• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Dan Peran Bidan Desa Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Dan Peran Bidan Desa Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 1

TERHADAP KINERJA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN

KEBIDANAN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

T E S I S

Oleh

ROSTIANNA PURBA

077012018/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

T E S I S

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kebijakan dan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSTIANNA PURBA

077012018/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 3

BIDAN DESA TERHADAP KINERJA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEBIDANAN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Nama Mahasiswa : Rostianna Purba Nomor Induk Mahasiswa : 077012018

Program Studi : Master Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. dr. Delfi Lutan, MSc. Sp.OG) (dr. Yusniwarti Yusad, MSi)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, Sp.OG Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, MSi

(5)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 5

PENGARUH KARAKTERISTI K DAN PERAN BIDAN DESA TERHADAP KINERJA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN

KEBIDANAN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2009

(6)

446 per 100.000 kelahiran hidup (KH), masih lebih tinggi dari AKI Propinsi Sumatera Utara dan AKI secara nasional. Salah satu penyebabnya tingginya AKI di Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu kinerja bidan dalam pelayanan kebidanan masih rendah.

Jenis penelitian ini survei analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik (umur, masa kerja, tempat tinggal, pengetahuan, sikap, motivasi, loyalitas, pengawasan) dan peran bidan (penyuluhan, rujukan, dan kolaborasi/ kerjasama) terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan kebidanan. Penelitian dilaksanakan di 5 (lima) puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu Puskesmas Pandan, Poriaha, Sitahuis, Tukka, dan Kolang dengan populasi 207 orang dan sampel diperoleh 75 orang. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja bidan desa sebagian besar dalam kategori kurang baik (53,3%), selebihnya baik (46,7%). Uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan desa yaitu tempat tinggal dengan odds rate (OR) 23,823(5,204-109,059), masa kerja dengan OR 10,717(2,333-49,223), dan kolaborasi / kerjasama dengan OR 4,968(1,186-20,804), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh yaitu umur, pengetahuan, sikap, motivasi, loyalitas, pengawasan, penyuluhan, dan rujukan. Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan kebidanan yaitu variabel tempat tinggal, sedangkan yang paling kecil pengaruhnya adalah kolaborasi.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah membuat pelatihan dan kursus secara kontinu, menempatkan tenaga bidan desa agar mempertimbangkan daerah asal bidan dan tenaga bidan yang telah mengikuti magang minimal 6 bulan, melakukan kegiatan supervisi dan evaluasi lebih intensif sehingga dapat meningkatkan kinerja bidan dalam menerapkan standar pelayanan kebidanan.

(7)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 7

ABSTRACT

The Maternal Mortality Rate in Tapanuli Tengah District in 2007 was 446 per 100.000 life births and this rate is still higher than those of the Province of Sumatera Utara and national level. One of the causes of higher of maternal mortality in Tapanuli Tengah District was that the performance of the midwives in midwifery service which is still low.

The purpose of this analytic survey study is to analyze the influence characteristic age, length of service, residence, knowledge, attitude, motivation, loyalty, control, extension, reference, and collaboration/cooperation on the performance of the midwives in midwifery service. This study was conducted in 5 (five) Health Centers in Tapanuli Tengah District such as the Health Centers of Pandan, Poriaha, Sitahuis, Tuka, and Kolang with the population 207 persons and the samples of 75 persons. The data was obtained were analyzed through with Chi Square test and multiple logistic regression test.

The result of this study showed that most of the performance of rural midwives was in poor category (53.3%) and the rest was in good category (46.7%). The result of multiple logistic regression test showed that the variables which had significant influence on the performance of rural midwives were residence, with odds rate (OR) 23.823 (5.204-109.059), length of service with OR 10.717 (2.333-49.223), and collaboration/cooperation with OR 4.968 (1.186 -20.804). While the variables that do not have any influence on the performance of rural midwives were age, knowledge, attitude, motivation, loyalty, control, extension, and reference. The biggest influence the performance of the midwifery service was residence and the variable with the least influence on the performance of the midwives in midwifery service is collaboration/cooperation.

It is suggested that District Health Office of Tapanuli Tengah District could provide continuous trainings and courses, assign a rural midwife by considering the midwife’s place of origin and whether or not the midwife has been in an apprentice program for at least 6 (six) months, do a more intensive supervision and evaluation ha can improve the performance of the rural midwives in applying the standard midwifery service.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas segala Berkat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

dengan judul “Pengaruh Karakteristik dan Peran Bidan Desa terhadap Kinerja

dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan di Kabupaten Tapanuli Tengah.”

Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan, namun demikian penulis menyadari bahwa penulisan ini

tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang tidak terhingga kepada: Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, Sp.OG,

selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Yusniwarti Yusad, MSi, selaku

Pembimbing Kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam

memberikan bimbingan, arahan, petunjuk sepenuhnya, sehingga sampai selesainya

penulisan tesis ini.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

(9)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 9

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara Medan.

3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Sekretaris Program Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, Komisi Penguji yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Asfriyati, SKM, M.Kes, selaku Komisi Penguji yang telah memberi masukan

dalam penyempurnaan tesis ini.

7. H. Simanjuntak, SKM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah

beserta jajarannya yang telah membantu dan memberikan izin penelitian.

8. Seluruh staf pengajar Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Ayahanda, ibunda, kakanda, dan adinda yang tidak pernah berhenti memberikan

dukungan pada penulis, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

tidak terhingga karena berkat do’a dan restu mereka, penulis dapat menyelesaikan

(10)

10.Teristimewa untuk suami dan anak-anak tercinta yang penuh pengertian,

kesabaran, pengorbanan dan do’a serta selalu memberikan motivasi pada penulis

sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

11.Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan masukan dan saran serta

kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan

harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,

dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2009

(11)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 11

RIWAYAT HIDUP

Rostianna Purba, lahir pada tanggal 15 Mei 1965 di Sidikalang, anak keempat

dari tujuh bersaudara dari pasangan ayahanda D. Purba dan ibu almarhum J. Saragih.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri

selesai tahun 1979, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Sumbul, tahun 1982,

SMA Kartika Candra Kirana Surabaya, selesai tahun 1985, Akademi Keperawatan

Darma Agung Medan, selesai 1989, Akta IV Pendidikan di STKIP Riama Medan

selesai tahun 1999.

Mulai bekerja sebagai guru honor di SPK Dairi Sidikalang tahun 1992 sampai

dengan 1993, sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai staf di Dinas Kesehatan

Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 1993 sampai dengan 1996. Sebagai guru SPK

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 1996 sampai dengan 2007 dan sebagai

staf pengajar di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah

tahun 2007 sampai dengan sekarang.

Pada tanggal 21 Juni 1989, penulis menikah dengan M.T. Sinaga anak dari

Bapak almarhum K. Sinaga dan ibu Almarhum T. Sitohang, dan dari pernikahan

tersebut dikaruniai satu putra dan lima putri.

Tahun 2007, penulis mengikuti pendidikan lanjutan di S-2 Program Studi

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

(12)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

2.2. Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan ... 14

2.3. Landasan Teori ... 33

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 41

3.6. Metode Pengukuran ... 43

3.7. Metode Analisis Data ... 50

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Kabupaten Tapanuli Tengah ... 53

4.2. Analisa Univariat ... 60

4.3. Analisa Bivariat ... 65

(13)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 13

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Kinerja Bidan Desa dalam Pelayanan Kebidanan ... 73

5.2. Pengaruh Karakteristik Bidan Desa terhadap Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan Kebidanan ... 76

5.3. Pengaruh Peran Bidan Desa terhadap Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan Kebidanan ... 81

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 85

6.2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penelitian ... 39

3.2. Metode Pengukuran Variabel Independen (Karakteristik

Bidan Desa dan Peran Bidan Desa ... 49

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 50

4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kecamatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008 .. 54

4.2. Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan Pegawai Pada Puskesmas

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008 ... 59

4.3. Distribusi Tenaga Bidan Desa di Puskesmas Kabupaten

Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 60

4.4. Distribusi Karakteristik Responden (Umur, Masa Kerja,

Tempat Tinggal, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi) di

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 61

4.5. Distribusi Peran Bidan Desa (Penyuluhan, Rujukan,

Kolaborasi) di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 63

4.6. Distribusi Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan Kebidanan di

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 64

4.7. Pengaruh Karakteristik Bidan Desa (Umur, Masa Kerja,

Tempat Tinggal, Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Kepemimpinan dan Pengawasan) Terhadap Kinerja Bidan

Desa di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 67

4.8. Pengaruh Peran Bidan Desa (Penyuluhan, Rujukan, Kolaborasi / Kerjasama) Terhadap Kinerja Bidan Desa di

(15)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 15

Nomor Judul Halaman

4.9. Hasil Uji Regresi Logistik Tahap Pertama Pengaruh Karakteristik dan Peran Bidan Desa Terhadap Kinerja Bidan

Desa ... 71

4.10. Hasil Uji Regresi Logistik Tahap Kedua Pengaruh Karakteristik dan Peran Bidan Desa Terhadap Kinerja Bidan Desa ...

(16)

DAFTAR BAGAN

Nomor Judul Halaman

(17)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 17

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 92

2. Tabel Ujicoba Kuesioner ... 102

3. Tabel Master Data Penelitian ... 105

4. Output SPSS ... 108

5. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ... 127

(18)

RIWAYAT HIDUP

Nama : ROSTIANNA PURBA

Tempat/Tgl. Lahir : Pangantaran, 15 Mei 1965

Agama : Kristen Protestan

Status : Sudah Menikah

Jumlah anak : 6 orang.

Alamat : Jl. Zainul Arifin No. 14 A Sibolga

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1973-1979 : SD Negeri No. 1 Hutamanik

2. Tahun 1979-1982 : SMP Negeri Sumbul Sidikalang

3. Tahun 1982-1985 : SMA Persit Candra Kirana Surabaya

4. Tahun 1985-1989 : Akper Darma Agung

5. Tahun 1997-1999 : Program D-IV Pendidikan

STKIP Riama Medan

6. Tahun 2007-2009 : Pascasarjana USU Medan Program Studi

Administrasi

Dan Kebijakan Kesehatan

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 1992 – 1993 : Guru Perawat Sidikalang

2. Tahun 1993 – 1996 : Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah

3. Tahun 2006 – 2007 : Guru SPK Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah

4. Tahun 2007 – Sekarang : Dosen Akademi Perawatan Pemerintah Kabupaten

(19)
(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator pelayanan kesehatan ibu di

suatu negara, bila AKI masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik,

sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Pengalaman

di negara maju dan berkembang menunjukkan intervensi medik dapat menurunkan

AKI sampai dengan 50% (Affandi, 2000).

Tingginya angka kematian ibu menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi ibu

masih memprihatinkan. World Health Organization (WHO) melaporkan hampir

700.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Di

negara-negara maju angka kematian ibu per tahun hanya 27 per 100.000 kelahiran hidup

sedangkan di negara-negara berkembang angka kematian ibu rata-rata mencapai 480

per 100.000 kelahiran hidup (Tobing, 2005).

Angka Kematian Ibu di negara-negara Association Of South East Asian

Nation (ASEAN) pada tahun 2005, di Malaysia 36 per 100.000 kelahiran hidup,

Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, dan Vietnam 160 per 100.000 kelahiran

hidup (Gusedy, 2007).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003,

angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran

(21)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 21

sebab (Depkes RI, 2005). Pada tahun 2004, angka kematian ibu yaitu 270 per

100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun

2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007 yaitu 248 per 100.000

kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target millennium development goals

(MDGs) tahun 2015 yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup (Harsono, 2008).

Kematian ibu serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar

persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang profesional. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia meningkat dari tahun 2005

yaitu 72,37% menjadi 76,40% pada tahun 2006 (Depkes RI, 2007).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi tahun 2006 dengan

cakupan tertinggi adalah Provinsi Bali (90,14%), Jawa Tengah (86,20%), Jawa Timur

(85,91%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (30,78%),

Lombok (41,23%), Irian Jaya Barat (55,46%), dan Maluku Utara (57,76%). Cakupan

pertolongan persalinan di Provinsi Sumatera Utara yaitu 77,01%, angka cakupan

tersebut masih rendah dibanding target nasional yaitu 80%.

Data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 menunjukkan

bahwa angka kematian ibu terjadi penurunan selama 5 tahun yaitu pada tahun 2002

sebanyak 360 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2003 sebanyak 345 per 100.000

kelahiran hidup, tahun 2004 sebanyak 330 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2005

sebanyak 315 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2006, sebanyak 315 per

(22)

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2007 bahwa

pada delapan tahun terakhir angka absolut dengan besaran berfluktuasi dan selama 3

tahun terakhir terjadi peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah kematian ibu sebesar 42

dari 5.557 kelahiran hidup (755 per 100.000 kelahiran hidup), lebih besar 2 kali AKI

nasional tahun 2006 (330 per 100.000 KH). Sedangkan pada tahun 2007 sudah

menurun menjadi 446 per 100.000 KH, akan tetapi masih lebih besar jika

dibandingkan dengan angka nasional yaitu 248 per 100.000 KH. Target AKI di

Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2015 yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup

(Dinkes Kabupaten Tapanuli Tengah).

Masih tingginya angka kematian ibu dan bayi disebabkan banyak faktor, salah

satunya rendahnya kinerja bidan terutama di wilayah pedesaan. Data Badan Pusat

Statistik (BPS) tahun 2005 menunjukkan bahwa hanya 30.236 dari 69.957 desa atau

kurang dari 50% desa di Indonesia yang memiliki bidan desa. Jumlah bidan seluruh

Indonesia adalah 68.672 orang. Departemen Kesehatan sedang mempersiapkan

30.000 bidan lagi untuk daerah tertinggal dan sangat tertinggal. Para bidan ini akan

bekerja sebagai kader di seluruh Indonesia dan telah ditargetkan 48.000 desa pada

tahun 2007 akan mempunyai bidan desa yang diprakarsai oleh Ikatan Bidan Indonesia

(IBI) (Depkes RI, 2007a).

Dari data Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, jumlah bidan di

Sumatera Utara sebanyak 6.246 orang. Dari jumlah tersebut, rasio jumlah bidan 3

orang per 100.000 penduduk, sedangkan Standar Nasional Indonesia Sehat 2010 rasio

(23)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 23

Jumlah bidan seluruhnya di Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 336 orang,

sebanyak 207 diantaranya adalah bidan desa. Dari jumlah bidan desa tersebut,

sebanyak 114 orang (44,92%) tidak tinggal di desa (polindes). Hal ini menyebabkan

timbul permasalahan bagi ibu hamil dan bersalin jika ingin memeriksakan

sewaktu-waktu, sehingga banyak ibu hamil dan bersalin lebih memilih memanfaatkan dukun

bayi dibandingkan tenaga bidan desa (Dinkes Kabupaten Tapanuli Tengah, 2008).

Survei pendahuluan yang penulis lakukan di 5 (lima) Wilayah Kerja

Puskesmas diantara 17 Puskesmas yang ada yaitu Puskesmas Pandan, Puskesmas

Poriaha, Puskesmas Sitahuis, Puskesmas Tukka, dan Puskesmas Kolang, ditemui ibu

lebih memilih melahirkan (bersalin) pada dukun bayi daripada ditolong oleh tenaga

bidan. Alasan yang dikemukakan adalah ibu memilih untuk persalinan secara

tradisional, dukun bayi lebih dikenalnya, biayanya murah dan dapat dibayar dengan

hasil pertanian atau hasil laut, serta dukun bayi memberikan perawatan pasca

persalinan sampai dengan 40 hari. Sedangkan alasan ibu tidak melakukan persalinan

pada bidan desa karena bidan desa tidak tinggal di desa / polindes tersebut sehingga

bila ingin mendapatkan pelayanan persalinan selama 24 jam tidak terpenuhi. Hal ini

menunjukkan bahwa kinerja bidan desa belum optimal.

Rendahnya kinerja bidan desa dalam upaya menurunkan angka kematian ibu

di Kabupaten Tapanuli Tengah diasumsikan berhubungan dengan faktor internal

bidan desa itu sendiri (karakteristik) yaitu umur, masa kerja, tempat tinggal,

pengetahuan, sikap, motivasi, dan faktor organisasi yaitu loyalitas, dan pengawasan.

(24)

kemampuan, jarangnya dilakukan penyuluhan kesehatan pada ibu hamil/bersalin,

kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah

kegawatdaruratan persalinan sehingga menyebabkan keterlambatan melakukan

rujukan, serta kurang melakukan kolaborasi / kerjasama dengan klien, keluarga, dan

dukun bayi.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan pada

penelitian ini yaitu: Apakah karakteristik bidan desa (umur, tingkat masa kerja,

tempat tinggal, pengetahuan, sikap, motivasi, loyalitas, dan pengawasan), dan peran

bidan desa (penyuluhan, rujukan, dan kolaborasi/kerjasama) memengaruhi kinerja

bidan desa dalam memberikan pelayanan kebidanan di Kabupaten Tapanuli Tengah

tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh karakteristik bidan desa dan peran bidan desa

terhadap kinerja dalam memberikan pelayanan kebidanan di Kabupaten Tapanuli

Tengah tahun 2009.

1.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

(25)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 25

2. Masa kerja bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan

kebidanan.

3. Tempat tinggal bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan

kebidanan.

4. Pengetahuan tentang bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan

pelayanan kebidanan.

5. Sikap terhadap profesi bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan

pelayanan kebidanan.

6. Motivasi bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan

kebidanan.

7. Loyalitas memengaruhi kinerja bidan desa dalam memberikan pelayanan

kebidanan.

8. Pengawasan memengaruhi kinerja bidan desa dalam memberikan pelayanan

kebidanan.

9. Peran bidan desa dalam melakukan penyuluhan memengaruhi kinerja bidan desa

dalam memberikan pelayanan kebidanan.

10.Peran bidan desa dalam melakukan rujukan memengaruhi kinerja bidan desa

dalam memberikan pelayanan kebidanan.

11.Peran bidan desa dalam melakukan kolaborasi/kerjasama memengaruhi kinerja

(26)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada Bidan Koordinator KIA Kabupaten, Bidan

Koordinator KIA Puskesmas, dan Kepala Puskesmas dalam mengevaluasi dan

meningkatkan kinerja bidan desa.

2. Menambah pengalaman dan mengembangkan wawasan penulis dalam rangka

melaksanakan suatu penelitian, serta sebagai bahan informasi dan

(27)

27

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bidan dan Bidan Desa

2.1.1. Pengertian Bidan dan Bidan Desa

Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM)

yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan

diakui oleh WHO dan Federation of InternationalGynecologist Obstetrition

(FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional

/ Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan

Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah

seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di

negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk

didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan

(Depkes RI, 2007b).

Secara profesional, seorang bidan dituntut mempunyai keterampilan dalam

memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu dalam kurun waktu masa reproduksi

dan bayi baru lahir. Bidan mempunyai peran sebagai pelaksana, sebagai pengelola

sebagai pendidik, dan sebagai peneliti/investigator (Sofyan, 2006).

Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa,

mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa, dan dalam melaksanakan tugas

(28)

bertanggungjawab yang telah disebarluaskan ke seluruh propinsi dengan Surat

Edaran Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat No. 429/Binkesmas/DJ/III/89

Pada Tanggal 29 Maret 1989 (Sofyan, 2006).

2.1.2. Pelayanan Bidan Desa

2.1.2.1. Pelayanan Bidan

Pelayanan adalah suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan

pertolongan, bimbingan, pendidikan, perlindungan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik.

Secara luas pelayanan mencakup fungsi pengembangan menyangkut bidang

pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, maupun bentuk-bentuk pelayanan

umum lainnya. Dalam penelitian ini pelayanan yang diberikan dikhususkan dalam

bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Bidan di desa / kecamatan dalam

upaya peningkatan masyarakat.

Menurut Azwar (2004) pelayanan kesehatan yang terdapat dalam

masyarakat secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yaitu: 1)Pelayanan

Kesehatan tingkat I, pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan

yang bersifat dasar, 2)Pelayanan kesehatan tingkat II, pelayanan kesehatan yang

lebih mengutamakan pelayanan spesialis satu bahkan kadang-kadang pelayanan

sub-spesialisasi tetapi terbatas, 3)Pelayanan kesehatan tingkat III, pelayanan

(29)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 29

Dari hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan oleh bidan desa cenderung dalam pelayanan tingkat dasar pertama.

Selain membantu penurunan angka kematian dan peningkatan kesehatan ibu dan

anak termasuk keluarga berencana. Bidan desa juga membantu memberikan

pengobatan pertama pada desa juga membantu memberikan pengobatan pertama

pada masyarakat yang membutuhkan pertolongan dalam pelayanan kesehatan

sebelum pasien mendapat pertolongan yang lebih efisien di rumah sakit.

2.1.2.2. Tujuan Penempatan Bidan di desa

Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan

mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan Posyandu

dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka

kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku hidup sehat.

Seorang bidan mempunyai tugas/peran secara mandiri, kolaborasi atau

rujukan. Demikian juga yang berlaku bagi bidan desa disamping mempunyai tugas

utama secara mandiri untuk menangani kesehatan ibu hamil, bersalin dan bayi,

maupun memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu dan masyarakat. Peran

kolaborasi / kerjasama bidan desa dalam hal ini bekerjasama dengan dukun bayi.

Selain itu bidan berperan sebagai perpanjangan tangan unit pelayanan kesehatan

yang lebih tinggi, artinya apabila suatu masalah kesehatan di masyarakat tidak

mampu ditangani oleh bidan desa akibat keterbatasan fasilitas/peralatan medis,

tenaga serta kemampuan, maka dianjurkan untuk merujuk ke pelayanan kesehatan

(30)

Secara khusus tujuan penempatan bidan desa adalah : 1)Meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, 2)Meningkatkan cakupan

pelayanan kesehatan, 3) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan

persalinan, perawatan nifas dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi, 4)

Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan,

persalinan dan perinatal, 5)Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan

diare, 6)Meningkatnya kemampuan keluarga untuk sehat dengan membantu

pembinaan kesehatan masyarakat, 7) Meningkatnya peran serta masyarakat

melalui pendekatan PKMD termasuk gerakan Dana Sehat (Depkes RI, 2002).

2.1.2.3. Kedudukan Bidan Desa

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), diuraikan

bahwa bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta

bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa.

Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat desa.

2.1.2.4. Tugas Pokok Bidan di Desa

Tugas pokok seorang bidan di suatu desa adalah sebagai berikut:

1)Melaksanakan kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas

masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan

diberikan, 2)Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya

(31)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 31

2.1.2.5. Fungsi Bidan di Wilayah Kerjanya

Fungsi seorang bidan desa di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:

1)Memberikan pelayanan kesehatan meliputi asuhan kehamilan, asuhan

persalinan, asuhan bayi baru lahir, perawatan anak balita, pelayanan keluarga

berencana (kontrasepsi), 2)Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

di rumah-rumah, 3) Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam

bidang kesehatan, yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat,

4)Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi,

5)Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan, 6)Membina kerja sama

lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat, 7)Melakukan

rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam

keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya, 8) Mendeteksi

secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta

adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan

(Depkes RI, 2002).

2.1.2.6. Wewenang Bidan di Desa

Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 572/Menkes/ RI/1996

menjelaskan bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk

memberikan pelayanan KIA, Keluarga Berencana dan pelayanan kesehatan

masyarakat. Dengan melihat ketentuan tersebut, maka baik bidan PNS (Pegawai

(32)

kesehatan mempunyai kewenangan yang sama khususnya dalam bidang

kesejahteraan ibu dan anak. Perbedaannya terletak pada status kepegawaian dan

penggajiannya (Depkes RI, 1996).

Wewenang bidan yang bekerja di desa sama dengan wewenang yang

diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini diatur dengan peraturan Menteri

Kesehatan (Depkes RI, 1997). Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :

1. Wewenang umum

Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat

dipertanggungjawabkan secara mandiri.

2. Wewenang khusus

Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan

pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang

diberikan wewenang tersebut.

3. Wewenang pada keadaan darurat

Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan

penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan profesi. Segera setelah

melakukan tindakan darurat tersebut, bidan diwajibkan membuat laporan ke

Puskesmas di wilayah kerjanya.

4. Wewenang tambahan

Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan program pemerintah

(33)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 33

2.2. Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan

2.2.1. Kinerja Bidan Desa

2.2.1.1. Pengertian Kinerja

Menurut Ilyas (2003) kinerja (performance) adalah penampilan hasil karya

personel dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Soeprihanto (1996), kinerja

adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

suatu organisasi. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Kinerja adalah prestasi atau kemampuan yang dicapai oleh seseorang

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya dan sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan untuk mencapai suatu

tujuan didalam organisasi (Mangkunegara, 2005).

Dengan demikian kinerja dapat diartikan sebagai proses atau cara untuk

menghasilkan/menjalankan suatu tindakan tertentu. Namun kinerja juga dapat

diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan, baik oleh individu, kelompok, ataupun

program tertentu. Sebagai contoh, kinerja seorang buruh harian di sebuah pabrik

rokok dapat dilihat dari produktivitas buruh tersebut, misalnya berupa jumlah

batang rokok yang dibuatnya seharian. Sebagai contoh, dapat saja kinerja bidan

desa di suatu polindes cukup baik, namun cakupan program kerja polindes di

wilayah kerjanya ternyata masih rendah. Keadaan ini dapat terjadi karena kinerja

bidan desa di suatu polindes tidak hanya ditentukan oleh seorang petugas, namun

(34)

2.2.1.2. Pengukuran Kinerja

Menurut Rao (1986) bahwa kriteria umum yang digunakan untuk

mengukur kinerja seseorang adalah dari segi: kualitas, kuantitas, waktu yang

digunakan, jabatan, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan tugas. Dalam

pengukuran kinerja Rao menggolongkan pekerjaan menjadi dua jenis yaitu

1)Pekerjaan produksi, dimana secara kuantitatif orang dapat membuat standar

yang objektif, dimana hasil produksi dapat dihitung dan mutunya dapat dinilai

melalui suatu pengujian. 2) Pekerjaan non produksi, dimana ukuran sukses

seseorang dalam tugasnya diperoleh melalui pertimbangan yang subjektif.

Pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui penilaian oleh atasan, teman,

peneliti, atau diri sendiri dengan tingkat pencapaian, inisiatif, loyalitas dan kerja

sama dalam kelompok, disiplin, dan kesadaran akan pengembangan diri. Tujuan

penilaian kinerja pegawai adalah untuk memudahkan proses pemberian imbalan

dan hukuman, mengidentifikasi petugas untuk mendapatkan penelitian yang lebih

tinggi dan membimbing tumbuh kembangnya kinerja secara individu.

Penilaian kinerja dapat diukur menggunakan beberapa metode pengukuran.

Metode penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu :

1. Penilaian teknik essai

Penilaian menuliskan deskripsi tentang kelebihan dan kekurangan seorang

personel yang meliputi prestasi, kerja sama dan pengetahuan personel tentang

pekerjaannya. Dalam penilaian ini atasan melakukan penilaian secara

(35)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 35

dilakukan analisis secara mendalam, tetapi teknik ini memakan waktu banyak

dan sangat tergantung kepada kemampuan penilai.

2) Penilaian komparasi

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan hasil pelaksanaan

pekerjaan seorang personel dengan personel lain yang melakukan pekerjaan

sejenis.

3) Penilaian daftar periksa (checklist)

Checklist berisi komponen yang dikerjakan seorang personel yang dapat

diberi bobot “ya” dan “tidak “, atau bobot persentase penyelesaian pekerjaan

yang bersangkutan.

4) Penilaian langsung ke lapangan

Penilaian dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap

personel yang bekerja. Hasil penilaian diserahkan kepada pejabat yang

berwenang yang akan menentukan penampilan kerja bawahannya. Selama

penilaian dilakukan, penilai berhak memberitahukan.

5) Penilaian didasarkan perilaku

Penilaian kinerja didasarkan pada uraian pekerjaan yang sudah disusun

sebelumnya. Uraian pekerjaan tersebut menentukan perilaku apa saja yang

diperlukan oleh seorang personel untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

Metode ini memberikan kesempatan kepada personel tersebut akan dapat

(36)

6) Penilaian didasarkan insiden kritikal

Penilaian didasarkan atas insiden kritis yang dilaksanakan oleh atasan

melalui pencatatan atau perekaman peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan

perilaku personel yang dinilai dalam melaksanakan pekerjaan. Metode ini

mengharuskan atasan sebagai penilai untuk aktif dan rajin mencatat peristiwa

perilaku yang terjadi baik perilaku positif maupun perilaku negatif.

7) Penilaian berdasarkan peringkat

Metode penilaian ini didasarkan pada peringkat pembawaan (trait

based evaluation) yang ditampilkan oleh personel. Unsur yang dinilai adalah:

kesetiaan, tanggung jawab, ketaatan, prakarsa, kerja sama, kepemimpinan dan

lainnya. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan di

Indonesia. Badan Usaha Milik Negara serta lingkungan departemen pada

pemerintahan Republik Indonesia. Salah satu contoh penerapan metode ini

adalah daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil

yang ditetapkan dengan PP No. 10 Tahun 1979 yang biasa digunakan untuk

mengukur penampilan pekerja PNS dan Bidan desa yang di lingkungan

Pemerintah Republik Indonesia. Acuan DP3 ini terdiri dari informasi yang

diperoleh dari pemantauan, pengawasan dan pengendalian yang dilaksanakan

oleh atasan, buku pegawai, dan buku catatan penilaian personel (Ilyas, 2003).

2.2.1.3. Faktor Mempengaruhi Kinerja Bidan Desa

Kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan harus mempunyai

(37)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 37

mutlak dimiliki oleh bidan, dan kompetensi tambahan / lanjutan merupakan

pengembangan dan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung tugas

bidan dalam memenuhi tuntutan / kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta

perkembangan IPTEK. Pelayanan yang diberikan bidan desa berkaitan dengan

kinerjanya meliputi pelayanan asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan bayi

baru lahir, perawatan anak balita, pelayanan keluarga berencana (kontrasepsi),

penyuluhan, pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Sofyan, 2006).

Menurut Gibson (1996) bahwa ada tiga variabel yang mempengaruhi

kinerja individu yaitu karakteristik individu, karakteristik organisasi, dan

karakteristik psikologis. Variabel karakteristik individu meliputi kemampuan dan

keterampilan, latar belakang dan demografis, yaitu umur, jenis kelamin, status

pernikahan, tempat tinggal, pendidikan, dan masa kerja, karakteristik organisasi

terdiri kepemimpinan, pengawasan, sumber daya, motivasi, dan imbalan.

Sedangkan karakteristik psikologis yang terdiri dari persepsi, pengetahuan, sikap,

kepribadian, belajar, dan motivasi.

Mengacu pada pemikiran teoritis tersebut maka pada penelitian ini peneliti

membatasi yang mempengaruhi kinerja atau pelaksanaan individu yaitu

karakteristik individu dan karakteristik psikologis (umur, masa kerja, tempat

tinggal, pengetahuan, sikap, dan motivasi), karakteristik organisasi

(kepemimpinan dan pengawasan) sedangkan peran bidan desa merupakan

kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan meliputi

(38)

1. Karakteristik Individu Bidan

a. Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai

dengan batas terakhir masa hidupnya. Faktor umur mempengaruhi

seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian juga dengan umur

seorang bidan desa dalam melaksanakan asuhan persalinan pada ibu.

Hurlock (2002), menyatakan bahwa umur adalah lamanya hidup

dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Masa dewasa dini dimulai

pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Masa dewasa dini

adalah masa pencaharian, kemantapan dan masa reproduktif dimana

dimulainya suatu karier dan merupakan masa reproduksi. Masa dewasa

madya dimulai umur 41-60 tahun, masa antara umur 41-50 tahun yaitu

setelah puas dari hasil yang diperoleh dan menikmati hasil dari kesuksesan

mereka sampai mencapai usia 60-an. Masa dewasa lanjut (usia lanjut)

dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian, ini merupakan masa

pensiun, pensiun selalu menyangkut perubahan peran, keinginan dan nilai

perubahan secara keseluruhan terhadap pola kehidupan setiap individu.

Jika umur dihubungkan dengan tingkat pengetahuan seseorang, maka

semakin bertambahnya umur maka akan semakin bertambah pula

(39)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 39

b. Masa Kerja

Pengalaman adalah guru yang baik, oleh sebab itu pengalaman

merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu

(Notoatmodjo, 2002).

Lamanya seorang bidan bekerja dapat diklasifikasikan dalam:

a. ≤ 10 tahun yaitu bidan yang bekerja antara 0 – 10 tahun.

b. 11 – 20 tahun, yaitu bidan yang bekerja antara 11 - 20 tahun.

c. >20 tahun yaitu bidan yang telah bekerja >20 tahun (Sofyan, 2006).

Lama bekerja seorang bidan desa dapat diidentikkan dengan

banyaknya pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan semakin

banyaknya pengalaman yang diperoleh seseorang selama bekerja maka

pengetahuan bidan juga bertambah pula, dengan pengetahuannya tersebut

bidan dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya

(Depkes RI, 1996).

c. Pengetahuan tentang profesi bidan desa

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari

(40)

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : tahu

(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru) dan

mempunyai kinerja yang baik maka orang tersebut harus tahu terlebih

dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya, keluarganya

dan lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).

Hasil penelitian Palutturi (2007) yang meneliti determinan kinerja

bidan di puskesmas menunjukkan bahwa dengan uji statistik Yate’s

Correction diperoleh nilai p= 0,000 (p<0,05), berarti terdapat hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dengan kinerja bidan di puskesmas

wilayah Kecamatan Pulau Dullah Selatan Kabupaten Maluku Tenggara.

d. Sikap bidan terhadap profesi bidan desa

Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa sikap merupakan reaksi

atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

(41)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 41

Sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sikap positif dan

negatif. Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu obyek ia

akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan

obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu

obyek, maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan

obyek itu (Ahmadi, 2002).

Penelitian Lubis (2006), yang meneliti perilaku bidan desa di

Kecamatan Angkola Tapanuli Selatan menemukan bahwa sikap bidan desa

berpengaruh terhadap kinerja dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan

balita. Dalam penelitian tersebut mendapati bahwa bidan yang mempunyai

sikap negatif terhadap profesi bidan desa dalam memberikan pelayanan

kepada ibu dan balita kurang baik, sebaliknya bidan desa yang mempunyai

sikap positif memberikan pelayanan dengan baik kepada ibu dan balita.

e. Tempat Tinggal

Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan

dan diwajibkan tinggal di desa (polindes) tersebut serta bertugas melayani

masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam

melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Puskesmas setempat (Depkes RI, 1997).

Penelitian Winarni (2007) mendapati bahwa lokasi tempat tinggal

bidan berpengaruh terhadap peranan bidan desa dalam upaya menurunkan

(42)

Menurut Syahlan (2002), bidan desa yang bertempat tinggal di desa

atau polindes memiliki kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan

bidan desa yang tidak bertempat tinggal di polindes. Hal ini sangat logis

karena dari beberapa fakta, bidan yang tidak bertempat tinggal di desa

(polindes) sebagian waktu kerjanya habis tersita perjalanan pulang pergi

dari tempat tinggal ke polindes sehingga mengganggu kinerjanya.

f. Motivasi

Menurut Gray (dalam Winardi, 2007) bahwa motivasi merupakan

hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang

individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusias dan persistensi dalam

melaksanakan kegiatan tertentu. Berdasarkan beberapa definisi di atas

disimpulkan motivasi adalah bagaimana menggerakkan orang agar mau

bekerja dengan semangat dan menunjukkan kemampuan yang dimiliki

untuk mencapai tujuan sesuai dengan peran fungsi untuk keberhasilan suatu

organisasi dalam ini rumah sakit, khususnya perawat sebagai pemberi jasa

pelayanan keperawatan.

g. Loyalitas

Riyono dan Zulaifah (2001) mengatakan bahwa loyalitas berkaitan

dengan kemampuan untuk memotivasi dan mempengaruhi bawahan

(43)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 43

mampu bertindak sebagai pengarah dan pendorong yang kuat serta

berorientasi pada tujuan yang ditetapkan.

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang untuk memobilisasi,

menyelaraskan, memimpin kelompok, kemampuan menjelaskan gagasan

sehingga dapat diterima orang lain. Pemimpin penting dalam mempengaruhi

perubahan. Pemimpin bertanggung jawab untuk menggerakkan setiap usaha

dan hambatan untuk menjamin kejelasan visi. Pemimpin harus dapat

menciptakan iklim organisasi dimana karyawan merasa bebas tapi penuh

tanggung jawab (Wibisono, 2006).

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah

kepemimpinan mempunyai efek yang penting terhadap upaya organisasi

mendapatkan daya saing dan keuntungan di era globalisasi. Pemimpin

bertanggungjawab untuk menggerakkan setiap usaha dan hambatan untuk

menjamin kejelasan visi. Pemimpin harus dapat menciptakan iklim organisasi

dimana karyawan merasa bebas tapi penuh tanggungjawab.

h. Pengawasan

Menurut Muninjaya (2004) fungsi pengawasan bertujuan agar

penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas

bawahan untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan. Seorang

atasan dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi

(44)

yang dilakukan harus dimengerti oleh bawahan dan mudah diukur,

2)Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang dalam upaya mencapai

tujuan organisasi, dan 3) Standar kerja harus dijelaskan kepada semua

bawahan, karena kinerja bawahan akan terus dinilai oleh atasan sebagai

bahan pertimbangan untuk memberikan reward kepada mereka yang

dianggap mampu bekerja. Jika hal ini dapat dilaksanakan, bawahan akan

lebih meningkatkan rasa tanggungjawab dan komitmennya terhadap

kegiatan program sehingga pengawasan akan dapat dilakukan lebih

objektif.

2. Peran Bidan Desa

a. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan

Penyuluhan atau pendidikan kesehatan adalah kegiatan yang

berlandaskan prinsip-prinsip belajar, pemberian informasi, atau nasehat

yang ditujukan kepada individu, kelompok atau masyarakat tentang

bagaimana hidup sehat terutama pada ibu. Tujuan penyuluhan kesehatan

adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam membina, memelihara perilaku dan lingkungan sehat, serta berperan

aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Penyuluhan kesehatan oleh bidan akan berhasil bila terjadi perubahan

pengertian, sikap dan perilaku masyarakat yang dikaitkan dengan program

KIA, maka salah satu hasil penyuluhan adalah meningkatkan pengertian

(45)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 45

dan meningkatnya kunjungan ibu-ibu hamil datang ke sarana pelayanan

kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya (Effendy, 2003).

Penyuluhan pada masa kehamilan yaitu penyuluhan tentang

perubahan fisik, perawatan buah dada ketidaknyamanan, kebersihan,

seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktifitas (senam hamil). Sedangkan

penyuluhan pada masa persalinan yaitu dengan memberikan penyuluhan

pada klien/keluarga mengenai tanda-tanda bahaya pada masa persalinan

serta bagaimana menghubungi bidan (Depkes RI, 2007b).

Metode penyuluhan / pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan

cara ceramah, dialog, komunikasi terapeutik, maupun dengan

menggunakan alat bantu penyuluhan. Pada umumnya di daerah pedesaan

alat bantu penyuluhan adalah dalam bentuk tulisan atau gambar yang

ditulis pada kartu, lembar kertas (flipchart, leaflet, brosur) atau buku. Bila

tersedia kegiatan penyuluhan menggunakan alat bantu elektronik seperti

proyektor (slide, transparency, film). Bidan dapat membuat alat

penyuluhan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh ibu (sasaran)

(Syahlan, 2002).

b. Rujukan

Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu

dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan.

Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan

(46)

Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam

rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu

pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun

yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke

tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun

vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya

(Depkes RI, 2007b).

Menurut Depkes RI (1995), untuk melaksanakan rujukan perlu

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1)Bila ditemukan kasus yang

tidak dapat ditangani sesuai dengan kewenangan bidan, maka pasien

tersebut segera dikirim ke unit pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas

lengkap atau tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan mengatasi

masalah tersebut; 2)Penentuan tempat rujukan ditetapkan atas

pertimbangan jarak (mudah terjangkau), tersedianya fasilitas dan tenaga

yang dapat memenuhi kebutuhan untuk menangani masalah pasien. Tempat

rujukan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi dan kesediaan penderita;

3)Pasien dan keluarga diberi informasi tentang masalah yang dihadapi,

alasan dan manfaat perlunya dilakukan rujukan; 4)Pasien perlu disiapkan

sebelum dirujuk. Keadaan umum pasien diperiksa, cegah agar tidak terjadi

segala sesuatu yang memperberat penderitaan dan masalah, pasien diberi

infus, obat-obatan, atau tindakan pencegahan bila diperlukan; 5)Dokumen

(47)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 47

kesehatan pasien; 6)Dalam keadaan darurat, pasien sebaiknya didampingi

oleh bidan menuju ke tempat rujukan; 7)Pasien yang telah dapat diatasi di

tempat rujukan sebaiknya dikirim kembali ke bidan pengirim untuk tindak

lanjut. Bidan melakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan oleh

rumah sakit, bila diperlukan.

c. Kolaborasi / Kerjasama

Kerjasama merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

organisasi. Pemahaman mengenai kerjasama tergantung beberapa aspek

diantaranya aspek individual yang mampu mempengaruhi kinerja tim dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien bagi

perusahaan/organisasi (Gibson, 1996).

Menurut Sofyan (2006), peran bidan dalam tugas kolaborasi /

kerjasama meliputi : 1)Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap

asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan

keluarga; 2)Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur dalam

pemakaian alat kontrasepsi KB dengan risiko tinggi dan pertolongan

pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi;

3)Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan

kolaborasi; 4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa

(48)

pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien

dan keluarga; 5) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas

dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan

keluarga; 6)Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

risiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang

memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan

melibatkan klien dan keluarga; 7) Memberikan asuhan kebidanan pada

balita dengan risiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan

melibatkan keluarga.

Peran bidan desa lainnya dalam rangka tugas kolaborasi dan

kerjasama yaitu memberikan pelatihan dan pembinaan pada dukun bayi.

Dengan diadakannya pelatihan asuhan persalinan pada dukun bayi, maka

dukun bayi yang mengikutinya akan semakin bertambah pengetahuan dan

keterampilannya tentang cara-cara menangani persalinan. Pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh dukun bayi tersebut dapat mengatasi

kesenjangan kinerja dalam kualitas pelayanan pada ibu, sehingga pada

akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu

(Depkes RI, 2004).

(49)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 49

2.2.2. Pelayanan Kebidanan

2.2.2.1. Pengertian Pelayanan Kebidanan

Menurut Sofyan (2006), pelayanan kebidanan (midwifery services) adalah

seluruh tugas yang menjadi tanggungjawab praktek profesi bidan dalam sistem

pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam

rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.

2.2.2.2. Kompetensi Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan

Keselamatan dan kesejahteraan ibu dan bayi secara menyeluruh merupakan

perhatian yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan

kesehatan bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan prakteknya. Untuk

itu seorang bidan harus mempunyai kompetensi yang dikelompokkan menjadi dua

kategori yaitu kompetensi inti/dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak

dimiliki bidan, dan kompetensi tambahan/lanjutan merupakan pengembangan dan

pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam

memenuhi tuntutan / kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta

perkembangan IPTEK (Depkes RI, 1997).

Menurut Sofyan (2006), terdapat 9 (sembilan) kompetensi bidan di

Indonesia, yaitu : 1)Pengetahuan umum, keterampilan dan perilaku : Bidan

mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,

kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu

tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya; 2)Pra

(50)

pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh

di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,

perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua; 3)Asuhan konseling

selama kehamilan : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini,

pengobatan atau rujukan; 4)Asuhan selama persalinan dan kelahiran : Bidan

memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat

selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani

situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan

bayinya yang baru lahir; 5)Asuhan pada ibu nifas dan menyusui : Bidan

memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan

tanggap terhadap budaya setempat; 6)Asuhan pada bayi baru lahir : Bidan

memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi baru lahir sehat

sampai dengan 1 bulan; 7) Asuhan pada bayi dan balita : Bidan memberikan

asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5

tahun); 8) Kebidanan komunitas : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi

dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya

setempat; 9)Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi : Melaksanakan

(51)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 51

2.2.2.3. Praktik Pelayanan Kebidanan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/

SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan menegaskan bahwa pelayanan

kebidanan kepada ibu dan bayi sebagai berikut :

1. Pelayanan kebidanan kepada ibu yaitu :a) Penyuluhan dan konseling,

b)Pemeriksaan fisik, c)Pelayanan antenatal pada kehamilan normal,

d)Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan

abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklampsia ringan dan

anemia ringan, e) Pertolongan persalinan normal, f)Pertolongan persalinan

normal, yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala di dasar panggul,

ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan

lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan preterm, g)Pelayanan

ibu nifas normal, h)Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio

plasenta, renjatan dan infeksi ringan, i) Pelayanan dan pengobatan pada

kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan

penundaan haid, j)Pelayanan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu

(ASI), k)Pelayanan keluarga berencana meliputi pemberian obat dan alat

kontrasepsi, penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi, pencabutan alat

kontrasepsi

2. Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi : a)Pemeriksaan bayi baru lahir,

(52)

e)Pemantauan tumbuh kembang anak, f) Pemberian imunisasi, g)Pemberian

penyuluhan (Sujudi, 2002).

2.3. Landasan Teori

Menurut Gibson (1996) bahwa ada tiga variabel yang mempengaruhi

kinerja individu yaitu karakteristik individu, karakteristik organisasi, dan

karakteristik psikologis. Variabel karakteristik individu meliputi kemampuan dan

keterampilan, latar belakang dan demografis, yaitu umur, jenis kelamin, status

pernikahan, tempat tinggal, pendidikan, masa kerja, loyalitas, pengawasan,

sumber daya, dan imbalan. Sedangkan karakteristik psikologis yang terdiri dari

persepsi, pengetahuan, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.

Sofyan (2006) mengatakan bahwa bidan mempunyai tugas/peran secara

mandiri, kolaborasi atau rujukan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Peran

mandiri bidan yaitu menangani kesehatan ibu hamil, bersalin dan bayi, maupun

memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu dan masyarakat. Peran kolaborasi /

kerjasama bidan desa dalam hal ini bekerjasama dengan dukun bayi dalam

memberikan asuhan persalinan normal. Selain itu bidan berperan sebagai

perpanjangan tangan unit pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, artinya apabila

suatu masalah kesehatan di masyarakat tidak mampu ditangani oleh bidan desa

akibat keterbatasan fasilitas/peralatan medis, tenaga serta kemampuan, maka

dianjurkan untuk merujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, seperti

(53)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 53

2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun

kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 2.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat kita lihat bahwa karakteristik

bidan desa (umur, pendidikan, masa kerja, tempat tinggal, pengetahuan, sikap,

motivasi, loyalitas, pengawasan) dan peran bidan desa (penyuluhan, rujukan,

kolaborasi/kerjasama) berpengaruh terhadap kinerja bidan desa dalam

memberikan pelayanan kebidanan.

Karakteristik Bidan Desa :

a. Umur b. Masa Kerja c. Tempat Tinggal d. Pengetahuan e. Sikap

f. Motivasi g. Loyalitas h. Pengawasan

Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan

Kebidanan

Peran Bidan Desa

a. Penyuluhan kesehatan b. Rujukan

(54)

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang

melihat pengaruh antara variabel penyebab dan akibat dengan pengambilan data

dalam waktu bersamaan serta menjelaskan hubungan variabel penelitian melalui

pengujian hipotesis.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 5 (lima) wilayah kerja puskesmas di Kabupaten

Tapanuli Tengah yaitu Puskesmas Pandan, Puskesmas Poriaha, Puskesmas

Sitahuis, Puskesmas Tukka, dan Puskesmas Kolang yang diambil dari 17

Kecamatan yang ada di Tapanuli Tengah. Adapun alasan pemilihan tempat

penelitian ini karena di lima puskesmas tersebut cakupan pelayanan persalinan

oleh bidan paling rendah (rata-rata hanya 45%) dan jumlah kematian ibu dan bayi

tinggi dibandingkan puskesmas lainnya (rata-rata 4 orang ) di Kabupaten Tapanuli

Tengah.

Penelitian ini dimulai dengan penelusuran kepustakaan, survei awal,

konsultasi judul, penyusunan proposal, seminar kolokium, pengumpulan data dan

(55)

Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 74

bulan yaitu dari bulan Desember 2008 sampai dengan September 2009.

Pengambilan data dilakukan ± 1 bulan yaitu pada bulan April 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan desa yang bertugas di

Kabupaten Tapanuli Tengah berjumlah 207 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah semua bidan desa yang bertugas di 5 puskesmas yaitu

Puskesmas Pandan, Puskesmas Poriaha, Puskesmas Sitahuis, Puskesmas Tukka,

dan Puskesmas Kolang berjumlah 75 orang. Alasan pemilihan 5 puskesmas ini

yaitu jumlah kematian ibu dan bayi paling tinggi diantara 17 puskesmas yang ada.

Kriteria sampel yaitu : responden sebagai bidan desa di salah satu 5 Puskesmas

tersebut, baik yang tinggal di desa maupun yang di luar desa.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan

responden yang berpedoman pada kuesioner mengacu pada variabel yang diteliti.

Proses pengambilan data yaitu peneliti mendatangi setiap desa yang menjadi

sampel penelitian.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli

Gambar

Tabel Ujicoba Kuesioner ............................................................
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penelitian
Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Independen (Karakteristik Bidan Desa dan Peran Bidan Desa
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ag// Mereka/ memberikan gambaran masing – masing mengenai RUU APP/ dipandang dari profesi yang digelutinya// Pada dasarnya/ dalam diskusi tersebut agar mendapatkan solusi

M ent eri Pendidikan dan Kebudayaan Sekret aris Jenderal,.

Pada hasil analisis kontrol positif (asetosal 91 mg/kgBB) terhadap kelompok perlakuan infusa daun iler dengan dosis 2620 mg/kgBB IDI menunjukkan bahwa terdapat

Untuk itulah dibuat suatu website yang berisikan informasi mengenai sarana dan fasilitas yang disediakan oleh kedua alat transportasi tersebut baik mulai dari harga tiket, trayek

Rehabilitasi Gedung Balai Nikah KUA Kecamatan Karimun, karena tidak ada peserta yang memasukkan dokumen penawaran sampai batas akhir pemasukan dokumen. Demikian Berita Acara ini

Merujuk pada konsep kepemimpinan di atas, yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah aktivitas/kegiatan atasan dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai

5. Sahabat-sahabatku di Universitas Sebelas Maret Surakarta.. PENGOLAHAN TERBITAN BERKALA DI UPT PERPUSTAKAAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA. Fakultas Ilmu Sosial dan

Judul Tesis : Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Program Darmasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta Dengan ini kami menilai tesis tersebut dapat