PERANAN KELOMPOKTANI DALAM UPAYA MENINGKATKM
KEMAMPUAN PETANI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN USAHATAN1
(Kasus petani lada di Kecarnatan Loa Janan, Kabupaten Kutai-Kaltim)
Oleh :
DADANG RIZAL RAlYIDHANI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN B O W R
ABSTRAK
DADANG RlZAL RAMDHANI. Peranan Kelompoktani dalam Upya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani (Kasus Petani Lada di Kecamatan
Loa
Janan-
Kabupten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur). Dibimbing oleh SUMARDJO, PRABOWO TJITROPRANOTO, dan PANG. S. ASNGARI.Usaha pengembangan dan peningkatan produksi lada term diupayakan, namun belum banyak menunjukkan hail yang nyata, sementara sebanyak 2.494 KK (61.1%)
rumah tanga petani di Kccamatan
Loa
Janan mcnggnntungkan hidupnya pada usahapertanian dmgan komoditas lada sebagai andalan. Menjelang era globalisasi yang sangat komwtif, petani dihadapkan pada tantangan persaingan yang lebih besar dan terb~lkanya peluang-peluang baru bagi usaha pertanian. Petani dituntut kemampuannya dalam menghadapi era globalisasi ini dengan memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya dengan kemampuan pengambilan keputusan melalui pilihan yang terbaik dan scsuai, agar dapat meraih peluang usaha lebih baik. Kelompoktaru sebaga~ salah satu sistern sosial yang telah ada di masyarakat pedesaan &pat berperanan penting &lam membentuk perubahan perilaku dan kemampuan anggotanya agar usaha pertaniannya maju.
Tujuan penelitian adalah menjelaskan tingkat kemampuan petani &lam penpbilan keputusan usahatani, menjelaskan faktor-faktor
yang
berhubungan dengan tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani, dan menjelaskan peranan kelompoktani. Penelitian ini merupakan penelitian suwei yang bersifat(ekypIunuIory) penjelasan. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2002 di Kecamatan Loa
Janan
Kabupaten Kutai Kartanegara. Lokasi penelitian dipilihsecara
sengaja (purpo.~ive), yaitu tiga desa dari tujuh desa di Kecamatan Ifla Janan. Masan memilih lokasi pada tiga desa secara sengaja tersebut adalah untuk mengurangi keragaman komoditas. Populasi penelitian adalah seluruh petani anggota kelompok, dengan sampel sebanyak 90 responden yang dipilih secara acak sederhana(nrt~[k~tti scrtnplit~~) terhndap scmua pngurus dan nnggota kelompoktnni padn ketiga desa yang terpilih. Untuk melihat hubungan antar variabel yang diamati digunakan uji
statistik korelasl rank S ~ e a m n (rs).
Hasil penelitian kenyimpt&n bahwa tingkat kemampuan sebagian besar petani
(58.9%) dalam pengambilan keputusan adopsi terhadap inovasi dalam usahatani relatif masih rendah, terubma terdapat pada sebagian bes& anggota (72.3%) dan 39.9%
pengurus kelompoktani Tingkat kemampuan petaru yang masih rendah tersebut terkait
erat dengan lemahnya peranan kelompok sebagai wahana belajar, sebagai wahana kejasarna kelompok, dan dukungan faktor eksternal yang meliputi ketersediaan informasi dan ketejangkauan petani terhadap sarana produksi. Tingkat keberanian sebagian besar petani (54.5%) &lam mengambil resiko berusahatani termasuk dalam kategori tinggi, yaitu terdapat pada sebagian besar pengurus (61.1%) dan anggota kelompok (50.0%)). Peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana ke jasama kelompok menurut penilaian sebagian besar petani termasuk dalam kategori sedang. Masih lemahnya peranan kelompok tersebut terkait paling erat dengan dukungan faktor eksternal yang masih lemah, yaitu tingkat ketersediaan informasi pertanian yang sesui dengan kebutuhan petani dan ketejangkauan smna produksi
pada sebagian besar petani yang masih rendah
individu petani yang berhubungan sangat nyata positif dengan tingkat adopsi terhadap inovasi, adalah: (I) tingkat pendapatan usahatani, (2) kekosmopolitan, (3) pendidikan non formal, (4) tingkat penmdikan formal, (5) motivasi, dan (6) luas lahan usahatani, serta berhubungan nyata negatif dengan (7) umur. Karakteritik individu petani yang berhubungan sangat nyata positif dengan tingkat keberanian petani beresiko &lam usahatani, adalah: (1) kekosmopolitan, (2) tingkat pendapatan usahatani, (3) tingkat pendidikan formal, (4) jumlah pendidikan non formal, dan (5) luas lahan usahatani, serta berhubungzn nyata negatif dengan (6) umur.
Tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani berhubungan lebin erat dengan karakteristik individu petani dibanding faktor ekstemal. Faktor ekstemal yang temyata masih lemah adalah: ketersediaan informasi, tingkat keterjangkauan terhadap sarana produksi, dan intensitas kegiatan penyuluhan. Ada kecenderungan petani relatif telah memiliki karakteristik dan kemampuan dalam merespon perubahan yang wadi di linghgannya Dengan demlkian maka &tan
kemampuan sumberdaya petani sangat menentukan dalam upaya penin* kemampuan p e t a ~ dalam pengambilan keputusan usahatani Faktor eksternal petani berhubungan lebih erat dengan keberanian petani beresiko dalam usahatani dibanding
tingkat
kemampuan peiani men@opsi inovasi, dengan demikian perrman faktor ekstemal lebih menentukan keberanian petani dalam mengambil miko dalam usahataninya
Karakteristik individu petani berh~bungan'den~an peranan kelompoktani s e b a p wahana belajar maupun s e b g u wahana kerjasama anggota kelompoktani. Karakteristik individu yang berhubungan sangat nyata positif dengan peranan kelompoktani sebagai wahana belajar adalah: ( I ) tingkat pendapatan usahatani, (2) kekosmopolitan, (3) jumlah pendidikan non formal, (4) tingkat pendidikan formal (5) motivasi, dan (6) luas lahan usahatani, sedangkan karakteristik individu yang berhubungan dengan peran kelompok sebagai wahana kejasama adalah: ( I ) kekosmopolitan, (2) pendapatan usahatam, (3) tingkat pendidikan formal, (3) jumlah pendidikan non formal, (4) luas lahan, (5) motivasi, dan berhubungan sangat nyata dan bersifat negatif dengan (6) pengalaman berusahatani. Dengan demikian maka karakteritik individu petani berhubungan lebih erat dengan peran kelompok sebagai wahana kejasama dibanding sebagai wahana kejasama kelompok. Faktor eksternal yang berhubungan sangat nyata positif dengan peranan kelompoktam
semi
wahana belajar dan sebagai wahana kejasama anggota kelompoktani adalah: (1) ketersediaan infomasi, (2) keterjangkauan saprodi, dan (3) keterkaitan terhadap adat, namun faktor ekstemal berhubungan lebih erat dengan peran kelompok sebagai wahana belajar dibanding sebagai wahana kejasama kelompok.Peranan kelompoktani sebagai wahana belajar kelompok maupun sebagai wahana
kerjasama kelompok bemubungan dengan tingkat kemampuan petani dalam pengambilan k e p m usahatani. Tingkat kemampuan petani dalam pengmbilan keputusan usahatani berhubungan lebih eiar dengan p e m m kelompoktani sebagai wahana belajar kelompok dibanding dengan peranan kelompoktani sebagai wahana
ke rjasama anggota kelompok.
SURAT PERNYATAAN
Bahwa sesungguhnya sebuah karya ilmiah yang disusun atas dasar pemikim dan rancangan ilmiah adalah hak pribadi, maka dengan ini saya :
Nama : Dadang Rizal Ramdhani
NIM : P.05500006
Progam Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Program Pascaajana lnstitut Pertanian Bogor,
dengan ini menyatakan bahwa tesis saya yang bejudul "Peranan Kelompoktani dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani" adalah benar mempakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua informasi dan data lengkapnya telah terangkum di dalam tesis ini.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunalar! sebagaimana mestinya.
Bogor, September 2002 Pembuat pemyataan,
PERANAN KELOMPOKTANI
DAtAM UPAYA
ME,YINGKATKAN
KEMAMPUAN PETANI
DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
USAHATAIU
(Kasus petani lada di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai-Kaltim)
Oleh :
DADANG RIZAL RAMDHANl
Thesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Penyuluhan Pembangunan
PROGRAM
PASCASARJANA
Thesis : Peranan Kelompoktani dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani
Nama : Dadang Rizal Ramdhani
NRP
: PO5500006Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr.
&
Ir. S d'o M.S.-
Dr. H. Prabowo T'itro ranoto. M.Sc. Anggota
Mengetahui:
2. Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Tanggal Lulus : 1 Oktober 2002
Prof o r . H. Pang S. Asngari Ansgota
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Samarinda pada tangal 24 Februari 1962, sebagai anak
pertama dari lima bersaudara dan ayah Djasmani (almarhum) dan ibu Hj. Maninah. Penulis telah menikah dengan A. Sri Utami dan telah dikaruniai dua orang anak-
putri, yaitu: Desly Rivo Renthami dan Devy Dwi Orsella.
Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi pada Fakultas
Pertanian Universitas Mulawaman di Samarinda, lulus pada tahun 1987.
..
Kesempatan untuk menempuh pendidikan pascasarjana di Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan pada P r o ~ ~ a m Pascasajana lnstutut Pertan~an Bogor
(IPB) diperoleh pada tahun 2000 dengan biaya pendidikan dari Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Penulis bekeja pada Balai Informasi Pertanian (BIP) Kalimantan Timur
sejak 1989. Pada tahun 1994 penulis diangkat dalam jabatan fungsional sebagai
Penyuluh Pertanian hingga saat ini, yang ditugaskan pada BIP Kaltim yang
kemudian pada tahun 1994 diubah menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT
atas karunia-Nya,sehiqgga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul " Peranan Kelompobani
dalam
Upccya
Meningkafkan Kemampuan Pefani dalam Pengambilan KepururanUsahatani " sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, P m p m Pascasajana Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
(1)
Dr. Ir. Sumardjo, M.S, selaku ketua komisi dan pembimbing utama, (2) Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc., dan (3) Prof. Dr.H. Pang S. Asngari,
keduanya selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikanarahan dan bimbingan mulai dari proses pencanaan penelitian hngga selesainya penulisan tesis
ini.
Penulis juga menyam- terima kasih untuk mahasiswa pascasarjanaProgram
Studi Penyuluhan Pembangunan Angkatan Tahun 2000, atas saran dan kerjasama yang selama ini telah terjalin akrab dan penuh kekeluargaan. Ucapan terima kasih disampaikan pula untuk Badan Penelitian dan PengembanganPertanian yang telah mernberikan kesempatan kepada penulis untuk mene-mpuh
pendidikan program strata 2 di Institut Pertanian Bogor.
Akhhya, ungkapan
rasa
syukur dan terima kasih untuk Ayahdan
Ibu tercinta Djasmani (Alrnarhum) dan Hj. Marsinah yang selalu mendorong dangadis buah hati penulis: Desly Rivo Renthami dan Devi Dwi Orsella, yang selalu mengiringi penulis dengan do'anya, sabar, dan penuh kerelaan merestui penulis untuk terpisah dari keluarga selama penulis menempuh pendidikan.
Walaupun bukan yang sempurna, semoga tesis ini dapat bennanfaat bagi yang membutuhkannya. Semoga Allah
SWT
memberikan Rahmat dan Hidayah kepada kita semua.Bogor, September 2002
DAFTAR IS1
Halaman
D a h Tabel
...
xi...
Daftar Gambar
...
XIII...
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang
...
1 Masalahan Penelitian...
4.
.Tujuan Penel~t~ an
...
5. .
Kegunaan Penellban
...
5TINJAUAN PUSTAKA
...
6 Pengambilan Keputusan dalam Usahatani...
6 Peranan Kelompoktani...
12 Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi...
15 Faktor-faktor yang Terkait dengan Kemampuan Petani...
18KERANGKA BERPIIIUR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...
.
.Kerangka Berpllur
...
Hipotesis Penelitian
...
METODE PENELFTlAN ... . .
Rancangan
Penel~tran...
Lokasi
dan
Waktu Peneli tian ...Populasi
dan
Sampel Pelielitian...
... Teknik Pengumputan Da ta....
D e f i ~ s i Operasional ...
Validitas
dan
Reabilitas Insbumen ... . .HASIL DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Daerah Penelitian
...
Karakteristik Individu Pe tani ...
...
Faktor Eksternal Petani
... Peranan Kelompoktani
...
Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar Kelompok
...
Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Ke jasama Kelompok
Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi
...
Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan
Keputusan Usahatani
...
Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani dengan Karakteristik Individu Petani Karakteristik Faktor
Eksternal ...
Hubungan Peranan Kelompoktani dengan Karakteristik Individu Petani
Karakteristik Faktor Eksternal
...
Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar
Kelompok dengan Karakteristik Individu Petani
...
Hubungan Peranan Kelompoktani sebagu Wahana Kejasama
Kelompok dengan Karalcteristik Individu Petani
...
Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar
Kelompok dengan Karalderistik Faktor Ekstemal
...
Hubungan Peranan Kelornpoktani sebagai Wahana Ke jasama
Kelompok dengan Karakteristik Faktor Eksternal
...
Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani
dengan Peranan Kelompoktani...
Hubungan Persepsi Petani terkulap Sifat Inovasi dengan Peranan
Kelompoktani
...
Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
...
KESIMPULAN DAN SARAN 126
Kesimpulan ... 126 Saran
...
129DAFTAR TABEL
Halaman
Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian di Kecamatan
Loa
Janan 44
Keadaan Desa di Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai
Kartanegara
...
48 Penggunaan Tanah Peruntukan Usaha Pertanian di KecamatanLoa
Janan .. . .
.. . .
. . ...
. . .
.. . .
... .... ..
.. . .
..
. ... ..
. ... ... .... . . ... ... .
5 1 Keadaan Kelompoktani di KecamatanLoa
Janan. .
.
... . . . ... . . .
... ......
54 Karakteritik lndividu Petani . . .. . .
. . . .. .
. . .. . .. . .
. . . . .. . . ..
56 Karakteritik Faktor Ekstemal Petani ... ... ......
... ... ...
......
......
... ...
64 Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar Kelompoktani. . .
71Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Kerjasama
Kelompoktani
...
76 Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi...
... ... ...
... ... ... ... ...... ... ...
. 80 Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan KeputusanUsahatani
...
84 Hubungan Tingkat Kemampuan Petani &lam PengambilanKeputusan Usahatani dengan Karakteritik Individu Petani dan
Karakteritik Ekstemal Petani..
. . .
..
. .. . .. . . .. . . .. .. . ... .
.. . . . .. . . .. . ..
93 Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana BelajarKelompok dengan K d r i t i k Individu Petani
.. . . ... . ..
. .
.
...
...
...
1M) Hub~lngan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana KerjasamaKelompok dengan Karakteritik Individu Petani
... . .
. ... . ..
... .
..
... . . . ..
103 Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana BelajarKelompok dengan Faktor Eksternal Petani
. .. . .
.....
.
... . 106Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Ke rjasama
16. Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan
Keputusan Usahatani dengan Peranan kelompoktani
...
115 17. Hubungan Persepsi Pertani terhadap Sifat Inovasi dengan PerananKelompoktani ... 120 18. Hubungan Tingkat Kemarnpuan Petani dalam Pengarnbilan Keputusan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Keterkaitan Hubungan antara Kemampunan Petani &lam Pengambilan
Keputusan Usahatani dengan Variabel Karakteristik lndividu, Karakteristik
Faktor Eksternal, Pefanan Kelompoktani, dan Persepsi Petani terhadap
Sifat Inovasi
...
302. Hubungan Faktor-Faktor Karakteristik Internal Petani yang Berhubungan
dengan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani ... 89
3. Hubungan Faktor Eksternal yang Berhubungan dengan Tlngkat Kemampuan
Petani d a l m Pengambilan Keputusan Usahatani
...
904. Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani d e n p i Peranan Kelompok sebagru Wahana Belajar clan Wahana
Kegasama
...
1135. Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani dengan Persepsi Pztani Terhadap Sifat Inovasi
...
123...
PENDAHULUAN
Lada merupakan komoditas andalan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Seluas 6.732,5 Ha (62.4%) pertanaman lada di Kalimantan Timur terdapat
d~
Kabupaten Kutai Kartanegara dengan produksi sebesar 4.804 ton (81.8% hasil lada di Kaltim). KecamatanLoa Janan merupakan salah satu sentra perkebunan lada
di
Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas pettanaman pada tahun 2001 seluas 3.975 Ha dengan produksi 3.590 ton(Disbun Kabupaten Kutai Kartanegmq 2001): Usaha pengembangin dan peningkatan produksi lada telah diupayakan, namun belum banyak menunjukkan hasil yang nyata
terutama setelah pasca kemarau panjang sementara sebanyak 2.494 KK atau 61.1 % dari rumah tangga
di
Kecamatm Loa Janan tersebut mengantungkan hidupnya pada usahapertanian dengan komoditas lada sebagiu andalan.
Memasuki era globalilasi yang sangat kompetitif dan perkembangan dalam
Otonomi Daerah yang sangat dinamis telah menghadapkan sektor pertanian pada
berbagai tantangan maupun peluang yang perlu diantisipasi secara cermat &lam
pembangunan pertanian ke depan Masuknya berbagai komuditas pertanian dari luar
negeri, tuntutan konsumen terhadap mutu hasil pertanian, dan persaingan harga,
memerlukan kemampuan untuk mengantisipasinya. Konsekuensi lain dalam era
globalisasi adalah ditiadakannya subsidi berbagai sarana produksi dan meningkatnya
harga berbagai kebutuhan hidup. Kondisi ini menuntut petani untuk memiliki
ini, hanya petani yang profesional yang akan mampu menghadapi tantangan dan
meraih peluang-pelung yang ada, untuk tetap bertahan dan berusaha lebih maju.
Fenomena di atas merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi
pengembangan sektor perlanian agar tetap survive. Sebagai tantangan, petani
dituntut kemauan dan kemarnpuannya dalam m e n w p i era globalisasi ini. Petani
dituntut kemampuannya dalam memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya agar
dapat meraih peluang dan keuntungan pada kondisi tersebut. Popkin (1978)
mengemukakan bahwa petani itu rasional dan selalu ingin memperbaiki nasibnya
dengan memanfaatkan peluang yang mungkin &pat dilakukannya.
Dalam mengantisipas~ kondisi tersebut sangat dibutuhkan kemampuan petani.
Kemampuan petani &lam berusahatani berarti mengelola usahatani yang hams seialu
menyesuaikan din dengan tantangan dan kemajuan yang dnarnik, serta kemampuan
untuk memanfaatkan peluang yang ada. Untuk mampu dengan dinamis menyesuaikan
secara tepat dengan kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut, maka petani
dituntut kemampuannya dalam hal: pengetahuan, berinovasi, dan keterampilan
memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki sehingga &pat melakukan pilihan
terbaik baginya,
Kemampuan petani yang dinamis, ditunjukkan oleh kemampuan melakukan
perubahan-perubahan secara sadar melalui pengambilan keputusan-keputusan yang
tepat densan wawasan kedepan sehingga mampu tumbuh dan maju berkembang
mengikuti pembahan lingkungannya. Kemampuan melakukan perubahan secara
pengetahuan, informasi, pengalaman dan kemampuan yang dikuasai dalam
menghadapi perubahan. Kemampuan pengambilan keputusan yang sistemaits dan
rasional itulah yang perlu ditumbuhkan sehigga menjadi ciri budaya masyarakat
petani agar menjadi masya&kat yang maju, efisien dan tangguh.
Salah satu upaya menumbuhkan kemampuan petani tersebut selama ini
dilakukan melalui lembaga atau kelompok yang mewadahi pembangunan masyarakat.
Dalam ha1 ini kelompoktani mempunyai potensi berperan sebagai wahana belajar
dan wahana kejasama anggota kelompok. Keberadaan kelompoktani merupakan
salah satu potensi yang mempunyai peranan penting dalam membentuk perubahan
perilaku anggotanya dan menjalin kemampuan keja sama anggota kelompoknya.
Melalui kelompoktani, proses pelaksanaan kegiatan melibatkan anggota kelompok
dalam berbagai rangkaian kegiatan belajar, mengajar, bertukar pengalaman,
melakukan berbagai kegiatan bersama, akan mampu mengubah atau membentuk
wawasan, pengertian, pemikiran minat, tekad dan kemampuan perilaku berinovasi
menjadikan sistem pertanian yang maju.
Peranan kelompoktani sebagai wadah belajar mengajar dan wahana keja
sama tersebut akan dibutuhkan anggota kelompok, bila memberikan manfaat yang
dapat dirasakan anggota kelompok tersebut. Faktor keterlibatan dan aktifitas anggota
kelompok menentukan efektivitas pencapaian keberhasilan tujuan kelompok. Sering
terlihat keberadaan kelompok masyarakat yang terbentuk dan tumbuh atas inisiatif
tersebut. Faktor luar dapat bersifat sebagai perangsang atau pendorong bagi tumbuh
dan berkembangnya kelompok.
Sejauh mana tingkat kemampunan petani tersebut siap &lam menghadapi era
globalisasi ? Bagaimanakah peranan kelompoktani dalam mewujudkan perubahan
perilaku anggotanya kearah kemampuan berusahatani yang lebih baik ?
Kemampuan petani merupakan hail pentbahan perilaku yang dapat ditunjukkan
oleh kemampuan mengambil keputusan yang terbaik atas berbagai altematif usaha,
agar menjadi efisien, menguntungkan, sesuai kondisi lingkungan, dan meningkatkan
usaha serta kehidupannya. Perubahan perilaku petani dapat dicapai melalui peranan
kelompok yang berfungsi sebagai wahana belajar mengajar dan wahana kejasama
anggota kelompok. Peranan kelompok tani ditentukan oleh individu dalam kelompok
clan faktor luar yang dapat berfungsi sebagai pendorong clan perangsang bagi
aktivitas kelompok dalam mencapai tujuannya.
Masalah Penelitian
Berdasarkan ha1 di atas, maka pennasalahan yang diajukan dalam penelitian
ini adalah: Sejauh manakah kemampuan petani dalam pengambilan keputusan &lam
usahatani ? Sebagai batasan penelitian, rumusan pennasalahan adalah:
(1) Sejauhmanakah tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan
usahatani ?
(2) Bagaimanakah peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana
(3) Faktor-faktor apa saja yang berperan
dan
menentukan tingkat kemampuan petanidalam pengambilan keputusan usahatani ?
Tujuan Penelitian
( 1) Menjelaskan tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan dalam usahatani
(2) Menjelaskan peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana
kerjasama kelompok.
(3) Menjelaskan keeratan hubungan antara karakteristik individu petani, faktor ekstemal, peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana kerjasama
kelompok,
dan
persepsi petani terhadap sifat inovasi dengan tingkat kemampuanp e m i &lam pengambilan keputusan usahatani
Kegunaan Penelitian
(1) Dengan mengetahui faktor-faktor yang berperan terhadap kemampuan petani
dalam pengambilan keputusan usahatani, maka &pat dijadikan sumbangan bagi
pengambil kebijakan bahwa usaha penumbuhan kemampuan petani dapat
diarahkan melalui upaya perbaikan dan peningkatan faktor-faktor yang berperan
tersebut.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengambilan Keputusan dalam Usahatani
Kemampuan manusia merupakan keseluruhan dari suatu proses atau
pelaksanaan dan merupakan hasil suatu perubahan perilaku yang relatif permanen.
Kemampuan tersebut dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan atau keduaduanya
(Klausmeier dan Goodwin, 1966).
Asngari (2001) mengatakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang dapat
dilakukan dengan mengubah salah-satu atau ketiga unsur yang membentuknya, yaitu:
( 1 ) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. Perubahan masing-masing unsur itu
akan saling pengaruh mempengarutu. Fawasan kognitif dapat diubah
dan
dikembang-C
kan dengan menambah pengetahuan dan derajat intelektual seseorang. Penekanan pada kawasan kognitif ini adalah mengembangkan kemampuan penalaran sumber
daya manusia. Pada kawasan psikomotorik tekanannya adalah pada tingkat
keterampilan. Derajat keterampilan seseorang itu ditentukan oleh kombinasi ketiga
kawasan tersebut. Makin lengkap kombinasinya maka semakin sempurna kualitas
keterampilan seseorang. Perubahan perilaku sebagai wujud kemampuan seseorang
adalah karena pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh dan dialami oleh orang
yang belajar tersebut
Salah satu usaha perubahan perilaku manusia adalah melalui pendidikan,
sepeni dikemukakan Dahama dan Bhatnagar (1980) bahwa bentuk pendidikan formal
kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor. van den Ban dan
Hawkins (1999) mengemukakan bahwa seseorang yang belajar dapat memperoleh
atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui
pengalaman dan praktek.
Perkembangan peradaban menuntut manusia untuk selalu menyesuaikan diri
dengan tantangan pembahan yang dinamis. Lippitt el al. (1958) mengemukakan
bahwa ada dua ha1 yang mendorong keinginan manusia untuk melakukan pembahan,
yaitu : (1) adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah
yang dirasakan; dan (2) adanya inovasi-inovasi yang memberikan peluang bagi setiap
manusia untuk memenuhi kebutuhan atau meningkatkan kesejahteraannya. Alasan
itulah manusia termotivasi untuk menggunakan kemampuannya dalam melakukan
upaya-upaya tertentu &lam mengantisipasi pembahan-pembahan di sekelilingnya.
Mosher (Soebiyanto, 1998) mengemukakan, bahwa peningkatan produktivitas usaha-
tani pada petani maju terlihat dari kecepatan petani menerima dan menggunakan ide baru, dalam mengusahakan komoditas yang berorientasi pada pasar.
Kemampuan petani adalah suatu kondisi yang dapat ditumbuhkan melalui
proses pemberdayaan Ndraha (1987) memberikan ciriciri pemberdayaan kemampuan
masyarakat, yakn~: (1) meningkatkan kemampuan, (2) mendorong tumbuhnya
kebersamaan, (3) kebebasan memilih dan memutuskan, (4) membangkitkan kemandirian, dan (5) mengurangi ketergantungan serta menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Bryant dan White (Soebiyanto, 1998) mengemukakan bahwa
alternatif dan mengambil keputusan sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan,
dan keinginan mereka, serta memberi kesempatan untuk belajar dari keberhasilan dan kegagalan dalam memberi respon terhadap perubahan sehingga mampu mengendali-
kan masa depan.
Proses pengambilan keputusan individual menurut van den Ban dan Hawkins (1999) dibedakan atas: (I) model normatif merupakan proses pengambilan keputusan yang melalui tahapan: kesadaran adanya masalah, pemantapan tujuan, medagnosis
penyebab masalah, mengulas altematif pemecahan masalah, evaluasi perkiraan hasil,
memilih kemunglunan pemecahan yang tehaik, menerapkan pemecahan masalah, dan
melakukan evaluasi; (2) model empiris, mempunyai b e h a p altematif pertimbangan
yang rumit dan konsekuensinya dalam pengambilan keputuasaq penyederhanaan dapat
dilakxkan dengan sedilat penyimpangan pettimbangan altematif; dan (3) model Bos,
yang memberikan perhatian pada empat
ha),
yaitu: tujuan, sarana, fakta, dan penafsiran terhadapnya untuk memperoleh pengambilan keputusan. Roger dan Shoemaker (1981) membedakan tipe pengambilan keputusan inovasi yang terdiri atas: (1) keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada individu yang berada&lam posisi atas; dan (2) keputusan individual, yang dikelompokkan atas dua
macam; yaitu: keputusan opsional sebagai keputusan yang dibuat oleh individu
terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat anggota sistemnya, dan keputusan
kolektif sebagai keputusan yang dibuat oleh individu yang ada dalam sisrtem sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dianggap sebagai
den Ban, 1999). Lionberger dan Gwin (1983) mengartikan lebih luas lagi, bahwa
inovasi sebagai sesuatu yang dinilai barn atau dapat mendorong tejadinya
pembaharuan dalam masyarakat atau komunitas tertentu. Pemilikan kemampuan
pengetahuan akan adanya inovasi menumbuhkan motivasi seseorang untuk
mengadopsi. Kebutuhan akan inovasi tertentu, bergantung pada kebutuhan nyata
yang dapat dirasakan. Perbedaan segi pengetahuan, inovasi, intelegensia, dan daya
komunikasinya menyebabkan variasi dalam tingkat kemampuan potensial masyarakat
petani (Adjid, 1994). Berdasarkan perbedaan pengadopsi inovasi tersebut maka
Roger ( 1983) mengklasifikasikan pengadopsi menjadi lima katagori, yaitu: innovator
(inovator), eurly adopter (pengadopsi awal), early majority (mayoritas awal), l u ~ e
mujority (mayoritas akhir), dan Iugurd (kelompok lamban).
Keputusan adoljsi inovasi adalah proses mental, sejak seseorang menerima
inovasi sampai pengambilan keputusan menerima atau menolaknya(Hanafi,1986).
Serangkaian tahapan keputusan suatu inovasi yang tejadi dalam proses adopsi
menurut Roger (1983) adalah melalui tahapan sebagai berikut: (1) Pengenalan, yaitu
suatu tahap yang bermula ketika individu atau masyarakat mengetahui adanya suatu
inovasi dan memperoleh beberapa pengertian mengenai bagaimana inovasi tersebut;
(2) Pengimbauan (persuasi), yaitu suatu proses perobahan dan pembentukan sikap
individu atau masyarakat terhadap inovasi. Jadi dalam tahap ini aktifitas mental yang
membentuk efektif (sikap); (3) lmplernentasi (adopsi atau penolakan), yaitu sebagai
tahap keputusan terhadap inovasi yang membawa pilihan mengadopsi (menerima)
menerima atau menolak inovasi selama jangka waktu tak terbatas. Pada kenyataannya
dalam implementasi suatu inovasi sering dilakukan modifikasi sesuai dengan
kepeluan petani pengadopsi (van den Ban, 1999). Pendapat senada dikemukakan
Gomles (Jahi,1993) bahwa suatu inovasi kadang-kadang mengalami perubahan dalam proses d i h i . Derajat saat inovasi tersebut direvisi &lam proses pengadopsian dan
implementasinya disebabkan penyempumaan (re-invention). Namun pada akhimya
secara hakiki hanya petani sendirilah yang benvenang menetapkan keputusan dan
pemilihan yang paling sesuai dengan kepentingan kehendaknya.
Usaha pertanian pada kenyataannya selalu dhdapkan pada masalah resiko dan
ketidakpastian. Knight (Roumassef 1979) mengklasifikasikan situasi kejadian kedalam
dua situasi ekstrim, yaitu: (1) situasi adanya resiko (risk) dan (2) situasi adanya
keiidakpastlan (wlcerfuinly). Kedua situasi tersebut prinsipnya adalah dua ha1 yang
berbeda. Pada situasi kejadian beresiko bilamana hasil akhir atau outcome dan probabilitas terjadinya dapat diduga, sebaliknya pada situasi kejadian adanya
ketidakpashan bilamana hasil aklur atau outcome dan probabilitas terjadinya tidak
dapat diduga. Dengan demikian maka salah satu faktor yang menjadi pertimbangan
petani &lam pengambilan keputusan usahatani adalah adanya resiko
dan
ketidakpastian dalam usahataninya.
Perubahan perilaku petani sebagai wujud tingkat kemampuannya ditentukan
sekian banyak variabel. Lionberger dan Gwin (1983) telah mengungkapkan beragam
peubah yang mempengarulu perubahan penlaku masyarakat untuk m k a n
(2) peubah situasional (tanah, air, pemerintah, keluarga), peubah antara (kelembagaan
penunjang, komunikasi), (3) peubah perubahan perilaku yang tejadi (adopsi cara
baru, perubahan komoditas), dan (4) tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan
keluargalmasyarakat.
Oppenheim (1973) mengemukakan bahwa kemampuan merupakan bentuk
perilaku yang tertentu, ada dua ha1 yang mendukungnnya, yaitu: (1) ada unsur yang
mendukung untuk berperilaku tertentu tersebut pada diri seseorang (person inner
determimr); dan (2) terdapatnya iklim atau lingkungan (environmenml factor) yang
memungkinkan te jadinya perilaku tersebut.
Perwujudan kemampuan individu atau kelompok, dicirikan oleh kemampuan
dan kebebasan menentukan pilihan terbaik dengan memanfaatkan potensi dirinya
dalam memenuhi kebutuhan hidup m e ~ p a k a n suatu kemandirian. Slamet (1995)
menekankan bahwa untuk menumbuhkan dan membina kemandirian petani perlu
diarahkan agar kekuatan dan kemampuan dirinya bekeja sama untuk mencapai
segala tujuannya. Hubeis (1992) menambahkan bahwa perwujudan kemampuan
seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dicirikan oleh kemampuan
dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik .
Pengertian kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani dalam
ha1 ini merupakan wujud perilaku yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam perencanaan
dan pengelolaan usahatani. Kemampuan perilaku kearah terampil dan rasional &lam
merencanakan dan mengambil keputusan atas berbagai alternatif usaha agar menjadi
Pengertian kelompok adalah kumpulan manusia, dua orang atau lebih yang
menunjukkan saling ketergantungan, dengan pola interaksi yang nyata (Wiraatmadja,
1980). Camnight dan Zander (1968) mengemukakan bahwa interaksi adalah salah
satu bentuk aktual dari saling ketergantungan dan merupakan unsur utama terwujud-
nya suatu kelompok.
Gibson el al. (1997) menjelaskan bahwa dalam suatu kelompok terdapat anggota
kelompok tersebut, yang : (1) mempunyai motivasi untuk bergabung dalam kelompok, (2) mengenal kelompok sebagai unit yang terpadu dari orang-orang yang saling
berinteraksi, (3) memberi sumbangan dalam jumlah yang berbeda-beda kepada proses
kelompok, dan (4) mencapai kesepakatan dan mempunyai perbedaan pendapat lewat
berbagai macarn bentuk interaksi.
Abbas (1995) mengemukakan bahwa peranan kelompok tani adalah: (1) sebagai wahana belajar bagi petani nelayan dan anggotanya agar tejadi interaksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterarnpilan dalam berusahatani yang
lebih baik serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapai kehidupan yang lebih
sejahtera; (2) sebagai unit produksi, kelompok tani merupakan kesatuan unit usaha-
tani-nelayan untuk mewujudkan ke jasama dalam mencapai skala ekonomi yang lebih
menguntungkan; dan (3) sebagai wahana kejasama antar anggota dan antar kelornpoktani dengan pihak lain untuk memperkuat kejasama dalam menghadapi
Asngari (2001) mengemukakan bahwa belajar dan mengajar adalah dua proses
yang tidak dapat terpisahkan. Kedua kegiatan itu mempakan proses aktif yang
dilakukan oleh orang yang berbeda, yakni agen pembahdpenyuluh dan sumber
daya manusia klien (petani). Keduanya mempakan kegiatan yang saling mem-
pengaruhi; menghasilkan suatu produk bempa pembahan perilaku sumberdaya
manusia klien (petani).
Belajar adalah memperoleh atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan
suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktek (van den Ban, 1999). Hasil belajar
dan praktek adalah bempa perubahan perilaku yang relatif permanen (Klausmeier dan
Goodwin, 1966). Menurut Asngari (2001), mengajar adalah kegiatan mengarahkan
dan membimbing proses belajar seseorang agar proses belajar tersebut dapat te jadi
secara efektif dan efisien.
Padmowihardjo (1994) menyatakan bahwa proses belajar tejadi sebagai usaha
aktif seseorang yang dilakukan secara sadar atau tidak untuk mengubah perilakunya
atau kemampuannya baik pengetahuan, keterampilan, maupun perasaan. Menurut
Asngari (1996) ada tiga ha1 penting &lam proses belajar yaitu: (1) adanya keaktifan
dari individu yang belajar untuk mengembangkan din dan potensinya; (2) te jadinya
interaksi atau proses mental; dan (3) tejadi pembahan perilaku.
Kelompoktani sebagai wahana belajar-mengajar, merupakan wadah bagi setiap
anggota untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam berusahatani yang lebih baik dan menguntungkan untuk mencapai kehidupan
Kelompoktani sebagai suatu kelompok diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan individu anggotanya sehingga memiliki kemampuan (Adjid, 1995).
Syanvani (1992) menambahkan bahwa di dalam kelompok seseorang akan menemu-
kan identifikasi pribadinya, karena bersama-sama dengan orang lain merasakan
adanya saling kasih sayang, kesetiaan, .tanggung jawab bersarna, sentimen, tradisi dan
persahabatan yang diperoleh melalui komunikasi dan kegiatan bersama.
Efektivitas dan hasil belajar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan belajar.
Kelompok tani merupakan kondisi lingkungan belajar bagi anggota kelompok dapat
didekati dengan konsep dikemukakan Klausmeier dan Goodwin (1966), bahwa kondisi
lingkungan belajar dipengaruhi oleh tujuh faktor utama, yaitu: (1) C~huruc/erist~cs
of'
the learner (petani), (2) Churucteris~ics of the teuchers (penyuluh), (3) l'eacher-
learner behaviors und classroom interaction (perilaku petanilpenyuluh, proses
belajar, metoda mengajar, interaksi), (4) Group cl~uructeris/ics (kelompok-tani), (5)
Subject mutter (informasi dan inovasi), (6) Physical churacterifics (fasilitas), dan ( 7 )
Outsideforces (faktor luarllingkungan).
Salah satu perlunya kerjasama dalam kelompok adalah untuk membina
kelompok, seperti dlkemukakan Beal et al. (1962) bahwa pembinaan kelompok sebagai
upaya untuk tetap memelihara dan mengembangkan kelompok, yakni berusaha
memelihara tata kerja kelompok, mengatur
dan
memperkuat kehidupan kelompok.Adjid (1994) mengemukakan bahwa kerjasama merupakan suatu keadaan adanya
beberapa subyek atau pelaku melakukan satu atau beberapa unit pekerjaan,
sifat saling ketergantungan yang terdapat diantara pekerjaan atau bagian pekejaan
tersebut.
Asngari (2001) mengemukakan bahwa pada dasamya orang mau berperanserta
dalam kegiatan, bilamana: (1) akan memperoleh manfaat atau kepuasan; motifnya
adalah adanya kepuasan yang akan diperoleh dari kegiatan tersebut baik secara
ekonomi maupun non ekonomi. Motif itu menjadi pendorong kuat baginya; dan (2)
mengetahui makna kegiatan tersebut, seperti : program, tujuan, langkah, maupun
prosesnya. Ndraha (1987) menyebutkan bahwa bentuk keikutsertaan masyarakat
&lam berpartisipasi adalah &lam bentuk: (1) part&asi melalui kontak dengan
pihak lain, (2) partisipasi memberi tanggapadperhatian dalam bentuk respon
menerima atau menolak, (3) merencanakan dalam bentuk pengambilan keputusan, (4)
pelaksanaafi, (4) partisipasi dalam mengembangkan hasil, dan (5) mengevaluasi atau
menilai. Mosher (1966) menyebutkan bahwa salah satu syarat pelancar
pembangunan pertanian adalah adanya ke jasama dalam kelompok tani.
Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi
Keputusan atas suatu inovasi mempakan proses mental, yang dimulai sejak
mengetahui adanya inovasi hingga pengambilan keputusan untuk menerima atau
menolak. Penerimanaan 2tau penolakan terhadap suatu inovasi adalah keputusan
Keputusan terhadap suatu inovasi telah dikemukakan oleh ahli-ahli sosiologi
pedesaan pada sekitar tahun 1955, yaitu melalui suatu proses atau tahapan, seperti
disebutkan van den Ban dan Hawkins (1999); Wiraatmadja (1980) terdiri atas lima
tahapan, yaitu: (I) tahap kesadaran, seseorang mengetahui adanya sesuatu ide baru
(inovasi) tetapi memerlukan informasi mengenai inovasi tersebut; (2) tahap minat,
seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih
banyak; (3) tahap penilaian, seseorang mulai menilai terhadap ide baru tersebut dan
dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini maupun masa mendatang serta
menjadi pertimbangan untuk dicoba atau tidak; (4) tahap mencbba, seseorang mulai
menerapkan-nya dalam skala kecil untuk menentukan kegunaan apakah sesuai bagi
dirinya; dan (5) tahap adopsi, seseorang telah yakin terhadap ide baru tersebut dan
mulai menerapkan dalam skala luas. Proses pengambilan keputusan suatu inovasi
menurut Roger (1983), terdiri atas empat tahap, yaitu: (I) pengenalan, (2) persuasi,
(3) implementasi, dan (4) konfirmasi. Setelah tahap mengenal adanya ide bam, maka
tahap selanjumya adalah persuasi, yaitu tahap pembentukan persepsi dan pemahaman
terhadap ide baru tersebut sebelum mengambil keputusan untuk mengimplementasi-
kannya.
Persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan
dan
mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis (van den Ban, 1999). Thoha (1999)
menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognit~f yang dialami
oleh setiap orang &lam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan
suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang
benar tentang situasi. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) prinsip umum
persepsi adal~h: (1) Relativitas, yaitu persepsi bersifat relatif karena suatu objek tidak
dapat diperkira-kan dengan tepat, tetapi setidaknya dapat mengatakan yang satu
melebihi yang lainnya. Persepsi orang terhadap bagian-bagian dari suatu pesan
sangat ditentukan oleh bagian yang mendahului pesan itu; (2) Selektivitas: persepsi
sangat selektif karena panca indra menerima stimuli
dan sekelilingnya dengan
melihat obyek, mendengar suara, mencium bau dan sebagainya, sedangkan kapasitas
memproses informasi terbatas, tidak semua stimuli dapat ditangkap, tergantung pada
faktor fisik dan psikologis seseorang. Pengalaman masa lampau juga mempengaruhi
pilihan terinadap persepsi; (3) Organisasi: persepsi terorganisir dimana kita cenderung
menyusun pengalaman kita dalam bentuk yang memberi arti, dengan mengubah yang
berserakan dan menyajikannya &lam bentuk yang bermakna.; (4) Arah: melalui pengamatan seseorang dapat memilih dan mengatur serta menafsirkan pesan; dan (5)
Perbedaan kognitif persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain &lam situasi
yang sama karena adanya perbedaan kognitif yang tergantung pada faktor-faktor
kepribadian, seperti toleransi terhadap ambiguitas (kemenduaan), tingkat keterbukaan
atau ketertutupan fikiran, sikap otoriter, dan sebagainya.
Pengambilan keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi usaha-
tani dipengaruhi berbagai faktor tertentu. Menurut van den Ban dan Hawkins
inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian,
serta peranan keluarga petani; dan (2) perlu diketahui apakah situasi yang diinginkan
telah tercapai. Untuk sampai kepada tahap keputusan, maka individu tentunya
mempunyai pemahaman tertentu terhadap inovasi tersebut. Menurut Roger (1983)
bahwa persepsi individu terhadap karakteristik suatu inovasi menentukan tingkat
adopsi inovasi, dimana karakteristik inovasi tersebut terdiri dari: (1) relative advantages
(memiliki keuntungan relatif yang lebih tinggi ), (2) compatibilify (kesesuaian
inovasi dengan tata nilai, pengalaman, maupun kebutuhan yang ada), (3) complexily- (tingkat kerumitan dalam mempelajari dan menggunakan inovasi), (4) trialabili~y
(inovasi &pat dicoba dalam skala kecil), dan (5) observabiliry (kemudahan hail
inovasi yang dapat lihat).
Faktor-faktor yang Terkait dengan Tingkat Kemampuan Petani
Adjid (1994) mengemukakan bahwa respon masyarakat terhadap stimuli untuk
tejadi proses perubahan yang berasal dari sistem luar, umwnnya tejadi proses
peruba!+an di sistem dalam, untuk menyesuaikan diri atau atau mengendalikan sistem
luar. Dengan perubahan sistem &lam itulah kedudukan dan peran kelompok sangat
penting artinya, dimana perubahan sistem &lam yang berarti mengubah aspek
kemampuan ilmu dan teknologi, aspek tata hubungan antar anggota, dan aspek tata
Lionberger (Mardikanto, 1993) mengemukakan beberapa faktor yang
m e m p e n w h i kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi, meliputi:
(1) Luas usaha tani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena
memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik.
(2) Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat
pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi.
Soekartawi (1988) menarnbahkan bahwa pendapatan usahatani yang tinggi .-
seringkali ada hubungamya dengan tingkat difusi inovasi pertanian.
(3) Keberanian mengambil resiko, sebab pada tahap awal biasanya tidak selalu
berhasil seperti yang diharapkan, karena itu individu yang memiliki keberanian
menghadapi resiko biasanya lebih inovatif.
(4) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi
inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa
diterapkan oleh warga masyarakat setempat.
(5) Tingkat partisipasi dalam kelompoklorganisasi di luar lingkungannya sendiri. Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar sistem
sosialnya sendiri umumnya lebih inovatif dibanding mereka yang hanya melaku-
kan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat.
orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap
sesuatu yang baru.
(7) Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan yang inovatif biasanya banyak
memanfaatkan beragam sumher informasi, seperti: lembaga pendidikad
perguntan tinggi, lembaga penelitian, Dinas-dinas terkait, media masa, tokoh-
tokoh masyarakat (petani) setempat dan dari luar, serta lembaga-lembaga
komersial (pedagang, dll). Berbeda dengan golongan yang kurang inovatif,
umumnya hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh (petani) setempat
dan relatif lebih sedikit memanfaatkan informasi dari media masa.
Inkeles dan Smith (Budiman, 2000) mengemukakan dalam teori modemisasi,
pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan yaitu
manusia-manusia yang mempunyai kemampuan mengembangkan sarana material
supaya produktif, untuk itu dibutuhkan apa yang disebut manusia modem yang dicirikan seperti: keterbukaan terhadap pengalaman clan ide barn, berorientasi kemasa sekarang
dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya dan sebagainya.
aerdasarkan hasil penelitian Inekeles dan Smith, faktor pendidikan adalah paling
efektif untuk mengubah manusia, disamping pengalaman dan informasi m d a massa.
Roger (1983) menyatakan, kekosmopolitan individv dicirikan oleh sejumlah
atribut yang membedakan mereka dari orang+rang lain di &lam komunitasnya,
yaitu: (1) individu tersebut memiliki status sosial-ekonomi yang lebih tm@, (2) ptisipasi
(4) lebih banyak menggunakan media massa, dan (5) memiliki lebih banyak
hubungan dengan orang lain maupun lembaga yang be& di luar komunitasnya.
.L
Asngari (2001) menyebutkan bahwa dalam penyuluhan, informasi yang tepat
disajikan adalah informasi yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat, yakni
informasi yang bermakna: (1) informasi tersebut secara ekonomis menguntungkan,
(2) secara teknis memungkinkan dilaksanakan, (3) secara sosial-psikologis dapat
diterima sesuai dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat, dan (4) sesuai atau
...
sejalan dengan kebijakan pemerintah.
Informasi mempakan mempakan sumber daya penting dalam pertanian.
Jumlah informasi yang dapat dan hams digunakan oleh petani untuk mengambil
keputusan semakin cepat bertambah yang meliputi informasi hasil penelitian, data
pasar, data tentang pertumbuhan dan proses pengelolaan lahan yang sempa sebagai
pembanding. Informasi ini digunakan untuk memilih teknologi yang paling
menguntungkan, menciptakan kondisi yang menguntungkan, dan melihat usaha yang
paling menguntungkan (van den Ban, 1999)
Roger (1983) menyatakan bahwa keinovatifan diantara iniiivivu maupun
pemimpin opini, sebagian bergantung pada norma dan kepercayaan sistem di lingkungan mereka. Jika komunitas lingkungannya menyukai keinovatifan, maka
individu tersebut akan lebih inovatif dari yang lainnya, demikian pula sebaliknya.
Berkaitan dengan kekuatan faktor luar maka Lippitt er 01. (1958) mengemukakan
Mosher (1971) menekankan bahwa dalam pembangunan pertaman yang
sifatnya mendasar adalah perubahan perilaku petani
agar
marnpu mengembangkanusahataninya. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non formal untuk
mengubah perilaku petani dan keluarganya,
agar
mereka tahu, mau dan mampumemecahkan masalahnya sendiri &lam meningkatkan usahataninya &n tingkat kehidupanya. Peranan penyuluh, menurut Dahama dan Bhatnagar (1980). adalah
sebagai pendidik, komunikator, dinamisator, dan organisator. Lippitt et al. (1958)
mengemukakan bahwa penyuluh berperan s e m motivator, yaitu menumbuhkan
kebutuhan sasaran
untuk
berubah, menganalisa masalah, menjalin hubungan baik,menciptakan tujuan perubahan menjadi tujuan bersama bagi kelompok sasaran,
melaksanakan perubahan dalam tindakan nyata, dan menjadikan perubahan permanen
dan agar tidiik menimbulkan ketergantungan.
Adjid (1994) mengemukakan bahwa dari sudut pandang masyarakat petani,
penyuluhan pertanian adalah fasilitas dan peluang untuk mengembangkan
kemampuan beradaptasi dengan membangun sistem internal dalam menanggapi
sistem ekstemal yang berubah. Dengan demikian masyarakat sebagai suatu sistem
mempunyai kemampuan beradaptasi tentunya selalu dilengkapi dengan mekanisme
belajar yang melembaga. Proses betajar dalam masyarakat yang menyangkut secara
simultan aspek kognitif, afektif
dan
psikomotorik berlangsung melalui proses yangkemampuannya untuk melakukan karyanya dengan lebih tepat guna sesuai dengan
norma yang menjadi acuannya.
Kelompok adalah sebagai sistem sosial dan berkembang sesuai dengan
dinamika pembahan sosial. Menumt Adjid (1994), kelompoktani sebagai sebuah
sistem sosial strategis yang menumbuhkan kekuatan petani untuk bembah. Dorongan
untuk terjadinya suatu perubahan umumnya datang dari luar sistem, seperti
pertambahan penduduk, perluasan pasar, perkembangan Iptek, penyuluhan pertanian,
organ~sasillembaga, program pembangunan, dan lam-lain.
Peranan kelompok ditunjukkan oleh efektivitas kelompok. Slamet (Syamsu
e 1 . 1991) mengemukakan bahwa efektivitas kelompok dapat dilihat dari tiga segi,
yaitu: ( 1 ) produktifitas kelompok ditunjukkan oleh hasil yang dicapai kelompok; (2) moral kelompok sebagai semangat dan sikap anggota kelompok; dan (3) tingkat
kepuasan anggota sebagai ukuran keberhasilan anggota dalam memenuhi kebutuhan
pribadi
Di dalam pembangunan pertanian perlu terpenuhinya persyaratan utama dan
penunjang. Mosher (1966) mengemukakan bahwa untuk dapat terciptanya
pembangunan pertanian perlu adanya lima syarat mutlak (essentiaf) yang harus te&a
bagi petani, yaitu: (1) pasar untuk hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang selalu
berubah, (3) tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara lokal, (4) adanya
perangsang produksi bagi para petani, dan (5) pengangkutan atau transportasi. Syarat
pelancar pembangunan yang merupakan unsur penting, namun apabila salah satu
syarat pelancar ini tidak dipenuhi maka pembangunan masih tetap dapat berjalan.
Kelima syarat pelancar tersebut adalah: (1) pendidikkan pembangunan, (2) ketersediaan kredit produksi, (3) kegatan gotong-royong oleh petani, (4) perbaikan
dan perluasan areal pertanian, dan (5) perencanaan nasional
untuk
pembangunanpertanian. Dengan demikian lingkungan sosial, ekonomi