• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Safety Inspection Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Safety Inspection Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1: Permohonan Menjadi Informan

PERMOHONAN MENJADI INFORMAN Kepada Yth.

Bapak selaku informan Di tempat.

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,

Nama : Priska Sri Indrayani

NIM : 121000398

Akan mengadakan penelitian tentang “Penerapan Safety Inspection Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak untuk berpartisipasi menjadi informan dalam penelitian ini. Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.

Apabila Bapak bersedia menjadi informan, maka saya bermohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang tersedia. Atas perhatian dan ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(2)

Lampiran 2: Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI INFORMAN Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Usia :

Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Masa Kerja :

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dari pengumpulan data untuk penellitian tentang “Penerapan Safety Inspection Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas

Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016”. Untuk itu, secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi informan penelitian tersebut.

Adapun bentuk kesediaan saya adalah:

1. Bersedia ditemui dan memberi keterangan yang di perlukan untuk keperluan penelitian

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.

Kuala Tanjung, 2016 Informan

(3)

Lampiran 3: Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

PENERAPAN SAFETY INSPECTION SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG TAHUN 2016

Petunjuk umum wawancara mengenai “Safety Inspection”.

1. Ucapan terimakasih kepada informan karena telah bersedia diwawancara. 2. Melakukan perkenalan dua arah, baik peneliti ataupun informan.

3. Menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan wawancara.

4. Menjelaskan bahwa pendapat atau saran dan pengalaman informan sangat berharga.

5. Menjawab pertanyaan wawancara dengan jelas dan jujur sangat diharapkan oleh peneliti.

(4)

IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Usia :

Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Lama Bekerja :

PEDOMAN WAWANCARA

I. Apa tujuan dan manfaat dilaksanakannya safety inspection bagi perusahaan? II. Jenis Safety inspection

Jenis inspeksi apa yang dilakukan di PT. MNA ini? III. Pelaksana Safety inspection

1. Siapa yang melakukan safety inspection? Apa jabatannya? 2. Berapa orang? Apa saja tugas dan tanggung jawabnya?

3. Apakah orang yang bertanggung jawab melakukan safety inspection telah mendapatkan pelatihan mengenai safety inspection?

IV. Waktu dan Frekuensi

1. Kapan safety inspection dilakukan?

2. Berapa sering safety inspection dilakukan?

3. Apakah ada area kerja dengan frekuensi inspeksi paling sering dilakukan berdasarkan potensi bahaya?

V. Hal Yang Diinspeksi

1. Apa saja yang diinspeksi?

2. Apakah terdapat form/checklist mengenai hal apa saja yang akan diinspeksi?

VI. Prosedur Pelaksanaan Safety inspection

(5)

b. Pelaksanaan

(6)

Lampiran 4. Hasil Wawancara Penerapan Safety inspection Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

Tabel Matriks 1. Penerapan Safety inspection Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

Informan 1 HoD EHS

Safety inspection diterapkan sejak tahun 2008. Safety inspection salah satu tools untuk prevention accident untuk dapat menilai sejauh mana gap atau ketidaksesuaian K3 di masing-masing tempat kerja sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan segera agar tidak menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman pelaksanaan safety inspection di perusahaan ini adalah SOP yang berlaku di Wilmar dan MNA Kuala Tanjung. Kita melakukan Safety inspection karena kebutuhan. Memang ada UU No. 1 tahun 1970 dan Requirement Quality Management System OHSAS 18001 yang mengharuskan kita melakukan safety inspection. Jadi karena kita sudah mempunyai manual prosedur untuk K3 makanya kita harus punya safety inspection. Dengan adanya tindakan perbaikan unsafe action, unsafe condition maka dapat kita lakukan controlling sehingga akan sangat berdampak terhadap pencegahan kecelakaan kerja.

Informan 2 EHS Supervisor

(Sekretaris P2K3)

Safety inspection merupakan salah satu tools bagaimana kita bisa melihat jalannya pelaksanaan K3 di perusahaan apakah memenuhi peraturan atau ketentuan yang telah digariskan sehingga kita bisa membandingkan implementasi yang dilapangan terhadap yang ditetapkan apakah sesuai , kurang sesuai atau bahkan tidak tepat sama sekali.

Kalau berdasarakan peraturan, MNA telah menerapkan klausul-klausul yang telah disebutkan dalam audit OHSAS 18001, turunan-turunan dari UU No. 1 tahun 1970 tentang Menajemen K3, tapi induknya UU No. 1 tahun 1970, jadi wajib melakukan inspeksi K3 dalam rangka upaya-upaya untuk mencegah kecelakaan.

(7)

mencegah kecelakaan dengan konsep berperilaku aman dalam bekerja. Jika kita berperilaku aman maka peluang kondisi tidak aman sangat kecil.

Informan 3 EHS Officer

Safety inspection di PT. Multimas Nabati Asahan sudah diterapkan sejak tahun 2008. Safety inspection menjadi salah satu standar untuk melakukan pengontrolan sarana produksi untuk melihat ketidaksesuaian yang mencakup salah satunya mesin, lingkungan kerja, proses kerja. Menyangkut standar control produksi dan operasional. Salah satu Pedoman safety inspection adalah UU No. 1 Tahun 1970, Wilwar Sustainable Control (WSC) dan juga yang di SOP masih Permen 1996, SOP kami banyak yang belum direvisi. Informan 4

Seksi Patrol

Safety inspection ini dilakukan di semua departemen yag ada di MNA dan sudah ada pihak yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Safety inspection itu sangat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Safety inspection ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi hal-hal yang tidak sesuai dengan K3.

Informan 5 Assistant Supervisor

Setiap proses kerja kritikal dan non-kritikal perlu dilakukan inspeksi untuk mengetahui apakah telah dilakukan sesuai dengan peraturan K3. Safety inspection ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya kondisi-kondisi tidak aman sehingga kecelakaan kerja dapat ditekan.

Informan 6 Anggota P2K3

Safety inspection sebagai upaya pendukung untuk mencapai target perusahaan yaitu zero accident.

Tabel Matriks 2. Waktu dan Frekuensi Safety inspection Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

Informan 1 HoD EHS

(8)

Infroman 2 departemen sendiri, kemudian gabungan seluruh MNA untuk saling crosscheck. Masalahnya adalah jadwal dalam pelaksanaan yang gabungan dari beberapa deparetemen sulit mempertemukan secara kesatuan waktu. Sering kita melakukan penjadwalan ulang karena personilnya memiliki kesibukan, ada pekerjaan darurat, kegiatan lain yang membuat jadwal bergeser.

Informan 3 EHS Officer

Jadwal tetapnya minggu pertama sampai minggu kedua paling lama. Karena kalau dibuat minggu ketiga nanti pada saat perbaikan dalam bulan itu waktu untuk closed nya terlalu cepat. Jadi kalau minggu pertama kan masih ada waktunya 3 minggu lagi untuk perbaikan, karena bagaimanapun laporannya harus di closed dalam bulan itu juga. Jangan melewati bulan tersebut.

Informan 4 Seksi Patrol

Safety ispeksi ada yang dilakukan setiap hari ada juga bulanan. Safety inspection harian yang dilakukan mulai dari pagi hari pukul 08.00 setelah briefing sambil meriksa work permit sampai dengan selesai jam kerja office yaitu pukul 16.45. Untuk shift malam juga ada yang bertugas untuk inspeksi dari masing-masing departemen. Safety inspection perbulannya diadakan minggu pertama atau kedua.

Informan 5 Assisten Supervisor

Inspeksi secara data memang ada formnya tapi tidak harian. Minimal 3 kali sebulan mengisi form yang menandakan bahwasannya kita telah melakukan inspeksi lalu laporannya diberikan ke EHS, yang membuat laporannya kita sendiri (user plant). Kalau inspeksi tanpa data kita lakukan setiap hari.

Informan 6 Anggota P2K3

(9)

Tabel Matriks 3. Jenis Safety inspection di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

Informan 1 HoD EHS

Untuk jenis inspeksi yang kita lakukan ada rutin dan tidak rutin. Kalau yang rutin kita lakukan sebulan sekali kalau yang tidak rutin itu contohnya pada saat petugas sedang safety patrol ada temuan itu bisa dilakukan inspeksi.

Informan 2 EHS Supervisor (Sekretaris P2K3)

Jenisnya Berdasarkan pelaksana inspeksi kita ada 3 pihak, yaitu yang pertama inspeksi yang dilakukan oleh kita (EHS), pihak user plant, dan gabungan. Kalau yang dari EHS inspeksi semua departemen, kalau user plant inspeksi departemen masing-masing, gabungan itu dilakukan setiap satu kali bulan. unsafe action, unsafe condition, kondisi lingkungan, dan lain-lain

Informan 5 Assisten Supervisor

Ada yang terjadwal dan ada yang tidak terjadwal. Kalau yang terjadawal sebulan sekali dan seminggu sekali itu pakai form kalau yang tidak terjadwal atau tidak pakai form kita lakukan setiap hari

Informan 6 Anggota P2K3

Ada 2 jenis, yaitu inspeksi dilakukan oleh tim EHS dan yang yang kita lakukan sehari-hari di departemen

Tabel Matriks 4. Pelaksana Safety inspection di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

Informan 1 HoD EHS

Petugas safety inspection itu semua departemen perwakilannya ada minimal level supervisor sebagai inspektor. Pihak yang diinspeksi bisa bermacam-macam, ada PiC penanggungjawab masing-masing area. Jadi level supervisor sebagai inspektor melakukan safety inspection di area tempat kerja. Disebut juga dengan Cross audit. Misalnya orang PKS menginspeksi di concumer pack, consumer pack menginspeksi di operation, dan seterusnya. Supervisor dan orang-orang yang ada di struktur P2K3 adalah orang- orang yang berkompeten karena sudah ditraining.

(10)

Supervisor (Sekretaris

P2K3)

serendah-rendahnya Head of Depertemen karena mereka wajib terlibat di dalamnya. Perbedaannya adalah kalau departemen melakukan untuk departemennya masing-masing sedangkan yang dilakukan EHS untuk keseluruhan departemen. Kemudian ada satu lagi yang baru-baru ini dibuat dan ditegaskan oleh pimpinan, yaitu dengan membentuk suatu kelompok tim inspeksi kemudian menginspeksi departemen lain. Jadi ada 3 pihak yaitu, kami sendiri (EHS), departemen sendiri, kemudian gabungan seluruh MNA untuk saling crosscheck. Mereka sudah melakukan pelatihan, ada namanya struktur P2K3 departemen, sejak mereka kita angkat jadi anggota P2K3 otomatis mereka mendapat pelatihan yang cukup terkait K3. Dalam matriks training kita, inspeksi dan observasi adalah matrik training yang wajib baik departemen maupun EHS dan seluruh karyawan. Kalau personil saya kira semua auditornya sudah mempunyai kemampuan yang cukuplah secara pesonilnya. Pemahaman tentang kondisi dan perilaku yang tidak aman sudah mempunyai pengetahuan yang sama.

Informan 3 EHS Officer

Awalnya yang bertugas melakukan safety inspection hanya dari departemen EHS tapi mulai 2016 petugas yang melakukan safety inspection sudah merupakan gabungan dari beberapa dapartemen dan dibuat dalam bentuk tim. Safety inspection yang dilakukan oleh masing-masing departemen juga ada. Dulunya EHS ada sekitar 5 orang setiap bulan yang melakukan, sekarang kita bagi satu orang satu untuk mendampingi setiap tim dari berbagai departemen yang telah diunjuk oleh HoDnya. Jumlah totalnya 5-7 oranglah 1 tim, ada juga ketua timnya kita buat. Tugasnya tim itu pada saat melaksanakan safety inspection mereka harus mencatat hasil temuan inspeksi yang ada, ngasih rekomendasilah sama pihak plant, baru nanti form yang udah diisi dilaporkan sama kita saya selaku safety officer.

(11)

Informan 4 Seksi Patrol

Petugas yang melakukan safety inspection kalau untuk harian setiap departemen sudah ada dibentuk PPIK (Petugas Pemberi Izin Kerja) jadi kita kerjasama dengan departemen, EHS hanya memantau. Untuk safety inspection bulanan yang bertugas tidak saya sendiri tapi bergabung dengan HoD dari beberapa departemen dan seksi patrol yaitu pak Darwis, pak Haryanto, dan pak Budi. Dari departemen juga wajib melakukan inspeksi dan wajib membuat laporan bernama laporan P2K3L yang terdiri dari laporan ketersediaan P3K, observasi perilaku dan lingkungan kemudian laporan diserahkan kepada departemen EHS. Seksi Patrol juga wajib melaporkan minimal 10 temuan setiap bulan baik temuan positif atau negatif. Temuannya tentang perilaku pekerja. Kalau temuan negatif itu misalnya supir truk ada yang berkeliaran tidak istirahat di tempat yang sudah disediakan, kalau temaun positif itu pekerja yang sudah menggunakan APD lengkap dan bekerja sesuai prosedur.

Informan 5 Assisten Supervisor

Petugas yang mengingatkan pekerja adalah tugas beberapa pihak, pihak plant dimana mereka bekerja, seksi patrol dari Departemen EHS, dan pihak pemborongnya. Pekerja mengajukan work permit ke kita izinnya. Orang EHS setiap hari meginspeksi dan mengecek Work Permit, mengecek bagaimana kondisi lapangan. Kita dan pihak pemborongnya juga memastikan dan mengecek bahwa fasilitas safety digunakan oleh setiap anggotanya. Setiap plant masing-masing juga ada orang-orangnya yang melakukan inspeksi, kalau di plant ini yang melakukan komisaris P2K3.

(12)

Informan 6 Anggota P2K3

Safety inspection adalah tugas semua personil yang ada di masing-masing departemen hanya saja untuk melaporkannya ke EHS ada perwakilannya. Kalau untuk setiap harinya setiap personil wajib melakukan action terhadap safety yang ada di plant apabila terdapat kondisi tidak aman langsung bertindak. Untuk inspeksi Kita menunjuk salah satu komisaris P2K3 yang ada di plant, beliau bersama dengan shift leader akan melakukan safety inspection mingguan. Petugas inspeksi sudah dapat pelatihan. Fasilitatornya kita buat orang EHS. Petugas inspeksi memantau setiap kontraktor yang tidak ada work permit, pekerja yang tidak memakai APD wajib stop.

Safety inspection dilakukan di semua departemen. Hal yang diinspeksi tentu peralatan, sikap orang, tidak ada dilistkan, tidak mungkin masing-masing didetailkan kondisi, sifat orang bekerja, sarana fasilitasnya. Tidak ada patokannya, apa saja yang nampak bisa kita inspeksi. Hal-hal yang kita inspeksi adalah hal-hal yang berpotensi menyebabkan bahaya kecelakaan, seperti mesin atau peralatan prosuksi yang rusak atau tidak layak, instalasi listrik, saluran limbah cair lancer atau tersumbat, housekeeping jugalah termasuk dan masih banyak lagi.

Kendala hampir tidak ada, uang tidak jadi masalah. Tapi budaya manusia Indonesia harus sering-sering diingatkan, bukan hanya reward tapi penalty juga. Denda akan diberlakukan, masih dalam tahap sosialisasi.

Informan 2 tidak pernah diinspeksi. Inspeksi meliputi semua peralatan, kondisi, keadaan, observasi ditambahkan lagi perilaku orang. Semua hal yang terkait dengan kegiatan dari pekerjaan merupakan hal yang diinspeksi. Kalau di setiap departemen ada inspeksi, misalnya di EHS ada form inspeksi, inspeksi APAR mulai dari penempatan, penomoran di lokasi, saluran keluar, pressure-nya seperti apa, jadwal inspeksi, dan kertas inspeksinya.

(13)

dipantau. Kalau observasi ke orangnya kalau safety inspection kita mengarah ke peralatan dan mesin, Kalau untuk bulanan sebetulnya sama, inspeksi dan observasi. Tapi observasi ini bisa juga kita lakukan secara individu, pribadi, per orang boleh kapan saja tidak harus dischedulekan. Ada juga form ketidaksesuaian. Tapi kembali ke orangnya apakah dia mau menulisnya atau tidak. Sebenarnya ada peraturan yang mewajibkan untuk menulis tapi kalau dilihat kebanyakan temuannya positif semua. Kita itu ada tool inspeksi, observasi, form ketidakpatuhan kontraktor, supir, karyawan. Tool itulah yang seharusnya dibawa ke lapangan, pada saat inspeski tinggal diisi. Atau katakanlah mereka tidak membawa form, harusnya mereka bawa ke kantor untuk diproses.

Informan 4 Seksi Patrol

Untuk safety inspection harian departemen yang saya tanggungjawabi ada 5. Setiap hari dikunjungi. Ada Warehouse Fg, Texturing, Power Plant, Texturing 4, dan Laboratorium. Hal yang diinspeksi adalah Work Permit baik pekerjaan kritikal maupun non-kritikal.

Biasanya pagi memeriksa work permit apakah sudah sesuai kemudian siangnya mengawasi kembali. Contoh pekerjaan kritikal adalah pekerjaan sandblasting dan coating. Yang diinspesksi adalah penggunaan APD, Isolate pipe line, isolate electrical source, pemasangan tag out dan lock out, bahan-bahan mudah terbakar, bahan-bahan pencemar, penempatan/peletakan peralatan dan material, peralatan kerja yang akan digunakan, temperatur udara, kadar oksigen, gas-gas berbahaya dan beracun, gas mudah terbakar dan meledak. Kalau untuk pekerjaan non kritikal yang diperiksa lebih sedikit. Contoh pekerjaan non-kritkal adalah Service AC, hal yang diinspeksi dalam proses kerja ini, ialah penggunaan APD, penempatan/peletakan peralatan, material kerja, dan peralatan kerja yang layak pakai.

unsafe condition dan unsafe action bisa dilakukan setiap hari, mingguan juga bisa tergantung temuan di lapangan.

Untuk yang bulanan semua temuan tentang ketidaksesuaian diperiksa, seperti sarang laba-laba, temuan-temuan yang sifatnya untuk perbaikanlah. Apakah dia yang rusak, tidak baik, kotor, dan lain sebagainya. Tidak ada daftar apa-apa saja yang mau diinspeksi, kita secara visual saja di lapangan. Selain itu

(14)

diperiksa ada di Work Permit yang tercantum di papan nama mereka.

Informan 6 Anggota P2K3

Petugas inspeksi memantau setiap kontraktor yang tidak ada work permit, pekerja yang tidak memakai APD wajib stop. Karena kalau tidak ada Work Permit mereka tetap kita izinkan bekerja, bisa diberi SP (Surat Peringatan) semua.

Kalau untuk yang migguan mencakup inspeksi alat pemadam kebakaran, inspeksi lingkungan, safety patrol, inspeksi keselamatan dan kesehatan. Contohnya bisa lihat di laporan kegiatan kerja P2K3L.

Tabel Matriks 6. Prosedur Pelaksanaan Safety inspection di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

Informan 1 HoD EHS

Tahap perancanaan dilakukan dengan menyusun jadwal rutin. Bukan hanya tanggal tapi orangnya juga ditunjuk, di area mana dilakukan safety inspection, dan form apa yang digunakan. Pelaksanaan safety inspection dilakukan secara bersama. Jadi sistemnya seperti audit internal ada PiC ada auditor. Auditor pihak yang mengaudit PiC.

Pada saat melakukan safety inspection auditor melakukan penilaian terhadap potensi bahaya dan berhak memberhentikan pekerjaan/shut down daripada celaka. Kita peringkatkan semua faktor risiko di masing-masing area sehingga mereka harus membuat program kerja untuk melakukan tindakan perbaikan terhadap apapun faktor risiko atau bahaya. Karena setiap tindakan perbaikan memerlukan biaya, sementara temuannya banyak tentu harus dikritikalkan dulu atau dipoinkan mana yang lebih mudah dulu, mana yang lebih murah dulu, mana yang lebih kritis, urgent, dan penting untuk segera dilakukan perbaikan. Pelaporan dan tindak lanjut dibuat itu jadi sebuah laporan dan sejauh mana setiap PIC/PiC di masing-masing tempat kerja itu harus segera menindaklanjuti rekomendasi yang ada sehingga dapat segera di close temuannya.

(15)

Informan 2 EHS Supervisor (Sekretaris

P2K3)

Kalau untuk tahapannya awalnya membuat jadwal, baru diinfokan kepada pihak-pihak terkait. H-3 disebarkan informasi dengan mekanisme e-mail bahwasannya akan dilakukan inspeksi. Pada awal setiap bulan, sebelum tanggal 5 jadwal inspeksi itu sudah keluar. Jadi sudah disebarkan, pada hari H diingatkan juga. Jadi schedulenya dibuat setiap bulan. Kemudian pada hari yang telah ditetapkan sesuai jadwal dimana safety inspection akan dilakukan, berkumpul pada satu titik kemudian menuju lokasi yang dijadwalkan. Kemudian melakukan safety inspection atau observasi atau audit, Pada saat pelaksanaan safety inspection tidak dilakukan penilaian potensi bahaya. Jauh sebelum melakukan inspeksi kita sudah melakukan pemetaan dan penilaian bahaya melalui identifikasi aspek dampak kemudian perwujudannya kita buatkan safety sign untuk memperingatkan orang apa saja bahaya yang ada. Sesuai dengan prosedurnya hasil temuan akan ditinjau kembali tindakan perbaikan yang diusulkan atau yang direkomendasikan. Lalu akan dilakukan crosscheck. Setelah itu apabila dinyatakan telah dilaksankan maka dinyatakan inspeksi selesai dengan peryataan rekomendasi telah dilaksanakan dengan baik.

(16)

Yang dari departemen dilaporkan ke EHS karena kan itu formnya pake form kita, jadi diserahkan kepada pak muda (safety officer), atau ke setiap inspektor.

Hasil temuan dikomunikasikan pada semua level, dapat dilihat dari bentuk formnya disitu ada tertulis mulai dari inspektor/observer/auditor kemudian diteruskan sampai pimpinan tertinggi kemudian dikomunikasikan melalui meeting P2K3, papan informasi, e-mail, dan papan informasi pusat diinspeksi dan siapa saja pekerja yang bertugas. Inspeksi bulan ini tidak mempertimbangkan inspeksi bulan sebelumnya karena dia secara regular, misalnya bulan ini departemen ABCDE bulan depan EFGHI jadi begitu siklusnya sampe 20 departemen. 1 departemen kena 1 kali dalam 4 bulan. Tidak ada daftar apa saja yang akan diinspeksi jadi mata kitalah yang harus jeli melihat.

sesudah itu petugas melakukan inspeksi ke lapangan lalu menyampaikan permasalahannya, kemudian wawancara dengan pihak departemen kapan batas waktu yang ditentukan untuk perbaikannya, kemudian pada saat meeting P2K3 bulanan diangkat dan disampaikan selaku laporan kita. Itu tanggung jawab user plant masing-masing kalau ada temuan seperti itu. Nanti kita sampaikan hasil temuannya, lalu dalam keterangan mereka akan buat due datenya kapan mereka akan sanggupi mereka akan tulis misalnya 1 minggu, 2 minggu atau 3 hari melihat dari keadaan temuannya inspeksi tadi. Kita juga melihat dari sisi temuannya kalau temuannya harus shut down maka harus menunggu perbaikan dari produksi untuk bisa diperbaiki. Misalnya 3 minggu lagi baru bisa shut down, maka harus dapat dimaklumi tapi kalau hasil temuan yang bisa dibersihkan saat itu juga seperti sarang lawa-lawa, itu harusnya langsung dibersihkan atau keramiknya pecah-pecah saya rasa 2 minggu tidak sampai. Hasil laporan dari temuan dikomunikasikan tidak semua personil hanya cukup melalui e-mail, meeting P2K3, apakah dari e-mail itu mereka komunikasikan lagi secara mading itu tergantung pada mereka. Informan 4

Seksi Patrol

(17)

apa saja temuan. Semua temuan tentang ketidaksesuaian, seperti sarang laba-laba, temuan-temuan yang sifatnya untuk perbaikanlah. Tidak ada daftar apa-apa saja yang mau diinspeksi, kita secara visual saja di lapangan. Apakah dia yang rusak, tidak baik, kotor, dan lain sebagainya.

Pada pelaksanaan safety inspection kita ikutsertakan HoDnya supaya mereka melihat buktinya. Lalu kita komunikasikan kepada HoD tersebut bahwasannya ada temuan jadi dia tidak bisa mengelak. Apabila ditemukan suatu masalah maka due date harus diisi di form yang ada. Setelah diberi rekomendasi maka diberi tenggang waktu. Mereka yang tentukan waktunya. Misalnya 1 minggu kemudian setelah 1 minggu dikunjungi lagi dan diinspeksi lagi. Kalau belum diperbaiki diingatkan lagi ke mereka, kalau belum diperbaiki juga nanti kita kirim e-mail ke pimpinan perusahaan dan dibawakan ke rapat P2K3 yang dilakukan setiap bulan.

Laporan safety inspection dimasukkan ke form, di kasih ke pak Daud (sekretaris P2K3), setelah di tanda tangani kemudian direkap, lalu masuk dalam laporan P2K3. Kalau untuk pekerja yang melakukan pelanggaran kita kasih BAP (Berita Acara Pelanggaran) dengan materai 6000 tanpa ada sanksi atau denda hanya diingatkan. Biasanya badge name mereka kita bolongi kalau sudah 3 kali melanggar tidak diizinkan bekerja lagi.

Informan 5 Assisten Supervisor

Jika ditemukan kondisi tidak aman, sudah ada dibuat dalam form itu bahwasanya ada corrective action apa yang harus dilakukan disitu kita tuliskan due date/tenggang waktunya berapa lama bisa diclearkan masalah itu.

Pada saat pelaksanaan safety inspection tidak ada penilaian potensi bahaya.

Informan 6 Anggota P2K3

(18)

Lampiran 5. Lembar Observasi

No Hal yang Diobservasi Kesesuaian Keterangan Ya Tidak

1. Jenis safety inspection a. Informal 3. Hal yang diinspeksi

(19)
(20)

e. Melakukan tindakan korektif sementara f. Diskusi mengenai

tindakan korektif permanen dan waktu perbaikan

4. Laporan inspeksi d. Laporan Hasil

temuan dilaporkan kepada departemen EHS

e. Laporan dibuat dalam bentuk tulisan dan diarsipkan. f. Hasil dari analisis

laporan inspeksi umum

(21)

Lampiran 6. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamtan dan Kesehatan Kerja

7. Standar Pemantauan 7.1 Pemeriksaan Bahaya

7.1.1 Pemeriksaan/inspeksi terhadap tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.

7.1.2 Pemeriksaan/inspeksi dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi bahaya.

7.1.3 Pemeriksaan/inspeksi mencari masukan dari tenaga kerja yang melakukan tugas di tempat yang diperiksa.

7.1.4 Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat pemeriksaan/inspeksi.

7.1.5 Laporan pemeriksaan/inspeksi berisi rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan.

7.1.6 Pengusaha atau pengurus telah menetapkan penanggung jawab untuk pelaksanaan tindakan perbaikan dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi. 7.1.7 Tindakan perbaikan dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi dipantau

(22)

Lampiran 7. OHSAS 18001 Tahun 2007 4.3 Perencanaan

4.3.1 Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko harus memperhatikan:

a) aktivitas rutin dan tidak rutin;

b) aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat kerja (termasuk kontraktor dan tamu);

c) perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya;

d) bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada kesehatan dan keselamatan personel di dalam kendali organsisasi di lingkungan tempat kerja;

e) bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja yang terkait di dalam kendali organisasi;

CATATAN 1 akan lebih sesuai penilaian bahaya-bahaya dinilai seperti aspek

lingkungan.

f) Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yang disediakan baik oleh organisasi ataupun pihak lain.

g) Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi, aktivitasaktivitas

(23)

h) modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara, dan dampaknya kepada operasional, proses-proses dan aktivitasaktivitas;

i) adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan (lihat juga CATATAN 3.12) j) rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi, mesin/peralatan,

prosedur operasional dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya kepada kemampuan manusia.

Metodologi organisasi dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus:

a) ditetapkan dengan memperhatikan ruang lingkup, sifat dan waktu untuk memastikan metodenya proaktif; dan

b) menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi risikorisiko, dan penerapan

pengendalian, sesuai keperluan. Untuk mengelola perubahan, organisasi harus mengidentifkasi bahaya-bahaya K3 dan risiko-risiko K3 terkait dengan perubahan di dalam organisasi, sistem manajemen K3, atau aktivitas-aktivitasnya, sebelum menerapkan perubahan tersebut. Organisasi harus memastikan hasil dari penilaian ini dipertimbangkan dalam menetapkan pengendalian. Saat menetapkan pengendalian, atau mempertimbangkan perubahan atas pengendalian yang ada saat ini, pertimbangan harus diberikan untuk menurunkan risiko berdasarkan hirarki berikut:

(24)

c) pengendalian teknik;

d) rambu/peringatan dan/atau pengendalian administrasi; e) alat pelindung diri.

Organisasi harus mendokumentasikan dan memelihara hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendaian selalu terbaru. Organisasi harus memastikan bahwa risikorisiko K3 dan penetapan pengendalian dipertimbangkan saat membuat, menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3 perusahaan.

4.5.3.2 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menangani ketidaksesuaian-ketidaksesuaian yang aktual dan potensial dan untuk melakukan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan. Prosedur harus menetapkan persyaratan-persyaratan untuk:

a) mengidentifikasi dan memperbaiki ketidaksesuan dan mengambil tindakan perbaikan untuk mengurangi dampak K3;

b) menyelidiki ketidaksesuaian, menetapkan penyebab-penyebab dan mengambil tindakan-tindakan untuk mencegah terjadi lagi;

c) evaluasi kebutuhan untuk melakukan tindakan pencegahan dan menerapkan tindakan yang dirancang untuk mencegah agar tidak terjadi;

d) mencatat dan mengkomunikasikan hasil hasil tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang dilakukan;

(25)

Bila tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan menimbulkan adanya bahaya-bahaya baru atau yang berubah atau perlu adanya pengendalian baru atau diperbaiki, prosedur ini harus mensyaratkan bahwa tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan sudah melalui penilaian risiko sebelum diterapkan.

Setiap tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menghilangkan akar penyebab ketidaksesuaian yang aktual dan potensial harus sesuai dengan besarnya masalah dan seimbang dengan risiko-risiko K3 yang dihadapi.

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

Lampiran 14. Hasil Dokumentasi

(34)
(35)

Peneliti melakukan wawancara dengan Head of Departement EHS

(36)
(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Budiono, S. AM., Yusuf, R.M.S., Pusparini, A., 2003. Bunga Rampai Hiperkes & KK, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

EHS Departement – PT. Multimas Nabati Asahan., 2014. Bahan Presentasi Dasar-Dasar Pencegahan Kecelakaan Kerja.

Ernawati, O. D., 2009. Inspeksi K3 Terhadap Potensi Bahaya Kecelakaan di Tempat Kerja di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang. (Skripsi) Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/10424/MjM2MjQ=/Inspeksi- K3-terhadap-potensi-bahaya-kecelakaan-di-tempat-kerja-di-PT-Indofood-Sukses-Makmur-tbk-divisi-noodle-cabang-Semarang-abstrak.pdf (diakses 30 januari 2016)

Hadipoetro, S., 2014. Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja, Jakarta: Penerbit Yayasan Patra Tarbiyyah Nusantara

Hamdi, R., 2009. Analisis Tingkat Pemenuhan Safety inspection Ditinjau Dari International Safety Rating System (ISRS) di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Site Cirebon Jawa Barat Tahun 2009. (Skripsi) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Jakarta http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Skripsi%20ISRS%20Rizwan.pdf (diakses 30 januari 2016)

Heinrich, H.W., Petersan, D., Roos, N., 1980. Industrial Accident Prevention. United State of America

ILO., 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebagai Sarana Produktivitas, Jakarta: International Labour Office.

Miles, B. M., Huberman, A. M., 2009. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta: UI-Press.

Moleong, LJ., 2012. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(38)

OHSAS 18001., 2007. Occupational Health and Safety Management Systems- Requirements.http://mhconsulting-indonesia.com/file-download/Klausul-OHSAS-18001.pdf (Diakses pada 20 januari 2016).

Oktapiantri, R. P., 2009. Implementasi Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Kerja sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan di PT. Pupuk Kujang Cikampek. (Skripsi) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/10372/MjM1MDI=/Implemen tasi-pelaksanaan-inspeksi-keselamatan-kerja-sebagai-upaya-pencegahan-kecelakaan-di-PT-Pupuk-Kujang-Cikampek-abstrak.pdf (diakses 30 januari 2016)

Pratiwi, A. D., 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) Pada Pekerja di PT. X Tahun 2011. (Skripsi) Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20288800-S

Ayu%20Diah%20Pratiwi.pdf (diakses 30 januari 2016).

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI., 2015. Situasi Kesehatan Kerja

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kesja.pdf (diakses pada 19 Februari 2016).

Ramli, S., 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001, Jakarta: Dian Rakyat.

Ramli, S., 2013. Smart Safety Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif, Jakarta: Dian Rakyat.

Ramsey, H., 2000. Safety Audit/ Inspeksi Manual, Washington DC: ACS Committee on Chemical Safety

Ridley, J., 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Setiawan, R., 2012. Hubungan Implementasi Inspeksi K3 Terhadap Angka Kecelakaan Kerja di PT. Indo Accidatama Tbk Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. (Skripsi) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Sugiyono., 2012. Metode Penelitian Bisnis, Jakarta: Penerbit Alfabeta.

(39)

Tarwaka., 2014 Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen Impelementasi K3 di Tempat Kerja, Surakarta: Harapan Press.

Tista, Z., 2011. Hubungan Antara Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku Aman (Safety Behavior) Pekerja Pada Divisi Kapal Niaga PT. PAL Indonesia (Persero). (Skripsi) Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Jember. Jember

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/782/Zolana%20Ti sta%20-%20072110101029.pdf?sequence=1 (diakses 30 januari 2016) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, Jakarta Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Jakarta Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta

Winarsunu, T., 2008. Psikologi Keselamatan Kerja, Malang: Penerbit Umum Press.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kualitatif. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara. Adapun alasan penulis mengadakan penelitian di tempat ini, yaitu:

1. Belum penah dilakukan penelitian mengenai safety inspection 2. Peneliti diberi izin untuk melakukan penelitian

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini berlangsung mulai bulan Januari-Juli 2016, yaitu sejak pembuatan proposal hingga penelitian ini selesai.

3.3 Informan

Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu secara purposive sampling (sampling bertujuan).

(41)

1. Satu orang Head of Department (HoD) EHS yang bertanggung jawab atas program safety inspection.

2. Satu orang Seksi patrol yang bertugas langsung melakukan safety inspection di lapangan.

3. Satu orang Safety Officer yang bertugas menangani dan menyusun dokumen dan data Departemen EHS, serta memahami SOP safety inspection.

4. Satu orang Sekretaris P2K3 yang memiliki tanggung jawab dalam mendokumentasikan hasil-hasil temuan inspeksi yang dibawakan dalam rapat P2K3 setiap bulan.

5. Satu orang Assisten Supervisor yang berperan sebagai PiC (Person in Charge) yang memiliki wewenang dalam melakukan tindakan perbaikan apabila ditemukan kondisi tidak aman pada departemennya.

6. Satu orang Anggota P2K3 yang mengetahui dan melaksanakan safety inspection.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara:

(42)

2. Observasi partisipasi pasif, yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Penulis hadir pada saat safety inspection dilakukan untuk mengamati pelaksanaan safety inspection namun tidak tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

3.4.2 Data sekunder

Selain data primer, peneliti memerlukan data sekunder untuk mendukung pelaksanaan penilitian dan kelengkapan data yang diperlukan. Untuk memperoleh data sekunder peneliti menggunakana metode dokumentasi. Peneliti memerlukan sejumlah dokumen yang menunjang penelitian ini, seperti: SOP safety inspection, form safety inspection, hasil temuan inspeksi, checklist safety inspection, schedule

safety inspection, laporan safety inspection, dan lain sebagainya.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utama atau alat penelitian adalah penulis atau peneliti. Namun dalam pengambilan data di lapangan, peneliti dibantu oleh instrumen lainnya, yaitu; pedoman wawancara, lembar observasi, buku catatan, alat tulis, alat perekam suara, dan alat dokumentasi berupa kamera. Hal ini diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan dan pengumpulan data.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(43)

conclusion drawing/ verification.

3.6.1 Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

3.6.2 Penyajian data (data display)

Setelah dilakukan direduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel matriks dan kemudian diuraikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

3.6.3 Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification)

(44)

BAB IV HASIL

4.1 Gambaran Umum PT. Multimas Nabati Asahan 4.1.1 Sejarah dan Lokasi PT. Multimas Nabati Asahan

PT. Multimas Nabati Asahan adalah salah satu perusahaan swasta berbadan hukum perseroan terbatas yang bergerak dalam industri minyak kelapa sawit dan termasuk dalam Wilmar Group. PT. Multimas Nabati Asahan terletak di Jl. Access Road Dusun IV Tanjung Permai, Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelah barat PT. Multimas Nabati Asahan berbatasan dengan lahan Pertamina, sebelah timur berbatasan dengan PT. Citra Mill, sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, dan sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Acces Road Dusun IV Tanjung Permai.

(45)

kapasitas produksi, PT. Multimas Nabati Asahan mendirikan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang berlokasi di areal perusahaan itu sendiri.

Saat ini kegiatan PKS meliputi pengolahan buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dengan kapasitas 75MT/ hari. Kegiatan pabrik refinery

meliputi pengolahan CPO dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) menjadi minyak goreng dan stearin dan turunannya dengan kapasitas produksi terpasang: Refined Belached Deodorized Palm Oil (RBDPO) 5510 MT/ hari, Palm Fattyacid

Distillate (PFAD) 261 MT/hari, Refined Bleached Deodorized Palm Stearin

(RBDPS) 1026 MT/hari dan Refined Bleached Deodorized Olein (RBDOI) 4734

MT/hari, Hydrogenated Palm Kernel Stearin (HPKS) 100 MT/hari, Hydrogenated Palm Kernel Oil (HPKO) 101 MT/hari, Hydrogenated Palm Kernel Olein

(HPKOlein) 100 MT/hari, serta kegiatan Power Plant sebagai sumber energi

untuk kebutuhan sendiri dengan kapasitas 2x10 MW (Laporan Pelaksanaan Proper Pabrik Minyak Goreng PT. Multimas Nabati Asahan, 2015).

4.1.2 Visi dan Misi

Visi : “Perusahaan kelas dunia yang dinamis di bisnis agrikultur dan industri terkait dengan pertumbuhan yang dinamis dengan tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di dunia melalui kemitraan dan manajemen yang baik”.

(46)

BUSINESS HEAD

FACTORY COORDINATOR

UTILITY QA/QC R & D ADMIN ENGINEERING

OPERATION

PH MNA WEIGHT BRIDGE

SHIPPING PRODUKSI

REFINERY & FRAKSINASI

PALM OIL MILL PK PLANT CONSUMER PACK LOGISTIC

WARE HOUSE

PPIC STORE SPARE PART

EHS SEKRETARIS MANAGEMENT REPRESENTATIVE

OST CONTROL 4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi PT. Multimas Nabati Asahan

(47)
(48)

4.1.4 Sumber Daya Manusia dan Jam Kerja

Tenaga kerja yang berkerja di PT. Multimas Nabati Asahan berjumlah 1452 orang, yang terdiri dari Manager & Asisten Manager, Staff / Karyawan, ditambah dengan karyawan kontraktor yang berasal dari pusat jasa tenaga kerja swasta yang ada di sekitar lokasi perusahaan. Penggunaan tenaga kerja diutamakan bagi tenaga kerja lokal melalui proses seleksi yang dilakukan oleh PT. Multimas Nabati Asahan. Adapun rincian jumlah keseluruhan tenaga kerja di PT. Multimas Nabati Asahan pada saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

No.

Klasifikasi Pekerja Jumlah (orang)

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 1. Manager & Asisten

18 17 1

2. Staff / Karyawan

706 665 41

3. Kontraktor

746 720 26

Total 1470 1402 68

Sumber :Laporan Kegiatan P2K3 Triwulan IV Periode Oktober s/d Desember 2015

Jam kerja yang diberlakukan di PT. Multimas Nabati Asahan untuk operasional adalah 8 jam/shift, terbagi menjadi 3 shift selama 7 hari kerja dalam seminggu, dengan rincian sebagai berikut:

(49)

Jam kerja untuk office mulai dari jam 08.00-16.45 WIB dengan waktu istirahat dari jam 12.00-13.30 WIB. Waktu operasional dalam 1 minggu adalah 6 hari kerja dengan waktu kerja selama 24 jam/hari.

4.1.5 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT. Multimas Nabati Asahan

Masalah keselamatan dan kesehatan adalah salah satu prioritas utama dari PT. Multimas Nabati Asahan, dimana Perseroan memberikan perhatian terhadap pelaksanaan dan kepatuhan terhadap prosedur standar baku operasi sebagai suatu cara untuk mengurangi risiko keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, oleh sebab itu perusahaan menetapkan beberapa kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Multimas Nabati Asahan yang dibuat dan diatur langsung oleh Wilmar Group Indonesia dan ditandatangani langsung oleh Country Head Wilmar Group Indonesia. Isi dari kebijakan tersebut ialah:

a. Wilmar Group berkomitmen menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi setiap karyawan dan mengupayakan pengamanan yang memadai untuk melindungi karyawan dari kecelakaan/cedera serta melindungi perusahaan dan anak perusahaan dari kerugian atau kerusakan asset.

b. Wilmar Group memprakarsai penerapan, prosedur, dan peraturan keamanan lingkungan kerja.

(50)

d. Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab setiap karyawan. e. Setiap karyawan harus mengikuti peraturan dan prosedur keselamatan kerja

dari Wilmar Group.

f. Setiap karyawan memiliki kewajiban untuk bekerja sama dalam program keselamatan kerja di perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja.

g. Wilmar Group tidak mentoleransi penyalahgunaan obat terlarang (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya).

h. Kebijakan perusahaan untuk menjaga lingkungan kerja bebas dari konsumsi alkohol dan penyalahgunaan obat terlarang dan dampaknya.

4.1.6 Prinsip-Prinsip Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Multimas Nabati Asahan

Prinsip-prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan kerja PT. Multimas Nabati Asahan adalah:

1. Semua kecelakaan dan cedera dapat dicegah

2. Keterlibatan dari semua karyawan merupakan syarat dasar

3. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan tanggung jawab manajemen dan semua karyawan

4. Semua dampak dari pekerjaan dapat dijaga

5. Pelatihan karyawan untuk bekerja dengan aman merupakan syarat dasar 6. Bekerja dengan aman merupakan syarat dari pekerjaan

7. Manajemen wajib melakukan audit

8. Semua kekurangan harus segera diperbaiki

(51)

10. Prosedur dan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja harus dilaksanakan dengan baik.

4.1.7 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. Multimas Nabati Asahan

4.1.7.1 Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja(P2K3) PT. Multimas Nabati Asahan

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. Multimas Nabati Asahan ditetapkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara Nomor 566/460/07/SK-P2K3/BB/2015 dengan susunan sebagai berikut, sesuai dengan Permenaker No. Per-04/MEN/1987 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.

Ketua P2K3 : Ridwan Brandes (Unit Head)

Wakil Ketua P2K3 : dr. Roganda Silaban (Dokter Hyperkes) Sekretaris P2K3 : M. Daud Dasopang

Anggota : Wakil Departemen / section/ plant total 282 orang

4.1.7.2 Tugas dan Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. Multimas Nabati Asahan

(52)

Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. Multimas Nabati Asahan sebagai berikut:

a. Menghimpun dan mengolah data tentang K3 ditempat kerja.

b. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:

1. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta tata cara penanggulangannya;

2. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktifitas kerja; 3. Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

4. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya. c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:

1. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja; 2. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;

3. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja;

4. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan;

5. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomik;

6. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di perusahaan;

(53)

9. Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;

10. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, hygiene perusahaan dan kesehatan kerja.

d. Membantu pimpinan perusahaan, menyusun kebijakan manajemen, dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, hygiene perusahaan dan kesehatan kerja. (Laporan Kegiatan P2K3 Triwulan IV Periode Oktober s/d Desember 2015).

4.2 Karakteristik Informan

Gambaran karakteristik pekerja yang menjadi informan berdasarkan jabatan atau tugas yang dikerjakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Jabatan atau Tugas yang Dikerjakan di PT. Multimas Nabati Asahan

No Jabatan/Tugas Jumlah

(Orang)

EHS : Environment Health and Safety HoD : Head of Departement

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(54)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 6 informan terdapat 1 Orang yang memiliki jabatan sebagai HoD EHS, 1 Orang memiliki jabatan sebagai EHS Supervisor sekaligus Sekretaris P2K3, 1 Orang memiliki jabatan sebagai Safety Officer, 1 Orang memiliki jabatan sebagai Seksi patrol, 1 Orang memiliki jabatan sebagai Assistant Supervisor, dan 1 Orang memiliki jabatan sebagai anggota P2K3.

Gambaran karakteristik pekerja yang menjadi informan dalam penelitian ini berdasarkan masa bekerja adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Informan Berdasarkan Masa Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan

No Masa kerja Jumlah

1. 2.

≤15 tahun >15 tahun

4 2

Jumlah 6

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa informan yang memiliki masa kerja dibawah 15 tahun atau sama dengan 15 tahun berjumlah 4 orang dan yang bekerja diatas 15 tahun ada sebanyak 2 orang, sehingga jumlah seluruhnya ada 6 orang informan.

4.3 Penerapan Safety Inspection sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

Safety inspection yang dilakukan di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala

(55)

serta Requirement Quality Management System OHSAS 18001 yang mengharuskan perusahaan melakukan safety inspection. Penerapan safety inspection diperusahaan ini didasari oleh kebutuhan akan pentingnya menilai gap

atau ketidaksesuaian K3 di masing-masing tempat area kerja sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan dengan segera agar tidak menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Kegiatan safety inspection di perusahaan ini sering juga disebut dengan inspeksi atau observasi atau audit.

Penerapan safety inspection merupakan upaya pendukung untuk mencapai target perusahaan yaitu zero accident yang pelaksanaannya berpedoman pada SOP safety inspection yang berlaku di Wilmar dan MNA Kuala Tanjung. Safety

inspection telah diterapkan sejak tahun 2008 dan masih berlanjut sampai saat ini..

Safety inspection ini juga merupakan salah satu tools yang dapat membantu pihak

manajemen untuk bisa melihat bagaimana jalannya pelaksanaan K3 di perusahaan, apakah memenuhi peraturan atau ketentuan yang telah digariskan sehingga bisa membandingkan implementasi di lapangan dengan yang ditetapkan. Safety inspection menjadi salah satu standar untuk melakukan pengontrolan

sarana produksi untuk melihat ketidaksesuaian yang mencakup salah satunya mesin, lingkungan kerja, dan proses kerja. Menyangkut standar control produksi dan operasional.

(56)

1. Administration 2. Consumer Pack 3. CPKO Fractionation 4. Fractionation PMF 5. HIG

6. Logistic PH. MNA 7. Logistic PH SF

8. Logistic Store Spare Part 9. Logistic Stock Control 10. Logistic Ware House FG 11. Logistic Warehouse SF 12. Logistic WB/Timbangan 13. Operation shipping 14. PK- Plant

15. Produksi MNA 1000-1500 16. PT. PAN

17. PKS PT. MNA

18. Quality Control/ R And D 19. Refinery 200/400

20. Refinery 3000

(57)

Menurut pendapat beberapa informan, safety inspection sangat berdampak terhadap pencegahan kecelakaan di PT. Multimas Nabati Asahan karena dengan dilakukannya safety inspection unsafe action dan unsafe condition dapat dikontrol dengan baik. Uraian diatas dirangkum sesuai dengan yang dinyatakan oleh beberapa informan sebagai berikut:

Informan 1: “Safety inspection salah satu tools untuk prevention accident untuk

dapat menilai sejauh mana gap atau ketidaksesuaian K3 di masing-masing tempat kerja sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan segera agar tidak menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja”

“Dengan adanya tindakan perbaikan unsafe action, unsafe condition maka dapat kita lakukan controlling sehingga akan sangat berdampak terhadap pencegahan kecelakaan kerja” (HoD EHS). Informan 2: “Kalau berdasarakan peraturan, MNA telah menerapkan

klausul-klausul yang telah disebutkan dalam audit OHSAS 18001, turunan-turunan dari UU No. 1 tahun 1970 tentang Menajemen K3, tapi induknya UU No. 1 tahun 1970, jadi wajib melakukan inspeksi K3 dalam rangka upaya-upaya untuk mencegah kecelakaan. EHS Supervisor” (Sekretaris P2K3).

Informan 3: “Safety inspection di PT. Multimas Nabati Asahan sudah diterapkan sejak tahun 2008. Safety inspection menjadi salah satu standar untuk melakukan pengontrolan sarana produksi untuk melihat ketidaksesuaian yang mencakup salah satunya mesin, lingkungan kerja, proses kerja. Menyangkut standar control produksi dan operasional. Salah satu Pedoman safety inspection adalah UU No. 1 Tahun 1970, Wilwar Sustainable Control (WSC) dan juga yang di SOP masih Permen 1996, SOP kami banyak yang belum direvisi(EHS Officer).

Informan 6: “Safety inspection sebagai upaya pendukung untuk mencapai target perusahaan yaitu zero accident” (Anggota P2K3).

Berdasarkan SOP safety inspection, adapun hal yang akan di inspeksi adalah unsafe condition yang berada diseluruh area kerja hingga pada lokasi pembuangan limbah akhir. Adapun kondisi yang akan diinspeksi adalah:

(58)

b. Instalasi listrik dan panel control c. Instalasi pembuangan limbah cair

d. Instalasi peralatan pemadam kebakaran (hydrant, APAR, jockey pump, diesel pump, engine pump)

e. Area kerja

g. dan hal lain yang dianggap perlu

Berdasarkan SOP safety inspection, berikut ini adalah langkah-langkah yang dikerjakan dalam melaksanakan safety inspection:

1. EHS officer bersama dengan seksi patrol LK3 membuat jadwal untuk melakukan inspeksi LK3. Jadwal ini akan disesuaikan dengan target yang telah ditetapkan dalam monthly performance indicator.

2. Setiap personil yang akan melakukan inspeksi harus memiliki kompetensi terkait dengan hal yang akan diinspeksi

3. Pada saat melaksanakan inspeksi, personil dapat mengambil foto sebagai bukti dokumentasi

4. Setiap hasil inspeksi LK3 akan dibuatkan dalam form inspeksi LK3

5. EHS officer dan seksi patrol LK3 akan membuat rekomendasi tindakan perbaikan.

6. Setiap hasil inpeksi LK3 disampaikan kepada top management untuk kemudian dapat ditetapkan pic dan due date tindakan perbaikannya

(59)

8. Jika melewati waktu dari batas due date yang telah ditetapkan, maka akan dibuatkan PICA (Problem Identification Corrective Action) untuk mengidentifikasi permasalahan dan melaporkan kepada top management 9. Setiap tindakan corrective action yang telah selesai dilakukan maka akan

dituliskan status close pada form inspeksi LK3.

4.3.1 Jenis Safety Inspection di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

Berdasarkan frekuensi pelaksanaannya, jenis safety inspection yang diterapkan oleh perusahaan terdiri dari safety inspection terencana dan safety inspection informal. Safety inspection terencana yang diterapkan adalah safety

inspection rutin/umum yang dilakukan secara terencana yang terdiri dari safety

inspection harian, mingguan, dan bulanan sedangkan safety inspection informal

waktu dan frekuensi pelaksanaannya tidak ditentukan dan sifatnya tidak sistematis.

a. Safety inspection rutin/umum

Safety inspection rutin/terjadwal dilakukan sesuai jadwal yang sudah

ditentukan dan setiap hasil temuan dilaporkan menggunakan form safety inspection. Safety inspection rutin/terjadwal dilakukan setiap hari, seminggu

sekali dan sebulan sekali.

Hal ini sesuai sesuai dengan keterangan dari beberapa informan sebagai berikut:

(60)

Informan 5: “Ada yang terjadwal dan ada yang tidak terjadwal. Kalau yang terjadwal sebulan sekali dan seminggu sekali itu pakai form kalau yang tidak terjadwal atau tidak pakai form kita lakukan setiap hari” (Assisten Supervisor).

Waktu dan frekuensi pelaksanaan safety inspection rutin adalah sebagai berikut:

1. Harian

Safety inspection harian dilakukan untuk memeriksa work permit mulai

dari shift pagi dengan tidak mengabaikan shift sore dan malam. Seksi patrol dapat melakukan safety inspection ketika sedang memeriksa Work Permit. Pemeriksaan Work Permit dilakukan setiap hari mulai pagi hari pukul 08.00-12.00 WIB.

Kemudian dilanjutkan dengan safety patrol hingga berakhirnya jam kerja office yaitu pukul 16.45 WIB untuk memastikan kembali bahwa prosedur K3 dilaksanakan dengan baik. Inspeksi yang dilakukan oleh user plant setiap hari terabagi atas 3 shift yaitu:

1. Shift I (Pagi) : Pukul 07.00 WIB - 15.00 WIB 2. Shift II (Sore) : Pukul 15.00 WIB - 23.00 WIB 3. Shift III (Malam) : Pukul 23.00 WIB - 07.00 WIB

Hal ini dirangkum dari pernyataan yang diberikan oleh beberapa informan sebagai berikut:

(61)

Informan 4: “Safety inspection harian yang dilakukan mulai dari pagi hari pukul 08.00 setelah briefing sambil meriksa work permit sampai dengan selesai jam kerja office yaitu pukul 16.45. Untuk shift malam juga ada yang bertugas untuk inspeksi dari masing-masing departemen” (Seksi Patrol).

Informan 5: “Kalau inspeksi tanpa data kita lakukan setiap hari” (Assisten Supervisor).

Informan 6: “Inspeksi ada dilakukan setiap hari, seksi patrol juga setiap hari jalan untuk memantau kondisi tiap departemen. Inspeksi yang dilakukan secara berkelanjutan mulai dari shift pagi, sore, dan malam” (Anggota P2K3).

2. Mingguan

Waktu pelaksanaan Safety inspection mingguan tidak ditentukan namun wajib dilakukan oleh user plant masing-masing dengan frekuensi 1 kali dalam seminggu, jadi dalam 1 bulan safety inspection dilakukan sebanyak 4 kali di departemen masing-masing dan hasil dari pelaksanaan safety inspection dilaporkan kepada departemen EHS. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh informan sebagai berikut:

Informan 2: “….sedangkan per departemen bisa satu kali seminggu” (EHS Supervisor/Sekretaris P2K3).

Informan 6: “Departemen juga melakukan safety inspection mingguan dan membuat laporan yang akan diserahkan ke departemen EHS setiap bulannya sesuai dengan form yang diberikan oleh EHS. Tidak ditentukan harinya tapi setiap minggu diadakan 1 kali dalam seminggu” (Anggota P2K3).

3. Bulanan

(62)

memerlukan frekuensi inspeksi lebih tinggi dibanding area kerja lain. Secara keseluruhan terdapat 20 departemen, jadi dalam satu putaran atau satu siklus safety inspection, satu departemen diinspeksi sebanyak 1 kali dalam 4 bulan. Hal

ini didukung oleh pernyataan beberapa informan sebagai berikut ini:

Informan 1: “Safety inspection ada jadwalnya, yaitu jadwal rutin 1 kali sebulan” (HoD EHS).

Informan 2: “Ada jadwal rutin yang kita sebarkan ke departemen terkait jadwal inspeksi dari EHS 1 kali sebulan”. (EHS Supervisor/ Sekretaris P2K3).

Informan 3: “Jadwal tetapnya minggu pertama sampai minggu kedua paling lama. Karena kalau dibuat minggu ketiga nanti pada saat perbaikan dalam bulan itu waktu untuk closed nya terlalu cepat. Jadi kalau minggu pertama kan masih ada waktunya 3 minggu lagi untuk perbaikan, karena bagaimanapun laporannya harus di closed dalam bulan itu juga. Jangan melewati bulan tersebut” (EHS Officer)

b. Safety inspection informal (tidak terencana)

Safety inspection tidak rutin/tidak terjadwal namun dilakukan dalam

kegiatan sehari-hari pekerja. Pelaksanaan safety inspection informal tidak ditentukan kapan dan dimana akan dilaksanakan atau tidak terjadwal. Siapa saja bertanggung jawab atas keselamatan di tempat kerjanya mulai dari pekerja, supervisor, maupun Head Section. Apabila menemukan kondisi tidak aman siapapun dapat melaporkannya kepada penanggungjawab area atau kepada Departemen EHS.

Safety inspection informal tidak ditentukan dan tidak direncanakan waktu

(63)

Hal ini disimpulkan berdasarkan pernyataan informan sebagai berikut: Informan 1:“Untuk jenis inspeksi yang kita lakukan ada rutin dan tidak rutin.

Kalau yang rutin kita lakukan sebulan sekali kalau yang tidak rutin itu contohnya pada saat petugas sedang safety patrol ada temuan itu bisa dilakukan inspeksi” (HoD EHS).

Informan 3: “Tidak ditentukan kapan waktu pelaksanaanya, yang melaporkan boleh komisaris P2K3, karyawan diluar pun boleh tapi yang paling sering melaporkan bagian P2K3 nya. Bukan hanya seksi patrol, orang lain bisa juga kalau misalnya saya melihat, saya juga berhak menindaklanjuti atau bahkan memberhentikan pekerjaan. K3 itu tanggung jawab kita semua bukan hanya EHS saja, kalau dulu EHS sekarang tidak lagi, budaya itu kita perluas. Mulai dari operator sampai ke level GM (General manager). Tapi kembali kepada kepedulian” (EHS Officer).

Informan 5: “Ada yang terjadwal dan ada yang tidak terjadwal. Kalau yang terjadwal sebulan sekali dan seminggu sekali itu pakai form kalau yang tidak terjadwal atau tidak pakai form kita lakukan setiap hari” (Assisten Supervisor).

4.3.2 Pelaksana Safety Inspection di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

Pelaksana safety inspection atau yang disebut juga dengan inspektor menjadi suatu item yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan safety inspection di perusahaan dan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam melaksanakan safety inspection. Pelaksana safety inspection atau orang yang bertugas melakukan

safety inspection di perusahaan ini disebut dengan auditor/ inspektor/ observer.

(64)

mengenai safety inspection di tempat kerja. Inspektor bertanggungjawab dalam melakukan safety inspection informal dan terencana.

Pelaksana safety inspection di PT. Multimas Nabati Asahan terdiri dari: i. Seksi patrol

Seksi patrol berasal dari departemen EHS dan berjumlah 4 orang. Seksi patrol bertugas dalam melakukan safety inspection informal dan terencana. Pada safety inspection harian masing-masing personil diberi tugas untuk melakukan

safety patrol dan memeriksa work permit yang meliputi pekerjaan kritikal dan non-kritikal pada seluruh area kerja berdasarakan pembagian area yang sudah ditentukan kemudian melakukan inspeksi ke lokasi atau area untuk memastikan bahwa kondisi dan saran tindakan pencegahan cocok dan aman untuk melakukan proses pekerjaan tersebut. Seksi Patrol memeriksa apakah yang tertera di work permit telah sesuai dilakukan serta mengamati setiap kondisi di area kerjanya

untuk melihat adanya kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman. Apabila ditemukan ketidaksesuain maka seksi patrol dapat menegur pekerja dan berhak mengehentikan pekerjaan. Dalam melakukan safety inspection bulanan Seksi patrol bersama-sama dengan perwakilan komisaris P2K3 disusun dalam bentuk tim oleh Safety Officer dari Deparemen EHS setiap bulannya untuk melakukan safety inspection pada area yang telah ditentukan.

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari Seksi Patrol juga melakukan safety inspection informal dan wajib melaporkan 10 temuan mengenai perilaku

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Multimas Nabati Asahan
Gambar 4.2 Struktur Organisasi EHS (Environment, Health and Safety Departemen)
Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung
Tabel 4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Jabatan atau Tugas yang Dikerjakan di PT. Multimas Nabati Asahan Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengelolahan minyak tersebut dimulai dengan proses perebusan dan proses pemurnian merupakan tahap akhir dari seluruh proses.Cara yang digunakan untuk menentukan kadar air pada

Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung merupakan perusahaan yang telah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dan belum pernah dilakukan

Disarankan bagi perusahaan untuk mengikutkan pekerja kernek bongkar CPO dalam pelatihan K3 tentang APD, safety behaviour , K3 kebakaran, dan memperbaiki standar

Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung pada saat survei pendahuluan adalah setiap hari jumat pada awal bulan diadakan safety talk bulanan yang dihadiri oleh seluruh pekerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/VII/ 2010 pasal 1 ayat (1), alat pelindung diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai

dalam proses perilaku aman ( safety process) adalah terdapatnya kerja sama yang baik untuk perencanaan implementasi program dan adanya partisipasi dari.. masing-masing

Program behavior based safety di PT Inalum Kuala Tanjung disebut dengan nama program Inalum Kartu Aman (IKA) yang memberikan pengajaran kepada pekerja untuk