• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Iklan Produk Susu Bayi (Studi Deskriptif Persepsi Ibu-Ibu Di Komplek Tasbi (Taman Setia Budi Indah) Terhadap Iklan Susu Enfagrow+

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Iklan Produk Susu Bayi (Studi Deskriptif Persepsi Ibu-Ibu Di Komplek Tasbi (Taman Setia Budi Indah) Terhadap Iklan Susu Enfagrow+"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP IKLAN PRODUK SUSU BAYI

(Studi Deskriptif Persepsi Ibu-ibu di Komplek Tasbi (Taman Setia Budi Indah) Terhadap Iklan Susu Enfagrow+

Oleh :

TARIQ ENDA HARAHAP 050904007

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH:

NAMA : TARIQ ENDA HARAHAP

NIM : 050904007

DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI

JUDUL : PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP IKLAN

PRODUK SUSU BAYI

(STUDI DESKRIPTIF PERSEPSI IBU-IBU DI KOMPLEK TASBI (TAMAN SETIA BUDI INDAH) TERHADAP IKLAN SUSU ENFAGROW+

Medan, 15 Juli 2010

Megetahui :

DOSEN PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

Dra. Dewi Kurniawati M.Si

NIP : 196505241989032001 NIP : 195102191987012001 Drs. Amir Purba. MA

PUDEK I

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DI DEPAN TIM MAJELIS PENGUJI

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI OLEH:

Nama : Tariq Enda Harahap

NIM : 050904007

Judul : Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Iklan Produk Susu

Bayi (Studi Deskriptif Persepsi Ibu-ibu di Komplek Tasbi

(Taman Setia Budi Indah) Terhadap Iklan Susu

Enfagrow+)

Hari/Tanggal :

Pukul : WIB

Tempat : Ruang Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

TIM MAJELIS PENGUJI

Ketua : Drs. Amir Purba, MA ( )

131 654 104

Penguji I : Dra. Dewi Kurniawati, M.Si ( )

131 837 036

Penguji II : Drs. Hendra Harahap, M.Si ( )

(4)

ABSTRAKSI

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah terhadap iklan televisi susu Enfagrow+. Umumnya ibu-ibu sangat memperhatikan anak-anak mereka terutama balita dan batita. Pada masa ini banyak sekali perilaku khas pada anak-anak, di antaranya adalah dalam hal memenuhi kebutuhannya. Bagi para produsen makanan khususnya, produk susu anak balita/batita merupakan sasaran utama yang mempunyai pangsa pasar terbesar ketimbang selang usia lain. Oleh karena itu belakangan ini banyak produk susu anak semakin meningkat. Bahkan pengiklanan produk ini sangat intensif dalam rangka memenangkan persaingan untuk meraih dominasi pasar. Saat ini iklan telah merasuk keseluruh sendi kehidupan. perkembangan pasar yang semakin pesat telah berhasil mengubah pola hidup masyarakat. Salah satu perubahan yang paling mecolok adalah penguatan persepsi khususnya ibu-ibu. Fenomena yang diamati peneliti bahwa ibu-ibu saat ini semakin rakus membeli produk tanpa paham mengapa ia harus membelinya. Bahkan mereka mementingkan pemenuhan ”want” daripada “need”.

Dalam penelitian, peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan sesuai dengan penelitian yaitu: Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media periklanan, periklanan, iklan televisi, Teori AIDDA, dan Persepsi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Responden yang dipilih adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah, jumlah populasi sebanyak 384 orang untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut, maka digunakan rumus Arikunto yaitu jika jumlah populasi besar, maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% sampel atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti dillihat dari segi waktu, tenaga, dan dana. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengambil sampel 20% dari jumlah populasi. Dengan demikian jumlah sampel adalah 77 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proportional stratified random sampling, dan

purposive sampling.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Kesimpulan dari hasil yang diperoleh adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah mengemukakan persepsi bahwa mereka sebagai responden dalam penelitian ini, mengetahui dan juga tertarik penggunaan sosok balita cerdas dalam iklan televisi susu Enfagrow+.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kepada

Alah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya yang berlimpah kepada

peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Ibu

Rumah Tangga Terhadap Iklan Produk Susu Bayi (Studi Deskriptif Persepsi Ibu-ibu di

Komplek Tasbi (Taman Setia Budi Indah) Terhadap Iklan Susu Enfagrow+)”. Skripsi ini

merupakan tugas akhir perkuliahan peneliti sebagai syarat pendidikan sarjana (S-1).

Peneliti berharap ke depannya skripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dalam

mengembangkan penelitian. Tentunya skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis senantiasa mengharapkan gagasan baru, kritik serta saran yang

membangun demi perbaikan ke depan.

Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada orangtua peneliti yakni Ayahanda Amrul Indra Harahap dan Ibunda

Yunita Nasution yang selalu ada di rumah untuk membimbing dan memberikan

semangat, cinta dan kasih sayangnya. Untuk adik-adik saya Hadid dan Aulia, terima

kasih telah selalu mendoakan peneliti dalam setiap kesempatan dan yang selalu berharap

bahwa peneliti nantinya akan menjadi manusia yang berguna di masa yang akan datang.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti tidak hanya mengandalkan

kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberi kontribusi, baik berupa

materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu melalui kata

(6)

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA dan Ibu Dra.Dewi Kurniawati, M.Si selaku Ketua

dan juga Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi sekaligus peneliti anggap

sebagai orangtua kedua yang begitu baik memperlakukan peneliti selama proses

pengerjaan skripsi.

3. Ibu Dewi Kurniawati M.Si selaku dosen pembimbing peneliti yang memiliki

pengetahuan yang cukup luas mengenai berbagai hal yang membuat peneliti

termotivasi untuk membuat suatu penelitian yang cukup menantang, dan

memiliki kesabaran, ketekunan dalam memberikan masukan-masukan bagi

skripsi ini.

4. Para dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang selalu memberikan contoh,

masukan serta teladan yang patut untuk ditiru oleh peneliti berupa semangat

untuk terus belajar dan meraih cita-cita.

5. Kak Ross, kak Icut dan kak Maya untuk semua dorongannya agar peneliti

segera menyelesaikan studi, serta semua dukungan dan pengertiannya.

6. Teman2 Komunikasi 2005; Emir, Galy, Hendra, Wahyu, Adit, Verkas, Jimmy,

Andi, Rido, Kibo, Bibi, Emma, Lia, Fika, Yohana, Anggi, Ella, Nuri, Iren,

Mardes untuk semua masukan dan bantuan yang tak kan pernah mampu peneliti

balas baik bantuan moril maupun materil serta semua kebahagiaan yang kalian

berikan selama peneliti mengarungi persahabatan.

(7)

7. Teman-teman Komunikasi angkatan 06 dan 07, terus berjuang dan tetap

semangat.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan dapat membuka

khazanah berpikir kita.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan dapat membuka

khazanah berpikir kita.

Medan, Juli 2010

Peneliti

Tariq Enda Harahap

(8)

DAFTAR ISI

I.1 Latar Belakang Masalah...1

I.2 Perumusan Masalah...6

I.7 Variabel Operasional………....19

I.10 Defenisi Operasional………...21

BAB II: URAIAN TEORITIS……….23

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa...23

II.2 Televisi Sebagai Media Periklanan………..28

II.3 Periklanan……….………...29

II.3.1. Defenisi Periklanan……….29

II.3.2. Tujuan Periklanan………29

II.3.3. Fungsi Periklanan………....30

II.3.4. Kelebihan dan Kelemahan periklanan……….32

II.3.5. Positioning.………...33

II.4 Bentuk-bentuk iklan televisi………....36

(9)

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN………..45

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...45

III.1.1.Sejarah dan Perkembangan Komplek Tasbi...45

III.1.2. Infrastruktur Komplek Tasbi...45

III.1.3. Letak Komplek Tasbi...46

III.1.4. Penduduk/warga Tasbi ...46

III.1.2. Infrastruktur Komplek Tasbi...45

III.1.3. Letak Komplek Tasbi...46

III.1.4. Penduduk/warga Tasbi ...46

III.2 Deskripsi Balita Cerdas dalam Iklan Enfagrow+………...48

III.3 Metode Penelitian ………. .49

III.4 Lokasi Penelitian……… .50

III.5 Populasi dan Sampel ...50

III.6 Teknik Penarikan Sampel ...53

III.7 Teknik Pengumpulan Data………..54

III.8 Teknik Analisa Data ...55

BAB IV: ANALISA DAN PEMBAHASAN………..56

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ...…...56

IV.1.1. Tahap Awal ...56

IV.1.2. Pengumpulan Data ...56

IV.2 Teknik Pengolahan Data ...57

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ...58

(10)

DAFTAR TABEL Daftar Tabel

Tabel 1 Variabel Operasional ……… 19

Tabel 2 Penduduk/warga Komplek Tasbi Menurut Mata Pencaharian ……… 47

Tabel 3 Jumlah Warga Taman Setia Budi Indah ……….. 51

Tabel 4 Jumlah Ibu-ibu yang Mempunyai Balita ……….. 51

Tabel 5 Usia/jenis Kelamin Responden ……… 58

Tabel 6 Komplek Responden ……… 59

Tabel 7 Waktu Menonton Televisi ……… 59

Tabel 8 Suka Menonton Televisi ……….. 60

Tabel 9 Ketertarikan Menonton Iklan di Televisi ………. 61

Tabel 10 Frekuensi Menonton Iklan ………. 62

Tabel 11 Kepantasan Sosok Balita Sebagai Model Iklan ……….... 63

Tabel 12 Ketepatan Sosok Balita Sebagai Figur Utama ……… 64

Tabel 13 Kejelasan Isi Pesan ………... 64

Tabel 14 Ketepatan Penayangan Iklan di Tengah Acara ………. 65

Tabel 15 Frekuensi Penayangan ……….. 66

Tabel 16 Mengerti Akan Pesan yang Disampaikan ………... 67

Tabel 17 Tahu dan Mengenal Iklan ………. 68

Tabel 18 Memberi Edukasi/pengajaran ………... 68

Tabel 19 Menambah Informasi ……… 69

Tabel 20 Mengerti Pembagian Kelas/tahapan Usia Anak ………... 70

Tabel 21 Jenis Susu ……….. 71

Tabel 22 Totalitas Gambar ………... 71

Tabel 23 Penggunaan Model Iklan ………... 72

Tabel 24 Tagline yang Digunakan ……….... 73

Tabel 25 Kepintaran Anak Balita ……….. 74

Tabel 26 Meyakinkan Membeli Produk ……… 75

(11)

Lampiran

1. Kuesioner 2. Fotron Cobol

(12)

ABSTRAKSI

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah terhadap iklan televisi susu Enfagrow+. Umumnya ibu-ibu sangat memperhatikan anak-anak mereka terutama balita dan batita. Pada masa ini banyak sekali perilaku khas pada anak-anak, di antaranya adalah dalam hal memenuhi kebutuhannya. Bagi para produsen makanan khususnya, produk susu anak balita/batita merupakan sasaran utama yang mempunyai pangsa pasar terbesar ketimbang selang usia lain. Oleh karena itu belakangan ini banyak produk susu anak semakin meningkat. Bahkan pengiklanan produk ini sangat intensif dalam rangka memenangkan persaingan untuk meraih dominasi pasar. Saat ini iklan telah merasuk keseluruh sendi kehidupan. perkembangan pasar yang semakin pesat telah berhasil mengubah pola hidup masyarakat. Salah satu perubahan yang paling mecolok adalah penguatan persepsi khususnya ibu-ibu. Fenomena yang diamati peneliti bahwa ibu-ibu saat ini semakin rakus membeli produk tanpa paham mengapa ia harus membelinya. Bahkan mereka mementingkan pemenuhan ”want” daripada “need”.

Dalam penelitian, peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan sesuai dengan penelitian yaitu: Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media periklanan, periklanan, iklan televisi, Teori AIDDA, dan Persepsi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Responden yang dipilih adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah, jumlah populasi sebanyak 384 orang untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut, maka digunakan rumus Arikunto yaitu jika jumlah populasi besar, maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% sampel atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti dillihat dari segi waktu, tenaga, dan dana. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengambil sampel 20% dari jumlah populasi. Dengan demikian jumlah sampel adalah 77 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proportional stratified random sampling, dan

purposive sampling.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Kesimpulan dari hasil yang diperoleh adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita/batita di Komplek Taman Setia Budi Indah mengemukakan persepsi bahwa mereka sebagai responden dalam penelitian ini, mengetahui dan juga tertarik penggunaan sosok balita cerdas dalam iklan televisi susu Enfagrow+.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Periklanan merupakan kegiatan yang terkait pada dua bidang kehidupan manusia

sehari-hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dalam bidang ekonomi periklanan bertindak

sebagai salah satu upaya marketing yang strategis, yaitu upaya memperkenalkan barang

baru atau jasa untuk dapat meraih keuntungan. Menurut Baarle (1996), perikalanan

merupakan suatu kegiatan menarik yang ditujukan kepada sejumlah pembeli tertentu, hal

yang mana dilaksanakan oleh produsen atau pedagang agar dapat mempengaruhi

penjualan barang atau jasadengan cara menguntungkan.

Saat ini iklan telah merasuk keseluruh sendi kehidupan. perkembangan pasar yang

semakin pesat telah berhasil mengubah pola hidup masyarakat. Salah satu perubahan

yang paling mecolok adalah penguatan persepsi khususnya ibu-ibu. Fenomena yang

diamati peneliti bahwa ibu-ibu saat ini semakin rakus membeli produk tanpa paham

mengapa ia harus membelinya. Bahkan mereka mementingkan pemenuhan ”want”

daripada “need”.

Industri penyiaran televisi merupakan sarana promosi penjualan produk pada

masyarakat. Melalui televisi masyarakat mengenal produk dan mendorong untuk

pembelinya, kemudian pengusaha memperoleh untuk yang mendorongnya untuk beriklan

lagi melalui televisi dan selanjutnya memperoleh keuntungan lagi dari volume penjualan

yang meningkat.demikian televisi telah menjadi sarana lengkap bagi bisnis modern

(14)

Di Indonesia karakter televisi sebagai entitas sangat mewarnai tampilan

khususnya televisi swasta. Dalam operasionalnya, televisi swasta banyak mencerminkan

prinsip ekonomi kapitalis untuk mendorong perputaran roda. Televisi dalam kontes ini

menjadi sarana bagi penjualan produk oleh produsen yaitu dengan melakukan proses

reproduksi melalui iklan yang ditayangkan. Iklan merupakan sumber dana utama bagi

televisi swasta untuk memproduksi program yang mengisi air-timenya.

Tidak dapat dipungkiri dewasa ini masih ada praktisi periklanan yang kurang

memahami posisi dan aturan etis periklanan. Tidak sedikit dari antara mereka yang larut

dalam kebebasan kreatif untuk berlomba menciptakan iklan semenarik mungkin dan

mempunyai daya pengaruh yang tinggi. Akibatnya tidak sedikit yang lupa iklan

senantiasa berkaitan dengan masalah etika dan tanggung jawab. Anak sebagai model

iklan memang tidak dibenarkan digunakan untuk produk yang bukan konsumsi mereka.

Karena besar kemungkinan akan ditiru oleh anak-anak lainnya. Ibu-ibu merupakan

bagian dari masyarakat yang mampu membedakannya mana yang baik mana yang tidak

baik.

Umumnya ibu-ibu sangat memperhatikan anak-anak mereka terutama balita dan

batita. Pada masa ini banyak sekali perilaku khas pada anak-anak, di antaranya adalah

dalam hal memenuhi kebutuhannya. Bagi para produsen makanan khususnya, produk

susu anak balita/batita merupakan sasaran utama yang mempunyai pangsa pasar terbesar

ketimbang selang usia lain. Oleh karena itu belakangan ini banyak produk susu anak

semakin meningkat. Bahkan pengiklanan produk ini sangat intensif dalam rangka

(15)

Persuasi atau bujukan iklan bagi ibu-ibu, dapat menyebabkan persepsi yang

kurang menguntungkan. Ibu tidak bisa menekan belanjanya, malah dapat memeperbesar

belanja untuk sehari-hari, dan pada akhirnya ibu menjadi sangat konsumtif, boros, dan

membeli produk yang bukan atas kebutuhan dan fungsinya, melainkan itu dilakukan

secara tidak sadar karena terbius oleh daya tarik iklan yang sebenarnya tidak realistis.

Pada saat ini, Perkembangan tahap masa emas anak (usia trisemester ke-3 hingga

2 tahun), membutuhkan nutrisi otak terbaik. Mead Johnson Nutrition hadirkan produk

Enfagrow+ yang kini diperkaya dengan DHA dan berperan penting untuk perkembangan

otak anak.

Mead Johnson menggelar konferensi pers di Blitzmegaplex, Grand Indonesia,

Jakarta, (22 April 2009), terkait dengan pentingnya peranan nutrisi pada perkembangan

otak dan kecerdasan anak. Kali ini yang menjadi pokok bahasan adalah peranan DHA

untuk otak anak serta dukungan orangtua untuk stimulasi perkembangan kecerdasan anak

Mead Johnson, sebagai perusahaan internasional terkemuka di industri nutrisi

bayi dan anak, kini menghadirkan produk yang dibutuhkan untuk perkembangan

kecerdasan anak. Susu formula Enfagrow + diramu dengan kandungan DHA yang lebih

tinggi. Kandungan yang ada sekarang, lebih banyak dari yang sebelumnya. DHA dalam

Enfagrow + kini berjumlah 35mg/100gram, dan dalam Enfakid A+ sebanyak 45 mg / 100

gram.

“DHA adalah asam lemak esensial yang dibutuhkan untuk perkembangan sel otak

hingga mendukung kerja neurotransmitter atau proses komunikasi sel otak anak,” ungkap

(16)

dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel otak. Kandungan Fe dan Zinc serta beberapa

vitamin lainnya juga dibutuhkan dalam nutrisi untuk bayi dan anak. Tak cuma faktor

nutrisi yang akan berpengaruh pada perkembangan kecerdasan anak-anak. Faktor lain itu

adalah faktor genetik dan stimulasi. Dalam situs Mead Johnson juga, Dr. Rose Mini

selaku psikolog menyampaikan, “Stimulasi akan memberikan hasil terbaik jika dibina

sedini mungkin, yakni sejak bayi lahir.” Menurutnya, perkembangan otak juga didukung

oleh proses bermain anak. Karena dalam bermain, terjadi perkembangan otak, fisik,

emosional, kreativitas, kemampuan bahasa, dan kemampuan bersosialisasi. Stimulasi

juga datang dari pihak orangtua, dipaparkan oleh Gobind Vashdev selaku motivational

parenting, “Jika ingin memiliki anak yang luar biasa dan cerdas, maka bertindaklah

sebagai orang tua yang juga luar biasa,” tegasnya dalam situs Mead Johnson.

Mead Johnson juga berikan beberapa program dukungan lain untuk kembangkan

kecerdasan anak sekaligus kepiawaian orangtua dalam mendidik anak. “Sejak tahun 2008

lalu hingga sekarang, kami hadirkan Enfa Smart System. Sebuah rangkaian konsep

stimulasi dari Mead Johnson yang terdiri dari Smart Nutrition, Smart Music, dan Smart

Play,” pungkas Asianti Sukendar, Marketing Director Mead Johnson Nutrition dalam

wawancaranya di situs Mead Johnson. Dengan diluncurkannya produk Enfagrow+ dan

beserta kandungan DHA yang lebih banyak, diharapkan akan mampu membantu para ibu

untuk memberikan awal terbaik bagi kehidupan sang buah hati.

Iklan susu Enfagrow+ termasuk iklan yang efektif dan menarik. Untuk yang

terbaru saat ini, iklan susu Enfagrow+ dibuat unik, seorang anak balita yang sangat cerdas

dan pintar dapat membantu ayahnya yang sedang mengikuti sebuah acara kuis di televisi

(17)

sang ayah diajukan pilihan bantuan untuk memilih bantuan telepon teman. Sang ayah

menghubungi rumahnya dan meminta bantuan anaknya yang masih balita untuk

menjawab pertanyaan. "adek, dinosaurus apa yang makan tumbuhan?" ayahnya bertanya.

Anaknya yang masih balita berpikir sejenak dan menjawab "bronthosaurus" dan

pembawa kuis menyatakan jawabannya tepat. Dari iklan ini produsen dapat menyatakan

bahwa berkat susu Enfagrow+, sang balita mampu berpikir cepat dan cerdas serta baik

untuk masa pertumbuhannya.

Mead Johnson juga menyelenggarakan program Enfa Redemption "Collection For

A+ Mom" Februari 2009. Dalam program ini, konsumen Enfagrow+ berkesempatan

untuk menukarkan kotak/kemasan pembungkus kaleng Enfagrow+ dengan beragam

koleksi Tupperware set yang menarik.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan

perumusan masalah sebagai berikut:

”Bagaimanakah persepsi ibu-ibu di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi) terhadap

iklan susu Enfagrow+?”

(18)

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu

untuk melakukan pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas dan terarah. Adapun

pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Penelitian ini bersifat deskriptif yang ingin mengetahui persepsi ibu-ibu terhadap

iklan di televisi.

b. Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita atau

batita di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi).

c. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009- Januari 2010.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk menjelaskan persepsi ibu-ibu terhadap iklan susu bayi di televisi.

b. Untuk melihat faktor-faktor apa dalam iklan susu bayi yang membuat ibu-ibu

tertarik ingin membeli.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan di

bidang ilmu komunikasi khususnya studi deskriptif.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapakan berguna untuk memeperkaya kahsanah

penelitian dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa

(19)

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam

memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari mana sudut masalah penelitian

akan disoroti (Nawawi, 1995:189).

Adapun kerangka teori yang relevan dengan penelitian ini adalah: komunikasi dan

komunikasi massa, televisi sebagai media periklanan, periklanan, iklan televisi, teori

AIDDA, dan pengertian persepsi.

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan melalui saluran tertentu. Ada pula yang menyebutkan komunikasi sebagai

suatu proses penyampaian pesan (berupa lambang, suara, gambar, dan lain-lain) dari

suatu sumber kepada sasaran (audience) dengan menggunakan saluran tertentu.

Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi

sampai dipahami informasi oleh komunikan. Komunikasi adalah suatu proses, suatu

kegiatan yang berlangsung kontinu. Joseph A. Devito (1996) mengemukakan komunikasi

adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu

proses dimana komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa komunikatornya

(20)

Sedangkan komunikasi massa adalah proses penyampain informasi, ide, dan sikap

kepada orang banyak, biasanya dengan menggunakan mesin, atau media yang

diklasifikasikan ke dalam media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar,

majalah dan film.

Dari pendapat Severin dan Tankard (1991) terlihat bahwa komunikasi massa

memeng sesuatu yang pelik dan rumit karena selain diselenngarakan secara misalnya pun

dia ditujuka n kepada massa melalui media massa.

Banyak defenisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa

ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan

defenisi satu sama lain. Melalui defenisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi

massa, yaitu:

a. Berlangsung satu arah, dalam komunikasi massa feed back baru akan diperoleh

setelah komunikasi berlangsung.

b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga.

c. Pesan-pesan bersifat umum.

d. Melahirkan keserampakan.

e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

I.5.2 Televisi sebagai Media Periklanan

Salah satu media dalam komunikasi massa adalah televisi. Menurut Effendy

(Effendy, 1986:21) yang dimaksud dengan televisi adalah siaran yang merupakan media

dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu

berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya

(21)

Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik

yang kuat, disebabkan adanya unsur kata-kata, musik, dan sound effect, juga mempunyai

keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan

mendalam bagi pemirsanya. Dalam uasaha untuk mempengaruhi khalayak dengan

mengubah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih mempunyai kemampuan

mennonjol dibanding dengan media massa lainnya (Atmowiloto, 1996:6).

Munculnya televisi dalam kehidupan manusia menghadirkan suatu peradapan,

khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Televisi

mempunyai peran dan pengaruh yang kuat sebagai media iklan. Dengan kelebihan yang

dimilikinya, iklan dikemas sedemikian rupa sehingga menimbulkan ketertarikan bagi

masyarakat terhadap iklan produk yang ditawarkan.

Iklan televisi telah menciptakan karakteristik sendiri, menambah daya

pengulangan dan kesinambungan pengaruhnya sebagai suatu bentuk media iklan (Jefkins,

1996:87).

I.5.3 Periklanan

Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industri modern dan

hanya bisa ditemukan di negara-negara maju atau sedang dalam pertumbuhan ekonomi.

Menurut Liliweri (1997), iklan atau advertising berasal dari bahasa Latin

“Advere” yang artinya mengoperkan gagasan kepada pihak lain. Masih mengutip dari

buku yang sama, Wright berpendapat, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang

mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu

menjual barang, memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran

(22)

Jeffkins (1997) mendefenisikan iklan sebagai cara menjual informasi. Sedangkan

Institut Periklanan Inggris mendefenisikan Iklan sebagai pesan penjualan yang paling

persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial, atau produk barang

atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya (Kasali, 1992: 114).

Berdasarkan defenisi-defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama iklan

adalah untuk memberitahukan (to inform), membujuk (to persuade), dan mengingatkan

(to remind). Salah satu keuntungan utama iklan dibanding dengan media promosi lainnya

adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan-pesannya kepada sejumlah besar

orang pada satu waktu. Dan biaya untuk menjangkau setiap calon konsumen rendah

(Jeffkins, 1997:43).

I.5.4 Iklan Televisi

Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personel dan

demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan dalam

persaingannya. Sifatnya yang audio visual menjadikan televisi sebagai media yang sangat

efektif.

Beberapa kelebihan televisi sebagai media iklan menurut Jeffkins adalah sebagai

berikut ( Kasali, 1992:101):

1. Kesan Realistik.

Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara

dan gerakan, maka iklan-iklan televisi tampak begitu hidup dan nyata.

(23)

kelebihan produknya secara detail.

2. Masyarakat lebih tanggap.

Karena iklan televisi disiarkan dirumah-rumah dalam suasana yang serba

santai dan rekreatif, masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian.

3. Repetisi/ Pengulangan.

Iklan televisi biasanya ditayangkan atau diputar dalam waktu dan durasi yang

telah diatur dan ditetapkan hingga beberapa kali dalam sehari Sampai

dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah

masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup

sehingga pengaruh iklan tersebut bangkit.

4. Adanya pemilihan area siaran dan jaringan kerja.

Pengiklan dapat menggunakan kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus

untuk memuat iklannya.

5. Positioning

Sebagai akibat perkembangan ekonomi dan teknologi informasi, konsumen atau

calon konsumen dipaksa menerima informasi di luar batas kemampuan untuk menyimpan

dan mengingatnya. Kita dipaksa menyimpan jutaan nama perusahaan, produk, merek,

tempat, nama orang, konsep dan sebagainya.

Hal ini tidak mudah, sebab menyangkut opini bagaimana meyakinkan calon

(24)

komunikasi periklanan dengan strategi merebut sekapling dari suatu ceruk yang masih

tersedia dipasar yang dikenal dengan istilah Konsep Positioning.

Konsep ini diperkenalkan oleh Al Ries dan Jack Trout dalam bukunya

“Positioning, The Battle for your Mind”. Positioning adalah upaya untuk menempatkan

suatu produk, merek, perusahaan, individu atau apa saja dalam pikiran mereka yang

dianggap sebagai sasaran atau konsumennya.

Menurut David A Aaker dan J.Gary Shansby dalam bukunya “Postioning your

Product (1982), strategi postioning dapat diterapkan melalui:

1. Penggunaan media, Disini produsen iklan dapat memilih salah satu diantara

sekian banyak media yang bisa digunakan untuk iklan, dan mengatur frekuensi

serta waktu penayangannya.

2. Penonjolan bentuk, Disini merupakan hal yang mendukung kejelasan iklan,

sehingga iklan produk dapat berhasil dan mudah dikenali oleh konsumen.

3. Positioning penggunaan bahasa, Disini adalah pemilihan bahasa yang akan

digunakan untuk iklan, sehingga iklan mudah dimengerti dan dipahami

konsumen.

4. Positioning warna, Disini adalah pengaturan warna atau kombinasi warna yang

cocok sehingga iklan produk menarik dan enak dilihat oleh konsumen.

5. Positoning gambar, Disini penggunaan gambar yang jelas sehingga dapat dilihat

dengan baik oleh konsumen.

6. Penonjolan isi pesan iklan, Disini iklan produk harus mempunyai daya tarik.

tayangan iklan harus mampu menarik perhatian dan menghasut konsumen untuk

(25)

7. Strategi hadiah, Disini produsen iklan dapat melakukan inisiatif berupa

pemberian hadiah secara cuma-cuma atau bahkan gratis kepada konsumen.

Biasanya selama persediaan masih ada atau dalam jangka waktu tertentu.

I.5.5 T eori AIDDA

Sehubungan dengan uraian di atas, yang berkaitan dengan persepsi ibu rumah

tangga terhadap iklan Enfagrow+, maka teori yang dipandang mendekati permasalahan

penelitian ini adalah AIDDA. Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama

berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi melalui iklan lebih baik

menggunakan A-A Procedure atau from Attention to Action procedure. A-A Procedure

sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA yaitu:

a. Attention (perhatian)

Dalam tahap ini, kegiatan mulai dilakukan dengan maksud untuk menumbuhkan

perhatian khalayak terhadap iklan.

b. Interest (ketertarikan)

Ini adalah tahap kedua, di mana khalayak tidak saja menaruh perhatian kepada

iklan, tetapi juga mulai tertarik atau berminat.

c. Desire (hasrat/keinginan)

Dalam tahap ini khalayak telah mempunyai motivasi untuk memiliki produk

iklan.

(26)

Pada tahap ini sikap sesungguhya khalayak terhadap produk iklan mulai terlihat.

Di tahap ini juga konsumen mengambil keputusan untuk menyukai atau

membenci hal tersebut.

e. Action (tindakan)

Ini merupakan tahap akhir dari formula ini. Pada tahap ini tercermin action atau

tindakan khalayak untuk memakai, mengkonsumsi atau menggunakan produk

iklan.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, tindakan adalah

kecenderungan-kecenderungan perbuatan yang tegas, terarah secara intensif kepada suatu objek tertentu.

(Poerwadarminta, 1985:650). Sedangkan menurut N. As‘ad didefenisikan sebagai sikap

yang membuat seseorang berbuat terhadap objek, situasi dan keadaan tertentu (As.ad,

1991:42). Selanjutnya Mark berpendapat bahwa tindakan merupakan sikap perbuatan

yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek, situasi, ataupun ide-ide tertentu, yang

biasanya diikuti oleh perasaan senang dan cenderung untuk mencari objek yang disenangi

tersebut.(Mark, 1996:69)

Berdasarkan teori AIDDA di atas dikaitkan dengan persepsi ibu rumah tangga

terhadap iklan Enfagrow+, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu

keadaan dalam individu yang mengarahkan perhatiannya terhadap objek tertentu yang

mampu mendorong seseorang untuk cenderung mencari objek yang disenangi.

I.5.6 Persepsi

Persepsi adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang

bersifat kontroversial. Persepsi timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang

(27)

Sedangkan mengenai persepsi itu sendiri melukiskan kelompok manusia yang berkumpul

secara spontan dengan syarat:

1. Dihadapkan pada suatu persoalan.

2. Berbeda pendapat tentang persoalan tersebut dan berusaha untuk menanggulangi

persoalannya.

3. Sebagai akibat dari keinginan mengadakan diskusi dan mencari jalan keluar.

Sementara pengertian persepsi menurut Cutlip and Centre adalah suatu ekspresi

tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial (Sastropoetro,

1990:42). Pendapat atau persepsi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.

2. Merupakan kesatuan dari banyak pendapat.

3. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Sementara William Albiq (1980) mengemukakan bahwa persepsi itu dinyatakan

kepada sesuatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang

berlainan mengenai masalah tersebut.

Persepsi timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu.

Subjek dari suatu persepsi biasanya adalah masalah baru. Persepsi berupa reaksi pertama

dimana orang yang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari

kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong

orang untuk saling mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31).

Pengertian publik secara psikologis adalah sekelompok orang yang mempunyai

(28)

menaruh perhatian terhadap suatu masalah yang sama, melibatkan diri dalam masalah

tersebut dan berusaha untuk turut mengatasinya Herbert Blumer (1990).

Karakteristik publik (Sunarjo, 1984:20):

1. Satu kelompok yang tidak merupakan kesatuan (kelompok tidak teratur).

2. Interaksi terjadi secara tidak langung biasanya melalui media massa.

3. Perilaku publik didasarkan kepada perilaku individu.

4. Tidak saling mengenal satu sama lain (anonim) dan terdiri dari berbagai lapisan

masyarakat (heterogen).

5. Mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah.

6. Minat yang sama belum tentu mempunyai opini yang sama terhadap suatu

masalah.

7. Berusaha untuk mengatasi masalah tersebut.

8. Adanya diskusi sosial, karena itu publik ada kecendrungan untuk berpikir secara

rasional.

Pengertian pendapat umum adalah kesatuan pendapat yang muncul dari

sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan isu yang kontroversial,

mendiskusikannya dan berusaha unuk mengatasinya. Istilah persepsi publik dapat

digunakan untuk menunjukkan suatu pengumpulan pendapat yang dikemukakan oleh

individu-individu atau pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah orang dari kumpulan

tertentu dan bukan dalam pengertian semua orang tanpa batas dan ketentuan khusus pula.

Persepsi merupakan pendapat yang ditimbulkan oleh adanya 4 unsur sebagai

berikut (Sastropoetro 1990):

(29)

2. Adanya publik yang secara spontan terpikat kepada masalah termaksud,

melibatkan diri ke dalamnya dan berusaha untuk memberikan pendapatnya.

3. Adanya kesempatan untuk bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah yang

kontroversial oleh suatu publik.

4. Adanya interaksi dari individu-individu dalam publik yang menghasilkan suatu

pendapat yang bersifat kolektif untuk diekspresikan (Sastropoetro, 1990:54).

Pengertian persepsi dapat berupa (Sunarjo 1984) :

1. Ketertarikan, konsumen menaruh perhatian, merasa suka, ingin

melihat tayangan iklan produk, sehingga membeli dan

mengkonsumsinya.

2. Motif Pembeli, konsumen memiliki dorongan atau rasa ingin tahu terhadap

produk Iklan.

3. Tujuan Pembelian, konsumen mengetahui kelebihan dan kekurangan,

kebaikan dan keburukan, fungsi dan manfaat serta hasil dari

mengkonsumsi produk iklan tersebut.

4. Tingkat Kepuasan, respon sampai dimana rasa puas konsumen

atas kualitas atau service (pelayanan) yang diberikan produsen iklan.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat

(30)

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni

istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,

keadaan, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (singarimbun, 1995:57)

Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau

pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa kemungkinan-kemungkinan

implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan kerangka konsep

merupakan bahan yang akan yang menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian.

Kerangka konsep disusun sebagai pekiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai,

dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan) yang dimiliki dan

kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang dicapai. Agar

konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya

menjadi variabel, yaitu persepsi ibu-ibu di Tasbi terhadap iklan susu Enfagrow+.

I.7 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat opersional

variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesuaian dalam penelitian yaitu:

komponen

Iklan Televisi

indikator

1. penggunaan media

a. frekuensi penayangan

b. waktu penayangan

2. faktor bentuk

a. penggunaan bahasa

(31)

I.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah

suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan

variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :

1. Iklan Televisi

1.1 Penggunaan Media, yaitu pemilihan media yang sesuai yang akan

digunakan untuk iklan. Pengertian persepsi

Karakteristik Responden

c. gambar

3. faktor isi

daya tarik pesan

4. faktor lain

hadiah dll

1. ketertarikan

2. motif pembeli

3. tujuan pembelian

4. tingkat kepuasan

1. usia

2. komplek perumahan

(32)

a. Frekuensi Penayangan, yaitu merupakan intensitas penayangan

iklan,seberapa sering iklan produk susu anak tersebut ditayangkan.

b. Waktu Penayangan, yaitu merupakan durasi lamanya waktu iklan

produk susu anak tersebut ditampilkan.

1.2 Faktor Bentuk, yaitu merupakan hal yang mendukung kejelasan iklan :

a. Penggunaan Bahasa, yaitu pemilihan bahasa yang akan digunakan untuk

iklan sehingga iklan mudah dimengerti dan dipahami konsumen.

b. Warna, yaitu pengaturan warna atau kombinasi warna yang cocok

sehingga menarik dan enak dilihat oleh konsumen.

c. Gambar, yaitu penggunaan gambar yang jelas sehingga dapat dilihat

dengan baik oleh konsumen.

1.3 Faktor Isi, yaitu daya tarik iklan yang merupakan tayangan iklan yang

harus mampu menarik perhatian dan menghasut konsumen untuk

membeli produk iklan.

1.4 Faktor Lain, yaitu dapat berupa pemberian hadiah secara cuma-cuma

atau gratis. Biasanya selama persediaan masih ada atau dalam jangka

waktu tertentu.

2. Pengertian persepsi

2.1 Ketertarikan, yaitu suatu gejala menaruh perhatian, merasa suka, ingin

melihat tayangan iklan produk susu anak sehingga membeli dan

mengkonsumsinya.

2.2 Motif Pembeli, yaitu suatu dorongan atau rasa ingin tahu terhadap

(33)

2.3 Tujuan Pembelian, yaitu untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan,

kebaikan dan keburukan, fungsi dan manfaat serta hasil dari

mengkonsumsi produk susu anak tersebut.

2.4 Tingkat Kepuasan, yaitu suatu respon sampai dimana rasa puas

konsumen atas kualitas atau service (pelayanan) yang diberikan.

3. Karakteristik Responden

3.1 Usia, adalah umur yang dijadikan sampel yaitu ibu-ibu yang

Mempunyai anak balita atau batita di Komplek Taman Setia Budi

Indah (Tasbi).

3.2 Komplek perumahan, adalah pembagian komplek tempat tinggal ibu-

ibu yang memiliki anak balita atau batita.

3.3 Waktu menonton televisi, adalah seberapa sering ibu-ibu menonton

(34)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia,

salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu

sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan

menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses

dimana pesan tersebut dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja,

2002:21).

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media

cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari

pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Massa

dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan

dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya

berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada

khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam

Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang

menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi

secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat

(35)

Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980),

yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada

sejumlah besar orang, dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus

menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio

siaran, dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah,

keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi

massa adalah bioskop (Ardianto, 2004:3).

Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi

massa dalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diperoleh secara massal/tidak

sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.

Banyak defenisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa

ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan

defenisi satu sama lain. Melalui defenisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi

massa, yaitu:

1. Komunikator Terlembagakan

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan

orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu

sama lain dalam sebuah lembaga.

2. Pesan Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu

kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat

umum.

(36)

Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya

menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan

komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan

masyarakat yang berbeda.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran

pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut

hampir bersamaan.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan

sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan

digunakan.

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.

Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,

namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.

7. Stimuli Alat Indra ”Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa.

Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran,

khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film,

menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

(37)

Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan

oleh komunikan (Ardianto, 2004:7).

Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi (Saverin, 2007:4),

perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang

mempunyai tiga ciri yaitu:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan

anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa

mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya

sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang

kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas:

1. Fungsi Pengawasan

Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan

kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya

hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan

punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.

2. Fungsi Social Learning

Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media

massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana

komunikasi massa itu berlangsung.

(38)

Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang

memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat

secara luas dalam waktu cepat.

4. Fungsi Transformasi Budaya

Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan

bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media

massa.

5. Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena

komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada

media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Adapun efek komunikasi massa oleh Lavidge dan Steiner, 1961 terdiri atas enam

langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut: kognitif,

afektif, dan konatif. Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala

sesuatu, afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif berhubungan

dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu (Saverin, 2007:16)

II.2 Televisi Sebagai Media Periklanan

Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber

informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga teknologi

internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi di tempat

tinggalnya. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal

dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak

(39)

disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban

dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi

Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi

utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi

informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi

kebutuhan alamiah manusia (Effendi, 1992:55).

Dalam banyak hal, TV juga memiliki beberapa ciri khusus yang berbeda dari jenis

atau bentuk media lainnya. Sajian gandanya, yaitu gambar dan suara mengantarkan media

ini pada posisi yang khas dan menarik (Muhtadi, 1999:99). Inovasi terpenting yang

terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung

saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui

publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas

(McQuail, 1989:16).

II.3 Periklanan

II.3.1 Defenisi Periklanan

The American Marketing Association (AMA) mengemukakan bahwa iklan adalah

setiap bentuk pemabayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide

gagasan dan layanan yang bersifat non personal atas tanggungan sponsor tertentu (Kasali,

1995 :10), sedangkan Institut Praktisi periklanan Inggris mendefenisikan periklanan

sebagai: “Pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon

pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang

(40)

Jadi dari beberapa defenisi tersebut, dapat ditarik beberapa kesimpulan

bahwasannya iklan merupakan kegiatan yang menyangkut penyampaian pesan mengenai

suatu produk atau jasa yang bersifat komersial, sedangkan periklanan merupakan

kegiatan komunikasi yang menyangkut persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan terhadap iklan itu sendiri. Periklanan dapat juga diartikan sebagai proses

komunikasi secara persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang berupa gagasan,

produk barang atau jasa yang memerlukan biaya dan disebarkan melalui berbagai media.

II.3.2 Tujuan Periklanan

Menurut Rhenald Kasali, aspek terpenting dalam manajemen adalah tujuan.

Tanpa tujuan yang baik tidaklah mungkin untuk mampu mengarahkan dan

mengendalikan keputusan. Tantangan dalam kegiatan periklanan sekarang ini adalah

membawa konsep manajemen efektif pada proses periklanan. Kunci terpenting dari

semuanya adalah penentuan tujuan (Kasali, 1995:45). Jadi hal yang paling mendasar

dalam periklanan adalah bagaimana mengkomunikasikan pesan dengan cara menarik

perhatian khalayak dan mengubah serta mempengaruhi sikap mereka sesuai dengan

keinginan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat dikatakan tujuan dari

periklanan adalah memberikan informasi, membujuk dan mengikat konsumen akan suatu

produk dan disesuaikan dengan teknik atau cara-cara tertentu. Tujuan dari periklanan

juga harus ditentukan dengan baik agar dapat berjalan dengan terarah dan berhasil.

(41)

Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam bisnis yang sifatnya non personal

secara teoritik menjalankan fungsi-fungsi seperti yang dijalankan media massa lainnya.

Fungsi-fungsi periklanan antara lain:

1. Fungsi Pemasaran

Pemasaran berfungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai ataupun pembeli

terhadap barang atau jasa serta gagasan yang diperlukannya. Sebagai fungsi

pemasaran maka iklan berfungsi untuk:

a. Mengidentifikasikan produk dan menjelaskan perbedaannya dengan

produk-produk lain.

b. Mengkomunikasikan informasi mengenai produk lain.

c. Merangsang dan pada akhirnya berakibat pada peningkatan penggunaan

produk.

2. Fungsi Komunikasi

Iklan berisi cerita (kalau tidak dikatakan berita) mengenai suatu produk sehingga

harus memenuhi syarat-syarat pemberitaan. Fungsi komunikasi meliputi:

a. Memberikan penerangan dan informasi mengenai suatu barang, jasa dan

gagasan yang lebih dulu diketahui oleh satu pihak dan dijual kepada pihak

lain agar ikut mengetahuinya.

b. Memberikan pesan mengenai pendidikan dalam arti mempunyai efek

jangka panjang dan mengendapkan suatu gagasan.

(42)

Iklan mengakibatkan khalayak semakin tahu mengenai produk-produk tertentu,

kebutuhan maupun bentuk pelayanan jasa serta memperluas ide-ide yang dapat

mendatangkan keuntungan secara finansial. Bagi konsumen dari segi keuntungan

secara ekonomis, melalui iklan konsumen dapat mengetahui tempat-tempat

penjualan suatu produk yang terdekat dan terjauh sehingga konsumen dapat

menentukan kemana produk akan dibeli (toko, kios, dealer atau agen). Dengan

biaya yang murah, hemat waktu dan uang, maka konsumaen memiliki keuntungan

memiliki suatu produk. Melalui iklan, perusahaan dapat merangsang konsumen

untuk menambah pembelian sehingga perusahaan tersebut dapat meningkatkan

produksinya. Hal ini akan menimbulkan keuntungan secara ekonomis bagi kedua

belah pihak.

4. Fungsi Sosial

Iklan dapat membantu menggerakkan suatu perubahan standar hidup yang

ditentukan oleh kebutuhan manusia diseluruh dunia. Melalui publikasi, iklan

mampu menggugah pandangan orang tentang suatu peristiwa, kemudian

meningkatkan sikap, afeksi yang positif dan mengikuti tindakan pelaksanaan

nyata atau tindakan sosial (Kasali, 1995:45).

II.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Periklanan

Periklanan memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, antara lain:

a. Kelebihan periklanan

1. Periklanan dapat mencapai sejumlah besar pembeli yang tersebar secara

(43)

2. Periklanan memungkinkan penjual mengulang pesan berkali-kali,

sedangkan calon pembeli dapat membandingkan pesan yang diterima dari

beberapa pesaing.

3. Karena sifat publik dari periklanan, konsumen cenderung memandang

produk yang diiklankan sebagai baku dan sah. Pembeli mengetahui bahwa

produk yang diiklankan akan dipahami dan diterima oleh khalayak.

4. Perusahaan yang bersangkutan dapat mendramatisasi produknya lewat

seni menggunakan gambar, cetakan, suara dan warna.

b. Kelemahan periklanan

1. Walaupun dapat menjangkau khalayak yang banyak dengan cepat,

periklanan tidak menyertakan manusia dan tidak dapat membujuk seperti

wiraniaga.

2. Pada umumnya periklanan hanya menyampaikan komunikasi satu arah

dengan pemirsanya dan pemirsa tidak merasa harus memperhatikan dan

memberi reaksi.

3. Periklanan memerlukan biaya mahal. Walaupun beberapa bentuk

periklanan seperti iklan di surat kabar dan radio dilakukan dengan

anggaran kecil, namun bentuk-bentuk iklan seperti iklan televisi

memerlukan anggaran yang besar (Kasali, 1995:45).

II.3.5 Positioning

Menurut David A Aaker dan J. Gary Shanby dalam bukunya “

(44)

Product” (1982), stategi positioning dapat diterapkan melalui:

1. Penonjolan karakteristik Produk.

Disini, pengiklan memilih satu diantara sekian unsur produk yang dapat

ditonjolkan. Konsep ini menegaskan bahwa terlalu banyak atribut yang ingin

ditonjolkan berakibat fatal karena calon pembeli dibuat kacau sehingat akhirnya

tidak menimbulkan simpati. Karakteristik suatu produk dapat dibagi menurut

kriteria:

a. Karakteristik fisik

Penonjolan karakter ini meliputi sifat-sifat fisik suatu produk, seperti suhu,

warna, ketebalan, kehalusan, jarak dan sejenisnya.

b. Karakteristik fisik semu

Karakter ini meliputi sifat-sifat yang bertalian dengan rasa, selera,

simbol-simbol dan sebagainya.

c. Keuntungan konsumen

Keuntungan ini mengacu pada keuntungan yang dapat dinikmati, misalnya

tidak berbahaya bagi kulit, aman bagi anak-anak, tidak berlemak, mudah

dihidangkan dan sebagainya. Keuntungan ini sering juga disebut keuntungan

ekstra.

2. Penonjolan harga dan mutu

Konsumen sering kali mempersepsikan harga sama dengan mutu. Harga yang

tinggi diimbangi dengan mutu yang baik pula. Sementara itu barang-barang yang

harganya rendah seringkali dipersepsikan tidak bermutu. Tidak selamanya benar

(45)

dengan produk dengan harga yang tinggi. Namun demikian, sesungguhnya jalan

pikiran sedemikian memang sudah tercetak dalam kerangka berpikir konsumen.

Dalam konsep positioning, produk yang harganya tinggi perlu diimbangi dengan

adanya bagian riset dan pengembangan untuk meningkatkan mutu produk. Tanpa

itu, posisi yang telah dicapai akan mudah digeser pesaing, dan segera lenyap dari

peredaran.

3. Penonjolan Penggunaannya

Cara lain adalah dengan mengaitkannya dengan penggunaan produk. Bisa saja

suatu produk memiliki fungsi yang sama dengan produk pesaingnya, namun

penonjolan yang berbeda dapat meningkatkan keunggulan produk tersebut

dibandingkan pesaingnya.

4. Positioning menurut pemakaiannya

Strategi yang sering digunakan disini adalah dengan penggunaan model, terutama

artis yang terkenal sebagai bintang iklan ataupun perwakilan produknya. Artis ini,

diharapkan dapat meningkatkan posisi produk tersebut dibandingkan produk

sejenis, sekaligus untuk memudahkan daya ingat konsumen pada produk tersebut

dibandingkan produk sejenis, sekaligus untuk memudahkan daya ingat konsumen

pada produk tersebut. Untuk Iklan Enfagrow+ menggunakan model sosok anak

balita yang cerdas, aktif dan lucu.

5. Positioning menurut Kelas Produk

Strategi ini sering dilakukan produk tertentu yang “terjepit” dengan strategi

(46)

umum dilakukan dengan menempatkan produknya sebagai alternatif dari produk

saingannya. Produk Enfagrow+ menawarkan produk makanan dan susu bayi yang

tidak terkalahkan dari para produsen produk bayi lainnya.

6. Positoning dengan menggunakan simbol-simbol budaya

Penggunaan simbol-simbol budaya dimaksudkan untuk menciptakan citra yang

berbeda di mata calon pembeli terhadap produk para pesaing. Strategi ini

mengupayakan identifikasi atas sejumlah simbol yang memiliki arti peting bagi

calon pembeli, namun tidak digunakan oleh para pesaing.

7. Positioning langsung terhadap pesaing

Penggunaan pesaing sebagai acuan positioning sering juga disebut sebagai

periklanan kreatif. Namun sering pula cara ini tidak berjalan mulus. Ini

dikarenakan orang-orang kreatif dalam dunia periklanan sering terjebak untuk

saling menyerang dan membalik badannya menumpang pada pesaing yang tengah

memposisikan dirinya (Kasali, 1992:155).

II.4. Bentuk-bentuk Iklan Televisi

Menurut Widjaja (2000:25), bentuk-bentuk iklan televisi sangat tergantung pada

bentuk siarannya, apakah merupakan bagian dari suatu kongsi atau sindikat, jaringan

lokal, kabel atau bentuk lainnya.

Ada beberapa bentuk-bentuk di televisi, antara lain:

a. Pensponsoran

Banyak sekali acara televisi yang penayangan dan pembuatannya dilakukan atas

biaya sponsor atau pengiklan. Pihak sponsor bersedia membiayai seluruh biaya

(47)

bagi para pemirsa, khususnya karena peranan pengiklan yang benar-benar

menjaga mutu dan isi program serta siaran sponsornya.

b. Partisipasi

Bentuk iklan ini memiliki sedikit perbedaan dari bentuk iklan lainnya, namun

akan dapat mengurangi beban biaya dan resiko. Melalui iklan sepanjang 15, 30

atau 60 detik, iklan dapat disisipkan diantara satu atau beberapa acara (spots).

Baik untuk acara tetap maupun tidak tetap, pengiklan dapat membeli waktu yang

tersedia. Pendekatan ini lebih fleksibel karena dapat memilih jangkauan pasar

khalayak sasaran, jadwal dan anggaran.

c. Spot Announcements

Bentuk ketiga dari siaran televisi adalah mengacu pada pengertian bahwa

announcements iklan tersebut ditempatkan pada pergantian acara. Iklan spot

10,20,30 atau 60 detik dijual di stasiun-stasiun, baik untuk pengiklan lokal

maupun nasional. Pengiklan lokal biasanya cenderung memanfaatkan bentuk

iklan ini.

d. Public Service Announcements

Ini adalah bentuk iklan layanan masyarakat yang biasanya ditempatkan

ditengah-tengah suatu acara. Iklan layanan masyarakat biasanya dimuat atas permintaan

dari pemerintah ataupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk

menggalang solidaritas masyarakat terhadap suatu peristiwa/masalah sosial.

Dalam kondisi pasar yang memiliki banyak sekali pilihan, satu-satunya Sumber

(48)

manusia maka sebuah iklan harus memuat pesan yang sederhana serta memiliki

daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

II.5. Teori AIDDA

Seperti yang disampaikan Wilbur Schram (1997), the condition of success in

communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu

pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan memperhatikan :

a) Pesan harus dirancang dan disampaikan sehingga menarik.

b) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman antara

komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.

c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.

d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan.

Jadi., langkah pertama yang harus dilakukan, adalah bagaimana caranya kita bisa

harus bisa menarik perhatian komunikan. Buat supaya komunikan tertarik untuk lebih

ingin tahu mengenai isi pesannya. Penyajian pesan bisnis agar menarik, jelas pada

awalnya, tergantung pada packaging pesan sesuai media yang digunakan.

Saat kita menggunakan media cetak misalnya, usahan pesan bisnis yang kita

sampaikan sajiannya menarik. Baik dari segi content, maupun tampilan secara

keseluruhan. Bisa diakali dengan pemilihan font ( jenis huruf ), warna ataupun design

grafis secara keseluruhan.

Sehubungan dengan uraian di atas, mengenai persepsi ibu rumah tangga terhadap

iklan Enfagrow+, maka model yang juga dipandang mendekati permasalahan penelitian

(49)

a. Attention (perhatian)

Dalam tahap ini, kegiatan mulai dilakukan dengan maksud untuk menumbuhkan

perhatian khalayak terhadap iklan.

b. Interest (ketertarikan)

Ini adalah tahap kedua, di mana khalayak tidak saja menaruh perhatian kepada

iklan, tetapi juga mulai tertarik atau berminat.

c. Desire (hasrat/keinginan)

Dalam tahap ini khalayak telah mempunyai motivasi untuk memiliki produk

iklan.

d. Decision (keputusan)

Pada tahap ini sikap sesungguhya khalayak terhadap produk iklan mulai terlihat.

Di tahap ini juga konsumen mengambil keputusan untuk menyukai atau

membenci hal tersebut.

e. Action (tindakan)

Ini merupakan tahap akhir dari formula ini. Pada tahap ini tercermin action atau

tindakan kahalayak untuk memakai, mengkonsumsi atau menggunakan produk

iklan (Kurniawati, 2005 : 19).

II.6 Persepsi

II.6.1 Istilah persepsi

Public Perseption dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan

(50)

persepsi dialih bahasakan dengan “pendapat“. Dalam Ilmu Komunikasi terdapat istilah

lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan “hubungan masyarakat“,

dalam hal ini public diterjemahkan dengan “masyarakat“, sedangkan relations

diterjemahkan dengan “hubungan“.

Adapun cara mengetahui adanya persepsi publik, dapat diketahui pada tahun

1963, Indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat. Di radio, surat

kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah dan lain-lain orang

membicarakan tentang Irian Barat. Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung

kepada pendapat bahwa Irian Barat adalah milik pemerintah Indonesia, oleh karena itu

bangsa Indonesia wajib merebutnya kembali, dan hal inilah yang menjadikan bahwa

pendapat-pendapat itu sangatlah penting dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan

bersama. Gejala demikian biasanya disebut public Perseption atau persepsi publik.

Adapun dari gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa adanya pengertian tentang

pendapat itu sama dengan Perseption, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut Cutlip

dan Center (Sastropoetro, 1990):

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat.

c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Adapun ciri-ciri tersebut misalnya pendapat mengenai demonstrasi atau unjuk

pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan dalam berbagai media massa

terutama surat kabar dan radio. Pendapat-pendapat tersebut akhirnya merupakan suatu

(51)

dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Akhirnya aksi-aksi yang digerakkan oleh mahasiswa

itu mempunyai pendukung yang lebih besar.

II.6.2 Pengertian persepsi publik

Persepsi yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban

terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu.

Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990:41), persepsi adalah suatu

ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. persepsi

timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan

pendapat yang berbeda-beda.

Menurut Bernard Berelson mengemukakan bahwa dengan pendapat publik

diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan

atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial

yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan dalam

negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok etnik

(Sastropoetro, 1990:55).

Menurut Emory. S. Bagardus (1984), bahwa publik adalah sejumlah orang yang

dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau

setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Sunarjo,

1984:20).

Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya “Effective Public Relation”, persepsi

publik adalah suatu hasil penyatuan dari pendapat individu-individu tentang masalah

Gambar

Tabel Penduduk/Warga Komplek Taman Setia Budi Indah Menurut Mata Pencaharian
Figur balita cerdas dalam tayangan iklan Enfagrow+ ini dibintangi oleh sosok
Tabel 5 Usia/Jenis Kelamin Responden
Tabel 6 Komplek Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden yaitu hampir duapertiga dari kelompok responden memiliki tingkat pendidikan SD, Keberhasilan

[r]

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi logistik untuk melihat apakah ada pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi pada penurunan atau

- Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dampak ekonomi dari pencemaran udara terhadap kesehatan di Indonesia menggunakan data tahun 2011.. Indikator pencemaran udara

Tongkol jagung yang sudah Gambar 2. Pengayakan

– Sifat obyek: Terlalu besar, terlalu kecil, gerakan terlalu lambat, Gerakan terlalu cepat, terlalu kompleks, bunyi-bunyi yang dipelajari terlalu halus, rintangan-rintangan

belum memberikan perubahan yang signifikan dalam penanggulangan terorisme di Indonesia, maka program deradikalisasi perlu diperluas lagi, dari yang hanya menyentuh

Pada diagram tersebut, aktor berinteraksi dengan use case untuk menulis, menghapus, mengganti slide, membuka file dan menyimpan slide. Gambar 3.4 Use Case Diagram Aplikasi