INHERITANCE FOR THE FUTURE
SKRIPSI
OLEH
YENNY
100406048
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
INHERITANCE FOR THE FUTURE
SKRIPSI
OLEH
YENNY
100406048
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
INHERITANCE FOR THE FUTURE
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
YENNY
100406048
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
INHERITANCE FOR THE FUTURE
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 14 Juli 2014
Judul Skripsi : INHERITANCE FOR THE FUTURE
Nama Mahasiswa : YENNY
Nomor Pokok : 100406048
Departemen : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Ir. Bauni Hamid, M.Des.)
Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,
(Ir. Bauni Hamid, M.Des.) (Ir. N. Vinky Rachman, MT.)
Telah diuji pada
Tanggal: 14 Juli 2014
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir. Bauni Hamid, M.Des.
Anggota Komisi Penguji : Wahyuni Zahrah, ST., MS.
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Penghargaan dan terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.Des. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, motivasi dan waktu beliau dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Wahyuni Zahrah, ST., MS. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Hajar Suwantoro,
ST., MT. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam
penulisan skripsi ini.
3. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing mata kuliah Studio
Perancangan Arsitektur 6 yang telah memberikan pengarahan untuk menyelesaikan
studi dan skripsi ini.
4. Kedua orangtua serta saudara-saudara penulis yang tercinta, yang selalu memberikan
motivasi, semangat dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.
5. Teman-teman dan rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta
dorongan selama studi dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi terhadap pembaca.
Medan, 14 Juli 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
ABSTRAK ... xiv
PROLOGUE: A RIVER RUNS THROUGH IT ... 1
BAB I. THE REALITY ... 4
BAB II. TIME TO FIX THE CURRENT STATE ... 14
BAB III. PRELUDE TOWARDS THE REVIVAL OF ‘PARIJS VAN SOEMATRA’ ... 32
BAB IV. STEPS TO ACHIEVING THAT DREAM ... 40
BAB V. TRIAL AND REVISE ... 50
BAB VI. “READY, AIM FAR AWAY!” ... 64
BAB VII. PLEASING COMBINATIONS ... 76
BAB VIII. KESIMPULAN ... 86
EPILOGUE: A PERFECT HARMONY ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
LAMPIRAN ... 93
Lampiran 1. Laporan Pemrograman Hotel Butik ... 93
Lampiran 2. Laporan Pemrograman Apartemen ... 111
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1.1 Kesawan di masa 1930-an ... 4
1.2 Perubahan jalur aliran Sungai Deli ... 6
1.3 Lokasi tapak pembangunan ... 7
1.4 Kondisi Sungai Deli akibat abrasi ... 10
1.5 Lahan sewa tempat parkir bus Trophy Tour ... 10
1.6 Tampak atas Capella hotel, Singapore ... 12
1.7 Site Plan Capella Hotel, Singapore ... 12
1.8 Capella hotel, Singapore, dalam konstruksi ... 12
1.9 Perspektif eksterior Capella hotel, Singapore ... 12
1.10 Peta dan foto udara New Capital Quay, Greenwich ... 13
1.11 Jenis-jenis tower New Capital Quay, Greenwich ... 13
1.12 New Capital Quay, Greewich, dalam konstruksi ... 13
1.13 Perspektif eksterior New Capital Quay, Greenwich ... 13
2.1 Rumah tinggal keluarga kesultanan tanpa penjagaan ... 17
2.2 Kondisi Sungai Deli yang sangat memprihatinkan ... 18
2.3 Kondisi sistem pembuangan di lingkungan rumah tinggal keluarga kesultanan ... 18
2.4 Area parkir pengunjung Istana Maimun ... 18
2.5 Ruang Terbuka Hijau (RTH) di lingkungan Istana Maimun ... 19
2.6 Draft Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan untuk Kawasan Maimun... 20
2.7 Bukti pengaruh kebudayaan negara lain pada bangunan Istana Maimun ... 21
2.8 Hasil analisa kondisi eksisting tapak proyek ... 23
2.10 Hasil analisa kondisi eksisting lingkungan Istana Maimun ... 25
2.11 Hasil analisa fasad bangunan sekitar ... 26
2.12 Hasil analisa sirkulasi kendaraan ... 27
2.13 Hasil analisa kenyamanan dan keamanan di lingkungan Istana Maimun ... 28
2.14 Hasil analisa teknik finishing tapak & sistem pembuangan dan drainase ... 29
2.15 Hasil analisa pedestrian ... 30
3.1 Skema proses pengembangan tema dan konsep ... 32
3.2 Kondisi Gedung kerapatan Kesultanan Deli pada masa pemerintahan Kolonial Belanda ... 35
3.3 Kondisi Gedung Kerapatan Kesultanan Deli saat ini ... 36
3.4 Skema perencanaan perancangan berdasarkan penabaran tema ... 36
3.5 Kesawan di masa 1920-an (repro koleksi Dr. Phil Ichwan Azhari) ... 38
3.6 Gapura Cina di Kesawan selama perayaan ulang tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina ... 38
4.1 Konsep rancangan pendekatan tropis ... 44
4.2 Denah skematik bangunan Istana Maimun ... 45
4.3 Tampak banguna Istana Maimun ... 46
4.4 Tradisi dan budaya Melayu ... 49
5.1 Sketsa konsep orientasi bangunan ... 51
5.2 Skenario akses sirkulasi kendaraan ... 52
5.3 Revisi rancangan sirkulasi kendaraan ... 53
5.4 Rancangan skematik ruang dalam Lt.1 hotel butik ... 54
5.5 Rancangan skematik ruang dalam Lt.2 hotel butik ... 55
5.6 Rancangan skematik ruang dalam Lt.3 hotel butik ... 55
5.8 Denah Lt. 4-6 ... 56
5.9 Denah Lt.7 ... 56
5.10 Denah tipikal Lt. 8-10 ... 57
5.11 Denah Lt.11 ... 57
5.12 Rancangan skematik ruang dalam Lt.1 apartemen ... 59
5.13 Revisi rancangan skematik ruang dalam Lt.1 apartemen ... 59
5.14 Rancangan skematik ruang dalam Lt.2 apartemen ... 60
5.15 Rancangan skematik ruang dalam Lt.3-4 apartemen ... 61
5.16 Rancangan skematik ruang dalam Lt.5-9 apartemen ... 61
5.17 Rancangan skematik ruang dalam Lt.10 apartemen ... 62
5.18 Rancangan skematik ruang dalam Lt.11 apartemen ... 62
5.19 Rancangan skematik ruang dalam Lt.12 apartemen ... 62
6.1 Tampak depan rancangan hotel butik ... 64
6.2 Perspektif hotel butik ... 65
6.3 Tampak depan rancangan Apartemen ... 65
6.4 Istana Kerajaan Sultan Deli Pertama ... 66
6.5 Revisi tampak depan hotel butik ... 67
6.6 Bentuk jendela dan ventilasi ... 67
6.7 Dinding dengan bentuk arc ... 67
6.8 Dinding dengan bentuk arc ... 68
6.9 Ventilasi pada bangunan ... 68
6.10 Hubungan lansekap antar bangunan ... 68
6.11 Peta skematik ‘Parijs Van Sumatra’ ... 70
6.12 Hasil revisi pertama tampak depan hotel butik ... 71
6.14 Tampak depan rancangan hotel butik ... 73
6.15 Tampak samping rancangan hotel butik ... 73
6.16 Tampak depan rancangan apartemen ... 73
6.17 Tampak samping rancangan apartemen ... 73
6.18 Hubungan elevasi bangunan Istana Maimun dengan hotel butik dan
apartemen ... 74
6.19 Ilustrasi A ... 74
6.20 Ilustrasi B ... 74
6.21 Skyline ... 75
7.1 Skema 3D sistem struktur bangunan apartemen ... 76
7.2 Skema 3D sistem struktur bangunan hotel butik ... 76
7.3 Skema 3D sistem utilitas bangunan apartemen dan hotel butik ... 77
7.4 Skema 3D sistem elektrikal bangunan apartemen dan hotel butik ... 78
7.5 Skema 3D sistem kebakaran bangunan apartemen dan hotel butik ... 78
7.6 Konsep sistem kebakaran bangunan apartemen ... 79
7.7 Konsep sistem kebakaran bangunan hotel butik ... 79
7.8 Potongan bangunan apartemen dan butik hotel ... 79
7.9 Potongan prinsip bangunan apartemen dan butik hotel ... 80
7.10 Potongan detail bangunan apartemn dan butik hotel ... 80
7.11 Poster 1 ... 81
7.12 Poster 2 ... 81
7.13 Poster 3 ... 82
7.15 Poster 5 ... 82
7.16 Poster 6 ... 82
7.17 Poster 7 ... 83
7.18 Poster 8 ... 83
7.19 Poster 9 ... 83
7.20 Poster 10 ... 83
7.21 Poster 11 ... 84
7.22 Detail kamar suite (Hotel) ... 84
7.23 Ground plan ... 85
ABSTRAK
Lokasi tapak proyek pembangunan hotel butik dan apartemen terletak di bantaran Sungai Deli dan berada pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun. Konsep proyek perancangan menggunakan tema utama “Urban Heritage Tourism” dikombinasikan dengan “Riverfront Architecture” yaitu dengan mengubah modal budaya menjadi modal ekonomi serta bentuk pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi kearah muka sungai. Selain bertujuan sebagai tempat pariwisata, dan sarana pendidikan, perancangan proyek ini juga berfungsi sebagai sarana pelestarian dari kekayaan budaya Kota Medan. Penerapan tema “Inheritance for the Future” berasal dari julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang merupakan dasar pemikiran penulis dalam mengembangkan tema dan konsep sesuai dengan konteks kasus proyek.
Dengan menggunakan warisan budaya sebagai acuan untuk perancangan bangunan baru sehingga warisan bersejarah untuk saat ini akan tetap menjadi identitas untuk pengembangan pembangunan masa selanjutnya. Upaya memunculkan kembali sebutan ‘Parijs Van Sumatra’ adalah dengan membangkitkan kembali identitas kawasan dengan mempertahankan keberadaan bangunan bersejarah yaitu Istana Maimun dan Sungai Deli agar tercipta “Distintion sense of place” yang menunjukkan identitas kawasan tersebut. Melalui pendekatan arsitektur kontekstual, penulis menerapkan gaya arsitektur Melayu Kolonial dengan tujuan agar tercipta keharmonisan antar bangunan-bangunan baru dengan Istana Maimun beserta lingkungan sekitarnya.
Kata kunci: identitas, kontekstual, pariwisata, heritage, ‘Parijs Van Sumatra’
The development, which consists of boutique hotel and apartment development, are located at the Deli riverside and in adjacent to one of the historical building in Medan city - Istana Maimun. The theme for the project is “Urban Heritage Tourism” and “Riverfront Architecture”, which the idea is about transforming our heritage asset into economical advantage and at the same time introducing the new face of development that oriented at the river bank. In addition to vacation destination and educational means, the development would hope to conserve our Medan culture and heritage. The notion “Inheritance for the Future”, which originated from the phrase “Parijs Van Sumatra” is the basic idea of the writer in developing and expanding the theme and concept for this project.
The writer adopts culture and heritage as the base design of this project with hope that it will become the identity for the concept architectural design for the next surrounding development in future. By developing based on the phrase ‘Parijs Van Sumatra’, the writer hopes that it will rebuild the identity of the area and create the “Distinction sense of place” which will create sense of belonging for the people. The writer adopts Malay Colonial architectural design style with the purpose to create the balance and integration between new development with Istana Maimun and surroundings.
PROLOGUE
A RIVER RUNS THROUGH IT
Air merupakan salah satu elemen yang berperan sangat penting dalam kehidupan
manusia, juga dikenal sebagai simbol kemurnian, keabadian dan penyembuhan. Peran air
tidak dapat dilepaskan dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam wujud apapun air
mempunyai karakter dan potensi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Salah satu
kumpulan aliran air alami yang dapat ditemui di konteks perkotaan adalah sungai. Sungai
adalah tempat lahirnya peradaban. Sungai sangat berpotensi untuk menyediakan sumber
air yang dapat memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat dalam meningkatkan
kesejahteraan dan menunjang meningkatkan nilai pembangunan suatu daerah.
Arsitektur muka sungai “Riverfront Architecture” bermula dari pemikiran seorang “Urban Visioner”, James Rouse berkebangsaan Amerika pada tahun 1970-an
untuk memulihkan Kota Baltimore dari proses permukiman kumuh yang
mengkhawatirkan. Kemudian terciptalah suatu konsep penataan daerah, kawasan, ataupun
kota yang disebut dengan “Waterfront Development”, yang mana hasil pembangunan memiliki kontak visual dan fisik dengan air. Secara fisik alamnya berada dekat dengan air
dan bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah
muka sungai yang pertama kali dikembangkan pada akhir 1950 dan awal 1960
(Turnbridge 1993: 290-296).
Pada kasus proyek ini, lokasi tapak pembangunan terletak di bantaran Sungai
Deli dan berada pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun. Istana
Maimun merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli yang terletak di pusat Kota Medan
sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Deli pada masa
Istana Maimun sengaja dibangun berdekatan dengan Sungai Deli yang bermuara
ke Selat Malaka dan merupakan jalur transportasi serta akses perdagangan yang sangat
penting pada saat lintasan sumber ekonomi masyarakat masih berfokus pada transportasi
air. Namun saat ini kondisi situs bersejarah dan juga sungai sangat memprihatinkan. Ini
disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan sungai
yang dimanfaatkan sebagai “daerah belakang”, banyaknya sampah yang mencemari,
sehingga Sungai Deli menjadi dangkal, tidak bisa dilayari kapal dan permukiman di
bantaran Sungai Deli identik dengan kawasan kumuh.
Hal ini sangat disayangkan karena keberadaan Sungai Deli pada kawasan situs
bangunan bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun sangat berpotensi untuk
memperbaiki serta meningkatkan kualitas hidup lingkungan kota dan masyarakat sekitar,
menambah daya tarik wisatawan, memulihkan alam dan juga menambah area rekreasi di
Kota Medan.
Membangkitkan kembali identitas warisan bersejarah menjadi salah satu dasar
pengembangan konsep perancangan pada kasus proyek ini. Warisan dalam kasus proyek
ini yaitu Istana Maimun yang telah berdiri lama di situs tersebut dan menyatu dengan
lingkungan sekitar, seperti terlahir dari alam dan juga sungai Deli yang terbentuk secara
alami di kawasan tersebut. Warisan tempat, nilai dan bangunan bersejarah harus
dipertahankan, terutama julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang pernah melekat pada Kota Medan. Hal ini disebabkan karena identitas arsitektur Kota Medan yang telah diukir
sejarah sebelumnya tidak dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan arsitektur
kawasan tertentu sehingga banyak bangunan yang terbentuk tidak mewakili identitas
arsitektur kawasannya.
pembangunan yang lebih baik ke depannya, sehingga warisan bersejarah untuk saat ini
akan tetap menjadi warisan sebagai acuan untuk pengembangan pembangunan masa
selanjutnya. Oleh karena itu, tema untuk rancangan dalam konteks ini, adalah
“Inheritance for The Future”.
Lingkungan bangunan bersejarah memiliki nilai estetis dan historis yang harus
dilindungi karena dapat meningkatkan nilai budaya dan ekonomi pada rancangan baru
yang diletakkan di dalamnya, begitu juga bangunan baru yang dirancang dengan baik
akan meningkatkan latar belakang lingkungan bersejarah tersebut. Mempertahankan
identitas kawasan dan menciptakan suasana serta tempat yang berbeda dari tempat
lainnya “Distinction sense of place” yang hanya bisa dinikmati di kawasan ini adalah
tidak dengan hanya mengikuti detil sejarahnya, namun dengan menerapkan roh “spirit” dan inti “essence" dari situs bersejarah tersebut. Pendekatan yang juga dilakukan untuk
membangkitkan kembali gaya arsitektural yang menunjukkan identitas kawasan tersebut
berupa pendekatan arsitektur tropis yang bersifat kontekstual sehingga mampu
ABSTRAK
Lokasi tapak proyek pembangunan hotel butik dan apartemen terletak di bantaran Sungai Deli dan berada pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun. Konsep proyek perancangan menggunakan tema utama “Urban Heritage Tourism” dikombinasikan dengan “Riverfront Architecture” yaitu dengan mengubah modal budaya menjadi modal ekonomi serta bentuk pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi kearah muka sungai. Selain bertujuan sebagai tempat pariwisata, dan sarana pendidikan, perancangan proyek ini juga berfungsi sebagai sarana pelestarian dari kekayaan budaya Kota Medan. Penerapan tema “Inheritance for the Future” berasal dari julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang merupakan dasar pemikiran penulis dalam mengembangkan tema dan konsep sesuai dengan konteks kasus proyek.
Dengan menggunakan warisan budaya sebagai acuan untuk perancangan bangunan baru sehingga warisan bersejarah untuk saat ini akan tetap menjadi identitas untuk pengembangan pembangunan masa selanjutnya. Upaya memunculkan kembali sebutan ‘Parijs Van Sumatra’ adalah dengan membangkitkan kembali identitas kawasan dengan mempertahankan keberadaan bangunan bersejarah yaitu Istana Maimun dan Sungai Deli agar tercipta “Distintion sense of place” yang menunjukkan identitas kawasan tersebut. Melalui pendekatan arsitektur kontekstual, penulis menerapkan gaya arsitektur Melayu Kolonial dengan tujuan agar tercipta keharmonisan antar bangunan-bangunan baru dengan Istana Maimun beserta lingkungan sekitarnya.
Kata kunci: identitas, kontekstual, pariwisata, heritage, ‘Parijs Van Sumatra’
The development, which consists of boutique hotel and apartment development, are located at the Deli riverside and in adjacent to one of the historical building in Medan city - Istana Maimun. The theme for the project is “Urban Heritage Tourism” and “Riverfront Architecture”, which the idea is about transforming our heritage asset into economical advantage and at the same time introducing the new face of development that oriented at the river bank. In addition to vacation destination and educational means, the development would hope to conserve our Medan culture and heritage. The notion “Inheritance for the Future”, which originated from the phrase “Parijs Van Sumatra” is the basic idea of the writer in developing and expanding the theme and concept for this project.
The writer adopts culture and heritage as the base design of this project with hope that it will become the identity for the concept architectural design for the next surrounding development in future. By developing based on the phrase ‘Parijs Van Sumatra’, the writer hopes that it will rebuild the identity of the area and create the “Distinction sense of place” which will create sense of belonging for the people. The writer adopts Malay Colonial architectural design style with the purpose to create the balance and integration between new development with Istana Maimun and surroundings.
BAB I
THE REALITY
Kota Medan, kota terbesar Pulau Sumatera merupakan kota multikultur yang
memiliki berbagai budaya serta obyek wisata bersejarah yang unik. Seiring dengan
sejarah perjalanan Kota Medan, sekitar 600-an bangunan bersejarah yang berdiri rata– rata memiliki usia lebih dari 100 tahun. Keberadaan bangunan–bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang mengawali pembangunan infrastruktur untuk industri
perkebunan tembakau Deli merupakan kebanggaan Kota Medan.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, kondisi ini pernah mengangkat
derajat dan martabat Kota Medan sehingga menjadi sorotan negara-negara di dunia.
Keindahan pola dan estetika arsitektural, kondisi sungai yang bersih, tersedianya akses
lebar sepanjang jalan pejalan kaki, serta tata kota teratur yang dimiliki pada masa
pemerintahan kolonial Belanda membuat Kota Medan disebut sebagai kota terindah di
Pulau Sumatera yang identik dengan Kota Paris (Perancis). Sungai Deli yang melintas
juga menjadi suatu pemandangan yang menarik. Oleh karena itu, Kota Medan pernah
mendapat julukan ‘Parijs Van Sumatra’1.
1 Dirk Aedsge Buiskool, 1992, mengutip tulisan W Feldwick dalam buku “Present Day
Impressions of The Far East and Prominent & Progressive Chinese at Home and Abroad. The History, People, Commerce, Industries and Resources of China, Hongkong, Indo-China, Malaya and Netherlands India (1917). Seperti diungkap Dirk, di buku itu di halaman 1.185, Feldwick menulis, “Medan is the queen city of the island of Sumatra, and is, moreover, the chief trading
centre on the east coast, which is the most important and progressive quarter of the island.” Gambar 1.1: Kesawan di masa 1930-an (repro koleksi Dr. Phil Ichwan Azhari)
Namun julukan kebanggaan ‘Parijs Van Sumatra’ yang pernah melekat di Kota
Medan sekarang hanya tinggal kenangan. Kondisi kebersihan lingkungan, jalanan,
ketimpangan bangunan dan kondisi sungai yang dahulu berperan sangat penting di Kota
Medan sekarang begitu memprihatinkan dan tidak bisa dibanggakan. Roh “spirit” dan inti “essence” Kota Medan yang menjadi identitas masing–masing kawasan mulai menghilang. Banyak bangunan bersejarah peninggalan masa pemerintahan kolonial
Belanda dihancurkan dan diganti oleh bangunan–bangunan dengan fungsi baru. Hal ini disebabkan karena lokasi bangunan bersejarah berada di tempat yang strategis dan
memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Menurut Norberg-Schulz (1980), hubungan manusia dengan suatu tempat “place” bukan hanya sekedar orientasi terhadap lingkungan, seperti yang disebutkan oleh Kevin
Lynch2, namun lebih memiliki keterkaitan dengan proses identifikasi yang lebih dalam
dan menjadi bagian dalam lingkungan tertentu. Syarat untuk identifikasi manusia dengan
tempat adalah karakter dan ciri khas yang menjadi perbedaan suatu tempat dengan yang
lainnya sebagai kehadiran unik setiap tempat atau Genius Loci3.
Keberadaan warisan bersejarah seperti bangunan–bangunan pada masa kolonial Belanda hingga saat ini masih dapat dirasakan walaupun secara perlahan terancam hilang.
Banyak bangunan tua yang hanya ditempati tetapi tidak dirawat dan diterlantarkan
sehingga menyebabkan warisan bersejarah yang menjadi identitas Kota Medan hilang
satu per satu. Pengaruh modernitas dan bentuk bangunan yang kemudian dirancang
mengutamakan fungsi (form follows function) juga merupakan faktor utama hilangnya identitas arsitektur Kota Medan.
2 Kevin A. Lynch (1960) dalam bukunya “Image of the city” menyatakan bahwa sebuah citra
lingkungan (kota) dapat dianalisis kedalam komponen yang meliputi identitas, pola citra objek dan makna atau arti tertentu bagi pengamat baik secara fungsinya maupun emosi yang ditimbulkan.
3 Norberg Schulz (1980) mendefinisikan: “Genius loci sebagai suatu konsep dibalik aspek fisik
Identitas arsitektur Kota Medan yang telah diukir sejarah sebelumnya tidak
dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan arsitektur kawasan tertentu sehingga
banyak bangunan yang terbentuk saat ini tidak mewakili identitas kawasannya.
Keberadaan Sungai Deli yang melintas di beberapa sisi kawasan bersejarah ini
seharusnya juga dapat menjadi magnet dan memiliki nilai positif bagi masyarakat untuk
melakukan aktivitas. Hal ini sangat disayangkan, padahal julukan ‘Parijs Van Sumatra’ merupakan sebuah episode sejarah yang unik bagi Kota Medan selama perjalanannya
sampai saat ini.
Ironisnya melihat kondisi Kota Medan saat ini sepertinya tidak mungkin jika
Kota Medan ini dahulu pernah memiliki keidentikan dengan Kota Paris. Proses
modernisasi dalam pembangunan Kota Medan mengancam warisan bersejarah dan
pengembangan pariwisata, bahkan jalur aliran air Sungai Deli diubah demi kepentingan
pembangunan beberapa pihak (lihat gambar 1.2). Rasanya sangat berat untuk
membangkitkan kembali kharisma yang dibanggakan Kota Medan sebagai ‘Parijs Van Sumatra’ tempo dulu di masa kini. Untuk itu, julukan nostalgia “Parijs Van Sumatra” harus dibangkitkan kembali.
Gambar 1.2: Perubahan jalur aliran Sungai Deli
Dimulai dari skala mikro, Medan Municipal Office (MMO) bekerja sama dengan
konsorsium terkemuka pengembang real estate di Kota Medan yaitu PT Twin Rivers
Development (PT TRD) menunjuk Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara untuk mengembangkan kembali area muka Sungai Deli dan Babura. Pada
konteks proyek revitalisasi kawasan muka Sungai Deli dengan tema utama “Urban Heritage Tourism” yang berlokasi di belakang kawasan preservasi yaitu Istana Maimun, Departemen Arsitektur USU telah menugaskan salah satu kelompok “Studio PA6 Design Group” yaitu kelompok D untuk mengembangkan perencanaan dan perancangan proposal
proyek ini.
Kasus proyek merupakan revitalisasi kawasan preservasi dengan penambahan
pembangunan fungsi - fungsi baru namun tetap mempertahankan eksistensi bangunan
peninggalan bersejarah. Kawasan ini akan menjadi magnet baru bagi masyarakat dan
menghidupkan kembali julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang sangat dirindukan masyarakat Kota Medan.
Gambar 1.3: Lokasi tapak pembangunan
Sumber: Google Earth
Pembangunan bangunan-bangunan baru ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi dan budaya, menyediakan
pariwisata yang khas dan ruang publik bagi masyarakat kota ataupun wisatawan lokal dan
mancanegara, menghidupkan kembali kawasan preservasi sebagai cagar budaya Kota
Medan, dan menumbuhkan ketertarikan masyarakat dengan sejarah Kota Medan.
Strategi perencanaan dan perancangan proyek ini adalah pembangunan hotel dan
apartemen yang dibatasi pada lingkungan rumah tinggal keluarga Kesultanan Deli yang
berlokasi di belakang bangunan Istana Maimun dengan garis tepian Sungai Deli.
Menyelaraskan desain bangunan baru dengan kondisi eksisting Istana Maimun dan
keberadaan Sungai Deli sebagai acuan agar tercipta suatu keharmonisan arsitektur pada
lingkungan tersebut. Menyediakan ruang publik sebagai generator aktivitas yang dapat
menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung dan melakukan aktivitas. Untuk
memaksimalkan fungsi bangunan Istana Maimun sebagai cagar budaya Kota Medan,
maka keluarga Kesultanan Deli yang tinggal di dalam dan di belakang Istana Maimun
akan direlokasi ke apartemen baru. Sebagian unit apartemen akan tersedia untuk
kepemilikan publik dengan persetujuan dari keluarga sultan sebagai salah satu cara
meningkatkan perekonomian masyarakat lingkungan tersebut.
Proses penyelesaian proposal perencanaan dan perancangan proyek ini diawali
dengan pengumpulan informasi dan data. Ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami
nilai–nilai budaya dan sejarah yang merupakan identitas kawasan, terutama pada konteks proyek ini, karena lokasi tapak proyek merupakan salah satu kawasan konservasi Kota
Medan. Nilai–nilai budaya dan sejarah serta kondisi lingkungan sekitar yang diteliti bertujuan sebagai evaluasi dalam pembelajaran struktur, karakter dan elemen penting
lain yang dapat membantu dalam membuat keputusan desain dan strategi dalam
Pengumpulan informasi dan data dapat dicapai melalui beberapa kegiatan, yaitu
kegiatan studi lapangan, wawancara, studi literatur, dan studi banding. Kegiatan studi
lapangan yang dilakukan yaitu mengamati berbagai kondisi pada tapak dan lingkungan
sekitarnya seperti kondisi sungai, vegetasi, drainase, sirkulasi, kondisi dan sistem
pengolahan sampah, eksisting bangunan–bangunan sekitar terutama bangunan bersejarah, perilaku manusia baik yang dalam ataupun diluar lokasi proyek, kontur tapak, hukum dan
peraturan tapak (GSB dan DAS), kondisi ekonomi masyarakat, iklim dan struktur
bangunan eksisting.
Informasi dan data yang diperoleh dari pengamatan beberapa kondisi di lapangan,
kemudian dijabarkan menjadi dua hal, yaitu hal–hal positif yang berpotensi menambah daya tarik serta hal–hal negatif yang harus diperbaiki. Hal-hal positif seperti kekayaan nilai budaya yang dimiliki Istana Maimun, pohon–pohon rindang yang ada pada tepi sungai dan lingkungan istana, serta bangunan bersejarah lain seperti mesjid raya yang
sampai sekarang masih memiliki hubungan erat dengan Istana Maimun. Keberadaan
bangunan–bangunan bersejarah di sekitar lingkungan tapak sangat membantu dalam pemulihan identitas kawasan.
Namun semua hal positif yang dimiliki tertutupi oleh banyaknya hal negatif yang
terlihat, seperti rumah-rumah keluarga Kesultanan Deli yang kurang tertata rapi,
pengolahan limbah atau sampah yang tidak sesuai standar, bangunan Istana Maimun yang
sayap kiri dan kanan dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sebagian keluarga Kesultanan
Deli yang mengakibatkan fungsi bangunan sebagai salah satu warisan nasional Kota
Hal yang paling memprihatinkan adalah kondisi Sungai Deli yang tidak layak
dengan genangan sampah–sampah disekitarnya, serta abrasi yang terjadi di bantaran sungai. Hal ini disebabkan karena pembangunan tembok penahan (retaining wall) oleh komplek Multatuli yang menyebabkan aliran sungai menghempas ke tepi dinding sungai
di sisi lain, yaitu sisi Istana Maimun, serta kurangnya kesadaran dan tindakan masyarakat
yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, sehingga permukiman di bantaran
Sungai Deli identik dengan kawasan kumuh (lihat gambar 1.4).
Wawancara yang dilakukan dengan salah satu perwakilan Kesultanan Deli,
Sekretaris Umum Yayasan Ma’moen Al Rasyid, Tengku Moharsyah sebagai narasumber,
memberikan informasi dan data cukup mengejutkan. Lahan Istana Maimun yang
disewakan untuk sebagian bangunan Rumah Sakit Martha Friska selama 5 tahun mulai
dari tahun 2011, serta lahan yang juga disewakan sebagai tempat parkir bus pariwisata
salah satu operator jasa perjalanan dan pariwisata yaitu Trophy Tour (lihat gambar 1.5).
Gambar 1.5: Lahan sewa tempat parkir bus Trophy Tour
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 1.4: Kondisi Sungai Deli akibat abrasi
Ironisnya, hal ini disadari dan disetujui oleh pengelola Istana Maimun yang juga
merupakan bagian dari keluarga Kesultanan Deli. Menurut penulis ini merupakan
tindakan yang tidak seharusnya dilakukan karena akan mencemari identitas kawasan
sebagai salah satu ikon dan tempat pariwisata yang dikenal di Kota Medan.
Pencarian informasi dan data juga dilaksanakan melalui studi literatur dan studi
banding untuk mencari referensi teori yang relevan dengan konteks kasus proyek. Studi
literatur yang dicari adalah nilai budaya, roh dan inti yang dimiliki serta mencerminkan
identitas kawasan Istana Maimun, dan studi literatur bangunan baru yaitu hotel butik dan
apartemen yang sesuai dengan konteks proyek.
Contoh studi banding untuk bangunan hotel yang penulis kutip adalah Capella Hotel, Singapore. Mengintegrasikan dua bangunan militer Tanah Merah yang telah berdiri dari tahun 1880 dan mengubahnya menjadi tempat rekreasi dan mengubah
fungsinya menjadi bangunan hotel, vila, dan spa. Penerapan tema “Restoration and intervention in historical buildings” bertujuan untuk menyatukan gaya lama dan baru
dalam konteks tropis. Desain bangunan baru dengan pencampuran gaya tropis dan
kontemporer sebagai wujud penghormatan terhadap bangunan eksisting.
Pembangunan pada hotel di rancang memanjang dari kedua sisi bangunan dan
membentuk kurva di sekitarnya. Atap bangunan hotel sejajar dengan bagian atas
bangunan preservasi, dan bentuk kanopi yang melengkung di rancang untuk mengalirkan
Pendekatan ini berupaya untuk menyoroti bangunan bersejarah tersebut,
menciptakan bangunan baru dengan fungsi baru tanpa menghilangkan nilai bersejarah
yang ada di dalamnya (Gambar 1.9).
Bangunan eksisting (bangunan militer) yang tetap dipertahankan dan menjadi sumbser acuan untuk rancangan hotel dan vila di sekitarnya.
Bangunan hotel yang dirancang memanjang dari kedua sisi bangunan eksisting. Bagian atap bangunan hotel memiliki tinggi yang sama dengan bangunan lama.
Gambar 1.6: Tampak atas Capella hotel,
Singapore
Sumber: Capella Singapore Gallery
Gambar 1.7: Site Plan Capella hotel,
Singapore
Sumber: Capella Singapore Gallery
Gambar 1.8: Capella hotel, Singapore, dalam konstruksi
Sumber: Capella Singapore Gallery
Studi banding lainnya adalah New Capital Quay yang merupakan bangunan apartemen yang berlokasi di kawasan bersejarah Greenwich juga di muka sungai
bersejarah yaitu Sungai Thames. Bangunan ini memiliki posisi yang unik, tiga sisi
bangunannya memiliki pemandangan panorama yang bagus, yaitu arah pandang ke The City, Canary Wharf dan The Millennium Dome yang merupakan kawasan bersejarah terkenal di dunia.
Gambar 1.10: Peta dan foto udara New Capital Quay, Greenwich
Sumber: New Capital Quay Brochure
Gambar 1.11: Jenis-jenis tower New Capital Quay, Greenwich
Sumber: New Capital Quay Brochure
Gambar 1.12: New Capital Quay, Greenwich, dalam konstruksi
Sumber: New Capital Quay Brochure
Gambar 1.13: Perspektif eksterior New Capital Quay, Greenwich New Capital Quay
The Royal Observatory Millenium Dome
Canary Wharf
BAB II
TIME TO FIX THE CURRENT STATE
Arsitektur adalah penyeimbang dan pengatur antara ketiga unsur, yaitu keindahan
‘Venusitas’, kekuatan ‘Firmitas’, dan fungsi ‘Utilitas’ (Vitruvius). Yang dimaksud
dengan fungsi adalah bangunan sebagai wadah dari kegiatan (container of activities) yang berfungsi untuk menampung aktivitas - aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Oleh
karena itu, dalam suatu perencanaan perancangan, arsitek membutuhkan panduan
(guidance) untuk memulainya. Panduan yang dimaksud adalah pemrograman arsitektur yang berdasarkan pada kasus proyek.
Suatu proses perancangan selalu diawali dengan pemrograman (programming). Pemrograman merupakan proses pengumpulan, pendefinisian, identifikasi, pengaturan,
pengorganisasian, analisa, dan pemaparan informasi serta data yang relevan dengan
proyek yang sedang direncanakan. Pemrograman membantu arsitek mengumpulkan dan
mengidentifikasi kebutuhan informasi yang spesifik. Tujuan dari pemrograman adalah
untuk menginvestigasi dan menganalisis kebutuhan – kebutuhan yang harus dipertimbangkan dalam rancangan, mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian
pada desain, proses perancangan menjadi lebih sistematis, prosedur rancangan lebih
terarah, mempermudah pengambilan keputusan, waktu desain lebih singkat, pemecahan
masalah perancangan lebih jelas dan akurat, serta mampu menghasilkan alternatif desain.
Dalam membuat pemrograman perencanaan suatu rancangan, arsitek harus
menggunakan keahlian analisa, logika dan matematika, teknik pemrograman (matrik
interaksi, grafik hubungan, pengembangan program, diagram dan sebagainya). Arsitek
kemampuan untuk membangun, agama dan kepercayaan yang merupakan kebudayaan
masyarakat di sekitar tapak juga merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan
dipertimbangkan dalam perencanaan rancangan.
Menurut Clovis Heimsath, pola kegiatan dan aktivitas dibentuk oleh perilaku
manusia.4 Pemrograman dapat berhasil jika terdapat informasi dan data mengenai
perilaku manusia di dalamnya. Pada dasarnya, dalam rentang waktu tertentu, manusia
memiliki peran dan aktivitas. Pengetahuan akan peran ini kemudian membentuk pola.
Selanjutnya pertemuan peran antar individu ini yang menciptakan kegiatan. Karenanya
pola hubungan antar manusia sangat penting untuk diperhatikan sebagai ekspresi dari
norma budaya.
Setiap peranan dan aktivitas manusia memiliki ketentuan atau kebutuhan yang
beragam dan berbeda. Maka pemrograman yang merupakan kumpulan program dibuat
untuk memudahkan tugas arsitek dalam perencanaan perancangannya. Program
merupakan rangkuman informasi spesifik, kesimpulan dari kebutuhan dan persyaratan
ruang atau bangunan yang menjadi tugas arsitek untuk menerjemahkan dalam rancangan.
Hasil rancangan arsitektur tersebut diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan dan
aktivitas pengguna, juga mengkomunikasikan aspek – aspek dan faktor manusia, faktor fisik dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi rancangan.
Menurut John W Wade, perancang harus mendapatkan informasi penting dari
sejumlah data yang ia miliki, baru setelahnya ia dapat memulai membuat program (Wade
dalam Snyder & Catanese, 1984). Hal ini disetujui oleh Antonio Saggio. Ia menyatakan:
“…information also makes up the “production infrastructure” for multidisciplinary development of projects and the future management of buildings…” (Sagio dalam Gausa
et al., 2003: 343). Dengan pengertian bahwa informasi merupakan bahan bagi perancang
4Clovis Heimsath (1986:56) “Behavioral Architecture”, suatu bangunan akan menghasilkan
untuk menentukan apa saja yang diperlukan dalam melaksanakan produksi bagi
pengembangan perancangan.
Kembali pada konteks proyek, setelah penulis melakukan kegiatan pengumpulan
informasi dan data dari berbagai sumber dan kegiatan seperti studi lapangan, wawancara,
studi literatur, dan studi banding konteks kasus yang relevan, proses pengembangan
proyek dilanjutkan dengan kegiatan analisa dan pemrograman. Banyak faktor – faktor yang harus dianalisa secara terperinci. Seperti faktor manusia, fungsi tapak, bangunan,
utilitas, dan faktor luar lain yang harus diketahui untuk menghindari dan mengurangi
timbulnya masalah rancangan di lapangan.
Manusia merupakan pelaku utama dalam suatu perancangan arsitektur yang
membutuhkan wadah, tidak hanya untuk menampung aktivitas – aktivitas mereka, namun juga untuk memenuhi kriteria estetika akibat pengaruh psikologinya. Interaksi antar
manusia yang terjadi di lokasi proyek merupakan salah satu faktor yang wajib
diperhatikan. Salah satu fakta dari hasil analisa interaksi manusia yang didapatkan adalah
tidak terdapat pungutan biaya sewa bagi keluarga Kesultanan Deli yang memiliki ritel
atau tempat berjualan di dalam lingkungan Istana Maimun, baik yang berperan sebagai
penjual makanan ataupun souvenir. Hal ini dikarenakan mereka adalah keluarga Kesultanan Deli yang memiliki hak terhadap kepemilikan tanah di lingkungan Istana
Maimun.
Jadwal pertunjukan kesenian seperti nyanyian lagu dan tari Melayu juga dilakoni
oleh keluarga Kesultanan Deli untuk pengunjung Istana Maimun. Semua kegiatan yang
berlangsung di lingkungan Istana Maimun oleh anggota keluarga Kesultanan Deli
dikelola oleh suatu yayasan yaitu Yayasan Sultan Ma’moen Al Rasyid. Berdasarkan pada
di lapangan, dikatakan bahwa tidak ada faktor yang membedakan tempat tinggal keluarga
kesultanan di lingkungan Istana Maimun.5
Setelah menganalisa lokasi proyek, penulis menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan faktor keselamatan, keamanan, dan kenyamanan antara keluarga kesultanan
yang tinggal di sayap kiri dan kanan bangunan Istana Maimun dengan keluarga
Kesultanan Deli yang tinggal di belakang bangunan Istana. Untuk keluarga kesultanan
yang bertempat tinggal di dalam bangunan Istana Maimun tergolong aman dan nyaman,
karena akses dari dalam bangunan menuju ke sisi kiri dan kanan ditutup serta tidak
berdekatan dengan Sungai Deli yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Sementara untuk privasi, keamanan, dan kenyamanan keluarga yang tinggal di
belakang Istana Maimun sangat kurang karena tidak ada penjagaan untuk akses ke daerah
tersebut sehingga dapat dimasuki oleh siapa saja, juga berada di bantaran sungai yang
tergolong kumuh.
Saat melakukan studi lapangan, juga ditemukan bahwa kondisi sungai yang
memprihatinkan disebabkan karena kurangnya sistem pengolahan sampah dan drainase di
lingkungan tersebut. Tidak terdapat akses yang sewajarnya untuk dilalui menuju ke
Sungai Deli yang memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik kawasan
tersebut. Kondisi kontur tanah yang menurun sekitar 6.5 meter dari titik permukaan tanah
5 Namun berdasarkan pada hasil wawancara salah satu anggota keluarga kesultanan, beliau
mengatakan bahwa yang tinggal dalam bangunan Istana Maimun merupakan keturunan langsung dari pihak raja, sementara untuk keturunan pihak perempuan dan yang lain tinggal di belakang bangunan Istana.
Gambar 2.1: Rumah tinggal keluarga kesultanan tanpa penjagaan
rumah tinggal keluarga kesultanan ke daerah sungai. Berdasarkan informasi masyarakat
yang tinggal di belakang Istana Maimun, titik banjir tertinggi yang pernah terjadi di
kawasan tersebut yaitu sekitar 4.5 meter dari permukaan air sungai dan belum pernah
memasuki bangunan Istana Maimun.
Kegiatan analisa yang dilakukan berdasarkan pada faktor fungsi dan pengolahan
tapak, ditemukan permasalahan parkir pada tapak lingkungan Istana Maimun yaitu area
parkir yang tidak tertata dan terorganisir, sehingga menyebabkan parkir kendaraan terlihat
berantakkan. Kondisi ini sangat mengecewakan karena Istana Maimun merupakan tempat
wisata Kota Medan yang masih menjadi perhatian pengunjung lokal, domestik ataupun
internasional.
Gambar 2.4: Area parkir pengunjung Istana Maimun
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 2.3: Kondisi sistem pembuangan di lingkungan rumah tinggal keluarga kesultanan
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 2.2: Kondisi Sungai Deli yang sangat memprihatinkan
Seiring berjalannya waktu, arsitektur Kota Medan terus mengalami penurunan.
Banyaknya bangunan bersejarah tidak dipertahankan identitas asli bangunannya. Masalah
kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga menjadi salah satu permasalahan karena
hanya sekitar 7% dari luas Kota Medan terdapat taman kota. Pohon-pohon yang ditanam
di sepanjang jalan Kota Medan dirusak oleh masyarakat sendiri. Pada lingkungan Istana
Maimun terdapat Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan tidak ada generator aktivitas yang
berlangsung di daerah tersebut. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini berpotensi menghasilkan
udara bersih di tengah polusi Kota Medan. Vegetasi berupa tanaman dan pohon, terutama
pohon palem yang ditanam sepanjang jalur pejalan kaki menuju bangunan Istana Maimun
merupakan nilai positif yang berpotensi.
Perubahan yang terjadi di Kota Medan memiliki dampak negatif. Untuk
mencapai impian “Kota Medan Kota Metropolitan”, dituntut untuk menjadi kota yang
maju baik dari segi perekonomian, pariwisata, dan kelengkapan infrastruktur. Hilangnya
bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki ciri-ciri estetika arsitekturalnya menjadi
contoh kegagalan pemerintah dalam melestarikan kebudayaan pengembangan pariwisata.
Padahal bangunan-bangunan bersejarah tersebut merupakan peninggalan bukti sejarah
berdirinya Kota Medan.
Berdasarkan pada hasil analisa lingkungan dan sekitar Istana Maimun, terdapat
beberapa bangunan bersejarah Kota Medan di kawasan Istana Maimun yang memiliki
hubungan erat dengan masa kejayaan Kesultanan Deli yaitu Mesjid Al-Mashun Medan Gambar 2.5: Ruang Terbuka Hijau (RTH) di lingkungan Istana Maimun
dan Taman Sri Deli. Namun Taman Sri Deli yang memiliki kolam dan dahulu berfungsi
sebagai fasilitas komplek istana anak sultan pada masa kejayaannya, kini telah hancur dan
diambil alih oleh Pemko Medan. Setiap bulan puasa, Taman Sri Deli akan digunakan
sebagai kawasan kuliner atau biasa disebut Ramadhan Fair yang merupakan acara penting
tahunan Kota Medan. Sirkulasi kendaraan pada saat acara tersebut berlangsung juga
merupakan salah satu faktor kemacetan kendaraan yang harus sangat diperhatikan dalam
perancangan kasus proyek ini, mengingat banyaknya volume kendaraan yang melintas di
jalanan membuat badan jalan tidak mampu menampung kepadatan kendaraan.
Faktor lain yang harus diperhatikan dalam perancangan adalah peraturan garis
sempadan Sungai Deli berdasarkan pada Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan adalah 15 meter. Garis Sempadan
Bangunan (GSB) Jalan Brigjen Katamso yaitu sekitar 14 meter. Perhitungan untuk
koefisien dasar bangunan (KDB) hotel butik dan apartemen adalah sama, yaitu 40% atau
[image:35.595.166.456.442.705.2]sekitar 4.000M2, dan tinggi maksimal bangunan berdasarkan pada KKOP adalah 45M.
Gambar 2.6: Draft Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan untuk Kawasan Maimun
Sumber: Peraturan daerah Kota Medan (2008-2028)
Peraturan DAS berdasarkan RTRW (2008-2028)
Peraturan GSB berdasarkan RTRW (2008-2028)
Bangunan Istana Maimun menjadi faktor terpenting yang tidak boleh
ditinggalkan dan harus diperhatikan sebagai bagian dari perencanaan perancangan, karena
salah satu tujuan utama bangunan baru adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat
lingkungan Istana Maimun. Istana Maimun merupakan salah satu ikon di Kota Medan.
Bangunan Istana Maimun berorientasi Timur – Barat, dan muka bangunan menghadap Timur. Bangunan bersejarah ini dikenal dengan ciri simetris, serta paduan unsur – unsur warisan kebudayaan Melayu dengan ciri arsitektur Moghul, Italia, Spanyol, India dan
[image:36.595.193.465.311.684.2]Belanda (lihat gambar 2.7).
Gambar 2.7: Bukti pengaruh kebudayaan negara lain pada bangunan Istana Maimun.
Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan jendela yang lebar
dan tinggi, namun beberapa pintu menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam
tampak pada lengkungan atap dan bentuk lengkungan ini menunjukkan ciri arsitektur
kawasan Timur Tengah seperti India dan Turki. Bangunan Istana Maimun bertingkat dua
ini ditopang oleh tiang kayu dan batu.
Tujuan dari kegiatan analisa seperti yang telah dijelaskan di paragraf-paragraf
sebelumnya adalah untuk mengidentifikasi serta mendefinisikan masalah dengan
membuat laporan pemrograman sebagai sistem dari perancangan. Pemrograman ini
berupaya untuk memecahkan masalah dalam kaitan fisik, psikologi, sosial dan cultural.
Laporan pemrograman kasus proyek ini meliputi pengenalan proyek yang menceritakan
latar belakang dari perencanaan proyek, pemaparan permasalahan perancangan, dan
peraturan yang harus diperhatikan dalam merancang.
Deskripsi proyek juga dicantumkan untuk menjelaskan kondisi lahan yang ada di
sekitar dan di dalam lingkungan Istana Maimun, peraturan teknis seperti Garis Sempadan
Bangunan (GSB) dan sungai, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), tabel program
kebutuhan dan aktivitas. Menjelaskan kajian teori dan pedoman teknis perancangan
bangunan hotel butik dan apartemen, serta kondisi eksisting tapak proyek dan sekitarnya.
Membuat tabel program kebutuhan dan aktivitas, studi literatur hotel butik dan
apartemen. Kemudian mencantumkan analisa yang telah dilakukan dalam bentuk
presentasi gambar. Analisa yang dilakukan antara lain analisa kondisi eksisting tapak
(lihat gambar 2.8), kondisi di lingkungan sekitar tapak (lihat gambar 2.9), kondisi
eksisting lingkungan bangunan Istana Maimun (lihat gambar 2.10), fasad lingkungan
sekitar (lihat gambar 2.11), sirkulasi kendaraan (lihat gambar 2.12), kenyamanan dan
keamanan di lingkungan Istana Maimun (lihat gambar 2.13), teknik finishing tapak,
Gambar 2.8: Hasil analisa kondisi eksisting tapak proyek
Gambar 2.9: Hasil analisa kondisi eksisting lingkungan sekitar Istana Maimun
Gambar 2.10: Hasil analisa kondisi eksisting lingkungan Istana Maimun
Gambar 2.11: Hasil analisa fasad bangunan sekitar
Gambar 2.12: Hasil analisa sirkulasi kendaraan
Gambar 2.13: Hasil analisa kenyamanan dan keamanan di lingkungan Istana Maimun
Gambar 2.14: Hasil analisa teknik finishing tapak & sistem pembuangan dan drinase
Gambar 2.15: Hasil analisa Pedestrian
Perencanaan perancangan suatu proyek harus melalui analisa yang terperinci. Ini
bermaksud untuk menghindari dan meminimalisir timbulnya permasalahan pada
lapangan. Program ruang dibuat berdasarkan pada kesimpulan dari hasil analisis
pengidentifikasian jenis ruang, hubungan organisasi ruang, pengguna, dan sifat – sifat ruang.
Dalam penyusunan laporan pemrograman hotel butik, data dan keterangan
penting yang harus dicantumkan adalah hasil dari kegiatan analisa yang kemudian
dipresentasikan dalam bentuk tabel dan diagram agar mudah dimengerti. Pada umumnya,
data analisa yang dicantumkan yaitu analisa pengguna, aktivitas, sirkulasi, penzoningan,
parkir, sistem bangunan, dan persyaratan yang diperlukan dalam merancang hotel butik.
Perhitungan area parkir pengunjung dan karyawan, jumlah karyawan dan unit
kamar yang harus disediakan, jumlah lift pengunjung dan servis yang diperlukan serta informasi lain yang dibutuhkan dalam hotel butik juga harus dicantumkan. Informasi
yang terdapat dalam laporan pemrograman juga harus menjelaskan keterangan
penanganan masalah berdasarkan konteks proyek seperti informasi cara mengantisipasi
air pasang dan banjir Sungai Deli yang bisa terjadi kapan saja (lihat lampiran 1).
Perbedaan rancangan bangunan apartemen dengan hotel butik ditemukan pada
tingkat privasi pengguna bangunan dan jenis-jenis serta jumlah unit kamar yang harus
disediakan. Data studi lapangan yaitu rasio jumlah anggota dalam masing - masing
keluarga Kesultanan Deli yang menjadi prioritas untuk direlokasi ke apartemen menjadi
acuan dalam menentukan jenis dan menghitung jumlah unit kamar apartemen (lihat
BAB III
PRELUDE TOWARDS THE REVIVAL OF ’PARIJS VAN SUMATRA’
Pada proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur, salah satu hal yang
penting untuk dibahas setelah pemrograman dan analisis data adalah “Tema dan Konsep”,
karena tema dan konsep ini selalu muncul dan mengikuti jalannya proses perencanaan
dan perancangan, bahkan sepanjang proses perencanaan dan perancangan ini dilakukan.
Elaborasi tema merupakan pembelajaran informasi dan data yang didapatkan, analisa,
serta studi literatur, studi banding kasus proyek dengan konteks yang mendekati. Ini
dilakukan guna mengembangkan tema dan konsep untuk perencanaan perancangan.
Pencarian informasi dengan memperhatikan kata kunci yang dapat digunakan
sebagai pendekatan dalam konteks perancangan sehingga tercipta tema yang sesuai
dengan konteks proyek. Elaborasi tema menjelaskan tentang pengertian tema yang
dipilih, latar belakang pemilihan tema, tujuan dan bahan pertimbangan untuk penerapan
konsep pada rancangan bangunan.
KONSEP Muncul saat proses
sintesa
Analisis Sintesis
DESAIN MASALAH
Pemecahan masalah menjadi khusus
TEMA
[image:47.595.113.508.333.557.2]Selalu mengikuti tahap dari awal sampai akhir
Gambar 3.1: Skema proses pengembangan tema dan kosnsep
Tema utama kasus proyek adalah “Urban Heritage Tourism”. Menurut Martana (2007), “Urban Heritage Tourism” merupakan suatu konsep pariwisata6 yang sebenarnya
sederhana dengan memanfaatkan citra dari lingkungan binaan ataupun alam yang
memiliki nilai historis yang telah terukir di kota tersebut. Dengan mentransformasikan
modal budaya berupa warisan dan pusaka budaya (cultural capital) menjadi modal ekonomi (economic capital). Umumnya para pengunjung diajak untuk mengapresiasi dan menginterpretasi objek warisan, baik yang bisa diamati ataupun tidak. Dengan
menggunakan panca indera yang dimiliki manusia untuk menikmati objek tersebut.
Objek yang diamati dapat berupa benda (mati atau hidup), suasana dan perasaan
maupun aktivitas yang ada di dalamnya. Selain berfungsi sebagai sarana pendidikan dan
rekreasi, konsep ini juga sebagai upaya untuk mensejahterakan dan melestarikan warisan
budaya yang dimiliki kota itu sendiri. Dikombinasikan dengan arsitektur muka sungai
“Riverfront Architecture”, dimana pembangunan wajah bangunan yang terjadi
berorientasi ke arah sungai, dalam konteks ini yaitu Sungai Deli.
Warisan budaya (heritage) 7 merupakan bukti sejarah yang menjadi salah satu
aspek penting bagi bangsa, generasi selanjutnya dan modal bagi pengembangan
pariwisata. Kota Medan terkenal dengan multikultur yang menjadikan kota ini unik dari
kota lain. Ragam budaya yang dimiliki mewarnai latar belakang kehidupan dan
memberikan nuansa berbeda bagi sejarah perkembangan Kota Medan, sehingga membuat
heritage patut untuk dilestarikan bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang pernah dimiliki juga merupakan suatu kebanggaan yang
6Organisasi pariwisata sedunia (WTO) mendefinisikan pariwisata (tourism) sebagai “activities of
person traveling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes”.
7 John Nurick (2006) mengartikan heritage sebagai segala sesuatu yang diwariskan dari masa lalu,
mampu mendongkrak “Urban Heritage Tourism” sebagai tema utama dalam perencanaan
perancangan kawasan proyek sebagai tempat pariwisata di Kota Medan.
Pada konteks proyek ini, lokasi tapak pembangunan fungsi – fungsi baru yaitu hotel butik dan apartemen terletak pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu
Istana Maimun8 dan dilintasi oleh Sungai Deli9 yang merupakan salah satu pemandangan
menarik dan sangat dibanggakan pada masa dahulu. Istana Maimun merupakan salah satu
bangunan bersejarah yang sampai saat ini masih berfungsi dan menjadi salah satu tempat
pariwisata Kota Medan. Sejarah dan campuran beberapa kebudayaan Eropa, Arab dan
Melayu, estetika arsitektural, kekayaan nilai kultur dan budaya yang dimiliki bangunan
bersejarah ini menjadi magnet yang menarik perhatian pengunjung untuk mencari tahu
dan mempelajarinya.
Penulis mengambil julukan ‘Parijs Van Sumatra’ sebagai dasar pemikiran untuk pengembangan tema dan konsep sesuai konteks kasus proyek. Julukan ‘Parijs Van
Sumatra’ yang pernah melekat pada Kota Medan sangat menarik perhatian penulis. Saat di mana Kota Medan menjadi inspirasi dan dikenal sampai ke penjuru dunia sebagai kota
terindah di pulau Sumatera dengan keindahan dan tata kota teratur seperti Kota Paris di
Perancis. Namun kondisi Kota Medan saat ini sangat bertolak belakang dengan sejarah
tersebut. Proses modernisasi10 yang mengubah pemikiran masyarakat terutama
pemerintah menyebabkan warisan bersejarah yang menjadi identitas Kota Medan
perlahan – lahan menghilang. Rancangan yang mengutamakan fungsi daripada acuan penanda identitas yang tersedia, menyebabkan bangunan – bangunan Kota Medan saat ini
8 Istana Maimun adalah istana kebesaran Kesultanan Deli dengan warna kuningnya (kuning
sebagai warna kerajaan Melayu) dan khas gaya seni bina Melayu di pesisir timur. Ia merupakan salah satu mercu tanda (icon) yang terkenal di Kota Medan, Sumatera Utara.
9 Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan. Sungai ini
merupakan urat nadi perdagangan pada masa kerajaan Deli.
10 Schoorl (1991:1) mengemukakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi perubahan
tidak jelas identitasnya. Spesifikasi yang berbasis bangunan bersejarah justru mengalami
pengabaian sehingga mengancam warisan budaya dan menghambat pengembangan
pariwisata Kota Medan.
Padahal potensi Kota Medan sebagai kota pariwisata sangatlah besar karena
bangunan – bangunan bersejarah yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda berfungsi sebagai penanda kawasan dan menjadi basis kawasan pariwisata untuk Kota
Medan. Pelestarian bangunan – bangunan bersejarah dan benda budaya lain berpotensial dikembangkan sebagai modal pariwisata budaya. Seharusnya pemerintah dan masyarakat
sama – sama bekerja membela pelestarian warisan budaya, bukan dengan mengorbankan warisan budaya yang dimiliki dan menghancurkan serta membangun fungsi baru ataupun
mengalih fungsikan bangunan bersejarah namun tidak dirawat. Mungkin pada masa ini
terdapat masyarakat Kota Medan yang tidak mengetahui sejarah yang membanggakan itu
atau bahkan tertawa dengan julukan yang bisa juga dikatakan mustahil melihat kondisi
[image:50.595.166.494.437.650.2]Kota Medan saat ini.
Gambar 3.2: Kondisi Gedung kerapatan Kesultanan Deli pada masa pemerintahan kolonial Belanda
Oleh karena itu, penulis berupaya untuk memunculkan kembali sebutan ‘Parijs Van Sumatra’ dimulai dari skala mikro melalui perencanaan perancangan proyek ini.
Menggunakan warisan budaya sebagai acuan dalam perancangan bangunan dengan fungsi
baru untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan generasi masa depan, sehingga
rancangan baru tidak meninggalkan identitas kawasan yang telah terukir pada masa
dahulu. Maka tema untuk perencanaan perancangan dalam konteks kasus proyek ini
adalah “Inheritance for the Future” (lihat gambar 3.4).
INHERITANCE FOR THE FUTURE
Gambar 3.3: Kondisi Gedung kerapatan Kesultanan Deli saat ini
Sumber: Dokumentasi pribadi
SUNGAI DELI ISTANA
MAIMUN
PARIJS VAN SUMATRA
IDENTITAS KONTEKSTUAL
AKTIVITAS/ TRADISI
ROH/ JIWA
[image:51.595.253.408.85.299.2]Konsep membangkitkan kembali identitas kawasan dengan mempertahankan
keberadaan bangunan bersejarah yaitu Istana Maimun dan Sungai Deli (dalam kasus
proyek ini, Sungai Deli dianggap bersih) sebagai pertimbangan dan acuan dalam
perancangan fungsi – fungsi baru yang telah ditetapkan, sehingga mampu menciptakan keharmonisasian arsitektur pada lingkungan tersebut. Menyediakan ruang publik (public space)11 dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)12 sebagai generator aktivitas13 dan area rekreasi
seperti magnet untuk menarik pengunjung melakukan aktivitas disana.
Menciptakan suasana dan pengalaman (experience) yang berbeda “Distinction sense of place” dengan estetika arsitektural yang menunjukkan identitas kawasan
tersebut. Penerapan elemen –elemen serta roh “spirit” dan inti “essence” yang merupakan nilai kultur dan budaya untuk memunculkan suasana dan pengalaman berbeda pada
keseluruhan lingkungan Istana Maimun.
Contoh spirit dan essence yaitu makna bangunan kolonial megah bercat putih masa peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang melambangkan semangat keras
bangsa kulit putih yang berhasil dan pantas dikagumi. Bangunan-bangunan di sepanjang
jalan Ahmad Yani dulunya merupakan bangunan yang memiliki arcade yang banyak dilewati oleh pejalan kaki. Bangunan peninggalan masa pemerintahan kolonial Belanda
yang megah seperti gedung bekas kantor Depnaker (sekarang menjadi AMPI),
rumah-rumah bergaya khas Eropa, Melayu dan China dapat menjadi magnet bagi masyarakat
untuk melakukan aktivitas.
11 (Ching, 1992). Public merupakan sekumpulan orang-orang tak terbatas siapa saja, dan space
atau ruang merupakan suatu bentukan tiga dimensi yang terjadi akibat adanya unsur-unsur yang membatasinya.
12 Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, “Ruang Terbuka
Hijau adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam”.
13 Schoorl (1991:1) mengemukakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi perubahan
Pendekatan arsitektur kontekstual yang tanggap terhadap iklim, lingkungan
sekitar bantaran sungai, kontur tanah, titik banjir sungai, material, proporsi bangunan,
langgam dan simbol, serta kondisi lingkungan sekitar juga dapat memperkuat identitas
kawasan. Penulis mempertimbangkan penerapan gaya arsitektur Melayu Kolonial dalam
bangunan hotel butik dan apartemen dengan menjaga skala antara bangunan baru dengan
bangunan Istana Maimun, tower, menyesuaikan bangunan dengan iklim yaitu menyediakan ventilasi, dan lainnya. Sehingga rancangan bangunan dengan fungsi baru
Gambar 3.5: Kesawan di masa 1920-an (repro koleksi Dr. Phil Ichwan Azhari)
Sumber : Website Badan Warisan Sumatera
Gambar 3.6: Gapura Cina di Kesawan selama perayaan ulang tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina
mampu menciptakan lingkungan Istana Maimun yang memiliki keindahan, keselarasan,
tata bangunan yang teratur, akses sirkulasi yang jelas dan nyaman, serta adanya ruang
BAB IV
STEPS TO ACHIEVING THAT DREAMS
Bagian penting dalam proses desain pengembangan tema dan konsep adalah
rancangan konseptual itu sendiri. Konsep merupakan langkah sulit dalam proses desain
yang berisi gagasan atau ide dengan memadukan berbagai unsur ke dalam satu kesatuan.
Konsep mengintegrasikan tapak (site), program dan berbagai aspek yang ditemui dengan
ide atau visi dan mengacu pada konteks kasus proyek. Dalam arsitektur, konsep
mengemukakan bahwa syarat-syarat suatu rencana, konteks dan keyakinan dapat
dikombinasikan bersama.14 Suatu konsep harus mampu menunjang visi dan misi dari
suatu proyek dan memperhatikan karakter serta keterbatasan dari setiap proyek. Konsep
akan menjadi acuan dan memandu semua keputusan rancangan ke depannya. Sumber
konsep dapat berasal dari mana saja, dari alam, teknologi, budaya, sastra, seni,
lingkungan dan sebagainya baik secara langsung atau pun tidak langsung (abstrak).
Dalam dunia desain, gagasan harus dapat disampaikan secara cepat, jelas dan
sederhana. Gagasan-gagasan dalam bidang arsitektur umumnya disampaikan dalam
bentuk sketsa atau menggunakan komunikasi grafis yang menunjang untuk
mempermudah pemahaman dari pengamat. Penggunaan komunikasi grafis merupakan
salah satu cara yang efektif bagi seorang arsitek untuk menunjukkan kaitan antara desain
bangunan yang akan dirancang dengan lingkungan sekitarnya. Pada kasus proyek ini
adalah kaitan antara desain bangunan hotel butik dan apartemen dengan Istana Maimun
dan lingkungan sekitarnya. Penggunaan ilustrasi sketsa dalam suatu konsep perancangan
menggambarkan permulaan dari proses desain. Konsep perancangan menyajikan
sketsa-sketsa yang menggambarkan data dan informasi, pemecahan masalah dan ide-ide kreatif
14 Sebelum menciptakan sebuah desain, konsep dituangkan melalui gagasan ide awal yang ada
si arsitek. Biasanya sketsa konsep dibuat dalam beberapa alternatif desain sebagai dasar
dari pengembangan desain selanjutnya.
Sebuah karya arsitektur bukan merupakan penjumlahan dari deretan solusi
pemecahan masalah pada suatu perancangan, melainkan merupakan sebuah konstruksi
dari sebuah proses mental yang mengintegrasi berbagai aspek pertimbangan desain. Hal
tersebut membutuhkan pemikiran yang kreatif dari seorang arsitek (creative thinking). Berbagai aspek seperti fungsi, struktur, pemilihan bahan, lingkungan, dan estetika
menjadi bahan pertimbangan dalam merancang sebuah kesatuan komposisi pada suatu
karya arsitektur. Menghubungkan berbagai aspek-aspek ini menjadi satu kesatuan secara
simultan membuat komposisi karya arsitektur menjadi begitu kompleks. Kompleksitas
arsitektur juga tergambar dari karya-karya arsitektur yang tidak hanya mengingatkan
manusia pada masa lalu namun juga membuat manusia berpikir akan masa depan.
Penilaian dan tanggapan manusia terhadap suatu karya arsitektur juga sangat personal dan
relatif.
Karya seni berbe