• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh GDP, Nilai Kurs, dan Suku Bunga Deposito Terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh GDP, Nilai Kurs, dan Suku Bunga Deposito Terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH

GDP, NILAI KURS, DAN SUKU BUNGA DEPOSITO

TERHADAP PERMINTAAN OBLIGASI SWASTA DI INDONESIA

SKRIPSI Diajukan Oleh : LINDA MEYLIANI

070501078

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

(2)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Penanggung Jawab Skripsi Nama : Linda Meyliani

NIM : 070501078

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh GDP, Nilai Kurs, dan Suku Bunga Deposito Terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia

Tanggal,___________________

Pembimbing

(3)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Berita Acara Ujian

Hari : Selasa

Tanggal : 7 Juni 2011 Nama : Linda Meyliani

NIM : 070501078

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh GDP, Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito Terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia

Ketua Program Studi Pembimbing

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si NIP: 19710503 200312 1 003 NIP: 19560112 198503 1 002

Penguji I Penguji II

(4)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Persetujuan Administrasi Akademik Nama : Linda Meyliani

NIM : 070501078

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh GDP, Nilai Kurs, dan Suku Bunga Deposito Terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia

Tanggal,___________________ Ketua

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP: 19710503 200312 1 003

Tanggal,___________________ Dekan

(5)

ABSTRACT

The title of this research is “Analysis of The Influence of GDP, Exchange Rate, and Interest Rate of Deposit to The Demand of Private Bonds in Indonesia”.

The main purpose of this research is to analyze the affecting factors of the demand of private bonds in Indonesia. And to calculate the contribution of each variable to the demand of private bonds in Indonesia. The variables that considered affect the demand of private bonds are Gross Domestic Product (GDP) as X1, exchange rate as X2, and interest rate of deposit as X3.

To achieve the purpose of analysis, this research used time series datas during 20 years from 1990 to 2009. The method that is used to estimate the datas is by Ordinary Least Square (OLS) method.

The result of estimation shows us the R-squared is 93%, which means the independent variables, there are Gross Domestic Product (GDP), exchange rate, and interest rate of deposit, could explain the dependent variable, there is the demand of private bonds in Indonesia, about 93%. While, the last 7% is explained by another variable that is not included in the estimation model.

(6)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh GDP, Nilai Kurs, dan Suku Bunga Deposito Terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia”.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia. Serta untuk mengetahui kontribusi masing-masing variabel tersebut terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia. Variabel yang dianggap mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia adalah antara lain Gross Domestic Product (GDP), nilai kurs, dan suku bunga deposito.

Untuk mencapai tujuan analisis, penelitian ini menggunakan data time series dengan rentang waktu selama 20 tahun dari tahun 1990 sampai dengan 2009. Metode yang digunakan untuk mengestimasi penelitian ini adalah dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil estimasi mempengaruhi bahwa R-Squared sama dengan 93%. Hal ini berarti bahwa variabel independen, yaitu GDP, nilai kurs, dan suku bunga deposito, mampu memberikan penjelasan terhadap variabel dependen, yaitu permintaan obligasi swasta di Indonesia, sebesar 93%. Sedangkan, sisanya sebesar 7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh GDP, Nilai Kurs, dan Suku Bunga Deposito Terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan apresiasi dan haturan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing selama proses penyusunan skripsi.

(8)

6. Bapak Syarief Fauzi, SE, M.ak.AK, selaku dosen pembanding II yang telah banyak membantu, memberi saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku dosen wali yang telah memberikan dukungan dan sebagai penasehat akademik selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Dosen dan staf pegawai Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan dukungan dan kemudahan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai selesai.

9. Yang Teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Pradon Arsinton Tampubolon dan Ibunda Soen Hui Hui. Penulis juga berterima kasih kepada adik-adik, yaitu Lydia, Agustina, Fandy, dan Nico. Serta terima kasih kepada Adrian Putra atas cinta kasih dan dukungannya selama penyelesaian skripsi ini. Atas cinta kasih, doa, dan dukungan dari mereka lah penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini dengan baik.

10.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu dan mendukung selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

(9)

Akhirnya, semoga budi baik dan jasa semua pihak yang telah membantu penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Medan, 24 Mei 2011 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Pasar Modal ………... 7

2.1.1 Pengertian Pasar Modal ………. 7

2.1.2 Manfaat Pasar Modal ………. 8

2.1.3 Jenis dan Mekanisme Transaksi Pasar Modal ……… 10

2.1.4 Struktur Organisasi dan Pelaku Pasar Modal ………. 10

2.1.5 Komoditi yang Diperdagangkan di Pasar Modal …………... 13

2.2 Obligasi ……….. 15

2.2.1 Pengertian Obligasi ………... 15

2.2.2 Jenis Obligasi ……….. 16

2.2.3 Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Penerbitan Obligasi …….. 22

2.2.4 Prosedur Penawaran Obligasi ………. 29

(11)

2.3.2 Pengukuran GDP ……… 31

2.4 Kurs ……….... 34

2.4.1 Pengertian Kurs ……….. 34

2.4.2 Sistem Nilai Tukar Mata Uang ………...… 34

2.4.3 Teori Penentuan Nilai Tukar Mata Uang ………...… 35

2.5 Suku Bunga Deposito ……… 36

2.5.1 Pengertian Suku Bunga ………. 36

2.5.2 Teori Tingkat Suku Bunga ……….... 36

2.5.3 Deposito ……… 38

2.5.3.1 Pengertian Deposito ……….. 38

2.5.3.2 Jenis Deposito ……… 39

BAB III : METODE PENELITIAN ……… 41

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ………. 41

3.2 Jenis dan Sumber Data ……….. 41

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 41

3.4 Pengolahan Data ………... 42

3.5 Model Analisis Data ………. 42

3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ………. 43

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ………... 43

3.6.2 Uji t-statistik ………. 44

3.6.3 Uji F-statistik ……… 45

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ……… 47

3.7.1 Uji Multikolinearitas ………. 47

3.7.2 Uji Autokorelasi ……….… 47

3.8 Defenisi Operasional ……….… 48

BAB IV : HASIL DAN ANALISIS ……….… 49

(12)

4.2 Perkembangan Pasar Modal Indonesia ……….… 55

4.3 Perkembangan Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia ….….. 58

4.4 Perkembangan GDP di Indonesia ……….…... 60

4.5 Perkembangan Nilai Kurs di Indonesia ……….….. 61

4.6 Perkembangan Suku Bunga Deposito di Indonesia ……….…… 65

4.7 Analisis Hasil ……….…….. 66

4.7.1 Analisis dan Pengumpulan Data ………. 66

4.7.2 Interpretasi Model ……… 66

4.7.3 Test of Goodness of Fit ………... 68

4.7.3.1 Koefisien Determinasi ……….. 68

4.7.3.2 Uji t-statistik ………. 68

4.7.3.3 Uji F-statistik ……… 71

4.7.4 Uji Penyimpangan Klasik ……… 73

4.7.4.1 Uji Multikolinearitas ……… 73

4.7.4.2 Uji Autokorelasi ……….. 74

BAB V : KESIMPULAN ……… 76

5.1 Kesimpulan ……….. 76

5.2 Saran ……… 79 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Nama Tabel Halaman

2.1 Komoditi yang diperdagangakan di pasar modal 14 4.1 Laju pertumbuhan rata-rata Negara ASEAN 50 4.2 GDP berdasarkan sektor (1997-1999) 53 4.3 Permintaan Obligasi swasta di Indonesia 59

4.4 Perkembangan GDP Indonesia 61

4.5 Perkembangan nilai kurs rupiah terhadapa doalr AS

64

4.6 Perkembangan suku bunga deposito (12bulan) 65

4.7 Hasil Regresi 67

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Nama Gambar Halaman

2.1 Struktur Organisasi Pasar Modal 11

3.1 Kurva Uji t-statistik 45

3.2 Kurva Uji F-statistik 46

4.1 Perkembangan kurs tahun 1990-2009 62

4.2 Uji t-statistik terhadap GDP 69

4.3 Uji t-statistik terhadap nilai kurs 70 4.4 Uji t-statistik terhadap suku bunga deposito 71

(15)

ABSTRACT

The title of this research is “Analysis of The Influence of GDP, Exchange Rate, and Interest Rate of Deposit to The Demand of Private Bonds in Indonesia”.

The main purpose of this research is to analyze the affecting factors of the demand of private bonds in Indonesia. And to calculate the contribution of each variable to the demand of private bonds in Indonesia. The variables that considered affect the demand of private bonds are Gross Domestic Product (GDP) as X1, exchange rate as X2, and interest rate of deposit as X3.

To achieve the purpose of analysis, this research used time series datas during 20 years from 1990 to 2009. The method that is used to estimate the datas is by Ordinary Least Square (OLS) method.

The result of estimation shows us the R-squared is 93%, which means the independent variables, there are Gross Domestic Product (GDP), exchange rate, and interest rate of deposit, could explain the dependent variable, there is the demand of private bonds in Indonesia, about 93%. While, the last 7% is explained by another variable that is not included in the estimation model.

(16)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh GDP, Nilai Kurs, dan Suku Bunga Deposito Terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia”.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia. Serta untuk mengetahui kontribusi masing-masing variabel tersebut terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia. Variabel yang dianggap mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia adalah antara lain Gross Domestic Product (GDP), nilai kurs, dan suku bunga deposito.

Untuk mencapai tujuan analisis, penelitian ini menggunakan data time series dengan rentang waktu selama 20 tahun dari tahun 1990 sampai dengan 2009. Metode yang digunakan untuk mengestimasi penelitian ini adalah dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil estimasi mempengaruhi bahwa R-Squared sama dengan 93%. Hal ini berarti bahwa variabel independen, yaitu GDP, nilai kurs, dan suku bunga deposito, mampu memberikan penjelasan terhadap variabel dependen, yaitu permintaan obligasi swasta di Indonesia, sebesar 93%. Sedangkan, sisanya sebesar 7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi perekonomian Indonesia sebelum krisis ekonomi tahun 1997 dapat dikatakan mengalami proses pembangunan ekonomi yang luar biasa, setidaknya secara aggregate. Pada tahun 1990-an, rata-rata pertumbuhan ekonomi

Indonesia adalah antara 7,3% sampai dengan 8,2%. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu dapat membawa dampak baik bagi perekonomian Indonesia. Hal ini

bahkan menjadikan Indonesia merupakan salah satu negara anggota ASEAN yang termasuk negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Rata-rata pendapatan per kapita di Indonesia meningkat tajam setiap

tahunnya sampai krisis ekonomi terjadi. Krisis ini menyebabkan pendapatan per kapita Indonesia turun drastis. Laju pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) atau PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia jatuh hingga -13,1% pada saat

krisis ekonomi mencapai klimaksnya tahun 1998. Pertumbuhan GDP sempat mengalami peningkatan walaupun masih sangat kecil pada tahun 1999 sampai

2000, namun peningkatan ini tidak berlangsung lama. Karena kondisi politik yang kembali memburuk membawa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot kembali hingga 3.8%.

(18)

15,3%. Besarnya penurunan investasi dapat dilihat dari turunnya PDB. Kerugian tidak saja dialami oleh negara, namun perusahaan swasta sudah tentu juga

mengalami kerugian besar. Penyebab utama kerugian yang dialami ini adalah karena terjadinya depresiasi rupiah yang besar, sementara utang luar negerinya dalam mata uang dollar AS. Penyebab lainnya seperti jatuhnya harga saham,

pelarian modal atau arus modal keluar lebih banyak daripada arus masuk. Hal ini juga menyebabkan kinerja pasar modal menurun. Namun, seiring dengan

membaiknya perekonomian, pergerakan pasar modal juga semakin meningkat.

Kondisi perekonomian Indonesia, tidak dapat dipungkuri bahwa baik

secara langsung maupun tidak langsung, dipengaruhi oleh pergerakan dunia perbankan. Pasar modal sebagai wadah sumber pembiayaan perusahaan dan alternatif investasi bagi para pemodal/investor merupakan salah satu penggerak

perekonomian nasional. Pasar modal memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan investasi baik investasi yang berjangka pendek, menengah,

maupun investasi berjangka panjang, sedangkan bagi pihak Emiten semakin mudah untuk memperoleh dana dari masyarakat pemodal (investor) dengan cara menerbitkan surat berharga baik yang bersifat ekuitas maupun yang bersifat utang

(Widjaja, 2006 : 2).

Salah satu produk yang berkembang di pasar modal yang diperjualbelikan

(19)

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada akhir tahun 1989 tercatat 19 emiten obligasi dengan jumlah obligasi sebanyak 356.789 buah, yang senilai

dengan Rp 1.408 milyar. Dari awal tahun 1990 sampai dengan 1991 terdapat emiten sebanyak 22 dengan jumlah obligasi 369.409 buah dengan total nilai Rp 1.887 milyar. Akhir bulan Mei 1995 terdapat sebanyak 46 emiten dengan nilai

nominal sejumlah Rp 7.291 milyar. Peningkatan terus berlanjut sampai dengan sekarang ini. Dari perkembangan penerbitan obligasi tersebut dapat dikatakan

bahwa banyak perusahaan/emiten yang tertarik menjadikan obligasi sebagai salah satu instrumen pendanaan (funding instrument) guna mendapatkan dana untuk pemenuhan kebutuhan perusahaan.

Permintaan terhadap obligasi swasta di Indonesia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak

langsung. Tujuan obligasi diterbitkan oleh pihak perusahaan penerbit / emiten adalah untuk memperoleh dana secara instan yang digunakan untuk memenuhi

pembiayaan jangka pendek perusahaan. Sedangkan investor yang membeli obligasi memperoleh keuntungan dalam bentuk bunga (interest). Bunga yang diperoleh dari investasi obligasi dapat berupa bunga tetap (Fixed-rate Bond)

maupun bunga tidak tetap/mengambang (Floating-rate Bond). Bunga tetap adalah bunga yang tidak berubah-ubah sampai pinjaman pokoknya jatuh tempo, misalnya

suatu obligasi diterbitkan untuk jangka waktu 5 tahun dengan tingkat bunga sebesar 16% per tahun, maka setiap tahunnya mulai dari tahun diterbitkannya sampai tahun kelima bunganya adalah tetap, yaitu sebesar 16%. Sedangkan bunga

(20)

dengan berbagai cara, salah satunya adalah dikaitkan dengan tingkat suku bunga deposito yang berlaku. Bunga obligasi akan berubah seiring dengan perubahan

tingkat suku bunga deposito. Hal ini tentu juga akan mempengaruhi jumlah permintaan obligasi oleh para investor.

Selain itu, GDP (Gross Domestic Product) atau PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia juga mempengaruhi perkembangan investasi, khususnya investasi pada pasar modal. Jika GDP meningkat, hal ini akan menyebabkan

jumlah uang beredar tinggi, sehingga masyarakat akan berinisiatif untuk menginvestasikan uangnya dengan membeli produk-produk pasar modal sebagai

investasi jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia adalah nilai kurs. Nilai kurs adalah nilai tukar mata uang rupiah dengan

mata uang negara lain. Umumnya nilai kurs yang dilihat adalah perbandingan nilai mata uang rupiah dengan nilai mata uang dollar Amerika Serikat. Naik

turunnya nilai kurs sangat mempengaruhi tingkat investasi di pasar modal.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis melakukan suatu penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh GDP,

(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh GDP (Gross Domestic Product) terhadap

permintaan obligasi swasta di Indonesia?

2. Bagaimanakah pengaruh nilai kurs terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia?

3. Bagaimanakah pengaruh suku bunga deposito terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan

masalah di atas, maka hipotesis penulis adalah :

1. GDP (Gross Domestic Product) berpengaruh positif terhadap permintaan

obligasi swasta di Indonesia, ceteris paribus.

2. Nilai kurs berpengaruh positif terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia, ceteris paribus.

3. Suku bunga deposito berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia, ceteris paribus.

1.4 Tujuan Penelitian

(22)

1. Untuk menganalisis pengaruh GDP (Gross Domestic Product) terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh nilai kurs terhadap permintaan obligasi swasta di Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga deposito terhadap permintaan

obligasi swasta di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Agar dapat dipergunakan sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas khususnya yang berkepentingan dalam investasi obligasi di pasar modal di

Indonesia.

2. Agar dapat dipergunakan sebagai bahan referensi dan informasi bagi

penelitian-penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lainnya khususnya mahasiswa dengan topik yang sama.

(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pasar Modal

2.1.1 Pengertian Pasar Modal A. Defenisi Pasar Modal

Pasar modal dapat disebut sebagai pasar abstrak, karena yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang, yang diinvestasikan lebih dari satu

tahun. Pasar modal hampir sama dengan pasar-pasar lainnya. Yang membedakan hanyalah komoditi yang diperjualbelikan dan aturan main transaksinya. Di pasar

konvensional, transaksi yang dilakukan adalah transaksi seketika, sedangkan di pasar modal, transaksi yang dilakukan adalah menyangkut pembayaran di kemudian hari. Di pasar modal, pialang (broker) yang menjadi perantara pembeli

efek (investor) dan perusahaan penerbit efek (emiten). Dapat didefenisikan bahwa pasar modal adalah tempat untuk mentransaksikan modal jangka panjang, dimana

permintaan diwakili oleh perusahaan penerbit surat berharga dan penawaran diwakili oleh para investor (Widoatmodjo, 2009 : 12). Meskipun dalam defenisi disebutkan kata tempat, namun tidak mewakili suatu lokasi sebab transaksi tidak

selalu dilakukan di lokasi tertentu yang permanen. Transaksi dapat dilakukan di dunia maya, seperti internet trading.

B. Bursa Utama

Bursa (exchange) adalah sebuah tempat yang ditetapkan sebagai tempat

(24)

informasi dan komunikasi, proses perdagangan surat berharga di pasar modal mengarah ke sistem scripless trading atau perdagangan tanpa warkat dan remote

trading atau perdagangan jarak jauh. Bursa yang melakukan sistem inilah yang

disebut bursa utama(main board). Yang dikategorikan bursa utama, antara lain : Bursa Efek Indonesia, New York Stock Exchange, American Stock Exchange,

Singapore Stock Exchange, dan lainnya.

C. Over The Counter Market

Over the counter market (OTC) memiliki peran yang sangat penting dalam transaksi perdagangan surat berharga, sebagian besar transaksi justru terjadi di sini. Transaksi yang terjadi, tidak menempati suatu tempat tertentu. Untuk

melakukan transaksi, setelah mendapat order dari investor, pialang dapat menggunakan OTC, yaitu dengan cara melakukan hubungan telepon guna

menginformasikan posisinya, jual atau beli (Pike, 1983 : 62). Di Indonesia, OTC disebut Bursa Paralel (BP).

2.1.2 Manfaat Pasar Modal

Menurut Sawidji Widoatmodjo dalam “Pasar Modal Indonesia”, pada dasarnya pasar modal bermanfaat :

1. Menjadikan manajemen profesional

Bagi perusahaan yang telah memasuki dunia pasar modal berarti akan mendorong pemanfaatan manajemen yang profesional. Karena apabila perusahaan

(25)

positif dari masyarakat tentu saja perusahaan harus berprestasi baik, oleh sebab itu perusahaan dikelola oleh tenaga-tenaga profesional.

2. Solusi suksesi

Go public adalah salah satu cara yang dapat menjadi solusi suksesi suatu

perusahaan. Dapat dilihat dari realita, perusahaan yang go public lebih mampu

bertahan dan bersaing di pasar global. 3. Alternatif investasi

Dengan adanya pasar modal, masyarakat diberi pilihan untuk berinvestasi di luar investasi tabungan di perbankan, seperti dengan membeli saham atau obligasi.

4. Alternatif sumber dana

Bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan sumber pendanaan

instan, pasar modal dapat menjadi solusinya, selain bertumpu pada kredit perbankan.

5. Indikator ekonomi makro

Naik turunnya indeks suatu bursa dapat dijadikan gambaran dinamika perekonomian suatu negara. Misalkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

yang merangkum perkembangan harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dijadikan cerminan perekonomian nasional. Jika IHSG menunjukkan peningkatan maka dapat dikatakan bahwa ekonomi Indonesia menunjukkan

(26)

2.1.3 Jenis dan Mekanisme Transaksi Pasar Modal

Berdasarkan rujukan dari buku “Pasar Modal Indonesia” oleh Sawidji

Widoatmodjo, jenis dan mekanisme transaksi pasar modal dapat dibedakan menjadi:

a) Berdasarkan waktu transaksi, pasar dapat dibedakan menjadi :

- Pasar Perdana : pasar yang transaksinya dilakukan ketika pertama kali surat berharga diterbitkan.

- Pasar Sekunder : pasar yang transaksinya dilakukan setelah surat berharga masuk ke bursa, dengan kata lain efek yang diperjualbelikan

sudah tercatat dibursa efek.

b) Berdasarkan jumlah saham yang ditransaksikan dan cara pembentukan harganya, pasar dibedakan menjadi:

- Pasar Reguler : pasar yang jumlah saham yang boleh ditransaksikan dalam sekali transaksi sebanyak antara satu lot hingga empat ratus lot.

Satu lot berisi 500 lembar saham.

- Pasar Negosiasi : pasar yang dapat melakukan transaksi yang jumlah saham yang diperdagangkan kurang dari satu lot ataupun yang lebih

dari 400 lot.

2.1.4 Struktur Organisasi dan Pelaku Pasar Modal

(27)

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Pasar Modal

1) Pengawas

Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan) adalah

lembaga resmi yang melakukan tugas pengawasan dan menetapkan peraturan-PENGAWAS (BAPEPAM)

Penyelengara Bursa Pelaku Utama Lembaga & Profesi

(28)

peraturan bagi seluruh pelaku pasar modal. Bapepam-LK mempunyai tugas antatra lain :

 mengawasi kegiatan perdangangan efek agar tidak menyimpang, sesuai

dengan UU No.8/1995 tentang pasar modal,

 melakukan pengujian terhadap seluruh pelaku pasar modal,

 Memberi ijin kepada perusahaan yang ingin bergabung di pasar modal

Indonesia.

2) Penyelenggara Bursa

Yang bertugas menyelenggarakan bursa atau perdagangan surat berharga adalah Bursa Efek Indonesia. Peran utama bursa efek adalah :

• Mengorganisasi dan menyediakan fasilitas bagi anggotanya agar dapat

dilakukan perdagangan secara adil, efisien, dan transparan,

Melakukan pencatatan, pembekuan perdagangan, dan delisting atau

pencabutan atas efek yang listing di bursa. 3) Pelaku Utama

Pelaku utama adalah pihak-pihak yang paling berperan dalam pasar modal. Pelaku utama, antara lain :

a. Emiten, adalah perusahaan swasta ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menerbitkan efek guna mencari modal dari bursa efek. b. Investor, adalah individu ataupun organisasi yang menginvestasikan

dananya di pasar modal dengan cara membeli efek seperti saham atau

(29)

c. Penjamin emisi (underwriter), adalah perusahaan swasta atauBUMN yang menjamin dan bertanggung jawab atas terjualnya efek emiten

kepada investor.

d. Pialang (broker), adalah perusahaan swasta atau BUMN melakukan penjualan dan pembelian efek di bursa.

e. Manajer Investasi, adalah perusahaan yang kegiatannya menyelenggarakan pengelolaan portofolio efek dan menerbitkan

sertifikat reksadana.

f. Penasihat investasi, adalah individu atau perusahaan yang kegiatannya memberi nasihat, membuat analisis, membuat laporan mengenai efek

kepada pelaku utama lainnya.

4) Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal

Lembaga dan profesi penunjang pasar modal bertugas membantu dalam penyelenggaraan penerbitan efek. Lembaga penunjang pasar modal, antara lain: Biro Administrasi Efek (BAE), Tempat Penitipan Harta(THP) atau

custodian, wali amanat, penanggung, lembaga kliring dan penjaminan (LKP),

dan lembaga penyelesaian dan penyimpanan (LPP). Dan, profesi penunjang

pasar modal, antara lain: akuntan publik, konsultan hukum, notaris, penilai.

2.1.5 Komoditi yang Diperdagangkan di Pasar Modal

(30)

Tabel 2.1

Komoditi Yang Diperdagangkan Di Pasar Modal

Jenis Instrumen Induk Instrumen Derivatif

Ekuitas

Opsi Stock Index Future

Utang

Obligasi Pemerintah Obligasi Konversi

Obligasi Korporasi

Opsi Obligasi

Reksadana

Sumber : Cara Benar Mencapai Puncak Kemakmuran Finansial, 2007

 Saham biasa adalah tanda penyertaan atau kepemilikan atas suatu

perusahaan.

 Saham preferen adalah gabungan antara saham biasa dan obligasi. Artinya

selain memiliki karakteristik saham biasa, saham preferen juga memiliki

karakteristik seperti obligasi.

 Obligasi adalah surat berharga yang menyatakan pengakuan utang penerbit

kepada pemegang obligasi.

 Obligasi konversi adalah jenis obligasi yang dapat ditukarkan dengan

(31)

Right Issue atau emisi klaim merupakan produk turunan dari saham. Right

issue merupakan hak bagi investor untuk membeli saham baru yang

dikeluarkan oleh emiten.

Opsi adalah pemberian hak kepada pemegangnya untuk melakukan

sesuatu seperti membeli, menjual, didahulukan pembelian atau

penjualannya, pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian.

 Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang

telah ditentukan.

2.2 Obligasi

2.2.1 Pengertian Obligasi

Kata obligasi berasal dari bahasa Belanda, “obligatie” atau “obligaat”

(Widjaja, 2006 : 47) yang secara harfiah artinya adalah suatu kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan, atau diartikan sebagai surat utang dari pinjaman negara

atau perusahaan dengan penyertaan bunga tertentu untuk pemegangnya. Menurut Sudarsono, obligasi memiliki dua pengertian, yaitu: surat pinjaman dengan bunga tertentu dari pemerintah yang dapat diperdagangkan atau diperjualbelikan; atau

surat utang berjangka (waktu) lebih dari satu tahun dan memiliki suku bunga tertentu, di mana surat tersebut dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana

dari masyarakat guna menutup pembiayaan perusahaan. Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991

(32)

dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi.

2.2.2 Jenis Obligasi

Jenis obligasi dibedakan atas beberapa pendasaran oleh Gunawan Widjaja

dalam Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, yaitu sebagai berikut :

A) Berdasarkan Proses Peralihan Kepemilikan

Berdasarkan proses peralihan kepemilikannya, obligasi dapat dibedakan atas :

1. Registered Bond atau Obligasi Atas Nama

Obligasi atas nama adalah obligasi yang mencantumkan nama pihak yang mempunyai hak yang sah atas kepemilikannya, oleh sebab itu jika akan

dilakukan peralihan kepemilikan harus dibuat suatu akta perjanjian yang menyatakan bahwa pihak yang satu mengalihkan obligasinya kepada pihak yang lain. Peralihan obligasi ini harus dilaporkan dan disetujui oleh pihak

penerbit obligasi, sebagaimana diatur dalam Pasal 613 Ayat (2) KUH Perdata. Umumnya, obligasi jenis ini tidak diperjualbelikan di Bursa Efek

karena rumitnya proses peralihan kepemilikannya. Obligasi atas nama dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu :

- Obligasi atas nama untuk pokok pinjaman dan bunga, yaitu nama

(33)

- Obligasi atas nama untuk bunga, yaitu nama pemilik tidak tercantum pada sertifikat obligasi, namun nama dan alamat pemilik dicatat oleh

pihak penerbit untuk memudahkan pengiriman bunga.

- Obligasi atas nama untuk pokok pinjaman, yaitu nama pemilik tercantum pada sertifikat obligasi, namun tidak tercantum pada kupon

bunga.

2. Bearer Bond atau Obligasi Atas Unjuk

Obligasi atas unjuk tidak mencantumkan nama pemegangnya pada sertifikat obligasi. Proses peralihannya sangat mudah, karena hanya menunjukkan dan menyerahkan sertifikat obligasi secara langsung,

pemegang mendapatkan hak atas pelunasan pokok pinjaman beserta bunganya. Dengan kata lain, siapa pun yang memegang obligasi tersebut

maka dia dianggap sebagai pemiliknya. Di bursa Efek, obligasi jenis inilah yang umumnya diperjualbelikan. Obligasi atas unjuk memiliki ciri-ciri penting, seperti :

- Nama pemilik tidak tercantum pada sertifikat obligasi

- Setiap sertifikat disertai dengan kupon bunga yang akan diserahkan

kepada pihak penerbit setiap jatuh tempo pembayaran bunga

- Bunga dan pokok pinjaman hanya dibayarkan kepada orang yang menunjukkan sertifikat beserta kupon bunga obligasi

- Sertifikat obligasi dank upon bunga yang hilang menjadi tanggung jawab pemilik sendiri, tidak dapat diminta penggantinya. Namun

(34)

- Kertas sertifikat obligasi berkualitas tinggi seperti bahan pembuat uang kertas

B) Berdasarkan Penerbit (Issuer)

Berdasarkan pihak penerbitnya, obligasi dapat dibedakan menjadi : 1. Government Bonds atau Obligasi Pemerintah Pusat

Obligasi pemerintah pusat adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat dari suatu negara dengan tujuan untuk membiayai dan

membangun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 2. Municipal Bonds atau Obligasi Pemerintah Daerah

Obligasi pemerintah daerah adalah obligasi yang diterbitkan oleh

pemerintah daerah dengan tujuan untuk membiayai dan membangun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

3. Corporate Bonds atau Obligasi Perusahaan Swasta

Obligasi perusahaan swasta adalah obligasi yang diterbitkan oleh suatu perusahaan swasta yang membutuhkan dana secara cepat untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan perusahaan. Di Indonesia, Bapepam yang menentukan perusahaan swasta mana yang telah memenuhi syarat dan

yang pernyataan pendaftarannya telah dinyatakan efektif, yang boleh menerbitkan obligasi jenis ini.

C) Berdasarkan Cara Penetapan Bunga

(35)

1. Obligasi Dengan Bunga Tetap (Fixed-rate Bond)

Obligasi dengan bunga tetap adalah obligasi yang bunganya tidak

berubah-ubah sampai pinjaman pokok jatuh tempo. 2. Obligasi Dengan Bunga Tidak Tetap

Obligasi jenis ini memiliki bunga yang berubah-ubah. Cara penetapannya

bermacam-macam, seperti bunga dikaitkan dengan indeks atau dengan tingkat bunga deposito yang berlaku.

3. Obligasi Yang Tidak Terbatas Jatuh Temponya (Perpectual Bond)

Adalah obligasi yang tidak mempunyai batas jatuh temponya. Perusahaan yang menerbitkan tidak mempunyai kewajiban untuk melunasi utangnya

tersebut, kecuali perusahaan tersebut dilikuidasi. 4. Obligasi Tanpa Bunga (Zero Coupon Bond)

Obligasi ini tidak mempunyai kupon bunga, sehingga pemilik tidak memperoleh pembayaran bunga. Namun, pemilik tetap memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan atas obligasi

jenis ini adalah dari selisih antara nilai pada waktu jatuh tempo dengan harga pembelian.

5. Obligasi Dengan Bunga Mengambang (Floating-rate Bond)

Obligasi dengan bunga mengambang sering disebut juga dengan revenue index bond. Obligasi ini memberikan suku bunga secara mengambang;

bunga akan berubah-ubah secara periodik. D) Berdasarkan Jangka Waktu

(36)

1. Long Term Bond atau Obligasi Jangka Panjang

Obligasi jangka panjang mempunyai jangka waktu jatuh tempo yang lama

yaitu lebih dari satu tahun.

2. Short Term Bond atau Obligasi Jangka Pendek

Obligasi jangka pendek mempunyai jangka waktu jatuh tempo maksimal

satu tahun.

E) Berdasarkan Jaminan / Kolateral

Berdasarkan jenis jaminan yang diberikan, obligasi dapat dibedakan menjadi : 1. Obligasi Dengan Jaminan (Secured Bond)

Obligasi jenis ini adalah obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu

dari penerbit untuk pelunasan pokok pinjaman beserta bunganya. Jenis obligasi yang termasuk dalam kategori obligasi dengan jaminan antara lain

:

- Guaranteed Bond, yaitu obligasi yang pembayaran pokok pinjaman dan bunga dijamin dengan penanggungan oleh pihak ketiga. Di

Indonesia, penanggungan obligasi jenis ini biasanya dilakukan oleh bank.

- Mortgage Bond, yaitu obligasi yang pelunasan pokok pinjaman dan bunga dijamin dengan agunan asset perusahaan.

- Collateral Trust Bond, yaitu obligasi yang dijamin dengan efek yang

(37)

- Equipment Trust Bond, yaitu obligasi yang dijamin dengan agunan berupa peralatan yang dimiliki oleh perusahaan penerbit yang

digunakan untuk usahanya sehari-hari. 2. Obligasi Tanpa Jaminan (Unsecured Bond)

Obligasi tanpa jaminan adalah jenis obligasi yang diterbitkan tanpa

dijamin oleh suatu agunan. F) Berdasarkan Tujuan Penerbitan

Berdasarkan tujuan penerbitannya, obligasi dapat dibedakan menjadi: 1. Improvement Bonds

Obligasi ini merupakan suatu obligasi yang diterbitkan oleh suatu pihak

dengan tujuan untuk memperbaiki saran infrastuktur yang rusak dan pengembalian pinjamannya tergantung pada hasil yang diperoleh dari

proyek perbaikan tersebut. 2. Industrial Development Bonds

Obligasi jenis ini merupakan suatu obligasi yang dipasarkan oleh Pemda

yang hasil penjualan obligasi tersebut digunakan untuk pembangunan fasilitas bisnis usaha swasta.

Selain jenis-jenis obligasi yang disebutkan di atas, terdapat jenis obligasi lainnya, antara lain :

(38)

2) Subscriber’s Bond, yaitu obligasi yang pemasarannya terutama ditujukan kepada pihak tertentu yang memanfaatkan jasa yang diberikan penerbit

obligasi, misalnya obligasi PLN.

3) Callable Bond, yaitu obligasi yang setelah lewatnya waktu tertentu dapat ditebus kembali sebelum saat jatuh tempo berdasarkan ketentuan dalam

perjanjian.

4) Income Bond, yaitu obligasi yang memberikan bunga hanya dalam hal

perusahaan memperoleh pendapatan atau penghasilan saja.

5) Convertible Bond, yaitu obligasi yang dalam jangka waktu tertentu dapat ditukarkan dengn saham dari penerbit obligasi.

2.2.3 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan Obligasi

Keterlibatan berbagai pihak dalam penerbitan obligasi didasarkan pada

suatu hal, yaitu agar dalam proses penerbitan ada suatu kepastian penilaian objektif terhadap setiap aspek penerbitan obligasi tersebut. Dengan adanya

penilaian dan penyajian informasi dari pihak-pihak tersebut diharapkan akan memberikan perlindungan kepada masyarakat pemodal yang akan membeli obligasi. Maka pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan obligasi antara lain ():

A. Emiten (Issuer)

Emiten adalah suatu perusahaan yang menerbitkan obligasi. Berdasarkan Pasal 1 Angka 6 UUPM, defenisi emiten adalah “pihak yang melakukan

(39)

internasional, dan badan otonomi khusus. Emiten memiliki kewajiban yang harus dipenuhi untuk dapat beraktivitas di pasar modal, yaitu :

i. Keterbukaan Informasi

Bagi setiap emiten yang pernyataan pendaftarannya telah efektif wajib menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan

kepada masyarakat sesegera mungkin apabila terjadi hal yang mungkin dapat mempengaruhi nilai Efek perusahaan atau

keputusan investasi pemodal. ii. Peningkatan Likuiditas

Emiten dapat meningkatkan likuiditas Efek dengan cara

menambah jumlah Efek yang beredar, yang dapat dilakukan melalui penawaran dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

(HMETD).

iii. Pemantauan Harga Efek

Emiten harus selalu melakukan pemantauan terhadap harga

Efeknya di pasar modal. Harga efek merupakan cerminan dari kinerja dan kondisi perusahaan, jika harga efek tinggi

menggambarkan kinerja perusahaan baik, sebaliknya jika harga efek rendah berarti kinerja perusahaan tidak baik.

iv. Menjaga Hubungan Baik Dengan Investor

Emiten perlu membina hubungan komunikasi yang baik dengan para calon investor atau pemegang saham agar tercipta rasa

(40)

dana tambahan tidak terkendala oleh komunikasi dengan para pemegang saham ataupun calon investor.

B. Penjamin Emisi Efek (Underwriter)

Sesuai Pasal 1 Angka 17 UUPM, “Penjamin emisi efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran

umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual”. Penjamin emisi adalah perusahaan

yang menjamin penjualan obligasi. Ada beberapa jenis kegiatan underwriting, sebagai berikut:

- Kesanggupan Penuh (Full Commitment Underwriting)

Adalah suatu perjanjian penjamin emisi efek dimana penjamin emisi mengikat diri untuk menawarkan efek kepada masyarakat dan

pembeli sisa efek yang tidak terjual.

- Kesanggupan Terbaik (Best Effort Commitment)

Adalah suatu perjanjian yang menyatakan apabila penjamin emisi

tidak berhasil menjual semua efek, setelah berusaha semaksimal mungkin, tidak wajib membeli efek yang tidak laku terjual, melainkan

hanya perlu mengembalikannya kepada emiten. - Kesanggupan Siaga (Standby Commitment)

Adalah suatu perjanjian yang menyatakan apabila setelah penjamin

(41)

membeli sisa efek dengan harga tertentu sesuai dengan kesepakatan yang besarnya di bawah harga penawaran di pasar perdana.

- Kesanggupan Semua atau Tidak Sama Sekali (All or None Commitment)

Adalah suatu perjanjian yang menyatakan apabila efek yang

ditawarkan tidak juga terjual habis, maka penjualan efek tersebut dibatalkan sama sekali. Semua efek yang telah terjual kepada investor

akan dibatalkan dan dikembalikan kepada emiten beserta sisa efek yang tidak terjual tersebut.

Dalam menjalankan perannya, penjamin emisi efek menerima biaya atas jasa-jasa yang teah dilakukan. Biaya-biaya tersebut, antara lain:

a. Management Fee, biaya yang dibayarkan kepada penjamin pelaksana

emisi (managing underwriting).

b. Underwriting Fee, biaya yang dibayarkan kepada semua penjamin emisi

secara proposional, artinya besar kecilnya fee yang dibayarkan tergantung pada besarnya bagian efek yang dijamin oleh masing-masing underwriter. c. Selling Fee, biaya yang dibayarkan kepada agen penjual yang ditunjuk

(broker atau perusahaan Efek) berdasarkan perjanjian agen penjual yang besarnya sesuai dengan jumlah Efek yang terjual.

C. Wali Amanat (Trustee)

(42)

Undang-Undang Pasar Modal disebutkan bahwa peran sebagai wali amanat dapat dilakukan oleh bank umum atau pihak lain yang ditetapkan

oleh peraturan pemerintah. Dan untuk menjadi wali amanat, bank umum atau pihak lain yang bersangkutan wajib mendaftar kepada Bapepam. Hal ini diatur dalam Pasal 50 Ayat (2) Undang-Undang Pasar Modal, yaitu :

“Untuk dapat menyelenggarakan kegiatan usaha Wali Amanat, Bank Umum atau Pihak lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib

terlebih dahulu terdaftar di Bapepam”. Sebagai wali amanat, ada kewajiban yang harus dipenuhi dalam kegiatan penerbitan obligasi, antara lain:

- Wajib bersifat netral dan independen

- Wajib membuat kontrak perwaliamanatan dengan emiten sesuai

ketetapan

- Wajib memberi ganti rugi kepada pemegang efek atas kelalaiannya dalam melaksanakan tugasnya

- Wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Bapepam

- Wajib mengadministrasikan dan menyimpan pembukuan, data ataupun

catatan tentang emiten D. Penanggung (Guarantor)

Jasa penanggung diperlukan dengan tujuan untuk menjamin

(43)

Pasar Modal. Hal ini karena jasa penanggung bersifat fakultatif. Pada dasarnya, peran penanggung dapat dilakukan oleh setiap orang atau

lembaga. Namun pada prakteknya, penanggung biasanya dilakukan oleh bank umum.

E. Investor

Investor adalah pihak yang menginvestasikan dananya di pasar modal, dengan membeli Efek yang diperjualbelikan di bursa efek. Investor

yang terlibat di pasar modal Indonesia adalah investor domestik dan asing. F. Lembaga Kliring

Lembaga kliring adalah lembaga yang berfungsi menyelesaikan

hak dan kewajiban yang muncul dari transaksi yang terjadi di bursa efek. Umumnya, pihak yang ditunjuk sebagai lembaga kliring adalah bank.

Bank bertugas membayar bunga dan pinjaman pokok atas obligsai, namun keterlibatannya hanya setelah obligasi masuk di bursa efek.

G. Bursa Efek

Pasal 1 butir 4 Undang-Undang Pasar Modal mendefenisikan bursa efek sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem

(44)

H. Profesi Penunjang Pasar Modal

Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal Bab VIII dan PP No.45

Tahun 1995 Bab X, profesi penunjang pasar modal memiliki beberapa ketentuan, antara lain:

a. Profesi penunjang pasar modal wajib terdaftar di Bapepam

b. Setiap profesi pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi yang ditetapkan

c. Profesi penunjang pasar modal wajib memberikan pendapat atau penilaian independen dalam melaksanakan kegiatan usaha di pasar modal

Profesi penunjang pasar modal terdiri dari :

1)Akuntan Publik, yang berfungsi memeriksa kondisi keuangan dan

kelayakan emiten menerbitkan obligasi.

2) Konsultan Hukum, yang berfungsi melakukan legal audit,

memberikan pendapat hukum atas emisi obligasi, dan dapat juga mewakili emiten dalam melakukan negosiasi dengan pihak-pihak tertentu.

3) Penilai, yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai adalah pendapat atas nilai wajar aktiva yang

disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian penilai.

(45)

anggaran dasar, dan menyiapkan perjanjian dalam rangka emisi efek.

5) Agen Pembayaran, yang bertugas membayar bunga obligasi yang dilakukan setiap dua kali setahun dan pelunasan pada saat jatuh tempo.

6) Agen Penjual, yang bertugas melayani investor, melaksanakan pengembalian uang pesanan (refund) kepada investor, dan

menyerahkan sertifikat efek kepada investor.

2.2.4 Prosedur Penawaran Obligasi

Pada dasarnya proses penawaran umum obligasi tidak jauh berbeda dengan penawaran umum saham. proses penawaran umum obligasi dapat dibagi dalam tiga tahap (Nasarudin, 2004 : 219), yaitu :

a. Tahap Sebelum Penawaran Umum

1. Membuat rencana penawaran yang disetujui oleh dewan komisaris. 2. Menunjuk underwriter, notaris dan konsultan hokum

3. Melakukan public expose

4. Melakukan penandatanganan perjanjian-perjanjian penting, seperti :

surat pengakuan utang, perjanjian perwaliamanatan, perjanjian penjaminan.

(46)

b. Tahap Penawaran Umum

Setelah mendapatkan pernyataan pendaftaran efektif dari Bapepam,

perusahaan dapat melakukan penwaran obligasi kepada masyarakat. c. Tahap Setelah Penawaran Umum

Setelah tahap penawaran umum telah dilakukan, maka perusahaan wajib melaporkan laporan keuangan secara berkala dan laporan mengenai hal penting yang berkaitan.

2.3 GDP (Gross Domestic Product) 2.3.1 Pengertian GDP

GDP atau PDB (Produk Domestik Bruto) adalah total keseluruhan barang

dan jasa yang diproduksi oleh penduduk domestik maupun penduduk asing yang bermukim di negara bersangkutan selama satu tahun (Triandaru, 2000 : 163). PDB menunjukkan nilai uang yang dihasilkan dari output tahunan. PDB terbagi atas :

PDB atas harga berlaku atau nominal dan PDB atas harga konstan atau riil. PDB atas harga berlaku adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu

negara dalam satu tahun menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. Sedangkan PDB riil adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun yang dinilai berdasarkan harga yang berlaku pada tahun

tertentu disaat perekonomian negara dianggap baik atau stabil. Nilai PDB riil mampu mencerminkan pertumbuhan output yang sesungguhnya. Sedangkan nilai

(47)

maka efeknya akan menaikkan besarnya PDB nominal meskipun pada kenyataannya tidak terjadi kenaikan produksi atau output.

2.3.2 Pengukuran GDP

Pengukuran GDP dapat dibedakan berdasarkan 2 pendekatan, dalam

Ekonomi Makro edisi terjemahan oleh Sigit Triandaru, sebagai berikut :

a. GDP berdasarkan pendekatan pengeluaran agregat

Berdasarkan pendekatan pengeluaran, GDP diukur dengan

menjumlahkan seluruh belanja pada barang dan jasa akhir yang diproduksi perekonomian dalam satu tahun. Dapat digambarkan dengan formula sebagai berikut :

GDP = C + I + G + (X - M) Dimana,

C = konsumsi I = investasi

G = pengeluaran pemerintah

X – M = ekspor neto, yaitu nilai ekspor (X) dikurang impor (M) b. GDP berdasarkan pendekatan pendapatan agregat

GDP diukur dengan menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh orang-orang yang memproduksi output tersebut. Dapat digambarkan dengan formula sebagai berikut :

(48)

Dimana : R = Rent (sewa) W = Wage (upah) i = interest (bunga)

π = profit (laba)

Sewa adalah untuk pemilik faktor produksi, upah untuk tenaga kerja,

bunga adalah untuk pemilik modal, dan laba adalah untuk perusahaan.

Sedangkan, berdasarkan Samuelson dan Nordhaus dalam Ilmu

Makroekonomi (2001), pengukuran GDP ada 3 pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

GDP adalah jumlah dari seluruh barang dan jasa yang diterima oleh

faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam periode tertentu. Nilai tambah bruto adalah jumlah dari sewa tanah, upah/gaji,

bunga modal, dan keuntungan/laba.

Y = R + W + i + π

Dimana : R = sewa tanah W = upah/gaji i = bunga modal

π = laba

2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

(49)

perubahan inventori, dan ekspor bersih dalam suatu wilayah pada periode tertentu. Dengan metode ini, penghitungan nilai tambah bruto bertitik tolak

pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

Y = C + I + G + (X - M)

Dimana : C = pengeluaran konsumsi untuk rumah tangga I = pengeluaran konsumsi untuk investasi G = pengeluaran konsumsi untuk pemerintah (X-M) = ekspor netto

3. Pendekatan Produksi (Production Approach)

GDP adalah hasil dari nilai tambah bruto atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi di suatu wilayah dalam suatu periode. Nilai tambah bruto adalah nilai produksi bruto dari barang dan jasa tertentu

dikurangi dengan seluruh biayaa yang digunakan dalam proses produksi.

Y = P1Q1 + P2Q2 + … + PnQn

Dimana : Y = GDP

P1, P2, …, Pn = harga satuan produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi

(50)

2.4 Kurs

2.4.1 Pengertian Kurs

Menurut Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani, kurs atau nilai tukar

mata uang adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain. Kurs (exchange rate) juga

dapat didefenisikan sebagai tingkat harga mata uang antara dua negara yang disepakati bersama untuk saling melakukan perdagangan.

Kurs dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : kurs nominal dan kurs riil. Kurs

nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.

2.4.2 Sistem Nilai Tukar Mata Uang

Menurut The Fei Ming dalam Day Trading Valuta Asing, sistem nilai

tukar mata uang yang diterapkan di berbagai negara di dunia, yaitu:

1) Floating Exchange Rate System

Adalah sistem yang membiarkan nilai mata uang mengambang bebas dan

nilai tukar nya ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.

2) Fixed Exchange Rate System

(51)

3) Managed/Controlled Exchange Rate System

Adalah sistem dimana Bank Indonesia akan melakukan intervensi untuk

mengembalikan nilai tukar mata uang tersebut ke dalam acuannya semula hanya apabila terjadi fluktuasi yang melebihi batas.

2.4.3 Teori Penentuan Nilai Tukar Mata Uang

Setelah era Bretton Woods Accord, akhirnya sebagian besar mata uang negara-negara di dunia dibiarkan mengambang bebas satu sama lain, artinya

tingkat ekuilibrium ditentukan oleh kekuatan pasar yaitu demand dan supply (Ming, 2001 : 9). Adapun model penentuan nilai tukar menurut Ming adalah :

A. Traditional Theories

1. Teori Purchasing Power Parity

Teori ini disebut juga The Law of One Price, yang menyatakan

bahwa harga suatu barang tertentu di suatu negara harus sama dengan harga barang yang sama di negara lain sesuai dengan nilai tukar yang berlaku antar kedua negara yang bersangkutan.

2. Teori Elastisitas

Teori ini menyatakan bahwa nilai tukar adalah harga mata uang

terhadap mata uang negara lain guna mempertahankan neraca perdagangan agar tetap ekuilibrium.

B. Modern Monetary Theories

(52)

jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Perubahan-perubahan permintaan dan penawaran terhadap aset-aset keuangan mempengaruhi

nilai tukar.

C. Synthesis of Traditional and Modern Monetary Views

Teori ini memperjelas bahwa nilai tukar lebih cepat mengalami

fluktuasi jika dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi di pasar keuangan.

2.5 Suku Bunga Deposito

2.5.1 Pengertian Suku Bunga

Suku bunga merupakan suatu nilai atau harga atas penggunaan sejumlah uang dalam jangka waktu tertentu, yang umumnya dinyatakan dalam persen (%). Dalam perbankan, bunga dianggap sebagai balas jasa yang ditentukan oleh bank

kepada nasabah, baik yang menabung maupun menerima kredit dari bank yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam bank, ada 2 jenis suku bunga, yaitu suku

bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Suku bunga simpanan adalah suku bunga yang ditetapkan oleh pihak yang harus dibayarkan kepada nasabah atas simpanan yang dilakukan nasabah di bank tersebut. Sedangkan, suku bunga

pinjaman adalah suku bunga yang ditetapkan oleh pihak bank yang harus dibayarkan nasabah kepada bank atas pinjaman sejumlah dana yang diterima dari

bank tersebut.

2.5.2 Teori Tingkat Suku Bunga

(53)

A. Teori Klasik

Menurut teori klasik, tingkat suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa

yang diterima karena menabung atau harga yang didapat karena menunda konsumsinya. Teori klasik menyatakan bahwa keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat

suku bunga akan semakin mendorong keinginan masyarakat untuk menabung, demikian sebaliknya.

Selain mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menabung, tingkat suku bunga juga mempengaruhi investasi. Semakin tinggi tingkat suku bunga akan menyebabkan penurunan terhadap tingkat investasi. Hal ini disebabkan

karena masyarakat akan lebih memilih mengorbankan pengeluarannya untuk menabung daripada berinvestasi, karena tingkat bunga yang diperoleh dari

menabung lebih tinggi. Dengan kata lain, masyarakat akan merasa lebih menguntungkan jika menabung daripada menginvestasikan uangnya.

B. Teori Keynesian

Keynes mengemukakan, tingkat suku bunga adalah balas jasa yang diterima seseorang karena telah mengorbankan liquidity preference nya. Liquidity

preference merupakan permintaan (keinginan memegang atau menahan) uang

untuk 3 motif, yaitu : untuk motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi.

Menurut Keynes, permintaan uang dengan motif spekulasi merupakan

yang paling berpengaruh pada kegiatan ekonomi. Permintaan uang untuk spekulasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, dimana keduanya memiliki

(54)

keinginan masyarakat akan uang tunai (cash) untuk tujuan spekulasi. Sebab apabila tingkat suku bunga naik berarti biaya memegang cash (opportunity cost of

holding money) semakin besar sehingga keinginan masyarakat memegang cash

semakin kecil. Keynes berpendapat bahwa masyarakat menganggap adanya tingkat suku bunga nominal, yaitu tingkat suku bunga yang diharapkan akan

kembali ke tingkat normal setelah terjadi perubahan. Jika pada kenyataannya, tingkat suku bunga naik di atas tingkat suku bunga nominal, maka masyarakat

akan mengharapkan suku bunga akan turun kembali ke tingkat normal. Sehingga harga surat berharga diperkirakan akan naik, dengan demikian kemungkinan adanya kerugian (capital loss) akan semakin kecil. Dalam keadaan seperti ini,

masyarakat akan cenderung membeli surat berharga, sehingga menyebabkan permintaan cash menurun. Demikian sebaliknya, apabila tingkat suku bunga

berada di bawah tingkat suku bunga nominal, masyarakat akan memperkirakan suku bunga akan naik kembali ke posisi normal. Masyarakat akan menjual surat berharga karena harga surat berharga akan turun, sehingga menyebabkan

permintaan untuk menyimpan cash meningkat.

2.5.3 Deposito

2.5.3.1 Pengertian Deposito

Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia mendefenisikan deposito, sebagai berikut : “Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian

(55)

2.5.3.2 Jenis Deposito

Adapun pembagian jenis deposito menurut Mandala Manurung antara lain:

4. Deposito Berjangka (Time Deposit)

Adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu sesuai dengan tanggal yang disepakati antara pihak deposan (pemilik deposito berjangka) dengan pihak bank. Deposito berjangka disebut sebagai simpanan atas nama, karena hanya dapat ditarik atau

diuangkan oleh pemilik yang tercantum namanya di bilyet deposito tersebut. Penarikan bunga atas deposito berjangka dapat ditarik tunai

ataupun dipindahbukukan ke rekening deposan dalam bentuk tabungan atau rekening giro.

5. Sertifikat Deposito

Adalah produk turunan dari deposito berjangka yang dapat diperjualbelikan bukti simpanannya kepada pihak ketiga. Beda halnya

dengan deposito berjangka, sertifikat deposito dapat diuangkan secara atas unjuk, artinya siapa pun yang memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya pada saat jatuh tempo. Pembayaran bunga dibayar

dimuka pada saat nasabah menempatkan dananya ke dalam bentuk sertifikat deposito.

6. Deposit on Call

(56)
(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang dilakukan dalam

mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis dari penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan judul, ruang lingkup penelitian ini adalah pengkajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan obligasi di Indonesia seperti GDP (Gross Domestic Product), nilai kurs, dan suku bunga deposito.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series

yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Data yang digunakan untuk penelitian ini bersumber dari Bank Indonesia Cabang Medan dan

Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah melalui studi kepustakaan (library research) yaitu penelitian

(58)

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-Views 5.0 untuk mengolah

data dalam penelitian ini. Selain itu, penulis juga menggunakan program Microsoft Excel untuk mengkonversikan data ke dalam bentuk yang lebih

representatif dan Microsoft Word 2007 dalam penulisan skripsi.

3.5 Model Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas

(independen) terhadap variabel terikat (dependen) digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia adalah nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP yang

dinyatakan dalam fungsi :

Y = f (X1,X2,X3)...(1)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk model persamaan regresi linear berganda pada ekonometrika sebagai berikut :

Log Y= α + β1LogX1 + β2Log X2 + β3Log X3 + µ…..(2)

Dimana :

Y : Jumlah permintaan obligasi swasta (Miliar Rupiah)

(59)

X1 : GDP (Rupiah)

X2 : Nilai tukar (Rupiah)

X3 : Suku Bunga Deposito (%)

µ : Term of error

Secara sistematis bentuk hipotesanya adalah :

1

Y

X

∂∂ > 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (GDP), maka Y (Jumlah

permintaan obligasi swasta) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

2

Y

X

∂∂ > 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (nilai tukar), maka Y

(Jumlah permintaan obligasi swasta) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3

Y

X

∂∂ < 0, artinya jika kenaikan pada X3 (suku bunga deposito), maka Y

(Jumlah permintaan obligasi swasta) mengalami penurunan, ceteris paribus.

3.6 Uji Kesesuaian ( Test of Goodness of Fit) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar

(60)

3.6.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik adalah suatu pengujian yang menunjukkan seberapa jauh

pengaruh masing-masing variabel dependen terhadap variabel independen. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = 0, artinya suatu variabel independen tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

Ha : bi ≠ 0, artinya suatu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan uji t-statistik. Nilai t-statistik

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

t-statistik =

(

)

Sbi

b bi

Dimana :

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan signifikan atau tidaknya suatu variabel independen mempengaruhi variabel dependen adalah sebagai berikut :

(61)

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

Ha diterima apabila t-statistik > t-tabel, maka variabel independen secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Gambar 3.1 Kurva Uji t-statistik

3.6.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen

secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

(62)

F-statistik =

( )

R2 = Koefisien determinasi

k = jumlah variabel bebas dan intercept n = jumlah observasi / sampel

Kriteria yang digunakan dalam menentukan hasil pengujian adalah sebagai berikut :

H0 diterima apabila F-statistik < F-tabel, maka semua variabel independen secara

bersama-sama tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Ha diterima apabila F-statistik > F-tabel, maka semua variabel independen secara

bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel dependen.

H0 diterima

Ha diterima

(63)

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat

suatu kondisi apakah terdapat hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel independen yang terdapat dalam model regresi. Untuk mengetahui ada

tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R2, t-statistik, F-statistik, serta standard error. Adanya multikolinearitas ditandai dengan fenomena seperti : nilai R2 yang sangat tinggi, standard error tidak terhingga, tidak ada satu pun t-statistik

yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10%.

3.7.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefenisikan sebagai korelasi antar nilai variabel dalam serangkaian anggota observasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti data time series) atau menurut urutan ruang/tempat (seperti data cross section).

Autokorelasi terjadi apabila terdapat korelasi pada term of error (µ) dari waktu yang berbeda. Term of error dikatakan berkorelasi apabila variabel (ei.ej) ≠ 0 ; i ≠

j.

Salah satu cara untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi adalah dengan melakukan uji Langrange Multiplier (LM-Test). Pengujian LM-Test

dilakukan dengan membandingkan nilai χ2

hitung (Obs*R-Squared) dengan nilai

χ2

tabel, dengan kriteria sebagai berikut :

1.Jika nilai χ2 hitung > χ2 tabel, berarti hipotesis yang menyatakan bahwa

(64)

2.Jika nilai χ2 hitung < χ2 tabel, berarti hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model regresi tidak dapat ditolak.

3.8 Defenisi Operasional

1. Obligasi swasta adalah surat atau bukti utang yang berisi janji pelunasan

pokok pinjaman serta pembayaran bunga yang dilakukan pada waktu jatuh tempo yang diterbitkan oleh pihak penerbit/perusahaan swasta di Indonesia, yang dinyatakan dalam satuan miliar Rupiah.

2. GDP (Gross Domestic Product) atau PDB (Produk Domestik Bruto) adalah total output (barang dan jasa) yang dihasilkan baik oleh penduduk (warga

negara) Indonesia maupun bukan penduduk Indonesia dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan miliar Rupiah.

3. Kurs adalah nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar AS, yang berarti nilai yang mencerminkan harga mata uang Dollar AS dengan dasar tukar kurs,

yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.

4. Suku bunga deposito adalah tingkat keuntungan yang diperoleh pemodal investasi dalam bentuk simpanan deposito dari pihak bank umum di Indonesia

(65)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia

Pada periode 1960-an sampai pada 1980-an, perekonomian Indonesia dapat digambarkan dari sejak Pelita I pada akhir tahun 1970-an. Dari akhir tahun 1970-an hingga sebelum masa krisis moneter 1997/1998, Indonesia mengalami

proses pembangunan ekonomi yang sangat signifikan. Peningkatan tajam perkembangan ekonomi ini dapat diukur dari indikator ekonomi makro, seperti

tingkat pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) dan tingkat PN (Pendapatan Nasional) per kapita Indonesia. Pada tahun 1968 PN per kapita Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan PN negara-negara berkembang lainnya,

yaitu hanya sekitar US$60. Namun, sejak Pelita I PN perkapita mulai meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan GDP rata-rata per tahun juga tinggi, sebesar 7%

(66)

Tabel 4.1

Laju Pertumbuhan Rata-Rata Negara Asean

Negara

Laju Pertumbuhan Rata-Rata Per Tahun

1961-1967 1968-1974 1975-1981 1982-1988

Indonesia - 8,87 7,04 3,62

Bangladesh 3,36 1,38 4,91 3,12

India 3,39 3,39 4,39 5,61

Korea Selatan 6,67 9,27 6,80 10,12

Malaysia 6,09 6,96 7,17 4,41

Pakistan 6,67 4,90 5,99 6,06

Philipina 5,23 6,06 5,54 0,80

Sri Lanka 3,98 4,13 5,12 4,08

Taiwan 9,06 9,40 8,57 8,10

Thailand 8,60 6,71 6,61 6,15

Sumber : Transformasi Ekonomi Indonesia (2001)

Faktor-faktor eksternal, seperti harga minyak mentah di pasar internasional

yang merosot pada pertengahan tahun 1980-an juga cukup mengguncang perekonomian Indonesia. Karena Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka sejak pemerintahan Orde Baru, maka fenomena dari faktor eksternal seperti itu

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Terjadinya resesi ekonomi dunia yang mendominasi perdagangan

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pasar Modal
Tabel 2.1
Gambar 3.1 Kurva Uji t-statistik
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

pasar dimana para investor memperdagangkan saham yang berasal dari pasar perdana, sehingga perusahaan yang mengeluarkan sekuritas memperoleh dana segar ketika melakukan transaksi

[r]

Peraturan  Pemerintah  Nomor  38  Tahun  2007  tentang  Pembagian  Urusan Pemerintahan  antara  Pemerintah,  Pemerintahan  Daerah  Provinsi  dan Pemerintahan 

[r]

(2) Menteri atau gubernur yang diberikan delegasi oleh Menteri untuk memberikan izin pembuangan air limbah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual akan menyelenggarakan Pelatihan Pemanfaatan Hasil Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat yang berpotensi Paten dengan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 56 Pekanbaru.. Tersedia di