i
PENGARUH PENGGUNAAN METODE E-LEARNING
BERBASIS MOODLE DENGAN PENDEKATAN CTL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK
LARUTAN ELEKTROLIT DAN KONSEP REDOKS
SISWA SMA KELAS X
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia
oleh Diny Apriliani
4301407004
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
ii
Skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode E-Learning Berbasis MOODLE dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks Siswa SMA Kelas X“ telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan di sidang panitia ujian skripsi jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Semarang, 21 Juni 2011
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Antonius Tri Widodo Dra. Saptorini, M.Pi
iii Skripsi yang berjudul
Pengaruh Penggunaan Metode E-Learning Berbasis MOODLE dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks Siswa SMA Kelas X
disusun oleh
Diny Apriliani 4301407004
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 8 Agustus 2011.
Panitia:
Ketua, Sekretaris,
Dr. Kasmadi Imam S, MS Drs. Sigit Priatmoko, M.Si
195111151979031001 196504291991031001
Ketua penguji
Drs. Kasmui, M.Si 196602271991021001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Antonius Tri Widodo Dra. Saptorini, M.Pi
iv
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 8 Agustus 2011
v
Motto :
“ Ku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik
daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang
lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar”
(Khalifah „Umar)
“ Tidak ada pelaut ulung yang dilahirkan dari samudera yang tenang, tapi ia akan dilahirkan dari samudera yang penuh terpaan badai, gelombang dan topan” (D Farhan Aulawi)
Skripsi ini dengan bangga Kupersembahkan
untuk:
Ayah dan Ibuku tercinta yang tak pernah lelah menjaga
hidupku dan mengiringi langkahku dengan kasih dan do‟a
yang tulus.
Keluargaku tercinta, Tante Sri dan Danar yang tak henti melimpahkan kasih dan sayangnya untukku.
Nano yang tak henti menyayangi dan memotivasiku dengan penuh kesabarannya.
Sahabatku tersayang, Eni dan Enon.
vi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENGARUH PENGGUNAAN METODE E-LEARNING BERBASIS MOODLE DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN KONSEP REDOKS SISWA SMA KELAS X”.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang mendukung dan membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis hanya dapat menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar–besarnya yaitu kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kebijaksanaannya yang berhubungan dengan penyusunan skripsi.
2. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, Dekan FMIPA yang telah memberikan izin penelitian.
3. Drs. Sigit Priatmoko, M.Si, Ketua Jurusan Kimia yang telah memberikan izin penelitian dan membantu kelancaran ujian skripsi.
4. Dr. Antonius Tri Widodo, dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Saptorini, M.Pi, dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Kasmui, M.Si, selaku dosen penguji.
7. Drs. Y. Tohari, Kepala SMA N 1 Bergas yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
vii
10. Staf tata usaha dan siswa kelas X-7 dan X-8 SMA N 1 Bergas yang telah bekerja sama dengan baik.
11. Teman–teman seperjuangan yang senantiasa membantu dan memotivasi penulis untuk menjadi lebih baik.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu baik yang bersifat material maupun spiritual demi terselesaikannya skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
Semarang, 8 Agustus 2011
viii
MOODLE dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Konsep
Redoks Siswa SMA Kelas X. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing (I) Dr. Antonius Tri Widodo, (II) Drs. Saptorini, M.Pi.
Kata kunci : e-learning, MOODLE, hasil belajar, CTL.
Keterbatasan ruang dan waktu menjadi kendala utama bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Pertambahan jumlah siswa pada suatu lembaga pendidikan berpotensi mengurangi kualitas interaksi antara guru dan siswa sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Selain itu, pembelajaran di ruang kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu adakah pengaruh penggunaan media e-learning berbasis MOODLE dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar siswa? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode e-learning berbasis MOODLE dengan pendekatan CTL terhadap hasil belajar kimia siswa. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa SMA N 1 Bergas kelas X semester 2, berdasarkan hasil perhitungan uji Chi-kuadrat populasi dinyatakan berdistribusi normal. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diketahui populasi mempunyai varians yang sama atau homogen. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling, dan didapatkan kelas X-8 sebagai kelas eksperimen dan X-7 sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan, setelah dilakukan pembelajaran, pada kelas eksperimen rata–rata hasil post test mencapai 77,65 dan kelas kontrol 67,86. Hasil perhitungan uji t kesamaan dua rata-rata dua pihak diperoleh thitung (5,05) dan ttabel (1,67) berarti rata–rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan uji korelasi diperoleh harga koefisien korelasi biserial (rb) 0,65 dan SErb*1,96 = 0,30, karena rb (0,65) > SErb*1,96 (0,30) maka korelasi
antar dua variabel ini dapat dikatakan signifikan. Sehingga pengaruh yang ditimbulkan signifikan dengan hasil perhitungan harga koefisien determinasi sebesar 42,63%. Pada aspek psikomotorik dan afektif, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa metode e-learning berbasis MOODLE dengan pendekatan CTL mampu menarik perhatian siswa sehingga dapat mengatasi kebosanan siswa dari pembelajaran yang monoton. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode e-learning
ix
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Penegasan Istilah ... 8
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Dan Pembelajaran ... 10
x
2.5 Tinjauan Mengenai Larutan Elektrolit Dan Konsep Redoks... 27
2.6 Kerangka Berfikir ... 36
2.7 Hipotesis ... 39
3. METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Objek Penelitian ... 40
3.2 Tahapan Penelitian ... 42
3.3 Rancangan Penelitian ... 43
3.4 Sumber Data ... 44
3.5 Instrumen Penelitian ... 46
3.6 Analisis Data ... 60
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 71
4.2 Pembahasan... 86
5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 104
5.2 Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 106
xi
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Tradisional ... 16
3.1 Data Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Bergas ... 40
3.2 Desain Eksperimen ... 43
3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 48
3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 48
3.5 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ... 51
3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran ... 52
3.7 Hasil Analisis Validitas Soal ... 52
3.8 Hasil Analisis Uji Coba Soal ... 53
3.9 Ringkasan Uji Kesamaan Varians (ANAVA) ... 62
3.10 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi Biserial ... 66
3.11 Kriteria Rata-Rata Nilai Afektif ... 69
3.12 Kriteria Rata-Rata Nilai Psikomotorik ... 70
4.1 Data Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 71
4.2 Data Hasil Belajar Aspek Afektif ... 71
4.3 Data Hasil Belajar Aspek Psikomotorik ... 71
4.4 Hasil Uji Normalitas ... 72
4.5 Hasil Uji Homogenitas Populasi ... 73
4.6 Hasil Uji Anava Satu Arah ... 74
xii
4.10 Hasil Uji Ketuntasan Belajar Individual... 78
4.11 Hasil Uji Ketuntasan Belajar Klasikal... 78
4.12 Rata-Rata Nilai Afektif pada Kelas Eksperimen ... 79
4.13 Rata-Rata Nilai Afektif pada Kelas Kontrol ... 80
4.14 Rata-Rata Nilai Psikomotorik pada Kelas Eksperimen ... 82
4.15 Rata-Rata Nilai Psikomotorik pada Kelas Kontrol... 83
xiii
Gambar Halaman
2.1 Tampilan Website SMA Negeri 1 Bergas ... 25
2.2 Tampilan HomepageE-Learning Berbasis MOODLE... 25
2.3 Tampilan Halaman Login untuk Masuk di Kelas E-Learning ... 26
2.4 Skema Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ... 28
2.5 Ionisasi Senyawa dalam Larutan ... 28
2.6 Tokoh Svante August Arrhenius... 29
2.7 Hantaran Listrik Larutan HCl ... 29
2.8 Alat Penguji Elektrolit ... 30
2.9 Pelarutan NaCl dalam Air... 31
2.10 Pelarutan CH3COOH dalam Air ... 31
2.11 Skema Pengolahan Air Limbah ... 36
2.12 Kerangka Berpikir ... 38
4.1 Penilaian Ranah Afektif Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 80
4.2 Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 84
4.3 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode E-Learning Berbasis MOODLE dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) ... 87
4.4 Perbandingan Nilai Post test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 93
xiv
4.7 Tampilan Data Siswa dikelas e-learning Berbasis
xv
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Soal Instrumen ... 109
2. Soal Uji Coba ... 115
3. Daftar Nama Siswa Soal Uji Coba ... 128
4. Hasil dan Rekap Analisis Soal Uji Coba ... 129
5. Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba ... 135
6. Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ... 136
7. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba... 137
8. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba ... 139
9. Soal Post-test ... 140
10.Silabus ... 147
11.Contoh RPP Kelas Eksperimen ... 150
12.Contoh RPP Kelas Kontrol ... 165
13.Bahan Ajar Larutan Elektrolit ... 177
14.Bahan Ajar Redoks ... 186
15.Lembar Kerja Praktikum Larutan Elektrolit ... 193
16.Daftar Nama Populasi Penelitian ... 196
17.Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 199
18.Daftar Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 200
19.Data Nilai Ulangan Akhir Semester Kelas X SMA N 1 Bergas... 202
xvi
23.Uji Normalitas Data Kelas X-4 ... 206
24.Uji Normalitas Data Kelas X-5 ... 207
25.Uji Normalitas Data Kelas X-6 ... 208
26.Uji Normalitas Data Kelas X-7 ... 209
27.Uji Normalitas Data Kelas X-8 ... 210
28.Uji Homogenitas Populasi ... 211
29.Uji Kesamaan Keadaan Awal Populasi (Uji Anava) ... 212
30.Data Nilai Post-test... 214
31.Uji Normalitas Post Test Kelas Eksperimen... 215
32.Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol ... 216
33.Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Post-test ... 217
34.Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Post-test ... 218
35.Uji Korelasi ... 219
36.Uji Koefisien Determinasi ... 220
37.Rekap Presentase Ketuntasan Hasil Belajar ... 221
38.Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ... 222
39.Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol... 223
40.Kisi-kisi dan Pedoman Penilaian Aspek Afektif ... 224
41.Perhitungan Reliabilitas Aspek Afektif ... 228
42.Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 229
xvii
46.Kisi-kisi dan Pedoman Penilaian Aspek Psikomotorik ... 235
47.Perhitungan Reliabilitas Aspek Psikomotorik ... 238
48.Lembar Observasi Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 239
49.Lembar Observasi Psikomotorik Kelas Kontrol ... 240
50.Analisis Data Penilaian Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 241
51.Analisis Data Penilaian Aspek Psikomotorik Kelas Kontrol ... 243
52.Kisi-kisi dan Pedoman Penilaian Angket Tanggapan... 245
53.Lembar Angket Tanggapan ... 248
54.Perhitungan Reliabilitas Angket Tanggapan... 250
55.Analisis Hasil Angket Tanggapan ... 252
56.Tampilan Media E-Learning Berbasis MOODLE... 254
57.Dokumentasi Penelitian ... 258 Surat Pengesahan Dosen Pembimbing Skripsi
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan sebagaimana dikutip oleh Munib (2007: 26) pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik didalam dan diluar seolah dan berlangsung seumur hidup. Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan siswa agar dapat mengembangkan bakat, potensi dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan, oleh karena itu sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman serta meningkatkan prestasi belajar siswa atau peserta didik.
Dewasa ini Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut siswa harus dapat selalu aktif dan kreatif terhadap kegiatan belajar mengajar. KTSP merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi melalui pendekatan kontekstual. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses yang bertujuan membantu para siswa menemukan makna di dalam materi akademik yang dipelajari dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari mereka (Johnson, 2010: 88). Karakteristik pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah: kerjasama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sering bersama teman, siswa kritis, dan guru kreatif (Berns, Robert G, and Eicson, Patricia M, 2002: 46 dalam Sadono, Kana Hidayah, 2006).
Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan pendidikan juga semakin besar. Pertambahan jumlah pendidik tidak sebanding dengan pertambahan kebutuhan yang ada. Keterbatasan ruang dan waktu menjadi kendala utama bagi peningkatan kualitas pendidikan. Pertambahan jumlah siswa pada suatu lembaga pendidikan tentunya akan berpotensi mengurangi kualitas interaksi antara pendidik dengan siswa, sehingga hasil yang diperoleh akan semakin jauh dari harapan (Prakoso, 2005: 2).
membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan (Tim Penyusun BNSP, 2006: 8).
Seiring perkembangan teknologi internet, metode e-learning mulai dikembangkan, sehingga kajian dan penelitian sangat diperlukan. Hakikat
e-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam
format digital melalui teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional. Oleh karena itu mengembangkan model ini tidak sekadar menyajikan materi pelajaran ke dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan memegang prinsip pembelajaran. Desain pengembangan dan tampilan yang menarik menjadikan siswa betah belajar melalui internet seolah-seolah mereka belajar di dalam kelas.
MOODLE merupakan singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic
Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan
model berorientasi objek. MOODLE merupakan software yang open source untuk melakukan pembelajaran mandiri dengan tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh MOODLE antara lain: modul bacaan, modul penugasan, modul chat, modul forum, modul pilihan, modul kuis, dan sebagainya (Prakoso, 2005: 3).
energitika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di sekolah melibatkan keterampilan dan penalaran yang tentunya membutuhkan banyak waktu untuk penyampaian materi pelajaran.
Lebih lanjut, BSNP (2007) mengemukakan bahwa :
“….Tujuan dan fungsi mata pelajaran kimia di sekolah menengah atas
(SMA) dan madrasah aliyah (MA) meliputi (1) menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; (2) memupuk sikap ilmiah; (3) memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen; (4) meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat; (5) memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
teknologi; dan (6) membentuk sikap yang positif terhadap kimia….”
akan tetapi pada mata pelajaran kimia baik guru maupun siswa belum memanfaatkan fasilitas tersebut.
Kimia sebenarnya sangat menarik untuk dipelajari tetapi terkadang sulit untuk dipahami. Guru harus mampu memilih metode pengajaran yang sesuai, sehingga kimia menjadi mata pelajaran yang menyenangkan untuk dipelajari. Hal ini sudah dibuktikan melalui penelitian Budhiarso (2006) mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia SMA dengan media e-learning memberikan hasil yang baik dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa SMA kelas XI materi Sistem Koloid. Pada kelompok kelas eksperimen rata-rata hasil post-test yang diperoleh mencapai 63,86 sedangkan pada kelompok kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional, rata-rata hasil post-test hanya 52,46. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh positif penggunaan metode
e-learning terhadap hasil belajar siswa.
Berangkat dari permasalah tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengangkat judul “PENGAR←H PENGG←NAAN METODE E-LEARNING
BERBASIS MOODLE DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN KONSEP REDOKS
SISWA SMA KELAS ↓”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diangkat
suatu permasalahan: “Adakah pengaruh penggunaan metode e-learning berbasis MOODLE dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar kimia materi pokok larutan elektrolit dan konsep redoks siswa SMA
kelas ↓?”
1.3
Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan metode e-learning berbasis MOODLE dengan pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar kimia materi pokok
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: (1) Bagi Siswa
a. Sebagai wahana untuk mengaktualisasikan ekspresi diri melalui MOODLE.
b. Sebagai motivasi untuk meningkatkan keefektifan belajar di sekolah.
c. Sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. (2) Bagi Guru
a. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan tentang alternatif metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
b. Sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi keterbatasan waktu dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Untuk mempermudah pemberian materi dan tugas-tugas. (3) Bagi Sekolah
a. Sebagai bahan referensi guna memberikan perbaikan kondisi pembelajaran kimia dan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang dapat diterapkan bagi perbaikan masa yang akan datang.
1.5
Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam menafsirkan istilah, maka perlu diberikan penegasan istilah sebagai berikut:
1.5.1 Pengaruh
Dalam penelitian ini pengaruh adalah akibat atau hasil dari penerapan suatu model pembelajaran yaitu metode e-learning berbasis MOODLE dengan pendekatan CTL. Pengaruh diukur dari ada tidaknya perbedaan hasil belajar kognitif, psikomotorik, dan afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1.5.2 E-Learning
Menurut Soekartawi (2007: 23) e-learning berasal dari huruf “e” yang
berarti elektronik dan ”Learning” yang berarti pembelajaran, jadi e-learning
adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika. Lebih lanjut menurut Nichols (2003) sebagaimana dikutip oleh Siahaan (2005: 65) mengemukakan
pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: “internet
based learning” (belajar berbasis internet), “virtual learning” (belajar melalui
lingkungan maya), dan “web-based learning” (belajar berbasis web).
1.5.3 MOODLE
MOODLE (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment)
adalah seperangkat lunak yang berguna untuk membuat dan mengadakan kursus/ pelatihan/ pendidikan berbasis internet. Pengembangannya didesain untuk mendukung kerangka konstruksi sosial, dalam pendidikan MOODLE termasuk dalam model CAL+CAT (Computer Asisted Learning + Computer Asisted
merupakan kendaraan utama dalam proses pembelajaran yang terdiri dari seperangkat lunak yang didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah dan institusi (Prakoso, 2005: 13).
1.5.4 Hasil Belajar
Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil yang dicapai setelah melakukan proses pembelajaran mata pelajaran kimia khususnya pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks kelas X semester II SMAN 1 Bergas. Hasil belajar ini diukur dengan tes dan hasil berupa nilai yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka yaitu hasil belajar kognitif. Namun dalam penelitian ini juga disertakan hasil belajar ranah afektif sebagai tolak ukur untuk mengetahui sikap siswa dalam pembelajaran, dan juga hasil belajar ranah psikomotorik sebagai tolak ukur untuk mengetahui keterampilan siswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum dilaboratorium.
1.5.5 CTL (Contextual Teaching and Learning)
Menurut Nurhadi (2004 :13) pendekatan CTL (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Belajar dan Hasil Belajar
Menurut Lindgren, (1976) sebagaimana dikutip oleh Saptorini (2007: 4), mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana seseorang mengalami perubahan tingkah laku, peningkatan kinerja, pembenahan pemikiran atau penemuan konsep dengan cara-cara yang baru. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapannya dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain aspek yang ada dalam individu.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Menutur Benyamin Bloom, sebagaimana dikutip oleh Saptorini (2007: 4-5), hasil belajar dikelompokkan kedalam tiga ranah yaitu :
(1) Ranah kognitif
Ranah kognitif mencakup enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
(2) Ranah afektif
Meliputi perubahan yang berkenaan dengan minat, nilai-nilai, penghargaan, penyesuaian diri.
Ranah psikomotorik atau ketrampilan mencakup lima tingkatan yaitu peniruan (meniru gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerakan), ketepatan (melakukan gerak dengan benar), perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus) dan naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
Usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh guru selaku pengajar yaitu dengan memanfaatkan fasilitas serta kelebihan-kelebihan yang ada baik di lingkungan sekolah atau dari pihak guru dan siswa sendiri, antara lain sebagai berikut :
(1) Ketrampilan guru atau siswa dalam menggunakan alat bantu pengajaran. (2) Keterampilan guru dalam menggunakan metode yang tepat.
(3) Pemanfaatan alat atau bahan yang tersedia dan mudah didapat sebagai sumber belajar.
Salah satu usaha untuk memberikan variasi dalam hal pembelajaran kimia yaitu dengan menggunakan media pembelajaran kimia. Menurut Sugandi (2004: 30) media pembelajaran adalah alat yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Media pembelajaran juga dapat digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain karena :
(1) Media dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi dapat dilihat dengan jelas.
(2) Dapat menyajikan benda yang jauh dari subyek belajar.
2.2
Pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning)
2.2.1 Pengertian Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning )
Menurut Nurhadi (2004 :13) pendekatan CTL (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam
kelas dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan tidak dalam proses seketika, akan tetapi diperoleh sedikit demi sedikit dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Karakteristik pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Berns, Robert G, and Eicson, Patricia M, sebagaimana dikutip oleh Sadono dan Hidayah (2006) adalah: kerjasama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sering bersama teman, siswa kritis, dan guru kreatif.
2.2.2 Komponen Utama Dalam Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Menurut Muslich, (2009: 44-47) setiap komponen utama CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar yang dimaksud terlihat pada penjelasan berikut :
(1) Konstruktivisme
pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan, pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
(2) Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bias mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa.
(3) Menemukan (Inquiry)
Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
(4) Masyarakat Belajar (Learning Community atau Learning Society)
Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antarkelompok,dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik didalam maupun diluar kelas.
Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud dapat berupa pemberian contoh tentang, misalnya, cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertonton suatu penaampilan.
(6) Refleksi (Reflection)
Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran yang diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
(7) Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa.
2.2.3 Prinsip Dalam Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
Menurut Johnson (2010: 68), pendekatan CTL atau (Contextual Teaching
and Learning) mempunyai tiga prinsip ilmiah yaitu :
Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna antara proses pembelajaran dan konteks kehidupan nyata sehingga siswa diharapkan untuk aktif bekerja sama dalam kelompok belajar yang lebih luas. Dengan adanya kerja sama dalam kelompok tadi, diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan baru dari kerja sama kelompok tersebut.
(2) Prinsip diferensiasi
Prinsip diferensiasi mendorong siswa menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan. Prinsip ini menciptakan kemandirian dalam belajar yang dapat mengkontruksi minat siswa untuk belajar mandiri dalam konteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar dengan kehidupan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara penuh makna.
(3) Prinsip pengaturan diri
Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari oleh siswa sendiri, dalam rangka mewujudkan seluruh potensinya. Siswa secara sadar harus menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai altenatif, membuat pilihan, mengembangakan rencana, menganalisi informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti.
2.2.4 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Tabel 2.1. Perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran tradisional
No. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran tradisional
1. Siswa secara aktif terlibat saat pembelajaran.
Siswa merupakan penerima pasif saat proses pembelajaran.
2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok dan diskusi
Siswa belajar secara individual.
3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata.
Pembelajaran berupa teoritis yang abstrak
4. Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri.
Perilaku dibangun atas dasar
5. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses bekerja, hasil karya, penampilan, dan tes.
Hasil belajar diukur hanya dengan tes.
6. Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks, dan setting.
Pembelajaran hanya terjadi didalam kelas.
7. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
2.3
E-Learning
2.3.1 Pengertian E-Learning
Kegiatan pembelajaran secara elektronik atau singkat disebut “e-learning”
telah dikenal pada tahun 1970-an, namun di Indonesia baru memulainya pada tahun 1995-an. Menurut Soekartawi (2007: 23) e-learning berasal dari huruf “e”
yang berarti elektronik dan ”Learning” yang berarti pembelajaran, jadi e-learning
based learning” (belajar berbasis internet), “virtual learning” (belajar melalui
lingkungan maya), dan “web-based learning” (belajar berbasis web).
Beberapa ahli mengemukakan bahwa istilah “e-learning” mengacu pada
penggunaan teknologi internet untuk menyajikan sejumlah pilihan solusi yang sangat luas yang mengarahkan pada peningkatan pengetahuan. Sehingga menurut beberapa ahli yaitu Mary Daniels Brown dan Dave Feasey (2001) sebagaimana dikutip oleh Siahaan (2005: 66) mengemukakan bahwa e-learning adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan, seperti: internet, Local Area
Network (LAN), atau Wider Area Network (WAN) sebagai metode penyampaian,
interaksi, dan fasilitasi, serta didukung oleh berbagai layanan belajar lainnya
Menurut Soekartawi (2007: 27-28) pada dasarnya cara penyampaian dari
e-learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu komunikasi satu arah (One way
communication), komunikasi dua arah (Two way communication). Komunikasi
antara guru dan siswa sebaiknya dilakukan secara dua arah, karena didalam pembelajaran membutuhkan interaksi yang lebih dekat agar tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Lebih lanjut Soekartawi menjelaskan bahwa dalam e-learning sistem dua arah ini juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
(1) Dilaksanakan secara langsung (syncronous)
Artinya pada saat guru atau instruktur memberikan pelajaran, siswa dapat langsung mendengarkan.
Misalnya pesan dari instruktur direkam terlebih dahulu sebelum digunakan.
2.3.2 Fungsi Pembelajaran Elektronik (E-learning)
Menurut Siahaan (2002) sebagaimana dikutip oleh Ahlis (2007: 21-24) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas
(classroom instruction) antara lain:
(1) Suplemen (Tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila siswa mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, siswa yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
(2) Komplemen (Pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi pengayaan atau remedial bagi siswa di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
(3) Substitusi (Pengganti)
Tujuannya agar para siswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan pembelajarannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari siswa. Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih siswa, yaitu: sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan sepenuhnya melalui internet.
2.3.3 Manfaat E-Learning
E-learning mempermudah interaksi antara siswa dengan bahan/materi
pelajaran. Demikian juga interaksi antara siswa dengan guru maupun antara sesama siswa. Siswa dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri siswa. Guru dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para siswa. Menurut Siahaan (2002) sebagaimana dikutip oleh Ahlis (2007: 24-26) manfaat e-learning dapat dilihat dari dua sudut, yaitu:
2.3.3.1Sudut Siswa
2.3.3.2Sudut Guru
Beberapa manfaat yang diperoleh guru, instruktur antara lain adalah bahwa guru, instruktur dapat :
(1) Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi.
(2) Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak.
(3) Mengontrol kegiatan belajar siswa. Bahkan guru atau instruktur juga dapat mengetahui kapan siswanya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang. (4) Mengecek apakah siswa telah mengerjakan soal-soal.
(5) Latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan memeriksa jawaban siswa dan memberitahukan hasilnya kepada siswa.
Seiring perkembangan teknologi internet, metode e-learning mulai dikembangkan. MOODLE adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat mengubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan menggunakan MOODLE, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. MOODLE itu sendiri adalah singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic
2.4
MOODLE
(Modular Object Oriented Dynamic Learning
Environment)
2.4.1 Pengertian MOODLE
MOODLE (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment) adalah seperangkat lunak yang berguna untuk membuat dan mengadakan kursus/ pelatihan/ pendidikan berbasis internet. Pengembangannya didesain untuk mendukung kerangka konstruksi sosial, dalam pendidikan MOODLE termasuk intranet dalam model CAL+CAT (Computer Asisted Learning + Computer
Asisted Teaching) yang disebut dengan LMS (Learning Management System).
LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pembelajaran yang terdiri dari seperangkat lunak yang didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah dan institusi. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan siswa, dan keduanya harus terkoneksi dengan internal menggunakan aplikasi ini. MOODLE dapat diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (dibawah lisensi GNU Public Licence). Artinya meskipun memiliki hak cipta MOODLE tetap memberikan kebebasan bagi seorang untuk mengkopi, menggunakan, dan memodifikasinya (Prakoso, 2005: 13).
2.4.2 Filosofi MOODLE dalam Pendidikan
Menurut Prakoso (2005: 16) desain dan pembangunan MOODLE didorong oleh sebuah filosofis tentang pembelajaran. Beberapa ilmuwan telah mengemukakan ide “Soft Educational Mambo Jumbo” dimana seseorang cukup
1) Paham konstruktif (contructivism)
Pandangan ini menjaga agar masyarakat secara aktif membangun pengetahuan baru sebagai interaksi mereka dengan lingkungan. Ketika orang membaca, melihat, mendengar, merasakan, dan menyentuh adalah sebuah percobaan menuju sebuah pengetahuan menurut versi dia sendiri. Ketika hal tersebut sesuai dengan dunia nyata maka kemungkinan besar hal tersebut akan menjadi pengetahuan baru baginya.
2) Paham konstruksi (conscructionism)
Paham konstruksi menegaskan bahwa pembelajaran akan efektif ketika membangun sesuatu untuk orang lain. Hal ini dapat berupa sebuah kalimat atau mengirimkan file ke internet, hingga hasil karya kompleks seperti lukisan, rumah, atau paket perangkat lunak.
3) Paham konstruktif social (social constructivism)
Paham ini merupakan perluasan dari paham sebelumnya kedalam pembangunan kelompok sosial. Sebuah kolaborasi menciptakan budaya untuk saling membagi hasil karya dengan cara berbagi ilmu pengetahuan. Ketika seseorang berada dalam budaya seperti ini, ia akan belajar sepanjang waktu tentang bagaimana menjadi bagian dari budaya tersebut, dalam berbagi bentuk tingkatan yang ada.
4) Terkoneksi dan terpisah
memahami isi materi, tetapi juga mendorong dalam merefleksi dari apa yang ia pelajari.
2.4.3 Fitur MOODLE
Di dalam MOODLE terdapat berbagai fasilitas yang didesain untuk memberi kemudahan bagi pengguna dalam mengelola kegiatan didalamnya. Berikut ini merupakan beberapa aktivitas pembelajaran yang didukung oleh MOODLE (Prakoso, 2005: 51):
(1) Modul penugasan
Fasilitas ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada peserta pembelajaran secara online. Peserta pembelajaran dapat mengakses materi tugas dan mengumpulkan hasil tugas mereka dengan mengirimkannya dalam bentuk file.
(2) Modul Chat
Fasilitas ini digunakan untuk melakukan proses chatting (percakapan
online). Antara pengajar dan siswa dapat melakukan dialog teks secara
online. (3) Modul Forum
Sebuah forum diskusi online dapat diciptakan dalam membahas suatu materi pembelajaran. Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat membahas topik-topik belajar dalam forum diskusi.
(4) Modul Survey
Fasilitas ini seperti sebuah polling, modul ini digunakan untuk voting (mengambil pendapat atas suatu masalah) atau untuk mendapatkan umpan balik dari para siswa.
(6) Modul Kuis
Fasilitas ini bisa digunakan sebagai suatu tagihan atau ulangan harian yang dilakukan secara online. Jenis pertanyaan kuis dapat dikelompokkan dalam kategori-kategori untuk memudahkan akses. Kuis secara otomatis akan langsung dinilai. Pertanyaan kuis dan jawabannya dapat diacak, fitur ini bermanfaat untuk mengurangi kecurangan.
(7) Modul Jurnal
Fasilitas ini dapat diatur agar hanya dapat dilihat oleh pengajar dan siswa saja.
(8) Modul bahan pelatihan
Pada modul pelatihan ini bersisi berbagai macam materi pembelajaran dalam bentuk word, flash, animasi, power point, video, dan audio. Modul pelatihan ini dapat diunduh siswa sebagai materi pembelajaran tambahan yang dapat diunduh sewaktu – waktu tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan pengajar.
2.4.4 E-Learning berbasis MOODLE di SMA Negeri 1 Bergas
Pembelajaran dengan MOODLE sudah diterapkan di SMA Negeri 1 Bergas. Langkah-langkah penggunaan MOODLE dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
(2) Buka aplikasi browser pada komputer kemudian masuklah ke alamat http://sman1bergas.sch.id.
Gambar 2.1 Tampilan website SMA Negeri 1 Bergas (http://www.sman1bergas.sch.id)
(3) Setelah masuk halaman website SMA Negeri 1 Bergas, klik pada
[image:42.595.52.541.154.663.2]E-Learning untuk masuk pada halaman MOODLE.
(4) Apabila akan masuk pada kelas e-learning, maka harus melakukan login terlebih dahulu.
Gambar 2.3 Tampilan halaman login untuk masuk ke kelas e-learning
2.4.5 Penerapan Metode E-Learning berbasis MOODLE
Dalam penerapannya pada metode e-learning, MOODLE dapat digunakan sebagai tambahan atau suplemen. Dengan menggunakan MOODLE guru dapat memberikan tambahan pelajaran dengan waktu yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan guru maupun siswa. Adapun kegiatan dalam pembelajaran kimia dengan metode e-learning berbasis MOODLE diantaranya adalah :
(1) Pemberian tugas berupa materi pelajaran yang dapat diunduh melalui MOODLE diluar jam pelajaran.
(2) Pemberian tugas berupa latihan soal atau pekerjaan rumah yang dapat diunduh melalui MOODLE diluar jam pelajaran.
(4) Pengumpulan tugas yang dapat dilakukan melalui upload file melalui MOODLE.
(5) Penyampaian nilai dilakukan melalui MOODLE.
2.5
Tinjauan Mengenai Materi Larutan Elektrolit dan Konsep
Redoks
Materi pokok larutan elektrolit dan konsep redoks adalah materi yang di ajarkan di SMA kelas X pada semester 2. Materi ini berisi sub-sub pokok materi sebagai berikut :
2.5.1 Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut (solvent), sedangkan zat yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut (solute). Berdasarkan sifat hantaran listriknya, larutan dibagi menjadi dua, yaitu larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Sedangkan larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
LARUTAN
Larutan Nonelektrolit Larutan Elektrolit
Elektrolit Kuat Elektrolit Lemah
[image:45.595.56.540.186.656.2]Sebaliknya, jika terionisasi sebagian, berarti zat itu termasuk elektrolit lemah. Adapun zat yang tidak mengalami ionisasi termasuk zat nonelektrolit. Zat nonelektrolit terdiri atas zat selain asam, basa, dan garam.
Gambar 2.4 Skema Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit (Sukmawardani, 2008 dalam
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar.html)[23/1/2010]
Perbedaan zat elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat diketahui dari
harga derajat ionisasi (α), yaitu perbandingan jumlah mol zat yang terionisasi
dengan jumlah mol mula-mula. Elektrolit kuat memiliki derajat ionisasi (α) satu
(α = 1). Elektrolit lemah memiliki α antara 0 dan 1(0 < α < 1). Sedangkan zat
nonelektrolit memiliki derajat ionisasi nol (α = 0).
Gambar 2.5 Ionisasi senyawa nonelektrolit, elektrolit kuat, dan elektrolit lemah dalam larutan (Sukmawardani 2008 dalam
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar.html)
2.5.1.1 Daya Hantar Larutan
listrik (ion-ion) yang bergerak bebas, hingga mampu untuk menghantarkan arus listrik melalui larutan. Contoh : larutan HCl.
Gambar 2.6. Svante August Arrhenius 1859–1927 (Johari dan Rahmawati, 2004: 191)
[image:46.595.57.541.175.659.2]Larutan HCl di dalam air mengurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-). Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap elektron pada katoda dengan membebaskan gas hidrogen. Sedangkan ion-ion Cl -melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin.
Gambar 2.8 Alat Penguji Elektrolit
(Johari dan Rahmawati, 2004: 196)
2.5.1.2 Elektrolit Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen
Dengan teori Arrhenius, dapat dijelaskan bagaimana larutan elektrolit menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit dapat berasal dari senyawa ion dan senyawa kovalen.
(1) Senyawa Ion
Gambar 2.9 NaCl dalam air
(Johari dan Rahmawati, 2004: 194) (2) Senyawa Kovalen
Padatan senyawa kovalen polar tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak mengandung ion. Begitu juga yang terjadi pada lelehannya. Lelehan senyawa kovalen polar tidak dapat menghantarkan arus listrik sebab senyawa kovalen polar terdiri atas molekul yang netral. Jadi, senyawa kovalen polar dapat menghantarkan arus listrik jika berada dalam bentuk larutan. Contoh senyawa kovalen polar adalah CH3COOH
dan C2H5OH (etanol) seperti telah dijelaskan sebelumnya. Air juga
bersifat polar. Oleh karena itu, antara molekul air dan zat terlarut yang bersifat polar terdapat gaya tarik menarik. Adanya gaya tarik menarik itu menyebabkan ikatan pada senyawa kovalen putus dan membentuk ion.
Gambar 2.10 CH3COOH dalam air
2.5.2 Konsep Oksidasi dan Reduksi
Konsep oksidasi dan reduksi berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan. Konsep oksidasi dan reduksi dapat ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
Menurut konsep penggabungan dan pelepasan oksigen, oksidasi adalah reaksi penggabungan oksigen dan reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen. Menurut konsep pelepasan dan penerimaan elektron, oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron dan reduksi adalah reaksi penerimaan elektron. Sedangkan menurut konsep peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi, oksidasi adalah peningkatan bilangan oksidasi dan reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi.
2.5.2.1 Bilangan Oksidasi Unsur Dalam Senyawa atau Ion
Bilangan oksidasi adalah angka yang menunjukkan jumlah elektron yang berperan pada unsur tersebut dalam senyawa. Bilangan oksidasi terkait dengan banyaknya elektron yang dilepas atau diterima dalam pembentukan senyawa. Berdasarkan pengertian bilangan oksidasi, aturan penentuan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut:
(1) Unsur bebas memiliki bilangan oksidasi nol Contoh:
Bilangan oksidasi H, N, O, dan Al dalam unsur H2, N2, O2, dan Al sama
(2) Fluorin yang merupakan unsur paling elektronegatif dan memerlukan satu elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia selalu memiliki bilangan oksidasi -1.
(3) Bilangan oksidasi unsur logam dalam senyawanya selalu positif. (4) Bilangan oksidasi suatu ion tunggal sama dengan muatannya.
Contoh:
Bilangan oksidasi Ca dalam ion Ca2+ = +2 dan bilangan oksidasi S dalam ion S2- = +2
(5) Bilangan oksidasi unsur H adalah +1, kecuali jika bersenyawa dengan logam maka bilangan oksidasi H adalah -1.
Contoh:
Bilangan oksidasi H dalam HCl, H2O, dan NH3 adalah +1. Bilangan
oksidasi H dalam senyawa hidrida, misalnya NaH dan MgH2 adalah -1.
(6) Pada umumnya, bilangan oksidasi O adalah -2. akan tetapi, dalam OF2,
bilangan oksidasi O = +2, dalam peroksida, misalnya H2O2, bilangan
oksidasi O = -1.
(7) Dalam semua senyawa, jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur penyusunnya sama dengan nol.
Contoh:
H3PO4= (3 x b.o.H) + (1 x b.o.P) + (4 x b.o.O) = 0
(b.o.= bilangan oksidasi)
Contoh: SO42- = (1 x b.o.S) + (4 x b.o.O) = -2
2.5.2.2Tata Nama Menurut IUPAC
(1) Senyawa biner dari logam dan non logam.
Beri angka romawi untuk unsur logam yang dapat memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi.
Contoh:
FeCl2 = besi (II) klorida
FeCl3 = besi (III) klorida.
(2) Senyawa biner dari non logam dan non logam.
Beri angka romawi untuk unsur yang dapat memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi, dimana bilangan oksidasinya positif.
Contoh:
N2O = Nitrogen (I) oksida atau Dinitrogen monoksida.
NO = Nitrogen (II) oksida atau Nitrogen monoksida. (3) Senyawa yang mengandung ion poliatom.
i) Jika kation memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi, maka beri angka romawi setelah nama kation.
Contoh: PbSO4 = Timbal (II) sulfat.
Contoh:
NaClO = Natrium hipoklorit NaClO2 = Natrium klorit.
(4) Senyawa Asam
Jika senyawa asam mengandung ion poliatom, beri angka romawi untuk unsur dalam ion yang dapat memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi. Perhatikan, nama ion poliatom menggunakan akhiran –at dan tanpa diberi awalan yunani.
Contoh: HClO3 = Asam klorat atau asam klorat (V).
(5) Garam
Nama garam merupakan nama gabungan dari nama kation, dengan bilangan oksidasinya (jika lebih dari satu), dan nama anionnya.
Contoh:
FeSO4 = besi(II) sulfat
NaClO = natrium klorat(I)
Jika garamnya terhidrat, jumlah molekul air persatuan rumus disertakan. Contoh: CuSO4.5H2O = tembaga(II) sulfat-5-hidrat
2.5.2.3Aplikasi Redoks Dalam Memecahkan Masalah Lingkungan
pengolahan air limbah. Secara umum,pengelahan air limbah melibatkan proses kimia, proses fisika maupun proses biologi. Berikut merupakan contoh skema pengolahan air limbah, yang menggunakan konsep elektrolit dan konsep redoks didalam proses kimianya.
Gambar 2.11 Skema Pengolahan Air Limbah (Johari dan Rahmawati, 2004: 220).
2.6
Kerangka Berfikir
Materi kimia SMA memang membutuhkan kejelian dan pemahaman yang cukup tinggi. Namun dalam kenyataan masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam meraih kebermaknaan materi kimia. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh menjadi kurang baik, bahkan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan. Berangkat dari permasalahan ini, maka perlu adanya metode pembelajaran yang tepat dan media yang dapat membantu siswa dalam mendalami materi kimia.
mengetahui apakah efektif atau tidak pembelajaran kimia dengan menerapkan metode e-learning dengan pendekatan CTL.
BAGAN KERANGKA BERFIKIR
Gambar 2.12 Kerangka Berfikir Keterbatasan ruang dan waktu yang
dimiliki guru untuk memberikan materi ajar
Kesulitan peserta didik dalam meraih kebermaknaan materi kimia
Materi Kimia Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Ada pengaruh penggunaan metode e-learning dengan pendekatan CTL terhadap hasil belajar kimia materi Larutan Elektrolit dan
Konsep Redoks Pembelajaran dengan metode
e-learning dan pendekatan CTL
Pembelajaran
Pembelajaran secara konvensional dengan media
power point
Post-test
(Tes hasil belajar)
Post-test
2.7
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya masih sementara dan perlu pembuktian lebih lanjut dari suatu permasalahan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 : tidak ada pengaruh penggunaan metode e-learning berbasis MOODLE
dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar kimia siswa SMA kelas X pada materi pokok larutan elektrolit dan konsep redoks”.
H1 : ada pengaruh penggunaan metode e-learning berbasis MOODLE dengan
pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar kimia siswa SMA kelas X pada materi pokok larutan elektrolit dan
40
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Penentuan Objek Penelitian
Ruang lingkup objek penelitian pendidikan dapat berupa hal–hal apa saja yang berhubungan dengan masalah pendidikan khususnya terjadi di sekolah. Untuk menjelaskan apa yang diteliti diperlukan metode penelitian yang tepat, meliputi penentuan objek penelitian, penyusunan alat pengumpulan data, analisis uji coba instrumen, analisis tahap awal dan analisis tahap akhir.
3.1.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA kelas X. Siswa SMA kelas X dianggap sebagai satu populasi karena memiliki ciri–ciri yang sama, antara lain memperoleh materi yang sama, dalam hal ini yaitu materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks, memperoleh jam belajar dan memiliki lingkungan belajar yang sama di sekolah.
Tabel 3.1 Data Siswa Kelas X
No. Kelas Jumlah Siswa
1 X-1 37
2 X-2 37
3 X-3 37
4 X-4 38
5 X-5 35
6 X-6 36
7. X-7 35
8. X-8 34
3.1.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random
sampling yaitu dengan mengambil dua kelas dari populasi secara acak (diundi)
dengan syarat populasi harus normal dan homogen. Salah satu kelas bertindak sebagai kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran e-learning dengan pendekatan CTL dan kelas yang satu lagi sebagai kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran secara konvensional dengan media powerpoint. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri antara lain siswa mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama dan kelas tidak ada kelas yang diunggulkan.
3.1.3. Variabel Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Semua data atau informasi diwujudkan dalam bentuk angka–angka dan analisisnya menggunakan statistika. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam variabel yaitu :
3.1.3.1Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu metode pembelajaran. Pada kelompok eksperimen metode pembelajaran yang digunakan adalah e–learning berbasis MOODLE dengan pendekatan CTL, sedangkan pada kelompok kontrol digunakan metode konvensional.
3.1.3.2Variabel Terikat
bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar dengan dua metode pembelajaran yang berbeda.
3.1.3.3Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kemampuan pengajar, jumlah jam pelajaran yang tersedia, kurikulum, dan kondisi siswa serta lingkungan.
3.2
Tahapan Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.2.1 Mengambil data awal kelas X semester II SMA N 1 Bergas berupa data nilai Ulangan Akhir Semester ganjil pelajaran kimia yang akan digunakan untuk uji normalitas dan uji homogenitas populasi.
3.2.2 Berdasarkan data yang diperoleh dari 3.2.1 ditentukan sampel penelitian dengan teknik cluster random sampling dengan perimbangan siswa mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama dan pembagian kelas tidak ada kelas yang unggulan. 3.2.3 Menyusun kisi-kisi instrumen tes uji coba sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai.
3.2.6 Menganalisis data hasil tes uji coba pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal.
3.2.7 Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat bedasarkan data 3.2.6 . 3.2.8 Melaksanakan pembelajaran dengan metode e–learning berbasis MOODLE dengan pendekatan CTL pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
3.2.9 Melaksanakan tes hasil belajar (post test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.2.10 Menganalisis hasil tes.
3.2.11 Menyusun laporan hasil penelitian.
3.3
Rancangan Penelitian
[image:60.595.54.539.157.702.2]Penelitian ini merupakan penelitian jenis true experimental design dengan menggunakan dua kelas yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 3.2 Desain Eksperimen
Kelas Perlakuan Keadaan Akhir
Eksperimen X 0
Kontrol Y 0
(Sukardi, 2009) Keterangan:
X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode e-learning
Y : Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode konvensional
0 : Post test untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa antara kedua
3.4
Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Bergas, guru, serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan penelitian. Data yang diinginkan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar, angket dan lembar observasi yang ketiganya sudah terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.4.1.1Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai daftar nama siswa, jumlah siswa yang menjadi anggota populasi serta data nilai kimia pada Ulangan Akhir Semester ganjil kelas X. Data ini diperlukan untuk analisis tahap awal.
3.4.1.2Metode Tes
3.4.1.3Metode Angket
Angket diberikan kepada siswa yang berasal dari kelas eksperimen diakhir pembelajaran, bertujuan untuk mengetahui pendapat atau tanggapan siswa tentang pembelajaran dengan penerapan metode e-learning berbasis MOODLE dengan pendekatan CTL. Hasil angket dianalisis secara deskriptif kemudian ditarik kesimpulan.
3.4.1.4Metode Observasi
Observasi dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai tingkah laku siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Metode observasi digunakan untuk menilai aspek afektif (sikap atau tingkah laku siswa) dalam proses pembelajaran dan psikomotorik (keterampilan siswa) dalam praktikum. Instrumen yang digunakan pada metode ini adalah lembar observasi, yaitu lembar observasi yang berisi indikator-indikator yang dijadikan acuan untuk mengamati kemampuan siswa dari ranah afektif dan psikomotorik selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh dua observer yaitu guru mitra dan satu rekan.
3.5
Instrumen Penelitian
pembelajaran. Berbagai rancangan pembelajaran yang harus dipersiapkan harus sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
3.5.1 Instrumen Penelitian Hasil Belajar Aspek Kognitif
3.5.1.1Penyusunan Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar
Langkah–langkah dalam penyusunan instrumen uji coba tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
1) Mengadakan pembatasan terhadap bahan–bahan yang akan diteskan. 2) Menentukan jumlah waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal tes. 3) Menentukan jumlah butir soal tes yang akan digunakan untuk pengambilan
data.
4) Menentukan tipe tes yang berbentuk pilihan ganda dengan lima (5) buah pilihan jawaban.
5) Menentukan komposisi jenjang perangkat pengumpulan data dari penelitian ini adalah ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).
6) Membuat tabel spesifikasi atau kisi–kisi soal. Kisi–kisi soal disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan tujuan agar sama dengan standar kompetensi yang berlaku.
7) Menyusun butir tes dengan membuat soal sebanyak 50 butir soal. Semua butir soal diperkirakan memerlukan waktu 90 menit.
3.5.1.2Pelaksanaan Uji Coba Tes Hasil Belajar
dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan antara lain daya beda, tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas. Apabila persyaratan terpenuhi, maka perangkat tes dikatakan baik dan dapat digunakan untuk penelitian.
1) Daya Pembeda Soal
Untuk mengetahui daya pembeda masing–masing soal seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas
(upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group).
Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah:
DP =
A B A
JS JB JB
Keterangan : A
JB = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.
B
JB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.
A
JS = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan salah.
B
JS = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan salah. (Arikunto, 2009: 213-214)
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Inteval Kriteria
Soal dengan DB 0 Soal dengan DB 0,20 Soal dengan DB 0,20 - 0,40 Soal dengan DB 0,40 - 0,70 Soal dengan DB 0,70 - 1,00
sangat jelek jelek
cukup baik sangat baik
2) Tingkat Kesukaran Soal
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00 (Arikunto, 2009: 207). Rumus untuk menghitung indeks kesukaran soal adalah :
TK = JS
B
Keterangan :
TK = indeks kesukaran
B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2009:208)
Kriteria soal–soal yang dipakai sebagai instrumen berdasarkan indeks kesukaran digunakan klasifikasi sebagai berikut :
Tabel 3.4 Klasifikasi Taraf Kesukaran
Interval Kriteria
Soal dengan TK 0,00 sampai 0,30 soal sukar Soal dengan TK 0,30 sampai 0,70 soal sedang Soal dengan TK 0,70 sampai 1,00 soal mudah (Arikunto, 2009: 210)
3) Uji Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan peneliti. Validitas yang hendak diamati meliputi :
(a) Validitas Isi
dosen pembimbing dan guru pengampu bidang studi kimia kelas X semester 2 pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks.
(b) Validitas Butir
Validitas butir dihitung dengan menggunakan rumus korelasi point biserial yaitu sebagai berikut :
q p St
Mt Mp rpbis
Keterangan:
r
pbi = koefisien korelasi point biseralMp = rerata skor siswa yang menjawab benar Mt = rerata skor siswa total
P = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)
St = standar deviasi dari skor total (Widodo, 2009: 59) Kemudian harga rpbis diuji dengan uji t yaitu :
2 1
2
pbis pbis
r n r
t
Ketentuan soal yang valid apabila thitung lebih besar dari ttabel 0,95
ttabel dengan dk = n-2 termasuk item yang tidak valid perlu direvisi
atau tidak digunakan (Widodo, 2009: 59). 4) Reliabilitas Soal
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil dari tes tersebut menunjukkan hasil yang relatif sama atau ajeg.
Reliabilitas dihitung dengan teknik korelasi KR21 dengan rumus :
r11 =
Vt k
M k M k
k
. ) (
1 1 Keterangan :
r11 = reliabilitas secara keseluruhan
Vt = St2 = variasi skor total
M = = skor rata–rata
k = jumlah butir soal (Arikunto, 2009: 189)
Apabila harga r11 ≥ rtabel (α = 5%) maka instrumen reliabel (Arikunto, 2009:
191).
3.5.1.3Analisis Uji Coba Instrumen Soal
Analisis instrumen soal tahap pertama adalah analisis daya pembeda, tingkat kesukaran soal, validitas dan reliabilitasnya.
1) Analisis