Lampiran 1. Kuesioner penelitian
1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian
I. IDENTITAS APOTEKER PENANGGUNGJAWAB APOTEK (APA)
1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
2. Pengalaman sebagai Apoteker Penanggungjawab Apotek ≤ 1 tahun
>1 –5 tahun > 5–10 tahun >10 tahun 3. Imbalan per bulan (Rp.)
>2.000.000 - 3.000.000 >3.000.000 - 4.000.000 >4.000.000
Yang lain :
4. Rata-rata jumlah lembar resep per hari ≤5 lembar
> 5 – 10 lembar > 10 – 20 lembar > 20 – 30 lembar > 30 lembar
5. Rata-rata omset (Rp.) per hari ≤ 1.000.000
>1.000.000 - 2.000.000 >2.000.000 - 3.000.000 >3.000.000 - 5.000.000 > 5.000.000- 10.000.000 > 10.000.000
7. Frekuensi Kehadiran di Apotek Selama apotek buka
Setiap hari, pada jam tertentu Yang lain:
II. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian
No Kegiatan Oleh
A1 Pemeriksaan kelengkapan resep A2 Pemeriksaan keabsahan resep
A3 Pertimbangan klinik terkait ketepatan indikasi dan dosis obat untuk anak A4 Pertimbangan klinik terkait aturan pakai mengingat kepatuhan anak
A5 Pertimbangan klinik terkait duplikasi A6 Pertimbangan klinik terkait reaksi
obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat dll)
A7 Pertimbangan klinik terkait kontraindikasi
A8 Pertimbangan klinik terkait interaksi obat
A9 Memeriksa obat yang tersedia di apotek terhadap permintaan pada resep
A10 Memeriksa kualitas fisik obat A11 Memeriksa tanggal kadaluarsa obat A12 Apabila ada hal-hal dalam resep yang
meragukan atau tidak sesuai, maka menghubungi dokter penulis resep
B. DISPENSING
B1 Melakukan peracikan obat B2 Memeriksa ulang obat yang akan
diserahkan
B3 Memberikan etiket pada kemasan
C. PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)
C1 Memberikan informasi pada konsumen terkait dosis obat C2 Memberikan informasi pada
konsumen terkait rute dan metode pemberian
C5 Memberikan informasi pada konsumen terkait efek samping C6 Memberikan informasi pada
konsumen terkait interaksi obat C7 Memberikan informasi pada
konsumen terkait harga C8 Memberikan informasi pada
konsumen terkait cara penyimpanan obat
C9 Membuat salinan resep (copy resep) C10 Membuat catatan pengobatan pasien
(medication record)
D. KONSELING
D1 Melakukan konseling yang terdokumentasi
D2 Menilai pemahaman konsumen melalui three prime questions D3 Menggali informasi dan
menyelesaikan masalah penggunaan obat
D4 Memverifikasi akhir pada pengasuh/konsumen
E. PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
E1 Melakukan pemantauan terapi obat yang terdokumentasi
E2 Melakukan identifikasi masalah terkait obat anak
E3 Memberikan rekomendasi terkait terapi pengobatan untuk anak E4 Mengkomunikasikan dengan tenaga
kesehatan lain terkait hasil identifikasi dan rekomendasi
F. MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
F1 Melaksanakan MESO yang terdokumentasi
F2 Mengidentifikasi obat dan pasien anak yang berpotensi
F3 Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
No Kegiatan Ya Tidak
G. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
G4 Pengeluaran obat sesuai FIFO G5 Pengeluaran obat sesuai FEFO
G6 Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan G7 Penyimpanan psikotropika sesuai ketentuan
G8 Pemusnahan obat kadaluarsa /rusak sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan
G9 Pemusnahan resep setiap 5 tahun G1
0
Pengendalian persediaan obat G1
1
Pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai
G1 2
Pelaporan narkotika dan psikotropika sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
H. ADMINISTRASI
H1 Pencatatan data dasar pasien anak ISPA
H2 Pencatatan nama dan jumlah obat yang diberikan H3 Pencatatan keluhan/gejala penyakit pasien
H4 Pencatatan penyakit dan obat yang pernah diderita anak sebelumnya
H5 Pencatatan riwayat alergi obat antibiotik H6 Pencatatan pemakaian obat narkotika H7 Pencatatan pemakaian obat psikotropika H8 Pengarsipan resep pemakaian obat narkotika H9 Pengarsipan resep pemakain obat psikotropika
I. EVALUASI MUTU PELAYANAN
I1 Tersedianya standar prosedur operasional (SPO) tertulis terkait proses pemeriksaan resep
I2 Tersedianya standar prosedur operasional (SPO) tertulis terkait proses dispensing
I3 Tersedianya standar prosedur operasional (SPO) tertulis terkait proses penyerahan obat
I4 Tersedianya standar prosedur operasional (SPO) tertulis terkait proses pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai
I5 Melaksanakan evaluasi terhadap tingkat kepuasan konsumen melalui kotak saran
Lampiran 1. Sambungan
1.2. Kepuasan Konsumen
KUESIONER
PROFIL PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DAN KEPUASAN KONSUMEN: STUDI KASUS PADA APOTEK KIMIA
FARMA NO. 27 MEDAN
Survei ini adalah survei untuk penulisan skripsi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU), oleh karena itu saya sebagai peneliti akan sangat berterima kasih jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia mengisi dan menjawab setiap pertanyaan dengan sukarela.
I. IDENTITAS RESPONDEN
Beri tanda ( ) pada pilihan yang sesuai
1. Umur
usia 13-17 tahun usia 18-49 tahun usia 50 tahun keatas 2. Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan
Tidak tamat SD Tamat SMA
Tamat SD Tamat Perguruan tinggi Tamat SMP
4. Tingkat penghasilan kepala keluarga tiap bulan
< Rp1.000.000 Rp1.000.000 s/d Rp5.000.000 > Rp5.000.000
5. Pekerjaan
Mahasiswa/mahasiswi Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga
PNS Lain-lain
6. Sudah berapa kali anda datang ke apotek ini:
II. KEPUASAN KONSUMEN
Pilih jawaban yang anda rasa tepat dengan tanda ) pada kolom yang sesuai Keterangan: TB = Tidak Baik TP = Tidak penting
KB = Kurang Baik KP = Kurang Penting CB = Cukup Baik CP = Cukup Penting B = Baik P = Penting
SB = Sangat Baik SP = Sangat Penting
No Pertanyaan Yang Anda Rasakan Harapan Anda
TB KB CB B SB TP KP CP P SP
F. KEHANDALAN
A1 Petugas menghitung harga obat dengan cepat
A2 Obat tersedia lengkap A3 Obat dijual dengan harga
yang wajar
A4 Petugas melayani dengan ramah dan tersenyum A5 Petugas selalu siap
membantu
A6 Jaminan kecepatan pelayanan yang lebih dari 15 menit untuk Non racikan dan 35 menit untuk racikan diberikan diskon atau permintaaan maaf petugas A7 Petugas apotek melakukan
proses transaksi pembelian dan pembayaran dengan cepat
G. KETANGGAPAN
B1 Petugas cepat tanggap terhadap keluhan pasien
B3 Terjadi komunikasi yang baik antara petugas dan konsumen
C1 Petugas mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bekerja
C2 obat yang dibeli terjamin kualitasnya
C3 Obat yang diberikan sesuai dengan yang diminta I. EMPATI
D1 Petugas memberi perhatian terhadap keluhan pasien anak melalui konsumen D2 Petugas memberi pelayanan
tanpa memandang status sosial
D3 Konsumen merasa nyaman selama menunggu
J. PENAMPILAN APOTEK
E1 Apotek terlihat bersih dan rapi
E2 Papan nama apotek dan lokasi apotek terletak di tempat yang strategis E3 Ruang tunggu pengambilan
obat dan toilet apotek bersih dan rapi
E4 Petugas apotek berpakaian bersih dan rapi
Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
2.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian
Correlations A. Pemeriksaan resep
RELIABILITY
/VARIABELS=A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 /SCALE('ALL VARIABELS') ALL
/MODEL=ALPHA.
a. Listwise deletion based on all variabels in the procedure.
/SCALE('ALL VARIABELS') ALL /MODEL=ALPHA. a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Lampiran 2. Sambungan
Correlations C. Pelayanan Informasi Obat
RELIABILITY
/VARIABELS=C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 /SCALE('ALL VARIABELS') ALL
/MODEL=ALPHA.
a. Listwise deletion based on all variabels in the procedure. /SCALE('ALL VARIABELS') ALL /MODEL=ALPHA. a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
Lampiran 2. Sambungan
Correlations E. Pemantauan terapi obat
RELIABILITY
/VARIABELS=E1 E2 E3 E4
/SCALE('ALL VARIABELS') ALL /MODEL=ALPHA. a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.869 4
Correlations F. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
RELIABILITY
/VARIABELS=F1 F2 F3
/SCALE('ALL VARIABELS') ALL /MODEL=ALPHA. a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Lampiran 2. Sambungan
Correlations G. Pengelolaan sediaan farmasi
RELIABILITY
/VARIABELS=G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 /SCALE('ALL VARIABELS') ALL
/MODEL=ALPHA.
a. Listwise deletion based on all variabels in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.967 12
Correlations G. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.798 9
Correlations H. Pencatatan Pengobatan Pasien
/VARIABELS=H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 /SCALE('ALL VARIABELS') ALL
/MODEL=ALPHA. a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.789 9
Correlations I. Evaluasi Mutu Pelayanan
RELIABILITY
/VARIABELS=I1 I2 I3 I4 I5 I6 /SCALE('ALL VARIABELS') ALL /MODEL=ALPHA. a. Listwise deletion based on all variabels
/SCALE('ALL VARIABELS') ALL /MODEL=ALPHA.
Lampiran 2. Sambungan
Scale: ALL VARIABELS a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure. /SCALE('ALL VARIABELS') ALL /MODEL=ALPHA. a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure.
Scale: ALL VARIABELS
Lampiran 2. Sambungan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure. a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure.
/SCALE('ALL VARIABELS') ALL /MODEL=ALPHA.
Lampiran 2. Sambungan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variabels
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
Lampiran 4. Penilaian kenyataan dan harapan variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
a. Persentase Kehandalan i. Kenyataan
1. Tidak Baik =
x 100% = 0,57% 2. Kurang Baik =
x 100% = 5,57% 3. Cukup Baik =
x 100% = 38,28%
4. Baik =
x 100% = 45,43% 5. Sangat baik =
x 100% = 10,14% ii. Harapan
1. Tidak penting =
x 100% = 0,28% 2. Kurang penting =
x 100% = 2,57% 3. Cukup penting =
x 100% = 27% 4. Penting =
x 100% = 45% 5. Sangat penting =
x 100% = 25,14%
b. Persentase Ketanggapan i. Kenyataan
1. Tidak baik =
x 100% = 1,25% 2. Kurang baik =
Lampiran 4. Sambungan
3. Cukup baik =
x 100% = 61,5%
4. Baik =
x 100% = 22,75% 5. Sangat baik =
x 100% = 3,5%
ii. Harapan
1. Tidak penting =
x 100% = 0,25%
2. Kurang penting =
x 100% = 6%
3. Cukup penting =
x 100% = 46,75% 4. Penting =
x 100% = 34,5% 5. Sangat penting =
x 100% = 12,5%
c. Persentase Jaminan i. Kenyataan
1. Tidak baik =
x 100% = 0,33% 2. Kurang baik =
x 100% = 1,67%
3. Cukup baik =
x 100% = 25,67%
4. Baik =
x 100% = 54,67% 5. Sangat baik =
Lampiran 4. Sambungan
2. Kurang penting =
x 100% = 0,33%
3. Cukup penting =
x 100% = 17,33%
4. Penting =
x 100% = 44,33% 5. Sangat penting =
x 100% = 48%
d. Persentase Empati i. Kenyataan
1. Tidak baik =
x 100% = 2% 2. Kurang baik =
x 100% = 10,67%
3. Cukup baik =
x 100% = 55%
4. Baik =
x 100% = 26%
5. Sangat baik =
x 100% = 6,33% ii. Harapan
1. Tidak penting =
x 100% = 0,67% 2. Kurang penting =
x 100% = 13,33%
3. Cukup penting =
x 100% = 40,67% 4. Penting =
x 100% = 33,33% 5. Sangat penting =
Lampiran 4. Sambungan
e. Penampilan Apotek i. Kenyataan
1. Tidak baik =
x 100% = 0,5%
2. Kurang baik =
x 100% = 5% 3. Cukup baik =
x 100% = 50,75%
4. Baik =
x 100% = 36,5% 5. Sangat baik =
x 100% = 7,25% ii. Harapan
1. Tidak penting =
x 100% = 0,75% 2. Kurang penting =
x 100% = 5,25%
3. Cukup penting =
x 100% = 44% 4. Penting =
x 100% = 37,5% 5. Sangat penting =
Lampiran 5. Perhitungan rata-rata dari penilaian kenyataan dan harapan pada
variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
A. KEHANDALAN
Tabel 1. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kecepatan
Pelayanan
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 2. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kelengkapan Obat
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 3. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kewajaran Harga
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 4. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Keramahan Petugas
Penilaian Responden Harapan Responden
Lampiran 5. Sambungan
Tabel 5. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kesiapan Membantu
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 6. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kecepatan
Pelayanan Obat Racikan dan Non Racikan
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 7. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kecepatan
Transaksi Pembelian dan Pembayaran
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 8. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Cepat Tanggap
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
X 2 15 65 16 2 100 Y 1 15 44 31 9 100 Xi 2 30 195 64 10 301 Yi 1 30 132 124 45 332
Lampiran 5. Sambungan
Tabel 9. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Pemberian Solusi
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 10. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Komunikasi
Efektif
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 11. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Informasi Obat
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 12. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Pengetahuan dan
Keterampilan Petugas
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
X 1 4 39 50 6 100 Y - 1 29 41 29 100 Xi 1 8 117 200 30 356 Yi - 2 87 164 145 398
Lampiran 5. Sambungan
Tabel 13. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kualitas Obat
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 14. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kesesuaian Produk
Obat
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 15. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Perhatian Petugas
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 16. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Pelayanan Tanpa
Memandang Statu Sosial
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
X - 4 51 40 5 100 Y - 18 35 37 10 100 Xi - 8 153 160 25 346 Yi - 36 105 148 50 339
Lampiran 5. Sambungan
Tabel 17. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kenyamanan
Selama Menunggu
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 18. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kebersihan Apotek
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
Tabel 19. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kestrategisan
Lokasi
Penilaian Responden Harapan Responden
Lampiran 5. Sambungan
Tabel 20. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kebersihan Ruang
Tunggu dan Toilet
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
X - 7 56 31 6 100 Y - 6 52 30 12 100 Xi - 14 168 124 30 336 Yi - 12 156 120 60 348
̅ = ∑ =
= 3,36%
̅= ∑=
= 3,48%
Tabel 21. Tingkat Penilaian dan Harapan Responden terhadap Kebersihan dan
Kerapian Petugas Apotek
Penilaian Responden Harapan Responden
1 2 3 4 5 ∑ 1 2 3 4 5 ∑
X - 1 65 28 6 100 Y 2 5 53 31 9 100 Xi - 2 195 112 30 339 Yi 2 10 159 124 45 240
̅ = ∑ =
= 3,39%
̅= ∑=
= 3,40%
Lampiran 6. Persentase tingkat kepuasan pada variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
Tingkat Kepuasan (%) =
6. Kecepatan pelayanan obat racikan dan Non racikan =
x 100% = 89,74%
7. Kecepatan transaksi pembelian dan pembayaran =
x 100% = 89,73%
Total =
x 100% = 91,55%
Jadi, tingkat kepuasan kehandalan adalah 91,55%.
b. Ketanggapan
Lampiran 6. Sambungan
c. Jaminan
1. Pengetahuan dan keteram pilan petugas =
x 100% = 89,45%
2. Kualitas obat =
x 100% = 93,18% 3. Kesesuaian produk obat =
x 100% = 94,05%
Total =
x 100% = 92,30% Jadi, tingkat kepuasan jaminan adalah 92,30%.
d. Empati
1. Perhatian petugas =
x 100% = 88,16% 2. Pelayanan tanpa memandang statu sosial =
x 100% = 102,06% 3. Kenyamanan selama menunggu =
x 100% = 93,21%
Total =
x 100% = 94,55% Jadi, tingkat kepuasan empati adalah 94,55%
e. Penampilan Apotek
1. Kebersihan apotek =
x 100% =101,68% 2. Kestrategisan lokasi =
x 100% = 94,49% 3. Kebersihan ruang tunggu dan toilet =
x 100% = 96,55% 4. Kebersihan dan kerapian petugas apotek =
x 100% = 99,7%
Total =
Lampiran 6. Sambungan
Sehingga diperoleh rata-rata tingkat kepuasan konsumen adalah: %rata-rata =
x 100% = 92,69
Lampran 7. Penilaian Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek
Kimia Farma No. 27 Medan Aspek
Nilai Jumlah Rerat a
Setiap nilai 2 dikonversikan menjadi 1,587
Lampiran 8
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :
Umur : Alamat : Telp/HP :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “ Profil Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). Profil Lengkap Apotek Kimia Farma Persero. Tanggal akses: 20 November 2015. http//www.kedaiobat.co.cc.
Bahfen, F. (2006). Aspek Legal Layanan Farmasi Komunitas Konsep Pharmaceutical Care. Majalah Medisina. 1(1):20.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley.P.C. (1998). Pharmaceutical care
Practice: The Clinician’s Guide. 2nd Edition. USA: The McGraw-Hill Companies. Halaman 5.
Ginting, A. (2008). Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Kota
Medan Tahun 2008. Skripsi Sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara: tidak diterbitkan. Halaman 8.
Handayani, R.S., Raharni, dan Retno, G. (2009). Persepsi Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan Apotek di Tiga Kota di Indonesia. Makara
Kesehatan.13(1): 22-26.
Harianto, Khasanah, N., dan Supardi, S. (2005). Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Resep di Apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta. Majalah Ilmu Farmasi.2(1):12-21.
Hernita, D. (2008). Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 27
Medan. Laporan Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara: tidak diterbitkan. Halaman 5.
International Pharmaceutical Federation. (1997). Standards for Quality of
Pharmacy Services/Good Pharmacy Practice. Tokyo: Pharmacists and
Pharmaceutical Scientists Worldwide. Halaman 12.
Lwanga, S.K., dan Lemeshow, S. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman
54.
Menkes RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 3-8.
Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 4, 7-12.
Mustika, R. (2010). Evaluasi Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Resep
Sebagai Dasar Untuk Pengembangan Apotek Kimia Farma 39 Medan.
Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 15. Parlindungan, D. (2014). Profil Keterlaksanaan Standar Praktik Kefarmasian di
Beberapa Apotek di Kabupaten Deli Serdang. Skripsi Sarjana pada
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara: tidak diterbitkan. Halaman 31.
Pratiwi, S. (2011). Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek Di Kota Medan Tahun 2011. Skripsi Sarjana
pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara: tidak diterbitkan. Halaman 25.
Presiden RI. (2009). Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah RI. Halaman 1.
Riduwan. (2009). Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Cetakan Keenam. Bandung: Alfabeta. Halaman 24.
Sari, N. (2008). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap
Kualitas Pemberian Informasi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Orthopedi Prof.Dr.Soeharso Surakarta. Tanggal Akses: 14 Januari
2011. http//www.etd.eprints.ums.ac.id.com.
Situmorang, C.H. (2000). Pedoman Pelayanan Rumah Sakit. Sinaga, E. (editor). Persfektif Profesi Farmasis (Apoteker) Menuju Paradigma Baru Pelayanan Kefarmasian. Jakarta: CCED Pharma Foundation. Halaman 161-164.
Syahyunan, Situmorang S.H., Dalimunthe, D.M.J., dan Iskandar, M.L. (2008).
Analisis Data Penelitian. Medan: USU Press. Halaman 34-40.
Sudjaswadi, R. (2012). Konsep Diri Profesi Farmasi. Majalah Farmaseutik. 2(8):170-175.
Supranto, J. (2006). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Cetakan Ketiga. Jakarta: Renika Cipta. Halaman
231-234 dan Halaman 233-261.
Yuniarti, S.D. (2008). Analisis Pelaku Pembelian Obat di Apotek dan Aplikasinya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dimana peneliti berusaha untuk mengetahui keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan dan kepuasan konsumen. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model survei.
3.2 Jenis Data
Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu penilaian yang dipilih langsung melalui pengisian kuesioner (angket) oleh responden (Riduwan, 2009), dan observasi oleh peneliti terkait keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian oleh apoteker.
3.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Penelitian
3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
3.4.1 Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelayanan yang dilakukan oleh apoteker. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap responden di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Dengan cara ini peneliti akan melihat langsung kondisi di lapangan mengenai keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian sesuai dengan Permenkes No. 35 tahun 2014. b. Pengisian Kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan secara manual oleh konsumen yang menebus resep ke Apotek Kimia Farma No. 27 Medan.
3.4.2 Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap kinerja apoteker, kemudian dikumpulkan dan ditabulasikan ke dalam tabel untuk mempermudah perhitungan. Data kemudian diberi skor. Hasil perolehan skor yang diperoleh dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di apotek No. 1027 tahun 2004.
3.5 Responden Penelitian
Responden penelitian ini adalah peneliti dan konsumen. Pengambilan jumlah responden konsumen dihitung berdasarkan rumus sampel minimal (Lwanga dan Lameshow S, 1997).
n = ⁄
Keterangan: n = jumlah responden minimal Z21-α/2 = derajat kemaknaan = 1,645 p = proporsi pasien = 0,5 d = tingkat presisi/deviasi = 0,1
Sehingga, n
=
= 68 responden.
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel minimal untuk konsumen adalah 68 orang responden. Namun dalam penelitian ini diambil 100 orang responden. Responden yang diambil harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini yaitu: i. Usia 16 tahun ke atas
ii. Mampu berkomunikasi dengan baik iii. Bersedia mengikuti penelitian ini b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu:
3.6 Uji Kualitas Kuesioner
3.6.1 Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Secara umum, validitas digolongkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan external validity (validitas eksternal) (Syahyunan, dkk., 2008).
Pada penelitian ini, tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Untuk menguji validitas konstruk, dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Masing-masing item (skor butir) dilihat dari harga korelasinya. Bila harga korelasi positif dan r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir instrument tersebut dinyatakan valid atau memiliki validitas konstruk yang baik (Syahyunan, dkk., 2008). Dalam penelitian ini, menggunakan signifikansi 5% untuk N = 20, sehingga r tabel = 0,444. Analisis output uji validitas keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian dan kepuasan konsumen dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2.
3.6.2 Uji reliabilitas
dilakukan uji statistik dengan menggunakan tes reliabilitas alpha cronbach’s. Tes ini mengacu pada nilai alpha yang dihasilkan dalam output SPSS. Seperti halnya pada uji-uji statistik lainnya hasil uji reliabilitas alpha cronbach’s pun berpedoman pada dasar pengambilan keputusan yang telah ditentukan (Syahyunan, dkk., 2008).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas jika nilai alpha lebih besar dari r tabel, maka item-item angket yang digunakan dinyatakan reliabel atau konsisten, sebaliknya jika nilai alpha lebih kecil dari r tabel maka item-item angket yang digunakan dinyatakan tidak reliabel atau tidak konsisten (Syahyunan, dkk., 2008). Analisis output uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2.
Tabel 3.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner pelayanan kefarmasian
Variabel Butir pertanyaan
Corrected
Item-Total Correlation Status
Tabel 3.1 (lanjutan)
Catatan: A1-A12 = Pemerikaan resep B1-B3 = Dispensing
C1-C10 = Pelayanan informasi obat (PIO) D1-D4 = Konseling
E1-E4 = Pemantauan terapi obat (PTO)
F1-F3 = Monitoring efek samping obat (MESO)
G1-G12 = Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai H1-H9 = Administrasi
Berdasarkan Tabel 3.1, butir pertanyaan A9 dan B2 berstatus tidak valid sehingga tidak dapat digunakan untuk mengukur keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan.
Berikut Tabel 3.2 yaitu hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner kepuasan konsumen terhadap pelayanan di apotek.
Tabel 3.2 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner kepuasan konsumen
Variabel Butir Pertanyaan
Corrected
Item-Total Correlation Status
Cronbach’s
Catatan: A1-A7 = Kehandalan D1-D3 = Empati
B1-B4 = Ketanggapan E1-E4 = Penampilan apotek
C1-C3 = Jaminan
3.7 Pengukuran Variabel Penelitian
3.7.1 Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian
Jumlah pertanyaan ada 63 butir, cara penilaian untuk tiap pertanyaan dengan memberikan bobot pada masing-masing pertanyaan:
a. Jawaban punya apoteker pendamping diberi bobot 2 b. Jawaban tidak punya apoteker pendamping diberi bobot 0 c. Jawaban kehadiran selama apotek buka diberi bobot 2
d. Jawaban kehadiran setiap hari pada jam tertentu diberi bobot 1 e. Jawaban kehadiran yang lain diberi bobot 0
f. Jawaban oleh apoteker diberi bobot 2
g. Jawaban oleh asisten apoteker diberi bobot 1 h. Jawaban tidak dilakukan diberi bobot 0 i. Jawaban ya diberi bobot 2
j. Jawaban tidak diberi bobot 0
3.7.2 Kepuasan konsumen
Jumlah pertanyaan ada 21 butir, cara penilaian untuk tiap pertanyaan dengan memberikan bobot pada masing-masing pertanyaan:
a. Tingkat kenyataan (yang dirasakan konsumen) i. Jawaban sangat baik diberi bobot 5
ii. Jawaban baik bobot 4
iii. Jawaban cukup baik diberi bobot 3 iv. Jawaban kurang baik diberi bobot 2
b. Tingkat harapan
i. Jawaban sangat penting diberi bobot 5 ii. Jawaban penting diberi bobot 4 iii. Jawaban cukup penting diberi bobot 3 iv. Jawaban kurang penting diberi bobot 2
v. Jawaban tidak penting diberi bobot 1
Pengukuran tingkat kepuasan konsumen berdasarkan rumus:
Tingkat Kepuasan (%) =
x 100%
3.8 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan adalah:
a. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen kuesioner yang akan diisi oleh responden.
b. Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan penelitian di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan.
c. Meminta izin ke Apotek Kimia Farma No. 27 Medan untuk melakukan penelitian di apotek tersebut.
d. Observasi terhadap keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian terhadap kinerja apoteker dan pengisian kuesioner oleh 100 konsumen yang menebus resep ke Apotek Kimia Farma No. 27.
e. Mengumpulkan data penilaian apoteker penanggungjawab dan penilaian konsumen.
3.9 Definisi Operasional
a. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
b. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kenyataan dan harapan.
c. Kriteria tingkat keterlaksanaan terhadap 10 aspek standar pelayanan kefarmasian digambarkan sebagai diagram jaring laba-laba (spider web) sebagai berikut: baik, skor ≥1,5; cukup, skor ≥1 hingga <1,5 dan kurang, skor <1.
d. Kriteria tingkat keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian Permenkes No. 35 tahun 2014 berdasarkan skor kumulatif elemen-elemen standar sebagai berikut: baik, skor 81%-100%; cukup, skor 61%-80% dan kurang, skor 20%-60%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
4.1.1 Lokasi
Apotek Kimia Farma No. 27 berada di Jl. Palang Merah No. 32 Medan, terletak di daerah perkotaan dan pemukiman yang ramai dengan penduduk yang cukup padat serta mudah dijangkau oleh kendaraan umum, dekat dengan tempat perbelanjaan dan dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan lain seperti rumah sakit dan klinik. Lokasi Apotek Kimia Farma No. 27 dilengkapi dengan praktek dokter umum, dokter spesialis, swalayan farmasi, optik dan laboratorium klinik.
4.2 Keterlaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian
4.2.1 Karakteristik apoteker penanggungjawab apotek
Apoteker penanggungjawab apotek Kimia Farma No. 27 Medan memiliki identitas sebagai berikut: jenis kelamin laki-laki, alumnus Universitas Indonesia, pengalaman sebagai apoteker penanggungjawab lebih dari 10 tahun, memiliki satu orang apoteker pendamping dan selalu hadir tiap hari pada jam tertentu.
4.2.2 Kinerja bisnis apotek
sesuai dengan kelayakan untuk seorang profesional dan telah melebihi upah minimum regional (UMR) kota Medan tahun 2015 yaitu Rp 2.037.000.
Rata-rata jumlah resep per hari yang dikerjakan lebih dari 30-50 lembar, jumlah ini menunjukkan bahwa apotek ini memiliki pelanggan yang banyak dalam kurun waktu pelayanan 24 jam.
Selanjutnya apotek mempunyai omset Rp.5.000.000-Rp.10.000.000 per hari. Omset yang cukup besar ini karena Apotek Kimia Farma No. 27 tidak hanya melayani penjualan langsung seperti melayani resep dokter dan penjualan obat bebas lainnya tetapi juga menyediakan pelayanan lainnya seperti uji laboratorium dan pelayanan OTC/swalayan.
4.2.3 Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian
Gambar 4.1 merepresentasikan data yang terdapat pada Tabel 4.1 dalam bentuk jejaring laba-laba (spider web), garis merah merupakan skor keterlaksanaan aspek standar pelayanan kefarmasian dan warna biru merupakan keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian secara ideal. Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa standar pelayanan kefarmasian Permenkes No. 35 tahun 2014 masih jauh dari kriteria ideal.
Tabel 4.1 Rerata skor keterlaksanaan setiap standar pelayanan kefarmasian di
Apotek Kimia Farma No. 27 Medan No Aspek standar
Rerata skor keterlaksanaan standar pelayanan
kefarmasian
Kriteria 1 Karakteristik apoteker 1,5
0,836 Kurang 2 Pemeriksaan resep 0,81
3 Dispensing 1,0
4 Pelayanan informasi obat (PIO) 0,8
5 Konseling 0,75
6 Pemantauan terapi obat (PTO) 0 7 Monitoring efek samping obat
(MESO) 0
8 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
1,7
9 Administrasi 0,4
10 Evaluasi mutu pelayanan 1,3
Gambar 4.1 Gambaran keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian Permenkes No. 35 tahun 2014 di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa keterlaksanaan standar
penilaian sebesar 0,836 atau termasuk dalam kriteria kurang. Hal ini diakibatkan pelayanan kefarmasian di apotek sebagian besar tidak dilakukan oleh apoteker, melainkan oleh asisten apoteker. Sehingga skor keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian rendah. Ditinjau dari masing-masing aspek standar, ternyata aspek monitoring efek samping obat (MESO) dan pemantauan terapi obat (PTO) memiliki rerata skor paling rendah, menunjukkan bahwa aspek ini belum dilakukan. Rendahnya skor monitoring efek samping obat (MESO) dan pemantauan terapi obat (PTO) mengindikasikan bahwa pelayanan kefarmasian masih cenderung berorientasi produk, belum bergeser ke orientasi pasien sebagaimana yang diamanatkan dalam Permenkes No. 35 tahun 2014. Responden memberi skor lebih tinggi pada aktivitas yang berkaitan dengan manajemen apotek, hal ini mengindikasikan bahwa apotek ini merasa nyaman hanya dengan melakukan aktivitas manajemen saja dan tidak sepenuhnya meyakini bahwa aktivitas lain seperti dispensing, konseling, pemantauan terapi obat serta monitoring efek samping obat merupakan tanggung jawab apoteker dan masih jauh dari konsep apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien.
Rendahnya skor penilaian terjadi karena pelayanan di apotek dilakukan oleh asisten apoteker. Walaupun asisten apoteker telah memiliki pengalaman kerja bertahun-tahun, namun hal ini tidak menjadi alasan bahwa pelayanan di apotek yang harusnya menjadi tugas dari apoteker dilakukan oleh asisten apoteker. Selain itu apoteker pendamping tidak menjalankan kewajibannya sebagai pengganti apoteker penanggungjawab bila tidak bisa melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian. Apoteker pendamping bertugas menggantikan apoteker penangungjawab apotek bila berhalangan melaksanakan tugas-tugasnya. Peraturan ini merupakan dasar pembagian dan ranah tugas masing-masing tenaga penyedia pelayanan di apotek. Namun, kenyataan di lapangan sangat jauh dari yang diharapkan. Hal ini berdampak pada rendahnya kinerja pelayanan farmasi komunitas di apotek. Sehingga pelayanan yang berorientasi pada pasien (patient oriented) masih jauh dari harapan.
Tabel 4.2 Rerata skor kumulatif keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian
di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
No Aspek standar Rerata skor Kriteria
1 Karakteristik apoteker 2,38
46,06 Kurang 2 Pemeriksaan resep 7,94
3 Dispensing 1,59
4 Pelayanan informasi obat
(PIO) 6,35
5 Konseling 2,38
6 Pemantauan terapi obat
(PTO) 0
7 Monitoring efek samping
obat (MESO) 0
8 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
Berdasarkan praktik di apotek, perlu adanya pembinaan dan pengawasan untuk memperbaiki tingkat keterlaksanaan pelayanan kefarmasian . Peran ini tidak hanya berfokus pada Apotek Kimia Farma itu sendiri namun juga menjadi perhatian pihak lain sebagaimana tercantum dalam PP 51 tahun 2009 pasal 58, yaitu Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya serta organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Salah satu peran instansi pemerintah tersebut dalam pasal 59 adalah mempertahankan dan meningkatkan mutu pekerjaan kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah sebagai institusi yang bertanggungjawab dalam mengawal implementasi berbagai aturan yang ditetapkan.
4.3 Kepuasan Konsumen
4.3.1 Karakteristik konsumen
Responden untuk penelitian ini sebanyak 100 orang konsumen yang datang ke Apotek Kimia Farma No. 27 Jl. Palang Merah No.32 Medan.
Karakteristik responden pada Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa konsumen yang datang ke apotek, adalah konsumen yang masih berusia produktif (18-49 tahun) sebesar 77%, dengan 35% jenis kelamin laki-laki dan 65% jenis kelamin perempuan, dimana resep atau obat yang dibeli untuk anak 88% dan 12% untuk orang lain.
Tabel 4.3 Distribusi karakteristik responden penelitian
No Pertanyaan Jumlah (n=100) %
1 Umur
Usia 16-17 tahun 1 1
Tabel 4.3 (lanjutan)
Tamat perguruan tinggi/akademi 45 45 4 Tingkat penghasilan kepala
keluarga tiap bulan
< Rp1.000.000 2 2
Rp1.000.000 s/d Rp5.000.000 73 73
> Rp5.000.000 25 25
5 Pekerjaan
Mahasiswa/mahasiswi 11 11
Pegawai swasta 16 16
Wiraswasta 16 16
Ibu rumah tangga 22 22
PNS 23 23
Lain-lain 12 12
6 Frekuensi datang ke apotek
Baru pertama kali 16 16
2-5 kali 20 20
Lebih dari 5 kali 64 64
merasa obat yang dijual masih dalam taraf wajar. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsumen mengharapkan pelayanan yang lebih baik seperti adanya kartu anggota bagi pelanggan apotek dan nomor antrian konsumen.
Konsumen yang datang umumnya adalah mereka yang sudah loyal menjadi pelanggan apotek sebelumnya, terbukti dengan mereka menebus resep ke
apotek ≥5 kalidengan persentase terbesar yaitu 64%.
Kepuasan konsumen dapat mempengaruhi minat untuk kembali ke apotek yang sama. Konsumen yang baik akan menjadi pelanggan yang loyal, berupa promosi dari mulut ke mulut bagi calon konsumen lainya, yang diharapkan sangat positif bagi usaha apotek (Supranto, 2006).
4.3.2 Distribusi penilaian kenyataan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
dengan harapan cukup penting sebanyak 41 responden. Dari jaminan kecepatan pelayanan yang dirasakan konsumen diperoleh kenyataan terbesar cukup baik sebanyak 66 responden dengan harapan cukup penting sebesar 38 responden. Sedangkan kecepatan transaksi pembelian dan pembayaran yang dirasakan konsumen adalah baik sebanyak 51 responden dengan harapan penting sebanyak 46 responden.
Berdasarkan variabel ketanggapan, diperoleh data cepat tanggap yang dirasakan konsumen adalah cukup baik sebanyak 65 responden dengan harapan cukup penting sebanyak 44 responden. Pemberian solusi sesuai dengan kenyataan yaitu cukup penting sebanyak 60 responden dengan harapan penting sebanyak 44 responden. Komunikasi yang efektif yang dirasakan konsumen adalah cukup penting sebanyak 65 responden dengan harapan cukup baik sebanyak 54 responden. Sedangkan informasi obat yang dirasakan konsumen adalah cukup baik sebanyak 56 responden dengan harapan cukup penting sebanyak 46 responden.
Tabel 4.4 Data penilaian kenyataan dan harapan pada variabel-variabel yang
mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
No Pertanyaan Kenyataan* Harapan**
TB KB CB B SB TP KP CP P SP A. KEHANDALAN
A1 Kecepatan menghitung
obat - 2 19 65 14 - - 19 60 21
A2 Kelengkapan obat 2 10 21 55 12 - - 13 61 26 A3 Kewajaran harga obat - 4 20 61 15 - - 16 38 46 A4 Keramahan petugas 1 4 52 35 8 - 7 41 38 14 A5 Kesiapan membantu - 3 58 32 7 - - 41 37 22 A6 Jaminan kecepatan
pelayanan 1 10 66 19 4 2 10 38 35 15 A7 Kecepatan transaksi
pembelian dan
C1 Pengetahuan dan
keterampilan 1 4 39 50 6 - 1 29 41 29 C2 Kualitas obat - 1 22 57 20 - - 15 45 40 C3 Kesesuaian produk
obat - - 16 57 27 - - 8 47 45
D. EMPATI
D1 Perhatian petugas 5 27 51 14 3 20 22 27 23 8 D2 Pelayanan tanpa
memandang status
E1 Kebersihan dan
kerapian apotek - 2 42 48 8 - 2 50 36 12 E2 Eksterior dan interior
ruangan 2 10 40 39 9 1 8 35 39 17 E3 Kebersihan ruang
tunggu - 7 56 31 6 - 6 52 30 12
E4 Kebersihan dan
Berdasarkan variabel empati, perhatian dari petugas yang dirasakan konsumen adalah cukup baik sebanyak 51 responden dengan harapan cukup penting sebanyak 27 responden. Pelayanan tanpa memandang status sosial berdasarkan kenyataan yang dirasakan konsumen adalah cukup baik sebanyak 51 responden dengan harapan penting sebanyak 37 responden. Dan kenyamanan selama menunggu yang dirasakan konsumen adalah cukup baik sebanyak 63 responden dengan harapan cukup penting sebanyak 50 responden.
Penampilan apotek yaitu kebersihan dan kerapian apotek sesuai kenyataan adalah baik sebanyak 48 responden dengan harapan cukup penting sebanyak 50 responden. Dari penataan eksterior dan interior ruangan yang dirasakan konsumen adalah cukup baik sebanyak 40 responden dengan harapan penting sebanyak 39 responden. Kebersihan ruang tunggu yang dirasakan konsumen adalah cukup baik sebanyak 56 responden dengan harapan cukup penting sebanyak 52 responden. Serta kebersihan dan kerapian petugas yang dirasakan konsumen adalah cukup baik sebanyak 65 responden dengan harapan cukup penting sebanyak 53 respoden.
Berikut pada Tabel 4.5 diperoleh persentase penilaian kenyataan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27.
Tabel 4.5 Persentase penilaian kenyataan dan harapan pada variabel-variabel
yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
No Pertanyaan Kenyataan (%)* Harapan (%)**
TB KB CB B SB TP KP CP P SP 1 Kehandalan 0,57 5,57 38,28 45,43 10,14 0,28 2,57 27,0 45,0 25,14 2 ketanggapan 1,25 11,0 61,5 22,75 3,5 0,25 6,0 46,75 34,5 12,5 3 Jaminan 0,33 1,67 25,67 54,67 17,67 - 0,33 17,33 44,33 48,0 4 Empati 2,0 10,67 55,0 26,0 6,33 0,67 13,33 40,67 33,33 12,0
Berdasarkan Tabel 4.5, diperoleh persentase penilaian kenyataan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan. Harapan pasien terhadap variabel kehandalan yang meliputi pertanyaan Nomor A1, A2, A3, A4, A5, A6 dan A7 diperoleh 0,28% tidak penting, 2,57% kurang penting, 27,0% cukup penting, 45,0% penting dan 25,14% sangat penting. Dalam kenyataan yang dirasakan konsumen terhadap variabel kehandalan adalah 0,57% tidak baik, 5,57% kurang baik, 38,28% cukup baik, 45,43% baik dan 10,14% sangat baik.
Harapan konsumen terhadap variabel ketanggapan yang terdiri dari pertanyaan Nomor B1, B2, B3 dan B4 yaitu 0,25% tidak penting, 6,0% kurang penting, 46,75% cukup penting, 34,5 penting dan 12,5 sangat penting. Dan berdasarkan kenyataan yang dirasakan konsumen terhadap variabel ketanggapan adalah 1,25% tidak baik, 11,0% kurang baik, 61,5% cukup baik, 22,75% baik dan 3,5% sangat baik. Dari variabel jaminan yang meliputi pertanyaan Nomor C1, C2 dan C3 harapan konsumen terdiri dari 0,33% kurang penting, 17,33% cukup penting, 44,33% penting dan 48,0% sangat penting. Dalam kenyataan yang dirasakan oleh konsumen terhadap variabel jaminan yaitu 0,33% tidak baik, 1,67% kurang baik, 25,67% cukup baik, 54,67% baik dan 17,67% sangat baik.
Harapan konsumen terhadap variabel penampilan apotek yang terdiri dari pertanyaan Nomor E1, E2, E3 dan E4 yaitu 0,75% tidak penting, 5,25% kurang penting, 44,0% cukup penting, 37,5% penting dan 12,5% sangat penting. Dalam kenyataan yang dirasakan oleh konsumen terhadap variabel penampilan apotek adalah 0,5% tidak baik, 5,0% kurang baik, 50,75% cukup baik, 36,5% baik dan 7,25% sangat baik.
Berdasarkan semua variabel di atas, diketahui bahwa secara umum responden menilai pelayanan berada dalam kategori cukup baik. Namun dari persentase harapan terhadap kenyataan yang dirasakan konsumen, diperoleh persentase yang lebih besar daripada kenyataan. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen menginginkan pelayanan yang lebih baik lagi.
Menurut Supranto (2006), terdapat lima determinan penilaian jasa yaitu kehandalan (reliability) adalah kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya, ketanggapan (responsiveness) kemauan untuk membantu pelanggan yang memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan, keyakinan (confidence) pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau
assurance, empati (emphaty) syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi
4.3.3 Persentase tingkat kepuasan pada variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh data bahwa tingkat kepuasan konsumen terhadap variabel kehandalan 91,55% yang terdiri dari kecepatan menghitung obat 97,26%, kelengkapan obat 88,38%, kewajaran harga obat 90%, keramahan petugas 96,10%, kesiapan membantu 90,03%, jaminan kecepatan pelayanan 89,74% dan kecepatan transaksi pembelian dan pembayaran 91,55%. Dan dari variabel ketanggapan diperoleh tingkat kepuasan konsumen 89,59% yang terdiri dari cepat tanggap 90,66%, pemberian solusi 90,54%, kemunikasi efektif 90,80% dan informasi obat 86,46%.
Tabel 4.6 Persentase tingkat kepuasan pada variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
No Variabel-variabel yang
mempengaruhi kepuasan Kenyataan Harapan %
A. Kehandalan 2513 2745 91,55 A7 Kecepatan transaksi pembelian
dan pembayaran 367 409 91,55
C1 Pengetahuan dan keterampilan 356 398 89,45
C2 Kualitas obat 396 425 93,18
C3 Kesesuaian produk obat 411 437 94,05
D. Empati 972 1028 94,55
D1 Perhatian petugas 283 321 88,16
D2 Pelayanan tanpa memandang
Tabel 4.6 (lanjutan)
D3 Kenyamanan menunggu 343 358 93,21
A. Penampilan Apotek 1380 1423 96,98
E1 Kebersihan dan kerapian
apotek 362 372 101,68
E2 Eksterior dan interior ruangan 343 363 94,49 E3 Kebersihan ruang tunggu 336 348 96,55 E4 Kebersihan dan kerapian
petugas 339 340 99,7
Tingkat kepuasan konsumen terhadap variabel jaminan adalah 93,30% yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan 89,45%, kualitas obat 93,28% dan kesesuaian produk obat 94,05%. Dan dari variabel empati diperoleh tingkat kepuasan konsumen sebesar 94,55% yang terdiri dari perhatian petugas 88,16%, pelayanan tanpa memandang status sosial 102,06%, dan kenyamanan menunggu 93,21%.
Tingkat kepuasan konsumen terhadap variabel penampilan apotek adalah 96,98% yang terdiri dari kebersihan dan kerapian apotek 101,68%, eksterior dan interior ruangan 94,49%, kebersihan ruang tunggu 96,55% serta kebersihan dan kerapian petugas 99,7%.
Tingkat kepuasan konsumen perlu di evaluasi setiap saat untuk perkembangan dan kemajuan apotek, ini disebabkan oleh kepuasan konsumen setiap saat akan berubah seiring dengan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen tersebut.
Loyalitas konsumen merupakan kunci dalam mempertahankan persaingan yang semakin meningkat saat ini. Maka kepuasan mereka menjadi prioritas utama dalam memajukan usaha, dimana tingkat kepentingan dan harapan mereka serta keterlaksanaan kinerja haruslah sesuai dengan keinginan konsumen dan apotek harus memperhatikan hal-hal yang dianggap penting oleh konsumen, karena kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor penentu dalam memajukan usaha apotek.
Ditinjau dari konsep bisnis, terdapat berbagai cara untuk menarik perhatian pelanggan, antara lain memberikan potongan harga kepada pelanggan setia dan memberikan pelayanan yang lebih baik (Supranto, 2006). Sedangkan dari konsep profesi, cara menarik perhatian konsumen sehingga loyal adalah melaksanakan pelayanan secara profesional dengan cara memahami dan menghayati konsep diri farmasi secara proporsional. Salah satu konsep diri farmasi adalah service oriented, yaitu pengabdian harus berorientasi pelayanan seperti memperhatikan kepentingan/keselamatan pasien (Sudjaswadi, 2012).
salah satu nilai tambah bagi apotek tersebut, dimana pihak apotek dapat mengerti dan menganalisis kebutuhan dan keinginan konsumen (Supranto, 2006).
4.4.4 Pembuatan diagram kartesius
4.4.4.1 Perhitungan nilai rata-rata kenyataan vs harapan konsumen
Hasil perhitungan rata-rata penilaian kenyataan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan, dapat dilihat pada Tabel 4.7. Dari perhitungan rata-rata penilaian harapan dan kenyataan pada variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan diperoleh nilai X rata-rata = 3,46 dan nilai Y rata-rata = 3,74
Tabel 4.7 Perhitungan rata-rata penilaian kenyataan dan harapan pada variabel
variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
No Variabel-Variabel Yang
Mempengaruhi Kepuasan Kenyataan Harapan X Y A. KEHANDALAN
A6 Jaminan kecepatan
pelayanan 315 351 3,15 3,52
A7 Kecepatan transaksi
pembelian dan pembayaran 367 409 3,67 4,09
C1 Pengetahuan dan
keterampilan 356 398 3,35 3,98
C2 Kualitas obat 396 425 3,96 4,25
Tabel 4.7 (lanjutan)
D2 Pelayanan tanpa memandang
status sosial 346 339 3,46 3,39
D3 Kenyamanan menunggu 343 358 3,43 3,58 A. PENAMPILAN APOTEK
E1 Kebersihan dan kerapian
apotek 362 372 3,62 3,72
E2 Eksterior dan interior
ruangan 343 363 3,43 3,63
E3 Kebersihan ruang tunggu 336 348 3,36 3,48 E4 Kebersihan dan kerapian
petugas 339 340 3,39 3,40
RATA-RATA 7293 7858 3,46 3,74
4.4.4.2 Diagram kartesius penilaian kenyataan vs harapan
Diagram kartesius penilaian kenyataan dan harapan konsumen dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Diagram kartesius penilaian kenyataan vs harapan
I II
Berdasarkan diagram kartesius diperoleh 4 (empat) kuadran yaitu:
a. Kuadran I
Variabel kehandalan (A) dan variabel jaminan (C) berada pada kuadran I dimana konsumen tidak baik dan ini menjadi prioritas utama untuk diperbaiki. Variabel kehandalan yang perlu diperbaiki adalah kesiapan petugas membantu (A5), sedangkan variabel jaminan yang perlu diperbaiki adalah pengetahuan dan keterampilan petugas (C1).
Pada variabel kesiapan membantu merupakan salah satu variabel yang paling penting menurut konsumen. Banyak hal yang dapat mempengaruhi dan juga berhubungan dengan kesiapan pembantu seperti sikap perhatian dari pertugas. Terbukti bahwa konsumen mengharapkan petugas melayani dengan baik, karena respon yang tinggi dari petugas menimbulkan kesan yang baik di mata konsumen. Hal ini juga mempengaruhi kepuasan mereka dan loyalitas mereka datang ke apotek. Hal ini bisa dilaksanakan bila petugas pelayanan di apotek sadar bahwa konsumen datang ke apotek tidak hanya untuk menebus resep, tetapi juga informasi lain yang mereka butuhkan.
yang lebih baik lagi. Fokus utama ini tidak hanya dari lingkungan apotek itu sendiri melainkan semua jajaran yang ikut terlibat dalam pelayanan di apotek.
b. Kuadran II
Variabel kehandalan (A) yang berada pada kuadran II dimana konsumen merasa baik terhadap pelayanan di apotek sehingga harus tetap dipertahankan. Variabel kehandalan yang harus dipertahankan prestasinya adalah kecepatan menghitung harga obat (A1), kelengkapan obat (A2), obat dijual dengan harga yang wajar (A3) serta petugas melakukan transaksi pembelian dan pembayaran dengan cepat (A7). Kecakapan petugas dalam kehandalan berkaitan satu sama lain. Petugas menghitung harga obat dengan cepat tentunya mengakibatkan transaksi pembelian dan pembayaran semakin cepat. Kecepatan petugas ini ditunjang oleh sarana serta obat tersedia dengan lengkap. Sarana yang dimiliki oleh apotek adalah tersedianya komputer yang langsung menghitung harga obat ketika resep ditebus, sehingga waktu yang dibutuhkan kondusif bagi konsumen untuk memutuskan menebus resep atau tidak. Selain itu konsumen merasa baik dengan harga obat di Apotek Kimia Farma No. 27 ini. Sebagai salah satu apotek BUMN, tentulah obat ditawarkan dengan harga yang wajar.
Berdasarkan distribusi karakteristik responden yang berkaitan dengan tingkat penghasilan keluarga tiap bulan, 73% konsumen berpenghasilan menengah yaitu Rp1.000.000 s/d Rp5.000.000. Oleh sebab itu konsumen merasa puas dengan harga obat yang wajar.
obat yang dibeli terjamin kualitasnya (C2) dan obat yang diberikan sesuai dengan yang diminta (C3).
Apotek merupakan sarana dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Dalam mengelola apotek, apoteker sebagai penanggungjawab apotek dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian yang tentunya sudah terdidik dan terlatih dalam melaksanakan praktik kefarmasian (Presiden, RI., 2009).
Kualitas obat adalah hal yang sangat penting dan harus disediakan oleh apotek. Dimana konsumen sudah yakin akan kualitas obat yang ada di apotek karena apotek memiliki jalur tertentu dalam pengadaan obatnya yaitu melalui distributor resmi yang sudah diakui negara. Kesesuaian produk obat yang diberikan pada konsumen merupakan hal yang sangat penting karena masih banyaknya konsumen umumnya yang merasa bingung bahkan menolak jika obatnya diganti dengan obat lain yang kandungan, dosis serta khasiatnya sama walaupun sebelumnya sudah diberikan penjelasan.
c. Kuadran III
Berdasarkan diagram kartesius, variabel kehandalan (A), ketanggapan (B), empati (D) dan penampilan apotek (E) berada pada kuadran III yaitu prioritas rendah yang dianggap kurang penting oleh konsumen.
resep. Hal ini tidak menjadi prioritas konsumen tetapi hal ini menjadi sangat penting bila diabaikan.
Variabel ketanggapan (B) yang berada pada kuadran III adalah petugas cepat tanggap terhadap keluhan konsumen (B1), petugas mampu memberikan penyelesaian terhadap masalah (B2), terjadi komunikasi yang baik antara petugas dengan konsumen (B3) dan konsumen mendapat informasi yang jelas dan mudah dimengerti (B4). Ketanggapan merupakan respon petugas terhadap konsumen. Konsumen merasa ketanggapan petugas dianggap tidak penting, karena konsumen lebih mementingkan hal lain seperti veriabel-variabel yang ada pada kuadran I. Ketanggapan merupakan interaksi langsung dengan petugas. Interaksi ini berhubungan dengan komunikasi dua arah dengan petugas. Variabel ini dianggap tidak penting karena konsumen merasa informasi yang diberikan petugas sudah cukup jelas dan mudah dimengerti, sehingga mereka lebih mementingkan hal lain seperti variabel-variabel yang ada pada kuadran II. Komunikasi efektif dan informasi yang jelas dari petugas ini akan mengurangi resiko terjadinya kesalahan dan ketidakpatuhan terhadap aturan pemakaian obat, mengurangi resiko terjadinya efek samping obat, menambah keyakinan akan efektivitas dan keamanan obat yang digunakan (Sari, 2008).
Sehingga beranggapan bahwa perhatian atau empati petugas sudah seharusnya dilakukan. Dan ini akan penting bila diabaikan.
Berdasarkan variabel penampilan apotek (E) yang berada pada kuadran III prioritas rendah dan kurang penting menurut konsumen adalah papan nama dan lokasi apotek berada pada posisi yang strategis (E2), kebersihan dan kerapian ruang tunggu dan toilet (E3) dan petugas berpakaian rapi (E4). Posisi papan nama dan lokasi, kebersihan dan kerapiaan ruangan serta kerapian petugas mempengaruhi kepuasan mereka. Hal ini dibuktikan dengan konsumen berpendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi/akademi membuat konsumen sudah terbiasa dengan kondisi tersebut.
d. Kuadran IV
Berdasarkan variabel penampilan apotek (E) yang terdapat pada kuadran IV dimana konsumen sangat puas terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan adalah kebersihan dan kerapian apotek (E1).
4.5 Profil Keterlaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian dan Kepuasan Konsumen di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan
Berdasarkan hasil penelitian di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan, diketahui bahwa keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian masih kurang, sedangkan konsumen telah puas dengan pelayanan di apotek. Apoteker hendaknya memberikan apa yang konsumen butuhkan, bukan apa yang konsumen inginkan. Oleh sebab itu, dibuatnya standar pelayanan ini menjadi dasar apoteker untuk memenuhi kewajibannya sebagai penyedia jasa pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggungjawab pada pasien. Konsumen yang menebus resep umumnya orang awam yang tidak terlalu paham dengan pelayanan yang harusnya bisa mereka dapatkan di apotek. Selain itu mereka hanya bisa menilai apa yang mereka lihat dan rasakan ketika di apotek.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan mencapai 46,06%; termasuk dalam kategori kurang. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian yang termasuk kategori baik adalah pemeriksaan resep, dispensing dan pelayanan informasi obat (PIO). Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian yang termasuk kategori cukup adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta evaluasi mutu pelayanan. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian yang termasuk kategori kurang adalah pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), konseling dan administrasi. Rata-rata tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan mencapai 92,69% termasuk dalam kategori sangat baik. Kepuasan konsumen dari variabel kehandalan sebesar 91,55%; ketanggapan sebesar 89,59%; jaminan sebesar 92,30%; empati sebesar 94,55% dan penampilan apotek sebesar 96,98%.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendaikan berupa saran-saran sebagai berikut:
secara berkelanjutan dan pengawasan secara sistematis oleh seluruh jajaran Kementerian Kesehatan dan Organisasi Profesi IAI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dan yang termasuk pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian adalah untuk: