Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 1
TERHADAP KINERJA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
KEBIDANAN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
T E S I S
Oleh
ROSTIANNA PURBA
077012018/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
T E S I S
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kebijakan dan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
ROSTIANNA PURBA
077012018/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 3
BIDAN DESA TERHADAP KINERJA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEBIDANAN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
Nama Mahasiswa : Rostianna Purba Nomor Induk Mahasiswa : 077012018
Program Studi : Master Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing:
(Prof. dr. Delfi Lutan, MSc. Sp.OG) (dr. Yusniwarti Yusad, MSi)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, Sp.OG Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, MSi
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 5
PENGARUH KARAKTERISTI K DAN PERAN BIDAN DESA TERHADAP KINERJA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
KEBIDANAN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2009
446 per 100.000 kelahiran hidup (KH), masih lebih tinggi dari AKI Propinsi Sumatera Utara dan AKI secara nasional. Salah satu penyebabnya tingginya AKI di Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu kinerja bidan dalam pelayanan kebidanan masih rendah.
Jenis penelitian ini survei analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik (umur, masa kerja, tempat tinggal, pengetahuan, sikap, motivasi, loyalitas, pengawasan) dan peran bidan (penyuluhan, rujukan, dan kolaborasi/ kerjasama) terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan kebidanan. Penelitian dilaksanakan di 5 (lima) puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu Puskesmas Pandan, Poriaha, Sitahuis, Tukka, dan Kolang dengan populasi 207 orang dan sampel diperoleh 75 orang. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja bidan desa sebagian besar dalam kategori kurang baik (53,3%), selebihnya baik (46,7%). Uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan desa yaitu tempat tinggal dengan odds rate (OR) 23,823(5,204-109,059), masa kerja dengan OR 10,717(2,333-49,223), dan kolaborasi / kerjasama dengan OR 4,968(1,186-20,804), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh yaitu umur, pengetahuan, sikap, motivasi, loyalitas, pengawasan, penyuluhan, dan rujukan. Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan kebidanan yaitu variabel tempat tinggal, sedangkan yang paling kecil pengaruhnya adalah kolaborasi.
Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah membuat pelatihan dan kursus secara kontinu, menempatkan tenaga bidan desa agar mempertimbangkan daerah asal bidan dan tenaga bidan yang telah mengikuti magang minimal 6 bulan, melakukan kegiatan supervisi dan evaluasi lebih intensif sehingga dapat meningkatkan kinerja bidan dalam menerapkan standar pelayanan kebidanan.
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 7
ABSTRACT
The Maternal Mortality Rate in Tapanuli Tengah District in 2007 was 446 per 100.000 life births and this rate is still higher than those of the Province of Sumatera Utara and national level. One of the causes of higher of maternal mortality in Tapanuli Tengah District was that the performance of the midwives in midwifery service which is still low.
The purpose of this analytic survey study is to analyze the influence characteristic age, length of service, residence, knowledge, attitude, motivation, loyalty, control, extension, reference, and collaboration/cooperation on the performance of the midwives in midwifery service. This study was conducted in 5 (five) Health Centers in Tapanuli Tengah District such as the Health Centers of Pandan, Poriaha, Sitahuis, Tuka, and Kolang with the population 207 persons and the samples of 75 persons. The data was obtained were analyzed through with Chi Square test and multiple logistic regression test.
The result of this study showed that most of the performance of rural midwives was in poor category (53.3%) and the rest was in good category (46.7%). The result of multiple logistic regression test showed that the variables which had significant influence on the performance of rural midwives were residence, with odds rate (OR) 23.823 (5.204-109.059), length of service with OR 10.717 (2.333-49.223), and collaboration/cooperation with OR 4.968 (1.186 -20.804). While the variables that do not have any influence on the performance of rural midwives were age, knowledge, attitude, motivation, loyalty, control, extension, and reference. The biggest influence the performance of the midwifery service was residence and the variable with the least influence on the performance of the midwives in midwifery service is collaboration/cooperation.
It is suggested that District Health Office of Tapanuli Tengah District could provide continuous trainings and courses, assign a rural midwife by considering the midwife’s place of origin and whether or not the midwife has been in an apprentice program for at least 6 (six) months, do a more intensive supervision and evaluation ha can improve the performance of the rural midwives in applying the standard midwifery service.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala Berkat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan judul “Pengaruh Karakteristik dan Peran Bidan Desa terhadap Kinerja
dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan di Kabupaten Tapanuli Tengah.”
Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan, namun demikian penulis menyadari bahwa penulisan ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang tidak terhingga kepada: Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, Sp.OG,
selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Yusniwarti Yusad, MSi, selaku
Pembimbing Kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk sepenuhnya, sehingga sampai selesainya
penulisan tesis ini.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 9
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara Medan.
3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Sekretaris Program Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, Komisi Penguji yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Asfriyati, SKM, M.Kes, selaku Komisi Penguji yang telah memberi masukan
dalam penyempurnaan tesis ini.
7. H. Simanjuntak, SKM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah
beserta jajarannya yang telah membantu dan memberikan izin penelitian.
8. Seluruh staf pengajar Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.
9. Ayahanda, ibunda, kakanda, dan adinda yang tidak pernah berhenti memberikan
dukungan pada penulis, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
tidak terhingga karena berkat do’a dan restu mereka, penulis dapat menyelesaikan
10.Teristimewa untuk suami dan anak-anak tercinta yang penuh pengertian,
kesabaran, pengorbanan dan do’a serta selalu memberikan motivasi pada penulis
sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.
11.Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan masukan dan saran serta
kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Agustus 2009
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 11
RIWAYAT HIDUP
Rostianna Purba, lahir pada tanggal 15 Mei 1965 di Sidikalang, anak keempat
dari tujuh bersaudara dari pasangan ayahanda D. Purba dan ibu almarhum J. Saragih.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
selesai tahun 1979, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Sumbul, tahun 1982,
SMA Kartika Candra Kirana Surabaya, selesai tahun 1985, Akademi Keperawatan
Darma Agung Medan, selesai 1989, Akta IV Pendidikan di STKIP Riama Medan
selesai tahun 1999.
Mulai bekerja sebagai guru honor di SPK Dairi Sidikalang tahun 1992 sampai
dengan 1993, sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai staf di Dinas Kesehatan
Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 1993 sampai dengan 1996. Sebagai guru SPK
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 1996 sampai dengan 2007 dan sebagai
staf pengajar di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah
tahun 2007 sampai dengan sekarang.
Pada tanggal 21 Juni 1989, penulis menikah dengan M.T. Sinaga anak dari
Bapak almarhum K. Sinaga dan ibu Almarhum T. Sitohang, dan dari pernikahan
tersebut dikaruniai satu putra dan lima putri.
Tahun 2007, penulis mengikuti pendidikan lanjutan di S-2 Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
2.2. Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan ... 14
2.3. Landasan Teori ... 33
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 41
3.6. Metode Pengukuran ... 43
3.7. Metode Analisis Data ... 50
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Kabupaten Tapanuli Tengah ... 53
4.2. Analisa Univariat ... 60
4.3. Analisa Bivariat ... 65
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 13
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Kinerja Bidan Desa dalam Pelayanan Kebidanan ... 73
5.2. Pengaruh Karakteristik Bidan Desa terhadap Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan Kebidanan ... 76
5.3. Pengaruh Peran Bidan Desa terhadap Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan Kebidanan ... 81
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 85
6.2. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penelitian ... 39
3.2. Metode Pengukuran Variabel Independen (Karakteristik
Bidan Desa dan Peran Bidan Desa ... 49
3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 50
4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008 .. 54
4.2. Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan Pegawai Pada Puskesmas
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008 ... 59
4.3. Distribusi Tenaga Bidan Desa di Puskesmas Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 60
4.4. Distribusi Karakteristik Responden (Umur, Masa Kerja,
Tempat Tinggal, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi) di
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 61
4.5. Distribusi Peran Bidan Desa (Penyuluhan, Rujukan,
Kolaborasi) di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 63
4.6. Distribusi Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan Kebidanan di
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 64
4.7. Pengaruh Karakteristik Bidan Desa (Umur, Masa Kerja,
Tempat Tinggal, Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Kepemimpinan dan Pengawasan) Terhadap Kinerja Bidan
Desa di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 67
4.8. Pengaruh Peran Bidan Desa (Penyuluhan, Rujukan, Kolaborasi / Kerjasama) Terhadap Kinerja Bidan Desa di
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 15
Nomor Judul Halaman
4.9. Hasil Uji Regresi Logistik Tahap Pertama Pengaruh Karakteristik dan Peran Bidan Desa Terhadap Kinerja Bidan
Desa ... 71
4.10. Hasil Uji Regresi Logistik Tahap Kedua Pengaruh Karakteristik dan Peran Bidan Desa Terhadap Kinerja Bidan Desa ...
DAFTAR BAGAN
Nomor Judul Halaman
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 17
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 92
2. Tabel Ujicoba Kuesioner ... 102
3. Tabel Master Data Penelitian ... 105
4. Output SPSS ... 108
5. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ... 127
RIWAYAT HIDUP
Nama : ROSTIANNA PURBA
Tempat/Tgl. Lahir : Pangantaran, 15 Mei 1965
Agama : Kristen Protestan
Status : Sudah Menikah
Jumlah anak : 6 orang.
Alamat : Jl. Zainul Arifin No. 14 A Sibolga
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1973-1979 : SD Negeri No. 1 Hutamanik
2. Tahun 1979-1982 : SMP Negeri Sumbul Sidikalang
3. Tahun 1982-1985 : SMA Persit Candra Kirana Surabaya
4. Tahun 1985-1989 : Akper Darma Agung
5. Tahun 1997-1999 : Program D-IV Pendidikan
STKIP Riama Medan
6. Tahun 2007-2009 : Pascasarjana USU Medan Program Studi
Administrasi
Dan Kebijakan Kesehatan
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Tahun 1992 – 1993 : Guru Perawat Sidikalang
2. Tahun 1993 – 1996 : Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah
3. Tahun 2006 – 2007 : Guru SPK Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah
4. Tahun 2007 – Sekarang : Dosen Akademi Perawatan Pemerintah Kabupaten
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator pelayanan kesehatan ibu di
suatu negara, bila AKI masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik,
sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Pengalaman
di negara maju dan berkembang menunjukkan intervensi medik dapat menurunkan
AKI sampai dengan 50% (Affandi, 2000).
Tingginya angka kematian ibu menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi ibu
masih memprihatinkan. World Health Organization (WHO) melaporkan hampir
700.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Di
negara-negara maju angka kematian ibu per tahun hanya 27 per 100.000 kelahiran hidup
sedangkan di negara-negara berkembang angka kematian ibu rata-rata mencapai 480
per 100.000 kelahiran hidup (Tobing, 2005).
Angka Kematian Ibu di negara-negara Association Of South East Asian
Nation (ASEAN) pada tahun 2005, di Malaysia 36 per 100.000 kelahiran hidup,
Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, dan Vietnam 160 per 100.000 kelahiran
hidup (Gusedy, 2007).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003,
angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 21
sebab (Depkes RI, 2005). Pada tahun 2004, angka kematian ibu yaitu 270 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun
2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007 yaitu 248 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target millennium development goals
(MDGs) tahun 2015 yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup (Harsono, 2008).
Kematian ibu serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar
persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang profesional. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia meningkat dari tahun 2005
yaitu 72,37% menjadi 76,40% pada tahun 2006 (Depkes RI, 2007).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi tahun 2006 dengan
cakupan tertinggi adalah Provinsi Bali (90,14%), Jawa Tengah (86,20%), Jawa Timur
(85,91%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (30,78%),
Lombok (41,23%), Irian Jaya Barat (55,46%), dan Maluku Utara (57,76%). Cakupan
pertolongan persalinan di Provinsi Sumatera Utara yaitu 77,01%, angka cakupan
tersebut masih rendah dibanding target nasional yaitu 80%.
Data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 menunjukkan
bahwa angka kematian ibu terjadi penurunan selama 5 tahun yaitu pada tahun 2002
sebanyak 360 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2003 sebanyak 345 per 100.000
kelahiran hidup, tahun 2004 sebanyak 330 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2005
sebanyak 315 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2006, sebanyak 315 per
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2007 bahwa
pada delapan tahun terakhir angka absolut dengan besaran berfluktuasi dan selama 3
tahun terakhir terjadi peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah kematian ibu sebesar 42
dari 5.557 kelahiran hidup (755 per 100.000 kelahiran hidup), lebih besar 2 kali AKI
nasional tahun 2006 (330 per 100.000 KH). Sedangkan pada tahun 2007 sudah
menurun menjadi 446 per 100.000 KH, akan tetapi masih lebih besar jika
dibandingkan dengan angka nasional yaitu 248 per 100.000 KH. Target AKI di
Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2015 yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup
(Dinkes Kabupaten Tapanuli Tengah).
Masih tingginya angka kematian ibu dan bayi disebabkan banyak faktor, salah
satunya rendahnya kinerja bidan terutama di wilayah pedesaan. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2005 menunjukkan bahwa hanya 30.236 dari 69.957 desa atau
kurang dari 50% desa di Indonesia yang memiliki bidan desa. Jumlah bidan seluruh
Indonesia adalah 68.672 orang. Departemen Kesehatan sedang mempersiapkan
30.000 bidan lagi untuk daerah tertinggal dan sangat tertinggal. Para bidan ini akan
bekerja sebagai kader di seluruh Indonesia dan telah ditargetkan 48.000 desa pada
tahun 2007 akan mempunyai bidan desa yang diprakarsai oleh Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) (Depkes RI, 2007a).
Dari data Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, jumlah bidan di
Sumatera Utara sebanyak 6.246 orang. Dari jumlah tersebut, rasio jumlah bidan 3
orang per 100.000 penduduk, sedangkan Standar Nasional Indonesia Sehat 2010 rasio
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 23
Jumlah bidan seluruhnya di Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 336 orang,
sebanyak 207 diantaranya adalah bidan desa. Dari jumlah bidan desa tersebut,
sebanyak 114 orang (44,92%) tidak tinggal di desa (polindes). Hal ini menyebabkan
timbul permasalahan bagi ibu hamil dan bersalin jika ingin memeriksakan
sewaktu-waktu, sehingga banyak ibu hamil dan bersalin lebih memilih memanfaatkan dukun
bayi dibandingkan tenaga bidan desa (Dinkes Kabupaten Tapanuli Tengah, 2008).
Survei pendahuluan yang penulis lakukan di 5 (lima) Wilayah Kerja
Puskesmas diantara 17 Puskesmas yang ada yaitu Puskesmas Pandan, Puskesmas
Poriaha, Puskesmas Sitahuis, Puskesmas Tukka, dan Puskesmas Kolang, ditemui ibu
lebih memilih melahirkan (bersalin) pada dukun bayi daripada ditolong oleh tenaga
bidan. Alasan yang dikemukakan adalah ibu memilih untuk persalinan secara
tradisional, dukun bayi lebih dikenalnya, biayanya murah dan dapat dibayar dengan
hasil pertanian atau hasil laut, serta dukun bayi memberikan perawatan pasca
persalinan sampai dengan 40 hari. Sedangkan alasan ibu tidak melakukan persalinan
pada bidan desa karena bidan desa tidak tinggal di desa / polindes tersebut sehingga
bila ingin mendapatkan pelayanan persalinan selama 24 jam tidak terpenuhi. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja bidan desa belum optimal.
Rendahnya kinerja bidan desa dalam upaya menurunkan angka kematian ibu
di Kabupaten Tapanuli Tengah diasumsikan berhubungan dengan faktor internal
bidan desa itu sendiri (karakteristik) yaitu umur, masa kerja, tempat tinggal,
pengetahuan, sikap, motivasi, dan faktor organisasi yaitu loyalitas, dan pengawasan.
kemampuan, jarangnya dilakukan penyuluhan kesehatan pada ibu hamil/bersalin,
kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah
kegawatdaruratan persalinan sehingga menyebabkan keterlambatan melakukan
rujukan, serta kurang melakukan kolaborasi / kerjasama dengan klien, keluarga, dan
dukun bayi.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan pada
penelitian ini yaitu: Apakah karakteristik bidan desa (umur, tingkat masa kerja,
tempat tinggal, pengetahuan, sikap, motivasi, loyalitas, dan pengawasan), dan peran
bidan desa (penyuluhan, rujukan, dan kolaborasi/kerjasama) memengaruhi kinerja
bidan desa dalam memberikan pelayanan kebidanan di Kabupaten Tapanuli Tengah
tahun 2009.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh karakteristik bidan desa dan peran bidan desa
terhadap kinerja dalam memberikan pelayanan kebidanan di Kabupaten Tapanuli
Tengah tahun 2009.
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 25
2. Masa kerja bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
3. Tempat tinggal bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
4. Pengetahuan tentang bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan
pelayanan kebidanan.
5. Sikap terhadap profesi bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan
pelayanan kebidanan.
6. Motivasi bidan desa memengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
7. Loyalitas memengaruhi kinerja bidan desa dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
8. Pengawasan memengaruhi kinerja bidan desa dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
9. Peran bidan desa dalam melakukan penyuluhan memengaruhi kinerja bidan desa
dalam memberikan pelayanan kebidanan.
10.Peran bidan desa dalam melakukan rujukan memengaruhi kinerja bidan desa
dalam memberikan pelayanan kebidanan.
11.Peran bidan desa dalam melakukan kolaborasi/kerjasama memengaruhi kinerja
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada Bidan Koordinator KIA Kabupaten, Bidan
Koordinator KIA Puskesmas, dan Kepala Puskesmas dalam mengevaluasi dan
meningkatkan kinerja bidan desa.
2. Menambah pengalaman dan mengembangkan wawasan penulis dalam rangka
melaksanakan suatu penelitian, serta sebagai bahan informasi dan
27
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bidan dan Bidan Desa
2.1.1. Pengertian Bidan dan Bidan Desa
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM)
yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan
diakui oleh WHO dan Federation of InternationalGynecologist Obstetrition
(FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional
/ Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan
Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan
(Depkes RI, 2007b).
Secara profesional, seorang bidan dituntut mempunyai keterampilan dalam
memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu dalam kurun waktu masa reproduksi
dan bayi baru lahir. Bidan mempunyai peran sebagai pelaksana, sebagai pengelola
sebagai pendidik, dan sebagai peneliti/investigator (Sofyan, 2006).
Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa,
mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa, dan dalam melaksanakan tugas
bertanggungjawab yang telah disebarluaskan ke seluruh propinsi dengan Surat
Edaran Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat No. 429/Binkesmas/DJ/III/89
Pada Tanggal 29 Maret 1989 (Sofyan, 2006).
2.1.2. Pelayanan Bidan Desa
2.1.2.1. Pelayanan Bidan
Pelayanan adalah suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan
pertolongan, bimbingan, pendidikan, perlindungan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik.
Secara luas pelayanan mencakup fungsi pengembangan menyangkut bidang
pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, maupun bentuk-bentuk pelayanan
umum lainnya. Dalam penelitian ini pelayanan yang diberikan dikhususkan dalam
bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Bidan di desa / kecamatan dalam
upaya peningkatan masyarakat.
Menurut Azwar (2004) pelayanan kesehatan yang terdapat dalam
masyarakat secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yaitu: 1)Pelayanan
Kesehatan tingkat I, pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan
yang bersifat dasar, 2)Pelayanan kesehatan tingkat II, pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan pelayanan spesialis satu bahkan kadang-kadang pelayanan
sub-spesialisasi tetapi terbatas, 3)Pelayanan kesehatan tingkat III, pelayanan
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 29
Dari hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh bidan desa cenderung dalam pelayanan tingkat dasar pertama.
Selain membantu penurunan angka kematian dan peningkatan kesehatan ibu dan
anak termasuk keluarga berencana. Bidan desa juga membantu memberikan
pengobatan pertama pada desa juga membantu memberikan pengobatan pertama
pada masyarakat yang membutuhkan pertolongan dalam pelayanan kesehatan
sebelum pasien mendapat pertolongan yang lebih efisien di rumah sakit.
2.1.2.2. Tujuan Penempatan Bidan di desa
Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan
mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan Posyandu
dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka
kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku hidup sehat.
Seorang bidan mempunyai tugas/peran secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan. Demikian juga yang berlaku bagi bidan desa disamping mempunyai tugas
utama secara mandiri untuk menangani kesehatan ibu hamil, bersalin dan bayi,
maupun memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu dan masyarakat. Peran
kolaborasi / kerjasama bidan desa dalam hal ini bekerjasama dengan dukun bayi.
Selain itu bidan berperan sebagai perpanjangan tangan unit pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi, artinya apabila suatu masalah kesehatan di masyarakat tidak
mampu ditangani oleh bidan desa akibat keterbatasan fasilitas/peralatan medis,
tenaga serta kemampuan, maka dianjurkan untuk merujuk ke pelayanan kesehatan
Secara khusus tujuan penempatan bidan desa adalah : 1)Meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, 2)Meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan, 3) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan nifas dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi, 4)
Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan,
persalinan dan perinatal, 5)Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan
diare, 6)Meningkatnya kemampuan keluarga untuk sehat dengan membantu
pembinaan kesehatan masyarakat, 7) Meningkatnya peran serta masyarakat
melalui pendekatan PKMD termasuk gerakan Dana Sehat (Depkes RI, 2002).
2.1.2.3. Kedudukan Bidan Desa
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), diuraikan
bahwa bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta
bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa.
Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat desa.
2.1.2.4. Tugas Pokok Bidan di Desa
Tugas pokok seorang bidan di suatu desa adalah sebagai berikut:
1)Melaksanakan kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas
masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan
diberikan, 2)Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 31
2.1.2.5. Fungsi Bidan di Wilayah Kerjanya
Fungsi seorang bidan desa di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:
1)Memberikan pelayanan kesehatan meliputi asuhan kehamilan, asuhan
persalinan, asuhan bayi baru lahir, perawatan anak balita, pelayanan keluarga
berencana (kontrasepsi), 2)Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
di rumah-rumah, 3) Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan, yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat,
4)Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi,
5)Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan, 6)Membina kerja sama
lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat, 7)Melakukan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam
keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya, 8) Mendeteksi
secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta
adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan
(Depkes RI, 2002).
2.1.2.6. Wewenang Bidan di Desa
Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 572/Menkes/ RI/1996
menjelaskan bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk
memberikan pelayanan KIA, Keluarga Berencana dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Dengan melihat ketentuan tersebut, maka baik bidan PNS (Pegawai
kesehatan mempunyai kewenangan yang sama khususnya dalam bidang
kesejahteraan ibu dan anak. Perbedaannya terletak pada status kepegawaian dan
penggajiannya (Depkes RI, 1996).
Wewenang bidan yang bekerja di desa sama dengan wewenang yang
diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini diatur dengan peraturan Menteri
Kesehatan (Depkes RI, 1997). Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :
1. Wewenang umum
Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat
dipertanggungjawabkan secara mandiri.
2. Wewenang khusus
Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan
pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang
diberikan wewenang tersebut.
3. Wewenang pada keadaan darurat
Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan
penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan profesi. Segera setelah
melakukan tindakan darurat tersebut, bidan diwajibkan membuat laporan ke
Puskesmas di wilayah kerjanya.
4. Wewenang tambahan
Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan program pemerintah
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 33
2.2. Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan
2.2.1. Kinerja Bidan Desa
2.2.1.1. Pengertian Kinerja
Menurut Ilyas (2003) kinerja (performance) adalah penampilan hasil karya
personel dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Soeprihanto (1996), kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Kinerja adalah prestasi atau kemampuan yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya dan sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan untuk mencapai suatu
tujuan didalam organisasi (Mangkunegara, 2005).
Dengan demikian kinerja dapat diartikan sebagai proses atau cara untuk
menghasilkan/menjalankan suatu tindakan tertentu. Namun kinerja juga dapat
diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan, baik oleh individu, kelompok, ataupun
program tertentu. Sebagai contoh, kinerja seorang buruh harian di sebuah pabrik
rokok dapat dilihat dari produktivitas buruh tersebut, misalnya berupa jumlah
batang rokok yang dibuatnya seharian. Sebagai contoh, dapat saja kinerja bidan
desa di suatu polindes cukup baik, namun cakupan program kerja polindes di
wilayah kerjanya ternyata masih rendah. Keadaan ini dapat terjadi karena kinerja
bidan desa di suatu polindes tidak hanya ditentukan oleh seorang petugas, namun
2.2.1.2. Pengukuran Kinerja
Menurut Rao (1986) bahwa kriteria umum yang digunakan untuk
mengukur kinerja seseorang adalah dari segi: kualitas, kuantitas, waktu yang
digunakan, jabatan, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan tugas. Dalam
pengukuran kinerja Rao menggolongkan pekerjaan menjadi dua jenis yaitu
1)Pekerjaan produksi, dimana secara kuantitatif orang dapat membuat standar
yang objektif, dimana hasil produksi dapat dihitung dan mutunya dapat dinilai
melalui suatu pengujian. 2) Pekerjaan non produksi, dimana ukuran sukses
seseorang dalam tugasnya diperoleh melalui pertimbangan yang subjektif.
Pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui penilaian oleh atasan, teman,
peneliti, atau diri sendiri dengan tingkat pencapaian, inisiatif, loyalitas dan kerja
sama dalam kelompok, disiplin, dan kesadaran akan pengembangan diri. Tujuan
penilaian kinerja pegawai adalah untuk memudahkan proses pemberian imbalan
dan hukuman, mengidentifikasi petugas untuk mendapatkan penelitian yang lebih
tinggi dan membimbing tumbuh kembangnya kinerja secara individu.
Penilaian kinerja dapat diukur menggunakan beberapa metode pengukuran.
Metode penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu :
1. Penilaian teknik essai
Penilaian menuliskan deskripsi tentang kelebihan dan kekurangan seorang
personel yang meliputi prestasi, kerja sama dan pengetahuan personel tentang
pekerjaannya. Dalam penilaian ini atasan melakukan penilaian secara
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 35
dilakukan analisis secara mendalam, tetapi teknik ini memakan waktu banyak
dan sangat tergantung kepada kemampuan penilai.
2) Penilaian komparasi
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan hasil pelaksanaan
pekerjaan seorang personel dengan personel lain yang melakukan pekerjaan
sejenis.
3) Penilaian daftar periksa (checklist)
Checklist berisi komponen yang dikerjakan seorang personel yang dapat
diberi bobot “ya” dan “tidak “, atau bobot persentase penyelesaian pekerjaan
yang bersangkutan.
4) Penilaian langsung ke lapangan
Penilaian dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap
personel yang bekerja. Hasil penilaian diserahkan kepada pejabat yang
berwenang yang akan menentukan penampilan kerja bawahannya. Selama
penilaian dilakukan, penilai berhak memberitahukan.
5) Penilaian didasarkan perilaku
Penilaian kinerja didasarkan pada uraian pekerjaan yang sudah disusun
sebelumnya. Uraian pekerjaan tersebut menentukan perilaku apa saja yang
diperlukan oleh seorang personel untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Metode ini memberikan kesempatan kepada personel tersebut akan dapat
6) Penilaian didasarkan insiden kritikal
Penilaian didasarkan atas insiden kritis yang dilaksanakan oleh atasan
melalui pencatatan atau perekaman peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
perilaku personel yang dinilai dalam melaksanakan pekerjaan. Metode ini
mengharuskan atasan sebagai penilai untuk aktif dan rajin mencatat peristiwa
perilaku yang terjadi baik perilaku positif maupun perilaku negatif.
7) Penilaian berdasarkan peringkat
Metode penilaian ini didasarkan pada peringkat pembawaan (trait
based evaluation) yang ditampilkan oleh personel. Unsur yang dinilai adalah:
kesetiaan, tanggung jawab, ketaatan, prakarsa, kerja sama, kepemimpinan dan
lainnya. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Badan Usaha Milik Negara serta lingkungan departemen pada
pemerintahan Republik Indonesia. Salah satu contoh penerapan metode ini
adalah daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil
yang ditetapkan dengan PP No. 10 Tahun 1979 yang biasa digunakan untuk
mengukur penampilan pekerja PNS dan Bidan desa yang di lingkungan
Pemerintah Republik Indonesia. Acuan DP3 ini terdiri dari informasi yang
diperoleh dari pemantauan, pengawasan dan pengendalian yang dilaksanakan
oleh atasan, buku pegawai, dan buku catatan penilaian personel (Ilyas, 2003).
2.2.1.3. Faktor Mempengaruhi Kinerja Bidan Desa
Kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan harus mempunyai
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 37
mutlak dimiliki oleh bidan, dan kompetensi tambahan / lanjutan merupakan
pengembangan dan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung tugas
bidan dalam memenuhi tuntutan / kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta
perkembangan IPTEK. Pelayanan yang diberikan bidan desa berkaitan dengan
kinerjanya meliputi pelayanan asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan bayi
baru lahir, perawatan anak balita, pelayanan keluarga berencana (kontrasepsi),
penyuluhan, pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Sofyan, 2006).
Menurut Gibson (1996) bahwa ada tiga variabel yang mempengaruhi
kinerja individu yaitu karakteristik individu, karakteristik organisasi, dan
karakteristik psikologis. Variabel karakteristik individu meliputi kemampuan dan
keterampilan, latar belakang dan demografis, yaitu umur, jenis kelamin, status
pernikahan, tempat tinggal, pendidikan, dan masa kerja, karakteristik organisasi
terdiri kepemimpinan, pengawasan, sumber daya, motivasi, dan imbalan.
Sedangkan karakteristik psikologis yang terdiri dari persepsi, pengetahuan, sikap,
kepribadian, belajar, dan motivasi.
Mengacu pada pemikiran teoritis tersebut maka pada penelitian ini peneliti
membatasi yang mempengaruhi kinerja atau pelaksanaan individu yaitu
karakteristik individu dan karakteristik psikologis (umur, masa kerja, tempat
tinggal, pengetahuan, sikap, dan motivasi), karakteristik organisasi
(kepemimpinan dan pengawasan) sedangkan peran bidan desa merupakan
kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan meliputi
1. Karakteristik Individu Bidan
a. Umur
Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai
dengan batas terakhir masa hidupnya. Faktor umur mempengaruhi
seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian juga dengan umur
seorang bidan desa dalam melaksanakan asuhan persalinan pada ibu.
Hurlock (2002), menyatakan bahwa umur adalah lamanya hidup
dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Masa dewasa dini dimulai
pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Masa dewasa dini
adalah masa pencaharian, kemantapan dan masa reproduktif dimana
dimulainya suatu karier dan merupakan masa reproduksi. Masa dewasa
madya dimulai umur 41-60 tahun, masa antara umur 41-50 tahun yaitu
setelah puas dari hasil yang diperoleh dan menikmati hasil dari kesuksesan
mereka sampai mencapai usia 60-an. Masa dewasa lanjut (usia lanjut)
dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian, ini merupakan masa
pensiun, pensiun selalu menyangkut perubahan peran, keinginan dan nilai
perubahan secara keseluruhan terhadap pola kehidupan setiap individu.
Jika umur dihubungkan dengan tingkat pengetahuan seseorang, maka
semakin bertambahnya umur maka akan semakin bertambah pula
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 39
b. Masa Kerja
Pengalaman adalah guru yang baik, oleh sebab itu pengalaman
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu
(Notoatmodjo, 2002).
Lamanya seorang bidan bekerja dapat diklasifikasikan dalam:
a. ≤ 10 tahun yaitu bidan yang bekerja antara 0 – 10 tahun.
b. 11 – 20 tahun, yaitu bidan yang bekerja antara 11 - 20 tahun.
c. >20 tahun yaitu bidan yang telah bekerja >20 tahun (Sofyan, 2006).
Lama bekerja seorang bidan desa dapat diidentikkan dengan
banyaknya pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan semakin
banyaknya pengalaman yang diperoleh seseorang selama bekerja maka
pengetahuan bidan juga bertambah pula, dengan pengetahuannya tersebut
bidan dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya
(Depkes RI, 1996).
c. Pengetahuan tentang profesi bidan desa
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : tahu
(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru) dan
mempunyai kinerja yang baik maka orang tersebut harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya, keluarganya
dan lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian Palutturi (2007) yang meneliti determinan kinerja
bidan di puskesmas menunjukkan bahwa dengan uji statistik Yate’s
Correction diperoleh nilai p= 0,000 (p<0,05), berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan kinerja bidan di puskesmas
wilayah Kecamatan Pulau Dullah Selatan Kabupaten Maluku Tenggara.
d. Sikap bidan terhadap profesi bidan desa
Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa sikap merupakan reaksi
atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 41
Sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sikap positif dan
negatif. Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu obyek ia
akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan
obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu
obyek, maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan
obyek itu (Ahmadi, 2002).
Penelitian Lubis (2006), yang meneliti perilaku bidan desa di
Kecamatan Angkola Tapanuli Selatan menemukan bahwa sikap bidan desa
berpengaruh terhadap kinerja dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan
balita. Dalam penelitian tersebut mendapati bahwa bidan yang mempunyai
sikap negatif terhadap profesi bidan desa dalam memberikan pelayanan
kepada ibu dan balita kurang baik, sebaliknya bidan desa yang mempunyai
sikap positif memberikan pelayanan dengan baik kepada ibu dan balita.
e. Tempat Tinggal
Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan
dan diwajibkan tinggal di desa (polindes) tersebut serta bertugas melayani
masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam
melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Puskesmas setempat (Depkes RI, 1997).
Penelitian Winarni (2007) mendapati bahwa lokasi tempat tinggal
bidan berpengaruh terhadap peranan bidan desa dalam upaya menurunkan
Menurut Syahlan (2002), bidan desa yang bertempat tinggal di desa
atau polindes memiliki kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan
bidan desa yang tidak bertempat tinggal di polindes. Hal ini sangat logis
karena dari beberapa fakta, bidan yang tidak bertempat tinggal di desa
(polindes) sebagian waktu kerjanya habis tersita perjalanan pulang pergi
dari tempat tinggal ke polindes sehingga mengganggu kinerjanya.
f. Motivasi
Menurut Gray (dalam Winardi, 2007) bahwa motivasi merupakan
hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang
individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusias dan persistensi dalam
melaksanakan kegiatan tertentu. Berdasarkan beberapa definisi di atas
disimpulkan motivasi adalah bagaimana menggerakkan orang agar mau
bekerja dengan semangat dan menunjukkan kemampuan yang dimiliki
untuk mencapai tujuan sesuai dengan peran fungsi untuk keberhasilan suatu
organisasi dalam ini rumah sakit, khususnya perawat sebagai pemberi jasa
pelayanan keperawatan.
g. Loyalitas
Riyono dan Zulaifah (2001) mengatakan bahwa loyalitas berkaitan
dengan kemampuan untuk memotivasi dan mempengaruhi bawahan
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 43
mampu bertindak sebagai pengarah dan pendorong yang kuat serta
berorientasi pada tujuan yang ditetapkan.
Kepemimpinan adalah kemampuan seorang untuk memobilisasi,
menyelaraskan, memimpin kelompok, kemampuan menjelaskan gagasan
sehingga dapat diterima orang lain. Pemimpin penting dalam mempengaruhi
perubahan. Pemimpin bertanggung jawab untuk menggerakkan setiap usaha
dan hambatan untuk menjamin kejelasan visi. Pemimpin harus dapat
menciptakan iklim organisasi dimana karyawan merasa bebas tapi penuh
tanggung jawab (Wibisono, 2006).
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah
kepemimpinan mempunyai efek yang penting terhadap upaya organisasi
mendapatkan daya saing dan keuntungan di era globalisasi. Pemimpin
bertanggungjawab untuk menggerakkan setiap usaha dan hambatan untuk
menjamin kejelasan visi. Pemimpin harus dapat menciptakan iklim organisasi
dimana karyawan merasa bebas tapi penuh tanggungjawab.
h. Pengawasan
Menurut Muninjaya (2004) fungsi pengawasan bertujuan agar
penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas
bawahan untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan. Seorang
atasan dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
yang dilakukan harus dimengerti oleh bawahan dan mudah diukur,
2)Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang dalam upaya mencapai
tujuan organisasi, dan 3) Standar kerja harus dijelaskan kepada semua
bawahan, karena kinerja bawahan akan terus dinilai oleh atasan sebagai
bahan pertimbangan untuk memberikan reward kepada mereka yang
dianggap mampu bekerja. Jika hal ini dapat dilaksanakan, bawahan akan
lebih meningkatkan rasa tanggungjawab dan komitmennya terhadap
kegiatan program sehingga pengawasan akan dapat dilakukan lebih
objektif.
2. Peran Bidan Desa
a. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan adalah kegiatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar, pemberian informasi, atau nasehat
yang ditujukan kepada individu, kelompok atau masyarakat tentang
bagaimana hidup sehat terutama pada ibu. Tujuan penyuluhan kesehatan
adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina, memelihara perilaku dan lingkungan sehat, serta berperan
aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Penyuluhan kesehatan oleh bidan akan berhasil bila terjadi perubahan
pengertian, sikap dan perilaku masyarakat yang dikaitkan dengan program
KIA, maka salah satu hasil penyuluhan adalah meningkatkan pengertian
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 45
dan meningkatnya kunjungan ibu-ibu hamil datang ke sarana pelayanan
kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya (Effendy, 2003).
Penyuluhan pada masa kehamilan yaitu penyuluhan tentang
perubahan fisik, perawatan buah dada ketidaknyamanan, kebersihan,
seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktifitas (senam hamil). Sedangkan
penyuluhan pada masa persalinan yaitu dengan memberikan penyuluhan
pada klien/keluarga mengenai tanda-tanda bahaya pada masa persalinan
serta bagaimana menghubungi bidan (Depkes RI, 2007b).
Metode penyuluhan / pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan
cara ceramah, dialog, komunikasi terapeutik, maupun dengan
menggunakan alat bantu penyuluhan. Pada umumnya di daerah pedesaan
alat bantu penyuluhan adalah dalam bentuk tulisan atau gambar yang
ditulis pada kartu, lembar kertas (flipchart, leaflet, brosur) atau buku. Bila
tersedia kegiatan penyuluhan menggunakan alat bantu elektronik seperti
proyektor (slide, transparency, film). Bidan dapat membuat alat
penyuluhan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh ibu (sasaran)
(Syahlan, 2002).
b. Rujukan
Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu
dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan.
Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan
Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun
yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun
vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya
(Depkes RI, 2007b).
Menurut Depkes RI (1995), untuk melaksanakan rujukan perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1)Bila ditemukan kasus yang
tidak dapat ditangani sesuai dengan kewenangan bidan, maka pasien
tersebut segera dikirim ke unit pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas
lengkap atau tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan mengatasi
masalah tersebut; 2)Penentuan tempat rujukan ditetapkan atas
pertimbangan jarak (mudah terjangkau), tersedianya fasilitas dan tenaga
yang dapat memenuhi kebutuhan untuk menangani masalah pasien. Tempat
rujukan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi dan kesediaan penderita;
3)Pasien dan keluarga diberi informasi tentang masalah yang dihadapi,
alasan dan manfaat perlunya dilakukan rujukan; 4)Pasien perlu disiapkan
sebelum dirujuk. Keadaan umum pasien diperiksa, cegah agar tidak terjadi
segala sesuatu yang memperberat penderitaan dan masalah, pasien diberi
infus, obat-obatan, atau tindakan pencegahan bila diperlukan; 5)Dokumen
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 47
kesehatan pasien; 6)Dalam keadaan darurat, pasien sebaiknya didampingi
oleh bidan menuju ke tempat rujukan; 7)Pasien yang telah dapat diatasi di
tempat rujukan sebaiknya dikirim kembali ke bidan pengirim untuk tindak
lanjut. Bidan melakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan oleh
rumah sakit, bila diperlukan.
c. Kolaborasi / Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
organisasi. Pemahaman mengenai kerjasama tergantung beberapa aspek
diantaranya aspek individual yang mampu mempengaruhi kinerja tim dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien bagi
perusahaan/organisasi (Gibson, 1996).
Menurut Sofyan (2006), peran bidan dalam tugas kolaborasi /
kerjasama meliputi : 1)Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga; 2)Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur dalam
pemakaian alat kontrasepsi KB dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi;
3)Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi; 4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga; 5) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan
keluarga; 6)Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
risiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga; 7) Memberikan asuhan kebidanan pada
balita dengan risiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.
Peran bidan desa lainnya dalam rangka tugas kolaborasi dan
kerjasama yaitu memberikan pelatihan dan pembinaan pada dukun bayi.
Dengan diadakannya pelatihan asuhan persalinan pada dukun bayi, maka
dukun bayi yang mengikutinya akan semakin bertambah pengetahuan dan
keterampilannya tentang cara-cara menangani persalinan. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dukun bayi tersebut dapat mengatasi
kesenjangan kinerja dalam kualitas pelayanan pada ibu, sehingga pada
akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu
(Depkes RI, 2004).
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 49
2.2.2. Pelayanan Kebidanan
2.2.2.1. Pengertian Pelayanan Kebidanan
Menurut Sofyan (2006), pelayanan kebidanan (midwifery services) adalah
seluruh tugas yang menjadi tanggungjawab praktek profesi bidan dalam sistem
pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
2.2.2.2. Kompetensi Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan
Keselamatan dan kesejahteraan ibu dan bayi secara menyeluruh merupakan
perhatian yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan prakteknya. Untuk
itu seorang bidan harus mempunyai kompetensi yang dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu kompetensi inti/dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak
dimiliki bidan, dan kompetensi tambahan/lanjutan merupakan pengembangan dan
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam
memenuhi tuntutan / kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta
perkembangan IPTEK (Depkes RI, 1997).
Menurut Sofyan (2006), terdapat 9 (sembilan) kompetensi bidan di
Indonesia, yaitu : 1)Pengetahuan umum, keterampilan dan perilaku : Bidan
mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,
kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu
tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya; 2)Pra
pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh
di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,
perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua; 3)Asuhan konseling
selama kehamilan : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini,
pengobatan atau rujukan; 4)Asuhan selama persalinan dan kelahiran : Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat
selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani
situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan
bayinya yang baru lahir; 5)Asuhan pada ibu nifas dan menyusui : Bidan
memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan
tanggap terhadap budaya setempat; 6)Asuhan pada bayi baru lahir : Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi baru lahir sehat
sampai dengan 1 bulan; 7) Asuhan pada bayi dan balita : Bidan memberikan
asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5
tahun); 8) Kebidanan komunitas : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat; 9)Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi : Melaksanakan
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 51
2.2.2.3. Praktik Pelayanan Kebidanan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/
SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan menegaskan bahwa pelayanan
kebidanan kepada ibu dan bayi sebagai berikut :
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu yaitu :a) Penyuluhan dan konseling,
b)Pemeriksaan fisik, c)Pelayanan antenatal pada kehamilan normal,
d)Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan
abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklampsia ringan dan
anemia ringan, e) Pertolongan persalinan normal, f)Pertolongan persalinan
normal, yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala di dasar panggul,
ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan
lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan preterm, g)Pelayanan
ibu nifas normal, h)Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio
plasenta, renjatan dan infeksi ringan, i) Pelayanan dan pengobatan pada
kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan
penundaan haid, j)Pelayanan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu
(ASI), k)Pelayanan keluarga berencana meliputi pemberian obat dan alat
kontrasepsi, penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi, pencabutan alat
kontrasepsi
2. Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi : a)Pemeriksaan bayi baru lahir,
e)Pemantauan tumbuh kembang anak, f) Pemberian imunisasi, g)Pemberian
penyuluhan (Sujudi, 2002).
2.3. Landasan Teori
Menurut Gibson (1996) bahwa ada tiga variabel yang mempengaruhi
kinerja individu yaitu karakteristik individu, karakteristik organisasi, dan
karakteristik psikologis. Variabel karakteristik individu meliputi kemampuan dan
keterampilan, latar belakang dan demografis, yaitu umur, jenis kelamin, status
pernikahan, tempat tinggal, pendidikan, masa kerja, loyalitas, pengawasan,
sumber daya, dan imbalan. Sedangkan karakteristik psikologis yang terdiri dari
persepsi, pengetahuan, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.
Sofyan (2006) mengatakan bahwa bidan mempunyai tugas/peran secara
mandiri, kolaborasi atau rujukan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Peran
mandiri bidan yaitu menangani kesehatan ibu hamil, bersalin dan bayi, maupun
memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu dan masyarakat. Peran kolaborasi /
kerjasama bidan desa dalam hal ini bekerjasama dengan dukun bayi dalam
memberikan asuhan persalinan normal. Selain itu bidan berperan sebagai
perpanjangan tangan unit pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, artinya apabila
suatu masalah kesehatan di masyarakat tidak mampu ditangani oleh bidan desa
akibat keterbatasan fasilitas/peralatan medis, tenaga serta kemampuan, maka
dianjurkan untuk merujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, seperti
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 53
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun
kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 2.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat kita lihat bahwa karakteristik
bidan desa (umur, pendidikan, masa kerja, tempat tinggal, pengetahuan, sikap,
motivasi, loyalitas, pengawasan) dan peran bidan desa (penyuluhan, rujukan,
kolaborasi/kerjasama) berpengaruh terhadap kinerja bidan desa dalam
memberikan pelayanan kebidanan.
Karakteristik Bidan Desa :
a. Umur b. Masa Kerja c. Tempat Tinggal d. Pengetahuan e. Sikap
f. Motivasi g. Loyalitas h. Pengawasan
Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan
Kebidanan
Peran Bidan Desa
a. Penyuluhan kesehatan b. Rujukan
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang
melihat pengaruh antara variabel penyebab dan akibat dengan pengambilan data
dalam waktu bersamaan serta menjelaskan hubungan variabel penelitian melalui
pengujian hipotesis.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di 5 (lima) wilayah kerja puskesmas di Kabupaten
Tapanuli Tengah yaitu Puskesmas Pandan, Puskesmas Poriaha, Puskesmas
Sitahuis, Puskesmas Tukka, dan Puskesmas Kolang yang diambil dari 17
Kecamatan yang ada di Tapanuli Tengah. Adapun alasan pemilihan tempat
penelitian ini karena di lima puskesmas tersebut cakupan pelayanan persalinan
oleh bidan paling rendah (rata-rata hanya 45%) dan jumlah kematian ibu dan bayi
tinggi dibandingkan puskesmas lainnya (rata-rata 4 orang ) di Kabupaten Tapanuli
Tengah.
Penelitian ini dimulai dengan penelusuran kepustakaan, survei awal,
konsultasi judul, penyusunan proposal, seminar kolokium, pengumpulan data dan
Rostianna Purba : P e n g a r u h K a r a k t e r i s t i k D a n P e r a n B i d a n D e s a Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah, 2009 74
bulan yaitu dari bulan Desember 2008 sampai dengan September 2009.
Pengambilan data dilakukan ± 1 bulan yaitu pada bulan April 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan desa yang bertugas di
Kabupaten Tapanuli Tengah berjumlah 207 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah semua bidan desa yang bertugas di 5 puskesmas yaitu
Puskesmas Pandan, Puskesmas Poriaha, Puskesmas Sitahuis, Puskesmas Tukka,
dan Puskesmas Kolang berjumlah 75 orang. Alasan pemilihan 5 puskesmas ini
yaitu jumlah kematian ibu dan bayi paling tinggi diantara 17 puskesmas yang ada.
Kriteria sampel yaitu : responden sebagai bidan desa di salah satu 5 Puskesmas
tersebut, baik yang tinggal di desa maupun yang di luar desa.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan
responden yang berpedoman pada kuesioner mengacu pada variabel yang diteliti.
Proses pengambilan data yaitu peneliti mendatangi setiap desa yang menjadi
sampel penelitian.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli