• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN BIDANG AGRIBISNIS

TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA SIPOGU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial

Oleh:

BENNI SUSANTO KEMBARA NIM : 060902057

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Benni Susanto Kembara, 060902057, Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

(Skripsi ini berisi 6 bab, 112 halaman, 1Gambar, 37 Tabel, 22 Kepustakaan dan

sumber lain serta Lampiran)

ABSTRAK

Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, dicanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Kehadiran program PUAP diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi petani. Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan Judul “Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan”. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara program Puap dengan tingkat sosial ekonomi responden didesa Sipogu, dengan menggunakan tabel interpretasi Koefisien Korelasi

Product Moment dan rt tabel, 2) untuk melihat besar sumbangan keberpengaruhan dari

program Puap terhadap tingkat sosial ekonomi responden didesa Sipogu berbentuk satuan persen dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi (KD).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekspla natif. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani Puap di desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan berjumlah yang 39 orang. Instrumen analisis data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel data tunggal.

Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh program Puap yang cukup kuat terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat didesa Sipogu. Hal ini dapat dilihat dengan interpretasi tabel koefisien korelasi Product Moment terhadap hasil perhitungan koefisien korelasi observasi sebesar rxy = 0,61 yang terletak antara 0,60 -

0,799 yang diartikan korelasinya positif signifikan kuat atau tinggi. Sehingga hipotesis nihil Ho ditolak, dan Ha diterima dengan sumbangan keberpengaruhan

sebesar 37,21%.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

POLITICAL SCIENCE FACULTY OF SOCIAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Benni Susanto Kembara, 060902057, Influence of the National Program for Community Empowerment Self Against Agribusiness Sector Rural Socio-Economic Rural Community District Sipogu Arse South Tapanuli.

(This paper contains 6 chapters, 112 pages, 1Picture, 37 Tables, 22 Bibliography and other sources as well as the Annex)

ABSTRACT

In general, the problem of poverty is closely linked to agricultural problems in Indonesia. The most basic problem for most farmers Indonesia is the problem of limited capital owned by the farmers. In order to overcome these problems, a program launched by Rural Agribusiness Development (PUAP). The program aims to help reduce poverty and create jobs in rural areas and assist the strengthening of capital in business activities in the field of agriculture so as to improve the welfare of farmers. Attendance PUAP program is expected to address the problem of capital difficulties faced by farmers. This thesis is submitted in order to qualify earned a Bachelor of Social Affairs, with the title "The Influence of National Program for Community Empowerment Rural Areas Self Against Agribusiness Sector Socio-Economic Level of the Village Community District Sipogu South Tapanuli Arse". This study aims: 1) to determine whether there is a significant relationship between program PUAP with socioeconomic level respondents Sipogu village, using the interpretation chart Product Moment Correlation Coefficient and rt tables, 2) to see the large donation from the program influence PUAP of socioeconomic levels village respondents Sipogu shaped units percent by using the formula coefficient of determination (KD).

This research uses research methods explanative. The sample in this study were members of farmer groups in the village PUAP Sipogu Tapanuli Arse Southern District amounted to 39 people. Instrument of data analysis used were questionnaires, interviews,and tabulation of data containedin a single data table.

The results showed the influence PUAP program that is strong enough to socioeconomic conditions Sipogu village. It can be seen with the interpretation of the Product Moment correlation coefficient table of the calculated correlation coefficient observed for rxy = 0.61 which lies between 0.60 to 0.799 which means a significant positive correlation is strong or high. So that the nil hypothesis Ho is rejected and Ha accepted the donation of 37.21%.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah: “PENGARUH PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN BIDANG

AGRIBISNIS TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA SIPOGU”.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai

gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan

dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat

membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara khusus peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr Badaruddin, M. Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.Sp selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang selalu

setia dan sabar menemani peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada Bapak dan Mamak (Drs. B.Dongoran/F.Tampubolon) terimakasih atas

kesempatan yang kelian berikan kepada saya selama ini untuk mengeyam

dunia pendidikan mulai dari kecil sampai pada saat peneliti akan

(5)

Sosial Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara. Tidak ada yang bisa saya

berikan, semoga Tuhan memberkati.

5. Saudaraku bang Saor Roy (Kaong), Laeku Tampubolon’s Jaya brothers

Johannes, Albert, Josua Fiko, Jakob, Kevin terimakasih atas dukungannya

selama ini, Semoga Kita Sukses Selalu.

6. Bapak Saut P. Batubara selaku Kepala Desa Sipogu, Abang Rudi Hasibuan

selaku ketua Gapoktan Padang Panjang dan Bapak Asnan Ritonga selaku

anggota kelompok tani Puap desa Sipogu, terimakasih atas kerja samanya

selama ini yang telah banyak membantu peneliti.

7. Teman dan sahabat peneliti Win Hally Murdani, Halim Sulubere, Fery

Hutasoit, Erwin Pratama PK, Fahrur Ozy Mali, Pandu Gendut Putra, Imanuel,

Ari Juniko, Ahmmad, Bobi, Anwar, Dicky dan semua stambuk 06 yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut serta

memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis menyelesaikan

penelitian. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya atas

kebaikan dan kemurahan hati Bapak / Ibu, Saudara / i, sekalian.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermamfaat bagi kita semua

khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, Juni 2010

Penulis

Benni Susanto Kembara

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... KATA PENGANTAR ...

1.2. Perumasan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian dan Mamfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2. Mamfaat Penelitian ... 11

1.4. Sistematika Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Pengertian Program... 13

2.2. Pengertian Pemberdayan Masyarakat Dan Pembangunan Sosial ... 14

2.2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 14

2.2.2. Pembangunan Sosial (Social Development) ... 16

2.3. Pembangunan Desa ... 17

2.3.1. Pengertian Desa ... 17

2.3.2. Pengertian Konsep Usahatani ... 19

2.3.3. Kebijakan Pembangunan Desa ... 21

2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan ... 23

2.4.1. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan ... 25

2.4.2. Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan ... 25

2.4.3. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 26

2.4.4. Klasifikasi Kesejahteraan dan Pemetaan Sosial ... 26

2.4.5. Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Lembaga Dan Pemerintah Lokal . 27 2.4.6. Desa Berpartisipasi ... 28

2.5. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ... 29

2.5.1. Pengertian Agribisnis ... 29

2.5.2. Pengertian Kelompok Sosial ... 30

2.5.3. Pengertian Organsasi Petani dan Kelembagaan ... 31

2.5.4. Pengertian Kelompok Tani dan Gapoktan ... 32

2.5.5. Pelaksanan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ... 33

2.5.6. Indikator keberhasilan PUAP ... 40

2.6. Kemiskinan ... 41

2.7. Kesejahteraan Sosial ... 43

2.7.1. Pembangunan Kesejahteraan Sosial. ... 44

2.8. Sosial Ekonomi ... 46

2.9. Pengertian dan Definisi ... 47

2.10. Kerangka Pemikiran... 49

2.11. Hipotesis ... 51

2.12. Defenisi Konsep... 52

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 56

3.1. Tipe Penelitian ... 56

3.2. Lokasi Penelitian ... 56

3.3. Populasi dan Sampel ... 56

3.3.1. Populasi ... 56

3.3.2. Sampel ... 57

3.4. Teknik Pengumpulan data ... 57

3.5. Teknik Penulisan Skor ... 57

3.6. Teknik Analisa Data ... 59

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 4.1. Desa Sipogu ... 61

4.2. Kependudukan ... 61

4.3. Struktur Organisasi Desa... 65

4.4. Profil Gapoktan Padang Panjang ... 66

BAB V ANALISA DATA ... 67

5.1. Karakteristik Responden ... 69

5.2. Analisis Kegiatan Program PUAP (Variabel X) ... 75

5.3. Analisis Sosial Ekonomi Keluarga Responden ( Variabel Y) ... 91

5.4. Uji Hipotesis ... 101

BAB VI PENUTUP... 108

6.1. Kesimpulan ... 108

6.2. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Sipogu ... 62

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Di Desa Sipogu ... 62

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Di Desa Sipogu ... 63

4. Sarana di desa Sipogu ... 64

5. Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 69

6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 70

7. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anak ... 71

8. Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 72

9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 73

10. Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 74

11. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Keanggotaan ... 75

12. Distribusi Responden Berdasarkan Keaktifan Sebagai Anggota Kegiatan ... 78

13. Distribusi Responden Berdasarkan Keaktifan Mengikuti Penyuluhan ... 77

14. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan ... 78

15. Distribusi Responden Berdasarkan Implementasi Program PUAP Dalam Kegiatan Pertanian ... 79

16. Distribusi Responden Berdasarkan Pemamfaatan Jasa Kios Agribisnis ... 80

17. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Lembaga Keuangan Agribisnis ... 81

18. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Transportasi Agribisnis ... 82

19. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat teknologi Pertanian Agribisnis ... 83

20. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan teknik/cara pengolahan Agribisnis dalam Pertanian ... 84

21. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Mesin Pengolah Hasil Mentah Menjadi Produk Jadi ... 85

22. Distribusi Responden Berdasarkan Pemamfaatan Jasa Penjualan Agribisnis ... 86

(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Benni Susanto Kembara, 060902057, Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

(Skripsi ini berisi 6 bab, 112 halaman, 1Gambar, 37 Tabel, 22 Kepustakaan dan

sumber lain serta Lampiran)

ABSTRAK

Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, dicanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Kehadiran program PUAP diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi petani. Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan Judul “Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan”. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara program Puap dengan tingkat sosial ekonomi responden didesa Sipogu, dengan menggunakan tabel interpretasi Koefisien Korelasi

Product Moment dan rt tabel, 2) untuk melihat besar sumbangan keberpengaruhan dari

program Puap terhadap tingkat sosial ekonomi responden didesa Sipogu berbentuk satuan persen dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi (KD).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekspla natif. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani Puap di desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan berjumlah yang 39 orang. Instrumen analisis data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel data tunggal.

Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh program Puap yang cukup kuat terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat didesa Sipogu. Hal ini dapat dilihat dengan interpretasi tabel koefisien korelasi Product Moment terhadap hasil perhitungan koefisien korelasi observasi sebesar rxy = 0,61 yang terletak antara 0,60 -

0,799 yang diartikan korelasinya positif signifikan kuat atau tinggi. Sehingga hipotesis nihil Ho ditolak, dan Ha diterima dengan sumbangan keberpengaruhan

sebesar 37,21%.

(10)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

POLITICAL SCIENCE FACULTY OF SOCIAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Benni Susanto Kembara, 060902057, Influence of the National Program for Community Empowerment Self Against Agribusiness Sector Rural Socio-Economic Rural Community District Sipogu Arse South Tapanuli.

(This paper contains 6 chapters, 112 pages, 1Picture, 37 Tables, 22 Bibliography and other sources as well as the Annex)

ABSTRACT

In general, the problem of poverty is closely linked to agricultural problems in Indonesia. The most basic problem for most farmers Indonesia is the problem of limited capital owned by the farmers. In order to overcome these problems, a program launched by Rural Agribusiness Development (PUAP). The program aims to help reduce poverty and create jobs in rural areas and assist the strengthening of capital in business activities in the field of agriculture so as to improve the welfare of farmers. Attendance PUAP program is expected to address the problem of capital difficulties faced by farmers. This thesis is submitted in order to qualify earned a Bachelor of Social Affairs, with the title "The Influence of National Program for Community Empowerment Rural Areas Self Against Agribusiness Sector Socio-Economic Level of the Village Community District Sipogu South Tapanuli Arse". This study aims: 1) to determine whether there is a significant relationship between program PUAP with socioeconomic level respondents Sipogu village, using the interpretation chart Product Moment Correlation Coefficient and rt tables, 2) to see the large donation from the program influence PUAP of socioeconomic levels village respondents Sipogu shaped units percent by using the formula coefficient of determination (KD).

This research uses research methods explanative. The sample in this study were members of farmer groups in the village PUAP Sipogu Tapanuli Arse Southern District amounted to 39 people. Instrument of data analysis used were questionnaires, interviews,and tabulation of data containedin a single data table.

The results showed the influence PUAP program that is strong enough to socioeconomic conditions Sipogu village. It can be seen with the interpretation of the Product Moment correlation coefficient table of the calculated correlation coefficient observed for rxy = 0.61 which lies between 0.60 to 0.799 which means a significant positive correlation is strong or high. So that the nil hypothesis Ho is rejected and Ha accepted the donation of 37.21%.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah pokok dalam pembangunan disetiap negara.

Persoalan kemiskinan sering ditemukan di negara-negara berkembang seperti yang

banyak tejadi di belahan dunia Asia. Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang di Asia yang masih menghadapi polemik baik di bidang ekonomi, sosial,

hukum, politik maupun dibidang-bidang lainnya. Beberapa masalah yang belum dapat

diselesaikan pemerintah seperti masalah kemiskinan dan pengangguran yang salah

satunya diakibatkan bergesernya kebijakan pembangunan dari sektor pertanian ke

sektor industri (Komite, 2010:4).

Sebagaiman telah ditargetkan Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II

dimana pada tahun 2014 mendatang, penurunan angka kemiskinan harus tinggal 8,1%

dari total penduduk Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

2007, dengan ketetapan indikator kemiskinan berdasarkan pengeluaran perkapita

setiap penduduk dengan total pengeluaran Rp 211.726 perbulan atau sekitar Rp7000

per hari, didapatkan ± 37,2 juta jiwa penduduk miskin berada di Indonesia. Sekitar

63,4% dari jumlah penduduk miskin itu berada didaerah pedesaan, dengan mata

pencaharian utama disektor pertanian, dan 80% berada pada skala usaha mikro yang

memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Hal ini membuktikan, lumbung

kemiskinan terbesar di Indonesia masih terletak di sektor perdesaan yang

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian (www.bps.go.id).

Untuk lebih memahami defenisi dari pada kemiskinan itu sendiri, kemiskinan

dapat dibagi atas tiga kategori kemiskinan yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan

(12)

masyarakat karena kebijakan pemerintah dalam pembangunan masyarakat yang

belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan

berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum.

Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi

struktur dan faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu

seseorang (Sudantoko, 2009:43-49).

Problema pengangguran, kemiskinan dan kelompok masyarakat yang kurang

beruntung sebenarnya sudah banyak bermunculan sejak pemerintahan Orde Baru,

terutama didaerah pedesaan seperti di Jawa, Kalimantan. Sumatera dan beberapa

daerah lainya. Penanggulangan kemiskinan melalui Inpers Desa Tertinggal (IDT),

Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra), dan Kredit Keluarga Sejahtera gencar

digulirkan pemerintah Orde Baru untuk mengentaskan masalah kemiskinan yang

terjadi di pedesaan (Sumodiningrat, 2009:3).

Bila ditelusuri lebih jauh, konsep program yang dibangun pada Era Orde Baru

ternyata hanya menempatkan partisipasi rakyat terbatas sebagai pelaksana program

pembangunan. Akibatnya penanggulangan kemiskinan melalui Inpers Desa Tertinggal

(IDT), Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra), dan Kredit Keluarga Sejahtera

tidaklah sepenuhnya menuai keberhasilan. Program yang ditujukan untuk mengatasi

masalah kemiskinan ternyata hanya meninggalkan problema baru yakni sikap

ketergantungan masyarakat yang bertumpuh terhadap tunjangan modal yang

diberikan, sehingga kesejahteraan masyarakat yang ingin dimunculkan tidak mencapai

tingkat kualitas kemandirian (Anto, 2003:105).

Sebagaimana penjelasan pada awal paragraf sebelumnya kemiskinan di

(13)

Indonesia diketahui memiliki sumberdaya alam pertanian yang luas dan lahan-lahan

produksi yang subur, tetapi masalah kemiskinan didaerah pertanian begitu sangat sulit

untuk terselesaikan. Faktor internal seperti aktivitas petani yang cenderung masih

menggunakan model pertanian konvensional, yang bertumpuh pada kegiatan

pertanian primer/on farm yakni pengolahan bibit tanaman sebagai kegiatan pertanian

tungal. Disamping itu faktor pengetahuan dan daya kreativitas petani yang cenderung

terbatas, sehingga menutup ruang gerak petani dalam mengembangkan sumber daya

yang ada.

Kendala mendasar bagi sebagian besar petani di Indonesia masih selalu

terbentur dengan keterbatasan modal usaha. Sebagaimana faktor modal ataupun biaya

korban produksi selalu mempunyai peran dalam pencapaian tingkat produktif hasil

pertanian. Permasalahan dalam permodalan sering dikaitkan dengan kelembagaan

yang ada di pedesaan, yaitu lemahnya organisasi tani yang dibentuk masyarakat dan

lembaga pemerintah ataupun non-pemerintah dalam membangun sistem prosedur

penyaluran kredit yang acap kali tidak sesuai dengan sasaran. Birokrasi pemerintah

yang rumit dan kurang memperhatikan kondisi alam lingkungan dan sosial budaya

dalam melakukan berbagai intervensi perbaikan, pada akhirnya akan sulit menyentuh

kepentingan petani itu sendiri (www.pustaka-deptan.go.id).

Sulit berkembangnya suatu organisasi tani didesa banyak berhubungan dengan

faktor kualitas sumberdaya manusia yang cenderung tidak mampu beradaptasi dengan

lingkungan persaingan. Terbatasnya informasi pendidikan dan minimnya keahlian

mengembangkan sektor pertanian masih menjadi ciri khas kehidupan petani di

Indonesia. Dengan kondisi seperti itu, hal mengenai nilai kerugian akan selalu

ditemukan terhadap nilai pendapatan pencarian petani dipedesaan. Sebagaimana

(14)

saatnya mulai membenahi setiap rangkaian program kebijakan pada sektor-sektor

non-formal seperti pemberian pendidikan/sekolah lapangan dan beberapa

keterampilan pertanian (Johara, 2006:5-7).

Dengan demikian, peran pertanian sebagai basis pembangunan ekonomi

nasional dengan pola pertanian berbasis agribisnis lebih berpeluang menghasilkan

pertanian yang lebih produktif, dengan pendekatan sumberdaya yang lebih efektif dan

efisien dan dilakukan secara kolektif, mengandalkan kemandirian setiap sektor

sumber daya yang ada dan menjadikan pertanian berkarakter bisnis seperti a) kegiatan

subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input)

pertanian; (b) kegiatan subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang

menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c) kegiatan subsitem

agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d)

Kegiatan subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang

antara lain pemasaran, penyedian teknologi dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan

pertanian primer/on farm yang berorientasi pada satu kegiatan pertanian seperti

aktivitas cocok tanam, berkebun, atau berladang, pertanian agribisnis lebih

membawah kemudahan dalam persaingan industri, dikarenakan kegiatan pertanian

dalam lingkup agribisnis lebih memadukan pendekatan kegiatan pertanian dengan

prinsip ekonomi dengan menekan faktor produksi seminimal mungkin untuk

mencapai keuntungan sebesar mungkin.

Oleh karena itu dalam mewujudkan pertanian berbasis agribisnis di lingkup

pedesaan peran kerja sama masyarakat tani dan pemerintah dalam membentuk suatu

lembaga ataupun kelompok tani sebagai wadah kerja sama antara pemerintah dan

masyarakat pedesaan dalam kegiatan pertanian mutlak diperlukan. Selain sebagai

(15)

kelompok dan evaluasi kerja kegiatan pertanian yang akan dilakukan di desa

(Achmad, 2006:48).

Untuk itu pembentukan lembaga sosial tani didesa seperti kelompok tani

menjadi sesuatu yang penting untuk dipertimbangkan, diikuti dengan kebijakan

pemerintah yang akan digulirkan. Melalui pendekatan sumber daya manusia (SDM)

dan karakteristik desa diharapkan menjadikan masyarakat tidak lagi sebagai objek

melainkan sebagai subjek yang berpartisipasi dalam upaya penanggulangan

kemiskinan dalam bentuk kelompok tani. Melalui pembangunan kesadaran kritis

serta mental kemandirian sebagai motivasi pribadi setiap petani berpartisipasi

mewujudkan keswadayaan pangan yang lebih mandiri (Purnomo, 2004:65).

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja

dipedesaan, pada 30 April 2007 yang lalu di Palu, Bapak Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(PNPM-M) khusus dibagian perdesaan. Dimulai tahun 2008 program pemberdayaan

dengan model Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) telah dilaksanakan

disekitar 10.542 desa/Gapoktan di seluruh Indonesia, meskipun target yang

sebenarnya harus mencapai 11.000 desa/Gapoktan. Puap merupakan program

terobosan Departemen Pertanian dalam mempercepat pengentasan kemiskinan dan

pengangguran. Program Puap disusun sebagai suatu alternatif kebijakan dari

pemerintah pusat dalam menanggulangi masalah kemiskinan, dengan membentuk

Gapoktan (Gabungan kelompok tani) sebagai unit usaha dalam mengelolah dan

melayani pembiayaan dan kebutuhan kelompok tani (PNPM, 2009:1).

Pendekatan pertanian agribisnis diharapkan dapat menghidupkan segala

potensi pertanian, dengan pengelolahan secara subsektoral bersama kelompok tani

(16)

pelayanan jasa usaha pertanian (input, output dan modal). Kegiatan agribisnis dapat

diartikan sebagai aktivitas seluruh kegiatan pertanian, termasuk produksi, penyiangan,

distribusi, prosesing, suplai input, penyedian pelayanan, penyuluhan, penelitian/

pengkajian dan kebijakan lain yang dilakukan bersama-sama oleh anggota kelompok

tani bersama pemerintah. Dengan demikian pengembangan agribisnis dapat

disimpulkan terdiri dari beberapa subsistem kegiatan yaitu: 1) Agribisnis industri

hulu, 2) Usaha pertanian primer, on-farm agribisnis/ sistem budidaya, 3) Agribisnis

hilir, 4) Kemitraan/usaha penunjang (Deptan, 2009:3).

Bila dilihat tanggung jawab pemerintah daerah Sumatera Utara dalam

meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2007 yang lalu

Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) telah melancarkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sebagai alternatif dari kebijakan nasional

menanggulangi problema kemiskinan dan pengangguran. Untuk wilayah perkotaan,

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) memasok bantuan berupa modal

usaha kepada beberapa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang dianggap layak

untuk menerimanya, selain itu pembangunan beberapa infrastruktur seperti sarana

pendidikan, kesehatan, perbaikan jalan, dan pengadaan air bersih juga sudah

dilaksanakan. Sedangkan untuk wilayah pedesaan pada tahun 2008 Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) sudah mulai bergerak meluncurkan program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di 19 kabupaten yang terbagi ke

475 desa guna menekan angka kemiskinan dan pengangguran di pedesaan. Menurut

data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret tahun 2010 terdapat ± 1.490.900

orang yang berada dibawah garis kemskinan di daerah Sumatera Utara. Jumlah ini

mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang lalu sebanyak

(17)

program pengentasan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara (Pemprovsu) cukup berperan dalam menurunkan jumlah penduduk miskin di

daerah Sumatera Utara

Implementasi program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

di Sumatera Utara sendiri, lebih lanjutnya dapat kita lihat dengan contoh khusus di

Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan. Tercatat didaerah ini terdapat sekitar 31

desa penerima BLM-PUAP, dari ke 31 desa penerima bantuan BLM PUAP, secara

khusus peneliti tertarik menilti program PUAP ini di desa Sipogu, dikarenakan lokasi

penelitian dekat dengan kampung halaman peneliti dan dipengaruhi dengan kedekatan

kultur diantara peneliti dan penduduk setempat. Maksud dan tujuan peneliti tujukan

untuk melihat pengaruh dari pada program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat di desa Sipogu, yang

nantinya hasil penelitian ini peneliti gunakan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi

peneliti.

Melihat kembali kebelakang kehidupan masyarakat miskin desa Sipogu

sebenarnya tidak terlepas dari perhatian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(Pemprovsu) dalam menangani masalah kemiskinan. Pada pertengahan tahun 2005

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) melalui Departemen Pertanian

sudah bergerak turun menyalurkan bantuan khusus berupa bahan-bahan bibit

pertanian seperti bibit kacang kedelai, bibit jagung, bibit padi, pupuk, alsintan atau

alat mesin bajak dan pemberian pendidikan Sekolah Lapangan (SL), dengan tujuan

membantu usaha pertanian petani miskin didesa Sipogu. Singkat cerita, hasil panen

yang diperoleh petani dengan memamfaatkan bantuan bibit dari Departemen

Pertanian tidak begiru menghasilkan pendapatan yang cukup besar untuk

(18)

bahan-bahan pertanian seperti bibit yang diberikan kurang sesuai dengan pasaran

pertanian yang dinginkan petani, disamping dengan biaya kebutuhan perawatan yang

sama sekali tidak disubsidi oleh pemerintah.

Berlanjut dipertengahan ditahun 2006 melalui Departemen Pertanian dengan

menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumut sebesar Rp

40.000.000,00 Pemprov Sumut mengalokasikan dana tersebut untuk kebutuhan usaha

pengembangan petani miskin didesa Sipogu. Bantuan pemerintah diberikan hanya

bersifat sementara, keberlanjutan pemberian modal dan pembinaan tidak berlaku

untuk bulan ataupun tahun-tahun selanjutnya. Mekanisme kerja program sudah

dirangkai oleh pihak penyelenggara bantuan, dimana petani penerima bantuan

diharuskan bekerja secara bersama dilahan 1 hektar yang telah disediakan dengan dua

(2) jenis tanaman produki yaitu cabe dan tomat.

Pada musim panen, perolehan hasil pendapatan mencapai total Rp

150.000.000,00. Hasil panen pada masa itu begitu memuaskan akan kebutuhan para

petani pengikut program, ungkap bang Aswin salah satu narasumber yang peneliti

wawancarai.

Selain bercocok tanam cabe dan tomat kegiatan pertanian dan kegiatan

ekonomi sampingan menjadi proyek tersendiri bagi masyarakat didesa Sipogu, baik

itu masyarakat dengan golongan miskin ataupun masyarakat yang ekonomi hidupnya

berkecukupan. Tujuanya sama, untuk menambah penghasilan dan mencukupi

kehidupan keluarga. Seperti informasi yang peneliti dapatkan dilokasi penelitian,

bercocok tanam karet/mangguris, berkebun, beternak, membuat gula merah dan

berdagang adalah beberapa rangkaian pekerjaan masyarakat penduduk Sipogu untuk

mengisi waktu luang kerja menunggu musim panen dari tanaman yang sedang

(19)

Hadirnya program PUAP sejak tahun 2008 diungkapkan Bang Rudi selaku

ketua Gapoktan Padang Panjang sangat memberikan mamfaat dalam upaya

mengembangkan pertanian petani miskin di desa Sipogu. Sebagaimana program

bersifat pemberdayaan jauh sebelumnya Tim koordinasi PUAP sudah melakukan

beberapa survei awal dan identifikasi masalah didesa Sipogu. Setelah persyaratan dan

masalah disimpulkan, didapatkan sekitar 39 penduduk miskin yang layak untuk

mendapatkan bantuan BLM-PUAP. Selanjutnya Tim koordinasi PUAP menyalurkan

sejumlah modal bagi petani sebesar Rp100.000.000 juta, dan diberi tanggung jawab

kepadah bang Rudi selaku ketua Gapoktan Padang Panjang. Sebelumnya 39 penduduk

miskin sudah terbagi menjadi 3 kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Batu Nabontar,

Kelompok Tani Dolok Hole dan Kelompok Tani Sejahtera. Setelah terbagi menjadi 3

kelompok tani, setiap anggota mendapatkan biaya modal usaha sebesar Rp

2.000.000,00. Sebelum memulai memamfaatkan modal, Tim koordinasi Puap

mengarahkan kelompok tani penerima bantuan BLM-PUAP untuk memamfaatkan

dana bantuan tersebut hanya dalam bentuk kegiatan pertanian.

Produksi cabe dan tomat menjadi prioritas utama mayoritas anggota kelompok

tani didesa Sipogu, karena tanaman tersebut begitu bersahabat dengan cuaca dan

iklim didesa Sipogu yang bersuhu sejuk, selain itu harga jual dipasaran memang

cukup baik. Menurut informasi terakhir, pada musim panen tanaman jumlah

keuntungan pendapatan yang diperoleh tiap anggota tani relatif berbeda. Beberapa

faktor seperti luas kecilnya lahan produksi `dan perbedaan jenis tanaman produksi

yang ditanam menjadi penentu besar tidaknya keuntungan yang mereka hasilkan.

Menurut informasi peneliti, besar pendapatan dari panen cabe dan tomat mencapai

kisaran 5 juta sampai 30 juta-an. Keuntungan hasil panen tersebut diungkapkan bang

(20)

khususnya bagi petani miskin seperti abang. Sebagian keuntungan hasil panen tadi

banyak digunakan anggota tani untuk membeli bahan simpanan persediaan bibit dan

alat-alat pertanian. Bagi anggota yang pendapatannya jauh lebih besar banyak

memanfaatkan hasil pendapatan panen untuk pembelian alat transfortasi seperti

kereta, memperbaiki rumah, membeli mesin pertanian, dan sebagainya.

Dengan ketersediaan lahan yang potensial serta sumberdaya manusia yang

memadai dan intensitas pertanaman yang masih rendah, penerapan dan penguasaan

teknologi yang masih sederhana, dan cara pengoptimalan hasil pertaniaan yang masih

tradisional, pengembangan berwawasan agribisnis merupakan salah satu pendekatan

strategis untuk mengembangkan pertanian dengan karakter lokal Desa Sipogu.

Kehadiran program PUAP disadari petani dapat memberikan dampak positif bagi

kesejahteraan petani miskin didesa Sipogu, karena program ini pada dasarnya

memberikan bantuan penguatan modal bagi petani. Bantuan modal usaha yang

disalurkan melalui Gapoktan diharapkan dapat seterusnya meningkatkan pendapatan

usaha yang mendukung pendapatan rumah tangga petani sehingga meningkatkan

kesejahteraan ekonomi keluarga

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan diatas, maka penliti

merasa tertarik untuk meneliti seberapa jauh Pengaruh dari pada Program Nasional

pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan bidang Agribisnis terhadap

peningkatan sosial ekonomi masyarakat di desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten

Tapanuli Selatan.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah

(21)

hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui

penelitian ( Soehartono, 2008 : 23 ).

Setelah mengetahui dan memahami uraian dari latar belakang masalah diatas

maka dirumuskan permasalahannya untuk dikaji lebih dalam lagi. Perumusan masalah

dalam penulisan skripsi ini yaitu

“Bagaimana Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan bidang Agribisnis terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.”

1.3. Tujuan dan Mamfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk “ Mengetahui Pengaruh Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.”

1.3.2 Mamfaat Penelitian

Secara teoritis: yaitu melatih diri dan mengembangkan pemahaman kemampuan

berfikir penulis melalui penulisan karya ilmiah.

Secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi

atau lembaga pemerintah ataupun swasta dan masyarakat umum lainya sebagai bahan

referensi guna merumuskan suatu program pemberdayaan terhadap masyarakat

miskin terutamanya masyarakat miskin dipedesaan.

Secara akademis: menjadi bahan bagi pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial

secara nyata dalam bentuk - bentuk pelayanan sosial, baik dalam lembaga-lembaga

(22)

1.4. Sistematika Penelitian

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sitematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang

lingkup masalah, tujuan dan mamfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan urain dan teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi

operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi,

teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang

berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisanya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu

kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap

program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih

mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang

diuraikan.

“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and

integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu

program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai

sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan

untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu

seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau

(24)

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya

juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat

diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis

yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai

melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap

bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik

(Jones, 1996:295).

2.2. Pengertian Pemberdayan Masyarakat Dan Pembangunan Sosial 2.2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Makna dari Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memamfaatkan sumber daya yang

dimiliki dan yang tersedia di lingkungan sekitarnya yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Paradigma pemberdayaan sosial yang

disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) oleh Pemerintah

dan DPR berisikan 3 poin yang diprioritaskan:

1) Batang Tubuh UUD 1945, pasal 33 yaitu “Bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” dan pasal 34 berbunyi “Fakir miskin dan

anak terlantar dipelihara oleh Negara.”

2) Triple Tracks KIB, Pro-employment, pro income dan pro growth dalam

bentuk penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi penganguran,

(25)

3) Strategi Pemberdayaan Sosial adalah pengurangan beban pengeluaran rakyat

dan peningkatan pendapatan rakyat yang di wujudkan dari Gerakan

KUTABUNG ( Kerja, Untung dan Tabung).

Pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat

hidup secara mandiri di kalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup

masing-masing secara bersama-sama. Fakta ini sekaligus menjadi pertimbangan

utama untuk tidak seharusnya membuat dikotomi diantara penangan permasalahan

sosial dan ekonomi. Setiap upaya perbaikan harus dilandasi oleh komitmen individu

yang kuat dan mencakup aspek intelektual, spiritual dan emosional. Sasaran yang

menjadi fokus penanggulangan kemiskinan melalui strategi pemberdayaan adalah

penduduk miskin yang berusia produktif, yaitu berkisar antara 15 tahun hingga 55

tahun. Penduduk miskin pada kisaran usia ini yang sehat jasmani maupun rohani

merupakan sumber daya manusia yang mamiliki potensi besaar untuk menjadi pelaku

aktif dalam pembangunan.

Beberapa ahli mengemukakan defenisi pemberdayaan dilihat dari tujuan,

proses, dan cara-cara pemberdayaan:

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah

atau tidak beruntung.

2. Menurut Parson (1994) pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang

menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan

mempengaruhi terhadap kejadiaan-kejadiaan serta lembaga-lembaga yang

mempengaruhi kehidupanya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang

memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk

mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatianya

(26)

3. Menurut Swift dan Levin (1987) Pemberdayaan menunjuk pada usaha

pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial ( Swift dan

Levin dalam Sumodiningrat, 2009: 7-9).

2.2.2. Pembangunan Sosial (Social Development)

Pembangunan sosial sebagai salah satu pendekatan dalam pembangunan pada

awal perkembangan seringkali dipertentangkan dengan pembangunan ekonomi. Hal

ini terkait dengan pemahaman banyak orang yang menggunakan istilah pembangunan

yang dikonotasikan sebagai perubahan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya

industrialisasi. Pembangunan sosial menurut Midgley (1995) adalah suatu proses

perubahan sosial yang terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat sebagai suatu keutuhan, dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling

melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi. Dalam konsep

pembangunan sosial tergambar adanya suatu proses yang dinamis. Dinamika dalam

perubahan sosial ini menggambarkan adanya interaksi antara pelaku perubahan dan

sasaran perubahan serta menggambarkan adanya interaksi internal dalam masyarakat.

Proses perubahan yang terdapat dalam pendekatan pembangunan sosial pada dasarnya

bersifat progresif. Aspek progresif ini menunjukan bahwa perubahan yang dirancang

dalam pendekatan pembangunan sosial ini secara bertahap, tapi terencana dengan

pasti akan menunjukan perubahan kearah yang lebih baik.

Proses pembangunan sosial adalah interventionist, maksudnya perbaikan

masyarakat hanya dapat terjadi jika pelaku perubahan melakukan berbagai upaya

perubahan sosial yang terencana (intervensi sosial) guna meningkatkan taraf hidup

masyarakat tersebut. Tujuan pembangunan sosial diusahkan untuk dicapai melalui

beberapa strategi. Strategi-stategi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung

(27)

meskipun keduanya didasari oleh keyakinan dan ideologi yang berbeda. Perubahan

sosial lebih memusatkan pada populasi sebagai suatu kesatuan yang bersifat inklusif

dan universalistik. Pendekatan tersebut tidak hanya memfokuskan pada orang-orang

yang membutuhkan (needy individuals). Akan tetapi pendekatan pembangunan sosial

akan lebih menekankan pada mereka komunitas yang ditelentarkan oleh

pembangunan ekonomi yang terjadi selama ini, seperti kelompok miskin yang ada di

perkotaan dan di pedesaan, serta kelompok minoritas. Tujuan dasar dari pada

pembangunan sosial tersebut adalah pengembangan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat (promotion of social welfare). Dalam kaitanya dengan strategi

pembangunan sosial yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan taraf hidup

masyarakatm Midgley (1995) mengemukakan tiga strategi besar, yaitu:

1. Pembangunan sosial melalui individu (Social Development by Individuals),

dimana individu dalam masyarakat secara swadaya membentuk usaha

pelayanan masyarakat guna memberdayakan masyarakat.

2. Pembangunan sosial melalui Komunitas (Social Development by

Communities), dimana kelompok masyarakat bersama-sama berupaya

mengembangkan komunitas lokalnya.

3. Pembangunan Sosial melalui Pemerintah (Social Development by

Goverments), dimana pembangunan sosial dilakukan oleh lembaga-lembaga

didalam organisasi pemerintah (government agencies) ( Midgley dalam Adi,

2008: 54-57).

2.3. Pembangunan Desa 2.3.1. Pengertian Desa

Kata desa berasal dari bahasa sansekerta yakni desi, dusun yang berarti tempat

(28)

hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia (1993;200) disebutkan bahwa desa adalah (1) sekelompok

rumah diluar kota yang merupakan kesatuan kampung, dusun; (2) udi atau dus

(dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan kota);(3) tempat, tanah, daerah.

Innayatullah dalam Siagian (1983) mengemukan bahwa desa merupakan suatu

kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa dan

mengadakan pemerintahan sendiri. Desa terjadi bukan hanya dari satu tempat

kediaman masyarakat saja, namun terjadi dari satu induk desa dan beberapa tempat

kediaman. Sebagian dari mana hukum yang berpisah yang merupakan kesatuan

tempat tinggal sendiri, kesatuan mana pendukuhan, ampean, kampung, cantilan

beserta tanah pertanian, tanah perikanan darat, tanah hutan dan tanah belukar.

Roucek dan Warren dalam Purnomo (2004) mendefinisikan desa sebagai

bentuk yang diteruskan antara penduduknya dengan lembaga mereka di wilayah

setempat dimana mereka tinggal, yaitu di ladang yang berserak dan di kampung yang

biasanya menjadi pusat segala aktivitas mereka bersama.

Tipologi desa berkenaan dengan masyarakat dan kebudayaan menurut

Koetjaraningrat yakni:

1) Desa terpencil struktur sederhana, penduduk hidup berkebun ubi dan keladi yang

dikombinasikan dengan berburu dan meramu dan tidak mendapat pengaruh

kebudayaan perunggu, Hindu, Islam;

2) Desa yang memiliki hubungan dengan kota-kota kecil yang dibangun oleh

Kolonial Belanda, dengan struktur sosial agak kompleks penduduknya bercocok

(29)

3) Desa yang bertanam padi di sawah, dengan struktur sosial agak kompleks,

memiliki hubungan dngan pusat kota bekas penguasa pribumi dan Kolonial

Belanda (Roucek dalam Purnomo, 2004:28).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2005 tentang Desa, desa

adalah masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia ( PNPM, 2009:48).

2.3.2. Pengertian Konsep Usahatani

Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam,

tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang dilakukan oleh perorangan ataupun

sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan

keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan (Soeharjo dan

Patong, 1973). Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja

diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang

terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Berdasarkan batasan

tersebut dapat diketahui bahwa usahatani terdiri atas manusia petani (bersama

keluarganya), tanah (bersama dengan fasilitas yang ada diatasnya seperti

bangunan-bangunan, salurang air) dan tanaman maupun hewan ternak (Soeharjo dan Patong

dalam Deptan, 2008). Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa usahatani merupakan

himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan

untuk produksi pertanian (Mubyarto dalam Deptan, 2008).

Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahataninya tentulah berbeda-beda.

Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa

(30)

keluarga (Subsistence Farm). Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk

mencari keuntungan, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial

(Commercial Farm).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produki dalam usahatani terdiri dari faktor

internal dan eksternal. Faktor internal antara lain penggunaan input, teknik bercocok

tanam dan teknologi. Sedangkan faktor eksternal seperti cuaca, iklim, hama dan

penyakit. Lebih jelas lagi Hernanto (1989) menyatakan bahwa dalam usahatani ada

empat unsur pokok penting yang mempengaruhi produksi. Faktor-faktor tersebut

sering disebut sebagai faktor-faktor produksi antara lain :

1. Tanah

Tanah dalam usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan

sebagainya. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri,

membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan ataupun

wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur, polikultur maupun

tumpangsari.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani adalah tenaga kerja manusia. Tenaga kerja

manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak dimana tenaga

keja tersebut dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman,

tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga kerja ini

dapat berasal dari dalam maupun dari luar keluarga. Dalam teknis perhitungan, dapat

digunakan ukuran konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga kerja

pria sebagai ukuran baku, yakni :

(31)

3. Modal

Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi dan untuk

membiayai pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal dapat

diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (pinjaman dari lembaga keuangan

formal maupun non formal), hadiah, warisan ataupun dapat berupa kontrak sewa.

4. Manajemen

Manajemen dalam usahatani merupakan kemampuan petani untuk

menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang

dikuasai dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu menghasilkan produksi pertanian

sebagaimana yang diharapkan. Agar dapat berhasil mengelola suatu usahatani maka

perlu memahami prinsip teknik meliputi: (a) perilaku cabang yang diputuskan; (b)

perkembangan teknologi; (c) daya dukung faktor cara yang dikuasai. Selain itu, juga

perlu memahami prinsip ekonomis antara lain: (a) penentuan perkembangan harga;

(b) kombinasi cabang usaha; (c) tataniaga hasil d) pembiayaan usahatani; (e)

pengalokasian modal dan pendapatan serta (f) tolok ukur keberhasilan yang lazim

(Hernanto dalam Deptan, 2008 :31-36)

2.3.3. Kebijakan Pembangunan Desa

Berbicara tentang pokok-pokok kebijaksanaan dalam pelaksanaan

Pembangunan Desa, maka tidaklah dapat diabaikan pengertian, latar belakang,

pendekatan, konsep maupun kenyataan-kenyataan kondisi masyarakat di

daerah-daerah yang berbeda, sekaligus dikaitkan pula dengan masalah keterpaduan yang

sangat penting artinya bagi pembangunan desa yang harus dilakukan secara

menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan. Berdasarkan kepada dasar-dasar pikiran

tersebut, maka pokok-pokok kebijaksanaan pelaksanaan dalam Pembangunan Desa

(32)

1). Prinsip- prinsip Pembangunan Desa, meliputi:

a) Keseimbangan kewajiban yang serasi antara Pemerintah dengan masyarakat.

b) Dinamis dan berkelanjutan.

c) Menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan.

2). Pokok-pokok Kebijaksanaan Pembangunan Desa:

a) Pemamfaatan sumber daya manusia dan potensi alam.

b) Pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat.

c) Peningkatan prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat.

d) Pengembangan Tata Desa yang teratur dan serasi.

e) Peningkatan kehidupan ekonomi yang kooperatif.

3). Sasaran Pembangunan Desa

Menjadikan semua desa diseluruh wilayah Indonesia memiliki tingkat

klasifikasi desa swasembada, yaitu desa yang berkembang dimana taraf hidup dan

kesejahteraan menunjukan kenyataan yang meningkat.

4). Objek dan Subjek Pembangunan

Objek pembangunan adalah desa secara keseluruhan yang meliputi segala

potensi manusia, alam dan teknologinya, serta yang mencakup segala aspek

kehidupan dan penghidupan yang ada di desa. Usaha pembangunan desa juga

diarahkan untuk menjadikan desa itu bukan saja sebagai objek tetapi juga sebagai

subjek pembangunan yang mantap. Keikutsertaan ataupun keterlibatan masyarakat

dalam proses pengidentifikasian potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan

pengambilan keputusan alternatif solusi penangan masalah, pelaksananan upaya

mengatasi masalah dan juga proses keikutsertaan dalam proses evaluasi, keikutsertaan

masyarakat dalam berbagai tahap perubahan ini akan membuat masyarakat semaki

(33)

5). Mekanisme Pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan pembangunan desa dilakukan dengan sistem

perencanaan dari bawah (bottom up planning) melalui Lembaga Ketahanan

Masyarakat Desa di tingkat desa. (Sajogyo, 1992:123). Secara teoritis, agar suatu desa

berkembang dengan baik, maka terdapat tiga unsur yang merupakan suatu kesatuan,

yaitu:

1) Desa

2) Masyarakat desa

3) Pemerintah desa.

Masyarakat desa, adalah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat yang

tinggal pada unit pemerintah terendah langsung dibawah camat. Pemerintah desa,

adalah kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang dilaksanakan oleh

organisasi pemerintah yang terendah langsung dibawah kepala desa. Dalam upaya

mengembangkan masyarkat di tingkat lokal, baik organisasi pemerintah maupun

nonpemerintah, selain dibantu oleh tenaga pendamping (fieldworker atau fasilitator

lapangan) biasanya dibantu oleh tenaga kader (indigenous worker). Kader dapat

melakukan kegiatan di bidang pertanian; peternakan, kesehatan, pendidikan dan

lain-lain, setelah memperoleh latihan secukupnya. Tugas seorang kader pada intinya

adalah:

1) Sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan

2) Pelaksana dan pemelihara kegiatan program-program pembangunan desa.

3) Menjaga terjadinya kelangsungan kegiatan.

4) Membantu dan menghubungkan antara warga masyarakat dan lembaga-lembaga

(34)

2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanagkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri

Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa

tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM

Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan

Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa Keberhasailan PPK

adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi rakyat miskin, efisiensi

dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi

masyarakat.

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk

memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber

daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi

masalah kemiskinan. .

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi yang

dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin

sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta

mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi dan

strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan

pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri

(35)

tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan

melalui Program Pengembangan Kecamatan ( PPK).

2.4.1. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan

dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong

kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengolahan pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi:

1) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan

atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

2) Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan

sumber daya lokal.

3) Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolahan

pembangunan partisipatif

4) Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh

masyarakat

5) Melembagakan pengelolahan dana bergulir

6) Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa

7) Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.4.2. Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan

a) Lokasi Sasaran:

Lokasai sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan

(36)

tidak termasuk kecamatan-kecamatan kategori kecamatan bermasalah dalam

PPK/PNPM Mandiri Perdesaan.

b) Kelompok sasaran:

1. Masyarakat miskin di perdesaan.

2. Kelembagaan masyarakat di perdesaan

3. Kelembagaan pemerintahan lokal.

2.4.3. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat bersama

Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai

bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

Pemerintah Pusat dan Daerah yang berasal dari:

a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN)

b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

c) Swadaya masyarakat

d) Partisipasi dunia usaha

2.4.4. Klasifikasi Kesejahteraan dan Pemetaan Sosial

Klasifikasi kesejahteraan adalah mengelompokan rumah tangga di desa dalam

kategori kaya, menengah dan miskin menurut kriteria dan istilah setempat. Hasil

pengelompokan selanjutnya digunakan untuk menggambarkan rumah tangga- rumah

tangga yang ada di desa pada sebuah peta. Dalam proses ini, fasilitator harus

mendokumentasikan kriteria dan daftar rumah tangga miskin.

Penyusunan peta sosial dilakukan dengan menggambarkan dalam sebuah

sketsa peta dusun/desa tentang kondisi geografis, sumber daya alam, fasilitas umum

(37)

besar terhadap sosial ekonomi desa, seperti hutan, tambang, kebun, pabrik, pasar dan

alur transportasi strategis (PNPM, 2009: 2-4).

Kegunaan Peta Sosial adalah :

• Menggali gagasan masyarakat dalam menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang

dapat memenuhi kebutuhan dan berguna bagi mayoritas rumah tangga miskin.

• Melaksanakan dan memantau tahapan PNPM Mandiri Perdesaan seperti penulisan

usulan, verifikasi, musyawarah desa dan musyawarah antar desa.

Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam

penangan masalah sosial. Pemetaan sosial adalah proses penggambaran masyarakat

yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai

masyarakat termasuk di dalamnya profil dan masalah sosial yang ada pada masyarakat

tersebut. Sebagai sebuah pendekatan pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu

penelitian sosial dan geografi. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial

biasanya berupa peta wilaytah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga

menghasilkan suatu image mengenai pemusatab karakteristik masyarakat atau

masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar yang

ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatanya (Suharto,

2009:81-82).

2.4.5. Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Lembaga Dan Pemerintah Lokal

Dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat, lembaga dan pemerintah

lokal menuju kemandirian, maka:

a) Disetiap desa dipilih, ditetapkan dan dikembangkan: kader pemberdayaan

masyarakat Desa/Kelurahan (KPMD/K) dengan kualifikasi teknik dan

pemberdayaan), Tim penulis Usulan (TPU), Tim pengelola kegiatan (TPK), Tim

(38)

b) Di kecamatan dibentuk dan dikembangkan :Badan kerja sama antar desa (BKAD),

Tim verifikasi, Unit pengelolahan kegiatan (UPK) , Badan pengawas UPK dan

Pendamping lokal.

c) Diadakan pelatihan kepada pemerintahan desa meliputi pemerintah desa dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) atau bentuk kegiatan lain yang dapat menunjang

pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Pelatihan yang akan diadakan diantaranya meliputi:

penyususnan peraturan desa dan pengawasan terhadap pelaksanaan, pemerintahan dan

pembangunan pengolahan penagan masalah dan perencanaan kegiatan pembagunan

yang partisifatif.

d) Dilakukan kategorisasi tingkat perkembangan kelembagaan hasil PNPM Mandiri

Perdesaan didesa dan kecamatan agar masyarakat dapat mengetahui perkembangan

pembentukan, tahapan pengakaran dan tahapan pengembangan.

Organisasi kerja yang dibangun pada awalnya adalah lembaga-lembaga di

desa dan antar desa yang dibentuk untuk kebutuhan fungsional program. Dalam

PNPM Mandiri perdesaan, organisasi kerja tersebut diharapkan mampu mengelola

secara mandiri atas hasil-hasil program, baik yang telah dikerjakan melalui Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) maupun yang dikerjakan melalui PNPM mandiri

Perdesaan. Untuk mencapai kemampuan ini perlu dilakukan kebijakan penataan

kelembagaan. Kebijakan penataan menyesuaikan perkembangan yang terjadi

dilapangan dan kebijakan peraturan perundangan yang ada (PNPM, 2009:9).

2.4.6. Desa Berpartisipasi

Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri perdesaan berhak

berpartisipasi dalam seluruh tahapan program. Untuk dapat berpartisipasi dalam

PNPM Mandiri Perdesaan dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam

(39)

menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya

kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM mandiri

perdesaan. Untuk mengoptimalkan pengelolahan program, bagi kecamatan yang

memiliki jumlah desa lebih dari 20 disarankan untuk menggabungkan desa-desa

tersebut menjadi sekurang-kurangnya 10 satuan desa cluster. Penggabungan tersebut

didasarkan atas kesepakatan desa-dengan mempertimbangkan kedekatan wilayah.

Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM (Bantuan langsung

Masyarakat) diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria:

1. Lebih bermamfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin

2. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan

3. Dapat dikerjakan oleh masyarakat

4. Didukung oleh sumber daya yang ada

5. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan

Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri perdesaan

adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat

memberikan mamfaat jangka pendek dan jangka panjang secara ekonomi bagi

masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk

kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan non-formal)

c. Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama

bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasisi sumber daya lokal.

d. Penambahan modal simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) (PNPM,

(40)

2.5. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 2.5.1. Pengertian Agribisnis

Agribisnis adalah usaha dalam pertanian yang meliputi keseluruhan dari mata

rantai produksi, pengolahan hasil sampai pemasaran dan berhubungan erat dengan

pertanian dalam arti luas, yang dimaksud dengan adanya hubungan dalam arti luas

adalah kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang dilakukan ditunjang oleh kegiatan

pertanian itu sendiri ataupun adanya saling keterkaitan diantara kegiatan produksi.

Dalam menunjang keberhasilan agribisnis, ketersediaan bahan baku pertanian secara

kontiniu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Dengan kegiatan pertanian yang

memamfaatkan semua sektor pertanian kegiataan agribisnis berusaha menjadikan

aktivitas produksi lebih efektif dan efisien dan dapat meminimalisir faktor produksi

untuk menghasilkan bahan produksi yang bernilai jual/harga dipasaran. Sektor

pertanian dimaksud adalah semua kegiatan pertanian mulai dari kegiatan penyediaan

bahan baku penyediaan bibit/bahan dasar, proses penanaman, perawatan, pemanenan

sampai pemasaran. Sedangkan Faktor produksi adalah semua korbanan yang

diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan

dengan baik. Diberbagai literature, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah

input production factor dan korbanan produksi (Arsyad dalam Soekartawi, 2003:2-5).

2.5.2. Pengertian Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang

yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam suatu kegiatan bersama. Menurut

batasan ini kelompok sosial merupakan salah satu bentuk sistem sosial. Oleh karena

itu untuk mengerti dan memahami kelompok dapat dianalisa dengan menggunakan

konsep fungsi dan intregasi. Tujuan dan sikap bersama merupakan dasar

(41)

dibentuklah norma-norma yang harus ditaati oleh anggota-anggota kelompok sosial.

Norma-norma kelompok mengatur perilaku sesuai dengan status dan perannya

masing-masing. Komponen kelompok yang tidak dapat menjalankan peranan sesuai

dengan statusnya akan memperlemah integrasi kelompok itu sendiri (Ibrahim,

2003:45).

2.5.3. Pengertian Organsasi Petani dan Kelembagaan

Menurut Norman Uphoff, istilah kelembagaan dan organsasi sering

membingungkan dan bersifar interchangeably. Secara keilmuan social institution dan

social organization berada dalam satu tingkatan yang sama, untuk menyebut apa yang

kita kenal dengan kelompok sosial, group, sosial form dan lain-lain. Mempelajari

kelembagaan atau organisasi merupakan suatu yang esensial, karena masyarakat

modern beroperasi dalam organisasi-organisasi. Tiap perilaku individu selalu dapat

dimaknai sebagai representatif kelompoknya. Seluruh hidup kita dilaksanakan dalam

organisasi, mulai dari lahir, bekerja sampai meninggal. Ada lima hal mencirikan

istilah kelembagaan yaitu:

1. Berkenaan dengan sesuatu yang permanen dan menjadi permanent karena

dipandang rasional dan disadari kebutuhannya dalam kehidupan.

2. Berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku yang terdiri

dari nilai, norma, hukum, peraturan-peraturan, pengetahuan, ide-ide dan moral.

3. Berkaitan dengan perilaku atau seperangkat tata kelakuan atau cara bertindak

yang mantap yang berjalan di masyarakat.

4. Menekankan kepada pola prilaku yang disetujui dan memiliki sanksi.

5. Merupakan cara-cara standar yang disetuji untuk memecahkan masalah.

Dalam pembangunan pertanian agar berjalan lebih baik dan lancar salah satu

Gambar

Tabel interpretasi koefisien korelasi
Tabel 1
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

PASTIKAN NAMA LEMBAGA DI FILE EXCEL DAN APLIKASI DESKTOP SAMA CARA PENULISANNYA, TERMASUK PENGGUNAAN HURUF BESAR ATAU

keterprediksian laba, faktor resiko sistematis (Beta), struktur modal, serta ukuran perusahaan. Untuk membuktikan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kerelevenan

Penggambaran karakter guru pada cerpen-cerpen mereka sangat menarik dan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh guru ini juga merupakan permasalahan yang sering

1.226.747.000 (Satu milyar dua ratus dua puluh enam juta tujuh.. ratus empat puluh tujuh

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Nopember 2013, peneliti melakukan wawancara dengan 10 remaja putri yang sudah menstruasi dan

[r]

Kerja sama antar karyawan dalam perusahaan terjalin dengan solid dan teratur sehingga mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan job description .Budaya organisasi yang

[r]