• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kadar Selulosa Yang Befbeda Dalam Pakan Terhadap Panjang Usus Dan Aktivitas Enzim Pencernaan Benih lkan Gurami (Osphronemus gouramy Lac)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kadar Selulosa Yang Befbeda Dalam Pakan Terhadap Panjang Usus Dan Aktivitas Enzim Pencernaan Benih lkan Gurami (Osphronemus gouramy Lac)"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)

PENGARUHKADARSELULOSAYANGBERBEDADALAM

PAKAN TERHADAP PANJANG USUS DAN AKTlVlTAS

ENZlM PENCERNAAN BENlH IKAN GURAMl

(Osphronemus gourarny Lac.)

OLEH

:

M. N A S I R

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(80)

ABSTRAK

M. NASIR. Pengaruh Kadar Selulosa Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Panjang Usus Dan Aktivitas Enzirn Pencernaan Benih lkan Gurami (Osphronemus gouwmy Lac). Dibimbing oleh RIDWAN AFFANDI, DEDl JUSADI, dan tNG MOKOGINTA.

Penelitian ini bertujuan untuk rnengetahui kadar selulosa terbaik untuk rnemacu panjang usus, tinggi vili dan aktivitas enzim protease benih ikan gurami.

Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan llrnu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor. Wadah yang digunakan adalah akuariurn sebanyak 16 buah, masing-masing berisi air 50 liter dan rnenggunakan sistem resirkulasi. Setiap akuarium berisi 50 ekor benih ikan gurami dengan bobot awal 0,74-1,O gram. Pengarnatan dilakukan dengan selang waktu 15 hari, yaitu pada ; 0, 15, 30, 45 dan 60 hari. Jumlah sarnpel ikan gurarni dari masing- rnasing perlakuan dan ulangan sebanyak 5 ekor. Parameter yang diukur adalah rasio panjang usus/panjang tubuh, tinggi vili/d~ameter usus dan aktivitas enzirn protease. Penelitian ini menggunakan rancangan acak tengkap (RAL), dengan 4 perfakuan, yaitu kadar selulosa 0, 5, 10 dan 1596, dan 4 ulangan. Pengolahan data dilakukan dengan ujt F dan dilanjutkan dengan uji BNJ.

Hasil penelitjan rnenunjukkan bahwa panjang usus/panjang tubuh, tinggi vili/diameter usus dan aktivitas enzim protease benih ikan gurami bertambah dengan bertambahnya rnasa perneliharaan. Rasio panjang usus/panjang tubuh benih ikan gurami pada kadar selulosa 5-15% lebih besar daripada selulosa 0%.

Tinggi vili/diameter usus benih ikan gurarni tertinggi di capai pada kadar selulosa

(81)

" Karya fni kupersernbahakan kepada orang-orang

yarig

kukasihi dan berarti

cialam

hidupku, keharibaan ibunda, ayahanda (Aim), dan saudara-saudaraku tercinta, juga Istn' dan 6 n a k
(82)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

Pengaruh Kadar Selulosa Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Panjang Usus Dan Aktivitas Enzim Pencernaan Senih lkan Gurami (Osphronemus gournmy Lac)

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah

dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya

(83)

PENGARUHKADARSELULOSAYAMGBERBEDADALAM

PAKAN TERHADAP PANJANG USUS DAN AKTlVlTAS

ENZlM PENCERNAAN BENIH IKAN GURAMI

- (Osphronemus gouramy Lac.)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi

Hmu

Perairan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(84)

Tesis : Pengaruh Kadar Selulosa Yang Befbeda Dalam Pakan Terhadap Panjang Usus Dan Aktivitas Enzim Pencernaan Benih lkan Gurami (Osphronemus gouramy Lac).

Nama : M. Nasir

NRP : 9 9 4 6 2

Program Studi : llmu Perairan

Menyetujui,

1. Kornisi Pembimbing

Dr. Ir. Ridw ffa di, DEA

2

Ketua

h f l

Dr. I e d ~ Jusadi. M.Sc Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ing Mokogjnta, MS

Anggota

2. Ketua Program Studi llrnu Perairan

f

Dr. Ir. Kusman Sumawidjaja

a

-

\

(85)

Penulis difahirkan di Matang Glumpang Dua kecamatan Peusangan Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 12 Oktober 1964, dari pasangan Teuku Umar (Alrn) dan Cut Manyak. Pendidikan sarjana diternpuh pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas Abulyatama Aceh, lutus tahun 1991. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi llmu Perairan pada Program Pasca Tarjana LPB, dan menamatkannya pada bulan Januari tahun 2002. Beasiswa pendidikan pasca sarjana di peroleh dari Proyek ARMP I1 Badan titbang Pertanian Jakarta.

Penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussafam sejak tahun 1997, dalam bidang pengkajian perikanan.

(86)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga mampu rnenyelesaikan karya iimiah ini dengan judul : Pengaruh Kadar Selulosa yang Berbeda dalam Pakan terhadap Panjang Usus dan Aktfvitas Enzirn Pencernaan Benih lkan Gurami (OspPronemus gouramy Lac). Bertempat di di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan iimu Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis rnengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir. Ridwan .\ffandi, Bapak Dr. Ir. Dedi Jusadi dan Ibu Dr. Ir. Ing Mokogita, atas segala bimbtngan yang diberikannya. Ucapan terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada Proyek ARMP 11 Badan Litbang Pertanian Jakaria, dan Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam serta seiuruh pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan penelftian Ini. Sujud baMi dan ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kehadapan ayahanda jalm), ibunda dan keluarga tercinta yang telah memberikan do'a dan rnernotivasi penulis, mulai dari dasar sampai menyelesajkan pendidikan program pasca sarjana. Terima k a s ~ h juga penulis persembahkan kepada !steri dan anak terkasih yang telah turut rnendampinyi penuiis dalam suka ban duka.

Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon taufik dan hidayahNya, semoga senantiasa dalam keridhaanNya, karya ilmiah ini semaga bermanfaat. Amin Ya Rabbal Alamin.

Bogor, Januari 2002

(87)

DAFTAR

I

S

1

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... I

Latar Belakang ... . . I .

Pendekatan Dan Perumusan Masalah ... 4 Tujuan Penelitian ...

.

.

...

7

Manfaat Penelitian ... 7 Hipotesis ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 8 lkan Gurami ... 8 Alat Pencernaan ... 8 Usus ... 9

Selulosa ...

$0

Serat Kasar ... 13 Enzim ... 16 Adaptasi Alat Pencernaan Terhadap Jenis Pakan ... 16

Kebutuhan Nutrisi lkan Gurami ... 17

Kualitas Air ... 19

BAHAN DAN METODE ... 22 Tempat dan Waktu Peneiitian ... 2 2 Pakan Uji ... 22 Pemeliharaan lkan ... 2 4 Peubah yang diamati ... 2 5 Analisis Statistika ... 27

HASlL DAN PEMBAHASAN ... 28 Panjang Usus I Panjang Tubuh ... 28

Tinggi Vili / Diameter Usus ... 31 Aktivitas Enzim Protease ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36 Saran ...

36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(88)

DAFTAR TABEL

1 . Komposisi pakan penetitian antar perlakuan ... 23

2. Rata-rata panjang ususlpanjang tubuh ikan uji pada setiap perlakuan dan ulangan selama penelitian ... 28

3. Rata-rata tinggi vili/diameter usus (96) benih ikan gurarni pada setiap

perlakuan dan ulangan pada hari ke 60 ... 31

(89)

DAFTAR GAMBAR

(90)

DAFTAR LAMPIRAN

Halarnan

1 . Prosedur pembuatan pakan percobaan ... 41

2 . Prosedur anatisis proksimat kadar protein ... 42

3 . Prosedur analisis kadar lemak pakan ... 43

...

4 . Prosedur analisis kadar abu pakan 43

... 5 . Prosedur anatisis serat kasar pakan 44

... 6 . Prosedur analisis kadar air 44

. . . 7 . Prosedur analisis analisis aktivitas protease 45

. . . 8 . Prosedur pengamatan anatomi rnikro vili (hestologis) 46

9 . Rata-rata panjang tubuh ikan uji selama penelitian pada setiap perlakuan dan ulangan dengan sefang waktu pengukuran 15 hari sekali ... 47

30 Rata-rata panjang usus ikan uji selama penelitian pada setiap perlakuan dan ulangan dengan selang waktu pengukuran 15 hari sekali ... 48

11 . Tinggi vili / diameter usus benih ikan gurami pada hari ke 60 di setiap perlakuan

dan ulangan selama penelitian

(96)

... 49

12 . Analisis statistik terhadap panjang usus b-nih ikan gurami pada 0 hari ... 50

13 . Analisis statistik terhadap panjang usus benih ikan gurami pada 15 hari ... 50

14 . Analisis statistik terhadap panjang usus benih ikan gurami pada

...

hari ke 30 50

15 . Analisis statistik terhadap panjang usus benih ikan gurami pada

hari ke 45 ... 51

16 . Analisis statistik terhadap panjang usus benih ~ k a n gurarn~ pada

hari ke SO ... 51

17 . Analisis statistik terhadap tinggi vili benih ikan gclrami karena pemberian kadar selulosa yang berbeda dalam pakan ... 52

18 . Analisis statistik terhadap aktivitas enzim protease pada awal penelitian ...

(91)

19 . Analisis statistik terhadap aktivitas enzim protease pada awal penefitian 60 hari ... 52

20 . Rata-rata kualitas ail- selama penelttian pada semua perlakuan dan ulangan ... (sistern sirkulasi) dengan selang waktu pengukuran 15 hari sekali 53 21 . Bobot rata-rata panjang usus ikan uji selama penelitian pada setiap perlakuan

dan ulangan dengan selang waktu pengukuran 15 hari sekali ... 54

(92)

PENDAHULUAN Latar Belakang

ikan gurami (Ospbronemus gouramy Lac) merupakan salah satu jenis ikan

air tawar yang digernari oleh masyarakat karena rasanya lezat, ha1 ini ditandai

dengan sernakin meningkatnya permintaan, meskipun harga lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai salah satu jenis ikan

yang bern~lai ekonomis tinggi, ikan gurami rnendapatkan tempat tersendiri bagi

petani ikan dalam upaya peningkatan pendapatan. Namun kenyataannya tidak

seperti diharapkan, karena dalam membudidayakannya, untuk rnencapai ukuran

konsumsi, ikan gurarni mernbutuhkan waktu yang relatif lama. Hal ini disebabkan

pertumbuhan ikan gurarni sangat lambat sehingga produksi ikan gurami per satuan

waktu relatjf kecil bila dibandingkan dengan ikan mas ( Sitanggang,

M.

1999).

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk rneningkatkan pertumbuhan ikan

gurami, diantaranya adalah dengan perbaikan nutrisi, dan Iingkungan. Upaya

meningkatkan perturnbuhan dengan perbaikan nutrisi dan lingkungan (kualitas air,

suhu, dan sebagainya) sudah banyak dilakukan, namun hasil yang didapatkan

belum rnaksimal. Hal ink berarti, ada faktor lain yang perlu dikaji untuk mengetahui

penyebab pertumbuhan ikan gurami yang lambat, dengan kata lain perlu

mencermati faktor fisiologis dari ikan tersebut. Faktor-faktor fisiologis ini berkaitan

dengan proses pencernaan seperti panjang usus, tinggi vili dan aktivitas enzim

pencernaan (Affandi et

a/.

1994).

Dalam proses pencernaan komponen yang terlibat adafah bahan yang

djcerna (pakan), tempat pencernaan dan penyerapan nutrien (sruktur slat/ saluran

(93)

diuraikan oleh enzim, yang salah satunya adalah protease. Besamyahingginya

aktivitas enzirn ini berkaitan dengan struktur alat/saluran pencemaan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan

pertumbuhan ikan gurami dikaji dari aspek fisiologis adalah mernodifikasi saluran

pencernaan, dalam ha1 ini perpanjangan usus, karena dengan bertambah

panjangnya usus atau saluran pencernaan, akan meningkatkan efektifitas proses

pencernaan, sehingga kecernaan pakan dan penyerapan zat-zat yang terkandung

dalam pakan lebih optimal. Pencernaan dan penyerapan pakan akan

rnempengaruhi ketersediaan nutrien dan energi untuk metabolisrne, pada akhirnya

akan rnempengaruhi perturnbuhan. Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam

upaya memicu perpanjangan usus ikan gurarni adalah dengan pemberian pakan

berserat tinggi (selulosa). Panjang usus akan berubah bila kandungan bahan

pakan yang diberikan sulit dicema seperti selulosa.

Ikan gurami rnerupakan salah satu jenis ikan yang banyak memanfaatkan

tumbuhan air sebagai sumber pakannya di alam. Turnbuh-tumbuhan air pada

dasarnya banyak mengandung sefufosa yang tinggi. Seiulosa int rnerupakan

kerangka sel tanaman yang terdiri dari banyak molekul glukose. Pada beberapa

jenis ikan, selulosa tidak dapat dicerna dengan baik karena keterbatasan

kemampuan alat pencernaannya. Narnun di dalam formulasi pakan buatan,

selulosa ini juga sering dipakai sebagai "bindef' antara lain dafarn bentuk

"carboxymethyl cellulose" (CMC) untuk memperbaiki struktur pakan.

lkan gurarni rnampu memanfaatkan daun-daun tumbuhan seperti talas

(Colocasia antiquarum) dengan baik sebagai sumber pakannya. Pernanfaatan

(94)

et

al. 1894). Kernarnpuan ikan gurami untuk mernanfaatkan turnbuh-tumbuhan

semakin tinggi dengan semakin membesarnya ikan. Tingkat kecernaan nutrien

dari tumbuh-tumbuhan tersebut sangat berkaitan dengan kemarnpuan dan alat

pencernaan ikan seperti aktivitas enzim. panjang usus dan keadaan vilinya

(Affandi

ei

al. 1992).

lkan herbivora urnurnnya merniliki usus yang lebih panjang dari ikan

karnivora dan ornrnivora. Pada ikan herbivora, panjang usus beberapa kali lipat dari

panjang tubuhnya sehingga posisi usus ini dalam rongga perut rnenjadi melingkar-

I~ngkar. Keadaan usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan

kompensasi terhadap kondisi pakan yang kadar seratnya tinggi dan keadaan

vilinya yang relatif rendah (Affandi et al. 1992). Pakan ikan herbivora mengandung

banyak serat kasar sehingga memerlukan pencernaan yang lebih lama.

Selulosa adalah salah satu kompanen yang banyak terdapat dalarn tumbuh-

tumbuhan, diduga sangat berperan dalarn proses perkernbangan alat pencernaan

ikan gurarni yaitu sebagai salah satu respon ikan terhadap pengaruh lingkungan

(pakan). Menurut Mathavan, Vivekananda dan Pandian dalarn Tytler dan Calow

(1985). Pemberian suplemen pada hewan dapat rneningkatkan laju pencernaan

sehingga terjadj peningkatan efisiensi absorbsi/penyerapan pada T. mossarnbica.

Pada pernbertan pakan secara tersendiri yakni hanya berasal dari tanaman atau

detritus saja, efisiensi penyerapan nutrien pada ikan herbivora atau detritivora lebih

rendah dibandingkan dengan ikan karnivora. fkan herbivora seperti T. rnossambica

jika diberi pakan yang terdiri dari hewan, tanarnan maupun unsur-unsur "detrital"

lainnya, menunjukkan suatu tingkat efisiensi absorbsi berturut-turut 95, 79 dan

(95)

--

sngandung komponen hewani dengan protein tinggi dapat rnengkornsurnsi pakan

+21h tinggi, dan mampu menyerap sejumlah bahan-bahan asal turnbuhan dan

zstrital secukupnya sehingga dapat rnemenuhi kebutuhan energi dan materi

--stabolismenya (Menzul, Kitchell dan Windell dalam Tytler dan Carow 1985).

, ??uk rnengetahui secara pasti pengaruh selulosa terhadap perubahan struktur alat

2sncernaan (usus), penampilan vili dan aktivitas enzim protease benih ikan gurarni,

--:aka perlu dilakukan penelitian dengan penggunaan berbagai kadar selulosa

-

,ciain

-

pakan

Pendekatan dan Perumusan Masalah

Untuk dapat hidup normal dan tumbuh dengan baik, ikan gurami

--~rnerlukan kondtsi lingkungan yang optimat dan materi serta energi yang

-!peroleh dari pakan cukup, namun sampai saat ini tingkat pernanfaatan pakan

-/-=nderung masih rendah. Rendahnya tingkat pemanfaatan pakan tersebut

eisebabkan oleh tidak optimalnya keberadaan atau aktivitas enzim yang

~jisekresikan oleh saluran pencemaan (usus), sehingga pgrnanfaatan pakan oleh

? a n tidak efisien, pada akhirnya pertumbuhan menjadi lambat.

lkan guram~ merupakan salah satu jenis ikan air tawar pernakan tumbuh-

tumbuhan yang mempunyai usus pendek, berkisar antara 2,5 kali panjang

t~ibuhnya. Kondisi usus yang pendek mengakibatkan proses pencernaan dan

absorsi .atau penyerapan zat-zat makanan menjadi rendah. Maka perlu dilakukan

suatu pengkajian untuk perpanjangan t~sus benih ikan gurarni. Upaya yang dapat

d~lakukan dalam rnasalah ini adalah penarnbahan kadar selulosa yang berbeda

(96)

Selulosa merupakan salah satu bahan yang perlu dikaji da!arn komposisi

pakan ikan, karena dalarn pakan buatan biasanya rnenggunakan bahan pakan

alami yang berasal dari turnbuhan yang banyak rnengandung selulosa yang tidak

dapat dicema oleh ikan, padahal untuk turnbuh dengan baik, ikan gurarni hanya

dapat rnentoleransi selufosa dalam jumlah tertentu.

Ada dugaan bahwa pemberian selulosa dengan kadar tertentu dalarn pakan,

akan rnenyebabkan ikan melakukan strateg~ adaptasi dengan cara memperpanjang

usus, merubah penampilan vili dan maningkatkan aktivitas enzirn dalarn saluran

pencernaan. Dengan psmanjangan usus diduga dapat meningkatkan lamanya

pakan berada dalam saluran pencernaan sehingga nutrien dapat diserap

(diabsorbsi) lebih banyak. Pembahan penarnpilan vili dalam bentuk pemanjangan

dan perbanyakan tonjolan vili juga dapat rneningkatkan absorbsi nutrien, karena

luas permukaan vili semakin meningkat, dernjkian juga dengan aktivitas enzim

protease.

Adapun skerna pendekatan permasalahan pada penelitian ini dapat dilihat

(97)

Karbohrdrat (seiuiosa,

I.

I I I I

t

Kadar

selulosa

Kecernaan

&-

Proses [image:97.529.74.457.65.379.2]

nutrien pencernaan

(98)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kadar selulosa yang dapat meningkatkan panjang usus,

tinggi vili dan akiivitas enzim protease benih ikan gurami.

Manfaat Penelitian

Memberikan informasi tentang kadar selulosa yang tepat dalam pakan untuk

memperpanjang usus, mempertinggi vili dan meningkatkan aktivitas enzim

protease, daiam kaitannya dengan upaya meningkatkan kemampuan pemanfaatan

pakar: pada ikan gurami

Hipotesis

Pemberian pakan dengan kadar

selulosa

tertentu dapat meningkatkan
(99)

T I N J A U A N PUSTAKA lkan Gurarni

Di Indonesia, ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) disebut juga gurameh. kalu, kalva. kalui, kalowo. Penyebaran ikan ini meiiputi Indonesia,

Thailand. Malaya, Kamboja, Vietnam yang selanjutnya disebar ke India, Pakistan,

Srilangka, Filipina dan ke banyak daerah di luar lndo Pasifik. Khusus di Jawa

budidaya jkan gurame telah dikembangkan pada tingkat tinggi dan telah diekspor ke

beberapa negara sepertj India, Filipina dan Ceylon. Gurarni dari Ja~va disebarkan

ke Sulatvesi (Tondano) pada tahun 1900, ke natras pada tahun 1916 dan ke Manila

pada tahun

.I

926 (Ardiwinata 1981 ).

ikan gurami tahan terhadap kandungan oksigen rendah. karena mempunyai

alat pernapasan tambahan , labyrinth.

Di

daerah tropis ikan ini dapat dibudidayakan

hingga ketinggian 800 meter diatas permukaan laut Pertumbuhan terbaik diperoleh

pada suhu air antara 24

-

28°C Suhu air 15°C akan mernbatasi peitumbuhan dan

reproduksinya (Hora dan Pillay $9623.

Atat pencernaan

Sepeci halnya pada hewan lain, alat pencernaan pada ikan terdiri dari

saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Pada umumnya saluran pencernaan

ikan terdiri dart segmen-segmen berikut : mulut, rongga muiut, faring, esophagus,

lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri

dari hati dan pancreas (Affandi et

a!.

1992).

Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk

tubuh, kebiasaan pakan dan kebiasaan memakan (katagori ikan) serta umur (stadia

(100)

berbeda bentuk tubuhnya dapat dilihat rnisalnya ~ k a n belut (Monopterus albus)

dengan ikan bawal (Pampus sp.). Walaupun ke dua jenis ikan tersebut terrnasuk

katagori yang sama yaitu karnivora, karena bentuk tubuhnya berbeda maka

struktur anatornis alat pencernaannya berbeda. Berdasarkan kebiasaan pakannya.

ikan dibagi dalarn 3 katagori yaitu ; lkan herbivora, ikan-ikan yang sebagian besar

pakannya terdiri dari turnbuhan ; ikan karnivora, ikan-ikan yang sebagian besar

makanannya terdiri dari hewan; dan ikan omnivora, ikan-ikan yang rnakanannya

terdiri dari turnbuhan dan hewan. Perbedaan struktur anatornis alat pencernaan

pada ketiga ikan tersebut jelas terl~hat. Perbedaan yang rnenyolok di antara ketiga

katagori ikan tersebut terletak pada struktur tapis insang, struktur gigi pada rongga

mulut, keberadaan bentuk larnbung, dan panjang usus (Affandi et

a/.

1992).

Usus

Saluran pencernaan yang paling panjang pada ikan adalah segrnen usus.

Bentuk dan diameter usus ikan relatif homogen, rnaka usus hanya dapat dibedakan

menjadi usus depan dan usus belakang. Panjang usus ikan bervariasi dan

berhubungan erat dengan kebiasaan makannya. Keadaan usus yang sangat

panjang pada ikan herbivora rnerupakan kornpensasi terhadap kondisi pakan yang

kadar seratnya tinggi dan keadaan vilinya yang relatif rendah (Affandi e t a l . 1992).

Makanan ikan herbivora rnengandung banyak serat sehingga rnernerlukan

pencernaan yang lebih lama.

Pada bagian depan usus terdapat dua saturan yaitu saluran yang berasal

dari kantung ernpedu (ductus choledochus) dan saluran yang berasal dari pancreas

(saluran pancreas). Pada ikan yang pankreasnya menyebar pada organ hati

(101)

cairan empedunya terkandung jenis enzim hidrolitik dan garam bikarbonat yang

berasal dari pancreas. Adanya saluran empedu (ductus choledochus) dan saluran

pancreas yang bermuara ke bagian usus depan rnenunjukkan bahwa di segrnen

usus depan masih terjadi proses pencernaan rnakanan. Sedangkan keadaan usus

yang panjang, vili-vili yang cukup tinggi dan bercabang-cabang serta adanya micro

vili pada sel penyerap (enterocyte) rnemper!ebar adanya pelipat gandaan luas

perrnukaan usus. Hal ini ditunjang oleh kenyataan bahwa sel yang dominan di

segrnen usus tersebut adalah enterosit yang berfungsi untuk rnenyerap zat

rnakanan khususnya di bagian usus depan dan tengah, rnaka usus merupakan

ternpat terjadinya proses peyerapan zat makanan (Affandi

ef

al. 1992).

Selulosa

Selulosa merupakan kerangka sel tanaman. Selulosa seperti pati, yang

terdiri dari banyak molekul glukosa. Molekul-molekul selulosa ini tidak bercabang

dan berbentuk amilosa. Tidak larut dalarn larutan biasa (air). Pati dapat dicerna

oleh proses pencernaan ikan, sedangkan selulosa tidak, karena ikan tidak

mempunyai enzim untuk menghidrolisis selulosa. Hewan ruminansia dapat

memanfaatkan selulosa karena dalam rurnen terdapat bakteria yang dapat

mencerna selulosa (Cristian dan Greger 1985).

Selulosa adalah polimer 6-glukosa dengan ikatan 6-1-4 di antara satuan

glukosanya. Selulosa berfungsi sebagai bahan struktur daiam jaringan turnbuhan

dalam bentuk campuran polirner hornolog dan biasanya disertai polisakarida lain

dan lignin ini yang tidak di cerna dalam jumlah yang beragam. Molekul selulosa

(Garnbar 2) memanjang dan kaku. Gugus hidroksil yang rnenonjol dari rantai dapat

(102)

batas tertentu. Kekristalan selulosa tejzar ~ a i a x daerah terbatas. Gaerah

kekristalan lebih rapat den lebih tahan terhadap

eivirn

dan pereaksi kimia dari pada

daerah nonkristal. Daerah kristai menyerap 2 . 7 dengan jelek. Derajat kekris:alan

yang tinggi menyebabkan modulus kekenyalan sangat meningkat dan daya regang

serat selulosa menjadi lebih besar dan n?sngaaba;kan pakan yang mengandung

selulosa [ebih liat. Daerah selulosa amori 7rKyerap air dan menggembung.

Pemanasan selulssa dapat rnengakibatkan pe-g~irangan ikatan hidrogen sscara

terbatas, jadi menyebabkan penggembungar~ :?r:!i besar karena kandungan bentuk

kristal menurun (Geman 1997). Daerah gel amorf selulosa dapat ma!:in Srisifat

kristal jika air dihilangkan dari pakan. Fen~sringan pakan yang mengandung

selulosa, seperti sayur, ditpat menyakibaikan makin liat, plastisitas dan daya

gembung menurun {Dernan, 1997).

Makanan herbivora tidak mudah dicerna Sia dibandingkan dengan makanan

ikan-ikan pemakan hewan karena dindit-ry sei d a n senyawa strukturalnya dari

tanarnan tesebut terbuat dari polisakarida denga- berat molekulnya seperti seiulosa

dan lignin dimana structural ini sulit untuk oiiiraikan secara enzimatis Telah

diketahui bahwa vertebrata tidak memproduksi selulase

jenzim

menghidrolisis

selulosa). tetapi mencerna bahan tanaman melaiui ferrnentasi rnicrobiai usus Hal ini masih belum jelas, meskipun ada sejumlah rdiisan yang berhubungan dengan

masalah tersebut yaitu apakah

ikan

rnempunyai enzim selulase. atau kemungkinan

ikan mens~ntesis enzim selulotik sendiri. Migita dan Hashimoto 11949) menemukan

aktivitas selulase dalam saluran pencernaan Goldfish (Carassius auratrrs ), f i s h

dan Barringion (195.1) menyatakan bahwa ikan-ikan tidak mernpunyai enzim ini.

(103)

mikroflora usus, dimana peneliti fainnya menghubungkan aktivitas selulase dalam

usus dengan jumlah selutaselbakteri selulotik, yang berhubungan dengan detritus

tanarnan invertebrata. Shcherbina dan Kazlauskene (1971) menernukan baik

mengenai selulase endogenous maupun selulase microbial dalarn usus ikan

common carp. Hasil penelitian pada ikan grass carp menunjukkan bahwa

pencernaan selulosa oleh ikan grass carp disempurnakan melafui enzim exogenous

yang dimakan bersama makanan buatan berbentuk pellet dengan kandungan

selulotik lebih tirrggi 18 % yang berasal dari tanaman.

Menurut Das dan Tripathi (1991j ierjadi suatu kemunduran drastis dalam aktivitas selulase ketika ikan grass carp diberi pakan dari makanan yang

mengandung tetrasiklin. Narnun mereka mengemukakan bahwa organisme

microbial yang mernproduks~ selulase dapat dimatikan oleh perlakuan tetrasiklin.

Sebagian besar ikan herbivora, dari rnanapun surnber aktivitas se\ulasenya.

mempunyai proses enzimatik tidak kuat untuk merusak dinding sel tanaman untuk

pencernaan selanjutnya. Ikan-ikan sangat bergantung pada mekanisrne lain untuk

merusak dinding sel seperti hydrolysis asarn atau trituration mekanis. Adaptasi

morfoiogi dari pencernaan makanan pada mekanisme ini telah dijelaskan

sebelumnya.

(104)

Hidrolisis selulosa menghasilkan selobiosa dan akhimya glukosa. Sifat

ikatan

t

-

4 telah dipastikan dengan cara difraksi sinar-X dan berdasarkan

kenyataan bahwa ikatan itu hanya dapat diuraikan oleh P-glukosidase. Jumlah

satuan glukosa atau derajat polirnerisasi (DP) selulosa beragam dan dapat

setinggi DP 10.000, dan berbobot melekul 1,620,000.

Sifat kristal serat selulosa dapat ditunjukkan dengan mudah dengan cara

pemeriksaan memakai mikroskop polarisasi. Difraksi terdiri atas dua satuan

selobiosa.

Serat

kasar

Serat makanan (dietary fiber) yang biasanya dikonsumsi manusia, berbeda

dengan serat kasar. Serat kasar terutama terdiri dari hgnin dan seluiosa,

merupakan bahan atau materi yang tertinggal setelah bahan makanan tersebut

mengalami proses pemasakan dengan asarn keras dan basa keras. Serat kasar,

kecuali lignin dan selulosa juga mengandung hemiselulosa , gum dan pectin dan

beberapa karbohidrat lain yang biasanya tidak dapat dtcerna ikan.

Adapun yang dimaksud dengan serat kasar adalah sisa bahan makanan

yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam keras dan basa keras

selama 30 menit berturut-turut dalam prosedur yang dilakukan di laboratorium.

Suatu rnetode untuk menganalisa kandungan serat dalam makanan ialah

melalui proses penyabunan yang dapat memisahkan beberapa komponen

karbohidrat secara berurutan dan dapat diketahui jumlah setiap komponen tersebut.

Jumlah keseluruhan komponen ini dikenal dengan " neutral detergent fiber" (NDF),

(105)

Beberapa masalah yang timbul pada manusia akibat kurangnya jumlah diet

serat antara lain penyakit jantung koroner, diabetes, kanker usus, divertikulosis,

hiatus hernia, konstipasi dan penyakit lain dalam saluran pencernaan. Peran utama

serat dalam makanan adalah dalam kemampuannya mengikat air selulosa dan

pectin . Dengan adanya serat, membantu mempercepai sisa-sisa makanan melalui

saiuran pencernaan untuk diekskresikan keiuar. Tanpa bantuan serat, feses dengan

kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami

kssukaran keluar melalui usus besar.

Beberapa peneliti membuktikan pada rnanusia bah~va rendahnya kadar

kholesterol dalam darah ada hubungannya dengan tingginya kandungan serat

dalam

makanan. Makanan dengan kandungan serat yang tinggi juga dilaporkan

dapat rnengurangi bobot badan karena serat dalam makanan akan tinggal dalam

saluran pencernaan daiam waktu relatif singkat. sehingga absorpsi zat makanan

berkurang. Kecuali makanan

yang

mengandung serat yang relat~f tinggi akan

memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat komplek yang

menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan.

Tingkat serat kasar yang optimai pada hewan monogastrik berkisar antara

15 - 20 persen (Cheeke 1982), namun dengan tingkat 12

-

14 persen serat kasar

dalam ransum sudah dapat diterima oleh hewan monogastrik (Lang 1981).

Selanjutnya dikatakan bahwa kadar serat kasar yang lebih rendah dari 12 persen

akan mengakibatkan terganggunya pencernaan, dan tingginya kematian serta

konsumsinya rendah. Cheeke {I 98 1 j melaporkan bahwa pertumbuhan rata-rata

akan tinggi dan mortalitas akan menurun bila aaiam ransum hewan monogastrik

(106)

letih tinggi atau rendah Makin tinggj serat kasar akan mengakibatkan konslimsi

meningkat, tetapi efisiensi makanan dari lan~ak karkas akan menur-un (Lebas

1975).

Kemampuan hewan dalam mencerna serat kasar bergantung pada

banyaknya bakteri yang dikandung dalam alat pencsrnaannya ( t a n g 198.1).

Hewan monogastrik pemakan hijauan yang mempunyai lambung sederhana serta

cecum dan colon yang besar yang mempunyai kesamaan fungsinya dengan rumen

pads sapi dan domba (Cheeke 1982).

Hewan monogastrik ternyata baik da!am mencerna protein dan lemak.

serjangkan untuk serat kasar koefisien cernijrtya rendah bila dibandingkan dengan

iernak r-iminansia (Lang 1981) Bila kand~rngan serat kasar dalam tahan makanan

I

naik akan mengakibatkan koefisien cerns semtn zat makanan akan menLirun

(Slade dan Hinz 1969) Koefisien cerne cellulose, hemicellulosa dan lignin dan

beberapa spesies tanaman menunjukkan bahwa hewan monogastrjk (Kuda, marmut dan kelrncij, lebih rendah koefisien cernanya dibandingkan denyan hewan

nonruminansia seperti ; b a b ~ dan tikus (Fonnesbect ct

al,

1974). Slede dan Hinz

!

'1969) telah membandingkan koefisien cerncr hahan oiganik, protein kasar, serat

kasar dan er~ergi tefhadap k~rda, kelinci dan marmut. Dari hasil peneliiian tersebut

kelinci da!am hal mencerna protern sama bonyaknya dengan kuda dan marrnut,

nsmun ur:tuk bahan oryanik, serat kasar dan er,e;gi ternyata lebiti renddh kelinci.

Koiisumsi makanan dan pencernaan ternyata dipengaruhi oleh kandungan

serat kasar dari bahan makanan (Lang I S 8 1 J bsrsarnaan dengan tingkat konsumsi

makanan rjapat memp2ngaruhi koefisien cerna (Miller et

a / .

1954). Pemberian 15
(107)

kenaikan bobot badan bila dibandingkan dengan tingkat 12 persen serat kasar

dalam ransum hewan monogastrik (Lang 1981).

Enzirn

Enzim atau fermen merupakan suatu senyawa biologis yanp sangat penting

dari protein. Enzim tergotong katalisator untuk sel-sel hidup yang daya kerjanya

bersifat spesifik. Semua perombakan zst makanan organisme hanya dapat terjadi

jika didalamnya terdapat enzim (Kusnawidjaja 1987).

Enzim adalah suatu zat yang terdapat dalam sel hidup yang menyebabkan

berlangsungnya reaksi-reaksi yang sangat kompleks secara terus menerus dengan

kecepatan yang sangat tinggi serta terarah. Menurut Girindra j 1986). enzim adalah

sua!u zat yang disintesis daiam sel, yang dapat mempercepat suatu reaksi

termodinamika sedemikian rupa sehingga kecepatan suatu rreaksi dapat berjalan

sesuai denyan proses biokimia yang dibutuhkan untuk mengatur kehidupan.

Selanjutnya dikemukakan bahwa enrim merupakan suatu keiompok protein yang

be~peran penting dalam proses aktivitas biologis dan merupakan katalisator dalam

sei dan sifatnya sangat khas (Girindra 1986).

Adaptasi Alat P e n c e r n a a n f e r h a d a p J e n i s P a k a n

Kecernaan bahan pakan oleh ikan sering dibatasi pada energi yang dapat

dicerna, yaitu didefinisikan sebagai energi da!am pakan yang dikonsumsi (energi

yang masuki dikurangi dengan energi yang dikeluarkan didaiam feces (NRC 1983).

Enzim yang mencerna karbohidrat pada ikan dihasilkan oleh pyloric caeca,

pancreas. dan mukosa usus. Salmon rnenghasiikan enzim pencernaan diantaranya

maltase, sukrase, lactase, dan amilase yang digunakan untuk memecah karbohidrat

(108)

rainbow trout. dan chinook salmon berbeda-beda (Phillips et ai. daiam NRC

1983).

lkan herbivora maupun detritivora yang diberi pakan khusus yang

mengandung komponen hewani dengan protein tinggi dapat mengkosurnsi pakan

lebih tinggi, dan mampu menyerap sejumlah bahan-bahan asai tumbuhan dan

detrital secukupnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi dan materi untuk

metabalismenya (Menzel. Kitchell dan Windell dalarn Tytler and Caiow 1985).

Kebutuhan Nutrisi Benih lkan Gurarni

Kebutuhan nutrjsi ikan guramj pada sepuluh hari pertama masih dipenuhi

oleh kuning telurnya. Selanjutnya ikan gurame yang berupa larva memakan pakan

alami seperti rotifera dan infusuria (Mokoginta e t a / . 1934). Ukuran benih 3,5

-

5.5

cm mempunyai kecenderungan memakan larda serangga, crustacea dan

zooplanlcton yang berukuran besar, tetapi juga memakan potongan-potongan

material turnbuhan yang lunak. Pada waMu dewasa terutama memakan daun

tanaman yang terdapat pada pematang-pematang dan pinggiran kolam. Selain itu

juga memakan bijian-bijian dari tanaman, serta memakan anai-anai. belaiang,

caring dan katak. Selanjutnya bita dipelihara didalam kniarn dapat diberi pakan

buatan (Hora dan Pillay 7962). Pernberian pakan buatafi sudah diketahui

memberikan pertumbuhan lebih baik dibandingkan daun cente pada ikan gurame

(Harnid 1992). Sedangkan menurut Ang et

a / .

(1989); ikan gurami dewasa pada

umumnya bersifat herbivora, rnemakan tanaman lunak seperti Hydrjlfa sp,

lpomaea

aquatica dan daun yam

(Cobcasia antiquorum),

walaupun cenderung menjadi omnivora pada waktu tertentu, yang memakan udang-udangan , ikan kecil dan
(109)

mencerna dengan baik material yang berasal dari tumbuhan. Hal ini menunjukkan

bahwa untuk s~stem budidaya intensif pakan dalarn bentuk pelet yang berkualitas

baik dikehendaki untuk dapat berhasil dalarn budidaya ikan ini.

Pernberian pakan buatan dapat diberikan pada benih yang umurnya lebih

dari 50 hari atau yang bemkuran 2

-

3 cm (0.27 gram) ke atas, sebab pada umur

tersebut struktur anatornis dan histologis pencernaannya sudah sempuma

(Mokoginta et a / . 1994). Selanjutnya Mokoginta, Suprayudi dan Setiawan (1995)

melaporkan bahwa benih gurarne berukuran rata-rata 0,15-0,27 gram mernerlukan

kadar protein pakan 43.29% dengan rasio energi protein C/P 8 k ~ a i DEfg protein,

surnber protein yang digunakan kasein dan gelatin, dan laju perturnbuhan yang

dicapai 6,3796. Sedangkan penelitian Arlia (1994) terhadap benih ikan gurarni berukuran 0.53 gram dengan kadar protein pakan 35% dengan C/P 7,9 kkal DE/g

protein, serta surnber protein yang digunakan berasal dari tepung ikan, laju

perturnbuhan yang dicapai adalah

3,27%.

Selanjutnya pada ukuran dewasa,

pakan buatan rnerupakan pilihan utama dalam budidaya ikan gurami secara

intensif.

Menurut Woynarovich dan Horvath (1980) larva ikan gurami pada hari ke

lima setelah rnenetas mulai memakan organisma kecil sepeti lnfusuria (Ciliates).

Larva gurame biasanya diberi pakan berupa kultur Paramaecium, sedangkan

zooplankton berukuran kecil diberikan ke benih yang berumur sekitar 10 hari

setelah benih mulai rnakan. lkan gurami yang berumur-10 hari dengan bobot

tubuh 10 rng dapat memanfaatkan pakan buatan tetapi mengaiami pertumbuhan

lebih rendah dibandingkan pakan alami. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa

(110)

dibandingkan dengan yang diberikan pakan buatan. Namun demikian larva ikan

gurami yang diberikan 100 O h pakan buatan dapoat menghasilkan kelangsungan

hidup 93,3% (Wahyudi dan Lim 1995). Tan (19133) melaporkan bahwa juvenil ikan

gurami dapat menghasilkan perfurnbuhan terbaik bila pakan buatan mengandung

40% protein. Penelitian lain rnenunjukkan bahwa benih jkan gurami berukuran raia-

rata 0,15

-

0,18 gram memerlukan kadar protein pakan 43,29% dan rasio energi

protein 8 kkallgrarn protein, serta sumber piotein yang digunakan berasal dari

kasein dar~ gelatin, laju pertumbuhan yang dicapai zdalah 6.37% (Lestari, 19943.

Sedangkan penelitian Arlian (19943 ie~itadap benih ikan gurami berukuran rata-rata

0,053 gram dengan kadar protein pakan 35.00% dan rasio energi protein 7,9

kkal/gram protein, serta sumber protein yang digunakan berasal dari tepung ikan,

laju pertumbuhan yang dicapai adalah 3.21%.

Kualitas A i r

Air adalah media yang sangat penting didalarn budidaya ikan. A I ~

merupakan media hidup yang mengandung sifat fisika dan kimia yang dapat

mempertahankan kehidupan ikan. Sifat kimia dan fisika yaitu, suhu, oksigen

terlarut, pH, amonia dan alkalinitas. Tsmperatur dalam air adalah faktor yang

sangat penting dalam perairan untuk semua organisme perairan, karena

berpengaruh langsung terhadap periurnbuhan dan laju rnetabolisme (Brovvrn 1957).

Suhu optimum yang mendukung pertumbuhan ikan gurami adalah 2 4

-

28 ' C (Hora

dan pillay 1962). lkan gurami sangat sensitif terhadap suhu rendah dan cocok

dalam perairan tropis (Jhingran 1975) sedangkan oatas suhu yang terendah untuk

pertumbuhan dan reproduksi gurami adalah 15 C (Jhingran 1975; Hora dan Pillay

(111)

-

31 "C. Faktor kimia yang sangat penting dalam perairan untuk semua organisme

aerobik dalam proses metabolismenya adalah oksigen.

Oksigen terlarut yang cukup sangat djbutuhkan oleh ikan untuk hidup dan

pertumbuhannya. Kebutuhan oksigen terlarut setiap organisme perairan sangat

bervariasi bergantung kepada umur, ukuran dan kondisinya (Boyd 1979). Menurut

Swingle dalam Wardoyo (1975), kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l dalarn

perairan sudah rnendukung kehidupan organisrne perairan secara normal.

Selanjutnya Syvester dan NTAC dalarn Wardoyo (1975) rnenyatakan bahwa agar

kehidupan iebih layak di dalarn kegiatan perikanan agar berhasil maka kandungan

terlarut tidak boleh kurang dari 4 mg/lt. Menuntt Novenny dan Lirn (1986) pada

benih ikan gurarni urnur 10 hari dengan bobot awal 10 mg nilai oksigen terlarut

yang didapat antara 4.21

-

5.43 dapat rnemberikan perturnbuhan dan kelangsungan

hidup yang baik. Namun dernikian ikan gurarni tetap dapat hidup dengan baik pada

perairan yang kandungan oksigen terlarut rendah . Hal ini mungkin ikan gurami

rnempunyai alat pernapasan tarnbahan disebut labyrinth, yang dapat mengarnbil

oksigen fangsung dari udara.

Kemarnpuan organisrne perairan untuk rnentolelir perubahan p H sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, suhu, oksigen terlarut, toleransi terhadap

iklim dan jenis maupun ukuran organisme air (Pescod 1973). Narnun demikian

perairan yang ideal bagi perikanan adalah yang pH airnya berkisar dari 6.5

-

8.5

(Swingle dalam Wardoyo, 1975). Pengaruh pH air dalarn kehidupan ikan adalah

sebagai berikut ; air dengan pH 4 akan mematikan ikan, pH antara

6.5

-

9.0 balk

untuk budidaya, sedangkan lebih dari 9.5 berbahaya dan pH 11 dapat mernatikan

(112)

Arnon~a adalah racun bagi ikan. Daya racun ammonia meningkat pada pH

yang tinggi. Secara ideal konsentrasi NH3 yang terkandung dalam air tidak boleh

lebih dari 1 ppm.

Konsentrasi alkalinitas adatah menggambarkan kandungan basa yang dapat

dititrasi dengan asam kuat,seperti basa dari katioli

M g ,

K, Na. NH4 dan Fe yang

pada umumnya bersenyawa dengan karbonat dan bikarbonat, asarn lernak dan

hidroksil (Wardoyo 1975). Besarnya nilai alkalinitas dalam suatu perairan

rnenunjukkan kapasitas penyangga perairan tersebut dapat pula digunakan sebagai

(113)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelltian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2001 dan berakhir bulan Juli

2001. Eerternpat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan

llmu Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor.

Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan berupa pakan buatan yang mengandung kadar

seluiosa OYO, 5%,

lo%,

dan 15%. Sebelum pernbuatan. bahan-bahan pakan

tersebut terlebih dahulu dianalisis proksimat untuk mengetahui

zat-zat

yang

terkandurlg didalamnya di Laboratorium N~itrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor. Komposisi pakan penelitian disajikan pada

Tabel 1.

Penentuan kandungan protein dalam pakan didekati dengan pakan buatan

yang mengsndung 40% protein dengan encrgi yang dapat dicerna (DE) 3000

kkalikg pakan. Setelah bahan pakan diramu, kemudian pakan dicetak rnenjadi

(114)

Tabel 1. Komposisi pakan penelitian antar perlakuan

Bahan-bahan (96) Perlakuan IKadar serat kasar (%)

Tepung udang * Tepung ikan * Dekstrin Selulosa Minyak jagung Minyak ikan Vitamin mix Mineral mix Koline klorida

C M C

Hasil perhitungan :

Jumlah bahan 100,QO 100,00 100,OO 100.00

Kornposisi proksirnat pakan (% bobot kering)

Prote~n 42,24

Lernak 12,12

K. A ~ L ! 12,39

Serat Kasar 1,95 BETN 31.30

DE (kkal / kg pakan) 3000 2986,18 2999,73 2999,73

C / P "**

Kkal/g protein 7,50 7,47 7.49 7,49

BETN = Bahan ekstrak Tanpa Nitrogen DE = Energi Dapat Dicerna *"

Keterangan :

* ) Tepung udang : Tepung ikan

=

3 : 4

*' ) 1 gr protein = 3,5 kkal DE (NRC, 1977)

[image:114.552.67.484.85.511.2]
(115)

Pemeliharaan lkan

lkan Uji

lkan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan gurami bastar

dengan bobot rata-rata 0,74-1,00g, umur 42 hari hasil penetasan di laboratorium.

Telur ikan berasal dari Desa Ciherang, Kecamatan Derrnaga Kabupaten Bogor

Prapinsi Jawa Barat. lkan uji yang digunakan diadaptasikan dari larva sampai

umur 40 hari. Dari urnur 30 hari sarnpai umur 40 hari lkan uji tersebut sudah

diberikan pakan buatan berupa pelet sedikit derni sedikit, agar ikan uji dapat

beradaptasi dengan pakan buatan. Pemberian pakan yang mengandung kadar

selulosa berbeda dilakukan pada urnur 42 hari yang diterapkan pada perlakuan.

Proses adaptasi ini dilakukan untuk mendapatkan ikan uji yang memiliki

tingkat respon pakan buatan, vitalitas yang baik dan relatif sarna. Setelah

diadaptasi ikan uji tersebut dipelihara dalam 16 buah akuarium berukuran

6 0 x 4 0 ~ 3 0 crn, diisi dengan air setinggi 24 cm sehingga volurnenya rnenjadi 50 liter.

Padat penebaran per akuarium 50 ekor. Sebelurn digunakan, akuarium

dibersihkan dan dikeringkan. Bagian atas akuarium ditutup dengan seng plastik

untuk mencegah ikan metompat kefuar. Pengacakan susunan unit perlakuan

dilakukan dengan rnenggunakan bilangan teracak. Untuk menghindari s~sa, pakan

penelitian diberikan kepada ikar! sedikit demi sedikit sampai kenyang dengan

frekwensi 3 kali sehari, yaitu pada pukul 8 pagi. 12 siang dan 5 sore.

Petnbuangan kotoran ikan dilakukan dengan cara penyiponan setiap hari.

Air yang digunakan adalar~ air PAM

IF8

dan air koiarn yang ada di depan

Laboratoriurn Fisiologi Hewan A.,r Fakultas Perikanan dan llrnu Kelautan, lnstitut

(116)

diaerasi selama 24 jam dalarn bak penarnpungan untuk menghilangkan bahan-

bahan toksik dan meningkatkan oksigen terlarut. Kualitas air diusahakan da!am

kondisi batas optimal.

Pengamatan kualitas air dalam penelitian ini sebagai data penunjang,

mernberikan informasi mengenai daya dukung lingkungan terhadap pertumbuhan

dan efisien pakan saat itu. Pernantauan kualitas air dilakukan berupa pengamatan

pH air dengan pH meter, dan amonia dengan spektrofotorneter pada awal dan 15

hari sekali sampai akhir penelitian. Alkalinitas air dala~ n bak penampungan diukur

pada awal penelitian rnetode titrasi dengan HCf. Suhu air di atur setiap hari dengan

hilter sedangkan suhu air minimum dan maksimum harian diukur 15 hari kali sampai

akhir penelitian dengan thermometer air raksa.

Adapun data kualitas air pada tandon dan aquarium selama penelitian

adalah sebagai berikut; pH berkisar antara 7,10

-

6,95, DO 5,96

-

5,90mg/l, NH,

0,48

-

0,45mg/l, salinitas dan suhu 30,50

-

29,40°C (Lampiran 20).

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamat1 dalam penelitian ini meliputi panjang usus, tinggi vili

dan aktivitas enzim protease. Pengamatan panjang usus dilakukan secara

histologis dari awal sampai akhir penelitian, datam jangka waktu 75 hari sekali,

yaitu ; 0 hari, 15 hari, 30 hari, 45 hari dan 60 hari. Pengukuran usus dilakukan dari

pylorik sampai anus. Sedangkan pengamatan tinggj vili dilakukan hanya pada

akhir penelitian (hari ke

60).

dengan cara mengukur lima titik lingkaran vili tertinggi

rnenggunakan m~kroskop pembesaran 40 kali dan pewarnaan dengan hetoksilin

eosin (HE). Demikian pula dengan pengamatan aktivitas enzim protease dilakukan

(117)

dosis selulosa berapa yang dapat rnerangsang perubahan usus, vili dan aktivitas

enzirn protease benih ikan gurami, dalam waktu tersingkat yang membutuhkan.

Adapun perhitungan peubah-peubah yang diarnati pada penelitian ini

rnenggunakan forrnulasi sebagai berikut :

a . Panjang Usus/panjang tubuh (Affandi 7993) :

Rasio panjang ususlpanjang tubuh = PUlPT

Dimana : Pu = Panjang usus (crn)

PT = Panjang tubuh (cm)

b . Tinggi Vili/diamefer usus (Affandi 1 9 9 2 ) :

Rasio tinggi vilildiameter usus = WI&U X 10Ooh

Djmana : TV = Tinggi vili ( O h )

0~ = Diameter usus (%)

c . Aktivitas Enzim Protease (Nurdin 1989) :

Asp

-

Abl 1

U =

x

P X--

Ast

-

Abl T

Dirnana : U = unit aktivitas enzim protease/g/rnenit Asp = nilai absorbansi contoh

Ast = njlai absorbansi standar Abl = nilai absorbansi blangko

P = factor pengenceran

(118)

Analisis Statistika

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan dan 4 ulangan. Untuk mengevaluasi kadar seluiosa pakan yang terbaik

digunakan analisis varian dan dilanjutkan dengan anatisis becia nyata jujur (BNJ)

(Steel dan Torrie, 1993). Peubah-peubah yang diarnati untuk rnengevaluasi pakan

percobaan adalah beberapa peubah yang berkaitan dengan pembahan saluran

pencernaan yang diukur yaitu panjang usus. penampilan vili dan aktivitas enzim

(119)

HASlL DAN PEMBAHASAN

Panjang

U s u s

I Panjang Tubuh

Rasio panjang ususfpanjang tubuh benih ikan gurami antar perlakuan dapat

diiihat pada Tabel 2 (Lampiran 9 dan 10j.

Tabel 2. Rata-rata panjang usus/panjang tubuh ikan uji pada setiap perlakuan dan ulangan selama penelitian.

Tabel 2 menunjukkan rasio panjang ususfpanjang tubuh benih ikan gurami Hari ke

:

0

~~~~~ ... ~.~~~~ ...

antar perlakuan pada awal peneljtian (0 harl) adalah sama (Lampiran 12) (P>0,05).

Perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15, dimana rasjo panjang ususfpanjang Ulangan 1 2 3 4 .... ~~~~~~~~ ~~ ~~... Rata-rata ... ~.~~ ~~~~~ ... ~ ~~.~ ... ~ ~ ...

I :

Perlakuan / kadar selulosa (%)

C?0,63) D(14,72) 1,02

1

0,578 0 3 5

i

, 0.94 0,96 ,

1

0,95 0,86

1

0-86

... ~.~~ ~~ ... ~ ... . +. .~ ~ ... ~~ ~~~~~~~ ~. ~~ ~ ~~ ~ ~ ~ . ~ ~ ~ ~

0,97*0,06'

1

0,93*0,05"

.~~ ~~ ... ~ ~~ ... ~ ... .... ~~ ~~~~~-~~~~~~ + .... ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

[image:119.552.80.473.166.472.2]
(120)

tubuh pada perlakuan B (selulosa 5%) sarna dengan C (selolusa 10%) sarna dan

D (selulosa 15%) dan lebih besar dari A (selulosa 0%) (P C 0,05) (Lampiran 13).

Selanjutnya pada hari ke 30, perlakuan D sarna dengan C dan lebih besar dari B

dan A (P c 0,Ol; Larnpiran 14). Pada hari ke 45, perlakuan D sarna dengan C dan

B,

dan tebih besar dari A (P 4 0,Ol; Lampiran 15). F;da hari ke 60, rasio

panjang ususlpanjang tubuh pada perlakuan D sarna dengan C sama dan B, dan

lebih besar dari A (P c 0,Ol; Larnpiran 16).

Penelitian jni menunjukkan, bahwa adanya selulosa 5

-

15% dalam pakan

dapat memperpanjang rasio panjang ususlpanjang tubuh benih ikan gurami, yang

terlihat pada hari ke 60. Sebagaimana diketahui, sernakin panjang usus benih ikan

gurami, sernakin lama pula pakan berada dalam usus. Jadi kemungkinan proses

pencernaan dan penyerapan zat-zat yang terkandung dalarn pakan akan sernakin

baik. Lang (1981) mengernukakan bahwa pada kelinct konsumsi rnakanan dan

pencernaan dipengaruh~ oleh kandungan serat kasar dari bahan makanan.

Seperti diketahui, ikan gurami adalah salah satu ikan herbivora yang

banyak memanfaatkan tumbuhan air sebagai sumber pakannya di alam. Tumbuh-

turnbuhan air pada dasarnya banyak rnengandung selulosa yang tinggi. Selutosa

ini rnerupakan kerangka sel tanaman yang terdiri dari banyak rnolekul glukose.

Pada beberapa jenis ikan, selulosa tidak dapat dicerna dengan baik karena

keterbatasan kernampuan alat pencernaannya. Namun di dalarn forrnulasi pakan

buatan, selulosa ini juga sering dipakai sebagai binder" antara lain dalarn bentuk

"carboxymethyl cellulose" (CMC) untuk memperbarki struktur pakan.

Pengaruh kadar selutosa dalam pakan terhadap struktur alat pencernaan

(121)

roach) yaitu, adanya perubahan nilai panjang usus / panjang tubuh pada ikan roach

berhubungan dengan perubahan ukuran dan komposisi pakan. Pemberian 15

persen serat kasar dalam ransum dapat menambah konsumsi bahan kering dan

kenaikan bobot badan bila dibandingkan dengan tingkat 12 persen serat kasar

dalam ransum hewan monogastrik seperti kelinci (Lang 1981 ).

Berdasarkan studi foot habit di alam, ikan gurami ukuran 3,8

-

8.5 cm

masih bersifat kamivor. maksudnya komposisi pakan dari hewani (insekta dan

krustase) rnencapai 84% dari total pakan yang dikonsumsi, sedangkan pada ikan

gurami yang berukuran antara 8;9

-

11,9 cm komponen pakan hewani (insekta)

hanya mencapei 25%) (Affandi 1993). Pada umumnya protein he~vani relatif lebih

mudah dicerna karena iidak mengandung selulosa (Mujiman 1385). lvlenurut

Hasting dan Dupree (dalarn Moore, 1972). sumber protein yang terbaik salah

satunya adalah tepung ikan. Sedangkan sumber protein daun sente rnemjliki

kuaiitas protein yang rendah dan sukar dicerna. Penelitian Hamid !1992)

memperlihatkan, kemarnpuan cerna ikan terhadap protein tefiinggi dicapai pada

pakan yang berasal dari tepung ikan (66.33%) dan yang terendah adalah berasal

dari daun sente (34,41%). Semakin banyak penggunaan pakan tepung ikan daiarn

pakan dengan batas tertentu semakin rnempertinygi daya cerna protein sshingga

semakin meningkatkan perturnbuhan.

Selulosa merupakan serat kasar dari sumber bahan nabati. Ada indikasi

kemampuan cerna ikan akan menurun dengan meningkatnya kandungan serat

kasar dalam pakan. Penelitian Hamid (1392) memperlihatkan di dalam pakan

dengan kandungan serat kasar masing-masing pakan tepung ikan (6.102%),

(122)

cerna total berturut-turut 50,30%, 19,8296 dan

1 1

-82%. Dan pakan pada penetitian Hamid (1992) lni mempunyai kandungan serat kasar masing- rnasing pakan A

(9.01%) , pakan

3

(12,01%),

dan pakan C (15,54%). Bahan nabati merniliki dinding

sel yang tebal yang dapat menurunkan daya cerna ikan terhadap bahan pakan

tersebut. Namun penelitian i-i membuktikan, kandungan serat kasar dalam ha1 ini

selulosa yang mencapai 15% dalam pakan mampu meningkatkan panjang usus /

panjang tubuh benih ikan gurami sampai 1,80.

Tinggi Vili I Diameter Usus

Pengamatan tinggi vilildiarneter usus hanya dilakukan pada hari ke 60,

karena pada hari ke 60 tinggi vilildiameter USUS sudah menunjukkan adanya

perbedaan diantara perlakuan. Dengan kata lain pada hari k e 60 tinggi vilildiameter

usus mulai menunjukkan peningkatan dengan adanya selrllosa dalam kadar

tertentu dalam pakan (Lampiran 11). Untuk lebih jelas rats-rata tinggi v~li/diarneter

usus benih ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 3

Take1

3.

Rata-rata tinggi vilild~amer usus (%) benih ikan guraml pada setlap perlakuan dan ulangan pada har~ ke 60

I I

I

I

Hari ke :

I

Ulangan

1

Perlakuan I kadar selulosa (%)

1

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa tinggi vili/diameter usus rneningkat

pada hari ke

60

masa pemeliharaan (treatment selulosa) balk untuk perlakuan A, B,
(123)

(10%) den bbih kecil dari D (15%)

(P

<

0,Ol; h p i r a n 17).

Gambar

3

berikut

menunjukkan tinggi viludiameter usus benih ikan gurami pada

setiap

perlakuan.

KaterangM

:

Pembesaran

=

40

kali

[image:123.544.61.490.56.698.2]

Pewamaan

=

Haematoxylln eosin

(HE)

(124)

Pada penelitian ini terungkap, pemberian kadar selulosa yang berbeda

dalam pakan mempengaruhi tinggi vili usus benih ikan gurami. Kadar seiulosa 15%

(perlakuan D) mampu meningkatkan tinggi vili benih ikan gurami. Sedangkan pada

periakuan A, B dan C, masing-masing selulosa dengan kadar

0'%,

5% dan 10%, ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan tinggi vilj.

Tinggi vili/diameter usus benih ikan gurami pada kadar selulosa 15% dapat

mengubah penampilan vili didalam usus. Hal in1 berguna bagi ikan gurami untuk

beradaptasi dengan pakan yang mengandung serat tinggi didalam penyerapan zat-

r a t makanan untuk kelarlgsungan hidup dan pertumbuhan. Menurut Affandi et

a/

11992j peranan mikrovili didalam usus pada enterosit sebagai tempat pernyerapan

makanan. Disamping itu keadaan usus yang sangat panjang pada ikan herbivora

merupakan kompensasi terhadap kondisi pakan yang kadar seratnya tinggi dan

keadaan vilinya yang relatif rendah (Affandi et a / . 1992). Makanan ikan herbivora mengandung banyak serat sehingga memerlukan pencernaan yang leb~h lama.

Aktivitas Enzim Protease

Pengukuran aktivitas enzim protease benih ikan gurami ditakukan dua kali,

yaitu pada awal penelitian ( 0 harij dan aknir penelifian ( 6 0 hari). Tabel 4

menunjukkan rata-rata aktivitas enzim protease pada pengainatan awal dan akhir

(125)

Tabel 4. Aktifitas enzirn protease awal dan akhir penelitian pada benth ikan gurami

pada setiap perlakuan dan ulangan (U/g/menit)

Hari ke

-

i

Ulangan 5

Awal 1

0 1 2

3

Pada awal pengarnatan (0 hari), aktivitas enzim protease pada semua

perlakuan tidak rnenunjukkan adanya perbedaan (Lampiran 18). Akan tetapi pada

hari ke 60, terlihat bahwa pemberian selulosa yang berbeda datam pakan

mempengaruhi aktivitas enzim protease. Aktivitas enzim protease yang tertinggi

terjadi pada pakan dengan kadar selulosa 0% (perlakuan A), dilanjutkan dengan

perlakuan B

(lo%),

C (15%) dan yang terendah adalah pada perfakuan D (15%)

pada (P < 0,05) (Lampiran 19).

Menurut Arlian (1994) peningkatan dan penurunan aktiv~tas enzim protease

ada kaitannya dengan perkembangan alat pencernaan, dan jenis organisme

rnakanan yang dikonsumsinya (Affandi, 1993). Peningkatan aktivitas enzim protease pada perlakuan A (selulosa 0%) dan perlakuan B (selulosa 5%),

Rata-rata

Akhir

1

1

60

i

2

I

j

3

Rata-rata

disebabkan cieh rendahnya kadar selulosa pada pakan, sedangkan pada perlakuan Perlakuan I kadar selulosa

(96)

A(?

,95)

2,609 2,380 2,054 2,35+0,28a 3,724 B(5,84) 2,902 2,525 2,262 2,7320,2Oa 2,827 2,56f0,32a C(10,63) 2,191 2,989 2,393 2,073 2,482 2,46+0,38= 2,52+0,4a 3,069 3,483 D(14,72) 2,918 2,515 2,763

3,574

1

2,948

3,42+0,33a

/

3,41+0,20a 2,99+0,3gb

3,191

1

3,405 [image:125.558.92.478.97.262.2]
(126)

C (selulosa 10%) dan perlakuac 3 lselulosa 15%), aktivitas enzim protease tidak

mengalami peningkatan, hal ini o.sebabkan tingginya kadar selulosa dalam pakan.

Karakteristik serat terutarr-s struktur fisika dan kimia, mernpunyai peranan

penting dalam mempengaruhi secepatan dan tingkat degradasi serat kasar

tersebut. Adanya ikatan ester

ca-

ikatan kovalen antara lignin, pofisakarida dari

protein serat kasar, secara alarntar membentuk ikatan intrisik pada sebagian besar

struktur serat kasar, dan m e w c z q s n pembatas utama dalam degradasi, baik

degrasi selufosa maupun h e r n i s e ~ zsa (Chenson, Hatfield, dan Jung, dalam Amin

1997).

Fish (1951) dan Barringrs- ::1957), menyatakan bahwa ikan-ikan tidak

mempunyai enzim selulase. Se=a-<an Stickny dan Shumway (1974) melaporkan

bahwa enzim selulase diproduks

=

ST! mikroflora usus, yang dihubungkan dengan

aktivitas selulase di dalam u s ~ s = r n g a n jumlah selulase/bakteri selulotik atau

keduanya yang berhubungan de-ga- detritus tanaman atau inveriebrata.

Affandi

ef

a1 (1994),

rner.r

askan bahwa meningkatnya aktivitas enzim

protease pada benih ikan gurai? se-alan dengan perkembangan alat pencernaan

yang menuju ke bentuk definitive. Sezangkan Kawai dan lkada dalam Affandi

et

a1

(1994) menyatakan bahwa me-; -;.<atnya aktivitas enzim pencernaan sejalan

dengan perturnbuhan larva ikan c a z a ikan tele. Pada penelitianini, penurunan

aktivitas protease pada ikan g ~ r a - - i diduga ada kaitannya dengan tingginya

(127)

KESIMPULAN

DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kadar selulosa 5-?5% dalam pakan dapat meningkatkan rasio panjang

usus/panjang tubuh benih ikan gurami.

2 .

Kadar selulosa 15% dalarn pakan dapat meningkatkan rasio tinggi vili/diameter

usus benih ikan gurarni.

3. Kadar selulosa 0% dan 5% dalam pakan menghasilkan enzirn protease yang

teninggi benih ikan gurarni.

4. Secara keseluruhan, kadar setulosa yang terbaik adalah 5%.

Saran

Untuk mengetahui pengaruh perpanjangan usus dan peningkatan tinggi vili

akibat penambahan selulosa terhadap efisiensi pakan perlu dilakukan penelitian

(128)

DAFTAR PUSTAKA

Affand~. R, Sjafei DS, Raharjo MF dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan. Pencemaan. Pusat An

Gambar

Gambar 1. Skema pendekatan dan pemecahan rnasalah.
Tabel 1. Komposisi pakan penelitian antar perlakuan
Tabel 2. Rata-rata panjang usus/panjang tubuh ikan uji pada setiap
Gambar 3. PenampiIan histologis vili dalam usus benih ikan gurami.
+2

Referensi

Dokumen terkait

India memperoleh keuntungan tambahan dari sektor pariwisata yang menyumbang banyak kepada ekonomi India dengan meningkatkan pekerja seks terhadap anak dengan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis dapat menganalisa dan menyimpulkan bahwa pelaksanaan atribut produk harum manis

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 7 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang

Perbedaan hasil aktivitas antioksidan disebab- kan adanya perbedaan total padatan dengan penambahan kenikir pada jelly drink kenikir 5% yang lebih tinggi dibandingkan

Jumlah Guru Sekolah di Luar Lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Menurut Kecamatan, Jenis dan Status Sekolah, 2012. Number of Teachers Administered by Non Education

Pada tahap ini, dilakukan pengujian terhadap aplikasi dengan bantuan saran dalam perancangan sistem transakasi keuangan penjualan barang berbasis client server

Hasil perhitungan MCNPX ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 3 yang memperlihatkan perubahan reaktivitas teras (Δρ) sebagai fungsi ketebalan reflektor radial dengan

Dapat dilihat dari pernyataan bahwa bass elektrik di toko musik tiga negeri memiliki variasi ukuran yang beragam, bass elektrik di toko musik tiga negeri memiliki fitur atau