• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguaan Aktifitas; Intoleransi Aktifitas di RSUD dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguaan Aktifitas; Intoleransi Aktifitas di RSUD dr. Pirngadi Medan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan

Gangguan Kebutuhan Dasar Aktifitas; Intoleransi Aktifitas

di RSUD.dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Siti Zulhijjah Nst

112500035

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya hanya milik Allah SWT karena

hanya dengan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguaan Aktifitas;

Intoleransi Aktifitas di RSUD dr. Pirngadi Medan ”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Ahlimadya Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

2. Ibu Erniyati S.kep, Ns, MNS, selaku dosen pembimbing akademik saya di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan, yang selalu memberi nasehat dan motivasi bagi saya.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan sekaligus penguji yang telah meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan masukan materi demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Siti Saidah Nst. S.Kp, M.Kep, Sp. Mat, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya mengucapkan terimakasih yang teramat besar dan dalam atas bimbingannya.

5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 6. Terima kasih teramat dalam kepada, Alm. Ayah (Mursal nst) yang karena cita-cita

yang belum terlihat oleh mu ini ayah, akhirnya saya membuktikan cita-cita itu pada hari ini, dan Ibu saya tercinta (Suriati Siregar, S.pd) serta saudara saya (Zulfirman nst, AMK) yang telah mendukung dan mendoakan saya maupun materil dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Untuk semua sahabat fillah terbaik saya, GMG(Girls Muslimah Group), dan sahabat

(4)

berada dibalik layar jauh sebelum Karya Tulis Ilmiah ini dibuat (KHZ), terima kasih yang teramat besar.

8. Teman satu bimbingan saya (Siti Hardianti, Chairunnisa) yang selalu mendukung, memberikan semangat, berjuang sepenuh hati walau harus selalu terjatuh hingga Karya Tulis Ilmiah ini terbentuk sedemikan rupa.

9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu, wawasan, ataupun karena kesilapan penulis.Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.Harapan penulis, semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 24 Juni 2014 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 4

BAB II PEMBAHASAN Pengelolaan Kasus ... 5

A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Aktifitas ... 5

1. Fisiologi Pergerakan ... 6

2. Konsep Mekanika Tubuh ... 6

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Pergerakan 6 4. Asuhan Keperawatan ... 7

a. Pengkajian ... 8

b. Analisa Data ... 10

c. Diagnosa Keperawatan ... 11

d. Perencanaan Keperawatan ... 12

e. Evaluasi ... 14

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 15

1. Pengkajian ... 15

2. Analisa Data dan Masalah Keperawatan ... 27

3. Diagnosis Keperawatan ... 29

4. Perencanaan Keperawatan ... 30

5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ... 36

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... v LAMPIRAN

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawat adalah seseorang yang wajib memberikan suatu asuhan keperawatan yang komprehensif dalam segala aspek kebutuhan manusia. Sehingga yang menjadi pegangan dan pedoman bagi seorang perawat dalam mencapai tujuan pemberian asuhan keperawatannya adalah teori Maslow, dimana Maslow menyebutkan dalam teorinya bahwa kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi 4 bagian yaitu, fisiologis,aman nyaman, cinta mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.Dalam kebutuhan dasar fisiologis, maka salah satunya mencakup kebutuhan aktifitas.

Menjalankan suatu asuhan keperawatan memiliki tahapan proses keperawatan mulai dari adanya suatu kasus yang ditemukan, baik di Rumah Sakit maupun ditempat lain, kemudian melakukan pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi hingga implementasi yang kesemuanya memiliki satu tujuan yaitu mencapai pemenuhan kebutuhan dasar yang menjadi prioritas pasien.

Menurut hasil studi kasus yang penulis lakukan pada tanggal, 02 Juni 2014 di RSUD dr.Pirngadi Medan, penulis menemukan kasus pasien dengan diagnosa medis Gagal Jantung Kongestif.

Fungsi sistem kardiovaskular adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuh. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat(Muttaqin,2009).

Fungsi sistem kardiovaskuler diantaranya transportasi oksigen, nutrisi dan sisa metabolisme, trasportasi dan distribusi panas tubuh, serta pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit(Muttaqin,2009).

Salah satu penyakit yang terkait dengan sistem kerja jantung, yaitu gagal jantung kongestif. Gagal jantung kongestif merupakan salah satu kondisi dimana, cardiak

output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh (A.Gede,1993),atau

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001).

Gagal jantung, apabila terjadi di ventrikel kanan, maka yang menonjol adalah

(7)

mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena (Smeltzer & Bare,2001), sirkulasi sistemik melambat sehingga alirah darah ke vena akhirnya melemah, dan tekanan hidrostatik meninggi, menyebabkan cairan terakumulasi dijaringan perifer. Cairan berpindah dari ruangan intraseluler ke

interstitial(A.Gede,1993). Manifestasi klinis yang terjadi meliputi edema ektremitas

bawah, yang biasanya merupakan pitting edema, anoreksia dan mual, nokturia dan lemah (Smeltzer & Bare,2001).

Edema yang terjadi dimulai pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha, akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah.Pitting edema adalah edema yang tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari. Sedangkan kelelahan yang menyertai gagal jantung kongestif sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan (Smeltzer & Bare,2001).

Perawat perlu mengamati area edema seperti pada kaki, karena akan terjadi pengumpulan cairan didaerah tersebut. Cairan juga dapat terakumulasi dirongga abdominal akibat peningkatan tekanan intravascular, yang mendorong cairan serous

keluar dan sirkulasi portal.Keadaan ini dikenal sebagai ascites dan jaringan kulit mungkin retak.Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah atau anoreksia terjadi akibat adanya ascites. Kegagalan jantung kanan dapat terjadi dan ditandai dengan penurunan

cardiak output(A.Gede,1993).

Hasil data pengkajian anamnesa,ditemukan data klien mengeluh kakinya terasa kaku dan masih sulit digerakan,terlihat adanya udem pada tungkai kaki,klien juga mengeluh sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas apapun sejak ia dirawat dirumah sakit, tubuhnya terasa lemah dan mudah lelah saat melakukan aktivitas, serta kaki dan tangan terlihat tremor, dan hal inilah yang membuat klien hanya berbaring diatas tempat tidur.Karena itu penulis mengangkat masalah pemenuhan kebutuhan dasar aktifitas pada diagnosa intoleransi aktivitas.

(8)

suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuh (Muttaqin, 2009), tetapi proses ini tidakdilakukan secara normal, bahkan akan terjadi akumulasi cairan pada jaringan perifer(edema), sehingga semua sistem tubuh akan terganggu misalnya tubuh akan terasa lemah, dan mudah lelah.

Berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas,dalam karya tulis ilmiah ini penulis akan membahas mengenai diagnosa Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan umum, bedrest yang lama/immobilisasi, yang memiliki kondisi klinis terjadi pada pasien gagal jantung kongestif sesuai dengan data kasus yang diperoleh dari RSUD. dr.Pirngadi Medan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aktifitas; Intoleransi Aktifitas pada pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUD. dr.Pirngadi Medan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan Pengkajian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktifitas (intoleransi aktifitas) di RSUD. dr.Pirngadi Medan Tahun 2014.

b. Mampu merumuskan Diagnosa Asuhan Keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktifitas (intoleransi aktifitas) di RSUD. dr.Pirngadi Medan Tahun 2014.

c. Mampu membuat Perencanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktifitas (intoleransi aktifitas) di RSUD. dr.Pirngadi Medan Tahun 2014.

d. Mampu melaksanakan Tindakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktifitas (intoleransi aktifitas) di RSUD. dr.Pirngadi Medan Tahun 2014.

(9)

3. Manfaat

a. Bagi mahasiswa

Menambah wawasan pengetahuan serta masukan pengetahuan untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama pendidikan khususnya dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar pemenuhan aktifitas (intoleransi aktifitas.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan hasil dari Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan memberikan informasi tentang panatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan pemenuhan Kebutuhan Dasar Fisiologis (Toleransi Aktivitas ) agar dapat diterapkan di Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan palayanan usaha keperawatan.

c. Bagi Institusi

Agar dapat dijadikan bahan masukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam penerapan pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar khususnya mengenai kebutuhan fisiologis (toleransi aktifitas).

d. Bagi pasien/ penderita

(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep DasarKebutuhan Dasar Aktifitas

Dalam buku yang ditulis oleh Effendy(1998), manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang utuh dan unik.Teori kebutuhan dasar manusia memandang manusia sebagai suatu keterpaduan, keseluruhan yang terorganisir yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.Kebutuhan Dasar Manusia bila dipandang dari aspek keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan individu,keluarga, kelompok, maupun masyarakat yang menjadi sasaran dalam perawatan masyarakat. Kebutuhan dasar tersebut dirumuskan menurut Hirarki Maslow(1967), yang kemudian dikembangkan oleh Richard A. Khalish(1973), dimana tingkatan kebutuhan dasar manusia yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis a. Kebutuhan oksigen

b. Kebutuhan cairan dan elektrolit c. Kebutuhan nutrisi

d. Kebutuhan eliminasi e. Kebutuhan istirahat

f. Kebutuhan menghindari dari rasa nyeri g. Kebutuhan regulasi suhu badan

h. Kebutuhan stimulasi

i. Kebutuhan melaksanakan Aktivitas/kegiatan(toleransi aktifitas) j. Kebutuhan eksplorasi dan manipulasi

k. Kebutuhan seksualitas

Kebanyakan orang menilai tingkat kesehatannya berdasarkan kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia.Kemampuan tersebut meliputi, berdiri,berjalan,bekerja dan lain sebagainya.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat,sistem pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, metabolisme

(11)

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak, dimana manusia memerlukan energi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup (Tarwoto Wartonah,2006).

I. Fisiologi Pergerakan

Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem musculoskletal dan persarafan.Sistem skelet berfungsi untuk mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh, melindung bagian tubuh tertentu seperti(hati, jantung, paru, ginjal dan otak),tempat melekatnya otot dan tendon serta tempat produksi sel darah.Sedangkan persarafan berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar, kemudian diteruskan ke susunan saraf pusat.Saraf pusat memproses implus dan kemudian memberikan respon melalui saraf efferent, sehingga saraf efferent menerima respon dan diteruskan ke otot rangka (Tarwoto Wartonah, 2006).

II. Konsep Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh adalah pengunaan organ tubuh secara efesien dan efektif sesuai dengan fungsinya.Dengan melakukan aktivitas secara benar dan beristirahat dalam posisi yang benar dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan mencegah timbulnya penyait.Gangguan mekanika tubuh dapat terjadi pada individu yang mengalami tirah baring lama, karena dapat terjadi penurunan kemampuan tonus otot(Mubarak,2007).

III. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Pergerakan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan yaitu sebagai berikut:

a. Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan tubuh

Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskular dan tubuh secara proporsional, postur, pergerakan dan reflek akan berfungsi secara optimal(Mubarak,2007).

b. Kesehatan Fisik

Ganguan pada sistem muskuloskelatal atau persarafan dapat menimbulkan dampak negatip pada pergerakan dan mekaniak tubuh seseorang, misalnya penyakit,cacat tubuh, dan immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh. Karenanya, untuk memberikan intervensi yang tepat pada klien, perawat perlu mengkaji respon klien terkait dengan hambatan mobilitas yang dialaminya.

c. Keadaan Nutrisi

(12)

pergerakan(Mubarak,2007).Kurang nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan jadi kurang bebas(Tarwoto&Wartonah,2006).

d. Emosi

Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktifitas tubuhseseorang.Keresahan dan kecemasan dapat menghilangkan semangat, yang kemudian sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas (Tarwoto&Wartonah,2006).

Jika konsep aktifitas tersebut terganggua, maka akan muncul masalah kesehatan yaitu intoleransi aktivitas.

Menurut NANDA, 2012-2014, intoleransi aktifitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Menurut Tarwoto&Wartonah(2006), intoleransi aktivitas adalah kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energi fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

IV. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada pasien Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare,2001).

Gejala klinis gagal jantung kongestif adalah adanya edema yang terjadi dimulai pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia ekterna dan tubuh bagian bawah(A.Gede,1993).Pitting edema adalah edema yang tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari. Sedangkan kelelahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan, disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan(Smeltzer & Bare,2001).

Kasus yang dijelaskan dalam karya tulis ilmiah inimengangkat satu diagnosa yang menjadi prioritas masalah dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu aktifitas(intoleransi aktifitas).

(13)

a. Pengkajian

1. Riwayat Penyakit Saat ini

Konsep pengkajian PGRST yang dikutip dari buku, Muttaqin, 2009 yaitu sebagai berikut:

Provoking incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas ringan

sampai berat.

Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang

dirasakan atau digambarkan klien.

Region : apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau mempengaruhi keseluruhan

sistem otot rangka, apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.

Severity of pain : kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Biasanya kemampuan aktivitas klien menurun sesuai drajat perfusi jaringan yang dialami.

Time : sifat mula timbulnya, keluhan kelemahan beraktivitas biasanya timbul perlahan.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian RPD yang mendukung, dikaji dengan menanyakan apakah sebelumnya klien pernah menderita hipertensi, iskemia miokardium, diabetes

mellitus dan hiperlipidemia (Muttaqin, 2009).

3. Tingkat aktivitas sehari-hari

Yang harus dikaji yaitu pola aktivitas sehari-hari,latihan fisik(jenis, frekuensi dan lamanya aktifitas fisik),(Tarwoto&Wartonah,2007).

4. Tingkat kelelahan

Yang harus dikaji, yaitu aktivitas yang membuat lelah, riwayat sesak napas serta kelelahan/keletihan sepanjang hari(Tarwoto&Wartonah,2007).

5. Gangguan pergerakan

Yang dikaji adalah penyebab gangguan pergerakan, tanda dan gejala serta efek dari gangguan pergerakan tersebut (Tarwoto&Wartonah,2007).

6. Pemeriksaan fisik

Yang dikaji adalah tingkat kesadaran, postur/bentuk tubuh(skoliosis, kifosis,

lordosis dan cara berjalan) ektremitas (kelemahan, gangguan sensorik, tonus otot,

atropi, tremor, dan kekuatan otot), kemampuan jalan, kemampuan duduk,

(14)

7. Kelelahan

Kelelahan dapat terlihat jelas, yang disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat gejala sekunder penyakit jantung, sehingga menyebabkan suplai oksigen ke jaringan tidak adekuat.Klien mungkin mengalami kaheksia, yaitu terdapat penurunan berat badan yang parah dan adanyaatropi otot.Kelainan ini sering disebabkan oleh penyakit keganasan dan gagal jantung yang parah dapat menimbulkan efek ini dan mungkin pula adanya peningkatan kecepatan metabolisme akibat kebutuhan oksigen yang meningkatoleh jantung yang hipertropik(Muttaqin,2009).

8. Kaji sirkulasi

Adanya riwayat hipertensi, Impark Miokard akut/kronik, endokarditis, anemia, serta syok septik, tandanya adanya bengkak pada kaki, telapak kaki atau abdomen(gagal jantung kanan), adanya pitting edema(Doengoes,2000).

9. Integritas Ego

Adanya gejala cemas, khawatir, takut, stres yang berhubungan dengan penyakit.Tanda-tanda yang ditunjukkan berupa marah,ketakutan dan mudah tersinggung(Doengoes,2000).

10. Neurosensori

Adanya gejala berupa kelemahan, pingsan,pening, perubahan prilaku serta mudah tersinggung(Doengoes,2000), bila volume darah dan cairan dalam pembuluh darah meningkat, maka darah yang beredar menjadi lebih encer dan kapasitas transport oksigen akan berkurang, sehingga otak tidak dapat bertoleransi terhadap kekurangan oksigen dan pasien akan mengalami konfusi (Smeltzer & Bare, 2001).

11. Nyeri/kenyamanan

Adanya gejala berupa nyeri dada, angina akut/kronis, serta sakit pada otot.Dengan tanda-tanda, tidak tenang, gelisah, menarik diri serta prilaku melindungi diri (Doengoes,2000).

12. Keamanan

Adanya gejala berupa perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus

(15)

b. Analisa Data

Analisa data dapat menunjukkan diagnosa perawatan aktual dari hasil data pengkajian yang diperoleh, yaitu mengenai intoleransi aktivitas. Dengan pohon masalah yaitu sebagai berikut:

Kelainan fungsi jantung/otot jantung

Hipertensi peradangan faktor sistemik

Meningkatkan kerja jantung yang akhirnyamengakibatkan hipertropiserabut otot jantung dan dianggap sebagai mekanisme kompensasi dari jantung, tapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertropi jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal dan terjadi gagal jantung.

(ventrikel kanan gagal memompa darah)

Kontraktilitas jantung↓

Kongesti visera dan jaringan perifer kerena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat, sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah secara normal kembali dari sirkulasi vena.

Sirkulasi sistemik melambat, aliran darah ke vena akhirnya melemah, dan tekanan hidrostatik meninggi menyebabkan cairan terakumulasi di jaringan perifer.

Penurunan curah jantungtergantung pada volume sekuncup, yaitu jumlah

(16)

(pusing,konfusi,kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan panas,anoreksia,mual,nokturia dan pitting edema)

INTOLERANSI AKTIVITAS

(Smeltzer & Bare, 2001).

Kemungkinan data yang ditemukan pada diagnosa intoleransi aktivitas ini adalah secara verbal mengatakan adanya kelelahan, kesulitan dalam pergerakan, abnormal nadi dan tekanan darah terhadap respon aktivitas(Tarwoto&Wartonah,2006).

Dan kondisi klinis yang terjadi terkait diagnosa intoleransi aktivitas, terjadi pada pasien anemia, gagal ginjal kronis, gangguan jantung, kardiak aritmia, gangguan metabolisme dan gangguan musculoskeletal(Tarwoto&Wartonah,2006).

c. Penetapan Diagnosa atau Rumusan Masalah

Menurut NANDA(2003), yang dituliskan dalam bukuMubarak, 2007, diagnosa keperawatan yang terkait dengan masalah aktivitas dan olahraga antara lain:

1. Intoleransi aktivitas

2. Resiko intoleransi aktivitas 3. Hambatan mobilitas fisik 4. Resiko disuse syndrome

Menurut Mubarak,2007 sebagai bagian dari asuhan keperawatan, perawat bertanggung jawab mengidentifikasi klien yang membutuhkan bantuan dengan postur tubuh dan menentukan besarnya bantuan yang mereka butuhkan. Secara umum tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan masalah aktivitas bervariasi, tergantung pada diagnosa dan karakteristik masing-masing individu. Salah satu diagnosa pada masalah keperawatan aktifitas adalah intoleransi aktifitas, yang dapat berhubungan dengan:

1. Gangguan sistem traspor oksigen, sekunder gagal jantung kongestif,atelektasis,anemia,hipovolemia,gangguan endokrin atau metabolik.

2. Ketidakadekuatan sumber energi, sekunder akibat obesitas, malnutrisi dan diet yang tidak adekuat.

3. Peningkatan kebutuhan metabolik, sekunder stres ekstrim, nyeri,suhu yang ekstrim, polusi udara dan sebaginya.

(17)

5. Kelelahan atau dispnu akibat penurunan curah jantung(Smeltzer & Bare, 2001) Kriteria hasil: individu akan meningkatkan aktivitasnya hingga tahap(tetapan aktivitas yang diharapkan).

Indikator:

1. Mengidentifikasi faktor yang memperburuk intoleransi aktifitas. 2. Mengidentifikasi metode untuk menurunkan intoleransi aktifitas.

3. Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, 3 menit setelah beraktifitas.

d. Perencanaan Keperawatan

Hampir semua klien membutuhkan bantuan dan bimbingan perawat untuk mempelajari, memperoleh, serta mempertahankan mekanika tubuh yang tepat. Dalam hal ini perawat dapat mengajarkan anggota keluarga atau pasien berbagai teknik untuk bergerak, mengangkat tubuh atau berpindah tempat disekitar rumah sakit (Mubarak,2007).

Intervensi yang disarankan dalam buku yang dibuat oleh(Mubarak,2007) terkait dengan intoleransi aktifitas yaitu:

1. Pantau respon klien terhadap aktifitas

a. Ukur nadi, tekanan darah, dan pernafasan saat istirahat. b. Minta klien untuk melakukan aktifitas.

c. Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas(latihan dapat meningkatkan denyut nadi sekitar 50 denyutan).

d. Minta klien untuk beristirahat sebanyak 3 menit, ukur tanda-tanda vital kembali.

e. Hentikan aktifitas jika terdapat keluhan nyeri dada, vertigo atau konfusi.

f. Turunkan intensitas atau durasi aktifitas jika frekuensi pernapasan meningkat secara berlebihan setelah aktivitas.

2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

a. Tingkatkan aktivitas toleransi klien dengan memintanya melakukan aktifitas lebih lambat, atau dalam priode waktu yang lebih singkat dengan diselingi istirahat yang lebih banyak atau dengan lebih banyak bantuan.

b. Mulai lakukan latihan rentang gerak sendi sekurang-kurangnya 2x/hari. c. Dorong klien untuk melakukan latihan isometrik.

d. Dorong klien untuk mengubah posisi dan mengangkat tubuhnya secara aktif jika tidak ada kontraindikasi.

(18)

3. Kaji keadekuatan pola tidur klien.

a. Rencanakan priode istirahat berdasarkan jadwal harian klien.

b. Anjurkan klien untuk istirahat selama satu jam pertama setelah melakukan aktifitas. Istirahat dapat melakukan berbagai cara: tidur sebentar, duduk dan menonton tv, atau duduk dengan kaki ditinggikan.

4. Munculkan sikap “ bisa melakukan” dari dalam diri.

a. Identifikasi faktor yang menghambat percaya diri klien(misalnya takut jatuh,persepsi tentang kelemahan,gangguan penglihatan).

b. Rencanakan tujuan aktivitas, seperti duduk dikursi sambil makan,berjalan menuju jendela untuk melihat pemandangan, atau berjalan kedapur untuk mengambil minuman.

c. Bantu klien untuk mengidentifikasi kemajuan yang didapat. Jangan anggap remeh nilai pujian dan dukungan sebagai suatu teknik motivasi yang efektif. Dalam kasus tertentu, akan sangat membantu jika kita membuat catatan tentang aktivitas yang telah kita lakukan untuk memperlihatkan kemajuan klien.

5. Dorong keluarga untuk menyampaikan masalahnya.

6. Beri penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.

Setelah gagal jantung terkontrol, pasien dibimbing secara bertahap kembali kegaya hidup dan aktivitas sebelum sakit sedini mungkin.Aktivitas kegiatan hidup sehari-hari yang harus direncanakan untuk meminimalkan priode apnue dan kelelahan.Setiap aktivitas yang menimbulkan kelelahan harus dihindari atau dilakukan adaptasi.Pasien harus dibantu untuk mengidentifikasi stres emosional dan menggali cara-cara menyelesaikannya(Smeltzer & Bare, 2001).

Dalam buku yang ditulis oleh Tarwoto&Wartonah,2006, untuk diagnosa intoleransi aktivitas disarankan beberapa intervensi diantaranya:

1. Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas Rasionalnya:merencanakan intervensi dengan tepat

2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri.

Rasionalnya: pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri. 3. Catat tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.

Rasionalnya: mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas. 4. Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi dalam latihan aktifitas.

Rasionalnya: meningkatkan kerjasama tim dan perawatan holistik.

(19)

Rasionalnya: membantu mengembalikan energi.

6. Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet. Rasionalnya: metabolisme membutuhkan energi.

7. Berikan pendidikan kesehatan tentang:

Perubahan gaya hidup untuk menyimpan energi dan penggunaan alat bantu pergerakan.

Rasionalnya: meningkatkan pengetahuan dalam parawatan diri.

e. Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya intervensi menurut buku yang ditulis oleh (Smeltzer & Bare, 2001) adalah:

a. Mengalami penurunan kelelahan.

1. Mampu beristirahat secara adekuat baik fisik amupun emosional.

2. Berada pada posisi yang tepat yang dapat mengurani kelelahan dan dispnu. b. Mengalami penurunan kecemasan.

1. Menghindari situasi yang menimbulkan stress. 2. Tidur pulas dismalam hari.

3. Melaporkan penurunan stres dan kecemasan. c. Mencapai perfusi jaringan yang normal. 1. Mampu beristirahat dengan cukup.

2. Melakukan aktivitas yang memperbaiki aliran balik vena(latihan harian sedang, rentang gerak ektremitas aktif atau pasif).

(20)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I.BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana Ekonomi Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : Jl. Mushollah, No. 16, Medan Sunggal Tanggal Masuk RS : 31 Mei 2014

No. Register : 00.41.36.95 Ruangan / kamar : Dahlia II/ SVIP Golongan Darah : A

Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2014

Tanggal operasi : Tidak ada rencana operasi Diagnosa Medis : CHF + DM tipe 2

II. KELUHAN UTAMA

(21)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A.Provocative/ palliative

1. Apa penyebabnya

Klien datang kerumah sakit dengan keadaan badan terasa lemah dan mudah lelah jika banyak bergerak, kemungkinan disebabkan oleh adanya penurunan curah jantung,kaki terlihat udem, kemungkinan disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang meninggi menyebabkan cairan terakumulasi di jaringan periferdan tidak dapat digerakan diakibatkan oleh kehilangan kekuatan/tonus otot, serta tekanan darah tinggi, 180/90 mmHg adalah salah satu penyebab terjadinya gagal jantung kongestif.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Klien hanya bedrest/immobilisasi dan terlihat selalu melindungi bagian kakinya yang terasa sakit jika hanya tersentuh saja, dan selalu menangis jika menceritakan kondisi tubuhnya.

B.Quantity/ quality

1. Bagaimana dirasakan

Saat ingin melakukan aktifitas, saat kaki mulai ingin diinjakkan terasa seperti menebal dan otot-otot dibagian kaki terasa melemah dan rasanya tidak bisa menopang berat tubuh hingga tubuh terasa lelah.

2. Bagaimana dilihat

Saat dilakukan pengkajian, klien tidak bersedia untuk berdiri, dan perawat hanya melakukan pemeriksaan dengan menggoreskan secara perlahan telapak kaki dengan mengunakan ujung pena, klien terlihat merintih.

C.Region

1. Dimana Lokasinya

Udem berada di kedua kaki klien yaitu kaki kanan dan kiri dan itulah yang membuatnya malas untuk melakukan aktivitas.

2. Apakah menyebar

Klien mengatakan sakit yang dirasakannya, jika kakinya diinjakkan sampai menyebar ke lutut, dan lutut terasa lemah.

D.Severity

(22)

terlihat membengkaksangatlah mengganggua aktifitasnya, karena itu klien memilih untuk bedrest daripada harus terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.

E.Time

Klien merasakan sakit pada ototnya itu jika, klien terlalu banyak bergerak terutama saat klien akan berdiri.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A.Penyakit yang pernah dialami

Klien memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus sejak 6 tahun yang lalu.

B.Pengobatan/ tindakan yang dilakukan

Klien rutin melakukan pemeriksaan Kadar Gula Darah ke poli Endokrinologi secara terkontrol.

C.Pernah dirawat/dioperasi

Satu minggu sebelum tanggal 31 juni 2014, klien sudah pernah dirawat di RS tempat klien berada sekarang dengan diagnosa utama Diabetes Melitus tipe 2.

D.Lama dirawat

Klien dirawat selama satu minggu di Rumah Sakit. Dan dua hari setelah pulang dari Rumah Sakit tiba-tiba kaki klien tidak bisa digerakkan dan terasa sangat sakit pada telapak kaki jika dinjakkan dan klien memutuskan untuk bedrest, kedua kaki klien juga tampak bengkak, sehingga klien kembali ke Rumah Sakit untuk dirawat inap.

E.Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi, baik alergi makanan ataupun obat-obatan.

F. Imunisasi

Klien tidak bisa mengingat apakah status imunisasi dahulu lengkap, dan klien mengatakan zaman dahulu imunisasi sulit untuk diperoleh.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A.Orang tua

(23)

B.Saudara kandung

Klien memiliki empat saudara kandung.Dan saudara paling bungsu meninggal dunia sejak baru dilahirkan, sedangkan saudara laki-laki yang sulung saat ini mengalami penyakit Diabetes Melitus.

C.Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan selama ini yang ia ketahui tidak ada penyakit keturunan dari kedua orang tua.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien selalu terlihat sedih dan menangis jika mengingat kondisi kesehatannya sekarang dan pasien merasa bahwa penyakitnya tidak akan pernah sembuh.

B.Konsep Diri

Gambaran diri:klien mengatakan kalau dulu klien adalah

orangyang sangat pekerja keras dan memiliki jabatan dan peran yang paling penting ditempat ia bekerja, tak pernah merasakan sakit sedikit pun.

Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sehat, dengan kondisi badan yang kuat dan dapat berjalan karena klien merasa rindu untuk berada dirumah.

Harga diri:klien mengatakan kalau dirinya sudah tidak berguna lagi karena kondisi kesehatannya yang semakin lama semakin lemah dan klien juga merasa sangat berdosa karena tidak bisa beribadah lagi dengan total.

Peran diri :setelah kondisi kesehatannyasemakin melemah dan bertambah banyak penyakitnya, klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas seperti dahulu bahkan untuk beribadah pun klien susah untuk mengingat bacaan shalat, dan klien juga mengatakan sedih sekali meninggalkan istrinya dirumah, karena klien sering masuk Rumah Sakit.

Identitas :klien adalah seorang pensiunan dari PNS , yang selama ini bekerja di sebuah kantor koperasi didaerah sekitar pulau Kalimantan. Klien memiliki jabatan dan peran yang cukup penting ditempat ia bekerja, tetapi sejak kondisi kesehatannya menurun klien mulai dipindahkan ke salah satu kantor koperasi di kota Medan.

A.Keadaan emosi:klien memiliki perasaan yang sangat sensitif. Klien selalu

(24)

B.Hubungan sosial:

Orang yang berarti: Bagi klien, orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah istrinya yang kini sudah tua dan di tinggal dirumah karena sudah tidak mampu lagi jika harus mengurusnya dirumah sakit. Klien tidak memiliki anak selama ini.

Hubungan dengan keluarga:Klien mengatakan hubungannya dengan semua keluarga selama ini baik-baik saja dan harmonis.

Hubungan dengan orang lain :Klien mengatakan selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan tetangga maupun dengan orang lain diluar lingkungan rumah sekalipun.

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :Klien tidak memiliki hambatan saat berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain.

C. Spiritual:

Nilai dan keyakinan

Klien memiliki nilai spiritual yang tinggi, klien meyakini sekali kalau penyakitnya ini berasal dari Tuhan dan atas dasar karena kasih sayang dari Tuhan pulalah penyakitnya akan sembuh.

Kegiatan ibadah

Klien memiliki jadwal ibadah yang sama sekali tidak boleh ia tinggalkan walau dalam kondisi apapun, yaitu shalat 5 waktu, walaupun terkadang klien mengatakan kalau ia sering lupa bacaan shalat.

VII. STATUS MENTAL

Tingkat kesadaran

Saat dilakukan pengkajian klien dalam keadaan composmentis.Klien menyebutkan namanya, istrinya dan saudara kandungnya yang saat ini sedang menjaganya di Rumah Sakit.

Penampilan

Klien berpenampilan rapi dan bersih, dan tidak tampak adanya personal hygine

yang buruk. Pembicaraan

Saat dilakukan wawancara, klien menjawab pertanyaan dengan baik tetapi dengan karakter berbicara yang lambat dan suara yang cukup pelan serta raut wajah yang tampak sedih dan tidak mau tersenyum.

(25)

Saat dilakukan wawancara, klien tampak kooperatif dengan bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan perawat.Kontak mata baik dan klien memiliki tingkat perasaan yang sensitif dan mudah tersinggung.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kedaaan Umum

Klien tampak composmentis, lemah, terlihat kelelahan saat diajak berbicara, merasa takut jika kakinya disentuh karena akan terasa sakit, udem (+)pada ektremitas bawah.

B. Tanda-tanda vital

Suhu tubuh : 360C

Tekanan darah : 110/ 90 mmHg Nadi : 84x/menit Pernafasan : 22x/menit TB : 170 cm BB : 80 kg

C. PemeriksaanHead to toe

Kepala dan rambut

Bentuk : bulat dan simetris. Ubun-ubun :fontanel anterior(-). Kulit kepala : kulit kepala bersih.

Rambut

Penyebaran dan keadaan rambut: setengah dari rambut klien warnanya sudah berubah menjadi uban dan penyebaran rambut merata diseluruh kepala.

Bau: tidak tercium bau yang tidak sedap pada kulit kepala/rambut klien.

Wajah

Warna kulit : warna kulit klien kuning langsat. Struktur wajah : simetris, wajah berbentuk persegi,

Mata

(26)

Palpebra: kelopak mata berfungsi dengan baik(reflek berkedip baik),posisi kelopak mata simetris, warna anemis,serta pertumbuhan bulu mata merata pada bagian kanan dan kiri.

Konjungtiva dan sclera: infeksi(-), pus (-) dan warna anemis (-)

Pupil: isokor(+)simetris antara kiri dan kanan, reflek pupil bagus(mengedip saat diberi cahaya)

Kornea dan iris: tanda-tanda radang(-), fotofobia(-) bila melihat cahaya terang Tekanan bola mata: bola mata dapat melihat ke segala arah.

Hidung

Tulang hidung dan posisi septum nasi

Terdapat tulang hidung dengan posisi septum nasi tepat ditengah(medialis) Lubang hidung

Posisis lubang hidung simetris,tidak ditemukan adanya pembengkakan, pernafasan cuping hidung(-), tidak terdapat pengeluaran sekret atau darah serta tidak diemukan adanya massa.

Cuping hidung

Pernapasan cuping hidung(-).

Mulut dan Faring

Keadaan bibir

Tidak terdapat adanya lesi, bekas trauma atau massa. Mukosa bibir tampak kering. Keadaan gusi dan gigi

Tidak ditemukan adanya pendarahan, keadaan gigi masih bagus(bersih,karang gigi(-), warna tampak putih)

Keadaan lidah

Warna permukaan lidah merah keputih-putihan,penumpukan slem/secret(-) Orofaring

Normal, tidak ada ditemukan tanda-tanda peradangan serta uvula sejajar di medialis.

Leher

Posisi trakea

(27)

Thyroid

Dinyatakan besar dan bentuknya normal,difusa dan nodular (-),konsistensi(kenyal,dan keras).

Suara

Saat berbicara klien mengelurkan kata-kata yang jelas, tetapi dengan nada suara yang kecil dan lambat.

Vena jugularis

Vena jugularis eksterna teraba lemah, bendungan vena-vena jugularis(+), teraba jika klien batuk.

Denyut nadi karotis

Dapat teraba vulsasi arteri karotis ekterna pada leher.

Pemeriksaan integumen

Kebersihan

Kulit tampak bersih,pruritus(-), ruam(-) Kehangatan

Kulit teraba dingin dan tidak berkeringat. Warna

Warna kulit pucat kerena vaskularisasi yang abnormal akibat menurunnya pasokan darah (albumin)dan kurangnya pasokan O2 kedalam darah.

Turgor

Saat dilakukan tes (cubitan) teraba turgor kulit kembali selama 3 menit. Kelembaban

Kulit terasa sedikit kering, karena kurangnya keinginan untuk minum dan proses penyakit serta adanya indikasi medis untuk pembatasan cairan.

Kelainan pada kulit

Vertiligo(-), hiperfigmentasi(-), hipopigmentasi(-)

Pemeriksaan thoraks/dada

Inspeksi thoraxs(normal, burrel chest (-), funnel chest (-), pigeon chest(-), flail chest(-), kifosis koliasis(-)

Bentuk dada normal (Ratio A-P lateral) Pernafasan(frekuensi, irama)

(28)

Tanda kesulitan bernafas

Ortopnea(-),chyne stone(-), kussmaul(-).

Pemeriksaan paru

Palpasi getaran suara

Fremitus taktil normal, tidak terjadi peningkatan(adanya penimbunan cairan pada rongga dada), tidak terjadi penurunan (atelektasis).

Perkusi

Perkusi dada anterior terdengar suara resonan.

Auskultasi(suara nafas, suara ucapan, suara tambahan)

Tidak terdengar adanya suara tambahan(ronchi, wheezing,friction rub). Suara nafas terdengar bronkovesikuler: intensitas sedang, ratio I/E= 1/1.

Pemeriksaan jantung

Inspeksi

Wajah anemis, konjungtiva anemis, bibir sianosis(-), pembengkakan di wajah(+),pulsasi arteri karotis eksterna (+)

Palpasi

Tekanan darah: 110/90 mmHg, HR: 72x/menit, pulsasi arteri radialis dan dorsalis pedis(+) tetapi lemah.

Auskultasi

Terdengar suara jantung S1 (lub),S2 (dub) serta S3(gallop) S1 dan S2 terdengar melemah.

Pemeriksaan abdomen

Inspeksi (bentuk, benjolan)

Simetris antara kanan dan kiri, tidak terlihat adanya trauma dan pembengkakan. Auskultasi

Tidak terdengar adanya suara borborigmus/ indikasi klien mengalami diare. Palpasi(tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar)

(29)

Perkusi

Saat diperkusi pada bagian punggung belakang paling bawah, maka diperoleh hasil klien merasakan sakit yang menandakan bahwa terjadi gangguan dibagian ginjal.

Pemeriksaan musculoskeletal/ektremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)

Ektremitas atas: simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat adanya bekas trauma, kekuatan otot: 3 (dapat bergerak serta dapat melawan tahanan dengan kekuatan minimal),edema(-)

Ekstremitas bawah:simetris antara kanan dan kiri,adanya bekas trauma akibat sering jatuh, kekuatan otot: 3 (dapat bergerak serta dapat melawan tahanan dengan kekuatan minimal),edema(+).

Pemeriksaan neurologi(nervus kranial) NervusOlfaktorius

Fungsi normal,klien dapat mengidentifikasi bau kopi.

Nervus Optikus

Fungsi normal, klien dapat melihat dengan jarak 4m

Nervus Okulomotorius,Trochlearis,Abdusen

Fungsi normal,klien dapat menggerakkan bola mata dengan teori Point of Gaze.

Nervus Trigeminus

Normal,klien dapat merasakan adanya sentuhan kapas, tajam-tumpul, dan panas serta mengatakan anggota tubuh yang disentuh.

Nervus Facialis

Fungsi normal, klien dapat mengidentifikasi rasa pedas,manis serta menggembungkan pipi dan menutup mata dengan rapat.

Nervus vestibulocochlearis

Fungsi normal, klien dapat mendengar dengan baik, tetapi klien belum mampu untuk berdiri secara seimbang.

Nervus Glossopharingeus, Nervus Vagus

(30)

Nervus Asesorius

klien dapat mengangkat bahu secara bersamaan dan melakukan pertahanan minimal saat diberikan perlawanan kekuatan otot(3).

Nervus Hipoglosus

Fungsi normal, klien mampu menjulurkan lidah dan mampu mendorong salah satu bagian pipi dengan lidah.

Fungsi motorik

Cara berjalan

Klien berjalan dengan lambat serta dibantu/dipapah oleh orang lain.

Romberg test

Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan karena klien tidak bersedia/ tidak mampu Tes jari-hidung

Koordinasi baik

Pronasi- supinasi test

Hanya dilakukan pada ekstremitas bawah dan hasilnya klien mampu melakukan test.

Fungsi sensori (pemeriksaan adanya sentuhan tajam-tumpul serta sentuhan)

Klien dapat mengidentifikasi dengan baik adanya sentuhan tanjam-tumpul serta sentuhan kapas dan mampu mengidentifikasi dimana sentuhan tersebut dilakukan.

Refleks (biseps, triseps, brachioradialis, patelar, tendon achiles, plantar)

Pada saat pemeriksaan reflex ektremitas bagian bawah sedang terjadi nyeri sehingga klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari: 3(tiga) kali

- Nafsu/ selera makan:klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi nasi yang diberikan. - Nyeri ulu hati: klien mengatakan tidak merasakan adanya nyeri ulu hati.

- Alergi: klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi akan makanan

- Mual dan muntah: klien mengatakan tidak pernah muntah tetapi jika ia makan nasi

dicampur dengan lauk pauk maka akan timbul perasaan ingin muntah dan abdomennya terasa mual.

- Waktu pemberian makan : pagi 08.00, siang 13.00,malam 18.00

(31)

- Waktu pemberian cairan/minum: ketika klien merasa haus dan saat datang jadwal makan atau minum obat.

- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan atau mengunyah):Klien mengatakan

tidak memiliki masalah kesulitan menelan atau mengunyah.

II. Perawatan Diri

- Kebersihan tubuh: klien mengatakan akan mandi satu kali dalam sehari walau

dalam kondisi sakit.

- Kebersihan gigi dan mulut: klien selalu menyikat giginya setiap kali ia mandi jika

ia mampu.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan: kuku kaki dan tangan klien terlihat pendek dan

bersih.

III. Pola kegiatan/aktivitas

- Untuk kegiatan makan,mandi,mengganti pakaian serta eliminasi terkadang klien

melakukannya dengan sendiri jika klien merasa ia mampu, tetapi jika tidak klien akan meminta bantuan kepada orang lain.

- Untuk aktivitas ibadah, klien ini sangat rajin beribadah. Walaupun sakit klien

merasa wajib untuk tetap beribadah walau harus melakukannya diatas tempat tidur. Klien hanya banyak tidur beraktivitas ditempat tidur karena takut kelelahan dan jatuh.

IV. Pola Eliminasi

1. BAB

- Pola BAB: sejak dua hari yang lalu pola BAB klien lebih dari 3x sehari. - Karakter feses: cair dan agak kehitaman.

- Riwayat perdarahan: klien tidak memiliki riwayat perdarahan saat BAB.

- BAB terakhir: konsistensinya masih cair.

- Diare : klien terkena diare sejak dua hari yang lalu.

2. BAK

- Pola BAK: 2-4 kali perhari

- Karakter urine: kuning dengan jumlah urin sedikit

- Nyeri /rasa terbakar/kesulitan BAK: klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk

(32)

ANALISA DATA

No Symptom Etiologi Problem

1 DS:

Klien mengatakan mudah lelah serta badan terasa lemah dan sesak yang masih dapat ditoleransi

Albumin 2,9 g/dl Globulin 1,7 g/dl

Kelainan fungsi jantung/otot jantung

Hipertensi peradangan faktor sistemik Meningkatkan kerja

jantung yang akhirnya mengakibatkan hipertropi

serabut otot jantung dan dianggap sebagai mekanisme kompensasi dari jantung, tapi untuk alasan yang tidak jelas,

hipertropi jantung tadi tidak

dapat berfungsi secara normal dan terjadi gagal jantung

(ventrikel kanan gagal memompa darah)

Kontraktilitas jantung↓

Kongesti visera dan jaringan

perifer kerena sisi kanan jantung

tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat

sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah

secara normal kembali dari sirkulasi vena

Sirkulasi sistemik melambat

(33)

aliran darah ke vena akhirnya melemah, dan tekanan

hidrostatik meninggi

menyebabkan cairan terakumulasi di jaringan perifer

Penurunan curah jantug (anoreksia,mual, kelelahan dan keletihan, edema pada tungkai,

pucat dan berkeringat)

INTOLERANSI AKTIVITAS

2 DS:

Klien mengatakan sering berkeringat dingin, lemah, haluaran urin berkurang (oliguri) DO: RR: 23 x/i TD: 107 / 90 mmHg HR: 70 x/i Temp:370C Piting edema +3 (menghilang dalam waktu 1 menit)

Kontraktilitas

jantung ↓

Kerusakan serabut otot jantung

Volume sekuncup berkurang pada preload, kontraktilitas dan

afterload

Penurunan curah jantung

(34)

MASALAH KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktivitas 2. Penurunan curah jantung

DIAGNOSA KEPERAWATAN(PRIORITAS)

Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum,gaya hidup kurang gerak d/d Klien mengatakan mudah lelah setelah beraktivitas serta badan terasa lemah dan sesak yang masih dapat ditoleransi setelah melakukan aktivitas,kaki sulit digerakkan, klien bedrest,

TTV(HR:70x/menit,RR:25x/menit,TD:110/90 mmHg,HR:70 x/menit,Temp: 370C,Piting

(35)

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/

tanggal

No.Dx Perencanaan Keperawatan

I Tujuan :

Tujuan Jangka Panjang: Dapat mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan.

Tujuan Jangka Pendek: klien mampu menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan aktivitas dengan istirahat, serta mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energi.

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien mampu:

1. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas.

2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah dalam batas normal.

3. Mengatur kehilangan tenaga yang minimal.

4. Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan(misalnya, eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi).

5. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

Rencana tindakan Rasional

MANDIRI

1. Terapi aktifitas(kaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi dan melakukan aktivitas

kebutuhan sehari-hari, respon emosi, sosial dan spiritual).

(36)

2. Manajemen energi(bantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan aktifitas, bantu dengan aktifitas fisik teratur misalnya;

ambulasi,berpindah,mengu bah posisi dan perawatan personal jika perlu,pantau TTV(TD,HR,RR) sebelum dan sesudah melakukan aktivitas perawatan diri atau aktivitas

keperawatan(misalnya nyeri

dada,pucat,vertigo,dispnea

),bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan

membuatdan menggunakan dokumentasi tertulis yang mencatat asupan kalori dan energi, jika perlu. Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam). 3. Terapi latihan fisik

mobilitas sendi dan pengendalian

otot(misalnya latihan ROM (Range of

Motion)pasif(ektremitas

- Mengatur penggunaan

energi untuk mengatasi atau mencegah

kelelahan dan

mengoptimalkan fungsi aktifitas.

- Menggunakan gerakan

(37)

atas; abduksi, adduksi, supinasi, pronasi, rotasi serta fleksi dan ektensi, ektremitas bawah; fleksi dan ektensi sesuai rentang kamampuan klien.

KOLABORASI

4. Berikan obat nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor penyebab. 5. Pantau hasil lab darah

rutin, Kadar Gula Darah, Urinalisis, EKG (Elektrokardiogram).

6. Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet.

PENYULUHAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

7. Ajarkan kepada pasien dan orang-orang terdekat tentang teknik perawatan diri, pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu dalam beraktivitas.

menggunakan aktifitas atau protokol latihan yang spesifik untuk meningkatkan atau memulihkan gerakan tubuh yang terkontrol.

- Kecemasan atau nyeri

dapat mengakibatkan intoleransi aktifitas.

- Mengidentifikasi

adanya komplikasi penyakit atau pengaruh dari pemenuhan

kebutuhan aktivitas yang berlebihan.

- Meningkatkan asupan makanan yang kaya energi.

- Untuk mencegah

(38)

8. Ajarkan/anjurkan keluarga atau pasien untuk

melakukan teknik relaksasi misalnya distraksi atau visualisasi

(39)

Hari/

tanggal

No.Dx Perencanaan Keperawatan

II Tujuan :menunjukkan curah jantung yang adekuat, dibuktikan

oleh efektifitas perfusi jaringan (perifer); status tanda-tanda vital dalam rentang normal.

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien akan: 1. Mempunyai warna kulit yang normal

2. Menunjukkan toleransi terhadap aktivitas fisik(tidak mengalami dispnue, kelelahan, sinkop dan lain-lain)

3. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat dilaporkan

Menunjukkkan status sirkulasi yang adekuat dengan indikator: 1. Tidak ditemukan adanya edema perifer

2. Suara napas tambahan

3. Asites

4. Distensi vena jugularis

Rencana tindakan Rasional

MANDIRI

1. Pemantauan tanda-tanda vital(TD, HR, RR, T, dan nyeri).

2. Perawatan embolus perifer (ubah posisi pasien ke posisi datar atau

trendelenburgketika tekanan

- Mengumpulkan dan menganalisis data

kardiovaskular,

pernapasan, dan suhu tubuh untuk mengidentifikasi, menentukan dan mencegah adanya komplikasi.

Membatasi

(40)

darah klien berada pada rentang lebih rendah dibandingkan dengan biasanya. Ubah posisi klien setiap daua jam atau

pertahankan aktivitas lainnya yang sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan stasis

sirkulasi perifer misalnya

memberikan posisi dengan meninggikan kaki yang

udem.

3. Perawatan jantung (kaji dan dokumentasikan TD, adanya sianosis dan status mental, kaji toleransi aktivitas dengan perhatikan adanya awitan napas pendek, nyeri, palpitasi, pantau denyut

perifer,suhu serta warna

ektremitas. Pantau haluaran urin dan berat badan jika perlu. Auskultasi suara paru apakah ada suara tambahan seperti creakels).

KOLABORASI

4. Berikan obat antikoagulan

jika dibutuhkan.

sumbatan sirkulasi

perifer.

Membatasi komplikasi akibatketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan nutrisi atau oksigen miokard pada pasien yang mengalami kerusakan fungsi jantung.

Mencegah pembentukan

(41)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/

Tanggal

No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi

(SOAP)

1. Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi dan melakukan aktivitas kebutuhan sehari-hari, respon emosi, sosial dan spiritual).

2. Membantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktifitas, bantu dengan aktifitas fisik teratur misalnya;ambulasi,berpindah,

mengubah posisi dan perawatan personal jika perlu,pantau TTV(TD,HR,RR) sebelum dan sesudah melakukan aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan(misalnya nyeri dada,pucat,vertigo,dispnea).

Memantau pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam. 3. Melatih aktivitas fisik mobilitas

sendi dan pengendalian otot(misalnya latihan

ROMpasif(ektremitas atas; abduksi, adduksi, supinasi, pronasi, rotasi serta fleksi dan ektensi, ektremitas bawah; fleksi dan ektensi sesuai rentang kamampuan klien.

S: klien mengatakan tubuhnya sangat lemas dan tidak bertenaga dan kakinya terasa sakit saat diinjakkan sehingga klien tidak bersedia bergerak dan merasakan perasaan yang sangat sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas apapun.

O: klien tampak sedih, lemas, skala nyeri 5(saat dilakukan ROM), Klien tampak tenang setelah diberikan A: masalah belum teratasi

(42)

Selasa, 03 Juni 2014

I

PENYULUHAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

4. mengajarkan/menganjurkan keluarga atau pasien untuk melakukan teknik relaksasi misalnya distraksi atau visualisasi(mendengarkan musik).

MANDIRI

1. Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi dan melakukan aktivitas kebutuhan sehari-hari, respon emosi, sosial dan spiritual).

2. Membantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktifitas, bantu dengan aktifitas fisik teratur misalnya;ambulasi,berpindah, mengubah posisi dan perawatan personal, jika perlu. Memantau TTV(HR,RR,TD) sebelum dan sesudah melakukan aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan(misalnya nyeri dada,pucat,vertigo,dispnea). Memantau pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam.

S: klien mengtakan perasaannya senang karena sudah bisa berjalan walaupun harus dibantu, dan sudah dapat melakukan

personal hygine

dikamar mandi dengan bantuan adiknya, dan sudah dapat makan sendiri.

Klien juga

(43)

Rabu, 04 Juni 2014

I

3. Melatih aktivitas fisik mobilitas sendi dan pengendalian otot(misal nya latihan ROM pasif(ektremitas atas; abduksi, adduksi,supinasi, p ronasi, rotasi serta fleksi dan ektensi, ektremitas bawah; fleksi dan ektensi sesuai rentang

1. Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi dan melakukan aktivitas kebutuhan sehari-hari, respon emosi, sosial dan spiritual). 2. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan aktifitas, bantu dengan aktifitas fisik teratur misalnya;ambulasi,berpindah, mengubah posisi dan perawatan personal, jika perlu, pantau TTV(TD,HR,RR) sebelum dan sesudah melakukan aktivitas perawatan diri atau aktivitas

jam/hari.

O: klien tampak sedikit gembira, tidak

mengeluh nyeri saat dilakukan ROM,TD:

A: sebagian masalah teratasi

P: intervensi dilanjutkan

S : klien mengatakan hari ini tubuhnya terasa lemas dan tidak mau banyak bergerak seperti berpindah dari tempat tidur ataupun berdiri karena jari-jari

tangannya dan kakinya terasa kebas, tetapi setelah dilakukan latihan ROM terasa berkurang, klien

(44)

Jum’at,

06 Juni 2014

I

keperawatan(misalnya nyeri dada,pucat,vertigo,dispnea). Memantau pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam. 3. Melatih aktivitas fisik mobilitas

sendi dan pengendalian otot(misal nya latihan ROM pasif(ektremitas atas; abduksi, adduksi,supinasi, p ronasi, rotasi serta fleksi dan ektensi, ektremitas bawah; fleksi dan ektensi sesuai rentang

1. Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi dan melakukan aktivitas kebutuhan sehari-hari, respon emosi, sosial dan spiritual). 2. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan aktifitas, bantu dengan aktifitas fisik teratur misalnya;ambulasi,berpindah, mengubah posisi dan perawatan personal, jika perlu, pantau TTV(TD, HR, RR,) sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

mengeluh kesakitan saat dilakukan latihan ROM. A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan.

S: klien mengtakan susah untuk bernapas, tidak bisa tidur, dan dada terasa nyeri sejak tadi malam, serta klien tidak mampu untuk menggerakkan kedua kakinya dan terasa amat nyeri saat disentuh dan berjalan. O: klien tampak lemah, tangan masih bergetar, pucat,cemas,sedih, tidak mampu

(45)

perawatan diri atau aktivitas keperawatan(misalnya nyeri dada,pucat,vertigo,dispnea). Memantau pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam. 3. Melatih aktivitas fisik mobilitas

sendi dan pengendalian otot(misal nya latihan ROMpasif(ektremitas atas; abduksi, adduksi,supinasi, pr onasi, rotasi serta fleksi dan ektensi, ektremitas bawah; fleksi dan ektensi sesuai rentang kamampuan klien.

4. Mengkaji tingkat pitting edema

KOLABORASI

1. Memberikan obat nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor penyebab.

2. Memberikan oksigen jika diperlukan(2l,4l atau 6l sesuai kebutuhan).

PENYULUHAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

3. mengajarkan/menganjurkanan keluarga atau pasien untuk melakukan teknik relaksasi misalnya distraksi atau visualisasi.

dilakukan latihan ROM pada ektremitas bawah. TD: 110/90mmHg HR: 82x/menit RR: 23x/menit Nyeri: 7

Pitting edema: grade 3 A: masalah belum teratasi

(46)

Senin,02

1. Memantau tanda-tanda vital(TD, HR, RR, T, dan nyeri)

2. Ubah posisi klien setiap dua jam atau pertahankan aktivitas lainnya yang sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan

stasis sirkulasi perifer misalnya

memberikan posisi dengan meninggikan kaki yang udem. 3. Mengkaji dan dokumentasikan

TD, adanya sianosis dan perubahan status

mental,mengkaji toleransi aktivitas dengan perhatikan adanya awitan napas pendek, nyeri, palpitasi.

Memantaudenyut perifer,suhu serta warna ektremitas.

Auskultasi suara paru apakah ada suara tambahan seperti

creakels.

MANDIRI

1. Memantau tanda-tanda vital (TD, HR, RR, T, dan nyeri)

2. Mengkaji dan dokumentasikan TD, adanya sianosis dan perubahan status mental,mengkaji toleransi aktivitas dengan perhatikan adanya awitan napas pendek, nyeri,

palpitasi. memantau denyut perifer,

S: klien mengatakan tubuhnya sangat lemas dan tidak bertenaga dan kakinya terasa sakit saat diinjakkan sehingga klien tidak bersedia bergerak. O: sianosis(-),

creakels(-),skala nyeri

5(saat dilakukan ROM),

TD:107/90 mmHG RR:23x/menit HR: 72x/menit. A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

S: Klien

mengungkapkan sangat lelah jika banyak bergerak dan hal tersebutlah yang membuat klien selalu bersedih dan berkecil hati.

(47)

Rabu, 4 Juni 2014

II

suhu serta warna ektremitas. Auskultasi suara paru apakah ada suara tambahan seperti creakels.

MANDIRI

1. Memantau tanda-tanda vital (TD, HR, RR, T, dan nyeri) 2. Mempertahankan aktivitas yang

sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan stasis sirkulasi

perifer misalnya memberikan

posisi dengan meninggikan kaki yang udem.

3. Mengkaji dan dokumentasikan TD, adanya sianosis dan perubahan status

mental,mengkaji toleransi aktivitas dengan perhatikan adanya awitan napas pendek, nyeri, palpitasi. Memantau denyut perifer, suhu serta warna ektremitas.

gembira, tidak mengeluh nyeri saat dilakukan ROM,

A: sebagian masalah teratasi

P: intervensi dilanjutkan.

S : klien mengatakan hari ini tubuhnya terasa lemas,dan tidak mau banyak bergerak seperti berpindah dari tempat tidur ataupun berdiri karena jari-jari

tangannya dan kakinya terasa kebas, tetapi setelah dilakukan latihan ROM terasa berkurang.

O: tangan klien terlihat gemetar, wajah pucat, cemas,

(48)

Jum’at,

6 Juni 2014

II

MANDIRI

1. Memantau tanda-tanda vital (TD, HR, RR, T, dan nyeri) 2. Mempertahankan aktivitas

lainnya yang sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan

stasis sirkulasi perifer misalnya

memberikan posisi dengan meninggikan kaki yang udem. 3. Mengkaji dan dokumentasikan

TD, adanya sianosis dan perubahan status

mental,mengkaji toleransi aktivitas dengan perhatikan adanya awitan napas pendek, nyeri, palpitasi. Memantau denyut perifer, suhu serta warna ektremitas. Auskultasi suara paru apakah ada suara tambahan seperti creakels.

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan.

S: klien mengtakan susah untuk bernapas, dada terasa nyeri sejak tadi malam, serta klien tidak mampu untuk menggerakkan kedua kakinya dan terasa amat nyeri saat disentuh dan berjalan. O: klien tampak lemah, tangan masih bergetar, pucat,cemas,sedih,

Pitting edema: grade 3 A: masalah belum teratasi

(49)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tidak semua pasien dengan kasus diagnosa medis Gagal Jantung Kongestif membutuhkan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan akan aktifitas. Diagnosa ini ditetapkan harus berdasarkan data pengkajian masalah atau keluhan utama pasien saat itu.

2. Diagnosa keperawatan mengenai kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi terhadap pasien ditetapkan harus berdasarkan konsep data yang telah ada sebelumnya.

3. Intoleransi aktivitas adalah salah diagnosa keperawatan yang sangat penting untuk dipenuhi khususnya bagi pasien dengan Gagal Jantung Kongestif, karena dengan adanya berbagai gejala klinis dari Gagal Jantung Kongestif misalnya edema dan kelelahan akan sangat mempengaruhi proses pemenuhan kebutuhan dan kegiatan klien sehari-hari.

4. Hasil pegkajian yang diperoleh dari studi kasus di RSUD. DR.Pirngadi Medan ditemukan kasus Gagal Jantung Kongestif dengan keluhan utama klien mengeluh kakinya terasa kaku dan masih sulit digerakan, udem(+), pucat, klien juga mengeluh sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas apapun sejak ia dirawat di rumah sakit, tubuhnya terasa lemah dan mudah lelah saat melakukan aktivitas, kaki dan tangan terlihat tremor, dan diperoleh hasil analisa data dengan diagnosa Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum, gaya hidup kurang gerak d/d Klien mengatakan mudah lelah setelah beraktivitas serta badan terasa lemah dan sesak yang masih dapat ditoleransi setelah melakukan aktivitas, kaki sulit digerakkan, klien bedrest, TTV(HR: 70x/menit, RR: 25x/menit, TD: 110/90 mmHg, HR: 70 x/menit, Temp : 370C), Piting edema

grade(+3).

(50)

mandidan kalaupun ada hambatan dalam pencapaian tujuan pemberian asuhan keperawatan kemungkinan disebabkan adanya komplikasi penyakit yang menyertai.

B. Saran

1. Untuk pasien dengan masalah kebutuhan dasar akan aktivitas, khususnya pada pasien Gagal Jantung Kongestif, maka akan sangat perlu dilakukan intervensi keperawatan intoleransi aktivitas untuk mengatasi masalah keterbatasan mereka untuk melakukan aktivitas, tetapi dengan syarat harus sesuai dengan keluhan utama dan kebutuhan yang memang harus di penuhi secara segera.

(51)

Daftar Pustaka

Doengoes, Marilynn E, Moorhouse, Mary Frances, Geissler, Alice. C, (2000).Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan

Pasien. Jakarta: EGC.

Effendy, Nasrul, (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.

Jakarta: EGC.(Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat - Drs. Nasrul Effendy - Google Buku.htm)

Herdman, T. Heather, (2012). NANDA Internasional; Diagnosis Keperawatan; Defenisi

dan Klasifikasi(2012-2014). Jakarta: EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal & Chayatin, Nurul, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar

Manusia; Teori & dan Aplikasi dalam Praktik: Jakarta. EGC.

Muttaqin, Arif, (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Medika Salemba.

Smeltzer, Suzanne. C & Brenda G. Bare, (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.Volume 2. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah, (2006).Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan.Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M, & Ahern, Nancy R, (2011).Buku Saku Diagnosis Keperawatan;

dengan Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, dan Kriteria Hasil NOC.Edisi 9. Jakarta:

EGC.

Yasmin A, Ni Luh Gede, (1993). Proses Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular/ Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan dan data pengkajian, penulis tertarik untuk memberikan “Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi” pada pasien yang

dikarenakan ketidak adekuatan jantung dalam memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.. Pada saat melakukan pengkajian keperawatan didapatkan data subjektif yakni pasien.. mengeluhkan

Pada saat melakukan pengkajian terdapat beberapa tanda yang ditemukan yakni, penemuan dari keluhan pasien yaitu pasien mengeluhkan dispnea (kesulitan bernapas) dan juga dari

Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.. Jakarta:

Klien mengeluhkan kesulitan saat bernapas, merasakan nyeri, lemas saat beraktifitas ringan, klien juga mengatakan kurang selera makan karena merasa mual tapi tidak ada muntah,

Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.. Jakarta:

Pada saat dilakukan pengkajian klien sering mengeluh sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk,

Maka muncul masalah keperawatan Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal ditandai dengan Klien mengatakan sulit untuk bergerak khususnya