ANALISIS SEKTOR UNGGULAN, POLA PERTUMBUHAN
DAN KETIMPANGAN SPASIAL DI PROVINSI NUSA
TENGGARA BARAT TAHUN 2007 - 2011
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Wahidil Kahar
09630012
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-MU peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Analisa Pertumbuhan Ekonomi Spasial di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007 – 2011.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan, bantuan dan dorongan tersebut sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut di atas penulis menyampaikan hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Atas kasih dan Anugrah-NYA kepada penulis
2. Bapak Dr. Aris Soelistyo.M.Si. dan Ibu Dra. Sudarti.M.si. selaku Pembimbing Skripsi
3. Bapak Dr. Aris Soelistyo.M.Si. selaku wali dosen IESP A yang banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis.
4. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang
5. Ibu Ketua Jurusan IESP
6. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Jurusan IESP Fakultas Ekonomi yang telah memberi ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis.
7. Kedua Orang Tua atas segala dukungannya.
9. Teman – teman IESP’ A
Disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Malang,...
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... .viii
I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...6
C. Batasan Masalah...6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...6
a. Tujuan Penelitian ...6
b. Kegunaan Penelitian ...7
II. TINJAUAN PUSTAKA ...8
A. Penelitian Terdahulu ...8
B. Landasan Teori ...10
1. Pertumbuhan Ekonomi ...10
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ...12
3. Ketimpngan Ekonomi Antar Daerah ...15
4. Teori Basis Ekonomi ...16
5. Produk Domestik Regional bruto (PDRB) ...18
III. METODOLOGI PENELITIAN ...21
B. Jenis Penelitian ...21
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...21
D. Jenis dan Sumber Data ...22
E.Teknik Pengumpulan ...23
F.Metode Analisis Data ...23
1. Analisis Location Quotient (LQ) ...23
2. Analisis Tipologi Klassen ...24
3. Analisis Indeks Williamson ...27
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...29
A. Gambaran Umum ...29
1. Letak Geografis ...29
B.Hasil Penelitian dan Pembahasan ...31
1. Perhitungan Analisis Location Quotient ...31
2. Perhitungan Analisis Tipologi Klassen ...65
3. Perhitungan Analisis Indeks Williamson ...70
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...76
A.Kesimpulan...76
B.Saran ...77 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Banyaknya kecamatan dan desa/kelurahan menurut
Kabupaten/kota ...30
Tabel 4.2 Hasil Location Quotient Tahun 2007 – 2011 di Kabupaten Sumbawa .32 Tabel 4.3 Hasil Location Quotient Tahun 2007 – 2011 di Kabupaten Sumbawa Barat...36
Tabel 4.4 Hasil Location Quotient Tahun 2007 – 2011 di Kabupaten Dompu...39
Tabel 4.5 Hasil Location Quotient Tahun 2007 – 2011 di Kabupaten Bima ...43
Tabel 4.6 Hasil Location Quotient Tahun 2007 – 2011 di Kota Bima ...47
Tabel 4.7 Hasil Location Quotient Tahun 2007 – 2011 di Kabupaten Lombok Barat...50
Tabel 4.8 Hasil Location Quotient Tahun 2007 – 2011 di Kabupaten Lombok Tengah ...54
Tabel 4.9 Hasil Location Quotient Tahun 2007 – 2011 di Kabupaten Lombok Timur ...58
Tabel 4.10 Hasil Location Quotient Tahun 2007 – 2011 di Kota Mataram ...62
Tabel 4.11 Pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007-2011 ...66
Tabel 4.12 Pola/Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi NusaTenggara Barat Tahun 2007-2011 ...66
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007 – 2011 (juta) ...78 Lampiran 2. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Kabupaten Sumbawa Tahun 2007-2011 (Juta) ...80 Lampiran 3. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Kota Bima Tahun 2007-2011 (Juta) ...82 Lampiran 4. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Kabupaten Bima Tahun 2007-2011 (Juta) ...84 Lampiran 5. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Kabupaten Dompu Tahun 2007-2011 (Juta) ...86 Lampiran 6. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2007-2011 (Juta) ...88 Lampiran 7. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2011 (Juta) ...90 Lampiran 8. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011 (Juta) ...92 Lampiran 9. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011 (Juta) ...94 Lampiran 10. Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Konstan 2000 Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2007-2011
(Juta) ...98
Lampiran 12. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Di Provinsi NTB Tahun 2007 2011 (jiwa) ...98
Lampiran 13. Pendapatan Domestik Regional Bruto Per kapita Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2007-2011 ...99
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Indeks Williamson (YI-Y)^2 ...99
Lampiran 15. Hasil Perhitungan Indeks Williamson fi/n ... 100
Lampiran 16. Hasil Analisis LQ (Nilai LQ) di Kabupaten Sumbawa ... 101
Lampiran 17. Hasil Analisis LQ (Nilai LQ) di Kota Bima ... 103
Lampiran 18. Hasil Analisis LQ (Nilai LQ) di Kabupaten Bima ... 105
Lampiran 19. Hasil Analisis LQ (Nilai LQ) di Kabupaten Lombok Timur ... 107
Lampiran 20. Hasil Analisis LQ (Nilai LQ) di Kabupaten Lombok Barat ... 109
Lampiran 21. Hasil Analisis LQ (Nilai LQ) di Kabupaten Lombok Tengah ... 111
Lampiran 22. Hasil Analisis LQ (Nilai LQ) di Kota Mataram ... 113
Lampiran 23. Hasil Analisis LQ (Nilai LQ) di Kabupaten Dompu ... 115
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Edith. 2004. Skripsi Analisa Potensi Wilayah Satuan Wilayah
Pembangunan Kabupaten Malang Bagian Utara. Malang. Universitas Muhammdiyah Malang.
Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama. Penerbit PBFE-Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.
Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan Edisi Keempat, Cetakan ke-1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Badan Pusat Statistik. 2012. Mataram Dalam Angka 2010 - 2012 Badan Pusat Statistik. 2012. Mataram Dalam Angka 2010 - 2012 Badan Pusat Statistik. 2012. Lombok Barat Dalam Angka 2010 - 2012 Badan Pusat Statistik. 2012. Lombok Timur Dalam Angka 2010 - 2012 Badan Pusat Statistik. 2012. Lombok Tengah Dalam Angka 2010 - 2012 Badan Pusat Statistik. 2012. Sumbawa Dalam Angka 2010 - 2012 Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Bima Dalam Angka 2010 - 2012 Badan Pusat Statistik. 2012. Bima Dalam Angka 2010 - 2012 Badan Pusat Statistik. 2012. Dompu Dalam Angka 2010 - 2012
Badan Pusat Statistik. 2012. Sumbawa Barat Dalam Angka 2010 - 2012 Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE
Fajar Utama, Putra.2010. Skripsi Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Ketimpangan di Kabupaten/Kota yang Tergabung Dalam Kawasan Kedungsepur Tahun 2004-2008. Semarang. Universitas Diponegoro. Fujiati, Amin. Jurnal Ekonomi pembangunan “Analisis pertumbuhan ekonomi
Dikarisidenan semarang Era Desentralisasi Fiskal. Universitas Negeri Semarang.
Imelia, Emilia. 2006. Modul Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi Universitas Jambi.
http://www.ntbprov.go.id/file.php?cat=renstra&subcat=file_rpjm&d=RPJMD+N B+2009-2013. Diakses pada Maret, 12, 2013.
http://www.scribd.com/doc/76120129/33/Ketimpangan-Wilayah diakses tanggal 22 maret2013.
Kartika Hendra Titisari. 2009. Identifikasi Potensi Ekonomi Daerah Boyolali, Karanganyar, dan Sragen.Fakultas Ekonomi Universitas Batik Surakarta. JEJAK, Volume 2, Nomor 2, September 2009
Kuncoro, Mudrajad,Ph.D. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi “Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis?” Edisi 3. Jakarta: Erlangga. Kuncoro, Mudrajad. 2002. Analisis Spasial dan Regional: studi Aglomerasi dan
Kluster Industri Indonesia.UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Kuncoro, M. 2004. Ekonomi Pembangunan II. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,Jakarta.
Lathifah, Iffah. 2008. Pertumbuhan ekonomi, Sektor Unggulan, Ketimpangan dan kovergensi antar kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah. Fakultas Ekonomi, Jurusan Ilmu ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Muhammdiyah Malang.
Majidi, N. 1997. Anggaran Pembangunan dan Ketimpangan Ekonomi antar Daerah. Prisma, LP3S
Restiatun.2009. Identifikasi Sektor Unggulan dan Ketimpangan Antar
Kabupaten/Kota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 77
‐ 98.
Sukirno, Sadono. 1986. Ekonomi Pembangunan (proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan) Edisi Keenam. Jakarta : PT Bina Aksara.
Sukirno, Sadono, 1985, Ekonomi Pembangunan, LPFE UI, Jakarta.
Subkhan, Ahmad. 2003. Skripsi Analisa Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Di Jawa Timur Tahun 1994 – 2001. Malang. Universitas Muhammdiyah Malang. Sjafrizal, 1997, “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat”, Prisma, LP3ES, Nomor 3, 27-38.
Tarigan, M.R.P, Drs. Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Todaro, Michael, P., (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Alih
Bahasa Indonesia: Burhanudin Abdullah dan Harris Munandar. Jakarta: Erlangga.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Adanya realitas kesenjangan pembangunan ekonomi di setiap kabupaten/kota
di Indonesia atas sumber daya merupakan dampak dari proses pembangunan
yang tidak merata. Biasanya pembangunan suatu sarana dan pra-sarana pada
umumnya lebih diutamakan pada pusat-pusat kota atau ibukota kabupaten/kota.
Sehingga ketimpangan antar daerah terlihat jelas dengan tingkat pembangunan
yang dilakukan selalu terfokuskan pada pusat-pusat perkotaan. Dengan sarana
dan pra-sarana yang memadai di pusat-pusat perkotaan akan menjadi pusat
kegiatan ekonomi, akibatnya penyebaran kegiatan ekonomi tidak merata dan
berdampak pada kesenjangan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan antar
daerah.
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk sesuatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang (Sadono Sukirno, 1985). Tujuan pembangunan
ekonomi suatu negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Negara Dunia Ketiga atau yang lebih sering disebut dengan Negara Sedang
Berkembang (NSB) merupakan negara-negara yang memerlukan perhatian lebih
dalam aspek pembangunan ekonomi. Penyebab semakin meluasnya perhatian
terhadap pembangunan ekonomi di negara sedang berkembang ialah keinginan
dari NSB untuk dapat mengejar ketinggalan dan meningkatkan kesejahteraan
2
Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan peningkatan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) diperlukan guna mempercepat struktur perekonomian
yang berimbang dan dinamis bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian
yang tangguh serta memiliki basis pertumbuhan sektoral yang seimbang.
Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk menggerakkan dan memacu
pembangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi
kesenjangan sosial ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakat mengelolah sumber daya yang ada membentuk kerjasama
antar sektor swasta. Dalam upaya pembangunan daerah akan dimanfaatkan aspek
– aspek secara ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan. Pelaksanaan
pembangunan harus seimbang jangan sampai ada gerakan protes dari tiap daerah
dan memunculkan potensi disintegrasi bangsa dari wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Isu dan kekhawatiran akan adanya gerakan disintegrasi
tersebut akhirnya memunculkan undang-undang yang memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam wujud otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab
yang sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Otonomi daerah itu sendiri resmi
dicanangkan oleh pemerintah pada tanggal 1 januari 2001. Tujuan diadakannya
otonomi daerah adalah terciptanya pertumbuhan ekonomi, stabilisasi nasional dan
pemerataan pendapatan. Adanya kondisi tiap-tiap daerah yang berbeda
menyebabkan strategi kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah daerah juga
berbeda-beda. Perbedaan tersebut diakibatkan antara lain adanya perbedaan
3
dimiliki oleh masing-masing wilayah. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa
pembangunan ini hanya terkonsentrasi di daerah pusat saja dan kurang
memperhatikan daerah pendukung. Agar pembangunan dapat berjalan dengan
seimbang dan lancar maka pemerintah harus memperhatikan semua daerah tanpa
ada perlakuan khusus bagi masing-masing daerah.
Ketimpangan memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Dampak
positif dari adanya ketimpangan adalah dapat mendorong wilayah lain yang
kurang maju untuk dapat bersaing dan meningkatkan pertumbuhannya guna
meningkatkan kesejahteraannya. Sedangkan dampak negatif dari ketimpangan
yang ekstrim antara lain inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan
solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak adil
(Todaro,2004). Ketimpangan menyebabkan inefisiensi ekonomi, sebab
ketimpangan yang tinggi, tingkat tabungan sevara keseluruhan di dalam
perekonomian cenderung rendah, karena tingkat tabungan yang tinggi biasanya
ditemukan pada kelas menengah. Meskipun orang kaya dapat menabung dalam
jumlah yang lebih besar, mereka biasanya menabung dalam bagian yang lebih
kesil dari pendapatan mereka, dan tentunya menabung dengan bagian yang lebih
kecil lagi dari pendapatan marjinal mereka (Todaro, 2006). Dampak negatif inilah
yang menyebabkan ketimpangan yang tinggi menjadi salah satu masalah dalam
pembangunan dalam menciptakan kesejahteraan di suatu wilayah.
Akan tetapi, usaha untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi
ketimpangan pendapatan dalam suatu proses pembangunan ekonomi sangatlah
4
pendapatan dengan laju pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang disebut dalam
Kuznets Hypothesis (Todaro, 2003).
Selain itu masalah ketimpangan ekonomi antardaerah tidak hanya tampak
pada wilayah kecamatan, kabupaten, provinsi melainkan juga pada antar Pulau
Jawa dan luar Pulau Jawa, Kawasan Barat Indonesia (Kabarin) dan Kawasan
Timur Indonesia (Katimin). Berbagai program yang dikembangkan untuk
mengurangi maupun menghilangkan ketimpangan antardaerah selama ini ternyata
belum mencapai hasil yang memadai. Alokasi anggaran pembangunan sebagai
instrumen untuk mengurangi ketimpangan ekonomi tampaknya lebih perlu
diperhatikan. Strategi alokasi anggaran tersebut harus mendorong dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menjadi alat untuk
mengurangi kesenjangan/ketimpangan regional (Majidi, 1997).
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari dua pulau besar, yaitu
Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dan 137 pulau-pulau kecil yang
mengelilinginya, dihuni oleh beraneka ragam suku bangsa dengan adat istiadatnya
yang juga berbeda, namun mempunyai cita-cita dan tujuan yang sama,
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Untuk melaksanakan dan mencapai tujuan dan cita-cita
tersebut diperlukan suatu rencana yang dapat merumuskan secara lebih konkrit
pencapain tujuannya.
Percepatan pembangunan bisa terealisasi salah satunya jika didukung oleh
infrastruktur wilayah yang memadai. Sementara itu kondisi infrastruktur strategis
5
pembangunan infrastruktur antarwilayah dan antarsektoral. Kondisi ini menjadi
salah satu pemicu ekonomi biaya tinggi yang menghambat pertumbuhan ekonomi
rakyat dan masuknya investasi.
Adanya kesenjangan pembangunan antar-wilayah di Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang masih lebar seperti antara kota dan desa yang dimana
pertumbuhan ekonomi suatu daerah masih terfokus pada kota atau ibukota
kabupaten atau ibukota Provinsi. Dan juga masih tingginya tingkat kemiskinan di
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dimana menandai suatu daerah bahwa
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Barat masih belum baik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan perekonomian
di suatu daerah adalah dengan menganalisis atau menggali sektor-sektor yang
memang memiliki keunggulan komparatif maupun memiliki keunggulan
kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimiliki suatu
sektor ekonomi di suatu daerah dimana sektor tersebut mampu memenuhi
kebutuhan domestik dan selebihnya mampu diekspor ke daerah lain. Sedangkan
keunggulan kompetitif merupakan keunggulan yang di miliki suatu sektor
ekonomi di suatu daerah dimana sektor tersebut mampu untuk bersaing atau
memiliki daya saing di pasar.
Kemampuan suatu daerah khususnya kabupaten/kota yang berada di
provinsi Nusa Tenggara Barat untuk mengetahui sektor unggulan di daerahnya
penting untuk dilakukan mengingat kontribusi sektor unggulan ini terhadap
perkembangan perekonomian suatu daerah yang cukup memberikan andil besar.
6
daerah/kawasan strategis yang diharapkan dapat membantu dalam masalah
ketimpangan wilayah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Sektor apa saja yang memiliki potensi/unggulan Kabupaten/Kota
di Provinsi Nusa Tenggara Barat?
b. Bagimanakah pola/klasifikasi pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat?
c. Seberapa besarkah tingkat ketimpangan pembangunan antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat ?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini membatasi dari 8
Kabupaten dan 2 Kota yang diteliti hanya pada 7 Kabupaten dan 2 Kota yaitu
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu,
Bima dan Kota Mataram dan Kota Bima. Dikarenakan satu kabupaten yaitu
Lombok Utara baru terbentuk pada tahun 2008 sehingga data yang diperoleh tidak
lengkap.
D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian :
1. Menganalisis sektor potensi/unggulan Kabupaten/Kota di Provinsi
7
2. Menganalisis pola/klasifikasi pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3. Menganalisis besarnya tingkat ketimpangan pembangunan antar
kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
b. Kegunaan Penelitian :
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk
dipertimbangkan dalam pengambil keputusan dan perencanaan
pembangunan daerah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bagi para pembaca yang