DAFTAR PUSTAKA
A.Yoeti,Okta.1982 Perencanaan Strategis Pemasaran daerah Tujuan Wisata,
Jakarta:PT Pradnya Paramita
Bryson, M. Jhon.1999. Strategik Planning For Public & Non Profit Organization.
Jossey-Bass Inc, USA
Djaman Sotari & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
I Gede Pitana & I Ketut Suryo Diarta, 2009.Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Andi
GitoSudarmo, Indriyo. 2001. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE.
Jatmiko, RD. 2004. Manajemen Strategik.Malang:UMM Press.
Jogiyanto.2005.Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE
Kaho, Josef. 2007. Prosfek Otomoni Daerah di Daerah Republik Indonesia.
Jakarta: PT RajaGarfindo.
Koswara Kertapraja.2010. Pemerintah Daerah. Jakarta: Inner
Oka Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, Dan Implementasi.
Jakarta : Kompas
Singarimbun, Masri Dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
PT Pustaka LP3ES.
Suyanto, Bagong Dan Sutinah. 2008. Metodse Penelitian Sosial. Jakarta:
Prenada Media Group.
Stoner, James, dkk.1996. Manajemen. Jakarta : PT Prenhallindo.
Syamsuddin Haris,2005. Desentralisasi Dan Otonomi Daerah. Jakarta: Lipi
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
PemerintahanDaerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
bentuk penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif. Menurut Nawawi
(2005: 64) bahwa bentuk deskriptif yaitu bentuk penelitian yang memusatkan
perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat actual pada saat
penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang
diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan
akurat.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Pariwisata Jl. Sisingamangaraja
Open Stage, Kabupaten Samosir, Kecamatan Pangururan.
3.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari
hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal
adanya populasi dan sampel (Bagong Suyanto. 2005: 171). Subjek penelitian yang
telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek
penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang
diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam
yaitu
1. Informan Kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan
2. Informan Utama, yaitu mereka terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti,
3. Informan Tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang
diteliti,Hendrarso (dalam Suyanto, 2005: 171-172).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menentukan informan dengan
menggunakan teknik purposive yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas
strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap
berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peneliti dalam hal ini
menggunakan informan penelitian terdiri dari:
a. Informan kunci, yaitu Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Kabupaten Samosir
b. Informan Utama, yaitu Sekretaris Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Kabupaten Samosir, Kepala Bidang Pemasaran Wisata dan Kepala
Bidang Pengembangan Wisata
a) Informan biasa, yaitu Pengusaha objek wisata dan wisatawan yang
berkunjung.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan
a) Wawancara mendalam yaitu dengan cara memberikan pertanyaan
langsung kepada sejumlah pihak terkait yang didasarkan pada percakapan
intensif dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Metode wawancara ditujukan untuk informan penelitian yang
telah ditetapkan.
b) Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian
dengan mencatat gejala- gejala yang ditemukan dilapangan untuk
melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan
dengan topik penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui studi bahan- bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung
data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai
berikut :
a) Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-
buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan
masalah yang diteliti.
b) Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan
menggunakan catatan- catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta
sumber- sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan
4.5Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan
penulisan dalam penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif. Analisa data
kualitatif adalah analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan
nalar penelitian dalam menghubung- hubungkan fakta, data dan informasi. Jadi
teknik analisis data kualitatif yaitu dengan menyajikan hasil wawancara dan
melakukan analisis terhadap masalah yang ditemukan dilapangan sehingga
diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari kabupaten induknya
Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 36
Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang
Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh
Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.
a. Kondisi Geografis
Posisi geografis Kabupaten Samosir berada pada 2°24°-2° 45’ LU dan 98°
21’-99° 55’ BT. Secara administrasi wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten, yaitu:
a. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten
Simalungun
b. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir
c. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten
Humbahas
d. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten
Pakpak Barat
Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau
Samosir di tengah Danau Toba, dan 3 kecamatan di daerah lingkar luar Danau
Toba tepat pada pegunungan Bukit Barisan. Luas wilayah Kabupaten Samosir
dan perairan danau seluas 110. 260 Ha. Luas dan batas perairan kawasan Danau
Toba belum ada ketentuan yang pasti. Namun mengingat Pulau Samosir tepat
berada dan dikelilingi oleh Danau Toba, secara proporsional luas perairan Danau
Toba yang menjadi bagian daerah Kabupaten Samosir sewajarnyalah merupakan
bahagian terluas dibandingkan dengan enam kabupaten lainnya di sekeliling
perairan Danau Toba.
Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian
antara 700 sampai dengan 1. 700 meter di atas permukaan laut, dengan komposisi:
a. 700 m s/d 1. 000 m dpl = ± 10%
b. 1.000m s/d 1.500 m dpl = ± 25%
c. >1. 500 m s/d dpl = ± 65%
Topografi dan kantor tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan
bergelombang, dengan komposisi kemiringan:
a. 0-2° (datar) = ± 10%
b. 2-15° (landai) = ± 20%
c. 15-40° (miring) = ± 55%
d. >40° (terjal) = ± 15%
b. Iklim
Dengan posisinya yang berada di garis khatulistiwa, kabupaten Samosir
tergolong ke dalam beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17° C-29°
C, dengan kelembapan udara rata-rata 85.04%. Rata-rata tinggi curah hujan yang
c. Wilayah Administrasi Pemerintahan
Wilayah pemerintah Kabupaten Samosir setelah pemekaran terdiri dari 9
kecamatan dengan 111 desa, dan 6 kelurahan. Dari 117 desa/ kelurahan, 107 desa
(91, 4%) termasuk desa swakarya, dan 7 desa tergolong desa swasembada, dan
sisanya 3 desa masih tergolong desa swadaya.
Tabel 5: Luas dan Jumlah Desa/ Kelurahan menurut Kecamatan
No Kecamatan Luas (ha) Jumlah Desa/
Kelurahan
1. Sianjur mula-mula 14.024 11
2. Harian 39.460 11
3. Sitio-tio 24.901 6
4. Pangururan 8.465 28
5. Ronggur nihuta 8.715 8
6. Simanindo 19.820 16
7. Palipi 14.340 13
8. Nainggolan 8.756 12
9. Onan Runggu 5.914 12
Jumlah 144.425 117
Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir 2013
Desa yang terluas di Kabupaten Samosir, adalah pada Kecamatan
Harian dengan luas 39.460 ha. Sementara untuk jumlah desa/ kelurahan yang
paling banyak ada pada Kecamatan Pangururan dengan jumlah 28 desa/
kelurahan.
d. Kependudukan dan Sosial Budaya
Kondisi kependudukan maupun keadaan sosial budaya mayarakat di
Kabupaten Samosir mempunyai karakter yang khas yang memegang teguh
Samosir terdiri dari 9 kecamatan dengan jumlah penduduk di Kabupaten hingga
tahun 2013 kurang lebih197.930 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten
Samosir secara umum adalah sekitar 90 jiwa/ km². Tingkat kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kecamatan Pangururan sebesar 293 jiwa/ km². Sedangkan
kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Hariaan 29 jiwa/ km².
e. Visi dan Misi Kabupaten Samosir
Yang menjadi Visi Kabupaten Samosir tahun 2011-2015 adalah:
“Samosir menjadi daerah tujuan wisata lingkungan yang inovatif 2015”
Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut:
1. Wisata Lingkungan mengandung makna bahwa pariwisata yang
mempertimbangkan dampak sosial ekonomi dan lingkungan dimasa kini
dan masamendatang dengan memperhatikan kebutuhan pengunjung
(wisatawan), industri pariwisata, lingkungan sekitar dan masyarakat tuan
rumah. Arah pengembangan destinasi pariwisata lingkungan adalah
pariwisata berkelanjutan yaitu upaya terpadu dan terorganisasi untuk
mengembangkan kualitas hidup melalui pengaturan, penyediaan
pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya alam dan
budaya secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi juga adil
secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
2. Inovatif mengandung makna bahwa Kabupaten Samosir akan berkreasi,
mau dan dapat mengadakan pembaharuan sesuai tantangan, untuk
menggali dan memperkenalkan hal-hal yang baru akan seni, budaya dan
situs/artefak sejarah etnis Batak maupun kawasan wisata rekreasi yang
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka disusun Misi Kabupaten
Samosir adalah sebagai berikut:
a) Memantapkan Good Governance dengan dukungan SDM yang berkualitas
serta prasarana dan sarana yang memadai dan berstandart.
b) Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan kesejahteraan
rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya alam (SDA) yang berkelanjutan
dan terkendali.
c) Meningkatkan infrastruktur dan konservasi alam yang handal berdasarkan
tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis
lingkungan dan budaya.
d) Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan
demokrasi dan penegakan hukum.
e) Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak.
4.1.2 Gambaran Umum dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
A. Sejarah Kepariwisataan Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir, sebahagian besar dikelilingi oleh perairan danau toba.
Daratan dan danau toba memiliki potensi wisata yang beragam, baik dari sisi
produk wisatawan. Dengan alam yang indah dan kekayaan budaya yang dimilki
sangat potensial, menawarkan berbagai daya tarik wisata yang layak untuk
dikembangkan menjadi Objek Tujuan Wisata (OTW). OTW Kabupaten Samosir
di kawasan Danau Toba menyimpan potensi untuk wisata bahari, sedang daratan
Pulau Samosir dan pegunungan sekitar Danau Toba potensial dikembangkan
menjadi Wisata Alam, Wisata Rohani, Wisata Agro, dan Wisata Seni Budaya,
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata di Kabupaten
Samosir terdiri dari daya tarik bersifat tangible (berujud) seperti daya tarik pantai
bahari/ danau, museum dan situs, panorama alam, agroforestry maupun wisata
olahraga, sedang yang bersifat intangible (tidak berujud) seperti sehaja dan
budaya masyarakat tradisional serta event budaya (pesta dan senibudaya) yang
menjadi peristiwa pariwisata.
Sesungguhnya kawasan Danau Toba Kabupaten Samosir sudah lama
dikenal oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara (diperkirakan
berkembang sejak tahun 70-an), karena keindahan panorama Danau Toba yang
terbentang luas, pulau di atas danau, masyarakat yang hidup dari potensi
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan serta industri kecil, sehingga
sepanjang zaman Kabupaten Samosir tidak pernah mengalami kekurangan.
Sebagaimana disebut di atas bahwa Kabupaten Samosir kaya akan objek
wisata alam, budaya dan sejarah. Hal ini dimungkinkan untuk dikembangkan
mengingat letak geografis dan iklimnya, dan suasana kemasyarakatan sehingga
akan berkembang pada jenis wisata lainnya seperti wisata agro, ecotourism,
wisata olahraga, wisata spiritual dan lain sebagainya.
Secara umum jenis dan objek tujuan wisata di Kabupaten Samosir yang
tersebar di 9 kecamatan adalah Wisata Alam/ Lingkungan (Danau Toba, Pantai
Yang indah, air yang jernih, bukit pegunungan yang hijau, panorama) Wisata
Budaya (situs, peninggalan sejarah, seni budaya); Wisata Olahraga (renang,
dayung, volley pantai, lari/ jalan, paralayang, terbang layang, sepeda gunung,
Untuk pengembangan dan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten
Samosir telah diterbitkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA) pada tahun 2007 dan Detail Engginering Design (DED) kawasan Air
Panas (Aek Rangat Kec. Pangururan), sementara kawasan Sigulatti dan Pusuk
Buhit telah diusulkan ke Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk dibangun
sebagai kawasan Cagar Budaya.
Selanjutnya berdasarkan pendataan yang dilakukan bahwa di setiap
kecamatan terdapat banyak objek wisata yang mempunyai latar belakang dan
sejarah serta kondisi yang berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri untuk
disaksikan. Di masing-masing objek terdapat kemungkinan dilakukan kegiatan
lain yang dimaksud untuk melibatkan pengunjung seperti, mandi, berkemah,
berlayar, berolahraga, lari, terbang layang, mendaki gunung sambil menyaksikan
atraksi seni budaya batak oleh masyarakat setempat.
Sebagaimana diketahui bahwa objek tujuan wisata yang baik harus
memenuhi persyaratan utama yaitu memiliki sesuatu yang menarik untuk dilihat
(something to see): sesuatu yang dapat dilakukan (something to done) dan sesuatu
yang dapat dibeli dan dinikmati (something to buy and enjoy) baik kebutuhan
pokok, dan suasana sejuk/ gembira.
Untuk mendukung prinsip ini diperlukan sarana/ prasarana pendukung dan
penunjang pariwisata termasuk Guide/ pemandu, keamanan lingkungan,
transportasi yang aman dan lancer, dll. Persayaratan ini digambarkan melalui
makna yang terkandung dalam Sapta Pesona yang menjadi tujuan dan sasaran
melakukan perjalanan wisata, sekaligus untuk lebih mengenal tujuan dan
Secara umum DTW di Kabupaten Samosir belum seluruhnya memenuhi
ketiga persyaratan dan prinsip pariwisata tersebut, kecuali di kawasan Tomok dan
kawasan Ambarita, kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba, kawasan Aek Rangat
Pangururan, sehingga masih memerlukan pembenahan dan pembangunan serta
pembinaan agar lebih memadai bagi kebutuhan wisata.
B. Visi dan Misi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
Visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir adalah
“Samosir menjadi daerah tujuan pariwisata dengan daya tarik wisata
berbasis ekowisata yang berdaya saing.”
Visi tersebut diatas dapat diuraikan dan di jelaskan sebagai berikut:
a. Daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang di dalamnya terdapat daya tarik wisat, fasilitas umum , fasilitas
pariwisata, aksebilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan .
b. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil
buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjugan wisatawan.
c. Berbasis ekowisata (ecotourism), bahwa pengembangan dan penyelenggaraan
pariwisata dikabupaten samosir dilakukan dengan konsep ekowosata
(ecotourism) yang berbasis: pemanfaatan lingkungan untuk pelindungan dan
pelestariaan; berintikan partisipasi aktif masyarakat; dengan penyajiaan
produk wisata bermuatan pendidikan, pembelajaran, dan rekreasi; berdampak
ekonomi daerah, yang diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasa terbuka,
kawasaan alam binaan, serta kawasan budaya.
d. Berdaya saing adalah sesuatu (dalam hal ini daya tarik dan budaya) yang
memiliki keunggulan dibandingkan dengan derah tujuan wisata di daerah
lain.
Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi Dinas Pariwisata, Seni dan
Budaya sebagai berikut:
a) Menata dan mengembangakan daya tarik wisata yang berdaya saing
b) Menggali, melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan batak
c) Menggali dan merekam jejak pariwisata super vulcano gunung toba
d) Menjalin kerjasama dengan stakeholders, investor dalam pengembangan
kepariwisataan
e) Melakukan promosis pariwisata yang seluas-luasnya.
Dalam upaya mencapai keberhasilan dan pengembangan, pembangunan
dan peningkatan pariwisata, harus didukung oleh infrastruktur dan
suprastruktur sebagai berikut :
1) Objek Tujuan Wisata/ Tourism Destination Area yang memiliki keindahan,
keunikan dan kelengkapan fasilitas pendukung
2) Pelayanan (services) yang memenuhi standard minimum menuju kepuasan tamu (Customer Satisfaction)
3) Sistem transportasi (Transportation System) yang berlangsung terus menerus
dan terjamin aman, nyaman dan lancar.
4) Komunikasi (communications) yang memiliki akses umum dan luas
hidup bersih, lestari jauh dari pencemaran. Fasilitas lain (Others facilities)
seperti penginapan, restoran dan hiburan/ atraksi Seni Budaya.
6) Fasilitas lain (Others facilities) seperti penginapan, restoran dan hiburan/
atraksi Seni Budaya.
Infrastruktur dan suprastruktur Pariwisata tersebut dilakukan oleh tiga
pihak yang bersinergi dan terpadu yakni oleh masyarakat itu sendiri, masyarakat
bersama-sama dengan pemerintah, dan yang dilakukan oleh Pemerintah sebagai
fasilitator, regulator.
C. Jumlah dan Komposisi Personalia Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Kabupaten Samosir
Jumlah personalia Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
adalah sebanyak 35 orang. Jumlah tersebut dibagi ke dalam beberapa komposisi,
antara lain:
Tabel 6: Komposisi Personalia Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya
No Nama/ NIP Pangkat/ 6 Seldawati A. Situmorang, SH
8 Morita Situmorang, S.Pd 11 Elfrida Natalia Aritonang, SE
Nip. 19831218 200904 2 004 15 Elfrida Natalia Aritonang, SE
NIP. 19831218 200904 2 004
17 Holong M. Togatorop, S.Pd NIP. 19850711 200904 2 005 21 Junaedi Agus Malau, A.Md
NIP. 19730601 200604 1 006
NIP. 19830214 200904 2 001 II/ c dan Kepegawaian pada
31 Jimmy Nainggolan THL pada Bidang Seni
Budaya,Museum dan
D. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Kedudukan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
berdasarkan Surat Keputusan Bupati Samosir Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Susunan Organisasi dan Perangkat Dinas Daerah Kabupaten Samosir adalah:
a. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah unsur pelaksana Otonomi Daerah
di bidang Pariwisata, Seni dan Budaya .
b. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya mempunyai tugas; Melaksanakan urusan
pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di
bidang pariwisata, Seni dan Budaya.
E. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Dinas Pariwisata,
Seni dan Budaya
Kabupaten Samosir dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22
Tahun 2007 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Samosir,
yang terdiri dari:
a) Kepala Dinas
b) Sekretaris, membawahi:
1) Subbag Umum dan Perlengkapan
2) Subbag Keuangan dan Kepegawaian
c) Bidang Pemasaran Wisata, terdiri dari:
1) Seksi Promosi Wisata
2) Seksi Penyuluhan Wisata
d) Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan, terdiri dari:
1) Seksi Seni Budaya
2)Seksi Museum dan Kepurbakalaan
e) Bidang Pengembangan Wisata, terdiri dari:
1)Seksi Objek Wisata
2)Seksi Sarana dan Jasa Pariwisata
Untuk mengetahui pola hubungan struktur organisasi Dinas Pariwisata, Seni
dan Budaya Kabupaten Samosir dapat dilihat pada gambar organisasi di bawah
Kemudian untuk penjelasan tentang tugas pokok dan fungsi masing-masing
unit kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok dan fungsi membantu bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan di bidang pariwisata, seni dan budaya.
Dalam melaksanakn tugas pokok sebagaimana dimaksud, Kepala Dinas
mempunyai fungsi:
a. Merumuskan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis dan pembinaan
pariwisata, seni dan budaya
b. Menyelenggarakan dan menyusun program pembangunan dan
pengembangan pariwisata, seni dan budaya
c. Merumuskan program kerjasama dengan pihak lain di bidang pariwisata, seni
dan budaya d. Mengelola dan mengendalikan sumber daya, sarana prasarana
pariwisata, seni dan budaya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
d. Merumuskan, mengkordinasikan penerimaan daerah di bidang pariwisata,
seni dan budaya yang bersumber dari pemerintah pusat, provinsi, daerah dan
pihak lain.
e. Memberi pedoman kebijakan teknis perizinan di bidang pariwisata, seni dan
budaya
f. Membina, mengkoordinasikan dan memberikan pelayanan teknis dan
administratif kepada semua unsur di lingkungan Dinas Pariwisata, Seni dan
g. Melakukan pengawasan dan menetapkan standard pelayanan minimal
dalam pariwisata, seni dan budaya
h. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan
petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis
i. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada
bupati melalui Sekdakab
j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya membawahi:
a. Sekretaris
b. Kepala Bidang
c. Jabatan Fungsional
2) Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam
melaksanakan tugas di bidang ketatausahaan yang meliputi pengelolaan
administrasi umum, perlengkapaan, keuangan, kepegawaian, perencanaan,
evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan kerumahtanggaan dan urusan umum
dinas. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretaris mempunyai fungsi:
1. Mengumpulkan dan menyusun bahan kebijakan, program, pedoman,
petunjuk teknis, dan pembinaan administrasi kesekretariatan, umum dan
perlengkapan, keuangan dan kepegawaian, perencanaan evaluasi dan
pelaporan.
2. Menyusun rencana dan pengelolaan kepegawaian, administrasi umum dan
3. Melaksanakan urusan rumah tangga, surat menyurat, kearsipan,
dokumentasi,penggandaan dan ekspedisi, hubungan masyarakat dan protokoler.
4. Menyiapkan rancangan naskah peraturan, keputusan, instruksi, dan
penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang Pariwisata, Seni dan
Budaya
5. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan
petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas, baik lisan maupun tertulis.
6. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala
Dinas.
7. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Sekretaris membawahi:
1. Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan
2. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian
3. Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
3) Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan
Kepalabidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan, mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Dinas dalam pelaksanaan tugas di bidang Seni, Budaya,
Museum dan Kepurbakalaan.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Bidang Seni Budaya,
Museum dan Kepurbakalaan mempunyai fungsi:
a. Mengumpulkan dan menyusun bahan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis
dan pembinaan seni budaya, museum dan kepurbakalaan.
c. Menyiapkan rancangan naskah dinas, peraturan, keputusan, instruksi, dan
penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang seni budaya,
museum dan kepurbakalaan.
d. Melaksanakan pembinaan, penggalian, pelestarian, dan pengembangan seni
budaya, museum dan kepurbakalaan
e. Menyusun rencana, dan melaksanakan kemitraan dengan pihak lain dalam
pembinaan, penggalian dan pengembangan seni budaya, museum dan
kepurbakalaan.
f. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan
petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas, baik lisan maupun tertulis.
g. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala
Dinas malalui Sekretaris.
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Kepala bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan membawahi:
1. Kepala Seksi Seni dan Budaya
2. Kepala Seksi Museum dan Kepurbakalaan.
4) Bidang Pengembangan Wisata
Kepala bidang pengembangan wisata mempunyai tugas pokok membantu
Kepala Dinas dalam pelaksanaan tugas di bidang pengembangan wisata. Dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut kepala bidang pengembangan wisata
Melaksanakan fungsi: .
a. Mengumpulkan data dan menyusun bahan kebijakan, pedoman, petunjuk
teknis dan pembinaaan pengembangan wisata.
c. Menyiapkan rancangan naskah peraturan, keputusan, instruksi dan
penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang pariwisata
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan usaha sarana dan jasa pariwisata
serta objek wisata
e. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan
petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis.
f. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas baik lisan
maupun tertulis.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Kepala bidang pengembangan wisata membawahi:
1. Kepala Seksi Objek Wisata
2. Kepala Seksi Sarana dan Jasa Pariwisata
5) Bidang Pemasaran Wisata
Kepala bidang pemasaran wisata mempunyai tugas pokok membantu Kepala
Dinas dalam pelaksanaan tugas di bidang pemasaran wisata. Dalam melaksanakan
tugas pokok tersebut, kepala bidang pemasaran mempunyai fungsi:
a. Mengumpulkan dan menyusun bahan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis
dalam promosi wisata dan penyusunan wisata.
b. Menyusun rencana di bidang pemasaran wisata.
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam mempromosikan dan
memasarkan produk wisata
d. Menyusun rencana dan melaksanakan pemasaran wisata di dalam dan di luar
negeri
e. Menyiapkan bahan/ sarana promosi dan penyuluhan wisata
g. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan
petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis.
h. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala
Dinas dan melalui Sekretaris.
i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Kepala bidang pemasaran wisata membawahi:
1) Kepala Seksi Promosi Wisata
2) Kepala Seksi Penyuluhan Wisata
6) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan berbagai
tugas dan fungsi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir sesuai
dengan keahlian dan kebutuhan.
Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari
sejumlah tenaga ahli dalam jenjang jabatan fungsional yang berbagai kelompok
sesuai dengan keahliannya. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional yang ditunjuk oleh Kepala Dinas. Jumlah jabatan fungsional tersebut
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui
penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data
tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data
diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan, sedangkan data sekunder
ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data
primer. Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan dalam bab ini yaitu
Strategi pengembangan sector pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah di kabupaten samosir.
4.2.2 Pelaksanaan wawancara
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten
Samosir, selama kurang lebih tiga bulan. Dalam mengumpulkan data yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahapan yang
dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan
berbagai dokumen tertulis tentang kondisi umum Kabupaten Samosir, dan
pariwisataSamosir, serta data-data lainya yang berkaitan dengan Pariwisata
Samosir. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan yang
sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih
komprehensif menyangkut permasalahan penelitian.
Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari
para informan tentang Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam
Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir. Sesuai dengan rancangan
memiliki kedudukan tertentu karena dianggap dapat menjawab segala sesuatu
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan
Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam Meningkatkan Retribusi
Daerah Kabupaten Samosir. Kesepuluh orang yang menjadi binformanyaitu
terdiri dari, Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (Informan kunci),
Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, Kepala Bidang
Pengembangan Wisata, Kepala Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan
(informan utama), para wisatawan 3 (tiga) orang, dan Pengusaha wisata 3 (tiga)
orang (informan biasa).
Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis yaitu tipe wawancara
berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis
menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun
adalah berhubungan dengan strategi pengembangan sektor pariwisata dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Samosir. Namun didalam
prosesnya sendiri, penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya
pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para
informan.
Pemaparan hasil wawancara ini dibuat secara berurutan menurut urutan
informan yang diwawancarai, yaitu dengan Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan
Budaya Kabupaten Samosir, Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Pengembangan
Wisata, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, para pengusaha objek wisata dan para
wisatawan lokal maupun mancanegara. Hasil yang diperoleh dibagi menjadi dua
strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah di kabupaten Samosir.
A. Karakteristik Informan
Informan di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir:
1. Drs.Ombang Siboro, Msi: Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
(Informan kunci)
2. Drs. Amon Sormin: Sekretaris Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (informan
utama)
3. Tetti Naibaho, S.Sos: Kepala Bidang Pemasaran Wisata (informan utama)
4. Jonni Sitanggang, SE: Kepala Bidang Pengembangan Wisata (informan
utama)
Informan biasa ada 6 orang di lapangan/ kawasan objek wisata Kabupaten
Samosir:
1. Pengusaha objek wisata pasir putih desa parbaba Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir, Ibu Mangoloi Simarmata, 63 tahun.
2. Pengusaha objek wisata pemandian air panas/ hotspring Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir, Ibu Ria, 24 tahun
3. Pengusaha Hotel dan objek wisata Sanggam Beach Resort Hotel Kecamatan
Simanindo, Ibu Hotmaida Sidabutar.
4. Pengunjung/ wisatawan lokal diPemandian Air panas/ Hotspring Kecamatan
Pangururan, Ibu MaurenNapitupulu, 34 tahun Pengunjung/ wisatawan manca
B. Pendapat Informan tentang strategi pengembangan sektor pariwisata
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Samosir
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan otonomi
daerah adalah faktor keuangan. Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan
fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan
pelayanan pembangunan. Sehingga faktor keuangan merupakan faktor yang utama
sebagai sumber daya finansial bagi pembiayaan penyelenggaraan roda
pemerintahan.
Kabupaten Samosir adalah suatu kabupaten yang memiliki potensi wisata
yang sangat menarik. Objek wisata yang masih asri dan natural dan tersebar di
daerah ini, yang sangat berpeluang untuk memberikan kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Secara khusus dalam periode ini pemerintah daerah
Kabupaten Samosir menetapkan visi, Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata
Lingkungan Yang Inovatif 2015.
Dalam mencapai visi tersebut, seluruh SKPD di Kabupaten Samosir
bekerjasama melalui setiap rencana kerja masing-masing yang mendukung dalam
pencapaian visi tersebut. Secara khusus Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Kabupaten Samosir dan melalui visi yang telah ditetapkan, yaitu Samosir Menjadi
Daerah Tujuan pariwisata dengan daya tarik wisata berbasis ekowisata yang
berdaya saing. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melihat
bagaimanakah strategi pemerintah daerah khususnya melalui Dinas Pariwisata,
Seni dan Budaya dalam pengembangan sector pariwisata untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Samosir, berdasarkan wawancara yang
1. Penataan dan Pengembangan Potensi Wisata Kabupaten Samosir
Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, penataan dan pengembangan
wisata adalah salah satu kegiatan yang perlu dilakukan. Berikut adalah beberapa
usaha yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam
meningkatkan retribusi daerah. Argument pertama yang penulis peroleh adalah
dari informan kunci yaitu, Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Bapak
Drs.Ombang Siboro, Msi. Pertanyaan yang diajukan adalah: kalau kita perhatikan
sebenarnya Kabupaten Samosir memiliki sektor pertanian yang lebih menonjol
untuk bisa dikembangkan, tetapi kenapa saat ini kabupaten ini berfokus kepada
Dinas Pariwisata sebagai leading sector dikabupaten Samosir?
Beliau menjawab:
“Kita akui bahwa Samosir memiliki potensi yang besar di sektor pertanian
dalam arti luas, akan tetapi kondisi/ struktur/ kontur tanah yang marjinal, sebagian besar lahan yang dapat dipergunakan sebagai lahan sawah berada di Sumatera, sedangkan di pulau Samosir ini bukanlah lahan yang subur seperti yang kita duga, terdiri dari batu, pasir lempung, perolehan sumber air sangat sedikit (musim hujan air tumpah ke danau, musim kemarau tanah cepat kering). Sesungguhnya, jika dikaji lebih dalam visi Kabupaten Samosir, Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015, memberi arti bahwa fokus pembangunan tetap pada agribisnis (pertanian dalam arti luas), sementara pariwisata adalah leading sektor pembangunan ekonomi-sosial-budaya, karena pariwisata itu multi sektor, multi fungsi dan multi stakeholders, pariwisata berkembang bila didukung oleh agribisnis, lingkungan dan budaya; pariwisata berkaitan
erat dengan berbagai sektor kehidupan, dan pariwisata merupakan “wadah kolaborasi”, bukan primus interpares atau segala-galanya bagi
pembangunan masyarakat“.
Berdasarkan jawaban bapak Kepala Dinas tersebut, dapat diketahui bahwa
visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya yang telah ditetapkan tersebut adalah
mengacu kepada visi Kabupaten Samosir, yaitu dengan harapan Kabupaten
Samosir akan Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif dengan
pemerintah daerah Kabupaten Samosir ini melihat bahwa Kabupaten Samosir
memang memiliki kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan standard suatu objek
wisata, dengan alam yang sejuk, panorama yang indah, serta budayanya yang
unik. Sehingga inilah yang akan dikelola dan dimanfaatkan, dan masyarakatpun
akan berpartisipasi untuk membangun diri menjadi masyarakat wisata yang
bersapta pesona, berbasis alam dan budaya batak. Pariwisata ini adalah
multisektor, multifungsi dan multistakeholders, sehingga pariwisata ini akan lebih
berkembang jika didukung oleh agrobisnis/ sektor pertanian yang dimiliki
Samosir, jadi bukan berarti langsung tidak memperhatikan sektor pertanian tetapi
itu saling terkait dan saling mendukung.
Kemudian untuk mengetahui kebijakan/ program apakah yang sudah
dilakukan oleh pemerintah khususnya melalui dinas ini upaya pengembangan
sector pariwisata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, penulis kembali
bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Secara umum apakah kebijakan/
upaya yang telah dilakukan oleh dinas ini dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah melalui penataan dan pengembangan wisata?
Beliau menjawab:
efektif, (5) kita juga telah melakukan promosi promosi yang genjar
melalui media social, media massa dan media elektronik”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum
pemerintah/ dinas ini sudah melakukan berbagai kebijakan seperti penataan dan
pengembangan destinasi wisata, pelestarian seni budaya-museum dan
kepurbakalaan, membangun infrastruktur, dan membentuk kelompok seni budaya/
sanggar seni budaya di kecamatan serta melakukan promosi kedalam maupun
keluar negeri. Kebijakan serta usaha ini dilihat sudah cukup baik, dan pasti jika
diimplementasikan dengan baik pasti mencapai hasil yang maksimal khususnya
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah .
Selanjutnya untuk membandingkan jawaban dari Kepala Dinas tersebut,
penulis kembali bertanya kepada sekretaris dan para kepala bidang, tentang
kebijakan/ upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menata dan
mengembangkan wisata untuk peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten
Samosir. Yang pertama penulis tanyakan adalah kepada Bapak Sekretaris Dinas,
Drs. Amon Sormin, dengan pertanyaan: Dalam melakukan pengembangan/
penataan kawasan objek wisata, tentunya sarana prasarana adalah salah satu faktor
yang sangat penting. Sejauh ini bagaimanakah dinas ini dalam menata dan
mengembangkan sarana prasarana wisata yang dianggap berpotensi untuk
dikembangkan? Objek/ daerah tujuan wisata apa sajakah yang sudah dibenahi
dengan sarana prasarana tersebut?
Beliau menjawab:
“ Memang benar, bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan hal yang
perlengkapi, karena hampir semua kawasan wisata disini adalah milik marga/ tanah ulayat. Kawasan objek wisata yang sudah kami perlengkapi dan tata ada beberapa objek yaitu diTomok, pada pintu gerbang pelabuhan pariwisata Tomok ada dibangun dermaga, objek wisata kuburan tua makam raja sidabutar, di Museum Huta Bolon Simanindo, di Pasir Putih Parbaba Desa Huta Bolon Parbaba, di pemandian air panas Kecamatan Pangururan, di Sianjur mula-mula (batu sawan, batu hobon, air 7 rasa), pantai Lagundi/ pondok remaja Kecamatan Onanrunggu, menara pandang tele. Beberapa kawasan objek wisata tersebut bukanlah milik pemerintah tetapi ada penataan dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah, seperti kamar mandi, dermaga, lampu, ayunan, tempat duduk, dan lain lain sesuai dengan kondisi wisata masing-masing”.
Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari beberapa kawasan
objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir, pemerintah khususnya dinas ini
belum melakukan penataan ke seluruhnya, karena objek wisata yang ada di
Kabupaten Samosir adalah milik marga/ tanah ulayat, sehingga pemerintah hanya
bisa melakukan penataan dan pengembangan bagi masyarakat yang bisa
bekerjasama dan hanya bagi kawasan wisata tertentu yang mereka pandang
sebagai kawasan wisata unggulan, dan mereka memperlengkapi fasilitas wisata
sesuai dengan kondisi objek wisata masing-masing sehingga wisatawan semakin
tertarik untuk berkunjung dan pendapatan asli daerah melalui retribusi daerah
tentunya akan mengalami peningkatan.
Senjutnya penulis kembali bertanya kepada bapak Kepala Bidang
Pengembangan Wisata, Jonni Sitanggang SE, dengan pertanyaan: Apakah
program/ kebijakan yang sudah dilakukan dinas ini dalam megembangkan dan
menata potensi objek wisata Samosir untuk meningkatkan retribusi daerah? Objek
wisata apa sajakah yang sudah ditata dan dikembangkan oleh dinas ini?
Beliau menjawab:
“Dalam membangun objek wisata itu sebenarnya adalah investor, kami
dengan memfasilitasi, misalnya dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti waterboom, dll. Tetapi yang masih terlaksana masih hanya dengan memfasilitasi/ membenahi beberapa kawasan objek wisata, seperti air hangat, pasir putih, menara pandang tele sukkean pohon besar, lagundi, air 7 rasa, batu sawan, batu hobon, huta bolon Simanindo. Di Tomok (Arsop) sebenarnya adalah milik masyarakat tetapi sengaja kami tata dengan membuat style yang sama supaya ada daya tarik, kuburan Siallagan (dengan membangun gapura dan pemugaran Huta Siallagan), pasir putih Parbaba (penataan, ayunan, paying-payung, jooging trek), sarana-sarana pelabuhan yang sudah dibangun seperti adanya kapal Ferry dari Nainggolan ke Muara, Tiga ras ke Simanindo, sekarang menunggu untuk launching. Setiap objek wisata yang sudah dibangun/ dibenahi ini dipungut retribusi bagi setiap pengunjung dan dikelola oleh dinas ini. Tetapi dalam pengembangan objek wisata kami terhambat karena tidak semuanya objek wisata milik pemerintah karena sebagaian besar adalah milik rakyat/ulayat, ini mengharuskan kami harus lagi melakukakan koordinasi dengan masyarakat yang membutuhkan waktu
yang sangat panjang.”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah adalah
sebagai mediator dalam pengembangan wisata ini. Untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah melalui retribusi objek pariwisata seharusnya adalah
dengan memfasilitasi dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik
seperti water boom, tetapi sampai sejauh ini pemerintah hanya masih sebatas
membenahi berbagai kawasan objek wisata di Samosir dan setiap pengunjung
dipungut retribusi yang dikelola oleh dinas ini
.
dan pemerintah banyak disibukkandengan melakukan tugas pendekatan kepada masyarakat agar mau melakukakan
kerjasama dengan pemerintah daerah.
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah pemerintah/ Dinas ini hanya
mengembangkan potensi wisata yang sudah ada ataukah sudah membuat
terobosan baru, objek wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan dan untuk
meningkatkan retribusi daerah, penulis bertanya kepada Bapak jonni sitanggang
Pemerintah/ secara khusus dinas ini hanya mengembangkan objek wisata yang
sudah ada/ milik masyarakat saja? Tidak membuat terobosan baru?
Beliau menjawab:
“Sudah pernah mencoba, tetapi karena tanah yang ada di Samosir ini adalah tanah rakyat/ ulayat semua, yang sangat susah diperoleh, dan kalaupun ada, harganya sangat mahal dan tidak terjangkau. Belakangan ini kita juga lagi memikirkan cara bagaimana membuka objek wisata yang baru dengan pendekatan yang merakyat yaitu menggandengan masyarakat sebagai mitra yang berjalan bersama dalam mengembangkan objek wisata yang akan dibuka. Dimana pemerintah mengambil posisi menjadi donor dalam pengembangan wisata dan masyarakat menjadi pelaksana teknis pengembangan objek wisata yang baru dengan prinsip bagi hasil. Tetapi
cara ini masih dalam proses implementasi.”
Kemudian penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Dinas
Drs.Ombang Siboro M.Si, menyangkut hal yang sama seperti yang di atas, dengan
pertanyaan: Apakah pada saat ini pemerintah hanya mengembangkan objek/
daerah tujuan wisata yang sudah ada, ataukah sedang membuat terobosan baru
yang berpotensi untuk dikunjungi dan menjadi andalan untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah ?
Beliau menjawab:
Berdasarkan jawaban informan di atas, bahwa sudah pernah mencoba untuk
mengundang investor tapi karena tanah Samosir adalah tanah marga maka
pemerintah hanya melakukan penataan saja bagi objek wisata yang sudah ada
yaitu milik masyarakat, melakukan terobosan dengan berbagai bidang/ sektor lain
yang berkaitan dengan pengembangan wisata, dan telah membangun pantai bebas
seperti pasir putih Parbaba.
Kemudian untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya usaha
pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah ini benar-benar dilakukan dan
dirasakan oleh masyarakat, penulis malakukan wawancara juga dengan informan
biasa yaitu para pengusaha dan pengunjung wisata baik itu wisata local ataupun
dengan wisatawan mancanegara.
Pertama, penulis mendapat argument dari pengusaha objek wisata pasir
putih parbaba, Ibu Mangoloi Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah yang sudah
dilakukan pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam
mengembangkan kawasan objek wisata ini?
Beliau menjawab:
“Pertama, pemerintah melakukan sosialisasi dengan kami sebagai pemilik
lahan ini karena mereka melihat bahwa kawasan ini memilki area yang cukup menarik pantai yang bersih, pasirnya yang putih, dan udara yang sejuk. Sehingga pemerintah melakukan penataan dan pengembangan dengan membangun berbagai macam fasilitas, seperti kamar mandi, ayun-ayunan dari kayu dan besi, posko, bangunan pentas dengan ucapan selamat datang, jalan setapak, lapangan volley, lampu-lampu hias, pembatas air ada kurang lebih 50 meter, tong sampah, payung-payung, bronjong, dermaga, hingga pantai ini bisa dinikmati para pengunjung dengan berbagai macam kegiatan yang bisa dinikmati juga. Tanah ini kami berikan kepada pemerintah secara sukarela, karena kami beranggapan bagaimanalah supaya Samosir ini bisa berkembang."
Bari jawaban tersebut, benar bahwa pemerintah khususnya melalui dinas ini
baru dalam meningkatkan perkembangan wisata Kabupaten Samosir. Dimana
pemerintah melihat objek wisata ini memilki potensi yang cukup menarik untuk
dikembangkan, sehingga pemerintah melakukan upaya sosialisasi terlebih dahulu
kepada pemilik lahan, kemudian pemerintah mengembangkannya dengan
membenahi dan menata pantai ini dengan berbagai fasilitas yang bisa manarik
wisatawan.
selanjutnya penulis kembali bertanya kepada beliau, dengan pertanyaan:
bagaimanakah kondisi jumlah wisatawan yangberkunjung ke tempat ini? Dan
apakah semua yang berkunjung dikenakan retribusi?
Beliau menjawab:
“Kalau mengenai kondisi jumlah wisatawan yang berkunjung, tidak bisa
kami katakan selalu banyak, tetapi tiap hari pasti selalu ada, dan apalagi waktu libur seperti liburan semester, paskah, natal, hari raya, tempat ini sangat ramai oleh pengunjung. Dan yang menjadi kendala adalah masyarakat masih kurang memilki kesadaran akan peraturan yang ditetapkan, sehingga masyarakat kadang mau tidak masuk dari pintu utama tempat retribusi dipungut, tetapi dari pintu yang lain yang tidak ada petugas disana. Sehingga kadang tidak semua dikenakan retribusi.”
Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat, bahwa jumlah kunjungan
wisatawan yang berkunjung tergantung kepada waktu liburan yang dimiliki
masyarakat, tetapi setiap hari pengunjung pasti selalu ada. Tidak semua
masyarakat yang memasuki kawasan wisata ini dipungut retribusi karena
masyarakat yang sengaja masuk tidak dari pintu utama dimana petugas pemungut
retribusi tidak ada disana, sehingga retribusi tidak dipungut dari mereka.
Selanjutnya, penulis kembali bertanya kepada pegawai Sanggam Beach
Resort Hotel di Kecamatan Simanindo, Hotma Sidabutar sebagai kasir selama 10
hingga sampai saat ini terutama setelah pemekaran daerah Kabupaten Samosir,
yang pastinya ini sangat berhubungan dengan kemajuan perhotelan ini?
Beliau menjawab:
“Tentang pariwisata Samosir, menurut saya masih kurang dikembangkan,
baik dari fasilitasnya/ sarana prasarana pendukungnya, ataupun kesadaran masyarakat yang masih kurang, walaupun memang sudah ada kemajuan tetapi belum begitu baiklah. Padahal Samosir cukup memiliki potensi wisata yang sangat bagus apalagi jika dikembangkan dan ditata dengan baik, dan ini juga secara tidak langsung berdampak bagi kami pihak perhotelan, dimana pengunjung sepi. Untuk mengatasi hal ini, memang
harus ada kerjasama yang baik antara pemrintah dan juga masyarakat.”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan
pariwisata Samosir, hingga sampai saat ini setelah pemekaran daerah, belum
begitu berkembang, meskipun sudah ada kemajuan. Untuk bisa mencapai
perkembangan wisata yang lebih maju perlu ada kerjasama yang baik antara
pemerintah dengan masyarakat, sehingga semakin meningkatkan pendapatan asli
daerah dan kesejahteraan masyarakat tentunya.
Kemudian penulis kembali mengadakan wawancara dengan pengusaha
wisata di Hotspring (pemandian air panas) Kecamatan Pangururan Ibu Ria, untuk
mengetahui bagaimana perhatian dan peran pemerintah dalam menata dan
mengembangkan wisata ini, dengan pertanyaan: Apakah peran pemerintah/ Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mengembangkan kawasan wisata ini?
Beliau menjawab:
“Mengenai peran pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam
oleh Dinas PU, tetapi khusus dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
masih kurang.”
Berdasarkan penjelasan informan tersebut, dapat kita lihat bahwa secara
langsung beliau mengatakan bahwa peranan pemerintah dalam mengembangkan
kawasan pariwisata ini masih kurang maksimal, karena meskipun pemerintah
khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya sudah membangun tempat
pemandian, tetapi karena tidak ada penataan yang berkelanjutan dari pemerintah
ini, maka tempat itu sekarang tidak dikunjungi wisatawan lagi, dan tentunya hal
ini sangat tidak mendukung dalam peningkatan retribusi daerah.
2. Pemasaran Wisata Kabupaten Samosir
Kegiatan pemasaran/ promosi merupakan kunci dalam menunjang
keberhasilan kegiatan wisata, yang akan mendorong wisatawan berkunjung ke
daerah wisata, kemudian akan meningkat ke pendapatan daerah. Untuk
mengetahui bagaimanakah pemerintah/ dinas ini dalam melakukan promosi/
pemasaran wisata Samosir ini, maka penulis kembali bertanya kepada Kepala
Bidang Pemasaran Wisata, dengan pertanyaan: Tentunya pemasaran pariwisata
adalah merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung peningkatan
pendapatan asli daerah. Bentuk/ langkah-langkah seperti apakah yang sudah
dikerjakan? Baik promosi dalam tingkat lokal maupun internasional?
Beliau menjawab:
wisatawan mancanegara dapat mengetahui tentang potensi wisata yang ada disamosir, memang sejauh ini hanya ini yang bisa kita lakukan untuk mempromosikan pariwisata samosir kepada dunia internasional, lagi-lagi karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang ada pada dinas
pariwisata dan seni, budaya kabupaten samosir”.
Selanjutnya untuk mengetahui bagaimanakah dampak dari promosi ini
terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisata, penulis kembali bertanya kepada
beliau dengan pertanyaan: Tentunya dengan adanya promosi ini, akan semakin
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Apakah terjadi
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang signifikan? Bagaimanakah
pengaruhnya terhadap pendapatan keuangan daerah Kabupaten Samosir?
Beliau menjawab:
“Ia, dengan adanya promosi ini, tentunya jumlah wisatawan juga semakin
meningkat, terbukti dengan data yang ada. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan pasti didukung juga dengan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin banyak orang yang datang ke satu objek swisata, maka semakin banyak barang yang terjual, took/ souvenir/
angkutan. PAD juga secara otomatis akan meningkat”.
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat kita ketahui bahwa, dengan adanya
promosi ini jumlah wisatawan yang berkunjung juga semakin meningkat. Begitu
juga dengan tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, dan secara
otomatis juga berpengaruh ke peningkatan PAD Kabupaten Samosir.
Kemudian penulis kembali bertanya kepada beliau, dengan pertanyaan:
Apakah yang menjadi kendala dalam kegiatan pemasaran ini?
Beliau menjawab:
“Yang menjadi kendala adalah keterbatasan anggaran, dan juga kawasan
objek wisata di Samosir ini adalah usaha masyarakat sendiri sehingga menjadi masalah dalam pembebasan lahan oleh karena tanah adat/ ulayat yang sulit untuk diperjualbelikan sehingga investor sulit untuk
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat kita ketahui bahwa ternyata yang
menjadi kendala dalam pemasaran ini adalah keterbatasan anggaran dari
pemerintah, dan juga karena pada umumnya kawasan objek wisata di Samosir ini
adalah milik masyarakat sendiri, sehingga menjadi masalah juga dalam
mengundang investor untuk mengembangkan wisata Samosir, dan kalaupun tanah
itu ada, harganya sangat mahal.
3. Pembinaan dan Sadar Wisata
Sumber Daya Manusia adalah salah satu hal yang mendukung dalam
meningkatkan retribusi daerah ini. Sehingga dibutuhkan pelaksanaan
program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan
meningkatkan keterampilan bisnis yang professional. Untuk mengetahui
bagaimanakah upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya Dinas ini,
penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Bidang Pengembangan Wisata,
Jonni Sitanggang SE, dengan pertanyaan: Peningkatan retribusi daerah akan lebih
maksimal jika didukung dengan adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas
di dalamnya. Secara umum apakah yang sudah dilakukan oleh dinas ini dalam
membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis wisata
dan juga pemandu wisata?
Beliau menjawab:
“Ia, untuk mendukung dan mencapai hal itu, kami telah melakukan
lintas/ disiplin), bersih, (orangnya/ rumahnya/ lingkungannya/ pekarangannya), indah (penataan lingkungan/ bunga yang tertata).
Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat diketahui, bahwa dalam
upaya peningkatan retribusi daerah ini, pemerintah telah melakukan sosialisasi/
sadar wisata kepada masyarakat, pengusaha wisata, sehingga seluruh aspek
masyarakat juga mendukung tercapainya visi ini dan peningkatan pendapatan
daerah. Tetapi pemerintah masih menyadari bahwa langkah yang dilakukan pada
saat ini masih belum maksimal, dikarenakan belum semua komponen masyarakat
tersentuh akan sosialisasi yang dilakukan.
Kemudian penulis kembali bertanya kepada informan kunci, Bapak Kepala
Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, untuk mengetahui bagaimanakah dinas ini
mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat Samosir dengan
pertanyaan: Apakah bentuk-bentuk pembinaan dan pelatihan yang telah
dilakukanoleh dinas ini untuk mengembangkan kemampuan Sumber Daya
masyarakat Samosir dalam mengelola wisata sehingga akan berpengaruh kepada
peningkatan peningkatan pendapatan asli daerah dan tentunya akan secara
langsung terhadapat pendapatan masyarakat?
Beliau menjawab:
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat dilihat bahwa pemerintah juga telah
melakukan sosialisasi dan membentuk kelompok sadar wisata/ sadar lingkungan
untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan bagaimana supaya masyarakat
bisa menata dan mengembangkan wisata sehingga wisatawan semakin tertarik dan
retribusi daerah juga akan semakin bertambah. Dan konsep yang dibangun adalah
konsep wisata berbasis masyarakat dimana wisatawan langsung berhadapan
dengan masyarakat dan langsung berinteraksi dengan masyarakat, sebuah konsep
yang menarik tetapi butuh waktu yang lama untuk membina masyarakat dalam
menerapkan kosep ini.
Kemudian, untuk mengetahui apakah pernyataan dari para aparat
pemerintah itu benar-benar dinikmati dan telah dirasakan oleh masyarakat, penulis
bertanya kepada pengusaha wisata pantai pasir putih Parbaba Kecamatan
Pangururan Ibu Mangoloi Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah yang dilakukan
oleh pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya upaya pengembangan
wawasan dan kretifitas anda sebagai pengusaha untuk menata wisata dan menarik
minat wisatawan untuk berkunjung?
Beliau menjawab:
“Setelah pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya mengembangkan
kawasan ini, mereka juga melakukan sosialisasi kepada kami, bagaimana supaya kami semakin kreatif dalam menata dan mengelolanya, bagaimana kami menjaga kebersihan pasir dan pantai, bagaimana cara-cara kami menyambut tamu dengan ramah dan sopan. Kami sebagai pengusaha disini memang merasakan peran dan bantuan pemerintah. Hanya saja memang masyakat kita ini secara keseluruhan belum siap secara cepat mengadapi pola perubahan yang terjadi, terkadang masyarakat disini masih mersa
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat dilihat, bahwa kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Dinas ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya memang
benar dirasakan oleh pengusaha, seperti pengusaha pantai pasir putih ini, dan
mereka menganggap peran dan bantuan pemerintah itu cukup baik, tinggal
bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan yang akan dan sedang
terjadi.
Selanjutnya untuk lebih mengetahui implementasi dari kebijakan sadar
wisata seperti yang telah ditetapkan oleh dinas ini, penulis kembali bertanya
kepada pengusaha lain pemandian air panas (hotspring) Pangururan yaitu Ibu Ria
dengan pertanyaan: untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dan
kreatifitas serta kemampuan anda sebagai pengusaha wisata ini dalam menata dan
menarik minat wisatawan berkunjung, peran seperti apakah yang sudah pernah
dilakukan oleh pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya?
Beliau menjawab:
”Mengenai peran pemerintah khususnya untuk sosialisasi dan pelatihan/
pembinaan memang sudah pernah dilakukan tetapi hanya sebatas itu, selanjutnya kami dibiarkan sendiri tanpa pendampingan. Kami melihat khususnya di kawasan ini masih sebatas pembangunan tempat pemandian air panas, dan itu pun sekarang tidak bisa dinikmati wisatawan lagi karena
sudah tidak dirawat dan ditata lagi.”
Berdasarkan jawaban dari informan tersebut dapat diketahui bahwa
sosialisasi dan sadar wisata seperti yang telah dikatakan oleh kepala dinas dan
kepala pengembangan wisata seperti di atas, belum dirasakan oleh pengusaha
wisata ini, tetapi masih sebatas pembangunan pemandian air panas, dan itu pun
tidak berfungsi lagi. Benar seperti yang dikatakan sebelumnya oleh bapak kepala
sosialisasi/ sadar wisata kepada sebagian masyarakat, karena keterbatasan
anggaran.
Selanjutnya terkait dengan pembinaan ini penulis kembali bertanya kepada
pegawai Sanggam Beach Resort Hotel Kecamatan Simanindo, Ibu Hotma
Sidabutar, dengan pertanyaan: bagaimanakan peran pemerintah khususnya Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya dalam melakukan pembinaan seperti sosialisasi
kepada anda untuk menarik minat wisatawan berkunjung dan menginap ke tempat
ini?
Beliau menjawab:
“Untuk pembinaan, pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
mengundang kami sekali dalam setahun untuk mengikuti rapat/ seminar, yang membagikan tentang bagaimana mengelola dan menata hotel, dan bagaimana menyambut para tamu dengan ramah dan sopan, dan kami
merasa itu cukup baik.”
Berdasarkan jawaban informan tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah
telah melakukan kegiatan seminar untuk pembinaan dan pelatihan bagi para
pemilik hotel, sehingga para wisatawan akhirnya bisa merasa nyaman dan betah
tinggal dan menikmati wisata Samosir.
4. Kerjasama dengan berbagai pihak
Dalam meningkatkan pendapatan asli daerah ini, kerjasama dengan pihak
lain adalah salah satu hal yang penting diperhatikan, baik itu dalam
pengembangan dan penataan wisatanya, promosinya, pembinaan/ sadar wisata,
dan juga dalam pemungutan retribusi. Untuk mengetahui hal ini, penulis bertanya
kepada Bapak Kepala Dinas, Drs Ombang Siboro Msi, dengan pertanyaan: dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah ini, apakah bentuk-bentuk kerjasama yang
Beliau menjawab:
“Kepariwisataan adalah multisektor, multi fungsi dan multi stakeholder.
Untuk itu bentuk kerjasama yang dilakukan adalah membangun jaring kerjasama dan sinergitas dengan SKPD (Satuan Kerja Kerja Daerah) yang lain, tokoh adat budaya, tokoh masyarakat, pelaku pariwisata, upaya penataan dan pengembangan wisata, pembenahan infrastruktur, maupun sadar wisata sehingga pendapatan asli daerah juga bisa meningkat
terutama dari sector pariwisata ini.”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah ini pemerintah/ dinas ini melakukan kerjasama/ sinergi
dengan berbagai pihak, seperti dengan SKPD lain, tokoh adat budaya, tokoh
masyarakat, palaku pariwisata
.
Selanjutnya untuk mengetahui bentuk kerjasama apa yang telah dilakukan oleh
dinas ini dalam promosi, penulis juga bertanya kepada Bapak Kepala Bidang Pemasaran
Wisata, dengan pertanyaan: Dalam promosi/ pemasaran ini, bentuk kerjasama seperti
apakah yang sudah dilakukan oleh dinas ini? Apakah ada kerjasama dengan investor?
Beliau menjawab:
”Kerjasama yang dilakukan yaitu dengan mitra pariwisata seperti, PHRI
(Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia) dari mulai pusat BPP (Badan Pengurus Pusat), BPD (Badan Pengurus Daerah/ Provinsi), BPC (Badan Pengurus Cabang/ Kabupaten). Bentuk kerjasama dilakukan dengan mengajak mereka langsung untuk ikut dalam acara/ event-event tertentu,
misalnya dengan mereka yang sebagai seller”. Kita juga sedang menjalin
sangat susah untuk diajak bekerjasama, dan kalaupun ada, harganya sangat
mahal.”
Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat diketahui bahwa kerjasama di
bidang promosi juga telah dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai
bentuk-bentuk promosi serta kegiatan-kegiatan promosi wisata. Tetapi yang jadi
masalahnya adalah anggaran yang kurang dari pemerintah sehingga promosi ini
masih hanya sebatas tingkat promosi lokal, belum internasional. Begitu juga
kerjasama dengan investor yang tidak ada, sehingga susah untuk mengembangkan
wisata di daerah ini. Padahal hal ini sangat dipandang bagus jika dilakukan,
karena akan menarik minat para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke
Samosir dan akan semakin menambah retribusi daerah.
Selanjutnya, penulis kembali mengadakan wawancara kepada pengunjung
objek wisata, ada dua informan, yaitu dari wisatawan lokal Ibu Mauren
Napitupulu, dan mancanegara Yurry. Penulis mengajukan pertanyaan yang sama
untuk mengetahui bagaimanakah tanggapan mereka dengan kawasan wisata
Samosir, dengan pertanyaan: Bagaimanakah Pulau Samosir ini menurut
andasebagai salah satu tujuan wisata? Dan bagaimanakah anda melihat
pengembangan pariwisata ini?
Jawaban kedua informan itu adalah: