1
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero)
LANGSA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
NUR AQMARINA NIM : 110200366
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero)
LANGSA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
NUR AQMARINA NIM : 110200366
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum NIP. 196603031985081001
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Hasim Purba, SH. M.HumHj. Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001 NIP. 196801281994032001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.Shalawat serta
salam kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya.Adapun judul skripsi ini
adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Pada PT. Perkebunan Nusantara I
(Persero) Langsa.”
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam proses
penyusunan dan penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat di selesaikan
dengan baik.
Untuk itu, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Dr. OK Saidin, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen
Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan serta arahan-arahan kepada penulis di dalam proses penulisan
6. Ibu Hj. Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II
yang juga telah banyak meluangkan waktunya di dalam memberikan
bimbingan dan arahan-arahan di dalam proses penulisan skripsi ini.
7. Makdin Munthe SH, M.Hum, selaku Dosen Penasehat Akademik penulis.
8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis
selama berada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini serta seluruh
pegawai administrasi yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan.
9. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarmya dan juga penghargaan yang
sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis tercinta,
Ayahanda Drs.H. Wagiran Susanto, MM dan Almarhumah Ibunda Hj. Sri Dariati
yang telah membesarkan, mendidik, membimbing serta memberikan kasih
sayang yang tak terhingga nilainya serta juga selalu memberikan motivasi
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
“Ma ... ini semua untuk mama, semoga mama tenang disana, adek sayang mama.
I Love you so much.
10.Ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada abang,
kakak, dan adik penulis tersayang Hakim Susanto, SE, Nurul Fatimah, SE,
Husnul Susanto, S.Hut, Hadhratin Agusti Susanto yang telah menjadi motivator
dan memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11.Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada
H. Ramadhan Ismail, SH, MBA., selaku Direktur SDM dan Umum
PT. Perkebunan Nusantara I Langsa.
12.Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada
Ir. Isfan Hidayat selaku Kepala Bagian Umum PT. Perkebunan Nusantara I
Langsa yang telah meluangkan waktunya pada penulis dalam proses
13.Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman spesial penulis Alif Fadillah
Oemry, SH yang telah banyak memberikan dukungan serta motivasi kepada
penulis.
14.Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para sahabat seperjuangan stambuk
2011 Grup A FH USU penulis Mila Lailyana, Kathy Carissa, Ika Khairunnisa,
Syahnaz Miyagi, Cyndi Fransisca, Fikri Rizki, Merico Sitorus, M. Fauzan,
Harits Ketaren, Calvin Benyamin, Michael Benhard, Sarah Diva, Yegar Sahaduta,
Reni Anggraini, Yogi Ar-Chaniago, Junanda Wahid, Pratiwi Habibi.
15.Dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
namanya satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
kritik, dan saran serta sumbangan pemikiran yang bersifat membangun, agar bisa
lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.
Besar harapan penulis bahwa skripsi ini nantinya dapat bermanfaadan
dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala dan
pengetahuan kita semua.
Medan, 2 Oktober 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
ABSTRAK ... vi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan ... 6
C. Tujuan Penulisan ... 7
D. Manfaat Penulisan ... 7
E. Keaslian Penulisan ... 8
F. Metode Penelitian ... 8
G. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) ... 13
A. Sejarah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) ... 13
B. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ... 19
C. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR) ... 28
BAB III : TINJAUAN UMUM MENGENAI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA I LANGSA SEBAGAI BUMN DALAM MELAKSANAKAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) ... 46
A. Deskripsi Tentang PT. Perkebunan Nusantara I Langsa ... 46
B. Peranan PT. Perkebunan Nusantara I Langsa dalam Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) ... 54
C. Manfaat Penerapan Corporate Social Responsibility(CSR) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa ... 58
BAB IV : PENERAPAN PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I LANGSA ... 64
A. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa ... 64
B. Manfaat Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa ... 72
C. Hambatan Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa ... 76
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 84
ABSTRAK
Nur Aqmarina* Hasim Purba** Puspa Melati Hasibuan***
PT. Perkebunan Nusantara I Langsa merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang sektor perkebunan yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dan merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional selain usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan tugasnya, perusahaan tidak hanya dituntut kemampuannya untuk mencari keuntungan saja, tetapi juga memiliki suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).Secara khusus Pasal 88 UU. BUMN juga mengatur bahwa BUMN memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan bimbingan dan bantuan secara aktif kepada karyawan, pengusaha golongan lemah, koperasi, masyarakat, dan juga dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini yaitu bagaimana prosedur pelaksanaan CSR pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, apa manfaat pelaksanaan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, dan apa yang menjadi hambatan dari pelaksanaan CSR pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa.
Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode penelitian hukum normative yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan dengan melakukan survey kelapangan untuk mendapat informasi yang dapat mendukung teori yang sudah ada. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian data sekunder (secondary data), yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang mencakup berbagai buku, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan kepustakaan lain serta didukung oleh data yang diperoleh dari studi lapangan di PT. Perkebunan Nusantara I Langsa.
Pelaksanaan CSR pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa dilakukan melalui beberapa bidang yang menjadi fokus kegiatan CSR, yaitu bantuan bencana alam, pendidikan dan/atau pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan prasarana dan sarana dan/atau sarana umum, sarana ibadah, pelestarian alam, BUMN Peduli, Peumakmu Gampong, Sinergi BUMN Pembina PKBL. Konsep pelaksanaan CSR pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dilaksanakan berdasarkan kebijakan perusahaan dan disesuaikan dengan tersedianya danauntuk melaksanakan program-progam yang menjadi fokus kegiatan CSR. Dalam pelaksanaan CSR, PT. Perkebunan Nusantara I Langsa masih mendapat kendala, yaitu kurangnya kesadaran sebgaian mitra binaan didalam melaksanakan pembayaran kewajiban angsurannya, adanya sebagian mitra binaan yang mengalami force mager dalam menjalankan usahanya, situasi dan kondisi keamanan di daerah yang baru pulih serta sebagian besar mitra binaan baru memulai usahanya sehingga memerlukan dana yang cukup untuk pengelolaan usahanya, lemahnya kemampuan dan manajerial UKM untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing di luar pesanan lokal.
Kata Kunci: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Masyarakat
*
Mahasiswi Departemen Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
ABSTRAK
Nur Aqmarina* Hasim Purba** Puspa Melati Hasibuan***
PT. Perkebunan Nusantara I Langsa merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang sektor perkebunan yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dan merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional selain usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan tugasnya, perusahaan tidak hanya dituntut kemampuannya untuk mencari keuntungan saja, tetapi juga memiliki suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).Secara khusus Pasal 88 UU. BUMN juga mengatur bahwa BUMN memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan bimbingan dan bantuan secara aktif kepada karyawan, pengusaha golongan lemah, koperasi, masyarakat, dan juga dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini yaitu bagaimana prosedur pelaksanaan CSR pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, apa manfaat pelaksanaan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, dan apa yang menjadi hambatan dari pelaksanaan CSR pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa.
Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode penelitian hukum normative yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan dengan melakukan survey kelapangan untuk mendapat informasi yang dapat mendukung teori yang sudah ada. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian data sekunder (secondary data), yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang mencakup berbagai buku, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan kepustakaan lain serta didukung oleh data yang diperoleh dari studi lapangan di PT. Perkebunan Nusantara I Langsa.
Pelaksanaan CSR pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa dilakukan melalui beberapa bidang yang menjadi fokus kegiatan CSR, yaitu bantuan bencana alam, pendidikan dan/atau pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan prasarana dan sarana dan/atau sarana umum, sarana ibadah, pelestarian alam, BUMN Peduli, Peumakmu Gampong, Sinergi BUMN Pembina PKBL. Konsep pelaksanaan CSR pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dilaksanakan berdasarkan kebijakan perusahaan dan disesuaikan dengan tersedianya danauntuk melaksanakan program-progam yang menjadi fokus kegiatan CSR. Dalam pelaksanaan CSR, PT. Perkebunan Nusantara I Langsa masih mendapat kendala, yaitu kurangnya kesadaran sebgaian mitra binaan didalam melaksanakan pembayaran kewajiban angsurannya, adanya sebagian mitra binaan yang mengalami force mager dalam menjalankan usahanya, situasi dan kondisi keamanan di daerah yang baru pulih serta sebagian besar mitra binaan baru memulai usahanya sehingga memerlukan dana yang cukup untuk pengelolaan usahanya, lemahnya kemampuan dan manajerial UKM untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing di luar pesanan lokal.
Kata Kunci: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Masyarakat
*
Mahasiswi Departemen Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD RI 1945, maka perlu dilaksanakan pembangunan ekonomi
nasional yang berkelanjutan dengan berlandaskan demokrasi ekonomi.Salah satu
tujuan dari pembangunan ekonomi nasional adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi secara menyeluruh.Pembangunan ekonomi terutama berarti mengolah
kekuatan ekonomi potensil menjadi kekuatan ekonomi rill melalui kerjasama investasi, penggunaan teknologi, penambahan kemampuan berorganisasi dan
manajemen. Dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi, serta mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing
perlu tata kelola perusahaan yang baik serta sistem tanggung jawab perusahaan
terhadap masyarakat sekitar tempat dimana perusahaan tersebut
berada. 1
Meskipun pembangunan ekonomi berhasil, suatu saat para ekonomi atau
siapa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan pembangunan bidang
ekonomiakanbertanya kepada ahli hukum, bahwa para ekonomi butuh kepastian
hukum, butuh dasar hukum yang melandasi berbagai kebijakan pembangunan
bidang ekonomi.Bahwa berkembangnya berbagai perusahaan didasarkan kepada
konsep ekonomi.2
Banyak anggota masyarakat ataupun pemerintah yang mendirikan perusahaan hanya mengejar target mencari keuntungan, aspek-aspek lain yang sebenarnya sangat vital bagi perusahaan terkadang diabaikan, misalnya hak-hak karyawan perusahaan, upah karyawan yang murah dijadikan alasan untuk mendirikan perusahaan, sumber daya alam yang melimpah diolah tanpa memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Dengan mengabaikan berbagai aspek tersebut perusahaan bisa meraih keuntungan yang maksimal, artinya tanggung jawab ekonomi dari perusahaan dapat dikatakan berhasil, namun akan tetapi sebenarnya tanggung jawab perusahaan tidak hanya berupa tanggung jawab ekonomi saja tapi juga mempunyai tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) yang berkaitan dengan segala aspek yang menunjang berhasilnya perusahaan.3
Tanggung jawab perusahaan tidak hanya sampai disini, tapi perusahaan
harus bertanggung jawab terhadap barang-barangnya pasca produksi, begitu juga
terhadap kesejahteraan karyawan perusahaan, lingkungan dimana perusahaan
berada.Dalam hal ini perusahaan tidak hanya dituntut kemampuannya dalam
mencari keuntungan saja, tetapi perusahaan juga memiliki tanggung jawab
memberikan bimbingan dan bantuan secara aktif kepada karyawan, pengusaha
golongan lemah, koperasi, masyarakat dan juga dalam hal pelestarian lingkungan
hidup.Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan/Corporate Social Responsibility
(CSR) ini harus dilakukan oleh semua sektor dalam BUMN termasuk juga sektor
perkebunan yang mana sektor ini adalah salah satu sektor penting untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Peraturan yang mengatur tentang CSR bagi BUMN tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU
2
Sri Urip, Strategi CSR (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk Peningkatan Daya Saing Perusahaan di Pasar Negara Berkembang), Tanggerang: Lentera Hati, 2013, hal. 15
3
BUMN).Disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya
untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat
sekitar BUMN (Pasal 88 ayat (1)).Oleh karena itu, semua sektor harus
melaksanakannya, termasuk juga sektor perkebunan.
Perubahan-perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat yang kemudian
di Indonesia memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan
apa yang kita kenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Pemahaman itu memberikan garis tuntunan bahwa suatu perusahaan bukan lagi sebagai entitas
yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja sehingga ter-alienasi atau
mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di tempat mereka bekerja,
melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan
lingkungan sosialnya.CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan
membangun hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar perusahaan
tersebut.4
4
Ibid, hal 55.
Secara teoretik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral
suatu perusahaan terhadap para strategic-stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya.CSR memandang
perusahaan sebagai agen moral.Dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah
perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas.Karena itu, CSR dapat diartikan
sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak
operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terus-menerus
menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan
merupakan satu kesatuan, yaitu: ekonomis, hukum, etis, dan filantropis. Tanggung
jawab ekonomis berarti perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai pondasi
untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya.Namun dalam tujuan
mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab secara hukum
dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku.Secara etis perusahaan juga
bertanggungjawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai
dengan nilai-nilai, etika, dan norma-norma kemasyarakatan.Tanggung jawab
filantropis berarti perusahaan harus memberikan kontribusi bagi peningkatan
kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya. Melaksanakan CSR
(Corporate Social Responsibility) secara konsisten dalam jangka panjang akanmenumbuhkan rasa keberterimakasihan masyarakat terhadap kehadiran
perusahaan.Kondisi seperti itulah yang pada gilirannya dapat memberikan
keuntungan ekonomi-bisnis kepada perusahaan yang bersangkutan.Dengan
pemahaman seperti itu, dapat dikatakan bahwa, CSR adalah prasyarat perusahaan
untuk bisa meraih legitimasi sosiologis kultural yang kuat dari masyarakatnya.
Banyak perusahaan berusaha untuk mendekati masyarakat, berbagai bantuan
dan pelatihan dilakukan.Kegiatan ini merupakan bagian dari tanggung jawab
sosial perusahaan. Aktivitas membantu masyarakat atau komunitas lokal yang
dilakukan perusahaan pada dasarnya dapat dikategorisasikan menjadi:5
a. Merupakan aktivitas persaingan dengan perusahaan lain untuk menjaga
pelanggan dari produk yang diciptakan
b. Karena adanya desakan dari kondisi masyarakat untuk mencegah konflik
5
c. Memang suatu kebutuhan dari perusahaan terhadap masyarakat disekitar
perusahaan agar masyarakat sekitar menerima kehadiran perusahaan
d. Karena suatu kewajiban yang dibebankan karena ada aturan dari pemerintah,
dan
e. Untuk menciptakan image yang baik.
Pada pihak lain, masyarakat pun mulai sudah sadar akan adanya tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya atau dana CSR dari
perusahaan untuk masyarakat yang harus dikeluarkan. Pengetahuan dari
masyarakat tentang dana CSR sering menjadi sebuah “senjata” bagi masyarakat
untuk mengeruk keuntungan dari perusahaan dengan dalih pencemaran. Adanya
perekrutan tenaga kerja yang tidak mengutamakan masyarakat lokal untuk tenaga
kerja dan bahkan memunculkan kekerasan (konflik) antara masyarakat dan
perusahaan yang berakibat pada kerugian kedua belah pihak.Pemahaman
tanggung jawab sosial perusahaan yang berupa danaini seakan menjadi wacana
yang harus dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendapatkan keuntungan, dan
tidak melihat besar kecilnya perusahaan asalkan masyarakat dapat keuntungan.
Perusahaan yang mengalami ini pada umumnya perusahaan dalam skala besar.
Pada dasarnya perusahaan dan masyarakat adalah stakeholder yang saling membutuhkan dan mempengaruhi satu dengan lainnya.Hubungan keduanya harus
bersifat saling percaya sebagai satu kesatuan modal sosial, sebagai satu kesatuan
adalah komitmen bisnis untuk berperilaku etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas
hidup karyawan dan keluarganya, serta masyarakat lokal dan masyarakat pada
umumnya.Dari sini dipahami bahwa CSR dapat terlaksana ketika perusahaan
beroperasi secara etis, sesuai dengan etika bisnis yang melekat dalam perusahaan
yang tidak melulu mengejar keuntungan secara finansial.6
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengangkat judul
skripsi “Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility
Pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa”.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian-uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa?
2. Apa manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT. Perkebunan
Nusantara I Langsa?
3. Apa hambatan dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini bermaksud untuk mengetahui dan mendapatkan
gambaran secara jelas tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prosedur dan pelaksanaan Corporate Social Responsibility
(CSR) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa.
2. Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility
(CSR) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT.
Perkebunan Nusantara I Langsa.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Perkebunan Nusantara 1 Langsa.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat di dalam penulisan skripsi ini antara lain:
1. Dari segi teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
perkembangan ilmu hukum pada umumnya,serta untuk mengetahui secara
konkrit sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Perkebunan Nusantara I sebagai BUMN dalam sektor perkebunan.
2. Dari segi praktis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, masyarakat,
pembuat kebijakan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan bidang ilmu
hukum khususnya dalam pelaksanaan CSR pada perusahaan BUMN
E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa”, judul skripsi ini telah melalui tahap pemeriksaan yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara Cabang Fakultas Hukum USU/Pusat Dokumentasi dan Informasi
Fakultas Hukum USU pada tanggal 8 Juli 2014.Kalaupun terdapat judul yang
hampir sama dengan judul ini, akan tetapi substansi pembahasannya berbeda. Dan
skripsi ini juga merupakan hasil karya penelitian sendiri sehingga secara substansi
dapat dipertanggung jawabkan.
Pengambilan/pengutipan karya orang lain dilakukan dengan menyebutkan
sumbernya seperti yang tercantum dalam Daftar Kepustakaan.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsahannya, suatu
penelitian harus menggunakan suatu metode yang tepat dengan tujuan yang
hendak dicapai sebelumnya.Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman
tentang cara-cara seseorang mempelajari, menganalisa, dan memahami
lingkungan-lingkungan yang dihadapinya.
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya, serta
dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk
kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang
Berdasarkan uraian di atas, penulisan skripsi ini menggunakan metode
penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian di dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yuridis
normatif yang didukung dengan studi lapangan.Penelitian yuridis normatif
adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
atau data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan hukum tersebut disusun
secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya
dengan masalah yang diteliti.
2. Sifat Penelitian
Penelitian di dalam skripsi ini bersifat deskriptif, yang menyajikan,
menggambarkan dan memaparkan mengenai gejala-gejala dan fakta-fakta yang
terjadi di masyarakat.
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder
(secondarydata), yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang mencakup berbagai buku, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan
kepustakaan lain serta internet yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti serta didukung oleh data yang diperoleh dari studi lapangan di
Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, yang
terdiri dari kaedah dasar
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti: buku-buku hasil
karangan ilmiah dari kalangan-kalangan hukum, doktrin atau pendapat
para sarjana serta hal-hal yang berkaitan dengan pokok bahasan skripsi ini.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk ataupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti: kamus hukum,dan sebagainya.
4. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam mengkaji permasalahan skripsi
ini adalah melalui studi kepustakaan atau studi dokumen, yaitu suatu alat
pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis, serta didukung dengan
data yang diperoleh melalui studi lapangan yaitu dengan cara melakukan
penelitian pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa melalui pengamatan dan
wawancara oleh Bapak Ir. Isfan Hidayat selaku Kepala Bagian UmumPT.
Perkebunan Nusantara I Langsa. Adapun penelitian kepustakaan dilakukan
dengan mengkaji bahan pustaka atau studi dokumen dengan cara mengunjungi
perpustakaan, membaca, dan mempelajari buku-buku, peraturan
perundang-undangan, mengakses internet untuk mengumpulkan data dan sebagai
5. Analisis Data
Dalam suatu penelitian analisis data merupakan suatu tahap yang sangat
penting, dalam penelitian ini digunakan analisis kualitatif.Kemudian data yang
diperoleh disusun secara sistematis sehingga didapat gambaran yang
komprehensif.Selanjutnya ditarik satu kesimpulan yang dituangkan dalam
bentuk tulisan yang berasal dari studi kepustakaan dan didukung dengan studi
lapangan sehingga diperoleh penelitian yang bersifat deskriptif.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam skripsi ini merupakan suatu rangkaian yang saling
berkaitan satu sama lainnya untuk dapat memudahkan dalam penyelesaiannya
sehingga merupakan satu kesatuan yang sistematis. Adapun sistematika penulisannya
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan menjelaskan secara singkat tentang latar
belakang,permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Dalam babini diuraikan tentang sejarah perkembangan CSR,
pengertian CSR, ruang lingkup CSR, serta pengaturan hukum mengenai
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA
ILANGSA SEBAGAI BUMN DALAM MELAKSANAKAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Dalam bab ini dibahas hal-hal yang menguatkan topik permasalahan
dalam skripsi ini yaitu Deskripsi PT. Perkebunan Nusantara I Langsa,
PerananPT. Perkebunan Nusantara I Langsa dalam Pelaksanaan
Corporate Social Responsibility (CSR), Manfaat Penerapan Corporate Social Responsibility(CSR) pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa. BAB IV : PENERAPAN PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Bab ini menyajikan data yang diperoleh melalui hasil penelitian/studi
lapangan yang berisikan tentang latar belakang pelaksanaan CSR pada
PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, prosedur pelaksanaan CSR pada
PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, manfaat penerapan CSR melalui
PKBL pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, serta hambatan
pelaksanaan CSR pada PT. Perkebunan Nusantara I Langsa.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran sesuai dengan topik
penelitian yang dikaji dalam skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR)
A. Sejarah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab sosial perusahaan dalam teori ekonomik klasik, sebuah
perusahaan bertindak secara bertanggung jawab sosial jika perusahaan itu
menggunakan sumber-sumber daya seefisien mungkin untuk menghasilkan barang
dan jasa yang diinginkan oleh masyarakat pada harga yang para konsumen
bersedia membayar.Tujuan satu-satunya perusahaan ialah memaksimumkan profit
sambil bertindak sesuai dengan undang-undang. Jika hal ini dilakukan, menurut
para ekonom klasik, perusahaan telah melaksanakan tanggung jawab sosial
utamanya.Akan tetapi, pendapat yang berasal dari buku Adam Smith, The Wealth of Nations, ini tidak pernah diikuti tanpa syarat.Dunia usaha dan orang-orang bisnis telah melakukan modifikasi kepada prinsip pemaksimuman profit yang kaku itu untuk memberi perhatian kepada keprihatinan sosial.7
Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) atau yang lebih dikenal dengan sebutan CSR, menjadi sebuah topik diskusi yang
menarik perhatian dunia usaha bisnis di Eropa dan Amerika Serikat sejak
lebihkurang satu abad yang lalu. Pada awalnya khusus mengenai CSR mengarah
pada suatu kondisi dilematis antara stakeholdersyang dihasilkan perusahaan dan upaya memaksimalkan kepentingan publik. Dengan kata lain, keterlibatan
7
perusahaan dalam sebuah tanggung jawab sosial selalu meningkatkan konflik
tentang fungsi direksi yang harus mengabdi pada kepentingan yang terbaik bagi
perusahaan atau menjadikan perusahaan sebagai warga negara yang baik (good corporate citizen).
CSR yang kini marak diimplementasikan banyak perusahaan, berkembang
setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan memandang bahwa
sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan
kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produk dan pembayaran pajak
kepada negara.Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar
menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya,
melainkan juga menuntut untuk bertanggungjawab secara sosial.Karena, selain
terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat
disekitarnya, kegiatan operasional perusahaan umumnya juga memberikan
dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan di
sekitar operasional perusahaan.Itulah yang kemudian melatarbelakangi munculnya
konsep CSR yang paling primitif serta kedermawanan yang bersifat karitatif.8
Gema CSR semakin terasa pada Tahun 1960-an saat dimana secara global,
masyarakat dunia telah pulih dari Perang Dunia II, dan mulai menapaki jalan
menuju kesejahteraan. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan
keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas
dari berbagai kalangan.Persoalan ini telah mendorong berkembangnya beragam
8
aktivitas yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan
dengan mendorong berkembangnya sektor produktif dari masyarakat.
Gema CSR pada dekade itu juga diramaikan oleh terbitnya buku
“Silent Spring (1962)”. Rachel Louise Carson (May 27, 1907-April 14, 1964) adalah seorang marine biologist dan nature writer asal Amerika Serikat, bukunya menceritakan masalah penggunaan obat pemberantas hama yang tidak terkontrol
sehingga berdampak matinya dimana pengertian judulnya mencerminkan tidak
ada lagi kicauan burung-burung di musim semi karena burung-burungnya mati
akibat obat pembunuh hama. Judul tersebut merupakan inspirasi dari syair by
John Keats.
Prinsip duty to Act bonafide in the interest of the company yang dikenal luas dalam hukum perseroan menuntut seorang direksi agar mengelola perseroan
untuk kepentingan dan keuntungan perseroan.Tentunya tujuan akhirnya adalah
optimalisasi nilai (value) bagi para pemegang saham. Disisi lain, perseroan sebagai sebuah legal entity (subjek hukum) yang memiliki legal personality
ditengah-tengah masyarakat memiliki kewajiban terhadap subjek hukum lainnya
atau anggota dalam pergaulan masyarakat secara umum.9
9
Soerjono, Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Sensi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 41.
Tuntutan ini merupakan
wujud dari kewajiban perseroan sebagai salah satu subjek yang eksistensinya
dipengaruhi oleh interaksi yang baik dengan subjek lainnya ditengah pergaulan
masyarakat.Sebelum merambah ke masyarakat yang lebih luas, semestinya CSR
dilakukan untuk lingkungan terdekat, yaitu masyarakatnya sendiri atau
karyawan pun ikut menyalurkan kepedulian sosial terhadap lingkungannya, seperti
yang dilakukan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
CSR yang kini marak diimplementasikan banyak perusahaan mengalami
evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup panjang.Konsep ini
tidak lahir begitu saja.Ada beberapa tahapan sebelum gemanya lebih terasa pada
saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan
masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari untung
belaka.Mereka memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup
diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada negara.Seiring
dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya karena, selain terdapat
ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya,
kegiatan operasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif,
misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan disekitar operasi
perusahaan.10
Perkembangan CSR semakin menguat seiring munculnya globalisasi
ekonomi global sejak berakhirnya Perang Dunia II yang mendorong timbulnya
transisi sistem ekonomi yang akandialami oleh suatu negara dari perencanaan
negara menuju sistem pasar. Transisi ekonomi kearah sistem ekonomi pasar
tentunya akan memunculkan berbagai resiko, baik sosial maupun ekonomi,
10
misalnya kekhawatiran punahnya kultur dan ekonomi global, kerusakan
lingkungan, eksploitasi pekerja anak, pelanggaran hak buruh, beban hutang
negara, imperialisme gaya baru perusahaan multinasional.
Pada awal abad ke-20 muncul pemikiran tentang korporasi yang lebih
manusiawi.Lester Thurow mengatakan bahwa hal tersebut bertolak dari
pergeseranmainstream tentang kapitalisme pada saat itu. Menurutnya, kapitalisme saat itu tidak hanya berkutat pada masalah ekonomi, namun juga memasukkan
unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis apa yang disebut dengan
suistainablesociety.11
Masalah degradasi daya dukung lingkungan kemudian menjadi kekuatan
internasional baru untuk menekan dunia usaha tentang pentingnya CSR yang
berdimensi lingkungan.Pada kurun waktu 1970-anClub of Rome, mempublikasikan pemikiran mereka dalam “The Limits to Growth”, karya ini mengingatkan masyarakat dunia bahwa bumi memiliki keterbatasan daya
dukung,sementara disisilain jumlah manusia terus bertambah.Oleh sebab itu,
eksploitasi sumber daya alam harus dilakukan secara lebih hati-hati agar
pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan.Sejalan dengan itu,
berkembang wacana tentang kepedulian lingkungan, kegiatan kedermawanan terus
berkembang dalam kemasanphilanthropy serta community development.12
Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam
pendekatan seperti pendekatan integral,pendekatan stakeholder maupun pendekatancivil society. CSR kembali menarik perhatian dunia pada saat
11
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, (Surabaya: Ashaf Media Garfika), hal. 3.
12
diselenggarakan KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de janeiro, Brazil. Pentingnya CSR terkait dengan peran strategis dari perusahaan dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development)yang berbasis pada keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.13
Pertemuan ini menghendaki agar eksploitasi ekonomi dalam aktifitas-aktifitas
perusahaan tetap memperhatikan keseimbangan dan daya dukung lingkungan
hidup.Perusahaan semestinya melakukan upaya-upaya untuk menyeimbangkan
peran-peran ekonominya dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh aktifitas
ekonomi tersebut baik terhadap manusia maupun lingkungan hidup di
sekitarnya.CSR dalam konteks ini tidak saja penting bagi masyarakat sekitar,
tetapi juga menyangkut keberlanjutan perusahaan dalam jangka panjang.Namun
demikian, KTT Rio tidak sampai pada sebuah konvensi politik yang menyarankan
negara-negarauntuk mengatur kewajiban CSR dalam peraturan perundang-undangan
nasionalnya.14
Terobosan besar konteks CSR ini dilakukan oleh John Elkington melalui
konsep “3P” (profit, people, planet) atau disebut juga TBL (The Triple Bottom Line),Economic, Social, Environmental, yang dituangkan dalam bukunya “Cannibals with Forks, The triple Bottom Line Twentieth Century Business“yang direlease pada tahun 1997. Ia berpendapat bahwa jika perusahaan ingin suistain,
maka ia perlu memperhatikan 3P yakni, bukan Cuma profit yang diburu, namun
13
Bambang Rudito dan Melia Femiola, Op.cit, hal. 234.
14
juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).15
B. Pengertian Corporate Social Responsibility(CSR)
Jika berbicara tentang CSR kita langsung berfikir tentang perilaku
korporasi.Padahal jika ditelaah lebih jauh, pemerintah pun tidak dianjurkan untuk
menjalankan aktivitas CSR, dengan beberapa penyesuaian tentunya.Hal ini
berkaitan dengan posisi pemerintah sebagai konsumen terbesar bagi seluruh
kegiatan konsumsi.CSR memberikan petunjuk penting yang dapat menjadi
panduan bagaimana perusahaan dan pemerintahan sebaiknya dijalankan.
Secara umum CSR merupakan peningkatan kualitas kehidupan
mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas
untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta
memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada
sekaligus memelihara, atau dengan kata lain, merupakan cara perusahaan
mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas,atau
dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan
dan keuntungan kegiatan bisnis dari pihak-pihak lain yang berkepentingan baik
secara internal yaitu pekerja, pemegang saham, dan penanam modal maupun
eksternal, yaitu kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas,
kelompok komunitas sipil, dan perusahaan lain.16
15
Yusuf Wibisono, Op.Cit., hal. 6-7.
16
Sebagaimana berdasarkan UU Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74, CSR disebut dengan istilah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah 17: Komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR.
Sayangnya, belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai
lembaga. Beberapa definisi CSR berikut ini menunjukkan keragaman pengertian
CSR menurut berbagai organisasi:
1. World Bussiness Council for Suistainable Development:
Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan
memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan
kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan
masyarakat luas pada umumnya.
2. International Finance Corporation:
Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan
ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka,
komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka
melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.
3. Institute of Chartered Accountants, England and Wales:
Jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelolaan bisnis mampu memberi
dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai
bagi pemegang saham (stakeholders) mereka. 4. Canadian Government:
17
Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan, dan sosial ke
dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan
yang dilakukan secara transparan dan bertanggungjawab untuk menciptakan
masyarakat yang sehat dan berkembang.
5. European Commission:
Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap
sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip-prinsip kesukarelaan.
6. CSR Asia:
Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan
prinsip ekonomi, sosial, dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam
kepentingan para stakeholders.
Definisi lainnya adalah The World Bussiness Council for Suistainable Development(WBCSD) mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan, sebagai: komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara
etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.18
Komisi eropa membuat definisi yang lebih praktis, yang pada dasarnya bagaimanaperusahaan yang secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sedangkan Elkington mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian pada peningkatan kualitas perusahaan, masyarakat, khususnya komunitas sekitar, serta lingkungan hidup. The Commission for European Communities
dalam publikasi Green Paper-nya memandang CSR sebagai sebuah konsep yang penting pada suatu perusahaan yang memutuskan secara sukarela untuk memberi kontribusi bagi masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih besar.Green Paper mencatat bahwa bagi sebuah organisasi untuk menjadi bertanggung jawab secara lingkungan berarti tidak hanya memenuhi sebuah kewajiban hukum, tetapi juga menginvestasikan lebih dalam hal sumber daya manusia, lingkungan dan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.Green Paper juga mendeskripsikan CSR dalam dua kategori yaitu dimensi internal diinterpretasikan termasuk dalam manajemen sumber daya manusia, kesehatan dan keamanan saat kerja, adaptasi pada perubahan dan manajemen dari dampak lingkungan dan sumber daya alam.Dimensi eksternal termasuk komunitas lokal, rekan bisnis termasuk pemasok dan konsumen dan kepedulian lingkungan global.19
Dengan memperhatikan keterkaitan antara perusahaan, masyarakat dan
pemerintah seperti telah diuraikan sebelumnya, pada zaman sekarang ini, sudah
merupakan keharusan agar perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial,
pemerintah dan masyarakat dapat menilai kinerja perusahaan, seandainya
perusahaan hanya mengejar target keuntungan dengan tanpa dibarengi tanggung
jawab sosial. Dengan berdasarkan pada uraian diatas, dimana sebenarnya
keharusan perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial.Hal ini menjadi
dilema, karena pada dasarnya perusahaan didirikan semata-mata untuk
kepentingan ekonomis dalam hal ini mencari keuntungan.Sehingga apabila
18
Martono Anggusti .Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, (Bandung: Books Terrace and Library, 2010), hal. 12.
19
perusahaan dibebani tanggung jawab sosial, apakah mungkin terjadi tarik-menarik
(spanning) antara kepentingan mencari untung dan kepentingan sosial.
Untuk melihat perlu atau tidaknya perusahaan, maka terlebih dahulu harus
dilihat status perusahaan, apa sebenarnya perusahaan itu. Pada negara-negara
modern, kehadiran perusahaan dalam masyarakat merupakan suatu aset nasional
yang sangat penting, dengan alasan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut
setidaknya dapat membantu negara (pemerintah) untuk turut serta membantu
segala kebutuhan hidup masyarakat yang tidak bisa dipenuhi oleh
pemerintah.Bahkan dalam keadaan-keadaan tertentu, perusahaan dianggap
sebagai “pribadi” yang mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana adanya
pribadi manusia yang dalam tindakannya terwujud oleh badan pengurus
perusahaan.
Berkaitan dengan status perusahaan tersebut, disini perlu dikemukakan
pendapat dari Richard T. de George mengenai status perusahaan yang memandang
perusahaan dari dua segi yaitu:20
1. Perusahaan sebagai legal-creator, yang melihat perusahaan sebagai sepenuhnya ciptaan hukum, ada hanya berdasarkan hukum. Menurut pandangan ini,
perusahaan diciptakan oleh negara dan tidak mungkin ada tanpa negara.
Negara dan hukum sendiri adalah ciptaan masyarakat. Perusahaan diciptakan
oleh masyarakat. Maka kalau perusahaan tidak lagi berguna bagi masyarakat,
masyarakat bisa saja mengubah atau meniadakannya. Mengkaji perusahaan
sebagai legal-creator, dengan tidak melepas keberadaannya dari negara,
20
begitu juga keberadaan negara tidak akan ada tanpa ada masyarakat yang
menghendaki adanya negara, jadi antara masyarakat, negara, dan perusahaan,
merupakan tiga komponen yang tidak bisa saling melepaskan diri, maka dari
itu jika perusahaan sudah tidak lagi memberikan kontribusi yang positif
bagi masyarakat dan negara, perusahaan tersebut harus diberhentikan
keberadaannya.
2. Perusahaan sebagai legal-recognition, yang melihat perusahaan tidak memusatkan perhatiannya pada status legal dari perusahaan, melainkan pada
perusahaan sebagai suatu usaha bebas dan produktif. Menurut pandangan ini,
perusahaan terbentuk oleh para anggotanya yang mengikat dirinya,
mengorganisasi diri dan melakukan suatu kegiatan tertentu dengan cara
tertentu secara bebas. Dalam hal ini perusahaan tidak dibentuk oleh negara.
Negara hanya mendaftar dan mengakui operasi perusahaan itu. Perusahaan
juga bukan suatu organisasi bentukan masyarakat. Menurut pandangan yang
kedua ini, bahwa kehadiran perusahaan dalam masyarakat hanya karena
keinginan, inisiatif para anggota masyarakat yang saling mengikatkan dirinya
membentuk perusahaan dan negara hanya mencatatkan keberadaan
perusahaan, sehingga menurut pandangan ini perusahaan merupakan suatu
usaha yang bebas dan produktif, hanya semata-mata mencari keuntungan.
Apabila pandangan yang pertama yang diuraikan diatas, dikaitkan dengan
kehadiran perusahaan-perusahaan negara di Indonesia, yaitu lembaga perusahaan
(badan usaha) hadir ditengah masyarakat karena dibentuk oleh hukum, misalnya
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang telah mengatur berbagai bentuk,
jenis perusahaan yang diperkenankan hadir dalam masyarakat. Dengan berpijak
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, oleh karena perusahaan hadir
dibentuk oleh masyarakat, negara yang harus bergerak dengan tujuan mencari
untung atau tanggung jawab dari segi ekonomi, bukan berarti mengabaikan
tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat karena tidak mungkin dan akan sulit
sendiri apabila perusahaan tidak membutuhkan masyarakat dan tidak berhubungan
dengan masyarakat dan negara. Oleh karena itu antara perusahaan, masyarakat,
dan negara saling membutuhkan.21
Dalam pandangan lain yang dikemukakan oleh Theodore Levvit “bahwa harus ada pemisahan tanggung jawab sosial dari tanggung jawab ekonomi.”Perusahaan dalam pandangan ini hanya mempunyai tanggung jawab tetapi terbatas pada tanggung jawab ekonomi.Isi dari tanggung jawab ekonomi perusahaan adalah memperbesar usahanya serta berusaha mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya.Sebaliknya tanggung jawab sosial hanyalah urusan negara, karena negara dibentuk oleh masyarakat untuk menjalankan fungsi-fungsi sosial masyarakat.22
Jika pendapat dari Theodore Levvit ini diterima dengan pandangan sebelah
mata, bahwa hanya mencari keuntungan saja, maka hal ini akan menimbulkan
efek ataupun akibat-akibat yang sangat merugikan masyarakat, bahwa memang
benar dalam konsep negara modern yaitu untuk mewujudkan “welfare state’
menjadi kewajiban bagi penyelenggara negara, tapi dalam hal ini perusahaan tidak
bisa hidup menyendiri terlepas dari masyarakat dan negara. Oleh karena itu
perusahaan disamping mengejar keuntungan atau laba perlu juga menjalankan
21
Ibid, hal 65 22
fungsi sosial atau mempunyai tanggung jawab sosial, sebagai salah satu kontribusi
untuk turut serta mensejahterakan rakyat.Untuk lebih memahami secara
komprehensif perlu atau tidak perlu perusahaan harus mempunyai tanggung jawab
sosial ini, perlu dikemukakan argumen-argumen yang menyatakan bahwa
perusahaan tidak harus mempunyai tanggung jawab sosial dan argumen-argumen
yang menyatakan bahwa perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial
yaitu:23
1. Argumen yang menyatakan perusahaan tidak harus mempunyai tanggung
jawab sosial atau menentang perlunya tanggung jawab sosial bahwa:
a. Tujuan bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar-besarnya.
b. Tujuan yang terbagi-bagi dan harapan yang membingungkan.
c. Biaya keterlibatan sosial.
d. Bisnis mempunyai kekuasaan yang sudah memadai.
e. Kurangnya tenaga terampil.
f. Perusahaan tidak mampu membuat pilihan moral.
2. Argumen yang menyatakan perusahaan harus mempunyai (perlunya) tanggung
jawab sosial, bahwa:
a. Kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah.
b. Kewajiban moral.
c. Terbatasnya sumber-sumber daya.
d. Lingkungan sosial yang lebih baik.
23
e. Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan.
f. Bisnis mempunyai sumber daya-sumber daya yang berguna.
g. Keuntungan jangka panjang.
Dari kedua pernyataan yang saling bertentangan tersebut, saya lebih setuju
untuk menyatakan bahwa perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial,
hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan yang tidak akan terbantah dengan maraknya
dunia bisnis, dengan berbagai persaingan yang sehat dengan yang tidak sehat
hampir sebanding, dan pada akhirnya hanya perusahaan yang memperhatikan
kebutuhan, keinginan masyarakat akan dapat bertahan, karena kecenderungan
masyarakat sekarang membutuhkan produk biaya yang bermutu.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka wujud tanggung jawab sosial
perusahaan dapat dirumuskan dalam dua wujud, yaitu:
a. Positif : melakukan kegiatan-kegiatan yang bukan didasarkan pada
perhitungan untung rugi, melainkan didasarkan pada pertimbangan
demi kesejahteraan sosial.
b. Negatif : tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dari segi ekonomis
menguntungkan, tetapi dari segi sosial merugikan kepentingan dan
kesejahteraan sosial.
Pembahasan bahwa perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial
ini, sangat terasa penting dan tepat dengan berdasarkan Pancasila, yang menjadi
dasar dalam segala bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Substansi dari
berbagai sektor kehidupan, sehingga dengan demikian perusahaan-perusahaan
yang ada di bumi Indonesia, mempunyai kewajiban, disamping mencari
keuntungan ekonomis (tanggung jawab ekonomi), juga mempunyai tanggung
jawab sosial, dengan memberikan keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan
diantara tanggung jawab tersebut. 24
Berdasarkan uraian diatas sebenarnya tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan rasa kepedulian sosial perusahaan terhadap segala aspek yang
berkaitan dan menunjang hidupnya perusahaan, dengan menyelaraskan,
menyeimbangkan, dan harmonisasi antara tanggung jawab ekonomi (mencari untung)
dan tanggung jawab sosial.
C. Ruang Lingkup Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Dari arti tanggung jawab sosial perusahaan diatas, bagaimana sebenarnya
ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan.Menurut Vernono A. Musselman
dan John H. Jackson bahwa istilah “tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu
ketika hanya berarti sumbangan finansial pada seni atau masyarakat setempat, dan
mungkin perilaku etis.”
Bahwa sesuai dengan perkembangan jaman, sudah merupakan keharusan
perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial, dan meskipun begitu ternyata
masih tidak mudah untuk memberikan batasan atau ruang lingkup dari tanggung
jawab sosial perusahaan tersebut.
Bahwa dari istilah tersebut diatas sesuai dengan perkembangan jaman mengalami penambahan arti, juga sekaligus merupakan ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Vernon
24
A. Musselman-John H. Jackson, bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan meliputi keprihatinan atas kesehatan, informasi konsumen, menyewa ahli praktek, tidak menjalankan diskriminasi serta memelihara lingkungan fisik.”25
Ruang lingkup yang hampir sama dengan yang tersebut diatas, diberikan
pula oleh basu Swastha DA dan Ibnu sukotjo W bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan mencakup hal-hal seperti bidang kesehatan, informasi konsumen,
praktek tanpa diskriminasi dan pemeliharaan lingkungan fisik:26
a. Sonny Keraf melihat ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan
tersebut, dengan menyebutkan
b. ada dua jalur tanggung jawab sosial sesuai dengan dua jalur relasi perusahaan
dengan masyarakat, yaitu relasi primer dan relasi sekunder, dirumuskan
sebagai berikut:
1. Terhadap relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan
dengan perusahaan lain, memenuhi janji, membayar utang, memberi
pelayanan pada konsumen dan pelanggan secara memuaskan, bertanggung
jawab dalam menawarkan barang dan jasa kepada masyarakat dengan
mutu yang baik, memperhatikan hak karyawan, kesejahteraan karyawan
dan keluarganya, meningkatkan keterampilan dan pendidikan karyawan
dan sebagainya.
2. Terhadap relasi sekunder, bertanggung jawab atas operasi dan dampak
bisnis terhadap masyarakat pada umumnya, atas masalah-masalah sosial
seperti: lapangan kerja, pendidikan, prasarana sosial, pajak, dan sebagainya.
25
Basu Swastha DH., Ibnu Sukotjo W. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern), Edisi Ketiga, Yogyakarta: Liberty, 1993, hal 26.
26
Jika dikaji lebih lanjut sebenarnya ada dua hal yang berkaitan dengan
ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan yaitu:
a. Internal, merupakan tanggung jawab kedalam perusahaan itu sendiri, perusahaan harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawannya,
terhadap mutu bahan yang dipergunakan agar menghasilkan barang
yang baik atau hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi.
b. Eksternal, merupakan tanggung jawab ke luar perusahaan, perusahaan harus bertanggung jawab terhadap lingkungan yang berada disekitar
perusahaan sertaakibat-akibat yang ditimbulkannya, bertanggung
jawab terhadap barang-barang yang dibuat (dipasarkan) atau pasca
produksi.
D. Pengaturan Hukum Mengenai Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan di Indonesia tentunya harus memiliki dasar hukum agar para pengusaha dapat melaksanakan
CSR sebaik-baiknya dan tidak dilakukan tanpa melihat pengaturan yang
ada.Dasar hukum daripada CSR adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT).
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM).
3. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
4. Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU
5. Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKBL).
Pada Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU
PT) pengaturan CSR dapat dilihat dalam Bab V. hal ini merupakan masalah baru
dalam hukum Perseroan Terbatas, Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas tidak mengaturnya. Akan tetapi pengaturan CSR dalam
Undang-Undang PT sangat minim sekali.Hanya terdiri dari 1 Pasal saja, yakni
Pasal 74 Undang-Undang No. 40 tahun 2007.27
Bunyi Pasal 74 UUPT yang mewajibkan CSR bagi Perseroan Terbatas,
adalah :28
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diatur dengan Peraturan pemerintah.
Dalam penjelasan Pasal 74 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas jelas disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan CSR bagi
perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam ini tidak hanya melihat pada bisnis inti dari perusahaan
tersebut. Walaupun perusahaan tersebut tidak secara langsung melaksanakan
27
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 125.
28
eksploitasi sumber daya alam, tetapi selama kegiatan usahanya berdampak pada
fungsi kemampuan sumber daya alam, maka perusahaan tersebut wajib
melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
Pengaturan adanya kewajiban tanggung jawab sosial bagi perseroan di
negara-negara maju, seperti di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa maju
sudah dimulai sejak tahun 50-an, artinya setiap perusahaan disamping mencari
keuntungan, juga wajib memberikan manfaat kepada masyarakat, lingkungan
sekitarnya.
Dalam Pasal 74 ayat (1) UUPT, menegaskan “bahwa perseroan yang
bergerak dalam bidang sumber daya alam usaha wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan.”
Substansi pasal ini menegaskan dan kewajiban hanya kepada perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan dalam bidang usaha sumber
daya alam saja berkewajiban untuk mempunyai tanggung jawab sosial dan
lingkungan.29
Substansi pasal ini, sangat sempit yaitu hanya perseroan yang bergerak
dalam bidang usaha (mengelola) sumber daya alam yang berkewajiban untuk
mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Seharusnya kewajiban
tanggung jawab sosial dan lingkungan, bukan hanya untuk perseroan dalam
bidang usaha sumber daya alam saja, tapi juga untuk semua perseroan, dan sempit
dalam pengertian tanggung jawab sosial yang dikaitkan dengan lingkungan
29
saja.Sebagaimana diuraikan diatas tanggungjawab sosial mempunyai makna atau
pengertian yang luas tidak hanya terdapat lingkungan saja, tapi juga berkaitan
dengan aspek kehidupan masyarakat disekitarnya, apakah kehadiran sebuah
perseroan disuatu tempat dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat,
misalnya dapat menaikkan taraf hidup masyarakat disekitarnya atau malah
menghancurkannya, kemudian terhadap produknya, tidak hanya
bertanggungjawab (misalnya untuk makanan) produknya aman dikonsumsi, tapi
juga dampak ikutannya yang akan muncul kemudian harus dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam Peraturan PemerintahNo. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas masih berlaku mengingat PP
tersebut produk dari UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UU PT
yang lama) untuk melaksanakan UUPT No. 40 tahun 2007 hal-hal semacam itu
dapat diperhatikan dan ditegaskan lebih lanjut, sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang bias yang dimanfaatkan oleh pemilik dan perusahaan-perusahaan
nakal.
Dalam Pasal 74 ayat (2) UUPT, bahwa tanggung jawab sosial merupakan
kewajiban perseroan yang wajib dianggarkan dalam anggaran
(keuangan)perseroan.Dengan kewajiban seperti ini, tanggung jawab sosial bagi
setiap perusahaan, wajib menghitung dengan cermat setiap pengeluaran perseroan,
perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial dan
lingkungan tersebut, sanksi yang akan diatur tersebut harus ditegaskan:
1. Bentuk dan jenisnya. Sebaiknya jangan sanksi berupa pengenaan sejumlah
uang ataupun pidana, tapi berupa kewajiban untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial tertentu yang sesuai atau berkaitan dengan bidang usaha
perseroan.
2. Sanksi harus dijatuhkan oleh suatu institusi atau lembaga yang khusus dibuat
untuk keperluan tersebut, dan bersifat independen.
3. Sanksi yang dijatuhkan oleh lembaga tersebut bersifat mengikat dan final,
artinya tidak ada proses hukum kepada instasi lainnya.
4. Setiap sanksi yang dijatuhkan wajib diawasi dan diaudit oleh suatu lembaga
yang independen.
5. Jika perseroan yang dijatuhi sanksi tersebut, tidak mematuhinya atau menurut
lembaga yang mengawasi dan mengaudit tersebut tidak sepenuh hati untuk
melaksanakannya, maka lembaga tersebut dapat menunjuk lembaga lainnya
untuk melaksanakan kewajiban sosial tersebut dengan biaya dari perseroan
yang dijatuhi sanksi, atau
6. Lembaga yang ditunjuk tersebut dapat merekomendasikan kepada pemerintah,
agar segala izin yang berkaitan dengan perseroan dicabut.
Pada Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
(UU PM) pengaturan CSR dapat dilihat pada:30
30
1. Pasal 15
Setiap penanaman modal berkewajiban:
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal;dan
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 15 huruf b UU 25/2007 diatur bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan TJSL. Yang dimaksud dengan TJSL menurut
Penjelasan Pasal 15 huruf b UU 25/2007 adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Pasal 1 angka 4
Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.
Pasal 16
Bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.Ini juga merupakan bagian dari TJSL.
Jika penanam modal tidak melakukan kewajibannya untuk melaksanakan TJSL, maka berdasarkan Pasal 34 UU 25/2007, penanam modal dapat dikenai sanksi adminisitatif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
(Pasal 34 ayat (3)
Selain dikenai sanksi administratif, penanam modal juga dapat dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.