PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP IKLAN PRODUK SUSU BAYI
(Studi Deskriptif Persepsi Ibu-ibu di Komplek Tasbi (Taman Setia Budi Indah) Terhadap Iklan Susu Enfagrow+
Oleh :
TARIQ ENDA HARAHAP 050904007
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH:
NAMA : TARIQ ENDA HARAHAP
NIM : 050904007
DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI
JUDUL : PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP IKLAN
PRODUK SUSU BAYI
(STUDI DESKRIPTIF PERSEPSI IBU-IBU DI KOMPLEK TASBI (TAMAN SETIA BUDI INDAH) TERHADAP IKLAN SUSU ENFAGROW+
Medan, 15 Juli 2010
Megetahui :
DOSEN PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN
Dra. Dewi Kurniawati M.Si
NIP : 196505241989032001 NIP : 195102191987012001 Drs. Amir Purba. MA
PUDEK I
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DI DEPAN TIM MAJELIS PENGUJI
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI OLEH:
Nama : Tariq Enda Harahap
NIM : 050904007
Judul : Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Iklan Produk Susu
Bayi (Studi Deskriptif Persepsi Ibu-ibu di Komplek Tasbi
(Taman Setia Budi Indah) Terhadap Iklan Susu
Enfagrow+)
Hari/Tanggal :
Pukul : WIB
Tempat : Ruang Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU
TIM MAJELIS PENGUJI
Ketua : Drs. Amir Purba, MA ( )
131 654 104
Penguji I : Dra. Dewi Kurniawati, M.Si ( )
131 837 036
Penguji II : Drs. Hendra Harahap, M.Si ( )
ABSTRAKSI
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah terhadap iklan televisi susu Enfagrow+. Umumnya ibu-ibu sangat memperhatikan anak-anak mereka terutama balita dan batita. Pada masa ini banyak sekali perilaku khas pada anak-anak, di antaranya adalah dalam hal memenuhi kebutuhannya. Bagi para produsen makanan khususnya, produk susu anak balita/batita merupakan sasaran utama yang mempunyai pangsa pasar terbesar ketimbang selang usia lain. Oleh karena itu belakangan ini banyak produk susu anak semakin meningkat. Bahkan pengiklanan produk ini sangat intensif dalam rangka memenangkan persaingan untuk meraih dominasi pasar. Saat ini iklan telah merasuk keseluruh sendi kehidupan. perkembangan pasar yang semakin pesat telah berhasil mengubah pola hidup masyarakat. Salah satu perubahan yang paling mecolok adalah penguatan persepsi khususnya ibu-ibu. Fenomena yang diamati peneliti bahwa ibu-ibu saat ini semakin rakus membeli produk tanpa paham mengapa ia harus membelinya. Bahkan mereka mementingkan pemenuhan ”want” daripada “need”.
Dalam penelitian, peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan sesuai dengan penelitian yaitu: Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media periklanan, periklanan, iklan televisi, Teori AIDDA, dan Persepsi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Responden yang dipilih adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah, jumlah populasi sebanyak 384 orang untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut, maka digunakan rumus Arikunto yaitu jika jumlah populasi besar, maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% sampel atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti dillihat dari segi waktu, tenaga, dan dana. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengambil sampel 20% dari jumlah populasi. Dengan demikian jumlah sampel adalah 77 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proportional stratified random sampling, dan
purposive sampling.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Kesimpulan dari hasil yang diperoleh adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah mengemukakan persepsi bahwa mereka sebagai responden dalam penelitian ini, mengetahui dan juga tertarik penggunaan sosok balita cerdas dalam iklan televisi susu Enfagrow+.
KATA PENGANTAR
BismillahirrahmanirrahimDengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kepada
Alah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya yang berlimpah kepada
peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Ibu
Rumah Tangga Terhadap Iklan Produk Susu Bayi (Studi Deskriptif Persepsi Ibu-ibu di
Komplek Tasbi (Taman Setia Budi Indah) Terhadap Iklan Susu Enfagrow+)”. Skripsi ini
merupakan tugas akhir perkuliahan peneliti sebagai syarat pendidikan sarjana (S-1).
Peneliti berharap ke depannya skripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dalam
mengembangkan penelitian. Tentunya skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis senantiasa mengharapkan gagasan baru, kritik serta saran yang
membangun demi perbaikan ke depan.
Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada orangtua peneliti yakni Ayahanda Amrul Indra Harahap dan Ibunda
Yunita Nasution yang selalu ada di rumah untuk membimbing dan memberikan
semangat, cinta dan kasih sayangnya. Untuk adik-adik saya Hadid dan Aulia, terima
kasih telah selalu mendoakan peneliti dalam setiap kesempatan dan yang selalu berharap
bahwa peneliti nantinya akan menjadi manusia yang berguna di masa yang akan datang.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti tidak hanya mengandalkan
kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberi kontribusi, baik berupa
materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu melalui kata
1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA dan Ibu Dra.Dewi Kurniawati, M.Si selaku Ketua
dan juga Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi sekaligus peneliti anggap
sebagai orangtua kedua yang begitu baik memperlakukan peneliti selama proses
pengerjaan skripsi.
3. Ibu Dewi Kurniawati M.Si selaku dosen pembimbing peneliti yang memiliki
pengetahuan yang cukup luas mengenai berbagai hal yang membuat peneliti
termotivasi untuk membuat suatu penelitian yang cukup menantang, dan
memiliki kesabaran, ketekunan dalam memberikan masukan-masukan bagi
skripsi ini.
4. Para dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang selalu memberikan contoh,
masukan serta teladan yang patut untuk ditiru oleh peneliti berupa semangat
untuk terus belajar dan meraih cita-cita.
5. Kak Ross, kak Icut dan kak Maya untuk semua dorongannya agar peneliti
segera menyelesaikan studi, serta semua dukungan dan pengertiannya.
6. Teman2 Komunikasi 2005; Emir, Galy, Hendra, Wahyu, Adit, Verkas, Jimmy,
Andi, Rido, Kibo, Bibi, Emma, Lia, Fika, Yohana, Anggi, Ella, Nuri, Iren,
Mardes untuk semua masukan dan bantuan yang tak kan pernah mampu peneliti
balas baik bantuan moril maupun materil serta semua kebahagiaan yang kalian
berikan selama peneliti mengarungi persahabatan.
7. Teman-teman Komunikasi angkatan 06 dan 07, terus berjuang dan tetap
semangat.
Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan dapat membuka
khazanah berpikir kita.
Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan dapat membuka
khazanah berpikir kita.
Medan, Juli 2010
Peneliti
Tariq Enda Harahap
DAFTAR ISI
I.1 Latar Belakang Masalah...1
I.2 Perumusan Masalah...6
I.7 Variabel Operasional………....19
I.10 Defenisi Operasional………...21
BAB II: URAIAN TEORITIS……….23
II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa...23
II.2 Televisi Sebagai Media Periklanan………..28
II.3 Periklanan……….………...29
II.3.1. Defenisi Periklanan……….29
II.3.2. Tujuan Periklanan………29
II.3.3. Fungsi Periklanan………....30
II.3.4. Kelebihan dan Kelemahan periklanan……….32
II.3.5. Positioning.………...33
II.4 Bentuk-bentuk iklan televisi………....36
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN………..45
III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...45
III.1.1.Sejarah dan Perkembangan Komplek Tasbi...45
III.1.2. Infrastruktur Komplek Tasbi...45
III.1.3. Letak Komplek Tasbi...46
III.1.4. Penduduk/warga Tasbi ...46
III.1.2. Infrastruktur Komplek Tasbi...45
III.1.3. Letak Komplek Tasbi...46
III.1.4. Penduduk/warga Tasbi ...46
III.2 Deskripsi Balita Cerdas dalam Iklan Enfagrow+………...48
III.3 Metode Penelitian ………. .49
III.4 Lokasi Penelitian……… .50
III.5 Populasi dan Sampel ...50
III.6 Teknik Penarikan Sampel ...53
III.7 Teknik Pengumpulan Data………..54
III.8 Teknik Analisa Data ...55
BAB IV: ANALISA DAN PEMBAHASAN………..56
IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ...…...56
IV.1.1. Tahap Awal ...56
IV.1.2. Pengumpulan Data ...56
IV.2 Teknik Pengolahan Data ...57
IV.3 Analisa Tabel Tunggal ...58
DAFTAR TABEL Daftar Tabel
Tabel 1 Variabel Operasional ……… 19
Tabel 2 Penduduk/warga Komplek Tasbi Menurut Mata Pencaharian ……… 47
Tabel 3 Jumlah Warga Taman Setia Budi Indah ……….. 51
Tabel 4 Jumlah Ibu-ibu yang Mempunyai Balita ……….. 51
Tabel 5 Usia/jenis Kelamin Responden ……… 58
Tabel 6 Komplek Responden ……… 59
Tabel 7 Waktu Menonton Televisi ……… 59
Tabel 8 Suka Menonton Televisi ……….. 60
Tabel 9 Ketertarikan Menonton Iklan di Televisi ………. 61
Tabel 10 Frekuensi Menonton Iklan ………. 62
Tabel 11 Kepantasan Sosok Balita Sebagai Model Iklan ……….... 63
Tabel 12 Ketepatan Sosok Balita Sebagai Figur Utama ……… 64
Tabel 13 Kejelasan Isi Pesan ………... 64
Tabel 14 Ketepatan Penayangan Iklan di Tengah Acara ………. 65
Tabel 15 Frekuensi Penayangan ……….. 66
Tabel 16 Mengerti Akan Pesan yang Disampaikan ………... 67
Tabel 17 Tahu dan Mengenal Iklan ………. 68
Tabel 18 Memberi Edukasi/pengajaran ………... 68
Tabel 19 Menambah Informasi ……… 69
Tabel 20 Mengerti Pembagian Kelas/tahapan Usia Anak ………... 70
Tabel 21 Jenis Susu ……….. 71
Tabel 22 Totalitas Gambar ………... 71
Tabel 23 Penggunaan Model Iklan ………... 72
Tabel 24 Tagline yang Digunakan ……….... 73
Tabel 25 Kepintaran Anak Balita ……….. 74
Tabel 26 Meyakinkan Membeli Produk ……… 75
Lampiran
1. Kuesioner 2. Fotron Cobol
ABSTRAKSI
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah terhadap iklan televisi susu Enfagrow+. Umumnya ibu-ibu sangat memperhatikan anak-anak mereka terutama balita dan batita. Pada masa ini banyak sekali perilaku khas pada anak-anak, di antaranya adalah dalam hal memenuhi kebutuhannya. Bagi para produsen makanan khususnya, produk susu anak balita/batita merupakan sasaran utama yang mempunyai pangsa pasar terbesar ketimbang selang usia lain. Oleh karena itu belakangan ini banyak produk susu anak semakin meningkat. Bahkan pengiklanan produk ini sangat intensif dalam rangka memenangkan persaingan untuk meraih dominasi pasar. Saat ini iklan telah merasuk keseluruh sendi kehidupan. perkembangan pasar yang semakin pesat telah berhasil mengubah pola hidup masyarakat. Salah satu perubahan yang paling mecolok adalah penguatan persepsi khususnya ibu-ibu. Fenomena yang diamati peneliti bahwa ibu-ibu saat ini semakin rakus membeli produk tanpa paham mengapa ia harus membelinya. Bahkan mereka mementingkan pemenuhan ”want” daripada “need”.
Dalam penelitian, peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan sesuai dengan penelitian yaitu: Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media periklanan, periklanan, iklan televisi, Teori AIDDA, dan Persepsi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Responden yang dipilih adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah, jumlah populasi sebanyak 384 orang untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut, maka digunakan rumus Arikunto yaitu jika jumlah populasi besar, maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% sampel atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti dillihat dari segi waktu, tenaga, dan dana. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengambil sampel 20% dari jumlah populasi. Dengan demikian jumlah sampel adalah 77 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proportional stratified random sampling, dan
purposive sampling.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Kesimpulan dari hasil yang diperoleh adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah mengemukakan persepsi bahwa mereka sebagai responden dalam penelitian ini, mengetahui dan juga tertarik penggunaan sosok balita cerdas dalam iklan televisi susu Enfagrow+.
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Periklanan merupakan kegiatan yang terkait pada dua bidang kehidupan manusia
sehari-hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dalam bidang ekonomi periklanan bertindak
sebagai salah satu upaya marketing yang strategis, yaitu upaya memperkenalkan barang
baru atau jasa untuk dapat meraih keuntungan. Menurut Baarle (1996), perikalanan
merupakan suatu kegiatan menarik yang ditujukan kepada sejumlah pembeli tertentu, hal
yang mana dilaksanakan oleh produsen atau pedagang agar dapat mempengaruhi
penjualan barang atau jasadengan cara menguntungkan.
Saat ini iklan telah merasuk keseluruh sendi kehidupan. perkembangan pasar yang
semakin pesat telah berhasil mengubah pola hidup masyarakat. Salah satu perubahan
yang paling mecolok adalah penguatan persepsi khususnya ibu-ibu. Fenomena yang
diamati peneliti bahwa ibu-ibu saat ini semakin rakus membeli produk tanpa paham
mengapa ia harus membelinya. Bahkan mereka mementingkan pemenuhan ”want”
daripada “need”.
Industri penyiaran televisi merupakan sarana promosi penjualan produk pada
masyarakat. Melalui televisi masyarakat mengenal produk dan mendorong untuk
pembelinya, kemudian pengusaha memperoleh untuk yang mendorongnya untuk beriklan
lagi melalui televisi dan selanjutnya memperoleh keuntungan lagi dari volume penjualan
yang meningkat.demikian televisi telah menjadi sarana lengkap bagi bisnis modern
Di Indonesia karakter televisi sebagai entitas sangat mewarnai tampilan
khususnya televisi swasta. Dalam operasionalnya, televisi swasta banyak mencerminkan
prinsip ekonomi kapitalis untuk mendorong perputaran roda. Televisi dalam kontes ini
menjadi sarana bagi penjualan produk oleh produsen yaitu dengan melakukan proses
reproduksi melalui iklan yang ditayangkan. Iklan merupakan sumber dana utama bagi
televisi swasta untuk memproduksi program yang mengisi air-timenya.
Tidak dapat dipungkiri dewasa ini masih ada praktisi periklanan yang kurang
memahami posisi dan aturan etis periklanan. Tidak sedikit dari antara mereka yang larut
dalam kebebasan kreatif untuk berlomba menciptakan iklan semenarik mungkin dan
mempunyai daya pengaruh yang tinggi. Akibatnya tidak sedikit yang lupa iklan
senantiasa berkaitan dengan masalah etika dan tanggung jawab. Anak sebagai model
iklan memang tidak dibenarkan digunakan untuk produk yang bukan konsumsi mereka.
Karena besar kemungkinan akan ditiru oleh anak-anak lainnya. Ibu-ibu merupakan
bagian dari masyarakat yang mampu membedakannya mana yang baik mana yang tidak
baik.
Umumnya ibu-ibu sangat memperhatikan anak-anak mereka terutama balita dan
batita. Pada masa ini banyak sekali perilaku khas pada anak-anak, di antaranya adalah
dalam hal memenuhi kebutuhannya. Bagi para produsen makanan khususnya, produk
susu anak balita/batita merupakan sasaran utama yang mempunyai pangsa pasar terbesar
ketimbang selang usia lain. Oleh karena itu belakangan ini banyak produk susu anak
semakin meningkat. Bahkan pengiklanan produk ini sangat intensif dalam rangka
Persuasi atau bujukan iklan bagi ibu-ibu, dapat menyebabkan persepsi yang
kurang menguntungkan. Ibu tidak bisa menekan belanjanya, malah dapat memeperbesar
belanja untuk sehari-hari, dan pada akhirnya ibu menjadi sangat konsumtif, boros, dan
membeli produk yang bukan atas kebutuhan dan fungsinya, melainkan itu dilakukan
secara tidak sadar karena terbius oleh daya tarik iklan yang sebenarnya tidak realistis.
Pada saat ini, Perkembangan tahap masa emas anak (usia trisemester ke-3 hingga
2 tahun), membutuhkan nutrisi otak terbaik. Mead Johnson Nutrition hadirkan produk
Enfagrow+ yang kini diperkaya dengan DHA dan berperan penting untuk perkembangan
otak anak.
Mead Johnson menggelar konferensi pers di Blitzmegaplex, Grand Indonesia,
Jakarta, (22 April 2009), terkait dengan pentingnya peranan nutrisi pada perkembangan
otak dan kecerdasan anak. Kali ini yang menjadi pokok bahasan adalah peranan DHA
untuk otak anak serta dukungan orangtua untuk stimulasi perkembangan kecerdasan anak
Mead Johnson, sebagai perusahaan internasional terkemuka di industri nutrisi
bayi dan anak, kini menghadirkan produk yang dibutuhkan untuk perkembangan
kecerdasan anak. Susu formula Enfagrow + diramu dengan kandungan DHA yang lebih
tinggi. Kandungan yang ada sekarang, lebih banyak dari yang sebelumnya. DHA dalam
Enfagrow + kini berjumlah 35mg/100gram, dan dalam Enfakid A+ sebanyak 45 mg / 100
gram.
“DHA adalah asam lemak esensial yang dibutuhkan untuk perkembangan sel otak
hingga mendukung kerja neurotransmitter atau proses komunikasi sel otak anak,” ungkap
dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel otak. Kandungan Fe dan Zinc serta beberapa
vitamin lainnya juga dibutuhkan dalam nutrisi untuk bayi dan anak. Tak cuma faktor
nutrisi yang akan berpengaruh pada perkembangan kecerdasan anak-anak. Faktor lain itu
adalah faktor genetik dan stimulasi. Dalam situs Mead Johnson juga, Dr. Rose Mini
selaku psikolog menyampaikan, “Stimulasi akan memberikan hasil terbaik jika dibina
sedini mungkin, yakni sejak bayi lahir.” Menurutnya, perkembangan otak juga didukung
oleh proses bermain anak. Karena dalam bermain, terjadi perkembangan otak, fisik,
emosional, kreativitas, kemampuan bahasa, dan kemampuan bersosialisasi. Stimulasi
juga datang dari pihak orangtua, dipaparkan oleh Gobind Vashdev selaku motivational
parenting, “Jika ingin memiliki anak yang luar biasa dan cerdas, maka bertindaklah
sebagai orang tua yang juga luar biasa,” tegasnya dalam situs Mead Johnson.
Mead Johnson juga berikan beberapa program dukungan lain untuk kembangkan
kecerdasan anak sekaligus kepiawaian orangtua dalam mendidik anak. “Sejak tahun 2008
lalu hingga sekarang, kami hadirkan Enfa Smart System. Sebuah rangkaian konsep
stimulasi dari Mead Johnson yang terdiri dari Smart Nutrition, Smart Music, dan Smart
Play,” pungkas Asianti Sukendar, Marketing Director Mead Johnson Nutrition dalam
wawancaranya di situs Mead Johnson. Dengan diluncurkannya produk Enfagrow+ dan
beserta kandungan DHA yang lebih banyak, diharapkan akan mampu membantu para ibu
untuk memberikan awal terbaik bagi kehidupan sang buah hati.
Iklan susu Enfagrow+ termasuk iklan yang efektif dan menarik. Untuk yang
terbaru saat ini, iklan susu Enfagrow+ dibuat unik, seorang anak balita yang sangat cerdas
dan pintar dapat membantu ayahnya yang sedang mengikuti sebuah acara kuis di televisi
sang ayah diajukan pilihan bantuan untuk memilih bantuan telepon teman. Sang ayah
menghubungi rumahnya dan meminta bantuan anaknya yang masih balita untuk
menjawab pertanyaan. "adek, dinosaurus apa yang makan tumbuhan?" ayahnya bertanya.
Anaknya yang masih balita berpikir sejenak dan menjawab "bronthosaurus" dan
pembawa kuis menyatakan jawabannya tepat. Dari iklan ini produsen dapat menyatakan
bahwa berkat susu Enfagrow+, sang balita mampu berpikir cepat dan cerdas serta baik
untuk masa pertumbuhannya.
Mead Johnson juga menyelenggarakan program Enfa Redemption "Collection For
A+ Mom" Februari 2009. Dalam program ini, konsumen Enfagrow+ berkesempatan
untuk menukarkan kotak/kemasan pembungkus kaleng Enfagrow+ dengan beragam
koleksi Tupperware set yang menarik.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut:
”Bagaimanakah persepsi ibu-ibu di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi) terhadap
iklan susu Enfagrow+?”
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu
untuk melakukan pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas dan terarah. Adapun
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Penelitian ini bersifat deskriptif yang ingin mengetahui persepsi ibu-ibu terhadap
iklan di televisi.
b. Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita atau
batita di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi).
c. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009- Januari 2010.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk menjelaskan persepsi ibu-ibu terhadap iklan susu bayi di televisi.
b. Untuk melihat faktor-faktor apa dalam iklan susu bayi yang membuat ibu-ibu
tertarik ingin membeli.
I.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan di
bidang ilmu komunikasi khususnya studi deskriptif.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapakan berguna untuk memeperkaya kahsanah
penelitian dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam
memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari mana sudut masalah penelitian
akan disoroti (Nawawi, 1995:189).
Adapun kerangka teori yang relevan dengan penelitian ini adalah: komunikasi dan
komunikasi massa, televisi sebagai media periklanan, periklanan, iklan televisi, teori
AIDDA, dan pengertian persepsi.
I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan melalui saluran tertentu. Ada pula yang menyebutkan komunikasi sebagai
suatu proses penyampaian pesan (berupa lambang, suara, gambar, dan lain-lain) dari
suatu sumber kepada sasaran (audience) dengan menggunakan saluran tertentu.
Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi
sampai dipahami informasi oleh komunikan. Komunikasi adalah suatu proses, suatu
kegiatan yang berlangsung kontinu. Joseph A. Devito (1996) mengemukakan komunikasi
adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses dimana komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa komunikatornya
Sedangkan komunikasi massa adalah proses penyampain informasi, ide, dan sikap
kepada orang banyak, biasanya dengan menggunakan mesin, atau media yang
diklasifikasikan ke dalam media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar,
majalah dan film.
Dari pendapat Severin dan Tankard (1991) terlihat bahwa komunikasi massa
memeng sesuatu yang pelik dan rumit karena selain diselenngarakan secara misalnya pun
dia ditujuka n kepada massa melalui media massa.
Banyak defenisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa
ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan
defenisi satu sama lain. Melalui defenisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi
massa, yaitu:
a. Berlangsung satu arah, dalam komunikasi massa feed back baru akan diperoleh
setelah komunikasi berlangsung.
b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga.
c. Pesan-pesan bersifat umum.
d. Melahirkan keserampakan.
e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.
I.5.2 Televisi sebagai Media Periklanan
Salah satu media dalam komunikasi massa adalah televisi. Menurut Effendy
(Effendy, 1986:21) yang dimaksud dengan televisi adalah siaran yang merupakan media
dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya
Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik
yang kuat, disebabkan adanya unsur kata-kata, musik, dan sound effect, juga mempunyai
keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan
mendalam bagi pemirsanya. Dalam uasaha untuk mempengaruhi khalayak dengan
mengubah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih mempunyai kemampuan
mennonjol dibanding dengan media massa lainnya (Atmowiloto, 1996:6).
Munculnya televisi dalam kehidupan manusia menghadirkan suatu peradapan,
khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Televisi
mempunyai peran dan pengaruh yang kuat sebagai media iklan. Dengan kelebihan yang
dimilikinya, iklan dikemas sedemikian rupa sehingga menimbulkan ketertarikan bagi
masyarakat terhadap iklan produk yang ditawarkan.
Iklan televisi telah menciptakan karakteristik sendiri, menambah daya
pengulangan dan kesinambungan pengaruhnya sebagai suatu bentuk media iklan (Jefkins,
1996:87).
I.5.3 Periklanan
Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industri modern dan
hanya bisa ditemukan di negara-negara maju atau sedang dalam pertumbuhan ekonomi.
Menurut Liliweri (1997), iklan atau advertising berasal dari bahasa Latin
“Advere” yang artinya mengoperkan gagasan kepada pihak lain. Masih mengutip dari
buku yang sama, Wright berpendapat, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang
mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu
menjual barang, memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran
Jeffkins (1997) mendefenisikan iklan sebagai cara menjual informasi. Sedangkan
Institut Periklanan Inggris mendefenisikan Iklan sebagai pesan penjualan yang paling
persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial, atau produk barang
atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya (Kasali, 1992: 114).
Berdasarkan defenisi-defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama iklan
adalah untuk memberitahukan (to inform), membujuk (to persuade), dan mengingatkan
(to remind). Salah satu keuntungan utama iklan dibanding dengan media promosi lainnya
adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan-pesannya kepada sejumlah besar
orang pada satu waktu. Dan biaya untuk menjangkau setiap calon konsumen rendah
(Jeffkins, 1997:43).
I.5.4 Iklan Televisi
Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personel dan
demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan dalam
persaingannya. Sifatnya yang audio visual menjadikan televisi sebagai media yang sangat
efektif.
Beberapa kelebihan televisi sebagai media iklan menurut Jeffkins adalah sebagai
berikut ( Kasali, 1992:101):
1. Kesan Realistik.
Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara
dan gerakan, maka iklan-iklan televisi tampak begitu hidup dan nyata.
kelebihan produknya secara detail.
2. Masyarakat lebih tanggap.
Karena iklan televisi disiarkan dirumah-rumah dalam suasana yang serba
santai dan rekreatif, masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian.
3. Repetisi/ Pengulangan.
Iklan televisi biasanya ditayangkan atau diputar dalam waktu dan durasi yang
telah diatur dan ditetapkan hingga beberapa kali dalam sehari Sampai
dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah
masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup
sehingga pengaruh iklan tersebut bangkit.
4. Adanya pemilihan area siaran dan jaringan kerja.
Pengiklan dapat menggunakan kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus
untuk memuat iklannya.
5. Positioning
Sebagai akibat perkembangan ekonomi dan teknologi informasi, konsumen atau
calon konsumen dipaksa menerima informasi di luar batas kemampuan untuk menyimpan
dan mengingatnya. Kita dipaksa menyimpan jutaan nama perusahaan, produk, merek,
tempat, nama orang, konsep dan sebagainya.
Hal ini tidak mudah, sebab menyangkut opini bagaimana meyakinkan calon
komunikasi periklanan dengan strategi merebut sekapling dari suatu ceruk yang masih
tersedia dipasar yang dikenal dengan istilah Konsep Positioning.
Konsep ini diperkenalkan oleh Al Ries dan Jack Trout dalam bukunya
“Positioning, The Battle for your Mind”. Positioning adalah upaya untuk menempatkan
suatu produk, merek, perusahaan, individu atau apa saja dalam pikiran mereka yang
dianggap sebagai sasaran atau konsumennya.
Menurut David A Aaker dan J.Gary Shansby dalam bukunya “Postioning your
Product (1982), strategi postioning dapat diterapkan melalui:
1. Penggunaan media, Disini produsen iklan dapat memilih salah satu diantara
sekian banyak media yang bisa digunakan untuk iklan, dan mengatur frekuensi
serta waktu penayangannya.
2. Penonjolan bentuk, Disini merupakan hal yang mendukung kejelasan iklan,
sehingga iklan produk dapat berhasil dan mudah dikenali oleh konsumen.
3. Positioning penggunaan bahasa, Disini adalah pemilihan bahasa yang akan
digunakan untuk iklan, sehingga iklan mudah dimengerti dan dipahami
konsumen.
4. Positioning warna, Disini adalah pengaturan warna atau kombinasi warna yang
cocok sehingga iklan produk menarik dan enak dilihat oleh konsumen.
5. Positoning gambar, Disini penggunaan gambar yang jelas sehingga dapat dilihat
dengan baik oleh konsumen.
6. Penonjolan isi pesan iklan, Disini iklan produk harus mempunyai daya tarik.
tayangan iklan harus mampu menarik perhatian dan menghasut konsumen untuk
7. Strategi hadiah, Disini produsen iklan dapat melakukan inisiatif berupa
pemberian hadiah secara cuma-cuma atau bahkan gratis kepada konsumen.
Biasanya selama persediaan masih ada atau dalam jangka waktu tertentu.
I.5.5 T eori AIDDA
Sehubungan dengan uraian di atas, yang berkaitan dengan persepsi ibu rumah
tangga terhadap iklan Enfagrow+, maka teori yang dipandang mendekati permasalahan
penelitian ini adalah AIDDA. Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama
berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi melalui iklan lebih baik
menggunakan A-A Procedure atau from Attention to Action procedure. A-A Procedure
sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA yaitu:
a. Attention (perhatian)
Dalam tahap ini, kegiatan mulai dilakukan dengan maksud untuk menumbuhkan
perhatian khalayak terhadap iklan.
b. Interest (ketertarikan)
Ini adalah tahap kedua, di mana khalayak tidak saja menaruh perhatian kepada
iklan, tetapi juga mulai tertarik atau berminat.
c. Desire (hasrat/keinginan)
Dalam tahap ini khalayak telah mempunyai motivasi untuk memiliki produk
iklan.
Pada tahap ini sikap sesungguhya khalayak terhadap produk iklan mulai terlihat.
Di tahap ini juga konsumen mengambil keputusan untuk menyukai atau
membenci hal tersebut.
e. Action (tindakan)
Ini merupakan tahap akhir dari formula ini. Pada tahap ini tercermin action atau
tindakan khalayak untuk memakai, mengkonsumsi atau menggunakan produk
iklan.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, tindakan adalah
kecenderungan-kecenderungan perbuatan yang tegas, terarah secara intensif kepada suatu objek tertentu.
(Poerwadarminta, 1985:650). Sedangkan menurut N. As‘ad didefenisikan sebagai sikap
yang membuat seseorang berbuat terhadap objek, situasi dan keadaan tertentu (As.ad,
1991:42). Selanjutnya Mark berpendapat bahwa tindakan merupakan sikap perbuatan
yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek, situasi, ataupun ide-ide tertentu, yang
biasanya diikuti oleh perasaan senang dan cenderung untuk mencari objek yang disenangi
tersebut.(Mark, 1996:69)
Berdasarkan teori AIDDA di atas dikaitkan dengan persepsi ibu rumah tangga
terhadap iklan Enfagrow+, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu
keadaan dalam individu yang mengarahkan perhatiannya terhadap objek tertentu yang
mampu mendorong seseorang untuk cenderung mencari objek yang disenangi.
I.5.6 Persepsi
Persepsi adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang
bersifat kontroversial. Persepsi timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang
Sedangkan mengenai persepsi itu sendiri melukiskan kelompok manusia yang berkumpul
secara spontan dengan syarat:
1. Dihadapkan pada suatu persoalan.
2. Berbeda pendapat tentang persoalan tersebut dan berusaha untuk menanggulangi
persoalannya.
3. Sebagai akibat dari keinginan mengadakan diskusi dan mencari jalan keluar.
Sementara pengertian persepsi menurut Cutlip and Centre adalah suatu ekspresi
tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial (Sastropoetro,
1990:42). Pendapat atau persepsi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.
2. Merupakan kesatuan dari banyak pendapat.
3. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.
Sementara William Albiq (1980) mengemukakan bahwa persepsi itu dinyatakan
kepada sesuatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang
berlainan mengenai masalah tersebut.
Persepsi timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu.
Subjek dari suatu persepsi biasanya adalah masalah baru. Persepsi berupa reaksi pertama
dimana orang yang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari
kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong
orang untuk saling mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31).
Pengertian publik secara psikologis adalah sekelompok orang yang mempunyai
menaruh perhatian terhadap suatu masalah yang sama, melibatkan diri dalam masalah
tersebut dan berusaha untuk turut mengatasinya Herbert Blumer (1990).
Karakteristik publik (Sunarjo, 1984:20):
1. Satu kelompok yang tidak merupakan kesatuan (kelompok tidak teratur).
2. Interaksi terjadi secara tidak langung biasanya melalui media massa.
3. Perilaku publik didasarkan kepada perilaku individu.
4. Tidak saling mengenal satu sama lain (anonim) dan terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat (heterogen).
5. Mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah.
6. Minat yang sama belum tentu mempunyai opini yang sama terhadap suatu
masalah.
7. Berusaha untuk mengatasi masalah tersebut.
8. Adanya diskusi sosial, karena itu publik ada kecendrungan untuk berpikir secara
rasional.
Pengertian pendapat umum adalah kesatuan pendapat yang muncul dari
sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan isu yang kontroversial,
mendiskusikannya dan berusaha unuk mengatasinya. Istilah persepsi publik dapat
digunakan untuk menunjukkan suatu pengumpulan pendapat yang dikemukakan oleh
individu-individu atau pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah orang dari kumpulan
tertentu dan bukan dalam pengertian semua orang tanpa batas dan ketentuan khusus pula.
Persepsi merupakan pendapat yang ditimbulkan oleh adanya 4 unsur sebagai
berikut (Sastropoetro 1990):
2. Adanya publik yang secara spontan terpikat kepada masalah termaksud,
melibatkan diri ke dalamnya dan berusaha untuk memberikan pendapatnya.
3. Adanya kesempatan untuk bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah yang
kontroversial oleh suatu publik.
4. Adanya interaksi dari individu-individu dalam publik yang menghasilkan suatu
pendapat yang bersifat kolektif untuk diekspresikan (Sastropoetro, 1990:54).
Pengertian persepsi dapat berupa (Sunarjo 1984) :
1. Ketertarikan, konsumen menaruh perhatian, merasa suka, ingin
melihat tayangan iklan produk, sehingga membeli dan
mengkonsumsinya.
2. Motif Pembeli, konsumen memiliki dorongan atau rasa ingin tahu terhadap
produk Iklan.
3. Tujuan Pembelian, konsumen mengetahui kelebihan dan kekurangan,
kebaikan dan keburukan, fungsi dan manfaat serta hasil dari
mengkonsumsi produk iklan tersebut.
4. Tingkat Kepuasan, respon sampai dimana rasa puas konsumen
atas kualitas atau service (pelayanan) yang diberikan produsen iklan.
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat
Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni
istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,
keadaan, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (singarimbun, 1995:57)
Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau
pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa kemungkinan-kemungkinan
implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan kerangka konsep
merupakan bahan yang akan yang menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian.
Kerangka konsep disusun sebagai pekiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai,
dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan) yang dimiliki dan
kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang dicapai. Agar
konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya
menjadi variabel, yaitu persepsi ibu-ibu di Tasbi terhadap iklan susu Enfagrow+.
I.7 Variabel Operasional
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat opersional
variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesuaian dalam penelitian yaitu:
komponen
Iklan Televisi
indikator
1. penggunaan media
a. frekuensi penayangan
b. waktu penayangan
2. faktor bentuk
a. penggunaan bahasa
I.8 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah
suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan
variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).
Defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :
1. Iklan Televisi
1.1 Penggunaan Media, yaitu pemilihan media yang sesuai yang akan
digunakan untuk iklan. Pengertian persepsi
Karakteristik Responden
c. gambar
3. faktor isi
daya tarik pesan
4. faktor lain
hadiah dll
1. ketertarikan
2. motif pembeli
3. tujuan pembelian
4. tingkat kepuasan
1. usia
2. komplek perumahan
a. Frekuensi Penayangan, yaitu merupakan intensitas penayangan
iklan,seberapa sering iklan produk susu anak tersebut ditayangkan.
b. Waktu Penayangan, yaitu merupakan durasi lamanya waktu iklan
produk susu anak tersebut ditampilkan.
1.2 Faktor Bentuk, yaitu merupakan hal yang mendukung kejelasan iklan :
a. Penggunaan Bahasa, yaitu pemilihan bahasa yang akan digunakan untuk
iklan sehingga iklan mudah dimengerti dan dipahami konsumen.
b. Warna, yaitu pengaturan warna atau kombinasi warna yang cocok
sehingga menarik dan enak dilihat oleh konsumen.
c. Gambar, yaitu penggunaan gambar yang jelas sehingga dapat dilihat
dengan baik oleh konsumen.
1.3 Faktor Isi, yaitu daya tarik iklan yang merupakan tayangan iklan yang
harus mampu menarik perhatian dan menghasut konsumen untuk
membeli produk iklan.
1.4 Faktor Lain, yaitu dapat berupa pemberian hadiah secara cuma-cuma
atau gratis. Biasanya selama persediaan masih ada atau dalam jangka
waktu tertentu.
2. Pengertian persepsi
2.1 Ketertarikan, yaitu suatu gejala menaruh perhatian, merasa suka, ingin
melihat tayangan iklan produk susu anak sehingga membeli dan
mengkonsumsinya.
2.2 Motif Pembeli, yaitu suatu dorongan atau rasa ingin tahu terhadap
2.3 Tujuan Pembelian, yaitu untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan,
kebaikan dan keburukan, fungsi dan manfaat serta hasil dari
mengkonsumsi produk susu anak tersebut.
2.4 Tingkat Kepuasan, yaitu suatu respon sampai dimana rasa puas
konsumen atas kualitas atau service (pelayanan) yang diberikan.
3. Karakteristik Responden
3.1 Usia, adalah umur yang dijadikan sampel yaitu ibu-ibu yang
Mempunyai anak balita atau batita di Komplek Taman Setia Budi
Indah (Tasbi).
3.2 Komplek perumahan, adalah pembagian komplek tempat tinggal ibu-
ibu yang memiliki anak balita atau batita.
3.3 Waktu menonton televisi, adalah seberapa sering ibu-ibu menonton
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa
Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia,
salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu
sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan
menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses
dimana pesan tersebut dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja,
2002:21).
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media
cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari
pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Massa
dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan
dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya
berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada
khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.
Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam
Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang
menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi
secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat
Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980),
yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang, dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus
menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio
siaran, dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah,
keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi
massa adalah bioskop (Ardianto, 2004:3).
Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi
massa dalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diperoleh secara massal/tidak
sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.
Banyak defenisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa
ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan
defenisi satu sama lain. Melalui defenisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi
massa, yaitu:
1. Komunikator Terlembagakan
Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu
sama lain dalam sebuah lembaga.
2. Pesan Bersifat Umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu
kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat
umum.
Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya
menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan
komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat yang berbeda.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran
pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut
hampir bersamaan.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan
digunakan.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,
namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.
7. Stimuli Alat Indra ”Terbatas”
Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa.
Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran,
khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film,
menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan
oleh komunikan (Ardianto, 2004:7).
Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi (Saverin, 2007:4),
perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang
mempunyai tiga ciri yaitu:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan
anonim.
2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa
mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya
sementara.
3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang
kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas:
1. Fungsi Pengawasan
Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan
kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan
punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.
2. Fungsi Social Learning
Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media
massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana
komunikasi massa itu berlangsung.
Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang
memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat
secara luas dalam waktu cepat.
4. Fungsi Transformasi Budaya
Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan
bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media
massa.
5. Hiburan
Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena
komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada
media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.
Adapun efek komunikasi massa oleh Lavidge dan Steiner, 1961 terdiri atas enam
langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut: kognitif,
afektif, dan konatif. Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala
sesuatu, afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif berhubungan
dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu (Saverin, 2007:16)
II.2 Televisi Sebagai Media Periklanan
Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber
informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga teknologi
internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi di tempat
tinggalnya. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal
dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak
disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban
dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi
Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi
utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi
informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi
kebutuhan alamiah manusia (Effendi, 1992:55).
Dalam banyak hal, TV juga memiliki beberapa ciri khusus yang berbeda dari jenis
atau bentuk media lainnya. Sajian gandanya, yaitu gambar dan suara mengantarkan media
ini pada posisi yang khas dan menarik (Muhtadi, 1999:99). Inovasi terpenting yang
terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung
saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui
publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas
(McQuail, 1989:16).
II.3 Periklanan
II.3.1 Defenisi Periklanan
The American Marketing Association (AMA) mengemukakan bahwa iklan adalah
setiap bentuk pemabayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide
gagasan dan layanan yang bersifat non personal atas tanggungan sponsor tertentu (Kasali,
1995 :10), sedangkan Institut Praktisi periklanan Inggris mendefenisikan periklanan
sebagai: “Pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon
pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang
Jadi dari beberapa defenisi tersebut, dapat ditarik beberapa kesimpulan
bahwasannya iklan merupakan kegiatan yang menyangkut penyampaian pesan mengenai
suatu produk atau jasa yang bersifat komersial, sedangkan periklanan merupakan
kegiatan komunikasi yang menyangkut persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap iklan itu sendiri. Periklanan dapat juga diartikan sebagai proses
komunikasi secara persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang berupa gagasan,
produk barang atau jasa yang memerlukan biaya dan disebarkan melalui berbagai media.
II.3.2 Tujuan Periklanan
Menurut Rhenald Kasali, aspek terpenting dalam manajemen adalah tujuan.
Tanpa tujuan yang baik tidaklah mungkin untuk mampu mengarahkan dan
mengendalikan keputusan. Tantangan dalam kegiatan periklanan sekarang ini adalah
membawa konsep manajemen efektif pada proses periklanan. Kunci terpenting dari
semuanya adalah penentuan tujuan (Kasali, 1995:45). Jadi hal yang paling mendasar
dalam periklanan adalah bagaimana mengkomunikasikan pesan dengan cara menarik
perhatian khalayak dan mengubah serta mempengaruhi sikap mereka sesuai dengan
keinginan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat dikatakan tujuan dari
periklanan adalah memberikan informasi, membujuk dan mengikat konsumen akan suatu
produk dan disesuaikan dengan teknik atau cara-cara tertentu. Tujuan dari periklanan
juga harus ditentukan dengan baik agar dapat berjalan dengan terarah dan berhasil.
Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam bisnis yang sifatnya non personal
secara teoritik menjalankan fungsi-fungsi seperti yang dijalankan media massa lainnya.
Fungsi-fungsi periklanan antara lain:
1. Fungsi Pemasaran
Pemasaran berfungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai ataupun pembeli
terhadap barang atau jasa serta gagasan yang diperlukannya. Sebagai fungsi
pemasaran maka iklan berfungsi untuk:
a. Mengidentifikasikan produk dan menjelaskan perbedaannya dengan
produk-produk lain.
b. Mengkomunikasikan informasi mengenai produk lain.
c. Merangsang dan pada akhirnya berakibat pada peningkatan penggunaan
produk.
2. Fungsi Komunikasi
Iklan berisi cerita (kalau tidak dikatakan berita) mengenai suatu produk sehingga
harus memenuhi syarat-syarat pemberitaan. Fungsi komunikasi meliputi:
a. Memberikan penerangan dan informasi mengenai suatu barang, jasa dan
gagasan yang lebih dulu diketahui oleh satu pihak dan dijual kepada pihak
lain agar ikut mengetahuinya.
b. Memberikan pesan mengenai pendidikan dalam arti mempunyai efek
jangka panjang dan mengendapkan suatu gagasan.
Iklan mengakibatkan khalayak semakin tahu mengenai produk-produk tertentu,
kebutuhan maupun bentuk pelayanan jasa serta memperluas ide-ide yang dapat
mendatangkan keuntungan secara finansial. Bagi konsumen dari segi keuntungan
secara ekonomis, melalui iklan konsumen dapat mengetahui tempat-tempat
penjualan suatu produk yang terdekat dan terjauh sehingga konsumen dapat
menentukan kemana produk akan dibeli (toko, kios, dealer atau agen). Dengan
biaya yang murah, hemat waktu dan uang, maka konsumaen memiliki keuntungan
memiliki suatu produk. Melalui iklan, perusahaan dapat merangsang konsumen
untuk menambah pembelian sehingga perusahaan tersebut dapat meningkatkan
produksinya. Hal ini akan menimbulkan keuntungan secara ekonomis bagi kedua
belah pihak.
4. Fungsi Sosial
Iklan dapat membantu menggerakkan suatu perubahan standar hidup yang
ditentukan oleh kebutuhan manusia diseluruh dunia. Melalui publikasi, iklan
mampu menggugah pandangan orang tentang suatu peristiwa, kemudian
meningkatkan sikap, afeksi yang positif dan mengikuti tindakan pelaksanaan
nyata atau tindakan sosial (Kasali, 1995:45).
II.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Periklanan
Periklanan memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, antara lain:
a. Kelebihan periklanan
1. Periklanan dapat mencapai sejumlah besar pembeli yang tersebar secara
2. Periklanan memungkinkan penjual mengulang pesan berkali-kali,
sedangkan calon pembeli dapat membandingkan pesan yang diterima dari
beberapa pesaing.
3. Karena sifat publik dari periklanan, konsumen cenderung memandang
produk yang diiklankan sebagai baku dan sah. Pembeli mengetahui bahwa
produk yang diiklankan akan dipahami dan diterima oleh khalayak.
4. Perusahaan yang bersangkutan dapat mendramatisasi produknya lewat
seni menggunakan gambar, cetakan, suara dan warna.
b. Kelemahan periklanan
1. Walaupun dapat menjangkau khalayak yang banyak dengan cepat,
periklanan tidak menyertakan manusia dan tidak dapat membujuk seperti
wiraniaga.
2. Pada umumnya periklanan hanya menyampaikan komunikasi satu arah
dengan pemirsanya dan pemirsa tidak merasa harus memperhatikan dan
memberi reaksi.
3. Periklanan memerlukan biaya mahal. Walaupun beberapa bentuk
periklanan seperti iklan di surat kabar dan radio dilakukan dengan
anggaran kecil, namun bentuk-bentuk iklan seperti iklan televisi
memerlukan anggaran yang besar (Kasali, 1995:45).
II.3.5 Positioning
Menurut David A Aaker dan J. Gary Shanby dalam bukunya “
Product” (1982), stategi positioning dapat diterapkan melalui:
1. Penonjolan karakteristik Produk.
Disini, pengiklan memilih satu diantara sekian unsur produk yang dapat
ditonjolkan. Konsep ini menegaskan bahwa terlalu banyak atribut yang ingin
ditonjolkan berakibat fatal karena calon pembeli dibuat kacau sehingat akhirnya
tidak menimbulkan simpati. Karakteristik suatu produk dapat dibagi menurut
kriteria:
a. Karakteristik fisik
Penonjolan karakter ini meliputi sifat-sifat fisik suatu produk, seperti suhu,
warna, ketebalan, kehalusan, jarak dan sejenisnya.
b. Karakteristik fisik semu
Karakter ini meliputi sifat-sifat yang bertalian dengan rasa, selera,
simbol-simbol dan sebagainya.
c. Keuntungan konsumen
Keuntungan ini mengacu pada keuntungan yang dapat dinikmati, misalnya
tidak berbahaya bagi kulit, aman bagi anak-anak, tidak berlemak, mudah
dihidangkan dan sebagainya. Keuntungan ini sering juga disebut keuntungan
ekstra.
2. Penonjolan harga dan mutu
Konsumen sering kali mempersepsikan harga sama dengan mutu. Harga yang
tinggi diimbangi dengan mutu yang baik pula. Sementara itu barang-barang yang
harganya rendah seringkali dipersepsikan tidak bermutu. Tidak selamanya benar
dengan produk dengan harga yang tinggi. Namun demikian, sesungguhnya jalan
pikiran sedemikian memang sudah tercetak dalam kerangka berpikir konsumen.
Dalam konsep positioning, produk yang harganya tinggi perlu diimbangi dengan
adanya bagian riset dan pengembangan untuk meningkatkan mutu produk. Tanpa
itu, posisi yang telah dicapai akan mudah digeser pesaing, dan segera lenyap dari
peredaran.
3. Penonjolan Penggunaannya
Cara lain adalah dengan mengaitkannya dengan penggunaan produk. Bisa saja
suatu produk memiliki fungsi yang sama dengan produk pesaingnya, namun
penonjolan yang berbeda dapat meningkatkan keunggulan produk tersebut
dibandingkan pesaingnya.
4. Positioning menurut pemakaiannya
Strategi yang sering digunakan disini adalah dengan penggunaan model, terutama
artis yang terkenal sebagai bintang iklan ataupun perwakilan produknya. Artis ini,
diharapkan dapat meningkatkan posisi produk tersebut dibandingkan produk
sejenis, sekaligus untuk memudahkan daya ingat konsumen pada produk tersebut
dibandingkan produk sejenis, sekaligus untuk memudahkan daya ingat konsumen
pada produk tersebut. Untuk Iklan Enfagrow+ menggunakan model sosok anak
balita yang cerdas, aktif dan lucu.
5. Positioning menurut Kelas Produk
Strategi ini sering dilakukan produk tertentu yang “terjepit” dengan strategi
umum dilakukan dengan menempatkan produknya sebagai alternatif dari produk
saingannya. Produk Enfagrow+ menawarkan produk makanan dan susu bayi yang
tidak terkalahkan dari para produsen produk bayi lainnya.
6. Positoning dengan menggunakan simbol-simbol budaya
Penggunaan simbol-simbol budaya dimaksudkan untuk menciptakan citra yang
berbeda di mata calon pembeli terhadap produk para pesaing. Strategi ini
mengupayakan identifikasi atas sejumlah simbol yang memiliki arti peting bagi
calon pembeli, namun tidak digunakan oleh para pesaing.
7. Positioning langsung terhadap pesaing
Penggunaan pesaing sebagai acuan positioning sering juga disebut sebagai
periklanan kreatif. Namun sering pula cara ini tidak berjalan mulus. Ini
dikarenakan orang-orang kreatif dalam dunia periklanan sering terjebak untuk
saling menyerang dan membalik badannya menumpang pada pesaing yang tengah
memposisikan dirinya (Kasali, 1992:155).
II.4. Bentuk-bentuk Iklan Televisi
Menurut Widjaja (2000:25), bentuk-bentuk iklan televisi sangat tergantung pada
bentuk siarannya, apakah merupakan bagian dari suatu kongsi atau sindikat, jaringan
lokal, kabel atau bentuk lainnya.
Ada beberapa bentuk-bentuk di televisi, antara lain:
a. Pensponsoran
Banyak sekali acara televisi yang penayangan dan pembuatannya dilakukan atas
biaya sponsor atau pengiklan. Pihak sponsor bersedia membiayai seluruh biaya
bagi para pemirsa, khususnya karena peranan pengiklan yang benar-benar
menjaga mutu dan isi program serta siaran sponsornya.
b. Partisipasi
Bentuk iklan ini memiliki sedikit perbedaan dari bentuk iklan lainnya, namun
akan dapat mengurangi beban biaya dan resiko. Melalui iklan sepanjang 15, 30
atau 60 detik, iklan dapat disisipkan diantara satu atau beberapa acara (spots).
Baik untuk acara tetap maupun tidak tetap, pengiklan dapat membeli waktu yang
tersedia. Pendekatan ini lebih fleksibel karena dapat memilih jangkauan pasar
khalayak sasaran, jadwal dan anggaran.
c. Spot Announcements
Bentuk ketiga dari siaran televisi adalah mengacu pada pengertian bahwa
announcements iklan tersebut ditempatkan pada pergantian acara. Iklan spot
10,20,30 atau 60 detik dijual di stasiun-stasiun, baik untuk pengiklan lokal
maupun nasional. Pengiklan lokal biasanya cenderung memanfaatkan bentuk
iklan ini.
d. Public Service Announcements
Ini adalah bentuk iklan layanan masyarakat yang biasanya ditempatkan
ditengah-tengah suatu acara. Iklan layanan masyarakat biasanya dimuat atas permintaan
dari pemerintah ataupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk
menggalang solidaritas masyarakat terhadap suatu peristiwa/masalah sosial.
Dalam kondisi pasar yang memiliki banyak sekali pilihan, satu-satunya Sumber
manusia maka sebuah iklan harus memuat pesan yang sederhana serta memiliki
daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
II.5. Teori AIDDA
Seperti yang disampaikan Wilbur Schram (1997), the condition of success in
communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu
pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan memperhatikan :
a) Pesan harus dirancang dan disampaikan sehingga menarik.
b) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman antara
komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.
c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.
d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan.
Jadi., langkah pertama yang harus dilakukan, adalah bagaimana caranya kita bisa
harus bisa menarik perhatian komunikan. Buat supaya komunikan tertarik untuk lebih
ingin tahu mengenai isi pesannya. Penyajian pesan bisnis agar menarik, jelas pada
awalnya, tergantung pada packaging pesan sesuai media yang digunakan.
Saat kita menggunakan media cetak misalnya, usahan pesan bisnis yang kita
sampaikan sajiannya menarik. Baik dari segi content, maupun tampilan secara
keseluruhan. Bisa diakali dengan pemilihan font ( jenis huruf ), warna ataupun design
grafis secara keseluruhan.
Sehubungan dengan uraian di atas, mengenai persepsi ibu rumah tangga terhadap
iklan Enfagrow+, maka model yang juga dipandang mendekati permasalahan penelitian
a. Attention (perhatian)
Dalam tahap ini, kegiatan mulai dilakukan dengan maksud untuk menumbuhkan
perhatian khalayak terhadap iklan.
b. Interest (ketertarikan)
Ini adalah tahap kedua, di mana khalayak tidak saja menaruh perhatian kepada
iklan, tetapi juga mulai tertarik atau berminat.
c. Desire (hasrat/keinginan)
Dalam tahap ini khalayak telah mempunyai motivasi untuk memiliki produk
iklan.
d. Decision (keputusan)
Pada tahap ini sikap sesungguhya khalayak terhadap produk iklan mulai terlihat.
Di tahap ini juga konsumen mengambil keputusan untuk menyukai atau
membenci hal tersebut.
e. Action (tindakan)
Ini merupakan tahap akhir dari formula ini. Pada tahap ini tercermin action atau
tindakan kahalayak untuk memakai, mengkonsumsi atau menggunakan produk
iklan (Kurniawati, 2005 : 19).
II.6 Persepsi
II.6.1 Istilah persepsi
Public Perseption dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan
persepsi dialih bahasakan dengan “pendapat“. Dalam Ilmu Komunikasi terdapat istilah
lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan “hubungan masyarakat“,
dalam hal ini public diterjemahkan dengan “masyarakat“, sedangkan relations
diterjemahkan dengan “hubungan“.
Adapun cara mengetahui adanya persepsi publik, dapat diketahui pada tahun
1963, Indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat. Di radio, surat
kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah dan lain-lain orang
membicarakan tentang Irian Barat. Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung
kepada pendapat bahwa Irian Barat adalah milik pemerintah Indonesia, oleh karena itu
bangsa Indonesia wajib merebutnya kembali, dan hal inilah yang menjadikan bahwa
pendapat-pendapat itu sangatlah penting dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan
bersama. Gejala demikian biasanya disebut public Perseption atau persepsi publik.
Adapun dari gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa adanya pengertian tentang
pendapat itu sama dengan Perseption, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut Cutlip
dan Center (Sastropoetro, 1990):
a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.
b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat.
c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.
Adapun ciri-ciri tersebut misalnya pendapat mengenai demonstrasi atau unjuk
pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan dalam berbagai media massa
terutama surat kabar dan radio. Pendapat-pendapat tersebut akhirnya merupakan suatu
dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Akhirnya aksi-aksi yang digerakkan oleh mahasiswa
itu mempunyai pendukung yang lebih besar.
II.6.2 Pengertian persepsi publik
Persepsi yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban
terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu.
Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990:41), persepsi adalah suatu
ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. persepsi
timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan
pendapat yang berbeda-beda.
Menurut Bernard Berelson mengemukakan bahwa dengan pendapat publik
diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan
atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial
yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan dalam
negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok etnik
(Sastropoetro, 1990:55).
Menurut Emory. S. Bagardus (1984), bahwa publik adalah sejumlah orang yang
dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau
setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Sunarjo,
1984:20).
Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya “Effective Public Relation”, persepsi
publik adalah suatu hasil penyatuan dari pendapat individu-individu tentang masalah