberadaan usaha kecil sangat dibutuhkan dalam
pembangunan ekonomi nasional, maka pemerintah membuat suatu arah kebijakan
dibidang ekonomi guna meningkatkan pemberdayaan masyarakat, khususnya usaha
kecil, karena usaha kecil berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan sentra ekonomi
baru di daerah, sekaligus sebagai sarana untuk mendistribusikan peluang kerja,
peluang berusaha, dan pemerataan pendapatan. Keuntungan lain dari pengembangan
usaha kecil ini adalah kemampuannya menjadi sarana transfer teknologi,
keterampilan dan kewirausahaan.
Melihat begitu besarnya peranan usaha kecil dan koperasi dalam
pembangunan perekonomian rakyat, tetapi usaha kecil dan koperasi dihadapkan
kepada berbagai keterbatasan, maka kehidupan usaha kecil dan koperasi perlu
mendapatkan perlindungan dan pembinaan dalam pengembangannya.
Pengembangan usaha kecil merupakan salah satu langkah strategis yang
sasaran umum Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) didalam rancangan pembangunan lima tahun mendatang adalah :5
1. Meningkatnya produktivitas UMKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari
laju pertumbuhan produktivitas nasional.
2. Meningkatnya proporsi usaha kecil formal.
3. Meningkatnya nilai ekspor produk usaha kecil dan menengah dengan laju
pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya.
4. Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan
5. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai dengan jati
diri koperasi.
Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, pemberdayaan koperasi dan
UMKM akan dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut :6
1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UMKM) yang diarahkan untuk
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan
pengembangan usaha skala mikro diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam
peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
2. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan
yang baik (good governance) dan berwawasan gender terutama untuk :
5
Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2004-2009, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), hal. 212
6
a. memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan
b. memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perizinan
c. memperluas dan meningkatkan kualitas intitusi pendukung yang menjalankan
fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi,
manajemen, pemasaran dan informasi.
Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha
baru berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan
peningkatan lapangan kerja terutama dengan ;
a. Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan adopsi
penerapan teknologi.
b. Mengembangkan UMKM melalui pendekatan klaster disektor agribisnis dan
agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolahan usaha, termasuk
dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sebagai wadah
organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi kolektif
c. Mengembangkan UMKM untuk makin berperan dalam proses industrialisasi,
perkuatan keterkaitan industri percepatan pengalihan teknologi, dan peningkatan
kualitas SDM
d. Mengintergrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan regional,
sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha unggulan di setiap
3. Mengembangkan UMKM untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan
jasa pada pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk import,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
4. Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya untuk :
(i) membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi di
tingkat makro, meso, maupun mikro guna menciptakan iklim dan lingkungan
usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi serta kepastian hukum yang
menjamin terlindungnya koperasi dan/ atau anggotanya dari praktek-praktek
persaingan usaha yang tidak sehat; (ii) meningkatkan pemahaman, kepedulian dan
dukungan pemangku kepentingan (stakeholders); dan (iii) meningkatkan
kemandirian gerakan koperasi.
Dalam upaya pengembangan dan pembinaan usaha kecil ini, pemerintah telah
berupaya mengadakan pembinaan melalui program kemitraan maupun pemberian
bantuan kredit modal kerja berupa pinjaman modal dengan bunga yang relatif kecil.
Sebagai wujud upaya tersebut pemerintah melalui Kementrian Badan Usaha
Milik Negara telah mengeluarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.
KEP-236/MBU/2003, pada tanggal 17 Juni 2003 Tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu BUMN yang
keberadaannya cukup penting dan sangat menunjang dalam kehidupan perekonomian
di daerah khususnya Sumatera Utara, yang ditugaskan oleh pemerintah untuk
Lingkungan, sebagaiman tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Badan Usaha
Milik Negara No. KEP-236/MBU/2003 dan Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik
Negara No. SE-433/MBU/2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan
BUMN dengan Usaha Kecil dan Dana Program Bina Lingkungan (PKBL).
Selaku BUMN, PT. Perkebunan Nusantara III yang bergerak pada Core
Busines tanaman Perkebunan di wilayah Provinsi Sumatera Utara juga bertugas
sebagai pelaksana Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan (PKBL) sebagaimana yang diamanatkan Pemerintah selaku pemegang
saham melalui Kementriaan BUMN.7
Upaya tersebut bersifat pembinaan yang dilakukan melalui Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan di sekitar wilayah PT. Perkebunan
Nusantara III.
Agar tujuan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
dapat tercapai, berdasarkan SE-433/MBU/2003, dibentuk Unit tersendiri yang khusus
melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (selanjutnya
disebut PKBL) dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi
perusahaan secara keseluruhan.
Berdasar hal itu, Direksi PT. Perkebunan Nusantara III, guna efektivitas
pengelolaan Program dimaksud melalui Surat Keputusan No.III.BD/KPTS/R.76/2003
tanggal 1 Desember 2003 tentang struktur organisasi, sasaran tugas organisasi dan
7
proses bisnis PT. Perkebunan Nusantara III telah membentuk satu bagian yang
khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu Bagian Kemitraan dan Bina
Lingkungan.
Dengan adanya upaya pemerintah dalam pengembangan dan pembinaan usaha
kecil dan koperasi melalui BUMN, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap pembinaan usaha kecil dan koperasi di PT. Perkebunan Nusantara III, guna
melihat dan mengetahui bagaimana pelaksanaan pembinaan terhadap usaha kecil dan
koperasi telah sesuai dengan aturan-aturan hukum yang berlaku serta kendala-kendala
apa saja yang dihadapi oleh PT. Perkebunan Nusantara III di dalam pelaksanaannya
dan tindakan apa yang tepat dilakukan guna mengantisipasi berbagai kendala
tersebut.
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti
dan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaturan hukum berkaitan dengan peran BUMN dalam
pembinaan usaha kecil dan koperasi ?
2. Bagaimanakah peran PT. Perkebunan Nusantara III dalam membina usaha
kecil dan koperasi?
3. Masalah-masalah apakah yang dihadapi dalam melakukan pembinaan usaha
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian tesis ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang pengaturan hukum yang berkaitan dengan peran
BUMN dalam pembinaan usaha kecil dan koperasi.
2. Untuk mengetahui tentang peran PT. Perkebunan Nusantara III dalam
membina usaha kecil dan koperasi.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam melakukan
pembinaan usaha kecil dan koperasi.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu
pengetahuan tentang kesiapan perangkat hukum yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembinaan usaha kecil dan koperasi oleh perusahaan
BUMN.
Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada pemerintah khususnya para
pengelola BUMN untuk lebih mengefektifkan pembinaan terhadap usaha kecil dan
koperasi.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
dan koperasi di PT. Perkebunan Nusantara III ini belum dilakukan dalam topik
permasalahan yang diteliti.
Jadi penelitian ini dapat dikatakan asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan
yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk
kritikan-kritikan yang sifatnya membangun.
F. Kerangka Teori
Di Indonesia keberadaan BUMN sebagai salah satu soko guru perekonomian,
keberadaan landasan hukum yang kuat yang diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa
“cabang-cabang produksi yang penting bagi negara”. Dalam penjelasan pasal tersebut
juga dikemukakan bahwa hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang
banyak yang boleh ada ditangan orang seorang. Berdasarkan ketentuan tersebut,
segala yang menyangkut bentuk-bentuk BUMN dan lingkup usahanya berpedoman
pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dimaksud.8.
BUMN merupakan wujud nyata investasi negara dalam dunia usaha dengan
tujuan mendorong dan memicu perkembangan perekonomian negara, sebagaimana
sasaran yang hendak dicapai dalam pengelolaan BUMN lima tahun mendatang adalah
meningkatnya kinerja dan daya saing BUMN dalam rangka memperbaiki
8
pelayanannya kepada masyarakat dan memberikan sumbangan terhadap keuangan
negara.
Pentingnya mengoptimalisasikan kinerja perusahaan BUMN dalam rangka
memperbaiki pelayanannya kepada masyarakat disebabkan belum terpisahnya fungsi
komersial dan pelayanan masyarakat pada sebagaian besar BUMN dan belum
terimplementasikannya prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara utuh di
seluruh BUMN. Di samping itu BUMN mempunyai peranan penting dalam
penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem
perekonomian nasional disamping usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan
kegiatan usahanya, BUMN, Swasta dan Koperasi melaksanakan peran saling
mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi.9
Perusahaan BUMN dipandang memiliki peran yang strategis dalam
membantu pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan usaha swasta dan
koperasi. Oleh karena itu pemerintah melalui peraturan-peraturannya telah
mengamanatkan BUMN untuk turut serta membantu pengembangan usaha kecil dan
koperasi.
Jika pembinaan terhadap usaha kecil dan koperasi merupakan penekanan
terhadap pengembangan pertumbuhan dan peningkatan kemampuan usaha kecil dan
9
koperasi sebagai sarana baru pembangunan ekonomi dan untuk mewujudkan
pemerataan, maka pelaksanaan pengembangan dan pembinaan usaha kecil dan
koperasi oleh BUMN merupakan kebijakan yang mempunyai arti penting untuk
mewujudkan hubungan hukum antara usaha kecil dan koperasi dengan BUMN yaitu
antara hukum yang berkaitan dengan pembinaan oleh BUMN dengan hukum yang
secara nyata berlaku serta kemungkinan perbuatan hukum dalam pembinaan usaha
kecil dan koperasi.
Atas dasar pertumbuhan hukum yang demikian adalah sesuai dengan uraian
sebagai berikut :10
“… hukum itu adalah suatu karya yang terhadap suatu perhubungan tertentu
masih meminta pelaksanaan ... Jadi menurut logika karya itu adalah suatu karya “in
future tense” karya yang masih menghendaki pelaksanaannya. Pertama
konsekuwensinya ialah bahwa hukum positif dalam artian berlaku pada waktu
tertentu di dalam suatu masyarakat tertentu ... Adalah Ius Constituendum dan bukan
Ius Constitutum”.
Pendapat di atas perlu dihubungkan dengan pandangan yang lazim dibidang
ilmu pengetahuan hukum sebagaimana diuraikan berikut ini :11
Susunan hukum sebagai hukum yang dicita-citakan (ius constituendum),
setelah dirumuskan menjadi hukum yang berlaku dalam Undang-Undang (ius
constitutum), dan dalam keadaan tertentu masih harus dilaksanakan sebagai hukum
10
MM. Djojodiguno, dikutip oleh Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana, Penjara dengan
Sistem Pemasyarakatan, (Yokyakarta : Liberty, 1968) hal. 18-19.
11
yang nyata-nyata berlaku (ius operatum). Ketiga jenis hukum tersebut memang perlu
dibedakan adanya, dan mempunyai tempat yang penting dalam menegakkan hukum
dan pembangunan hukum.
Dalam hukum modern, peraturan pembinaan usaha kecil dan koperasi oleh
BUMN dinamakan peraturan dan pranata Hukum Ekonomi (dalam arti luas) atau
droit de I’Economie yaitu peraturan pranata hukum yang berisi kebijaksanaan untuk
mengarahkan kehidupan ekonomi kesuatu arah yang tertentu, dalam hal pembinaan
usaha kecil dan koperasi oleh BUMN kearah pemerataan dan keadilan.
Marc Galenter menguraikan ciri-ciri hukum modern itu terdiri dari 11
(sebelas) karakteristik, antara lain adalah hukum itu lebih bersifat territorial dari
personal dalam arti penerapannya tidak terkait pada kasta, agama, atau ras tertentu;
sistem diorganisir secara hierarkis dan birokratis; sistem itu juga rasional, yang
artinya teknik-tekniknya dapat dipelajari dengan menggunakan logika dari
bahan-bahan hukum yang tersedia dan disamping itu hukum dinilai dari sudut kegunaannya
sebagai sarana menggarap masyarakat, tidak dari kualitas formalnya; hukum itu bisa
diubah dan bukan merupakan sesuatu yang teramat kaku; eksistensi hukum dikaitkan
pada (kedaulatan) negara. Di lain pihak Lawrence M. Friedman menonjolkan kultur
hukum sebagai sarana untuk mencirikan hukum modern. Sebagaimana diketahui
kultur hukum itu adalah suatu konsep yang mengandung arti nilai-nilai serta
sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum. Akhirnya dalam konteks hukum
modern modern ini Sacipto Raharjo membuat kategori hukum yang modern sebagai
dan hukum itu merupakan instrument yang dipakai secara sadar untuk mewujudkan
keputusan-keputusan politik masyarakat. 12
Berdasarkan Pasal 88 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN,
dalam pembinaan usaha kecil dan koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar
BUMN, BUMN dapat menyisihkan sebahagian laba bersihnya untuk keperluan
pembinaan usaha kecil dan koperasi yang dilaksanakan melalui program kemitraan
dan program bina lingkungan yang lebih lanjut diatur dalam Keputusan Menteri No.
KEP-236/MBU/2003 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan.13
Dengan adanya program kemitraan dan program bina lingkungan, melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN diharapkan bahwa dengan adanya
mobilisasi dana pada usaha-usaha kecil tersebut kemudian diharapkan produksi akan
bertambah, keuntungan perusahaan meningkat, serta terjadinya pengembangan usaha
yang pada akhirnya pendapatan usaha kecil akan meningkat. Peningkatan pendapatan
usaha kecil ini sekaligus akan memberikan dampak multiplier pembangunan ekonomi
di wilayah bersangkutan.
12
Marc Galenter, Modernisasi Sistem Hukum, dalam Wyron Weinered, Modernisasi
Dinamika Pertumbuhan, (Yogyakarta, Gajahmada Universitas Pres, 1980), hal. 102-104, lihat Sacipto
Raharjo, Modernisasi dan Perkembangan. Kesadaran Hukum Masyarakat, Hukum 6 (Tahun Kelima 1979), hal.133-134 serta Sutjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Alumni 1982), hal.213-214.
13
Kebijakan pemerintah untuk menyisihkan dana laba BUMN menunjukkan
adanya political will yang baik khususnya bagi usaha kecil dan koperasi, karena
secara kuantitas jumlah usaha kecil dan koperasi cukup banyak dan heterogen, tetapi
dari segi kualitas masih belum memadai dalam arti belum mampu memanfaatkan
resouces secara optimal, akibat tingkat menajemen dan teknologi yang dikuasai
masih belum memadai pula. Oleh karena itu, kemitraan antara sektor BUMN selaku
pelaku ekonomi yang posisinya sudah kuat, dengan usaha kecil dan koperasi yang
posisinya masih lemah merupakan sesuatu “sindikasi” yang saling melengkapi dan
saling memberi manfaat atau keuntungan.
Usaha Kecil dan Koperasi sebagai bagian integral dari usaha yang merupakan
kegiatan ekonomi rakyat mempunyai kedudukan, potensi dan peran yang strategis
untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang “melalui usaha
kecil dapat memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan yang luas kepada
masyarakat, mewujudkan pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan stabilitas nasional, keuangan di
bidang ekonomi”.14
Berdasarkan hal tersebut, maka kehidupan usaha kecil dan koperasi perlu
dilindungi dan diberdayakan dengan memberi dasar hukum bagi pemberdayaan usaha
kecil dan koperasi dengan dibentuknya Undang-Undang tentang usaha kecil yaitu
Undang-Undang No. 9 Tahun 1995.
14
Sudah menjadi komitmen pemerintah dan semua pihak yang terkait, bahwa
usaha kecil dan koperasi harus terus diupayakan menjadi bagian yang penting dalam
menopang pertumbuhan perekonomian bangsa, oleh karenanya upaya-upaya
pengembangan dan pembinaan usaha kecil dan koperasi oleh perusahaan BUMN
merupakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Teori yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan adalah teori
Corporate Social Responsibility. (CSR) atau disebut juga tangung jawab social
perusahaan. Suatu bisnis tidak hanya dijalankan dengan modal yang berupa uang saja,
tetapi juga dibutuhkan suatu sistem pengelolaan yang baik disertai dengan tanggung
jawab dan moralitas perusahaan terhadap stakeholders dan masyarakat.15
Konsep tanggung jawab social perusahaan sesungguhnya mengacu pada
kenyataan, bahwa perusahaan adalah badan hukum yang dibentuk oleh manusia dan
terdiri dari manusia, sebagaimana halnya manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain,
demikian pula perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan memperoleh keuntungan
bisnis tanpa pihak lain. Ini menuntut agar perusahaan pun perlu dijalankan dengan
tetap bersikap tanggap, peduli, dan bertanggung jawab atas hak dan kepentingan
banyak pihak lainnya.16
Suatu perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan
bisnisnya yang mempunyai pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat serta
15
I. Nyoman Tjager, dkk, Corporate Governance Tantangan dan Kesempatan bagi komunitas
Bisnis Indonesia, (Jakarta : Forum For Corporate in Indonesia (FCGI), Prenhallindo, 2003), hal. 142.
16
lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi.17 Hal ini ditegaskan dalam Pasal 74
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan
bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan Sumber Daya Alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan-ketentuan Perundang-undangan. Ketentuan
ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai
dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya setempat masyarakat.
Bagaimanapun di kalangan industri kini sudah sangat jauh berkembang
kesadaran baru bahwa usaha mencari laba mereka tidak hanya perlu memperhatikan
kepentingan pemilik (Owner), pemegang saham (Stockholder atau Shareholder),
ataupun pemodal (investor) semata-mata, tetapi juga wajib memikirkan pihak-pihak
lain yang terkena dampak tersebut, yang lazimnya disebut stakeholder.18
Segala keputusan dan tindakan yang diambil oleh perusahaan harus membawa
kebaikan bagi segenap perusahaan maupun masyarakat. Perusahaan juga harus
mampu bertanggung jawab atas akibat yang timbul dari keputusan tersebut.
Mengingat karakteristik usaha kecil dan koperasi, khsusnya yang menyangkut
aspek kapital, skala usaha serta kemampuan personalia yang berbeda dengan usaha
skala menengah/ besar (dalam hal ini BUMN), seyogyanya perlakuan, prosedur dan
17
Ibid, hal 126. Bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis, jadi dengan kata lain, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi tujuan sosial adalah dengan tidak mempertimbangkan untung atau rugi ekonomis. Perhatikan K. Bartens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta : Kanisius, 2000) hal. 296.
18
persyaratan pembinaan bagi usaha kecil dan koperasi perlu dirancang sesuai dengan
sifat usaha kecil dan koperasi dengan harapan pembinaan tersebut bisa efektif.
Terakhir yang tak kalah pentingnya dijadikan landasan dalam tulisan ini
adalah bagaimana pentingnya ”Legal Culture” (budaya hukum) suatu masyarakat
sebagai salah satu unsur berjalannya sistem hukum, disamping substansi dan aparatur
hukum. Freidman mengartikan budaya hukum sebagai pandangan masyarakat
terhadap hukum, bagaimana peranan hukum dalam masyarakat dan harapan-harapan
serta sikap masyarakat terhadap hukum itu sendiri. Bila diumpamakan sistem hukum
sebagai suatu pabrik, substansi hukum yaitu peraturan perundang-undangan adalah
produk yang dihasilkan, aparatur adalah mesin yang menghasilkan produk tersebut
dan Legal Culture (budaya hukum) adalah orang yang menjalankan mesin tersebut.
Dialah yang menentukan kapan mesin itu dihidupkan dan dimatikan dan
menghasilkan produk apa.19
G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Materi Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini
bersifat deskriptif analisis artinya penulis hanya ingin menggambarkan analisis
terhadap pembinaan usaha kecil dan koperasi di PT. Perkebunan Nusantara III.
19
Erman Rajagukguk, Masalah-masalah Hukum Bisnis menyongsong Abad XXI : Reformasi
Hukum Indonesia dan Peranan Para Manager, Kuliah perdana Program Magister Manajemen Pasca
Pendekatan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif sosiologis. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu
kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
putusan pengadilan. Mengutip istilah Ronald Dworkin, penelitian seperti ini juga
disebut sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang
menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it written in the book),
maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law as it is
decided by the judge through judical process).20 Artinya bagaimana hukum
didayagunakan sebagai instrumen untuk pembinaan usaha kecil dan koperasi di PT.
Perkebunan Nusantara III.
Sedangkan penelitian hukum sosiologis diterapkan sebagai alat pembantu
untuk melihat pelaksanaan dari pada Kep-Men No.236/MBU/2003 terhadap
perusahaan BUMN dalam pembinaan usaha kecil dan koperasi di PT. Perkebunan
Nusantara III serta akan melihat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan.
Kemudian untuk menganalisis data digunakan pendekatan kualitatif, yaitu
menganalisis data secara mendalam. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui
kepustakaan, dokumentasi, dan wawancara dengan Pejabat Usaha Kecil dan Koperasi
di PTP Nusantara III.
20
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III yang berlokasi di
Kota Medan Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah
salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh pemerintah
untuk melaksanakan Pembinaan dan Penyaluran Dana Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan sebagai mana tertuang dalam SE. Menteri BUMN Nomor :
Kep-236/MBU/2003 dan SE. Menteri BUMN Nomor : SE. 433/MBU/2003.
3. Sumber Data
Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari
perpustakaan dan dokumen pemerintah. Penelitian lapangan juga dilakukan untuk
mendapatkan bahan-bahan guna melengkapi dan menunjang bahan-bahan
kepustakaan dan dokumen.
a. Bahan kepustakaan dan dokumen.
Sumber data kepustakaan dan dokumen diperoleh dari :
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan
merupakan landasan utama untuk dipakai dalam rangka penelitian ini,
diantaranya adalah : Undang Undang Dasar 1945, Undang Undang No. 19
Tahun 2003 Tentang BUMN kemudian peraturan perundang-undangan yang
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, berupa hasil-hasil penelitian, karya ilmiah dari kalangan
hukum, dan penelitian lain-lain yang relevan dengan penelitian ini.
3. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan memberikan
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, berupa kamus, ensiklopedia, jurnal-jurnal ilmiah, majalah, surat
kabar dan sebagainya yang dieprgunakan untuk melengkapi ataupun
menunjang data penelitian.21
b. Penelitian Lapangan
Penelitian yang dilaksanakan merupakan upaya memperoleh bahan-bahan
langsung berupa dokumentasi dari instansi-intansi yang berwenang dan terkait
dengan pembinaan usaha kecil dan koperasi dalam hal ini yaitu PT. Perkebunan
Nusanatara III.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian lapangan ini adalah ; Pejabat
PTP Nusantara III dan perusahaan kecil binaan PT Perkebunan Nusantara III.
4. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan, yaitu dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi
21
dan menganalisis literatur-literatur, laporan penelitian, dokumen-dokumen resmi,
serta sumber-sumber bacaan lainnya dengan cara memfotocopy, menyalin atau
memindahkan data yang relevan dengan kebutuhan penelitian.
Selain itu dilakukan juga wawancara dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada Pejabat PT. Perkebunan Nusantara III seputar materi penelitian
dengan menggunakan alat pedoman wawancara.
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara induktif
kualitatif yang diselaraskan dengan hasil dari data pendukung yang diperoleh melalui
penelitian lapangan sehinggga sampai pada suatu kesimpulan yang akan menjawab
seluruh pokok permasalahan dalam penelitian.22
22
BAB II
DASAR HUKUM BUMN DALAM PEMBINAAN USAHA KECIL
DAN KOPERASI
Pengertian dan Peranan BUMN
BUMN merupakan wujud nyata investasi negara dalam dunia usaha dengan
tujuan untuk mendorong dan memacu perkembangan perekonomian negara.
Kehadiran BUMN dalam perekonomian Indonesia bermula pada tahun
1950-an, manakala perusahaan-perusahaan Belanda di Nasionalisasikan. Karena milik
Negara, pemerintah memberikan keistimewaan dan perlindungan terhadapnya. Sejak
itu BUMN-BUMN mendominasi kancah bisnis di dalam negeri. Keberadaan BUMN
di Indonesia dilatarbelakangi oleh pemikiran para Founding fathers dalam menyusun
UUD RI untuk memasukkan perihal usaha Negara di dalam suatu pasal, yaitu pasal
33 yang menetapkan tiga pelaku ekonomi di dalam perekonomian nasional.
BUMN adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Negara yang dipisahkan.23 BUMN terdiri dari Perusahaan Perusahaan Perseroan
(Persero) dan Perusahaan Umum (Perum), BUMN adalah kekayaan Negara yang
23
dipisahkan dan dikelola berdasarkan mekanisme koorporasi, aset BUMN adalah
aset/barang milik BUMN bukan aset/barang milik Negara.24
Sebagai Persero BUMN mempunyai ciri-ciri yaitu pertama, berstatus sebagai
Badan Hukum Perdata, kedua, hubungan usahanya diatur menurut Hukum Perdata,
ketiga, makna usahanya adalah untuk memupuk keuntungan, keempat, modal secara
keseluruhan atau sebagian adalah milik Negara dari kekayaan Negara yang
dipisahkan dan kemungkinan adanya joint atau mixed enterprise dengan pihak swasta
atau nasional atau asing serta dimungkinkan adanya penjualan saham perusahaan
Negara, kelima, sebagai suatu usaha yang berdiri sendiri untuk mencari keuntungan
dalam arti tanpa memperoleh fasilitas Negara, keenam, dipimpin oleh suatu Direksi
yang mempunyai keahlian di dalam pengetahuan teknis seusai bidang usaha Persero,
ketujuh, pegawainya berstatus sebagai perusahaan swasta biasa, kedelapan,
pengangkatan Komisaris dan Direksi berdasarkan atas keahlian dan kemampuan,
bukan atas jabatan pemegang saham dalam suatu perusahaan.
Sebagai Perum BUMN mempunyai ciri-ciri yaitu pertama, melayani
kepentingan umum sekaligus untuk memupuk keuntunganj. Usaha dijalankan dengan
memegang teguh syarat-syarat efisiensi, efektifitas, dan ekonomis, cost accounting
principles dan management effect vennes serta bentuk pelayanan yang baik terhadap
masyarakat atau nasabah, kedua, berstatus Badan Hukum dan diatur berdasarkan
undang-undang, ketiga, pada umumnya bergerak dibidang jasa vital atau public
24
utilitites, keempat, mempuntai nama dan kekayaan sendiri serta kebebasan bergerak
seperti perusahaan swasta, untuk mengadakan atau masuk ke dalam suatu perjanjian,
kontrak dan hubungan dengan perusahaan lain.25
BUMN mempunyai keistimewaan karakteristik yang tidak dipunyai oleh
badan usaha lain yang dirumuskan sebagai “
“A corporation clothed with the power of government but possessed the flexibility an
initiative of a private enterprise” (Suatu badan yang berbaju pemerintah tetapi
mempunyai fleksibilitas dan inisiatif sebagai perusahaan swasta). Disinilah letak
keampuhan lembaga BUMN.26
BUMN adalah public enterprise yakni sebagai unsur pemerintah (public) dan
sebagai unsur bisnis (enterprise). Sebagai public enterprise ada tiga makna
terkandung di dalamnya, yakni : public purpose, public ownership dan public control.
Dari ketiga makna, public purpose lah yang menjadi inti dari konsep BUMN. Public
purpose ini dijabarkan sebagai hasrat pemerintah untuk mencapai cita-cita
pembangunan (sosial, politik dan ekonomi) bagi kesejahteraan bangsa dan Negara.
Dalam hubungan inilah BUMN sering dilukiskan sebagai alat untuk pencapaian
tujuan nasional.27
Peranan BUMN erat berkaitan dengan berbagai tujuan yang perlu dicapai
BUMN, seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003
yang meliputi kedua BUMN yaitu Persero dan Perum.
25
Ibid, Hal 3.
26
Panji Anaraga, BUMN, Swasta dan Koperasi (Jakarta : Pusataka Jaya, 2002), Hal 2
27
Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada
hampir seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan,
kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi,
transportasi, listrik, industri dan perdagangan, serta konstruksi.
BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat dan
memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan
membantu penerimaan keuangan Negara.
Dengan demikian peran BUMN dalam usaha menyediakan barang maupun
jasa yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum dapat dilakukan oleh
swasta dan koperasi, oleh pemerintah menjadi tugas BUMN dengan melaksanakan
program kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi lemah.
B. Usaha-Usaha Pemberdayaan dan Kinerja BUMN dalam Perekonomian
Masyarakat
1. Usaha-Usaha Pemberdayaan BUMN
Sejak tahun 1969, peranan BUMN dalam menunjang pembangunan nasional
semakin meningkat sejalan dengan pelaksanaan pembangunan. Namun pada masa
orde baru kinerja BUMN sangat memprihatinkan.28 Kinerja perusahaan dinilai belum
memadai, seperti tampak pada rendahnya laba yang diperoleh dibandingkan dengan
modal yang ditanamkan.29
28
Makmur Sya’deillah, Op. Cit, Hal 45
29
Dalam rangka memberdayakan BUMN, penataan sistem pengelolaan dan
pengawasan BUMN telah dilakukan pemerintah sejak waktu yang lalu. Salah satu
langkah yang telah dilakukan adalah dengan penataan terhadap peraturan
perundangan yang mengatur BUMN.
Berbagai peraturan perundangan telah diberlakukan, seperti Undang-undang
Nomor 19 Prp. Tahun 1960 dengan tujuan mengusahakan adanya keseragaman dalam
cara mengurus dan menguasai serta bentuk hukum dan badan usaha Negara yang ada.
Selanjutnya Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, yang di dalam Undang-undang
ini, BUMN disederhanakan bentuknya menjadi 3 (tiga) bentuk usaha Negara yaitu
Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan.
Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, pemerintah
membuat pedoman pembinaan BUMN yang mengatur secara rinci hal-hal yang
berkaitan dengan mekanisme pembinaan, pengelolaan dan pengawasan yang tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 yang kemudian diperbaharui
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998, tentang Persero, Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998, tentang Perum dan Peraturan Pemerintah Nomor
6 Tahun 2000 tentang Perjan.
Namun berbagai peraturan perundang-undangan yang ada tersebut masih
belum memberi landasan hukum yang kuat di dalam pengembangan badan usaha
Negara sejalan dengan perkembangan dunia korporasi. Berdasarkan kenyataan
perlu untuk menetapkan undang-undang baru yang mengatur BUMN secara lebih
komprehensif dan sesuai dengan pembangunan dunia usaha.
Undang-undang yang dimaksud yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003,
tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Undang-undang tersebut dimaksud
untuk memenuhi visi pengembangan BUMN dimasa yang akan datang dan
meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance).
Undang-undang BUMN dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan dan
pengawasan berlandaskan pada prinsip efisiensi dan produktivitas guna
meningkatkan kinerja dan nilai (value) BUMN, juga untuk menata dan mempertegas
peran, lembaga dan posisi wakil pemerintah sebagai pemegang saham/pemilik modal
BUMN, serta mempertegas dan memperjelas hubungan BUMN selaku operator usaha
dengan lembaga pemerintahn sebagai regelator.30
Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan
keberadaannya dalam perkembangan perekonomian dunia yang semakin terbuka dan
kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan berbagai korporasi dan profesionalisme
melalui pembenahan dan pengawasan BUMN yang dilakukan berdasarkan prinsip
tata kelola yang baik (good corporate governance), serta melakukan restrukturisasi
dan privatisasi sebagai alat dan cara pembenahan BUMN untuk mencapai cita-citanya
dan menjadi landasan bagi upaya-upaya penyehatan BUMN.
30
Ke depan, upaya peningkatan kinerja BUMN yang semakin sehat, efisien
serta berdaya saing tinggi menjadi penting guna memberikan sumbangan yang makin
besar pada kemajuan Negara maupun memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat, sebagaimana sasaran yang hendak dicapai dalam pengelolaan BUMN
lima tahun mendatang yang dituangkan dalam arah kebijakan pengelolaan BUMN,
Pada :31
1. Melakukan koordinasi dengan departemen/instansi terkait untuk penataan
kebijakan industrial dan pasar BUMN terkait. Hal ini diperlukan dalam kerangka
reformasi BUMN yang menyeluruh. Langkah-langkah perbaikan internal BUMN
saja tidaklah cukup, keberhasilan pengelolaan BUMN harus disertai dengan
kebijakan secara sektoral.
2. Memetakan BUMN yang ada ke dalam kelompok BUMN public service
obligation (PSO) dan kelompok BUMN komersial (business oriented), sehingga
kinerja BUMN tersebut dapat meningkat dan pengalokasian anggaran pemerintah
akan semakin efisien dan efektif, serta kontribusi BUMN dapat meningkat.
3. Melanjutkan langkah-langkah restrukturisasi yang semakin terarah dan efektif
terhadap orientasi dan fungsi BUMN tersebut. Langkah restrukturisasi ini dapat
meliputi restrukturisasi manajemen, organisasi, operasi dan sistem prosedur, dan
lain sebagainya.
31
4. Memantapkan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG),
yaitu transparansi, akuntabilitas, keadilan dan responsibilitas pada pengelolaan
BUMN PSO maupun BUMN komersial, dan
5. Melakukan sinergi antar-BUMN agar dapat meingkatkan daya saing dan
memberikan multiplier effect kepada perekonomian Indonesia. Resource based
economic yang memberikan nilai tambah akan ditumbuhkembangkan.
Selanjutnya arah kebijakan tersebut dijabarkan ke dalam program
pembangunan yaitu Program Pembinaan dan Pengembangan Badan Usaha Milik
Negara. Ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja BUMN.
Kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini adalah :
1. Penyelesaian upaya pemetaan fungsi masing-masing BUMN, sehingga fungsi
BUMN terbagi secara jelas menjadi BUMN PSO dan BUMN komersial.
2. Pemantapan upaya revitalisasi BUMN, antara lain melalui penerapan GCG dan
Statement of Corporate Intent (SCI) serta kontrol kinerja yang terukur, dan
3. Pemantapan pelaksanaan restrukturisasi BUMN.
Selama ini kinerja dan kondisi BUMN Indonesia masih buruk, sehingga
memerlukan perbaikan maupun penyehatan. BUMN masih harus terus diberdayakan
sehingga akan memberikan manfaat yang maksimal bagi kemakmuran seluruh rakyat
Inonesia. Sebenarnya tujuan BUMN untuk lebih diberdayakan adalah :
1. Untuk lebih mengoptimalkan aset Negara yang dikuasai untuk mencapai
kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya melalui konsep yang telah dicetuskan
2. Untuk meningkatkan perannya sebagai pendukung perekonomian nasional yang
dapat menberikan kontribusi yang besar terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), baik dalam bentuk pajak maupun deviden.
3. Agar mampu berperan sebagai sarana dan prasarana untuk membangun sumber
daya manusia Indonesia, yang berjiwa kepemimpinan untuk membawa dunia
usaha nasional menuju keberhasilan.
4. Sebagai kekuatan penyeimbang kekuatan ekonomi, melalui peranannya dalam
melakukan berbagai aliansi baik dalam tingkat nasional maupun tingkat global,
termasuk menciptakan kemitraan dengan pengusaha kecil, pengusaha menengah
maupun koperasi.32
2. Kinerja BUMN Dalam Perekonomian Masyarakat
BUMN merupakan wujud nyata investasi Negara dalam dunia usaha dengan
tujuan untuk mendorong dan memacu perekonomian Negara. Peran BUMN dalam
penyelenggaraan perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat sangat
penting. Namun dalam pelaksanaan perannya BUMN belum optimal.
Selama ini manajemen pada sejumlah BUMN menunjukkan adanya campur
tangan birokrasi pemerintah pada pengelolaan perusahaan. Karena adanya campur
tangan itu maka timbul biaya-biaya dalam bentuk konsekuensi keuangan dan biaya
yang berupa merosotnya profesionalisme dan pertanggungjawaban dari para manejer
perseroan. Dengan kondisi seperti ini maka sering terjadi benturan antara kebijakan
32
pemerintah sebagai penguasa dengan kebijakan teknis operasional yang telah disusun
oleh pihak manajemen BUMN sebagai pengelola. Pada Critical Moment inilah maka
dirasakan adanya kendala operasional serta kendala dalam pengambilan keputusan
oleh pihak manajemen sehingga akan mempengaruhi kinerja dari kemampuan
bersaing BUMN.
Program pembenahan dan penyehatan BUMN mendapat prioritas utama
dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Krisis moneter yang melanda Indonesia
sejak pertengahan 1997, telah berdampak buruk terhadap perekonomian nasional
termasik kinerja BUMN. Dalam mempercepat proses pemulihan perekonomian
nasional, pemerintah berupaya meningkatkan peranan BUMN yang terkesan kurang
maksimal dan lamban.
Ada beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kinerja BUMN. Salah satunya dengan melakukan proses privatisasi. Namun karena
kondisi BUMN belum sepenuhnya bagus maka sebelum melangkah ke privatisasi
pemerintah akan melakukan langkah restrukturisasi dilakukan untuk meningkatkan
posisi kompetitif perusahaan melalui penajaman focus bisnis, perbaikan skala usaha
dan penciptaan core copetencies business. Langkah restrukturisasi itu memang sangat
diperlukan dengan tujuan memperbaiki kinerja BUMN agar layak dijual
(marketable).33
Masih terdapat BUMN yang secara ekonomi tidak berjalan efisien. Salah satu
faktor penyebabnya adalah lemahnya sistem pengelolaan perusahaan dalam
33
perusahaan BUMN itu. Bila dibiarkan kondisi seperti itu menyebabkan besar
kemungkinannya bahwa BUMN akan menjadi penyebab persoalan besarnya beban
yang ditanggung langsung oleh negara dalam upaya mempertahankan
pengelolaannya. Untuk mengatasi persoalan itu tidak dapat hanya mengandalkan
peran Demand-Side seperti hukum, regulasi atau tekanan masyarakat, tetapi harus
juga memerankan Supply-Side, yaitu dengan cara menyusun standar etika bisnis dan
direktur BUMN harus pula mempunyai komitmen yang kuat untuk menerapkannya.
Untuk mengatasi lemahnya pengelolaan BUMN, pemerintah telah
mengeluarkan UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang mencoba untuk mengadopsi beberapa prinsip good corporate governance. Hal
ini dinyatakan jelas pada Pasal 36 ayat (1) UU BUMN yang manyatakan bahwa
Perum dalam menyelenggarakan usahanya harus berdasarkan pada prinsip
pengelolaan perusahaan yang sehat. Ketentuan ini juga diatur dalam Pasal 5 ayat (3)
jo. Pasal 6 ayat (3) UU BUMN yang mewajibkan direksi, komisaris dan dewan
pengawas dalam melaksanakan tugasnya harus melaksanakan prinsip-prinsip
profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban serta kewajaran.
Salah satu prinsip profesionalisme dan transparansi tersebut kemudian
tertuang dalam pasal 16 ayat (3) jo. Pasal 19 ayat (4) UU BUMN yang menyatakan
bahwa setiap anggota direksi yang telah lulus uji kelayakan wajib menandatangani
kontrak manajemen sebelum ditetapkan menjadi anggota Direksi. Sedangkan
dalam Pasal 25, Pasal 33 dan Pasal 53 UU BUMN yang melarang mereka untuk
memegang jabatan rangkap. Pasal 21 – 23 jo. Pasal 49 – 51, Pasal 32, Pasal 54, Pasal
61 lebih lanjut mengatur mengenai pertanggungjawaban Direksi, Komisaris dan
Dewan Pengawas. Sementara itu untuk menjamin akuntabilitas, UU BUMN
mewajibkan pembentukan Komite Audit dan Komite lainnya (Pasal 70) serta
mewajibkan adanya auditor eksternal untuk memeriksa laporan keuangan (Pasal 71).
Selanjutanya dalam Pasal 72 – 86 tentang restrukturisasi dan privatisasi yang
menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menyehatkan badan usaha
terutama yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum yang dilaksanakan
melalui restrukturisasi dan privatisasi agar perusahaan dapat beroperasi secara lebih
efisien, transparan, dan professional sehingga badan usaha dapat memberikan produk
layanan terbaik dan memberikan manfaat kepada masyarakat/negara.
Di samping itu UU BUMN juga telah menjamin dan mengatur adanya social
responsibility dari BUMN. Hal ini tertuang dalam Pasal 87 ayat (2) yang mengijinkan
pembentukan serikat kerja sebagai wadah penyaluran aspirasi dari karyawan agar
hak-haknya dapat terpenuhi. Pasal 88 ayat (1) juga memberikan kepastian kepada
BUMN untuk menyalurkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan
usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Sedangkan
Pasal 90 mengatur mengenai donasi untuk amal dan tujuan sosial.
Terlihat bahwa secara umum UU BUMN memang telah mengadopsi beberapa
ketentuan dan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik. Namun, perlu kita cermati
pengimplementasian lebih lanjut agar dapat berfungsi dengan baik dan ditingkat
lapangan juga penting untuk menjaga penyalahgunaan BUMN dan untuk mengukur
kinerja BUMN itu sendiri.
C. Pengertian Usaha Kecil dan Koperasi
Usaha kecil sebagai wadah usaha bagi sebagian besar masyarakat merupakan
usaha yang mampu tumbuh dan berkembang secara mandiri dan memberikan andil
besar serta menduduki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi.
Kedudukan usaha kecil sangat penting dalam mewujudkan pembangunan
perekonomian nasional suatu negara. Hal ini telah disadari dimana-mana, tidak saja
dinegara yang sedang berkembang seperti Indonesia, tetapi juga
negara-negara maju semacam Amerika Serikat. Di Amerika Serikat dari 5,5 juta usaha yang
telah berjalan lancar, ternyata 95 % merupakan usaha kecil. Di Indonesia sendiri data
semacam itu belum ada, tetapi menurut perkiraan banyak pengamat, tidak kurang dari
90 % usaha Indonesia adalah usaha kecil, dan menurut catatan Kementrian Negara
Koperasi dan UKM di Indonesia terdapat 41 juta usaha kecil.34
Besarnya perhatian pemerintah terhadap usaha kecil dapat kita lihat seperti di
Amerika Serikat sebuah negara maju, telah membentuk suatu lembaga yang tugasnya
khusus membantu lancarnya pengembangan usaha kecil yaitu Lembaga Administrasi
Usaha Kecil (Small Business Administration). Di Australia bila seorang rakyat kecil
34
yang ingin membuka usaha, uluran tangan yang antusias akan diberikan, berbagai
peluang ditawarkan, bahkan modal usaha pun dibantu. Di Bangladesh, 80 % uang
yang beredar dinegara tersebut dikelola Lembaga Swadaya Masyarakat yang
mengembangkan berbagai jenis perekonomian rakyat.35
Di Indonesia untuk mengembangkan usaha kecil ini pemerintah telah
membuat kebijakan-kebijakan, diantaranya menciptakan berbagai fasilitas mulai dari
perkreditan sampai dengan upaya memecahkan masalah pemasaran dan berbagai
keringanan serta kemudahan, disediakan pemerintah untuk merangsang dan membina
usaha kecil.
Keberadaan dan kedudukan usaha kecil di tengah-tengah kehidupan usaha
telah mendapat tempat dan perhatian di dalam masyarakat. Karena usaha kecil
mampu menyerap tenaga kerja, ikut melancarkan peredaran perekonomian negara
dan juga mampu berdampingan dengan perusahaan-perusahaan besar dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat. Usaha kecil juga berfungsi dalam mendorong
pertumbuhan perekonomian nasional dan mewujudkan stabilitas nasional pada
umumnya dan stabilitas ekonomi khususnya.
Begitu besarnya kedudukan dan peran usaha kecil di dalam pertumbuhan
perekonomian rakyat, maka keberadaan usaha kecil perlu diberdayakan dan
dilindungi dengan suatu kekuatan hukum yang dibutuhkan untuk mengatur tentang
usaha kecil yaitu dengan Undabng-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
35
Dengan adanya Undang-undang tentang Usaha Kecil ini, para pengusaha kecil
dapat meningkat kiprahnya dalam pembangunan ekonomi. Hal ini merupakan upaya
pemerintah untuk memberdayakan usaha kecil dan koperasi dalam menumbuhkan
iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil dan koperasi
mampu tumbuh dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Dalam penjelasan Pasal 1 butir (1) Undang-undang No. 9 Tahun 1995
tersebut, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil dalam pasal ini
meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional.
Usaha kecil (small Business) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala
kecil dan memenuhi kreteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-undang usaha kecil.
Oleh Small Business Administration Amerika (Lembaga Administrasi Usaha
Kecil di Amerika) dinyatakan bahwa yang dikatakan bisnis kecil ialah
1. Sebuah pabrik yang didirikan dan dijalankan oleh beberapa karyawan.
2. Usaha grosir dengan jumlah penjualan kurang dari US $200.000 setahun
3. Usaha toko eceran, perusahaan konstruksi, usaha jasa dengan jumlah
penghasilan setahun dari US $50.000.36
Lain lagi pengertian yang diberikan oleh commite for Economic Development,
yang menggunakan ciri-ciri sebuah bisnis kecil ialah :
1. Manajemennya dilakukan secara bebas, biasanya pemilik langsung menjadi
manejer.
36