• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Lanskap Jalur Pejalan Kaki Bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Lanskap Jalur Pejalan Kaki Bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi, Jawa Barat"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PEJALAN KAKI

BANTARAN KANAL TARUM BARAT

KOTA BEKASI JAWA BARAT

YASYIRAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap Jalur Pejalan Kaki Bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

YASYIRAH. Perencanaan Lanskap Jalur Pejalan Kaki Bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi Jawa Barat. Dibimbing oleh Afra Donatha Nimia Makalew.

Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat dan berada dalam lingkungan megapolitan Jabodetabek. Penelitian ini adalah tentang potensi lanskap bantaran Kanal Tarum Barat (KTB) sebagai jalur pejalan kaki, dengan panjang 7,4 km dari SMP Negeri 2 Kota Bekasi sampai perbatasan antara Kelurahan Jakasampurna dan Kelurahan Bintara Jaya. Bantaran KTB Kota Bekasi memiliki potensi sebagai ruang terbuka publik, akses bagi masyarakat, dan lokasi yang strategis yaitu berada di tengah perkotaan. Adapun kendala dari Bantaran KTB ini adalah akses sirkulasi pejalan kaki yang kurang memadai bagi pengguna pejalan kaki dan ruang yang tidak tertata dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode proses perancangan Gold 1989 yang meliputi tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan dengan mengidentifikasi aspek fisik, sosial, dan aspek legal. Hasil penelitian diperoleh melalui analisis deskriptif dan spasial. Perencanaan lanskap mencakup deskripsi dan rencana ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, dan fasilitas serta daya dukung wilayah. Konsep ruang terbagi menjadi lima zona yaitu ruang pejalan kaki, konservasi, penerimaan, peristirahatan, dan perdagangan. Luas yang direncanakan pada ketiga segmen adalah sekitar 5.400 m2 (dengan panjang 1,8 km), 9.000 m2 (dengan panjang 3 km), dan 7.800 m2 (dengan panjang 2,6 km).

Kata kunci: Kota bekasi, kanal, pejalan kaki, perencanaan lanskap

ABSTRACT

YASYIRAH. Landscape Planning of Pedestrian at “Kanal Tarum Barat” Waterside Bekasi City West Java. Supervised by Afra Donatha Nimia Makalew.

Bekasi city is located in the West Java Province and in the environment of Jabodetabek areas. This research is about the landscape potential of waterside Kanal Tarum Barat (KTB) as pedestrian with length of 7,4 km found from SMPN 2 Bekasi City until the border of urban village between Jakasampurrna office and Bintara Jaya. KTB has a role as the public, openly access for the society, and had a strategic location which located in the middle of the city. The constraints of waterside KTB are an inadequate pedestrian for circulation,and unproperly spaces arrangement. This research using Gold method 1980 which includes the preparation, inventory, analysis, synthesis and planning stages to identify the physical, social, and legal aspects. The results were obtained through descriptive and spatial analysis. A landscape plan resulted that includes a description and plan of space, circulation, vegetation, activities, and facilities as well as the carrying capacity of the area. Space concept developed into five zones that are pedestrian, conservation, reception, resort, and commercial spaces. Planned broad in three segments are about 5.400 m2 (1,8 km in length), 9.000 m2 (3 km in length), and 7.800 m2 (2,6 km in length).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PEJALAN KAKI

BANTARAN KANAL TARUM BARAT

KOTA BEKASI JAWA BARAT

YASYIRAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Jalur Pejalan Kaki Bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi, Jawa Barat

Nama : Yasyirah NIM : A44090013

Disetujui oleh

Dr Ir Afra Donatha Nimia Makalew, MSc.

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua DepartemenArsitektur Lanskap

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas Rahmat dan izin-Nya karya ilmiah ini dapat dirampungkan. Penelitian ini berjudul “Perencanaan Lanskap Jalur Pejalan Kaki Bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi Jawa Barat”. Shalawat serta salam senantiasa dilantunkan bagi sebaik-baiknya suri tauladan, Rasulullah SAW.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Afra Donatha Nimia Makalew, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, inspirasi, curahan waktu, perhatian, pengertian, dan kesabaran serta masukan yang sangat bermanfaat. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Muhammad Cahaya dan ibunda Sri Wahyuni. Terimakasih atas motivasi, doa, dan usaha terbaik yang diberikan kepada penulis serta kepada saudara-saudaraku, keluarga besar ARL 46 dan dosen-dosen ARL atas doa dan dorongannya.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Meskipun demikian, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Arsitektur Lanskap. Insya Allah.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka pikir 2

Tinjauan Pustaka 4

Lanskap Perkotaan 4

Bantaran Kanal 5

Jalur Pejalan kaki 5

Perencanaan Lanskap 8

METODE 9

Tempat dan Waktu 9

Alat dan Bahan 10

Batasan Penelitian 10

Metode Perencanaan 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Kondisi Umum Wilayah 15

Kondisi fisik 17

Kondisi visual 21

Aspek Sosial 30

Aspek Legal 30

Analisis 30

Deskriptif 30

Spasial 32

Sosial 32

Sintesis 36

(14)

Konsep Dasar 40

Konsep Pengembangan 40

Perencanaan 43

Daya Dukung 53

Rencana Lanskap 53

KESIMPULAN DAN SARAN 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 59

(15)

DAFTAR TABEL

1 Lebar Trotoar Minimum 7

2 Kebutuhan data (Jenis Data, Sumber Data, dan Cara Pengambilan) 11 3 Penilaian Kesesuaian Aspek Fisik Jalur Pejalan Kaki 12 4 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan perBulan di Kota Bekasi 18

5 Persentase Identitas Responden 27

6 Persentase Aktivitas Responden 27

7 Persentase Persepsi Responden 28

8 Preferensi responden terhadap fasilitas 29

9 Preferensi responden terhadap kondisi yang diinginkan 29

10 Preferensi responden terhadap fungsi vegetasi 29

11 Perencanaan ruang, aktivitas, fasilitas dan vegetasi 44 12 Lebar minimum trotoar menurut penggunaan lahan sekitarnya 46

13 Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki 46

14 Alternatif vegetasi yang dapat dikembangkan 47

15 Daya dukung pejalan kaki di bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi 53

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 3

2 Kenyamana rata-rata pejaan kaki berjalan 6

3 Peta Orientasi Lokasi Penelitian Kanal Tarum Barat Kota Bekasi 9 4 Tahapan Proses Penelitian (Modifikasi Gold 1980) 10

5 Pembagian Lokasi Penelitian 14

6 Batas Adsminitrasi Kota Bekasi 16

7 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi Tahun 2010-2030 17 8 Beberapa daerah persimpangan pada KTB Kota Bekasi 19 9 Peta Rencana Penataan Pedestrian Dan Fasilitas Pendukung Kota Bekasi 20 10 Peta Rencana Pengembangan Sarana Transportasi Kota Bekasi 21

11 Good View 22

12 Bad View 22

13 Segmen 1 24

14 Segmen 2 25

15 Segmen 3 26

16 Aktivitas yang ada di tapak 29

17 Peta Komposit Segmen 1 33

25 Ruang bebas trotoar 45

(16)

27 (a) Rambu petunjuk. (b) Rambu perintah. (c) Rambu larangan.

(d) Rambu peringatan 49

28 Pedestrian dimalam hari 50

29 Tempat sampah 51

30 Zebra cross 51

31 Pagar pengaman pada kanal 52

32 Papan informasi 52

33 Bangku taman 52

34 Site Plan Segmen 1 54

35 Perspektif Segmen 1 55

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Tata Guna Lahan Segmen 1 59

2 Peta Penutupan Lahan Segmen 1 60

3 Peta Topografi Segmen 1 61

4 Peta Visual Segmen 1 62

5 Peta Tata Guna Lahan Segmen 2 63

6 Peta Penutupan Lahan Segmen 2 64

7 Peta Topografi Segmen 2 65

8 Peta Visual Segmen 2 66

9 Peta Tata Guna Lahan Segmen 3 67

10 Peta Penutupan Lahan Segmen 3 68

11 Peta Topografi Segmen 3 69

12 Peta Visual Segmen 3 70

(17)
(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota merupakan lanskap yang kompleks, karena wilayahnya yang luas dihuni oleh individu-individu yang heterogen dari segi sosial dan berbagai suku bangsa, keahlian, jenis pekerjaan, tujuan serta tingkatan pendapatan. Sifat-sifat dan karakteristik sosial memberi pengaruh pandangan mereka terhadap lingkungan hidup terhadap kebutuhannya (Zahnd 1999). Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota, pemerintah kota harus melakukan perencanaan kota yang baik agar kota mampu mengakomodir aktivitas yang dibutuhkan warganya. Salah satu kebutuhan bagi masyarakat perkotaan adalah sarana dan prasarana kota.

Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat dan berada dalam lingkungan megapolitan Jabodetabek. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi kawasan tempat tinggal bagi masyarakat urban. Kota Bekasi dialiri oleh Kanal Tarum Barat (KTB) yang merupakan sumber utama air baku untuk air minum, dialirkan melalui Saluran Sekunder Bekasi Tengah, Bekasi Utara, dan Bekasi Pangkal untuk sistem jaringan air minum (PERDA No 13 Tahun 2011Pasal 13). Saluran Tarum Barat berupa kanal yang aliran airnya berasal dari Jatiluhur. Kanal adalah terusan buatan yang merupakan badan air selain sungai. Kanal dapat dibentuk dari sungai itu sendiri maupun hasil sudetan. Kanal, sungai, dan alur air (stream, creek) merupakan contoh dari lingkungan lotik atau model air yang mengalir (Nurisjah 2004).

Potensi dari KTB Kota Bekasi ini berupa badan air dan posisinya yang strategis. Menurut Simonds dan Starke (2006), badan air memiliki nilai keindahan, yaitu pemandangan dan air itu sendiri yang membangkitkan perasaan menyenangkan. Posisi kanal ini berada di tengah perkotaan yang dapat dimanfaatkan sebagai jalur pejalan kaki sebagai bagian dari prasarana kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Jalur pejalan kaki adalah lintasan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Menurut Simond dan Starke (2006), jalur pejalan kaki atau pedestrian dapat diibaratkan sebagai aliran sungai yang mengikuti alur dengan sedikit hambatan. Jalur pejalan kaki juga menghubungkan penggunaan lahan yang berbeda. Kondisi tapak, dan kebutuhan bagi pengguna fasilitas prasarana jalur pejalan kaki seperti: umur, asal dan tujuan, penyandang cacat, kebebasan berjalan untuk mendahului serta kebebasan waktu berpapasan dengan pejalan kaki lainnya tanpa bersinggungan, dan kemampuan untuk memotong pejalan kaki lainnya merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perencanaan (GDOT 2003).

(20)

2

kebutuhan akan jalur pejalan kaki, meningkatkan kualitas fisik kawasan bantaran KTB Kota Bekasi pada khususnya, serta kualitas visual Kota Bekasi pada umumnya.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah merencanakan lanskap jalur pejalan kaki bantaran KTB Kota Bekasi yang fungsional dan estetik. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakter lanskap bantaran KTB Kota Bekasi dari aspek fisik dan sosial.

2. Menganalisis potensi dan kendala bantaran KTB Kota Bekasi sebagai jalur pejalan kaki.

3. Menyusun rencana jalur pejalan kaki pada bantaran KTB Kota Bekasi.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara umum adalah mengaplikasikan ilmu di bidang Arsitektur Lanskap yang telah diperoleh dalam penataan lanskap bantaran KTB Kota Bekasi. Selain itu manfaat khusus yang diharapkan antara lain:

1. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah Kota Bekasi dalam merencanakan jalur pejalan kaki dalam pengembangan lanskap bantaran KTB Kota Bekasi. 2. Menjadi wawasan bagi arsitek lanskap dalam merencanakan jalur pejalan kaki

bantaran kanal yang fungsional dan estetik di kawasan perkotaan. 3. Menjadi bahan referensi pengembangan jalur pejalan kaki.

Kerangka Pikir

(21)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Kota Bekasi

Zona Sosial

Peta Komposit Kondisi Bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi

 Aktivitas sosial  Persepsi masyarakat

Aspek Sosial Aspek Fisik

 Tata guna lahan  Penutupan lahan Topografi  Iklim  Vegetasi  Tanah  Visual

Zona Kesesuaian

Block Plan

Konsep dan Pengembangan (Konsep ruang, sirkulasi vegetasi,

aktivitas, dan fasilitas)

Rencana Lanskap Jalur Pejalan Kaki di Bantaran Kanal Tarum Barat

Kota Bekasi

Aspek Legal

 Rencana Tata Ruang Kota Bekasi Potensi: Ruang terbuka publik, akses

bagi masyarakat, lokasi strategis

Kendala:Akses dan infrastruktur kurang memadai, ruang tidak tertata,

(22)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Perkotaan

Kota adalah suatu bentukan lanskap buatan manusia yang terjadi akibat kegiatan manusia dalam mengelola kepentingan hidupnya. Faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi perubahan lanskap perkotaan juga berkontribusi terhadap lingkungan fisik kota (Simonds dan Starke 2006). Sedangkan definisi kota menurut Menurut UU No. 26 tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota dan lanskap harus dibangun untuk saling mendukung satu sama lainnya. Kehidupan perkotaan terkadang membuat jenuh sehingga perlu tempat untuk beristirahat dari kejenuhan tersebut yaitu dengan menciptakan pemandangan yang indah yang dapat dinikmati semua orang (Simond dan Starke 2006). Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (BPS) yang dimaksud dengan kota adalah suatu wilayah tertentu dengan jumlah penduduk minimal 20.000 jiwa.

Kota tidak dapat difahami sekaligus atau seketika, seperti suatu benda yang sederhana. Penempatan jalan, pelayanan umum, dan aktivitas-aktivitas, merupakan bagian dari bentuk kota. Bentuk kota dan reaksi penduduk terhadapnya adalah saling mempengaruhi. Desain dari hubungan-hubungan ini dapat memberikan kepuasan yang lebih besar kepada penduduk kota yang menjadikan kota tersebut sebagai kota yang lebih nikmat untuk ditempati (Catanese and Snyder 1986). Dalam hal tata guna lahan, semakin tinggi aktivitas suatu tata guna lahan makin tinggi pula tingkat kemampuannya dalam menarik arus lalu lintas begitu pula sebaliknya. Dengan adanya guna lahan yang berkembang maka akan mengakibatkan peningkatan arus pergerakan, pola persebaran dan permintaan pergerakan yang mana perubahan-perubahan tersebut berkonsekuensi dengan aksesibilitas (Oktora 2011).

Masalah-masalah fungsionlal kota, cara kota berfungsi, dan bentuk kota, semuanya saling berhubungan (Catanese and Snyder 1986). Permasalahan di perkotaan salah satunya adalah banyaknya bangunan yang padat dan tidak tertata dengan baik. Kota-kota modern terlihat lebih seperti padang pasir gersang. Jalan-jalan, panjang dan lurus tanpa akhir yang terlihat tidak menarik sama sekali. Dalam beberapa dekade berikutnya, aspek yang paling penting dari sebuah kota adalah bagaimana mengelola kota tersebut. Karena kota senantiasa terus tumbuh. Untuk melakukan perencanaan dan pengelolaan dengan benar sebuah kota dan pemerintahnya harus memahami kebutuhan untuk mengembangkan kotanya seperti ulasan proyek dan layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat kota. Pusat kota, batas-batas, ruang terbuka, jalan raya, dan zonasi semua akan menjadi topik penting yang akan harus ditangani (Simond dan Starke 2006). Gambaran kota yang ideal adalah di mana seseorang memiliki akses yang mudah untuk menuju tempat tujuan mereka dalam bertukar barang dan jasa atau dalam berhubungan dengan orang lain (Lynch 1981).

(23)

Bantaran Kanal

Kanal adalah terusan buatan yang merupakan badan air. Kanal dapat dibentuk dari sungai itu sendiri maupun hasil sudetan. Kanal, sungai, dan alur air (stream, creek) merupakan contoh dari lingkungan lotik atau model air yang mengalir (Nurisjah 2004). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 tahun 1991 tentang sungai, pada pasal 1 menyebutkan tentang definisi bantaran yaitu lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam.

Beberapa wilayah di dunia memanfaatkan badan air dengan membuat saluran buatan yang disebut kanal. Mereka biasanya lurus dan sempit. Tapi mereka penuh dengan air. Mereka terhubung sungai dan danau, laut dan danau, sungai dan sungai, atau lautan dan lautan. Beberapa digunakan untuk mengairi tanah atauuntuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer air maupun navigasi. Faktor utama yang berpengaruh terhadapa aliran air lingkungan lotik ini menurut Nurisjah (2004) adalah kecepatan aliran, turbiditas, dan suhu.

Manusia memiliki ketertarikan pada air. Ini adalah kecenderungan alami ketika manusia memiliki keinginan untuk berjalan kaki di sepanjang tepi atau jalur, untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan dan suara, serta untuk melintas ke tepi yang lainnya. Keinginan ini harus diakomodasi dalam perencanaan tapak. Jalur pergerakan akan disesuaikan untuk memberikan berbagai pandangan dan eksplorasi visual dari elemen air. Pada titik dimana penggunaan air intensif atau di mana terdapat pertemuan tanah dan air, maka harus diberikan perlakuan arsitektur yang lebih, bentuk dan bahan jalur dan daerah digunakan akan menjadi lebih struktural juga (Simonds dan Starke 2006). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan lanskap tepian badan air antara lain meminimumkan gangguan seperti terhadap stabilitas lereng dan mencegah erosi, memelihara aliran air antara lain dengan menghindari pembuatan struktur yang dapat menghalangi aliran air, mempertimbangkan kemungkinan terjadinya luapan air, perkerasan yang fungsional dan tidak licin, pemilihan dan penggunaan material yang sesuai dengan keadaan cuaca dan tahan terhadap air, dan mencegah adanya aliran permukaan yang mengandung bahan pencemar yang masuk mengikuti aliran air.

Jalur Pejalan Kaki

Jalur pejalan kaki merupakan fasilitas aksesibilitas yang tidak terpisahkan dari prasarana dan sarana sistem transit perkotaan (Widagdo 2008). Sebagian besar dari kita adalah pejalan kaki. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu adanya perancangan yang baik dan benar. Fasilitas pejalan kaki harus dirancang dan dibangun sesuai dengan standar yang berlaku. Memahami kebutuhan dan karakteristik pejalan kaki dan faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan pejalan kaki adalah penting ketika merancang fasilitas pejalan kaki. Untuk merancang fasilitas pejalan kaki, kita harus mengetahui luasan yang diperlukan oleh pejalan kaki, dan pendekatan desain yang harus dilakukan untuk memenuhi keragaman kebutuhan (GDOT 2003).

(24)

6

lainnya, sehingga jalur sirkulasinya memotong rintangan di depannya. Aspek fungsional dan estetik merupakan dua hal yang harus menjadi pertimbangan dalam sirkulasi pedestrian, dimana keduanya harus dapat dipadukan secara bersama-sama untuk mendapatkan sebuah sistem pedestrian yang baik. Aspek fungsional yang menjadi pertimbangan antara lain kenyamanan, keamanan dan kepuasan yang diberikan kepada pejalan kaki. Sedangkan aspek estetika yang menjadi pertimbangan dapat diciptakan melalui penyusunan ruang dan pemandangan sepanjang tapak, sehingga tercapai sebuah jalur pedestrian dengan kualitas visual yang menarik.

Untuk mendorong kegiatan berjalan kaki, diperlukan adanya sinergi dari ketiga aspek (permintaan, faktor eksternal dan sediaan). Faktor sisi permintaan berupa tidakan, pada prosesnya berawal dari respon manusia terhadap lingkungan faktual yang dipersepsikan,selanjutnya cara untuk mengatasi atau merespon faktor eksternal dapat diatasi dengan desain sedangkan faktor sediaan terkait dengan kualitas perancangan yang dilakukan (Mangkukusumo 2012).

Jarak perjalanan akan bervariasi tergantung pada penggunaan geografi, kondisi iklim, dan tanah pola. Jarak pejalan kaki juga dipengaruhi oleh cuaca, waktu hari,demografi, tujuan perjalanan mereka, dan banyak faktor lainnya. Kebanyakan orang akan berjalan dengan jarak yang lebih lama untuk tujuan rekreasi, tetapi lebih memilih untuk berjalan jarak pendek ketika mereka terburu-buru. Beberapa kebutuhan penting bagi pejalan kaki yaitu daerah aman untuk berjalan, kenyamanan, tempat terdekat untuk berjalan, bersih, akses untuk transit, terdapat hal-hal yang menarik, dan interaksi sosial (GDOT 2003).

Janes Jacobs seorang kritikus perencanaan modern yang terkemuka, mengemukakan bahwa jalan-jalan bukanlah sekedar sistem transportasi, tapi lebih dari itu; jalan-jalan adalah kawasan-kawasan aktif yang menunjang serangkaian aktivitas-aktivitas termasuk bermain, berjalan santai, melakukan kunjungan dan lain-lain, yaitu aktivitas-aktivitas yang menurut dia sama pentingnya bagi suatu kota, dengan bergerak dari satu tepat ke tempat lain (Catanese and Snyder 1986).

Sumber: Time-Saver Standards for Landscape Architecture

(25)

Pada Gambar 2 mengilustrasikan kenyaman rata-rata bagi pejalan kaki saat menghadiri acara publik, belanja, berjalan di bawah kondisi normal, dan berjalan untuk kesenangan. Informasi ini sangat membantu untuk menghitung berapa banyak yang dibutuhkan untuk memperkirakan berapa kenyamanan bagi pejalan kaki saat berjalan.

Peningkatan arus lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang pada suatu kota seperti prasarana jalan raya perkotaan sangat tergantung pada pesatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau wilayah kota. Peningkatan jumlah pergerakan ditandai dengan meningkatnya volume lalu lintas kendaraan maupun volume pejalan kaki pada suatu ruas jalan perkotaan. Pada kenyataannya, peningkatan volume lalu lintas ini mendapat perhatian hanya pada prasarana lalu lintas kendaraan saja. Sementara kebutuhan prasarana pejalan kaki seperti fasilitas penyeberangan pedestrian, trotoar bagi pejalan kaki sangat minim mendapat perhatian. Permasalahan kegiatan berjalan kaki dari sudut pandang kota, khususnya kota-kota di Indonesia yaitu berjalan kaki bukanlah suatu kebiasaan yang populer. Selain faktor demand (malas, kepribadian, waktu, budaya), faktor eksternal seperti iklim, cuaca, polusi, panas serta fasilitas jalur pejalan kaki juga tidak mendukung (GDOT 2003). Untuk mendorong kegiatan berjalan kaki, diperlukan adanya sinergi dari ketiga aspek (permintaan, faktor eksternal dan sediaan). Faktor sisi permintaan berupa tidakan, pada prosesnya berawal dari respon manusia terhadap lingkungan faktual yang dipersepsikan, selanjutnya cara untuk mengatasi atau merespon faktor eksternal dapat diatasi dengan desain sedangkan faktor sediaan terkait dengan kualitas perancangan yang dilakukan. Perancangan fasilitas jalur pejalan kaki yang sesuai standar belum dapat menjamin nantinya akan ada orang yang mau berjalan kaki (Mangkukusumo 2012).

Lebar trotoar atau jalur pejalan kaki harus disesuaikan dengan jumlah pejalan kaki yang menggunakannya. Penentuan lebar yang diperlukan, agar mengacu kepada Spesifikasi Trotoar (SNI No. 03-2447-1991). Lebar minimum trotoar ditentukan sesuai Tabel 1. Pada jalur pejalan kaki terdapat streetscape. Unsur-unsur streetscape meliputi softscape dan hardscape. Seperti rumput, pohon, semak, lampu jalan, kursi, tempat sampah (bila diperlukan) dan fasilitas lainnya. Ini dapat memberikan berbagai manfaat bagi pengguna, karena dapat memberikan perasaan aman, menyenangkan, jalur nyaman, dan efisien. Selan itu juga sebagai pengarah bagi pejalan kaki, peningkatan kualitas lingkungan dengan ditambahkannya daerah hijau (NAASRA 2010).

Tabel 1. Lebar Trotoar Minimum

Fungsi Jalan Minimum (m) Minimum Khusus* (m)

Arteri primer

(26)

8

Full pedestrianitation biasanya menghilangkan badan jalan untuk kendaraan dan menjadikan jalan secara kontinu ditutupi oleh paving dengan tekstur permukaan yang konsisten. Contohnya adalah pedestrian street dan pedestrian mall yang biasanya terdapat di daerah komersial dan ditujukan untuk kenyamanan berbelanja.

2. Pedestrianisasi sebagian (partial pedestrianitation)

Dengan mengurangi jenis kendaraan bermotor, terutama kendaraan pribadi, daerah ini diprioritaskan untuk kepentingan pejalan kaki. Jalur pejalan kaki diperbesar dan jalur kendaraan bermotor diperkecil maksimum dua jalur. Kendaraan pribadi biasanya dilarang masuk terkecuali angkutan umum, taksi dan bus. Laju kendaraan dibatas kecepatan tertentu.

3. Pedestrian distrik

Dibuat dengan menghilangkan lalu lintas kendaraan dari sebagian daerah perkotaan dengan mempertimbangkan alasan adanya unit arsitektural, komersial maupun sejarah. Kota-kota di Eropa sering kali menggunakan jenis ini karena sesuai dengan kondisi daerah pusat kota yang bersejarah.

Perencanaan Lanskap

Perencanan adalah suatu aktivitas yang mempengaruhi masyarakat dan menyangkut nilai-nilai manusia, maka teori perencanaan tidak dapat mengabaikan ideologi dalam kata-kata John Dyckman, teori perencanaan haruslah mencangkup beberapa teori tentang masyarakat di mana perencanaan itu dilembagakan. Perencanaan sebagai suatu kegiatan dasar manusia. Banyak orang yang memmandang perencanan sebagai suatu kegiatan dasar yang terkandung dalam tingkah laku manusia pada semua tingkatan masyarakat. Dalam pandangan ini: Perencanaan adalah suatu proses pemikiran dan tindakan manusia berdasarkan pemikiran tersebut dalam kenyataannya, pemikiran ke masa depan yang merupakan suatu kegiatan manusia yang sangat umum (Catanese and Snyder 1986). Selain itu, menurut Simonds dan Starke 2006, perencanaan adalah suatu alat yang sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Tujuan utama perencanaan untuk menentukan tempat yang sesuai dengan daya dukung lahan dan keadaan umum masyarakat sekitar.

Perencanaan sebagai pengendali tindakan masa depan. Definisi ini mengandung reaksi yang berlebihan terhadap kesempitan definisi terdahulu. Definisi ini mengartikan bahwa tidak ada perencanaan yang prosesnya tidak mencangkup pelaksanaan. Dalam definisi Wildavsky perencanaan dapat dilihat sebagai kemampuan untuk mengendalikan konsekuensi masa depan daripada tindakan-tindakan yang dilakukan sekarang. Semakin banyak konsekuensi yang dapat dikendalikan, semakin besar sukses perencanaan itu.

(27)

METODE

Tempat dan Waktu

Lokasi penelitian berada di bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi, Propinsi Jawa Barat (Gambar 3) dengan panjang 7,4 km dari SMP Negeri 2 Kota Bekasi sampai perbatasan antara Kelurahan Jakasampurna dan Kelurahan Bintara Jaya. Penelitian ini direncanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Februari 2013 sampai bulan Juli 2013.

Sumber: BAPPEDA Kota Bekasi

(28)

10

Alat dan Bahan

Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi meteran, kamera, alat tulis, software AutoCAD 2008, Google SketchUp 8, Adobe Photoshop CS5, Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007 yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian. Bahan yang digunakan adalah peta dasar yang diperoleh dari data sekunder.

Batasan Penelitian

Penelitian jalur pejalan kaki bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi ini dibatasi hingga tahap perencanaan lanskap jalur pejalan kaki. Hasil akhir dari penelitian berupa gambar rencana lanskap dan laporan tertulis.

Metode Perencanaan

Proses perencanaan pada penelitian ini terdiri dari tahapan perencanaan Gold (1980) yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Tetapi untuk penelitian ini hanya sampai pada tahap perencanaan (Gambar 4).

Gambar 4.Tahapan Proses Penelitian (Modifikasi Gold 1980)

Persiapan

Inventarisasi

Analisis

Sintesis

Perencanaan

Tujuan Penelitian, Usulan Penelitian dan informasi sementara

Data Primer dan Data Sekunder

Aspek Sosial

Konsep Dasar Rencana Lanskap

Aspek Legal

Rencana Blok Peta Komposit

Pengembangan Konsep (Konsep ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, dan fasilitas)

Aspek Fisik

(29)

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah dan penetapan tujuan penelitian sebagai usulan untuk melakukan perencanaan jalur pejalan kaki di tepian Kanal Tarum Barat Kota Bekasi. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi awal mengenai lokasi penelitian dan menyusun rencana kegiatan. Pada tahap ini juga dilakukan pengurusan perijinan untuk melakukan penelitian.

2. Inventarisasi

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara survei langsung ke lapang, penyebaran kuisioner ke masyarakat pengguna potensial, dan wawancara kepada perwakilan masyarakat di sekitar tapak. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari instansi-instansi terkait, seperti Dinas Tata Kota, serta studi pustaka yang berkaitan dengan lanskap sungai dan jalur pejalan kaki. Rencana jadwal pelaksanaan penelitian seperti yang tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan data (Jenis Data, Sumber Data, dan Cara Pengambilan)

3. Analisis

Pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi dan kendala pada tapak. Potensi ini dilihat dari, pertama, aspek fisik tapak. Kedua, aspek sosial berupa deskripsi aktivitas sosial dan persepsi masyarakat terhadap kondisi tapak. Dan yang ketiga, aspek legal berupa peraturan pemerintah daerah Kota Bekasi untuk mendukung jalur pejalan kaki.

Metode yang digunakan dalam menganalisis aspek fisik adalah dengan analisis spasial dan metode deskriptif. Untuk aspek sosial untuk mengetahui persepsi masyarakat yang didapat dari kuisioner akan diolah secara kuantitaif dengan statistik sederhana yang akan dianalisis secara deskriptif. Untuk aspek

Jenis Data Sumber Data Cara pengambilan

A. Aspek Fisik

1. Tata guna lahan Dinas Tata Kota Bekasi Studi pustaka 2. Penutupan lahan Dinas Tata Kota Bekasi,

Tapak

Studi pustaka, survey

3. Batas Tapak Google Earth, Tapak Studi pustaka, survey

4. Topografi BAPPEDA Studi pustaka

5. Iklim

7. Vegetasi Google Earth, tapak Survey, studi pustaka

8. Tanah BAPPEDA Studi pustaka

9. Prasarana dan sarana BAPPEDA, tapak Studi pustaka, survey

10.Visual Tapak Survey

B. Aspek Sosial

1. Aktivitas sosial Pengguna Survey

2. Persepsi Pengguna Survey, kuisioner

C.Aspek Legal

Rencana Tata Ruang Kota

(30)

12

legal metode yang digunakan berupa metode deskriptif melalui penjabaran ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perencanaan jalur pejalan kaki di bantaran Tarum Barat Kota Bekasi. Analisis spasial akan menggunakan metode skoring dan pembobotan yang kemudian akan dioverlay untuk mendapatkan hasil analisis akhir berupa peta komposit.

3.1Aspek Fisik

Untuk efisiensi dan memudahkan pengamatan, lokasi penelitian dibagi menjadi 3 segmen bagian berdasarkan karakteristik dari lanskap tersebut. Segmen pertama dengan panjang 1,8 km dimulai dari perempatan jalan raya yaitu pertemuan antara Jalan Cut Meutia dengan Jalan Chairil Anwar sampai perempatan Jalan Jendral Ahmad Yani. Segmen dua dengan panjang 3 km dimulai dari perempatan Jalan Jendral Ahmad Yani sampai Perumahan Bumi Satria Kencana. Dan segmen tiga dengan panjang 2,6 km dimulai dari Perumahan Bumi Satria Kencana sampai pertigaan Jalan Bintara Jaya. Lebar pengamatan yaitu 50 m kearah kanan dan kiri jalan. Untuk menentukan nilai kesesuaian pada aspek fisik dapat dilihat pada Tabel 3. Kategori hasil dari skoring tersebut adalah untuk kategori sesuai dengan skor 9-12, cukup sesuai dengan skor 5-8 dan tidak sesuai dengan skor 1-4.

Tabel 3. Penilaian Kesesuaian Aspek Fisik Jalur Pejalan Kaki

Peubah Kategori Skor

Tata Guna lahan¹

Vegetasi sangat rapat (dominan vegetasi), tidak ada bangunan atau ruang kosong

Vegetasi cukup rapat, diantara vegetasi terdapat bangunan individual

Vegetasi tidak ada sampai jarang, dominasi ruang terbangun

3

Tinggi (Dominasi lanskap alami, tegakkan pohon atau memiliki good view)

Sedang (Tidak didominasi lanskap alami atau memiliki good view) Rendah (Dominasi reklame, PKL, sampah atau minimnya tegakkan

pohon)

3

2 1

Keterangan: Skor (3=sesuai, 2=cukup sesuai, 1=tidak sesuai).

Sumber: ¹Listianto (2006), ²Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian (2013), ³Anisa (2009),

4

Budiono (2011).

3.2Aspek Sosial

(31)

Kemudian bila perlu disajikan dalam bentuk grafik. Untuk kuesioner lihat Lampiran 1.

3.3 Aspek Legal

Untuk aspek legal yang diperhatikan dalam proses perencanaan adalah peraturan pemerintah kota, ketentuan yang berlaku pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bekasi tentang strategi penataan ruang wilayah dan rencana sistem prasarana Kota Bekasi yaitu mengembangkan jalur-jalur sirkulasi pedestrian, penyediaan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman pada kawasan perdagangan dan jasa, jaringan jalan arteri, dan jaringan jalan kolektor, serta penyediaan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman dapat diakses oleh penyandang cacat sesuai dengan ketentuan yang berlaku terutama di kawasan pusat kota.

3.Sintesis

Pada tahap ini, berdasarkan hasil analisis seluruh data dan peta komposit dibuat block plan/rencana blok. Kemudian disusun konsep dan pengembangan berupa konsep ruang, sirkulasi vegetasi, aktivitas, dan fasilitas.

4.Perencanaan lanskap

(32)

14

Ga

mbar

5. P

embagia

n

L

oka

si P

ene

li

ti

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah

Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dalam lingkungan megapolitan Jabodetabek. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi kawasansentra industri dan kawasan tempat tinggal kaum urban dan merupakan kota otonom sejak tahun 2002. Sebelumnya, Kota Bekasi berstatus sebagai kecamatan yang dikembangkan menjadi kota administratif di bawah pemerintah Kabupaten Bekasi. Sejak masih menjadi bagian Kabupaten Bekasi, perkembangan Kota Bekasi sudah terlihat demikian pesat, terutama akibat migrasi penduduk Jakarta yang bertempat tinggal di Bekasi. Dengan menonjolnya arus migrasi penduduk dari luar Kota Bekasi, mengakibatkan kota ini dikenal sebagai kota migran yang menarik para pengusaha untuk mengembangkan usaha sektor properti terutama perumahan, pertokoan, serta penunjang sektor tersebut. Dengan demikian Kota Bekasi dapat dikatakan tidak dikembangkan untuk menjadi kota yang mampu menampung warganya untuk mendapat pekerjaan. Sektor industri dan perdagangan merupakan sektor yang diunggulkan, sesuai dengan visi Kota Bekasi, yaitu unggul dalam jasa dan perdagangan.

Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210.49 km², dengan Kecamatan Mustika Jaya sebagai wilayah yang terluas (24.73 km²) sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13.49 km²). Secara geografi Kota Bekasi berada pada posisi 106º55’ BT dan 6º7’- 6º15’ LS, dengan ketinggian 19 m di atas permukaan laut. Letak Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi Kota Bekasi terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Batas-batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Kota Bekasi adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah barat berbatasan dengan Kota Jakarta Timur, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi).

Pada perkembanganya kini, sesuai dengan Perda No. 4 Tahun 2004, Kota Bekasi mempunyai 12 kecamatan, yang terdiri atas 56 kelurahan, yaitu: Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Selatan, Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Pondok Gede, Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Bantar Gebang, Kecamatan Jatisampurna, Kecamatan Medan Satria, Kecamatan Rawa Lumbu, Kecamatan Mustika Jaya, dan Kecamatan Pondok Melati (Gambar 5).

Penduduk Kota Bekasi berdasarkan hasil registrasi yang dikumpulkan oleh Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana pada tahun 2006 tercatat sebanyak 1.773.470 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 876.478 dan perempuan 896.992 jiwa. Rasio jenis kelamin sebesar 97.71. Jumlah penduduk ini tersebar pada 12 kecamatan. Penyebaran tertinggi pada Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 13.47% (238.810 jiwa), Bekasi Timur 13.03% (231.033 jiwa), Bekasi Barat 12.11% (214.822 jiwa) dan terendah di Kecamatan Jati Sampurna sebesar 3.76% (66.632 jiwa).

(34)

16

yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Pondok Melati, angka kepadatan penduduknya sekitar 3.759 jiwa/km2 (BAPPEDA Kota Bekasi 2006).

Sumber: Tata Kota Bekasi

Gambar 6. Batas Adsminitrasi Kota Bekasi

(35)

kawasan industri, 3 % telah digunakan untuk perdagangan, dan sisanya untuk bangunan lainnya.Bekasi memiliki rencana tata ruangtahun 2010 sampai tahun 2030 dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Tata Kota Bekasi

(36)

18

Kondisi Fisik

Sepanjang tahun 2006 keadaan iklim di Kota Bekasi cenderung panas, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Maret yaitu, masing-masing tercatat 294 mm dan 391 mm dengan jumlah hari hujan 15 dan 14 hari. Sedangkan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 36 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 4 hari.Total curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2006 adalah 1.941 mm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan per Bulan di Kota Bekasi

Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm) Lokasi dengan ketinggian lebih dari 25 m adalah terletak pada Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur dan Pondok Gede. Lokasi dengan ketinggian 25 – 100 m adalah Kecamatan Bantar gebang, Pondok Melati, dan Jatiasih. Wilayah dengan ketinggian dan kemiringan rendah menyebabkan daerah tersebut banyak terdapat genangan air, terutama pada saat musim hujan yaitu: di Kecamatan Jatiasih, Bekasi Timur, Rawalumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Kecamatan Pondok Melati.

Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies namun terdapat dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu Bekasi Utara: Struktur Aluvium dan Bekasi Timur: Struktur Miocene Sedimentary Facies.Jenis tanah di wilayah Kota Bekasi terdiri atas jenis tanah Aluvial, Renzina, Litosol, Glei, Humus rendah, Hidromorf kelabu, Glumusol, Latent, Latosol, dan Podsolik. Diantara semua jenis tanah yang terdapat di wilayah Kota Bekasi yang paling luas adalah Aluvial dan Latosol.

(37)

penting dalam hal pasokan air baku ke DKI Jakarta, dimana 80% suplai air baku ke DKI Jakarta yang diambil dari Bandung Jatiluhur mengalir melalui kanal ini.

Kanal Tarum Barat dibangun pada tahun 1968, saluran Tarum Barat memiliki panjang sekitar 68,3 km, dari Bendung Curug di Karawang hingga Bendung Bekasi di Kota Bekasi. Aliran airnya melewati tiga wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi. Di sekitar Bendungan Kanal dilakukan Pembangunan Sifon (Gorong-gorong) untuk memisahkan air dari Saluran Irigasi Tarum Barat dengan air Kali Bekasi. Sifon dibutuhkan untuk menjaga kualitas air dari Saluran Irigasi Tarum Barat yang menjadi sumber air minum bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), di Kota Bekasi maupun DKI Jakarta. Disamping itu, pembangunan sifon sebagai antisipasi untuk mengurangi banjir di wilayah Kota Bekasi. Dari Bendung Bekasi itu, air dari KTB yang sudah bersatu dengan air Kali Bekasi disalurkan ke arah barat menuju wilayah DKI Jakarta, selain untuk menjaga kualitas baku air minum dari Jatiluhur, pemisahan Saluran Irigasi Tarum Barat dengan Kali Bekasi juga dapat meminimalisir datangnya banjir ke kawasan perkotaan. Sepanjang daerah pengamatan pada KTB terdapat jalur jalan yang membelah KTB, yaitu berupa jembatan yang menghubungkan jalan raya dengan pemukiman penduduk, area publik dan perkantoran yang berjumlah 8 buah.Serta jalan raya yang merupakan jalan utama pergerakan kendaraan berjumlah 5 buah.

(38)

20

Sumber: Tata Kota Bekasi

(39)

Sumber: Tata Kota Bekasi

Gambar 10. Peta Rencana Pengembangan Sarana Transportasi Kota Bekasi

Kondisi Visual

(40)

22

Gambar 11. Good View

Gambar 12. Bad View

Kondisi kanal pada segmen pertama (Gambar 13) cukup bersih, disekitar area tersebut tidak terdapat pemukiman kumuh dan tidak terlihat sampah yang berserakan dalam jumlah yang besar. Area disekitar lahan digunakan untuk perumahan, perdagangan, industri nonpertanian, dan sisanya berupa tanah kosong. Pada jalur tertentu tidak terdapat pagar pengaman yang membatasi antara kanal dengan jalan, kondisi ini cukup berbahaya bagi keselamatan pengguna jalan. Di bagian tertentu dari segmen pertama terdapat para pedagang. Selain pedagang keliling yang berada di dekat lokasi sekolah, terdapat pedagang bunga yang membangun kios dari bilik bambu disekitar bantaran. Kecepatan kendaraan tidak terlalu kencang, namun di beberapa titik tertentu arus kendaraan cukup kencang sehingga sulit bagi pedestrian untuk menyebrang jalan.

Perlengkapan dan kelengkapan jalan cukup lengkap. Pada segmen ini dapat dijumpai beberapa fasilitas jalan seperti lampu penerangan jalan, lampu lalu lintas dan rambu lalu lintas yang tersebar di sepanjang lokasi penelitian. Sedangkan untuk perlengkapan jalan lainnya terdapat zebra cros, petunjuk arah, papan informasi dan lain sebagainya. Keadaan tanaman di sepanjang lokasi penelitianpun sangat tidak terawat membuat tanaman tidak terlihat estetik untuk dinikmati oleh pengguna jalan yang mengakibatkan suasana jalan terasa monoton dan berantakkan. Tanaman yang mendominasi pada umumnya adalah tanaman liar Lebar pedestrian/jalur pejalan kaki bervariasi di beberapa lokasi, mulai dari tidak ada pedestrian sampai yang memiliki lebar 1,5 meter. Material pelapis pedestrian secara umum hanya berupa tanah saja, walaupun ada disebagian tempat yang sudah menggunakan konblok.Pada bagian pedestrian yang terlalu sempit memberikan ketidaknyamanan dalam berjalan kaki, terutama jika berpapasan dari arah yang berlawanan.

(41)

cukup kencang, terutama disekitar Mall Metropolitan dan Mall Bekasi. Kondisi kanal tidak terawat, banyak diantara pagar pengaman telah hilang ataupun rusak, papan reklame dan spanduk-spandukpun banyak terpasang di pagar pembatas kanal. Pada segmen ini selain terdapat pemukiman yang tidak teratur juga digunakan sebagai area perumahan teratur, perdagangan umum, dan sisanya hanya berupa tanah kosong. Suasana jalan dipenuhi dengan pertokoan seperti mall dan ruko-ruko yang berada di sepanjang jalan.

Di bagian sisi jalur pejalan kaki banyak digunakan oleh pedagang. Seperti pedagang buah, kacamata, pernak-pernik pengendara sepeda motor, masker dan lain sebagainya. Perlengkapan dan kelengkapan jalan cukup lengkap. Fasilitas jalan seperti lampu penerangan jalan, lampu lalu lintas dan rambu lalu lintas dapat dijumpai di sepanjang daerah penelitian. Sedangkan untuk perlengkapan jalan lainnya terdapatzebra cros, petunjuk arah, papan informasidan lain sebagainya. Keadaan kondisi tanaman di sepanjang lokasi penelitianpun beragam. Dari sangat terawat hingga tak terawat. Selain itu juga terdapat lahan yang hanya terdiri dari semak belukar. Pada siang hari kondisi cuaca sangat panas.

Lebar pedestrian/jalur pejalan kaki bervariasi, dari tidak ada sama sekali jalur pejalan kaki hingga memiliki lebar 1,5 meter. Materialpun beragam dari yang hanya tanah dan beberapa berupa konblok, Kondisi materialnya mulai dari baik hingga ada beberapa bagian yang rusak, hancur, dan bergelombang. Pada bagian pedestrian yang terlalu sempit memberikan ketidaknyamanan dan ketidakamanan dalam berjalan kaki.

Pada bagian segmen ketiga dimulai dari Perumahan Bumi Satria Kencana sampai pertigaan Jalan Bintara Jaya (Gambar 15). Di sepanjang jalur pejalan kaki juga terdapat banyak para pedagang. Ada yang berdampak negatif ada pula yang berdampak positif. Yang berdampak positif yaitu penjual tanaman hias. Tanaman hias yang dipajang oleh para pedagang dapat menghilangkan kemonotonan kondisi lingkungan sekitar yang dipenuhi dengan ruko. Hanya saja banyak diantara pedagang tersebut membangun kios dengan permanen.

Kecepatan kendaraan sangat kencang. Sehingga ketika hendak menyebrang jalan cukup sulit, walaupun terdapat zebra cross. Perlengkapan dan kelengkapan jalan cukup lengkap. Pada segmen ini dapat dijumpai beberapa fasilitas jalan seperti lampu penerangan jalan, lampu lalu lintas dan rambu lalu lintas yang tersebar di sepanjang daerah studi. Sedangkan untuk perlengkapan jalan lainnya yang dapat dijumpai seperti petunjuk arah, papan informasi dan lain sebagainya. Namun untuk pagar pembatas pada segmen ini banyak yang sudah rusak, hilang ataupun bengkok.

(42)

24

(43)

Ga

mbar

14. S

(44)

26

Ga

mbar

15. S

(45)

Aspek Sosial

Data yang diperoleh dari hasil kuisioner yang disebar berupa identitas responden, aktivitas, persepsi dan preferensi. Penyebaran kuisioner dilakukan secara acak dengan jumlah 30 buah kepada pengguna jalur yang ditemui. Pengguna jalan yang potensial di sepanjang lokasi penelitian adalah masyarakat yang tinggal di permukiman di sekitar jalan tersebut, dan warga Kota Bekasi yang melakukan perjalanan menuju lokasi yang dituju baik menuju pusat perbelanjaan, sarana pendidikan, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya yang ada di sekitar kanal. Jenis kendaraan yang melintasi jalan ini terdiri dari kendaraan milik pribadi dan kendaraan umum.

Tabel 5. Persentase Identitas Responden

Identitas Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 masing segmen. Pengguna jalur terkecil adalah yang memiliki usia diatas 51 tahun. Jenis pekerjaan terbanyak pada segmen 1 dan 3 adalah sebagai wirausaha.

Tabel 6. Persentase Aktivitas Responden

(46)

28

Aktivitas responden pada segmen 1 terbanyak dilakukan pada siang hari. Pada segmen 2 aktivitas banyak dilakukan pada sore hari dan pada segmen 3 aktivitas terbanyak dilakukan pada waktu pagi dan siang hari. Adapun persepsi terhadap ke tiga segmen tersebut adalah terbilang ramai sehingga pagar pengaman diperlukan untuk memberikan rasa aman bagi pengguna jalur. Iklim mikro yang dirasakan oleh pengguna jalur pada seluruh segmen dirasa panas sehingga diperlukan penambahan vegetasi selain akan meningkatkan kualitas lingkungan juga akan menambah kualitas estetik dari tapak tersebut. Walaupun demikian kenyamanan pada seluruh segmen cukup baik kebersihanpun cukup bersih. Persepsi lebar jalur saat berjalan di jalur tersebut responden menilai cukup baik, hanya saja kelengkapan fasilitas masih banyak yang kurang terutama pada segmen 3. Fasilitas penyandang cacat diperlukan untuk mempermudah aktivitas mereka. Penempatan papan reklame dinilai tidak sesuai yaitu pada segmen 1 karena menurunkan kualitas visual dan pada segmen 2 dan 3 cukup sesuai, walaupun demikian diperlukan penataan papan reklame.

Tabel 7. Persentase Persepsi Responden

(47)

Tabel 8. Preferensi responden terhadap fasilitas

Preferensi terhadap fasilitas yang dibutuhkan di tapak cukup beragam. Pada segmen 1 yang diprioritaskan pertama adalah bangku taman dan yang menjadi prioritas terakhir adalah papan informasi. Pada segmen 2 dan 3 fasilitas yang diprioritaskan pertama adalah penunjuk arah dan yang menjadi prioritas terakhir adalah telepon umum. Preferensi kondisi yang diinginkan responden pada seluruh segmen berturut-turut adalah memberikan rasa aman, nyaman, indah, bersih dan kemudahan interaksi. Adapun preferensi fungsi vegetasi yang diinginkan pada tapak cukup beragam namun yang menjadi prioritas pertama adalah fungsi peneduh.

Tabel 9. Preferensi responden terhadap kondisi yang diinginkan pada tapak

Kondisi Segmen 1 (∑ ) Segmen 2 (∑ ) Segmen 3 (∑ )

Tabel 10. Preferensi responden terhadap fungsi vegetasi yang diinginkan pada tapak

(48)

30

Aspek Legal

Pemerintah Kota Bekasi merencanakan pengembangan jalan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi tahun 2010-2030, selain itu lokasi penelitian juga termasuk kedalam rencana penataan pedestrian dan fasilitas pendukung SUB wilayah pusat. Pada Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 13 Tahun 2011tentang rencana pengembangan jaringan pejalan kaki penyediaan jalur pejalan kaki haruslah aman dan nyaman. Jalur pejalan kaki diperlukan sebagai komponen penting yang harus disediakan untuk meningkatkan keefektifan mobilitas warga di perkotaan.

Peraturan terkait dengan jalur pejalan kaki terdapat pada Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

Jalur pejalan kaki direncanakan sesuai standar khusus dengan memperhatikan pedoman teknis jalur pejalan kakiyang dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam merencanaan jalur pejalan kaki. Pedoman ini meliputi deskripsi, ketentuan-ketentuan, dan langkah-langkah pekerjaan yang harus diikuti. Seperti yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum.

Analisis 1. Analisis Deskriptif

Lokasi bantaran kanal tarum barat Kota Bekasi ini merupakan penghubung wilayah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan DKI Jakarta. Keberadaannya tidak hanya menambah nilai estetik tapak, tetapi juga menjadi pendukung kehidupan di sekitarnya. Dalam suatu lanskap, badan air dapat menjadi pemandangan yang berdiri sendiri atau dapat juga membentuk kesatuan pemandangan dengan vegetasi serta bentuk lahan di dekatnya.

(49)

Pembangunan kota yang terus berkembang, berdampak pada kualitas dan kuantitas ruang kota. Misalnya pembangunan area jalan di kota sering berorientasi pada sistem transportasi dengan kendaraan bermotor. Ruang untuk pejalan kaki menjadi berkurang bahkan hilang kalaupun ada, tidak dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi pejalan kaki. Baik untuk bergerak maupun untuk beraktifitas.Jalur pejalan kaki adalah bagian dari area publik. Orang yang menggunakan jalur pejalan kaki memiliki berbagai alasan diantaranya untuk pergi ke sekolah, rumah sakit, untuk berbelanja, atau hanya sekedar melintas untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu orang juga berjalan untuk berekreasi dan kesehatan. Untuk itu kondisi jalur pejalan kaki tersebut harus aman, nyaman, estetis, dan menyenangkan, sehingga menarik bagi para pejalan kaki untuk berjalan (NAASRA 2010).

Bentuk tapak adalah berupa koridor dimana di dalamnya terjadi pergerakan dan sirkulasi yang cukup tinggi. Cara manusia bergerak di dalam lanskap semacam ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan elemen-elemen pembentuk lanskap, apakah badan jalan sendiri, pembatas jalan, maupun oleh pemandangan (scenery) di sekitar jalur yang dilaluinya. Jalan yang berbentuk lurus memungkinkan kendaraan bergerak lebih cepat dan memandang suatu obyek lebih lama. Kecepatan kendaraan pada daerah yang memiliki jalan yang lurus akan cenderung cepat.

Tapak tersebut memiliki berbagai macam aktivitas, selain aktivitas sosial ekonomi, terdapat juga aktivitas industri. Penggunaan lahan disepanjang jalur penelitian tidak homogen. Lahan digunakan sebagai pertanian lahan basah, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan tempat ibadah. Hal ini menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan. Karena letaknya yang strategis ini mengundang berbagai macam kegiatan ditawarkan sehingga banyak pengunjung datang dari berbagai lapisan, seperti pedagang kaki lima.

Kondisi tata guna lahan di sepanjang jalur pejalan kaki merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan. Pada lokasi penelitian sebagian besar digunakan untuk perdaganagan dan jasa. Kondisi tapak sangat ramai dan strategis, sehingga membuat PKL membangun kios di jalur pedestrian. Kios PKL bersifat semi permanen dan permanen. Kios yang permanen tidak dapat dipindah-pindahkan dengan mudah kecuali dengan cara pembongkaran menggunakan bantuan alat. Jalur pejalan kaki menjadi sempit, sehingga pejalan kaki harus menggunakan badan jalan untuk berjalan. Begitupun halnya dengan penutupan lahan di sekitar kanal. Sebagian besar lahan ditutupi oleh bangunan, tegakkan pohon sangat minim. Jumlah serta kerapatan vegetasi sangat sedikit. Kalaupun ada lahan kosong, hanya ditutupi oleh semak liar. Sehingga diperlukan adanya penataan pada jalur tersebut untuk memenuhi nilai fungsional dan estetik.

(50)

32

Kenyamanan iklim bagi pengguna jalur pejalan kaki dipengaruhi oleh iklim disekitar tapak.Apabila cuacanya panas maka pejalan kakipun tidak tertarik untuk berjalan. Radiasi matahari dapat dikurangi dengan pemberian naungan pada tapak, diantara naungan dapat berupa sruktur bangunan atau vegetasi yang ditempatkan untuk memberikan kenyamanan ikim mikro pada tapak. Kondisi vegetasi saat ini di daerah sisi jalan secara keseluruhan sangan kurang. Kebanyakan hanya ditanami semak belukar. Hanya di beberapa lokasi saja yang tersusun dengan baik, Seperti daerah di sekitar mall.

Kondisi visual di lokasi penelitian kurang beragam. Namun dengan adanya kanal menjadi daya tarik tersendiri. Akan tetapi adanya sampah yang berserakan di sekitar kanal menjadi permasalahan penting yang harus diatasi, selain akan mencemari kanal juga merusak pemandangan visual yang akan mengurangi kenyamanan pengguna jalan. Selain sampah yang merusak pemandangan visual, juga terdapat papan reklame. Kehadiran papan reklame ini memang berpotensi mengurangi kualitas visual. Pada awalnya media reklame ini dipasang agar dapat menyampaikan suatu pesan informasi kepada masyarakat. Untuk itu perlu adanya pembatasan terhadap reklame yang boleh dipasang (jumlah atau kerapatan keberadaan reklame). Reklame yang dipasang saling berdekatan dan saling menutupi pada suatu sudut pandang akan terkesan kumuh dan berpotensi mengurasi estetika lingkungan.

Sarana dan prasarana sangat dibutuhan dalam menunjang aktivitas pengguna jalan. Keberadaan sarana dan prasarana sudah cukup lengkap hanya saja kurang lengkap dan kurang terawat. Rambu-rambu lalu lintas dan lampu jalan merupakan fasilitas sangat penting. Tidak adanya lampu penerangan di jalur pedestrian sangat berbahaya bagi pejalan kaki dimalam hari.

2. Analisis spasial

Dalam menganalisis aspek fisik metode yang digunakan selain metode deskriptif adalah analisis spatial. Adapun aspek fisik yang dianalisis secara spatial adalah tata guna lahan, penutupan lahan, topografi dan visual (Lampiran). Berikut adalah peta komposit segmen 1 (Gambar 17), segmen 2 (Gambar 18) dan segmen 3 (Gambar 19). Dari hasil komposit tersebut didapatkan untuk kategori sesuai dengan skor 9-12, cukup sesuai dengan skor 5-8 dan tidak sesuai dengan skor 1-4. Secara keseluruhan tiga segmen tersebut terkategorikan cukup sesuai bagi pejalan kaki.

3. Analisis sosial

(51)
(52)

34

Ga

mbar

18. P

eta

Komposi

t S

(53)

Ga

mbar

19. P

eta

Komposi

t S

(54)

36

Selain pengguna yang beragam, persepsi terhadap tapakpun berbeda-beda. Manusia selalu melakukan persepsi dan interpretasi terhadap lingkungannya. Proses persepsi dan interpretasi merupakan rangkaian tindakan manusia sebagai upaya mendapatkan gambaran dari lingkungannya, sehingga manusia dapat menetapkan tindakan selanjutnya terhadap lingkungan tersebut. Arah dan bentuk tindakan manusia terhadap lingkungannya dapat berupa hal-hal yang positif atau negatif, dimana pilihan tindakan tersebut sangat bergantung dari hasil persepsi dan interpretasi yang telah ia dapatkan sebelumnya.

Bentuk persepsi tersebut berbeda pada setiap orang, karena pengaruh latar belakang intelektual, pengalaman emosional, pergaulan, dan sikap seseorang. Sedangkan, kedalaman persepsi akan sebanding dengan kedalaman intelektual dan semakin banyaknya pengalaman emosional yang dialami seseorang. Persepsi seseorang terhadap kualitas suatu lanskap ditentukan oleh interaksi yang kuat antara lanskap dan pengetahuan seseorang terhadap lanskap tersebut. Tingkat penilaian tersebut tergantung pada kepuasan perasaan seseorang terhadap lanskap tersebut. Tingkat kepuasan dapat dirasakan oleh pengguna tapak setelah ia merasakan kenyamanan (baik secara fisik ataupun fungsi).

Tingkat Kenyamanan pejalan kaki dalam melakukan aktifitas dipengaruhi oleh cuaca dan jenis aktivitas, dan kondisi ruang pejalan kaki. Misalnya, kesesakan dan kepadatan, keamanan dan kemudahan untuk bergerak. Hal yang mempengaruhi pejalan kaki untuk mau berjalan adalah penempatan elemen pendukungdisepanjang jalur pejalan kaki tersebut, apabila sepanjang jalur pejalan kaki tidak terdapat elemen pendukung, tidak banyak pejalan kaki yang mau berjalan diatasnya dan cenderung akan berjalan dengan cepat ke tujuan. Kegiatan utama pada tapak meliputi kegiatan berjalan untuk berbelanja, menunggu angkutan dan istirahat setelah berjalan lama.

Fasilitas-fasilitas yang dikehendaki umumnya telah ada, namun dengan jumlah yang sangat sedikit atau tidak berfungsi lagi. Lampu penerangan sangat dibutuhkan pada jalur pedestrian, untuk memberikan rasa aman bagi pengguna. Tidak adanya tempat sampah pada area-area tertentu terutama di tempat berkumpulnya masyarakat akan mendukung kebiasaan membuang sampah sembarangan, yang pada akhirnya akan mengurangi kenyamanan dan keindahan bagi pengguna jalan. Dengan adanya keberadaan fasilitas jalan akan mendukung fungsi jalan sebagai sarana pelayanan masyarakat.

Sintesis

Bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi, merupakan lokasi yang strategis,

dapat dikembangkan sebagai jalur pejalan kaki di kawasan perkotaan. Untuk

menunjang potensi tersebut, diperlukan suatu pengembangan tapak. Pada tahap

sintesis, suatu rencana zona atau block plan. Agar tapak tidak terkesan monoton,

(55)

masyarakat atau warga kota. Bentuknya secara fisik haruslah sesuatu yang mudah untuk dibaca, baik berupa tulisan, gambar, simbol, maupun bendera.

(56)

38

Ga

mbar

21. R

en

ca

na

B

lo

k S

(57)

Ga

mbar

22. R

en

ca

na

B

lo

k S

(58)

40

Konsep Konsep Dasar Perencanaan

Berdasarkan hasil analisis potensi dan kendala yang ada pada lokasi penelitian maka, konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran Kanal Tarum Barat Kota Bekasi ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi kenyamanan, keamanan, dan estetik. Kenyamanan pada lanskap akan memberikan rasa nyaman baik kepada pengguna jalan, pengelola jalan maupun masyarakat sekitar jalan. Fungsi kenyamanan yang dimaksud yaitu dengan menanam tanaman peneduh, memperbaiki fisik jalan, menjaga kebersihan sekitar jalan dan menciptakan ketenangan bagi masyarakat sekitar jalan.

Fungsi keamanan diarahkan untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengguna jalan, pengelola jalan dan masyarakat sekitar jalan yang diwujudkan dengan membuat pembatas yang jelas antara wilayah jalan (transportasi) dengan wilayah aktivitas manusia (jalur pejalan kaki), pemasangan rambu-rambu lalu lintas, membuat jalur penyeberangan dan pemasangan lampu penerang jalan, membuat pagar pembatas di bagian sisi kanal, serta membuat tanda bahaya atau keterangan bantaran kanal dapat dilalui atau tidak. Fungsi estetika untuk menberikan view yang indah (untuk menarik pengguna jalan). Hal tersebut didukung dengan adanya kesatuan yang harmonis antara jalan dengan lanskap sekitarnya. Fungsi estetika sendiri diwujudkan dengan penataan tanaman semak dan tanaman penutup tanah pada daerah sisi jalan, memberi desain khusus pada struktur bangunan, memanfaatkan potensi alam yang memiliki view yang baik dan mengkombinasikan atau memadukan lanskap jalan dengan lingkungan sekitarnya. Fungsi-fungsi ini diperlukan bagi manusia terutama di kota-kota besar sebagai kompensasi dari kesibukan kota yang semrawut.Sehingga dapat menciptakan suasana serasi dan seimbang.

Konsep Pengembangan Perencanaan

Konsep pengembangan perencanaan lanskap jalur pejalan kaki ditujukan untuk mengembangkan fungsi pejalan kaki. Konsep pengembangan dalam penelitian ini meliputi konsep ruang, konsep sirkulasi, aktivitas, vegetasi, dan fasilitas. Adapun konsep yang dikembangkan pada penelitian ini adalah pada segmen 1.

1. Konsep Ruang

Pembagian zonasi ruang ini bertujuan untuk mewujudkan kondisi ruang agar aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan sehingga terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, dan terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Konsep ruang dikembangkan menjadi lima zonasi ruang. Yaitu ruang pejalan kaki, konservasi, penerimaan, peristirahatan, dan perniagaan.

(59)

konservasi merupakan jalur hijau yang berfungsi sebagai peningkat kualitas lingkungan sepanjang tapak maupun lingkungan sekitarnya. Tanaman dapat berupa semak ataupun penutup tanah.

Ruang penerimaan, merupakan ruang penting dalam menciptakan kesan pertama yang menarik saat pengguna memasuki tapak. Hal ini diwujudkan melalui penataan fasilitas dan penggunaan tanaman yang memiliki nilai estetis dari bentuk dan warna yang menarik. Ruang peristirahatan atau stop area merupakan ruang yang dirancang untuk tempat beristirahat pejalan kaki setelah melakukan perjalanan atau tempat untuk sekedar menunggu kendaraan, duduk-duduk, dan berbincang. Pada ruang ini dilengkapi dengan penambahan objek-objek yang dapat dinikmati oleh pengguna tapak. Ruang perniagaan, merupakan ruang yang akan dimanfaatkan untuk mengakomodasi ruang bagi aktivitas ekonomi yang berlangsung di tapak. Ruang dirancang di tempat yang lokasinya dekat dengan pusat keramaian. Pemberian adanya peralihan-peralihan ruang pada tapak juga diperlukan untuk menyatukan ruang-ruang tersebut. Bentuk peralihan dapat berupa perbedaan material, ruang yang semakin melebar, ruang menyempit, perbedaan suasana, dan sebagainya.

Gambar 23. Konsep Ruang Segmen 1

2. Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi dibuat dengan menghubungkan kegiatan yang satu dengan lainnya. Sirkulasi yang dikembangkan bertujuan dapat memberi kepuasan, kenyamanan bagi pengguna jalan. Pengembangan sirkulasi dilakukan berdasarkan kondisi eksisting, kebutuhan tapak, dan ruang-ruang yang ada. Sirkulasi adalah prasarana penghubung vital yang menghubungkan berbagai kegiatan dan penggunaan dalam sebuah tapak. Dapat juga digambarkan sebagai satu-satunya cara seseorang untuk bisa mengalami sepenuhnya tapak dalam tiga dimensi. Pengalaman berbeda-beda saat menelusuri sebuah tapak, dapat diciptakan melalui perubahan-perubahan dalam sistem sirkulasinya.

(60)

42

sirkulasi di luar tapak. Penerapan kendali dalam perancangan sistem sirkulasi pejalan kaki diperlukan untuk mengatasi munculnya jalan-jalan pintas yang merusak penampilan tapak, namun tidak kaku. Karena kekakuan akan menyebabkan pejalan kaki merasa terhambat.

Antara sistem sirkulasi yang satu dengan sistem sirkulasi lainnya terdapat batas-batas yang jelas untuk menghindari kekacauan lalu lintas dan resiko kecelakaan. Misalnya, antar sistem sirkulasi pejalan kaki dan sistem sirkulasi kendaraan bermotor, diberi batas pemisah berupa perbedaan ketinggian permukaan, perbedaan material, dan pembatas fisik berupa jalur pepohonan.

Jalan dapat dibuat lebih menarik dan tidak monoton dengan pengaturan rute, pengaturan pencapaian bangunan, serta pengaturan pemandangan. Selain itu, sebagai bagian dari ruang eksterior, sistem sirkulasi juga dirancang dengan prinsip-prinsip estetika. Misalnya dengan menggunakan warna, keseimbangan, bentuk, garis, tekstur, irama, bergabung untuk membentuk keindahan pada sistem sirkulasi yang dirancang.

3. Konsep Aktivitas

Jalur pedestrian berperan menjadi perantarayang penting bagi manusia dalam beraktivitas di tapak (melakukan interaksi sosial-ekonomi antar masyarakat). Pejalan kaki membutuhkan sebuah ruang pada jalan yang dibentuk secara fisik agar dapat melakukan aktivitas pedestrian. Aktivitas ini diharapkan aman dan terlindung dari unsur lain dari jalan itu sendiri, yaitu kendaraan bermotor. Aktivitas yang dikembangkan berdasarkan tinggi rendahnya aktivitas di tapak yang disesuaikan dengan bentuk penggunaan lahan dan keinginan masyarakat serta kepadatan intensitas penggunaan jalur tersebut di beberapa wilayah pada segmen penelitian.

Dari kuisioner yang disebar tentang pilihan aktivitas yang dilakukan di tapak, hasil terbanyak yang dilakukan adalah melintas dan tidak ada kegiatan berfoto pada tapak. Kondisi yang paling diinginkan secara berurutan berupa kondisi aman, nyaman, indah, bersih, dan terakhir adalah adanya kemudahan interaksi. Untuk memberikan keamanan pada tapak maka tidak hanya diberikan pembatas pada area jalan raya melainkan pada sisi kanal untuk diberi pembatas. Kenyamanan orang untuk berjalan kaki dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim. Iklim yang kurang baik akan mengurangi keinginan orang untuk berjalan kaki sehingga diperlukan penambahan vegetasi. Dengan adanya vegetasi dapat mempengaruhi iklim mikro disekitar tapak, selain itu juga dapat menambah keindahan pada tapak.

4. Konsep Vegetasi

Gambar

Gambar 5. Pembagian Lokasi Penelitian
Gambar 6. Batas Adsminitrasi Kota Bekasi
Gambar 7.Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi Tahun 2010-2030
Tabel 4. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan per Bulan di Kota Bekasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR URUT KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DINAS PEMUDA DAN OLAH RAGA..

Sementara Kematian bayi rendah (di bawah rata-rata Jawa Barat) antara lain Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kota Bogor, Kota Cimahi,

anhidritpun bisa terbentuk dipermukaan ketika gipsum tersingkap dan terjadi evaporasi lanjut hingga gipsum kehilangan air (GRECO (CNRS) volume 52 1994

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode Gap Analysis yang bertujuan untuk melakukan analisis dan perbandingan terhadap teknologi yang

Alat pengering surya terintegrasi dengan tungku biomassa dapat mengeringkan bahan dengan cepat, mempunyai nilai SMER dan efisiensi termal cukup tinggi, dan juga

Sebaliknya kesan daripada dasar-dasar seperti Dasar Penyusunan Negeri-negeri Melayu atau Dasar Pecah dan Perintah, Dasar Pemindahan dan Penempatan Orang-Orang Melayu, Dasar

Teratai memiliki daun berbentuk lebar dan tipis yang mengakibatkan penguapan air terjadi dengan mudah, selain itu batang teratai memiliki rongga-rongga udara yang

Bagian Inventaris akan melakukan penghentian aset, data kemudian disimpan di database, setelah Bagian Inventaris menerima konfirmasi penyimpanan data, data kemudia dikirim