• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Phosfor dari Crude Palm Oil (CPO) dan Refened Of Bleached Deodorized Palm Olein (RBDPO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar Phosfor dari Crude Palm Oil (CPO) dan Refened Of Bleached Deodorized Palm Olein (RBDPO)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR PHOSFOR DALAM

Crude Palm Oil

(CPO)

Dan

Refened Bleaching Deodorized Palm Olein

(RBDPO)

TUGAS AKHIR

AFHAMI ULFAH

112401013

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

AFHAMI ULFAH

112401013

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

i

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Phosfor Dari Crude Palm Oil(CPO) dan

Refened Of Bleached Deodorized Palm Olein(RBDPO) Kategori : Tugas Akhir

Nama : Afhami Ulfah

Nim : 112401013

Program Studi : DIPLOMA III Kimia Industri Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di : Medan, Juni 2014

Diketahui oleh :

Program studi D-3 Kimia Dosen Pembimbing

Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, Msi Dra. Emma Zaidar Nst, Msi

NIP. 195512181987012001 NIP. 195512181987012001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR PHOSFOR DALAM

Crude Palm Oil

(CPO)

Dan

Refened Bleaching Deodorized Palm Olein

(RBDPO)

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

(5)

iii

PENGHARGAAN

Bismillaahhirrohmaanirrohiim.

Alhamdulillaahi Robbil aalamiin Penulis ucapkan sebagai suatu ungkapan rasa

syukur kepada Allah SWT yang Maha Esa atas kuasanya yang tetap mencurahkan

berkah, rahmat, nikmat kesehatan jasmani dan rohani, serta taufiq dan hidayahnya

sehingga Penulis dapat menjalani hidup dengan penuh makna dan insyaallah akan

lebih bermakna lagi. Shalawat dan salam Penulis hanturkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah mengemban risalah dan mengalirkan nilai-nilai

islam dalam rangkaian tarbiah kepada seluruh umat. Alhamdulillah tidak habisnya

Penulis ucapkan rasa syukur, Atas ridho Allah SWT Penulis dapat menyelesaikan

Karya Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMD)

pada program studi Kimia Industri Diploma III di Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

Karya Ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman Penulis

selama menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. SMART Tbk

BELAWAN pada tanggal 3 Februari sampai dengan 3 Maret 2014. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa KARYA ILMIAH ini masih jauh dari

kesempurnaan karena adanya keterbatasan pada Penulis, baik dari segi

pengetahuan, maupun waktu. Meski demikian Penulis mengharapkan karya ilmiah

ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan semua pihak yang telah membaca karya

ilmiah ini serta dapat bermanfaat bagi Universitas Sumatera Utara.

Pada masa penyelesaian karya ilmiah ini, Penulis telah banyak

mendapatkan dukungan, bantuan dan juga dari berbagai pihak-pihak yang terlibat.

Oleh karena itu, dengan rasa keikhlasan dan kerendahan hati penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis bisa

menyelesaikan tugas akhir ini. Keluarga tercinta, kedua orang tua penulis beserta

abang penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan mendo’akan yang

terbaik untuk penulis serta bantuan berupa moril dan materil, tanpa mereka

(6)

pembimbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya kepada

penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Bapak Dr. Sutarman, MSc, selaku

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera

Utara. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S, selaku ketua Departemen Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Ibu Dra.

Emma Zaidar, MSc, selaku ketua Program Studi DIPLOMA III Kimia Industri

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Khususnya jurusan Kimia yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan

karya ilmiah ini. Sahabat-sahabat penulis Wiwid, Rufina, Rezky, Aisyah, Windri

beserta Nizar Arya Prasetya dan semua teman teman yang tidak bisa disebutkan

namanya yang sama-sama berjuang dan banyak mengeluarkan pikiran untuk

membuat karya ilmiah ini dan juga menghibur ke sesama.

Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusun dan menyelesaika

karya ilmiah ini, namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang

telah banyak membantu demi selesainya karya ilmiah ini dan penulis berharap

semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2014

(7)

ABSTRAK

(8)

Determination of Phosphorus Levels onCrude Plam Oil(CPO) AndRefened Bleaching Deodorized Plam Olein(RBDPO)

ABSTRACT

(9)

vii

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit 6

2.2 Buah Kelapa Sawit 6

2.3 Minyak 7

2.4 Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memastikan

CPO mempunyai kualitas yang tinggi 9

2.5 Fosfor 10

2.5.1. Sejarah Fosfor 11

2.5.2. Bentuk Fosfor 11

2.5.3. Sifat-sifat Fosfor 13

2.6 Manfaat Fosfor Pada Tanaman 13

2.7 Peranan Fosfor Bagi Pertumbuhan Tananam 13

2.8 Metode Rifening Palm Oil 13

2.8.1 Proses Degumming 14

2.8.2 Proses Bleaching 15

2.9 Spektrofotometri 15

2.9.1 Spektrofotometri UV-Visible 15

2.9.2 Hukum Yang Mendasari Spektrofotometri 18 2.9.3 Prinsip Kerja Alat Spektrofotometri 21

2.9.4 Permasalahan Spektrofotometri 22

BAB 3 METODE PENELITIAN 23

3.1 Alat dan Bahan 23

3.1.1. Alat 23

3.1.2. Bahan-bahan 23

3.2 Prosedur Penelitian 24

(10)

3.2.3. Pembuatan Pottasium Hydroside 50 % 24

3.2.4. Pembuatan Larutan Standart Stock 24

3.2.5. Pembuatan Larutan Standart Harian 25

3.2.6. Persiapan Penggabungan Sampel 25

3.2.7. Pembacaan Phosphor Content pada Spektofotometri 26

3.2.8. Persiapan Kurva Standart 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27

4.1 Hasil 27

4.2 Perhitungan 28

4.2.1 Penentuan Persamaan Garis Regresi 28

4.2.2 Penentuan Kadar Phosphor 30

4.3 Pembahasan 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 33

5.1 Kesimpulan 33

5.2 Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

4.1 Data Analisa Kadar Fosfor Pada CPO 27

4.2 Data Analisa Kadar Fosfor Pada RBDPO 27

4.3 Data Hasil Kalibrasi Standart Fosfor 28

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

(13)

ABSTRAK

(14)

Determination of Phosphorus Levels onCrude Plam Oil(CPO) AndRefened Bleaching Deodorized Plam Olein(RBDPO)

ABSTRACT

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit ( Elaeis guineesis ) saat ini telah berkembang pesat di

Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di

Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asal-usulnya.

Minyak kelapa sawit diperoleh dengan cara mengesktraksi minyak

yang berasal dari mesokarp buah kelapa sawit. Dimana minyak kelapa

sawit yang belum dimurnikan disebut dengan minyak kelapa sawit kasar.

Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari daging buah kelapa sawit kaya

akan oleat dan palmitat yang terkait dalam bentuk ester dan gliserol

sebagai trigliserida. Minyak kelapa sawit digunakan sebagai minyak yang

dapat dikonsumsi maupun bahan industri oleo. Minyak kelapa sawit

diubah dalam bentuk minyak goreng, minyak salad dan margarine. Untuk

mendapatkan minyak goreng dengan mutu yang dapat diterima konsumen,

minyak sawit mentah dapat diolah melalui proses pemurnian. Proses

pemurnian yang banyak diterapkan adalah refinasi secara fisik yang terdiri

dari penghilangkan gum, pemucatan, dan deodorasi.

Menurut Hanafiah (2005) unsur Fospor (P) bagi tanaman untuk

merangsang pertumbuhan akar khususnya akar benih dan tanaman muda.

(16)

2 pembentukkan sejumlah protein tertentu, membantu proses asimilasi dan

pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakkan biji, dan buah.

Pemupukan fosfor sangat dibutuhkan oleh tanaman yang tumbuh

didaerah dingin, tanaman dengan perkembangan akar yang lambat atau

terhambat, dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen. Fosfor terdapat

pada seluruh sel hidup tanaman. Beberapa fungsi fosfor adalah membentuk

asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan ATP dan

ADP, merangsang pembelahan sel. Pada tanaman, fosfor diikat atau

difiksasi dalam persenyawaan – persenyawaan yang berhubungan dengan

Ca dan Mg, ketersediaan P dalam tanah sangat berhubungan erat dengan

keadaan pH tanah. Gejala awal defesiensi P pada tanaman adalah terlihat

pada daun paling bawah atau daun dua warna, daun hijau gelap, ukuran

daun mengecil dan pertumbuhan tanaman terhambat. Gejala lanjutnya

adalah ukuran buah mengecil dan jumlah bunga menurun.

Kandungan fosfor di CPO harus dikurangi sekitar 4 ppm selama

proses pemucatan untuk menjaga kestabilan minyak yang dihasilkan. Hal

ini penting untuk memastikan bahwa kualitas DBPO berada dalam kisaran

kualitas yang diinginkan untuk memantau efisiensi degumming dan

bleaching proses. Asam fosfat atau sitrat biasanya berada dalam

konsentrasi tertentu. Komponen utama yang terkandung dalam gum yang

harus dihilangkan adalah phosphatide. Sangat penting untuk menghapus

konten fosfatida dalam minyak mentah karena komponen ini akan

(17)

3

3 Fosfatida pengelmusi adalah penyebab utama ketidaksetabilan

oksidatif dari minyak sawit mentah (CPO). Minyak sawit mentah yang

masuk pertama kali dipanaskan sampai suhu sekitar 90 ºC – 110 ºC

sebelum diberikan fosfat. Hal ini dimaksud untuk mengurangi fosfat non–

hydratable serta mengentalkan fosfat agar mudah larut dengan demikian

mudah hilang pada saat proses pemucatan.

1.2. Permasalahan

Adapun yang menjadi masalah pada pembahasan ini adalah :

Apakah Produk Refenery (RPO) memenuhi spesifikasi untuk kandungan

phospornya.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi dengan hanya menetukan kadar phospor pada

Produk Refenery.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak phospor

yang terdapat didalam CPO dan RBDPO

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

perusahaan tentang banyaknya kadar fosfor yang terdapat pada CPO dan

RBDPO. Memberikan pengetahuan kepada penulis berapa batas maksimal

(18)

4

1.6. Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di PT. SMART Tbk di jl. Balmera III

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

Gambar 2.1.1. Buah Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineenis Jacq ) berasal dari Nigeria,

Afrika Barat. Didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada

tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa

benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara

pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak

nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke – 19. Dari sini kemudian

muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari

(20)

Pada tahun 1911, kelapa sawit dimulai diusahakan dan dibudidayakan

secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,

seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit

pertama kali berlokasi di Pantai Timur Sumatera Utara ( Deli ) dan Aceh.

Semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan,

dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan ( Pirindu Perkebunan PTPN III ).

Perluasan area perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga

minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditaman di Kebun Raya Bogor hingga

sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa

sawit tertua di Asia tenggara yang berasal dari Afrika.

( Darmosarkoro,W.2003 )

2.2. Buah Kelapa Sawit

Buah kelapa sawit tergantung varietas dan umurnya. Buah yang masih

muda berwarna hijau pucat kemudian menjadi hijau hitam, semakin tua warna

menjadi kuning muda dan pada waktu sudah masak bewarna merah kuning

(jingga). Mulai dari penyuburan sampai buah matang diperlukan waktu kurang

dari 5 – 6 bulan. Cuaca kering yang terlalu panjang dapat memeperlambat

pematangan buah.

Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah akan menghasilkan

kira-kira 20 - 22 tandan pertahun dan semakin tua produktivitasnya menurun menjadi

12 - 14 tandan per tahun. Pada tahun-tahun pertaman tanaman sawit berbuah atau

(21)

7

semakin tua, berat tandannya pun semakin bertambah, yaitu antara 25 - 35

kg/tandan.

Banyak buah yang terdapat dalam suat tandan tergantung pada beberapa

faktor, antara lain umur tanaman, faktor lingkungan, faktor genetik dan juga

tergantung pada teknik budidayanya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang

cukup tua mencapai 1.600 buah. Panjang buah antara 2-5 cm dan beratnya sekitar

20 - 30 g per buah. ( Tim Penulis PS.1998 )

2.3. Minyak

Minyak merupakan bahan cair, hal ini disebabkan karena rendahnya

kandungan asam lemak dan tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh,

yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya.

Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih

dan penambah nilai kalori bahan pangan. ( F.G Winarno.,1991 )

Asam lemak secara umum dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1) Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan

rangkap (hanya memiliki ikatan tunggal) pada rantai karbonnya.

2) Asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan

rangkap pada rantai karbonnya.

Asam Lemak Bebas

Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam-asam

(22)

kerusakan pada minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam

minyak tersebut. Reaksi ini akan menyebabkan bau tengik.

( Tambun.R.,2002 )

Zat warna alamiah yang terdapat dalam bahan yang mengandung minyak

dan ikut terekstraksi bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut

antara lain terdiri dari α dn β karoten, xanthofil, dan anthosyanin. Zat warna ini

menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan

kemerah-merahan.

Pigmen berwarna merah jingga atau kuning disebabkan oleh karatenoid

yang bersifat larut dalam minyak. Karatenoid merupakan persenyawaan

hidrokarbon tidak jenuh dan jika minyak dihidrogenasi, maka karoten tersebut

juga ikut terhidrogenasi, sehingga intensitas warna kuning berkurang. Karetanoid

bersifat tidak stabil pada suhu tinggi, dan jika minyak dialiri uap panas maka

warna kuning akan hilang. Karetanoid tersebut tidak dapat dihilangkan dengan

proses oksidasi. ( Ketaren.S.M.,1986 )

Minyak sawit mempunyai warna kuning orange sehingga untuk digunakan

sebagai bahan baku harus melakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksud untuk

mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan

kebutuhannya. Berdasarkan standardmutu minyak sawit untuk pemucatan dengan

alat lovibond yang didasarkan pada warna merah 3,5 dan warna kuning 35.

(23)

9

2.4. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memastikan CPO

mempunyai kualitas yang tinggi

Menurut Keck seng dapat dilakukan tindakan untuk meningkatkan CPO

dalam perkebunan kelapa sawit pada saat penggilingan dan pembersihan minyak

sawit.

Tindakan yang dilakukan Keck seng untuk menghasilkan DOBI

(Deterioration of Bleachability Index) minyak sawit yang lebih tinggi yaitu :

 Memberi peringatan kepada perkebunan agar memanen buah pada

keadaan sudah benar-benar masak.

 Sterilisasi kondensasi dengan endapan yang buruk tidak diijinkan

untuk dihubungkan dengan CPO karena kondensasi sterilizer dan

minyak dapat menghasilkan besi dan tembaga yang kadar tinggi. Pro

oksidan ini dapat dilihat pada kualitas minyak dan masalah pemurnian

selama pembersihan. Dalam penggilingan sisi positif yang lain banyak

diabaikan.

 Keck seng menggunakan kondensasi sterilisasi yang lemah. Dalam hal

ini dilakukan untuk mengecilkan tandan buah setelah pengupasan dan

menggunakan penghancur tandan yang tinggi.

Menggunakan uap bertekanan rendah untuk pemanasan CPO pada suhu dibawah

(24)

2.5. Fosfor

Fosfor adalah unsur kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom

15. Fosfor berupa nonlogam, bervalensi banyak, termasuk golongan nitrogen,

banyak ditemui dalam batuan Fosfat anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi

tidak pernah ditemui dalam bentuk unsur bebasnya. Fosfor amatlah reaktif,

memancarkan pendar cahaya yang lemah ketika bergabung dengan oksigen,

ditemukan dalam berbagai bentuk dan merupakan unsur penting dalam makhluk

hidup. Kegunaan fosfor yang terpenting adalah dalam pembuatan pupuk, dan

secara luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, kembang api, odol, dan

deterjern.

Fosfor (P) merupakan salah satu unsur-unsur makro yang essensial untuk

nutrisi tanaman yang ketersediaanya dapat terbatas pada tanah. Konsentrasi fosfor

dalam tanah merupakan faktor yang berhubungan paling erat dengan ketersediaan

fosfor bagi tanaman. Kerena jumlah fosfor dalam tanah maupun dalam tanaman

relatif kecil. (Engelstand O.P., 1997)

Ketersediaan fosfor yang diambil tanaman dipengaruhi oleh pH yang

dominan, mikroorganisme dan bahan organik. Pada tanah alkalis (pH tinggi)

fosfor akan lebih kuat terikat dengan Ca sehingga efisiensi dari pupuk akan

berkurang. Sebaliknya pada pH yang lebih rendah daya larutnya lebih besar

sehingga untuk tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan dilahan gambut yang

umumnya memiliki pH < 4 (asam), maka pupuk P yang lebih cocok digunakan

adalah RP (Rock Phosphate). Fosfor merupakan hara yang diperlukan oleh

(25)

11

dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun dan pupuk yang dipakai adalah RP

(Rock Phosphate) ataupun TSP (Triple Super Phosphate). (Adlin,2008)

2.5.1. Sejarah Fosfor

Unsur ini ditemukan oleh Hannig Brand pada tahun 1669 di Hamburg,

Jerman. Dia menemukan unsur ini dengan cara ‘menyuling’ air urin melalui

proses penguapan dan setelah dia menguapan 50 ember air urin, dia baru

menemukan unsure yang dia inginkan. Namanya berasal dari bahasa Latin yaitu

Phosphosrus yang berarti ‘pembawa terang’ karena keunikannya yaitu bercahaya

dalam gelap (glow-in-the-dark).

2.5.2. Bentuk Fosfor

Fosfor dapat berada dalam beberapa bentuk : putih (atau kuning), merah,

dan hitam (atau ungu). Yang paling umum adalah Fosfor merah dan putih,

keduanya mengelompok dalam empat atom yang berbentuk tetrahedral. Fosfor

putih terbakar ketika bersentuhan dengan udara dan dapat berubah menjadi Fosfor

merah ketika terkena panas atau cahaya. Fosfor putih juga dapat berada dalam

keadaan alfa dan beta yang dipisahkan oleh suhu transisi -3,8 °C. Fosfor merah

relative lebih stabil dan menyublim pada suhu 170 °C pada tekanan uap 1 atm,

tetapi terbakar akibat tumbukkan atau geseka. Fosfor hitam mempunyai struktur

seperti grafit – atom-atom tersusun dalam lapisan-lapisan heksagonal

(26)

2.5.3. Sifat-sifat Fosfor

Secara umum Fosfor membentuk padatan putih yang lengket yang

memiliki bau yang tak enak tetapi ketika murni menjadi tak berwarna dan

transparan. Nonlogam ini tidak larut dalam karbon disulfide. Fosfor murni

terbakar secara spontan di udara membentuk fosfor pentoksida.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor)

2.6. Manfaat Fosfor Pada Tanaman

Fosfor merupakan unsur untuk pertumbuhan di dalam tanaman, berfungsi

untuk pembentukan protein, lemak, biji-bijian. Adapun manfaatnya adalah

sebagai berikut :

a) Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan system perakaran yang

baik sehingga tanaman dapat mengambil unsure hara lebih banyak dan

pertumbuhan tanaman menjadi sehat serta kuat.

b) Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik

tumbuh tanaman.

c) Memacu pembentukan bunga dan masaknya biji/buah, sehingga

mempercepat masa panen.

d) Memperbesar presentase terbentuknya bunga menjadi buah/biji.

(27)

13

2.7. Peranan Fosfor Bagi Pertumbuhan Tanaman

Fosfor (P) terdapat pada seluruh sel hidup tanaman. Beberapa fungsi

fosfor adalah membentuk asan nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta

memindahkan energy Ardenosin Tri Phosphat (ATP) dan Adenosin di Phosphat

(ADP), merangsang pembelahan sel dan membantu proses asimilasi dan respirasi.

Pemupukan dengan fosfor dapat merangsang pertumbuhan awal bibit

tanaman. Fosfor merangsang pembentukan buah, bunga, dan biji. Bahkan mampu

mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas.

Jika kekurangan fosfor, tanaman menunjukan gejala pertumbuhan sebagai

berikut :

- Lambat dan kerdil

- Perkembangan akar terhambat

- Gejala pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan

warna hijau tua mengkilap yang tidak normal

- Pematangan buah terhambat

- Perkembangan bentuk dan warna buah buruk

- Biji berkembang tidak normal (Novizan, 2001)

2.8. Metode Refining Palm Oil

Proses pemurnian merupakan langkah penting untuk produksi produk

(28)

kotoran dan komponen lainnya, yang akan mempengaruhi kualitas dari produk

jadi. Kualitas dari produk jadi yang perlu diperhatikan adalah rasa, stabilitas dan

warna dari produk.

2.8.1. Proses Degumming

Tujuan utama dari degumming adalah untuk menghapus getah yang tidak

diinginkan, yang akan mengganggu stabilitas produk minyak di tahap selanjutnya.

Tujuan yang ingin dicapai adalah memeperlakukan minyak kelapa sawit mentah

(CPO) dengan jumlah makanan tertentu. Komponen utama yang terkandung

dalam getah yang harus dihapuskan adalah fosfat. Sangat penting untuk

menghapus komponen fosfat dalam minyak mentah karena adanya komponen ini

akan memberikan rasa dan warna yang tidak diinginkan dan mempercepat

kerusakan minyak.

Tindakan fosfat pengemulsi adalah penyebab utama yang menyebabkan

ketidakstabilan oksidatif dari minyak sawit mentah (CPO). Dalam hal ini, minyak

sawit mentah yang masuk pertama kali dipanaskan sampai suhu sekitar 90 ºC-110

ºC sebelum diberikan asam fosfat. Kadar asam fosfat biasa digunakan adalah

dalam kisaran 0,05-0,1% minyak berat dengan konsentrasi asam sekitar 80-85%.

Hal ini dimaksudkan untuk menguraikan fosfatida non-hydratable serta

mengentalkan fosfat dan membuat larut dengan demikian mudah dihilangkan

pada saat pemucatan. Jumlah asam fosfat yang berlebihan perlu dihindari karena

dapat menyebabkan kenaikan asam fosfat dan mungkin akan sulit untuk dihapus

(29)

15

2.8.2. Proses Bleaching

Selama proses pemucatan di kilang minyak sawit, minyak degummed

diperlakukan dengan menggunakan bleaching earth dan dipanaskan sampai suhu

sekitar 100 ºC sebelum memasuki vakum bleaching. Dosis lempung aktif asam

yang digunakan biasanya dalam kisaran 0,5-2,0% berat dari minyak dan waktu

kontak dengan agitasi kontinyu adalah sekitar 30 menit.

Selama tahap ini, mengidentifikasi logam kompleks seperti besi dan

tembaga, pigmen, fosfat, dan produk oksidasi dihapus oleh efek serap dari

bleaching earth. Setiap sisa dari asam fosfat dikeluarkan selama tahap ini juga.

Minyak dipucatkan kemudian disaring pada filter industri seperti piringan dan

bingkai saringan tekan atau vakum filter daun. (Leong,1992)

2.9. Spektrofotometri

2.9.1. Spekrofotometri UV-Visible

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intesitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbansi. Jadi spektrofotometer

digunakan untuk mengukur energy secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang.

Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang

gelombang sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat

pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar

(30)

berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang

gelombang tertentu. (Khopkar S.M., 1984)

Spekrofotometri UV-Visibe adalah anggota teknik analisis spektroskopik

yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190 - 380 nm)

dan sinar tampak (380–780 nm) dengan memakai instrumen spektrofometer.

Radiasi ultraviolet jauh (100 – 190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah

radiasi tersebut diabsorbansi oleh udara. Adakalanya spektofotometer UV-Visible

yang beredar diperdagangan memberikan rentangan pengukuran panjang

gelombang 780 nm merupakan daerah radiasi inframerah. Oleh sebab itu

pengukuran diatas panjang gelombang 780 nm harus dipakai detektor dengan

kualitas sensitif terhadap radiasi inframerah.

Spektrofometer UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar

pada molekul yang dianalisis, sehingga spektofotometer UV-Vis lebih banyak

dipakai untuk analisa kuantitatif dibanding kualitatif.

Spkektofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel

yang berupa larutan gas atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan harus

diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain :

• Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap

terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna

• Tidak terjadi interaksi molekul dengan senyawa yang dianalisis

(31)

17

Pada umumnya pelarut yang digunakan dalam analisi spektrofotometer

UV-Vis adalah air, etanol, sikloheksana, isopropanol. Namun demikian perlu

diperhatikan absorbsi pelarut yang dipakai daerah UV-Vis yaitu polaritas pelarut

yang dipakai, karena akan sangat berpengaruh terhadap pergeseran spektrum

molekul yang dianalisis.

Panjang gelombang dimana akan terjadi eksitasi elektronik memberikan

absorben yang maksimum sebagai panjang gelombang maksimum. Penentuan

panjang gelombang maksimum yang tetap dapat dipakai untuk identifikasi

molekul bersifat karakteristik sebagai data sekunder. Dengan demikian spektrum

UV-Vis dapat dipakai untuk tujuan kualitatif (data sekunder) dan kuantitatif.

Analisis dengan spektofotometer UV-Vis selalu melibatkan pembacaan

absorban radiasi elektromagnetik yang diteruskan. Keduanya dikenal sebagai

absorben tanpa satuan dan ditransmisikan dalam satuan persen.

(Mulya, M, 1995)

Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada

promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk

promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek.

Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap cahaya dalam

daerah tampak yakni (senyawa bewarna) mempunyai elektron yang lebih mudah

dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV

yang lebih pendek.

Pada kenyataan, spektrum UV-Visible yang merupakan korelasi

(32)

merupakan suatu pita spektrum. Terbentuknya pita spektrum UV-Vis tersebut

disebabkan oleh terjadinya eksitasi elektronik lebih dari suatu macam pada gugus

molekul yang sangat kompleks. (Fessenden, 1986)

2.9.2. Hukum yang Mendasari Spektrofotometri

Hukum yang mendasari spektrofotometri adalah hukum Lambert-Beer.

Hukum Lambert-Beer adalah gabungan antara Hukum Lambert dan Beer.

Hukum Lambert : log = ( )

Hukum Beer : log = ( )

Subtitusikan hubungan-hubungan dasar ini kedalam hukum Lambert dan Beer

menghasilkan :

log = ( ) dan log = ( )

(Lambert) (Beer)

T = P/Po = -abc

A = Po/P = abc

Dimana : T = Transmitansi

A = Absorbansi

b = Panjang Larutan

c = Konsentrasi Larutan

(33)

19

Berdasarkan persamaan diatas maka diperoleh gabungan hukum yaitu :

-log T = A = abc

Karena dari hukum Beer, absorbansi adalah berbanding langsung terhadap

konsentrasi, maka log T harus digambarkan terhadap c untuk memperoleh suatu

grafik linier.

-log T =ɛ bc dan A =ɛ bc

Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang

ditansmisikan atau yang diabsorbansi.

Filter Sinar λ < 400 400-450 450-500 500-570 570-590 590-620 620-750

>750 warna UV Violet Biru Hijau Kuning Jingga Merah Infra merah

Interaksi antara energi cahaya dan molekul dapat digambarkan sebagai berikut :

E =hv

Dimana :

E = energi (joule/secondh)

h = tetapan plank

v = frekuensi foton

Skema spektrofotometri ;

Sumber Cahaya Monokromator Sampel Detektor

(34)

Penerapan spektrofotometrik

Hukum Beer : Absorbans, log (Po/P), radiasi monokromatik berbanding lurus

dengan konsentrasi suatu penyerap dalam larutan

Hukum Bouger (Lambert) : Bayangkan suatu medium penyerap yang homogen

dalam lapisan-lapisan yang sama tebal. Tiap lapisan menyerap radiasi

monokromatik yang memasuki lapisan itu dalam fraksi yang sama seperti

lapisan-lapisan lainnya. Dengan semuanya yang lain sama, maka absorbans itu

berhubungan lurus dengan panjang jalan yang melewati medium.

GabunganHukum Bouger-Beer,sering di tuliskan sebagai:

A = abc atau A =ɛ bc

Dengan :

A = absorbansi

ɛ = absorpsivitas molar ( jika konsentrasi dalam molar ) dengan satuan M-1cm-1

a = absorpsivitas (jika konsentrasi dalam %b/v ) dituliskan E1%1cm

b = panjang jalan/ kuvet

c = konsentrasi

Spektra absorbansi sering dinyatakan dalam %T maupun dalam bentuk A

(absorbansi).

Maka,

(35)

21

A = log (Po/P)

Po adalah daya cahaya masuk dan P adalah daya yang diteruskan melewati

sampel. (Underwood A.L., 1981)

2.9.3. Prinsip Kerja Alat Spektrofotometri

Sinar polikromatis yang dipancarkan oleh sumber cahaya melewati prisma

akan dipancarkan menuju filter sehingga diteruskan sinar monokromatis tertentu

sesuai dengan panjang gelombang yang telah diatur. Sinar tersebut diserap oleh

sampel yang terdapat dalam kuvet dan besar serapannya ditangkap oleh detektor

fotosel lalu diubah menjadi energi listrik dan diperkuat oleh amplifier sehingga

dapat ditangkap oleh indikator.

2.9.4. Permasalahan Spektrofotometri

Pada metode spketrofotometri terdapat permasalahan ataupun gangguan

seperti sidik jari, kooran padat yang telah kering, yang menempel pada dinding sel

yang dapat mengganggu penembusan sinar, juga gelembung udara dan lemak.

(Alaerts,G. 1987)

Permasalahan analisis dengan metode spektrofotometri adalah kesalahan

pengukuran detektor yang disebabkan antara lain oleh :

a. Adanya radiasa sesatan (stary radiation) yang ditimbulkan peralatan

spektrofotometri itu sendiri dan ditimbulkan oleh faktor-faktor dari

(36)

b. Adanya pergeseran panjang gelombang pengukuran (λmaks) yang

disebabkan oleh gerakan mekanis untuk mengatur panjang

(37)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat

• Spektorfotometri UV-Visible Cary 50

• Kuvet

• Pipet volume 2ml

• Pipet volume 10ml

• Labu takar 100 ml pyrex

• Beaker glass 250ml pyrex

• Botol aquadest

• Neraca analitik

• Cawan porselin

• Korek api

• Kertas saring

• Bola karet

• Hotplate

• Furnace

• Kaca alroji

3.1.2. Bahan-bahan

• ZnO

(38)

• Sodium Molybdate

• Aquadest

• KOH 50%

• HCL(p)

3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1. Pembuatan Larutan Hydrazin Sulfat 0,15%

• Ditimbang 0,150 gram Hydrazin sulfat

• Dilarutkan dengan aquadest 1 Liter

3.2.2. Pembuatan Larutan Sodium Molybdate

• Ditambahkan 140 ml H2SO4(p) kedalam 300 ml aquadest

• Ditambahkan 12,5gram sodium molybdate dan encerkan dengan 500 ml

aquadest

• Dikocok hingga larut sempurna dan didiamkan selama 24 jam sebelum

digunakan

3.2.3. Pembuatan Pottasium Hydroside 50 %

• Ditmbang 50 gram pottasium hydroside

• Dilarutkan 50 gram pottasium hydroside kedalam aquadest

3.2.4. Pembuatan Larutan Standart Stock

• Dilarutkan 1,0967 gram pottasium dihydroside phospate (yang telah

dikeringkan pada temperature 101ºC selama 2jam sebelum digunakan)

(39)

• Diencerkan didalam labu ukur 250 ml. Larutan ini mengandung 1 mg

phosphor per ml

3.2.5. Pembuatan Larutan Standart Harian

• Dipipet 5 ml larutan standart stock kedalam labu ukur 500 ml

• Diencerkan dengan aquadest. Larutan inimengandung 0,01 mg phosphor

per ml.

3.2.6. Persiapan Penggabungan Sampel

• Ditimbang sampel 10 gram dan ditambahkan 1gram ZnO dalam cawan

porselin

• Dipanaskan diatas hotplate sampai kering atau lipat kertas saring whatman

41 membentuk segitiga lalu letakkan didalam cawan porselin yang ada

sampel tersebut. Kemudian bakar kertas saring dan tunggu hingga kertas

saring dan sampel habis terbakar dan kering

• Dimasukkan kedalam furnace dengan temperature 600ºC selama 2 jam

• Dikeluarkan dan didinginkan sampel pada suhu ruang

• Ditambahkan aquadest 5ml dan HCl (p) 5 ml

• Ditutup dengan kaca arloji dan panaskan hingga mendidih di hotplate

selama 5 menit

• Disaring dan dicuci cawan dengan air panas sampai bersih dilabu ukur 100

ml

(40)

• Dinetralisasi dengan beberapa tetes KOH 50 %, bila berlebih tambahkan

HCl (p)

• Ditambahkan aquadest sampai batas ukur, kocok sampai homogen

3.2.7. Pembacaan Phosphor Content pada Spektofotometri

• Dipipet 10 ml filtrat ke dalam labu ukur 50ml

• Ditambahkan 10 ml Aquadest, 8 ml larutan Hydrazin Sulfat dan 2 ml

larutan Sodium Molybdate

• Dikocok hingga homogen

• Dipanskan dalam air mendidih selama 10 menit

• Didinginkan pada air es

• Ditambhakan aquadest sampai batas labu ukur, kocok sampai homogen

• Discanning di spektofotometri pada λ 650 nm

• Lakukan juga analisis blank tanpa filtrat

3.2.8. Persiapan Kurva Standart

• Dipipet masing-masing 1.2.4.6,8 dan 10 standart harian kedalam labu ukur

50 ml

• Tambahkan 10 ml aquadest, 8 ml larutan Hydrazin Sulfat dan 2 ml larutan

sodium molybdate

• Dikocok sampai homogen

• Dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit

• Didinginkan pada air es

(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil analisis yang dilakukan di PT.SMART.Tbk untuk kadar phospor

ditunjukkan pada :

Tabel 4.1.1 Data Analisis Kadar Fosfor pada Sampel CPO

CPO []

Tabel 4.1.2 Data Analisis Kadar Fosfor pada Sampel RBDPO

(42)

4.2. Perhitungan

4.2.1. Penentuan Persamaan Garis Regresi

Tabel 4.2.3 Data Kalibrasi Standart Fosfor

x Y

Keterangan : x : konsentrasi (ppm)

a : absorbansi

Tabel 4.2.4 Data Hasil Persamaan Garis Regresi

x y xy x2 y2

0 -0,0260 0 0 0,0006

0,01 0,0426 0,0004 0,0001 0,0018

0,02 0,1012 0,0020 0,0004 0,0102

0,04 0,2142 0,0085 0,0016 0,0458

0,06 0,3306 0,0198 0,0036 0,1092

0,08 0,4453 0,0356 0,0064 0,1982

0,10 0,5564 0,0556 0,01 0,3095

(43)

Persamaan Garis Regresi adalah y = ax+b

Dimana nilai a dan b pada persamaan tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :

a = ( ) ( )( ) ( ) ( )

b =( ) ( )( )

( ) ( )

a = slope dan b = intersept

Menghitung nilai a

a =

( , ) ( , )( , )

( , ) ( , )

a =

, ,

, ,

a =

,

,

a = 5,757

Menghitung nilai b

b =( , )( , ) ( , )( , ) ( , ) ( , )

b = , ,

(44)

b = , ,

b = -0,017

4.2.2. Penentuan Kadar Phosphor

P (ppm) =

× ( )

×

x

Untuk CPO

P (ppm) =

×( , , )

,

x

P (ppm) = 11,1243 ppm

Untuk RBDPO

P (ppm) =

×( , , )

,

x

(45)

4.3. Pembahasan

Kandungan fosfor dalam CPO harus dikurangi sampai sekitar 4 ppm

selama proses pemurnian. Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah pengolahan

ke tahap selanjutnya. Pada saat pemurnian, minyak yang akan dimurnikan

ditambahkan dengan bleaching earth dan fosfor. Tujuan ditambahkannya fosfor

dan bleaching earth adalah untuk menghilangkan gum-gum ataupun

kotoran-kotoran pada minyak yang tidak dibutuhkan dan untuk membuat warna pada

minyak menjadi lebih jernih. Fosfor yang ditambahkan pada saat pemurnian

biasanya dalam konsentrasi tertentu. Komponen utama yang terkandung dalam

gum yang harus dihilangkan adalah fosfat. Sangat penting untuk menghilangkan

fosfat pada minyak mentah, karena adanya fosfat dalam minyak mentah dapat

memberikan rasa, warna yang tidak diinginaan dan juga memepercepat terjadinya

kerusakan pada minyak. Banyaknya asam fosfat yang ditambahkan pada saat

pemurnian sekitar 0,05-0,1% berat minyak dengan konsentrasi fosfor sekitar

80-85%. Hal ini dimaksud untuk menguraikan fosfat non-hydratable serta

mengentalkan fosfat sehingga mudah larut dan dapat dihilangkan pada saat

pemurnian agar minyak yang dihasilkan sesuai dengan keinginan. Jumlah fosfor

yang berlebihan perlu dihindari karena dapat menyebabkan kenaikan asan fosfat

dan memungkinkan sulitnya dihapus pada proses pemurnian lebih lanjut.

Batas kadar fosfor yang diperbolehkan terdapat didalam minyak mentah

adalah 5ppm. Semakin tinggi kadar fosfornya maka minyak yang dihasilkan akan

tidak baik. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan minyak yang baik maka kadar

(46)

Sedangkan penambahan bleaching earth pada proses pemurnian ini untuk

menyerap warna pada minyak sehingga minyak yang dihasilkan berwarna bening.

Pada proses ini minyak yang akan diproses ditambahkan oleh bleaching earth

kemudian dipanaskan pada suhu 100 ºC sebelum dimasukan ke vakum pemurnian.

Kadar bleaching earth yang digunakan biasanya sekitar 0,5 – 2 % dari berat

minyak dan waktu kontak dengan agitasi kontiniyu sekitar 30 menit. Dalam tahap

ini, logam kompleks seperti besi dan tembaga, pigmen fosfatida dan produk

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin,U,. 2008.Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia.Edisi kedua. Medan : PPKS

Alaerts,G. 1987.Metoda Penelitian Air.Surabaya : Usaha Nasional

Darmosarkoro,W,. 2003.Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit.Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Edisi I. Medan

Engelstad,O.P,. 1977.Teknologi Dan Penggunaan Pupuk.Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Fessenden. 1986.Kimia Organik. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

http://www.deptan.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor

Ketaren,S.M,. 1986.Pengantar Teknologi Minyak Dan Pangan.Jakarta : Universitas Indonesia Press

Khopkar,SM,. 1984.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI-Press

Leong, W.L,. 1992.The Refining And Fractination of Palm.Bangi : Porim

Mulja,M. 1995.Analisa Instrumental.Bandung

Novizan. 2001.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.Jakarta : Agromedia

Tambun, R. 2002.Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung Dari Buah Kelapa Sawit.Medan : Universitas Sumatera Utara-Press

Tim Penulis.PS. 1998.Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran.Penebar Swadaya. Jakarta

Underwood,A.L,. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Jakarta : Erlangga

(48)
(49)
(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin,U,. 2008.Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia.Edisi kedua. Medan : PPKS

Alaerts,G. 1987.Metoda Penelitian Air.Surabaya : Usaha Nasional

Darmosarkoro,W,. 2003.Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit.Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Edisi I. Medan

Engelstad,O.P,. 1977.Teknologi Dan Penggunaan Pupuk.Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Fessenden. 1986.Kimia Organik. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

http://www.deptan.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor

Ketaren,S.M,. 1986.Pengantar Teknologi Minyak Dan Pangan.Jakarta : Universitas Indonesia Press

Khopkar,SM,. 1984.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI-Press

Leong, W.L,. 1992.The Refining And Fractination of Palm.Bangi : Porim

Mulja,M. 1995.Analisa Instrumental.Bandung

Novizan. 2001.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.Jakarta : Agromedia

Tambun, R. 2002.Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung Dari Buah Kelapa Sawit.Medan : Universitas Sumatera Utara-Press

Tim Penulis.PS. 1998.Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran.Penebar Swadaya. Jakarta

Underwood,A.L,. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Jakarta : Erlangga

(51)
(52)

Gambar

Gambar 2.1.1. Buah Sawit
Tabel 4.1.1 Data Analisis  Kadar Fosfor pada Sampel CPO
Tabel 4.2.3 Data Kalibrasi Standart Fosfor

Referensi

Dokumen terkait

Non-gliserida yang dapat larut dalam minyak seperti asam lemak bebas (FFA), phospholipida, trace metal, karotenoid, tocoferol, produk oksidasi, dan sterol lebih

RBDPO adalah asam lemak dengan 16 rantai karbon (C16) atau asam palmitat.. serta asam lemak dengan 18 rantai karbon dengan satu buah

Hasil utama yang diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DARI REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OIL (RBDPO) PADA PROSES DEODORISASI..

Pada tahap deodorisasi minyak dari bleaching DBPO (Degumming Bleaching Palm Olein) akan dimurnikan dari kadar asam lemak bebas (FFA), bau (odor), dan warna (colour).. Pada suhu

Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir – lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin, tanpa mengurangi jumlah asam

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut minyak nabati.Minyak nabati.. dapat diperoleh dari kelapa sawit, kelapa, kacang kedelai dan

Hasil yang terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang diperoleh. dari ekstraksi daging