• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.Yoeti,Okta.1982 Perencanaan Strategis Pemasaran daerah Tujuan Wisata,

Jakarta:PT Pradnya Paramita

Bryson, M. Jhon.1999. Strategik Planning For Public & Non Profit Organization.

Jossey-Bass Inc, USA

Djaman Sotari & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

I Gede Pitana & I Ketut Suryo Diarta, 2009.Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta: Andi

GitoSudarmo, Indriyo. 2001. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE.

Jatmiko, RD. 2004. Manajemen Strategik.Malang:UMM Press.

Jogiyanto.2005.Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE

Kaho, Josef. 2007. Prosfek Otomoni Daerah di Daerah Republik Indonesia.

Jakarta: PT RajaGarfindo.

Koswara Kertapraja.2010. Pemerintah Daerah. Jakarta: Inner

Oka Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, Dan Implementasi.

Jakarta : Kompas

Singarimbun, Masri Dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

PT Pustaka LP3ES.

Suyanto, Bagong Dan Sutinah. 2008. Metodse Penelitian Sosial. Jakarta:

Prenada Media Group.

Stoner, James, dkk.1996. Manajemen. Jakarta : PT Prenhallindo.

Syamsuddin Haris,2005. Desentralisasi Dan Otonomi Daerah. Jakarta: Lipi

(2)

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

PemerintahanDaerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

bentuk penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif. Menurut Nawawi

(2005: 64) bahwa bentuk deskriptif yaitu bentuk penelitian yang memusatkan

perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat actual pada saat

penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang

diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan

akurat.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Pariwisata Jl. Sisingamangaraja

Open Stage, Kabupaten Samosir, Kecamatan Pangururan.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal

adanya populasi dan sampel (Bagong Suyanto. 2005: 171). Subjek penelitian yang

telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek

penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang

diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam

yaitu

1. Informan Kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan

(4)

2. Informan Utama, yaitu mereka terlibat langsung dalam interaksi sosial yang

diteliti,

3. Informan Tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang

diteliti,Hendrarso (dalam Suyanto, 2005: 171-172).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menentukan informan dengan

menggunakan teknik purposive yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas

strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap

berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peneliti dalam hal ini

menggunakan informan penelitian terdiri dari:

a. Informan kunci, yaitu Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

Kabupaten Samosir

b. Informan Utama, yaitu Sekretaris Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

Kabupaten Samosir, Kepala Bidang Pemasaran Wisata dan Kepala

Bidang Pengembangan Wisata

a) Informan biasa, yaitu Pengusaha objek wisata dan wisatawan yang

berkunjung.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan

(5)

a) Wawancara mendalam yaitu dengan cara memberikan pertanyaan

langsung kepada sejumlah pihak terkait yang didasarkan pada percakapan

intensif dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan. Metode wawancara ditujukan untuk informan penelitian yang

telah ditetapkan.

b) Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian

dengan mencatat gejala- gejala yang ditemukan dilapangan untuk

melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan

dengan topik penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui studi bahan- bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung

data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai

berikut :

a) Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-

buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan

masalah yang diteliti.

b) Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan

menggunakan catatan- catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta

sumber- sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan

(6)

4.5Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan

penulisan dalam penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif. Analisa data

kualitatif adalah analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan

nalar penelitian dalam menghubung- hubungkan fakta, data dan informasi. Jadi

teknik analisis data kualitatif yaitu dengan menyajikan hasil wawancara dan

melakukan analisis terhadap masalah yang ditemukan dilapangan sehingga

diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik

(7)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari kabupaten induknya

Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 36

Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang

Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh

Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.

a. Kondisi Geografis

Posisi geografis Kabupaten Samosir berada pada 2°24°-2° 45’ LU dan 98°

21’-99° 55’ BT. Secara administrasi wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten, yaitu:

a. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten

Simalungun

b. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

c. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten

Humbahas

d. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten

Pakpak Barat

Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau

Samosir di tengah Danau Toba, dan 3 kecamatan di daerah lingkar luar Danau

Toba tepat pada pegunungan Bukit Barisan. Luas wilayah Kabupaten Samosir

(8)

dan perairan danau seluas 110. 260 Ha. Luas dan batas perairan kawasan Danau

Toba belum ada ketentuan yang pasti. Namun mengingat Pulau Samosir tepat

berada dan dikelilingi oleh Danau Toba, secara proporsional luas perairan Danau

Toba yang menjadi bagian daerah Kabupaten Samosir sewajarnyalah merupakan

bahagian terluas dibandingkan dengan enam kabupaten lainnya di sekeliling

perairan Danau Toba.

Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian

antara 700 sampai dengan 1. 700 meter di atas permukaan laut, dengan komposisi:

a. 700 m s/d 1. 000 m dpl = ± 10%

b. 1.000m s/d 1.500 m dpl = ± 25%

c. >1. 500 m s/d dpl = ± 65%

Topografi dan kantor tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan

bergelombang, dengan komposisi kemiringan:

a. 0-2° (datar) = ± 10%

b. 2-15° (landai) = ± 20%

c. 15-40° (miring) = ± 55%

d. >40° (terjal) = ± 15%

b. Iklim

Dengan posisinya yang berada di garis khatulistiwa, kabupaten Samosir

tergolong ke dalam beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17° C-29°

C, dengan kelembapan udara rata-rata 85.04%. Rata-rata tinggi curah hujan yang

(9)

c. Wilayah Administrasi Pemerintahan

Wilayah pemerintah Kabupaten Samosir setelah pemekaran terdiri dari 9

kecamatan dengan 111 desa, dan 6 kelurahan. Dari 117 desa/ kelurahan, 107 desa

(91, 4%) termasuk desa swakarya, dan 7 desa tergolong desa swasembada, dan

sisanya 3 desa masih tergolong desa swadaya.

Tabel 5: Luas dan Jumlah Desa/ Kelurahan menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas (ha) Jumlah Desa/

Kelurahan

1. Sianjur mula-mula 14.024 11

2. Harian 39.460 11

3. Sitio-tio 24.901 6

4. Pangururan 8.465 28

5. Ronggur nihuta 8.715 8

6. Simanindo 19.820 16

7. Palipi 14.340 13

8. Nainggolan 8.756 12

9. Onan Runggu 5.914 12

Jumlah 144.425 117

Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir 2013

Desa yang terluas di Kabupaten Samosir, adalah pada Kecamatan

Harian dengan luas 39.460 ha. Sementara untuk jumlah desa/ kelurahan yang

paling banyak ada pada Kecamatan Pangururan dengan jumlah 28 desa/

kelurahan.

d. Kependudukan dan Sosial Budaya

Kondisi kependudukan maupun keadaan sosial budaya mayarakat di

Kabupaten Samosir mempunyai karakter yang khas yang memegang teguh

(10)

Samosir terdiri dari 9 kecamatan dengan jumlah penduduk di Kabupaten hingga

tahun 2013 kurang lebih197.930 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten

Samosir secara umum adalah sekitar 90 jiwa/ km². Tingkat kepadatan penduduk

tertinggi terdapat di Kecamatan Pangururan sebesar 293 jiwa/ km². Sedangkan

kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Hariaan 29 jiwa/ km².

e. Visi dan Misi Kabupaten Samosir

Yang menjadi Visi Kabupaten Samosir tahun 2011-2015 adalah:

“Samosir menjadi daerah tujuan wisata lingkungan yang inovatif 2015”

Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut:

1. Wisata Lingkungan mengandung makna bahwa pariwisata yang

mempertimbangkan dampak sosial ekonomi dan lingkungan dimasa kini

dan masamendatang dengan memperhatikan kebutuhan pengunjung

(wisatawan), industri pariwisata, lingkungan sekitar dan masyarakat tuan

rumah. Arah pengembangan destinasi pariwisata lingkungan adalah

pariwisata berkelanjutan yaitu upaya terpadu dan terorganisasi untuk

mengembangkan kualitas hidup melalui pengaturan, penyediaan

pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya alam dan

budaya secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi juga adil

secara etika dan sosial terhadap masyarakat.

2. Inovatif mengandung makna bahwa Kabupaten Samosir akan berkreasi,

mau dan dapat mengadakan pembaharuan sesuai tantangan, untuk

menggali dan memperkenalkan hal-hal yang baru akan seni, budaya dan

situs/artefak sejarah etnis Batak maupun kawasan wisata rekreasi yang

(11)

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka disusun Misi Kabupaten

Samosir adalah sebagai berikut:

a) Memantapkan Good Governance dengan dukungan SDM yang berkualitas

serta prasarana dan sarana yang memadai dan berstandart.

b) Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan kesejahteraan

rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya alam (SDA) yang berkelanjutan

dan terkendali.

c) Meningkatkan infrastruktur dan konservasi alam yang handal berdasarkan

tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis

lingkungan dan budaya.

d) Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan

demokrasi dan penegakan hukum.

e) Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak.

4.1.2 Gambaran Umum dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

A. Sejarah Kepariwisataan Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir, sebahagian besar dikelilingi oleh perairan danau toba.

Daratan dan danau toba memiliki potensi wisata yang beragam, baik dari sisi

produk wisatawan. Dengan alam yang indah dan kekayaan budaya yang dimilki

sangat potensial, menawarkan berbagai daya tarik wisata yang layak untuk

dikembangkan menjadi Objek Tujuan Wisata (OTW). OTW Kabupaten Samosir

di kawasan Danau Toba menyimpan potensi untuk wisata bahari, sedang daratan

Pulau Samosir dan pegunungan sekitar Danau Toba potensial dikembangkan

menjadi Wisata Alam, Wisata Rohani, Wisata Agro, dan Wisata Seni Budaya,

(12)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata di Kabupaten

Samosir terdiri dari daya tarik bersifat tangible (berujud) seperti daya tarik pantai

bahari/ danau, museum dan situs, panorama alam, agroforestry maupun wisata

olahraga, sedang yang bersifat intangible (tidak berujud) seperti sehaja dan

budaya masyarakat tradisional serta event budaya (pesta dan senibudaya) yang

menjadi peristiwa pariwisata.

Sesungguhnya kawasan Danau Toba Kabupaten Samosir sudah lama

dikenal oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara (diperkirakan

berkembang sejak tahun 70-an), karena keindahan panorama Danau Toba yang

terbentang luas, pulau di atas danau, masyarakat yang hidup dari potensi

pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan serta industri kecil, sehingga

sepanjang zaman Kabupaten Samosir tidak pernah mengalami kekurangan.

Sebagaimana disebut di atas bahwa Kabupaten Samosir kaya akan objek

wisata alam, budaya dan sejarah. Hal ini dimungkinkan untuk dikembangkan

mengingat letak geografis dan iklimnya, dan suasana kemasyarakatan sehingga

akan berkembang pada jenis wisata lainnya seperti wisata agro, ecotourism,

wisata olahraga, wisata spiritual dan lain sebagainya.

Secara umum jenis dan objek tujuan wisata di Kabupaten Samosir yang

tersebar di 9 kecamatan adalah Wisata Alam/ Lingkungan (Danau Toba, Pantai

Yang indah, air yang jernih, bukit pegunungan yang hijau, panorama) Wisata

Budaya (situs, peninggalan sejarah, seni budaya); Wisata Olahraga (renang,

dayung, volley pantai, lari/ jalan, paralayang, terbang layang, sepeda gunung,

(13)

Untuk pengembangan dan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten

Samosir telah diterbitkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah

(RIPPDA) pada tahun 2007 dan Detail Engginering Design (DED) kawasan Air

Panas (Aek Rangat Kec. Pangururan), sementara kawasan Sigulatti dan Pusuk

Buhit telah diusulkan ke Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk dibangun

sebagai kawasan Cagar Budaya.

Selanjutnya berdasarkan pendataan yang dilakukan bahwa di setiap

kecamatan terdapat banyak objek wisata yang mempunyai latar belakang dan

sejarah serta kondisi yang berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri untuk

disaksikan. Di masing-masing objek terdapat kemungkinan dilakukan kegiatan

lain yang dimaksud untuk melibatkan pengunjung seperti, mandi, berkemah,

berlayar, berolahraga, lari, terbang layang, mendaki gunung sambil menyaksikan

atraksi seni budaya batak oleh masyarakat setempat.

Sebagaimana diketahui bahwa objek tujuan wisata yang baik harus

memenuhi persyaratan utama yaitu memiliki sesuatu yang menarik untuk dilihat

(something to see): sesuatu yang dapat dilakukan (something to done) dan sesuatu

yang dapat dibeli dan dinikmati (something to buy and enjoy) baik kebutuhan

pokok, dan suasana sejuk/ gembira.

Untuk mendukung prinsip ini diperlukan sarana/ prasarana pendukung dan

penunjang pariwisata termasuk Guide/ pemandu, keamanan lingkungan,

transportasi yang aman dan lancer, dll. Persayaratan ini digambarkan melalui

makna yang terkandung dalam Sapta Pesona yang menjadi tujuan dan sasaran

melakukan perjalanan wisata, sekaligus untuk lebih mengenal tujuan dan

(14)

Secara umum DTW di Kabupaten Samosir belum seluruhnya memenuhi

ketiga persyaratan dan prinsip pariwisata tersebut, kecuali di kawasan Tomok dan

kawasan Ambarita, kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba, kawasan Aek Rangat

Pangururan, sehingga masih memerlukan pembenahan dan pembangunan serta

pembinaan agar lebih memadai bagi kebutuhan wisata.

B. Visi dan Misi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

Visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir adalah

“Samosir menjadi daerah tujuan pariwisata dengan daya tarik wisata

berbasis ekowisata yang berdaya saing.”

Visi tersebut diatas dapat diuraikan dan di jelaskan sebagai berikut:

a. Daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah

kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

yang di dalamnya terdapat daya tarik wisat, fasilitas umum , fasilitas

pariwisata, aksebilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya kepariwisataan .

b. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil

buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjugan wisatawan.

c. Berbasis ekowisata (ecotourism), bahwa pengembangan dan penyelenggaraan

pariwisata dikabupaten samosir dilakukan dengan konsep ekowosata

(ecotourism) yang berbasis: pemanfaatan lingkungan untuk pelindungan dan

pelestariaan; berintikan partisipasi aktif masyarakat; dengan penyajiaan

produk wisata bermuatan pendidikan, pembelajaran, dan rekreasi; berdampak

(15)

ekonomi daerah, yang diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasa terbuka,

kawasaan alam binaan, serta kawasan budaya.

d. Berdaya saing adalah sesuatu (dalam hal ini daya tarik dan budaya) yang

memiliki keunggulan dibandingkan dengan derah tujuan wisata di daerah

lain.

Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi Dinas Pariwisata, Seni dan

Budaya sebagai berikut:

a) Menata dan mengembangakan daya tarik wisata yang berdaya saing

b) Menggali, melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan batak

c) Menggali dan merekam jejak pariwisata super vulcano gunung toba

d) Menjalin kerjasama dengan stakeholders, investor dalam pengembangan

kepariwisataan

e) Melakukan promosis pariwisata yang seluas-luasnya.

Dalam upaya mencapai keberhasilan dan pengembangan, pembangunan

dan peningkatan pariwisata, harus didukung oleh infrastruktur dan

suprastruktur sebagai berikut :

1) Objek Tujuan Wisata/ Tourism Destination Area yang memiliki keindahan,

keunikan dan kelengkapan fasilitas pendukung

2) Pelayanan (services) yang memenuhi standard minimum menuju kepuasan tamu (Customer Satisfaction)

3) Sistem transportasi (Transportation System) yang berlangsung terus menerus

dan terjamin aman, nyaman dan lancar.

4) Komunikasi (communications) yang memiliki akses umum dan luas

(16)

hidup bersih, lestari jauh dari pencemaran. Fasilitas lain (Others facilities)

seperti penginapan, restoran dan hiburan/ atraksi Seni Budaya.

6) Fasilitas lain (Others facilities) seperti penginapan, restoran dan hiburan/

atraksi Seni Budaya.

Infrastruktur dan suprastruktur Pariwisata tersebut dilakukan oleh tiga

pihak yang bersinergi dan terpadu yakni oleh masyarakat itu sendiri, masyarakat

bersama-sama dengan pemerintah, dan yang dilakukan oleh Pemerintah sebagai

fasilitator, regulator.

C. Jumlah dan Komposisi Personalia Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

Kabupaten Samosir

Jumlah personalia Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

adalah sebanyak 35 orang. Jumlah tersebut dibagi ke dalam beberapa komposisi,

antara lain:

Tabel 6: Komposisi Personalia Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya

No Nama/ NIP Pangkat/ 6 Seldawati A. Situmorang, SH

(17)

8 Morita Situmorang, S.Pd 11 Elfrida Natalia Aritonang, SE

Nip. 19831218 200904 2 004 15 Elfrida Natalia Aritonang, SE

NIP. 19831218 200904 2 004

17 Holong M. Togatorop, S.Pd NIP. 19850711 200904 2 005 21 Junaedi Agus Malau, A.Md

NIP. 19730601 200604 1 006

(18)

NIP. 19830214 200904 2 001 II/ c dan Kepegawaian pada

31 Jimmy Nainggolan THL pada Bidang Seni

Budaya,Museum dan

(19)

D. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

Kedudukan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

berdasarkan Surat Keputusan Bupati Samosir Nomor 22 Tahun 2007 tentang

Susunan Organisasi dan Perangkat Dinas Daerah Kabupaten Samosir adalah:

a. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah unsur pelaksana Otonomi Daerah

di bidang Pariwisata, Seni dan Budaya .

b. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dipimpin oleh seorang Kepala Dinas

dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Dinas

Pariwisata, Seni dan Budaya mempunyai tugas; Melaksanakan urusan

pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di

bidang pariwisata, Seni dan Budaya.

E. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Dinas Pariwisata,

Seni dan Budaya

Kabupaten Samosir dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22

Tahun 2007 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Samosir,

yang terdiri dari:

a) Kepala Dinas

b) Sekretaris, membawahi:

1) Subbag Umum dan Perlengkapan

2) Subbag Keuangan dan Kepegawaian

(20)

c) Bidang Pemasaran Wisata, terdiri dari:

1) Seksi Promosi Wisata

2) Seksi Penyuluhan Wisata

d) Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan, terdiri dari:

1) Seksi Seni Budaya

2)Seksi Museum dan Kepurbakalaan

e) Bidang Pengembangan Wisata, terdiri dari:

1)Seksi Objek Wisata

2)Seksi Sarana dan Jasa Pariwisata

Untuk mengetahui pola hubungan struktur organisasi Dinas Pariwisata, Seni

dan Budaya Kabupaten Samosir dapat dilihat pada gambar organisasi di bawah

(21)
(22)

Kemudian untuk penjelasan tentang tugas pokok dan fungsi masing-masing

unit kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok dan fungsi membantu bupati dalam

penyelenggaraan pemerintahan di bidang pariwisata, seni dan budaya.

Dalam melaksanakn tugas pokok sebagaimana dimaksud, Kepala Dinas

mempunyai fungsi:

a. Merumuskan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis dan pembinaan

pariwisata, seni dan budaya

b. Menyelenggarakan dan menyusun program pembangunan dan

pengembangan pariwisata, seni dan budaya

c. Merumuskan program kerjasama dengan pihak lain di bidang pariwisata, seni

dan budaya d. Mengelola dan mengendalikan sumber daya, sarana prasarana

pariwisata, seni dan budaya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku

d. Merumuskan, mengkordinasikan penerimaan daerah di bidang pariwisata,

seni dan budaya yang bersumber dari pemerintah pusat, provinsi, daerah dan

pihak lain.

e. Memberi pedoman kebijakan teknis perizinan di bidang pariwisata, seni dan

budaya

f. Membina, mengkoordinasikan dan memberikan pelayanan teknis dan

administratif kepada semua unsur di lingkungan Dinas Pariwisata, Seni dan

(23)

g. Melakukan pengawasan dan menetapkan standard pelayanan minimal

dalam pariwisata, seni dan budaya

h. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan

petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis

i. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada

bupati melalui Sekdakab

j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya membawahi:

a. Sekretaris

b. Kepala Bidang

c. Jabatan Fungsional

2) Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam

melaksanakan tugas di bidang ketatausahaan yang meliputi pengelolaan

administrasi umum, perlengkapaan, keuangan, kepegawaian, perencanaan,

evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan kerumahtanggaan dan urusan umum

dinas. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretaris mempunyai fungsi:

1. Mengumpulkan dan menyusun bahan kebijakan, program, pedoman,

petunjuk teknis, dan pembinaan administrasi kesekretariatan, umum dan

perlengkapan, keuangan dan kepegawaian, perencanaan evaluasi dan

pelaporan.

2. Menyusun rencana dan pengelolaan kepegawaian, administrasi umum dan

(24)

3. Melaksanakan urusan rumah tangga, surat menyurat, kearsipan,

dokumentasi,penggandaan dan ekspedisi, hubungan masyarakat dan protokoler.

4. Menyiapkan rancangan naskah peraturan, keputusan, instruksi, dan

penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang Pariwisata, Seni dan

Budaya

5. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan

petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas, baik lisan maupun tertulis.

6. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala

Dinas.

7. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Sekretaris membawahi:

1. Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan

2. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

3. Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

3) Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan

Kepalabidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan, mempunyai tugas

pokok membantu Kepala Dinas dalam pelaksanaan tugas di bidang Seni, Budaya,

Museum dan Kepurbakalaan.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Bidang Seni Budaya,

Museum dan Kepurbakalaan mempunyai fungsi:

a. Mengumpulkan dan menyusun bahan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis

dan pembinaan seni budaya, museum dan kepurbakalaan.

(25)

c. Menyiapkan rancangan naskah dinas, peraturan, keputusan, instruksi, dan

penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang seni budaya,

museum dan kepurbakalaan.

d. Melaksanakan pembinaan, penggalian, pelestarian, dan pengembangan seni

budaya, museum dan kepurbakalaan

e. Menyusun rencana, dan melaksanakan kemitraan dengan pihak lain dalam

pembinaan, penggalian dan pengembangan seni budaya, museum dan

kepurbakalaan.

f. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan

petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas, baik lisan maupun tertulis.

g. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala

Dinas malalui Sekretaris.

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Kepala bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan membawahi:

1. Kepala Seksi Seni dan Budaya

2. Kepala Seksi Museum dan Kepurbakalaan.

4) Bidang Pengembangan Wisata

Kepala bidang pengembangan wisata mempunyai tugas pokok membantu

Kepala Dinas dalam pelaksanaan tugas di bidang pengembangan wisata. Dalam

melaksanakan tugas pokok tersebut kepala bidang pengembangan wisata

Melaksanakan fungsi: .

a. Mengumpulkan data dan menyusun bahan kebijakan, pedoman, petunjuk

teknis dan pembinaaan pengembangan wisata.

(26)

c. Menyiapkan rancangan naskah peraturan, keputusan, instruksi dan

penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang pariwisata

d. Melakukan pembinaan dan pengembangan usaha sarana dan jasa pariwisata

serta objek wisata

e. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan

petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis.

f. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas baik lisan

maupun tertulis.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Kepala bidang pengembangan wisata membawahi:

1. Kepala Seksi Objek Wisata

2. Kepala Seksi Sarana dan Jasa Pariwisata

5) Bidang Pemasaran Wisata

Kepala bidang pemasaran wisata mempunyai tugas pokok membantu Kepala

Dinas dalam pelaksanaan tugas di bidang pemasaran wisata. Dalam melaksanakan

tugas pokok tersebut, kepala bidang pemasaran mempunyai fungsi:

a. Mengumpulkan dan menyusun bahan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis

dalam promosi wisata dan penyusunan wisata.

b. Menyusun rencana di bidang pemasaran wisata.

c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam mempromosikan dan

memasarkan produk wisata

d. Menyusun rencana dan melaksanakan pemasaran wisata di dalam dan di luar

negeri

e. Menyiapkan bahan/ sarana promosi dan penyuluhan wisata

(27)

g. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan

petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis.

h. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala

Dinas dan melalui Sekretaris.

i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Kepala bidang pemasaran wisata membawahi:

1) Kepala Seksi Promosi Wisata

2) Kepala Seksi Penyuluhan Wisata

6) Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan berbagai

tugas dan fungsi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir sesuai

dengan keahlian dan kebutuhan.

Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari

sejumlah tenaga ahli dalam jenjang jabatan fungsional yang berbagai kelompok

sesuai dengan keahliannya. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga

fungsional yang ditunjuk oleh Kepala Dinas. Jumlah jabatan fungsional tersebut

(28)

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui

penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data

tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data

diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan, sedangkan data sekunder

ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data

primer. Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan dalam bab ini yaitu

Strategi pengembangan sector pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah di kabupaten samosir.

4.2.2 Pelaksanaan wawancara

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten

Samosir, selama kurang lebih tiga bulan. Dalam mengumpulkan data yang

diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahapan yang

dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan

berbagai dokumen tertulis tentang kondisi umum Kabupaten Samosir, dan

pariwisataSamosir, serta data-data lainya yang berkaitan dengan Pariwisata

Samosir. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan yang

sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih

komprehensif menyangkut permasalahan penelitian.

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari

para informan tentang Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam

Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir. Sesuai dengan rancangan

(29)

memiliki kedudukan tertentu karena dianggap dapat menjawab segala sesuatu

yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan

Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam Meningkatkan Retribusi

Daerah Kabupaten Samosir. Kesepuluh orang yang menjadi binformanyaitu

terdiri dari, Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (Informan kunci),

Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, Kepala Bidang

Pengembangan Wisata, Kepala Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan

(informan utama), para wisatawan 3 (tiga) orang, dan Pengusaha wisata 3 (tiga)

orang (informan biasa).

Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis yaitu tipe wawancara

berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis

menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun

adalah berhubungan dengan strategi pengembangan sektor pariwisata dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Samosir. Namun didalam

prosesnya sendiri, penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya

pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para

informan.

Pemaparan hasil wawancara ini dibuat secara berurutan menurut urutan

informan yang diwawancarai, yaitu dengan Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan

Budaya Kabupaten Samosir, Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Pengembangan

Wisata, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, para pengusaha objek wisata dan para

wisatawan lokal maupun mancanegara. Hasil yang diperoleh dibagi menjadi dua

(30)

strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah di kabupaten Samosir.

A. Karakteristik Informan

Informan di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir:

1. Drs.Ombang Siboro, Msi: Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

(Informan kunci)

2. Drs. Amon Sormin: Sekretaris Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (informan

utama)

3. Tetti Naibaho, S.Sos: Kepala Bidang Pemasaran Wisata (informan utama)

4. Jonni Sitanggang, SE: Kepala Bidang Pengembangan Wisata (informan

utama)

Informan biasa ada 6 orang di lapangan/ kawasan objek wisata Kabupaten

Samosir:

1. Pengusaha objek wisata pasir putih desa parbaba Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir, Ibu Mangoloi Simarmata, 63 tahun.

2. Pengusaha objek wisata pemandian air panas/ hotspring Kecamatan

Pangururan Kabupaten Samosir, Ibu Ria, 24 tahun

3. Pengusaha Hotel dan objek wisata Sanggam Beach Resort Hotel Kecamatan

Simanindo, Ibu Hotmaida Sidabutar.

4. Pengunjung/ wisatawan lokal diPemandian Air panas/ Hotspring Kecamatan

Pangururan, Ibu MaurenNapitupulu, 34 tahun Pengunjung/ wisatawan manca

(31)

B. Pendapat Informan tentang strategi pengembangan sektor pariwisata

dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Samosir

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan otonomi

daerah adalah faktor keuangan. Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan

fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan

pelayanan pembangunan. Sehingga faktor keuangan merupakan faktor yang utama

sebagai sumber daya finansial bagi pembiayaan penyelenggaraan roda

pemerintahan.

Kabupaten Samosir adalah suatu kabupaten yang memiliki potensi wisata

yang sangat menarik. Objek wisata yang masih asri dan natural dan tersebar di

daerah ini, yang sangat berpeluang untuk memberikan kontribusi terhadap

Pendapatan Asli Daerah. Secara khusus dalam periode ini pemerintah daerah

Kabupaten Samosir menetapkan visi, Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata

Lingkungan Yang Inovatif 2015.

Dalam mencapai visi tersebut, seluruh SKPD di Kabupaten Samosir

bekerjasama melalui setiap rencana kerja masing-masing yang mendukung dalam

pencapaian visi tersebut. Secara khusus Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

Kabupaten Samosir dan melalui visi yang telah ditetapkan, yaitu Samosir Menjadi

Daerah Tujuan pariwisata dengan daya tarik wisata berbasis ekowisata yang

berdaya saing. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melihat

bagaimanakah strategi pemerintah daerah khususnya melalui Dinas Pariwisata,

Seni dan Budaya dalam pengembangan sector pariwisata untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Samosir, berdasarkan wawancara yang

(32)

1. Penataan dan Pengembangan Potensi Wisata Kabupaten Samosir

Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, penataan dan pengembangan

wisata adalah salah satu kegiatan yang perlu dilakukan. Berikut adalah beberapa

usaha yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam

meningkatkan retribusi daerah. Argument pertama yang penulis peroleh adalah

dari informan kunci yaitu, Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Bapak

Drs.Ombang Siboro, Msi. Pertanyaan yang diajukan adalah: kalau kita perhatikan

sebenarnya Kabupaten Samosir memiliki sektor pertanian yang lebih menonjol

untuk bisa dikembangkan, tetapi kenapa saat ini kabupaten ini berfokus kepada

Dinas Pariwisata sebagai leading sector dikabupaten Samosir?

Beliau menjawab:

“Kita akui bahwa Samosir memiliki potensi yang besar di sektor pertanian

dalam arti luas, akan tetapi kondisi/ struktur/ kontur tanah yang marjinal, sebagian besar lahan yang dapat dipergunakan sebagai lahan sawah berada di Sumatera, sedangkan di pulau Samosir ini bukanlah lahan yang subur seperti yang kita duga, terdiri dari batu, pasir lempung, perolehan sumber air sangat sedikit (musim hujan air tumpah ke danau, musim kemarau tanah cepat kering). Sesungguhnya, jika dikaji lebih dalam visi Kabupaten Samosir, Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015, memberi arti bahwa fokus pembangunan tetap pada agribisnis (pertanian dalam arti luas), sementara pariwisata adalah leading sektor pembangunan ekonomi-sosial-budaya, karena pariwisata itu multi sektor, multi fungsi dan multi stakeholders, pariwisata berkembang bila didukung oleh agribisnis, lingkungan dan budaya; pariwisata berkaitan

erat dengan berbagai sektor kehidupan, dan pariwisata merupakan “wadah kolaborasi”, bukan primus interpares atau segala-galanya bagi

pembangunan masyarakat“.

Berdasarkan jawaban bapak Kepala Dinas tersebut, dapat diketahui bahwa

visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya yang telah ditetapkan tersebut adalah

mengacu kepada visi Kabupaten Samosir, yaitu dengan harapan Kabupaten

Samosir akan Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif dengan

(33)

pemerintah daerah Kabupaten Samosir ini melihat bahwa Kabupaten Samosir

memang memiliki kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan standard suatu objek

wisata, dengan alam yang sejuk, panorama yang indah, serta budayanya yang

unik. Sehingga inilah yang akan dikelola dan dimanfaatkan, dan masyarakatpun

akan berpartisipasi untuk membangun diri menjadi masyarakat wisata yang

bersapta pesona, berbasis alam dan budaya batak. Pariwisata ini adalah

multisektor, multifungsi dan multistakeholders, sehingga pariwisata ini akan lebih

berkembang jika didukung oleh agrobisnis/ sektor pertanian yang dimiliki

Samosir, jadi bukan berarti langsung tidak memperhatikan sektor pertanian tetapi

itu saling terkait dan saling mendukung.

Kemudian untuk mengetahui kebijakan/ program apakah yang sudah

dilakukan oleh pemerintah khususnya melalui dinas ini upaya pengembangan

sector pariwisata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, penulis kembali

bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Secara umum apakah kebijakan/

upaya yang telah dilakukan oleh dinas ini dalam meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah melalui penataan dan pengembangan wisata?

Beliau menjawab:

(34)

efektif, (5) kita juga telah melakukan promosi promosi yang genjar

melalui media social, media massa dan media elektronik”

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum

pemerintah/ dinas ini sudah melakukan berbagai kebijakan seperti penataan dan

pengembangan destinasi wisata, pelestarian seni budaya-museum dan

kepurbakalaan, membangun infrastruktur, dan membentuk kelompok seni budaya/

sanggar seni budaya di kecamatan serta melakukan promosi kedalam maupun

keluar negeri. Kebijakan serta usaha ini dilihat sudah cukup baik, dan pasti jika

diimplementasikan dengan baik pasti mencapai hasil yang maksimal khususnya

untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah .

Selanjutnya untuk membandingkan jawaban dari Kepala Dinas tersebut,

penulis kembali bertanya kepada sekretaris dan para kepala bidang, tentang

kebijakan/ upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menata dan

mengembangkan wisata untuk peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten

Samosir. Yang pertama penulis tanyakan adalah kepada Bapak Sekretaris Dinas,

Drs. Amon Sormin, dengan pertanyaan: Dalam melakukan pengembangan/

penataan kawasan objek wisata, tentunya sarana prasarana adalah salah satu faktor

yang sangat penting. Sejauh ini bagaimanakah dinas ini dalam menata dan

mengembangkan sarana prasarana wisata yang dianggap berpotensi untuk

dikembangkan? Objek/ daerah tujuan wisata apa sajakah yang sudah dibenahi

dengan sarana prasarana tersebut?

Beliau menjawab:

“ Memang benar, bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan hal yang

(35)

perlengkapi, karena hampir semua kawasan wisata disini adalah milik marga/ tanah ulayat. Kawasan objek wisata yang sudah kami perlengkapi dan tata ada beberapa objek yaitu diTomok, pada pintu gerbang pelabuhan pariwisata Tomok ada dibangun dermaga, objek wisata kuburan tua makam raja sidabutar, di Museum Huta Bolon Simanindo, di Pasir Putih Parbaba Desa Huta Bolon Parbaba, di pemandian air panas Kecamatan Pangururan, di Sianjur mula-mula (batu sawan, batu hobon, air 7 rasa), pantai Lagundi/ pondok remaja Kecamatan Onanrunggu, menara pandang tele. Beberapa kawasan objek wisata tersebut bukanlah milik pemerintah tetapi ada penataan dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah, seperti kamar mandi, dermaga, lampu, ayunan, tempat duduk, dan lain lain sesuai dengan kondisi wisata masing-masing”.

Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari beberapa kawasan

objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir, pemerintah khususnya dinas ini

belum melakukan penataan ke seluruhnya, karena objek wisata yang ada di

Kabupaten Samosir adalah milik marga/ tanah ulayat, sehingga pemerintah hanya

bisa melakukan penataan dan pengembangan bagi masyarakat yang bisa

bekerjasama dan hanya bagi kawasan wisata tertentu yang mereka pandang

sebagai kawasan wisata unggulan, dan mereka memperlengkapi fasilitas wisata

sesuai dengan kondisi objek wisata masing-masing sehingga wisatawan semakin

tertarik untuk berkunjung dan pendapatan asli daerah melalui retribusi daerah

tentunya akan mengalami peningkatan.

Senjutnya penulis kembali bertanya kepada bapak Kepala Bidang

Pengembangan Wisata, Jonni Sitanggang SE, dengan pertanyaan: Apakah

program/ kebijakan yang sudah dilakukan dinas ini dalam megembangkan dan

menata potensi objek wisata Samosir untuk meningkatkan retribusi daerah? Objek

wisata apa sajakah yang sudah ditata dan dikembangkan oleh dinas ini?

Beliau menjawab:

“Dalam membangun objek wisata itu sebenarnya adalah investor, kami

(36)

dengan memfasilitasi, misalnya dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti waterboom, dll. Tetapi yang masih terlaksana masih hanya dengan memfasilitasi/ membenahi beberapa kawasan objek wisata, seperti air hangat, pasir putih, menara pandang tele sukkean pohon besar, lagundi, air 7 rasa, batu sawan, batu hobon, huta bolon Simanindo. Di Tomok (Arsop) sebenarnya adalah milik masyarakat tetapi sengaja kami tata dengan membuat style yang sama supaya ada daya tarik, kuburan Siallagan (dengan membangun gapura dan pemugaran Huta Siallagan), pasir putih Parbaba (penataan, ayunan, paying-payung, jooging trek), sarana-sarana pelabuhan yang sudah dibangun seperti adanya kapal Ferry dari Nainggolan ke Muara, Tiga ras ke Simanindo, sekarang menunggu untuk launching. Setiap objek wisata yang sudah dibangun/ dibenahi ini dipungut retribusi bagi setiap pengunjung dan dikelola oleh dinas ini. Tetapi dalam pengembangan objek wisata kami terhambat karena tidak semuanya objek wisata milik pemerintah karena sebagaian besar adalah milik rakyat/ulayat, ini mengharuskan kami harus lagi melakukakan koordinasi dengan masyarakat yang membutuhkan waktu

yang sangat panjang.”

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah adalah

sebagai mediator dalam pengembangan wisata ini. Untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah melalui retribusi objek pariwisata seharusnya adalah

dengan memfasilitasi dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik

seperti water boom, tetapi sampai sejauh ini pemerintah hanya masih sebatas

membenahi berbagai kawasan objek wisata di Samosir dan setiap pengunjung

dipungut retribusi yang dikelola oleh dinas ini

.

dan pemerintah banyak disibukkan

dengan melakukan tugas pendekatan kepada masyarakat agar mau melakukakan

kerjasama dengan pemerintah daerah.

Selanjutnya, untuk mengetahui apakah pemerintah/ Dinas ini hanya

mengembangkan potensi wisata yang sudah ada ataukah sudah membuat

terobosan baru, objek wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan dan untuk

meningkatkan retribusi daerah, penulis bertanya kepada Bapak jonni sitanggang

(37)

Pemerintah/ secara khusus dinas ini hanya mengembangkan objek wisata yang

sudah ada/ milik masyarakat saja? Tidak membuat terobosan baru?

Beliau menjawab:

“Sudah pernah mencoba, tetapi karena tanah yang ada di Samosir ini adalah tanah rakyat/ ulayat semua, yang sangat susah diperoleh, dan kalaupun ada, harganya sangat mahal dan tidak terjangkau. Belakangan ini kita juga lagi memikirkan cara bagaimana membuka objek wisata yang baru dengan pendekatan yang merakyat yaitu menggandengan masyarakat sebagai mitra yang berjalan bersama dalam mengembangkan objek wisata yang akan dibuka. Dimana pemerintah mengambil posisi menjadi donor dalam pengembangan wisata dan masyarakat menjadi pelaksana teknis pengembangan objek wisata yang baru dengan prinsip bagi hasil. Tetapi

cara ini masih dalam proses implementasi.”

Kemudian penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Dinas

Drs.Ombang Siboro M.Si, menyangkut hal yang sama seperti yang di atas, dengan

pertanyaan: Apakah pada saat ini pemerintah hanya mengembangkan objek/

daerah tujuan wisata yang sudah ada, ataukah sedang membuat terobosan baru

yang berpotensi untuk dikunjungi dan menjadi andalan untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah ?

Beliau menjawab:

(38)

Berdasarkan jawaban informan di atas, bahwa sudah pernah mencoba untuk

mengundang investor tapi karena tanah Samosir adalah tanah marga maka

pemerintah hanya melakukan penataan saja bagi objek wisata yang sudah ada

yaitu milik masyarakat, melakukan terobosan dengan berbagai bidang/ sektor lain

yang berkaitan dengan pengembangan wisata, dan telah membangun pantai bebas

seperti pasir putih Parbaba.

Kemudian untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya usaha

pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah ini benar-benar dilakukan dan

dirasakan oleh masyarakat, penulis malakukan wawancara juga dengan informan

biasa yaitu para pengusaha dan pengunjung wisata baik itu wisata local ataupun

dengan wisatawan mancanegara.

Pertama, penulis mendapat argument dari pengusaha objek wisata pasir

putih parbaba, Ibu Mangoloi Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah yang sudah

dilakukan pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam

mengembangkan kawasan objek wisata ini?

Beliau menjawab:

“Pertama, pemerintah melakukan sosialisasi dengan kami sebagai pemilik

lahan ini karena mereka melihat bahwa kawasan ini memilki area yang cukup menarik pantai yang bersih, pasirnya yang putih, dan udara yang sejuk. Sehingga pemerintah melakukan penataan dan pengembangan dengan membangun berbagai macam fasilitas, seperti kamar mandi, ayun-ayunan dari kayu dan besi, posko, bangunan pentas dengan ucapan selamat datang, jalan setapak, lapangan volley, lampu-lampu hias, pembatas air ada kurang lebih 50 meter, tong sampah, payung-payung, bronjong, dermaga, hingga pantai ini bisa dinikmati para pengunjung dengan berbagai macam kegiatan yang bisa dinikmati juga. Tanah ini kami berikan kepada pemerintah secara sukarela, karena kami beranggapan bagaimanalah supaya Samosir ini bisa berkembang."

Bari jawaban tersebut, benar bahwa pemerintah khususnya melalui dinas ini

(39)

baru dalam meningkatkan perkembangan wisata Kabupaten Samosir. Dimana

pemerintah melihat objek wisata ini memilki potensi yang cukup menarik untuk

dikembangkan, sehingga pemerintah melakukan upaya sosialisasi terlebih dahulu

kepada pemilik lahan, kemudian pemerintah mengembangkannya dengan

membenahi dan menata pantai ini dengan berbagai fasilitas yang bisa manarik

wisatawan.

selanjutnya penulis kembali bertanya kepada beliau, dengan pertanyaan:

bagaimanakah kondisi jumlah wisatawan yangberkunjung ke tempat ini? Dan

apakah semua yang berkunjung dikenakan retribusi?

Beliau menjawab:

“Kalau mengenai kondisi jumlah wisatawan yang berkunjung, tidak bisa

kami katakan selalu banyak, tetapi tiap hari pasti selalu ada, dan apalagi waktu libur seperti liburan semester, paskah, natal, hari raya, tempat ini sangat ramai oleh pengunjung. Dan yang menjadi kendala adalah masyarakat masih kurang memilki kesadaran akan peraturan yang ditetapkan, sehingga masyarakat kadang mau tidak masuk dari pintu utama tempat retribusi dipungut, tetapi dari pintu yang lain yang tidak ada petugas disana. Sehingga kadang tidak semua dikenakan retribusi.”

Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat, bahwa jumlah kunjungan

wisatawan yang berkunjung tergantung kepada waktu liburan yang dimiliki

masyarakat, tetapi setiap hari pengunjung pasti selalu ada. Tidak semua

masyarakat yang memasuki kawasan wisata ini dipungut retribusi karena

masyarakat yang sengaja masuk tidak dari pintu utama dimana petugas pemungut

retribusi tidak ada disana, sehingga retribusi tidak dipungut dari mereka.

Selanjutnya, penulis kembali bertanya kepada pegawai Sanggam Beach

Resort Hotel di Kecamatan Simanindo, Hotma Sidabutar sebagai kasir selama 10

(40)

hingga sampai saat ini terutama setelah pemekaran daerah Kabupaten Samosir,

yang pastinya ini sangat berhubungan dengan kemajuan perhotelan ini?

Beliau menjawab:

“Tentang pariwisata Samosir, menurut saya masih kurang dikembangkan,

baik dari fasilitasnya/ sarana prasarana pendukungnya, ataupun kesadaran masyarakat yang masih kurang, walaupun memang sudah ada kemajuan tetapi belum begitu baiklah. Padahal Samosir cukup memiliki potensi wisata yang sangat bagus apalagi jika dikembangkan dan ditata dengan baik, dan ini juga secara tidak langsung berdampak bagi kami pihak perhotelan, dimana pengunjung sepi. Untuk mengatasi hal ini, memang

harus ada kerjasama yang baik antara pemrintah dan juga masyarakat.”

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan

pariwisata Samosir, hingga sampai saat ini setelah pemekaran daerah, belum

begitu berkembang, meskipun sudah ada kemajuan. Untuk bisa mencapai

perkembangan wisata yang lebih maju perlu ada kerjasama yang baik antara

pemerintah dengan masyarakat, sehingga semakin meningkatkan pendapatan asli

daerah dan kesejahteraan masyarakat tentunya.

Kemudian penulis kembali mengadakan wawancara dengan pengusaha

wisata di Hotspring (pemandian air panas) Kecamatan Pangururan Ibu Ria, untuk

mengetahui bagaimana perhatian dan peran pemerintah dalam menata dan

mengembangkan wisata ini, dengan pertanyaan: Apakah peran pemerintah/ Dinas

Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mengembangkan kawasan wisata ini?

Beliau menjawab:

“Mengenai peran pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam

(41)

oleh Dinas PU, tetapi khusus dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

masih kurang.”

Berdasarkan penjelasan informan tersebut, dapat kita lihat bahwa secara

langsung beliau mengatakan bahwa peranan pemerintah dalam mengembangkan

kawasan pariwisata ini masih kurang maksimal, karena meskipun pemerintah

khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya sudah membangun tempat

pemandian, tetapi karena tidak ada penataan yang berkelanjutan dari pemerintah

ini, maka tempat itu sekarang tidak dikunjungi wisatawan lagi, dan tentunya hal

ini sangat tidak mendukung dalam peningkatan retribusi daerah.

2. Pemasaran Wisata Kabupaten Samosir

Kegiatan pemasaran/ promosi merupakan kunci dalam menunjang

keberhasilan kegiatan wisata, yang akan mendorong wisatawan berkunjung ke

daerah wisata, kemudian akan meningkat ke pendapatan daerah. Untuk

mengetahui bagaimanakah pemerintah/ dinas ini dalam melakukan promosi/

pemasaran wisata Samosir ini, maka penulis kembali bertanya kepada Kepala

Bidang Pemasaran Wisata, dengan pertanyaan: Tentunya pemasaran pariwisata

adalah merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung peningkatan

pendapatan asli daerah. Bentuk/ langkah-langkah seperti apakah yang sudah

dikerjakan? Baik promosi dalam tingkat lokal maupun internasional?

Beliau menjawab:

(42)

wisatawan mancanegara dapat mengetahui tentang potensi wisata yang ada disamosir, memang sejauh ini hanya ini yang bisa kita lakukan untuk mempromosikan pariwisata samosir kepada dunia internasional, lagi-lagi karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang ada pada dinas

pariwisata dan seni, budaya kabupaten samosir”.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimanakah dampak dari promosi ini

terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisata, penulis kembali bertanya kepada

beliau dengan pertanyaan: Tentunya dengan adanya promosi ini, akan semakin

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Apakah terjadi

peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang signifikan? Bagaimanakah

pengaruhnya terhadap pendapatan keuangan daerah Kabupaten Samosir?

Beliau menjawab:

“Ia, dengan adanya promosi ini, tentunya jumlah wisatawan juga semakin

meningkat, terbukti dengan data yang ada. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan pasti didukung juga dengan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin banyak orang yang datang ke satu objek swisata, maka semakin banyak barang yang terjual, took/ souvenir/

angkutan. PAD juga secara otomatis akan meningkat”.

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat kita ketahui bahwa, dengan adanya

promosi ini jumlah wisatawan yang berkunjung juga semakin meningkat. Begitu

juga dengan tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, dan secara

otomatis juga berpengaruh ke peningkatan PAD Kabupaten Samosir.

Kemudian penulis kembali bertanya kepada beliau, dengan pertanyaan:

Apakah yang menjadi kendala dalam kegiatan pemasaran ini?

Beliau menjawab:

“Yang menjadi kendala adalah keterbatasan anggaran, dan juga kawasan

objek wisata di Samosir ini adalah usaha masyarakat sendiri sehingga menjadi masalah dalam pembebasan lahan oleh karena tanah adat/ ulayat yang sulit untuk diperjualbelikan sehingga investor sulit untuk

(43)

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat kita ketahui bahwa ternyata yang

menjadi kendala dalam pemasaran ini adalah keterbatasan anggaran dari

pemerintah, dan juga karena pada umumnya kawasan objek wisata di Samosir ini

adalah milik masyarakat sendiri, sehingga menjadi masalah juga dalam

mengundang investor untuk mengembangkan wisata Samosir, dan kalaupun tanah

itu ada, harganya sangat mahal.

3. Pembinaan dan Sadar Wisata

Sumber Daya Manusia adalah salah satu hal yang mendukung dalam

meningkatkan retribusi daerah ini. Sehingga dibutuhkan pelaksanaan

program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan

meningkatkan keterampilan bisnis yang professional. Untuk mengetahui

bagaimanakah upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya Dinas ini,

penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Bidang Pengembangan Wisata,

Jonni Sitanggang SE, dengan pertanyaan: Peningkatan retribusi daerah akan lebih

maksimal jika didukung dengan adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas

di dalamnya. Secara umum apakah yang sudah dilakukan oleh dinas ini dalam

membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis wisata

dan juga pemandu wisata?

Beliau menjawab:

“Ia, untuk mendukung dan mencapai hal itu, kami telah melakukan

(44)

lintas/ disiplin), bersih, (orangnya/ rumahnya/ lingkungannya/ pekarangannya), indah (penataan lingkungan/ bunga yang tertata).

Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat diketahui, bahwa dalam

upaya peningkatan retribusi daerah ini, pemerintah telah melakukan sosialisasi/

sadar wisata kepada masyarakat, pengusaha wisata, sehingga seluruh aspek

masyarakat juga mendukung tercapainya visi ini dan peningkatan pendapatan

daerah. Tetapi pemerintah masih menyadari bahwa langkah yang dilakukan pada

saat ini masih belum maksimal, dikarenakan belum semua komponen masyarakat

tersentuh akan sosialisasi yang dilakukan.

Kemudian penulis kembali bertanya kepada informan kunci, Bapak Kepala

Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, untuk mengetahui bagaimanakah dinas ini

mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat Samosir dengan

pertanyaan: Apakah bentuk-bentuk pembinaan dan pelatihan yang telah

dilakukanoleh dinas ini untuk mengembangkan kemampuan Sumber Daya

masyarakat Samosir dalam mengelola wisata sehingga akan berpengaruh kepada

peningkatan peningkatan pendapatan asli daerah dan tentunya akan secara

langsung terhadapat pendapatan masyarakat?

Beliau menjawab:

(45)

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat dilihat bahwa pemerintah juga telah

melakukan sosialisasi dan membentuk kelompok sadar wisata/ sadar lingkungan

untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan bagaimana supaya masyarakat

bisa menata dan mengembangkan wisata sehingga wisatawan semakin tertarik dan

retribusi daerah juga akan semakin bertambah. Dan konsep yang dibangun adalah

konsep wisata berbasis masyarakat dimana wisatawan langsung berhadapan

dengan masyarakat dan langsung berinteraksi dengan masyarakat, sebuah konsep

yang menarik tetapi butuh waktu yang lama untuk membina masyarakat dalam

menerapkan kosep ini.

Kemudian, untuk mengetahui apakah pernyataan dari para aparat

pemerintah itu benar-benar dinikmati dan telah dirasakan oleh masyarakat, penulis

bertanya kepada pengusaha wisata pantai pasir putih Parbaba Kecamatan

Pangururan Ibu Mangoloi Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah yang dilakukan

oleh pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya upaya pengembangan

wawasan dan kretifitas anda sebagai pengusaha untuk menata wisata dan menarik

minat wisatawan untuk berkunjung?

Beliau menjawab:

“Setelah pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya mengembangkan

kawasan ini, mereka juga melakukan sosialisasi kepada kami, bagaimana supaya kami semakin kreatif dalam menata dan mengelolanya, bagaimana kami menjaga kebersihan pasir dan pantai, bagaimana cara-cara kami menyambut tamu dengan ramah dan sopan. Kami sebagai pengusaha disini memang merasakan peran dan bantuan pemerintah. Hanya saja memang masyakat kita ini secara keseluruhan belum siap secara cepat mengadapi pola perubahan yang terjadi, terkadang masyarakat disini masih mersa

(46)

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat dilihat, bahwa kebijakan yang telah

ditetapkan oleh Dinas ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya memang

benar dirasakan oleh pengusaha, seperti pengusaha pantai pasir putih ini, dan

mereka menganggap peran dan bantuan pemerintah itu cukup baik, tinggal

bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan yang akan dan sedang

terjadi.

Selanjutnya untuk lebih mengetahui implementasi dari kebijakan sadar

wisata seperti yang telah ditetapkan oleh dinas ini, penulis kembali bertanya

kepada pengusaha lain pemandian air panas (hotspring) Pangururan yaitu Ibu Ria

dengan pertanyaan: untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dan

kreatifitas serta kemampuan anda sebagai pengusaha wisata ini dalam menata dan

menarik minat wisatawan berkunjung, peran seperti apakah yang sudah pernah

dilakukan oleh pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya?

Beliau menjawab:

”Mengenai peran pemerintah khususnya untuk sosialisasi dan pelatihan/

pembinaan memang sudah pernah dilakukan tetapi hanya sebatas itu, selanjutnya kami dibiarkan sendiri tanpa pendampingan. Kami melihat khususnya di kawasan ini masih sebatas pembangunan tempat pemandian air panas, dan itu pun sekarang tidak bisa dinikmati wisatawan lagi karena

sudah tidak dirawat dan ditata lagi.”

Berdasarkan jawaban dari informan tersebut dapat diketahui bahwa

sosialisasi dan sadar wisata seperti yang telah dikatakan oleh kepala dinas dan

kepala pengembangan wisata seperti di atas, belum dirasakan oleh pengusaha

wisata ini, tetapi masih sebatas pembangunan pemandian air panas, dan itu pun

tidak berfungsi lagi. Benar seperti yang dikatakan sebelumnya oleh bapak kepala

(47)

sosialisasi/ sadar wisata kepada sebagian masyarakat, karena keterbatasan

anggaran.

Selanjutnya terkait dengan pembinaan ini penulis kembali bertanya kepada

pegawai Sanggam Beach Resort Hotel Kecamatan Simanindo, Ibu Hotma

Sidabutar, dengan pertanyaan: bagaimanakan peran pemerintah khususnya Dinas

Pariwisata, Seni dan Budaya dalam melakukan pembinaan seperti sosialisasi

kepada anda untuk menarik minat wisatawan berkunjung dan menginap ke tempat

ini?

Beliau menjawab:

“Untuk pembinaan, pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

mengundang kami sekali dalam setahun untuk mengikuti rapat/ seminar, yang membagikan tentang bagaimana mengelola dan menata hotel, dan bagaimana menyambut para tamu dengan ramah dan sopan, dan kami

merasa itu cukup baik.”

Berdasarkan jawaban informan tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah

telah melakukan kegiatan seminar untuk pembinaan dan pelatihan bagi para

pemilik hotel, sehingga para wisatawan akhirnya bisa merasa nyaman dan betah

tinggal dan menikmati wisata Samosir.

4. Kerjasama dengan berbagai pihak

Dalam meningkatkan pendapatan asli daerah ini, kerjasama dengan pihak

lain adalah salah satu hal yang penting diperhatikan, baik itu dalam

pengembangan dan penataan wisatanya, promosinya, pembinaan/ sadar wisata,

dan juga dalam pemungutan retribusi. Untuk mengetahui hal ini, penulis bertanya

kepada Bapak Kepala Dinas, Drs Ombang Siboro Msi, dengan pertanyaan: dalam

meningkatkan pendapatan asli daerah ini, apakah bentuk-bentuk kerjasama yang

(48)

Beliau menjawab:

“Kepariwisataan adalah multisektor, multi fungsi dan multi stakeholder.

Untuk itu bentuk kerjasama yang dilakukan adalah membangun jaring kerjasama dan sinergitas dengan SKPD (Satuan Kerja Kerja Daerah) yang lain, tokoh adat budaya, tokoh masyarakat, pelaku pariwisata, upaya penataan dan pengembangan wisata, pembenahan infrastruktur, maupun sadar wisata sehingga pendapatan asli daerah juga bisa meningkat

terutama dari sector pariwisata ini.”

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah ini pemerintah/ dinas ini melakukan kerjasama/ sinergi

dengan berbagai pihak, seperti dengan SKPD lain, tokoh adat budaya, tokoh

masyarakat, palaku pariwisata

.

Selanjutnya untuk mengetahui bentuk kerjasama apa yang telah dilakukan oleh

dinas ini dalam promosi, penulis juga bertanya kepada Bapak Kepala Bidang Pemasaran

Wisata, dengan pertanyaan: Dalam promosi/ pemasaran ini, bentuk kerjasama seperti

apakah yang sudah dilakukan oleh dinas ini? Apakah ada kerjasama dengan investor?

Beliau menjawab:

”Kerjasama yang dilakukan yaitu dengan mitra pariwisata seperti, PHRI

(Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia) dari mulai pusat BPP (Badan Pengurus Pusat), BPD (Badan Pengurus Daerah/ Provinsi), BPC (Badan Pengurus Cabang/ Kabupaten). Bentuk kerjasama dilakukan dengan mengajak mereka langsung untuk ikut dalam acara/ event-event tertentu,

misalnya dengan mereka yang sebagai seller”. Kita juga sedang menjalin

(49)

sangat susah untuk diajak bekerjasama, dan kalaupun ada, harganya sangat

mahal.”

Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat diketahui bahwa kerjasama di

bidang promosi juga telah dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai

bentuk-bentuk promosi serta kegiatan-kegiatan promosi wisata. Tetapi yang jadi

masalahnya adalah anggaran yang kurang dari pemerintah sehingga promosi ini

masih hanya sebatas tingkat promosi lokal, belum internasional. Begitu juga

kerjasama dengan investor yang tidak ada, sehingga susah untuk mengembangkan

wisata di daerah ini. Padahal hal ini sangat dipandang bagus jika dilakukan,

karena akan menarik minat para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke

Samosir dan akan semakin menambah retribusi daerah.

Selanjutnya, penulis kembali mengadakan wawancara kepada pengunjung

objek wisata, ada dua informan, yaitu dari wisatawan lokal Ibu Mauren

Napitupulu, dan mancanegara Yurry. Penulis mengajukan pertanyaan yang sama

untuk mengetahui bagaimanakah tanggapan mereka dengan kawasan wisata

Samosir, dengan pertanyaan: Bagaimanakah Pulau Samosir ini menurut

andasebagai salah satu tujuan wisata? Dan bagaimanakah anda melihat

pengembangan pariwisata ini?

Jawaban kedua informan itu adalah:

Gambar

Tabel 5: Luas dan Jumlah Desa/ Kelurahan menurut Kecamatan
Tabel 6: Komposisi Personalia Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya
Tabel 7: Distribusi Wisatawan Nusantara Yang Berkunjung Ke    Kabupaten Samosir
Tabel 8:Distribusi Wisatawan Mancanegara Yang Berkunjung Ke   Kabupaten Samosir
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

a) Bebas administrasi keuangan dan perpustakaan serta administrasi kemahasiswaan (Bukti Struk Bebas dari BAU dan Perpustakaan). b) Mengisi Formulir Pendaftaran Ujian

Data yang diberikan dalam dokumen ini adalah benar dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya.. Saya bertanggung jawab atas jawaban dan pernyataan yang diberikan dalam

[r]

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran yang tertuang dalam Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 27/PBJ-KEMENAG-KATINGAN /VIII/2012 tanggal 15 Agustus 2012 dan

Cirebon, 24 September 2016 Ketua Jurusan Teknik

Teknik Penilaian Bobot Penila ian (per sub komp) Waktu Refe rensi 3 Mengidentifik asi ciri hidup dan tak hidup dari benda- benda dan makhluk hidup yang ada di

Isilah identitas sasaran (responden) monev pada kolom yang telah disediakan. Tuliskanlah catatan atau temuan-temuan penting untuk masing-masing indikator pada kolom