• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kekerasan Permukaan Enamel Gigi setelah Direndam dalam Jus Buah dan Larutan Vitamin C (In Vitro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Kekerasan Permukaan Enamel Gigi setelah Direndam dalam Jus Buah dan Larutan Vitamin C (In Vitro)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEKERASAN PERMUKAAN ENAMEL GIGI

SETELAH PERENDAMAN DALAM JUS BUAH

DAN LARUTAN VITAMIN C

(IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DIAH MUSTIKA PERWITA NIM : 060600061

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2010

Diah Mustika Perwita

Perbedaan Kekerasan Permukaan Enamel Gigi setelah Direndam dalam Jus Buah

dan Larutan Vitamin C (In Vitro)

x + 51 halaman

Penurunan kekerasan permukaan gigi dapat terjadi akibat demineralisasi yang berlangsung secara terus-menerus. Penurunan kekerasan permukaan gigi ini salah satunya dipengaruhi oleh pH minuman dan jenis asamnya. Dewasa ini, jus buah dan larutan vitamin C yang mempunyai pH rendah sering dikonsumsi oleh masyarakat secara rutin yang dapat menyebabkan kekerasan permukaan gigi menurun serta meningkatkan prevalensi erosi gigi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah direndam dalam minuman jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit.

(3)

Hasil penelitian pengukuran pH minuman menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara ketiga jenis minuman tersebut. Hasil penelitian pengukuran kekerasan permukaan gigi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada ketiga kelompok perendaman baik direndam selama 60, 90 dan 120 menit. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kekerasan permukaan gigi paling rendah pada kelompok perendaman dalam jus jeruk dibandingkan kelompok perendaman dalam jus apel dan larutan vitamin C yaitu menurun sebesar 58% setelah direndam selama 120 menit.

Berdasarkan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa minuman jus buah bersifat asam yang diminum secara terus-menerus dapat menyebabkan kekerasan permukaan gigi menurun.

Daftar rujukan : 38 (1995-2010)

(4)

PERBEDAAN KEKERASAN PERMUKAAN ENAMEL GIGI

SETELAH PERENDAMAN DALAM JUS BUAH

DAN LARUTAN VITAMIN C

(IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DIAH MUSTIKA PERWITA NIM : 060600061

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 25 Oktober 2010

Pembimbing Tanda tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 25 Oktober 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes. ANGGOTA : 1. Yendriwati, drg., M.Kes.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp. Ort, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lisna Unita, drg., M.Kes., selaku ketua Departemen Biologi Oral yang telah banyak membantu dan memberi masukan dalam penulisan skripsi ini.

3.Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc, M.Kes., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran, dukungan, bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG., selaku kepala bagian UPT penelitian FKG USU yang telah memberikan masukan-masukan atas skripsi ini.

5. Suprapti Arnus, drg., Sp. B.M., selaku penasehat akademik selama penulis menjalani masa perkuliahan.

(8)

7. Bachtiar Effendi selaku kepala laboratorium Material Test PTKI yang turut membantu mengerjakan penelitian ini.

8. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., atas bimbingan dan bantuannya dalam pengolahan data.

9. Kedua orang tua tercinta, H. Zainuddin dan Hj. Ustati yang telah banyak memberikan nasehat, motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis dan kepada adik-adik tersayang Aditya, Ikhsan dan Zilan atas dukungannya serta kepada Rizal Fadli, dr., yang senantiasa ada untuk memberikan bantuan tenaga, pikiran dan motivasi kepada penulis.

10.Sahabat-sahabat terbaik penulis Swastika, Hilda, Miftha, Ika dan teman seperjuangan di Biologi Oral Brilliana, Mila, Bang Roy, Josua serta teman-teman angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Oktober 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.2 Kerangka Konsep ... 21

3.3 Hipotesis Penelitian ... 22

(10)

4.5 Variabel Penelitian ... 25

4.8.2 Penyiapan Sampel sebelum Dilakukan Perendaman 29 4.8.3 Perendaman Sampel ... 30

4.8.4 Pengukuran Kekerasan Permukaan Gigi ... 31

4.9 Pengolahan dan Analisis Data... 33

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan vitamin C dalam beberapa jenis buah dan sayuran ... 14

2. Perbedaan pH antara ketiga jenis minuman ... 34

3. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan sebelum dan sesudah perendaman dalam jus jeruk selama 60, 90 dan 120 menit ... 36

4. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan sebelum dan sesudah perendaman dalam jus apel selama 60, 90 dan 120 menit ... 37

5. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan sebelum dan sesudah perendaman dalam larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit .... 38

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

7. Enamel rod ... 7

8. Demineralisasi enamel gigi ... 9

9. Rumus kimia asam askorbat ... 12

10. pH meter Inolab pH 720 ... 17

11. Alat uji kekerasan Micro Vickers Hardness Tester ... 19

12. Micro Vickers Hardness Tester ... 28

13. Mikromotor ... 28

14. Pengukuran pH minuman ... 29

15. Sampel gigi premolar atas ... 30

16. Perendaman sampel dalam ketiga jenis minuman... 30

17. Sampel gigi diletakkan pada meja alat Micro Vickers Hardness Tester 32 18. Pengukuran kekerasan dengan Micro Vickers Hardness Tester ... 33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Skema alur penelitian 2. Hasil penelitian

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2010

Diah Mustika Perwita

Perbedaan Kekerasan Permukaan Enamel Gigi setelah Direndam dalam Jus Buah

dan Larutan Vitamin C (In Vitro)

x + 51 halaman

Penurunan kekerasan permukaan gigi dapat terjadi akibat demineralisasi yang berlangsung secara terus-menerus. Penurunan kekerasan permukaan gigi ini salah satunya dipengaruhi oleh pH minuman dan jenis asamnya. Dewasa ini, jus buah dan larutan vitamin C yang mempunyai pH rendah sering dikonsumsi oleh masyarakat secara rutin yang dapat menyebabkan kekerasan permukaan gigi menurun serta meningkatkan prevalensi erosi gigi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah direndam dalam minuman jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit.

(15)

Hasil penelitian pengukuran pH minuman menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara ketiga jenis minuman tersebut. Hasil penelitian pengukuran kekerasan permukaan gigi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada ketiga kelompok perendaman baik direndam selama 60, 90 dan 120 menit. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kekerasan permukaan gigi paling rendah pada kelompok perendaman dalam jus jeruk dibandingkan kelompok perendaman dalam jus apel dan larutan vitamin C yaitu menurun sebesar 58% setelah direndam selama 120 menit.

Berdasarkan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa minuman jus buah bersifat asam yang diminum secara terus-menerus dapat menyebabkan kekerasan permukaan gigi menurun.

Daftar rujukan : 38 (1995-2010)

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Enamel merupakan lapisan terluar gigi yang paling keras dan inorganik yang sebagian besar disusun oleh kristal hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2]. Enamel bersifat

permeabel terhadap ion-ion dan molekul-molekul yang berasal dari makanan dan

minuman yang dikonsumsi.1,2 Enamel dapat larut saat berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral enamel akan menurunkan kekerasan permukaan gigi. Kecepatan melarutnya enamel dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH), konsentrasi asam, waktu melarut dan kehadiran ion sejenis kalsium dan fosfat.1,3

Permukaan gigi senantiasa berada dalam suasana dinamis, dimana selalu terjadi perubahan kondisi antara demineralisasi dan remineralisasi. Demineralisasi gigi adalah larutnya mineral enamel gigi akibat konsentrasi asam yang mempunyai pH di bawah 5,5 lebih tinggi pada permukaan enamel dari pada di dalam enamel.4 Demineralisasi akan berhenti jika konsentrasi asam rendah dan konsentrasi kalsium atau fosfor dalam saliva kembali tinggi sehingga terjadi proses remineralisasi.1,2

(17)

sedangkan erosi gigi disebabkan oleh proses kimia dimana asam kontak langsung dengan gigi.2,5

Akhir-akhir ini, erosi gigi sering menjadi masalah kesehatan gigi yang cukup menarik perhatian kalangan para ahli seiring dengan meningkatnya kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam.5 Erosi gigi didefinisikan sebagai suatu kehilangan jaringan keras gigi yang irreversible disebabkan oleh proses kimia yang bukan oleh bakteri.3,6 Etiologi erosi gigi disebabkan keberadaan asam yang kuat yang dapat berasal dari luar (ekstrinsik) maupun dari dalam (intrinsik). Asam yang berasal dari luar dapat berupa makanan dan minuman asam seperti buah, jus buah, minuman berkarbonat dan minuman olahraga serta obat-obatan seperti tablet hydrochloric acid, aspirin (acetylsalicylic acid) dan vitamin C. Sedangkan asam yang berasal dari dalam berupa asam lambung yang dihasilkan dari

gastroesophageal reflux (GERD), vomitus dan rumination.3,6,7,8

(18)

Serikat dan 125 anak di Inggris menunjukkan 41% dari anak di Amerika Serikat dan 37% di Inggris mengalami erosi gigi.11

Peningkatan prevalensi erosi gigi salah satunya dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam. Hal ini ditandai dengan peningkatan konsumsi minuman ringan dan jus buah dari total konsumsi minuman secara konstan meningkat di Eropa dan lebih dari 50% dari konsumsi minuman non alkohol.12 Seperti yang diketahui sejak dulu bahwa makanan dan minuman yang bersifat asam dapat melunakkan struktur gigi.13

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang perlu dikonsumsi setiap hari karena tubuh tidak dapat memproduksi dan menyimpannya.14 Untuk memenuhi kebutuhan vitamin C nya masyarakat kerap memilih makanan dan minuman yang mengandung vitamin C contohnya jus buah seperti jeruk dan apel, serta minuman suplemen vitamin C. Minuman-minuman di atas biasanya bersifat asam dengan pH yang rendah. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pH minuman jus jeruk berkisar dari 3,6-3,8, jus apel 3,4-4,0, sedangkan pH vitamin C effervescent tablet 2,6-3,98.3,15-18 Beberapa tahun belakangan ini, jus buah dan larutan vitamin C menjadi begitu popular seiring dengan adanya kesadaran masyarakat menjaga kesehatannya. Lebih dari 60% orang mengkonsumsi jus jeruk tiga kali sehari atau larutan vitamin C sekali sehari secara rutin di pagi hari.3

(19)

dari pada hidrogen peroksida yang terkandung pada produk pemutih gigi. Yanfang Ren dkk menemukan bahwa efek dari 6% hidrogen peroksida yang diaktifkan dengan sinar LED pada enamel gigi perbandingannya tidak signifikan dengan efek jus buah yang asam dan jus jeruk ditandai dapat menurunkan kekerasan dan meningkatkan kerapuhan enamel gigi.13 Penelitian in vitro yang dilakukan oleh Lussi dkk menunjukkan bahwa jus buah berpotensi menyebabkan erosi. Hal ini disebabkan jus buah mempunyai kandungan asam titrasi yang tinggi.17,18 Disamping itu, penelitian in

vitro yang dilakuan oleh Camilo dkk pada tahun 2008 di Brazil melaporkan bahwa

kekerasan enamel pada manusia secara signifikan menurun sekitar ½ dari nilai awalnya setelah kontak dengan minuman jus jeruk.19 Penelitian dari Universitas Helsinki menemukan bahwa vitamin bersoda yang dimasukkan ke air dapat melarutkan mineral-mineral yang terkandung di dalam gigi sehingga menyebabkan gigi berpori dan cenderung mudah mengalami kerusakan.20 Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh University of Baltimore Dental School menemukan bahwa kandungan asam sitrat dalam vitamin C merupakan penyebab erosi gigi. Erosi gigi juga dapat disebabkan oleh larutan asam yang berkontak dengan gigi terutama jika penggunaannya dalam jangka panjang atau diminum secara teratur.21

(20)

permukaan enamel gigi antara perendaman dalam jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan adalah apakah ada perbedaan kekerasan enamel gigi premolar sebelum dan setelah direndam dalam minuman jus jeruk, jus apel dan larutan larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan kekerasan enamel gigi premolar sebelum dan setelah direndam dalam minuman jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh minuman jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C terhadap kekerasan enamel gigi.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Enamel

Enamel dibentuk oleh sel yang disebut sebagai ameloblast, yang berasal dari lapisan embrio yang dikenal sebagai ectoderm. Enamel melapisi bentuk anatomi mahkota gigi dan ketebalannya berbeda pada setiap daerah. Enamel lebih tebal pada bagian incisal dan oklusal gigi dan semakin lama semakin menipis pada servikal gigi sampai mencapai sementoenamel junction. Ketebalannya juga berbeda-beda antara kelas yang satu dengan yang lainnya. Pada incisal ridge insisivus rata-rata sekitar 2,5 mm, pada cups premolar rata-rata sekitar 2,3 mm sampai 2,5 mm dan pada cups molar rata-rata sekitar 2,5 mm sampai 3 mm.22 Pada permukaan lateral ketebalan enamel sekitar 1,3 mm.23

Enamel bersifat semitranslucent, berwarna putih kekuningan sampai putih keabu-abuan tergantung pada ketebalan enamel. Tingkat translusensi enamel berhubungan dengan tingkat kalsifikasi dan homogenitas. Warna enamel penting dalam menentukan perubahan physiochemical yang terjadi karena ketidaknormalan kondisi gigi.22

(22)

ini sangat penting untuk mempertahankan keutuhan enamel sebab fluor apatit lebih sukar larut dibandingkan dengan hidroksiapatit.24

Secara struktural enamel terdiri atas jutaan enamel rod atau prisma yang merupakan struktur komponen terluas. Struktur ini berubah-ubah jumlahnya dari kira-kira 5 juta pada insisivus mandibula sampai sekitar 12 juta pada molar maksila. Prisma ini memanjang dari arah perbatasan enamel dan dentin ke permukaan enamel, serta saling mengikat satu sama lain. Pada potongan melintang tampak seperti keyhole yang terdiri atas kepala dan ekor. Arah prisma ke permukaan tidak lurus melainkan bergelombang. Pada bagian kepala prisma terdapat “prism sheath” yang di dalamnya terdapat kristal hidroksiapatit. Sumbu kristal sejajar dengan arah prisma di dasar prisma dan tampak memanjang di ujung prisma. Di antara kristal terdapat celah berisi matriks yang sukar diamati sebab terdiri dari zat berupa “gel” yang tidak berstuktur. Bentuk “gel” tersebut memungkinkan matriks mengikat kristal. Di antara kristal juga terdapat “cross striations” dan di bagian lebih luar terdapat “striae of retzius” yang arahnya dari perbatasan enamel-dentin ke permukaan bersudut tajam.22,23

(23)

Enamel merupakan jaringan terkeras dari seluruh jaringan tubuh manusia. Kekerasan permukaan luar gigi berbeda-beda dan akan semakin berkurang menuju ke arah dalam yaitu dari enamel ke dentin. Walaupun enamel merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun enamel bersifat permeabel terhadap ion-ion dan molekul yang dapat berpenetrasi sebagian atau kompleks.1,24,25

2.2Demineralisasi

Demineralisasi adalah hilangnya sebagian atau keseluruhan kristal enamel. Demineralisasi enamel juga dapat diartikan sebagai hilangnya sebagian atau keseluruhan mineral dari hidroksiapatit karena sebagian besar enamel tersusun atas hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2].1,2 Adanya paparan asam dalam waktu yang lama di dalam mulut akan menyebabkan perubahan pH rongga mulut sehingga permukaan gigi menjadi asam. Jika pH saliva berada pada pH dibawah 5,5 dan berkontak dengan hidroksiapatit akan menyebabkan terurainya ion-ion seperti kalsium dan fosfat.2

(24)

Demineralisasi enamel terjadi melalui proses difusi akibat adanya perbedaan konsentrasi dari larutan di permukaan dengan di dalam enamel gigi. Larutan yang berkonsentrasi tinggi dengan pH rendah akan berdifusi ke dalam enamel gigi melalui kisi-kisi kristal dan prisma enamel yang mengandung air dan matriks organik/ protein. Demineralisasi enamel terjadi akibat lepasnya ion kalsium dari enamel gigi yang dipengaruhi oleh asam sehingga struktur enamel terurai.1,16,26 Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam ditunjukkan melalui gambar berikut :27

Gambar 2. Demineralisasi Enamel Gigi26

(25)

Menurut Dawes, ketika hidroksiapatit kontak dengan larutan maka terjadi reaksi menjadi bentuk HPO42- yang jika berkontak dengan asam dalam waktu yang lama akan berubah menjadi H2PO4-. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya ion [OH-] dan [PO43-] pada sisi sebelah kanan. Apabila mencapai pada tahap akhir bahan yang padat akan masuk ke dalam larutan, namun ion [Ca2+] tidak akan mengalami perubahan.25

Pada saat enamel berkontak dengan asam maka komponen ion hidrogen dari asam akan mulai melarutkan kristal enamel pada permukaan. Mula-mula daerah selubung prisma kemudian inti prisma yang larut yang membentuk permukaan dikenal sebagai “sarang lebah”. Asam yang tidak terionisasi akan berdifusi ke dalam daerah interprismatik enamel dan selanjutkan akan melarutkan bagian bawah permukaan enamel. Jika demineralisasi terjadi secara terus menerus maka akan terbentuk pori-pori kecil pada enamel yang disebut sebagai porositas yang dapat menyebabkan penurunan kekerasan enamel.16,26

2.3 Erosi Gigi

Erosi gigi merupakan suatu proses kehilangan atau larutnya mineral gigi secara

irreversible yang disebabkan oleh proses kimia yang bukan melibatkan bakteri.3,7,17

(26)

Seperti yang diketahui, penyebab erosi gigi adalah asam baik intrinsik maupun ekstrinsik. Penyebab instrinsik pada erosi gigi (asam yang berasal dari dalam tubuh) adalah asam lambung yang dihasilkan dari gastroesophageal reflux, vomitus dan

rumination. Pada gastroesophageal reflux (GERD), asam lambung naik mengalir ke

esofagus dan masuk ke dalam rongga mulut secara tidak sadar. Asam lambung dengan pH rendah di bawah 1 mencapai rongga mulut berkontak dengan gigi. Hal ini disebabkan meningkatnya tekanan abdominal, ketidakmampuan sphincter esophagus bagian bawah berelaksasi dan meningkatnya produksi asam di lambung. Vomitus dapat terjadi karena masalah medis seperti psikosomatik, metabolik, endokrin, gangguan pada gastrointertinal dan induksi obat-obatan. Vomitus dapat terjadi secara spontan maupun distimulasi sendiri. Vomitus secara spontan seperti yang terjadi pada ibu hamil, penderita ulkus peptikum, efek samping obat-obatan, diabetes, atau gangguan system saraf. Sedangkan vomitus yang distimulasi sendiri terjadi pada orang-orang yang mengalami gangguan pola makan seperti penderita bulimia dan anoreksia nervosa. Rumination merupakan kondisi seseorang yang secara sengaja menstimulasi isi dalam lambungnya dalam jumlah sedikit dan mengunyahnya sebelum ditelan kembali.3,5,7,8

(27)

mengunyah vitamin C atau suplemen hydrochloric acid. Erosi gigi juga dapat disebabkan oleh pekerjaan. Chromic, hydrochloric, sulfuric dan asam nitric telah diidentifikasi sebagai uap bersifat asam yang menyebabkan erosi. Hal ini berhubungan dengan lingkungan pekerjaan selama proses industri. Erosi gigi juga dilaporkan terjadi pada perenang yang bekerja secara teratur di dalam kolam yang bersifat asam seperti yang tampak pada pekerja pengecap minuman anggur.5,6,8

2.4Vitamin C

Vitamin adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan mempunyai peran penting dalam mencegah terjadinya berbagai macam penyakit dan meningkatkan imunitas tubuh. Vitamin C merupakan golongan vitamin anti oksidan yang mampu menangkal radikal bebas dengan karakteristik mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan logam.Bentuk utama vitamin C adalah asam askorbat yang mula-mula dikenal sebagai asam heksuronat dengan rumus C6H8O6. Karena berkhasiat sebagai anti skorbut maka dinamakan asam askorbat atau vitamin C dengan rumus bangun berikut ini: 14,28,29

Gambar 3. Rumus Kimia Asam Askorbat

(28)

hormon-hormon yang penting dan neutrotransmiter peptide dan karnitin, bersama-sama dengan zinc dalam proses penyembuhan luka, serta mempunyai peranan dalam menjaga kesehatan gigi dan gusi di rongga mulut.28,29

Defisiensi asam askorbat dapat menyebabkan sariawan, kasar, (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, askorbat juga berhubungan dengan masalah kesehatan lain, seperti

jantung,28,29

Efek samping dari konsumsi vitamin C lebih dari 1 gram/hari dapat menyebabkan diare dan dapat meningkatkan bahaya terbentuknya batu ginjal, sedangkan jika kelebihan vitamin C yang berasal dari buah-buahan umumnya tidak menimbulkan efek samping. Penggunaan kronik vitamin C dosis sangat besar dapat menyebabkan ketergantungan, dimana penurunan mendadak kadar vitamin C dapat menimbulkan rebound scurvy.28

Vitamin C diserap oleh usus tergantung pada jumlah asupan makanannya yang menurun seiring meningkatnya tingkat konsumsi. Pada asupan 30-180 mg, sekitar 70-90% diserap, pada asupan 1-1,5 gram sekitar 50% diserap dan pada asupan 12 gram hanya diserap 16%. Pada asupan sekitar 500 mg penyerapan terjadi melalui proses transport aktif natrium, sedangkan pada dosis yang lebih tinggi terjadi difusi sederhana.29

(29)

stress, demam, infeksi dan olahraga dapat meningkatkan kebutuhan vitamin C dalam tubuh.29

Tubuh tidak dapat memproduksi dan menyimpan vitamin C sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin C setiap harinya.29 Dosis yang dianjurkan untuk anak-anak di bawah 1 tahun sekitar 50 mg, anak-anak usia 1-13 tahun adalah 15-45 mg, remaja sekitar 65-75 mg, wanita dan pria dewasa adalah 75 mg dan 90 mg, ibu hamil 80-85 mg, serta ibu menyusui sekitar 115-120 mg. Batas maksimum yang diizinkan untuk mengkonsumsi vitamin C adalah 1000 mg/hari.29,30

Sumber utama vitamin C adalah buah-buahan dan sayuran. Buah jeruk,

blackcurrant, paprika, sayuran hijau (misalnya brokoli, kubis Brussel) dan buah-buahan

seperti stroberi, jambu biji, mangga dan kiwi adalah sumber yang kaya akan vitamin C. pada tabel berikut menunjukkan kandungan vitamin C dalam beberapa jenis buah dan sayuran.29

Tabel 1. Kandungan vitamin C dalam beberapa jenis buah dan sayuran.29

Makanan Vitamin C

(30)

multivitamin mengandung vitamin C. Air jeruk mengandung vitamin C yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk terapi menggantikan sediaan vitamin C.27 Masyarakat memenuhi kebutuhan vitamin C dengan berbagai cara beberapa di antaranya adalah mengkonsumsi minuman yang mengandung vitamin C seperti buah dan minuman suplemen yaitu larutan vitamin C secara rutin. Seperti diketahui, minuman-minuman tersebut bersifat asam. Beberapa penelitian melaporkan bahwa minuman jus buah mempunyai pH yang sangat rendah dan menemukan hubungan erat antara frekuensi mengkonsumsi minuman bersifat asam dengan erosi gigi.3 pH jus jeruk berkisar antara 3,6-3,8, jus apel 3,4-4,0 sedangkan pH larutan vitamin C berkisar 2,6-3,98.3,15,16

(31)

enamel gigi dari pada asam klorida ataupun asam nitrat karena afinitasnya yang tinggi terhadap kalsium.1,24

Penelitian yang dilakukan untuk membandingkan efek pemutih gigi dengan jus jeruk pada permukaan enamel gigi memperlihatkan hasil yang tidak signifikan dibandingkan dengan jus buah yang popular seperti jus jeruk. Permukaan enamel yang berkontak dengan jus jeruk selama 20 menit per hari dalam 5 hari menunjukkan pengurangan kekerasan permukaan gigi yang signifikan.13 Penelitian lain yang membandingkan antara minuman ringan blackcurrant yang ditambahkan kalsium dengan jus jeruk. Masing-masing dikonsumsi 4 kali sehari sebanyak 250 ml selama 20 hari. Hasil menunjukkan minuman ringan blackcurrent yang ditambahkan kalsium menyebabkan kehilangan permukaan gigi yang lebih sedikit dibandingkan dengan jus jeruk.31 Mengunyah vitamin C tablet dengan rasa buah memperlihatkan penurunan pH saliva ke level yang rendah menyebabkan enamel gigi dapat kehilangan kalsium yang merupakan susunan dari kalsium sitrat kompleks.6 Penelitian dari Universitas Helsinki menemukan bahwa vitamin bersoda yang dimasukkan ke air dapat melarutkan mineral-mineral yang terkandung di dalam gigi menyebabkan gigi berpori dan cenderung mudah mengalami kerusakan.20 Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Baltimore Dental School, kandungan asam sitrat dalam vitamin C yang menjadi penyebab erosi gigi.21

2.5pH Meter Inolab pH 720

(32)

Untuk melakukan pengukuran pH, setelah melakukan kalibrasi elektoda dibersihkan dengan aquadest. Lalu tekan tombol M untuk melakukan pengukuran pH. Masukkan elektroda ke larutan yang akan di uji, tunggu sampai stabil kemudian lalukan pembacaan pH. Setelah selesai digunakan, bersihkan kembali elektroda dengan aquadest, lalu tekan tombol Off untuk mematikan alat.32

Gambar 4. pH meter Inolab pH 720

2.6Micro Vickers Hardness Tester

Kekerasan sulit didefenisikan secara spesifik. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kekerasan material seperti strength, proportional limit, ductility,

malleability dan sebagainya. Dalam ilmu mineralogy kekerasan digambarkan sebagai

kemampuan material dalam menahan goresan. Sedangkan dalam ilmu metallurgy dan bidang lainnya, ketahanan identasi digunakan sebagai ukuran kekerasan.33

(33)

(KHN) menggunakan indentor yang berbentuk diamond dan Vickers Hardness Test (VHN) menggunakan indentor yang berbentuk diamond dengan dasar persegi dan sudut-sudut di antara permukaan pyramid 1360 terhadap permukaan yang diuji. Pengukuran kekerasan permukaan dengan menggunakan Knoop dan Vickers diklasifikasikan ke dalam microhardness test, sedangkan penggunaan Brinell dan Rockwell diklasifikasikan ke dalam macrohardness test.33

Kekerasan enamel dapat diukur dengan menggunakan alat Knoop (KHN) dan Vicker (VHN). Rata-rata kekerasan untuk enamel berkisar antara 270-350 KHN atau 250-360 VHN. Craig dan Peyton melaporkan bahwa kekerasan enamel berkisar antara 344-418 VHN. Collys dkk melaporkan kekerasan enamel berkisar antara 369-431 VHN sedangkan Wilson dan Love melaporkan kekerasan permukaan enamel berkisar antara 263-327 VHN. Variasi kekerasan enamel ini terjadi dikarenakan faktor seperti gambaran histoligi, komposisi kimia, persiapan specimen, beban pengukuran dan kesalahan pembacaan (reading error) pada indentation length (IL).34 Penelitian yang dilakukan Briliana tahun 2009 melaporkan bahwa rata-rata kekerasan enamel gigi premolar yang diteliti berkisar 217-298 VHN. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat penurunan kekerasan gigi yang bermakna setelah perendaman 120 menit dalam minuman kopi dan bir, sedangkan pada perendaman 30 dan 60 menit tidak terdapat penurunan kekerasan yang signifikan. Penurunan kekerasan tidak terlihat pada gigi yang direndam dalam minuman teh botol baik direndam selama 30, 60 maupun 120 menit.35

(34)

Vickers Hardness Tester merupakan pengukuran kekerasan suatu material dengan nilai

kekerasan yang kecil dan indentasi yang lebih kecil. Beban yang digunakan adalah antara 1-1.000 gram.36

Penggunaan Micro Vickers untuk mengukur kekerasan dilakukan dengan meletakkan bahan yang akan diuji pada meja Micro Vickers sampai indentor mengenai permukaan bahan yang akan diuji. Kemudian indentor akan menyentuh permukaan bahan uji. Setelah itu maka akan telihat bekas penekanan berbentuk belah ketupat. Lalu panjang diagonalnya diukur pada mikroskop dengan mikrometer yang ada pada lensa okuler.33,36

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

Enamel merupakan jaringan terkeras gigi yang permeabel terhadap ion-ion pada cairan dan produk bakteri. Enamel sebagian besar disusun oleh kristal hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2]. Kristal ini dapat larut saat berkontak dengan asam atau pada pH rendah. pH kritis kristal hidroksiapatit adalah 5,5.

Vitamin C merupakan vitamin yang sangat penting bagi tubuh. Tubuh manusia tidak dapat memproduksi dan menyimpan vitamin C sehingga perlu dikonsumsi terus-menerus. Vitamin C tersedia dalam berbagai bentuk sediaan contohnya terdapat pada minuman jus buah dan larutan vitamin C. Minuman ini biasanya bersifat asam dengan pH rendah, dimana masing-masing minuman mengandung jenis asam yang berbeda satu sama lain. Jus jeruk mengandung asam sitrat, jus apel mengandung asam malat dan larutan vitamin C effervescent mengandung asam sitrat dan asam askorbat. Minuman asam tersebut jika dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan efek negatif pada gigi. Permukaan gigi apabila terpapar oleh minuman yang bersifat asam akan mengalami pelepasan mineral-mineral gigi.

(36)

Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan terjadinya penurunan kekerasan enamel gigi terlihat melalui pelepasan mineral-mineral dari permukaan enamel gigi yang terpapar oleh minuman yang bersifat asam dengan pH rendah.

3.1 Kerangka Konsep

Sampel gigi premolar

Direndam di dalam minuman

Jus apel Larutan vitamin C

Permukaan enamel terpapar oleh minuman bersifat asam

Permukaan enamel larut

Ca10(PO4)6(OH)2↔ 10Ca2+ + 6PO43- + 2OH Padat Larut

demineralisasi

Kekerasan permukaan gigi Jus jeruk

(37)

3.2 Hipotesis Penelitian

(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian mengenai perbedaan kekerasan permukaan gigi setelah perendaman dalam jus buah dan larutan vitamin C ini adalah eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan penelitian Analytic Experimental Pretest and Posttest

Design.2,37

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian untuk mengukur pH minuman jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C dilakukan di laboratorium Biologi Oral FKG Universitas Sumatera Utara. Sedangkan penelitian untuk menguji kekerasan permukaan enamel gigi dilakukan di laboratorium Material Test Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI).

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian untuk menguji kekerasan permukaan enamel gigi dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan yaitu Agustus 2010 hingga September 2010.

4.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi premolar manusia yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti dan diperoleh dari beberapa praktek dokter gigi di Medan. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah selected

(39)

( t-1 ) ( n-1) ≥ 15 ( 3-1) ( n-1 ) ≥ 15 2 ( n-1 ) ≥ 15

n-1 ≥ 7,5 n ≥ 8,5 n = ~ 9 Dimana : n : besar sampel

t : banyaknya perlakuan

Dari perhitungan di atas, besar sampel pada setiap perlakuan adalah 9 gigi premolar, namun untuk menggenapkan sampel maka jumlah sampel yang digunakan untuk setiap perlakuan adalah 10. Dalam penelitian ini terdapat 3 perlakuan yaitu direndam dalam jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C sehingga sampel yang digunakan sebanyak 30 gigi yang dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan tersebut.

4.4 Kriteria Sampel

Kriteria sampel penelitian ini adalah :

a. Kriteria Inklusi : Gigi premolar atas yang baru dicabut dari pasien usia 11-13 tahun, gigi sehat dan belum pernah direstorasi.

(40)

4.5 Variabel Penelitian

Variabel Terkendali

• Jenis minuman yang digunakan • Jenis gigi yang digunakan

• Lama perendaman yaitu 60, 90, 120 menit • Keterampilan operator

• Teknik pengukuran kekerasan

• Alat ukur pH : pH meter Inolab pH 720 • Alat pengukuran kekerasan : Micro Vickers

Hardness Tester

Variabel Bebas

• pH minuman jus jeruk • pH minuman jus apel • pH larutan vitamin C

Variabel tergantung

• Kekerasan permukaan enamel gigi

Variabel Tidak Terkedali

(41)

4.5.1 Variabel Bebas

Yang termasuk ke dalam variabel bebas dalam penelitian ini adalah : • pH minuman jus jeruk

• pH minuman jus apel

• pH larutan vitamin C

4.5.2 Variabel Tergantung

Yang termasuk ke dalam variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kekerasan permukaan enamel gigi.

4.5.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali pada penelitian ini adalah : • Jenis minuman yang digunakan

• Jenis gigi yang digunakan

• Lama perendaman yaitu 60, 90 dan 120 menit

• Keterampilan operator

• Teknik pengukuran kekerasan

• Alat ukur pH : pH meter Inolab pH 720

Alat pengukuran kekerasan : Micro Vickers Hardness Tester

4.5.4 Variabel tidak Terkendali

(42)

4.6 Defenisi Operasional

a. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.

b. pH minuman adalah pH yang diambil di dalam temperatur ruangan dengan menggunakan pH meter Inolab pH 720.

c. Jus jeruk adalah minuman kemasan sari buah jeruk dengan merek Minute Maid Pulpy Orange sebanyak 250 ml yang diproduksi oleh PT. Cola-Cola Bottling Indonesia dengan pH 3,6.

d. Jus apel adalah minuman kemasan sari buah apel dengan merek Buavita sebanyak 250 ml yang diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia dengan pH 3,7.

e. Larutan vitamin C adalah minuman yang diperoleh dengan memasukkan tablet vitamin C effervescent merk Redoxon ke dalam 250 ml air yang kemudian akan berbuih dengan pH 4,2.

f. Kekerasan permukaan enamel gigi adalah ketahanan permukaan gigi terhadap suatu tekanan dengan menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester.

4.7 Bahan dan Alat Penelitian

4.7.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Gigi premolar atas

b. Jus jeruk merk Pulpy Orange c. Jus apel merk Buavita

(43)

f. Gips

4.7.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. pH meter Inolab pH 720

b. Micro Vickers Hardness Tester

c. Tempat perendaman d. Gelas ukur

e. Masker f. Sarung tangan

g. Stopwatch

h. Tissue

i. Alat tulis dan kertas j. Mikromotor

k. Bur fraser l. Kalkulator

(44)

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Pengukuran pH Minuman

1. Pengukuran pH jus jeruk dengan menuangkan minuman tersebut ke dalam gelas ukur sebanyak 250 ml kemudian diukur pH nya dengan menggunakan pH meter Inolab pH 720.

2. Pengukuran pH jus apel dengan menuangkan minuman tersebut ke dalam gelas ukur sebanyak 250 ml lalu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH meter Inolab pH 720.

3. Pengukuran pH larutan vitamin C dengan melarutkan satu tablet vitamin C

effervescent Redoxon kedalam 250 ml air hingga larut lalu dilakukan

pengukuran pH dengan menggunakan pH meter Inolab pH 720.

Gambar 8. Pengukuran pH minuman

4.8.2 Penyiapan Sampel sebelum Dilakukan Perendaman

1. Sampel gigi berjumlah 30 dipotong bagian akarnya lalu dibagi ke dalam 3 kelompok yang masing-masing terdiri atas 10 gigi.

(45)

3. Melakukan pengukuran kekerasan permukaan gigi dan dicatat sebagai kekerasan awal sebelum dilakukan perendaman dengan menggunakan Micro

Vickers Hardness Tester yang dilakukan pada ketiga kelompok.

Gambar 9. Sampel gigi premolar atas

4.8.3 Perendaman Sampel

Kelompok perendaman pada penelitian ini dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu : 1. Kelompok 1 : Sampel direndam dalam minuman jus jeruk selama 60, 90 dan

120 menit kemudian diukur kekerasan permukaannya.

2. Kelompok 2 : Sampel direndam dalam minuman jus apel selama 60, 90 dan 120 menit kemudian diukur kekerasan permukaannya.

3. kelompok 3 : Sampel direndam dalam larutan vitamin C selama 60, 90, 120 menit kemudian diukur kekerasan permukaannya.

A B C

(46)

C. perendaman dalam larutan vitamin C

4.8.4 Pengukuran Kekerasan Permukaan Gigi

Pengukuran kekerasan permukaan gigi dilakukan dengan menggunakan alat

Micro Vickers Hardness Tester.

1. Sebelum dilakukan perendaman, masing-masing sampel diukur kekerasan permukaannya sebagai data awal kekerasan permukaan gigi.

2. Sampel kelompok 1 direndam selama 60 menit. Kemudian diukur kekerasan permukaannya sebagai data kekerasan permukaan gigi setelah perendaman 60 menit.

3. Sampel kelompok 1 kemudian direndam lagi selama 30 menit. Kemudian diukur kekerasan permukaannya sebagai data kekerasan permukaan gigi setelah perendaman 90 menit.

4. Sampel kelompok 1 direndam lagi selama 30 menit. Kemudian diukur kekerasan permukaannya sebagai data kekerasan permukaan gigi setelah perendaman 120 menit.

Pengukuran selanjutnya dilakukan seperti pada kelompok 1 untuk kelompok 2 dan 3. Setiap Sampel dilakukan pengukuran 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel.

(47)

terlihat gambar dalam keadaan fokus, sampel dipindahkan dengan menggeser ke arah kanan sehingga tepat berada di bawah diamond penetrator, kemudian tombol penetrator ditekan, diamond penetrator akan turun yang ditandai dengan menyalanya lampu hijau. Bila diamond penetrator telah menyentuh sampel, maka lampu merah akan menyala. Setelah 30 detik, diamond penetrator akan naik lalu ditunggu sampai lampu padam. Sampel digeser kembali ke tempat lensa okuler dan difokuskan lagi, sehingga akan terlihat gambar belah ketupat yang merupakan bekas penekanan. Panjang diagonal diukur dengan mikrometer yang ada di lensa okuler. Hasil pengukuran panjang diagonal tersebut diambil rata-ratanya dan dimasukkan ke dalam rumus:2,34

VHN = 1,854 x P / d2

VHN = kekerasan permukaan sampel (kg/mm2) P = berat beban (100 gr)

(48)

Gambar 11. Sampel gigi diletakkan pada meja alat Micro Vickers Hardness Tester

Gambar 12. Pengukuran kekerasan dengan Micro Vickers Hardness Tester

4.9 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam Statistical Package for The social

Science (SPSS) kemudian dilakukan analisis data secara statistik dengan uji ANOVA

(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Pengukuran pH Minuman Jus Jeruk, Jus Apel dan Larutan vitamin C

Dilakukan prosedur pengukuran pH minuman jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C menggunakan pH meter Inolab pH 720. Hasil perhitungan Uji Statistik ANOVA Satu Arah yang dilanjutkan dengan Least Significant Difference (LSD) menunjukkan vitamin C memiliki rata-rata pH 4,2 dengan standard deviasi 0,02082 yang merupakan nilai pH minuman tertinggi. Jus apel memiliki rata-rata pH 3,7 dengan standard deviasi 0,01528 dan jus jeruk memiliki rata-rata pH 3,6 yang merupakan minuman dengan pH terendah dengan standard deviasi 0,02517. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diketahui adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara ketiga jenis minuman. Larutan vitamin C dengan jus jeruk menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada perbedaan rata-rata 0,60333 dengan p=0,000. Vitamin C dan jus apel menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada perbedaan rata-rata 0,51000 dengan p = 0,000, dan jus apel dengan jus jeruk menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada perbedaan rata-rata 0,9333 dengan p=0,002.

Tabel 2. Perbedaan pH antara ketiga jenis minuman

Jenis minuman X±SD Pembanding Perbedaan Mean Sig.

Jus jeruk 3,6 ± 0,02517 Jus apel -,09333* .002

Larutan vitamin C -,60333* .000

(50)

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

5.2 Uji Kekerasan Permukaan Gigi

Dilakukan prosedur pengujian kekerasan permukaan enamel gigi pada 30 gigi premolar atas yang dibagi secara random menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok 1 direndam di dalam jus jeruk selama 60, 90 dan 120 menit, kelompok 2 direndam di dalam jus apel selama 60, 90 dan 120 menit dan kelompok 3 direndam di dalam larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian kekerasan permukaan enamel gigi dengan menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester sebelum perlakuan perendaman dan setelah perendaman selama 60, 90 dan 120 menit.

Hasil pengukuran rata-rata kekerasan permukaan gigi pada masing-masing sampel setiap kelompok perlakuan (jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C) sebelum dan setelah perendaman selama 60, 90 dan 120 menit dapat dilihat pada grafik berikut.

Larutan vitamin C -,51000* .000 Larutan vitamin C 4,2 ± 0,02082 Jus jeruk ,60333* .000

(51)

Gambar 13. Grafik rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah direndam dalam jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit.

(52)

paling kecil adalah pada larutan vitamin C, dari 341,534 VHN menjadi 254,437 VHN setelah perendaman 60 menit yaitu sekitar 26%. Pada menit ke 90 terjadi penurunan kekerasan sebesar 34% menjadi 223,115 VHN, dan pada menit ke 120 terjadi penurunan kekerasan sebesar 47% menjadi 179,439 VHN.

Tabel 3. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah perendaman dalam jus jeruk selama 60, 90 dan 120 menit.

Lama perendaman Mean ± SD Sig.

0 menit 344,664080 ± 8,2302863

0,000*

60 menit 204,327180 ± 18,4105328

90 menit 180,748130 ± 9,2107105

120 menit 145,428190 ± 7,6399293 *ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum direndam dalam jus jeruk yaitu 344,664 VHN dengan standard deviasi 8,230. Kekerasan permukaan gigi setelah perendaman 60 menit rata-rata 204,327 VHN dengan standard deviasi 18,410 dan penurunan kekerasan sebesar 140,317 VHN. Setelah perendaman 90 menit 180,748 VHN dengan standard deviasi 9,210 dan penurunan sebesar 163,896 VHN. Setelah perendaman 120 menit 145,428 VHN dengan standard deviasi 7,639 dan penurunan sebesar 199,216 VHN. Hasil perhitungan ANOVA Satu Arah diperoleh nilai p=0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada perendaman dalam jus jeruk terhadap kekerasan permukaan gigi.

Tabel 4. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan sebelum dan setelah perendaman dalam jus apel selama 60, 90 dan 120 menit.

(53)

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Tabel 4 menunjukkan nilai rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum direndam dalam jus apel yaitu 343,323 VHN dengan standard deviasi 11,174. Kekerasan permukaan gigi setelah perendaman 60 menit rata-rata 265,437 VHN dengan standard deviasi 8,764 dan penurunan kekerasan sebesar 77,886 VHN. Setelah perendaman 90 menit 193,560 VHN dengan standard deviasi 7,469 dan penurunan kekerasan sebesar 149,763 VHN. Setelah perendaman 120 menit 154,442 VHN dengan standard deviasi 6,901 dan penurunan kekerasan sebesar 188,881 VHN. Hasil perhitungan ANOVA Satu Arah diperoleh nilai p=0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada perendaman dalam jus apel terhadap kekerasan permukaan gigi.

Tabel 5. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan sebelum dan setelah perendaman dalam larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit.

Lama perendaman Mean ± SD Sig.

0 menit 341,534160 ± 15,0654655

0,000* 60 menit 254,437370 ± 20,5312493

90 menit 223,115710 ± 15,3655708

120 menit 179,439180 ± 7,5063499

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

0 menit 343,323070 ± 11,1743512

0,000* 60 menit 265,437960 ± 8,7646107

90 menit 193,560270 ± 7,4695369

(54)

Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum direndam dalam larutan vitamin C yaitu 341,534 VHN dengan standard deviasi 15,065. Kekerasan permukaan gigi setelah perendaman 60 menit rata-rata 254,437 VHN dengan standard deviasi 20,531 dan penurunan kekerasan sebesar 87,097 VHN. Setelah perendaman 90 menit 223,115 VHN dengan standard deviasi 15,365 dan penurunan kekerasan sebesar 118,419 VHN. Setelah perendaman 120 menit 179,439 VHN dengan standard deviasi 7,506 dan penurunan kekerasan sebesar 162,095 VHN. Hasil perhitungan ANOVA Satu Arah diperoleh nilai p=0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada perendaman dalam larutan vitamin C terhadap kekerasan permukaan gigi.

Hasil penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui perbedaan antara kelompok lama perendaman. Hasil uji LSD dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Hasil uji LSD kekerasan permukaan gigi setelah perendaman dalam jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit.

(I) lama perendaman

(J) lama pembanding

(55)

90 menit 0 menit .000* .000* .000*

60 menit .000* .000* .000*

120 menit .000* .000* .000*

120 menit 0 menit .000* .000* .000*

60 menit .000* .000* .000*

90 menit .000* .000* .000*

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa pada α=0,05 kekerasan permukaan gigi

sebelum dan setelah perendaman baik dalam jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C selama 60, 90 dan 120 menit menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa perendaman selama 60, 90 dan 120 menit dalam jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C dapat mengurangi kekerasan permukaan gigi yang sudah dimulai pada menit ke 60 dan semakin lama semakin menurun kekerasan permukaannya.

BAB 6

PEMBAHASAN

(56)

melakukan pengukuran kekerasan dimulai dari menit ke 30, 60 dan 120. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa belum terjadi penurunan kekerasan permukaan gigi yang signifikan pada menit ke 30, sehingga dalam penelitian ini perendaman dilakukan mulai dari menit ke 60.35

Kekerasan permukaan gigi bervariasi tergantung jenis gigi dan lokasi gigi yang diukur. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi kimia dan ketebalan enamel gigi pada masing-masing gigi. Ketebalan enamel berbeda-beda antara permukaan gigi yang satu dengan yang lainnya. Pada incisal ridge dari insisivus rata-rata sekitar 2,5 mm, pada cups dari premolar rata-rata sekitar 2,3 mm sampai 2,5 mm dan pada cups dari molar rata-rata sekitar 2,5 mm sampai 3 mm.22 Pada permukaan lateral ketebalan enamel sekitar 1,3 mm.23 Hasil penelitian pada sampel gigi premolar menunjukkan kekerasan yang bervariasi dilihat dari standard deviasi di setiap kelompok. Rata-rata kekerasan enamel hasil pengukuran sebelum dilakukan perendaman pada penelitian ini berkisar antara 313-366 VHN. Rata-rata kekerasan untuk enamel berkisar 250-360 VHN. Craig dan Peyton melaporkan bahwa kekerasan enamel berkisar antara 344-418 VHN. Collys dkk melaporkan kekerasan enamel berkisar antara 369-431 VHN sedangkan Wilson dan Love melaporkan kekerasan permukaan enamel berkisar antara 263-327 VHN.34 Berdasarkan kekerasan yang disebutkan pada penelitian sebelumnya, maka rata-rata kekerasan permukaan gigi dalam penelitian ini masih dapat diterima.

(57)

perendaman dalam minuman jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C. Hasil uji LSD pada perendaman dalam jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C menunjukkan adanya penurunan kekerasan permukaan enamel gigi yang bermakna (p<0,05) baik pada perendaman 60, 90 dan 120 menit. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ketiga jenis minuman ini dapat menyebabkan kekerasan permukaan gigi menurun pada perendaman 60 menit dan semakin menurun pada menit ke 120. Hal ini mungkin disebabkan oleh nilai pH ketiga jenis minuman tersebut yang lebih rendah dari pH kritis hidroksiapatit (5,5). Jika hidroksiapatit berkontak dengan asam yang mempunyai pH di bawah pH kritis (5,5) maka dapat menyebabkan larutnya mineral enamel gigi dan mempengaruhi kekerasan permukaan gigi.1,2,4

Hasil pengukuran pH pada penelitian ini diperoleh pH jus jeruk 3,6, pH jus apel 3,7 dan pH larutan vitamin C 4,2. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa pH minuman jus jeruk berkisar dari 3,6-3,8, jus apel 3,4-4,0, sedangkan pH vitamin C effervescent tablet 2,6-3,98.3,15-18 Adanya perbedaan pH vitamin C effervescent di atas mungkin disebabkan perbedaan komposisi kandungan vitamin C

effervescent dengan penambahan ion-ion seperti Ca, K dan Fe yang dapat meminimalisir

efek keasamannya.

(58)

dalam larutan vitamin C. Hal ini mungkin disebabkan oleh jus jeruk mengandung asam sitrat yang mempunyai efek erosif pada permukaan gigi. Ini sesuai dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa enamel dapat mengalami erosi yang disebabkan oleh bahan makanan dan minuman yang bersifat asam seperti kuah pempek dan buah jeruk.2 Asam sitrat dua kali lebih destruktif terhadap enamel gigi dibanding dengan asam klorida atau asam nitrat. Hal ini sebabkan oleh afinitas yang besar terhadap kalsium.1,15 Ini sejalan dengan penelitian oleh Lussi dkk yang menyimpulkan bahwa jus buah mempunyai potensi menyebabkan erosi akibat kandungan asam titrasi yang tinggi.13,14

Penelitian lain menyatakan bahwa minuman yang mengandung asam sitrat lebih bersifat erosif dibandingkan dengan minuman yang mengandung asam malat pada pH yang sama.1,15 Pernyatakan diatas sesuai dengan hasil penelitian ini dimana sampel gigi yang direndam dalam jus jeruk yang mengandung asam sitrat lebih rendah kekerasan permukaannya dibanding dengan sampel gigi yang direndam dalam jus apel yang mengandung asam malat.

(59)

minuman.2,15,26 Lussi dkk menyatakan bahwa faktor kimia yang dapat mempengaruhi daya erosif suatu minuman dan makanan antara lain adalah pH dan kapasitas buffer, tipe asam, daya adhesi terhadap permukaan gigi, dan konsentrasi kalsium, fosfat dan fluorida.15

Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya penurunan kekerasan permukaan gigi pada perendaman 60 menit dalam jus jeruk sebesar 41% atau 2/5 dari kekerasan awal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Camilo dkk yang melaporkan bahwa adanya penurunan kekerasan gigi yang signifikan sekitar ½ dari nilai awal setelah kontak dengan minuman jus jeruk.19 Penelitian Yanfang Ren dkk menemukan bahwa efek jus buah yang asam seperti jus jeruk dapat menurunkan kekerasan dan meningkatkan kerapuhan enamel gigi yang signifikan dibanding efek dari 6% hidrogen peroksida yang diaktifkan dengan LED pada enamel gigi.13

Hasil penelitian ini juga memperlihatkan adanya penurunan kekerasan permukaan gigi setelah direndam dalam larutan vitamin C baik pada menit 60, 90 dan 120. Hal ini sesuai dengan penelitian Meurman dan Murtomaa yang menemukan bahwa larutan vitamin C yang dimasukkan ke dalam air dapat melarutkan mineral-mineral yang terkandung dalam gigi yang nantinya dapat menimbulkan pori-pori gigi yang cenderung mudah mengalami kerusakan.20 Penelitian dari University of Baltimore Dental School menemukan bahwa kandungan asam sitrat dalam vitamin C sebagai penyebab erosi gigi.21

(60)

disebut sebagai porositas, yang nantinya mengarah pada penurunan kekerasan permukaan gigi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan semakin lama sampel direndam (dari 60 menit sampai 120 menit) maka penurunan kekerasan permukaan gigi semakin signifikan. Hal ini perlu diperhatikan karena konsumsi jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C telah menjadi rutinitas dalam upaya memenuhi kebutuhan vitamin C bagi tubuh.3,17

Proses demineralisasi yang terjadi di dalam rongga mulut dan di luar rongga mulut mempunyai perbedaan sehingga menimbulkan keuntungan dan kerugian dalam penelitian yang dilakukan secara eksperimental. Keuntungan penelitian secara eksperimental adalah dapat dilakukan pengukuran kekerasan permukaan gigi dengan menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester, yang tidak mungkin dilakukan secara

in vivo dalam rongga mulut. Kerugian penelitian secara eksperimental adalah karena

menggunakan gigi yang telah dicabut sehingga minuman yang bersifat asam kontak langsung dengan gigi tanpa adanya buffer oleh saliva.7 Saliva berperan penting yaitu sebagai buffer dalam ronga mulut untuk menetralkan asam serta mengandung kalsium dan fosfat yang dapat membantu proses remineralisasi.15 Fluor yang terdapat pada saliva dapat menganti gugus hidrogen pada hidroksiapatit menjadi fluorapatit yang yang mempunyai pH kritis lebih rendah dari hidroksiapatit yaitu 4,5. Fluorapatit lebih tahan terhadap serangan asam dibandingkan dengan hidroksiapatit. Tanpa saliva, efek minuman asam terhadap permukaan gigi akan lebih merusak.1,2,24

(61)

minuman tersebut yang biasanya bersifat asam dengan pH yang rendah juga mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan gigi jika diminum dalam jumlah berlebh dan dalam waktu yang lama. Jika minuman asam ini kontak langsung dengan gigi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan demineralisasi gigi yang selanjutnya berdampak pada penurunan kekerasan permukaan gigi. Jika demineralisasi gigi ini terjadi secara terus menerus maka akan mengarah pada hilangnya jaringan keras gigi secara irreversible yang dikenal sebagai erosi gigi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian ini dimana terjadi penurunan kekerasan permukaan gigi setelah direndam dalam jus jeruk, jus apel dan larutan vitamin C.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak minuman asam terhadap kekerasan permukaan gigi disertai pemberian informasi mengenai cara mengatasinya. Efek negatif dari minuman asam tersebut dapat diminimalisir dengan berbagai cara seperti mengurangi konsumsi minuman yang bersifat asam, sebaiknya menggunakan pipet untuk menghindari kontak langsung antara larutan asam dengan gigi, jangan mengulum minuman dalam mulut, waktu minum tidak boleh lama dan dianjurkan untuk minum air putih setelah mengkonsumsi minuman asam.3,16

(62)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

(63)

menunjukkan bahwa kekerasan permukaan enamel gigi paling rendah pada kelompok perendaman dalam jus jeruk dibandingkan kelompok perendaman dalam jus apel dan larutan vitamin C yaitu menurun sebesar 58% dari kekerasan awal setelah direndam selama 120 menit.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat pengaruh kandungan kalsium, fosfat dan fluor pada minuman terhadap penurunan kekerasan permukaan gigi.

2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat pengaruh minuman yang bersifat asam terhadap kekerasan permukaan enamel gigi dengan menggunakan saliva buatan agar kondisinya sama seperti di dalam rongga mulut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas M. Perbedaan kadar kalsium dalam saliva sebelum dan sesudah

mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung asam sitrat. JITEKGI, 2006; 3

: 96-9.

2. Prasetyo E.A. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan permukaan

gigi. Dent. J. 2005; 38 : 60-3.

(64)

menunjukkan bahwa kekerasan permukaan enamel gigi paling rendah pada kelompok perendaman dalam jus jeruk dibandingkan kelompok perendaman dalam jus apel dan larutan vitamin C yaitu menurun sebesar 58% dari kekerasan awal setelah direndam selama 120 menit.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat pengaruh kandungan kalsium, fosfat dan fluor pada minuman terhadap penurunan kekerasan permukaan gigi.

2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat pengaruh minuman yang bersifat asam terhadap kekerasan permukaan enamel gigi dengan menggunakan saliva buatan agar kondisinya sama seperti di dalam rongga mulut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas M. Perbedaan kadar kalsium dalam saliva sebelum dan sesudah

mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung asam sitrat. JITEKGI, 2006; 3

: 96-9.

2. Prasetyo E.A. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan permukaan

gigi. Dent. J. 2005; 38 : 60-3.

(65)

4. Dawes C. What is the critical pH and why does a tooth dissolve in acid. J Can Dent Assoc. 2003; 69 : 722-24.

5. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan

pemeliharaan. Medan : USU Press, 2008 : 21-4.

6. Bamise C.T, Kolawole K.A, Oloyede E.O. Tooth erosion: Evaluation of the use of

soft drinks, fresh fruit, fruit juices and medication among university students.

World App Science J. 2009; 12 : 1482-87.

7. Jarvinen V.K, Rytomaa I.I, Heinonen O.P. Risk factor in dental erosion. J Dent Res. 1991; 6 : 942-47.

8. Manohey E.K, Kilpatrick N.M. Dental erosion: Part 1. Aetiology and prevalence

of dental erosion. New Zealand Dent J. 2003; 99 : 33-41.

9. O’Brien M. Children’s dental health in the United Kingdom 1993. Office of Population Censuses and Surveys 1994. Her Majesty’s Stationery Office, London. 10.Millward A, Shaw L, Smith A. Dental erosion in four-year-old children from

differing socioeconomic backgrounds. ASDC J of Paediatr Dent. 1994; 61 :

263-6.

11.Deery C, Wagner ML, Longbottom C, Simon R, Nugent Z. The prevalence of

dental erosion in a United States and a United Kingdom sampel of adolescents.

Pediatric Dent. 2000; 22 : 505-10.

12.Lussi A, Strub M, Zimmerli B, Jaeggi T. Dental erosions: diagnosis, risk factors. GABA. 2006.

13.Yan-Fang R, Amin A, Malmstrom H. Effect of tooth whitening and orange juice

(66)

14.Naidu K.A. Vitamin C in human health and disease is still a mystery, an

overview. Noutrition J. 2003; 2 : 7.

15.Lussi A, Jaeggi T. Dental erosion: chemical factors. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20 : 77-87.

16.Lussi A, Schaffner M, Jaeggi T. Dental erosion-diagnosis and prevention in

children and adults. Int Dent J. 2007; 57 : 385-98.

17.Jensdottir T, Holbrook P, Nauntofte B, Buchwald C, Bardow A. Immediate

erosive potential of cola drinks and orange juices. J Dent Res. 2006; 85 : 226-30.

18.Seow WK, Thong KM. Erosive effect of common beverages on extracted

premolar teeth. Aus Dent J. 2005; 50 : 173-78.

19.Machado C, Lacefield W, Catledge A. Human enamel nanohardness, elastic

modulus and surface integrity after beverage contact. Braz Dent J. 2008; 19.

20.Meurman J.H, Murtomaa H. Effect of effervescent vitamin C preparation on

bovine teeth and on some clinical and salivary parameters in man. Eur J of Oral

Sci. 2007; 94 : 491-99. (Abstrak).

21.Giunta J.L. Dental erosion resulting from chewable vitamin C tablets. JADA. 1993; 107 : 253-56. (Abstrak).

22.Sturdevant C.M, Barton R.E, Sockwell C.L, Strickland W.D. The art and science

of operative dentistry. New Delhi : Mosby. 2001 : 7-18.

23.Berkovitz B.K.B, Holland G.R, Moxham B.J. Oral anatomy, histology and

(67)

24.Rahardjo T.B.W. Kelarutan email gigi dalam larutan buffer asetat pH 4 dengan

dasar air PDAM Palembang serta kuah pempek: suatu studi laboratorik dengan

pendekatan kimiawi dan mikroskopik elektron. Jakarta : ECG, 1993 : 1-8.

25.Fathilah A.R, Rahim Z.H.A. The effect of beverages on the release of calcium

from the enamel surface. Annal Dent Univ Malaya. 2008; 15 : 1-4.

26.Lussi A. Erosive tooth wear – A multifactorial condition of growing concern and

increasing knowledge. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 1-8.

27.Magalhaes A.C, Wiegand A, Rios D, Honorio H.M, Buzalaf M.A.R. Insights into

preventive measures for dental erosion. J App Oral Sci. 2009; 17(2) : 75-86.

28.Rosmiati H, Wardhini B.P. Vitamin dan mineral. Dalam Buku : Sulistia G, eds.

Farmakologi dan terapi. Jakarta : Gaya Baru, 2005 : 714-37.

29.Reichstein T, King C.G, Gyorgyi A.S, Pauling L.C. Vitamin C. DSM.

30.Hathcock J.N. Vitamin and mineral safety 2nd edition: Vitamin C. CRN. 2004.

31.Bamise CT, Kolawol KA, Oloyede EO. The determinants and control of soft

drinks-incited dental erosion. Rev Clin Pesq Odontol. 2009; 5 : 141-54.

32.Anonymous. www.wtw.com/downloads/manuals/ba75441e01_pH-Cond_720.pdf. ( 30 Juli 2010).

33.Manappallil J.J. Basic dental materials. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. 1998 : 17-9.

34.Maria del Pilar G.S, Jorge R.G. Microhardness and chemical composition of

human tooth. Material Res. 2003; 6 : 367-73.

35.Briliana R.P. Efek pH minuman teh botol, kopi dan bir terhadap kekerasan

(68)

36.Avner S.H. Introduction to physical metallurgy. United State of America: McGram-Hill 1974 : 31-5.

37.Sri A. Seluk-beluk statistic inferensial : Rancangan sampel. Dalam Buku : Arjatmo T, eds. Dasar-dasar metodologi riset ilmu kedokteran. Jakarta: Adiguna Offset. 1981 : 331.

38.Hanafiah K.A. Rancangan percobaan aplikatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2005 : 11-12.

Lampiran 1.

(69)
(70)

1. Hasil pengukuran pH minuman media perendaman

2. Hasil pengukuran kekerasan permukaan enamel gigi.

Jus jeruk

10 338,0879 196,1161 187,8413 142,4526

Rata-rata VN 344,66408 204,32718 180,74813 145,42819

Jus apel

10 363,7102 277,9423 199,3443 161,1728

Rata-rata VN 343,32307 265,43796 193,56027 154,44222

(71)

2 338,0879 276,0154 239,4292 183,0333

3 345,4231 249,7298 207,1478 170,2847

4 343,0501 240,8116 210,6533 174,7034

5 358,2949 267,4864 224,3508 183,9568

6 330,9839 276,0155 246,6428 192,9657

7 328,7579 224,3508 211,9371 187,8413

8 343,0501 255,8899 233,6844 177,4157

9 366,3012 269,1193 232,3628 176,4320

10 348,1222 265,6671 225,6046 178,2969

Rata-rata VN 341,53416 254,43737 223,11571 179,43918

(72)

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK Lower Bound Upper Bound

(73)

Multiple Comparisons

pH minuman

LSD

(I) jenis

minuman

(J) jenis

minuman

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Jus jeruk Jus apel -,09333* ,01700 .002 -,1349 -,0517

Larutan vit C -,60333* ,01700 .000 -,6449 -,5617

Jus apel Jus jeruk ,09333* ,01700 .002 ,0517 ,1349

Larutan vit C -,51000* ,01700 .000 -,5516 -,4684

Larutan vit C Jus jeruk ,60333* ,01700 .000 ,5617 ,6449

Jus apel ,51000* ,01700 .000 ,4684 ,5516

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Means Plots

Oneway (jus jeruk)

(74)

Hardness (VHN)

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

0 menit 10 344,664080 8,2302863 2,6026450 338,776488 350,551672 330,9839 355,7882

60 menit 10 204,327180 18,4105328 5,8219217 191,157078 217,497282 183,9568 231,0523

90 menit 10 180,748130 9,2107105 2,9126824 174,159185 187,337075 171,2173 197,1405

120 menit 10 145,428190 7,6399293 2,4159578 139,962914 150,893466 137,3057 162,0315

Total 40 218,791895 77,4224147 12,2415586 194,031006 243,552784 137,3057 355,7882

Test of Homogeneity of Variances

Hardness (VHN)

Levene Statistic df1 df2 Sig.

6.299 3 36 .002

ANOVA

Hardness (VHN)

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 228825.962 3 76275.321 554.840 .000

Within Groups 4949.019 36 137.473

Total 233774.981 39

(75)

Multiple Comparisons

Lower Bound Upper Bound

0 menit 60 menit 140,3369000* 5,2435248 .000 129,702539 150,971261

90 menit 163,9159500* 5,2435248 .000 153,281589 174,550311

120 menit 199,2358900* 5,2435248 .000 188,601529 209,870251

60 menit 0 menit -140,3369000* 5,2435248 .000 -150,971261 -129,702539

90 menit 23,5790500* 5,2435248 .000 12,944689 34,213411

120 menit 58,8989900* 5,2435248 .000 48,264629 69,533351

90 menit 0 menit -163,9159500* 5,2435248 .000 -174,550311 -153,281589

60 menit -23,5790500* 5,2435248 .000 -34,213411 -12,944689

120 menit 35,3199400* 5,2435248 .000 24,685579 45,954301

120 menit 0 menit -199,2358900* 5,2435248 .000 -209,870251 -188,601529

60 menit -58,8989900* 5,2435248 .000 -69,533351 -48,264629

90 menit -35,3199400* 5,2435248 .000 -45,954301 -24,685579

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

(76)

Oneway (jus apel)

Descriptives

Hardness (VHN)

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

0 menit 10 343,323070 11,1743512 3,5336401 335,329421 351,316719 326,5542 363,7102

60 menit 10 265,437960 8,7646107 2,7716133 259,168135 271,707785 255,8899 277,9423

90 menit 10 193,560270 7,4695369 2,3620750 188,216885 198,903655 183,9568 207,1478

120 menit 10 154,442220 6,9015974 2,1824767 149,505115 159,379325 141,7446 162,8005

Total 40 239,190880 73,5047698 11,6221246 215,682914 262,698846 141,7446 363,7102

Test of Homogeneity of Variances

Hardness (VHN)

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(77)

Hardness (VHN)

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 207969.101 3 69323.034 908.825 .000

Within Groups 2745.995 36 76.278

Lower Bound Upper Bound

0 menit 60 menit 77,8851100* 3,9058325 .000 69,963715 85,806505

90 menit 149,7628000* 3,9058325 .000 141,841405 157,684195

120 menit 188,8808500* 3,9058325 .000 180,959455 196,802245

60 menit 0 menit -77,8851100* 3,9058325 .000 -85,806505 -69,963715

90 menit 71,8776900* 3,9058325 .000 63,956295 79,799085

120 menit 110,9957400* 3,9058325 .000 103,074345 118,917135

90 menit 0 menit -149,7628000* 3,9058325 .000 -157,684195 -141,841405

60 menit -71,8776900* 3,9058325 .000 -79,799085 -63,956295

120 menit 39,1180500* 3,9058325 .000 31,196655 47,039445

120 menit 0 menit -188,8808500* 3,9058325 .000 -196,802245 -180,959455

60 menit -110,9957400* 3,9058325 .000 -118,917135 -103,074345

90 menit -39,1180500* 3,9058325 .000 -47,039445 -31,196655

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Gambar

Gambar
Gambar 1. Enamel Rod22
Gambar 2. Demineralisasi Enamel Gigi26
Gambar 3. Rumus Kimia Asam Askorbat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perubahan pada mikrostruktur permukaan enamel gigi berupa bentuk prisma enamel dan interprisma enamel serta kekasaranpermukaan enamel gigi dengan pengaplikasian pasta

Hasil data kekerasan permukaan enamel pada masing-masing kelompok perlakuan baik sebelum perlakuan, setelah perendaman dalam larutan demineralisasi dan setelah

kekerasan gigi permanen setelah perendaman dalam larutan asam cuka 5% lebih. rendah dibandingkan kelompok kontrol dengan selisih nilai rata-rata

Pada penelitian ini, seluruh sampel setelah direndam dengan jus jeruk kemasan mengalami penurunan kekerasan enamel, sedangkan keempat kelompok A1, A2, A3, dan A4 dimana gigi

Perbedaan pada Mikrostruktur Permukaan Enamel Gigi Berupa Bentuk Prisma Enamel dan Interprisma Enamel serta Kekasaran Permukaan Enamel Gigi Tanpa Pengaplikasian Pasta CPP–ACP

Apakah ada perbedaan pengaruh agen yang mengandung Fluor dengan CPP-ACP dalam meningkatkan kekerasan permukaan enamel

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kekerasan permukaan email gigi permanen manusia sebelum dan setelah perendaman dalam ekstrak kulit pisang

Perbedaan pada Mikrostruktur Permukaan Enamel Gigi Berupa Bentuk Prisma Enamel dan Interprisma Enamel serta Kekasaran Permukaan Enamel Gigi Tanpa Pengaplikasian Pasta CPP–ACP