PENGARUH TEH KOMBUCHA TERHADAP KEKERASAN
ENAMEL DAN ADHESI STREPTOKOKUS MUTANS
PADA PERMUKAAN ENAMEL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
MITA ZAHARA HUTAGALUNG NIM : 060600101
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Tahun 2010
Mita Zahara Hutagalung
Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel dan Adhesi
Streptokokus mutans pada Permukaan Enamel
xi + 69 halaman
Teh kombucha merupakan teh hasil fermentasi, yang menghasilkan rasa asam.
Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suasana yang asam. Fluor
yang terdapat di dalam teh akan mensubsitusi ion hidrogen yang hilang menjadi
fluorapatit, sehingga didapat struktur enamel yang lebih padat dan lebih tahan
terhadap asam. Teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik. Catechin yang
terdapat pada teh telah terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus
mutans. Catechin bekerja dengan cara menghambat kerja enzim glukosiltransferase,
sehingga adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel dapat dicegah. Tujuan
penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh teh kombucha dan teh hijau dalam
meningkatkan kekerasan enamel dan adhesi Streptokokus mutans ke permukaan
enamel.
Teh kombucha terbuat dari 5 gram daun teh hijau, aquadest, gula dan jamur
kombucha, kemudian di fermentasi selama 7 hari. Tiga puluh gigi premolar bawah
aquadest, kelompok kedua direndam teh hijau dan kelompok terakhir direndam teh
kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. Setiap sampel masing-masing kelompok
dihitung kekerasan permukaan enamel dengan alat Micro Vickers Hardness Tester
sebelum dan setelah perendaman selama 30, 60 dan120 menit. Data dianalisis
dengan ANOVA dan LSD. Adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel diuji
dengan teknik gentian violet lalu di baca dengan menggunakan Microplate Reader.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p >
0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan
aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit. Ada perbedaan yang signifikan
(p < 0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan teh
kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. tidak ada perbedaan yang signifikan (p >
0,05) pada kelompok aquadest, teh hijau dan teh kombucha terhadap adhesi
Sreptokokus mutans ke permukaan enamel.
Teh kombucha dapat meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman
selama 30, 60 dan 120 menit dan dapat mencegah adhesi Streptokokus mutans pada
permukaan enamel.
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 26 AGUSTUS 2010
OLEH :
Pembimbing
NIP : 19500828 197902 2 001
Prof. Trimurni Abidin,drg., M.Kes., Sp.KG(K)
Mengetahui
Ketua Departemen Ilmu konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
NIP : 19500828 197902 2 001
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi berjudul
PENGARUH TEH KOMBUCHA TERHADAP KEKERASAN ENAMEL DAN ADHESI STREPTOKOKUS MUTANS PADA PERMUKAAN ENAMEL
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
NIM : 060600101
MITA ZAHARA HUTAGALUNG
Telah dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 26 Agustus 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Susunan Tim Penguji Skripsi
Ketua Penguji
Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes,Sp.KG 19500828 197902 2 001
Anggota tim penguji lain
Prof.Dr.Rasinta Tarigan,drg.,Sp.KG
NIP : 19410830 196509 1 001 NIP : 19450702 197802
1 001
Bakri Soeyono,drg
Medan, 26 Agustus 2010 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Ketua,
NIP : 19500828 197902 2 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, Drs. H. Maulana Hutagalung dan Hj.
Murni Idawani Dalimunthe, S.sos yang telah begitu banyak memberikan
pengorbanan untuk membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, cinta,
bimbingan dan semangat yang tidak akan terbalaskan. Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih untuk kakak dan adikku yaitu Mardiana Israkiyah Htg dan M. Syukur
Htg yang telah memberi banyak dukungan.
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku Ketua Departemen
Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu,
tenaga, pemikiran, kesabaran, dukungan, bimbingan dan semangat kepada
3. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU terutama
Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah memberikan bantuan, saran dan
bimbingan kepada penulis.
4. Irmansyah, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Dr. Ir. Herla Roesmarilin., M.S. selaku kepala laboratorium Hasil Pangan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut membantu dalam
mengerjakan penelitian ini.
6. Bachtiar Effendi selaku kepala laboratorium Material Test PTKI yang turut
membantu mengerjakan penelitian ini.
7. Prof. Dr. Dwi Suryanto, drs., B.Sc., M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi
Fakultas MIPA USU atas pemikirannya dalam pelaksanaan skripsi ini.
8. Drg. Boy M. Bachtiar, MS., PhD di bagian Biologi Oral Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia yang memberikan bimbingan dalam melakukan
penelitian ini.
9. Drs. Abdul Djalil A.A., M.Kes selaku Pembantu Dekan I di Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU yang telah membimbing penulis dalam
melakukan uji statistik.
10.Teman-teman terbaikku, Tika Ikke Ivanti, Erlita Sari, Dhita Kartika, Noni
Harahap, Nanda Iswa Maysfera, Loviora triesti, Erwina, Risya Dini Marsa,
Luki Tantri Sofan, dan Ulfa Fetriani atas dukungan, semangat, doa, harapan
11.Teman-teman angkatan 2006, Hanif, Yanci, Fauzan, Johan, dan Rozi,
sahabat terbaikku Cut Desna Aptriana dan M. Reza Fahlevi atas semangat,
motivasi dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta
teman-teman yang menyelesaikan skripsi di bagian Konservasi Tari, Lusi, Ratih,
Tiwi, dan Willi atas bantuan, dukungan, saran dan kebersamaan selama
penelitian ini berlangsung.
12.Semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut membantu dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil
karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi
fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, Agustus 2010
Penulis,
Mita Zahara Hutagalung
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
2.3.2 Proses fermentasi teh kombucha... 12
2.4 Teh terhadap kekerasan enamel... 14
2.5 Adherensi Sterptokokus mutans... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep... 20
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian... 23
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 23
4.3 Populasi, sampel dan besar sampel Penelitian... 23
4.4 Variabel Penelitian... 25
4.5 Definisi Operasional... 26
4.6 Bahan dan Alat Penelitian... 27
4.7 Prosedur Penelitian... 30
4.8 Analisa Data... 36
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Uji kekerasan permukaan enamel... 37
5.2 Uji adhesi Streptokokus mutan ke permukaan enamel... 40
BAB 6 PEMBAHASAN... 44
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 52
7.2 Saran... 52
DAFTAR PUSTAKA... 54
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbedaan teh hitam, teh hijau dan teh oolong... 8
2. Komposisi aktif teh dan fungsinya terhadap gigi... 9
3. Nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam aquadest, teh hijau dan teh kombucha selama 30,60, dan 120 menit
(kg/mm2 (VHN))... 37
4. Hasil uji statistik dengan ANOVA... 39
5. Uji lsd kekerasan permukaan setelah perendaman dalam aquadest, teh
Hijau dan teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit... 40
6. Uji lsd antar kelompok teh kombucha, teh hijau dan aquadest... 41
7. Nilai rata-rata dan uji ANOVA adhesi streptokokus mutans pada
permukaan enamel... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen,
substrat dan waktu... 7
2. Kultur kombucha... 11
3. Jamur kombucha... 12
4. Fermentasi kombucha... 13
5. Tahap-tahap adherensi Sreptokokus mutans... 19
6. Mikromotor (Hnsy)... 29
13. Daun teh 5 gram dilarutkan, kemudian dipanaskan selama 30 menit... 31
14. Proses penyaringan daun teh dan penambahan 100gr gula... 31
15. Penambahan jamur kombucha dan difermentasi selama 7 hari... 31
16. Sampel gigi premolar bawah... 33
17. Pengukuran kekerasan dengan alat Micro Vickers Hardness Tester…... 33
18. Bahan pembuatan media TYS Broth... 34
19. Biakkan S.mutans dimasukkkan kedalam anaerobic jar dan diinkubator 35 20. pembacaan dengan Microplate Reader... 35
21. Grafik rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam aquadest, teh hijau dan teh kombucha selama 30,60, dan 120 menit (kg/mm2 (VHN))... 38
22. (a) hidroksiapatit (b) fluorapatit... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alur pikir... 57
2. Penyiapan suspensi bakteri 3.1 Pembuatan larutan teh hijau... 59
3.2 Pembuatan teh kombucha... 59
3. Uji kekerasan enamel dengan Microvicker Hardness Tester... 60
4. Penyiapan suspense bakteri 4.1 Pembuatan media pertumbuhan... 61
4.2 Pembuatan suspense bakteri... 61
5. Uji perlekatan bakteri Streptokokus mutans ke permukaan enamel... 62
6. Hasil penelitian kekerasan permukaan enamel... 63
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Tahun 2010
Mita Zahara Hutagalung
Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel dan Adhesi
Streptokokus mutans pada Permukaan Enamel
xi + 69 halaman
Teh kombucha merupakan teh hasil fermentasi, yang menghasilkan rasa asam.
Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suasana yang asam. Fluor
yang terdapat di dalam teh akan mensubsitusi ion hidrogen yang hilang menjadi
fluorapatit, sehingga didapat struktur enamel yang lebih padat dan lebih tahan
terhadap asam. Teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik. Catechin yang
terdapat pada teh telah terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus
mutans. Catechin bekerja dengan cara menghambat kerja enzim glukosiltransferase,
sehingga adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel dapat dicegah. Tujuan
penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh teh kombucha dan teh hijau dalam
meningkatkan kekerasan enamel dan adhesi Streptokokus mutans ke permukaan
enamel.
Teh kombucha terbuat dari 5 gram daun teh hijau, aquadest, gula dan jamur
kombucha, kemudian di fermentasi selama 7 hari. Tiga puluh gigi premolar bawah
aquadest, kelompok kedua direndam teh hijau dan kelompok terakhir direndam teh
kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. Setiap sampel masing-masing kelompok
dihitung kekerasan permukaan enamel dengan alat Micro Vickers Hardness Tester
sebelum dan setelah perendaman selama 30, 60 dan120 menit. Data dianalisis
dengan ANOVA dan LSD. Adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel diuji
dengan teknik gentian violet lalu di baca dengan menggunakan Microplate Reader.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p >
0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan
aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit. Ada perbedaan yang signifikan
(p < 0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan teh
kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. tidak ada perbedaan yang signifikan (p >
0,05) pada kelompok aquadest, teh hijau dan teh kombucha terhadap adhesi
Sreptokokus mutans ke permukaan enamel.
Teh kombucha dapat meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman
selama 30, 60 dan 120 menit dan dapat mencegah adhesi Streptokokus mutans pada
permukaan enamel.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktifitas dari berbagai mikroorganisme yang ditandai
dengan terjadinya demineralisasi jaringan tersebut yang disertai dengan kerusakan
jaringan organiknya yaitu jaringan interprismata. Mikroorganisme yang paling
dominan terdapat pada pembentukan karies adalah Sterptokokus mutans.1,2 Bakteri
ini mampu membuat glukosiltransferase yang menyebabkan diproduksinya glukan
yang merupakan salah satu sifat virulensi bakteri ini yang berkaitan dengan
pembentukan plak sehingga terjadinya karies dan fruktosiltransferase yang
mensintesis pembentukan fruktan. Streptokokus mutans sangat asidogenik sehingga
dapat menyebabkan demineralisasi hidroksiapatit, sehingga menyebabkan karies
gigi.1
Peningkatan kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari
peningkatan kesehatan nasional. Jumlah penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih
cukup tinggi, terutama mengenai masalah karies.3 Menurut data Depkes RI tahun
1999, kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada Pelita VI dilaporkan bahwa
prevalensi karies adalah 90.90% dengan DMFT rata-rata 6.44.4 Mengingat penduduk
Indonesia yang berjumlah lebih dari 225 juta jiwa dan masih akan terus meningkat,
maka upaya pencegahan adalah salah satu alternatif yang merupakan prioritas utama.3
salah satu cara adalah mengurangi jumlah mikroorganisme Streptokokus mutans di
dalam rongga mulut dengan dikembangkan metode pencegahan yang sederhana dan
tepat guna agar dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat untuk menurunkan
prevalensi karies di Indonesia.
Di masa sekarang, dengan harga obat-obatan yang relatif mahal, Departemen
Kesehatan menganjurkan untuk kembali ke obat traditional.5 Sebagaimana di ketahui,
alam Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan obat. Hal
ini ditujukan untuk pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional. Salah satu
tanaman di Indonesia yang tak kalah pentingnya yaitu tanaman teh. Di antara sekian
banyak jenis minuman, teh termasuk minuman yang paling banyak dikonsumsi
masyarakat.6 Menurut Mc. Donald et al., 1974 cit Hardjawinata et al., 1993 teh
mengandung flour yang relatif tinggi dan dapat mengurangi insidens karies.7
Kandungan fluor yang terdapat didalam teh adalah sekitar 0,1-4,2 mg/L.8 Sundoro
(1988) berpendapat bahwa air teh dapat menambah kekerasan enamel yang telah
mengalami demineralisasi, sehingga struktur enamel pada peminum teh berbeda
dengan struktur enamel bukan peminum teh.9
Teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik. Kandungan fluor yang
terdapat didalam teh sebagai komponen anorganik dapat memperkuat struktur gigi.3
Zat polifenol terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus mutans,
merupakan salah satu bakteri penyebab karies gigi.10,11 Penelitian Sakanaka (1991)
mengatakan bahwa zat polifenol tersebut, yaitu catechin dapat menghancurkan
bakteri kariogenik penghasil glukan yang akan meningkatkan plak gigi.6 Catechin
serta menyebabkan denaturasi protein sel bakteri tersebut. Menurut Sakanaka et al.,
1989 cit Smullen et al., 2007 ekstrak teh hijau menunjukkan adanya efek dalam
menghambat pertumbuhan dari Streptokokus mutans secara in vitro dan mencegah
perlekatan ke enamel gigi . 11 Catechin menghambat aktivitas glukosiltransferase dari
Streptokokus mutans, sehingga pembentukan glukan terhambat dan mencegah adhesi
Streptokokus mutans ke permukaan enamel.10
Menurut Gunther et al., 1999 cit Kustyawati et al., 2008 teh kombucha adalah
produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter
Kombucha atau Tea Fungus.12 Teh kombucha sendiri di yakini sebagai minuman
kesehatan. Minuman kesehatan teh kombucha merupakan agen penghasil senyawa
biokimia yang berguna bagi tubuh seperti, asam asetat dan asam glukoronat yang
berperan sebagai penangkal racun, asam laktat dan asam karbonat membantu
mencegah kanker, asam folat mencegah terjadinya penyakit hati.13 Kombucha
mengandung komponen yang terdapat dalam teh, juga mengandung sejumlah
asam-asam organik dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan.12
Teh kombucha merupakan teh hasil fermentasi, yang menghasilkan rasa
asam.12 Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suasana yang asam.
Suasana asam akan meningkatkan kosentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak
hidroksiapatit enamel gigi.14 Sedangkan fluor yang terdapat di dalam teh akan
mensubsitusi ion hidrogen yang hilang menjadi fluorapatit, sehingga didapat struktur
enamel yang lebih padat dan lebih tahan terhadap asam. Maka timbul pemikiran
perlekatan Streptokokus mutans ke gigi, mengingat sampai saat ini belum ada
penelitian tentang pengaruh teh kombucha terhadap enamel.
1.2Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat dilihat bahwa minuman kesehatan teh
kombucha merupakan minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula yang
menghasilkan rasa sedikit asam, maka timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan pemakaian teh kombucha dengan teh hijau dalam
menambah kekerasan enamel, jika gigi direndam didalam teh kombucha dan teh hijau
selama 30, 60 dan 120 menit?
2. Apakah ada perbedaan teh kombucha dengan teh hijau dalam menghambat
perlekatan dari Streptokokus mutans ke permukaan enamel?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan teh kombucha dan teh hijau dalam
meningkatkan kekerasan enamel selama 30, 60 dan 120 menit.
2. Untuk mengetahui adanya perbedaan teh kombucha dan teh hijau terhadap daya
hambat Streptokokus mutans ke permukaan enamel.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengaruh teh kombucha terhadap kekerasan enamel dan
2. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi masyarakat dengan menggunakan bahan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu tanaman di Indonesia yang tak kalah pentingnya yaitu tanaman teh.
Diantara sekian banyak jenis minuman, teh termasuk minuman yang paling banyak
dikonsumsi masyarakat, karena teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik yaitu
dapat mencegah terjadinya karies gigi.
2.1 Etiologi Karies
Pada prinsipnya karies terjadi akibat adanya interaksi dari empat faktor utama
yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies; ke empat faktor tersebut
digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling berinteraksi (multifaktorial), yaitu
host yang meliputi gigi dan saliva, faktor mikroorganisme, faktor substrat dan
lingkaran dan faktor waktu.1 Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor
tersebut harus saling mendukung yaitu host yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.1,2 Selain faktor langsung, juga
terdapat faktor luar meliputi usia, jenis kelamin, keturunan, ras, gangguan emosi,
variasi geografis, pengetahuan mengenai jenis makanan dan minuman yang
Gambar 1. Karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu2
Mikroorganisme yang paling dominan penyebab terjadinya karies adalah
Streptokokus mutans.1 Patogenesis terjadinya karies meliputi tiga proses, yaitu
adheren dari bakteri ke gigi, formasi dari glycocalyx untuk mensintesis glukan oleh
aksi dari enzim glukosiltrasferase bakteri, dan akumulasi biofilm (plak), seperti
produksi asam dari bakteri yang berlangsung terus menerus (termasuk Streptokokus
dan Laktobasilus) untuk dapat memetabolisme karbohidrat menghasilkan pH yang
rendah. Asam yang dihasilkan bakteri menyebabkan demineralisasi enamel.10
2.2 Teh
Teh adalah salah satu bahan minuman alami yang sangat populer di
masyarakat.9 Teh merupakan fungtional food, mengingat khasiat yang terkandung di
dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh.8 Menurut Graham HN 1984, Van
Steenis 1987, dan Tjitrosoepomo 1989, tanaman teh dapat diklasifikasikan sebagai
HOST AGEN
SUBSTRAT
WAKTU
divisi spermatophyte, subdivisi angiospermae, kelas dicotyledoneae, ordo clusiales,
familia theaceae, genus camellia, spesies camellia sinensis.5
2.2.1 Klasifikasi Teh
Saat ini Indonesia dikenal adanya tiga jenis teh, yaitu teh hitam, teh hijau dan
teh oolong. Perbedaaan dari ketiga jenis teh tersebut terletak pada cara pengolahan.5,6,
8,10
Meskipun demikian, ketiga jenis teh tersebut memiliki khasiat dan potensi
kesehatan yang sama.8
Tabel 1. PERBEDAAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH OOLONG5,6
Jenis teh Cara pengolahan
Teh hitam Diawali dengan proses pelayuan daun teh, kemudian proses pengilingan yang bertujuan untuk memecah sel-sel daun, agar proses fermentasi dapat berlangsung secara merata dan terakhir adalah proses pengeringan.
Teh hijau Diolah tanpa melalui proses fermentasi. Setelah daun teh dipetik dilakukan proses pemanasan selama 2-3 menit, proses ini disebut proses pelayuan yang bertujuan untuk menginaktifkan enzim
Teh oolong Teh tersebut difermentasi dengan cepat sebelum dan sesudah penggulungan. Warna daunnya setengah coklat
2.2.2 Kandungan Teh
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mc. Donald (1994), teh hijau
mempunyai fungsi ganda yaitu kandungan catechin dalam teh mempunyai daya anti
mikroba dan fluor yang merupakan komponen anorganik dapat memperkuat struktur
gigi.3 Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi
empat, antara lain : substansi fenol (catechins, flavanol), bukan fenol (karbohidrat,
enzim. Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut polyphenols,
termasuk di dalamnya flavonoid.8,16
Subkelas dari polyphenols meliputi flavones, flavonols, flavanones, catechins,
antocyanidin, dan isoflavones. Turunan flavonols, quercetin dan turunan catechins,
epi-catechin (EC), epigallo-catechin (EGC), epigallo-catechin gallate (EGCg)
umumnya ditemukan di dalam teh.8 Beberapa penelitian lain menggunakan teh
menunjukkan bahwa senyawa polifenol antioksidan (seperti catechin) yang
terkandung dalam teh mempunyai sifat antikariogenik dan antikarsinogenik.5,11
Tabel 2. KOMPOSISI AKTIF TEH DAN FUNGSINYA TERHADAP GIGI3,10,11,17,18
No Komposisi aktif teh Fungsi
1. Catechin • menghambat beberapa jenis bakteri, seperti
Streptokokus mutans
• menghambat pembentukan glukan dari sukrose dengan oleh glokosiltransferase dan juga menghambat aktifitas dari enzim ini, sehingga pembentukan asam dihambat.
• mencegah adhesi Streptokokus mutans dan menghambat aktivitas glukosiltrasferase sehingga mencegah terbentuknya glukan yang merupakan awal mula terbentuknya plak gigi.
• merusak dinding sel bakteri dan membran sitoplasmanya serta menyebabkan denaturasi protein.
2. Fluor • memperkuat sktruktur enamel gigi
Catechin dari ekstrak teh hijau atau teh hitam mempunyai daya hambat dan
aktivitas bakterisidal dalam melawan Streptokokus mutans.10 Catechin yang
terkandung dalam teh hijau dapat bersifat bakterisid atau bakteriostatik. Penelitian
yang dilakukan oleh Matsumoto et al., 1999 cit Smullen et al., 2007, ekstrak teh
mengurangi produksi asam rata-rata. Teh oolong juga dapat menghambat adhesi dari
Streptokokus mutans, polifenolnya mencegah aktivitas glukosiltransferase dan
mencegah pembentukan glukan.11 Pada dasarnya, permukaan hidropobik merupakan
salah satu faktor penting untuk bakteri rongga mulut untuk melekat ke permukaan
gigi. Teh oolong dapat mengurangi permukaan hidropobik dari Streptokokus mutans,
Streptokokus sobrinus dan Streptokokus yang lainnya.17
2.3 Teh Kombucha
Teh kombucha pertama sekali dikonsumsi oleh masyarakat di daratan Cina
sebagai obat herbal. Teh kombucha juga dikenal dengan nama teh manchuria.12,13,19,20
Teh kombucha juga dikenalkan ke beberapa negara, termasuk Indonesia pada tahun
1930-an karena mempunyai manfaat kesehatan.12,13 Menurut Gunther et al., 1999 cit
Kustyawati et al., 2008 kombucha adalah produk minuman hasil fermentasi larutan
teh dan gula menggunakan starter Kombucha atau Tea Fungus. Tea Fungus
merupakan simbiosis antara bakteri dan yeast (khamir) dalam struktur selulosa.12,19,21
Proses fermentasi ini terjadi karena peranan jamur. Jamur yang berperan dalam
pembentukan teh kombucha adalah golongan ragi. Nama ilmiahnya adalah
Saccharomyces cerevisiae.13 Jenis ragi lain yang terdapat pada teh kombucha yaitu
Saccharomyces ludwigii, S. apiculatus varietas dan Schizosaccharomycespombe.
Bersama-sama dengan ragi, bakteri melakukan proses signifikan dalam pembuatan
2.3.1 Kultur Kombucha
Kultur kombucha adalah organisme berbentuk gelatin (gel) berwarna putih
dengan ketebalan antara 0,3-1,2 cm dan terbungkus selaput liat yang dihasilkan dari
proses bakteri Acetobacter xylinum.13 Kultur kombucha berbentuk seperti pancake
yang berwarna putih (pucat) dan bertekstur kenyal seperti karet dan menyerupai
gel.12,13 Kultur yang disebut pelikel ini terbuat dari selulosa hasil metabolisme bakteri
asam asetat. Kultur kombucha dapat terletak mengapung di permukaan cairan atau
kadang dijumpai tenggelam di dalam cairan teh kombucha. Kultur kombucha
mencerna gula menjadi asam-asam organik, vitamin B dan C, serta asam amino dan
enzim. Kultur ini juga berperan sebagai mikroorganisme probiotik yang baik bagi
kesehatan. Kultur kombucha merupakan koloni dari ragi (yeast) dengan beberapa
bakteri. Dalam istilah asing kultur kombucha disebut dengan scoby atau Symbiotic
Colony of Bactery and Yeast.13 Kultur kombucha merupakan simbiosis dari beberapa
bakteri antara lain: Acetobacter xylinum, Acetobacter ketogenum, Torula sp,
Brettanomyces, Phicia fermentans, dan Saccharomyces ludwiggii, serta jamur-jamur
lain. 13,20
Kultur kombucha hidup dilingkungan nutrisi larutan teh manis yang akan
tumbuh secara terus menerus hingga membentuk susunan yang berlapis. Kultur
kombucha akan memiliki bentuk menurut wadah yang digunakan (tempat pembiakan)
pada proses pembuatan minuman kesehatan teh kombucha. Pada pertumbuhannya,
koloni pertama kombucha akan tumbuh dilapisan paling atas dan pertumbuhannya
akan memenuhi lapisan tersebut, pertumbuhan berikutnya semakin lama semakin
tebal, demikian seterusnya.12
Gambar 3. jamur kombucha13
2.3.2 Proses fermentasi teh kombucha
Pembentukan kombucha pertama kali dimulai dari proses fermentasi dengan
sedikit oksigen dari lingkungan. Saat terjadi proses ini, organisme menghasilkan
enzim yang menguraikan senyawa glukosa menjadi alkohol (etanol) dan gas
karbondioksida. Kemudian hasil ini bereaksi dengan air membentuk senyawa asam
karbonat. Pada kondisi yang berkecukupan oksigen, reaksi yang terjadi bukan
fermentasi. Proses ini bukan menghasilkan etanol, tetapi karbondioksida dan air.Ragi
fruktosa dengan hasil metabolit samping alkohol dan karbon dioksida. Proses
fermentasi akan berlangsung selama 7-12 hari, tergantung pada berbagai faktor,
termasuk diantaranya adalah suhu lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain.
Semakin lama fermentasi, maka rasa teh kombucha akan semakin asam dan rasa
manis akan semakin berkurang.13
Kombucha mengandung komponen yang terdapat dalam teh, juga
mengandung sejumlah asam-asam organik dan vitamin yang bermanfaat bagi
kesehatan.12 Komponen-komponen yang terbentuk selama proses fermentasi
kombucha yang bermanfaat bagi tubuh manusia, diantaranya adalah: asam laktat,
asam asetat, asam folat, asam glukonat, asam glukoronat , asam Hyaluronic dan asam
Chondroitin Sulfat, asam amino Esensial, enzim, acetaminophen, antibiotik, vitamin
B Kompleks, vitamin C, dan asam usnic.12,13,21
Dari studi kua ntitatif menunjukkan bahwa minuman teh hijau mempunyai
potensi dalam menghambat demineralisasi dentin, in vitro.22 Pada penilitian yang lain
terungkap pula bahwa teh dapat memperkuat struktur enamel gigi karena
terdepositnya fluor yang terkandung di dalam teh.18 Hayakawa (1993) melaporkan
bahwa kombinasi dari ion fluor dan interaksi dari komponen-komponen lain yang
memberikan pengaruh di dalam teh hijau dalam meningkatkan ketahanan asam dari
hidroksiapatit.22
Sundoro (1988) berpendapat bahwa air teh dapat menambah kekerasan
enamel yang telah mengalami demineralisasi, sehingga struktur enamel gigi pada
peminum teh berbeda dengan struktur enamel gigi bukan peminum teh. Lapisan
dalam enamel peminum teh mempunyai struktur yang lebih padat dibandingkan
dengan yang bukan pemunum teh. Hal ini disebabkan oleh subsitusi ion fluor
sehingga ruangan kosong akibat hilangnya ion hidrogen akan terisi oleh ion fluor. Be
Kien Nio (1979), bahwa deposisi fluor dipengaruhi oleh waktu dan konsentrasinya.
Semakin lama pemasukan fluor maka deposisinya akan bertambah.9
Kandungan fluor yang terdapat didalam teh adalah sekitar 0,1-4,2 mg/L8.
Fluor dapat menambah kekuatan email dan dentin, sehingga dapat menambah daya
tahan terhadap serangan asam yang menyebabkan terjadinya karies, serta dapat
mengurangi sifat kariogenik plak.23 Komponen terbesar enamel gigi ialah
hidoksiapatit (Newburn, 1978). Enamel gigi dapat mengalami proses demineralisasi,
yaitu hilangnya sebagian mineral enamel karena larut dalam asam.6,14 Demineralisasi
berperan pada demineralisasi karena pH yang rendah akan meningkatkan kosentrasi
ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel.14
Setelah proses demineralisasi sering pula terjadi proses remineralisasi, yakni
proses pengerasan enamel (Cate, 1985). Adanya penambahan unsur fluor dapat
menyebabkan subsitusi ion hidorksil, sehingga terbentuk ikatan fluorapatit yang lebih
sempurna dan lebih tahan asam dibandingkan hidroksiapatit. Fluor berperan dalam
mengurangi kelarutan enamel terhadap asam (Konig & Hogendoorn, 1982) dan
mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga asam dari bakteri akan
dihambat.6
Ion-ion fluor dapat berikatan dengan hidroksiapatit lebih besar dibandingkan
dengan hidroksil. Bukti kimia dan kristalografik menyatakan bahwa penggantian ion
fluor dapat meningkatkan stabilitas dari struktur apatit dan dengan demikian dapat
menghambat penurunan asam pada sumbu C. Hasilnya akan dapat melindungi
pengkristalan untuk melawan proses demineralisasi yang meliputi karies gigi dengan
meningkatkan angka remineralisasi yang artinya dapat meningkatkan kekerasan
enamel.24
Kekerasan enamel umumnya diukur dengan menggunakan alat knoop (KHN)
dan vickers (VHN). Variasi kekerasan enamel terjadi karena faktor gambaran
histologi gigi, komposisi kimiawi yang terkandung pada gigi, penyiapan sampel,
beban yang digunakan pada pengukuran dan kesalahan membaca (reading error)
pada intentional length (IL).25 Micro Vickers Hardness Vickers Tester adalah
pengukuran kekerasan suatu material dengan nilai kekerasan yang kecil dengan
Pengukuran kekerasan dengan Micro Vickers dilakukan dengan meletakkan
bahan yang mau diuji kekerasannya pada meja Micro Vickers tersebut, lalu diamond
penetrator Vickers tersebut dikenai pada bahan yang diuji. Setelah diamond
penetratornya menyentuh bahan yang diuji maka terlihatlah bekas tumbukan
berbentuk belah ketupat seperti bentuk diamond penetratornya. Kemudian panjang
diagonalnya diukur pada mikroskop dengan mikrometer yang ada pada lensa okuler.
Hasil panjang diagonalnya kemudian diambil rata-ratanya dan dimasukkan kedalam
rumus yang telah ditentukan dengan satuan kg/mm2 atau VHN.14
2.5 Adherensi Streptokokus mutans
Streptokokus mutans dikemukakan pertama kali oleh Clark (1924),
merupakan bakteri fakultatif anaerob gram positif.6,27 Streptokokus mutans
berdiameter 0,5-0,75 μm. Streptokokus mutans adalah bersifat asidogenik yaitu
menghasilkan asam dan bersifat asidodurik yaitu mampu tinggal pada lingkungan
asam, dan menghasilkan suatu polisakarida disebut dextran serta dapat memberikan
sinyal antar sel bakteri.28
Streptokokus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glikosiltransferase dan
fruktosiltransferase. Glukosiltransferase berfungsi mengkatalis sintesis glukan dari
sukrosa dan fruktosiltransferase mensintesis pembentukan fruktan (levan), Glukan
atau dekstran merupakan ikatan glikosidik alfa (1-6) dan alfa (1-3). Ikatan glukosa
alfa (1-3) bersifat sangat pekat seperti lumpur, lengket dan tidak larut dalam air dalam
Kemampuan bakteri Streptokokus mutans dalam mengekspresikan berbagai
faktor virulensi merupakan patogen utama dalam keterlibatan karies. Faktor-faktor
virulensi yang terdapat pada Streptokokus mutans antara lain: adhesin yang memiliki
fungsi melekatkan Streptokokus mutans secara awal pada pelikel di permukaan gigi
melalui sel reseptor saliva dan berperan dalam ko-agregasi dengan bakteri lain,
glukositransferase yang berfungsi mensintesa sukrosa menjadi adhesive glukan, dan
glucan-binding protein yaitu interaksi Streptokokus mutans dengan glukan. Faktor
virulensi inilah yang mampu membuat Streptokokus mutans bertahan hidup didalam
biofilm.28 Tahap-tahap adherensi Streptokokus mutans, yaitu:
Tahap I:Transportasi ke Permukaan
Tahap ini merupakan transportasi awal bakteri ke permukaan. Kontak acak
mungkin terjadi, misalnya melalui gerak Brown (perpindahan rata-rata 40 μm/h),
melalui sedimentasi, melalui aliran cairan (beberapa kali lebih cepat dari difusi), atau
melalui gerak aktif bakteri (aktivitas kemotaktik).30
Tahap II: Adhesi Awal
Hasil tahap kedua dibalik awal adhesi dari bakteri, yang diawali oleh interaksi
antara bakteri dan permukaan dari jarak tertentu (50nm) melalui gaya jangka panjang
dan jangka pendek. 30
Tahap III: Perlekatan
Setelah adhesi awal antara bakteri dan permukaan akan dibentuk oleh
interaksi spesifik (kovalen, ion atau hidrogen) setelah kontak langsung dengan atau
menjembatani oleh ekstraseluler berserabut (dengan panjang sampai 10nm). Ikatan
(adhesins) dan saling melengkapi reseptor pada permukaan dan spesies-spesifik.
Pellikel di rongga mulut terdiri dari mucins, glikoprotein, protein yang kaya prolin,
histidin-kaya protein, enzim -amilase, dan molekul-molekul lain. Beberapa molekul
dari pelikel (misalnya, prolin-kaya〈seperti protein) jelas mengalami perubahan yang
sedang terjadi ketika mereka melekat ke permukaan sehingga reseptor baru telah
tersedia.30
Tahap IV: Kolonisasi
Dimana mikroorganisme yang melekat erat mulai tumbuh dan sel-sel baru
dibentuk tetap erat, sebuah biofilm dapat berkembang. Mulai dari sekarang,
peristiwa-peristiwa baru yang terlibat, karena koneksi inbakterial (ko-agregasi) dapat
terjadi. Pada permukaan kasar bakteri dilindungi terhadap gaya geser, sehingga
perubahan dari perlekatan bakteri yang reversibel menjadi ireversibel lebih mudah
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Teh hijau Teh kombucha
(lar. teh hijau + gula + starter kombucha di fermentasi selama 7 hari)
Enamel tahan terhadap demineralisasi asam dan Memacu proses
remineralisasi permukaan enamel
Menambah kekerasan enamel
Menghambat beberapa jenis bakteri, seperti Streptokokus mutans
Menghambat adhesi S. mutans ke permukaan enamel
Menghambat pembentukan glukan yang merupakan hasil sintesa sukrosa oleh enzim GTF Menghambat aktifitas enzim glukosiltransferase (GTF) dari S. mutans
Menghambat glucan Binding Protein (GBP)
Struktur enamel lebih padat
Teh kombucha adalah produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula
menggunakan starter Kombucha yang menghasilkan rasa asam. Pada penilitian
sebelumnya dikatakan bahwa teh dapat memperkuat struktur enamel gigi karena
terdepositnya fluor yang terkandung di dalam teh. Penyerapan fluor pada enamel
terjadi karena pada waktu ion fluor dilepaskan oleh teh akan bereaksi dengan
kristal-kristal hidroksiapatit yang menyusun enamel dan menggantikan posisi ion hidroksil
sehingga akan terbentuk fluorapatit. Fluorapatit menjadikan enamel tahan terhadap
demineralisasi asam dan memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel.
Pelepasan fluor dalam jangka waktu lama akan mengurangi pembentukan plak dan
mencegah demineralisasi dengan meningkatkan angka remineralisasi yang artinya
dapat meningkatkan kekerasan enamel.
Pada daun teh yang termasuk golongan flavanol yang dikenal sebagai catechin
dan dapat menghambat beberapa jenis bakteri, seperti Streptokokus mutans. Cathecin
juga mempunyai aksi ganda yaitu menghambat pertumbuhan dan adhesi Streptokokus
mutans dan menolong mencegah pembentukan plak dan menghambat produksi asam
yang menyebabkan kerusakan gigi. Selain itu, catechin mampu menghambat aktifitas
enzim glukosiltransferase yang akan mempengaruhi pembentukan glukan dan
menghambat Glucan-Binding Protein yang bertindak sebagai mediasi pengikat
sintesa glukan yang berasal dari sukrosa, sehingga secara tidak langsung teh dapat
3.2 Hipotesis Penelitian
Dengan adanya kandungan fluor dan catechin pada teh, dapat ditegakkan
hipotesis :
• Ada perbedaan antara teh kombucha dengan teh hijau dalam meningkatkan
kekerasan enamel pada perendaman selama 30, 60, 120 menit.
• Ada perbedaan teh kombucha dengan teh hijau terhadap perlekatan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian
Eksperimental Laboratorium
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
1. Laboratorium Hasil Pangan FPertanian USU
2. Laboratorium Material test PTKI Medan
3. Laboratorium Biologi Oral FKG UI
4.2.2 Waktu Penelitian
Enam bulan (Februari 2010 – Juni 2010)
4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Gigi premolar manusia yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti.
4.3.2 Sampel penelitian
Gigi premolar bawah manusia yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti
dan diperoleh dari beberapa praktek dokter gigi di kota Medan, dengan kriteria
sampel sebagai berikut :
- Tidak ada karies
- Belum pernah direstorasi
4.3.3 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Steel &
Torrie (1995):
n = (Zα + Zβ)2 2δ2 = (1,96 + 1,64)2 2(3,55)2 = 8,83
d2 (6,08)2
Keterangan :
n = besar sampel
Zα = harga standar normal dari α = 0,005
Zβ = harga standar normal dari β = 0,10
d = penyimpangan yang bisa ditolerir
δ = simpangan baku kelompok kontrol
Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas
adalah 8,83. Namun, untuk menggenapkan sampel, maka jumlah sampel yang dipakai
untuk setiap kelompok perlakuan adalah 10. Selain berdasarkan perhitungan sampel
di atas, besar sampel juga disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prasetyo EA (2005), yaitu 30 buah gigi premolar.13 Gigi premolar tersebut dibagi
menjadi tiga kelompok perlakuan.
Kelompok I
Direndam didalam teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit (10 sampel)
Kelompok II
Kelompok III
Direndam didalam aquadest selama 30, 60 dan 120 menit (10 sampel)
4.4 Variabel Penelitian
Variabel Bebas
• Larutan Teh kombucha
• Larutan Teh hijau
Variabel tergantung
• Kekerasan enamel
• Adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel Variabel bebas
• Teh kombucha
• Teh hijau
Variabel tergantung
• Kekerasan enamel
• Adhesi S.mutans ke permukaan enamel
Variabel terkendali
• Lama fermentasi teh kombucha selama 7 hari
• Perendaman gigi dalam saline setelah ekstraksi
• Gigi premolar bawah
• Media pertumbuhan S. mutans
• Suhu inkubasi 370c
• Waktu inkubasi 24 jam
• Teknik pengkulturan
• Sterilisasi alat dan bahan
• Keterampilan operator
• Sampel gigi yang di pakai
• Kosentrasi larutan teh hijau 0,5%
• Waktu pengamatan 24 jam
Variabel tidak terkendali
• Asal teh hijau (geografis)
Variabel terkendali
• Lama fermentasi teh kombucha selama 7 hari
• Perendaman gigi dalam saline setelah ekstraksi
• Gigi premolar bawah
• Media pertumbuhan Streptokokus mutans yaitu media TYS Broth
• Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Streptokokus mutans 37oC
• Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan atau pembiakan
Streptokokus mutans yaitu 24 jam
• Teknik pengkulturan
• Sterilisasi alat dan bahan
• Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian
• Sampel gigi yang dipakai
• kosentrasi larutan teh hijau 0,5%
• Waktu pengamatan 24 jam
Variabel tidak terkendali
• Asal teh hijau (geografis) berhubungan dengan keadaan tanah, curah hujan
dan lingkungan sekitar tanaman
• Struktur enamel permukaan gigi
4.5 Defenisi Operasional
• Larutan teh hijau 0,5% adalah larutan teh yang dibuat dengan cara melarutkan 5
• Larutan teh kombucha adalah larutan teh yang dibuat dengan cara melarutkan 5
gram serbuk kering teh cap Kepala Djenggot dalam 1000 ml aquadest mendidih
kemudian ditambahkan 100 gram gula dan jamur kombucha, lalu di fermentasi
selama 7 hari.
• Aquadest adalah air aquadest steril yang digunakan untuk mendapatkan larutan
teh hijau yang murni.
• Tes kekerasan adalah mengukur kekerasan permukaan enamel gigi dengan
menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester dengan satuan kg/mm2(VHN).
• Tes adhesi streptokokus mutans adalah melihat perlekatan bakteri Streptokokus
mutans ke permukaan enamel gigi dengan menggunakan Microplate Reader.
4.6 Bahan dan Alat Penelitian
4.6.1 Bahan Penelitian
- Gigi premolar bawah 30 buah
- Gula 100 gram
- Koloni kombucha (jamur kombucha)
- Teh hijau cap Kepala Djenggot
- Aquadest
- Saline
- Gips
- Media TYS Broth
- Yeast Extract
- Bacitracin
- Biakan Streptokokus Mutans
- Gentian violet 3%
- Alkohol 96%
- Alumunium foil
4.6.2 Alat Penelitian
- Micro Vickers Hardness Tester
- Panci yang terbuat dari stainless steel
- Toples kaca
- Kain kasa
- Saringan
- Timbangan gram (Adventurer)
- Alat pengaduk
- Kompor gas
- Beker glass (Pyrex)
- Bur cakram
- Mikromotor (Hnsy)
- Rubbel bow dan spatel
- Erlemeyer (Pyrex)
- Stir Plate (Thermolyne)
- Tabung reaksi (Pyrex)
- Pipet µl (Finnpipette)
- Vortex (Bio-Rad)
- Anaerobic Jar
- Inkubator (Memmert)
- Tube 15 ml
- 24 well plate (Costar)
- 96 well plate (Costar)
- Microplate Reader (Benchmark)
Gambar 6. Mikromotor (Hnsy) Gambar 7. Bur cakram
Gambar 8. Microvickers Gambar 9. Autoclave Gambar 10. Microplate
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Prosedur pembuatan larutan teh hijau
Larutan teh hijau 0,5% dibuat dengan cara melarutkan 5 gram serbuk kering
teh hijau dalam 1000 ml aquadest mendidih dalam wadah stainless steel.
4.7.2 Pembuatan larutan teh kombucha
Pembuatan teh kombucha dengan 5 gr teh hijau dimasukkan ke dalam satu
liter aquadest mendidih dalam wadah stainless steel. Lalu dilakukan penyaringan
dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan teh dengan air seduhan. Ekstrak teh
ditambahkan gula pasir 100 gram, lalu aduk sampai gula melarut sempurna. Biarkan Gambar 12. Proses penyaringan daun teh
suhu larutan teh manis turun hingga mencapai suhu ruangan (sekitar 25-27oC). Lalu
masukan larutan teh kedalam toples kaca. Lalu kombucha 50 gram di masukkan
kedalam larutan teh yang telah disiapkan sebelumnya. Toples ditutup kembali dengan
kain kasa dan disimpan pada suhu kamar selama 7 hari. Lalu teh kombucha dapat di
pindahkan ke dalam botol.
Gambar 13. Daun teh 5 gram dilarutkan, kemudian dipanaskan selama 30 menit
Gambar 14. Proses penyaringan daun teh dan penambahan 100 gr gula
4.7.3 Uji kekerasan gigi
Pembuatan sampel dilakukan dengan cara: 30 gigi Premolar bawah dipotong
bagian mahkota dari akarnya, kemudian dibagi menjadi 3 kelompok ( larutan teh
kombucha, larutan teh hijau dan aquadest) yang masing-masing kelompok terdiri dari
10 sampel. Setiap sampel diberi tanda (nomer urut) untuk setiap kelompok.
Selanjutnya sampel ditaman dalam balok gips dengan ukuran 2 × 3 cm. Permukaan
bagian bukal menghadap ke atas bagian tengah balok gips diberi tanda dengan garis
guratan. Kemudian dilakukan pengukuran kekerasan permukaan dan dicatat, yang
merupakan kekerasan awal sebelum diberi perlakuan perendam dengan cara sebagai
berikut: balok gips dijepit dengan permukaan gigi menghadap ke atas kemudian
dijepit dengan alat penjepit pada meja alat Mikro Vickers Hardness Tester.
Selanjutnya sampel diatur supaya tepat di tengah lensa obyektif dan difokuskan
dengan cara memutar pegangan yang ada pada kanan alat, searah dengan jarum jam,
setelah pada lensa okuler terlihat gambar dalam keadaan fokus, sampel dipindah
dengan cara menggeser ke arah kanan sehingga tepat berada di bawah diamond
penetrator, lalu tombol penetrator ditekan, diamond penetrator akan turun, ini
ditandai lampu hijau akan menyala, bila diamond penetrator telah menyentuh sampel,
maka lampu merah akan menyala. Setelah 30 detik diamond penetrator akan naik,
lalu ditunggu sampai lampu merah dan hijau padam. Sampel digeser kembali ke
tempat lensa okuler dan difokuskan lagi, maka akan terlihat gambar bentukan belah
ketupat, kemudian panjang diagonalnya diukur langsung dengan mikrometer yang
ada pada lensa okuler. Hasil pengukuran panjang diagonal kemudian diambil
NVH =
d 2 1,854 × P
NVH = kekerasan sampel (kg/mm2)
P = berat beban (100 gram)
d = panjang diagonal (1/1000 mm)
Ketiga kelompok masing-masing direndam selama 30 menit, 60 menit dan 120 menit,
lalu dilakukan pengukuran kekerasan.
Gambar 16. Sampel gigi premolar bawah
4.7.4 Pembuatan media
Sebelum spesimen di biakkan, di buat media Trypticase Soya Broth, sebanyak
6 gram Trypticase Soya Broth, ditambahkan yeast extract 1,2 gram, dan sukrosa 28
gram, kemudian dilarutkan ke dalam 200 ml aquadest, lalu dilarutkan di atas stir
plate. Kemudian media disterilkan di dalam autoklaf selama 2 jam dengan tekanan
udara 2ATM suhu 121oC. Setelah disterilkan, media di didinginkan, lalu ditambahkan
bacitracin 4 ml dan disimpan ke dalam lemari pendingin.
4.7.5 Pembiakan spesimen
Bakteri yang digunakan adalah bakteri Streptokokus mutans serotype c yang
diisolasi dari karies.sebanyak 9 ml media TYS Broth dan 1 ml biakkan bakteri
Streptokokus mutans di pipet ke dalam tabung reaksi, lalu di vortex. Setelah itu,
media TYS broth tersebut dimasukkan ke dalam anaerobic jar. Kemudian di
inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC dalam suasana anaerob. Setelah 24 jam
bakteri akan tumbuh.
4.7.6 Uji adhesi Streptokokus mutans
Biakan uji bakteri yang digunakan pada penelitian Streptokokus mutans
diambil dari Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia. Kultur bakteri yang dihasilkan diencerkan sampai didapatkan konsentrasi
106 CFU/ml. Setelah itu kultur yang telah diencerkan dimasukkan pada 24well
sebanyak 1ml tiap well. Kemudian dimasukkan sampel dan kontrol pada
masing-masing well, lalu well ditaruh padah wadah diinkubasi selama 24 jam. Sampel
dipindahkan ke 24well yang lain kemudian dimasukkan 500 mikroliter larutan
gentian violet 3% dan dinkubasi selama 30 menit. Gentian violet dibuang dan di
fiksasi dengan alcohol 96% 0,1 ml pada masing-masing well. Cairan alcohol pada
24well dipindahkan ke 96well. Kemudian 96well di letakkan di microplate reader
untuk di baca.
Gambar 20. Pembacaan dengan microplate reader
Setelah dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing well, kemudian
dibuat jumlah rata-ratanya dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor
pengali untuk mendapatkan hasil sesuai satuan standard (Colony Forming Unit) / ml
cairan (suspensi) atau (CFU/ml).
4.8 Analisa Data
Data hasil penelitian Data dari hasil penelitian ini dianalisis secara statistik
menggunakan metode ANOVA (Analysis of Variance) untuk melihat adanya
perbedaan kekerasan. Selanjutnya dilakukan uji LSD untuk mengetahui perbedaan
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Uji kekerasan permukaan enamel
Dilakukan prosedur pengujian kekerasan enamel pada 30 gigi premolar bawah
yang dibagi secara random menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok I
direndam didalam teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit, kelompok II direndam
didalam teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit dan kelompok III direndam didalam
aquadest selama 30, 60 dan 120 menit. Masing-masing kelompok perlakuan
dilakukan pengujian kekerasan enamel dengan menggunakan alat Micro Vickers
Hardness Tester sebelum perlakuan perendaman dan setelah perendaman, selama 30
menit, 60 menit dan 120 menit.
Hasil pengukuran rata-rata kekerasan permukaan enamel pada masing-masing
sampel setiap kelompok perlakuan (aquadest, teh hijau dan teh kombucha) sebelum
dan sesudah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. NILAI RATA-RATA KEKERASAN PERMUKAAN ENAMEL SETELAH DIRENDAM DALAM AQUADEST, TEH HIJAU DAN TEH KOMBUCHA SELAMA 30,60, DAN 120 MENIT (KG/MM2 (VHN))
Gambar 21. Grafik rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam aquadest, teh hijau dan teh kombucha selama 30,60, dan 120 menit (kg/mm2 (VHN))
Dari tabel 3 dan gambar 21 diatas pada perendaman dalam teh kombucha
terjadi kenaikan kekerasan enamel. Hal ini dapat dilihat dengan naiknya rata-rata
kekerasan setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dibandingkan dengan
rata-rata kekerasan sebelum perlakuan perendaman. Pada perendaman sampel di
dalam teh hijau juga terjadi kenaikan kekerasan permukaan enamel. Hal ini dapat
dilihat dengan naiknya rata-rata kekerasan permukaan setelah perendaman selama 30,
60 dan 120 menit dibandingkan dengan rata-rata kekerasan sebelum perlakuan
perendaman. Pada kelompok aquadest menunjukkan tidak ada perbedaan yang
bermakna sebelum dilakukan perendaman maupun setelah dilakukan perendaman
selama 30, 60 dan 120 menit.
Hasil data kekerasan enamel pada masing-masing kelompok perlakuan baik
sebelum dan sesudah perendaman dalam teh kombucha, teh hijau dan aquadest
Tabel 4. HASIL UJI STATISTIK DENGAN ANOVA
*ada perbedaan signifikan pada level 0,05
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p >
0.05) di antara kelompok aquadest dan teh hijau, tetapi terlihat perbedaan yang
signifikan (p < 0.05) pada kelompok teh kombucha. Hasil penelitian ini dilanjutkan
dengan uji LSD untuk mengetahui perbedaan antara kelompok lama perendaman.
Bahan coba Sig.
Aquadest
Teh hijau
Teh kombucha
1.000
.515
Tabel 5. UJI LSD KEKERASAN PERMUKAAN SETELAH PERENDAMAN DALAM AQUADEST, TEH HIJAU DAN TEH KOMBUCHA SELAMA 30, 60 DAN 120 MENIT
(I) waktu perlakuan
(J) waktu perlakuan
Teh kombucha Teh hijau aquadest
signifikan
*ada perbedaan signifikan pada level 0,05
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 kekerasan enamel
sebelum dan setelah perendaman aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0.05). Perendaman dengan teh
kombucha pada α = 0,05 kekerasan enamel sebelum dengan setelah perendaman 120
menit dan perendaman 30 menit dengan 120 menit menunjukkan perbedaan yang
Tabel 6. UJI LSD ANTAR KELOMPOK TEH KOMBUCHA, TEH HIJAU DAN
*ada perbedaan signifikan pada level 0,05
Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 kekerasan enamel antara
kelompok aquadest dengan teh hijau, serta teh kombucha dengan teh hijau sebelum
dan setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit menunjukkan perbedaan yang
tidak bermakna (p > 0.05). Kekerasan enamel antara aquadest dan teh kombucha
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05) pada perendaman selama 120
menit.
5.2 Uji adhesi Streptokokus mutans
Dilakukan prosedur pengujian adhesi Streptokokus mutans pada permukaan
enamel pada gigi premolar bawah yang telah dilakukan uji kekerasan sebelumnya.
Sebanyak dua buah sampel dipilih secara random dari masing-masing kelompok yang
telah dilakukan pengujian kekerasan, serta dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.
Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian adhesi Streptokokus mutans
pada permukaan enamel dengan teknik perendaman dengan gentian violet lalu
Hasil pengukuran rata-rata adhesi Streptokokus mutans pada permukaan
enamel masing-masing sampel setiap kelompok perlakuan (aquadest, teh hijau, teh
kombucha dan kontrol) dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. NILAI RATA-RATA DAN UJI ANOVA ADHESI STREPTOKOKUS
MUTANS PADA PERMUKAAN ENAMEL (107CFU/ML)
N Aquadest Teh hijau
Teh kombucha
kontrol (gigi tanpa perlakuan)
Sig.
12 .0240 .0143 .0200 .0362 0.474
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai rata-rata adhesi Streptokokus mutans pada
permukaan enamel tidak jauh berbeda. Hal ini juga dapat dilihat dari kelompok
kontrol (gigi tanpa perlakuan perendaman). Hasil data adhesi Streptokokus mutans
pada permukaan enamel masing-masing kelompok perlakuan dilakukan analisis
dengan uji ANOVA.
Hasil uji statistik ANOVA dapat dilihat tidak ada perbedaan yang signifikan
(p > 0.05) pada masing-masing kelompok perlakuan (aquadest, teh hijau, teh
kombucha dan kontrol). Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan uji LSD untuk
Tabel 8. UJI LSD ADHESI STREPTOKOKUS MUTANS PADA PERMUKAAN ENAMEL
(I) perlakuan (J) perlakuan Sig.
aquadest teh hijau .499
teh kombucha .779
kontrol .396
teh hijau aquadest .499
teh kombucha .692
kontrol .131
teh kombucha aquadest .779
teh hijau .692
kontrol .261
kontrol aquadest .396
teh hijau .131
teh kombucha .261
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 adhesi Streptokokus
mutans pada permukaan enamel antar kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian eksperimental laboratorium mengenai pengaruh teh kombucha
terhadap kekerasan enamel dan adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel
adalah untuk membuktikan bahwa teh kombucha memiliki efek dalam menambah
kekerasan enamel dan menghambat adhesi Streptokokus mutans ke permukaan
enamel. Pengujian kekerasan enamel dilakukan dengan alat Micro Vicker Hardness
Tester pada gigi premolar bawah, sebelum dan sesudah dilakukan perendaman selama
30, 60 dan 120 menit. Hasil perhitungan yang di dapat, dimasukkan ke dalam rumus
yang telah ditentukan untuk mendapatkan nilai kekerasan enamel dengan satuan VHN
(kg/mm2). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo
(2005).14
Menurut Gunther et al., 1999 cit Kustyawati et al., 2008 kombucha adalah
produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter
Kombucha atau Tea Fungus. Teh kombucha sendiri di yakini sebagai minuman
kesehatan. Minuman kesehatan teh kombucha merupakan agen penghasil senyawa
biokimia yang berguna bagi tubuh.12 Pembuatan teh kombucha dilakukan dengan
melarutkan daun teh ke dalam satu liter aquadest. Jenis teh yang digunakan adalah teh
hijau, karena jenis teh ini diyakini dapat mengurangi penimbunan lemak dan
mengurangi kadar kolesterol didalam tubuh.18
Pada penelitian ini terlihat persentase rata-rata kekerasan enamel dengan
mengalami kenaikan, sedangkan perendaman sampel dengan teh hijau dan teh
kombucha mengalami kenaikan kekerasan permukaan baik sebelum perendaman
maupun setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit. Perendaman dengan
aquadest baik sebelum perendaman maupun setelah perendaman selama 30, 60 dan
120 menit kekerasan permukaan enamel tidak mengalami perubahan. Hal ini mungkin
karena aquadest mempunyai pH yang netral sehingga tidak menyebabkan terjadinya
perubahan atau kelarutan dari enamel.14 Pada perendaman dengan teh hijau dan teh
kombucha baik sebelum perendaman maupun setelah perendaman selama 30, 60 dan
120 menit mengalami kenaikan kekerasan enamel. Hal ini dimungkinkan karena teh
hijau mempunyai kandungan fluor yang terdapat di dalam daun teh.3
Mc. Donald (1994), teh hijau mempunyai fungsi ganda yaitu kandungan
catechin dalam teh mempunyai daya anti mikroba dan fluor yang merupakan
komponen anorganik dapat memperkuat struktur gigi.3 Fluor berperan dalam
mengurangi kelarutan enamel terhadap asam Konig & Hogendoorn (1982) dan
mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga asam dari bakteri akan
dihambat.6
Kandungan fluor dapat menambah kekerasan enamel sehingga dapat
mengurangi insidens karies. Fluor dapat menambah kekuatan email dan dentin,
sehingga dapat menambah daya tahan terhadap serangan asam yang menyebabkan
terjadinya karies, serta dapat mengurangi sifat kariogenik plak. Sifat fluor mudah
bereaksi dengan semua unsur kimia sedangkan sifat enamel mudah tembus oleh
(a) (b)
Dengan adanya bahan fluor dalam enamel daya tahan enamel terhadap asam
lebih tinggi.23 Penyerapan fluor pada enamel terjadi karena pada waktu ion fluor
dilepaskan oleh teh akan bereaksi dengan kristal-kristal hidroksiapatit yang menyusun
enamel dan menggantikan posisi ion hidroksil sehingga akan terbentuk fluorapatit
(gambar 22). Bukti kimia dan kristalografik menyatakan bahwa penggantian ion fluor
dapat meningkatkan stabilitas dari struktur apatit dan dengan demikian dapat
menghambat penurunan asam. Fluorapatit menjadikan enamel tahan terhadap
demineralisasi asam dan memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel.
Hasilnya akan dapat melindungi pengkristalan untuk melawan proses demineralisasi
yang meliputi karies gigi dengan meningkatkan angka remineralisasi yang artinya
dapat meningkatkan kekerasan enamel. Dengan terikatnya fluor pada hidroksiapatit
menjadi fluorapatit maka kristal-kristal enamel akan bertambah besar sehingga
terbentuk ikatan fluorapatit yang lebih sempurna dan lebih tahan asam dibandingkan
hidroksiapatit.23,24,31
Brown dkk (1979) pemberian Fluor secara topikal juga menghambat sistem
enzim mikrobiologi bakteri yang mengubah karbohidrat menjadi asam dalam plak
gigi dengan mempengaruhi jenis polisakarida ekstraseluler. Soine dan Wilson (1974)
menyatakan bahwa ion fluor mempunyai khasiat bakterisid sehingga garam-garam
sodium fluorida dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan menghambat
produksi asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme.23
Dikatakan lebih lanjut bahwa kerja fluor terutama menghambat
pengembangan lesi karies, sehingga ada dua aktifitas fluor yang penting yaitu dalam
suasana asam akan menghambat demineralisasi disamping juga meningkatkan
remineralisasi sehingga merangsang perbaikan atau menghentikan proses lesi awal.
Fluor dalam keadaan tidak berikatan dengan kristal hidroksiapatit juga dapat
menghambat karies dengan jalan menganggu metabolisme mikroorganisme plak
sehingga produksi asam dapat dikurangi.31
Pada hasil uji ANOVA dari masing-masing kelompok perlakuan terhadap
waktu perendaman (tabel 4) terlihat bahwa pada kelompok perendaman dengan
aquadest dan teh hijau didapatkan (p > 0.05) yang artinya tidak terdapat perbedaan
yang signifikan di antara kelompok aquadest dan teh hijau terhadap waktu sebelum
dan setelah perendaman 30, 60 dan 120 menit. Pada kelompok perendaman dengan
teh kombucha didapatkan (p < 0.05) yang artinya terlihat perbedaan yang signifikan
pada kelompok perendaman dengan teh kombucha terhadap waktu sebelum dan
setelah perendaman 30, 60 dan 120 menit.
Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui
enamel (tabel 5) dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 kekerasan enamel sebelum dan
setelah perendaman aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit
menunjukkan (p > 0.05) yang artinya tidak ada perbedaan. Perbedaan waktu
perendaman selama 30, 60 dan 120 menit tidak mempengaruhi kenaikan kekerasan
enamel. Kekerasan permukaan enamel dengan perendaman teh kombucha pada α =
0,05 sebelum dengan setelah perendaman 120 menit dan perendaman 30 menit
dengan 120 menit menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05). Perbedaan
waktu perendaman selama 30, 60 dan 120 menit mempengaruhi kenaikan kekerasan
enamel, yang artinya semakin lama perendaman maka kekerasan enamel semakin
meningkat.
Hasil analisa statistik pada penelitian kekerasan terhadap permukaan enamel
terlihat bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
diantara masing-masing kelompok yang direndam dengan aquadest, teh hijau dan teh
kombucha (tabel 4 dan tabel 5). Terlihat adanya perbedaan antara teh kombucha
dengan teh hijau dalam meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman selama
30, 60, 120 menit. Hal ini berarti hipotesis penelitian diterima.
Pada penelitian mengenai adhesi Streptokokus mutans pada permukaan
enamel dengan menggunakan dua buah sampel yang telah diuji kekerasannya pada
masing-masing kelompok serta menggunakan kontrol yaitu gigi yang tidak
mengalami perlakuan perendaman serta kontrol negatif, yaitu biakan Streptokokus
mutans. Dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Sampel diuji adhesinya dengan
teknik gentian violet, lalu dibaca dengan alat Microplate Reader.Pada penelitian ini
masing-masing sampel yang telah diuji kekerasan sebelumnya dan dibandingkan
dengan kelompok kontrol (gigi yang tidak mengalami perlakuan perendaman).
Senyawa polifenol pada daun teh termasuk golongan flavanol yang dikenal
sebagai catechin dapat menghambat beberapa jenis bakteri seperti Streptococcus sp,
Clostridium botulinum (Sakanaka dan Ichicami., 1991).7 Ekstrak teh hijau, cocoa dan
kopi dapat menghambat aktifitas dari glukosiltransferase dan formasi glukan (Kashket
et al., 1985).11
Pada kelompok aquadest dapat dilihat bahwa rata-rata adhesi Streptokokus
mutans ke permukaan enamel paling besar dibandingkan kelompok perendaman yang
lain. Hal ini dimungkinkan bahwa pada kelompok aquadest tersebut tidak
mendapatkan perlakuan perendaman, sehingga gigi tersebut tidak mempunyai
antibakteri yang dapat mencegah adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel.
Pada kelompok teh hijau bakteri Streptokokus mutans hanya sedikit melekat diantara
kelompok lainnya, hal ini dimungkinkan karena teh hijau mengandung catechin.
Catechin dari ekstrak teh hijau mempunyai daya hambat dan aktivitas bakterisidal
dalam melawan Streptokokus mutans. Catechin yang terkandung dalam teh hijau
dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltrasferase dari Streptokokus mutans
sehingga mencegah terbentuknya glukan dan menghambat Glucan-Binding Protein
berperan sebagai mediasi pengikat sintesa glukan dari sukrosa yang dihasilkan oleh
enzim glukosiltransferase. Hal ini merupakan awal mula terbentuknya plak gigi dan