PENINGKATANGERAKDASAR DRIBBLE DALAMBERMAIN
BOLATANGANMELALUI PEMBELAJARANKELOMPOK DIKELASVISDN2SINGOSARIKEC.TALANGPADANG
TAHUNPELAJARAN2012/2013
(SKRIPSI)
ERNITATI
PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ii
ABSTRAK
PENINGKATANGERAKDASARDRIBBLEDALAMBERMAINBOLA
TANGANMELALUI MODELKELOMPOKDIKELASVISDN2
SINGOSARIKECAMATANTALANGPADANG
TAHUNPELAJARAN2012/2013 2013
Oleh
ERNITATI
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan gerak dasar dribble bolatangan dengan model kelompok dengan menggunakan bola pelastik, karet pada siswa Kelas VI SDN 2 Singosari Talang Padang. Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi guru penjaskes atau siswa dalam meningkatkan gerak dasar dribble bolatangan. Subyek penelitian adalah siswa Kelas VI SDN 2 Singosari Talang Padang berjumlah 25 siswa. Pengumpulan data diambil dari tes berupa pengamatan gerak dasar SDN 2 Singosari yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan gerakan akhir.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (clasroom action research). Dengan selama dua siklus atau putaran, setiap siklus memiliki kegiatan yang berbeda. Siklus pertama dengan alat model tutor sebaya dan bola pelastik, siklus kedua dengan model jig-saw dan menggunakan bola karet.
iii
PENINGKATANGERAKDASARDRIBBLEDALAMBERMAINBOLA
TANGANMELALUI MODELKELOMPOKDIKELASVISDN2
SINGOSARIKECAMATANTALANGPADANG
TAHUNPELAJARAN2012/2013
Oleh ERNITATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Progm Studi Penjaskes Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
iv
A. Judul Skripsi : Peningkatan Gerak Dasar Dribble Dalam Bolatangan Dengan Model Kelompok di Kelas VI SDN 2
Singosari Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Nama Mahasiswa : ERNITATI
Nomor Pokok Mahasiswa : 1113126004
Program Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Pembimbing
v
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Surisman, M.Pd. …………...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Akor Sitepu, M.Pd. …………...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
vi
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ernitati
NPM : 1113126004
Tempat tanggal lahir : Sumber Mulyo, 10 juni 1967
Alamat : Sumber Mulyo Kecamatan Sumberejo.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peningkatan Gerak Dasar Dribble
Dalam Bolatangan Dengan Model Kelompok di Kelas VI SDN 2 Singosari Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”. adalah benar hasil karya penulis, bukan
menjiplak/plagiat hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Bandar Lampung, Desember 2012
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dengan nama Ernitati dilahirkan di
Sumber Mulyo, 10 juni 1967. Anak dari
pasangan Bapak Mat Sohir dan Ibu Lamnah.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah
Dasar di SDN Sumber Mulyo tamat tahun 1982, kemudian menempuh
pendidikan Sekolah Menengah Pertama Sumber Mulyo tamat pada
tahun 1985 dan melanjutkan Sekolah Guru Olahraga Siliwangi Talang
Padang tamat tahun 1988. Kuliah STKIP Muhamadiyah Pringsewu
tamat Tahun 1994. Diangkat menjadi PNS Guru di SDN 3 Sumber
Mulyo tahun 2004 – 2008, dan sekarang bertugas di SDN 2 Singosari
dari 2008 – sampai sekarang.
Pada tahun 2011 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan
viii
MOTTO
Allah memberikan hikmah kepada siapa yang menghendakiNya
dan barang siapa yang diberikan hikmah, sesungguhnya telah
diberi kebajikan yang banyak, dan tak ada yang dapat
mengambil pelajaran, kecuali orang-orang yang berakal
( Al-Baqarah : 269 )
“Tanpa orang-orang disekitarmu, kamu bukanlah apa-apa, belajar
brgerak dan bersuara, maka Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantara kamu danorang yang berilmu
pengetahuan beberapa derajat”
( Marzuki. H. A, dkk)
“Belajar di waktu kecil ibarat/seperti menulis di atas batu,
belajar setelah dewasa ibarat/seperti Menulis di atas air”
ix
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan anugerah dan hidayah yang begitu banyak kepada penulis
sehingga penulis dapat mempersembahkan karya terbaikku kepada kedua
orang tuaku, ibunda
Lamnah, Ayahda
Mat Sohir, dan Kakak dan
adik-adiku yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar penulis berhasil
mencapai cita-cita dan menjadi yang terbaik.
Suamiku Sunarmin yang tercinta, tersayang, dan Terhormat yang
selalu setia mendampingiku dalam suka dan duka dalam keseharian dalam
segenap kehidupan dalam suka dan duka yang tak henti-hentinya
memberikan dorongan dan dukungan dan anakku Yoga Depri Yolanta.
x
SANWACANA
Asalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.
Skripsi dengan judul “Peningkatan Gerak Dasar Dribble Dalam Bolatangan Dengan Model Kelompok di Kelas VI SDN 2 Singosari Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”.adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.S selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Baharudin Rizak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, dan
PLT Prodi Penjaskes, serta segenap dosen FKIP Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Surisman, S. Pd. M.Pd selaku Pembimbing dan Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.
4. Bapak Drs.Akor Sitepu, M.Pd. selaku penguji utama.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.
6. Kepala SDN 2 Singosari Talang Padang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Wasalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,
xi
C. Metode Sebagai Strategi Pembelajaran ... 11
D. Pendidikan Jasmani ... 12
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 27
xii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
A. HasilPenelitian ... 38
1. Analisis Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Dribble ... 38
2. Deskripsi Daya Serap Pembelajaran Dribble ... 41
B. Pembahasan ... 45
C. Refleksi Hasil Penelitian Gerak Dasar Dribble ... 48
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 50
D. Simpulan ... 50
E. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 59
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Instrumen Penilaian Gerak Dasar Dribble ... 35
2. Penetapan KKM ... 36
3. Skor Pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan ... 37
4. Deskripsi Hasil PTK Gerak Dasar Dribble ... 39
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bermain Bolatangan ... 23
2. Lapangan Bola Tangan ... 27
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat- surat Izin Penelitian ... 54
2. RPP ... 57
3. Instrumen Penelitian... 64
4. Langkah-Langkah Perhitungan Hasil Penelitian ... 63
5. Hasil Perhitungan Tes Awal ... 65
6. Hasil Perhitungan Siklus I ... 66
7. Hasil Perhitungan Siklus II ... 67
8. Peningkatan Siklus I ... ... 68
9. Peningkatan Siklus I ... ... 69
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangka kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar menadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah merupakan salah satu wadah yang berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan
pribadi peserta didik yang beriman, cerdas, disiplin, terampil dan bertanggung jawab serta sehat
jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, sekolah dijadikan sebagai salah satu lembaga pendidikan
formal yang dalam penyelenggaraan pendidikannya dilakukan secara terorganisir, sistematis dan
berkesinambungan dengan maksud agar tujuan pendidikan nsional itu sendiri dapat tercapai.
Disinilah peranan Pendidikan Jasmani ikut andil yang merupakan sebuah investasi jangka panjang
dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia di Indonesia.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai
kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesegaran jasmani, kemempuan,
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribaduan yang harmonis dalam rangka
membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari
proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program
sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari
keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif
untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan
fisik dan mentalnya.Oleh karena itu, Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah termasuk mata
pelajaran di sekolah yang merupakan bagian tujuan hidup sehat menuju pertumbuhan jasmani,
mental, social, dan emosional yang selaras serasi da seimbang dari berbagai bentuk dan
macam-macam kegiatan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan disekolah salah satunya yaitu dengan
diberikannya materi pembelajaran tentang cabang olahraga bola Tangan.
Bola Tangan adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan
masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam
keranjang lawan. Terdapat beberapa gerakan yang dipergunakan dalam permainan bola Tangan
seperti:passing(melempar bola), dribling(menggiring), shooting (menembak), ball
handling(penguasaan bola), rebounding(memantulkan bola), intercept(memotong arah passingbola),
steals (merebut bola), dan foot work (pergerakan kaki). Dari beberapa gerakan yang telah diuraikan,
passing adalah salah satu gerak dasar dalam permainan bola Tangan yang dipelajari oleh siswa
sekolah dasar (SD) khususnya pada siswa kelas VI.
Passing adalah gerakan mengoper bola dalam permainan basket yang dilakukan dengan cara
menolak, melempar, dan memantulkan bola menggunakan dua tangan atau satu tangan, gerakan ini
memegang peranan yang penting dalam proses permainan sebab dengan gerakan ini tim bisa
menyusun srategi penyerangan yang baik sehingga tim tersebut bisa memperoleh skor.
Dari berbagai macam gerak dasar passing yang terdapat dalam permainan bola Tangan, bounce pass
merupakan salah satu jenis passing yang dipelajari oleh siswa kelas VI SD. Dribble adalah cara
gerak dasar Dribbleyang baik dan benar diperlukan suatu penguasaan gerak dasar yang baik pula.
Selain itu, kelentukan lengan sangatlah diandalkan dalam melakukan bentuk gerak dasar ini. Tanpa
adanya penguasan gerak dasar yang baik dan benar serta kelentukan lengan yang baik maka akan
sulit untuk melakukan gerak dasar Dribble dengan baik.
Penguasaan gerak dasar Dribble dengan baik dan benar dalam bola Tangan dinilai penting karena
Dribble merupakan salah satu jenis membawa bola digunakan dalam melakukan suatu permainan
bola Tangan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan proses pembelajaran
Pendidikan Jasmani di SD Negeri 2 Singosari Talang Padang diperoleh informasi bahwa sebagian
besar peserta didik di sekolah tersebut belum dapat menguasai keterampilan gerak dasar Dribble
dalam bola Tangan dengan baik dan benar, khususnya bagi siswa kelas VI, karena setelah dilakukan
penilaian secara objektif hanya sekitar 25% peserta didik di kelas tersebut yang dapat melakukan
gerak dasar tersebut dengan baik dan benar, kemudian selebihnya yaitu sekitar 75% peserta didik
masih mendapatkan nilai dibawak Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh
sekolah tersebut, yaitu ≥67.
Setelah dilakukan pengamatan lebih jauh, ternyata rendahnya hasil pembelajaran gerak dasar
Dribble yang terjadi di kelas VI tersebut diakibatkan oleh kurang mendukungnya sarana yang
digunakan dalam permainan bola Tangan, sehingga model pembelajaran yang dilakukanpun
menjadi kurang beragam. Selain itu, kurang efektifnya media yang dipergunakan guru dalam
pembelajaran gerak dasar Dribble merupakan salah satu penyebab dari rendahnya hasil belajar
siswa di sekolah terebut, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam
kondisi fisik siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu, hasil pembelajaran bola Tangan khususnya
pembelajaran gerak dasar Dribble di sekolah tesebut terbilang belum berhasil.
Bertitik tolak darilatar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti bermaksuduntuk memecahkan
suatu permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran Dribble dalam permainan bola Tangan
di sekolah tersebut, yaitu dengan penelitian tentang “Peningkatan Gerak Dasar Dribble Melalui
Pembelajaran Kelompok Pada Siswa Kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang
PadangTahun Pelajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian
ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar siswa dalam gerak dasar Dribble..
2. Kurang mendukungnya sarana yang digunakan dalam permainan bola Tangan sehingga model
pembelajaran yang dilakukan menjadi terbatas atau kurang beragam.
3. Kurang efektifnya media yang dipergunakan guru dalam pembelajaran gerak dasar Dribble.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya ruang lingkup dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah
dalam penelitian ini hanya pada masalah Meningkatkan Gerak Dasar Dribble Melalui Pembelajaran
Kelompok pada siswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah dipaparkan, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah gerak dasar
Dribbledalam bola Tangan pada siswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang
Padang Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kelompok?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Untuk memperbaiki gerak dasar Dribble padasiswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari
Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar Dribble pada siswa kelas VI di SD Negeri 2
Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.
F. Manfaat Penelitian
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Peneliti lain
salah satu bahan informasi bagi peneliti lain mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan gerak dasar Dribble bola Tangan.
b. Siswa
Membantu siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar Dribble bola Tangan.
c. Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Sebagai bahan referensi bagi para guru Pendidikan Jasmani dalam meningkatkan gerak dasar
d. Sekolah
Sebagai bahan referensi bagi pembina sekolah mengenai penerapan model pembelajaran kelompok
pada pembelajaran gerak dasar Dribble pada bola Tangan.
e. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran pengembangan materi bola Tangan khususnya
pada gerak dasar Dribble.
A.Tinjauan Pustaka
A. Belajar dan Mengajar
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut james O. Whittaker dalam Djamarah (1999: 22) belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Selain itu, R. Gagne dalam Djamarah (1999: 22) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
Seseorang dikatakan belajar apabila memiliki ciri-ciri belajar, yaitu sebagai berikut : 1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991)
dalamhttp://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/.
Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu sistem pendidikan tidaklah terlepas dari proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan dua aktivitas, yaitu belajar dan mengajar, karena tanpa adanya salah satu dari aktivitas tersebut tidaklah akan terjadinya suatu proses
pembelajaran.
B. Prinsip-Prinsip Belajar
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut. Menurut Soekamto dan Winataputra dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008 : 16)
a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
Menurut Baharudin dan Wahyuni (2008 : 17), proses belajar, terutama belajar yeng terjadi disekolah, itu melalui tahap-tahap atau fase-fase: motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi, dan umpan balik, yaitu:
1. Tahap Motivasi yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit. Misalnya siswa tertarik untuk memperhatikan apa yang akan dipelajari, melihat gurunya datang, melihat apa yang ditunjukkan guru (buku, alat peraga), dan mendengarkan apa yang diucapkan guru.
2. Tahap Konsentrasi yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada pada tahap motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari. Pada fase motivasi mungkin perhatian siswa hanya tertuju kepada penampilan guru (pakaian, tas, model rambut, sepatu dan lain sebagainya).
3. Tahap Mengolah yaitu siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalam Short Term Memory, atau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek, kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi makna (meaning) berupa sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing. Hasil olahan itu berupa simbol-simbol khusus yang antara satu siswa dengan siswa lainnya berbeda. Simbol olahan bergantung dari pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya serta kejelasan penangkapan siswa. Karena itu, tidaklah merupakan hal yang aneh jika setiap siswa akan berbeda penangkapannya terhadap hal yang sama yang diberikan oleh seorang guru.
4. Tahap Menyimpan yaitu siswa menyimpan simbol-simbol hasil olahan yang telah diberi makna ke dalam Long Term Memory (LTM) atau gudang ingatan jangka panjang.pada tahap ini hasil belajar sudah diperoleh, baik baru sebagian maupun keseluruhan.
perubahan sikap dan keterampilan itu diperlukan belajar yang tidak hanya sekali saja, tapi harus beberapa kali, baru kemudian tampak perubahannya.
5. Tahap Menggali (1) yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang dia terima. Ini terjadi pada pelajaran waktu berikutnya yang merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya. Penggalian ini diperlukan agar apa yang telah dikuasai menjadi kesatuan dengan yang akan diterima, sehingga bukan menjadi yang lepas-lepas satu sama lain. Setelah penggalian informasi dan dikaitkan dengan informasi baru, maka terjadi lagi pengolahan informasi untuk diberi makna seperti halnya dalam tahap mengolah untuk selanjutnya disimpan dalam LTM lagi.
6. Tahap Menggali (2) yaitu menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM untuk persiapan fase prestasi, baik langsung maupun melalui STM. Tahap menggali 2 diperlukan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan atau soal/latihan. 7. Tahap Prestasi yaitu informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan untuk
menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar itu, misalnya: berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, atau menyelesaikan tugas. 8. Tahap Umpan Balik yaitu siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) saat perasaan puas atas
prestasi yang ditunjukkan. Hal ini terjadi jika prestasinya tepat. Tapi sebaliknya, jika prestasinya jelek, perasaan tidak puas maupun tidak senang itu bisa saja diperoleh dari guru (eksternal) atau dari diri sendiri (internal).
C. Metode Sebagai Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan perencanaan yang dilakukan guru sebelum
proses pembelajaran berlangsung. Menurut oemar hamalik (2008 : 57), mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut di atas, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, Syiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006 : 74), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
D.Pendidikan Jasmani
Selain itu, Pendidikan Jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional (Lutan dkk, 1996/1997: 3). Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
E. Belajar Motorik
Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik. Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan.
keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil.
Sedangkan belajar motorik adalah proses perubahan individu sebagai hasil timbal balik antara latihan dan kondisi lingkungan (Drowazky, 1981) dalam
http://tangguhabiyoga.wordpress.com/2011/02/14/pengertian-belajarmotorik-dan-belajar-motorik/. Belajar motorik adalah suatu perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman (Oxendine, 1984).
Belajar motorik adalah suatu proses perubahan merespons yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman (Schmidt dalam Lutan, 1988:102). Selain itu, proses belajar motorik dapat diartikan sebagai berikut :
1. hasil belajar/kemampuan merespon dalam bentuk gerak, 2. perubahan relatif permanen,
3. perubahan akibat pengalaman dan latihan, 4. perubahan bisa ke arah negatif.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar motorik adalah proses perubahan individu baik berupa perilaku gerak maupun respon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.
F. Keterampilan Gerak Dasar
terampil dalam beraktivitas fisik. Keterampilan gerak fisik yang diperoleh melalui Pendidikan Jasmani tidak hanya berguna menguasai cabang olahraga tertentu tapi juga untuk melakukan aktivitas dan tugas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Manusia pada kodratnya adalah benda hidup, bukan benda mati. Benda mati dapat bergerak disebabkan apabila ada gaya eksternal yang mempengaruhi benda tersebut. Sedangkan benda hidup dapat bergerak baik karena pengaruh gaya eksternal maupun karena pengruh gaya internal.
Keterampilan merupakan gambaran kemampuan motorik seseorang yang ditujukkan melalui penguasaan suatu gerak. Dalam meningkatan penguasaan gerak khususnya dalam olahraga, maka diperlukan suatu proses pembelajaran untuk sampai ke tingkat terampil. Mengenai terampil sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lutan (1988: 76) bahwa terampil juga dinyatakan untuk
menggambarkan tingkat kemahiran seseorang melaksanakan suatu penguasaan suatu hal yang memerlukan tubuh.
Keterampilan gerak bagi anak-anak sekolah dasar diartikan sebagai sikap perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak yang tentunya berkaitan dengan permainan olahraga. Keterampilan gerak ini diupayakan untuk dikembangkan dan diperhalus agar anak dapat melakukan dengan benar dengan sesuai tenaga dan sesuai dengan keadaan lingkungan. Apabila gerakan ini sudah matang maka dilanjutkan untuk diterapkan pada suatu permainan, aneka olahraga dan aktivitas jasmani yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dariPengetahuan (Knowledge), Pemahaman (Comprehension), Penerapan (Aplication,
Penguraian (Analysis), Memadukan (Synthesis), Penilaian (Evaluation).
2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dariPenerimaan (receiving/attending), Sambutan (responding), Penilaian (valuing),
Pengorganisasian (organization), Karakterisasi (characterization).
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system)
dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dariKesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan
(habitual), Adaptasi (adaption).
Sedangkan gerak dasar menurut M Furqon H, (2002) dalam
http://grandmall10.wordpress.com/2011/05/21/mengembangkan-keterampilan-gerak-dasar-lompat-dengan-permainan-tradisional/ merupakan pola gerak yang inheren yang membentuk dusar-dasar untuk ketrampilan gerak yang kompleks yang meliputi gerak lokomotor, gerak non lokomotor dan gerak manipulatif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak dasar adalah kemampuan seseorang dalam membentuk kemampuan motoriknya melalui pola-pola gerak.
Model merupakan bentuk dari suatu kegiatan pembelajaran yang mendukung keberhasilan dari pembelajaran pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, tidak sedikit keberhasilan dari suatu
pembelajaran yang disajikan oleh guru. Model pembelajaran adalah sebuah perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk menjabarkan kurikulum untuk merancang materi pembelajaran dan
untuk memadukan kegiatan pemebelajaran di dalam kelasatau setting kelas yang lain (Ahmad H. P, 2005: 15). Proses dan produk pembelajaran yang semula berorientasi pada guru (teacher centred) berubah menjadi berpusat pada siswa (student centred). Oleh karena itu, Mosston (dalam Lutan dan Toho, 1996/1997) mengklasifikasi model pembelajaran Pendidikan Jasmani antara lain; (1) model komando, (2) pembelajaran tugas, (3) pembelajaran perseorangan, (4) pembelajaran berpasangan, (5) pembelajaran kelompok, (6) penemuan terbimbing, dan (7) pemecahan masalah.
Kita semua mengetahui bahwa manusia adalah makluk sosial dimana mengandung arti bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan crang lain pengertian itu bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari karena tanpa bantuan oran lain kita tidak bisa mencukupi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, manusia harus hidup berkelompok dan membentuk suatu organisai dalam uraha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Karena hakekatnya manusia kemampuannya terbatas.
Kelompok adalah kumpulan bebrapa orang atau benda yang berkumpul dan atau dikumpulkan menjadi satu ikatan atau kumpulan. Sebagai kelompok manusia dimana anggotanya dapat beritregasi atau sama lain dapat berkerja sama yang baik tapi juga bisa melahirkan perbedaan dan pertentangan yang menyebabkan kelompok tersebut pecah dan bercerai berai.
yang selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor:
1. Internal
Faktor internal di anggap sebagai unsur penting karena manusia mempunyai kecakapan yang berbeda satu sama lain. Disamping itu komunikasi juga sangat berperan dalam membuat kelompok manusia yang dinamis.
2. Eksternal
Faktor ini adalah faktor lingkungan dimana kelompok harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Dapat kita pahami bagaimana faktor internal dan eksternal tersebut sangat mempengaruhi kelompok. Dimana untuk menjaga kelangsungan hidupnya kelompok tersebut harus senantiasa menyesuikan diri dimana kelompok itu berada.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian pembelajaran kelompok adalah pembelajaran yang dimana setiap pesertanya harus menjadi bagain dari regu atau kelompok tersebut. Jumlah peserta dalam setiap kelompok tergantung proses pembelajaran apa yang hendak dimainkan, dan tujuan dari pembelajaran kelompok selain meningkatkan gerak motorik anak tersebut tapi juga diharapkan dapat terjadi komunikasi sehingga terbina kekompakan, rasa saling memiliki, keakraban dan memupuk rasa kebersamaan. Tujuan lain dari pembelajaran kelompok ini, menciptakan suasana yang sehat dalam persaingan serta meningkatkan semangat perjuang yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1) untuk membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota lainnya dalam kelompok sshingga timbul rasa saling menghargai, saling keterbukaan dan saling toleransi.
2) untuk menimbulkan rasa solidaritas dari seluruh anggota kelompok sehingga timbul partisipasi yang spontan atau tidak disengaja dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Selain kelebihan, ada pula kekurangan dari model pembelajaran kelompok yaitu :
1) dalam permainan dimana ada kelebihan pasti juga ada kekurangan diantaranya kekurangan itu adalah apabila siswa masuk kelompok yang kurang disukai maka akan menimbulkan
perpecahan sehingga tidak terjadi kerja sama atau kekompakan.
2) apabila seorang siswa melakukan kesalahan atau hal yang merugikan kelompok tersebut maka semua anggota kelompoknya juga akan mendapat hukuman.
H. Permainan Bola Tangan
Permainan bola Tangan adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan.
Lapangan yang dipergunakan dalam bermain bola Tangan berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang lapangan yaitu 26 meter serta lebar lapangan yaitu 14 meter. Tiga buah lingkaran yang terdapat di dalam lapangan basket memiliki panjang jari-jari yaitu 1,80 meter.
Jumlah pemain dalam permainan bola Tangan adalah 5 orang dalam satu regu dengan cadangan 5 orang. Sedangkan jumlah wasit dalam permainan bola Tangan adalah 2 orang. Wasit 1 disebut referee sedangkan wasit 2 disebut umpire.
Waktu permainan 4x10 menit. Di antara babak 1, 2, 3 dan babak 4 terdapat waktu istirahat selama 10 menit. Bila terjadi skor yang sama pada akhir pertandingan harus diadakan perpanjangan waktu sampai terjadi selisih skor. Di antara dua babak tambahan terdapat waktu istirahat selama 2 menit. Waktu untuk lemparan ke dalam yaitu 5 detik.
Keliling bola yang digunakan dalam permainan bola Tangan adalah 75 cm - 78 cm. Sedangkan berat bola adalah 600 - 650 gram. Jika bola dijatuhkan dari ketinggian 1,80 meter pada lantai papan, maka bola harus kembali pada ketinggian antara 1,20 - 1,40 meter.
Pada umumnya permainan bolatangan berjalan dengan tempo yang cepat. Oleh karena itu seorang pemain bolatangan haruslah memiliki keterampilan yang baik. Pemain harus dapat melakukan gerakan lari dengan cepat, berlari dengan lincah/ tangkas, dapat menangkap bola dengan mantap, melempar ( mengoper ) bola dengan tepat ke sasaran. Selain itu juga pemain harus memiliki koordinasi tubuh yang baik serta menguasai beberapa cara penembakan bola. Dari garis besarnya, keterampilan dasar permainan bolatangan terdiri dari: 1) berlari, 2) menangkap bola, 3) mengoper bola, 4) mengiring bola menembakkan ke gawang. 1. Berlari
Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan pelatih terhadap pemain dan secara khusus bagi pemain pemula adalah kerampilan berlari. Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan kerampilan berlari adalah kemampuan melakukan gerakan lari yang cepat dari sikap berdiri diam (akselerasi), gerakan meliukkan badan (body weaving) dan mengubah arah lari dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan.
2. Menangkap bola
melakukan lemparan / operan, menembak ataupun memainkan bola, apabila ia tidak dapat menangkap dan menguasai bola itu terlebih dahulu dengan baik.
Untuk dapat menangkap bola dengan baik dan sempurna, bola harus ditangkap dengan dua tangan. Jari-jari terbuka lebar dan usahakan menutup bola seluas mungkin dan ke dua ibu jari membentuk satu garis di belakang bola. Setelah bola tertangkap, tariklah bola ke arah dada untuk meredam atau mengurangi kecepatan bola atau agar bola dapat dikuasai secara penuh sehingga tidak mudah direbut oleh lawan.
Pada umumnya, seorang pemain dalam permainan akan menangkap bola dari berbagai arah, antara lain:
1. Menangkap bola setinggi dada
2. Menangkap bola yang melambung /tinggi 3. Menangkap bola di samping kiri /kanan badan 4. Menangkap bola rendah (setinggi lutut) 5. Menangkap bola yang menggulundung
Keterampilan dalam mengoper dan menangkap bola tidaklah dapat dipisahkan dan keduanya merupakan keterampilan dasar dari permainan bolatangan. Dalam segala latihan yang bersangkut paut dengan menangkap dan melempar (mengoper) selalu
melibatkan kedua hal tersebut sekaligus. Hal ini tentu saja akan memudahkan bagi pelatih untuk melatih kedua keterampilan tersebut sekaligus.
pada saat itu. Operan jarak pendek dan cepat, lebih di utamakan oleh suatu regu daripada operan jarak jauh.Oleh karena operan jarak jauh seringkali kurang tepat dan lagi pula karena jalan bola melambung, bola sangat mudah direbut lawan.
Gambar 1. Bermain Bolatangan
Cara mengoperkan bola dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan. Macam-macam operan yang sering digunakan dalam permainan adalah :
l. Dengan dua tangan
a. Chest pass ( operan dada )
b. Overhead pass ( operan dari atas kepala ) c. Underhand pass ( operan dari bawah lengan
2.Dengan satu tangan
a. Javeline pass ( operan dari atas bahu / kepala ) b. Side pass ( operan dari samping badan )
c. Reverse pass ( operan melingkar / dari belakang badan )
Tujuan permainan bolatangan adalah membuat angka/gol dengan cara
melempar/menembakkan dan memasukan bola kegawang lawan, pemain penyerang
1. The standing throw shot (menembak dalam sikap berdiri) 2. The jump shot (menembak pada saat melompat keatas) 3. The dive shot (menembak pada saat melompat kedepan)
4. The fall shot (menembak sambil menjatuhkan diri kesamping/depan) 5. The side throw (menembak dari samping badan)
6. The flying shot (menembak pada saat melayang) 7. The reverse shot (tembakan membalik/memutar)
I. Gerak Dasar Dribble
Menurut Yunusul Khairi (2003:38) permainan bola Tangan sendiri terdiri dari satu gabungan beberapa gerakan yang kompleks, hal ini berarti gerakanya terdiri dari gabungan gerak yang terkoordinasi dengan baik. Oleh karena itu, penguasaan gerak yang baik harus dilakukan sehingga dapat bermain dengan baik jika setiap unsur gerak dapat dikuasai, maka pemain akan dapat dengan mudah mengkombinasikan gerakannya dan dapat mengembangkan dalam berbagai macam gerakan.
Dalam permainan bola Tangan penguasaan bola merupakan hal yang paling penting, karena
keberhasilan serangan tergantung pada setiapkemampuan pemain dalam menguasai boladan mampu membuat point. Salah satu gerak dasar yang sangat penting untuk dikuasai adalah dribble atau cara membawa bola.
Dalam peraturan permainan, dijelaskan bahwa seorang pemain diperkenankan melangkah sebanyak 3 langkah sambil memegang bola setelah memantulkan bola pada saat berlari. Dalam hal ini, seorang pemain juga diperkenankan melakukan gerakan menggiring
akan merugikan, baik bagi pemain tersebut maupun bagi regunya, karena akan memperlambat jalan pemain.
Sebaiknya, teknik dribbling ini baru diajarkan, bila para pemain sudah menguasai dengan baik keterampilan melempar, mengoper dan menangkap bola. Dengan demikian latihan
dribbling pada bagian akhir, hal ini secara tidak langsung akan memberikan keuntungan dalam pembinaan kekompakan regu. Pada saat latihan bermain, tanpa adanya dribble, akan memaksa para pemain untuk bekerja sama, lebih memantapkan teknik passing serta
memahami taktik bermain.
Cara melakukan dribble adalah sebagai berikut : bola dipantulkan dengan satu tangan. Bola dipantulkan kira-kira 1 meter di depan pemain yang sedang bergerak/berlari kedepan. Memantulkan bola dengan cara melecutkan pergelangan tangan yang memegang bola. Bola lepas dari tangan setelah pada saat terakhir menyentuh ujung-ujung jari tangan. Latihan
dribbling harus dilakukan secara sistematis maksudnya diawali dengan gerakan yang mudah kemudian setelah gerakan tersebut sudah dikuasai, gerakan ditambah dengan gerakan-gerakan yang lebih sulit/kompleks.Suatu bentuk sistematika latihan dribbling : 1. Dribble lurus dengan satu tangan.
2. Dribblelurus dengan berganti-ganti tangan yang memantulkan bola. 3. Dribble zig-zag.
4. Dribble – pivot – dribble zig-zag. 5. Body weaving – dribble zig-zag.
Tujuan utama belajar gerak dasar adalah untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar yaitu perubahan perilaku yang bersifat psikomotor dan perubahan penguasaan keterampilan gerak suatu cabang olahraga. Selain perubahan yang bersifat afektif dankognitif, untuk dapat bermain bola Tangan dengan baik siswa diharapkan terlebih dahulu menguasai gerak dasar salah satu adalah
dribble.
Dribblemerupakan salah satu jenis operan jarak dekat yang sangat baik dilakukan dengan pola penjagaan satu lawan satu. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk siswa SD seorang guru dituntut untuk mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya, baik dalam hal menyiapkan skenario dan model pembelajaran yang akan dipergunakaan maupun alat pembelajaran yang akan digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, dengan menggunakan model
pembelajaran kelompok yang dipadupadankan dengan penggunaan alat pemebelajaran yang dimodifikasi kedalam bentuk yang lebih sederhana tanpa mengurangi fungsi alat pembelajaran yang sebenarnya, diharapkan dapat memperbaiki mutu serta hasil pembelajaran yang dilaksanakan. Begitu pula yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini yaitu, jika poses pembelajaran gerak dasar
dribble di SD Negeri 2Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajran 2012/2013 dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kelompok dan modifikasi alat yang dirancang dengan kreatif dapat memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan tersebut.
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang sangat besar kegunaannya, karena dapat menjadi penuntun kea rah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahnnya.
Pada penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Jika model
pembelajaran kelompok diterapkan dalam proses pembelajaran bola Tangan, maka dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar dribbledalam bola Tangan pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka dapat disimpulkan :
1. Dengan menggunakan model kelompok ( model tutor sebaya) dan modifikasi alat bola
plastik dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar dribble pada siswa
kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Talang Padang.
2. Dengan menggunakan model kelompok ( model Jig-saw dan tutor sebaya) dan
modifikasi alat pembelajaran berupa bola karet dapat meningkatkan hasil belajar
keterampilan gerak dasar dribble pada siswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Talang
Padang.
B. Saran
Berdasarkan manfaat penelitian ini, maka dapat diajukan saran sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Sebaiknya peneliti dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai literatur untuk
mengetahui salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
gerak dasar dribble model kelompok yaitu model tutor sebaya dan jig-saw.
2. Bagi Siswa
Ada baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan pembelajar- an bagi
siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan gerak dasardribble model
3. Sekolah
Sebaiknya penelitian ini dijadikan sebagai bahan referensi bagi pembina sekolah
mengenai penggunaan bola plastik dan bola plastik yang di isi busa sebagai modifikasi
bola pada pembelajaran gerak dasar dribble .kelompok yaitu model tutor sebaya dan
jig-saw
4. Bagi Program Studi Penjaskes FKIP Unila.
Ada baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan sebagai gambaran pengembangan
materi bolatangan khususnya pada keterampilan gerak dasar dribblekelompok yaitu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian;Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003 Tes Kebugaran Jasmani Untuk anak Usia Umur 13-15 Tahun. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta.
Don R. Krikindal; Joseph j, Gruber; Robert E. Jonshon Wm. C Brown Company Publiser, Dubuque, Lowa, 1980. Measurement and Evaluation for Physical Educators.
Lutan, Rusli, dkk. 2002. Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen OR. Jakarta
Mc. Clenaghan, Pate Rotella, diterjemahkan Kasiyo Dwijowinoto. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP Semarang Press. Semarang.
Nasution.2008 asas-asas kurikulum.PT Bumi Aksara. Jakarta.
Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indenesia. Bandung.
Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Buku Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta.
Sitepu. Akor. 2011. Permainan Bola Tangan. Unila
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.
Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Surisman. 2010. Permainan Bola Tangan. Unila.
_______. 2010. PenilaiPendidikanJasmani. Unila
Undang-Undang RI. 2005. Rencana Pembalajaran.
Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.
1
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode kaji tindak dengan menggunakan
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas yaitu
sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas atau dilapangan , hal ini karena ada 3
kata yang membentuk pengertian tersebut. 1). Penelitian menunjukkan pada suatu
kegiatan yang mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang brmanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2). Tindakan
menuju pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam
penelitian pembentuk rangakaian siklus kegiatan siswa. 3). Kelas dalam hal ini tidak
terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi ruang kelas dalam penelitian yang lebih
spesifik.
Pada penelitian tindakan ini memilii ciri-ciri sebagai berikut :
a) praktis dan langsung relevan untuk situasi actual,
b) menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan
perkembangan yang lebih baik,
c) dilakukan melaui putaran-putaran yang berspiral.
Menurut Arikunto (2009: 57) menjelaskan bahwa (classroom action
research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan
2
sebagai peneliti di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis
pembelajan.
Sedangkan menurut pendapat (Aqib, 2007: 17) Penelitian tindakan kelas
(classroom Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru
kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran, adapun
manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut :
1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran
2. Membantu guru berkembang secara profesional
3. Meningkatkan rasa percaya diri guru
4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan (IGK. Wardani dkk, 2006: 1.33)
Menurut Suhardjono (2007: 61) Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan professionalisme dan menumbuhkan budaya akademik.
Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai berikut :
1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.
2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu,
3
4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa
5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah
6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan
pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
Keunggulan PTK
Dilihat dari sisi pratek pembelajaran di kelas, guru yang paling banyak
pengalaman. Guru yang paling tahu, kapan sesuatu harus dimunculkan dan
kapan sesuatu harus dicegah. Apa yang diamati oleh para peneliti luar ketika
mereka datang ke kelas mungkin hanya merupakan kejadian sesaat yang
berakar dari berbagai kondisi sebelumnya, yang tidak mungkin diamati oleh
peneliti. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri akan lebih bermakna karena guru dapat menghubungkan hasil
pengamatan tersebut dengan berbagai kondisi sebelumnya, serta terkait
dengan kebutuhan guru itu sendiri (Wardani dkk, 2006: 16)
Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan beberapa siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindakan, pengamatan (observasi) dan tahap refleksi.
Yang dimaksud dengan penelitian yang dilakukan melalui putaran spiral adalah
4
Gambar 1. Bagan Model Penelitian Tindakan Suharsimi Arikunto(2007:16)
Keterangan gambar :
Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang aoa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Aksi atau pelaksanaan tindakan
Aksi atau pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas.
Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh suatu
tindakan.
Refleksi
Refleksi adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Tujuan dari refleksi adalah memperbaiki suatu tindakan yang
5
tindakan sesuai rencana guna menentukan rencana yang akan dilaksanakan
berikutnya.
B. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini penulis melaksanakan penelitian sampai tiga siklus (enam kali
pertemuan) kemudian diantara setiap siklusnya direncanakan kegiatan tindakan yang
berbeda pada setiap siklusnya, akan tetapi setiap siklus saling berkaitan, setiap proses
penelitian merupakan tindakan lanjutan dari siklus penelitian sebelumnya.
Tes awal
Siklus I
a. Perencanaan
1. Menyiapakan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu bola
Tangan yang diganti dengan bola plastik model kelompok ( model tutor
sebaya) besar terdiridari 8 dan 9 orang.
2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran siklus pertama.
3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses pembelajaran
dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.
b. Tindakan
1. Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus pertama adalah siswa
dibariskan kedalam 3 syaf secara berhadapan.
2. Guru memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran gerak
dasar dribblesecara berkelompok model tutor sebaya dengan menggunakan
alat pembelajaran bola Tangan yang diganti dengan bola plastik pada siklus
6
3. Guru memberikan latihan dribblebergantian dengan bola Tangan yang
diganti dengan menggunakan bola plastik di kelompok masing-masing
kemudian mendribble bola dengan jarak lemparan 3, 4, dan 5 meter.
4. Guru dan tutor sebaya mengoreksi setiap gerak dasar siswa dan memberikan
contoh gerakan yang baik dan benar, kemudian memberikan kesempatan
bagi peserta didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam
melakukan rangkaian gerak dasar dribbleyang diajarkan.
c. Observasi
Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan tes keterampilan gerak dasar lempar dribble siswa secara individu dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa lembar penilaian gerak dasar dribble dalam bolatangan.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai rangkaian gerak dasar dribble yang telah
diajarkan.
d. Refleksi
Hasil observasi pada siklus pertama disimpulkan dan didiskusikan. Kemudian
guru mendiskusikan tindakan untuk siklus kedua berupa mengganti bolatangan
yang sesungguhnya dengan bola karet dan ditambahkan kun sebagai alat
pembelajaran untuk dribble zig-zag ke sasaran dalam melakukan dribble.
Sebagai perbaikan dari kekurangan yang nampak pada siswa yang terdapat pada
7
Siklus II
a. Perencanaan
1. Menyiapakan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu bola-
tangan yang diganti dengan penggunaan bola karet dan kun sebagai alat pembelajaran untuk dribble zig-zag.
2. Model kelompok pada siklus ini yaitu model jig-saw dan kombinasi dengan
model tutor sebaya.
3. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran siklus kedua.
4. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses
pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.
b. Tindakan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus kedua adalah :
1. Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus pertama adalah
siswa dibariskan ke dalam 5 syaf secara berhadapan.
2. Guru memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran gerak
dasar dribbledengan model jig-saw dan model tutor sebaya dengan
menggunakan alat pembelajaran bolatangan yang diganti menjadi bola karet dan pada siklus kedua ini ditambahkan kun sebagai alat pembelajaran untuk dribble zig-zag.
3. Guru memberikan latihan dribblezig-zag bergantian dengan bolatangan
yang diganti dengan menggunakan bola karet dan kun secara berkelompok dengan jarak dribblezig-zag dibuat bervareasi.
4. Guru ketu kelompoknya mengoreksi setiap gerak dasar siswa dan
8
kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam melakukan rangkaian gerak dasar dribbleyang diajarkan.
c. Observasi
Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan tes keterampilan gerak dasar lempar dribble siswa secara individu dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa lembar penilaian gerak dasar dribble dalam bolatangan.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai rangkaian gerak dasar dribble yang telah diajarkan.
d. Refleksi
Hasil observasi pada siklus kedua disimpulkan dan didiskusikan. Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar dribbledalam bolatangan, berapa persen
tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa jika telah mencapai 80 prosen ke atas maka penelian ini dilakukan cukup 2 siklus.
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitan ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 2 Singosari
Kecamatan Talang Padang Tahun Peajaran 2012/2013, yaitu berjumlah 25 siswa yang
terdiri dari 11 putra dan 14 putri.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang
9
2. Pelaksanaan penelitian
Lama waktu penelitian yang dilakukan dalam penelitian satu setengah bulan dan terdapat 2 siklus, satu siklusnya dilaksanakan 3 kali pertemuan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK (penelitian tindakan kelas) disetiap siklusnya. Menurut Freir and Cuning ham dalam Muhajir (1997: 58) Menyatakan “Alat untuk ukur instrument dalan PTK dikatan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi”.Alat ukur itu berupa indikator-indikator dari penilaian ketrampilan gerak dasar dribbledalam bola Tangan, bentuk indikatornya adalah :
F. Teknik Analisi Data
Setelah data dikumpulkan melalui tindakan disetiap siklusnya, selanjutnya data
dianalisis melalui tabulasi, persentase dan normative. Teknik penilaian dalam
proses pembelajaran menggunakan penilaian kwantitatif untuk melihat kwalitas
hasil tindakan di setiap siklus menggunakan rumus sebagi berikut :
%
P (Subagio dalam Surisman, 1997)
Keterangan :
P = Persentase keberhasilan
F = Jumlah gerakan yang dilakukan benar
N = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian yang
10
Tabel 2. Penetapan KKM
Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian
Kompleksitas Tinggi
Tabel 3. Poin/Skor pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan
Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran
Kompleksitas Tinggi
Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi, dan intakepeserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah ;
1 + 3 + 2
9 100 = 66,7 67
Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang
dikatakan tuntas apabila :
1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau persentase ketercapaian 67
% secara perorangan.
2.Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85% siswa
yang telah mendapat nilai ≥ 67( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79).
Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, jika jumlah
siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari pada sesudah siklus
kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan siklus dan seterusnya, atau