• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Terhadap Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Properti Dan Pemilik Rumah (Studi Pada PT.Bursa Properti Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis Terhadap Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Properti Dan Pemilik Rumah (Studi Pada PT.Bursa Properti Medan)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku :

Amir, Supriyadi.2014. Menjadi Milyader Dari BisnisProperti.LaskarAksara: Jakarta

Ashshofa, Burlan.1996. Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta: Jakarta

Bahrulzaman, Mariam Darus. 1980. Perjanjian Baku (Standard), Perkembangannya di Indonesia. Alumni: Bandung

__________, _________.1999. Kumpulan Pidato Pengukuhan, Alumni:Bandung

__________, _________. 2014. Aneka Hukum Bisnis. Alumni: Bandung

Darmawan, Dadan. 2009. 75 Tanya Jawab Jual Beli Properti. Visi Media: Jakrta

Darus, Mariam, dkk. 2011. Kompilasi Hukum Perikatan. Citra Aditia Bakti: Bandung

Hernoko, Agus Yuda. Hukum Perjanjian Asas Proporsional dalam Kontrak

Komersial. Prenada Media Group: Jakarta

HS., Salim. 2004. Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia Buku

Ke-I. Sinar Grafika: Jakarta

___, _____. 2003. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Sinar Grafika: Jakarta

HS., Salim dan Erlies S. N. 2014. Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di

Indonesia Buku Ke-II. Sinar Grafika: Jakarta

Kansil, C.S.T.2004. Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum

Perdata.Pradnya Paramita:Jakarta

Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika

Lubis, Muhammad Yamin dan Abdul Rahim Lubis. 2013. Kepemilikan Properti

di Indonesia. Mandar Maju: Bandung

Meliala, Djaja S.2008. Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan

(2)

Mertokusumo. Sudikno. 2013. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty: Yoygakarta

Miru, Ahmadi. 2011. Hukum Kontrak Perancangan Kontrak. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Muhammad, Abdul Khadir. 2010. Hukum Perdata Indonesia. Citra Aditia Bakti: Bandung

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. 2003. Perikatan yang Lahir dari

Perjanjian. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Mujtaba, Saifudin. 2007. Masailul Fikiyah. Rousyan Fiar: Jombang

Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Mitra Wacana Media: Jakarta

Santoso, Budi. 2015. Keagenan (Agency). Ghalia Indonesia:Bogor

Saliman, Abdul Rasyid. 2005. Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Teori dan Contoh

Kasus. Prenanda Media: Jakarta

Satrio, J. 1992. Hukum Perjanjian. Citra Aditya Bakti: Bandung

Sidrata. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen. Grasindo: Jakarta

Simatupang, Richard Burton. 2007. Aspek Hukum dalam Bisnis. Rineka Cipta: Jakarta

S.K, Selina Tri. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Sinar Grafika: Jakarta

Soekanto, Soerjono.2006. Pengantar Penelitian Hukum.UI Press:Jakarta

_______, _______ dan Sri Mamudji.2009. Penelitian Hukum Normatif:Suatu

Tinjauan Singkat. Rajagrafindo Persada:Jakarta

Soheh, Achmad. 2012. Cara Jitu untuk Kaya dengan Bisnis Properti. Buana Ilmu Populer: Jakarta

Subekti, R. 1999. Hukum Perjanjian. Pembimbing Masa: Jakarta

Sunggono, Bambang. 2007. Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo: Jakarta

(3)

Syahrani, Riduan.2006.Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata.

Alumni:Bandung

Triwulantuti, Titik. 2010. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional. Kencana: Jakarta

Zainudin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika Persada: Jakarta

Zudih, Masfud Masjfuk. 1997. Masailul Fikiyah. Masagung : Jakarta

B.Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD RI 1945)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen dan Distributor Barang dan/atau Jasa

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 33/M/-DAG/PER/8/2008 Tentang Perusahaan Perantara Perdagangan Properti

C.SUMBER LAIN

Rei.Or.Id, “Bisnis Properti Tumbuh 30 Persen”, http://rei.or.id/liputan-57-bisnis properti

tumbuh 30persen

Kompas.com, Apa itu “listing”Properti,http://properti.kompas.com/read/2012/05/08/121

01191/Apa itu Listing.Properti

(4)

BAB III

KAJIAN UMUM TENTANG AGEN PEMASARAN PROPERTI

A. Pengertian Agen

Sebelum membahas pengertian agen pemasaran properti ada baiknya,

harus mengetahui apa itu sebenarnya agen. Pengertian Agen menurut Pasal 1

angka 4 Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentang

ketentuan dan tata cara penerbitan surat tanda pendaftaran agen dan distributor

barang dan/atau jasa adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak

sebagai perantara untuk dan atas nama principal berdasarkan perjanjian untuk

melakukan pemasaran tanpa melakukan pemindahan hak atas fisik barang

dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai oleh principal yang menunjuknya. Agen

adalah pihak yang menjual barang dan jasa untuk dan atas nama prinsipal.

Pendapatan yang diterima adalah hasil dari barang-barang atau jasa yang dijual

kepada konsumen yang berupa komisi dari hasil penjualan.51 Ada juga yang

mengartikan agen itu adalah suatu hubungan hukum dimana seseorang/ pihak

agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang/ pihak principal untuk

melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain.52 Jadi, agen didalam melakukan

transaksi atau membuat perjanjian dengan pihak ketiga untuk dan atas nama

principal, atas perbuatannya itu ia mendapat imbalan. Fungsi agen adalah

51

Mariam Darus Badrulzaman (4),Aneka Hukum Bisnis,Alumni,Bandung,2014,hal. 31. 52

(5)

perantara yang menjual barang/ jasa untuk dan atas nama principal.53 Peraturan

mengenai agen diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI

No.11/M-DAG/PER/3/2006 tentang ketentuan dan tata cara penerbitan surat tanda

pendaftaran agen atau distributor barang dan atau jasa.

Pada pelaksanaan jual beli, ada kalanya pihak penjual dan pembeli

melakukan jual beli melalui pihak ketiga yang biasa dikenal dengan pedagang

perantara. Dalam praktik perdagangan dikenal beberapa bentuk hukum pedagang

perantara, seperti agen, akan tetapi ada juga yang menyamakannya dengan

makelar dan komisioner, yang sebenarnya terdapat perbedaan. Agen meskipun

tidak ada pengaturannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, beberapa

pakar hukum mendefenisikan sebagai orang yang melayani beberapa pengusaha

sebagai perantara dengan pihak ketiga, mempunyai hubungan tetap dengan

pengusaha dan mewakilinya untuk mengadakan dan selanjutnya melaksanakan

perjanjian dengan pihak ketiga. Hubungan agen dengan pengusaha itu tidak

bersifat pelayanan berkala dan juga tidak bersifat perburuhan. Sebab, hubungan

tetap bukan sifat dari pelayanan berkala dan hubungan sama tinggi sama rendah

bukan hubungan perburuhan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sifat

hubungan antara agen dan pengusaha adalah pemberian kuasa. Perusahaan dari

agen itu disebut agentuur sedangkan persetujuan antara agen perniagaan dengan

principalnya dinamakan agentuur contract. Prinsipal adalah pengusaha yang

diwakili oleh agen dalam melakukan perhubungan dengan pihak ketiga. Seorang

agen selain bertindak atas nama sendiri juga bertindak atas nama pengusaha yang

53

(6)

diwakilinya dan menerima provisi atas perantaraan yang diadakan bagi prinsipal

itu.

Makelar dalam KUHD dibagi dua macam yaitu:

1. Makelar sebagai profesi, yakni pedagang perantara yang diangkat oleh

Presiden atau penguasa yang oleh Presiden dinytakan berwenang untuk

itu. Dalam menyelenggarakan perusahaannya seperti yang dimaksud

dalam Pasal 64 KUHD akan mendapat upah atau fee atas amanat dan atas

nama orang-orang lain yang dengan mereka tidak terdapat hubungan kerja

tetap (Pasal 62 KUHD).

2. Makelar lepas, yakni tindakan para pedagang perantara yang tidak

diangkat oleh Presiden atau penguasa yang berwenang yang tidak

melahirkan akibat hukum yang lebih daripada akibat yang ditimbulkan

dari tiap-tiap persetujuan pemberian kuasa (Pasal63 KUHD).

Berdasarkan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, makelar memiliki arti sebagai

“perantara jual beli barang”54

. Selain itu, menurut Zuhdi, “kata makelar berasal

dari bahasa Arab, yaitu samsarah, yang berarti perantara perdagangan atau

perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan kegiatan jual-beli”.55

Secara lebih luas, Mujtaba mendefinisikan “makelar sebagai pedagang perantara

yang bertugas menjualkan barang orang lain dengan mengambil upah atau

mencari keuntungan sendiri tanpa menanggung risiko”.56

Jadi dapat disimpulkan

makelar adalah penengah antara penjual dan pembeli untuk memudahkan

terlaksananya kegiatan jual beli, di mana kedua belah pihak mendapatkan

manfaat, di mana makelar memperoleh uang jasa dari hasil pekerjaannya sebagai

54

Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Kartika,Surabaya,1997,hal. 352. 55

Masjfuk Zuhdi, Masailul Fiqhiyah, Masagung,Jakarta,1997,hal.121 56

(7)

perantara. Demikian juga, orang yang memerlukan jasa makelar mendapatkan

kemudahan karena keperluannya (jual beli) ditangani oleh orang yang mengerti

betul dalam bidangnya.

Komisioner menurut Pasal 76 KUHD adalah orang yang menjalankan

perusahaan dengan membuat perjanjian atas namanya sendiri, mendapat provisi

atas perintah dan pembiayaan orang lain. Orang yang memberi perintah disebut

komiten. Komisioner tidak ada syarat pengangkatan resmi sebagaimana halnya

dengan makelar.

B. Perjanjian Keagenan

Perjanjian keagenan merupakan perjanjian tidak bernama yang tidak

terdapat dalam KUH Perdata. Namun dasar hukum perjanjian ini berdasarkan

kebebasan berkontrak, yakni pada Pasal 1338 KUH Perdata dan sepanjang

memenuhi mengenai syarat sahnya kontrak (Pasal 1320 KUH Perdata). Perjanjian

tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUH Perdata menyebutkan bahwa

“semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak

terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum”.

Dengan berjalannya waktu perjanjian keagenan sekarang telah diatur dalam

Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentang ketentuan

dan tata cara penerbitan surat tanda pendaftaran agen dan distributor barang

dan/atau jasa.57

Usaha dalam bidang keagenan adalah jasa perantara untuk melakukan

transaksi bisnis tertentu yang menghubungkan pelaku usaha yang satu dengan

57

(8)

yang lain atau yang menghubungkan pelaku usaha dengan konsumen di pihak

yang lain. Perjanjian keagenan adalah perjanjian tidak bernama. Pihak-pihak

dalam perjanjian keagenan adalah pihak yang memberi perintah disebut principal,

sedangkan pihak yang diminta untuk melakukan perbuatan hukum disebut agen.

Hubungan principal dengan agen pada prinsipnya didasarkan pada suatu

kesepakatan, yaitu agen setuju melakukan perbuatan hukum bagi principal dan

pada sisi lain principal setuju atas perbuatan hukum tersebut, sehingga dengan

adanya kesepakatan tersebut, maka tanggung jawab atas perbuatan hukum yang

dilkaukan oleh agen dibebankan pada principal.

Perjanjian Keagenan dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu melalui:

1. Keagenan melalui penetapan (Appointment)

Keagenan melalui penetapan artinya terdapatnya seseorang yang ditunjuk

dan ditetapkan untuk melakukan perbuatan untuk dan atas nama orang

lain. Dalam beberapa hal, terjadinya keagenan melalui penetapan

dilakukan secara lisan, namun dalam beberapa hal haruslah dilakukan

dengan cara tertentu, harus dilakukan secara tertulis apabila berkaitan

dengan kepentingan-kepentingan yang berkaitan dengan persoalan tanah.

Keagenan yang memberikan kewenangan pada seseorang dan dituangkan

dalam perjanjian tertulis sering disebut dengan istilah power allorney.

2. Keagenan melalui perbuatan (conduct)

Keagenan melalui perbuatan dapat terjadi melalui dua cara, yaitu melalui

dua cara, yaitu melalui perbuatan principal sebagai agen dan perbuatan

principal sebagai pihak ketiga. Perbuatan atau tindakan principal sebagai

(9)

keagenan dengan dicapainya persetujuan para pihak, maka setiap tindakan

principal termasuk didalamnya kata-kata, yang menjadikan orang

mempercayai bahwa principal menyetujuai pada tindakan seseorang

sebagai seorang agen untuk kepentingan principal telah cukup untuk

menciptakan terjadinya keagenan. Seperti halnya bila principal tahu dan

tidak ada keberatan atas tindakan yang dilakukan orang lain, memberikan

izin pihak lain bertindak selaku agen, oleh karenannya hukum

menganggap telah diberikannya authorisasi pada agen, lebih dari itu

principal tidak diperkenankan untuk menolak bertanggung jawab tindakan

agen tersebut. Perbuatan principal sebagai pihak ketiga kemungkinan juga

dapat menyebabkan pihak ketiga percaya bahwa agen telah diberikan

authority dari principal.

3. Keagenan melalui ratifikasi (Ratification)

Agen kemungkinan melakukan tindakan yang sebenanrnya termasuk

tindakan yang diluar kewenangan yang diberikan oleh principalnya, atau

bias terjadi seorang yang bukan agen yang diberikan kewenangan oleh

principal, justru melakukan tindakan atau perbuatan seperti halnya agen.

Pada situasi seperti ini, principal dihadapkan pada dua pilihan, yaitu

menolak tindakan tersebut atau menyetujuinya. Apabila principal

menyetujuinya maka terjadilah keagenan dengan ratifikasi. Umunya,

perbuatan atau tindakan di luar kewenagnan yang diberikan principal

boleh jadi dilakukan ratifikasi oleh principal.

(10)

Aturan yang menjadi dasar dalam keagenan menentukan bahwa agen tanpa

kewenangan tertentu yang diberikan oleh prinsipalnya tidak dapat

mengikat principal apabila ia melakukan tindakan tertentu. Akan tetapi,

jika principal salah menduga terhadap suatu hal tertentu dan mengira

bahwa agen mempunyai kewenangan untuk itu, maka principal akan

terikat dengan tindakan yang dilakukan agennya. Agen yang tercipta

melalui mekanisme ini disebut dengan agency by estoppel. Principal yang

salah duga tersebut tidak dapat membela diri dengan berdalih bahwa agen

tidak cukup diberikan kewenangan untuk itu. Dengan kata lain, principal

tidak dapat menghentikan atau mencegah pernyataan yang didasarkan

pada fakta-fakta nyata.

5. Agency by Necessity

Ketentuan hukum kadang menganggap bahwa hubungan keagenan eksisi

ketika suatu keadaan menampakkan atau menimbulkan asumsi sesuatu

yang wajar dan adil. Keagenan yang terjadi karena hal tersebut disebut

dengan agency by necessity. Walaupun principal tidak memberikan

persetujuan pada perjanjian keagenan, hal ini muncul pada saat urgent dan

dalam keadaan darurat.58

Dalam Pasal 21 Peraturan Menteri Perdagangan RI No.

11/M-DAG/PER/3/2006 disebutkan mengenai aturan perjanjian keagenan sebagai

berikut:

a. Perikatan antara principal dengan agen, agen tunggal, distributor,

distributor tunggal barang dan jasa produksi luar negeri harus berbentuk

58

(11)

perjanjian yang dilegalisir notary public dan surat keterangan dari Atase

Perdagangan Republik Indonesia atau Pejabat Kantor Perwakilan Republik

Indonesia di Negara principal.

b. Perikatan antara principal dengan agen, agen tunggal, distributor,

distributor tunggal barang dan atau jasa produksi luar negeri harus

berbentuk perjanjian yang dilegalisir notaris.

c. Principal dapat membuat perjanjian hanya dengan satu agen tunggal atau

distributor tunggal untuk jenis barang dan atau jasa yang sama dari suatu

merek di wilayah pemasaran tertentu untuk jangka waktu tertentu.

d. Principal dapat membuat perjanjian dengan satu atau lebih agen atau

distributor untuk jenis barang dan atau jasa yang sama dari suatu merek di

wilayah pemasaran tertentu di luar wilayah pemasaran agen tunggal atau

distributor tunggal.

e. Dalam hal principal membuat perjanjian lebih dari satu agen atau

distributor sebagaimana dimaksud pada ayat (4), principal wajib menyebut

nama-nama agen atau distributor yang telah ditunjuk.

f. Apabila terdapat perjanjian lebih dari satu agen tunggal atau distributor

tunggal oleh principal untuk jenis barang dan atau jasa yang sama dari

suatu merek dalam wilayah pemasaran tertentu, maka STP diberikan

kepada pemohon pertama.

g. Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) paling sedikit

memuat:

1) Nama dan alamat lengkap pihak-pihak yang membuat perjanjian;

(12)

3) Status keagenan atau kedistributoran;

4) Jenis barang dan atau jasa yang diperjanjikan;

5) Wilayah pemasaran;

6) Hak dan kewajiban masing-masing pihak;

7) Kewenangan;

8) Jangka waktu perjanjian;

9) Cara-cara pengakhiran perjanjian;

10)Cara-cara penyelesaian perjanjian;

11)Hukum yang dipergunakan;

12)Tenggang waktu penyelesaian.

Setiap perjanjian yang ditulis dalam bahasa asing maka wajib diterjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia oleh penterjemah tersumpah. Dalam ketentuan Pasal 22

disebutkan mengenai pengakhiran perjanjian, bahwa perjanjian keagenan yang

masih berlaku dapat berakhir atas dasar persetujuan dari kedua belah pihak sesuai

dengan kesepakatan dan ketentuan hukum yang berlaku.59

C. Dasar Hukum Keagenan

Dasar hukum keagenan sebenarnya telah diatur dalam Peraturan Menteri

Perdagangan RI No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentang ketentuan dan tata cara

penerbitan surat tanda pendaftaran agen dan distributor barang dan/atau jasa.

Akan tetapi dalam keagenan juga terdapat banyak cabangnya, seperti adanya agen

pemasaran properti ini yang dimana pengaturan hukumnya diatur dalam Peraturan

59

(13)

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 33/M-DAG/PER/8/2008

tentang perusahaan perantara perdagangan properti.

D. Pengertian Agen Pemasaran Properti

Pengertian agen pemasaran properti ini sama dengan perantara

perdagangan properti, yang dimana ada diatur dalam Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang

perusahaan perantara perdagangan properti, pada Pasal 1 angka 3 yang berbunyi

“Perantara perdagangan properti yang selanjutnya disebut tenaga ahli adalah

seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidang properti yang dibuktikan

dengan sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi”.

Pada saat membahas bisnis properti, berarti berbicara mengenai aktivitas

apa saja yang dilakukan seputar properti itu dan siapa saja pelaku yang terlibat di

dalamnya. Pelaku langsung dalam bisnis ini adalah pemiliki properti,

peminat(pembeli) properti, agen properti, dan bank (kreditor). Status agen properti

dan bank dalam hal ini merupakan pihak ketiga yang membantu kelancaran

aktivitas properti antara pemilik dan pembeli properti.60

Dalam dua dekade belakangan ini, perkembangan bisnis kantor agen

properti sangat pesat, baik lokal maupun nasional yang bekerja sama dengan asing

melalui sistem waralaba. Dalam hal ini, cara kerja agen properti mulai ditata

secara professional, pada tanggal 17 november 1992 dibentuk sebuah organisasi

yang mewadahi para agaen properti (broker properti) yang berlabel Asosiasi Real

Estate Broker Indonesia (AREBI) yang sampai saat ini telah menghimpun lebih

60

(14)

dari 80 perusahaan agen properti formal. Keberadaan AREBI sebenarnya banyak

memberikan manfaat kepada masyarakat, pengembang/pemilik properti,

pemerintah dan sesama anggota agen properti. Juga dengan lahirnya Peraturan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 33/M-DAG/PER/8/2008

tentang perusahaan perantara perdagangan properti yang menjadi dasar dari

perusahaan agen properti. Agen properti/ broker dapat berupa jasa perseorangan,

dimana seperti memasarkan properti perorangan ataupun korporasi/perusahaan

dengan metode kerja dan target pasar yang berlainan. Pada dasarnya yang dijual

pihak agen properti/broker adalah jasa konsultasi, negosiasi, sampai pada rencana

penjualan yang dibutuhkan agar terjadi transaksi sesuai yang diharapkan oleh

kedua belah pihak, baik penjual maupun pembeli. Tidak jarang, persepsi yang

sering muncul di masyarakat tentang agen properti/broker sebatas makelar, calo,

tukang terima komisi, pihak yang bisa menghambat atau memperlama proses jual

beli dan sebagainya. Namun, agen properti/broker perannya justru sangat penting

dalam proses penjualan dengan skala yang cukup besar.61

Pengertian agen pemasaran properti ini sama dengan perantara

perdagangan properti, yang dimana ada diatur dalam Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang

perusahaan perantara perdagangan properti, pada Pasal 1 angka 3 yang berbunyi

“Perantara perdagangan properti yang selanjutnya disebut tenaga ahli adalah

seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidang properti yang dibuktikan

dengan sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa agen pemasaran properti itu merupakan seorang

61

(15)

ahli dibidang properti yang bekerja lepas ataupun yang bekerja di sebuah

perusahaan agen properti yang kerjanya mempertemukan orang yang ingin

menjual rumahnya dengan orang yang ingin membeli rumah,dan sebagai orang

tengah/negosiator, lalu apabila berhasil terjual rumahnya maka pihak penjual akan

memberikan komisi kepada agen pemasaran properti ini.

E. Prosedur Kerja Agen Pemasaran Properti

Prosedur kerja agen pemasaran properti haruslahsesuai dengan standar

yang telah ditetapkan, yaitu segala sesuatu haruslah dilakukan dengan perjanjian

tertulis, sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan

Republik Indonesia Nomor: 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang perusahaan

perantara perdagangan properti, pada Pasal 9 yaitu:

1. Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya wajib membuat perjanjian

tertulis dengan pemberi tugas.

2. Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit

memuat:

a. lingkup kegiatan yang ditugaskan;

b. obyek properti;

c. hak dan kewajiban para pihak;

d. nilai atau persentase dan tata cara pembayaran komisi;

e. masa berlaku perjanjian meliputi masa aktif dan masa pasif; dan

f. penyelesaian perselisihan.

Perjanjian tertulis ini dibuat agar memberi kepastian hukum bagi para

(16)

hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh agen pemasaran properti baik individu

maupun dari perusahaan dan telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan

Republik Indonesia Nomor: 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang perusahaan

perantara perdagangan properti, pada Pasal 13, yaitu:

Perusahaan dilarang untuk:

1) memberikan data atau informasi secara tidak benar, atau tidak sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya;

2) menawarkan, mempromosikan, mengiklankan, memberikan janji atau

jaminan yang belum pasti, atau membuat pernyataan yang menyesatkan;

3) melakukan praktek monopoli atau persaingan usaha yang tidak jujur;

dan/atau

4) meminta imbal jasa dari pemberi tugas selain komisi sebagaimana tertulis

dalam perjanjian. Serta didalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor:33/M-DAG/PER/8/2008 tentang perusahaan perantara

perdagangan properti, pada Pasal 10 juga telah diatur mengenai imbalan dari

jasa yang dilakukan oleh perusahaan perantara perdagangan, yang isinya

sebagai berikut:

a) Perusahaan berhak menerima imbal jasa dari pemberi tugas atas jasa yang

diberikan.

b) Dalam hal jasa jual beli dan sewa menyewa properti sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, perusahaan berhak menerima imbal

jasa berupa komisi dari pemberi tugas paling sedikit 2% (dua persen) dari

(17)

c) Atas pemberian komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku

ketentuan masa aktif dan/atau masa pasif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 ayat (2) huruf e.

d) Masa aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan batas akhir

suatu perjanjian.

e) Masa pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan tambahan

waktu tertentu setelah berakhirnya masa aktif sebagaimana dimaksud pada

ayat (4).

Dari penjelasan diatas maka jelas bahwa prosedur kerja agen pemasaran

properti sebenarnya telah diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor:33/M-DAG/PER/8/2008 tentang

perusahaan perantara perdagangan properti, peraturan ini dibuat agar menjadi

dasar bagi agen pemasarn properti dalam menjalankan kerjanya. Namun, selain

prosedur kerja maka seorang agen pemasaran properti juga harus mampu menjadi

negosiator terampil,perencana aktif, dan pengeksekutor yang handal. Berikut

beberapa lingkup kerja dari broker:

(1)Problem seeker (pencari masalah)

Pencari yang dimaksud bukan dalam arti yang sesungguhnya. Melainkan

benar-benar mencari masalah yang mungkin ada pada pihak penjual atau

pembeli. Akan tetapi, broker tidak ikut-ikutan masuk kedalam arena

masalah atau membuat masalah baru yang merugikan semua pihak.

Pencarian penyelesaian masalah haruslah snantiasa memiliki tujuan untuk

(18)

(2)Perantara

Tugas ini ada tatkala kedua belah pihak, pembeli dan penjual, tidak dapat

selalu bertemu secara tatap muka. Disinilah peran broker dibutuhkan.

Broker properti menjadi penghubung antara pihak penjual dan pembeli

dalam setiap hal yang berhubungan dengan masalah jual beli properti.

(3)Katalisator

Broker merupakan mediator dalam proses negosiasi antara penjual dan

pembeli sampai transaksi terjadi. Dengan adanya broker dapat

mempercepat terjadinya proses transaksi. Namun, broker tidak boleh

membela kepentingan salah satu pihak. Kecenderungan kepada salah satu

pihak akan berdampak pada masalah yang akan timbul. Broker adalah

pihak yang netral. Sebagai mediator, pihak broker seharusnya mempunyai

cara kerja yang sistematis. Perencanaan yang baik dan target merupakan

hal yang penting bagi broker.

(4)Pembuka jalur komunikasi

Dalam bernegosiasi akan memperbesar peluang akan terjadinya jual beli

(transaksi). Broker jangan hanya berdiam diri. Broker haruslah memahami

tugasnya. Setiap rencana yang telah disusun tidak boleh putus di tengah

jalan. Rencana tersebut harus sampai pada penerapannya. Jangan hanya

mengandalkan satu orang, berharap dia yang akan membeli, tapi siapkan

cadangannya.

(5)Negosiator

Kemahiran bernegosiasi inilah yang menjadi karakter khusus seorang

(19)

tugas broker untuk menyambungnya kembali. Jangan pula broker

membuat masalah yang merugikan salah satu pihak atau keduanya. Jika

ini terjadi, dikhawatirkan kedua belah pihak akan melakukan transaksi

sendiri tanpa melibatkan brokernya.

(6)Pemberi Solusi (problem solver)

Cara pandang seorang broker harus netral, sehingga diharapkan broker

dapat memberikan solusi yang bisa diterima kedua belah pihak dan juga

bagi broker itu sendiri. Maka pendekatan adalah salah satu kunci

memecahkan masalah apabila terjadi.62

Lingkup kerja seorang broker haruslah memenuhi enam poin tersebut, karena

apabila seorang broker tidak memiliki enam poin tersebut, maka sulit bagi seorang

broker untung berkembang dan sulit mendapatkan pelanggan.

F. Jenis Perjanjian Agen Pemasaran Properti

Berbicara mengenai perjanjian baku yang dibuat oleh pihak agen properti,

ada beberapa bentuk perjanjian yang dikenal dalam bisnis properti, perjanjian itu

dinamakan listing, Listing sendiri adalah surat perjanjian atau kuasa untuk

menjual atau menyewakan properti dari pemilik properti kepada broker atau agen

properti. Ada beberapa macam listing yang tergantung dari kerjasama antara

pemilik dan broker properti, antara lain:63

62

Ibid, hal.128. 63

(20)

1. Eksklusif listing

Merupakan satu bentuk listing yang sifatnya terikat pada salah satu broker

/ agen properti yang telah ditunjuk oleh pemilik properti, dan pemilik

properti tidak boleh memberikan mandat penjualan properti kepada agen /

broker lain. Karena bersifat eksklusif, bahkan anggota keluarga atau

pemilik properti itu sendiri pun tidak boleh melakukan penjualan

propertinya. Dan kerjasama ini memiliki jangka waktu sesuai dengan

kesepakan kedua belah pihak.

2. Sole agent

Ini merupakan salah satu bentuk listing yang sifatnya terikat pada salah

satu broker yang telah ditunjuk oleh pemilik properti. Hampir sama

dengan eksklusif, namun pemilik properti juga boleh menjual properti

tersebut.

3. Open listing

Bentuk listing yang tidak terikat pada salah satu broker / agen properti.

Semua broker / agen properti berhak memasarkan penjualan properti

tersebut, tanpa terikat waktu / fleksibel. Dalam arti sederhananya siapa

yang membawa pembeli dan deal dengan harga jual propertinya, dialah

yang akan mendapatkan komisi / fee dari pemilik properti.

4. Net listing

Merupakan salah satu bentuk listing dimana pemilik properti menetapkan

harga net atau minimal dari penjualan propertinya, diluar biaya yang

harus dikeluarkan oleh pemilik seperti komisi, pajak penjualan atau biaya

(21)

Dari penjelasan diatas, maka sebenarnya ada dua poin yang sering

ditemukan yaitu eksklusif listing dan open listing. Seperti eksklusif listing

bisaanya dalam perjanjian itu ditentukan jangka waktu untuk agen properti dalam

menjual rumah, waktu yang bisaa ditentukan adalah tiga bulan, akan tetapi pada

realitanya pemilik tidak tahu bahwa sebenarnya batas waktu maksimal seorang

agen properti menjual rumah itu hanya tiga bulan, dan apabila telah lewat tiga

bulan dan ada yang membeli biasanya agen pemasaran properti akan meminta

komisi. Maka dari itu banyak dari pihak penjual rumah lebih suka memakai

sistem open listing, karena dalam open listing pihak penjual boleh memakai lebih

dari satu agen pemasaran properti dalam memasarkan rumahnya, dan siapa yang

dapat menjual rumahnya maka pihak penjual akan memberikan komisi itu pada

agen yang telah berhasil menjual rumahnya.

G. Alasan Keberadaan Agen Pemasaran Properti

Seiring dengan tumbuh pesatnya bisnis properti di berbagai kota besar di

Indonesia, berimbas pada semakin ramainya bisnis pemasaran properti. Jasa agen

properti memang sangat dibutuhkan. Selain akan meringankan pekerjaan pemilik

properti juga memberikan keuntungan bagi pemilik properti, apalagi jika agen

tersebut professional dan memiliki jaringan yang luas. Hal terpenting jika

menitipkan properti melalui agen properti adalah penjual tidak perlu dipusingkan

oleh menentukan harga yang tepat atau dengan kata lain tren harga yang sesuai di

lingkungan penjual, mencari pembeli yang potensial, ketepatan sasaran promosi,

aspek legalitas, dan waktu. Oleh karena itu, dalam memilih agen properti yang

(22)

yang luas dalam pemasaran properti dan memungkinkan terjualnya properti

penjual lebih cepat. Jika properti yang dititipkan tidak berhasil terjual oleh agen

properti, penjual tidak dikenakan biaya promosi properti. Komisi diberikan

kepada agen properti pada saat properti laku terjual dan bisaanya agen properti

menetapkan biaya komisi sebesar 3% dari nilai transaksi jualnya Rp100juta-2

miliar, jika nilai transaksi lebih dari Rp2 miliar komisi yang harus dibayar kepada

agen properti sebesar 2,5%.

Keuntungan yang bisa didapat pemilik properti dengan menggunakan jasa

agen properti yaitu sebagai berikut:

1. Agen properti ikut membantu dalam menetapkan harga.

2. Lebih mudah mencari calon pembeli yang potensial karena agen yang

professional memiliki jaringan yang luas.

3. Promosi yang dilakukan oleh agen properti umunya efektif. Keefektifan

dalam promosi sangat membantu dalam menekan biaya.

4. Agen properti turut membantu menyiapkan dokumen apa saja yang perlu

dan sesuai dengan keinginan calon pembeli.

5. Agen properti umunya memiliki data calon pembeli. Hal ini akan

memudahkan penjualan properti tersebut.64

Berikut merupakan pedoman mengenai pengalaman dan kemampuan

yang harus dicari dari seorang agen properti pada saat akan membeli properti bagi

calon pembeli:

64

(23)

a. Mengenai lingkungan/daerah yang calon pembeli cari dan dapat

menunjukkan berbagai macam fasilitas yang mungkin pembeli perlukan.

Oleh karena itu, agen properti dapat menunjukkan sarana pendidikan

terdekat di sekitar lingkungan, tempat bermain anak, pusat perbelanjaan,

pusat kesehatan, tempat ibadah, akses jalan, serta keadaan atau situasi lain

di daerah itu yang perlu calon pembeli ketahui.

b. Dapat memperlihatkan lebih banyak rumah yang akan dijual di daerah

yang calon pembeli cari dan mempunyai akses informasi data listing yang

terbaru setiap harinya, sehingga dapat memilih dari beberapa rumah

sebelum calon pembeli memutuskan untuk membelinya.

c. Memiliki pengetahuan dalam mencari rumah yang tepat untuk calon

pembeli. Lebih baik jika agen properti itu sekaligus bisa memasarkan

rumah lama calon pembeli dengan cepat dan menghasilkan keuntungan

buat calon pembeli.

d. Dapat membantu dalam menghitung biaya untuk melakukan beberapa

perbaikan rumah yang akan dibeli.65

Seorang agen properti haruslah memiliki kemampuan untuk mendapatkan rumah

yang sesuai dengan kriteria calon pembeli rumah, karena apabila agen tersebut

tidak ahli, maka dipastikan calon pembeli akan mencari agen lain yang bisa

memberikan rumah sesuai dengan kriteria yang diinginkannya.

65

(24)

BAB IV

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN ANTARA AGEN

PEMSARAN PERUSAHAAN PROPERTI DAN PEMILIK RUMAH

A. Keabsahan Bentuk Perjanjian Eksklusif Listing Yang Dibuat Antara

Agen Pemasaran Perusahaan Properti Dengan Pemilik Rumah

Menurut Sudikno Mertokusumo, perjanjian tidak merupakan satu

perbuatan hukum, akan tetapi merupakan hubungan hukum antara dua orang yang

bersepakat untuk menimbulkan akibat hukum.66Perjanjian disebut juga

persetujuan atau kontrak karena menyangkut kedua belah pihak yang setuju atau

sepakat untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu dalam pembahasan perjanjian

antara agen pemasaran perusahaan properti dengan pemilik rumah, ada beberapa

bentuk perjanjian yang umum dalam bisnis properti,sebagai berikut:

1. Eksklusif listing

Merupakan satu bentuk listing yang sifatnya terikat pada salah satu broker

/ agen properti yang telah ditunjuk oleh pemilik properti, dan pemilik

properti tidak boleh memberikan mandat penjualan properti kepada agen /

broker lain. Karena bersifat eksklusif, bahkan anggota keluarga atau

pemilik properti itu sendiri pun tidak boleh melakukan penjualan

propertinya. Dan kerjasama ini memiliki jangka waktu sesuai dengan

kesepakan kedua belah pihak.

66

(25)

2. Sole agent

Ini merupakan salah satu bentuk listing yang sifatnya terikat pada salah

satu broker yang telah ditunjuk oleh pemilik properti. Hampir sama

dengan eksklusif, namun pemilik properti juga boleh menjual properti

tersebut.

3. Open listing

Bentuk listing yang tidak terikat pada salah satu broker / agen properti.

Semua broker / agen properti berhak memasarkan penjualan properti

tersebut, tanpa terikat waktu / fleksibel. Dalam arti sederhananya siapa

yang membawa pembeli dan deal dengan harga jual propertinya, dialah

yang akan mendapatkan komisi / fee dari pemilik properti.;

4. Net listing

Merupakan salah satu bentuk listing dimana pemilik properti menetapkan

harga net atau minimal dari penjualan propertinya, diluar biaya yang harus

dikeluarkan oleh pemilik seperti komisi, pajak penjualan atau biaya

notaris.

Judul yang diangkat oleh penulis yaitu “Kajian Yuridis Terhadap

Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Properti dan Pemilik Rumah

(Studi Pada PT.Bursa Properti Medan), dari hasil studi lapangan maka penulis

mendapatkan perjanjian baku yang dipakai oleh pihak Agen Pemasaran dari

PT.Bursa Properti Medan adalah merupakan perjanjian eksklusif listing, dimana

merupakan satu bentuk listing yang sifatnya terikat pada salah satu broker / agen

(26)

boleh memberikan mandat penjualan properti kepada agen / broker lain.67 Karena

bersifat eksklusif, bahkan anggota keluarga atau pemilik properti itu sendiri pun

tidak boleh melakukan penjualan propertinya. Dan kerjasama ini memiliki jangka

waktu sesuai dengan kesepakan kedua belah pihak, dan mengenai keabsahan

eksklusif listing ini, dapat dilihat hubungannya dengan Pasal 1320 KUHPerdata

dimana syarat sah suatu perjanjian apabila memenuhi syarat:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Eksklusif listing ini jelas memang tidak bertentangan, karena dalam melakukan

penandatanganan perjanjian baku tersebut pihak pemilik rumah yang ingin

memakai jasa agen properti ini, sepakat dan tidak dibawah paksaan maupun

penipuan, serta eksklusif listing ini tidak melanggar Pasal 1337 KUHPerdata

dinyatakan bahwa:

“suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau

apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”

Jelas bahwa eksklusif listing ini merupakan perjanjian yang sah dan tidak

melanggar hukum, walaupun sampai sekarang pengaturan hukumnya belumlah

jelas diatur dalam suatu undang-undang. Apabila melihat perjanjian baku yang

dipakai oleh pihak agen pemasaran properti ini, maka dapat terlihat berbagai

kelemahan yang terdapat di dalam perjanjian tersebut.68

67Hasil wawancara dengan salah satu pemilik PT. Bursa PropertiMedan, Bapak Jusril Buhali pada tanggal 5 Februari 2016

(27)

Pola umum perjanjian baku yang bisaanya dipergunakan adalah:69

a. Judul;

Perjanjian baku keagenan diawali dengan identitas perusahaan pemasaran

perdagangan properti yang mengeluarkan perjanjian tersebut dan

namaperjanjian. Identitas perusahaan tersebut meliputi nama perusahaan,

alamat perusahaan, telepon dan fax perusahaan yang bersangkutan.

Sedangkan nama perjanjian yang tercantum adalah “Perjanjian Keagenan”.

b. Identitas Para Pihak;

Identitas para pihak dalam hal ini adalah Pihak I sebagai pemilik

propertidan Pihak II sebagai pihak pemasaran yaitu perusahaan perantara

perdagangan properti. Selain penulisan identitas pribadi, dalam formulir

perjanjian keagenan tersebut diperlukan juga informasi mengenai properti

yang akan dipasarkan, yaitu alamat, sertifikat, harga jual, serta

kepemilikan atas properti yang akan dipasarkan.

c. Isi perjanjian yang disepakati;

Isi perjanjian keagenan yang sudah ditentukan oleh Perusahaan Perantara

Perdagangan Properti meliputi :

1) Hak dan kewajiban para pihak;Beberapa hak Pihak II yang dapat

juga menjadi kewajiban Pihak Iadalah sebagai berikut :

a) Hak eksklusif Pihak II yang diberikan Pihak I untuk

menjual selama 90 (sembilan puluh) hari yang berlaku

sejak ditandatangani perjanjian ini.

69

(28)

b) Hak menerima dari Pihak I kepada Pihak II mengenai

semua data, catatan, dan dokumen yang berhubungan

dengan properti tersebut untuk diperiksa kepada instansi

yang berwenang dan setuju untuk membayar biaya

pemeriksaan tersebut.

c) Hak melarang Pihak I, kecuali dengan persetujuan Pihak II

melakukan hal-hal sebagai berikut : mencari pembeli atau

menunjuk agen lain untuk mencari pembeli selama

masahak eksklusif. Selain itu adanya hak menerima ganti

rugi jika Pihak I atau agen lain mendapatkan pembeli

selama masa hak eksklusif dan properti tersebut terjual.

d) Hak menerima komisi sebesar 3,5% (tiga setengah persen)

jika selama masa hak eksklusif tersebut Pihak II

memperkenalkan kepada Pihak I seorang pembeli

yangsesudah itu mengadakan pengikatan jual beli atau

perjanjian jual beli atas properti tersebut. Selain itu Pihak II

berhak menerima setengah dari pembayaran komisi yang

seharusnya ia terima, jika Pihak I menarik kembali hak

eksklusif untuk menjual atas properti tersebut.

e) Hak menolak permintaan komisi yang sudah dibayarkan

oleh Pihak I dengan alasan apa pun.

f) Hak Pihak II untuk menjalin kerja sama dengan agen

lainnya untuk mendapatkan pembeli atas biaya yang

(29)

g) Hak mendapat wewenang dari Pihak I kepada Pihak II

untuk menerima pembayaran uang muka dari pembeli dan

menyimpannya ke dalam rekening giro khusus.

h) Hak mendapat izin dari Pihak I kepada Pihak II untuk

memasuki dan memperlihatkan properti tersebut pada

parapeminat pada saat yang wajar dan setelah

memberitahukan terlebih dahulu kepada Pihak I, kemudian

mengadakan pameran (open house) yang akan ditentukan

oleh Pihak II, dan memasang tanda / papan bertuliskan

“DIJUAL /DISEWAKAN” pada properti tersebut dan tidak

akan melakukan hal apa pun yang dapat menghambat

pekerjaan Pihak II tersebut, serta mempromosikan/

mengiklankan properti tersebut di media massa, baik cetak

maupun elektronik.

Adapun sebaliknya Pihak I memperoleh hak dari Pihak II yaitu :

a) Hak untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan perjanjian

keagenan tersebut setelah berakhirnya hak eksklusif Pihak

II sebagaimana tertulis dalam klausula “Bahwa dengan

persetujuan Pihak I, Pihak II akan melanjutkan dengan hak

non-eksklusif selama tidak lebih dari 1 (satu) tahun atau

sampai pihak menarik kembali hak untuk menjual secara

(30)

b) Hak menuntut Pihak II secara efektif memperkenalkan

kepada Pihak I seorang pembeli agar Pihak II memperoleh

komisi apabila terjadi transaksi antara pembeli dari Pihak II

dan Pihak I.

c) Hak menolak memberikan komisi kepada Pihak II apabila

terjadi keadaan sebagaimana dinyatakan dalam klausula

bahwa “Jika sesudah berakhirnya masa hak eksklusif Pihak

I mengadakan perjanjian dengan agen lain untuk menjual

properti tersebut, maka Pihak II tidak berhak atas komisi

dari penjualan properti tersebut”.

d) Hak mendapat wewenang dari Pihak II sebagaimana

tertulisdalam perjanjian keagenan tersebut bahwa “Pihak II

memberikan wewenang kepada Pihak I untuk

mengeluarkan biaya iklan dan promosi sampai sejumlah

Rp... (ditentukan oleh Pihak I) ada atau tidak ada

jual-beli, sampai habis masa hak eksklusif atau ditariknya

kembali hak eksklusif tersebut sebelum waktunya”.

Selain hak dan kewajiban para pihak, ada juga para pihak

mendapat hak yang sama yaitu dalam hal pembagian uang muka.

Hal tersebut dapat dilihat dalam klausula yang tercantum dalam

perjanjian tersebut bahwa “Pihak I memberikan wewenang kepada

Pihak II untuk menerima pembayaran uang muka dari pembeli dan

menyimpannya ke dalam rekening giro khusus. Apabila calon

(31)

muka yang disetorkan sepanjang jumlahnya tidak melebihi dari

uang komisi, menjadi hak Pihak II dan sisanya harus dibayarkan

oleh Pihak I, paling lambat tujuh hari setelah Pihak II menerima

pernyataan pembatalan tersebut”.

2) Pertanggungjawaban Pihak I; Pelaksanaan perjanjian keagenan,

dalam hal ini Pihak I menjamin bahwa :

a) Pihak I adalah pemilik satu-satunya yang berhak atas

bangunan tersebut;

b) Pada saat ini tidak sedang terikat kepada agen lainnya,

dalam hal menyerahkan hak eksklusif untuk menjual atau

yang lain.

d. Penutup;

Perjanjian keagenan tersebut ditutup dengan klausula yang menyatakan

bahwa “Setiap perselisihan yang timbul dari perjanjian ini, para pihak

sepakat untuk mengadakan penyelesaian secara musyawarah". Hal ini

menunjukkan penyelesaian suatu permasalahan yang timbul dalam

pelaksanaan perjanjian tersebut di kemudian hari untuk diselesaikan

melalui musyawarah.

Prakteknya, perjanjian antara agen pemasaraan properti dan pemilik rumah

yang dibuat oleh PT. Bursa Properti memiliki pola sebagai berikut :

1. Judul

Judul yang tertera dalam perjanjian antara agen pemasaran properti dan

(32)

“SURAT PERNYATAAN JASA PEMASARAN PROPERTI”

Dilihat dari judul yang dikemukakan dalam perjanjian tersebut, maka

dapagt dilihat bahwa sesungguhnya perjanjian antara agen pemasaran dan

pemilik rumah adalah hanya berupa surat pernyataan oleh pemilik rumah,

ini berarti pemilik rumah memberikan kuasa kepada agen pemasaran untuk

memasarkan rumahnya.

2. Identitas Para Pihak

Identitas para pihak yang tertera dalam perjanjian antara agen pemasaran

properti dan pemilik rumah yang ditawarkan oleh PT. Bursa Properti

hanya menjelaskan identitas pemilik rumah beserta dengan keterangan

mengenai proprti yang hendak dipasarkan/dijual oleh pemilik rumah.

Selain itu, dalam bagian ini juga langsung dimintakan pernyataan seberapa

besar jasa komisi/pendapatan yang akan diserahkan kepada agen

pemasaran PT. Bursa Properti dan juga peride pemasaran.

3. Isi Perjanjian

Isi perjanjian yang tertera dalam perjanjian antara agen pemasaran properti

dan pemilik rumah yang ditawarkan oleh PT. Bursa Properti hanya

memuat tiga pokok perjanjian. Pertama perjanjian tersebut hanya

menjelaskan tentang pemberian kuasa oleh pemilik rumah kepada agen

pemasaran PT. Bursa Properti. Kedua pernyataan untuk bersedia tidak

menjual properti tersebut kepada pihak lain tanpa pemberitahuan kepada

PT. Bursa Properti. Selain itu, perjanjian juga memuat pernyataan agar

agency PT. Bursa Properti dibebaskan dari tuntutan yang kemungkinan

(33)

Hal diatas menunjukkan bahwa, perjanjian baku berbentuk Eksklusif

Listing antara agen pemasaran properti dan pemilik rumah yang dibuat oleh PT.

Bursa Properti memiliki form (bentuk) yang sangat sederhana. Misalnya

penjelasan tentang identitas para pihak yang di campur baurkan dengan

keterangan properti yang hendak dipasarkan. Isi perjanjian yang sangat singkat

juga sangat berpotensi menimbulkan persengketaan dikemudian hari karena tidak

mengandung banyak penjelasan konkrit dan memadai mengenai hak dan

kewajiban para pihak. Sebagai kekurangan yang menurut penulis paling fatal dari

perjanjian eksklusif listing antara agen pemasaran dan pemilik rumah yang dibuat

oleh PT. Bursa Properti ini bahkan tidak mencantumkan penyelesaian sengketa

yang sangat mungkin muncul dikemudian hari.

B. Kedudukan dan Pengaturan Hukum Mengenai Agen Pemasaran

Perusahaan Properti.

Kedudukan Agen pemasaran properti disini adalah merupakan subjek

hukum, dimana sebagai subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban,

maka dari itu agen pemasaran properti ini dapat melakukan perbuatan hukum

yang dapat mengakibatkan akibat hukum, seperti melakukan perjanjian. Agen

pemasaran properti merupakan istilah yang masyarakat umum kenal sebagai

makelar rumah. Secara sederhana agen properti atau broker properti bertugas

menjembatani antara pembeli dan penjual. Keberadaan broker properti bisa sangat

membantu bagi para penjual atau pembeli yang ingin membeli, menyewa, dan

menjual properti yang diinginkan.70 Jasa agen properti dalam jual-beli, sewa

properti ditopang oleh sinergi dukungan lima faktor yaitu: Pemerintah, Perbankan,

70

(34)

Developer, Asosiasi dan tentunya Masyarakat. Dalam dua dekade belakangan ini,

perkembangan bisnis kantor agen properti sangat pesat, baik yang lokal maupun

nasional yang bekerja sama dengan asing melalui system waralaba (francise).

Dalam hal ini, cara kerja agen properti mulai ditata secara professional. Pada

tanggal 17 november 1992 dibentuk sebuah organisasi yang mewadahi para agen

properti yang berlabel Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) yang

sampai saat ini telah menghimpun tidak kurang dari 80 perusahaan agen properti

formal. Keberadaan AREBI sebenarnya banyak memberikan manfaat kepada

masyarakat, pengembang/ pemilik properti (vendor), pemerintah, dan sesama

anggota agen properti.71

Seiring dengan tumbuh pesatnya bisnis properti di berbagai kota besar di

Indonesia, berimbas pada semakin ramainya bisnis pemasaran properti. Jasa agen

properti memang sangat dibutuhkan. Selain akan meringankan pekerjaan pemilik

properti juga memberikan keuntungan bagi pemilik properti juga memberikan

keuntungan bagi pemilik properti, apalagi jika agen tersebut professional dan

memliki jaringan yang luas.72 Tatkala apabila mendengar kata broker, hal apa

yang terlintas dalam pikiran, mungkin kita pernah mendengar tentang mak

comblang. Di dunia properti, mak comblang ini sama perannya dengan agen

properti. Peranan agen properti adalah menjembatani/penghubung antara penjual

dan pembeli dalam proses penjualan dan pembelian properti.73 Kedudukan Agen

meskipun tidak ada pengaturannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,

beberapa pakar hukum mendefenisikan sebagai orang yang melayani beberapa

71

SupriyadiAmir,Op-cit,hal. 122 72

Hasil wawancara dengan salah satu pemilik (Direktur) PT. Bursa Properti Medan Bapak Jusril Buhali pada tanggal 5 Februari 2016

73

(35)

pengusaha sebagai perantara dengan pihak ketiga, mempunyai hubungan tetap

dengan pengusaha dan mewakilinya untuk mengadakan dan selanjutnya

melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga. Hubungan agen dengan pengusaha

itu tidak bersifat pelayanan berkala dan juga tidak bersifat perburuhan. Sebab,

hubungan tetap bukan sifat dari pelayanan berkala dan hubungan sama tinggi

sama rendah bukan hubungan perburuhan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa sifat hubungan antara agen dan pengusaha adalah pemberian kuasa.

Perusahaan dari agen itu disebut agentuur sedangkan persetujuan antara agen

perniagaan dengan principalnya dinamakan agentuur contract. Prinsipal adalah

pengusaha yang diwakili oleh agen dalam melakukan perhubungan dengan pihak

ketiga. Seorang agen selain bertindak atas nama sendiri juga bertindak atas nama

pengusaha yang diwakilinya dan menerima provisi atas perantaraan yang

diadakan bagi principal itu. Tugas utama seorang agen, disamping memperantarai

kedua belah pihak (penjual dan pembeli) agar mencapai kesepakatan, juga perlu

tercapainya kepuasan dalam kepentingannya masing-masing.74 Pekerjaan agen

pemasaran properti lebih banyak berposisi sebagai penjual daripada pembeli,

karena itu berlaku jujur kepada pembeli/calon pembeli dan berpihak kepadanya

lebih menguntungkan ketimbang mengunggul-unggulkan penjual sementara

pembeli merasa kecewa. Hal ini terkait dengan kepuasaan dan prospek hubunngan

dengan penjual atau pembeli ke depannya. Pihak penjual properti yang

menggunakan jasa agen pemasaran hanya menginginkan bagaimana bisa terjual

dan memperoleh keuntungan dari penjualan tersebut. Kepuasan pihak penjual

sebatas pada bagaimana barangnya bisa terjual dan untung, tanpa memikirkan

74

(36)

bagaimana kondisi barang dagangannya tersebut. Oleh karena itu, agen pemasaran

termasuk bidang properti harus mengutamakan kejujuran yang merupakan

landasan moral baik kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa)

yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran

mengenai pelayanan yang dijanjikan, maupun kejujuran mengenai segala kegiatan

yang terkait yang dilakukan oleh seorang agen pemasaran.75Jadi pada dasarnya

hubungan hukum antara agen dan penjual/pembeli properti saling mengikat

sebagaimana mengikatnya undang-undang, karena dalam perjanjian yang

dibentuk para pihak yang bersangkutan, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis,

mengandung janji-janji yang harus dipenuhi sebagaimana dilihat pada Pasal 1338

ayat (1) KUHPerdata. Berikut di bawah ini status hukum keagenan di dasarkan

Perjanjian Agen Pemasaran Bursa Properti yang turut mempengaruhi hubungan

hukum yang bersangkutan :76

1. Hukum keagenan hanya diatur oleh Keputusan Menteri saja, hal ini

menyebabkan lemahnya status dan hubungan hukum yang terjadi pada

bisnis keagenan bahkan banyak terjadi praktik penyimpangan; dalam hal

ini bidang agen pemasaran properti diatur pada Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 23 Tahun 2008 tentang Perusahaan Perantara

Perdagangan Properti;

2. Perjanjian harus ditandatangani secara langsung antara agen pemasaran

Bursa Properti dan pemilik properti;

75

Ibid,hal 69. 76

(37)

3. Perjanjian antara agen pemasaran properti dan pemilik propertidiserahkan

salinannya kepada Perusahaan Bursa Properti, di mana laporan kegiatan

perusahaan selama satu tahun sekali wajib disampaikan kepada Direktur

Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan yang berwenang;

4. Agen Pemasaran yang bekerja pada perusahaan perantara perdagangan

properti, perusahaan tersebut harus memenuhi ketentuan yaitu:

a. Perusahaan tersebut berbentuk badan usaha;

b. Memperoleh Surat Izin Usaha Perusahaan Perantara

PerdaganganProperti;

c. Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya;

d. Tanda daftar perusahaannya yang masih berlaku.

5. Leaflet, brosur, katalog asli dari produk atau jasa yang hendak diageni;

6. Pernyataan pemilik properti kepada agen yang ditunjuk bahwa

propertitersebut tidak terikat dengan agen real estate lainnya.

Oleh karena itu, pengaturan hukum mengenai agen properti sebenarnya

telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor:

33/M/-DAG/PER/8/2008 tentang perusahaan perantara perdagangan properti yang

didalamnya juga mengatur tentang agen properti. Pada Pasal 1 angka 3 yang

berbunyi “Perantara perdagangan properti yang selanjutnya disebut tenaga ahli

adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidang properti yang

dibuktikan dengan sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi yang

terakreditasi”. Jadi dapat disimpulkan bahwa agen pemasaran properti itu

merupakan seorang ahli dibidang properti yang bekerja lepas ataupun yang

(38)

yang ingin menjual rumahnya dengan orang yang ingin membeli rumah,dan

sebagai orang tengah/negosiator, lalu apabila berhasil terjual rumahnya maka

pihak penjual akan memberikan komisi kepada agen pemasaran properti ini.

Kedudukan konkrit agen pemasaran PT. Bursa Properti dalam perjanjian

antara agen pemasaran properti dan pemilik rumah yang dibuat oleh PT. Bursa

Properti adalah jelas sangat menguntungkan pihak agen pemasaran dan PT. Bursa

Properti. Hal ini tercermin dari isi surat pernyataan yang menyatakan bahwa tidak

diperbolehkannya pemilik rumah menjual properti tersebut kepada pihak lain

tanpa sepengetahuan agency PT. Bursa Properti dan pernyataan pembesan

tuntutan apapun terhadap agency PT. Bursa Properti dikemudian hari. Jadi disini

agen dan PT. Bursa Properi bertindak sebagai “superior” daripada pemilik

rumah. Hal ini pada dasarnya adalah kewajaran, karena surat perjanjian diikuti

dengan surat pernyataan yang ditawarkan oleh PT. Bursa Properti adalah

perjanjian baku.

C. Bagaimana Upaya Penyelesaian Sengketa Antara Agen Pemasaran

Perusahaan Properti Dengan Pemilik Rumah.

Para pelaku bisnis dalam hubungannya dengan pihak lain senantiasa

mengharapkan agar kontrak yang mereka buat dapat berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Namun demikian, dalam perjalanan waktu tidak menutup

kemungkinan terjadi sengketa di antara mereka, meskipun hal ini sebenarnya

sama sekali tidak diharapkan. Sengketa kontrak pada umumnya muncul sebagai

(39)

ketidakseimbangan diantara para pihak.77 Sengketa bisnis dalam kontrak sering

kali berawal dari kesalahan mendasar dalam proses terbentuknya kontrak dengan

berbagai faktor atau penyebabnya, antara lain:78

1. Ketidakpahaman terhadap proses bisnis yang dilakukan. Kondisi ini

muncul ketika pelaku bisnis semata-mata terjebak pada orientasi

keuntungan serta karakter coba-coba tanpa memprediksi kemungkinan

risiko yang akan menimpanya.

2. Ketidakmampuan mengenali partner atau mitra bisnisnya, ada sementara

pelaku bisnis yang sekedar memerhatikan peforma atau penampilan fisik

mitra bisnisnya tanpa meneliti lebih lanjut track record dan bonafiditas.

3. Tidak adanya legal cover yang melandasi proses bisnis mereka. Hal ini

menunjukkan rendahnya pemahaman dan apresiasi hukum pelaku bisnis

dalam melindungi aktivitas bisnis mereka.

Adakalanya pelaku bisnis bersikap rasional ketika menghadapi sengketa

bisnis hal itu dianggap sebagai bagian dari risiko bisnis. Persoalan terpenting bagi

pelaku bisnis adalah bagaimana upaya mereka dalam mengantisipasi atau

mencegah kemungkinan terjadinya sengketa. Oleh karena itu, umumnya dalam

kontrak bisnis para pihak mencantumkan klausul penyelesaian sengketa dalam

kontrak mereka. Jika pada akhirnya sengketa berkembang menjadi lebih

77

Agus Yudha Hernoko,Hukum Perjanjian Asas Proporsional Dalam Kontrak Komersial,Prenadamedia Group, Jakarta,2014, hal. 304.

(40)

kompleks, maka upaya penyelesaian yang umunya dilakukan atau dipilih oleh

para pelaku bisnis adalah:79

a. Penyelesaian melalui jalur litigasi

Penyelesaian sengketa yang terjadi dari sebuah kontrak melalui jalur

pengadilan, tentunya harus didahului dengan adanya surat gugatan ke

pengadilandi wilayah hukum tergugat berada. Sesuai Peraturan Mahkamah

Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan bahwa proses sengketa perdata dipengadilan ini pada

umumnya akan diselesaikan melalui usaha perdamaian olehhakim

pengadilan perdata. Perdamaian dapat dilakukan di luar pengadilan.

Apabila hal tersebut tercapai, maka akibatnya gugatan akan dicabut oleh

penggugat dengan atau tanpa persetujuan tergugat. Akan tetapi,

perdamaian pun dapat diselesaikan di muka pengadilan. Kemungkinan hal

ini diadakan atas anjuran hakim apabila damai disepakati para pihak, maka

sewaktu sidang berjalan, akan dibuat akta perdamaian, dalam hal mana

kedua belah pihak dihukum untuk mentaati persetujuan yang dibuat. Akta

perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan suatu

vonis hakim. Adanya usaha perdamaian sebelum dibacakan gugatan dalam

proses penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan, menunjukkan

bahwa penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan masih

memberikan kesempatan kepada para pihak yang bersengketa untuk

menempuh jalan damai yang penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan

Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi di pengadilan. Hal

79

(41)

inilah yang menunjukkan penyelesaian sengketa perdata melalui

pengadilan hanya sebagai jalan yang terakhir setelah alternatif lain tidak

membuahkan hasil. Apabila jalan perdamaian tidak dapat diselesaikan oleh

para pihak, proses penyelesaian selanjutnya biasanya akan memakan

waktu yang panjang, sebagaimana sudah di kemukakan sebelumnya dalam

kritikan terhadap penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Hal ini

disebabkan tiga tingkatan proses pengadilan minimal akan dijalani untuk

sampai pada proses final, yaitu mulai dari gugatan ke Pengadilan Negeri,

proses banding ke Pengadilan Tinggi dan terakhir proses kasasi ke

Mahkamah Agung.

Adapun penyelesaian sengketa perdata di pengadilan umunya didasarkan

pada dua hal yaitu:

1) Adanya wanprestasi atau ingkar janji salah satu pihak, dimana

untuk gugatan ini harus didasarkan pada adanya hubungan

kontrakual di antara para pihak;

2) Adanya perbuatan melawan hukum di mana dalam gugatan

berdasarkan perbuatan melanggar hukum tidak perlu didahului

adanya hubungan kontraktual di antara para pihak, namun yang

paling elementer adalah adanya perbuatan yang merugikan pihak

lain serta terdapat hubungan kausal antara perbuatan dengan

kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat kesalahannya.

b. Penyelesaian melalui jalur non litigasi

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui ADR di Indonesia,

(42)

prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan

dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli

(Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa). Apabila mengacu

ketentuan Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa maka cara

penyelesaian sengketa melalui ADR dibagi menjadi lima cara, yaitu :

1) Konsultasi;

2) Negosiasi;

3) Mediasi;

4) Konsiliasi;

5) Penilaian ahli.

Dari hasil wawancara dengan salah satu pemilik (Direktur) PT.Bursa

Properti Medan, yang mengatakan apabila terjadi sengketa maka langkah pertama

yang akan dilakukan adalah dengan cara musyawarah walaupun dalam perjanjian

baku tersebut tercantum bahwa apabila terjadi sengketa maka pihak agency Bursa

Properti akan dibebaskan dari segala tuntutan oleh pemilik properti. Apabila

dalam proses musyawarah berhasil dan menemukan win win solution maka para

pihak akan berdamai, akan tetapi apabila dalam proses musyawarah tidak berhasil

maka akan dilanjutkan ke tahap pengadilan.80 Menurut beliau sejauh ini masalah

mengenai jasa pemasaran melalui agency-nya belum pernah sampai ke pengadilan

dan beliau menambahkan adanya sengketa yang bisaa terjadi karena seperti

berikut:

80

(43)

1) Perselisihan biasanya disebabkan terutama menyangkut tata cara

pengakhiran suatu perjanjian baku, biasanya seperti besar komisi yang

akan didapatkan oleh pihak agen properti;

2) Standar atau ukuran untuk menilai pihak agen properti yang tidak

memuaskan dari pihak pemilik rumah;

3) Penunjukkan agen properti lain sebelum masa berakhirnya berlaku yang

ditetapkan oleh pemilik rumah;

4) Ketidakpahaman pemilik properti terhadap perjanjian baku yang

ditandatangani sehingga terjadi perselisihan dikemudian hari.81

Menurut beliau, perselisihan seperti itu bisaa terjadi di perusahaan agen

properti lain, oleh karena itu beliau juga menghimbau para agennya bekerja

professional untuk selalu menjelaskan isi perjanjian kepada pemilik properti

sebelum dilakukan penandatanganan, ini dilakukan agar tidak terjadi masalah

dikemudian hari dan beliau menambahkan bahwa prinsip keterbukaan dan

kejujuran adalah hal yang sangat penting dalam proses ini, sehingga kedua belah

pihak tidak dirugikan, sehingga perusahaan agen properti ini dapat berkembang.82

Kenyataanya, bila dilihat dari isi perjanjian yang dibuat antara agen

pemasaran PT. Bursa Properti dan pemilik rumah tidak ada mencantumkan

tentang pemyelesaian sengketa apabila ada sengketa yang timbul dikemudian hari.

Ini jelas menjadi kekurangan perjanjian yang dibuat oleh PT. Bursa Properti

karena pada dasarnya segala jenis hubungan hukum sangat berpotensi

menimbulkan permasalahan atau sengketa dikemudian hari. Meskipun dari hasil

81

Ibid., 82

(44)

wawancara telah dijelaskan bahwa pihak PT. Bursa Properti akan menempuh jalur

non-litigasi terlebih dahulu sebelum jalur litigasi, akan lebih baik mencantumkan

cara penyelesaian sengketa yang timbul dikemudian hari secara lebih konkrit dan

(45)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan pada pokok bahasan di

atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keabsahan perjanjian eksklusif listing yang dibuat antara agen pemasaran

perusahaan properti dengan pemilik rumah adalah merupakan satu bentuk

listing yang sifatnya terikat pada salah satu broker / agen properti yang

telah ditunjuk oleh pemilik properti, dan pemilik properti tidak boleh

memberikan mandat penjualan properti kepada agen / broker lain. Karena

bersifat eksklusif, bahkan anggota keluarga atau pemilik properti itu

sendiri pun tidak boleh melakukan penjualan propertinya. Dan kerjasama

ini memiliki jangka waktu sesuai dengan kesepakan kedua belah pihak.

Dimana bentuk perjanjian ini jelas memang tidak bertentangan kebiasaan,

kepatutan dan juga undang-undang. Akan tetapi bentuk perjanjian yang

antara agen pemasaran properti dan pemilik rumah yang dibuat oleh PT.

Bursa Properti memiliki isi yang sangat singkat dan sederhana.

2. Kedudukan dan pengaturan hukum agen

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang timbul dalam perjanjian penggunaan rooftop adalah mengapa terjadi perjanjian penggunaan rooftop antara perusahaan telekomunikasi dengan pemilik bangunan di kota

Kajian Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Artha Jaya Makmur Surakarta. Skripsi, Jurusan Hukum Perdata Program Studi S1 Ilmu

MUHAMMAD DICKY. KAJIAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KREDIT SEPEDA MOTOR DI PT. BENTARA MULTIFINANCE CABANG SURAKARTA. Jurusan Hukum Perdata Program Studi

MUHAMMAD DICKY. KAJIAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KREDIT SEPEDA MOTOR DI PT. BENTARA MULTIFINANCE CABANG SURAKARTA. Jurusan Hukum Perdata Program Studi S1

KAJIAN YURIDIS PERJANJIAN KREDIT MIKRO DAN MEKANISME PENYALURANNYA SERTA UPAYA1. PENYELESAIANNYA JIKA TERJADI WANPRESTASI

Dari penegasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sewa menyewa perumahan merupakan perjanjian (kontrak) yang dibuat oleh pemilik dengan penyewa rumah, baik

Permasalahan yang timbul dalam perjanjian penggunaan rooftop adalah mengapa terjadi perjanjian penggunaan rooftop antara perusahaan telekomunikasi dengan pemilik bangunan di kota

Adapun penulisan skripsi yang berjudul ANALISIS YURIDIS TENTANG FORCE MAJEURE TERHADAP WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI PADA PT GAPEKSINDO HUTAMA