Guna untuk memenuhi persyaratan
Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
Lisdiana Sani Namora Harahap
111301002
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan doa dari keluarga tercinta
demi kelancaran dan kesuksesan pada saat penyusunan skripsi ini sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bantuan dari
berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada saat penyusunan skripsi
ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Filia Dina Anggaraeni selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
membimbing penulis dalam penulisan skripsi. Sesungguhnya
arahan/bimbingan dan motivasi dari beliau sangat membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi, terutama kak
Rahmi Putri Rangkuti M.Psi selaku dosen pembimbing akademik terima
kasih atas motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini dan
juga kak Dina Nazriani M. A yang membantu saya untuk lebih memahami
penelitian saya.
4. Kepada sahabat saya di kampus SOLID (Resi, Ajeng, Islah, Liandra,
Indah, Nisa, Wanfit, Diah, Cut, Cindy, Hendika, Nadya, Sonia). Terima
kasih penulis ucapkan kepada semuanya karena selalu memberi dukungan
dan juga menjadi teman refreshing ketika penulis mengalami penat.
6. Kepada pacar tersayang, Teuku Rizal Syahputra. Terima kasih telah
menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada teman satu bimbingan Rizki Hasanah dan juga teman-teman
angkatan 2011. Terima kasih telah memberi dukungan dan juga bantuan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih buat semua orang yang pernah membantu perkembangan
skripsi ini. Walaupun tidak disebutkan, tapi bantuan yang diberikan sangat
berguna bagi penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
yang telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penelitian
ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar
lebih baik lagi. Akhir kata, kepada Allah juga penulis berserah diri. Dan semoga
skripsi ini membawa manfaat bagi semua pihak. Amin
Medan, Juli 2015
DAFTAR TABEL ... v
ABSTRAK ... vii
BAB I LATAR BELAKANG ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
1. Manfaat Teoritis ... 11
2. Manfaat Praktis ... 11
E. Sistematika Penulisan... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Persepsi ... 13
1. Definisi Persepsi ... 13
2. Aspek-Aspek Persepsi ... 15
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 15
4. Pengukuran Persepsi ... 18
B. E-learning ... 18
1. Pengertian E-learning ... 18
2. Pola-pola E-learning ... 20
E. Gambaran Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola-pola E-learning ... 25
BAB III METODE PENELITIAN... 29
A. Identifikasi Variabel ... 29
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29
C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 30
D. Alat Ukur yang Digunakan ... 33
E. Uji Coba Alat Ukur ... 35
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41
G. Metode Analisis Data ... 42
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Analisa Data ... 44
1. Gambaran umum subjek penelitian ... 44
2. Uji Normalitas ... 45
3. Hasil utama penelitian ... 46
4. Hasil tambahan penelitian ... 55
B. Pembahasan ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
Tabel 3 Distribusi Aitem Skala Persepsi yang Digunakan dalam
Penelitian………. 34
Tabel 4 Jumlah Sampel Try Out………... 38
Tabel 5 Blue Print Skala Persepsi Sebelum Try Out……… 39
Tabel 6 Blue Print Skala Persepsi Setelah Try Out……….. 40
Tabel 7 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 44
Tabel 8 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia………. 45
Tabel 9 Uji Normalitas………. 46
Tabel 10 Rentang Kategorisasi Berdasarkan Signifikan Perbedaan.. 46
Tabel 11 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Persepsi Subjek……… 47
Tabel 12 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self Paced E-learning Online………. 48
Tabel 13 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Persepsi Subjek……… 49
Tabel 14 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self Paced E-learning Offline………. 51
Deviasi Persepsi Subjek……… 54
Tabel 18 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola
Group Based E-learning Asynchronously………. 55
Tabel 19 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin…………. 56
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala persepsi model likert. Uji reliabilitas alat ukur dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbrach dengan nilai sebesar 0,925. Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu skor maksimum, skor minimum, mean, dan standar deviasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di USU yang berjumlah 400 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning online adalah 179 orang (44,75%) termasuk ke dalam kategori positif, 172 orang (43%) termasuk ke dalam kategori negatif dan 49 orang (12,25%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning offline adalah 186 orang (46,5%) termasuk ke dalam kategori positif, 179 orang (44,75%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 35 orang (8,75%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning synchronously adalah 152 orang (38%) termasuk ke dalam kategori positif, 193 orang (48,25%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 55 orang (13,75%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning asynchronously adalah 183 orang (45,75%) termasuk ke dalam kategori persepsi positif, 198 orang (49,5%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 19 orang (4,75%) tidak diklasifikasikan.
ABSTRACT
This research is descriptive research which aims to view the description of University of North Sumatera students perception toward e-learning types. In this research, measurement tools that was used is perception scale likert model. Measuring instrument reliability test was done by using Cronbrach Alpha coefficient with a value of 0.925. The data processed in this research are maximum score, minimum score, mean, and standard deviation. Sample in this research was 400 students from all the faculty in University of North Sumatera. The result indicate that perception of University of North Sumatera students toward individual self-paced e-learning online was 179 students (44,75%) counted as positive category, 172 students (43%) counted as negative category, and 49 students (12,25%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward individual self-paced e-learning offline was 194 students (48,5%) counted as positive category, 171 students (42,75%) counted as negative category, and 35 students (8,75%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward group based e-learning synchronously
was 152 students (38%) counted as positive category, 193 students (48,25%) counted as negative category, and 55 students (13,75%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward group based e-learning asynchronously was 183 students (45,75%) counted as positive category, 198 students (49,5%) counted as negative category, and 19 students (4,75%) not categorized.
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan doa dari keluarga tercinta
demi kelancaran dan kesuksesan pada saat penyusunan skripsi ini sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bantuan dari
berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada saat penyusunan skripsi
ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Filia Dina Anggaraeni selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
membimbing penulis dalam penulisan skripsi. Sesungguhnya
arahan/bimbingan dan motivasi dari beliau sangat membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi, terutama kak
Rahmi Putri Rangkuti M.Psi selaku dosen pembimbing akademik terima
kasih atas motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini dan
juga kak Dina Nazriani M. A yang membantu saya untuk lebih memahami
penelitian saya.
4. Kepada sahabat saya di kampus SOLID (Resi, Ajeng, Islah, Liandra,
Indah, Nisa, Wanfit, Diah, Cut, Cindy, Hendika, Nadya, Sonia). Terima
kasih penulis ucapkan kepada semuanya karena selalu memberi dukungan
dan juga menjadi teman refreshing ketika penulis mengalami penat.
6. Kepada pacar tersayang, Teuku Rizal Syahputra. Terima kasih telah
menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada teman satu bimbingan Rizki Hasanah dan juga teman-teman
angkatan 2011. Terima kasih telah memberi dukungan dan juga bantuan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih buat semua orang yang pernah membantu perkembangan
skripsi ini. Walaupun tidak disebutkan, tapi bantuan yang diberikan sangat
berguna bagi penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
yang telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penelitian
ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar
lebih baik lagi. Akhir kata, kepada Allah juga penulis berserah diri. Dan semoga
skripsi ini membawa manfaat bagi semua pihak. Amin
Medan, Juli 2015
DAFTAR TABEL ... v
ABSTRAK ... vii
BAB I LATAR BELAKANG ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
1. Manfaat Teoritis ... 11
2. Manfaat Praktis ... 11
E. Sistematika Penulisan... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Persepsi ... 13
1. Definisi Persepsi ... 13
2. Aspek-Aspek Persepsi ... 15
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 15
4. Pengukuran Persepsi ... 18
B. E-learning ... 18
1. Pengertian E-learning ... 18
2. Pola-pola E-learning ... 20
E. Gambaran Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola-pola E-learning ... 25
BAB III METODE PENELITIAN... 29
A. Identifikasi Variabel ... 29
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29
C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 30
D. Alat Ukur yang Digunakan ... 33
E. Uji Coba Alat Ukur ... 35
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41
G. Metode Analisis Data ... 42
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Analisa Data ... 44
1. Gambaran umum subjek penelitian ... 44
2. Uji Normalitas ... 45
3. Hasil utama penelitian ... 46
4. Hasil tambahan penelitian ... 55
B. Pembahasan ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
Tabel 3 Distribusi Aitem Skala Persepsi yang Digunakan dalam
Penelitian………. 34
Tabel 4 Jumlah Sampel Try Out………... 38
Tabel 5 Blue Print Skala Persepsi Sebelum Try Out……… 39
Tabel 6 Blue Print Skala Persepsi Setelah Try Out……….. 40
Tabel 7 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 44
Tabel 8 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia………. 45
Tabel 9 Uji Normalitas………. 46
Tabel 10 Rentang Kategorisasi Berdasarkan Signifikan Perbedaan.. 46
Tabel 11 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Persepsi Subjek……… 47
Tabel 12 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self Paced E-learning Online………. 48
Tabel 13 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Persepsi Subjek……… 49
Tabel 14 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self Paced E-learning Offline………. 51
Deviasi Persepsi Subjek……… 54
Tabel 18 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola
Group Based E-learning Asynchronously………. 55
Tabel 19 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin…………. 56
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala persepsi model likert. Uji reliabilitas alat ukur dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbrach dengan nilai sebesar 0,925. Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu skor maksimum, skor minimum, mean, dan standar deviasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di USU yang berjumlah 400 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning online adalah 179 orang (44,75%) termasuk ke dalam kategori positif, 172 orang (43%) termasuk ke dalam kategori negatif dan 49 orang (12,25%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning offline adalah 186 orang (46,5%) termasuk ke dalam kategori positif, 179 orang (44,75%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 35 orang (8,75%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning synchronously adalah 152 orang (38%) termasuk ke dalam kategori positif, 193 orang (48,25%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 55 orang (13,75%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning asynchronously adalah 183 orang (45,75%) termasuk ke dalam kategori persepsi positif, 198 orang (49,5%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 19 orang (4,75%) tidak diklasifikasikan.
ABSTRACT
This research is descriptive research which aims to view the description of University of North Sumatera students perception toward e-learning types. In this research, measurement tools that was used is perception scale likert model. Measuring instrument reliability test was done by using Cronbrach Alpha coefficient with a value of 0.925. The data processed in this research are maximum score, minimum score, mean, and standard deviation. Sample in this research was 400 students from all the faculty in University of North Sumatera. The result indicate that perception of University of North Sumatera students toward individual self-paced e-learning online was 179 students (44,75%) counted as positive category, 172 students (43%) counted as negative category, and 49 students (12,25%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward individual self-paced e-learning offline was 194 students (48,5%) counted as positive category, 171 students (42,75%) counted as negative category, and 35 students (8,75%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward group based e-learning synchronously
was 152 students (38%) counted as positive category, 193 students (48,25%) counted as negative category, and 55 students (13,75%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward group based e-learning asynchronously was 183 students (45,75%) counted as positive category, 198 students (49,5%) counted as negative category, and 19 students (4,75%) not categorized.
BAB I
LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan secara nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga
perlu dilakukan pengembangan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan. Strategi pembelajaran telah mengalami perkembangan
yang cukup pesat seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Salah satu di antaranya adalah e-learning. E-learning telah
menjadi suatu kebutuhan bagi sivitas akademika, mengingat baik dosen,
mahasiswa maupun institusi pendidikan telah memanfaatkan teknologi
komputer dalam proses kegiatan belajar mengajar (Widanarko, 2007).
Metode e-learning memberikan kemudahan dan kelancaran proses
belajar-mengajar baik bagi mahasiswa maupun dosen (Wiliam, 2007).
Metode e-learning memberikan keleluasaan pada dosen untuk
memberikan akses kepada mahasiswa untuk mendapatkan referensi ilmiah
terkait dengan mata kuliah. Referensi-referensi tersebut dapat berupa
tulisan ilmiah, artikel populer atau jurnal-jurnal elektronik. Hal ini akan
sangat berguna bagi mahasiswa, karena selain dapat memperkuat
pemahaman mahasiswa untuk tiap pokok bahasan perkuliahan, referensi
wawasan mahasiswa sekaligus meningkatkan kemampuan bahasa Inggris
mahasiswa (Wiliam, 2007). E-learning juga mendukung efisiensi
pembelajaran dalam beberapa hal, diantaranya efisiensi waktu dan sarana
pembelajaran. Bentuk efisiensi waktu yang ditawarkan adalah kemudahan
mengakses materi pembelajaran karena materi dapat diunggah ke sistem
sehingga dapat diakses oleh siswa atau mahasiswa kapanpun dan
dimanapun (Abdullah, 2012).
Banyak definisi yang dapat menjelaskan istilah e-learning. Naidu
(2006) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan dari teknologi
informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar. E-learning
melibatkan semua aktivitas pembelajaran yang dijalankan oleh individu
maupun kelompok, dapat dilakukan secara offline maupun online dan
dapat dilakukan secara synchronous atau asynchronous melalui jaringan
ataupun komputer pribadi dan perangkat elektronik lainnya.
Romiszowski (dalam Naidu, 2006) menyatakan bahwa e-learning
memiliki empat pola. Pertama individualized self-paced e-learning online
yaitu situasi di mana individu belajar dengan mengakses sumber belajar
melalui database atau course content online via intranet atau internet.
Kedua individualized self-paced e-learning offline yaitu situasi di mana
individu belajar dengan bantuan media elektonik secara offline. Ketiga
group-based e-learning synchronously yaitu situasi di mana sekelompok
pelajar bekerja sama melalui intranet atau internet. Terakhir group-based
bekerja melalui intranet atau internet dan dalam pertukaran atau proses
pembelajaran antara peserta terjadi dengan adanya jeda waktu.
E-learning sudah banyak diterima masyarakat dunia, terbukti
dengan maraknya implementasi e-learning di lembaga pendidikan
(sekolah, training, dan universitas). Universitas Sumatera Utara (USU)
merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Sumatera Utara
yang memiliki fasilitas e-learning. Menurut informasi yang diperoleh di
situs USU E-learning mengenai Pemuatan Bahan Kuliah di Website USU,
diharapkan agar semua dosen di lingkungan USU dapat mengirimkan
semua materi perkuliahan ke Pusat Sistem Informasi USU untuk dimuat
dalam situs USU E-learning. Bahan kuliah yang dikirimkan adalah bahan
kuliah penuh atau handout atau dalam bentuk slides perkuliahan. Sajian
tersebut bisa dalam bentuk Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia
(USU E-learning, 2009).
Universitas Sumatera Utara (USU) juga mempunyai Pusat Sistem
Informasi (PSI). Menurut Tim PSI USU (2014), PSI merupakan suatu
divisi yang mengelola pelayanan akses terhadap infrastruktur teknologi
informasi dan lingkungannya baik di dalam maupun diluar kampus. Salah
satu fungsi PSI adalah memfasilitasi perangkat lunak yang mencakup
seluruh aspek manajemen untuk mendukung pemberdayaan semua unit
manajemen Universitas sehingga mampu secara profesional memberikan
pelayanan yang efisien bagi sivitas akademika. Salah satu perangkat lunak
dengan salah satu staff pelatihan dan pembelajaran PSI yang bertugas
mengelola e-learning di USU :
“ e-learning di USU sudah menyebar di seluruh fakultas, namun ada beberapa fakultas yang memang uptodate mengunduh bahan-bahan perkuliahan ke situs e-learning dan ada yang enggak. Dan biasanya semua ini tergantung dosen di setiap fakultas menerapkan pembelajaran e-learning ke mahasiswanya atau enggak. Kalau soal pola-pola e-learning saya tidak paham, yang saya tahu e-learning itu electronic learning jadi sudah pasti menggunakan media elektronik dan juga aktivitas online. Biasanya e-learning yang dipakai di USU ini sebagai media belajar seperti untuk kuis yang mana dosennya akan meminta id dan password ke PSI yang kemudian kuis tersebut hanya bisa diakses oleh mahasiswanya dengan id dan password tersebut dan juga e-learning di USU ini digunakan sebagai penyedia bahan-bahan
perkuliahan yang bisa diakses seluruh mahasiswa USU.”
(R, Pengelola e-learning di USU, komunikasi personal, 23 Januari 2015)
Dapat dilihat dari hasil wawancara dengan staff pengelola
e-learning USU bahwa e-learning di USU sudah menyebar ke seluruh
fakultas namun jika dikaitkan dengan prestasi USU hal media online,
Menurut Webometrics (2015), Universitas Sumatera Utara menempati
ranking 2637 World Universities. Ranking ini berbeda jauh dengan 5
universitas terbaik di Indonesia, seperti Universitas Gadjah Mada berada
di ranking 518 World Universities, Universitas Indonesia berada di
ranking 660, Institut Teknologi Bandung berada di ranking 704,
Universitas Brawijaya berada di ranking 738 dan Institut Pertanian Bogor
Webometrics merupakan salah satu cara praktis dalam melakukan
bencmarking prestasi perguruan tinggi dalam hal media online dan
kekayaan file ilmiah di media online. Webometrics juga memberikan
penekanan filosofis dalam pemberdayaan media online untuk menyusun
keterbukaan ilmu dalam media online, dengan penekanan pada karya
ilmiah, jurnal dll yang menunjang pola mencerdaskan dunia dengan kajian
bermutu tinggi dari perguruan tinggi (Pranashakti, 2014).
Berdasarkan rangking webometrics, Universitas Sumatera Utara
berada dirangking kategori rendah. Pranashakti (2014) menyatakan
beberapa alasan universitas tinggi berada dikategori rendah karena belum
adanya kedisiplinan dari stakeholder selaku dosen untuk menggunakan
media online sebagai distribusi informasi yang dapat dibaca setiap saat dan
belum siapnya para SDM yaitu mahasiswa di perguruan tinggi
meningkatkan kedisiplinan untuk membiasakan diri menggunakan media
online dalam publikasi baik untuk kepentingan internal maupun umum.
Hal inilah yang terjadi di Universitas Sumatera Utara dimana
belum optimalnya penggunaan e-learning bisa disebabkan karena hanya
sebagian fakultas saja yang memang uptodate mengunggah bahan kuliah
serta karya-karya ilmiahnya dan SDMnya sendiri yang merupakan
mahasiswa USU yaitu peserta didik yang terdaftar di USU secara sah pada
satu jenis pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi juga belum
populer dengan kata-kata e-learning. Dapat dilihat dari tiga wawancara
“aku tau e-learning, e-learning itu kan belajar pake elektronik. Jadi kita belajarnya pake media elektronik yang ada di kampus kayak proyektor gitu. Menurut ku gak pala bermanfaat kali e-learning ini soalnya kalo mati lampu gak bisa juga dipake proyektornya, dosenku pun gak pernah ada ngasih tau e-learning itu yg gimana dan gada juga dosenku yang nerapin pembelajaran e-learning.”
“aku gak tau e-learning itu apa, tapi kayaknya itu belajar-belajar
pendidikan lewat metode elektronik gitu ya.”
(N dari Fakultas Ilmu Budaya Stambuk 2011, Komunikasi Personal, 22 Januari 2015)
Wawancara di atas menunjukkan bahwa ada mahasiswa dari
beberapa fakultas yang belum mengetahui apa sebenarnya e-learning atau
bahkan mereka belum pernah mendengar kata e-learning itu sendiri.
Seharusnya dengan tersedianya fasilitas e-learning di USU mendorong
mahasiwa menjadi individu yang mandiri yang mencari sumber belajarnya
sendiri.
Berdasarkan pola-pola e-learning yang dijabarkan Romiszowski
(dalam Naidu, 2006) ada beberapa mahasiswa dari beberapa fakultas yang
paham tentang e-learning. Wawancara awal menunjukkan bahwa pola
individual self paced e-learning online lebih banyak digunakan oleh
mahasiswa USU. Hal ini terbukti dari dua wawancara informal berikut
“aku tau e-learning sa, e-learning itukan elektronik e-learning jadi kita belajarnya pake media elektronik kayak laptop gitu terus kita cari tugas kuliah kita di internet. Kalo dikampus ku, dosenku internet, terus e-learning itu kita gak perlu datang ke kampus lagi karna kuliahnya email-emailan sama dosennya. Nanti kita dikasih
Dimana sebagian mahasiswa USU merasakan manfaat yang didapatkan
dari e-learning dan menggunakan internet untuk mencari sumber
belajarnya. Hal ini menguatkan peneliti untuk meneliti gambaran pola-pola
lain nya berdasarkan pola-pola e-learning menurut Romiszowski (dalam
Naidu, 2006) pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil penelitian Duma (2009) tentang Gambaran Sikap
Mahasiswa USU terhadap Pola E-learning didapatkan data bahwa
mahasiswa USU mempunyai sikap yang netral terhadap pola e-learning.
Mahasiswa USU menempatkan kebanyakan sikapnya dalam kategori
dengan dunia teknologi sehingga mereka tidak mengemukakan sikap yang
positif maupun yang negatif.
Hasil penelitian diatas adalah mahasiswa USU bersikap netral
terhadap pola e-learning. Hal inilah yang mendasari peneliti perlu
melakukan penelitian yang berkaitan dengan persepsi, karena sebelum
seseorang dapat menentukan sikapnya perlu terlebih dahulu diketahui
pemahaman seseorang tersebut terhadap pola-pola e-learning.
Peneliti juga merasa perlu untuk meneliti persepsi dikarenakan
fenomena yang didapatkan peneliti dari hasil wawancara dengan 6 (enam)
mahasiswa USU pada bulan November 2014 adalah e-learning sudah
menjadi fasilitas yang ada di Universitas Sumatera Utara namun beberapa
mahasiswa tidak mengetahui apa itu e-learning. Ketidaktahuan ini
mengakibatkan mahasiswa tidak memanfaatkan e-learning dalam proses
belajarnya, seharusnya dengan adanya fasilitas e-learning ini membantu
proses belajar mahasiswa menjadi lebih efisien dan lebih mandiri.
Fenomena lain yang didapatkan peneliti dari hasil observasi beberapa
mahasiswa USU yang sedang berada di perpustakaan USU November
2014, beberapa mahasiswa melakukan aktivitas e-learning namun ketika
ditanyakan mahasiswa tersebut tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan
e-learning. Padahal ketika mahasiswa tersebut belajar dengan
menggunakan komputer/laptop, presentasi melalui powerpoint hal ini
sudah di namakan dengan e-learning pola individual self paced e-learning
bantuan jaringan internet hal ini di namakan dengan pola individual self
paced e-learning online.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Yaghoubi, dkk (2008)
kepada siswa-siswa di Iran, diperoleh hasil bahwa siswa memiliki persepsi
positif terhadap e-learning. Salah satu faktor yang mempengaruhi individu
menggunakan e-learning adalah penilaian terhadap keuntungan yang
dirasakan individu tersebut. Semakin individu menilai bahwa e-learning
memberikan keuntungan maka semakin tinggi penggunaan e-learning.
Penilaian yang dilakukan individu serta keuntungan yang dapat dirasakan
individu merupakan persepsi.
Penelitian lain yang bekaitan dengan persepsi dilakukan oleh
Sitanggang (2012) tentang hubungan antara persepsi terhadap e-learning
dengan motivasi belajar pada mahasiswa fakultas psikologi USU. Hasil
menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa Psikologi terhadap e-learning
adalah positif.
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan (Rakhmad, 2004). Ittelson (dalam Bell, 2001)
menyatakan bahwa ada 4 aspek persepsi yaitu, kognitif, afektif,
interpretatif dan evaluatif. Aspek kognitif meliputi pemikiran individu
terhadap suatu stimulus, aspek afektif meliputi perasaan yang
mempengaruhi bagaimana kita mempersepsi suatu, aspek interpretatif
meliputi penilaian individu terhadap suatu stimulus. Ke empat aspek inilah
yang akan dikaitkan dengan pola-pola e-learning untuk melihat persepsi
apa yang akan dimunculkan para mahasiswa USU.
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti merasa perlu melakukan
penelitian mengenai gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap
pola-pola e-learning.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin mengetahui hal yang
dirumuskan dalam pertanyaan dibawah ini :
Bagaimana gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola
e-learning?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi
mahasiswa USU terhadap pola e-learning.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membantu
mengembangkan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan
bidang lainnya dalam aplikasinya. Selain itu, diharapkan penelitian ini
juga dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian diharapkan digunakan sebagai :
1. Memberikan pandangan mengenai pola-pola e-learning agar
mahasiswa USU mengetahui pola e-learning mana yang ia
gunakan dalam kegiatan belajar dan agar proses belajarnya
berjalan lebih fleksibel, artinya mahasiswa USU dapat belajar
kapanpun dan dimanapun dengan menggunakan teknologi baik
yang terhubung ke jaringan internet maupun offline.
2. Sebagai masukan bagi pihak kampus USU untuk menentukan
sistem e-learning yang tepat sehingga dapat lebih memudahkan
kinerja para pengajar dan memudahkan pembelajaran bagi
peserta didik.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah:
BAB I : LATAR BELAKANG
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah penelitian, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai tinjauan
teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah
dimuat adalah teori yang berhubungan dengan persepsi dan
e-learning.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai identifikasi
variabel, definisi operasional variabel, populasi sampel dan
metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji
coba alat ukur, tahap pelaksanaan penelitian serta metode
analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil
penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan
gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil
penelitian, analisa data penelitian serta pembahasan dari
penelitian yang telah dilakukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi
1. Definisi persepsi
Sensasi yang ditransmisikan ke otak adalah bentuk mentah dari
energi yang harus diinterpretasi dan diorganisasi melalui sebuah proses
yang disebut persepsi (Lahey, 2007). Atkinson (2000) mendefinisikan
persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus
dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu
baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau
kejadian.
Gibson, dkk (1989) mendefinisikan persepsi sebagai proses
kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan
memahami dunia sekitarnya (terhadap objek). Gibson juga
menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu
memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya
sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada
situasi itu sendiri.
Sebuah kejadian pada umumnya didefinisikan sebagai
peristiwa yang meliputi ruang dan waktu. Melalui definisi ini, dapat
disimpulkan bahwa kejadian meliputi semua persepsi mengenai gerak,
perception, bukan motion perception. Event perception digunakan
untuk menjelaskan persepsi visual dari aliran optik, pergerakan
manusia dan objek yang relatif terhadap lingkungan (Shiffrar, 2005).
Shaw, Flascher & Mace (1995) mendefinisikan event perception
sebagai deteksi dari informasi mengenai gaya dari perubahan yang
terjadi pada struktur dalam ruang dan waktu tertentu. Perbedaan antara
event perception dan motion perception adalah pada motion perception
terjadi dalam isolasi, sedangkan event perception terjadi pada ruang
dan waktu.
Berdasarkan theory of unconscious inference yang dicetuskan
oleh Helmholtz, beberapa dari persepsi adalah hasil dari asumsi
ketidaksadaran yang dibuat mengenai lingkungan. Teori ini meliputi
prinsip likelihood, yang mengatakan bahwa individu merasakan objek
yang menyebabkan pola stimulus yang diterima. Proses persepsi dinilai
sama dengan proses pemecahan masalah. Dalam persepsi, masalahnya
adalah untuk menentukan objek mana yang menyebabkan pola tertentu
dari stimulus, dan masalah ini diselesaikan dengan proses dimana
pengamat menerapkan pengetahuannya untuk menarik kesimpulan
mengenai apakah objek tersebut (Goldstein, 2011). Dalam penelitian
ini, definisi persepsi yang akan digunakan adalah proses
pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan
menyangkut penilaian yang dilakukan individu terhadap suatu benda,
2. Aspek-aspek persepsi
Ittelson (dalam Bell, 2001) menyatakan bahwa ada 4 aspek
persepsi yaitu :
a. Kognitif, meliputi berpikir mengenai, mengorganisasi dan
menyimpan informasi.
b. Afektif, perasaan kita yang mempengaruhi bagaimana kita
mempersepsi sesuatu.
c. Interpretatif, sejauhmana individu memaknai sesuatu.
d. Evaluatif, menilai sesuatu sebagai aspek yang baik dan buruk.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi.
Faktor-faktor ini menyebabkan adanya perbedaan persepsi tiap1tiap individu.
Menurut Rookies & Willson (2000), faktor-faktor tersebut adalah :
a. Usia
Kemampuan perseptual berubah dan matang seiring dengan
perkembangan. Secara umum, kemampuan perseptual meningkat
dan secara lebih akurat merepresentasikan dunia fisik, namun ada
juga kemampuan perseptual yang menurun seiring bertambahnya
usia. Seseorang dikatakan remaja apabila memasuki rentang usia
11-19 tahun, dan dikatakan dewasa apabila memasuki rentang usia
20-40 tahun (Papalia, 2003). Perbedaan ini dapat memberikan
perubahan dalam dunia persepsi seseorang. Santrock (2013)
peningkatan informasi di area yang spesifik, pengetahuan umum
dan juga berfikir secara realistik.
b. Gender
Masalah perbedaan gender dalam proses psikologi sangat
kontroversial. Kemampuan yang memiliki perbedaan gender yang
konstan adalah kemampuan visual spasial. Pada kemampuan ini,
pria mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita.
c. Kepribadian
Orang-orang dengan kepribadian yang berbeda akan
bersikap berbeda dalam berbagai situasi sosial dan mungkin saja
memberikan respon yang berbeda terhadap berbagai informasi.
d. Keadaan psikologis
Ada banyak kerusakan fisik yang dapat mempengaruhi
persepsi. Penyakit seperti katarak, agnosia dan prosopagnosia
dapat mengakibatkan kesulitan dalam mempersepsikan sesuatu.
Selain kerusakan dan penyakit, penggunaan obat-obatan baik yang
legal maupun illegal juga dapat mempengaruhi persepsi. Oleh
karena itu, mungkin saja orang yang menggunakan zat tertentu
seperti kafein, akan mempunyai pengalaman perseptual yang
e. Perceptual set
Set adalah ekspektasi yang dibawa oleh observer ke dalam
situasi perseptual. Latar belakang dan pengalaman kita sepertinya
membuat kita melihat suatu hal dengan cara tertentu, terutama jika
stimulus yang diberikan ambigu. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi set yaitu motivasi, konteks, ekpektasi, pengalaman
sebelumnya dan emosi.
f. Budaya
Ada aspek dalam lingkungan dan budaya yang membuat
individu mempersepsikan dan mendapatkan pengalaman yang
berbeda. Individu yang dibesarkan dengan pengaruh budaya Barat
akan mengenali stimulus visual tertentu seperti televisi dan film,
namun stimulus tersebut akan membingungkan individu yang
dibesarkan dari daerah yang terpencil. Beberapa studi telah
menemukan bukti yang kuat untuk mendukung adanya pengaruh
lingkungan fisik terhadap persepsi individu.
g. Pengetahuan sebelumnya
Persepsi bergantung kepada informasi tambahan yang
dimiliki oleh individu. Individu dapat mengenali objek yang
berbeda karena adanya pengetahuan sebelumnya yang dibawa
4. Pengukuran persepsi
Metode yang digunakan dalam pengukuran persepsi adalah
self-report. Metode ini menggunakan daftar pernyataan-pernyataan
yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala persepsi.
Dari respon subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat
disimpulkan mengenai persepsi seseorang. Respon individu terhadap
stimulus (pernyataan-pernyataan) persepsi yang berupa jawaban setuju
atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator persepsi seseorang
(Azwar, 2003).
B. E-learning
1. Pengertian e-learning
E-learning merupakan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam berbagai proses pendidikan untuk mendukung
dan meningkatkan pembelajaran di lembaga pendidikan tinggi.
Penggunaan teknologi termasuk sebagai suplemen untuk kelas
tradisional, belajar online atau pencampuran keduanya (OECD, 2005).
E-learning menawarkan lembaga dan siswa mereka fleksibilitas tempat
dan waktu dalam mentransfer atau menerima informasi belajar.
Melanjutkan praktek pengembangan profesional dalam pekerjaan yang
bergerak cepat saat ini yang melibatkan penggunaan teknologi modern
sebagai bagian dari upaya untuk memberikan pengalaman belajar yang
Munir (2008) menyatakan bahwa e-learning merupakan
pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat
elektronik. E-learning adalah proses belajar secara efektif yang
dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara
digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar.
Pada umumnya, e-learning adalah proses pembelajaran dengan
menggunakan/memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,
khususnya internet, agar pengajar dan pelajar dapat berkomunikasi
tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan Santrock (2007) yang menyatakan bahwa internet
merupakan inti dari komunikasi melalui komputer.
E-learning sering disebut penggunaan jaringan pada teknologi
informasi dan komunikasi dalam mengajar dan belajar. Sejumlah istilah
lain juga digunakan untuk menggambarkan cara mengajar dan belajar.
E-learning termasuk online learning (pembelajaran online), virtual
learning (pembelajaran virtual), distributed learning, network and
web-based learning. Pada dasarnya, mereka semua merujuk kepada proses
pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk menengahi kegiatan pembelajaran asynchronous maupun
synchronous dan aktifitas pembelajarannya (Naidu, 2006). Tetapi untuk
lebih luasnya, mahasiswa yang menggunakan e-mail dan mengakses
materi kuliah secara online juga dapat dikatakan e-learning (OECD,
2. Pola E-learning
Menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006) pola e-learning ada
empat, yaitu:
a. Individual self-paced e-learning online yang mengacu pada
situasi dimana pelajar individu mengakses sumber belajar
melalui intranet atau internet. Contoh dari tipe ini adalah
pelajar yang belajar sendiri atau mengadakan penelitian pada
internet atau jaringan lokal.
b. Individual self-paced e-learning offline yang mengacu pada
situasi dimana pelajar individu menggunakan sumber belajar
yang tidak terhubung dengan intranet atau internet. Contoh dari
tipe ini adalah pelajar yang belajar melalui perangkat seperti
CD dan DVD.
c. Group-based e-learning synchronously yang mengacu pada
situasi dimana sekelompok pelajar belajar bersama dalam
waktu yang nyata melalui intranet atau internet. Hal ini
meliputi komunikasi dua arah yang menggunakan audio dan
video konferensi.
d. Group-based e-learning asynchronously yang mengacu pada
situasi di mana sekelompok pelajar tidak harus belajar dalam
waktu yang nyata. Contoh tipikal dari tipe ini meliputi diskusi
online melalui email dan konferensi dengan pembelajaran
3. Komponen e-learning
Secara garis besar, menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006)
ada 3 (tiga) komponen utama yang menyusun e-learning, yaitu :
a. Sistem e-learning
Sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar
mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan
materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem
ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen
proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering
disebut dengan learning managements system (LMS).
b. Konten e-learning
Konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning system
(learning management system). Konten dan bahan ajar ini bisa
dalam bentuk multimedia - based content (konten berbentuk
multimedia interaktif) atau text-based content (konten berbentuk
teks seperti pada buku pelajaran biasa).
c. Peralatan e-learning
Infrastruktur e-learning dapat berupa personal computer
(PC), jaringan komputer dan perlengkapan multimedia. Termasuk
di dalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan
4. Kelebihan dan kekurangan pada e-learning
Rusman (2011) ada beberapa kelebihan dari e-learning, yaitu :
a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana dosen dan
mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas
internet secara regular atau kapan saja tanpa dibatasi jarak,
tempat, dan waktu.
b. Dosen dan mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar atau
petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet,
sehingga keduanya saling menilai sampai berapa jauh bahan
ajar dipelajari.
c. Mahasiswa dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap
saat dan dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar
tersimpan di komputer.
d. Bila mahasiswa memerlukan tambahan informasi yang
berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat mengakses
di internet secara lebih mudah.
e. Baik dosen maupun mahasiswa dapat melakukan diskusi
melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah mahasiswa
yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas.
f. Perubahan dari mahasiswa yang pasif ke aktif dan lebih
g. Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh
dari perguruan tinggi.
Selain itu, ada terdapat beberapa kritik mengenai e-learning
menurut Bullen (dalam Rusman, 2011), yaitu :
a. Kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa atau bahkan
antar sesama mahasiswa itu sendiri.
b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademis atau aspek sosial
dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada
pendidikan.
d. Perubahan peran dosen dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui
teknik pembelajaran yang menggunakan ICT/medium
komputer.
e. Mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi
cenderung gagal.
f. Tidak semua tempat tersedia difasilitasi internet.
g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan
mengoperasikan internet.
h. Kurangnya personal dalam hal penguasaan bahasa
C. Mahasiswa
Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan
tinggi, baik di universitas, institut, maupun akademi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar di
perguruan tinggi.
Menurut Papalia (2003), mahasiswa termasuk dalam tahap
pencapaian (achieving stage), yaitu tahap dimana indivdu menggunakan
pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai kemandirian dan kompetensi,
misalnya dalam hal karir dan keluarga. Masa di kampus merupakan tempat
dimana mahasiswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu mereka secara
intelektual, dan meningkatkan kemampuan dalam hal bekerja serta
meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Memilih untuk
kuliah merupakan suatu gambaran untuk memperoleh karir di masa depan
dan hal ini akan cenderung mempengarhui pola berpikir individu.
Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai
24/25 tahun (Winkel, 1997). Menurut Hurlock (1999) masa ini termasuk
ke dalam masa dewasa dini. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18
tahun sampai kira-kira umur 40 tahun.
D. Mahasiswa USU
Mahasiswa USU merupakan peserta didik yang terdaftar di USU
secara sah pada satu jenis pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi.
Warga negara asing dapat menjadi mahasiswa USU setelah memenuhi
dikategorikan ke dalam beberapa program yaitu program diploma,
program strata-1, dan program pascasarjana. Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil sampel dari mahasiswa USU program strata-1. Dalam program
strata-1, mahasiswa USU terbagi kedalam 14 fakultas/program studi yaitu
fakultas kedokteran, fakultas hukum, fakultas pertanian, fakultas teknik,
fakultas ekonomi, fakultas kedokteram gigi, fakultas ilmu budaya, fakultas
MIPA, fakultas FISIP, fakultas kesehatan masyarakat, fakultas
keperawatan, fakultas psikologi, fakultas farmasi¸ dan fakultas fasilkom TI
dimana setiap fakultas/program studi memiliki kapasitas yang
berbeda-beda berkaitan dengan jumlah mahasiswanya. (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta Universitas
Sumatera Utara).
E. Gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap e-learning
Atkinson (2000) menyebutkan persepsi sebagai proses
pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan
menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun
negatif terhadap suatu benda, manusia, atau situasi. Ittelson (dalam Bell,
2001) menyatakan bahwa ada 4 aspek persepsi yaitu, kognitif, afektif,
interpretatif dan evaluatif. Aspek kognitif meliputi pemikiran individu
terhadap suatu stimulus, aspek afektif meliputi perasaan individu terhadap
suatu stimulus, aspek interpretatif meliputi pemaknaan individu terhadap
suatu stimulus, dan aspek evaluatif meliputi penilaian individu terhadap
Persepsi individu muncul karena adanya suatu stimulus. Dalam hal
ini stimulusnya adalah pola-pola e-learning menurut Romiszowski (dalam
Naidu, 2004) yaitu, Individual self-paced e-learning online, Individual
self-paced e-learning offline, Group-based e-learning synchronously, dan
Group-basede-learningasynchronously.
Gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning
dimaksudkan sebagai pemikiran, perasaan, pemaknaan dan penilaian yang
dilakukan mahasiswa USU terhadap penerapan sistem belajar e-learning
yang ditinjau dari pola-pola e-learning itu sendiri. Berdasarkan fenomena
yang diperoleh, kampus USU sudah menyediakan fasilitas e-learning di
beberapa fakultasnya namun beberapa mahasiswa USU tidak mengetahui
atau tidak dapat mengutarakan apa yang di maksud dengan e-learning itu
sendiri. Goldstein (2011) menyatakan persepsi bergantung kepada
informasi yang dimiliki oleh individu. Individu dapat mengenali objek
yang berbeda karena adanya pengetahuan sebelumnya yang dibawa
individu ke dalam situasi tersebut. Dalam hal ini, mahasiswa USU belum
mengetahui banyak informasi tentang e-learning sehingga minimnya
informasi tersebut menyebabkan beberapa mahasiswa USU tidak dapat
mengutarakan apa itu e-learning.
Pada pola pertama dan kedua, yaitu individual self paced
e-learning online dan individual self paced e-learning offline. Berdasarkan
fenomena yang diperoleh, mahasiswa USU merasakan manfaat yang
maupun offline karena pada pola ini meliputi kegiatan sehari-hari
mahasiswa USU dalam mengerjakan tugas dengan bantuan jaringan
internet dan juga kegiatan menggunakan aplikasi di komputer/laptop yang
mempermudah mahasiswa USU dalam mengerjakan tugas perkuliahan.
Rusman (2011) menyatakan kelebihan dari e-learning salah satunya
adalah mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui jaringan
internet kapan saja tanpa dibatasi jarak, tempat, dan waktu. Manfaat inilah
yang dirasakan mahasiswa USU dalam pembelajaran e-learning.
Pada pola kedua dan ketiga, yaitu group based e-learning
synchronously dan group based e-learning asynchronously. Pola ini
berkaitan dengan kegiatan individu ketika bersama dengan kelompoknya
atau berbeda tempat dengan kelompoknya, individu tetap memanfaatkan
e-learning atau tidak. Berdasarkan fenomena yang diperoleh, individu jarang
memanfaatkan e-learning dalam kegiatan group. Seperti layanan video
conference atau audio conference yang terdapat dalam pola ketiga, ada
sebagian mahasiswa USU yang tidak mengerti dengan istilah tersebut dan
ada sebagian mahasiswa USU yang mengerti dengan istilah tersebut juga
tidak memanfaatkan layanan tersebut dalam kegiatan belajar di kampus.
Romiszowski (2004) menyatakan ada 3 (tiga) komponen utama yang
menyusun e-learning, salah satunya adalah peralatan infrastruktur
e-learning berupa personal computer (PC), jaringan komputer dan
perlengkapan multimedia. Termasuk di dalamnya peralatan teleconference
teleconference. Minimnya infrastruktur ini membuat mahasiswa USU
tidak mengetahui atau tidak memanfaatkan layanan synchronous learning
dengan baik. Sama halnya dengan email, mahasiswa USU sudah familiar
menggunakan email karena fiturnya yang memudahkan mahasiswa USU
bertukar pesan dengan teman ataupun dosen, namun mahasiwa USU tidak
memanfaatkan layanan chat yang ada di email untuk berdiskusi dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
karena penelitian ini hanya bertujuan melihat gambaran atau mendeskripsikan
persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning yang ditunjukkan
melalui mean. Menurut Hadi (2000) metode deskriptif merupakan metode
yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta,
karakteristik mengenai populasi tertentu.
A. Identifikasi Variabel
Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah persepsi
mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning.
B. Definisi Operasional
Persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning
dimaksudkan sebagai pandangan atau interpretasi mahasiswa USU
terhadap pola-pola e-learning yaitu situasi dimana pelajar individu
mengakses sumber belajar melalui intranet atau internet (internet surfing
(online), googling, downloading educational material), situasi dimana
pelajar individu menggunakan sumber belajar yang tidak terhubung
dengan intranet atau internet (word, powerpoint, excel, CD/DVD) situasi
dimana sekelompok pelajar belajar bersama dalam waktu yang nyata
melalui intranet atau internet (video conference, audio confrence) dan
situasi di mana sekelompok pelajar tidak harus belajar dalam waktu yang
Gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning
diukur dengan menggunakan skala persepsi yang dibuat peneliti
berdasarkan 4 (empat) aspek persepsi yaitu : aspek kognitif berkaitan
dengan pemikiran mahasiswa terhadap pola e-learning, aspek afektif
berkaitan dengan apa yang dirasakan mahasiswa USU terhadap pola
e-learning, aspek interpretatif berkaitan dengan sejauhmana individu
memaknai e-learning dalam proses pembelajaran. Dan aspek evaluatif
bekaitan dengan penilaian e-learning sebagai sesuatu yang baik atau buruk
dalam metode pembelajaran.
Penelitian ini akan membagi subjek dalam dua kategori, yaitu
positif dan negatif. Pengkategorisasian ini dihasilkan dari skor yang
diperoleh setiap subjek. Jika semakin tinggi skor skala maka semakin
positif persepsinya terhadap pola e-learning. Sebaliknya, jika semakin
rendah skor skala maka semakin negatif persepsinya terhadap pola
e-learning.
C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU. Jumlah
populasi mahasiswa USU yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak ± 29.343 orang (Ikhsan, 2014).
2. Teknik pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Didalam metode probability terdapat teknik
pengambilan sampel yaitu proportionate stratified random sampling,
dimana banyak subjek di masing-masing strata diketahui terlebih
dahulu baru diambil persentase yang sama (Hadi, 2000).
Dalam penelitian ini, peneliti mengetahui jumlah populasi di
setiap fakultas. Disajikan melalui tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah Populasi Mahasiswa S1 Berdasarkan Fakultas
Fakultas Kedokteran = 1807 Fakultas MIPA = 1439
Fakultas Hukum = 2774 Fakultas FISIP = 3744
Fakultas Pertanian = 4051 Fakultas Kesehatan Masyarakat = 1965
Fakultas Teknik = 3577 Fakultas Keperawatan = 560
Fakultas Ekonomi = 3324 Fakultas Psikologi = 568
Fakultas Kedokteran Gigi = 957 Fakultas Farmasi = 719
Fakultas Ilmu Budaya = 2696 Fakultas Fasilkom Ti = 1162
TOTAL = 29.343
Sumber : Ikhsan (2014), Evaluasi Diri : Analisis Situasi dan Pemosisian USU
3. Jumlah Sampel Penelitian
Menurut Azwar (2012), secara tradisional statistika
menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah
cukup banyak. Slovin (dalam Riduwan, 2005) menentukan ukuran
n = N/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05
n = 29.343 / 29.343 (0,05) 2 + 1
n = 394,62 ; dibulatkan menjadi 400
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 400 orang.
Jumlah sampel yang diambil berdasarkan masing-masing
bagian ditentukan kembali dengan rumus :
n = (jumlah populasi perfakultas /jumlah populasi mahasiswa USU) x
jumlah sampel yang ditentukan.
Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Jumlah Sampel Berdasarkan Fakultas
Fakultas Kedokteran = 25 Fakultas MIPA = 20
Fakultas Hukum = 38 Fakultas FISIP = 51
Fakultas Pertanian = 53 Fakultas Kesehatan Masyarakat = 27
Fakultas Teknik = 49 Fakultas Keperawatan = 8
Fakultas Ekonomi = 45 Fakultas Psikologi = 8
Fakultas Kedokteran Gigi = 13 Fakultas Farmasi = 10
Fakultas Ilmu Budaya = 37 Fakultas Fasilkom TI = 16
D. Alat Ukur yang Digunakan
Salah satu skala Psikologi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala persepsi. Skala persepsi ini menggunakan skala model Likert
yaitu skala yang didalamnya terdiri sejumlah aitem yang merefleksikan
suatu gagasan atau daerah yang sedang diperhatikan. Dalam penelitian ini,
peneliti akan menggunakan skala yang berisikan aitem-aitem untuk
mengungkapkan bagaimana persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola
e-learning menurut Romiszowski (2004) yaitu Individual self-paced
e-learning online, Individual self-paced e-learning offline, Group-based
e-learning synchronously dan Group-based e-learning asynchronously.
Setiap pola e-learning yang ada dalam skala ini akan dikaitkan
dengan keempat aspek persepsi yaitu kognitif, afektif, interpretatif dan
evaluatif. Sehingga nantinya dalam penelitian ini akan terlihat pola mana
yang lebih di respon positif oleh mahasiswa USU. Skala berisikan 64
aitem, dimana masing-masing pola akan berisikan 16 aitem yang
diasumsikan dapat mengungkapkan persepsi mahasiswa USU terhadap
pola-pola e-learning.
Penelitian ini akan membagi subjek dalam dua kategori, yaitu
positif dan negatif. Subjek yang termasuk dalam kategori positif berarti
memiliki perspesi yang positif terhadap pola e-learning. Sebaliknya,
subjek yang termasuk dalam kategori negatif berarti memiliki persepsi
negatif terhadap pola e-learning. Pengkategorisasian ini dihasilkan dari
semakin positif persepsinya terhadap pola e-learning. Sebaliknya, jika
semakin rendah skor skala maka semakin negatif persepsinya terhadap
pola e-learning.
Pengambilan data dalam penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan skala persepsi dengan blue print yang disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Persepsi Yang Digunakan Dalam Penelitian
4 Group-based e-learning
Aitem berbentuk pernyataan dengan lima pilihan respon, yaitu SS
(sangat setuju), S (setuju), Netral (N), TS (tidak setuju), dan STS (sangat
tidak setuju). Setiap pilihan tersebut memiliki skor masing-masing
tergantung dari jenis aitem apakah favorable atau unfavorable. Untuk
aitem favorable, SS diberi skor 5 (lima), S diberi skor 4 (empat), N diberi
skor 3 (tiga), TS diberi skor 2 (dua), dan STS diberi skor 1 (satu).
Sedangkan untuk aitem yang unfavorable, SS diberi skor 1 (satu), S diberi
skor 2 (dua), N diberi skor 3 (tiga), TS diberi skor 4 (empat), dan STS
diberi skor 5 (lima). Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur juga
tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek penelitian. Identitas diri
tersebut meliputi nama, usia, jenis kelamin,nama fakultas,dan stambuk.
E. Uji Coba Alat Ukur
1. Validitas alat ukur
Di dalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan
validitas isi. Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat professional
professional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen
pembimbing.
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana
aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok yang
memiliki atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja
yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem
yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai
keseluruhan (Azwar, 2000).
Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi
koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitemdengan suatu
kriteria yang relevan, yaitu skor total tes itu sendiri dengan
menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment, yang di
analisis dengan bantuan komputerisasi SPSS 19.0 for windows dan
Microsoft Office Excel 2010. Prosedur pengujian ini akan
menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan
indeks daya beda aitem(Azwar, 2000).
Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem
menggunakan batasan rix 0,30. Semua aitem yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,30, daya pembedanya dianggap
memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0,30 diinterpretasikan
3. Reliabilitas alat ukur
Menurut Hadi (2000) reliabilitas alat ukur menunjukkan
konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali
pada kesempatan berbeda. Prosedur pengujian yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah koefisien reliabilitas alpha. Data untuk
menghitung koefisien realibilitas alpha diperoleh melalui penyajian
suatu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok
responden (single-trial administration). Reliabilitas dinyatakan oleh
koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0
sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka
satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien
yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas
yang dimiliki.
4. Hasil uji coba alat ukur
Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk
mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa
yang ingin diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan
kecermatan atau ketelitian pengukuran atau dengan kata lain dapat
menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 2004). Setelah alat ukur
disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji
coba alat ukur. Gable (1986) mengatakan bahwa banyaknya subjek
atau responden guna memperoleh data uji coba kira-kira 6 sampai