• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kelompoktani dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Kelompoktani dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani"

Copied!
306
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)

PERANAN KELOMPOKTANI DALAM UPAYA MENINGKATKM

KEMAMPUAN PETANI DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN USAHATAN1

(Kasus petani lada di Kecarnatan Loa Janan, Kabupaten Kutai-Kaltim)

Oleh :

DADANG RIZAL RAlYIDHANI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN B O W R

(160)

ABSTRAK

DADANG RlZAL RAMDHANI. Peranan Kelompoktani dalam Upya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani (Kasus Petani Lada di Kecamatan

Loa

Janan

-

Kabupten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur). Dibimbing oleh SUMARDJO, PRABOWO TJITROPRANOTO, dan PANG. S. ASNGARI.

Usaha pengembangan dan peningkatan produksi lada term diupayakan, namun belum banyak menunjukkan hail yang nyata, sementara sebanyak 2.494 KK (61.1%)

rumah tanga petani di Kccamatan

Loa

Janan mcnggnntungkan hidupnya pada usaha

pertanian dmgan komoditas lada sebagai andalan. Menjelang era globalisasi yang sangat komwtif, petani dihadapkan pada tantangan persaingan yang lebih besar dan terb~lkanya peluang-peluang baru bagi usaha pertanian. Petani dituntut kemampuannya dalam menghadapi era globalisasi ini dengan memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya dengan kemampuan pengambilan keputusan melalui pilihan yang terbaik dan scsuai, agar dapat meraih peluang usaha lebih baik. Kelompoktaru sebaga~ salah satu sistern sosial yang telah ada di masyarakat pedesaan &pat berperanan penting &lam membentuk perubahan perilaku dan kemampuan anggotanya agar usaha pertaniannya maju.

Tujuan penelitian adalah menjelaskan tingkat kemampuan petani &lam penpbilan keputusan usahatani, menjelaskan faktor-faktor

yang

berhubungan dengan tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani, dan menjelaskan peranan kelompoktani. Penelitian ini merupakan penelitian suwei yang bersifat

(ekypIunuIory) penjelasan. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2002 di Kecamatan Loa

Janan

Kabupaten Kutai Kartanegara. Lokasi penelitian dipilih

secara

sengaja (purpo.~ive), yaitu tiga desa dari tujuh desa di Kecamatan Ifla Janan. Masan memilih lokasi pada tiga desa secara sengaja tersebut adalah untuk mengurangi keragaman komoditas. Populasi penelitian adalah seluruh petani anggota kelompok, dengan sampel sebanyak 90 responden yang dipilih secara acak sederhana

(nrt~[k~tti scrtnplit~~) terhndap scmua pngurus dan nnggota kelompoktnni padn ketiga desa yang terpilih. Untuk melihat hubungan antar variabel yang diamati digunakan uji

statistik korelasl rank S ~ e a m n (rs).

Hasil penelitian kenyimpt&n bahwa tingkat kemampuan sebagian besar petani

(58.9%) dalam pengambilan keputusan adopsi terhadap inovasi dalam usahatani relatif masih rendah, terubma terdapat pada sebagian bes& anggota (72.3%) dan 39.9%

pengurus kelompoktani Tingkat kemampuan petaru yang masih rendah tersebut terkait

erat dengan lemahnya peranan kelompok sebagai wahana belajar, sebagai wahana kejasarna kelompok, dan dukungan faktor eksternal yang meliputi ketersediaan informasi dan ketejangkauan petani terhadap sarana produksi. Tingkat keberanian sebagian besar petani (54.5%) &lam mengambil resiko berusahatani termasuk dalam kategori tinggi, yaitu terdapat pada sebagian besar pengurus (61.1%) dan anggota kelompok (50.0%)). Peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana ke jasama kelompok menurut penilaian sebagian besar petani termasuk dalam kategori sedang. Masih lemahnya peranan kelompok tersebut terkait paling erat dengan dukungan faktor eksternal yang masih lemah, yaitu tingkat ketersediaan informasi pertanian yang sesui dengan kebutuhan petani dan ketejangkauan smna produksi

pada sebagian besar petani yang masih rendah

(161)

individu petani yang berhubungan sangat nyata positif dengan tingkat adopsi terhadap inovasi, adalah: (I) tingkat pendapatan usahatani, (2) kekosmopolitan, (3) pendidikan non formal, (4) tingkat penmdikan formal, (5) motivasi, dan (6) luas lahan usahatani, serta berhubungan nyata negatif dengan (7) umur. Karakteritik individu petani yang berhubungan sangat nyata positif dengan tingkat keberanian petani beresiko &lam usahatani, adalah: (1) kekosmopolitan, (2) tingkat pendapatan usahatani, (3) tingkat pendidikan formal, (4) jumlah pendidikan non formal, dan (5) luas lahan usahatani, serta berhubungzn nyata negatif dengan (6) umur.

Tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani berhubungan lebin erat dengan karakteristik individu petani dibanding faktor ekstemal. Faktor ekstemal yang temyata masih lemah adalah: ketersediaan informasi, tingkat keterjangkauan terhadap sarana produksi, dan intensitas kegiatan penyuluhan. Ada kecenderungan petani relatif telah memiliki karakteristik dan kemampuan dalam merespon perubahan yang wadi di linghgannya Dengan demlkian maka &tan

kemampuan sumberdaya petani sangat menentukan dalam upaya penin* kemampuan p e t a ~ dalam pengambilan keputusan usahatani Faktor eksternal petani berhubungan lebih erat dengan keberanian petani beresiko dalam usahatani dibanding

tingkat

kemampuan peiani men@opsi inovasi, dengan demikian perrman faktor ekstemal lebih menentukan keberanian petani dalam mengambil miko dalam usahataninya

Karakteristik individu petani berh~bungan'den~an peranan kelompoktani s e b a p wahana belajar maupun s e b g u wahana kerjasama anggota kelompoktani. Karakteristik individu yang berhubungan sangat nyata positif dengan peranan kelompoktani sebagai wahana belajar adalah: ( I ) tingkat pendapatan usahatani, (2) kekosmopolitan, (3) jumlah pendidikan non formal, (4) tingkat pendidikan formal (5) motivasi, dan (6) luas lahan usahatani, sedangkan karakteristik individu yang berhubungan dengan peran kelompok sebagai wahana kejasama adalah: ( I ) kekosmopolitan, (2) pendapatan usahatam, (3) tingkat pendidikan formal, (3) jumlah pendidikan non formal, (4) luas lahan, (5) motivasi, dan berhubungan sangat nyata dan bersifat negatif dengan (6) pengalaman berusahatani. Dengan demikian maka karakteritik individu petani berhubungan lebih erat dengan peran kelompok sebagai wahana kejasama dibanding sebagai wahana kejasama kelompok. Faktor eksternal yang berhubungan sangat nyata positif dengan peranan kelompoktam

semi

wahana belajar dan sebagai wahana kejasama anggota kelompoktani adalah: (1) ketersediaan infomasi, (2) keterjangkauan saprodi, dan (3) keterkaitan terhadap adat, namun faktor ekstemal berhubungan lebih erat dengan peran kelompok sebagai wahana belajar dibanding sebagai wahana kejasama kelompok.

Peranan kelompoktani sebagai wahana belajar kelompok maupun sebagai wahana

kerjasama kelompok bemubungan dengan tingkat kemampuan petani dalam pengambilan k e p m usahatani. Tingkat kemampuan petani dalam pengmbilan keputusan usahatani berhubungan lebih eiar dengan p e m m kelompoktani sebagai wahana belajar kelompok dibanding dengan peranan kelompoktani sebagai wahana

ke rjasama anggota kelompok.

(162)

SURAT PERNYATAAN

Bahwa sesungguhnya sebuah karya ilmiah yang disusun atas dasar pemikim dan rancangan ilmiah adalah hak pribadi, maka dengan ini saya :

Nama : Dadang Rizal Ramdhani

NIM : P.05500006

Progam Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Program Pascaajana lnstitut Pertanian Bogor,

dengan ini menyatakan bahwa tesis saya yang bejudul "Peranan Kelompoktani dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani" adalah benar mempakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua informasi dan data lengkapnya telah terangkum di dalam tesis ini.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunalar! sebagaimana mestinya.

Bogor, September 2002 Pembuat pemyataan,

(163)

PERANAN KELOMPOKTANI

DAtAM UPAYA

ME,YINGKATKAN

KEMAMPUAN PETANI

DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

USAHATAIU

(Kasus petani lada di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai-Kaltim)

Oleh :

DADANG RIZAL RAMDHANl

Thesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Penyuluhan Pembangunan

PROGRAM

PASCASARJANA

(164)

Thesis : Peranan Kelompoktani dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani

Nama : Dadang Rizal Ramdhani

NRP

: PO5500006

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr.

&

Ir. S d'o M.S.

-

Dr. H. Prabowo T'itro ranoto. M.Sc. Anggota

Mengetahui:

2. Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Tanggal Lulus : 1 Oktober 2002

Prof o r . H. Pang S. Asngari Ansgota

(165)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Samarinda pada tangal 24 Februari 1962, sebagai anak

pertama dari lima bersaudara dan ayah Djasmani (almarhum) dan ibu Hj. Maninah. Penulis telah menikah dengan A. Sri Utami dan telah dikaruniai dua orang anak-

putri, yaitu: Desly Rivo Renthami dan Devy Dwi Orsella.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi pada Fakultas

Pertanian Universitas Mulawaman di Samarinda, lulus pada tahun 1987.

..

Kesempatan untuk menempuh pendidikan pascasarjana di Program Studi Ilmu

Penyuluhan Pembangunan pada P r o ~ ~ a m Pascasajana lnstutut Pertan~an Bogor

(IPB) diperoleh pada tahun 2000 dengan biaya pendidikan dari Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Penulis bekeja pada Balai Informasi Pertanian (BIP) Kalimantan Timur

sejak 1989. Pada tahun 1994 penulis diangkat dalam jabatan fungsional sebagai

Penyuluh Pertanian hingga saat ini, yang ditugaskan pada BIP Kaltim yang

kemudian pada tahun 1994 diubah menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(166)

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT

atas karunia-Nya,

sehiqgga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul " Peranan Kelompobani

dalam

Upccya

Meningkafkan Kemampuan Pefani dalam Pengambilan Kepururan

Usahatani " sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, P m p m Pascasajana Institut

Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

(1)

Dr. Ir. Sumardjo, M.S, selaku ketua komisi dan pembimbing utama, (2) Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc., dan (3) Prof. Dr.

H. Pang S. Asngari,

keduanya selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan

arahan dan bimbingan mulai dari proses pencanaan penelitian hngga selesainya penulisan tesis

ini.

Penulis juga menyam- terima kasih untuk mahasiswa pascasarjana

Program

Studi Penyuluhan Pembangunan Angkatan Tahun 2000, atas saran dan kerjasama yang selama ini telah terjalin akrab dan penuh kekeluargaan. Ucapan terima kasih disampaikan pula untuk Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian yang telah mernberikan kesempatan kepada penulis untuk mene-mpuh

pendidikan program strata 2 di Institut Pertanian Bogor.

Akhhya, ungkapan

rasa

syukur dan terima kasih untuk Ayah

dan

Ibu tercinta Djasmani (Alrnarhum) dan Hj. Marsinah yang selalu mendorong dan
(167)

gadis buah hati penulis: Desly Rivo Renthami dan Devi Dwi Orsella, yang selalu mengiringi penulis dengan do'anya, sabar, dan penuh kerelaan merestui penulis untuk terpisah dari keluarga selama penulis menempuh pendidikan.

Walaupun bukan yang sempurna, semoga tesis ini dapat bennanfaat bagi yang membutuhkannya. Semoga Allah

SWT

memberikan Rahmat dan Hidayah kepada kita semua.

Bogor, September 2002

(168)

DAFTAR IS1

Halaman

D a h Tabel

...

xi

...

Daftar Gambar

...

XIII

...

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang

...

1 Masalahan Penelitian

...

4

.

.

Tujuan Penel~t~ an

...

5

. .

Kegunaan Penellban

...

5

TINJAUAN PUSTAKA

...

6 Pengambilan Keputusan dalam Usahatani

...

6 Peranan Kelompoktani

...

12 Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi

...

15 Faktor-faktor yang Terkait dengan Kemampuan Petani

...

18

KERANGKA BERPIIIUR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...

.

.

Kerangka Berpllur

...

Hipotesis Penelitian

...

METODE PENELFTlAN ... . .

Rancangan

Penel~tran

...

Lokasi

dan

Waktu Peneli tian ...

Populasi

dan

Sampel Pelielitian

...

... Teknik Pengumputan Da ta....

D e f i ~ s i Operasional ...

Validitas

dan

Reabilitas Insbumen ... . .
(169)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Daerah Penelitian

...

Karakteristik Individu Pe tani ...

...

Faktor Eksternal Petani

... Peranan Kelompoktani

...

Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar Kelompok

...

Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Ke jasama Kelompok

Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi

...

Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan

Keputusan Usahatani

...

Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

Usahatani dengan Karakteristik Individu Petani Karakteristik Faktor

Eksternal ...

Hubungan Peranan Kelompoktani dengan Karakteristik Individu Petani

Karakteristik Faktor Eksternal

...

Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar

Kelompok dengan Karakteristik Individu Petani

...

Hubungan Peranan Kelompoktani sebagu Wahana Kejasama

Kelompok dengan Karalcteristik Individu Petani

...

Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar

Kelompok dengan Karalderistik Faktor Ekstemal

...

Hubungan Peranan Kelornpoktani sebagai Wahana Ke jasama

Kelompok dengan Karakteristik Faktor Eksternal

...

Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

Usahatani

dengan Peranan Kelompoktani

...

Hubungan Persepsi Petani terkulap Sifat Inovasi dengan Peranan

Kelompoktani

...

Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

...

(170)

KESIMPULAN DAN SARAN 126

Kesimpulan ... 126 Saran

...

129
(171)

DAFTAR TABEL

Halaman

Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian di Kecamatan

Loa

Janan 44

Keadaan Desa di Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai

Kartanegara

...

48 Penggunaan Tanah Peruntukan Usaha Pertanian di Kecamatan

Loa

Janan .. . .

.. . .

. . .

..

. . .

.

. . .

... ...

. ..

.

. . .

..

. ... .

.

. ... ... ...

. . . ... ... .

5 1 Keadaan Kelompoktani di Kecamatan

Loa

Janan

. .

.

... . . . ... . . .

... ....

..

54 Karakteritik lndividu Petani . . .

. . .

. . . .

. .

. . .. . .

. . .

. . . . .. . . .

.

56 Karakteritik Faktor Ekstemal Petani ... ... ...

...

... ... ...

...

...

...

...

... ...

64 Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar Kelompoktani

. . .

71

Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Kerjasama

Kelompoktani

...

76 Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi

...

... ... ...

... ... ... ... ...

... ... ...

. 80 Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

Usahatani

...

84 Hubungan Tingkat Kemampuan Petani &lam Pengambilan

Keputusan Usahatani dengan Karakteritik Individu Petani dan

Karakteritik Ekstemal Petani..

. . .

.

.

. .. . .

. . . .. . . .. .. . ... .

.. . . . .. . . .

. . ..

93 Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar

Kelompok dengan K d r i t i k Individu Petani

.. . . ... . ..

. .

.

...

...

...

1M) Hub~lngan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Kerjasama

Kelompok dengan Karakteritik Individu Petani

... . .

. ... . .

.

..

. .

..

... . . . ..

103 Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar

Kelompok dengan Faktor Eksternal Petani

. .. . .

...

..

.

... . 106

Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Ke rjasama

(172)

16. Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan

Keputusan Usahatani dengan Peranan kelompoktani

...

115 17. Hubungan Persepsi Pertani terhadap Sifat Inovasi dengan Peranan

Kelompoktani ... 120 18. Hubungan Tingkat Kemarnpuan Petani dalam Pengarnbilan Keputusan

(173)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Keterkaitan Hubungan antara Kemampunan Petani &lam Pengambilan

Keputusan Usahatani dengan Variabel Karakteristik lndividu, Karakteristik

Faktor Eksternal, Pefanan Kelompoktani, dan Persepsi Petani terhadap

Sifat Inovasi

...

30

2. Hubungan Faktor-Faktor Karakteristik Internal Petani yang Berhubungan

dengan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

Usahatani ... 89

3. Hubungan Faktor Eksternal yang Berhubungan dengan Tlngkat Kemampuan

Petani d a l m Pengambilan Keputusan Usahatani

...

90

4. Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

Usahatani d e n p i Peranan Kelompok sebagru Wahana Belajar clan Wahana

Kegasama

...

113

5. Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

Usahatani dengan Persepsi Pztani Terhadap Sifat Inovasi

...

123

...

(174)

PENDAHULUAN

Lada merupakan komoditas andalan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Seluas 6.732,5 Ha (62.4%) pertanaman lada di Kalimantan Timur terdapat

d~

Kabupaten Kutai Kartanegara dengan produksi sebesar 4.804 ton (81.8% hasil lada di Kaltim). Kecamatan

Loa Janan merupakan salah satu sentra perkebunan lada

di

Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas pettanaman pada tahun 2001 seluas 3.975 Ha dengan produksi 3.590 ton

(Disbun Kabupaten Kutai Kartanegmq 2001): Usaha pengembangin dan peningkatan produksi lada telah diupayakan, namun belum banyak menunjukkan hasil yang nyata

terutama setelah pasca kemarau panjang sementara sebanyak 2.494 KK atau 61.1 % dari rumah tangga

di

Kecamatm Loa Janan tersebut mengantungkan hidupnya pada usaha

pertanian dengan komoditas lada sebagiu andalan.

Memasuki era globalilasi yang sangat kompetitif dan perkembangan dalam

Otonomi Daerah yang sangat dinamis telah menghadapkan sektor pertanian pada

berbagai tantangan maupun peluang yang perlu diantisipasi secara cermat &lam

pembangunan pertanian ke depan Masuknya berbagai komuditas pertanian dari luar

negeri, tuntutan konsumen terhadap mutu hasil pertanian, dan persaingan harga,

memerlukan kemampuan untuk mengantisipasinya. Konsekuensi lain dalam era

globalisasi adalah ditiadakannya subsidi berbagai sarana produksi dan meningkatnya

harga berbagai kebutuhan hidup. Kondisi ini menuntut petani untuk memiliki

(175)

ini, hanya petani yang profesional yang akan mampu menghadapi tantangan dan

meraih peluang-pelung yang ada, untuk tetap bertahan dan berusaha lebih maju.

Fenomena di atas merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi

pengembangan sektor perlanian agar tetap survive. Sebagai tantangan, petani

dituntut kemauan dan kemarnpuannya dalam m e n w p i era globalisasi ini. Petani

dituntut kemampuannya dalam memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya agar

dapat meraih peluang dan keuntungan pada kondisi tersebut. Popkin (1978)

mengemukakan bahwa petani itu rasional dan selalu ingin memperbaiki nasibnya

dengan memanfaatkan peluang yang mungkin &pat dilakukannya.

Dalam mengantisipas~ kondisi tersebut sangat dibutuhkan kemampuan petani.

Kemampuan petani &lam berusahatani berarti mengelola usahatani yang hams seialu

menyesuaikan din dengan tantangan dan kemajuan yang dnarnik, serta kemampuan

untuk memanfaatkan peluang yang ada. Untuk mampu dengan dinamis menyesuaikan

secara tepat dengan kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut, maka petani

dituntut kemampuannya dalam hal: pengetahuan, berinovasi, dan keterampilan

memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki sehingga &pat melakukan pilihan

terbaik baginya,

Kemampuan petani yang dinamis, ditunjukkan oleh kemampuan melakukan

perubahan-perubahan secara sadar melalui pengambilan keputusan-keputusan yang

tepat densan wawasan kedepan sehingga mampu tumbuh dan maju berkembang

mengikuti pembahan lingkungannya. Kemampuan melakukan perubahan secara

(176)

pengetahuan, informasi, pengalaman dan kemampuan yang dikuasai dalam

menghadapi perubahan. Kemampuan pengambilan keputusan yang sistemaits dan

rasional itulah yang perlu ditumbuhkan sehigga menjadi ciri budaya masyarakat

petani agar menjadi masya&kat yang maju, efisien dan tangguh.

Salah satu upaya menumbuhkan kemampuan petani tersebut selama ini

dilakukan melalui lembaga atau kelompok yang mewadahi pembangunan masyarakat.

Dalam ha1 ini kelompoktani mempunyai potensi berperan sebagai wahana belajar

dan wahana kejasama anggota kelompok. Keberadaan kelompoktani merupakan

salah satu potensi yang mempunyai peranan penting dalam membentuk perubahan

perilaku anggotanya dan menjalin kemampuan keja sama anggota kelompoknya.

Melalui kelompoktani, proses pelaksanaan kegiatan melibatkan anggota kelompok

dalam berbagai rangkaian kegiatan belajar, mengajar, bertukar pengalaman,

melakukan berbagai kegiatan bersama, akan mampu mengubah atau membentuk

wawasan, pengertian, pemikiran minat, tekad dan kemampuan perilaku berinovasi

menjadikan sistem pertanian yang maju.

Peranan kelompoktani sebagai wadah belajar mengajar dan wahana keja

sama tersebut akan dibutuhkan anggota kelompok, bila memberikan manfaat yang

dapat dirasakan anggota kelompok tersebut. Faktor keterlibatan dan aktifitas anggota

kelompok menentukan efektivitas pencapaian keberhasilan tujuan kelompok. Sering

terlihat keberadaan kelompok masyarakat yang terbentuk dan tumbuh atas inisiatif

(177)

tersebut. Faktor luar dapat bersifat sebagai perangsang atau pendorong bagi tumbuh

dan berkembangnya kelompok.

Sejauh mana tingkat kemampunan petani tersebut siap &lam menghadapi era

globalisasi ? Bagaimanakah peranan kelompoktani dalam mewujudkan perubahan

perilaku anggotanya kearah kemampuan berusahatani yang lebih baik ?

Kemampuan petani merupakan hail pentbahan perilaku yang dapat ditunjukkan

oleh kemampuan mengambil keputusan yang terbaik atas berbagai altematif usaha,

agar menjadi efisien, menguntungkan, sesuai kondisi lingkungan, dan meningkatkan

usaha serta kehidupannya. Perubahan perilaku petani dapat dicapai melalui peranan

kelompok yang berfungsi sebagai wahana belajar mengajar dan wahana kejasama

anggota kelompok. Peranan kelompok tani ditentukan oleh individu dalam kelompok

clan faktor luar yang dapat berfungsi sebagai pendorong clan perangsang bagi

aktivitas kelompok dalam mencapai tujuannya.

Masalah Penelitian

Berdasarkan ha1 di atas, maka pennasalahan yang diajukan dalam penelitian

ini adalah: Sejauh manakah kemampuan petani dalam pengambilan keputusan &lam

usahatani ? Sebagai batasan penelitian, rumusan pennasalahan adalah:

(1) Sejauhmanakah tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan

usahatani ?

(2) Bagaimanakah peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana

(178)

(3) Faktor-faktor apa saja yang berperan

dan

menentukan tingkat kemampuan petani

dalam pengambilan keputusan usahatani ?

Tujuan Penelitian

( 1) Menjelaskan tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan dalam usahatani

(2) Menjelaskan peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana

kerjasama kelompok.

(3) Menjelaskan keeratan hubungan antara karakteristik individu petani, faktor ekstemal, peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana kerjasama

kelompok,

dan

persepsi petani terhadap sifat inovasi dengan tingkat kemampuan

p e m i &lam pengambilan keputusan usahatani

Kegunaan Penelitian

(1) Dengan mengetahui faktor-faktor yang berperan terhadap kemampuan petani

dalam pengambilan keputusan usahatani, maka &pat dijadikan sumbangan bagi

pengambil kebijakan bahwa usaha penumbuhan kemampuan petani dapat

diarahkan melalui upaya perbaikan dan peningkatan faktor-faktor yang berperan

tersebut.

(179)

TINJAUAN

PUSTAKA

Pengambilan Keputusan dalam Usahatani

Kemampuan manusia merupakan keseluruhan dari suatu proses atau

pelaksanaan dan merupakan hasil suatu perubahan perilaku yang relatif permanen.

Kemampuan tersebut dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan atau keduaduanya

(Klausmeier dan Goodwin, 1966).

Asngari (2001) mengatakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang dapat

dilakukan dengan mengubah salah-satu atau ketiga unsur yang membentuknya, yaitu:

( 1 ) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. Perubahan masing-masing unsur itu

akan saling pengaruh mempengarutu. Fawasan kognitif dapat diubah

dan

dikembang-

C

kan dengan menambah pengetahuan dan derajat intelektual seseorang. Penekanan pada kawasan kognitif ini adalah mengembangkan kemampuan penalaran sumber

daya manusia. Pada kawasan psikomotorik tekanannya adalah pada tingkat

keterampilan. Derajat keterampilan seseorang itu ditentukan oleh kombinasi ketiga

kawasan tersebut. Makin lengkap kombinasinya maka semakin sempurna kualitas

keterampilan seseorang. Perubahan perilaku sebagai wujud kemampuan seseorang

adalah karena pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh dan dialami oleh orang

yang belajar tersebut

Salah satu usaha perubahan perilaku manusia adalah melalui pendidikan,

sepeni dikemukakan Dahama dan Bhatnagar (1980) bahwa bentuk pendidikan formal

(180)

kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor. van den Ban dan

Hawkins (1999) mengemukakan bahwa seseorang yang belajar dapat memperoleh

atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui

pengalaman dan praktek.

Perkembangan peradaban menuntut manusia untuk selalu menyesuaikan diri

dengan tantangan pembahan yang dinamis. Lippitt el al. (1958) mengemukakan

bahwa ada dua ha1 yang mendorong keinginan manusia untuk melakukan pembahan,

yaitu : (1) adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah

yang dirasakan; dan (2) adanya inovasi-inovasi yang memberikan peluang bagi setiap

manusia untuk memenuhi kebutuhan atau meningkatkan kesejahteraannya. Alasan

itulah manusia termotivasi untuk menggunakan kemampuannya dalam melakukan

upaya-upaya tertentu &lam mengantisipasi pembahan-pembahan di sekelilingnya.

Mosher (Soebiyanto, 1998) mengemukakan, bahwa peningkatan produktivitas usaha-

tani pada petani maju terlihat dari kecepatan petani menerima dan menggunakan ide baru, dalam mengusahakan komoditas yang berorientasi pada pasar.

Kemampuan petani adalah suatu kondisi yang dapat ditumbuhkan melalui

proses pemberdayaan Ndraha (1987) memberikan ciriciri pemberdayaan kemampuan

masyarakat, yakn~: (1) meningkatkan kemampuan, (2) mendorong tumbuhnya

kebersamaan, (3) kebebasan memilih dan memutuskan, (4) membangkitkan kemandirian, dan (5) mengurangi ketergantungan serta menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Bryant dan White (Soebiyanto, 1998) mengemukakan bahwa

(181)

alternatif dan mengambil keputusan sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan,

dan keinginan mereka, serta memberi kesempatan untuk belajar dari keberhasilan dan kegagalan dalam memberi respon terhadap perubahan sehingga mampu mengendali-

kan masa depan.

Proses pengambilan keputusan individual menurut van den Ban dan Hawkins (1999) dibedakan atas: (I) model normatif merupakan proses pengambilan keputusan yang melalui tahapan: kesadaran adanya masalah, pemantapan tujuan, medagnosis

penyebab masalah, mengulas altematif pemecahan masalah, evaluasi perkiraan hasil,

memilih kemunglunan pemecahan yang tehaik, menerapkan pemecahan masalah, dan

melakukan evaluasi; (2) model empiris, mempunyai b e h a p altematif pertimbangan

yang rumit dan konsekuensinya dalam pengambilan keputuasaq penyederhanaan dapat

dilakxkan dengan sedilat penyimpangan pettimbangan altematif; dan (3) model Bos,

yang memberikan perhatian pada empat

ha),

yaitu: tujuan, sarana, fakta, dan penafsiran terhadapnya untuk memperoleh pengambilan keputusan. Roger dan Shoemaker (1981) membedakan tipe pengambilan keputusan inovasi yang terdiri atas: (1) keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada individu yang berada

&lam posisi atas; dan (2) keputusan individual, yang dikelompokkan atas dua

macam; yaitu: keputusan opsional sebagai keputusan yang dibuat oleh individu

terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat anggota sistemnya, dan keputusan

kolektif sebagai keputusan yang dibuat oleh individu yang ada dalam sisrtem sosial.

Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dianggap sebagai

(182)

den Ban, 1999). Lionberger dan Gwin (1983) mengartikan lebih luas lagi, bahwa

inovasi sebagai sesuatu yang dinilai barn atau dapat mendorong tejadinya

pembaharuan dalam masyarakat atau komunitas tertentu. Pemilikan kemampuan

pengetahuan akan adanya inovasi menumbuhkan motivasi seseorang untuk

mengadopsi. Kebutuhan akan inovasi tertentu, bergantung pada kebutuhan nyata

yang dapat dirasakan. Perbedaan segi pengetahuan, inovasi, intelegensia, dan daya

komunikasinya menyebabkan variasi dalam tingkat kemampuan potensial masyarakat

petani (Adjid, 1994). Berdasarkan perbedaan pengadopsi inovasi tersebut maka

Roger ( 1983) mengklasifikasikan pengadopsi menjadi lima katagori, yaitu: innovator

(inovator), eurly adopter (pengadopsi awal), early majority (mayoritas awal), l u ~ e

mujority (mayoritas akhir), dan Iugurd (kelompok lamban).

Keputusan adoljsi inovasi adalah proses mental, sejak seseorang menerima

inovasi sampai pengambilan keputusan menerima atau menolaknya(Hanafi,1986).

Serangkaian tahapan keputusan suatu inovasi yang tejadi dalam proses adopsi

menurut Roger (1983) adalah melalui tahapan sebagai berikut: (1) Pengenalan, yaitu

suatu tahap yang bermula ketika individu atau masyarakat mengetahui adanya suatu

inovasi dan memperoleh beberapa pengertian mengenai bagaimana inovasi tersebut;

(2) Pengimbauan (persuasi), yaitu suatu proses perobahan dan pembentukan sikap

individu atau masyarakat terhadap inovasi. Jadi dalam tahap ini aktifitas mental yang

membentuk efektif (sikap); (3) lmplernentasi (adopsi atau penolakan), yaitu sebagai

tahap keputusan terhadap inovasi yang membawa pilihan mengadopsi (menerima)

(183)

menerima atau menolak inovasi selama jangka waktu tak terbatas. Pada kenyataannya

dalam implementasi suatu inovasi sering dilakukan modifikasi sesuai dengan

kepeluan petani pengadopsi (van den Ban, 1999). Pendapat senada dikemukakan

Gomles (Jahi,1993) bahwa suatu inovasi kadang-kadang mengalami perubahan dalam proses d i h i . Derajat saat inovasi tersebut direvisi &lam proses pengadopsian dan

implementasinya disebabkan penyempumaan (re-invention). Namun pada akhimya

secara hakiki hanya petani sendirilah yang benvenang menetapkan keputusan dan

pemilihan yang paling sesuai dengan kepentingan kehendaknya.

Usaha pertanian pada kenyataannya selalu dhdapkan pada masalah resiko dan

ketidakpastian. Knight (Roumassef 1979) mengklasifikasikan situasi kejadian kedalam

dua situasi ekstrim, yaitu: (1) situasi adanya resiko (risk) dan (2) situasi adanya

keiidakpastlan (wlcerfuinly). Kedua situasi tersebut prinsipnya adalah dua ha1 yang

berbeda. Pada situasi kejadian beresiko bilamana hasil akhir atau outcome dan probabilitas terjadinya dapat diduga, sebaliknya pada situasi kejadian adanya

ketidakpashan bilamana hasil aklur atau outcome dan probabilitas terjadinya tidak

dapat diduga. Dengan demikian maka salah satu faktor yang menjadi pertimbangan

petani &lam pengambilan keputusan usahatani adalah adanya resiko

dan

ketidak

pastian dalam usahataninya.

Perubahan perilaku petani sebagai wujud tingkat kemampuannya ditentukan

sekian banyak variabel. Lionberger dan Gwin (1983) telah mengungkapkan beragam

peubah yang mempengarulu perubahan penlaku masyarakat untuk m k a n

(184)

(2) peubah situasional (tanah, air, pemerintah, keluarga), peubah antara (kelembagaan

penunjang, komunikasi), (3) peubah perubahan perilaku yang tejadi (adopsi cara

baru, perubahan komoditas), dan (4) tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan

keluargalmasyarakat.

Oppenheim (1973) mengemukakan bahwa kemampuan merupakan bentuk

perilaku yang tertentu, ada dua ha1 yang mendukungnnya, yaitu: (1) ada unsur yang

mendukung untuk berperilaku tertentu tersebut pada diri seseorang (person inner

determimr); dan (2) terdapatnya iklim atau lingkungan (environmenml factor) yang

memungkinkan te jadinya perilaku tersebut.

Perwujudan kemampuan individu atau kelompok, dicirikan oleh kemampuan

dan kebebasan menentukan pilihan terbaik dengan memanfaatkan potensi dirinya

dalam memenuhi kebutuhan hidup m e ~ p a k a n suatu kemandirian. Slamet (1995)

menekankan bahwa untuk menumbuhkan dan membina kemandirian petani perlu

diarahkan agar kekuatan dan kemampuan dirinya bekeja sama untuk mencapai

segala tujuannya. Hubeis (1992) menambahkan bahwa perwujudan kemampuan

seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dicirikan oleh kemampuan

dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik .

Pengertian kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani dalam

ha1 ini merupakan wujud perilaku yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam perencanaan

dan pengelolaan usahatani. Kemampuan perilaku kearah terampil dan rasional &lam

merencanakan dan mengambil keputusan atas berbagai alternatif usaha agar menjadi

(185)

Pengertian kelompok adalah kumpulan manusia, dua orang atau lebih yang

menunjukkan saling ketergantungan, dengan pola interaksi yang nyata (Wiraatmadja,

1980). Camnight dan Zander (1968) mengemukakan bahwa interaksi adalah salah

satu bentuk aktual dari saling ketergantungan dan merupakan unsur utama terwujud-

nya suatu kelompok.

Gibson el al. (1997) menjelaskan bahwa dalam suatu kelompok terdapat anggota

kelompok tersebut, yang : (1) mempunyai motivasi untuk bergabung dalam kelompok, (2) mengenal kelompok sebagai unit yang terpadu dari orang-orang yang saling

berinteraksi, (3) memberi sumbangan dalam jumlah yang berbeda-beda kepada proses

kelompok, dan (4) mencapai kesepakatan dan mempunyai perbedaan pendapat lewat

berbagai macarn bentuk interaksi.

Abbas (1995) mengemukakan bahwa peranan kelompok tani adalah: (1) sebagai wahana belajar bagi petani nelayan dan anggotanya agar tejadi interaksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterarnpilan dalam berusahatani yang

lebih baik serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapai kehidupan yang lebih

sejahtera; (2) sebagai unit produksi, kelompok tani merupakan kesatuan unit usaha-

tani-nelayan untuk mewujudkan ke jasama dalam mencapai skala ekonomi yang lebih

menguntungkan; dan (3) sebagai wahana kejasama antar anggota dan antar kelornpoktani dengan pihak lain untuk memperkuat kejasama dalam menghadapi

(186)

Asngari (2001) mengemukakan bahwa belajar dan mengajar adalah dua proses

yang tidak dapat terpisahkan. Kedua kegiatan itu mempakan proses aktif yang

dilakukan oleh orang yang berbeda, yakni agen pembahdpenyuluh dan sumber

daya manusia klien (petani). Keduanya mempakan kegiatan yang saling mem-

pengaruhi; menghasilkan suatu produk bempa pembahan perilaku sumberdaya

manusia klien (petani).

Belajar adalah memperoleh atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan

suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktek (van den Ban, 1999). Hasil belajar

dan praktek adalah bempa perubahan perilaku yang relatif permanen (Klausmeier dan

Goodwin, 1966). Menurut Asngari (2001), mengajar adalah kegiatan mengarahkan

dan membimbing proses belajar seseorang agar proses belajar tersebut dapat te jadi

secara efektif dan efisien.

Padmowihardjo (1994) menyatakan bahwa proses belajar tejadi sebagai usaha

aktif seseorang yang dilakukan secara sadar atau tidak untuk mengubah perilakunya

atau kemampuannya baik pengetahuan, keterampilan, maupun perasaan. Menurut

Asngari (1996) ada tiga ha1 penting &lam proses belajar yaitu: (1) adanya keaktifan

dari individu yang belajar untuk mengembangkan din dan potensinya; (2) te jadinya

interaksi atau proses mental; dan (3) tejadi pembahan perilaku.

Kelompoktani sebagai wahana belajar-mengajar, merupakan wadah bagi setiap

anggota untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

dalam berusahatani yang lebih baik dan menguntungkan untuk mencapai kehidupan

(187)

Kelompoktani sebagai suatu kelompok diharapkan dapat mengembangkan

kemampuan individu anggotanya sehingga memiliki kemampuan (Adjid, 1995).

Syanvani (1992) menambahkan bahwa di dalam kelompok seseorang akan menemu-

kan identifikasi pribadinya, karena bersama-sama dengan orang lain merasakan

adanya saling kasih sayang, kesetiaan, .tanggung jawab bersarna, sentimen, tradisi dan

persahabatan yang diperoleh melalui komunikasi dan kegiatan bersama.

Efektivitas dan hasil belajar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan belajar.

Kelompok tani merupakan kondisi lingkungan belajar bagi anggota kelompok dapat

didekati dengan konsep dikemukakan Klausmeier dan Goodwin (1966), bahwa kondisi

lingkungan belajar dipengaruhi oleh tujuh faktor utama, yaitu: (1) C~huruc/erist~cs

of'

the learner (petani), (2) Churucteris~ics of the teuchers (penyuluh), (3) l'eacher-

learner behaviors und classroom interaction (perilaku petanilpenyuluh, proses

belajar, metoda mengajar, interaksi), (4) Group cl~uructeris/ics (kelompok-tani), (5)

Subject mutter (informasi dan inovasi), (6) Physical churacterifics (fasilitas), dan ( 7 )

Outsideforces (faktor luarllingkungan).

Salah satu perlunya kerjasama dalam kelompok adalah untuk membina

kelompok, seperti dlkemukakan Beal et al. (1962) bahwa pembinaan kelompok sebagai

upaya untuk tetap memelihara dan mengembangkan kelompok, yakni berusaha

memelihara tata kerja kelompok, mengatur

dan

memperkuat kehidupan kelompok.

Adjid (1994) mengemukakan bahwa kerjasama merupakan suatu keadaan adanya

beberapa subyek atau pelaku melakukan satu atau beberapa unit pekerjaan,

(188)

sifat saling ketergantungan yang terdapat diantara pekerjaan atau bagian pekejaan

tersebut.

Asngari (2001) mengemukakan bahwa pada dasamya orang mau berperanserta

dalam kegiatan, bilamana: (1) akan memperoleh manfaat atau kepuasan; motifnya

adalah adanya kepuasan yang akan diperoleh dari kegiatan tersebut baik secara

ekonomi maupun non ekonomi. Motif itu menjadi pendorong kuat baginya; dan (2)

mengetahui makna kegiatan tersebut, seperti : program, tujuan, langkah, maupun

prosesnya. Ndraha (1987) menyebutkan bahwa bentuk keikutsertaan masyarakat

&lam berpartisipasi adalah &lam bentuk: (1) part&asi melalui kontak dengan

pihak lain, (2) partisipasi memberi tanggapadperhatian dalam bentuk respon

menerima atau menolak, (3) merencanakan dalam bentuk pengambilan keputusan, (4)

pelaksanaafi, (4) partisipasi dalam mengembangkan hasil, dan (5) mengevaluasi atau

menilai. Mosher (1966) menyebutkan bahwa salah satu syarat pelancar

pembangunan pertanian adalah adanya ke jasama dalam kelompok tani.

Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi

Keputusan atas suatu inovasi mempakan proses mental, yang dimulai sejak

mengetahui adanya inovasi hingga pengambilan keputusan untuk menerima atau

menolak. Penerimanaan 2tau penolakan terhadap suatu inovasi adalah keputusan

(189)

Keputusan terhadap suatu inovasi telah dikemukakan oleh ahli-ahli sosiologi

pedesaan pada sekitar tahun 1955, yaitu melalui suatu proses atau tahapan, seperti

disebutkan van den Ban dan Hawkins (1999); Wiraatmadja (1980) terdiri atas lima

tahapan, yaitu: (I) tahap kesadaran, seseorang mengetahui adanya sesuatu ide baru

(inovasi) tetapi memerlukan informasi mengenai inovasi tersebut; (2) tahap minat,

seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih

banyak; (3) tahap penilaian, seseorang mulai menilai terhadap ide baru tersebut dan

dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini maupun masa mendatang serta

menjadi pertimbangan untuk dicoba atau tidak; (4) tahap mencbba, seseorang mulai

menerapkan-nya dalam skala kecil untuk menentukan kegunaan apakah sesuai bagi

dirinya; dan (5) tahap adopsi, seseorang telah yakin terhadap ide baru tersebut dan

mulai menerapkan dalam skala luas. Proses pengambilan keputusan suatu inovasi

menurut Roger (1983), terdiri atas empat tahap, yaitu: (I) pengenalan, (2) persuasi,

(3) implementasi, dan (4) konfirmasi. Setelah tahap mengenal adanya ide bam, maka

tahap selanjumya adalah persuasi, yaitu tahap pembentukan persepsi dan pemahaman

terhadap ide baru tersebut sebelum mengambil keputusan untuk mengimplementasi-

kannya.

Persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan

dan

mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis (van den Ban, 1999). Thoha (1999)

menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognit~f yang dialami

oleh setiap orang &lam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat

(190)

memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan

suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang

benar tentang situasi. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) prinsip umum

persepsi adal~h: (1) Relativitas, yaitu persepsi bersifat relatif karena suatu objek tidak

dapat diperkira-kan dengan tepat, tetapi setidaknya dapat mengatakan yang satu

melebihi yang lainnya. Persepsi orang terhadap bagian-bagian dari suatu pesan

sangat ditentukan oleh bagian yang mendahului pesan itu; (2) Selektivitas: persepsi

sangat selektif karena panca indra menerima stimuli

dan sekelilingnya dengan

melihat obyek, mendengar suara, mencium bau dan sebagainya, sedangkan kapasitas

memproses informasi terbatas, tidak semua stimuli dapat ditangkap, tergantung pada

faktor fisik dan psikologis seseorang. Pengalaman masa lampau juga mempengaruhi

pilihan terinadap persepsi; (3) Organisasi: persepsi terorganisir dimana kita cenderung

menyusun pengalaman kita dalam bentuk yang memberi arti, dengan mengubah yang

berserakan dan menyajikannya &lam bentuk yang bermakna.; (4) Arah: melalui pengamatan seseorang dapat memilih dan mengatur serta menafsirkan pesan; dan (5)

Perbedaan kognitif persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain &lam situasi

yang sama karena adanya perbedaan kognitif yang tergantung pada faktor-faktor

kepribadian, seperti toleransi terhadap ambiguitas (kemenduaan), tingkat keterbukaan

atau ketertutupan fikiran, sikap otoriter, dan sebagainya.

Pengambilan keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi usaha-

tani dipengaruhi berbagai faktor tertentu. Menurut van den Ban dan Hawkins

(191)

inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian,

serta peranan keluarga petani; dan (2) perlu diketahui apakah situasi yang diinginkan

telah tercapai. Untuk sampai kepada tahap keputusan, maka individu tentunya

mempunyai pemahaman tertentu terhadap inovasi tersebut. Menurut Roger (1983)

bahwa persepsi individu terhadap karakteristik suatu inovasi menentukan tingkat

adopsi inovasi, dimana karakteristik inovasi tersebut terdiri dari: (1) relative advantages

(memiliki keuntungan relatif yang lebih tinggi ), (2) compatibilify (kesesuaian

inovasi dengan tata nilai, pengalaman, maupun kebutuhan yang ada), (3) complexily- (tingkat kerumitan dalam mempelajari dan menggunakan inovasi), (4) trialabili~y

(inovasi &pat dicoba dalam skala kecil), dan (5) observabiliry (kemudahan hail

inovasi yang dapat lihat).

Faktor-faktor yang Terkait dengan Tingkat Kemampuan Petani

Adjid (1994) mengemukakan bahwa respon masyarakat terhadap stimuli untuk

tejadi proses perubahan yang berasal dari sistem luar, umwnnya tejadi proses

peruba!+an di sistem dalam, untuk menyesuaikan diri atau atau mengendalikan sistem

luar. Dengan perubahan sistem &lam itulah kedudukan dan peran kelompok sangat

penting artinya, dimana perubahan sistem &lam yang berarti mengubah aspek

kemampuan ilmu dan teknologi, aspek tata hubungan antar anggota, dan aspek tata

(192)

Lionberger (Mardikanto, 1993) mengemukakan beberapa faktor yang

m e m p e n w h i kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi, meliputi:

(1) Luas usaha tani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena

memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik.

(2) Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat

pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi.

Soekartawi (1988) menarnbahkan bahwa pendapatan usahatani yang tinggi .-

seringkali ada hubungamya dengan tingkat difusi inovasi pertanian.

(3) Keberanian mengambil resiko, sebab pada tahap awal biasanya tidak selalu

berhasil seperti yang diharapkan, karena itu individu yang memiliki keberanian

menghadapi resiko biasanya lebih inovatif.

(4) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi

inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa

diterapkan oleh warga masyarakat setempat.

(5) Tingkat partisipasi dalam kelompoklorganisasi di luar lingkungannya sendiri. Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar sistem

sosialnya sendiri umumnya lebih inovatif dibanding mereka yang hanya melaku-

kan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat.

(193)

orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap

sesuatu yang baru.

(7) Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan yang inovatif biasanya banyak

memanfaatkan beragam sumher informasi, seperti: lembaga pendidikad

perguntan tinggi, lembaga penelitian, Dinas-dinas terkait, media masa, tokoh-

tokoh masyarakat (petani) setempat dan dari luar, serta lembaga-lembaga

komersial (pedagang, dll). Berbeda dengan golongan yang kurang inovatif,

umumnya hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh (petani) setempat

dan relatif lebih sedikit memanfaatkan informasi dari media masa.

Inkeles dan Smith (Budiman, 2000) mengemukakan dalam teori modemisasi,

pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan yaitu

manusia-manusia yang mempunyai kemampuan mengembangkan sarana material

supaya produktif, untuk itu dibutuhkan apa yang disebut manusia modem yang dicirikan seperti: keterbukaan terhadap pengalaman clan ide barn, berorientasi kemasa sekarang

dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya dan sebagainya.

aerdasarkan hasil penelitian Inekeles dan Smith, faktor pendidikan adalah paling

efektif untuk mengubah manusia, disamping pengalaman dan informasi m d a massa.

Roger (1983) menyatakan, kekosmopolitan individv dicirikan oleh sejumlah

atribut yang membedakan mereka dari orang+rang lain di &lam komunitasnya,

yaitu: (1) individu tersebut memiliki status sosial-ekonomi yang lebih tm@, (2) ptisipasi

(194)

(4) lebih banyak menggunakan media massa, dan (5) memiliki lebih banyak

hubungan dengan orang lain maupun lembaga yang be& di luar komunitasnya.

.L

Asngari (2001) menyebutkan bahwa dalam penyuluhan, informasi yang tepat

disajikan adalah informasi yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat, yakni

informasi yang bermakna: (1) informasi tersebut secara ekonomis menguntungkan,

(2) secara teknis memungkinkan dilaksanakan, (3) secara sosial-psikologis dapat

diterima sesuai dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat, dan (4) sesuai atau

...

sejalan dengan kebijakan pemerintah.

Informasi mempakan mempakan sumber daya penting dalam pertanian.

Jumlah informasi yang dapat dan hams digunakan oleh petani untuk mengambil

keputusan semakin cepat bertambah yang meliputi informasi hasil penelitian, data

pasar, data tentang pertumbuhan dan proses pengelolaan lahan yang sempa sebagai

pembanding. Informasi ini digunakan untuk memilih teknologi yang paling

menguntungkan, menciptakan kondisi yang menguntungkan, dan melihat usaha yang

paling menguntungkan (van den Ban, 1999)

Roger (1983) menyatakan bahwa keinovatifan diantara iniiivivu maupun

pemimpin opini, sebagian bergantung pada norma dan kepercayaan sistem di lingkungan mereka. Jika komunitas lingkungannya menyukai keinovatifan, maka

individu tersebut akan lebih inovatif dari yang lainnya, demikian pula sebaliknya.

Berkaitan dengan kekuatan faktor luar maka Lippitt er 01. (1958) mengemukakan

(195)

Mosher (1971) menekankan bahwa dalam pembangunan pertaman yang

sifatnya mendasar adalah perubahan perilaku petani

agar

marnpu mengembangkan

usahataninya. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non formal untuk

mengubah perilaku petani dan keluarganya,

agar

mereka tahu, mau dan mampu

memecahkan masalahnya sendiri &lam meningkatkan usahataninya &n tingkat kehidupanya. Peranan penyuluh, menurut Dahama dan Bhatnagar (1980). adalah

sebagai pendidik, komunikator, dinamisator, dan organisator. Lippitt et al. (1958)

mengemukakan bahwa penyuluh berperan s e m motivator, yaitu menumbuhkan

kebutuhan sasaran

untuk

berubah, menganalisa masalah, menjalin hubungan baik,

menciptakan tujuan perubahan menjadi tujuan bersama bagi kelompok sasaran,

melaksanakan perubahan dalam tindakan nyata, dan menjadikan perubahan permanen

dan agar tidiik menimbulkan ketergantungan.

Adjid (1994) mengemukakan bahwa dari sudut pandang masyarakat petani,

penyuluhan pertanian adalah fasilitas dan peluang untuk mengembangkan

kemampuan beradaptasi dengan membangun sistem internal dalam menanggapi

sistem ekstemal yang berubah. Dengan demikian masyarakat sebagai suatu sistem

mempunyai kemampuan beradaptasi tentunya selalu dilengkapi dengan mekanisme

belajar yang melembaga. Proses betajar dalam masyarakat yang menyangkut secara

simultan aspek kognitif, afektif

dan

psikomotorik berlangsung melalui proses yang
(196)

kemampuannya untuk melakukan karyanya dengan lebih tepat guna sesuai dengan

norma yang menjadi acuannya.

Kelompok adalah sebagai sistem sosial dan berkembang sesuai dengan

dinamika pembahan sosial. Menumt Adjid (1994), kelompoktani sebagai sebuah

sistem sosial strategis yang menumbuhkan kekuatan petani untuk bembah. Dorongan

untuk terjadinya suatu perubahan umumnya datang dari luar sistem, seperti

pertambahan penduduk, perluasan pasar, perkembangan Iptek, penyuluhan pertanian,

organ~sasillembaga, program pembangunan, dan lam-lain.

Peranan kelompok ditunjukkan oleh efektivitas kelompok. Slamet (Syamsu

e 1 . 1991) mengemukakan bahwa efektivitas kelompok dapat dilihat dari tiga segi,

yaitu: ( 1 ) produktifitas kelompok ditunjukkan oleh hasil yang dicapai kelompok; (2) moral kelompok sebagai semangat dan sikap anggota kelompok; dan (3) tingkat

kepuasan anggota sebagai ukuran keberhasilan anggota dalam memenuhi kebutuhan

pribadi

Di dalam pembangunan pertanian perlu terpenuhinya persyaratan utama dan

penunjang. Mosher (1966) mengemukakan bahwa untuk dapat terciptanya

pembangunan pertanian perlu adanya lima syarat mutlak (essentiaf) yang harus te&a

bagi petani, yaitu: (1) pasar untuk hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang selalu

berubah, (3) tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara lokal, (4) adanya

perangsang produksi bagi para petani, dan (5) pengangkutan atau transportasi. Syarat

pelancar pembangunan yang merupakan unsur penting, namun apabila salah satu

syarat pelancar ini tidak dipenuhi maka pembangunan masih tetap dapat berjalan.

(197)

Kelima syarat pelancar tersebut adalah: (1) pendidikkan pembangunan, (2) ketersediaan kredit produksi, (3) kegatan gotong-royong oleh petani, (4) perbaikan

dan perluasan areal pertanian, dan (5) perencanaan nasional

untuk

pembangunan

pertanian. Dengan demikian lingkungan sosial, ekonomi

Gambar

Gambar 1. Keterkaitan Hubungan antara variabel Tingkat Kemampunan Petani
Tabel 1. Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian di Kecamatan Loa janan
Tabel 2 . Keadaan Desa di Kecamatan Loa Janan
Tabel 3. Penggunaan Lahan Peruntukan Usaha Pertanian di Kecamatan Loa Janan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk pekerjaan-pekerjan yang termasuk ke dalam klasifikasi beban kerja ringan sampai dengan sedang seperti pekerjaan pengolah kata

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel Brand Image yang meliputi Atribut

Jika kode verifikasi yang dimasukkan tadi benar dengan kode verifikasi yang dikirimkan oleh google, maka akan muncul halaman Membuat Profil Google+ Publik.. Jika semua langkah

[r]

Apabila masih terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli hendaknya penjual tidak menjual kepada orang lain, sebaliknya apabila seseorang akan membeli sesuatu barang maka

Pada kubus ABCD.EFGH manakah diantara vektor-vektor berikut ini yang tegak lurus dengan vektor ECA. A

Nelayan sangat mengeluh akan beroperasinya kelompok-kelompok nelayan modern karena dirasa dapat berpengaruh mengurangi produksi penangkapan, dimana ikan-ikan terhambat,

In analyzing the data, the writer refers to Sack‟s (1974) theory of turn - taking to to describe the turn-taking technique used by the speakers and then the writer refersto context