• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel dan Adhesi Streptokokus mutans pada Permukaan Enamel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel dan Adhesi Streptokokus mutans pada Permukaan Enamel"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEH KOMBUCHA TERHADAP KEKERASAN

ENAMEL DAN ADHESI STREPTOKOKUS MUTANS

PADA PERMUKAAN ENAMEL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MITA ZAHARA HUTAGALUNG NIM : 060600101

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Tahun 2010

Mita Zahara Hutagalung

Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel dan Adhesi

Streptokokus mutans pada Permukaan Enamel

xi + 69 halaman

Teh kombucha merupakan teh hasil fermentasi, yang menghasilkan rasa asam.

Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suasana yang asam. Fluor

yang terdapat di dalam teh akan mensubsitusi ion hidrogen yang hilang menjadi

fluorapatit, sehingga didapat struktur enamel yang lebih padat dan lebih tahan

terhadap asam. Teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik. Catechin yang

terdapat pada teh telah terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus

mutans. Catechin bekerja dengan cara menghambat kerja enzim glukosiltransferase,

sehingga adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel dapat dicegah. Tujuan

penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh teh kombucha dan teh hijau dalam

meningkatkan kekerasan enamel dan adhesi Streptokokus mutans ke permukaan

enamel.

Teh kombucha terbuat dari 5 gram daun teh hijau, aquadest, gula dan jamur

kombucha, kemudian di fermentasi selama 7 hari. Tiga puluh gigi premolar bawah

(3)

aquadest, kelompok kedua direndam teh hijau dan kelompok terakhir direndam teh

kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. Setiap sampel masing-masing kelompok

dihitung kekerasan permukaan enamel dengan alat Micro Vickers Hardness Tester

sebelum dan setelah perendaman selama 30, 60 dan120 menit. Data dianalisis

dengan ANOVA dan LSD. Adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel diuji

dengan teknik gentian violet lalu di baca dengan menggunakan Microplate Reader.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p >

0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan

aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit. Ada perbedaan yang signifikan

(p < 0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan teh

kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. tidak ada perbedaan yang signifikan (p >

0,05) pada kelompok aquadest, teh hijau dan teh kombucha terhadap adhesi

Sreptokokus mutans ke permukaan enamel.

Teh kombucha dapat meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman

selama 30, 60 dan 120 menit dan dapat mencegah adhesi Streptokokus mutans pada

permukaan enamel.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 26 AGUSTUS 2010

OLEH :

Pembimbing

NIP : 19500828 197902 2 001

Prof. Trimurni Abidin,drg., M.Kes., Sp.KG(K)

Mengetahui

Ketua Departemen Ilmu konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

NIP : 19500828 197902 2 001

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul

PENGARUH TEH KOMBUCHA TERHADAP KEKERASAN ENAMEL DAN ADHESI STREPTOKOKUS MUTANS PADA PERMUKAAN ENAMEL

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NIM : 060600101

MITA ZAHARA HUTAGALUNG

Telah dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 26 Agustus 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji Skripsi

Ketua Penguji

Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes,Sp.KG 19500828 197902 2 001

Anggota tim penguji lain

Prof.Dr.Rasinta Tarigan,drg.,Sp.KG

NIP : 19410830 196509 1 001 NIP : 19450702 197802

1 001

Bakri Soeyono,drg

Medan, 26 Agustus 2010 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Ketua,

NIP : 19500828 197902 2 001

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, Drs. H. Maulana Hutagalung dan Hj.

Murni Idawani Dalimunthe, S.sos yang telah begitu banyak memberikan

pengorbanan untuk membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, cinta,

bimbingan dan semangat yang tidak akan terbalaskan. Tidak lupa penulis ucapkan

terima kasih untuk kakak dan adikku yaitu Mardiana Israkiyah Htg dan M. Syukur

Htg yang telah memberi banyak dukungan.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati

dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku Ketua Departemen

Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu,

tenaga, pemikiran, kesabaran, dukungan, bimbingan dan semangat kepada

(7)

3. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU terutama

Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah memberikan bantuan, saran dan

bimbingan kepada penulis.

4. Irmansyah, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Ir. Herla Roesmarilin., M.S. selaku kepala laboratorium Hasil Pangan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut membantu dalam

mengerjakan penelitian ini.

6. Bachtiar Effendi selaku kepala laboratorium Material Test PTKI yang turut

membantu mengerjakan penelitian ini.

7. Prof. Dr. Dwi Suryanto, drs., B.Sc., M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi

Fakultas MIPA USU atas pemikirannya dalam pelaksanaan skripsi ini.

8. Drg. Boy M. Bachtiar, MS., PhD di bagian Biologi Oral Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Indonesia yang memberikan bimbingan dalam melakukan

penelitian ini.

9. Drs. Abdul Djalil A.A., M.Kes selaku Pembantu Dekan I di Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU yang telah membimbing penulis dalam

melakukan uji statistik.

10.Teman-teman terbaikku, Tika Ikke Ivanti, Erlita Sari, Dhita Kartika, Noni

Harahap, Nanda Iswa Maysfera, Loviora triesti, Erwina, Risya Dini Marsa,

Luki Tantri Sofan, dan Ulfa Fetriani atas dukungan, semangat, doa, harapan

(8)

11.Teman-teman angkatan 2006, Hanif, Yanci, Fauzan, Johan, dan Rozi,

sahabat terbaikku Cut Desna Aptriana dan M. Reza Fahlevi atas semangat,

motivasi dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta

teman-teman yang menyelesaikan skripsi di bagian Konservasi Tari, Lusi, Ratih,

Tiwi, dan Willi atas bantuan, dukungan, saran dan kebersamaan selama

penelitian ini berlangsung.

12.Semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

turut membantu dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan

saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil

karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi

fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Agustus 2010

Penulis,

Mita Zahara Hutagalung

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

2.3.2 Proses fermentasi teh kombucha... 12

2.4 Teh terhadap kekerasan enamel... 14

2.5 Adherensi Sterptokokus mutans... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep... 20

(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian... 23

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 23

4.3 Populasi, sampel dan besar sampel Penelitian... 23

4.4 Variabel Penelitian... 25

4.5 Definisi Operasional... 26

4.6 Bahan dan Alat Penelitian... 27

4.7 Prosedur Penelitian... 30

4.8 Analisa Data... 36

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Uji kekerasan permukaan enamel... 37

5.2 Uji adhesi Streptokokus mutan ke permukaan enamel... 40

BAB 6 PEMBAHASAN... 44

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 52

7.2 Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbedaan teh hitam, teh hijau dan teh oolong... 8

2. Komposisi aktif teh dan fungsinya terhadap gigi... 9

3. Nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam aquadest, teh hijau dan teh kombucha selama 30,60, dan 120 menit

(kg/mm2 (VHN))... 37

4. Hasil uji statistik dengan ANOVA... 39

5. Uji lsd kekerasan permukaan setelah perendaman dalam aquadest, teh

Hijau dan teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit... 40

6. Uji lsd antar kelompok teh kombucha, teh hijau dan aquadest... 41

7. Nilai rata-rata dan uji ANOVA adhesi streptokokus mutans pada

permukaan enamel... 42

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen,

substrat dan waktu... 7

2. Kultur kombucha... 11

3. Jamur kombucha... 12

4. Fermentasi kombucha... 13

5. Tahap-tahap adherensi Sreptokokus mutans... 19

6. Mikromotor (Hnsy)... 29

13. Daun teh 5 gram dilarutkan, kemudian dipanaskan selama 30 menit... 31

14. Proses penyaringan daun teh dan penambahan 100gr gula... 31

15. Penambahan jamur kombucha dan difermentasi selama 7 hari... 31

16. Sampel gigi premolar bawah... 33

17. Pengukuran kekerasan dengan alat Micro Vickers Hardness Tester…... 33

18. Bahan pembuatan media TYS Broth... 34

19. Biakkan S.mutans dimasukkkan kedalam anaerobic jar dan diinkubator 35 20. pembacaan dengan Microplate Reader... 35

21. Grafik rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam aquadest, teh hijau dan teh kombucha selama 30,60, dan 120 menit (kg/mm2 (VHN))... 38

22. (a) hidroksiapatit (b) fluorapatit... 46

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur pikir... 57

2. Penyiapan suspensi bakteri 3.1 Pembuatan larutan teh hijau... 59

3.2 Pembuatan teh kombucha... 59

3. Uji kekerasan enamel dengan Microvicker Hardness Tester... 60

4. Penyiapan suspense bakteri 4.1 Pembuatan media pertumbuhan... 61

4.2 Pembuatan suspense bakteri... 61

5. Uji perlekatan bakteri Streptokokus mutans ke permukaan enamel... 62

6. Hasil penelitian kekerasan permukaan enamel... 63

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Tahun 2010

Mita Zahara Hutagalung

Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel dan Adhesi

Streptokokus mutans pada Permukaan Enamel

xi + 69 halaman

Teh kombucha merupakan teh hasil fermentasi, yang menghasilkan rasa asam.

Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suasana yang asam. Fluor

yang terdapat di dalam teh akan mensubsitusi ion hidrogen yang hilang menjadi

fluorapatit, sehingga didapat struktur enamel yang lebih padat dan lebih tahan

terhadap asam. Teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik. Catechin yang

terdapat pada teh telah terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus

mutans. Catechin bekerja dengan cara menghambat kerja enzim glukosiltransferase,

sehingga adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel dapat dicegah. Tujuan

penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh teh kombucha dan teh hijau dalam

meningkatkan kekerasan enamel dan adhesi Streptokokus mutans ke permukaan

enamel.

Teh kombucha terbuat dari 5 gram daun teh hijau, aquadest, gula dan jamur

kombucha, kemudian di fermentasi selama 7 hari. Tiga puluh gigi premolar bawah

(15)

aquadest, kelompok kedua direndam teh hijau dan kelompok terakhir direndam teh

kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. Setiap sampel masing-masing kelompok

dihitung kekerasan permukaan enamel dengan alat Micro Vickers Hardness Tester

sebelum dan setelah perendaman selama 30, 60 dan120 menit. Data dianalisis

dengan ANOVA dan LSD. Adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel diuji

dengan teknik gentian violet lalu di baca dengan menggunakan Microplate Reader.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p >

0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan

aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit. Ada perbedaan yang signifikan

(p < 0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan teh

kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. tidak ada perbedaan yang signifikan (p >

0,05) pada kelompok aquadest, teh hijau dan teh kombucha terhadap adhesi

Sreptokokus mutans ke permukaan enamel.

Teh kombucha dapat meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman

selama 30, 60 dan 120 menit dan dapat mencegah adhesi Streptokokus mutans pada

permukaan enamel.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin dan

sementum yang disebabkan oleh aktifitas dari berbagai mikroorganisme yang ditandai

dengan terjadinya demineralisasi jaringan tersebut yang disertai dengan kerusakan

jaringan organiknya yaitu jaringan interprismata. Mikroorganisme yang paling

dominan terdapat pada pembentukan karies adalah Sterptokokus mutans.1,2 Bakteri

ini mampu membuat glukosiltransferase yang menyebabkan diproduksinya glukan

yang merupakan salah satu sifat virulensi bakteri ini yang berkaitan dengan

pembentukan plak sehingga terjadinya karies dan fruktosiltransferase yang

mensintesis pembentukan fruktan. Streptokokus mutans sangat asidogenik sehingga

dapat menyebabkan demineralisasi hidroksiapatit, sehingga menyebabkan karies

gigi.1

Peningkatan kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari

peningkatan kesehatan nasional. Jumlah penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih

cukup tinggi, terutama mengenai masalah karies.3 Menurut data Depkes RI tahun

1999, kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada Pelita VI dilaporkan bahwa

prevalensi karies adalah 90.90% dengan DMFT rata-rata 6.44.4 Mengingat penduduk

Indonesia yang berjumlah lebih dari 225 juta jiwa dan masih akan terus meningkat,

maka upaya pencegahan adalah salah satu alternatif yang merupakan prioritas utama.3

(17)

salah satu cara adalah mengurangi jumlah mikroorganisme Streptokokus mutans di

dalam rongga mulut dengan dikembangkan metode pencegahan yang sederhana dan

tepat guna agar dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat untuk menurunkan

prevalensi karies di Indonesia.

Di masa sekarang, dengan harga obat-obatan yang relatif mahal, Departemen

Kesehatan menganjurkan untuk kembali ke obat traditional.5 Sebagaimana di ketahui,

alam Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan obat. Hal

ini ditujukan untuk pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional. Salah satu

tanaman di Indonesia yang tak kalah pentingnya yaitu tanaman teh. Di antara sekian

banyak jenis minuman, teh termasuk minuman yang paling banyak dikonsumsi

masyarakat.6 Menurut Mc. Donald et al., 1974 cit Hardjawinata et al., 1993 teh

mengandung flour yang relatif tinggi dan dapat mengurangi insidens karies.7

Kandungan fluor yang terdapat didalam teh adalah sekitar 0,1-4,2 mg/L.8 Sundoro

(1988) berpendapat bahwa air teh dapat menambah kekerasan enamel yang telah

mengalami demineralisasi, sehingga struktur enamel pada peminum teh berbeda

dengan struktur enamel bukan peminum teh.9

Teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik. Kandungan fluor yang

terdapat didalam teh sebagai komponen anorganik dapat memperkuat struktur gigi.3

Zat polifenol terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus mutans,

merupakan salah satu bakteri penyebab karies gigi.10,11 Penelitian Sakanaka (1991)

mengatakan bahwa zat polifenol tersebut, yaitu catechin dapat menghancurkan

bakteri kariogenik penghasil glukan yang akan meningkatkan plak gigi.6 Catechin

(18)

serta menyebabkan denaturasi protein sel bakteri tersebut. Menurut Sakanaka et al.,

1989 cit Smullen et al., 2007 ekstrak teh hijau menunjukkan adanya efek dalam

menghambat pertumbuhan dari Streptokokus mutans secara in vitro dan mencegah

perlekatan ke enamel gigi . 11 Catechin menghambat aktivitas glukosiltransferase dari

Streptokokus mutans, sehingga pembentukan glukan terhambat dan mencegah adhesi

Streptokokus mutans ke permukaan enamel.10

Menurut Gunther et al., 1999 cit Kustyawati et al., 2008 teh kombucha adalah

produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter

Kombucha atau Tea Fungus.12 Teh kombucha sendiri di yakini sebagai minuman

kesehatan. Minuman kesehatan teh kombucha merupakan agen penghasil senyawa

biokimia yang berguna bagi tubuh seperti, asam asetat dan asam glukoronat yang

berperan sebagai penangkal racun, asam laktat dan asam karbonat membantu

mencegah kanker, asam folat mencegah terjadinya penyakit hati.13 Kombucha

mengandung komponen yang terdapat dalam teh, juga mengandung sejumlah

asam-asam organik dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan.12

Teh kombucha merupakan teh hasil fermentasi, yang menghasilkan rasa

asam.12 Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suasana yang asam.

Suasana asam akan meningkatkan kosentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak

hidroksiapatit enamel gigi.14 Sedangkan fluor yang terdapat di dalam teh akan

mensubsitusi ion hidrogen yang hilang menjadi fluorapatit, sehingga didapat struktur

enamel yang lebih padat dan lebih tahan terhadap asam. Maka timbul pemikiran

(19)

perlekatan Streptokokus mutans ke gigi, mengingat sampai saat ini belum ada

penelitian tentang pengaruh teh kombucha terhadap enamel.

1.2Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dapat dilihat bahwa minuman kesehatan teh

kombucha merupakan minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula yang

menghasilkan rasa sedikit asam, maka timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan pemakaian teh kombucha dengan teh hijau dalam

menambah kekerasan enamel, jika gigi direndam didalam teh kombucha dan teh hijau

selama 30, 60 dan 120 menit?

2. Apakah ada perbedaan teh kombucha dengan teh hijau dalam menghambat

perlekatan dari Streptokokus mutans ke permukaan enamel?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adanya perbedaan teh kombucha dan teh hijau dalam

meningkatkan kekerasan enamel selama 30, 60 dan 120 menit.

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan teh kombucha dan teh hijau terhadap daya

hambat Streptokokus mutans ke permukaan enamel.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pengaruh teh kombucha terhadap kekerasan enamel dan

(20)

2. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi masyarakat dengan menggunakan bahan

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu tanaman di Indonesia yang tak kalah pentingnya yaitu tanaman teh.

Diantara sekian banyak jenis minuman, teh termasuk minuman yang paling banyak

dikonsumsi masyarakat, karena teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik yaitu

dapat mencegah terjadinya karies gigi.

2.1 Etiologi Karies

Pada prinsipnya karies terjadi akibat adanya interaksi dari empat faktor utama

yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies; ke empat faktor tersebut

digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling berinteraksi (multifaktorial), yaitu

host yang meliputi gigi dan saliva, faktor mikroorganisme, faktor substrat dan

lingkaran dan faktor waktu.1 Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor

tersebut harus saling mendukung yaitu host yang rentan, mikroorganisme yang

kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.1,2 Selain faktor langsung, juga

terdapat faktor luar meliputi usia, jenis kelamin, keturunan, ras, gangguan emosi,

variasi geografis, pengetahuan mengenai jenis makanan dan minuman yang

(22)

Gambar 1. Karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu2

Mikroorganisme yang paling dominan penyebab terjadinya karies adalah

Streptokokus mutans.1 Patogenesis terjadinya karies meliputi tiga proses, yaitu

adheren dari bakteri ke gigi, formasi dari glycocalyx untuk mensintesis glukan oleh

aksi dari enzim glukosiltrasferase bakteri, dan akumulasi biofilm (plak), seperti

produksi asam dari bakteri yang berlangsung terus menerus (termasuk Streptokokus

dan Laktobasilus) untuk dapat memetabolisme karbohidrat menghasilkan pH yang

rendah. Asam yang dihasilkan bakteri menyebabkan demineralisasi enamel.10

2.2 Teh

Teh adalah salah satu bahan minuman alami yang sangat populer di

masyarakat.9 Teh merupakan fungtional food, mengingat khasiat yang terkandung di

dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh.8 Menurut Graham HN 1984, Van

Steenis 1987, dan Tjitrosoepomo 1989, tanaman teh dapat diklasifikasikan sebagai

HOST AGEN

SUBSTRAT

WAKTU

(23)

divisi spermatophyte, subdivisi angiospermae, kelas dicotyledoneae, ordo clusiales,

familia theaceae, genus camellia, spesies camellia sinensis.5

2.2.1 Klasifikasi Teh

Saat ini Indonesia dikenal adanya tiga jenis teh, yaitu teh hitam, teh hijau dan

teh oolong. Perbedaaan dari ketiga jenis teh tersebut terletak pada cara pengolahan.5,6,

8,10

Meskipun demikian, ketiga jenis teh tersebut memiliki khasiat dan potensi

kesehatan yang sama.8

Tabel 1. PERBEDAAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH OOLONG5,6

Jenis teh Cara pengolahan

Teh hitam Diawali dengan proses pelayuan daun teh, kemudian proses pengilingan yang bertujuan untuk memecah sel-sel daun, agar proses fermentasi dapat berlangsung secara merata dan terakhir adalah proses pengeringan.

Teh hijau Diolah tanpa melalui proses fermentasi. Setelah daun teh dipetik dilakukan proses pemanasan selama 2-3 menit, proses ini disebut proses pelayuan yang bertujuan untuk menginaktifkan enzim

Teh oolong Teh tersebut difermentasi dengan cepat sebelum dan sesudah penggulungan. Warna daunnya setengah coklat

2.2.2 Kandungan Teh

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mc. Donald (1994), teh hijau

mempunyai fungsi ganda yaitu kandungan catechin dalam teh mempunyai daya anti

mikroba dan fluor yang merupakan komponen anorganik dapat memperkuat struktur

gigi.3 Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi

empat, antara lain : substansi fenol (catechins, flavanol), bukan fenol (karbohidrat,

(24)

enzim. Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut polyphenols,

termasuk di dalamnya flavonoid.8,16

Subkelas dari polyphenols meliputi flavones, flavonols, flavanones, catechins,

antocyanidin, dan isoflavones. Turunan flavonols, quercetin dan turunan catechins,

epi-catechin (EC), epigallo-catechin (EGC), epigallo-catechin gallate (EGCg)

umumnya ditemukan di dalam teh.8 Beberapa penelitian lain menggunakan teh

menunjukkan bahwa senyawa polifenol antioksidan (seperti catechin) yang

terkandung dalam teh mempunyai sifat antikariogenik dan antikarsinogenik.5,11

Tabel 2. KOMPOSISI AKTIF TEH DAN FUNGSINYA TERHADAP GIGI3,10,11,17,18

No Komposisi aktif teh Fungsi

1. Catechin • menghambat beberapa jenis bakteri, seperti

Streptokokus mutans

• menghambat pembentukan glukan dari sukrose dengan oleh glokosiltransferase dan juga menghambat aktifitas dari enzim ini, sehingga pembentukan asam dihambat.

• mencegah adhesi Streptokokus mutans dan menghambat aktivitas glukosiltrasferase sehingga mencegah terbentuknya glukan yang merupakan awal mula terbentuknya plak gigi.

• merusak dinding sel bakteri dan membran sitoplasmanya serta menyebabkan denaturasi protein.

2. Fluor • memperkuat sktruktur enamel gigi

Catechin dari ekstrak teh hijau atau teh hitam mempunyai daya hambat dan

aktivitas bakterisidal dalam melawan Streptokokus mutans.10 Catechin yang

terkandung dalam teh hijau dapat bersifat bakterisid atau bakteriostatik. Penelitian

yang dilakukan oleh Matsumoto et al., 1999 cit Smullen et al., 2007, ekstrak teh

(25)

mengurangi produksi asam rata-rata. Teh oolong juga dapat menghambat adhesi dari

Streptokokus mutans, polifenolnya mencegah aktivitas glukosiltransferase dan

mencegah pembentukan glukan.11 Pada dasarnya, permukaan hidropobik merupakan

salah satu faktor penting untuk bakteri rongga mulut untuk melekat ke permukaan

gigi. Teh oolong dapat mengurangi permukaan hidropobik dari Streptokokus mutans,

Streptokokus sobrinus dan Streptokokus yang lainnya.17

2.3 Teh Kombucha

Teh kombucha pertama sekali dikonsumsi oleh masyarakat di daratan Cina

sebagai obat herbal. Teh kombucha juga dikenal dengan nama teh manchuria.12,13,19,20

Teh kombucha juga dikenalkan ke beberapa negara, termasuk Indonesia pada tahun

1930-an karena mempunyai manfaat kesehatan.12,13 Menurut Gunther et al., 1999 cit

Kustyawati et al., 2008 kombucha adalah produk minuman hasil fermentasi larutan

teh dan gula menggunakan starter Kombucha atau Tea Fungus. Tea Fungus

merupakan simbiosis antara bakteri dan yeast (khamir) dalam struktur selulosa.12,19,21

Proses fermentasi ini terjadi karena peranan jamur. Jamur yang berperan dalam

pembentukan teh kombucha adalah golongan ragi. Nama ilmiahnya adalah

Saccharomyces cerevisiae.13 Jenis ragi lain yang terdapat pada teh kombucha yaitu

Saccharomyces ludwigii, S. apiculatus varietas dan Schizosaccharomycespombe.

Bersama-sama dengan ragi, bakteri melakukan proses signifikan dalam pembuatan

(26)

2.3.1 Kultur Kombucha

Kultur kombucha adalah organisme berbentuk gelatin (gel) berwarna putih

dengan ketebalan antara 0,3-1,2 cm dan terbungkus selaput liat yang dihasilkan dari

proses bakteri Acetobacter xylinum.13 Kultur kombucha berbentuk seperti pancake

yang berwarna putih (pucat) dan bertekstur kenyal seperti karet dan menyerupai

gel.12,13 Kultur yang disebut pelikel ini terbuat dari selulosa hasil metabolisme bakteri

asam asetat. Kultur kombucha dapat terletak mengapung di permukaan cairan atau

kadang dijumpai tenggelam di dalam cairan teh kombucha. Kultur kombucha

mencerna gula menjadi asam-asam organik, vitamin B dan C, serta asam amino dan

enzim. Kultur ini juga berperan sebagai mikroorganisme probiotik yang baik bagi

kesehatan. Kultur kombucha merupakan koloni dari ragi (yeast) dengan beberapa

bakteri. Dalam istilah asing kultur kombucha disebut dengan scoby atau Symbiotic

Colony of Bactery and Yeast.13 Kultur kombucha merupakan simbiosis dari beberapa

bakteri antara lain: Acetobacter xylinum, Acetobacter ketogenum, Torula sp,

Brettanomyces, Phicia fermentans, dan Saccharomyces ludwiggii, serta jamur-jamur

lain. 13,20

(27)

Kultur kombucha hidup dilingkungan nutrisi larutan teh manis yang akan

tumbuh secara terus menerus hingga membentuk susunan yang berlapis. Kultur

kombucha akan memiliki bentuk menurut wadah yang digunakan (tempat pembiakan)

pada proses pembuatan minuman kesehatan teh kombucha. Pada pertumbuhannya,

koloni pertama kombucha akan tumbuh dilapisan paling atas dan pertumbuhannya

akan memenuhi lapisan tersebut, pertumbuhan berikutnya semakin lama semakin

tebal, demikian seterusnya.12

Gambar 3. jamur kombucha13

2.3.2 Proses fermentasi teh kombucha

Pembentukan kombucha pertama kali dimulai dari proses fermentasi dengan

sedikit oksigen dari lingkungan. Saat terjadi proses ini, organisme menghasilkan

enzim yang menguraikan senyawa glukosa menjadi alkohol (etanol) dan gas

karbondioksida. Kemudian hasil ini bereaksi dengan air membentuk senyawa asam

karbonat. Pada kondisi yang berkecukupan oksigen, reaksi yang terjadi bukan

fermentasi. Proses ini bukan menghasilkan etanol, tetapi karbondioksida dan air.Ragi

(28)

fruktosa dengan hasil metabolit samping alkohol dan karbon dioksida. Proses

fermentasi akan berlangsung selama 7-12 hari, tergantung pada berbagai faktor,

termasuk diantaranya adalah suhu lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain.

Semakin lama fermentasi, maka rasa teh kombucha akan semakin asam dan rasa

manis akan semakin berkurang.13

Kombucha mengandung komponen yang terdapat dalam teh, juga

mengandung sejumlah asam-asam organik dan vitamin yang bermanfaat bagi

kesehatan.12 Komponen-komponen yang terbentuk selama proses fermentasi

kombucha yang bermanfaat bagi tubuh manusia, diantaranya adalah: asam laktat,

asam asetat, asam folat, asam glukonat, asam glukoronat , asam Hyaluronic dan asam

Chondroitin Sulfat, asam amino Esensial, enzim, acetaminophen, antibiotik, vitamin

B Kompleks, vitamin C, dan asam usnic.12,13,21

(29)

Dari studi kua ntitatif menunjukkan bahwa minuman teh hijau mempunyai

potensi dalam menghambat demineralisasi dentin, in vitro.22 Pada penilitian yang lain

terungkap pula bahwa teh dapat memperkuat struktur enamel gigi karena

terdepositnya fluor yang terkandung di dalam teh.18 Hayakawa (1993) melaporkan

bahwa kombinasi dari ion fluor dan interaksi dari komponen-komponen lain yang

memberikan pengaruh di dalam teh hijau dalam meningkatkan ketahanan asam dari

hidroksiapatit.22

Sundoro (1988) berpendapat bahwa air teh dapat menambah kekerasan

enamel yang telah mengalami demineralisasi, sehingga struktur enamel gigi pada

peminum teh berbeda dengan struktur enamel gigi bukan peminum teh. Lapisan

dalam enamel peminum teh mempunyai struktur yang lebih padat dibandingkan

dengan yang bukan pemunum teh. Hal ini disebabkan oleh subsitusi ion fluor

sehingga ruangan kosong akibat hilangnya ion hidrogen akan terisi oleh ion fluor. Be

Kien Nio (1979), bahwa deposisi fluor dipengaruhi oleh waktu dan konsentrasinya.

Semakin lama pemasukan fluor maka deposisinya akan bertambah.9

Kandungan fluor yang terdapat didalam teh adalah sekitar 0,1-4,2 mg/L8.

Fluor dapat menambah kekuatan email dan dentin, sehingga dapat menambah daya

tahan terhadap serangan asam yang menyebabkan terjadinya karies, serta dapat

mengurangi sifat kariogenik plak.23 Komponen terbesar enamel gigi ialah

hidoksiapatit (Newburn, 1978). Enamel gigi dapat mengalami proses demineralisasi,

yaitu hilangnya sebagian mineral enamel karena larut dalam asam.6,14 Demineralisasi

(30)

berperan pada demineralisasi karena pH yang rendah akan meningkatkan kosentrasi

ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel.14

Setelah proses demineralisasi sering pula terjadi proses remineralisasi, yakni

proses pengerasan enamel (Cate, 1985). Adanya penambahan unsur fluor dapat

menyebabkan subsitusi ion hidorksil, sehingga terbentuk ikatan fluorapatit yang lebih

sempurna dan lebih tahan asam dibandingkan hidroksiapatit. Fluor berperan dalam

mengurangi kelarutan enamel terhadap asam (Konig & Hogendoorn, 1982) dan

mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga asam dari bakteri akan

dihambat.6

Ion-ion fluor dapat berikatan dengan hidroksiapatit lebih besar dibandingkan

dengan hidroksil. Bukti kimia dan kristalografik menyatakan bahwa penggantian ion

fluor dapat meningkatkan stabilitas dari struktur apatit dan dengan demikian dapat

menghambat penurunan asam pada sumbu C. Hasilnya akan dapat melindungi

pengkristalan untuk melawan proses demineralisasi yang meliputi karies gigi dengan

meningkatkan angka remineralisasi yang artinya dapat meningkatkan kekerasan

enamel.24

Kekerasan enamel umumnya diukur dengan menggunakan alat knoop (KHN)

dan vickers (VHN). Variasi kekerasan enamel terjadi karena faktor gambaran

histologi gigi, komposisi kimiawi yang terkandung pada gigi, penyiapan sampel,

beban yang digunakan pada pengukuran dan kesalahan membaca (reading error)

pada intentional length (IL).25 Micro Vickers Hardness Vickers Tester adalah

pengukuran kekerasan suatu material dengan nilai kekerasan yang kecil dengan

(31)

Pengukuran kekerasan dengan Micro Vickers dilakukan dengan meletakkan

bahan yang mau diuji kekerasannya pada meja Micro Vickers tersebut, lalu diamond

penetrator Vickers tersebut dikenai pada bahan yang diuji. Setelah diamond

penetratornya menyentuh bahan yang diuji maka terlihatlah bekas tumbukan

berbentuk belah ketupat seperti bentuk diamond penetratornya. Kemudian panjang

diagonalnya diukur pada mikroskop dengan mikrometer yang ada pada lensa okuler.

Hasil panjang diagonalnya kemudian diambil rata-ratanya dan dimasukkan kedalam

rumus yang telah ditentukan dengan satuan kg/mm2 atau VHN.14

2.5 Adherensi Streptokokus mutans

Streptokokus mutans dikemukakan pertama kali oleh Clark (1924),

merupakan bakteri fakultatif anaerob gram positif.6,27 Streptokokus mutans

berdiameter 0,5-0,75 μm. Streptokokus mutans adalah bersifat asidogenik yaitu

menghasilkan asam dan bersifat asidodurik yaitu mampu tinggal pada lingkungan

asam, dan menghasilkan suatu polisakarida disebut dextran serta dapat memberikan

sinyal antar sel bakteri.28

Streptokokus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glikosiltransferase dan

fruktosiltransferase. Glukosiltransferase berfungsi mengkatalis sintesis glukan dari

sukrosa dan fruktosiltransferase mensintesis pembentukan fruktan (levan), Glukan

atau dekstran merupakan ikatan glikosidik alfa (1-6) dan alfa (1-3). Ikatan glukosa

alfa (1-3) bersifat sangat pekat seperti lumpur, lengket dan tidak larut dalam air dalam

(32)

Kemampuan bakteri Streptokokus mutans dalam mengekspresikan berbagai

faktor virulensi merupakan patogen utama dalam keterlibatan karies. Faktor-faktor

virulensi yang terdapat pada Streptokokus mutans antara lain: adhesin yang memiliki

fungsi melekatkan Streptokokus mutans secara awal pada pelikel di permukaan gigi

melalui sel reseptor saliva dan berperan dalam ko-agregasi dengan bakteri lain,

glukositransferase yang berfungsi mensintesa sukrosa menjadi adhesive glukan, dan

glucan-binding protein yaitu interaksi Streptokokus mutans dengan glukan. Faktor

virulensi inilah yang mampu membuat Streptokokus mutans bertahan hidup didalam

biofilm.28 Tahap-tahap adherensi Streptokokus mutans, yaitu:

Tahap I:Transportasi ke Permukaan

Tahap ini merupakan transportasi awal bakteri ke permukaan. Kontak acak

mungkin terjadi, misalnya melalui gerak Brown (perpindahan rata-rata 40 μm/h),

melalui sedimentasi, melalui aliran cairan (beberapa kali lebih cepat dari difusi), atau

melalui gerak aktif bakteri (aktivitas kemotaktik).30

Tahap II: Adhesi Awal

Hasil tahap kedua dibalik awal adhesi dari bakteri, yang diawali oleh interaksi

antara bakteri dan permukaan dari jarak tertentu (50nm) melalui gaya jangka panjang

dan jangka pendek. 30

Tahap III: Perlekatan

Setelah adhesi awal antara bakteri dan permukaan akan dibentuk oleh

interaksi spesifik (kovalen, ion atau hidrogen) setelah kontak langsung dengan atau

menjembatani oleh ekstraseluler berserabut (dengan panjang sampai 10nm). Ikatan

(33)

(adhesins) dan saling melengkapi reseptor pada permukaan dan spesies-spesifik.

Pellikel di rongga mulut terdiri dari mucins, glikoprotein, protein yang kaya prolin,

histidin-kaya protein, enzim -amilase, dan molekul-molekul lain. Beberapa molekul

dari pelikel (misalnya, prolin-kaya〈seperti protein) jelas mengalami perubahan yang

sedang terjadi ketika mereka melekat ke permukaan sehingga reseptor baru telah

tersedia.30

Tahap IV: Kolonisasi

Dimana mikroorganisme yang melekat erat mulai tumbuh dan sel-sel baru

dibentuk tetap erat, sebuah biofilm dapat berkembang. Mulai dari sekarang,

peristiwa-peristiwa baru yang terlibat, karena koneksi inbakterial (ko-agregasi) dapat

terjadi. Pada permukaan kasar bakteri dilindungi terhadap gaya geser, sehingga

perubahan dari perlekatan bakteri yang reversibel menjadi ireversibel lebih mudah

(34)
(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Teh hijau Teh kombucha

(lar. teh hijau + gula + starter kombucha di fermentasi selama 7 hari)

Enamel tahan terhadap demineralisasi asam dan Memacu proses

remineralisasi permukaan enamel

Menambah kekerasan enamel

Menghambat beberapa jenis bakteri, seperti Streptokokus mutans

Menghambat adhesi S. mutans ke permukaan enamel

Menghambat pembentukan glukan yang merupakan hasil sintesa sukrosa oleh enzim GTF Menghambat aktifitas enzim glukosiltransferase (GTF) dari S. mutans

Menghambat glucan Binding Protein (GBP)

Struktur enamel lebih padat

(36)

Teh kombucha adalah produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula

menggunakan starter Kombucha yang menghasilkan rasa asam. Pada penilitian

sebelumnya dikatakan bahwa teh dapat memperkuat struktur enamel gigi karena

terdepositnya fluor yang terkandung di dalam teh. Penyerapan fluor pada enamel

terjadi karena pada waktu ion fluor dilepaskan oleh teh akan bereaksi dengan

kristal-kristal hidroksiapatit yang menyusun enamel dan menggantikan posisi ion hidroksil

sehingga akan terbentuk fluorapatit. Fluorapatit menjadikan enamel tahan terhadap

demineralisasi asam dan memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel.

Pelepasan fluor dalam jangka waktu lama akan mengurangi pembentukan plak dan

mencegah demineralisasi dengan meningkatkan angka remineralisasi yang artinya

dapat meningkatkan kekerasan enamel.

Pada daun teh yang termasuk golongan flavanol yang dikenal sebagai catechin

dan dapat menghambat beberapa jenis bakteri, seperti Streptokokus mutans. Cathecin

juga mempunyai aksi ganda yaitu menghambat pertumbuhan dan adhesi Streptokokus

mutans dan menolong mencegah pembentukan plak dan menghambat produksi asam

yang menyebabkan kerusakan gigi. Selain itu, catechin mampu menghambat aktifitas

enzim glukosiltransferase yang akan mempengaruhi pembentukan glukan dan

menghambat Glucan-Binding Protein yang bertindak sebagai mediasi pengikat

sintesa glukan yang berasal dari sukrosa, sehingga secara tidak langsung teh dapat

(37)

3.2 Hipotesis Penelitian

Dengan adanya kandungan fluor dan catechin pada teh, dapat ditegakkan

hipotesis :

• Ada perbedaan antara teh kombucha dengan teh hijau dalam meningkatkan

kekerasan enamel pada perendaman selama 30, 60, 120 menit.

• Ada perbedaan teh kombucha dengan teh hijau terhadap perlekatan

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Eksperimental Laboratorium

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

1. Laboratorium Hasil Pangan FPertanian USU

2. Laboratorium Material test PTKI Medan

3. Laboratorium Biologi Oral FKG UI

4.2.2 Waktu Penelitian

Enam bulan (Februari 2010 – Juni 2010)

4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Gigi premolar manusia yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti.

4.3.2 Sampel penelitian

Gigi premolar bawah manusia yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti

dan diperoleh dari beberapa praktek dokter gigi di kota Medan, dengan kriteria

sampel sebagai berikut :

- Tidak ada karies

(39)

- Belum pernah direstorasi

4.3.3 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Steel &

Torrie (1995):

n = (Zα + Zβ)2 2δ2 = (1,96 + 1,64)2 2(3,55)2 = 8,83

d2 (6,08)2

Keterangan :

n = besar sampel

Zα = harga standar normal dari α = 0,005

Zβ = harga standar normal dari β = 0,10

d = penyimpangan yang bisa ditolerir

δ = simpangan baku kelompok kontrol

Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas

adalah 8,83. Namun, untuk menggenapkan sampel, maka jumlah sampel yang dipakai

untuk setiap kelompok perlakuan adalah 10. Selain berdasarkan perhitungan sampel

di atas, besar sampel juga disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Prasetyo EA (2005), yaitu 30 buah gigi premolar.13 Gigi premolar tersebut dibagi

menjadi tiga kelompok perlakuan.

Kelompok I

Direndam didalam teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit (10 sampel)

Kelompok II

(40)

Kelompok III

Direndam didalam aquadest selama 30, 60 dan 120 menit (10 sampel)

4.4 Variabel Penelitian

Variabel Bebas

• Larutan Teh kombucha

• Larutan Teh hijau

Variabel tergantung

• Kekerasan enamel

• Adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel Variabel bebas

• Teh kombucha

• Teh hijau

Variabel tergantung

• Kekerasan enamel

• Adhesi S.mutans ke permukaan enamel

Variabel terkendali

• Lama fermentasi teh kombucha selama 7 hari

Perendaman gigi dalam saline setelah ekstraksi

• Gigi premolar bawah

• Media pertumbuhan S. mutans

• Suhu inkubasi 370c

• Waktu inkubasi 24 jam

• Teknik pengkulturan

• Sterilisasi alat dan bahan

• Keterampilan operator

• Sampel gigi yang di pakai

• Kosentrasi larutan teh hijau 0,5%

• Waktu pengamatan 24 jam

Variabel tidak terkendali

• Asal teh hijau (geografis)

(41)

Variabel terkendali

• Lama fermentasi teh kombucha selama 7 hari

Perendaman gigi dalam saline setelah ekstraksi

• Gigi premolar bawah

Media pertumbuhan Streptokokus mutans yaitu media TYS Broth

• Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Streptokokus mutans 37oC

• Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan atau pembiakan

Streptokokus mutans yaitu 24 jam

• Teknik pengkulturan

• Sterilisasi alat dan bahan

• Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian

• Sampel gigi yang dipakai

• kosentrasi larutan teh hijau 0,5%

• Waktu pengamatan 24 jam

Variabel tidak terkendali

• Asal teh hijau (geografis) berhubungan dengan keadaan tanah, curah hujan

dan lingkungan sekitar tanaman

• Struktur enamel permukaan gigi

4.5 Defenisi Operasional

• Larutan teh hijau 0,5% adalah larutan teh yang dibuat dengan cara melarutkan 5

(42)

• Larutan teh kombucha adalah larutan teh yang dibuat dengan cara melarutkan 5

gram serbuk kering teh cap Kepala Djenggot dalam 1000 ml aquadest mendidih

kemudian ditambahkan 100 gram gula dan jamur kombucha, lalu di fermentasi

selama 7 hari.

• Aquadest adalah air aquadest steril yang digunakan untuk mendapatkan larutan

teh hijau yang murni.

• Tes kekerasan adalah mengukur kekerasan permukaan enamel gigi dengan

menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester dengan satuan kg/mm2(VHN).

• Tes adhesi streptokokus mutans adalah melihat perlekatan bakteri Streptokokus

mutans ke permukaan enamel gigi dengan menggunakan Microplate Reader.

4.6 Bahan dan Alat Penelitian

4.6.1 Bahan Penelitian

- Gigi premolar bawah 30 buah

- Gula 100 gram

- Koloni kombucha (jamur kombucha)

- Teh hijau cap Kepala Djenggot

- Aquadest

- Saline

- Gips

- Media TYS Broth

(43)

- Yeast Extract

- Bacitracin

- Biakan Streptokokus Mutans

- Gentian violet 3%

- Alkohol 96%

- Alumunium foil

4.6.2 Alat Penelitian

- Micro Vickers Hardness Tester

- Panci yang terbuat dari stainless steel

- Toples kaca

- Kain kasa

- Saringan

- Timbangan gram (Adventurer)

- Alat pengaduk

- Kompor gas

- Beker glass (Pyrex)

- Bur cakram

- Mikromotor (Hnsy)

- Rubbel bow dan spatel

- Erlemeyer (Pyrex)

- Stir Plate (Thermolyne)

(44)

- Tabung reaksi (Pyrex)

- Pipet µl (Finnpipette)

- Vortex (Bio-Rad)

- Anaerobic Jar

- Inkubator (Memmert)

- Tube 15 ml

- 24 well plate (Costar)

- 96 well plate (Costar)

- Microplate Reader (Benchmark)

Gambar 6. Mikromotor (Hnsy) Gambar 7. Bur cakram

Gambar 8. Microvickers Gambar 9. Autoclave Gambar 10. Microplate

(45)

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Prosedur pembuatan larutan teh hijau

Larutan teh hijau 0,5% dibuat dengan cara melarutkan 5 gram serbuk kering

teh hijau dalam 1000 ml aquadest mendidih dalam wadah stainless steel.

4.7.2 Pembuatan larutan teh kombucha

Pembuatan teh kombucha dengan 5 gr teh hijau dimasukkan ke dalam satu

liter aquadest mendidih dalam wadah stainless steel. Lalu dilakukan penyaringan

dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan teh dengan air seduhan. Ekstrak teh

ditambahkan gula pasir 100 gram, lalu aduk sampai gula melarut sempurna. Biarkan Gambar 12. Proses penyaringan daun teh

(46)

suhu larutan teh manis turun hingga mencapai suhu ruangan (sekitar 25-27oC). Lalu

masukan larutan teh kedalam toples kaca. Lalu kombucha 50 gram di masukkan

kedalam larutan teh yang telah disiapkan sebelumnya. Toples ditutup kembali dengan

kain kasa dan disimpan pada suhu kamar selama 7 hari. Lalu teh kombucha dapat di

pindahkan ke dalam botol.

Gambar 13. Daun teh 5 gram dilarutkan, kemudian dipanaskan selama 30 menit

Gambar 14. Proses penyaringan daun teh dan penambahan 100 gr gula

(47)

4.7.3 Uji kekerasan gigi

Pembuatan sampel dilakukan dengan cara: 30 gigi Premolar bawah dipotong

bagian mahkota dari akarnya, kemudian dibagi menjadi 3 kelompok ( larutan teh

kombucha, larutan teh hijau dan aquadest) yang masing-masing kelompok terdiri dari

10 sampel. Setiap sampel diberi tanda (nomer urut) untuk setiap kelompok.

Selanjutnya sampel ditaman dalam balok gips dengan ukuran 2 × 3 cm. Permukaan

bagian bukal menghadap ke atas bagian tengah balok gips diberi tanda dengan garis

guratan. Kemudian dilakukan pengukuran kekerasan permukaan dan dicatat, yang

merupakan kekerasan awal sebelum diberi perlakuan perendam dengan cara sebagai

berikut: balok gips dijepit dengan permukaan gigi menghadap ke atas kemudian

dijepit dengan alat penjepit pada meja alat Mikro Vickers Hardness Tester.

Selanjutnya sampel diatur supaya tepat di tengah lensa obyektif dan difokuskan

dengan cara memutar pegangan yang ada pada kanan alat, searah dengan jarum jam,

setelah pada lensa okuler terlihat gambar dalam keadaan fokus, sampel dipindah

dengan cara menggeser ke arah kanan sehingga tepat berada di bawah diamond

penetrator, lalu tombol penetrator ditekan, diamond penetrator akan turun, ini

ditandai lampu hijau akan menyala, bila diamond penetrator telah menyentuh sampel,

maka lampu merah akan menyala. Setelah 30 detik diamond penetrator akan naik,

lalu ditunggu sampai lampu merah dan hijau padam. Sampel digeser kembali ke

tempat lensa okuler dan difokuskan lagi, maka akan terlihat gambar bentukan belah

ketupat, kemudian panjang diagonalnya diukur langsung dengan mikrometer yang

ada pada lensa okuler. Hasil pengukuran panjang diagonal kemudian diambil

(48)

NVH =

d 2 1,854 × P

NVH = kekerasan sampel (kg/mm2)

P = berat beban (100 gram)

d = panjang diagonal (1/1000 mm)

Ketiga kelompok masing-masing direndam selama 30 menit, 60 menit dan 120 menit,

lalu dilakukan pengukuran kekerasan.

Gambar 16. Sampel gigi premolar bawah

(49)

4.7.4 Pembuatan media

Sebelum spesimen di biakkan, di buat media Trypticase Soya Broth, sebanyak

6 gram Trypticase Soya Broth, ditambahkan yeast extract 1,2 gram, dan sukrosa 28

gram, kemudian dilarutkan ke dalam 200 ml aquadest, lalu dilarutkan di atas stir

plate. Kemudian media disterilkan di dalam autoklaf selama 2 jam dengan tekanan

udara 2ATM suhu 121oC. Setelah disterilkan, media di didinginkan, lalu ditambahkan

bacitracin 4 ml dan disimpan ke dalam lemari pendingin.

4.7.5 Pembiakan spesimen

Bakteri yang digunakan adalah bakteri Streptokokus mutans serotype c yang

diisolasi dari karies.sebanyak 9 ml media TYS Broth dan 1 ml biakkan bakteri

Streptokokus mutans di pipet ke dalam tabung reaksi, lalu di vortex. Setelah itu,

media TYS broth tersebut dimasukkan ke dalam anaerobic jar. Kemudian di

inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC dalam suasana anaerob. Setelah 24 jam

bakteri akan tumbuh.

(50)

4.7.6 Uji adhesi Streptokokus mutans

Biakan uji bakteri yang digunakan pada penelitian Streptokokus mutans

diambil dari Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Indonesia. Kultur bakteri yang dihasilkan diencerkan sampai didapatkan konsentrasi

106 CFU/ml. Setelah itu kultur yang telah diencerkan dimasukkan pada 24well

sebanyak 1ml tiap well. Kemudian dimasukkan sampel dan kontrol pada

masing-masing well, lalu well ditaruh padah wadah diinkubasi selama 24 jam. Sampel

dipindahkan ke 24well yang lain kemudian dimasukkan 500 mikroliter larutan

gentian violet 3% dan dinkubasi selama 30 menit. Gentian violet dibuang dan di

fiksasi dengan alcohol 96% 0,1 ml pada masing-masing well. Cairan alcohol pada

24well dipindahkan ke 96well. Kemudian 96well di letakkan di microplate reader

untuk di baca.

Gambar 20. Pembacaan dengan microplate reader

(51)

Setelah dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing well, kemudian

dibuat jumlah rata-ratanya dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor

pengali untuk mendapatkan hasil sesuai satuan standard (Colony Forming Unit) / ml

cairan (suspensi) atau (CFU/ml).

4.8 Analisa Data

Data hasil penelitian Data dari hasil penelitian ini dianalisis secara statistik

menggunakan metode ANOVA (Analysis of Variance) untuk melihat adanya

perbedaan kekerasan. Selanjutnya dilakukan uji LSD untuk mengetahui perbedaan

(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Uji kekerasan permukaan enamel

Dilakukan prosedur pengujian kekerasan enamel pada 30 gigi premolar bawah

yang dibagi secara random menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok I

direndam didalam teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit, kelompok II direndam

didalam teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit dan kelompok III direndam didalam

aquadest selama 30, 60 dan 120 menit. Masing-masing kelompok perlakuan

dilakukan pengujian kekerasan enamel dengan menggunakan alat Micro Vickers

Hardness Tester sebelum perlakuan perendaman dan setelah perendaman, selama 30

menit, 60 menit dan 120 menit.

Hasil pengukuran rata-rata kekerasan permukaan enamel pada masing-masing

sampel setiap kelompok perlakuan (aquadest, teh hijau dan teh kombucha) sebelum

dan sesudah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. NILAI RATA-RATA KEKERASAN PERMUKAAN ENAMEL SETELAH DIRENDAM DALAM AQUADEST, TEH HIJAU DAN TEH KOMBUCHA SELAMA 30,60, DAN 120 MENIT (KG/MM2 (VHN))

(53)

Gambar 21. Grafik rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam aquadest, teh hijau dan teh kombucha selama 30,60, dan 120 menit (kg/mm2 (VHN))

Dari tabel 3 dan gambar 21 diatas pada perendaman dalam teh kombucha

terjadi kenaikan kekerasan enamel. Hal ini dapat dilihat dengan naiknya rata-rata

kekerasan setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dibandingkan dengan

rata-rata kekerasan sebelum perlakuan perendaman. Pada perendaman sampel di

dalam teh hijau juga terjadi kenaikan kekerasan permukaan enamel. Hal ini dapat

dilihat dengan naiknya rata-rata kekerasan permukaan setelah perendaman selama 30,

60 dan 120 menit dibandingkan dengan rata-rata kekerasan sebelum perlakuan

perendaman. Pada kelompok aquadest menunjukkan tidak ada perbedaan yang

bermakna sebelum dilakukan perendaman maupun setelah dilakukan perendaman

selama 30, 60 dan 120 menit.

Hasil data kekerasan enamel pada masing-masing kelompok perlakuan baik

sebelum dan sesudah perendaman dalam teh kombucha, teh hijau dan aquadest

(54)

Tabel 4. HASIL UJI STATISTIK DENGAN ANOVA

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p >

0.05) di antara kelompok aquadest dan teh hijau, tetapi terlihat perbedaan yang

signifikan (p < 0.05) pada kelompok teh kombucha. Hasil penelitian ini dilanjutkan

dengan uji LSD untuk mengetahui perbedaan antara kelompok lama perendaman.

Bahan coba Sig.

Aquadest

Teh hijau

Teh kombucha

1.000

.515

(55)

Tabel 5. UJI LSD KEKERASAN PERMUKAAN SETELAH PERENDAMAN DALAM AQUADEST, TEH HIJAU DAN TEH KOMBUCHA SELAMA 30, 60 DAN 120 MENIT

(I) waktu perlakuan

(J) waktu perlakuan

Teh kombucha Teh hijau aquadest

signifikan

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 kekerasan enamel

sebelum dan setelah perendaman aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0.05). Perendaman dengan teh

kombucha pada α = 0,05 kekerasan enamel sebelum dengan setelah perendaman 120

menit dan perendaman 30 menit dengan 120 menit menunjukkan perbedaan yang

(56)

Tabel 6. UJI LSD ANTAR KELOMPOK TEH KOMBUCHA, TEH HIJAU DAN

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 kekerasan enamel antara

kelompok aquadest dengan teh hijau, serta teh kombucha dengan teh hijau sebelum

dan setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit menunjukkan perbedaan yang

tidak bermakna (p > 0.05). Kekerasan enamel antara aquadest dan teh kombucha

menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05) pada perendaman selama 120

menit.

5.2 Uji adhesi Streptokokus mutans

Dilakukan prosedur pengujian adhesi Streptokokus mutans pada permukaan

enamel pada gigi premolar bawah yang telah dilakukan uji kekerasan sebelumnya.

Sebanyak dua buah sampel dipilih secara random dari masing-masing kelompok yang

telah dilakukan pengujian kekerasan, serta dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian adhesi Streptokokus mutans

pada permukaan enamel dengan teknik perendaman dengan gentian violet lalu

(57)

Hasil pengukuran rata-rata adhesi Streptokokus mutans pada permukaan

enamel masing-masing sampel setiap kelompok perlakuan (aquadest, teh hijau, teh

kombucha dan kontrol) dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. NILAI RATA-RATA DAN UJI ANOVA ADHESI STREPTOKOKUS

MUTANS PADA PERMUKAAN ENAMEL (107CFU/ML)

N Aquadest Teh hijau

Teh kombucha

kontrol (gigi tanpa perlakuan)

Sig.

12 .0240 .0143 .0200 .0362 0.474

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai rata-rata adhesi Streptokokus mutans pada

permukaan enamel tidak jauh berbeda. Hal ini juga dapat dilihat dari kelompok

kontrol (gigi tanpa perlakuan perendaman). Hasil data adhesi Streptokokus mutans

pada permukaan enamel masing-masing kelompok perlakuan dilakukan analisis

dengan uji ANOVA.

Hasil uji statistik ANOVA dapat dilihat tidak ada perbedaan yang signifikan

(p > 0.05) pada masing-masing kelompok perlakuan (aquadest, teh hijau, teh

kombucha dan kontrol). Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan uji LSD untuk

(58)

Tabel 8. UJI LSD ADHESI STREPTOKOKUS MUTANS PADA PERMUKAAN ENAMEL

(I) perlakuan (J) perlakuan Sig.

aquadest teh hijau .499

teh kombucha .779

kontrol .396

teh hijau aquadest .499

teh kombucha .692

kontrol .131

teh kombucha aquadest .779

teh hijau .692

kontrol .261

kontrol aquadest .396

teh hijau .131

teh kombucha .261

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 adhesi Streptokokus

mutans pada permukaan enamel antar kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan

(59)

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental laboratorium mengenai pengaruh teh kombucha

terhadap kekerasan enamel dan adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel

adalah untuk membuktikan bahwa teh kombucha memiliki efek dalam menambah

kekerasan enamel dan menghambat adhesi Streptokokus mutans ke permukaan

enamel. Pengujian kekerasan enamel dilakukan dengan alat Micro Vicker Hardness

Tester pada gigi premolar bawah, sebelum dan sesudah dilakukan perendaman selama

30, 60 dan 120 menit. Hasil perhitungan yang di dapat, dimasukkan ke dalam rumus

yang telah ditentukan untuk mendapatkan nilai kekerasan enamel dengan satuan VHN

(kg/mm2). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo

(2005).14

Menurut Gunther et al., 1999 cit Kustyawati et al., 2008 kombucha adalah

produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter

Kombucha atau Tea Fungus. Teh kombucha sendiri di yakini sebagai minuman

kesehatan. Minuman kesehatan teh kombucha merupakan agen penghasil senyawa

biokimia yang berguna bagi tubuh.12 Pembuatan teh kombucha dilakukan dengan

melarutkan daun teh ke dalam satu liter aquadest. Jenis teh yang digunakan adalah teh

hijau, karena jenis teh ini diyakini dapat mengurangi penimbunan lemak dan

mengurangi kadar kolesterol didalam tubuh.18

Pada penelitian ini terlihat persentase rata-rata kekerasan enamel dengan

(60)

mengalami kenaikan, sedangkan perendaman sampel dengan teh hijau dan teh

kombucha mengalami kenaikan kekerasan permukaan baik sebelum perendaman

maupun setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit. Perendaman dengan

aquadest baik sebelum perendaman maupun setelah perendaman selama 30, 60 dan

120 menit kekerasan permukaan enamel tidak mengalami perubahan. Hal ini mungkin

karena aquadest mempunyai pH yang netral sehingga tidak menyebabkan terjadinya

perubahan atau kelarutan dari enamel.14 Pada perendaman dengan teh hijau dan teh

kombucha baik sebelum perendaman maupun setelah perendaman selama 30, 60 dan

120 menit mengalami kenaikan kekerasan enamel. Hal ini dimungkinkan karena teh

hijau mempunyai kandungan fluor yang terdapat di dalam daun teh.3

Mc. Donald (1994), teh hijau mempunyai fungsi ganda yaitu kandungan

catechin dalam teh mempunyai daya anti mikroba dan fluor yang merupakan

komponen anorganik dapat memperkuat struktur gigi.3 Fluor berperan dalam

mengurangi kelarutan enamel terhadap asam Konig & Hogendoorn (1982) dan

mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga asam dari bakteri akan

dihambat.6

Kandungan fluor dapat menambah kekerasan enamel sehingga dapat

mengurangi insidens karies. Fluor dapat menambah kekuatan email dan dentin,

sehingga dapat menambah daya tahan terhadap serangan asam yang menyebabkan

terjadinya karies, serta dapat mengurangi sifat kariogenik plak. Sifat fluor mudah

bereaksi dengan semua unsur kimia sedangkan sifat enamel mudah tembus oleh

(61)

(a) (b)

Dengan adanya bahan fluor dalam enamel daya tahan enamel terhadap asam

lebih tinggi.23 Penyerapan fluor pada enamel terjadi karena pada waktu ion fluor

dilepaskan oleh teh akan bereaksi dengan kristal-kristal hidroksiapatit yang menyusun

enamel dan menggantikan posisi ion hidroksil sehingga akan terbentuk fluorapatit

(gambar 22). Bukti kimia dan kristalografik menyatakan bahwa penggantian ion fluor

dapat meningkatkan stabilitas dari struktur apatit dan dengan demikian dapat

menghambat penurunan asam. Fluorapatit menjadikan enamel tahan terhadap

demineralisasi asam dan memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel.

Hasilnya akan dapat melindungi pengkristalan untuk melawan proses demineralisasi

yang meliputi karies gigi dengan meningkatkan angka remineralisasi yang artinya

dapat meningkatkan kekerasan enamel. Dengan terikatnya fluor pada hidroksiapatit

menjadi fluorapatit maka kristal-kristal enamel akan bertambah besar sehingga

terbentuk ikatan fluorapatit yang lebih sempurna dan lebih tahan asam dibandingkan

hidroksiapatit.23,24,31

(62)

Brown dkk (1979) pemberian Fluor secara topikal juga menghambat sistem

enzim mikrobiologi bakteri yang mengubah karbohidrat menjadi asam dalam plak

gigi dengan mempengaruhi jenis polisakarida ekstraseluler. Soine dan Wilson (1974)

menyatakan bahwa ion fluor mempunyai khasiat bakterisid sehingga garam-garam

sodium fluorida dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan menghambat

produksi asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme.23

Dikatakan lebih lanjut bahwa kerja fluor terutama menghambat

pengembangan lesi karies, sehingga ada dua aktifitas fluor yang penting yaitu dalam

suasana asam akan menghambat demineralisasi disamping juga meningkatkan

remineralisasi sehingga merangsang perbaikan atau menghentikan proses lesi awal.

Fluor dalam keadaan tidak berikatan dengan kristal hidroksiapatit juga dapat

menghambat karies dengan jalan menganggu metabolisme mikroorganisme plak

sehingga produksi asam dapat dikurangi.31

Pada hasil uji ANOVA dari masing-masing kelompok perlakuan terhadap

waktu perendaman (tabel 4) terlihat bahwa pada kelompok perendaman dengan

aquadest dan teh hijau didapatkan (p > 0.05) yang artinya tidak terdapat perbedaan

yang signifikan di antara kelompok aquadest dan teh hijau terhadap waktu sebelum

dan setelah perendaman 30, 60 dan 120 menit. Pada kelompok perendaman dengan

teh kombucha didapatkan (p < 0.05) yang artinya terlihat perbedaan yang signifikan

pada kelompok perendaman dengan teh kombucha terhadap waktu sebelum dan

setelah perendaman 30, 60 dan 120 menit.

Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui

(63)

enamel (tabel 5) dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 kekerasan enamel sebelum dan

setelah perendaman aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit

menunjukkan (p > 0.05) yang artinya tidak ada perbedaan. Perbedaan waktu

perendaman selama 30, 60 dan 120 menit tidak mempengaruhi kenaikan kekerasan

enamel. Kekerasan permukaan enamel dengan perendaman teh kombucha pada α =

0,05 sebelum dengan setelah perendaman 120 menit dan perendaman 30 menit

dengan 120 menit menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05). Perbedaan

waktu perendaman selama 30, 60 dan 120 menit mempengaruhi kenaikan kekerasan

enamel, yang artinya semakin lama perendaman maka kekerasan enamel semakin

meningkat.

Hasil analisa statistik pada penelitian kekerasan terhadap permukaan enamel

terlihat bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan

diantara masing-masing kelompok yang direndam dengan aquadest, teh hijau dan teh

kombucha (tabel 4 dan tabel 5). Terlihat adanya perbedaan antara teh kombucha

dengan teh hijau dalam meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman selama

30, 60, 120 menit. Hal ini berarti hipotesis penelitian diterima.

Pada penelitian mengenai adhesi Streptokokus mutans pada permukaan

enamel dengan menggunakan dua buah sampel yang telah diuji kekerasannya pada

masing-masing kelompok serta menggunakan kontrol yaitu gigi yang tidak

mengalami perlakuan perendaman serta kontrol negatif, yaitu biakan Streptokokus

mutans. Dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Sampel diuji adhesinya dengan

teknik gentian violet, lalu dibaca dengan alat Microplate Reader.Pada penelitian ini

(64)

masing-masing sampel yang telah diuji kekerasan sebelumnya dan dibandingkan

dengan kelompok kontrol (gigi yang tidak mengalami perlakuan perendaman).

Senyawa polifenol pada daun teh termasuk golongan flavanol yang dikenal

sebagai catechin dapat menghambat beberapa jenis bakteri seperti Streptococcus sp,

Clostridium botulinum (Sakanaka dan Ichicami., 1991).7 Ekstrak teh hijau, cocoa dan

kopi dapat menghambat aktifitas dari glukosiltransferase dan formasi glukan (Kashket

et al., 1985).11

Pada kelompok aquadest dapat dilihat bahwa rata-rata adhesi Streptokokus

mutans ke permukaan enamel paling besar dibandingkan kelompok perendaman yang

lain. Hal ini dimungkinkan bahwa pada kelompok aquadest tersebut tidak

mendapatkan perlakuan perendaman, sehingga gigi tersebut tidak mempunyai

antibakteri yang dapat mencegah adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel.

Pada kelompok teh hijau bakteri Streptokokus mutans hanya sedikit melekat diantara

kelompok lainnya, hal ini dimungkinkan karena teh hijau mengandung catechin.

Catechin dari ekstrak teh hijau mempunyai daya hambat dan aktivitas bakterisidal

dalam melawan Streptokokus mutans. Catechin yang terkandung dalam teh hijau

dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltrasferase dari Streptokokus mutans

sehingga mencegah terbentuknya glukan dan menghambat Glucan-Binding Protein

berperan sebagai mediasi pengikat sintesa glukan dari sukrosa yang dihasilkan oleh

enzim glukosiltransferase. Hal ini merupakan awal mula terbentuknya plak gigi dan

Gambar

Grafik rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam
Tabel 2. KOMPOSISI AKTIF TEH DAN FUNGSINYA TERHADAP GIGI3,10,11,17,18
Gambar 2. kultur kombucha13
Gambar 3. jamur kombucha13
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawa dapat dijadikan media pertumbuhan kombucha dan perbedaan media kombucha tidak menunjukkan perbedaan signifikan terhadap luas

Analisis karakteristik pertama yang digunakan adalah mengukur ketebalan sampel edible film kombucha teh hijau ( Camelia sinensis L.) dengan menggunakan mikrometer

Untuk itu telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pemanfaatan Molase Terhadap Jumlah Mikroba dan Ketebalan Nata Pada Teh Kombucha, dengan tujuan penelitian

Gambar minuman kombucha dari teh

Ditinjau berdasarkan jenis pengolahan teh, kombucha teh hijau memiliki kadar gula reduksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar gula reduksi pada

5.2 Perbedaan Kadar Ion Kalsium yang Terlepas dari Permukaan Enamel Gigi antara Perendaman selama 5 Menit dengan Larutan Teh, Kopi, dan Kopi Susu .... Nilai pH pada beberapa

Penelitian kami sebelumnya tahun 2015 terhadap pasta gigi katekin teh hijau membuktikan bahwa pasta gigi katekin teh hijau dapat menghambat aktifitas bakteri

Analisis Hasil Pengukuran pH dengan Kertas Universal Pada penelitian ini dilakukan satu macam pengujian untuk mencari variasi waktu fermentasi teh hitam kombucha yang tepat supaya