PEMILU 2009 DALAM KARTUN PANJI KOMING
“Studi Analisis Semiotika dalam kartun Panji Koming pada Surat Kabar
Harian Kompas Terkait Pelaksanaan Pemilu tahun 2009”
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
GALIH YUDHO LAKSONO
D0205075
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Surakarta, Juli 2010
Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari
:
Tanggal
:
Panitia Penguji Skripsi:
1. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D
NIP. 19710217 199802 1 001
sebagai Ketua
(…...………)
2. Mahfud Anshori, S.Sos
NIP. 19790908 200312 1 001
sebagai Sekretaris
(…...………)
3. Drs. Mursito BM, SU
NIP. 19530727 198003 1 001
sebagai Penguji
(…...………)
Mengetahui,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
MOTTO
”Kunci untuk membuka potensi diri kita adalah ketekunan berusaha,
bukan kekuatan atau kecerdasan”
(Winston Churchill)
”Semakin aku banyak membaca, semakin aku banyak berpikir; semakin aku
banyak belajar, semakin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun”
(Voltaire)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.”
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan kepada
mereka yang begitu besar jasanya bagi penulis:
•
Ibu dan Ayah,
Terimakasih atas doa’ restu, didikan,
nasihat, serta kasih sayangmu kepada
penulis.
•
Jurusan Ilmu Komunikasi,
Terimakasih telah mendidik dan mengajar
penulis dengan baik.
•
Keluarga dan Saudaraku,
Terimakasih atas dukungan, semangat dan
motivasi yang dicurahkan kepada penulis.
•
Rekan-Rekan,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PEMILU 2009 DALAM
KARTUN PANJI KOMING (Studi Analisis Semiotika dalam kartun Panji
Koming pada Surat Kabar Harian Kompas Terkait Pelaksanaan Pemilu tahun
2009)” dengan baik.
Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Massa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. Selama proses penyusunan
skripsi ini, penulis cukup banyak mendapat bimbingan, kerjasama dan dukungan
dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Drs. Supriyadi SN. SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret.
2.
Ibu Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Massa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
3.
Bapak Drs. Hamid Arifin, M. Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi
Massa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
4.
Bapak Drs. Mursito BM, SU, selaku pembimbing penulis selama proses
5.
Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret yang telah mendidik dan mengajar, sehingga penulis
mempunyai bekal dalam penulisan skripsi dan untuk masa depan penulis.
6.
Bapak dan Ibu serta kakak dan adikku. Terima kasih atas dukungan, do’a,
dorongan semangat, serta kepercayaan kepada diri penulis.
7.
Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2005, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih atas dukungannya kepada penulis.
8.
Semua pihak yang turut membantu proses pembuatan skripsi ini hingga
selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu
penulis sangat menghargai kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun guna memperbaiki setiap kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak, baik bagi
penulis sendiri dan bagi para pembaca.
Surakarta, Juli 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Telaah Pustaka ... 9
F. Metode Penelitian ... 34
BAB II SURAT KABAR KOMPAS, KOLOM KARTUN PANJI KOMING, DAN
PEMILIHAN UMUM (PEMILU) 2009
A. Surat Kabar Kompas ... 42
C. Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 ... 58
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
1. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 18 Januari 2009 ... 78
2. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 1 Februari 2009... 86
3. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 8 Februari 2009 ... 93
4. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 15 Februari 2009... 99
5. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 1 Maret 2009 ... 105
6. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 15 Maret 2009 ... 110
7. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 22 Maret 2009 ... 116
8. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 29 Maret 2009 ... 124
9. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 5 April 2009 ... 130
10. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 12 April 2009 ... 135
11. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 19 April 2009 ... 141
12. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 26 April 2009 ... 150
13. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 17 Mei 2009 ... 159
14. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 24 Mei 2009 ... 165
15. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 31 Mei 2009 ... 172
16. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 7 Juni 2009 ... 178
17. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 14 Juni 2009 ... 185
18. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 21 Juni 2009 ... 192
19. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 28 Juni 2009 ... 197
20. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 5 Juli 2009 ... 205
22. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 26 Juli 2009 ... 217
23. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 2 Agustus 2009 ... 223
24. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 16 Agustus 2009 ... 228
25. Kolom Kartun Panji Koming edisi Minggu tanggal 23 Agustus 2009 ... 233
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 241
B. Saran ... 244
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 9 Partai Politik yang Lolos Parliamentary Threshold dan
Perolehan Kursi dalam DPR Pemilu Legislatif 2009 ... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pesan dan Makna ... 11
Gambar 1.2 Model Unsur Makna Peirce ... 17
Gambar 1.3 Model Kategori Tipe Tanda Peirce ... 18
Gambar 1.4 Karikatur ”Yasser Arafat” karya G.M. Sudharta ... 20
Gambar 1.5 Kartun Politik karya David Low... 24
Gambar 1.6 “Parit” dalam kolom kartun ... 25
Gambar 1.7 Kartun Murni atau Gag Cartoon ... 27
Gambar 1.8 Proses Analisis Data Kualitatif ... 38
Gambar 2.1 Tokoh-tokoh “Panji Koming” ... 54
Gambar 2.2 Tanda Gambar Partai Politik Peserta Pemilu 2009... 66
Gambar 2.3 Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden
Peserta Pemilu 2009 ... 71
Gambar 3.1 Salah satu bentuk poster Sosialisasi Pemilu 2009 ... 109
Gambar 3.2 Kampanye terbuka salah satu partai politik yang dimeriahkan
hiburan musik dangdut ... 128
Gambar 3.3 Pasangan Capres/Cawapres Menunjukkan Nomor Urut
dalam Pemilu Presiden 2009 ... 175
Gambar 3.4 Capres-Cawapres dalam Deklarasi Pemilu Damai 2009 ... 191
Gambar 3.5 Suasana debat Capres di Studio Metro TV yang dipandu
oleh pengamat ekonomi Aviliani ... 202
ABSTRAK
Judul : Panji Koming dan Pelaksanaan Pemilu 2009. Disusun oleh : Galih
Yudho Laksono, NIM D 020507, Program Studi : Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, 2010.
Kartun seringkali dijadikan oleh media alternatif untuk menyampaikan
pesan dalam sebuah surat kabar dikarenakan teknik penyampaiannya yang luwes.
Selain menyajikan visualisasai gambar yang bernuansa humor, kartun dalam surat
kabar juga mempunyai muatan kritik, sindiran, dan harapan. Isu yang sering
diangkat dan dijadikan kartun pun tergantung sikap surat kabar bersangkutan
terhadap isu tersebut. Termasuk pelaksanaan Pemilu 2009. Peristiwa dan
kejadian-kejadian terkait pelaksanaan Pemilu ini selalu menarik perhatian media
massa. Adalah kolom kartun Panji Koming, kartun yang diterbitkan surat kabar
Kompas, yang lantas menjadi saluran informasi yang luwes, kritis dan informatif.
Obyek dalam penelitian ini adalah kolom kartun Panji Koming di surat
kabar Kompas edisi Minggu, periode 1 Januari sampai 31 Agustus 2009. Terdapat
35 kolom kartun Panji Koming yang diterbitkan Kompas selama periode tersebut.
Namun, dalam penelitian ini, tidak semua kolom kartun dibahas satu per satu.
Untuk itu peneliti mengadakan seleksi, dan didapatkan 25 kolom kartun Panji
Koming yang merepresentasikan situasi aktual terkait pelaksanaan Pemilu 2009.
Analisis dilakukan terhadap 25 kolom dengan meneliti keseluruhan teks dan
diidentitifikasikan tanda-tanda yang beroperasi didalamnya, serta konteks-konteks
(situasi dan masalah) yang menyertainya, untuk kemudian dicari isi pesan dan
makna yang berada dibalik acuan tersebut.Dalam penelitian ini, digunakanlah
metode Analisis Semiotika untuk menginterpretasikan seluruh tanda-tanda yang
terkandung didalamnya, yaitu dengan menggunakan pendekatan tipologi tanda
Charles Sanders Peirce. Dengan demikian, makna-makna yang terkandung baik
yang terlihat langsung maupun yang tersirat dapat diungkapkan dan dipaparkan.
Dalam analisa semiotik, analisa yang dilakukan mengacu pada tanda yang muncul
dan diderivikasikan dari hubungan-hubungan antar tanda (signifier) dan acuan
(signified). Dan juga konteks-konteksnya.
ABSTRACT
Title :Panji Koming and General Election 2009. Arranged by : Galih Yudho
Laksono, NIM D0205075, Study Program : Communications Science of
Social and Political Science Faculty of Sebelas Maret University, 2010.
Cartoons are often used by alternative media to convey messages in a
newspaper because of the flexible delivery techniques. Besides presenting a
nuanced picture visualization humor, cartoons in newspapers also have loads of
criticism, satire, and hope. Issues that are often promoted and used as a cartoon
too dependent attitude towards the issue of the newspaper is concerned. Including
holding an General Election in 2009. Events and events related to the
implementation of this general election was always attracted the attention of mass
media. Is a column Panji Koming cartoon, cartoons published by Kompas
newspaper, which then becomes a flexible information channels, critical and
informative.
Object in this research is Panji Koming cartoon column in the Sunday
edition of the Kompas newspaper, the period of January 1 until August 31, 2009.
There are 35 columns published cartoons Panji Koming Kompas during that
period. However, in this study, not all columns are discussed one by one cartoon.
To the researchers held a selection, and got 25 columns that represent the cartoon
Panji Koming related actual situation of the 2009 General Election..
Analysis was conducted on 25 columns by examining the entire text and
diidentitifikasikan signs that operate within, as well as contexts (situations and
problems) that accompanies it, and then searched the contents of the message and
meaning behind the reference to the research, analysis methods are used semiotics
to interpret all the signs contained in it, namely by using the approach of Charles
Sanders Peirce's sign typology. Thus, meanings contained both the visible direct
or implied can be disclosed and explained. In a semiotic analysis, the analysis
carried out referring to the signs that appear and of the relationships between the
sign (signifier) and reference (signified). And also contexts.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lat ar Belakang M asalah
Sekarang ini, t erut ama dalam dunia surat kabar, gam bar kart un dan karikat ur
merupakan salah sat u alat yang banyak digunakan unt uk mempengaruhi khalayak
set elah kolom edit orial dan ar t ikel. Sikap dan bahkan hingga perilaku publik dapat
” digerakkan” dengan bant uan gambar kart un. Hal ini disebabkan gambar kart un
merupakan pesan-pesan hidup sekaligus m enghidupkan deskripsi verbal lainnya.1
Disamping it u, kart un yang t erdapat dalam surat kabar merupakan bent uk kart un
yang m emiliki karakt erist ik bersahaja yang t idak hanya menghibur , t et api juga
cerdas dan akt ual.
Secara um um, sebuah surat kabar m embaw a t iga komponen yang akan
diinformasikan kepada masyarakat . Komponen-komponen t ersebut adalah :2
a. Komponen berit a yakni informasi perist iw a akt ual yang menjadi pr oduk ut ama
penerbit an. Dari penyajian berit a inilah konsumen per s mendapat kan
informasi-infor masi yang dapat menambah w aw asan sert a mencerdaskan pemikirannya.
b. Komponen kedua berupa pandangan at au pendapat yang dalam ist ilah
jurnalist ik disebut opini (opinion). Kolom opini merupakan m edia bagi
masyarakat unt uk dapat m engar t ikulasikan ide, gagasan, krit ik, dan saran
kepada sist em kehidupan ber masyarakat , juga mer upakan alat kont rol bagi
1
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006, hlm. 79
2
pelaksana pem er int ahan. Opini dapat dilakukan oleh masyarakat umum (public
opinion) maupun opini redaksi (desk opinion).
c. Komponen ket iga adalah periklanan, kolom ini merupakan ajang bagi
perusahaan penerbit an unt uk mendapat kan penghasilan t ambahan, selain dari
hasil penjualan berit a baik dari pelanggan maupun dari pengecer.
Kelompok berit a (new s), meliput i ant ara lain berit a langsung (st r aight new s),
berit a m enyeluruh (comprehensive new s), berit a m endalam (dept h new s), pelaporan
mendalam (dept h report ing), berit a penyelidikan (invest igat ive new s), berit a khas
bercerit a (feat ure) dan berit a gambar (phot o new s). Sedangkan dalam kelompok
opini (views), meliput i t ajuk rencana, kart un/ karikat ur, pojok, art ikel, kolom, essai,
dan surat pembaca.3
Pemisahan secara t egas berit a dan opini t ersebut m er upakan konsekuensi dari
nor ma dan et ika luhur jurnalist ik yang t idak menghendaki berit a sebagai fakt a
objekt if, diw arnai at au dibaurkan dengan opini sebagai pandangan yang sifat nya
subjekt if.4 Kar ena dihadapan khalayak, surat kabar (media massa) m emiliki
kredibilit as yang t inggi. M asyarakat percaya bahw a apa yang dikemukakan media
massa adalah realit as yang sepenuhnya berasal dari kebenaran fakt a. Dengan kat a
lain, realit as media dianggap r epr esent asi fakt a. Oleh karena it u m edia menjadi
“ ruang” bagi khalayak sama kedudukannya dengan ruang kehidupannya sehari-hari.5
Perist iw a m erupakan r ealit as empirik, sem ent ara berit a adalah realit as
simbolik. Realit as empirik hanya ada dit empat kejadian. Agar realit as empirik ini
3
Haris Sumadiria, op.cit., hlm. 6.
4
Ibid., hlm. 7. 5
dapat bisa disiarkan media ke khalayak, maka har us dit ransfer m enjadi r ealit as
simbolik.6 M elalui berbagai inst rumen yang dimilikinya, media berperan ser t a
membent uk r ealit as yang t ersaji dalam pemberit aan. Kont ruksi t erhadap r ealit as
dipahami sebagai upaya konsept ualisasi sebuah peri st iw a, keadaan, at au apapun.
Fakt a at au realit as it u diproduksi dan dikonst ruksi dengan menggunakan perspekt if
t ert ent u yang akan dijadikan bahan berit a.
Tersedianya kolom opini dalam media cet ak juga m erupakan bent uk
perw ujudan kepedulian inst it usi pers sebagai lembaga kont rol sosial. Pada rubrik
pendapat umum masyarakat dapat m engirimkan t ulisan berupa kom ent ar, art ikel,
dan surat pembaca. Adapun rubrik opini redaksi disajikan dalam beragam bent uk
dan diberi ist ilah menurut selera r edaksi, seper t i Tajuk Rencana, Edit orial, Pojok,
Cat at an Pinggir, Karikat ur, dan sebagainya.7
Tajuk Rencana at au Edit orial yang baik harus memiliki w aw asan yang luas dan
dapat menggambarkan perspekt if masa depan. Ia harus bisa memberikan alt ernat if
pemikiran unt uk m embahas suat u pemasalahan.8. Bent uk edit orial yang khas dalam
surat kabar adalah berupa kart un at au karikat ur.
Salah sat u jenis kart un yang biasa muncul di halam an surat kabar t ersebut
adalah kart un edit orial (edit orial car t oon). Kar t un ini sebenarnya m erupakan bent uk
perkembangan dari kart un polit ik (polit ical cart oon) yang m engangkat t opik t ent ang
sit uasi polit ik. Ia t idak selalu lucu at au m embuat pembaca t er t aw a, namun isinya
selalu m enampilkan per masalahan akt ual, yang secara kont ekst ual bersent uhan
6
Mursito BM, Memahami Institusi Media (Sebuah Pengantar), Lindu Pustaka, Surakarta, 2006, hlm. 174.
7
Totok Djuroto, op.cit., hlm. 67-82.
8
dengan masalah sosial, polit ik, ekonomi, dan budaya.9 Kart un edit orial juga
merupakan bent uk edit or ial at au t ajuk r encana yang khas dalam m edia cet ak. Selain
menyajikan visualisasai gambar yang bernuansa humor, juga mempunyai muat an
krit ik, sindiran, dan harapan.
Timbulnya kekhasan kart un dalam surat kabar dikarenakan kart un edit orial
sejalan dengan policy media yang bersangkut an. Isu yang dijadikan kart un
t er gant ung sikap surat kabar bersangkut an t erhadap isu t ersebut .10 Kini, makin
banyak surat kabar yang m enyediakan kolom unt uk menyajikan kart un edit orial,
beberapa diant aranya adalah Panji Koming (karya Dw i Koendoro) dan Om Pasikom
(karya G.M . Sudhart a) di surat kabar Kom pas, Doyok (karya Keliek Sisw oyo) di surat
kabar Pos Kot a, M ang Ohle (karya Disin Basuni) di surat kabar Pikiran Rakyat , dan
masih banyak lagi.
Panji Koming m erupakan sebuah kolom kart un yang dit er bit kan secara berkala
di surat kabar Kom pas edisi M inggu sejak 14 Okt ober 1979 hingga sekarang. Kart un
ini dicipt akan oleh Dw i Koendoro Brot oat modjo. Nama kart un ini berasal dari
karakt er yang juga t okoh ut amanya yait u Panji Koming.
Kart un Panji Koming ini m erupakan bent uk lain dari rubrik opini (view s) redaksi
surat kabar Kom pas. Sejak per t ama hadir m enyapa pembaca, Kompas t urut akt if
membukakan cakraw ala penget ahuan Panji Koming sebagai kart un edit orial surat
kabar harian Kom pas, dan secara kont inyu hadir menyuarakan visi surat kabar
9
Muhammad Nashir Setiawan, Menakar Panji Koming, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002, hlm. 41.
10
t ersebut .11 Sehingga, bila kit a lihat peran Panji Koming sebagai bagian dari edit orial
Kompas, maka aura “ t ajuk rencana” harian Kompas yang akan t ampak. Disinilah
sebenarnya sekuens perist iw a (diegesis) fenomena sosio-polit ik dalam negeri
t er efleksi dalam cerit a Panji Koming.12
Ia juga t idak sekadar menjadi hiburan visual bagi pembacanya, karena Panji
Koming juga t urut m emanggul amanat r edaksional yang t idak secara eksplisit
dijelaskan. Namun, biasanya ia merupakan repr esent asi dari esensi berit a akt ual,
yang banyak mendapat t anggapan masyarakat . M eskipun t anda-t anda visual dan
narasi t eksnya m enggambarkan sit uasi masa lalu (zaman M ajapahit ), namun secar a
anakronist is kisah-kisah t ersebut m erupakan met afora sit uasi akt ual di Indonesia.
Ut amanya t ent ang kehidupan sehari-hari dan fenomena sosial-polit ik yang
berdasar kan pada realit a kehidupan yang t erjadi masyarakat . Ter masuk perist iw a
polit ik yang sangat pent ing dan t urut menent ukan nasib bangsa ini, yait u Pemilihan
Umum.
Dalam kart un ini, t erdapat pesan yang ingin disampaikan kart unisnya. Pesan
disampaikan melalui m edia gambar, yang m enjadi t anda dan lambang dalam
berkom unikasi ant ara kart unis dengan pembacanya. Tanda dan lambang t ersebut
adalah unsur-unsur yang t erdapat dalam kart un, seper t i garis, komposisi bent uk dan
arsiran, sehingga menjadi kesat uan ut uh yang membent uk sebuah karakt er dan
jalinan pesan. Dengan komposisi garis dan w arna, seorang kart unis dit unt ut mampu
memuat pesan yang ingin disampaikan melalui media kart un yang dimuat .
11
Muhammad Nashir Setiawan, op.cit., hlm. 85.
12
Disiniliah sebenarnya dibalik gambar dan t eks dalam kart un t erdapat masalah
yang t ersembunyi yang harus dipikirkan dan direnungkan secara mendalam, sepert i
apa yang hendak disampaikan kar t unisnya dan media masaa t empat ia bernaung.
Begit u pent ingnya pelaksanaan Pemilu, dikarenakan Pemilihan umum
merupakan salah sat u sar ana unt uk menegakkan t at anan polit ik yang demokrat is.
Fungsinya adalah sebagai alat menyehat kan dan menyempurnakan demokrasi,
bukan t ujuan demokrasi.13 Sebagaimana t elah diket ahui, sepanjang sejarah
ket at anegaraan di Indonesia, t elah 10 kali diselenggar akan Pemilu, t ermasuk Pemilu
yang dilaksanakan di t ahun 2009. Pemilu 2009 ini m erupakan pemilu dalam masa
t ransisi, t erut ama dalam 10 t ahun t erakhir. Dimana dalam pemilu ini memungkinkan
rakyat unt uk m emilih secara langsung anggot a DPR, DPRD dan DPD (dalam Pemilu
Legislat if) sert a Pr esiden dan Wakil Presiden (dalam Pemilu Pr esiden dan Wakil
Presiden).
Dalam pelaksanaannya, Pemilu 2009 ini t idak lepas dari berbagai persoalan.
Pelaksanaan pemilu yang rumit dan sulit , at uran yang berubah-ubah bahkan
menj elang pemilihan, buruknya pendat aan daft ar pemilih t et ap (DPT), hingga
banyak rakyat Indonesia yang sesungguhnya mem punyai hak pilih t idak dapat
menggunakan hak pilihnya dan lain-lain.
Buruknya pendat aan DPT ini bukan hanya t erjadi di daerah pelosok yang sulit
t erjangkau t ransport asi at au komunikasi, t et api juga di Ibu Kot a dan sekit arnya.14
Selain it u, t erdapat kekacauan pengadaan dan dist ribusi logist ik pemilu, sehingga
13
M. Rusli Karim, Pemilu Demokratis Kompetitif, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1991, hlm. 1.
14
Pemilu t idak dapat dilaksanakan secara ser ent ak. Penyelenggara pemilu, yait u KPU,
juga dinilai tidak profesional dan t erkesan lemah dan mudah dipengaruhi berbagai
t ekanan publik dari pesert a Pemilu. Banyak juga t erjadi pelanggaran dan kecurangan
yang bersifat prosedural dan administ rat if. KPU juga t erkesan kurang kompet en,
kurang profesional, ser t a kurang menjaga cit r a independensi dan net ralit asnya.15
Perist iw a dan kejadian-kejadian t erkait pelaksanaan Pemilu t ersebut selalu
menarik perhat ian media massa. Hal ini t erjadi karena ada dua fakt or yang saling
berkait an. Pert ama, dew asa ini polit ik berada di era mediasi (polit ics in t he age of
mediat ion), yakni m edia massa. Kedua, perist iw a dalam bent uk t ingkah laku dan
pernyat aan para akt or polit ik lazmnya selalu m empunyai nilai berit a sekalipun
perist w a it u bersif at rut in.16 Bisa dibilang, akt ivit as m edia massa dalam melapor kan
perist iw a polit ik sering member i dampak yang signif ikan bagi perkembangan polit ik.
Di sini, media bukan saja sebagai sumber informasi polit ik, namun juga kerap
menjadi fakt or pendorong (t rigger) t erjadinya perist iw a politik.
Dikar enakan penerbit annya yang seminggu sekali, hal ini mem buat kart un
Panji Koming m empunyai kelebihan, ut amanya dalam t enggat w akt u penerbit an
(relat if longgar). Dengan t enggat w akt u longgar inilah sang kar t unis dapat dengan
leluasa mencer mat i dan mengeksplorasi kejadian dan fakt a-fakt a t erkait
pelaksanaan Pemilu 2009, baik pelaksanaan Pemilu Legislat if maupun Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden. Bagaimana kart unis menangkap f akt a-fakt a, int
rik-int rik seput ar Pemilu 2009, dan ber bagai kejadian luar biasa lainnya unt uk kemudian
15
”Manajemen Pemilu 2009 Terburuk”, Kompas, tanggal 11 April 2009. 16
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa : Sebuah Studi Critical Discourse Analysis
diungkapkan dalam bent uk kart un Panji Koming. Hal juga membuat pengolahan dat a
bisa dilakukan secara lebih mendalam, sehingga dapat m engena pada int i
permasalahan yang ingin diungkapkan.
B. Perumusan M asalah
Berdasar kan uraian lat ar belakang yang t elah diut arakan dimuka, maka
penelit i mencoba m enarik rumusan masalah sebagai berikut :
“ Bagaimanakah makna pesan-pesan (message) yang t erkandung dalam kart un Panji
Koming, t erut ama t erkait pelaksanaan Pemilu t ahun 2009 sepert i yang dimuat
dalam gambar maupun dari segi isi cerit a?”
C. Tujuan Penelitian
1. Unt uk menget ahui bagaimanakah isi pesan-pesan yang disampaikan dalam
kart un Panji Koming t erkait pelaksanaan Pemilu t ahun 2009.
2. Unt uk menget ahui bagaimanakah makna pesan-pesan yang dimuat dalam
kart un Panji Koming t erkait pelaksanaan Pemilu t ahun 2009.
D. M anfaat Penelitian
-
diharapkan bermanfaat sebagai media pembuka w acana t ent an g pemaknaan-pemaknaan yang t erkandung dalam gambar visual.2. M anfaat Teor it is at au Akademis :
-
diharapkan bermanfaat bagi pengembangan keilmuan melalui upayamengkaji, menerapkan, menguji, m enjelaskan t ent ang t anda makna dan
semiot ika
3. M anfaat Prakt is
-
diharapkan bermanfaat sebagai bahan kajian dan ref erensi unt uk penelit ianselanjut nya, t erut ama yang m emf okuskan pada semiot ika.
E. Telaah Pust aka
1. Proses Komunikasi sebagai Pembangkit M akna
Komunikasi merupakan hal yang pent ing dalam kehidupan manusia.
Set iap manusia past ilah mempunyai hasrat unt uk berkomunikasi dengan sesama
manusia lainnya, baik it u secara individu maupun secara kolekt if dalam sebuah
kelompok. Esensi manusia sebagai makhluk yang t idak t erlepas dar i orang lain
inilah yang membuat manusia selalu berhubungan dan berint er aksi dengan
manusia lainnya.
Hal ini dikarenakan manusia m erupakan makhluk paling sempurna yang
dikaruniai akal pikiran. Dengan akal pikiran it ulah manusia m engalami
perubahan. Dan perubahan t ersebut t idak akan t erlepas dari komunikasi. Dalam
secara verbal (bahasa lisan) at au non verbal (bahasa isyarat ).17 Pada posisi ini
komunikasi menjadi sangat berperan sebagai salah sat u manifest asi unt uk
mem enuhi kebut uhan manusia. M elalui komunikasi pula manusia membangun
diri dan lingkungannya.18
Dalam proses komunikasi, pesan m erupakan hal yang sangat pent ing. Hal
ini karena komunikasi merupakan proses m enyampaikan pesan oleh
komunikat or kepada komunikan melalui media yang m enimbulkan ef ek
t er t ent u.19 Pesan yang disampaikan ini dapat m elalui berbagai m edia sebagai
salurannya. Baik it u secara langsung maupun t idak langsung, at aupun secar a
t er surat maupun t ersirat .
Pengert ian isi pesan ini selanjut nya m engarah pada pengert ian makna.
Oleh D. Law rence Kincaid dan Wilbur Schramm, makna diart ikan sebagai balasan
t er hadap pesan. M akna baru t imbul, jika ada seseorang yang m enafsirkan
isyarat at au simbol bersangkut an dan berusaha memahami art inya. Dari sisi
psikologis, isyarat at au simbol bert indak selaku perangsang unt uk
membangkit kan balasan dari penerima pesan.20
Pesan merupakan suat u konst ruksi t anda yang, melalui int eraksinya
dengan penerima, menghasilkan makna. Pengir im, yang didefinisikan sebagai
t ransmit er pesan, m enurun art i pent ingnya. Penekanan ber geser pada t eks dan
bagaimana t eks it u ” dibaca” . Dan membaca adalah proses m enemukan makna
17
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Ctk. Pertama, Bigraf, Yogyakarta, 2000, hlm. 2-3
18
Ibid., hlm. 35. 19
Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Ctk. Kedelapan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hlm. 19.
20
yang t ejadi ket ika pembaca berint eraksi at au bernegoisasi dengan t eks.
Negoisasi ini t erjadi karena pembaca membaw a aspek-aspek pengalaman
budayanya unt uk ber hubungan dengan kode dan t anda yang menyusun t eks. Ia
juga melibat kan pemahaman yang agak sama t ent ang apa sebenarnya t eks
t er sebut .21
Lant as, pesan bukanlah sesuat u yang dikirim dari A ke B, melainkan suat u
elem en dalam sebuah hubungan t erst rukt ur yang elemen-elem en lainnya
t er masuk r ealit as ekst ernal dan produser/ pembaca. M emproduksi dan
membaca t eks dipandang sebagai proses yang paralel, jika t idak ident ik, karena
mer eka menduduki t empat yang sama dalam hubungan t er st rukt ur ini.22 M odel
st rukt ur t ersebut digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1 Pesan dan M akna
21
John Fiske, Penerjemah Yosal Iriantara dan Idi Subandy Ibrahim, Cultural and Communication Studies :
Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Ctk. Ketiga, Jalasutra, Yogyakarta, 2006, hlm. 10. 22
(Sum ber:John Fiske, 2006 : 11)
M odel st rukt ur t ersebut m erupakan sebuah segit iga dengan anak panah
yang m enunjukkan int eraksi yang konst an; st rukt ur t ersebut t idaklah st at is,
melainkan suat u prakt ik yang dinamis. Set iap anak panah m enunjukkan relasi di
ant ara unsur-unsur dalam pencipt aan makna. Dengan kat a lain, st rukt ur
t er sebut lebih m emusat kan perhat ian pada analisis serangkaian r elasi
t er st rukt ur yang m emungkinkan sebuah pesan m enandai sesuat u.23
Jadi, pada intinya yang dit ekankan disini bukanlah pada komunikasi
sebagai proses, m elainkan komunikasi sebagai pembangkit makna (t he
generat ion of meaning). Jika A berkomunikasi dengan B, B m emahami maksud
pesan A, lebih kurang secara akur at . Agar proses komunikasi berlangsung, A
harus m embuat pesan dalam bent uk t anda. Pesan t er sebut m endorong B unt uk
mencipt akan makna unt uk B it u sendiri yang t erkait dalam beberapa hal den gan
makna yang dibuat A dalam pesannya.24
Adapun pesan yang dimaksud dalam penelit ian ini adalah berupa kart un
Panji Koming t idak akan dapat berart i apapun jika khalayak t idak mem punyai
kemampuan dalam m eng-encode, yait u proses m emberikan makna t er hadap
pesan t ersebut . Yang kemudian bisa t erjadi adalah ket idaksamaan dalam
mempersepsikan sebuah pesan, baik ant ara khalayak yang sat u dengan khalayak
yang lainnya. Namun hal ini t idak bisa disebut sebagai kegagalan dalam
23
Ibid., hlm. 60. 24
komunikasi. Hal ini bisa dikarenakan t erdapat nya perbedaan budaya ant ara
pengirim dan penerima.25
2. M etode Analisis Semiotika
Secara et imologis, ist ilah semiot ik berasal dari kat a Yunani semeion yang
berart i ” t anda” . Tanda it u sendiri didefinisikan sebagai sesuat u at as dasar
konvensi sosial yang t erbangun sebelumnya, dan dapat dianggap mew akili
sesuat u yang lain.26 Secara t er minologis, semiot ika adalah st udi t ent ang t anda
dan segala yang berhubungan dengan; cara berfungsinya, hubungannya dengan
t anda-t anda lain, pengirimannya, dan penerimaan oleh m ereka yang
mempergunakannya.27
Semiot ik ini menekankan pada fungsi t ent ang yang t anda yang kit a
gunakan dalam rangka komunikasi baik it u secara verbal, non verbal dan
maupun visual.28 Analisis semiot ik merupakan car a at au m et ode unt uk
menganalisis dan memberikan makna-makna t erhadap lambang-lambang yang
t er dapat suat u paket lambang-lambang pesan at au t eks.29
Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bent uk sist em
lambang (sign) baik yang t erdapat pada media massa maupun yang t erdapat
diluar media massa. Urusan analisis semiot ik adalah melacak makna-makna
25
Ibid., hlm. 9. 26
Eco, 1979:16, dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm. 95. 27
Panuti Sujiman dan Aart van Zoest, Serba-serbi Semiotika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hlm. 5
28
Müfit Senel, “The Semiotic Approach and Language Teaching and Learning”, Journal of Language and Linguistic Studies, Vol.3, No.1, April 2007, hlm. 118. (http://www. jlls.org/Issues/Volume%203/No.1/msenel
.pdf) 29
yang diangkut dengan t eks berupa lambang-lambang (signs). Dengan kat a lain,
pemaknaan t erhadap lambang-lambang dalam t ekslah yang m enjadi pusat
perhat ian analisis semiot ik.
Di dalam set iap t eks, t anda-t anda di organisasikan ke dalam sist em t anda
yang oleh ilmu semiot ika m erupakan sebuah kode. Kode mempunyai sejumlah
unit (at au kadang-kadang sat u unit ) t anda. Cara m engint erpr et asi pesan-pesan
yang t ert ulis yang t idak m udah dipahami. Jika kode sudah diket ahui, makna
akan bisa dipahami. Dalam semiot ik, kode dipakai unt uk m erujuk pada st rukt ur
perilaku manusia.30
Jika dalam t eks kit a dapat memilih dan menghubungkan t anda-t anda
dalam hubungannya dengan kode-kode yang sudah kit a kenali maknanya,
selanjut nya dilanjut kan kepada sasaran informasi at au pembaca yang kit a
inginkan. Karena sist em t anda sifat nya kont eksual dan bergant ung pada
pengguna t anda. Pemikiran pengguna t anda merupakan hasil pengaruh dari
berbagai konst ruksi sosial di mana pengguna t anda t er sebut berada.
Dalam m embaca sebuah t eks, pembaca m engint erpr et asikan t anda
dengan acuan yang t elah dipahami dan dimenger t i. John Fiske menyebut bahw a
semiot ika mempunyai t iga bidang st udi ut ama, yait u 31:
a. Tanda it u sendiri. Hal ini t erdiri at as st udi t ent ang berbagai t anda yan g
berbeda, cara t anda-t anda yang berbeda it u dalam menyampaikan makna,
dan cara t anda-t anda it u t erkait dengan manusia yang m enggunakannya.
30
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Ctk. Ketiga, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 269
31
Tanda adalah konst ruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam art ian
manusia yang m enggunakannya.
b. Kode at au sist em yang m engorganisasikan t anda. Studi ini mencakup car a
berbagai kode dikem bangkan guna m emenuhi kebut uhan suat u masyarakat
at au budaya at au unt uk mengeksploit asi saluran komunikasi yang t ersedia
unt uk ment ransmisikasikannya.
b. Kebudayaan t empat kode dan t anda bekerja. Ini pada gilirannya bergant ung
pada penggunaan kode-kode dan t anda-t anda it u unt uk keberadaan dan
bent uknya sendiri.
Dalam semiot ika komunikasi, t anda at au signal dikaji dalam kont eks
komunikasi yang lebih luas yait u m elibat kan berbagai elemen komunikasi.
Charles Sanders Peirce melihat t anda (represent amen) sebagai bagian yang t idak
t er pisahkan dari objek r ef er ensinya sert a pemahaman subjek at as t anda
(int erpret ant )32. Tampak pada definisi Peirce t ersebut peran subjek (somebody)
sebagai bagian t idak t erpisahkan dari pert andaan, yang m enjadi landasan
semiot ika komunikasi.
Penempat an t anda at au signal didalam rant ai komunikasi menyebabkan
t anda at au signal mempunyai per an yang pent ing dalam pent ing dalam
komunikasi. Jadi, dalam t eori komunikasi perhat ian lebih kepada kondisi
penyampaian signifikasi, yait u ada saluran komunikasi. Berkat saluran
komunikasi inilah pesan dapat disampaikan.33
32
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna, Jalasutra, Yogyakarta, 2003, hlm. 266.
33
Peirce juga m engungkapkan bahw asanya makna t anda yang sebenar nya
adalah mengemukakan sesuat u.34 Tanda sebagai produksi pesan, direkonst ruksi
berdasarkan kont eks at au sist em sosial-budaya. Jadi, t anda bersumber dari
ref erensi sosial-budaya yang disepakat i bersama unt uk dijadikan sebagai
pedoman dan acuan unt uk berkomunikasi.
M enurut Peirce, suat u sist em semiot ik t erdiri dari t anda, object dan
int erpret ant, dimana int erpret ant dat ang dari int erpr et er di dalam sist em dan
mengambil bagian akt if dalam proses semiosis.35 Konsekuensinya, t anda (sign
at au represent amen) selalu t erdapat dalam hubungan t riadik, yakni
repr esent amen (R), objek (O), dan int erpert ant (I).
R adalah bagian t anda yang dapat dipersepsi (secar a f isik at au ment al).
Pada bagian inilah, seorang manusia m empersepsi dasar (ground). Selanjut nya,
t anda ini m erujuk pada sesuat u yang diw akili olehnya (O). Bagian ini m enunt un
seseorang m engait kan dasar (ground) dengan suat u pengalaman. I merupakan
bagian dari proses yang m enafsirkan hubungan R dengan O. Di sini seseoran g
bisa menafsirkan persepsi at as dasar yang m erujuk pada objek t ert ent u. Dengan
demikian, Peirce m enjadikan t anda t idak hanya sebagai repr esent at if, t et api
juga int erpret at if.
Peirce melihat subjek sebagai bagian yang t idak dapat dipisahkan dari
proses signifikasi. M odel t riadik Peirce (represent amen+objek+
34
Ibid., hlm. 7. 35
Marcello Barbieri, The Code Model of Semiosis: The First Steps Toward a Scientific Biosemiotics, The
American Journal of Semiotics 24.1–3, 2008.
(https://secure.pdcnet.org/8525737F0058880E/file/0BC8067551
int erpret an=t anda) memperlihat kan peran besar subjek dalam proses
t ransformasi bahasa. Tanda dalam pandangan Peirce selalu berada di dalam
proses perubahan t anpa hent i, yang disebut proses semiosis t idak berbat as
(unlimit ed semiosis), yait u proses pencipt aan rangkaian int erpret an yang t anpa
akhir.36
Gambar 1.2 M odel Unsur M akna Peirce (Sum ber:John Fiske, 2006 : 63.)
M odel t riadik Peirce t ersebut m emperlihat kan t iga elemen ut ama
pem bent uk t anda, yait u r epresent amen (sesuat u yang m erepr esent asikan
sesuat u yang lain), objek (sesuat u yang direpr esent asikan), dan int erpret an
(int erpret asi seseorang t ent ang t anda).37 Panah dua arah menekankan bahw a
masing-masing ist ilah dapat dipahami hanya dalam relasinya dengan yang lain.
Sebuah t anda mengacu pada sesuat u di luar dirinya sendiri-objek, dan ini
36
Yasraf Amir Piliang, op.cit., hlm. 266.
37
[image:31.612.221.416.248.369.2]dipahami oleh seseorang; dan ini memiliki efek di benak
penggunanya-int erpret ant.38
Prinsipnya, segala sesuat u yang dapat menimbulkan kesan dapat pula
berfungsi sebagai t anda. Pent ingnya hal ini t erlet ak pada perhat ian yang
kemudian diarahkan pada keseluruhan sist em t anda, karena dari sini dan dari
penget ahuan kit alah hal it u kit a peroleh. Tanda yang t erpisah mendapat kan art i
dari pembedaan, pembandingan, dan pemilihan yang dilakukan secara
sist emat is, diat ur dalam ilmu bahasa at au kaidah sist em t anda dari nilai yang
diberikan oleh kaidah budaya dan sist em t anda.39
At as dasar hubungan ini, Peirce m engadakan klasifikasi t anda. Tanda yang
dikait kan dengan sifat ground dibaginya m enjadi qualisign, sinsign, dan legisign.
Qualisign adalah kualit as yang ada pada t anda. Sinsign adalah eksist ensi akt ual
benda at au perist iw a yang ada pada t anda. Legisign adalah norma yang
dikandung oleh t anda.40 Berdasarkan sifat hubungan ant ara ground dan
objek-nya, Peirce m embedakan t anda at as lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks
(index). Sekali lagi ket iganya dimodelkan ke dalam sebuah segit ga :
38
John Fiske, Penerjemah Yosal Iriantara dan Idi Subandy Ibrahim, op.cit., hlm. 63.
39
Dennis McQuill, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1995, hlm. 182.
40
Gam bar 1.3 M odel Kat egori Tipe Tanda Peirce (Sum ber:John Fiske, 2006 : 70)
Peirce berpendapat bahw asanya model t ersebut bermanf aat dan
fundam enal mengenai sifat t anda. Ket iganya dapat dijelaskan demikian :41
a. Lambang (sym bol) : suat u t anda dimana hubungan ant ara t anda dan
acuannya m erupakan hubungan yang sudah t erbent uk secara konvensional.
Lambang ini adalah t anda yang dibent uk karena adanya konsensus dari para
pengguna t anda.
b. Ikon (icon) : suat u t anda dimana hubungan ant ara t anda dan acuannya
berupa hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bent uk t anda yan g
dalam berbagai bent uk m enyerupai objek dari t anda tersebut .
c. Indeks (index) : suat u t anda yang hubungan eksist ensinya langsung dengan
objeknya. Jadi, indeks adalah suat u t anda yang mempunyai hubungan
langsung (kausalit as) dengan objeknya.
Sedangkan yang berdasarkan int erpret ant , t anda (sign, represent amen)
dibagi at as :42
41
John Fiske, Penerjem ah Yosal Iriant ara dan Idi Subandy Ibrahim, op.cit., hlm . 70-71.
42
a. Rheme at au seme : menanda yang ber t alian dengan mungkin t erpahaminya
objek pet anda bagi penafsir.
b. Dicent sign at au dicisign at au pheme : penanda yang menampilkan informasi
t ent ang pet andanya.
c. Argument : penanda yang pet andanya akhir bukan benda t et api kaidah.
3. Kartun
a. Kartun dan Karikatur
Kart un mer upakan sebuah gambar yang bersif at represent asi at au
simbolik, mengandung unsur sat ir, lelucon dan humor. Kart un biasanya muncul
dalam publikasi secara periodik, dan sering menyorot i masalah polit ik at au
masalah publik. Kat a kart un sendiri berasal dari bahasa It alia, cart one yang
berart i “ kert as” . Dalam bidang seni m ur ni, kart un m erupakan gambaran kasar
at au sket sa aw al pada kert as alot (st out paper) sebagai rancangan at au desain
unt uk lukisan kanvas at au dinding.43
Kart un dan karikat ur ibarat binat ang dan gajah. Kart un adalah binat ang,
sedangkan karikat ur adalah gajah. Kar t un bukan hanya karikat ur karena ada gag
cart oon (kart un murni), st rip cart oon, kart un opini dan lain-lain.44 Art i kat a
karikat ur yang sebenarnya adalah “ pot ret w ajah yang diberi muat an l ebih”
sehingga anat omi w ajah t ersebut t erkesan dist ort if karena mengalami
defor masi bent uk, namun secara visual masih dapat dikenali objeknya. Kat a
43
The Encyclopedia Americana International Edition Volume 5 (Burma to Cathay), Americana International
Corporation, 1974, hlm. 728.
44
karikat ur berasal dari bahasa It alia caricat ura, dari asal kat a caricare yang
bermakna m emberi muat an at au t ambahan berlebih.45
Gambar 1.4 Karikat ur ” Yasser Arafat ” karya G.M . Sudhart a (Sum ber : M uhammad Nashir Setiaw an, 2002 : 47.)
Sebagai salah sat u bent uk kom unikasi grafis, kart un at au karikat ur
merupakan suat u media visual bergambar yang secara simbolis dapat digunakan
unt uk m engekspr esikan maksud dan t ujuan, yakni dengan m elalui bent uk
dialog, gerak t ubuh (gest ure), ekspresi mimik, dan kadang m enggunakan kat
a-kat a sebagai penyert a gambar. Bahkan bent uk graf is simbolis/ gambar membuka
peluang seseorang unt uk berani m engekspresikan diri t erhadap emosi at aupun
agit asi yang dit ekan.46. Tanda-t anda t ert ent u juga sering dipakai unt uk
menggant i kat a-kat a at au kalimat . Tanda-t anda non ver bal ini sangat pent ing
dalam komunikasi.
45
The Encyclopedia Americana International Edition Volume 5 (Burma to Cathay), op.cit., hlm. 660. 46
[image:35.612.248.415.177.324.2]Tanda-t anda t ersebut digunakan unt uk menghindari unsur sarkast is yang
mungkin dapat t imbul, selain unt uk menghindar i sikap mengkrit ik dan
menyalahkan pihak-pihak t ert ent u secara langsung. Hal ini dikarenakan,
meskipun pesan-pesan di dalam kart un sama seriusnya dengan pesan-pesan
yang disampaikan lew at berit a dan art ikel, pesan-pesan kart un seringkali lebih
mudah dicer na at au dipahami sehubungan dengan sifat nya yang m enghibur.
Dit ambah, krit ikan yang disampaikan secara jenaka t idak begit u dirasakan
mel ecehkan at au mempermalukan.47
Dengan keluw esannya dalam m engemas pesan yang ingin disampaikan
namun t anpa m enyinggung secara t er buka orang maupun inst it usi yang dikrit ik
at aupun dicela, kart un mampu menghaluskan pesan krit isnya. Walaupun
demikian, penghalusan t ersebut t idak m engurangi ket ajamannya dalam
mengkrit isi sebuah perist iw a. Penghalusan makna sangat t erasa dalam
penyampaian yang dikemas dalam bent uk humor. Selain it u, dengan humor,
pem baca dapat t ert aw a, merasa opt imis dalam melihat sesuat u, baik yang
merasa dikrit ik at aupun yang mengkrit ik.48
Karya kart un yang m engandung sindiran disebut juga graphic sat ire (GS).
Garphic sat ire m empunyai penger t ian sebagai karya sat ir yang dikemas dalam
bent uk visual. Graphic sat ir e ini mempunyai beberapa t eknik pengungkapan,
yait u 49:
47
Ibid., hlm. 4. 48
T. Susanto, Pamflet Politik Sulit Dihindari, Prisma, Nomor 1 Tahun XXV, Januari 1996, hlm. 38.
49
Ashadi Siregar dan I Made Suarjana, Bagaimana Mempertimbangkan Artikel dan Opini Untuk Media
a. in konkret i, t eknik pengungkapan dengan m embuat penyajian yang ganjil,
aneh maupun absurd. Teknik ini mengacaukan dan mel ecehkan logika,
w akt u, maupun t empat .
b. dist ort ion, m elebihkan at au hiperbola. Teknik ini membuat def ormasi pada
suat u karakt er at au keadaan t er t ent u.
c. cont r ast, menyajikan hal-hal yang berlaw anan, paradoks, maupun ironi.
d. indirect ion, penyajian dengan m enggunakan simbol-simbol, idiom, met afor a
at au parodi sert a ut opia.
e. surprise, penggunaan logika yang t idak t erduga, hal-hal di luar dugaan dan
mengejut kan.
Graphic sat ire ini dapat dipilah ke dalam t iga kat egori 50 :
a. comics sat ire, dikemas dalam bent uk lucu dan humor yang m enonjol dengan
maksud menert aw akan dan mengajak pembaca unt uk t ert aw a.
b. t ragic sat ire, dibuat unt uk membuat kesedihan, keget iran, iba hati at au
kemarahan. Biasanya unt uk mengangkat masalah yang berkait an dengan
kemat ian, musibah, perang, penderit aan, at au hal t ragis lainnya.
c. nit e-marries sat ire, karya yang menghadirkan suasana seram, m encekam
dan surealist is, mengggambarkan mimpi buruk. Biasanya dibuat unt uk
masalah yang berkait an dengan penyimpangan moral.
Sebet ulnya karikat ur adalah bagian dari kart un opini, t et api m enjadi salah
kaprah. Karikat ur yang sudah diberi beban pesan, krit ik, dan sebagainya berart i
t elah m enjadi kart un opini. M uat an kar t un opini secara sit uasional ber langsung
50
singkat , namun bisa berulang sepert i siklus.51 Kart un biasanya t ampil dalam sat u
frame dan t idak mempunyai karakt er t erus m enerus. Namun, kadang t erdapat
karakt er yang digunakan berkali-kali.52 Adapun kart un-kart un yang t erdapat di
media cet ak meliput i :
a. Kart un edit orial
Kart un edit orial mer upakan kart un yang digunakan sebagai visualisasi t ajuk
rencana at au edit orial surat kabar. Kart un ini t idak selalu lucu at au m embuat
pem baca t ert aw a, namun isinya selalu menampilkan permasalahan akt ual, yan g
secara kont ekst ual bersent uhan dengan masalah sosial politik sehingga sering
disebut juga sebagai kart un polit ik.
51
Pramono, op.cit., hlm. 49.
52
Gambar 1.5 Kart un Polit ik karya David Low
(Sum ber:The Encyclopedia Americana Int ernat ional Edit ion Volume 5, 1974 : 731)
Kart un edit orial biasa muncul secara berkala dan dit empat kan di halaman
yang sama pada t at a-let ak surat kabar, dan menjadi t ajuk rencana dalam bent uk
visual. Karena dit am pilkan secara rut in inilah maka kart un t ersebut dianggap
sebagai sikap dan opini redaksi, sejalan dengan misi m edia yang mem uat nya.
Timbulnya kekhasan kar t un ini dikarenakan kart un edit orial t ersebut sejalan
dengan policy m edia yang bersangkut an. Isu yang seri ng diangkat dan dijadikan
kart un pun t ergant ung sikap surat kabar bersangkut an t erhadap isu t ersebut .
b. Kolom kart un/ komik kar t un
Kolom kart un/ kart un komik m erupakan susunan gambar, biasanya t erdiri
dari t iga sampai enam kot ak. Isinya adalah koment ar humorist is t ent ang suat u
perist iw a at au masalah akt ual.53 Dalam dunia kolom kart un/ komik kart un, ruang
diant ara panel-panel disebut sebagai ” parit ” . Di dalam ruang sela inilah imajinasi
53
manusia mengambil dua gambar yang t erpisah dan mengubahnya menjadi
gagasan.54
Panel komik memat ahkan w akt u dan ruang menjadi suat u perist iw a yang
kasar, dengan irama yang pat ah-pat ah, sert a t idak berhubungan. Closure
memungkinkan penggabungkan perist iw a t ersebut dan menyusun realit a yang
ut uh dan ajek dalam pikiran. Closure m erupakan fenomena m engamat i
[image:40.612.237.417.318.452.2]bagian-bagian t et api memandangnya sebagai keseluruhan.55
Gambar 1.6 “ Parit” dalam kolom kartun. (Sum ber : kolom kartun Panji Koming)
54
Scout M cCloud, Understanding Comics : The Invisible Art , Ct k. Kedua, Kepust akaan Populer Gram edia (KPG), Jakart a, 2002, hlm. 9.
55
Kebanyakan panel-ke-panel dalam komik kart un dibagi menjadi beberapa
golongan, yait u :56
• Peralihan w akt u-ke-w akt u. M em erlukan closure yang sangat sedikit .
• Peralihan sat u subyek dalam proses aksi-ke-aksi.
• Peralihan aspek-ke-aspek.
• Peralihan dari pada sit uasi subyek-ke-subyek namun masih dalam sat u
adegan at au gagasan.
• Peralian adegan-ke-adegan. Peraihan ini membaw a kit a m elint asi ruang dan
w akt u. M embaca jenis ini diperlukan pemikiran indukt if.
• Peralihan non-sequit ur. Peralihan ini t idak menunjukan hubungan yang logis
ant ara panelnya.
Kolom kart un/ komik kart un m emiliki ciri-ciri : mempunyai karakt er t et ap,
frame digunakan unt uk m enunjukkan (t ahapan) aksi, t erdapat dialog dalam
balon kat a. Selain it u, ada bebarapa konvensi yang perlu diket ahui dalam kolom
kart un/ komik kart un, yait u :57
• Cara menggambarkan karakt er m erupakan penunjuk apakah komik kart un
t er masuk lelucon at au w acana serius.
• Ekspresi w ajah, dipergunakan unt uk menunjukkan perasaan at au
pernyat aan emosi dari berbagai karakt er.
• Bal on kat a digunakan unt uk m enunjukkan dialog t okoh, kadang kat a diberi
t ekanan dengan dicet ak t ebal at au bent uk t ipograf i khusus.
• Garis gerak, unt uk menunjukkan suat u gerakan dan kecepat an.
56
Ibid., hlm. 70-72. 57
• Panel di baw ah at au di at as fr ame, menjaga kont inuit as dan menjelaskan
pada pembaca apa yang diharapkan at au kelanjut an sekuens berikut nya.
• Set t ing, dimaksudkan unt uk menunt un pembaca pada kont eks w acana yang
sedang dicerit akan
• Aksi, komik kart un/ kolom kart un m emberikan poin-poin aksi yang
selanjut nya dilengkapi sendiri oleh pikiran pembaca.
c. Kart un murni (gag cart oon)
M erupakan kart un yang dimaksudkan sebagai gambar lucu at au olok-olok
t anpa bermaksud mengulas suat u per masalahan at au per ist iw a akt ual.
Gam bar 1.7 Kar t un M urni at au Gag Cart oon (Sum ber : Kedaulat an Rakyat, M inggu 6 Desem ber 2009)
b. Sejarah Kartun
[image:42.612.246.414.356.490.2]a) Era Prasejarah
Pada masa prasejarah, penggunaan grafis yang bernilai t anda
merupakan penggant i kat a dan pengisahan lisan. Di Prancis, t erdapat grafis
yang t erukir di gua Lascaux. M eski belum m engandung sandi yang
membent uknya m enjadi bahasa, namun t or ehan graf is ini t elah
menunjukkan ” pesan” sebagai komunikasi non verbal paling kuno.58 Selain
it u, di Prancis juga dit emukan Permadani Bayeux sepanjang 230 kaki yang
menggambarkan penaklukan Norman at as Inggris, dan diperkirakan dibuat
aw al t ahun 1066.59
b) Era Pert engahan
Kart un mulai diperhit ungkan kehadirannya pada t ahun 1843, ket ika
diadakan suat u pameran besar dan kompet isi kart un yang diprakarsai oleh
suami Rat u Vict oria, yait u Pangeran Albert . Tujuan kompet isi ini adalah
unt uk m endapat kan suat u desain hiasan dinding unt uk Gedung Balaikot a
yang baru. Saat it u majalah Punch m emuat gambar karya John Leech yang
berjudul Car t oon No.1, yang memprot es pam eran dan kompet isi t ersebut
karena dianggap pemborosan. Sejak per ist iw a inilah ist ilah “ kart un” mulai
dikenal luas.60
Sekit ar t ahun 1890-an, kolom kart un m erupakan format yang sangat
populer ket ika diperkenalkan dalam suplemen mingguan di surat kabar
58
Guntur Angkat, ” Selint as Sej arah Komik Indonesia” , htt p:/ / re-searchengines.com/ art 05-72.html, 10 Novem ber 2009, 3:59:17 AM .
59
Scout McCloud, op.cit., hlm. 12.
60
Amerika dengan t ujuan sebagai media promosi dan menarik minat
pem baca. Kart un cipt aan James Sw inner t on, The Lit t le Bears and Tigers
yang dimuat oleh surat kabar San Francisco Examiner t ahun 1892
merupakan kart un per t ama yang t erbit di surat kabar. Pada t anggal 7 Juli
1895, karya Richard Out cault , Dow n i n Hogan’ s Alley, dit erbit kan oleh surat
kabar New York World milik Joseph Pulit zer. Di t ahun 1896, kart un ini
bergant i m enjadi The Yellow Kid.61 Sekit ar t ahun 1898, surat kabar milik
Randolph Heart , New York Journal, m enjadi surat kabar pert ama yang
memiliki kolom kart un berw arna.62
c) Era Kont em porer
Penerbit surat kabar di Am erika Serikat mulai menyambut kart un
sebagai pemacu sirkulasi surat kabar dan mulai mendorong seniman lainnya
unt uk memasuki bidang kar t un. Beberapa karya yang dimuat dalam surat
kabar w akt u it u ant ar a lain Foxy Granpa (1900) karya Carl Schult ze,
Toonerville Folks (1908) kar ya Font aine Fox, dan The Family Upst airs (1910)
karya George Herriman.63
2).
Sejarah Kart un Indonesiaa) Asal Usul
Bangsa Indonesia t erbukt i m emiliki hasil kebudayaan yang t inggi.
Beberapa cont oh peninggalannya adalah relief Candi Borobudur yang
memuat ajaran Buddha dan relief Candi Prambanan yang berisi kisah
61
Groiler Academic Encyclopedia Volume 5, Groiler International Inc, 1991, hlm. 135.
62
The Encyclopedia Americana International Edition Volume 7 (Civilization to Coronium), Americana International Corporation, 1974, hlm. 371.
63
Ramayana dan M ahabarat ha. Kedua relief t ersebut secara narat if
mengungkapkan pesan m elalui bent uk visual dan merupakan cikal bakal
karya seni sejenis kart un yang dikemas secara t iga dim ensi.64
Adapun cont oh yang lebih mendekat i kart un dew asa ini adalah gambar
pada w ayang beber yang t erdapat Pacit an, t epat nya di desa Gedompol.
Disana t ersimpan gulungan w ayang yang m encerit akan legenda Dj aka
Kem bang Kuning. Gambar t ersebut t ert era di at as 6 gulungan kain, 4
gambar dan berukuran 0,6 m et er x 3 met er, sehingga harus digulung jika
t idak dipakai.65
b) Kart un Era 1930-1980
Di masa Hindia Belanda, kart un muncul di media massa sebelum Perang
Dunia II. Harian berbahasa Belanda, De Java Bode memuat kar ya Clinge
Doorenbos berjudul Flippie Flink dalam rubrik anak, disusul mingguan De
Orient yang memuat kart un Flash Gordon.66
Pada t ahun 1930, surat kabar berbahasa M elayu, Sin Po, memuat kart un
karya Kho Wang Gie. Kemudian diaw al 1931, muncul t okoh Put On yang
muncul t iap Jumat at au Sabt u dan segera akrab dengan para pembaca. Hal
ini berlangsung cukup lama hingga surat kabar Sin Po dilarang t erbit
(1931-1960).67
64
Muhammad Nashir Setiawan, op.cit., hlm. 4.
65
“Wayang Beber Pacitan Terancam Punah”, Kompas, tanggal 19 Juli 2009
66
Marcel Boneff, Komik Indonesia (Les Bandes Dessinees Indonesiennes), Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Jakarta, 1998, hlm. 19.
67
“ Si Put On, Tak Sekadar Komik Set rip” ,htt p:/ / ww w.kom pas.com/ read/ xml/ 2009/ 03/ 20/ 15151130/ Si.Put .
Pada masa pendudukan Jepang, pers dimanf aat kan unt uk keperluan
propaganda. M isalnya harian Sinar M at ahari di Yogyakart a yang memuat
Pak Leloer dan legenda Roro M endoet karya B. M ar gono. Di t ahun ’ 50-an,
kart unis Abdulsalam membuat Kisah Pendudukan Jogja dan kisah Pangeran
Diponegor o di Kedaulat an Rakjat .68
Per geseran produksi ke Sumat ra t elah m embuka cakraw ala baru. Para
kart unis M edan banyak m enyumbangkan nilai est et is pada kart un, yang
kurang diperhat ikan. Sekit ar t ahun 1963, kart un perjuangan kembali
disukai. Cont ohnya kart un Pedjuang t ak Kenal M undur.Upaya unt uk
membendung pengaruh Barat juga dikart unkan, m isalnya Ganjang Rok
Ket at, Pest a Pora, dan sebagainya.69
Set elah perist iw a Okt ober 1965, pengaw asan yang ket at t erjadi. Komisi
penilai kart un dibent uk, anggot anya t erdiri dari w akil mahasisw a, anggot a
M PR, Dep. Kehakiman, Dep. Penerangan, dan Polisi. M er eka m emut uskan
agar kart un diperiksa ket ika berbent uk naskah, kemudian dikeluarkan surat
izin t erbit nya.70
Per t umbuhan kar t un t ahun 1967 mulai bebas dari pengarahan yang
ket at dan t idak ada keset iaan pada sat u jenis publik pembaca. Bila dilihat
dari isinya, t ampak bahw a kart un Indonesia berusaha unt uk membebaskan
68
Marcel Boneff, op.cit., hlm. 21.
69
Arsw endo Atm owilot o, “ Komik It u Baik (2): Koran M edan, Sert a Cint a Jakarta“ , htt p:/ / komikindonesia
.com/ / index.php?opt ion=com _cont ent & task=view& id=96& It emid=2, 04 Novem ber 2009, 8:58:42 AM 70
diri dari pengaruh Barat , dan secara lambat laun orang sampai pada suat u
pilihan, membina kebudayaan bangsa.71
c. Kartun Opini dan M edia M assa
M edia massa berfungsi memberikan informasi dan pendidkan. Aspek ini
menyusup dalam bent uk kart un edit orial. Dengan kemunculannya yang t erat ur
dan banyak m enyinggung kehidupan masyarakat , maka kart un akan m empunyai
fungsi yang m empengar uhi. Gaya penyampaian yang ringan, dan humorist is
berbeda dengan t ajuk r encana yang serius. It ulah sebabnya kart un opini
berfungsi pula sebagai media yang menghibur.72
Kart un akan m enghibur pembaca set elah lelah membaca berit a-berit a
yang sifat nya serius dan menyerap banyak pikiran. Dengan m edia kart un, pikiran
pem baca akan segar kembali.73 Selain it u kart un merupakan sarana yang ef ekt if
di saat saluran krit ik lain t idak dapat menjalankan fungsinya.
Sebagai kart un opini, kart un yang dimuat t ent u m encerminkan kebijakan
dan policy media yang m emuat nya, sekaligus mencer minkan pula budaya
komunikasi masyarakat pada masanya. Jadi,isu yang dijadikan kart un t ergant un g
sikap surat kabar bersangkut an t erhadap isu t ersebut .74 Set idaknya ada empat
hal t eknis yang harus diingat dalam penyampaian kar t un opini. Pert ama, harus
informat if dan komunikat if. Kedua, harus sit uasional dengan pengungkapan
71
Ibid., hlm. 43. 72
Ashadi Siregar dan I Made Suarjana, Bagaimana Mempertimbangkan Artikel dan Opini Untuk Media
Massa, Kanisius, Yogyakarta, 1996, hlm. 24. 73
Ibid., hlm. 25. 74
yang hangat . Ket iga, cukup m emuat kandungan humor. Keem pat , harus
mempunyai gambar yang baik.75
4. Kartun Panji Koming
Panji Koming merupakan sebuah kart un yang dit erbit kan secar a berkala di
surat kabar Kom pas edisi M inggu sejak 14 Okt ober 1979 hingga sekarang.
Kart un ini dicipt akan oleh Dw i Koendoro Brot oat modjo. Nama kart un ini berasal
dari t okoh ut ama yait u Panji Koming. Selain singkat an ” Kompas M inggu” ,
Koming diart ikan sebagai ” bingung” at au ” gila” .76
Kolom kart un Panji Koming ini m erupakan bent uk lain dari rubrik opini
(view s) redaksi surat kabar harian Kompas. Sehingga, bila kit a lihat peran Panji
Koming sebagai bagian dari edit orial Kom pas, maka aura “ t ajuk r encana” harian
Kompas yang akan t ampak. Disinilah sebenarnya sekuens perist iw a (diegesis)
fenomena sosio-polit ik dalam negeri t erefl eksi dalam cerit a Panji Koming.77 Ia
t idak secara eksplisit m enj elaskan f enom ena sosio-polit ik dalam negeri, namun
fenomena t ersebut dihadirkan dalam bent uk kiasan. Ia juga t idak sekadar
menjadi hiburan visual bagi pembacanya, karena Panji Koming juga t urut
memanggul amanat redaksional yang t idak secara eksplisit dijelaskan.
Dalam penerbit annya, Panji Koming kerap m engangkat isu-isu akt ual dan
fakt ual unt uk kemudian dit uangkan dalam bent uk kart un yang menggelit ik dan
krit is t erhadap f enom ena yang t erjadi dalam m asyarakat . Sindiran yang
disampaikan sangat halus dalam m engupas int i masalah, sehingga dapat
75
Pramono, op.cit., hlm. 49.
76
Muhammad Nashir Setiawan, op.cit., hlm. 55.
77
mengundang senyum. Walaupun secara umum pandangan t erhadap
permasalahan yang diangkat sama dengan surat kabar yang mengembannya
(surat kabar Kom pas). Namun melalui “ kont emplasi” (ist ilah Dw i Koendor o
dalam m enyebut proses kr eat if nya) yang m endalam dan mendasar, Panji
Koming dapat t ampil secar a krit is, kreat if, dan mampu menyamarkan kondisi
akt ual ke dalam bent uk m et afora. Selain it u, ia juga mam pu m engangkat
permasalahan yang abst rak dibuat menjadi t anda-t anda kasat mat a.78
Sebagai kar t un yang bemuat an opini at au krit ik, episode Panji Koming
t idak dapat langsung t ampil di Kompas. Ia harus m elalui prosedur khusus, bahw a
kart un yang akan dit erbit kan harus m elew at i m eja pimpinan redaksi. Art inya,
kart unis yang harus m empresent asi dan mendisk