PENGARUHKADARSELULOSAYANGBERBEDADALAM
PAKAN TERHADAP PANJANG USUS DAN AKTlVlTAS
ENZlM PENCERNAAN BENlH IKAN GURAMl
(Osphronemus gourarny Lac.)OLEH
:
M. N A S I R
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
M. NASIR. Pengaruh Kadar Selulosa Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Panjang Usus Dan Aktivitas Enzirn Pencernaan Benih lkan Gurami (Osphronemus gouwmy Lac). Dibimbing oleh RIDWAN AFFANDI, DEDl JUSADI, dan tNG MOKOGINTA.
Penelitian ini bertujuan untuk rnengetahui kadar selulosa terbaik untuk rnemacu panjang usus, tinggi vili dan aktivitas enzim protease benih ikan gurami.
Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan llrnu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor. Wadah yang digunakan adalah akuariurn sebanyak 16 buah, masing-masing berisi air 50 liter dan rnenggunakan sistem resirkulasi. Setiap akuarium berisi 50 ekor benih ikan gurami dengan bobot awal 0,74-1,O gram. Pengarnatan dilakukan dengan selang waktu 15 hari, yaitu pada ; 0, 15, 30, 45 dan 60 hari. Jumlah sarnpel ikan gurarni dari masing- rnasing perlakuan dan ulangan sebanyak 5 ekor. Parameter yang diukur adalah rasio panjang usus/panjang tubuh, tinggi vili/d~ameter usus dan aktivitas enzirn protease. Penelitian ini menggunakan rancangan acak tengkap (RAL), dengan 4 perfakuan, yaitu kadar selulosa 0, 5, 10 dan 1596, dan 4 ulangan. Pengolahan data dilakukan dengan ujt F dan dilanjutkan dengan uji BNJ.
Hasil penelitjan rnenunjukkan bahwa panjang usus/panjang tubuh, tinggi vili/diameter usus dan aktivitas enzim protease benih ikan gurami bertambah dengan bertambahnya rnasa perneliharaan. Rasio panjang usus/panjang tubuh benih ikan gurami pada kadar selulosa 5-15% lebih besar daripada selulosa 0%.
Tinggi vili/diameter usus benih ikan gurarni tertinggi di capai pada kadar selulosa
" Karya fni kupersernbahakan kepada orang-orang
yarig
kukasihi dan berarticialam
hidupku, keharibaan ibunda, ayahanda (Aim), dan saudara-saudaraku tercinta, juga Istn' dan 6 n a kSURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :Pengaruh Kadar Selulosa Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Panjang Usus Dan Aktivitas Enzim Pencernaan Senih lkan Gurami (Osphronemus gournmy Lac)
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya
PENGARUHKADARSELULOSAYAMGBERBEDADALAM
PAKAN TERHADAP PANJANG USUS DAN AKTlVlTAS
ENZlM PENCERNAAN BENIH IKAN GURAMI
- (Osphronemus gouramy Lac.)Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi
Hmu
PerairanPROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Tesis : Pengaruh Kadar Selulosa Yang Befbeda Dalam Pakan Terhadap Panjang Usus Dan Aktivitas Enzim Pencernaan Benih lkan Gurami (Osphronemus gouramy Lac).
Nama : M. Nasir
NRP : 9 9 4 6 2
Program Studi : llmu Perairan
Menyetujui,
1. Kornisi Pembimbing
Dr. Ir. Ridw ffa di, DEA
2
Ketuah f l
Dr. I e d ~ Jusadi. M.Sc Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ing Mokogjnta, MS
Anggota
2. Ketua Program Studi llrnu Perairan
f
Dr. Ir. Kusman Sumawidjaja
a
-
\
‘
Penulis difahirkan di Matang Glumpang Dua kecamatan Peusangan Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 12 Oktober 1964, dari pasangan Teuku Umar (Alrn) dan Cut Manyak. Pendidikan sarjana diternpuh pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas Abulyatama Aceh, lutus tahun 1991. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi llmu Perairan pada Program Pasca Tarjana LPB, dan menamatkannya pada bulan Januari tahun 2002. Beasiswa pendidikan pasca sarjana di peroleh dari Proyek ARMP I1 Badan titbang Pertanian Jakarta.
Penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussafam sejak tahun 1997, dalam bidang pengkajian perikanan.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga mampu rnenyelesaikan karya iimiah ini dengan judul : Pengaruh Kadar Selulosa yang Berbeda dalam Pakan terhadap Panjang Usus dan Aktfvitas Enzirn Pencernaan Benih lkan Gurami (OspPronemus gouramy Lac). Bertempat di di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan iimu Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis rnengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir. Ridwan .\ffandi, Bapak Dr. Ir. Dedi Jusadi dan Ibu Dr. Ir. Ing Mokogita, atas segala bimbtngan yang diberikannya. Ucapan terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada Proyek ARMP 11 Badan Litbang Pertanian Jakaria, dan Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam serta seiuruh pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan penelftian Ini. Sujud baMi dan ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kehadapan ayahanda jalm), ibunda dan keluarga tercinta yang telah memberikan do'a dan rnernotivasi penulis, mulai dari dasar sampai menyelesajkan pendidikan program pasca sarjana. Terima k a s ~ h juga penulis persembahkan kepada !steri dan anak terkasih yang telah turut rnendampinyi penuiis dalam suka ban duka.
Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon taufik dan hidayahNya, semoga senantiasa dalam keridhaanNya, karya ilmiah ini semaga bermanfaat. Amin Ya Rabbal Alamin.
Bogor, Januari 2002
DAFTAR
I
S
1
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN ... I
Latar Belakang ... . . I .
Pendekatan Dan Perumusan Masalah ... 4 Tujuan Penelitian ...
.
.
...7
Manfaat Penelitian ... 7 Hipotesis ... 7
TINJAUAN PUSTAKA ... 8 lkan Gurami ... 8 Alat Pencernaan ... 8 Usus ... 9
Selulosa ...
$0
Serat Kasar ... 13 Enzim ... 16 Adaptasi Alat Pencernaan Terhadap Jenis Pakan ... 16
Kebutuhan Nutrisi lkan Gurami ... 17
Kualitas Air ... 19
BAHAN DAN METODE ... 22 Tempat dan Waktu Peneiitian ... 2 2 Pakan Uji ... 22 Pemeliharaan lkan ... 2 4 Peubah yang diamati ... 2 5 Analisis Statistika ... 27
HASlL DAN PEMBAHASAN ... 28 Panjang Usus I Panjang Tubuh ... 28
Tinggi Vili / Diameter Usus ... 31 Aktivitas Enzim Protease ... 33
KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
Kesimpulan ... 36 Saran ...
36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
DAFTAR TABEL
1 . Komposisi pakan penetitian antar perlakuan ... 23
2. Rata-rata panjang ususlpanjang tubuh ikan uji pada setiap perlakuan dan ulangan selama penelitian ... 28
3. Rata-rata tinggi vili/diameter usus (96) benih ikan gurarni pada setiap
perlakuan dan ulangan pada hari ke 60 ... 31
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Halarnan
1 . Prosedur pembuatan pakan percobaan ... 41
2 . Prosedur anatisis proksimat kadar protein ... 42
3 . Prosedur analisis kadar lemak pakan ... 43
...
4 . Prosedur analisis kadar abu pakan 43
... 5 . Prosedur anatisis serat kasar pakan 44
... 6 . Prosedur analisis kadar air 44
. . . 7 . Prosedur analisis analisis aktivitas protease 45
. . . 8 . Prosedur pengamatan anatomi rnikro vili (hestologis) 46
9 . Rata-rata panjang tubuh ikan uji selama penelitian pada setiap perlakuan dan ulangan dengan sefang waktu pengukuran 15 hari sekali ... 47
30 Rata-rata panjang usus ikan uji selama penelitian pada setiap perlakuan dan ulangan dengan selang waktu pengukuran 15 hari sekali ... 48
11 . Tinggi vili / diameter usus benih ikan gurami pada hari ke 60 di setiap perlakuan
dan ulangan selama penelitian
(96)
... 4912 . Analisis statistik terhadap panjang usus b-nih ikan gurami pada 0 hari ... 50
13 . Analisis statistik terhadap panjang usus benih ikan gurami pada 15 hari ... 50
14 . Analisis statistik terhadap panjang usus benih ikan gurami pada
...
hari ke 30 50
15 . Analisis statistik terhadap panjang usus benih ikan gurami pada
hari ke 45 ... 51
16 . Analisis statistik terhadap panjang usus benih ~ k a n gurarn~ pada
hari ke SO ... 51
17 . Analisis statistik terhadap tinggi vili benih ikan gclrami karena pemberian kadar selulosa yang berbeda dalam pakan ... 52
18 . Analisis statistik terhadap aktivitas enzim protease pada awal penelitian ...
19 . Analisis statistik terhadap aktivitas enzim protease pada awal penefitian 60 hari ... 52
20 . Rata-rata kualitas ail- selama penelttian pada semua perlakuan dan ulangan ... (sistern sirkulasi) dengan selang waktu pengukuran 15 hari sekali 53 21 . Bobot rata-rata panjang usus ikan uji selama penelitian pada setiap perlakuan
dan ulangan dengan selang waktu pengukuran 15 hari sekali ... 54
PENDAHULUAN Latar Belakang
ikan gurami (Ospbronemus gouramy Lac) merupakan salah satu jenis ikan
air tawar yang digernari oleh masyarakat karena rasanya lezat, ha1 ini ditandai
dengan sernakin meningkatnya permintaan, meskipun harga lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai salah satu jenis ikan
yang bern~lai ekonomis tinggi, ikan gurami rnendapatkan tempat tersendiri bagi
petani ikan dalam upaya peningkatan pendapatan. Namun kenyataannya tidak
seperti diharapkan, karena dalam membudidayakannya, untuk rnencapai ukuran
konsumsi, ikan gurarni mernbutuhkan waktu yang relatif lama. Hal ini disebabkan
pertumbuhan ikan gurarni sangat lambat sehingga produksi ikan gurami per satuan
waktu relatjf kecil bila dibandingkan dengan ikan mas ( Sitanggang,
M.
1999).Berbagai upaya sudah dilakukan untuk rneningkatkan pertumbuhan ikan
gurami, diantaranya adalah dengan perbaikan nutrisi, dan Iingkungan. Upaya
meningkatkan perturnbuhan dengan perbaikan nutrisi dan lingkungan (kualitas air,
suhu, dan sebagainya) sudah banyak dilakukan, namun hasil yang didapatkan
belum rnaksimal. Hal ink berarti, ada faktor lain yang perlu dikaji untuk mengetahui
penyebab pertumbuhan ikan gurami yang lambat, dengan kata lain perlu
mencermati faktor fisiologis dari ikan tersebut. Faktor-faktor fisiologis ini berkaitan
dengan proses pencernaan seperti panjang usus, tinggi vili dan aktivitas enzim
pencernaan (Affandi et
a/.
1994).Dalam proses pencernaan komponen yang terlibat adafah bahan yang
djcerna (pakan), tempat pencernaan dan penyerapan nutrien (sruktur slat/ saluran
diuraikan oleh enzim, yang salah satunya adalah protease. Besamyahingginya
aktivitas enzirn ini berkaitan dengan struktur alat/saluran pencemaan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan ikan gurami dikaji dari aspek fisiologis adalah mernodifikasi saluran
pencernaan, dalam ha1 ini perpanjangan usus, karena dengan bertambah
panjangnya usus atau saluran pencernaan, akan meningkatkan efektifitas proses
pencernaan, sehingga kecernaan pakan dan penyerapan zat-zat yang terkandung
dalam pakan lebih optimal. Pencernaan dan penyerapan pakan akan
rnempengaruhi ketersediaan nutrien dan energi untuk metabolisrne, pada akhirnya
akan rnempengaruhi perturnbuhan. Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam
upaya memicu perpanjangan usus ikan gurarni adalah dengan pemberian pakan
berserat tinggi (selulosa). Panjang usus akan berubah bila kandungan bahan
pakan yang diberikan sulit dicema seperti selulosa.
Ikan gurami rnerupakan salah satu jenis ikan yang banyak memanfaatkan
tumbuhan air sebagai sumber pakannya di alam. Turnbuh-tumbuhan air pada
dasarnya banyak mengandung sefufosa yang tinggi. Seiulosa int rnerupakan
kerangka sel tanaman yang terdiri dari banyak molekul glukose. Pada beberapa
jenis ikan, selulosa tidak dapat dicerna dengan baik karena keterbatasan
kemampuan alat pencernaannya. Narnun di dalam formulasi pakan buatan,
selulosa ini juga sering dipakai sebagai "bindef' antara lain dafarn bentuk
"carboxymethyl cellulose" (CMC) untuk memperbaiki struktur pakan.
lkan gurarni rnampu memanfaatkan daun-daun tumbuhan seperti talas
(Colocasia antiquarum) dengan baik sebagai sumber pakannya. Pernanfaatan
et
al. 1894). Kernarnpuan ikan gurami untuk mernanfaatkan turnbuh-tumbuhansemakin tinggi dengan semakin membesarnya ikan. Tingkat kecernaan nutrien
dari tumbuh-tumbuhan tersebut sangat berkaitan dengan kemarnpuan dan alat
pencernaan ikan seperti aktivitas enzim. panjang usus dan keadaan vilinya
(Affandi
ei
al. 1992).lkan herbivora urnurnnya merniliki usus yang lebih panjang dari ikan
karnivora dan ornrnivora. Pada ikan herbivora, panjang usus beberapa kali lipat dari
panjang tubuhnya sehingga posisi usus ini dalam rongga perut rnenjadi melingkar-
I~ngkar. Keadaan usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan
kompensasi terhadap kondisi pakan yang kadar seratnya tinggi dan keadaan
vilinya yang relatif rendah (Affandi et al. 1992). Pakan ikan herbivora mengandung
banyak serat kasar sehingga memerlukan pencernaan yang lebih lama.
Selulosa adalah salah satu kompanen yang banyak terdapat dalarn tumbuh-
tumbuhan, diduga sangat berperan dalarn proses perkernbangan alat pencernaan
ikan gurarni yaitu sebagai salah satu respon ikan terhadap pengaruh lingkungan
(pakan). Menurut Mathavan, Vivekananda dan Pandian dalarn Tytler dan Calow
(1985). Pemberian suplemen pada hewan dapat rneningkatkan laju pencernaan
sehingga terjadj peningkatan efisiensi absorbsi/penyerapan pada T. mossarnbica.
Pada pernbertan pakan secara tersendiri yakni hanya berasal dari tanaman atau
detritus saja, efisiensi penyerapan nutrien pada ikan herbivora atau detritivora lebih
rendah dibandingkan dengan ikan karnivora. fkan herbivora seperti T. rnossambica
jika diberi pakan yang terdiri dari hewan, tanarnan maupun unsur-unsur "detrital"
lainnya, menunjukkan suatu tingkat efisiensi absorbsi berturut-turut 95, 79 dan
--
sngandung komponen hewani dengan protein tinggi dapat rnengkornsurnsi pakan+21h tinggi, dan mampu menyerap sejumlah bahan-bahan asal turnbuhan dan
zstrital secukupnya sehingga dapat rnemenuhi kebutuhan energi dan materi
--stabolismenya (Menzul, Kitchell dan Windell dalam Tytler dan Carow 1985).
, ??uk rnengetahui secara pasti pengaruh selulosa terhadap perubahan struktur alat
2sncernaan (usus), penampilan vili dan aktivitas enzim protease benih ikan gurarni,
--:aka perlu dilakukan penelitian dengan penggunaan berbagai kadar selulosa
-
,ciain-
pakanPendekatan dan Perumusan Masalah
Untuk dapat hidup normal dan tumbuh dengan baik, ikan gurami
--~rnerlukan kondtsi lingkungan yang optimat dan materi serta energi yang
-!peroleh dari pakan cukup, namun sampai saat ini tingkat pernanfaatan pakan
-/-=nderung masih rendah. Rendahnya tingkat pemanfaatan pakan tersebut
eisebabkan oleh tidak optimalnya keberadaan atau aktivitas enzim yang
~jisekresikan oleh saluran pencemaan (usus), sehingga pgrnanfaatan pakan oleh
? a n tidak efisien, pada akhirnya pertumbuhan menjadi lambat.
lkan guram~ merupakan salah satu jenis ikan air tawar pernakan tumbuh-
tumbuhan yang mempunyai usus pendek, berkisar antara 2,5 kali panjang
t~ibuhnya. Kondisi usus yang pendek mengakibatkan proses pencernaan dan
absorsi .atau penyerapan zat-zat makanan menjadi rendah. Maka perlu dilakukan
suatu pengkajian untuk perpanjangan t~sus benih ikan gurarni. Upaya yang dapat
d~lakukan dalam rnasalah ini adalah penarnbahan kadar selulosa yang berbeda
Selulosa merupakan salah satu bahan yang perlu dikaji da!arn komposisi
pakan ikan, karena dalarn pakan buatan biasanya rnenggunakan bahan pakan
alami yang berasal dari turnbuhan yang banyak rnengandung selulosa yang tidak
dapat dicema oleh ikan, padahal untuk turnbuh dengan baik, ikan gurarni hanya
dapat rnentoleransi selufosa dalam jumlah tertentu.
Ada dugaan bahwa pemberian selulosa dengan kadar tertentu dalarn pakan,
akan rnenyebabkan ikan melakukan strateg~ adaptasi dengan cara memperpanjang
usus, merubah penampilan vili dan maningkatkan aktivitas enzirn dalarn saluran
pencernaan. Dengan psmanjangan usus diduga dapat meningkatkan lamanya
pakan berada dalam saluran pencernaan sehingga nutrien dapat diserap
(diabsorbsi) lebih banyak. Pembahan penarnpilan vili dalam bentuk pemanjangan
dan perbanyakan tonjolan vili juga dapat rneningkatkan absorbsi nutrien, karena
luas permukaan vili semakin meningkat, dernjkian juga dengan aktivitas enzim
protease.
Adapun skerna pendekatan permasalahan pada penelitian ini dapat dilihat
Karbohrdrat (seiuiosa,
I.
I I I I
t
Kadarselulosa
Kecernaan
&-
Proses [image:97.529.74.457.65.379.2]nutrien pencernaan
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kadar selulosa yang dapat meningkatkan panjang usus,
tinggi vili dan akiivitas enzim protease benih ikan gurami.
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi tentang kadar selulosa yang tepat dalam pakan untuk
memperpanjang usus, mempertinggi vili dan meningkatkan aktivitas enzim
protease, daiam kaitannya dengan upaya meningkatkan kemampuan pemanfaatan
pakar: pada ikan gurami
Hipotesis
Pemberian pakan dengan kadar
selulosa
tertentu dapat meningkatkanT I N J A U A N PUSTAKA lkan Gurarni
Di Indonesia, ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) disebut juga gurameh. kalu, kalva. kalui, kalowo. Penyebaran ikan ini meiiputi Indonesia,
Thailand. Malaya, Kamboja, Vietnam yang selanjutnya disebar ke India, Pakistan,
Srilangka, Filipina dan ke banyak daerah di luar lndo Pasifik. Khusus di Jawa
budidaya jkan gurame telah dikembangkan pada tingkat tinggi dan telah diekspor ke
beberapa negara sepertj India, Filipina dan Ceylon. Gurarni dari Ja~va disebarkan
ke Sulatvesi (Tondano) pada tahun 1900, ke natras pada tahun 1916 dan ke Manila
pada tahun
.I
926 (Ardiwinata 1981 ).ikan gurami tahan terhadap kandungan oksigen rendah. karena mempunyai
alat pernapasan tambahan , labyrinth.
Di
daerah tropis ikan ini dapat dibudidayakanhingga ketinggian 800 meter diatas permukaan laut Pertumbuhan terbaik diperoleh
pada suhu air antara 24
-
28°C Suhu air 15°C akan mernbatasi peitumbuhan danreproduksinya (Hora dan Pillay $9623.
Atat pencernaan
Sepeci halnya pada hewan lain, alat pencernaan pada ikan terdiri dari
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Pada umumnya saluran pencernaan
ikan terdiri dart segmen-segmen berikut : mulut, rongga muiut, faring, esophagus,
lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri
dari hati dan pancreas (Affandi et
a!.
1992).Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk
tubuh, kebiasaan pakan dan kebiasaan memakan (katagori ikan) serta umur (stadia
berbeda bentuk tubuhnya dapat dilihat rnisalnya ~ k a n belut (Monopterus albus)
dengan ikan bawal (Pampus sp.). Walaupun ke dua jenis ikan tersebut terrnasuk
katagori yang sama yaitu karnivora, karena bentuk tubuhnya berbeda maka
struktur anatornis alat pencernaannya berbeda. Berdasarkan kebiasaan pakannya.
ikan dibagi dalarn 3 katagori yaitu ; lkan herbivora, ikan-ikan yang sebagian besar
pakannya terdiri dari turnbuhan ; ikan karnivora, ikan-ikan yang sebagian besar
makanannya terdiri dari hewan; dan ikan omnivora, ikan-ikan yang rnakanannya
terdiri dari turnbuhan dan hewan. Perbedaan struktur anatornis alat pencernaan
pada ketiga ikan tersebut jelas terl~hat. Perbedaan yang rnenyolok di antara ketiga
katagori ikan tersebut terletak pada struktur tapis insang, struktur gigi pada rongga
mulut, keberadaan bentuk larnbung, dan panjang usus (Affandi et
a/.
1992).Usus
Saluran pencernaan yang paling panjang pada ikan adalah segrnen usus.
Bentuk dan diameter usus ikan relatif homogen, rnaka usus hanya dapat dibedakan
menjadi usus depan dan usus belakang. Panjang usus ikan bervariasi dan
berhubungan erat dengan kebiasaan makannya. Keadaan usus yang sangat
panjang pada ikan herbivora rnerupakan kornpensasi terhadap kondisi pakan yang
kadar seratnya tinggi dan keadaan vilinya yang relatif rendah (Affandi e t a l . 1992).
Makanan ikan herbivora rnengandung banyak serat sehingga rnernerlukan
pencernaan yang lebih lama.
Pada bagian depan usus terdapat dua saturan yaitu saluran yang berasal
dari kantung ernpedu (ductus choledochus) dan saluran yang berasal dari pancreas
(saluran pancreas). Pada ikan yang pankreasnya menyebar pada organ hati
cairan empedunya terkandung jenis enzim hidrolitik dan garam bikarbonat yang
berasal dari pancreas. Adanya saluran empedu (ductus choledochus) dan saluran
pancreas yang bermuara ke bagian usus depan rnenunjukkan bahwa di segrnen
usus depan masih terjadi proses pencernaan rnakanan. Sedangkan keadaan usus
yang panjang, vili-vili yang cukup tinggi dan bercabang-cabang serta adanya micro
vili pada sel penyerap (enterocyte) rnemper!ebar adanya pelipat gandaan luas
perrnukaan usus. Hal ini ditunjang oleh kenyataan bahwa sel yang dominan di
segrnen usus tersebut adalah enterosit yang berfungsi untuk rnenyerap zat
rnakanan khususnya di bagian usus depan dan tengah, rnaka usus merupakan
ternpat terjadinya proses peyerapan zat makanan (Affandi
ef
al. 1992).Selulosa
Selulosa merupakan kerangka sel tanaman. Selulosa seperti pati, yang
terdiri dari banyak molekul glukosa. Molekul-molekul selulosa ini tidak bercabang
dan berbentuk amilosa. Tidak larut dalarn larutan biasa (air). Pati dapat dicerna
oleh proses pencernaan ikan, sedangkan selulosa tidak, karena ikan tidak
mempunyai enzim untuk menghidrolisis selulosa. Hewan ruminansia dapat
memanfaatkan selulosa karena dalam rurnen terdapat bakteria yang dapat
mencerna selulosa (Cristian dan Greger 1985).
Selulosa adalah polimer 6-glukosa dengan ikatan 6-1-4 di antara satuan
glukosanya. Selulosa berfungsi sebagai bahan struktur daiam jaringan turnbuhan
dalam bentuk campuran polirner hornolog dan biasanya disertai polisakarida lain
dan lignin ini yang tidak di cerna dalam jumlah yang beragam. Molekul selulosa
(Garnbar 2) memanjang dan kaku. Gugus hidroksil yang rnenonjol dari rantai dapat
batas tertentu. Kekristalan selulosa tejzar ~ a i a x daerah terbatas. Gaerah
kekristalan lebih rapat den lebih tahan terhadap
eivirn
dan pereaksi kimia dari padadaerah nonkristal. Daerah kristai menyerap 2 . 7 dengan jelek. Derajat kekris:alan
yang tinggi menyebabkan modulus kekenyalan sangat meningkat dan daya regang
serat selulosa menjadi lebih besar dan n?sngaaba;kan pakan yang mengandung
selulosa [ebih liat. Daerah selulosa amori 7rKyerap air dan menggembung.
Pemanasan selulssa dapat rnengakibatkan pe-g~irangan ikatan hidrogen sscara
terbatas, jadi menyebabkan penggembungar~ :?r:!i besar karena kandungan bentuk
kristal menurun (Geman 1997). Daerah gel amorf selulosa dapat ma!:in Srisifat
kristal jika air dihilangkan dari pakan. Fen~sringan pakan yang mengandung
selulosa, seperti sayur, ditpat menyakibaikan makin liat, plastisitas dan daya
gembung menurun {Dernan, 1997).
Makanan herbivora tidak mudah dicerna Sia dibandingkan dengan makanan
ikan-ikan pemakan hewan karena dindit-ry sei d a n senyawa strukturalnya dari
tanarnan tesebut terbuat dari polisakarida denga- berat molekulnya seperti seiulosa
dan lignin dimana structural ini sulit untuk oiiiraikan secara enzimatis Telah
diketahui bahwa vertebrata tidak memproduksi selulase
jenzim
menghidrolisisselulosa). tetapi mencerna bahan tanaman melaiui ferrnentasi rnicrobiai usus Hal ini masih belum jelas, meskipun ada sejumlah rdiisan yang berhubungan dengan
masalah tersebut yaitu apakah
ikan
rnempunyai enzim selulase. atau kemungkinanikan mens~ntesis enzim selulotik sendiri. Migita dan Hashimoto 11949) menemukan
aktivitas selulase dalam saluran pencernaan Goldfish (Carassius auratrrs ), f i s h
dan Barringion (195.1) menyatakan bahwa ikan-ikan tidak mernpunyai enzim ini.
mikroflora usus, dimana peneliti fainnya menghubungkan aktivitas selulase dalam
usus dengan jumlah selutaselbakteri selulotik, yang berhubungan dengan detritus
tanarnan invertebrata. Shcherbina dan Kazlauskene (1971) menernukan baik
mengenai selulase endogenous maupun selulase microbial dalarn usus ikan
common carp. Hasil penelitian pada ikan grass carp menunjukkan bahwa
pencernaan selulosa oleh ikan grass carp disempurnakan melafui enzim exogenous
yang dimakan bersama makanan buatan berbentuk pellet dengan kandungan
selulotik lebih tirrggi 18 % yang berasal dari tanaman.
Menurut Das dan Tripathi (1991j ierjadi suatu kemunduran drastis dalam aktivitas selulase ketika ikan grass carp diberi pakan dari makanan yang
mengandung tetrasiklin. Narnun mereka mengemukakan bahwa organisme
microbial yang mernproduks~ selulase dapat dimatikan oleh perlakuan tetrasiklin.
Sebagian besar ikan herbivora, dari rnanapun surnber aktivitas se\ulasenya.
mempunyai proses enzimatik tidak kuat untuk merusak dinding sel tanaman untuk
pencernaan selanjutnya. Ikan-ikan sangat bergantung pada mekanisrne lain untuk
merusak dinding sel seperti hydrolysis asarn atau trituration mekanis. Adaptasi
morfoiogi dari pencernaan makanan pada mekanisme ini telah dijelaskan
sebelumnya.
Hidrolisis selulosa menghasilkan selobiosa dan akhimya glukosa. Sifat
ikatan
t
-
4 telah dipastikan dengan cara difraksi sinar-X dan berdasarkankenyataan bahwa ikatan itu hanya dapat diuraikan oleh P-glukosidase. Jumlah
satuan glukosa atau derajat polirnerisasi (DP) selulosa beragam dan dapat
setinggi DP 10.000, dan berbobot melekul 1,620,000.
Sifat kristal serat selulosa dapat ditunjukkan dengan mudah dengan cara
pemeriksaan memakai mikroskop polarisasi. Difraksi terdiri atas dua satuan
selobiosa.
Serat
kasar
Serat makanan (dietary fiber) yang biasanya dikonsumsi manusia, berbeda
dengan serat kasar. Serat kasar terutama terdiri dari hgnin dan seluiosa,
merupakan bahan atau materi yang tertinggal setelah bahan makanan tersebut
mengalami proses pemasakan dengan asarn keras dan basa keras. Serat kasar,
kecuali lignin dan selulosa juga mengandung hemiselulosa , gum dan pectin dan
beberapa karbohidrat lain yang biasanya tidak dapat dtcerna ikan.
Adapun yang dimaksud dengan serat kasar adalah sisa bahan makanan
yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam keras dan basa keras
selama 30 menit berturut-turut dalam prosedur yang dilakukan di laboratorium.
Suatu rnetode untuk menganalisa kandungan serat dalam makanan ialah
melalui proses penyabunan yang dapat memisahkan beberapa komponen
karbohidrat secara berurutan dan dapat diketahui jumlah setiap komponen tersebut.
Jumlah keseluruhan komponen ini dikenal dengan " neutral detergent fiber" (NDF),
Beberapa masalah yang timbul pada manusia akibat kurangnya jumlah diet
serat antara lain penyakit jantung koroner, diabetes, kanker usus, divertikulosis,
hiatus hernia, konstipasi dan penyakit lain dalam saluran pencernaan. Peran utama
serat dalam makanan adalah dalam kemampuannya mengikat air selulosa dan
pectin . Dengan adanya serat, membantu mempercepai sisa-sisa makanan melalui
saiuran pencernaan untuk diekskresikan keiuar. Tanpa bantuan serat, feses dengan
kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami
kssukaran keluar melalui usus besar.
Beberapa peneliti membuktikan pada rnanusia bah~va rendahnya kadar
kholesterol dalam darah ada hubungannya dengan tingginya kandungan serat
dalam
makanan. Makanan dengan kandungan serat yang tinggi juga dilaporkandapat rnengurangi bobot badan karena serat dalam makanan akan tinggal dalam
saluran pencernaan daiam waktu relatif singkat. sehingga absorpsi zat makanan
berkurang. Kecuali makanan
yang
mengandung serat yang relat~f tinggi akanmemberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat komplek yang
menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan.
Tingkat serat kasar yang optimai pada hewan monogastrik berkisar antara
15 - 20 persen (Cheeke 1982), namun dengan tingkat 12
-
14 persen serat kasardalam ransum sudah dapat diterima oleh hewan monogastrik (Lang 1981).
Selanjutnya dikatakan bahwa kadar serat kasar yang lebih rendah dari 12 persen
akan mengakibatkan terganggunya pencernaan, dan tingginya kematian serta
konsumsinya rendah. Cheeke {I 98 1 j melaporkan bahwa pertumbuhan rata-rata
akan tinggi dan mortalitas akan menurun bila aaiam ransum hewan monogastrik
letih tinggi atau rendah Makin tinggj serat kasar akan mengakibatkan konslimsi
meningkat, tetapi efisiensi makanan dari lan~ak karkas akan menur-un (Lebas
1975).
Kemampuan hewan dalam mencerna serat kasar bergantung pada
banyaknya bakteri yang dikandung dalam alat pencsrnaannya ( t a n g 198.1).
Hewan monogastrik pemakan hijauan yang mempunyai lambung sederhana serta
cecum dan colon yang besar yang mempunyai kesamaan fungsinya dengan rumen
pads sapi dan domba (Cheeke 1982).
Hewan monogastrik ternyata baik da!am mencerna protein dan lemak.
serjangkan untuk serat kasar koefisien cernijrtya rendah bila dibandingkan dengan
iernak r-iminansia (Lang 1981) Bila kand~rngan serat kasar dalam tahan makanan
I
naik akan mengakibatkan koefisien cerns semtn zat makanan akan menLirun
(Slade dan Hinz 1969) Koefisien cerne cellulose, hemicellulosa dan lignin dan
beberapa spesies tanaman menunjukkan bahwa hewan monogastrjk (Kuda, marmut dan kelrncij, lebih rendah koefisien cernanya dibandingkan denyan hewan
nonruminansia seperti ; b a b ~ dan tikus (Fonnesbect ct
al,
1974). Slede dan Hinz!
'1969) telah membandingkan koefisien cerncr hahan oiganik, protein kasar, seratkasar dan er~ergi tefhadap k~rda, kelinci dan marmut. Dari hasil peneliiian tersebut
kelinci da!am hal mencerna protern sama bonyaknya dengan kuda dan marrnut,
nsmun ur:tuk bahan oryanik, serat kasar dan er,e;gi ternyata lebiti renddh kelinci.
Koiisumsi makanan dan pencernaan ternyata dipengaruhi oleh kandungan
serat kasar dari bahan makanan (Lang I S 8 1 J bsrsarnaan dengan tingkat konsumsi
makanan rjapat memp2ngaruhi koefisien cerna (Miller et
a / .
1954). Pemberian 15kenaikan bobot badan bila dibandingkan dengan tingkat 12 persen serat kasar
dalam ransum hewan monogastrik (Lang 1981).
Enzirn
Enzim atau fermen merupakan suatu senyawa biologis yanp sangat penting
dari protein. Enzim tergotong katalisator untuk sel-sel hidup yang daya kerjanya
bersifat spesifik. Semua perombakan zst makanan organisme hanya dapat terjadi
jika didalamnya terdapat enzim (Kusnawidjaja 1987).
Enzim adalah suatu zat yang terdapat dalam sel hidup yang menyebabkan
berlangsungnya reaksi-reaksi yang sangat kompleks secara terus menerus dengan
kecepatan yang sangat tinggi serta terarah. Menurut Girindra j 1986). enzim adalah
sua!u zat yang disintesis daiam sel, yang dapat mempercepat suatu reaksi
termodinamika sedemikian rupa sehingga kecepatan suatu rreaksi dapat berjalan
sesuai denyan proses biokimia yang dibutuhkan untuk mengatur kehidupan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa enrim merupakan suatu keiompok protein yang
be~peran penting dalam proses aktivitas biologis dan merupakan katalisator dalam
sei dan sifatnya sangat khas (Girindra 1986).
Adaptasi Alat P e n c e r n a a n f e r h a d a p J e n i s P a k a n
Kecernaan bahan pakan oleh ikan sering dibatasi pada energi yang dapat
dicerna, yaitu didefinisikan sebagai energi da!am pakan yang dikonsumsi (energi
yang masuki dikurangi dengan energi yang dikeluarkan didaiam feces (NRC 1983).
Enzim yang mencerna karbohidrat pada ikan dihasilkan oleh pyloric caeca,
pancreas. dan mukosa usus. Salmon rnenghasiikan enzim pencernaan diantaranya
maltase, sukrase, lactase, dan amilase yang digunakan untuk memecah karbohidrat
rainbow trout. dan chinook salmon berbeda-beda (Phillips et ai. daiam NRC
1983).
lkan herbivora maupun detritivora yang diberi pakan khusus yang
mengandung komponen hewani dengan protein tinggi dapat mengkosurnsi pakan
lebih tinggi, dan mampu menyerap sejumlah bahan-bahan asai tumbuhan dan
detrital secukupnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi dan materi untuk
metabalismenya (Menzel. Kitchell dan Windell dalarn Tytler and Caiow 1985).
Kebutuhan Nutrisi Benih lkan Gurarni
Kebutuhan nutrjsi ikan guramj pada sepuluh hari pertama masih dipenuhi
oleh kuning telurnya. Selanjutnya ikan gurame yang berupa larva memakan pakan
alami seperti rotifera dan infusuria (Mokoginta e t a / . 1934). Ukuran benih 3,5
-
5.5cm mempunyai kecenderungan memakan larda serangga, crustacea dan
zooplanlcton yang berukuran besar, tetapi juga memakan potongan-potongan
material turnbuhan yang lunak. Pada waMu dewasa terutama memakan daun
tanaman yang terdapat pada pematang-pematang dan pinggiran kolam. Selain itu
juga memakan bijian-bijian dari tanaman, serta memakan anai-anai. belaiang,
caring dan katak. Selanjutnya bita dipelihara didalam kniarn dapat diberi pakan
buatan (Hora dan Pillay 7962). Pernberian pakan buatafi sudah diketahui
memberikan pertumbuhan lebih baik dibandingkan daun cente pada ikan gurame
(Harnid 1992). Sedangkan menurut Ang et
a / .
(1989); ikan gurami dewasa padaumumnya bersifat herbivora, rnemakan tanaman lunak seperti Hydrjlfa sp,
lpomaea
aquatica dan daun yam
(Cobcasia antiquorum),
walaupun cenderung menjadi omnivora pada waktu tertentu, yang memakan udang-udangan , ikan kecil danmencerna dengan baik material yang berasal dari tumbuhan. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk s~stem budidaya intensif pakan dalarn bentuk pelet yang berkualitas
baik dikehendaki untuk dapat berhasil dalarn budidaya ikan ini.
Pernberian pakan buatan dapat diberikan pada benih yang umurnya lebih
dari 50 hari atau yang bemkuran 2
-
3 cm (0.27 gram) ke atas, sebab pada umurtersebut struktur anatornis dan histologis pencernaannya sudah sempuma
(Mokoginta et a / . 1994). Selanjutnya Mokoginta, Suprayudi dan Setiawan (1995)
melaporkan bahwa benih gurarne berukuran rata-rata 0,15-0,27 gram mernerlukan
kadar protein pakan 43.29% dengan rasio energi protein C/P 8 k ~ a i DEfg protein,
surnber protein yang digunakan kasein dan gelatin, dan laju perturnbuhan yang
dicapai 6,3796. Sedangkan penelitian Arlia (1994) terhadap benih ikan gurarni berukuran 0.53 gram dengan kadar protein pakan 35% dengan C/P 7,9 kkal DE/g
protein, serta surnber protein yang digunakan berasal dari tepung ikan, laju
perturnbuhan yang dicapai adalah
3,27%.
Selanjutnya pada ukuran dewasa,pakan buatan rnerupakan pilihan utama dalam budidaya ikan gurami secara
intensif.
Menurut Woynarovich dan Horvath (1980) larva ikan gurami pada hari ke
lima setelah rnenetas mulai memakan organisma kecil sepeti lnfusuria (Ciliates).
Larva gurame biasanya diberi pakan berupa kultur Paramaecium, sedangkan
zooplankton berukuran kecil diberikan ke benih yang berumur sekitar 10 hari
setelah benih mulai rnakan. lkan gurami yang berumur-10 hari dengan bobot
tubuh 10 rng dapat memanfaatkan pakan buatan tetapi mengaiami pertumbuhan
lebih rendah dibandingkan pakan alami. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan yang diberikan pakan buatan. Namun demikian larva ikan
gurami yang diberikan 100 O h pakan buatan dapoat menghasilkan kelangsungan
hidup 93,3% (Wahyudi dan Lim 1995). Tan (19133) melaporkan bahwa juvenil ikan
gurami dapat menghasilkan perfurnbuhan terbaik bila pakan buatan mengandung
40% protein. Penelitian lain rnenunjukkan bahwa benih jkan gurami berukuran raia-
rata 0,15
-
0,18 gram memerlukan kadar protein pakan 43,29% dan rasio energiprotein 8 kkallgrarn protein, serta sumber piotein yang digunakan berasal dari
kasein dar~ gelatin, laju pertumbuhan yang dicapai zdalah 6.37% (Lestari, 19943.
Sedangkan penelitian Arlian (19943 ie~itadap benih ikan gurami berukuran rata-rata
0,053 gram dengan kadar protein pakan 35.00% dan rasio energi protein 7,9
kkal/gram protein, serta sumber protein yang digunakan berasal dari tepung ikan,
laju pertumbuhan yang dicapai adalah 3.21%.
Kualitas A i r
Air adalah media yang sangat penting didalarn budidaya ikan. A I ~
merupakan media hidup yang mengandung sifat fisika dan kimia yang dapat
mempertahankan kehidupan ikan. Sifat kimia dan fisika yaitu, suhu, oksigen
terlarut, pH, amonia dan alkalinitas. Tsmperatur dalam air adalah faktor yang
sangat penting dalam perairan untuk semua organisme perairan, karena
berpengaruh langsung terhadap periurnbuhan dan laju rnetabolisme (Brovvrn 1957).
Suhu optimum yang mendukung pertumbuhan ikan gurami adalah 2 4
-
28 ' C (Horadan pillay 1962). lkan gurami sangat sensitif terhadap suhu rendah dan cocok
dalam perairan tropis (Jhingran 1975) sedangkan oatas suhu yang terendah untuk
pertumbuhan dan reproduksi gurami adalah 15 C (Jhingran 1975; Hora dan Pillay
-
31 "C. Faktor kimia yang sangat penting dalam perairan untuk semua organismeaerobik dalam proses metabolismenya adalah oksigen.
Oksigen terlarut yang cukup sangat djbutuhkan oleh ikan untuk hidup dan
pertumbuhannya. Kebutuhan oksigen terlarut setiap organisme perairan sangat
bervariasi bergantung kepada umur, ukuran dan kondisinya (Boyd 1979). Menurut
Swingle dalam Wardoyo (1975), kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l dalarn
perairan sudah rnendukung kehidupan organisrne perairan secara normal.
Selanjutnya Syvester dan NTAC dalarn Wardoyo (1975) rnenyatakan bahwa agar
kehidupan iebih layak di dalarn kegiatan perikanan agar berhasil maka kandungan
terlarut tidak boleh kurang dari 4 mg/lt. Menuntt Novenny dan Lirn (1986) pada
benih ikan gurarni urnur 10 hari dengan bobot awal 10 mg nilai oksigen terlarut
yang didapat antara 4.21
-
5.43 dapat rnemberikan perturnbuhan dan kelangsunganhidup yang baik. Namun dernikian ikan gurarni tetap dapat hidup dengan baik pada
perairan yang kandungan oksigen terlarut rendah . Hal ini mungkin ikan gurami
rnempunyai alat pernapasan tarnbahan disebut labyrinth, yang dapat mengarnbil
oksigen fangsung dari udara.
Kemarnpuan organisrne perairan untuk rnentolelir perubahan p H sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, suhu, oksigen terlarut, toleransi terhadap
iklim dan jenis maupun ukuran organisme air (Pescod 1973). Narnun demikian
perairan yang ideal bagi perikanan adalah yang pH airnya berkisar dari 6.5
-
8.5(Swingle dalam Wardoyo, 1975). Pengaruh pH air dalarn kehidupan ikan adalah
sebagai berikut ; air dengan pH 4 akan mematikan ikan, pH antara
6.5
-
9.0 balkuntuk budidaya, sedangkan lebih dari 9.5 berbahaya dan pH 11 dapat mernatikan
Arnon~a adalah racun bagi ikan. Daya racun ammonia meningkat pada pH
yang tinggi. Secara ideal konsentrasi NH3 yang terkandung dalam air tidak boleh
lebih dari 1 ppm.
Konsentrasi alkalinitas adatah menggambarkan kandungan basa yang dapat
dititrasi dengan asam kuat,seperti basa dari katioli
M g ,
K, Na. NH4 dan Fe yangpada umumnya bersenyawa dengan karbonat dan bikarbonat, asarn lernak dan
hidroksil (Wardoyo 1975). Besarnya nilai alkalinitas dalam suatu perairan
rnenunjukkan kapasitas penyangga perairan tersebut dapat pula digunakan sebagai
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelltian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2001 dan berakhir bulan Juli
2001. Eerternpat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan
llmu Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor.
Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan berupa pakan buatan yang mengandung kadar
seluiosa OYO, 5%,
lo%,
dan 15%. Sebelum pernbuatan. bahan-bahan pakantersebut terlebih dahulu dianalisis proksimat untuk mengetahui
zat-zat
yangterkandurlg didalamnya di Laboratorium N~itrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor. Komposisi pakan penelitian disajikan pada
Tabel 1.
Penentuan kandungan protein dalam pakan didekati dengan pakan buatan
yang mengsndung 40% protein dengan encrgi yang dapat dicerna (DE) 3000
kkalikg pakan. Setelah bahan pakan diramu, kemudian pakan dicetak rnenjadi
Tabel 1. Komposisi pakan penelitian antar perlakuan
Bahan-bahan (96) Perlakuan IKadar serat kasar (%)
Tepung udang * Tepung ikan * Dekstrin Selulosa Minyak jagung Minyak ikan Vitamin mix Mineral mix Koline klorida
C M C
Hasil perhitungan :
Jumlah bahan 100,QO 100,00 100,OO 100.00
Kornposisi proksirnat pakan (% bobot kering)
Prote~n 42,24
Lernak 12,12
K. A ~ L ! 12,39
Serat Kasar 1,95 BETN 31.30
DE (kkal / kg pakan) 3000 2986,18 2999,73 2999,73
C / P "**
Kkal/g protein 7,50 7,47 7.49 7,49
BETN = Bahan ekstrak Tanpa Nitrogen DE = Energi Dapat Dicerna *"
Keterangan :
* ) Tepung udang : Tepung ikan
=
3 : 4*' ) 1 gr protein = 3,5 kkal DE (NRC, 1977)
[image:114.552.67.484.85.511.2]Pemeliharaan lkan
lkan Uji
lkan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan gurami bastar
dengan bobot rata-rata 0,74-1,00g, umur 42 hari hasil penetasan di laboratorium.
Telur ikan berasal dari Desa Ciherang, Kecamatan Derrnaga Kabupaten Bogor
Prapinsi Jawa Barat. lkan uji yang digunakan diadaptasikan dari larva sampai
umur 40 hari. Dari urnur 30 hari sarnpai umur 40 hari lkan uji tersebut sudah
diberikan pakan buatan berupa pelet sedikit derni sedikit, agar ikan uji dapat
beradaptasi dengan pakan buatan. Pemberian pakan yang mengandung kadar
selulosa berbeda dilakukan pada urnur 42 hari yang diterapkan pada perlakuan.
Proses adaptasi ini dilakukan untuk mendapatkan ikan uji yang memiliki
tingkat respon pakan buatan, vitalitas yang baik dan relatif sarna. Setelah
diadaptasi ikan uji tersebut dipelihara dalam 16 buah akuarium berukuran
6 0 x 4 0 ~ 3 0 crn, diisi dengan air setinggi 24 cm sehingga volurnenya rnenjadi 50 liter.
Padat penebaran per akuarium 50 ekor. Sebelurn digunakan, akuarium
dibersihkan dan dikeringkan. Bagian atas akuarium ditutup dengan seng plastik
untuk mencegah ikan metompat kefuar. Pengacakan susunan unit perlakuan
dilakukan dengan rnenggunakan bilangan teracak. Untuk menghindari s~sa, pakan
penelitian diberikan kepada ikar! sedikit demi sedikit sampai kenyang dengan
frekwensi 3 kali sehari, yaitu pada pukul 8 pagi. 12 siang dan 5 sore.
Petnbuangan kotoran ikan dilakukan dengan cara penyiponan setiap hari.
Air yang digunakan adalar~ air PAM
IF8
dan air koiarn yang ada di depanLaboratoriurn Fisiologi Hewan A.,r Fakultas Perikanan dan llrnu Kelautan, lnstitut
diaerasi selama 24 jam dalarn bak penarnpungan untuk menghilangkan bahan-
bahan toksik dan meningkatkan oksigen terlarut. Kualitas air diusahakan da!am
kondisi batas optimal.
Pengamatan kualitas air dalam penelitian ini sebagai data penunjang,
mernberikan informasi mengenai daya dukung lingkungan terhadap pertumbuhan
dan efisien pakan saat itu. Pernantauan kualitas air dilakukan berupa pengamatan
pH air dengan pH meter, dan amonia dengan spektrofotorneter pada awal dan 15
hari sekali sampai akhir penelitian. Alkalinitas air dala~ n bak penampungan diukur
pada awal penelitian rnetode titrasi dengan HCf. Suhu air di atur setiap hari dengan
hilter sedangkan suhu air minimum dan maksimum harian diukur 15 hari kali sampai
akhir penelitian dengan thermometer air raksa.
Adapun data kualitas air pada tandon dan aquarium selama penelitian
adalah sebagai berikut; pH berkisar antara 7,10
-
6,95, DO 5,96-
5,90mg/l, NH,0,48
-
0,45mg/l, salinitas dan suhu 30,50-
29,40°C (Lampiran 20).Peubah yang Diamati
Peubah yang diamat1 dalam penelitian ini meliputi panjang usus, tinggi vili
dan aktivitas enzim protease. Pengamatan panjang usus dilakukan secara
histologis dari awal sampai akhir penelitian, datam jangka waktu 75 hari sekali,
yaitu ; 0 hari, 15 hari, 30 hari, 45 hari dan 60 hari. Pengukuran usus dilakukan dari
pylorik sampai anus. Sedangkan pengamatan tinggj vili dilakukan hanya pada
akhir penelitian (hari ke
60).
dengan cara mengukur lima titik lingkaran vili tertinggirnenggunakan m~kroskop pembesaran 40 kali dan pewarnaan dengan hetoksilin
eosin (HE). Demikian pula dengan pengamatan aktivitas enzim protease dilakukan
dosis selulosa berapa yang dapat rnerangsang perubahan usus, vili dan aktivitas
enzirn protease benih ikan gurami, dalam waktu tersingkat yang membutuhkan.
Adapun perhitungan peubah-peubah yang diarnati pada penelitian ini
rnenggunakan forrnulasi sebagai berikut :
a . Panjang Usus/panjang tubuh (Affandi 7993) :
Rasio panjang ususlpanjang tubuh = PUlPT
Dimana : Pu = Panjang usus (crn)
PT = Panjang tubuh (cm)
b . Tinggi Vili/diamefer usus (Affandi 1 9 9 2 ) :
Rasio tinggi vilildiameter usus = WI&U X 10Ooh
Djmana : TV = Tinggi vili ( O h )
0~ = Diameter usus (%)
c . Aktivitas Enzim Protease (Nurdin 1989) :
Asp
-
Abl 1U =
x
P X--Ast
-
Abl TDirnana : U = unit aktivitas enzim protease/g/rnenit Asp = nilai absorbansi contoh
Ast = njlai absorbansi standar Abl = nilai absorbansi blangko
P = factor pengenceran
Analisis Statistika
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 4 ulangan. Untuk mengevaluasi kadar seluiosa pakan yang terbaik
digunakan analisis varian dan dilanjutkan dengan anatisis becia nyata jujur (BNJ)
(Steel dan Torrie, 1993). Peubah-peubah yang diarnati untuk rnengevaluasi pakan
percobaan adalah beberapa peubah yang berkaitan dengan pembahan saluran
pencernaan yang diukur yaitu panjang usus. penampilan vili dan aktivitas enzim
HASlL DAN PEMBAHASAN
Panjang
U s u s
I Panjang TubuhRasio panjang ususfpanjang tubuh benih ikan gurami antar perlakuan dapat
diiihat pada Tabel 2 (Lampiran 9 dan 10j.
Tabel 2. Rata-rata panjang usus/panjang tubuh ikan uji pada setiap perlakuan dan ulangan selama penelitian.
Tabel 2 menunjukkan rasio panjang ususfpanjang tubuh benih ikan gurami Hari ke
:
0
~~~~~ ... ~.~~~~ ...
antar perlakuan pada awal peneljtian (0 harl) adalah sama (Lampiran 12) (P>0,05).
Perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15, dimana rasjo panjang ususfpanjang Ulangan 1 2 3 4 .... ~~~~~~~~ ~~ ~~... Rata-rata ... ~.~~ ~~~~~ ... ~ ~~.~ ... ~ ~ ...
I :
Perlakuan / kadar selulosa (%)
C?0,63) D(14,72) 1,02
1
0,578 0 3 5i
, 0.94 0,96 ,1
0,95 0,861
0-86... ~.~~ ~~ ... ~ ... . +. .~ ~ ... ~~ ~~~~~~~ ~. ~~ ~ ~~ ~ ~ ~ . ~ ~ ~ ~
0,97*0,06'
1
0,93*0,05".~~ ~~ ... ~ ~~ ... ~ ... .... ~~ ~~~~~-~~~~~~ + .... ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
[image:119.552.80.473.166.472.2]tubuh pada perlakuan B (selulosa 5%) sarna dengan C (selolusa 10%) sarna dan
D (selulosa 15%) dan lebih besar dari A (selulosa 0%) (P C 0,05) (Lampiran 13).
Selanjutnya pada hari ke 30, perlakuan D sarna dengan C dan lebih besar dari B
dan A (P c 0,Ol; Larnpiran 14). Pada hari ke 45, perlakuan D sarna dengan C dan
B,
dan tebih besar dari A (P 4 0,Ol; Lampiran 15). F;da hari ke 60, rasiopanjang ususlpanjang tubuh pada perlakuan D sarna dengan C sama dan B, dan
lebih besar dari A (P c 0,Ol; Larnpiran 16).
Penelitian jni menunjukkan, bahwa adanya selulosa 5
-
15% dalam pakandapat memperpanjang rasio panjang ususlpanjang tubuh benih ikan gurami, yang
terlihat pada hari ke 60. Sebagaimana diketahui, sernakin panjang usus benih ikan
gurami, sernakin lama pula pakan berada dalam usus. Jadi kemungkinan proses
pencernaan dan penyerapan zat-zat yang terkandung dalarn pakan akan sernakin
baik. Lang (1981) mengernukakan bahwa pada kelinct konsumsi rnakanan dan
pencernaan dipengaruh~ oleh kandungan serat kasar dari bahan makanan.
Seperti diketahui, ikan gurami adalah salah satu ikan herbivora yang
banyak memanfaatkan tumbuhan air sebagai sumber pakannya di alam. Tumbuh-
turnbuhan air pada dasarnya banyak rnengandung selulosa yang tinggi. Selutosa
ini rnerupakan kerangka sel tanaman yang terdiri dari banyak rnolekul glukose.
Pada beberapa jenis ikan, selulosa tidak dapat dicerna dengan baik karena
keterbatasan kernampuan alat pencernaannya. Namun di dalarn forrnulasi pakan
buatan, selulosa ini juga sering dipakai sebagai binder" antara lain dalarn bentuk
"carboxymethyl cellulose" (CMC) untuk memperbarki struktur pakan.
Pengaruh kadar selutosa dalam pakan terhadap struktur alat pencernaan
roach) yaitu, adanya perubahan nilai panjang usus / panjang tubuh pada ikan roach
berhubungan dengan perubahan ukuran dan komposisi pakan. Pemberian 15
persen serat kasar dalam ransum dapat menambah konsumsi bahan kering dan
kenaikan bobot badan bila dibandingkan dengan tingkat 12 persen serat kasar
dalam ransum hewan monogastrik seperti kelinci (Lang 1981 ).
Berdasarkan studi foot habit di alam, ikan gurami ukuran 3,8
-
8.5 cmmasih bersifat kamivor. maksudnya komposisi pakan dari hewani (insekta dan
krustase) rnencapai 84% dari total pakan yang dikonsumsi, sedangkan pada ikan
gurami yang berukuran antara 8;9
-
11,9 cm komponen pakan hewani (insekta)hanya mencapei 25%) (Affandi 1993). Pada umumnya protein he~vani relatif lebih
mudah dicerna karena iidak mengandung selulosa (Mujiman 1385). lvlenurut
Hasting dan Dupree (dalarn Moore, 1972). sumber protein yang terbaik salah
satunya adalah tepung ikan. Sedangkan sumber protein daun sente rnemjliki
kuaiitas protein yang rendah dan sukar dicerna. Penelitian Hamid !1992)
memperlihatkan, kemarnpuan cerna ikan terhadap protein tefiinggi dicapai pada
pakan yang berasal dari tepung ikan (66.33%) dan yang terendah adalah berasal
dari daun sente (34,41%). Semakin banyak penggunaan pakan tepung ikan daiarn
pakan dengan batas tertentu semakin rnempertinygi daya cerna protein sshingga
semakin meningkatkan perturnbuhan.
Selulosa merupakan serat kasar dari sumber bahan nabati. Ada indikasi
kemampuan cerna ikan akan menurun dengan meningkatnya kandungan serat
kasar dalam pakan. Penelitian Hamid (1392) memperlihatkan di dalam pakan
dengan kandungan serat kasar masing-masing pakan tepung ikan (6.102%),
cerna total berturut-turut 50,30%, 19,8296 dan
1 1
-82%. Dan pakan pada penetitian Hamid (1992) lni mempunyai kandungan serat kasar masing- rnasing pakan A(9.01%) , pakan
3
(12,01%),
dan pakan C (15,54%). Bahan nabati merniliki dindingsel yang tebal yang dapat menurunkan daya cerna ikan terhadap bahan pakan
tersebut. Namun penelitian i-i membuktikan, kandungan serat kasar dalam ha1 ini
selulosa yang mencapai 15% dalam pakan mampu meningkatkan panjang usus /
panjang tubuh benih ikan gurami sampai 1,80.
Tinggi Vili I Diameter Usus
Pengamatan tinggi vilildiarneter usus hanya dilakukan pada hari ke 60,
karena pada hari ke 60 tinggi vilildiameter USUS sudah menunjukkan adanya
perbedaan diantara perlakuan. Dengan kata lain pada hari k e 60 tinggi vilildiameter
usus mulai menunjukkan peningkatan dengan adanya selrllosa dalam kadar
tertentu dalam pakan (Lampiran 11). Untuk lebih jelas rats-rata tinggi v~li/diarneter
usus benih ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 3
Take1
3.
Rata-rata tinggi vilild~amer usus (%) benih ikan guraml pada setlap perlakuan dan ulangan pada har~ ke 60I I
I
I
Hari ke :I
Ulangan1
Perlakuan I kadar selulosa (%)1
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa tinggi vili/diameter usus rneningkat
pada hari ke
60
masa pemeliharaan (treatment selulosa) balk untuk perlakuan A, B,(10%) den bbih kecil dari D (15%)
(P
<
0,Ol; h p i r a n 17).
Gambar
3
berikut
menunjukkan tinggi viludiameter usus benih ikan gurami pada
setiap
perlakuan.
KaterangM
:
Pembesaran
=
40
kali
[image:123.544.61.490.56.698.2]Pewamaan
=
Haematoxylln eosin
(HE)
Pada penelitian ini terungkap, pemberian kadar selulosa yang berbeda
dalam pakan mempengaruhi tinggi vili usus benih ikan gurami. Kadar seiulosa 15%
(perlakuan D) mampu meningkatkan tinggi vili benih ikan gurami. Sedangkan pada
periakuan A, B dan C, masing-masing selulosa dengan kadar
0'%,
5% dan 10%, ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan tinggi vilj.Tinggi vili/diameter usus benih ikan gurami pada kadar selulosa 15% dapat
mengubah penampilan vili didalam usus. Hal in1 berguna bagi ikan gurami untuk
beradaptasi dengan pakan yang mengandung serat tinggi didalam penyerapan zat-
r a t makanan untuk kelarlgsungan hidup dan pertumbuhan. Menurut Affandi et
a/
11992j peranan mikrovili didalam usus pada enterosit sebagai tempat pernyerapan
makanan. Disamping itu keadaan usus yang sangat panjang pada ikan herbivora
merupakan kompensasi terhadap kondisi pakan yang kadar seratnya tinggi dan
keadaan vilinya yang relatif rendah (Affandi et a / . 1992). Makanan ikan herbivora mengandung banyak serat sehingga memerlukan pencernaan yang leb~h lama.
Aktivitas Enzim Protease
Pengukuran aktivitas enzim protease benih ikan gurami ditakukan dua kali,
yaitu pada awal penelitian ( 0 harij dan aknir penelifian ( 6 0 hari). Tabel 4
menunjukkan rata-rata aktivitas enzim protease pada pengainatan awal dan akhir
Tabel 4. Aktifitas enzirn protease awal dan akhir penelitian pada benth ikan gurami
pada setiap perlakuan dan ulangan (U/g/menit)
Hari ke
-
i
Ulangan 5Awal 1
0 1 2
3
Pada awal pengarnatan (0 hari), aktivitas enzim protease pada semua
perlakuan tidak rnenunjukkan adanya perbedaan (Lampiran 18). Akan tetapi pada
hari ke 60, terlihat bahwa pemberian selulosa yang berbeda datam pakan
mempengaruhi aktivitas enzim protease. Aktivitas enzim protease yang tertinggi
terjadi pada pakan dengan kadar selulosa 0% (perlakuan A), dilanjutkan dengan
perlakuan B
(lo%),
C (15%) dan yang terendah adalah pada perfakuan D (15%)pada (P < 0,05) (Lampiran 19).
Menurut Arlian (1994) peningkatan dan penurunan aktiv~tas enzim protease
ada kaitannya dengan perkembangan alat pencernaan, dan jenis organisme
rnakanan yang dikonsumsinya (Affandi, 1993). Peningkatan aktivitas enzim protease pada perlakuan A (selulosa 0%) dan perlakuan B (selulosa 5%),
Rata-rata
Akhir
1
1
60
i
2I
j
3Rata-rata
disebabkan cieh rendahnya kadar selulosa pada pakan, sedangkan pada perlakuan Perlakuan I kadar selulosa
(96)
A(?
,95)
2,609 2,380 2,054 2,35+0,28a 3,724 B(5,84) 2,902 2,525 2,262 2,7320,2Oa 2,827 2,56f0,32a C(10,63) 2,191 2,989 2,393 2,073 2,482 2,46+0,38= 2,52+0,4a 3,069 3,483 D(14,72) 2,918 2,515 2,763
3,574
1
2,9483,42+0,33a
/
3,41+0,20a 2,99+0,3gb3,191
1
3,405 [image:125.558.92.478.97.262.2]C (selulosa 10%) dan perlakuac 3 lselulosa 15%), aktivitas enzim protease tidak
mengalami peningkatan, hal ini o.sebabkan tingginya kadar selulosa dalam pakan.
Karakteristik serat terutarr-s struktur fisika dan kimia, mernpunyai peranan
penting dalam mempengaruhi secepatan dan tingkat degradasi serat kasar
tersebut. Adanya ikatan ester
ca-
ikatan kovalen antara lignin, pofisakarida dariprotein serat kasar, secara alarntar membentuk ikatan intrisik pada sebagian besar
struktur serat kasar, dan m e w c z q s n pembatas utama dalam degradasi, baik
degrasi selufosa maupun h e r n i s e ~ zsa (Chenson, Hatfield, dan Jung, dalam Amin
1997).
Fish (1951) dan Barringrs- ::1957), menyatakan bahwa ikan-ikan tidak
mempunyai enzim selulase. Se=a-<an Stickny dan Shumway (1974) melaporkan
bahwa enzim selulase diproduks
=
ST! mikroflora usus, yang dihubungkan denganaktivitas selulase di dalam u s ~ s = r n g a n jumlah selulase/bakteri selulotik atau
keduanya yang berhubungan de-ga- detritus tanaman atau inveriebrata.
Affandi
ef
a1 (1994),rner.r
askan bahwa meningkatnya aktivitas enzimprotease pada benih ikan gurai? se-alan dengan perkembangan alat pencernaan
yang menuju ke bentuk definitive. Sezangkan Kawai dan lkada dalam Affandi
et
a1(1994) menyatakan bahwa me-; -;.<atnya aktivitas enzim pencernaan sejalan
dengan perturnbuhan larva ikan c a z a ikan tele. Pada penelitianini, penurunan
aktivitas protease pada ikan g ~ r a - - i diduga ada kaitannya dengan tingginya
KESIMPULAN
DAN SARANKesimpulan
1. Kadar selulosa 5-?5% dalam pakan dapat meningkatkan rasio panjang
usus/panjang tubuh benih ikan gurami.
2 .
Kadar selulosa 15% dalarn pakan dapat meningkatkan rasio tinggi vili/diameterusus benih ikan gurarni.
3. Kadar selulosa 0% dan 5% dalam pakan menghasilkan enzirn protease yang
teninggi benih ikan gurarni.
4. Secara keseluruhan, kadar setulosa yang terbaik adalah 5%.
Saran
Untuk mengetahui pengaruh perpanjangan usus dan peningkatan tinggi vili
akibat penambahan selulosa terhadap efisiensi pakan perlu dilakukan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Affand~. R, Sjafei DS, Raharjo MF dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan. Pencemaan. Pusat An