• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Persepsi Mahasiswa USU Terhadap Pola-Pola E-Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Persepsi Mahasiswa USU Terhadap Pola-Pola E-Learning"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

Guna untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

Lisdiana Sani Namora Harahap

111301002

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan doa dari keluarga tercinta

demi kelancaran dan kesuksesan pada saat penyusunan skripsi ini sangatlah sulit

bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bantuan dari

berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada saat penyusunan skripsi

ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Filia Dina Anggaraeni selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

membimbing penulis dalam penulisan skripsi. Sesungguhnya

arahan/bimbingan dan motivasi dari beliau sangat membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi, terutama kak

Rahmi Putri Rangkuti M.Psi selaku dosen pembimbing akademik terima

kasih atas motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini dan

juga kak Dina Nazriani M. A yang membantu saya untuk lebih memahami

penelitian saya.

4. Kepada sahabat saya di kampus SOLID (Resi, Ajeng, Islah, Liandra,

(5)

Indah, Nisa, Wanfit, Diah, Cut, Cindy, Hendika, Nadya, Sonia). Terima

kasih penulis ucapkan kepada semuanya karena selalu memberi dukungan

dan juga menjadi teman refreshing ketika penulis mengalami penat.

6. Kepada pacar tersayang, Teuku Rizal Syahputra. Terima kasih telah

menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada teman satu bimbingan Rizki Hasanah dan juga teman-teman

angkatan 2011. Terima kasih telah memberi dukungan dan juga bantuan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih buat semua orang yang pernah membantu perkembangan

skripsi ini. Walaupun tidak disebutkan, tapi bantuan yang diberikan sangat

berguna bagi penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan

yang telah diberikan.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penelitian

ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang

sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar

lebih baik lagi. Akhir kata, kepada Allah juga penulis berserah diri. Dan semoga

skripsi ini membawa manfaat bagi semua pihak. Amin

Medan, Juli 2015

(6)

DAFTAR TABEL ... v

ABSTRAK ... vii

BAB I LATAR BELAKANG ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

E. Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Persepsi ... 13

1. Definisi Persepsi ... 13

2. Aspek-Aspek Persepsi ... 15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 15

4. Pengukuran Persepsi ... 18

B. E-learning ... 18

1. Pengertian E-learning ... 18

2. Pola-pola E-learning ... 20

(7)

E. Gambaran Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola-pola E-learning ... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A. Identifikasi Variabel ... 29

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 30

D. Alat Ukur yang Digunakan ... 33

E. Uji Coba Alat Ukur ... 35

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41

G. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Analisa Data ... 44

1. Gambaran umum subjek penelitian ... 44

2. Uji Normalitas ... 45

3. Hasil utama penelitian ... 46

4. Hasil tambahan penelitian ... 55

B. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

(8)

Tabel 3 Distribusi Aitem Skala Persepsi yang Digunakan dalam

Penelitian………. 34

Tabel 4 Jumlah Sampel Try Out………... 38

Tabel 5 Blue Print Skala Persepsi Sebelum Try Out……… 39

Tabel 6 Blue Print Skala Persepsi Setelah Try Out……….. 40

Tabel 7 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 44

Tabel 8 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia………. 45

Tabel 9 Uji Normalitas………. 46

Tabel 10 Rentang Kategorisasi Berdasarkan Signifikan Perbedaan.. 46

Tabel 11 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Persepsi Subjek……… 47

Tabel 12 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self Paced E-learning Online………. 48

Tabel 13 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Persepsi Subjek……… 49

Tabel 14 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self Paced E-learning Offline………. 51

(9)

Deviasi Persepsi Subjek……… 54

Tabel 18 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola

Group Based E-learning Asynchronously………. 55

Tabel 19 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin…………. 56

(10)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala persepsi model likert. Uji reliabilitas alat ukur dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbrach dengan nilai sebesar 0,925. Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu skor maksimum, skor minimum, mean, dan standar deviasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di USU yang berjumlah 400 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning online adalah 179 orang (44,75%) termasuk ke dalam kategori positif, 172 orang (43%) termasuk ke dalam kategori negatif dan 49 orang (12,25%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning offline adalah 186 orang (46,5%) termasuk ke dalam kategori positif, 179 orang (44,75%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 35 orang (8,75%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning synchronously adalah 152 orang (38%) termasuk ke dalam kategori positif, 193 orang (48,25%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 55 orang (13,75%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning asynchronously adalah 183 orang (45,75%) termasuk ke dalam kategori persepsi positif, 198 orang (49,5%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 19 orang (4,75%) tidak diklasifikasikan.

(11)

ABSTRACT

This research is descriptive research which aims to view the description of University of North Sumatera students perception toward e-learning types. In this research, measurement tools that was used is perception scale likert model. Measuring instrument reliability test was done by using Cronbrach Alpha coefficient with a value of 0.925. The data processed in this research are maximum score, minimum score, mean, and standard deviation. Sample in this research was 400 students from all the faculty in University of North Sumatera. The result indicate that perception of University of North Sumatera students toward individual self-paced e-learning online was 179 students (44,75%) counted as positive category, 172 students (43%) counted as negative category, and 49 students (12,25%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward individual self-paced e-learning offline was 194 students (48,5%) counted as positive category, 171 students (42,75%) counted as negative category, and 35 students (8,75%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward group based e-learning synchronously

was 152 students (38%) counted as positive category, 193 students (48,25%) counted as negative category, and 55 students (13,75%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward group based e-learning asynchronously was 183 students (45,75%) counted as positive category, 198 students (49,5%) counted as negative category, and 19 students (4,75%) not categorized.

(12)

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan doa dari keluarga tercinta

demi kelancaran dan kesuksesan pada saat penyusunan skripsi ini sangatlah sulit

bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bantuan dari

berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada saat penyusunan skripsi

ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Filia Dina Anggaraeni selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

membimbing penulis dalam penulisan skripsi. Sesungguhnya

arahan/bimbingan dan motivasi dari beliau sangat membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi, terutama kak

Rahmi Putri Rangkuti M.Psi selaku dosen pembimbing akademik terima

kasih atas motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini dan

juga kak Dina Nazriani M. A yang membantu saya untuk lebih memahami

penelitian saya.

4. Kepada sahabat saya di kampus SOLID (Resi, Ajeng, Islah, Liandra,

(13)

Indah, Nisa, Wanfit, Diah, Cut, Cindy, Hendika, Nadya, Sonia). Terima

kasih penulis ucapkan kepada semuanya karena selalu memberi dukungan

dan juga menjadi teman refreshing ketika penulis mengalami penat.

6. Kepada pacar tersayang, Teuku Rizal Syahputra. Terima kasih telah

menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada teman satu bimbingan Rizki Hasanah dan juga teman-teman

angkatan 2011. Terima kasih telah memberi dukungan dan juga bantuan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih buat semua orang yang pernah membantu perkembangan

skripsi ini. Walaupun tidak disebutkan, tapi bantuan yang diberikan sangat

berguna bagi penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan

yang telah diberikan.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penelitian

ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang

sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar

lebih baik lagi. Akhir kata, kepada Allah juga penulis berserah diri. Dan semoga

skripsi ini membawa manfaat bagi semua pihak. Amin

Medan, Juli 2015

(14)

DAFTAR TABEL ... v

ABSTRAK ... vii

BAB I LATAR BELAKANG ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

E. Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Persepsi ... 13

1. Definisi Persepsi ... 13

2. Aspek-Aspek Persepsi ... 15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 15

4. Pengukuran Persepsi ... 18

B. E-learning ... 18

1. Pengertian E-learning ... 18

2. Pola-pola E-learning ... 20

(15)

E. Gambaran Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola-pola E-learning ... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A. Identifikasi Variabel ... 29

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 30

D. Alat Ukur yang Digunakan ... 33

E. Uji Coba Alat Ukur ... 35

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41

G. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Analisa Data ... 44

1. Gambaran umum subjek penelitian ... 44

2. Uji Normalitas ... 45

3. Hasil utama penelitian ... 46

4. Hasil tambahan penelitian ... 55

B. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

(16)

Tabel 3 Distribusi Aitem Skala Persepsi yang Digunakan dalam

Penelitian………. 34

Tabel 4 Jumlah Sampel Try Out………... 38

Tabel 5 Blue Print Skala Persepsi Sebelum Try Out……… 39

Tabel 6 Blue Print Skala Persepsi Setelah Try Out……….. 40

Tabel 7 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 44

Tabel 8 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia………. 45

Tabel 9 Uji Normalitas………. 46

Tabel 10 Rentang Kategorisasi Berdasarkan Signifikan Perbedaan.. 46

Tabel 11 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Persepsi Subjek……… 47

Tabel 12 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self Paced E-learning Online………. 48

Tabel 13 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Persepsi Subjek……… 49

Tabel 14 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self Paced E-learning Offline………. 51

(17)

Deviasi Persepsi Subjek……… 54

Tabel 18 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola

Group Based E-learning Asynchronously………. 55

Tabel 19 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin…………. 56

(18)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala persepsi model likert. Uji reliabilitas alat ukur dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbrach dengan nilai sebesar 0,925. Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu skor maksimum, skor minimum, mean, dan standar deviasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di USU yang berjumlah 400 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning online adalah 179 orang (44,75%) termasuk ke dalam kategori positif, 172 orang (43%) termasuk ke dalam kategori negatif dan 49 orang (12,25%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning offline adalah 186 orang (46,5%) termasuk ke dalam kategori positif, 179 orang (44,75%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 35 orang (8,75%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning synchronously adalah 152 orang (38%) termasuk ke dalam kategori positif, 193 orang (48,25%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 55 orang (13,75%) tidak diklasifikasikan. Pesepsi mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning asynchronously adalah 183 orang (45,75%) termasuk ke dalam kategori persepsi positif, 198 orang (49,5%) termasuk ke dalam kategori negatif, dan 19 orang (4,75%) tidak diklasifikasikan.

(19)

ABSTRACT

This research is descriptive research which aims to view the description of University of North Sumatera students perception toward e-learning types. In this research, measurement tools that was used is perception scale likert model. Measuring instrument reliability test was done by using Cronbrach Alpha coefficient with a value of 0.925. The data processed in this research are maximum score, minimum score, mean, and standard deviation. Sample in this research was 400 students from all the faculty in University of North Sumatera. The result indicate that perception of University of North Sumatera students toward individual self-paced e-learning online was 179 students (44,75%) counted as positive category, 172 students (43%) counted as negative category, and 49 students (12,25%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward individual self-paced e-learning offline was 194 students (48,5%) counted as positive category, 171 students (42,75%) counted as negative category, and 35 students (8,75%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward group based e-learning synchronously

was 152 students (38%) counted as positive category, 193 students (48,25%) counted as negative category, and 55 students (13,75%) not categorized. The University Of North Sumatera students perception toward group based e-learning asynchronously was 183 students (45,75%) counted as positive category, 198 students (49,5%) counted as negative category, and 19 students (4,75%) not categorized.

(20)

BAB I

LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan secara nasional harus mampu menjamin

pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan

efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai

dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga

perlu dilakukan pengembangan pendidikan secara terencana, terarah, dan

berkesinambungan. Strategi pembelajaran telah mengalami perkembangan

yang cukup pesat seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi. Salah satu di antaranya adalah e-learning. E-learning telah

menjadi suatu kebutuhan bagi sivitas akademika, mengingat baik dosen,

mahasiswa maupun institusi pendidikan telah memanfaatkan teknologi

komputer dalam proses kegiatan belajar mengajar (Widanarko, 2007).

Metode e-learning memberikan kemudahan dan kelancaran proses

belajar-mengajar baik bagi mahasiswa maupun dosen (Wiliam, 2007).

Metode e-learning memberikan keleluasaan pada dosen untuk

memberikan akses kepada mahasiswa untuk mendapatkan referensi ilmiah

terkait dengan mata kuliah. Referensi-referensi tersebut dapat berupa

tulisan ilmiah, artikel populer atau jurnal-jurnal elektronik. Hal ini akan

sangat berguna bagi mahasiswa, karena selain dapat memperkuat

pemahaman mahasiswa untuk tiap pokok bahasan perkuliahan, referensi

(21)

wawasan mahasiswa sekaligus meningkatkan kemampuan bahasa Inggris

mahasiswa (Wiliam, 2007). E-learning juga mendukung efisiensi

pembelajaran dalam beberapa hal, diantaranya efisiensi waktu dan sarana

pembelajaran. Bentuk efisiensi waktu yang ditawarkan adalah kemudahan

mengakses materi pembelajaran karena materi dapat diunggah ke sistem

sehingga dapat diakses oleh siswa atau mahasiswa kapanpun dan

dimanapun (Abdullah, 2012).

Banyak definisi yang dapat menjelaskan istilah e-learning. Naidu

(2006) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan dari teknologi

informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar. E-learning

melibatkan semua aktivitas pembelajaran yang dijalankan oleh individu

maupun kelompok, dapat dilakukan secara offline maupun online dan

dapat dilakukan secara synchronous atau asynchronous melalui jaringan

ataupun komputer pribadi dan perangkat elektronik lainnya.

Romiszowski (dalam Naidu, 2006) menyatakan bahwa e-learning

memiliki empat pola. Pertama individualized self-paced e-learning online

yaitu situasi di mana individu belajar dengan mengakses sumber belajar

melalui database atau course content online via intranet atau internet.

Kedua individualized self-paced e-learning offline yaitu situasi di mana

individu belajar dengan bantuan media elektonik secara offline. Ketiga

group-based e-learning synchronously yaitu situasi di mana sekelompok

pelajar bekerja sama melalui intranet atau internet. Terakhir group-based

(22)

bekerja melalui intranet atau internet dan dalam pertukaran atau proses

pembelajaran antara peserta terjadi dengan adanya jeda waktu.

E-learning sudah banyak diterima masyarakat dunia, terbukti

dengan maraknya implementasi e-learning di lembaga pendidikan

(sekolah, training, dan universitas). Universitas Sumatera Utara (USU)

merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Sumatera Utara

yang memiliki fasilitas e-learning. Menurut informasi yang diperoleh di

situs USU E-learning mengenai Pemuatan Bahan Kuliah di Website USU,

diharapkan agar semua dosen di lingkungan USU dapat mengirimkan

semua materi perkuliahan ke Pusat Sistem Informasi USU untuk dimuat

dalam situs USU E-learning. Bahan kuliah yang dikirimkan adalah bahan

kuliah penuh atau handout atau dalam bentuk slides perkuliahan. Sajian

tersebut bisa dalam bentuk Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia

(USU E-learning, 2009).

Universitas Sumatera Utara (USU) juga mempunyai Pusat Sistem

Informasi (PSI). Menurut Tim PSI USU (2014), PSI merupakan suatu

divisi yang mengelola pelayanan akses terhadap infrastruktur teknologi

informasi dan lingkungannya baik di dalam maupun diluar kampus. Salah

satu fungsi PSI adalah memfasilitasi perangkat lunak yang mencakup

seluruh aspek manajemen untuk mendukung pemberdayaan semua unit

manajemen Universitas sehingga mampu secara profesional memberikan

pelayanan yang efisien bagi sivitas akademika. Salah satu perangkat lunak

(23)

dengan salah satu staff pelatihan dan pembelajaran PSI yang bertugas

mengelola e-learning di USU :

“ e-learning di USU sudah menyebar di seluruh fakultas, namun ada beberapa fakultas yang memang uptodate mengunduh bahan-bahan perkuliahan ke situs e-learning dan ada yang enggak. Dan biasanya semua ini tergantung dosen di setiap fakultas menerapkan pembelajaran e-learning ke mahasiswanya atau enggak. Kalau soal pola-pola e-learning saya tidak paham, yang saya tahu e-learning itu electronic learning jadi sudah pasti menggunakan media elektronik dan juga aktivitas online. Biasanya e-learning yang dipakai di USU ini sebagai media belajar seperti untuk kuis yang mana dosennya akan meminta id dan password ke PSI yang kemudian kuis tersebut hanya bisa diakses oleh mahasiswanya dengan id dan password tersebut dan juga e-learning di USU ini digunakan sebagai penyedia bahan-bahan

perkuliahan yang bisa diakses seluruh mahasiswa USU.”

(R, Pengelola e-learning di USU, komunikasi personal, 23 Januari 2015)

Dapat dilihat dari hasil wawancara dengan staff pengelola

e-learning USU bahwa e-learning di USU sudah menyebar ke seluruh

fakultas namun jika dikaitkan dengan prestasi USU hal media online,

Menurut Webometrics (2015), Universitas Sumatera Utara menempati

ranking 2637 World Universities. Ranking ini berbeda jauh dengan 5

universitas terbaik di Indonesia, seperti Universitas Gadjah Mada berada

di ranking 518 World Universities, Universitas Indonesia berada di

ranking 660, Institut Teknologi Bandung berada di ranking 704,

Universitas Brawijaya berada di ranking 738 dan Institut Pertanian Bogor

(24)

Webometrics merupakan salah satu cara praktis dalam melakukan

bencmarking prestasi perguruan tinggi dalam hal media online dan

kekayaan file ilmiah di media online. Webometrics juga memberikan

penekanan filosofis dalam pemberdayaan media online untuk menyusun

keterbukaan ilmu dalam media online, dengan penekanan pada karya

ilmiah, jurnal dll yang menunjang pola mencerdaskan dunia dengan kajian

bermutu tinggi dari perguruan tinggi (Pranashakti, 2014).

Berdasarkan rangking webometrics, Universitas Sumatera Utara

berada dirangking kategori rendah. Pranashakti (2014) menyatakan

beberapa alasan universitas tinggi berada dikategori rendah karena belum

adanya kedisiplinan dari stakeholder selaku dosen untuk menggunakan

media online sebagai distribusi informasi yang dapat dibaca setiap saat dan

belum siapnya para SDM yaitu mahasiswa di perguruan tinggi

meningkatkan kedisiplinan untuk membiasakan diri menggunakan media

online dalam publikasi baik untuk kepentingan internal maupun umum.

Hal inilah yang terjadi di Universitas Sumatera Utara dimana

belum optimalnya penggunaan e-learning bisa disebabkan karena hanya

sebagian fakultas saja yang memang uptodate mengunggah bahan kuliah

serta karya-karya ilmiahnya dan SDMnya sendiri yang merupakan

mahasiswa USU yaitu peserta didik yang terdaftar di USU secara sah pada

satu jenis pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi juga belum

populer dengan kata-kata e-learning. Dapat dilihat dari tiga wawancara

(25)

“aku tau e-learning, e-learning itu kan belajar pake elektronik. Jadi kita belajarnya pake media elektronik yang ada di kampus kayak proyektor gitu. Menurut ku gak pala bermanfaat kali e-learning ini soalnya kalo mati lampu gak bisa juga dipake proyektornya, dosenku pun gak pernah ada ngasih tau e-learning itu yg gimana dan gada juga dosenku yang nerapin pembelajaran e-learning.”

“aku gak tau e-learning itu apa, tapi kayaknya itu belajar-belajar

pendidikan lewat metode elektronik gitu ya.”

(N dari Fakultas Ilmu Budaya Stambuk 2011, Komunikasi Personal, 22 Januari 2015)

Wawancara di atas menunjukkan bahwa ada mahasiswa dari

beberapa fakultas yang belum mengetahui apa sebenarnya e-learning atau

bahkan mereka belum pernah mendengar kata e-learning itu sendiri.

Seharusnya dengan tersedianya fasilitas e-learning di USU mendorong

mahasiwa menjadi individu yang mandiri yang mencari sumber belajarnya

sendiri.

Berdasarkan pola-pola e-learning yang dijabarkan Romiszowski

(dalam Naidu, 2006) ada beberapa mahasiswa dari beberapa fakultas yang

paham tentang e-learning. Wawancara awal menunjukkan bahwa pola

individual self paced e-learning online lebih banyak digunakan oleh

mahasiswa USU. Hal ini terbukti dari dua wawancara informal berikut

(26)

“aku tau e-learning sa, e-learning itukan elektronik e-learning jadi kita belajarnya pake media elektronik kayak laptop gitu terus kita cari tugas kuliah kita di internet. Kalo dikampus ku, dosenku internet, terus e-learning itu kita gak perlu datang ke kampus lagi karna kuliahnya email-emailan sama dosennya. Nanti kita dikasih

Dimana sebagian mahasiswa USU merasakan manfaat yang didapatkan

dari e-learning dan menggunakan internet untuk mencari sumber

belajarnya. Hal ini menguatkan peneliti untuk meneliti gambaran pola-pola

lain nya berdasarkan pola-pola e-learning menurut Romiszowski (dalam

Naidu, 2006) pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil penelitian Duma (2009) tentang Gambaran Sikap

Mahasiswa USU terhadap Pola E-learning didapatkan data bahwa

mahasiswa USU mempunyai sikap yang netral terhadap pola e-learning.

Mahasiswa USU menempatkan kebanyakan sikapnya dalam kategori

(27)

dengan dunia teknologi sehingga mereka tidak mengemukakan sikap yang

positif maupun yang negatif.

Hasil penelitian diatas adalah mahasiswa USU bersikap netral

terhadap pola e-learning. Hal inilah yang mendasari peneliti perlu

melakukan penelitian yang berkaitan dengan persepsi, karena sebelum

seseorang dapat menentukan sikapnya perlu terlebih dahulu diketahui

pemahaman seseorang tersebut terhadap pola-pola e-learning.

Peneliti juga merasa perlu untuk meneliti persepsi dikarenakan

fenomena yang didapatkan peneliti dari hasil wawancara dengan 6 (enam)

mahasiswa USU pada bulan November 2014 adalah e-learning sudah

menjadi fasilitas yang ada di Universitas Sumatera Utara namun beberapa

mahasiswa tidak mengetahui apa itu e-learning. Ketidaktahuan ini

mengakibatkan mahasiswa tidak memanfaatkan e-learning dalam proses

belajarnya, seharusnya dengan adanya fasilitas e-learning ini membantu

proses belajar mahasiswa menjadi lebih efisien dan lebih mandiri.

Fenomena lain yang didapatkan peneliti dari hasil observasi beberapa

mahasiswa USU yang sedang berada di perpustakaan USU November

2014, beberapa mahasiswa melakukan aktivitas e-learning namun ketika

ditanyakan mahasiswa tersebut tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan

e-learning. Padahal ketika mahasiswa tersebut belajar dengan

menggunakan komputer/laptop, presentasi melalui powerpoint hal ini

sudah di namakan dengan e-learning pola individual self paced e-learning

(28)

bantuan jaringan internet hal ini di namakan dengan pola individual self

paced e-learning online.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Yaghoubi, dkk (2008)

kepada siswa-siswa di Iran, diperoleh hasil bahwa siswa memiliki persepsi

positif terhadap e-learning. Salah satu faktor yang mempengaruhi individu

menggunakan e-learning adalah penilaian terhadap keuntungan yang

dirasakan individu tersebut. Semakin individu menilai bahwa e-learning

memberikan keuntungan maka semakin tinggi penggunaan e-learning.

Penilaian yang dilakukan individu serta keuntungan yang dapat dirasakan

individu merupakan persepsi.

Penelitian lain yang bekaitan dengan persepsi dilakukan oleh

Sitanggang (2012) tentang hubungan antara persepsi terhadap e-learning

dengan motivasi belajar pada mahasiswa fakultas psikologi USU. Hasil

menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa Psikologi terhadap e-learning

adalah positif.

Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan (Rakhmad, 2004). Ittelson (dalam Bell, 2001)

menyatakan bahwa ada 4 aspek persepsi yaitu, kognitif, afektif,

interpretatif dan evaluatif. Aspek kognitif meliputi pemikiran individu

terhadap suatu stimulus, aspek afektif meliputi perasaan yang

mempengaruhi bagaimana kita mempersepsi suatu, aspek interpretatif

(29)

meliputi penilaian individu terhadap suatu stimulus. Ke empat aspek inilah

yang akan dikaitkan dengan pola-pola e-learning untuk melihat persepsi

apa yang akan dimunculkan para mahasiswa USU.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti merasa perlu melakukan

penelitian mengenai gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap

pola-pola e-learning.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin mengetahui hal yang

dirumuskan dalam pertanyaan dibawah ini :

Bagaimana gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola

e-learning?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi

mahasiswa USU terhadap pola e-learning.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membantu

mengembangkan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan

bidang lainnya dalam aplikasinya. Selain itu, diharapkan penelitian ini

juga dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk

(30)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian diharapkan digunakan sebagai :

1. Memberikan pandangan mengenai pola-pola e-learning agar

mahasiswa USU mengetahui pola e-learning mana yang ia

gunakan dalam kegiatan belajar dan agar proses belajarnya

berjalan lebih fleksibel, artinya mahasiswa USU dapat belajar

kapanpun dan dimanapun dengan menggunakan teknologi baik

yang terhubung ke jaringan internet maupun offline.

2. Sebagai masukan bagi pihak kampus USU untuk menentukan

sistem e-learning yang tepat sehingga dapat lebih memudahkan

kinerja para pengajar dan memudahkan pembelajaran bagi

peserta didik.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah:

BAB I : LATAR BELAKANG

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar

belakang masalah, perumusan masalah penelitian, tujuan

dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai tinjauan

teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah

(31)

dimuat adalah teori yang berhubungan dengan persepsi dan

e-learning.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai identifikasi

variabel, definisi operasional variabel, populasi sampel dan

metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji

coba alat ukur, tahap pelaksanaan penelitian serta metode

analisis data.

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil

penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan

gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil

penelitian, analisa data penelitian serta pembahasan dari

penelitian yang telah dilakukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi

1. Definisi persepsi

Sensasi yang ditransmisikan ke otak adalah bentuk mentah dari

energi yang harus diinterpretasi dan diorganisasi melalui sebuah proses

yang disebut persepsi (Lahey, 2007). Atkinson (2000) mendefinisikan

persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus

dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu

baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau

kejadian.

Gibson, dkk (1989) mendefinisikan persepsi sebagai proses

kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan

memahami dunia sekitarnya (terhadap objek). Gibson juga

menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti

terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu

memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya

sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada

situasi itu sendiri.

Sebuah kejadian pada umumnya didefinisikan sebagai

peristiwa yang meliputi ruang dan waktu. Melalui definisi ini, dapat

disimpulkan bahwa kejadian meliputi semua persepsi mengenai gerak,

(33)

perception, bukan motion perception. Event perception digunakan

untuk menjelaskan persepsi visual dari aliran optik, pergerakan

manusia dan objek yang relatif terhadap lingkungan (Shiffrar, 2005).

Shaw, Flascher & Mace (1995) mendefinisikan event perception

sebagai deteksi dari informasi mengenai gaya dari perubahan yang

terjadi pada struktur dalam ruang dan waktu tertentu. Perbedaan antara

event perception dan motion perception adalah pada motion perception

terjadi dalam isolasi, sedangkan event perception terjadi pada ruang

dan waktu.

Berdasarkan theory of unconscious inference yang dicetuskan

oleh Helmholtz, beberapa dari persepsi adalah hasil dari asumsi

ketidaksadaran yang dibuat mengenai lingkungan. Teori ini meliputi

prinsip likelihood, yang mengatakan bahwa individu merasakan objek

yang menyebabkan pola stimulus yang diterima. Proses persepsi dinilai

sama dengan proses pemecahan masalah. Dalam persepsi, masalahnya

adalah untuk menentukan objek mana yang menyebabkan pola tertentu

dari stimulus, dan masalah ini diselesaikan dengan proses dimana

pengamat menerapkan pengetahuannya untuk menarik kesimpulan

mengenai apakah objek tersebut (Goldstein, 2011). Dalam penelitian

ini, definisi persepsi yang akan digunakan adalah proses

pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan

menyangkut penilaian yang dilakukan individu terhadap suatu benda,

(34)

2. Aspek-aspek persepsi

Ittelson (dalam Bell, 2001) menyatakan bahwa ada 4 aspek

persepsi yaitu :

a. Kognitif, meliputi berpikir mengenai, mengorganisasi dan

menyimpan informasi.

b. Afektif, perasaan kita yang mempengaruhi bagaimana kita

mempersepsi sesuatu.

c. Interpretatif, sejauhmana individu memaknai sesuatu.

d. Evaluatif, menilai sesuatu sebagai aspek yang baik dan buruk.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi.

Faktor-faktor ini menyebabkan adanya perbedaan persepsi tiap1tiap individu.

Menurut Rookies & Willson (2000), faktor-faktor tersebut adalah :

a. Usia

Kemampuan perseptual berubah dan matang seiring dengan

perkembangan. Secara umum, kemampuan perseptual meningkat

dan secara lebih akurat merepresentasikan dunia fisik, namun ada

juga kemampuan perseptual yang menurun seiring bertambahnya

usia. Seseorang dikatakan remaja apabila memasuki rentang usia

11-19 tahun, dan dikatakan dewasa apabila memasuki rentang usia

20-40 tahun (Papalia, 2003). Perbedaan ini dapat memberikan

perubahan dalam dunia persepsi seseorang. Santrock (2013)

(35)

peningkatan informasi di area yang spesifik, pengetahuan umum

dan juga berfikir secara realistik.

b. Gender

Masalah perbedaan gender dalam proses psikologi sangat

kontroversial. Kemampuan yang memiliki perbedaan gender yang

konstan adalah kemampuan visual spasial. Pada kemampuan ini,

pria mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita.

c. Kepribadian

Orang-orang dengan kepribadian yang berbeda akan

bersikap berbeda dalam berbagai situasi sosial dan mungkin saja

memberikan respon yang berbeda terhadap berbagai informasi.

d. Keadaan psikologis

Ada banyak kerusakan fisik yang dapat mempengaruhi

persepsi. Penyakit seperti katarak, agnosia dan prosopagnosia

dapat mengakibatkan kesulitan dalam mempersepsikan sesuatu.

Selain kerusakan dan penyakit, penggunaan obat-obatan baik yang

legal maupun illegal juga dapat mempengaruhi persepsi. Oleh

karena itu, mungkin saja orang yang menggunakan zat tertentu

seperti kafein, akan mempunyai pengalaman perseptual yang

(36)

e. Perceptual set

Set adalah ekspektasi yang dibawa oleh observer ke dalam

situasi perseptual. Latar belakang dan pengalaman kita sepertinya

membuat kita melihat suatu hal dengan cara tertentu, terutama jika

stimulus yang diberikan ambigu. Ada beberapa hal yang

mempengaruhi set yaitu motivasi, konteks, ekpektasi, pengalaman

sebelumnya dan emosi.

f. Budaya

Ada aspek dalam lingkungan dan budaya yang membuat

individu mempersepsikan dan mendapatkan pengalaman yang

berbeda. Individu yang dibesarkan dengan pengaruh budaya Barat

akan mengenali stimulus visual tertentu seperti televisi dan film,

namun stimulus tersebut akan membingungkan individu yang

dibesarkan dari daerah yang terpencil. Beberapa studi telah

menemukan bukti yang kuat untuk mendukung adanya pengaruh

lingkungan fisik terhadap persepsi individu.

g. Pengetahuan sebelumnya

Persepsi bergantung kepada informasi tambahan yang

dimiliki oleh individu. Individu dapat mengenali objek yang

berbeda karena adanya pengetahuan sebelumnya yang dibawa

(37)

4. Pengukuran persepsi

Metode yang digunakan dalam pengukuran persepsi adalah

self-report. Metode ini menggunakan daftar pernyataan-pernyataan

yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala persepsi.

Dari respon subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat

disimpulkan mengenai persepsi seseorang. Respon individu terhadap

stimulus (pernyataan-pernyataan) persepsi yang berupa jawaban setuju

atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator persepsi seseorang

(Azwar, 2003).

B. E-learning

1. Pengertian e-learning

E-learning merupakan penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) dalam berbagai proses pendidikan untuk mendukung

dan meningkatkan pembelajaran di lembaga pendidikan tinggi.

Penggunaan teknologi termasuk sebagai suplemen untuk kelas

tradisional, belajar online atau pencampuran keduanya (OECD, 2005).

E-learning menawarkan lembaga dan siswa mereka fleksibilitas tempat

dan waktu dalam mentransfer atau menerima informasi belajar.

Melanjutkan praktek pengembangan profesional dalam pekerjaan yang

bergerak cepat saat ini yang melibatkan penggunaan teknologi modern

sebagai bagian dari upaya untuk memberikan pengalaman belajar yang

(38)

Munir (2008) menyatakan bahwa e-learning merupakan

pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat

elektronik. E-learning adalah proses belajar secara efektif yang

dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara

digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar.

Pada umumnya, e-learning adalah proses pembelajaran dengan

menggunakan/memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,

khususnya internet, agar pengajar dan pelajar dapat berkomunikasi

tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini juga didukung oleh

pernyataan Santrock (2007) yang menyatakan bahwa internet

merupakan inti dari komunikasi melalui komputer.

E-learning sering disebut penggunaan jaringan pada teknologi

informasi dan komunikasi dalam mengajar dan belajar. Sejumlah istilah

lain juga digunakan untuk menggambarkan cara mengajar dan belajar.

E-learning termasuk online learning (pembelajaran online), virtual

learning (pembelajaran virtual), distributed learning, network and

web-based learning. Pada dasarnya, mereka semua merujuk kepada proses

pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk menengahi kegiatan pembelajaran asynchronous maupun

synchronous dan aktifitas pembelajarannya (Naidu, 2006). Tetapi untuk

lebih luasnya, mahasiswa yang menggunakan e-mail dan mengakses

materi kuliah secara online juga dapat dikatakan e-learning (OECD,

(39)

2. Pola E-learning

Menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006) pola e-learning ada

empat, yaitu:

a. Individual self-paced e-learning online yang mengacu pada

situasi dimana pelajar individu mengakses sumber belajar

melalui intranet atau internet. Contoh dari tipe ini adalah

pelajar yang belajar sendiri atau mengadakan penelitian pada

internet atau jaringan lokal.

b. Individual self-paced e-learning offline yang mengacu pada

situasi dimana pelajar individu menggunakan sumber belajar

yang tidak terhubung dengan intranet atau internet. Contoh dari

tipe ini adalah pelajar yang belajar melalui perangkat seperti

CD dan DVD.

c. Group-based e-learning synchronously yang mengacu pada

situasi dimana sekelompok pelajar belajar bersama dalam

waktu yang nyata melalui intranet atau internet. Hal ini

meliputi komunikasi dua arah yang menggunakan audio dan

video konferensi.

d. Group-based e-learning asynchronously yang mengacu pada

situasi di mana sekelompok pelajar tidak harus belajar dalam

waktu yang nyata. Contoh tipikal dari tipe ini meliputi diskusi

online melalui email dan konferensi dengan pembelajaran

(40)

3. Komponen e-learning

Secara garis besar, menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006)

ada 3 (tiga) komponen utama yang menyusun e-learning, yaitu :

a. Sistem e-learning

Sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar

mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan

materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem

ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen

proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering

disebut dengan learning managements system (LMS).

b. Konten e-learning

Konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning system

(learning management system). Konten dan bahan ajar ini bisa

dalam bentuk multimedia - based content (konten berbentuk

multimedia interaktif) atau text-based content (konten berbentuk

teks seperti pada buku pelajaran biasa).

c. Peralatan e-learning

Infrastruktur e-learning dapat berupa personal computer

(PC), jaringan komputer dan perlengkapan multimedia. Termasuk

di dalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan

(41)

4. Kelebihan dan kekurangan pada e-learning

Rusman (2011) ada beberapa kelebihan dari e-learning, yaitu :

a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana dosen dan

mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas

internet secara regular atau kapan saja tanpa dibatasi jarak,

tempat, dan waktu.

b. Dosen dan mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar atau

petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet,

sehingga keduanya saling menilai sampai berapa jauh bahan

ajar dipelajari.

c. Mahasiswa dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap

saat dan dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar

tersimpan di komputer.

d. Bila mahasiswa memerlukan tambahan informasi yang

berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat mengakses

di internet secara lebih mudah.

e. Baik dosen maupun mahasiswa dapat melakukan diskusi

melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah mahasiswa

yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan yang lebih luas.

f. Perubahan dari mahasiswa yang pasif ke aktif dan lebih

(42)

g. Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh

dari perguruan tinggi.

Selain itu, ada terdapat beberapa kritik mengenai e-learning

menurut Bullen (dalam Rusman, 2011), yaitu :

a. Kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa atau bahkan

antar sesama mahasiswa itu sendiri.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademis atau aspek sosial

dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.

c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada

pendidikan.

d. Perubahan peran dosen dari yang semula menguasai teknik

pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui

teknik pembelajaran yang menggunakan ICT/medium

komputer.

e. Mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi

cenderung gagal.

f. Tidak semua tempat tersedia difasilitasi internet.

g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan

mengoperasikan internet.

h. Kurangnya personal dalam hal penguasaan bahasa

(43)

C. Mahasiswa

Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan

tinggi, baik di universitas, institut, maupun akademi. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar di

perguruan tinggi.

Menurut Papalia (2003), mahasiswa termasuk dalam tahap

pencapaian (achieving stage), yaitu tahap dimana indivdu menggunakan

pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai kemandirian dan kompetensi,

misalnya dalam hal karir dan keluarga. Masa di kampus merupakan tempat

dimana mahasiswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu mereka secara

intelektual, dan meningkatkan kemampuan dalam hal bekerja serta

meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Memilih untuk

kuliah merupakan suatu gambaran untuk memperoleh karir di masa depan

dan hal ini akan cenderung mempengarhui pola berpikir individu.

Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai

24/25 tahun (Winkel, 1997). Menurut Hurlock (1999) masa ini termasuk

ke dalam masa dewasa dini. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18

tahun sampai kira-kira umur 40 tahun.

D. Mahasiswa USU

Mahasiswa USU merupakan peserta didik yang terdaftar di USU

secara sah pada satu jenis pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi.

Warga negara asing dapat menjadi mahasiswa USU setelah memenuhi

(44)

dikategorikan ke dalam beberapa program yaitu program diploma,

program strata-1, dan program pascasarjana. Dalam penelitian ini, peneliti

mengambil sampel dari mahasiswa USU program strata-1. Dalam program

strata-1, mahasiswa USU terbagi kedalam 14 fakultas/program studi yaitu

fakultas kedokteran, fakultas hukum, fakultas pertanian, fakultas teknik,

fakultas ekonomi, fakultas kedokteram gigi, fakultas ilmu budaya, fakultas

MIPA, fakultas FISIP, fakultas kesehatan masyarakat, fakultas

keperawatan, fakultas psikologi, fakultas farmasi¸ dan fakultas fasilkom TI

dimana setiap fakultas/program studi memiliki kapasitas yang

berbeda-beda berkaitan dengan jumlah mahasiswanya. (Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta Universitas

Sumatera Utara).

E. Gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap e-learning

Atkinson (2000) menyebutkan persepsi sebagai proses

pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan

menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun

negatif terhadap suatu benda, manusia, atau situasi. Ittelson (dalam Bell,

2001) menyatakan bahwa ada 4 aspek persepsi yaitu, kognitif, afektif,

interpretatif dan evaluatif. Aspek kognitif meliputi pemikiran individu

terhadap suatu stimulus, aspek afektif meliputi perasaan individu terhadap

suatu stimulus, aspek interpretatif meliputi pemaknaan individu terhadap

suatu stimulus, dan aspek evaluatif meliputi penilaian individu terhadap

(45)

Persepsi individu muncul karena adanya suatu stimulus. Dalam hal

ini stimulusnya adalah pola-pola e-learning menurut Romiszowski (dalam

Naidu, 2004) yaitu, Individual self-paced e-learning online, Individual

self-paced e-learning offline, Group-based e-learning synchronously, dan

Group-basede-learningasynchronously.

Gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning

dimaksudkan sebagai pemikiran, perasaan, pemaknaan dan penilaian yang

dilakukan mahasiswa USU terhadap penerapan sistem belajar e-learning

yang ditinjau dari pola-pola e-learning itu sendiri. Berdasarkan fenomena

yang diperoleh, kampus USU sudah menyediakan fasilitas e-learning di

beberapa fakultasnya namun beberapa mahasiswa USU tidak mengetahui

atau tidak dapat mengutarakan apa yang di maksud dengan e-learning itu

sendiri. Goldstein (2011) menyatakan persepsi bergantung kepada

informasi yang dimiliki oleh individu. Individu dapat mengenali objek

yang berbeda karena adanya pengetahuan sebelumnya yang dibawa

individu ke dalam situasi tersebut. Dalam hal ini, mahasiswa USU belum

mengetahui banyak informasi tentang e-learning sehingga minimnya

informasi tersebut menyebabkan beberapa mahasiswa USU tidak dapat

mengutarakan apa itu e-learning.

Pada pola pertama dan kedua, yaitu individual self paced

e-learning online dan individual self paced e-learning offline. Berdasarkan

fenomena yang diperoleh, mahasiswa USU merasakan manfaat yang

(46)

maupun offline karena pada pola ini meliputi kegiatan sehari-hari

mahasiswa USU dalam mengerjakan tugas dengan bantuan jaringan

internet dan juga kegiatan menggunakan aplikasi di komputer/laptop yang

mempermudah mahasiswa USU dalam mengerjakan tugas perkuliahan.

Rusman (2011) menyatakan kelebihan dari e-learning salah satunya

adalah mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui jaringan

internet kapan saja tanpa dibatasi jarak, tempat, dan waktu. Manfaat inilah

yang dirasakan mahasiswa USU dalam pembelajaran e-learning.

Pada pola kedua dan ketiga, yaitu group based e-learning

synchronously dan group based e-learning asynchronously. Pola ini

berkaitan dengan kegiatan individu ketika bersama dengan kelompoknya

atau berbeda tempat dengan kelompoknya, individu tetap memanfaatkan

e-learning atau tidak. Berdasarkan fenomena yang diperoleh, individu jarang

memanfaatkan e-learning dalam kegiatan group. Seperti layanan video

conference atau audio conference yang terdapat dalam pola ketiga, ada

sebagian mahasiswa USU yang tidak mengerti dengan istilah tersebut dan

ada sebagian mahasiswa USU yang mengerti dengan istilah tersebut juga

tidak memanfaatkan layanan tersebut dalam kegiatan belajar di kampus.

Romiszowski (2004) menyatakan ada 3 (tiga) komponen utama yang

menyusun e-learning, salah satunya adalah peralatan infrastruktur

e-learning berupa personal computer (PC), jaringan komputer dan

perlengkapan multimedia. Termasuk di dalamnya peralatan teleconference

(47)

teleconference. Minimnya infrastruktur ini membuat mahasiswa USU

tidak mengetahui atau tidak memanfaatkan layanan synchronous learning

dengan baik. Sama halnya dengan email, mahasiswa USU sudah familiar

menggunakan email karena fiturnya yang memudahkan mahasiswa USU

bertukar pesan dengan teman ataupun dosen, namun mahasiwa USU tidak

memanfaatkan layanan chat yang ada di email untuk berdiskusi dengan

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

karena penelitian ini hanya bertujuan melihat gambaran atau mendeskripsikan

persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning yang ditunjukkan

melalui mean. Menurut Hadi (2000) metode deskriptif merupakan metode

yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta,

karakteristik mengenai populasi tertentu.

A. Identifikasi Variabel

Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah persepsi

mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning.

B. Definisi Operasional

Persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning

dimaksudkan sebagai pandangan atau interpretasi mahasiswa USU

terhadap pola-pola e-learning yaitu situasi dimana pelajar individu

mengakses sumber belajar melalui intranet atau internet (internet surfing

(online), googling, downloading educational material), situasi dimana

pelajar individu menggunakan sumber belajar yang tidak terhubung

dengan intranet atau internet (word, powerpoint, excel, CD/DVD) situasi

dimana sekelompok pelajar belajar bersama dalam waktu yang nyata

melalui intranet atau internet (video conference, audio confrence) dan

situasi di mana sekelompok pelajar tidak harus belajar dalam waktu yang

(49)

Gambaran persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning

diukur dengan menggunakan skala persepsi yang dibuat peneliti

berdasarkan 4 (empat) aspek persepsi yaitu : aspek kognitif berkaitan

dengan pemikiran mahasiswa terhadap pola e-learning, aspek afektif

berkaitan dengan apa yang dirasakan mahasiswa USU terhadap pola

e-learning, aspek interpretatif berkaitan dengan sejauhmana individu

memaknai e-learning dalam proses pembelajaran. Dan aspek evaluatif

bekaitan dengan penilaian e-learning sebagai sesuatu yang baik atau buruk

dalam metode pembelajaran.

Penelitian ini akan membagi subjek dalam dua kategori, yaitu

positif dan negatif. Pengkategorisasian ini dihasilkan dari skor yang

diperoleh setiap subjek. Jika semakin tinggi skor skala maka semakin

positif persepsinya terhadap pola e-learning. Sebaliknya, jika semakin

rendah skor skala maka semakin negatif persepsinya terhadap pola

e-learning.

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU. Jumlah

populasi mahasiswa USU yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak ± 29.343 orang (Ikhsan, 2014).

2. Teknik pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

(50)

dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Didalam metode probability terdapat teknik

pengambilan sampel yaitu proportionate stratified random sampling,

dimana banyak subjek di masing-masing strata diketahui terlebih

dahulu baru diambil persentase yang sama (Hadi, 2000).

Dalam penelitian ini, peneliti mengetahui jumlah populasi di

setiap fakultas. Disajikan melalui tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah Populasi Mahasiswa S1 Berdasarkan Fakultas

Fakultas Kedokteran = 1807 Fakultas MIPA = 1439

Fakultas Hukum = 2774 Fakultas FISIP = 3744

Fakultas Pertanian = 4051 Fakultas Kesehatan Masyarakat = 1965

Fakultas Teknik = 3577 Fakultas Keperawatan = 560

Fakultas Ekonomi = 3324 Fakultas Psikologi = 568

Fakultas Kedokteran Gigi = 957 Fakultas Farmasi = 719

Fakultas Ilmu Budaya = 2696 Fakultas Fasilkom Ti = 1162

TOTAL = 29.343

Sumber : Ikhsan (2014), Evaluasi Diri : Analisis Situasi dan Pemosisian USU

3. Jumlah Sampel Penelitian

Menurut Azwar (2012), secara tradisional statistika

menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah

cukup banyak. Slovin (dalam Riduwan, 2005) menentukan ukuran

(51)

n = N/N(d)2 + 1

n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05

n = 29.343 / 29.343 (0,05) 2 + 1

n = 394,62 ; dibulatkan menjadi 400

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 400 orang.

Jumlah sampel yang diambil berdasarkan masing-masing

bagian ditentukan kembali dengan rumus :

n = (jumlah populasi perfakultas /jumlah populasi mahasiswa USU) x

jumlah sampel yang ditentukan.

Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2. Jumlah Sampel Berdasarkan Fakultas

Fakultas Kedokteran = 25 Fakultas MIPA = 20

Fakultas Hukum = 38 Fakultas FISIP = 51

Fakultas Pertanian = 53 Fakultas Kesehatan Masyarakat = 27

Fakultas Teknik = 49 Fakultas Keperawatan = 8

Fakultas Ekonomi = 45 Fakultas Psikologi = 8

Fakultas Kedokteran Gigi = 13 Fakultas Farmasi = 10

Fakultas Ilmu Budaya = 37 Fakultas Fasilkom TI = 16

(52)

D. Alat Ukur yang Digunakan

Salah satu skala Psikologi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala persepsi. Skala persepsi ini menggunakan skala model Likert

yaitu skala yang didalamnya terdiri sejumlah aitem yang merefleksikan

suatu gagasan atau daerah yang sedang diperhatikan. Dalam penelitian ini,

peneliti akan menggunakan skala yang berisikan aitem-aitem untuk

mengungkapkan bagaimana persepsi mahasiswa USU terhadap pola-pola

e-learning menurut Romiszowski (2004) yaitu Individual self-paced

e-learning online, Individual self-paced e-learning offline, Group-based

e-learning synchronously dan Group-based e-learning asynchronously.

Setiap pola e-learning yang ada dalam skala ini akan dikaitkan

dengan keempat aspek persepsi yaitu kognitif, afektif, interpretatif dan

evaluatif. Sehingga nantinya dalam penelitian ini akan terlihat pola mana

yang lebih di respon positif oleh mahasiswa USU. Skala berisikan 64

aitem, dimana masing-masing pola akan berisikan 16 aitem yang

diasumsikan dapat mengungkapkan persepsi mahasiswa USU terhadap

pola-pola e-learning.

Penelitian ini akan membagi subjek dalam dua kategori, yaitu

positif dan negatif. Subjek yang termasuk dalam kategori positif berarti

memiliki perspesi yang positif terhadap pola e-learning. Sebaliknya,

subjek yang termasuk dalam kategori negatif berarti memiliki persepsi

negatif terhadap pola e-learning. Pengkategorisasian ini dihasilkan dari

(53)

semakin positif persepsinya terhadap pola e-learning. Sebaliknya, jika

semakin rendah skor skala maka semakin negatif persepsinya terhadap

pola e-learning.

Pengambilan data dalam penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan skala persepsi dengan blue print yang disajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Persepsi Yang Digunakan Dalam Penelitian

(54)

4 Group-based e-learning

Aitem berbentuk pernyataan dengan lima pilihan respon, yaitu SS

(sangat setuju), S (setuju), Netral (N), TS (tidak setuju), dan STS (sangat

tidak setuju). Setiap pilihan tersebut memiliki skor masing-masing

tergantung dari jenis aitem apakah favorable atau unfavorable. Untuk

aitem favorable, SS diberi skor 5 (lima), S diberi skor 4 (empat), N diberi

skor 3 (tiga), TS diberi skor 2 (dua), dan STS diberi skor 1 (satu).

Sedangkan untuk aitem yang unfavorable, SS diberi skor 1 (satu), S diberi

skor 2 (dua), N diberi skor 3 (tiga), TS diberi skor 4 (empat), dan STS

diberi skor 5 (lima). Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur juga

tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek penelitian. Identitas diri

tersebut meliputi nama, usia, jenis kelamin,nama fakultas,dan stambuk.

E. Uji Coba Alat Ukur

1. Validitas alat ukur

Di dalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan

validitas isi. Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat professional

(55)

professional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen

pembimbing.

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana

aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok yang

memiliki atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja

yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem

yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai

keseluruhan (Azwar, 2000).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi

koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitemdengan suatu

kriteria yang relevan, yaitu skor total tes itu sendiri dengan

menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment, yang di

analisis dengan bantuan komputerisasi SPSS 19.0 for windows dan

Microsoft Office Excel 2010. Prosedur pengujian ini akan

menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan

indeks daya beda aitem(Azwar, 2000).

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem

menggunakan batasan rix 0,30. Semua aitem yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0,30, daya pembedanya dianggap

memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0,30 diinterpretasikan

(56)

3. Reliabilitas alat ukur

Menurut Hadi (2000) reliabilitas alat ukur menunjukkan

konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali

pada kesempatan berbeda. Prosedur pengujian yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah koefisien reliabilitas alpha. Data untuk

menghitung koefisien realibilitas alpha diperoleh melalui penyajian

suatu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok

responden (single-trial administration). Reliabilitas dinyatakan oleh

koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0

sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka

satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien

yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas

yang dimiliki.

4. Hasil uji coba alat ukur

Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk

mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa

yang ingin diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan

kecermatan atau ketelitian pengukuran atau dengan kata lain dapat

menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 2004). Setelah alat ukur

disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji

coba alat ukur. Gable (1986) mengatakan bahwa banyaknya subjek

atau responden guna memperoleh data uji coba kira-kira 6 sampai

Gambar

Tabel 1. Jumlah Populasi Mahasiswa S1 Berdasarkan Fakultas
Tabel 2. Jumlah Sampel Berdasarkan Fakultas
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Persepsi Yang Digunakan Dalam Penelitian
Tabel 4. Jumlah Sampel Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang mengunakan uji U mann-whitney menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa USU dengan mahasiswa IAIN-SU terkait

Hasil penelitian yang mengunakan uji U mann-whitney menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa USU dengan mahasiswa IAIN-SU terkait

Penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Mahasiswa FISIP USU Terhadap Pemberitaan Kinerja Gubernur DKI Jakarta” ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan yang harus

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah persepsi mahasiswa FISIP

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh stres terhadap pola makan mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU). Penelitian

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa Terhadap Penayangan Berita Demo Ahok di Media Televisi ( Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip USU Terhadap Penayangan

Penelitian ini berjudulPersepsi Mahasiswa Terhadap Penayangan Berita Demo Ahok di Media Televisi ( Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip USU Terhadap Penayangan

(26,3 %) termasuk dalarn kategori sangat baik, 14 orang responden (73,7 %) kategori baik, (2) Persepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi