• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Ny. B Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nyaman (Nyeri) Di Rsup. H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Ny. B Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nyaman (Nyeri) Di Rsup. H. Adam Malik Medan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny. B Dengan

Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman (Nyeri)

di RSUP H. Adam Malik

Medan

Disususun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh :

Sri Nurhafni Sihotang 102500091

Program Studi Diii Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis sampaikan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat-Nya akhirnya penulis mampu menyelesaikan kuliah yang diakhiri

dengan penulisan tugas akhir ini yang penulis beri judul ASUHAN

KEPERAWATAN PADA NY. B DENGAN PRIORITAS MASALAH

KEBUTUHAN DASAR NYAMAN (NYERI) DI RSUP. H. ADAM MALIK

MEDAN

Penulisan tugas akhir ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Muda Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013.

Penulis mempersembahkan terimakasih dan rasa hormat yang

sebesar-besarnya kepada ayahanda H. Sihotang dan ibunda L. Sinaga tercinta yang penuh

kesabaran dan kasih sayang serta telah memberikan bantuan moril, materil dan

doa selama kuliah hingga selesainya tugas akhir ini.

Atas segala bimbingan, bantuan, serta fasilitas yang tidak ternilai selama

penulis melaksanakan penelitian ini hingga selesainya penulisan tugas akhir ini,

maka penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma III

Fakultas Keperawatan Univeritas Sumatera Utara

3. Ibu Diah Arruum, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing penulis

yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan, arahan dan koreksi dalam proses penyelesaian tugas akhir

sehingga dapat diselesaikan dengan baik

4. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku Dosen Penguji yang juga banyak

memberikan masukan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah

5. Bapak dan Ibu Staff Pengajar yang telah memberikan banyak ilmu buat

penulis selama kuliah di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara

6. Abang-abang tercinta, Abang Sura, Abang Vicky, dan Abang Tommy atas semua dukungan dan kerelaan hati untuk memberikan bantuan moril,

(4)

7. Putri Nadya Sinaga, Roza Erlina, Anggia J.C Tarigan, dan Ali Imran yang

telah banyak membantu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah serta

teman-teman di D-III Keperawatan ’10

8. Sahabatku, Tri Warsita dan Moses Bostom Sitorus buat waktunya

menemani dan mendukung penulis, serta selalu memberikan bantuan moril

dan materil.

Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat dan balasan yang

berlipat ganda atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, sehingga pada

kesempatan ini penulis memohon maaf atas segala kekurangan pada Tugas akhir

ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca

sangat diharapkan. Walaupun demikian penulis berharap tulisan ini dapat menjadi

sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang

Keperawatan.

Medan, Juni 2013

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 1

C. Manfaat ... 2

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 3

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi ... 3

1. Pengkajian ... 6

2. Analisa data ... 9

3. Rumusan Masalah ... 14

4. Perencanaan ... 15

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 22

1. Pengkajian ... 22

2. Analisa data ... 33

3. Rumusan Masalah ... 34

4. Perencanaan ... 34

5. Implementasi ... 40

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini

dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Individu yang merasakan nyeri merasa

tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri.

Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

keperawatan. Karena pengalaman nyeri bersifat dinamis, perawat memiliki

tanggung jawab untuk memahami pengalaman rasa nyeri (Asmadi, 2008).

Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah nyeri. Nyeri

merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Klien

merespons terhadap nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya

berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka

perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien. Penatalaksanaan

nyeri yang efektif tidak hanya mengurangi ketidaknyamanan fisik, tetapi juga

meningkat mobilisasi lebih awal dan membantu klien kembali bekerja lebih dini,

mengurangi kunjungan klinik, memperpendek masa hospitalisasi, dan mengurangi

biaya perawatan kesehatan (Asmadi, 2008).

Dalam memberikan asuhan keperawatan guna mengatasi rasa nyeri pada

pasien, perawat harus selalu berusaha untuk mengembangkan strategi

penatalaksanaan nyeri, sehingga lebih dari sekedar pemberian obat-obatan

analgesik. Dengan memahami konsep nyeri secara holistik, diharapkan perawat

mampu mengembangkan strategi-strategi yang dapat mengatasi nyeri yang

dirasakan seorang pasien (Asmadi, 2008).

B. Tujuan

1. Mengetahui kebutuhan dasar yang terkait dengan masalah nyeri.

2. Melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dan profesional

(7)

C. Manfaat

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberi manfaat, yakni :

1. Bagi Pendidikan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi

pendidikan keperawatan khususnya bagi mata kuliah kebutuhan dasar

manusia tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

kebutuhan dasar nyeri.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada petugas

kesehatan sehingga dapat meningkatkan pemberian asuhan keperawatan

pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar nyeri.

3. Bagi Klien

Karya Tulis Ilmiah ini dapat memenuhi kebutuhan klien tentang asuhan

(8)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Rasa Nyaman (Nyeri)

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya

orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan

tersebut (Long, 1996). Secara umum nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan

tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992).

Faktor yang mempengaruhi reaksi nyeri antara lain: makna nyeri bagi

individu, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan

sosial, kesehatan fisik dan mental, sikap orang tua terhadap nyeri, lokasi nyeri,

perasaan takut/cemas, upaya untuk mengurangi respon terhadap stressor, usia

(Priharjo, 1992).

1. Jenis dan Bentuk Nyeri

a. Jenis Nyeri

Nyeri Perifer. Nyeri ini ada tiga macam: (1) nyeri superfisial, yakni rasa

nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa; (2) nyeri

viseral, rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di

rongga abdomen, kranium, thoraks; (3) nyeri alih, nyeri yang dirasakan

pada daerah lain yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.

Nyeri Sentral. Nyeri yang muncul akibat stimulasi di medula spinalis,

batang otak, dan talamus.

Nyeri Psikogenik. Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.

Dengan kata lain, nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri.

Seringkali, nyeri ini muncul karena faktor psikologis, bukan fisiologis

(Asmadi, 2008).

b. Bentuk Nyeri

Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.

1) Nyeri Akut

Yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir

(9)

jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka

operasi (Asmadi, 2008).

2) Nyeri Kronis

Yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini

polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode

yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi

nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang

konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama

semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan

pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena neoplasma (Asmadi, 2008).

2. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

a. Etnik dan Nilai Budaya

Latar belakang etnik budaya merupakan faktor yang mempengaruhi

reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari

budaya tertentu cenderung ekspresif dalam mengungkapkan nyeri,

sedangkan individu dari budaya lain justru lebih memilih menahan

perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain (Sigit, 2010).

b. Tahap Perkembangan

Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variabel penting

yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal

ini, anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang

mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat

menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Di sisi lain, prevelensi

nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis

yang mereka derita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena

penuaan, tetapi efek analgesik yang diberikan menurun karena perubahan

fisiologis yang terjadi (Sigit, 2010).

c. Lingkungan dan Individu Pendukung

Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan,

dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat

(10)

salah satu faktor penting yang mempengaruhi persepsi nyeri individu.

Sebagai contoh, individu yang sendirian, tanpa keluarga atau

teman-teman yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat

dibandingkan mereka yang mendapat dukungan dari keluarga dan

orang-orang terdekat (Sigit, 2010).

d. Pengalaman Nyeri Sebelumnya

Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu

dan kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri

atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri

cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi

dibandingkan dengan individu yang belum pernah mengalaminya (Sigit,

2010).

e. Ansietas dan Stres

Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman

yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau

peristiwa disekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya,

individu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang

dirasakan akan mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang

akan menurunkan persepsi nyeri mereka (Sigit, 2010).

3. Cara Mengukur Intensitas Nyeri

Tabel 1 Skala Nyeri Menurut Hayward (Potter & Perry, 2006)

Skala Keterangan

0

1-3

4-6

7-9

10

Tidak nyeri

Nyeri ringan

Nyeri sedang

Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan

aktivitas yang biasa dilakukan

(11)

Sedangkan skala menurut McGill (McGill scale) mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan lima angka, yaitu: 0: tidak nyeri, 1: nyeri ringan, 3: nyeri

berat, 4: nyeri sangat berat, 5: nyeri hebat. Selain kedua skala diatas, ada pula

skala wajah, yaitu Wong-Baker FACES rating scale yang ditunjukkan dengan klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini

termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia

yang mengalami gangguan kognitif dan komunikasi.

1. Pengkajian

Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di

dalam memulai mengkaji respon nyeriyang dialami klien. Donovan & Girton

(1984) mengidentifikasi komponen-komponen tersebut diantaranya:

a) Penentuan ada Tidaknya Nyeri: Dalam melakukan pangkajian

terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan

adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan

adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan klien adalah

nyata.

b) Karakteristik Nyeri (Metode P, Q, R, S, T)

1) Faktor Pencetus (P: Provocate)

Perawat mengakaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri

pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi

bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera (Sigit, 2010).

2) Kualitas (Q: Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan

oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan

kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti

tertindih, perih, tertusuk, dll dimana tiap-tiap klien mungkin

berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan

(12)

3) Lokasi (R: Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk

menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman

ileh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat

dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang

paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang

dirasakan bersifat difus (menyebar) (Sigit, 2010).

4) Keparahan (S: Serve)

Tingkat keparahan pasien tentang nteri merupakan akarakteristik

yang paling subjektif. Pada pengkajian ini, klien diminta untuk

menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri

sedang, atau berat (Sigit, 2010).

5) Durasi (T: Time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi,

dan rangkaian nyeri (Sigit, 2010).

6) Faktor yang memperberat/memperingan nyeri

Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri

pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres dan

yang lainnya, sehingga dengan demikian perawat dapat memberikan

tindakan yang tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri

pada klien (Sigit, 2010).

c. Respon Fisiologis: Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis

menuju ke batang otak dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi

terstimulasi sebagai bagian dari respon stres (Sigit, 2010).

Tabel 2 Respon fisiologis terhadap nyeri

Respon Fisiologis Terhadap Nyeri

Respon simpatik Peningkatan frekuensi pernafasan

Dilatasi saluran bronkiolus

Peningkatan frekuensi denyut jantung

Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan

tekanan darah)

(13)

Diaforesis

Peningkatan tegangan otot

Dilatasi pupil

Penurunan motilitas saluran cerna

Respon parasimpatik Pucat

Ketegangan otot

Penurunan denyut jantung atau tekanan darah

Pernafasan cepat dan tidak teratur

Mual dan muntah

Kelemahan atau kelelahan

d. Respon Perilaku: Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa

ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap

bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan

gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi

verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung (Sigit,

2010).

e. Respon Afektif: Respon afektif juga perludiperhatikan oleh seorang

perawat didalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan

gangguan rasa nyeri. Ansietas (kecemasan) perlu digali dengan

menanyakan pada pasien seperti: “Apakah pada saat ini anda merasakan

cemas?”. Selain itu juga adanya depresi, ketidaktertarikan pada aktivitas

fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu diperhatikan (Sigit,

2010).

f. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien: Klien yang merasa nyeri

setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-harinya,

pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap

kegiatan-kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia

dapat membantu dalam program aktivitas pasien (Sigit, 2010).

g. Persepsi Klien Tentang Nyeri: Dalam hal ini perawat perlu mengkaji

(14)

nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau

lingkungan disekitarnya (Sigit, 2010).

h. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri: Perawat dalam hal ini

perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien gunakan untuk

menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara tersebut dan

apakah bisa digunakan saat klien menjalani perawatan dirumah sakit

(Sigit, 2010).

2. Analisa Data

Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan

klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan

hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya (Sigit, 2010).

Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien

terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup

tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang

dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta

kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi

merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang

terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi

klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis

keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan

untuk mengatasi maslah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak

pasien masuk rumah sakit (initial assesment), selama klien dirawat secara terus menerus (ongoing assesment), serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (re-assesment) (Sigit, 2010).

Tujuan Pengumpulan Data

a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.

b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.

c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.

d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah

(15)

Tipe Data:

a. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,

mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatannya,

misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi,

mual, perasaan malu.

b. Data Objektif

Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh

menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama

pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah,

berat badan, tingkat kesadaran.

NO DATA MASALAH

KEPERAWATAN

1 DS:

− Pasien mengatakan nyeri pada kepala dan pada tangan dextra dan sinistra

− Pasien menyatakan leher dan kepala

terasa sakit dan tangan dextra dan

sinistra susah digerakkan

− Pasien menyatakan penyakitnya

mengganggu aktivitas sehari-hari

− Pasien menyatakan nyeri dirasakan saat

sedang melakukan aktivitas

DO :

− TD: 150/90mmHg, HR: 90x/menit RR:

28x/menit, suhu tubuh: 37˚C

− Pasien tampak meringis dan gelisah − Nyeri skala 6

Gangguan Rasa Nyaman

(16)

Karakteristik Data

a. Lengkap

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah

klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari.

Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut

dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakah tidak mau makan

karena tidak ada nafsu makan atau disengaja?, apakah karena adanya

perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis?, bagaimana respon

klien mengapa tidak mau makan (Sigit, 2010).

b. Akurat dan Nyata

Untuk menghindari kesalahan, maka perawast harus berpikir akurat dan

nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat,

diamatii dan diukur melalui pemeriksaan, ada tidaknya validasi terhadap

semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat masih kurang jelas

atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat

harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada

observasi: “klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua

tangannya. Perawat berusaha mengajak klien untuk berkomunikasi, tetapi

klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari

klien tidak mau makan makanan yang diberikan”, jika keadaan klien itu

ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan

perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan

penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien.

Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian

(Sigit, 2010).

c. Relevan

Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyyebabkan banyak sekali

data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam

mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat

data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data relevan

sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah

(17)

Sumber Data

a. Sumber Data Primer: klien adalah sumber utama data (primer) dan

perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya menggenai masalah

kesehatan klien (Sigit, 2010).

b. Sumber Data Sekunder: orang terdekat, informasi dapat diperoleh

melalui orang tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien

mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran

yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak, atau klien dalam

kondisi tidak sadar (Sigit, 2010).

c. Sumber Data Lainnya

1) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya: catatan kesehatan

terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat

mendukung rencana tindakan perawatan.

2) Riwayat penyakit: pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan

merupakan riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang

diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis

dan untuk menentukan rencana tindakan medis.

3) Konsultasi: kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim

kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau

dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi

tersebut dapat diambil guna membantu meneggakkan diagnosa.

4) Hasil pemeriksaan diagnostik: seperti hasil pemeriksaan laboratorium

dan tes diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang

dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan

diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari

tindakan keperawatan.

5) Perawat lain: jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan

lainnya, maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang

telah merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan

keperawatan yang telah diberikan.

6) Kepustakaan: untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif,

(18)

klien. Memperoleh literatur sangat membantu perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat (Sigit, 2010).

Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

b. Observasi

c. Pemeriksaan fisik

d. Studi dokumentasi

Terdapat dua diagnosa keperawatan utama yang digunakan untuk

menggambarkan nyeri pada klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

Nyeri Akut adalah nyeri yang suatu pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual

maupun potensial, dengan waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai

berat, dapat diprediksi untuk berakhir dan durasi kurang dari enam bulan

(NANDA dalam Potter & Perry 2001 p.129).

Nyeri Kronis adalah suatu pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial,

dengan waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai berat, dapat diprediksi

untuk berakhir dan durasi lebih dari enam bulan (NANDA dalam Potter &

Perry 2001 p.130).

Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan

apabila data dan analisa pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat.

Berikut ini contoh proses penegakan diagnosa keperawatan nyeri melalui

proses pengkajian.

Tabel 4 Contoh Kegiatan Pengkajian Dengan Klien Nyeri

Aktivitas pengkajian Hasil yang ditemukan

Minta klien menjelaskan

karakteristik nyeri

Nyeri akut, memburuk ketika digerakkan,

seperti ditusuk dan panas, nilai 5 pada skala

10

Kaji awitan dan lokasi Nyeri berlangsung sejak dua hari yang lalu,

berlokalisir pada area lengan bawah kanan

(19)

Kaji pengaruh nyeri

terhadap aktivitas

sehari-hari

Aktivitas tangan kanan pasien terbatas, tangan

kiri tidak bisa memegang untuk memegang

benda, makan dan minum dibantu.

Tinjau riwayat

keperawatan

Klien mengalami luka pada lengan bawah

kanan dan telapak tangan kiri akibat

kecelakaan motor.

3. Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan

mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang

selama pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang

mengindentifikasikan ada atau risiko terjadi masalah . Saat mengindentifikasi

diagnose keperawatan, perawat menyusun strategi keperawatan untuk

mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh

buruk atau gangguan mobilisasi (Potter & Perry, 2006)

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan mobilisasi

dan ketidaktepatan mekanika tubuh (NANDA dalam Potter & Perry, 2006)

yaitu:

1. Nyeri kepala berhubungan dengan penurunan darah ke jaringan otak dan

peningkatan tekanan intrakranial

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia,

kerusakan neuromuskular pada ekstremitas yang ditandai dengan ketidak

mampuan bergerak, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol

otot.

3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia

sekunder akibat cedera serebrovaskuler

4. Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) kronis berhubungan dengan kerusakan

jaringan.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima pasien tentang penyakit dialami oleh pasien. Kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima pasien tentang

(20)

kesalahan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber-sumber

informasi.

6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada

area bicara di hemisfer otak yang ditandai dengan dengan kerusakan artikulasi,

tidak dapat berbicara,tidak mampu memahami bahasa tertulis/ucapan.

7. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan

4. Perencanaan

Adapun perencanaan yang dapat dilakukan dalam diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul pada gangguan mobilisasi dan ketidaktepatan

mekanika tubuh (NANDA dalam Potter & Perry, 2006) yaitu:

1. Nyeri kepala berhubungan dengan penurunan darah ke jaringan

otak dan peningkatan tekanan intrakranial

Tujuan:

− Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien

menyatakan nyeri hilang dengan spasme terkontrol − Pasien mampu melakukan aktivitas seperti biasanya

Kriteria hasil:

− Skala nyeri 5-0

− Wajah pasien tampak rileks dan maampu istirahat/tidur dengan

tenang

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10),

karakteristiknya (misal: berat, berdenyut, konstan), lokasinya,

lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan kepala

b. Monitor tanda-tanda vital

c. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperti: ekpresi

wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri,

diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernapasan, tekanan darah

d. Ajarkan teknik relaksasi nyeri tarik napas dalam dan imajinasi

terbimbing

(21)

f. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi obat analgesik

g. Ajarkan keluarga pasien untuk melakukan teknik relaksasi pada

pasienAjarkan keluarga pasien untuk melakukan teknik relaksasi

pada pasien

Rasional :

a. Mengetahui skala nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus

dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakter nyeri dan faktor yang

berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih

intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dri terapi

yang diberikan.

b. Perubahan vital sign menunjukkan pola sensasi nyeri pada pasien

c. Tanda nyeri merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung

yang dialami. Sakit kepala mungkin bersifat akutatau kronis, jadi

manifestasi fisiologis bisa muncul/tidak

d. Teknik relaksasi dapat menuimalisasi nyeri

e. Lingkungan yang tenang mempengaruhi persepsi nyeri yang dialami

pasien lebih sedikit

f. Analgesik dapat memenurunkan nyeri

g. Peran keluraga pasien dapat mendukung menimalisasi nyeri

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan

hemiparese/hemiplagia, kerusakan neuromuskular pada ekstremitas

yang ditandai dengan ketidak mampuan bergerak, keterbatasan

rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot.

Tujuan:

− Klien mampu meningkatkan aktivitas fisik yang sakit atau lemah

Kriteria hasil:

− Ekstremitas tidak tampak lemah

− Ekstremitas yang lemah dapat diangkat dan digerakkan secara

mandiri

(22)

Intervensi :

a. Jelaskan pada pasien akibat dari terjadinya imobilitas fisik

b. Ubah posisi pasien tiap 2 jam

c. Ajarkan pasien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas

yang sakit

d. Anjurkan pasien melakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang tidak

sakit

e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

f. Observasi kemampuan mobilitas pasien

Rasional :

a. Imobilitas fisik akan menyebabkan otot-otot menjadi kaku sehingga

penting diberikan latihan gerak.

b. Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi

darah yang jelek pada daerah yang tertekan

c. Gerakan aktif memberikan dan memperbaiki massa, tonus dan

kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.

d. Mencegah otot volunter kehilangan tonus dan kekuatannya bila

tidak dilatih untuk digerakkan

e. Peningkatan kemampuan daam mobilisasi ekstremitas dapat

ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi

f. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan gerak pasien setelah di

lakukan latihan dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.

3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

disfagia sekunder akibat cedera serebrovaskuler

Tujuan:

− Pasien tetap menunjukan pemenuhan nutrisi selama dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil:

− Tidak terjadi penurunan berat badan, HB dan albumin dalam batas

(23)

Intervensi :

1. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi klien

2. Kaji kemampuan klien dalam mengunyah dan menelan

3. Letakkan kepala lebih tinggi pada waktu selama & sesudah makan

4. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual

dengan menekan ringan di atas bibir / bawah dagu jika dibutuhkan

5. Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral atau memberi

makanan melalui NGT

6. Observasi keadaan, keluhan dan asupan nutrisi

Rasional :

1. Nutrisi yang adekuat membantu meningkatkan kekuatan otot

2. Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan kepada klien

3. Memudahkan klien untuk menelan

4. Membantu dalam melatih kembali sensoro dan meningkatkan

kontrol muskuler

5. Membantu memberi cairan dan makanan pengganti jika klien tidak

mampu memasukan secara peroral.

6. Mengetahui keberhasilan tindakan dan untuk menentukan intervensi

selanjutnya

4. Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) kronis berhubungan

dengan kerusakan jaringan.

Tujuan:

− Nyeri berkurang/teratasi

Kriteria hasil:

− Nyeri berkurang setelah melakukan tindakan penurunan rasa nyeri. − Adanya kemajuan dan peningkatan aktivitas sehari-hari.

Intervensi :

1. Kaji pengaruh nyeri kronis dalam kehidupan individu

2. Jelaskan hubungan nyeri kronis dan depresi

3. Diskusikan dengan klien tentang berbagai terapi modalitas tindakan

(24)

Rasional :

1. Nyeri kronis dapat mempengaruhi aspek-aspek

a. Kinerja (pekerjaan, tanggung jawab)

b. Interaksi sosial

c. Finansial

d. Kegiatan sehari-hari (tidur, makan)

e. Kognitif/ suasana hati (konsentrasi, depresi)

f. Respon dari anggota keluarga.

2. Nyeri kronis dapat menyebabkan depresi yang ditunjukan dengan

perubahan perilaku.Orientasi perubahan perilaku meningkatakan

kesadaran klien terhadap besarnya pengaruh nyeri dalam

kehidupanya.

3. Berbagi terapi modalitas seperti terapi keluarga, kelompok,

modifikasi perilaku dan program latihan yang lain diharapakan klien

mampu beradaptasi terhadap nyeri yang dialami

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

yang diterima pasien tentang penyakit dialami oleh pasien. Kurang

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang

diterima pasien tentang penyakit dialami oleh pasien yanf dtandai

dengan keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi dan

tidak mengenal sumber-sumber informasi.

Tujuan:

− Pasien mengerti tentang penyakit yang diderita

dengan

Kriteria hasil:

− Pasien dan keluarga tahu tentang penyakit yang

diderita.

− Pasien dan keluarga mau berperan serta dalam

tindakan keperawatan.

Intervensi:

(25)

2. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang

diderita.

3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang setiap tindakan

keperawatan yang akan dilakukan.

Rasional :

1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiki pasien dan

keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.

2. Penjelasan tentang kondisi yang sedang dialami dapat membantu

menambah wawasan pasien dan keluarga.

3. Agar pasien dan keluarga mengetahui tujuan dari setiap tindakan

keperawatan yang akan dilakukan.

6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari

kerusakan pada area bicara di hemisfer otak yang ditandai dengan

dengan kerusakan artikulasi, tidak dapat berbicara,tidak mampu

memahami bahasa tertulis/ucapan.

Tujuan :

− Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal

Kriteria hasil:

− Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi

− Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun

isyarat.

Intervensi

1. Berikan metode alternatif komunikasi misalnya bahasa isyarat

2. Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi

3. Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang

jawabannya “ya” atau “tidak”

4. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien

5. Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi

6. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan bicara

Rasional :

(26)

2. Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain

3. Mengurangi kecemasan dan kebinggunan pada saat berkomunikasi

4. Mengurangi rasa isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang

efektif

5. Member semangat pada klien agar lebih sering melakukan

komunikasi

6. Melatih klien berbicara secara mandiri dengan baik dan benar.

7. Gangguan r asa nyaman (nyer i) ber hubungan dengan iskemik

jar ingan

Tujuan :

− Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien

menyatakan nyeri hilang dengan spasme terkontrol − Pasein mampu melakukan aktivitas seperti biasanya

Kriteria hasil:

− Skala nyeri 5-0

− Wajah pasien tampak rileks dan maampu istirahat/tidur dengan

tenang

Intervensi :

1. Observasi dan catat keluhan lokasi beratnya (skala 0-10) dan efek

yang ditimbulkan oleh nyeri

Rasional :

1. Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan

informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinyaa

komplikasi dan keefektifan intervensi.

2. Pantau tanda-tanda vital

3. Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital

4. Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam atau

teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau membaca buku

5. Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan

kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping

6. Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi menurunkan

(27)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. B

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 61 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Sagu 6 No. 22 Kel. P. Simalingkar Medan

Tanggal Masuk Rs : 10 Juni 2013

No. Register : 55.57.73

Ruangan/Kamar : RA4/NEUROLOGI

Golongan Darah : -

Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan sakit di bagian kepala dan bagian tangan dextra dan

sinistra susah digerakkan.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/Palliative

1. Apa penyebabnya

− Sakit dirasakan dikepala jika pasien bergerak 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

(28)

B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan

− Leher dan kepala terasa sakit dan serta tangan kiri dan tangan

kanan susah digerakkan

2. Bagaimana dilihat

− Pasien tampak meringis dan gelisah

C. Region

1. Dimana Lokasinya

− Kepala, leher, tangan kanan, dan tangan kiri

2. Apakah Menyebar

− Pasien mengatakan nyeri dimulai dari leher dan menjalar ke kepala

D. Severity

− Pasien mengatakan penyakitnya mengganggu aktivitas

sehari-hari

E. Time

− Pasien mengatakan nyeri kepala dirasakan saat sedang melakukan aktifitas

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

− Pasien mengatakan pernah mengalami riwayat hipertensi

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

− Pesien mengatakan pernah berobat jalan ke puskesmas

C. Pernah dirawat/dioperasi

− Pasien mengatakan tidak pernah dirawat/dioperasi masa lalu

D. Lama dirawat

− Pasien mengatakan tidak pernah dirawat masa lalu

E.Alergi

− Pasien mengatakan tidak pernah menderita alergi sampai saat ini

F. Imunisasi

(29)

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang Tua

− Pasien mengatakan ayah pasien mengalami penyakit hipertensi

B. Saudara Kandung

− Tidak ada masalah kesehatan saudara kandung pasien

C. Penyakit Keturunan Yang Ada

− Pasien mengatakan penyakit keturunan dikeluarganya adalah

hipertensi

D. Anggota Keluarga Yang Meninggal

− Ayah pasien

E. Penyebab Meninggal

− Penyakit hipertensi

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya

− Pasien merasa lelah dengan kondisinya, tapi pasien optimis akan sembuh

B. Konsep Diri

− Gambaran diri : pasien mengatakan dirinya

tidak berguna lagi sebagai istri − Ideal diri : pasien berharap penyakitnya

cepat sembuh

− Harga diri : pasien mengatakan harga

dirinya baik jika keluarga ada

didekatnya.

− Peran diri : pasien mengatakan bahwa dia

tidak bisa melakukan

perannya sebagai IRT

semenjak sakit

(30)

C. Keadaan Emosi

− Keadaan emosi pasien tidak stabil seperti sering menangis

ataupun menghayal

D. Hubungan Sosial

− Orang yang berarti : suami, anak, dan keluarga − Hubungan dengan keluarga : baik

− Hubungan dengan orang lain : baik

− Hambatan dengan orang lain : pasien mampu berkomunikasi

dengan oranglain.

E.Spiritual

− Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam,

dan pasien mengatakan

dengan berdoa dan pasrah

kepada Tuhan penyakitnya

akan sembuh

− Kegiatan ibadah : tidak ada kegiatan ibadah

selama di rumah sakit

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

− Compos mentis (CM)

B. Tanda-Tanda Vital

− Suhu tubuh : 37˚C

− Tekanan darah : 150/90 mmhg

− Nadi : 90x/ menit

− Pernafasan : 28x/ menit

− Skala nyeri : 6

− TB : 165 cm

(31)

C. Pemeriksaan Head To Toe

Kepala Dan Rambut

− Bentuk : bulat dan simetris, tidak ada

benjolan pada kepala

− Ubun-ubun : ada

− Kulit kepala : bersih

Rambut

− Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata

− Bau : tidak ada bau

− Warna kulit : hitam

Wajah

− Warna kulit : sawo matang

− Struktur wajah : wajah simetris dan tidak

ada kelainan pada wajah

Mata

− Kelengkapan kesimetrisan : bola mata simetris,

pergerakan mata sejajar,

distribusi alis merata

− Palpebra : tidak ada odem, pirosis

(-), tanda radang (-)

− Konjungtiva dan sklera : konjungtiva merah muda,

sclera putih

− Pupil : isokor pada mata kanan

dan kiri, ukuran pupil ≤

3mm

− Cornea dan iris : tidak pengapuran katarak

− Visus : penglihatan pasien sudah

tampak kabur

− Tekanan bola mata : pasien merasa nyeri saat

(32)

Hidung

− Tulang hidung dan posisi septum nasi: simetris, lembab

− Lubang hidung : bersih, tanda peradangan (-), ukuran sama

− Cuping hidung : pernafasan melalui cuping

hidung, normal

Telinga

− Bentuk teling : simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak ada pus atau

pendarahan

− Ukuran telinga : simetris antara kanan dan kiri − Lubang telinga : tidak ada secret, bersih

− Ketajaman pendengaran : laterisasi kanan (suara lebih terdengar pada telinga kanan

Mulut dan faring

− Keadaan bibir : mukosa bibir kering, bibir pucat − Keadaan gusi dan gigi : jumlah gigi tidak lengkap dan

radang gusi (-)

− Keadaan lidah : lidah kotor, stomatitis (-) − Orofaring : tidak ada peradangan

Leher

− Posisi trachea : posisi medial/normal

− Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar

thyroid

− Suara : suara terdengar nyaring

− Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

− Vena jugularis : tidak ada distensi vena jugularis − Denyut nadi karotis : teraba jelas dan teratur

Pemeriksaan Integumen

(33)

− Kehangatan : akral terasa hangat − Warna : pucat, icterus (-)

− Turgor : turgor kulit kembali lambat − Kelembaban : kulit kering

− Kelainan pada kulit : tidak ada alergi/kelainan pada kuli

Pemeriksaan Payudara Dan Ketiak

− Ukuran dan bentuk : ukuran dan bentuk dada

simetris

− Warna payudara dan aerola : hitam kecoklatan

− Kondisi payudara dan puting : puting masuk kedalam

payudara

− Aksilla dan clavicula : benjolan (-) dan clavicula

simetris

Pemeriksaan thoraks/dada

− Inspeksi thoraks (normal, burrel, chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis) : normal

− Pernafasan (frekuensi, irama) : 26x/menit

− Tanda kesulitan bernafas : pasien mengalami kesulitan

bernafas

Pemeriksaan Paru

− Palpasi getaran suara : fremitus taktil

− Perkusi : resonan

− Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) : suara nafas abnormal, suara

ucapan tidak jelas, tidak ada

suara tambahan

Pemeriksaan Jantung

− Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat

− Palpasi : midclavicula sinistra dan

dextra teratur

(34)

− Auskultasi : bunyi jantung normal, bunyi

tambahan (-), 90x/menit

Pemeriksaan Abdomen

− Inspeksi (bentuk, benjolan) : bentuk abdomen simetris,

benjolan (-)

− Auskultasi : peristaltik 20x/menit, tidak

ada suara tambahan

− Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : tidak ada tanda nyeri tekanan,

benjolan, ascites, hepar, lien

pada abdomen pasien

− Perkusi (suara abdomen) : bising usus hipoaktif (+),

dullness abdomen kiri (+)

Pemeriksaan Kelamin Dan Daerah Sekitarnya

− Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : rambut pubis mulai berkurang berhubungan

dengan usia yang semakin tua

− Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus,

perineum) : tidak ada kelainan

Pemeriksaan Muskuloskeletal/Ektremitas (Kesimetrisan,

Kekuatan Otot, Edema):

− Ekstremitas atas : tangan dextra dan sinistra

simetris

− Ekstremitas bawah : kaki dextra dan sinistra

simetris.

− Derajat kekuatan otot : skala 2 : kekuatan 25%

kekuatan normal, otot dapat

bergerak melawan gravitasi

Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis)

1. N. olvaktorius

(35)

2. N. optikus

Penglihatan pasien tidak lagi jelas. Penglihatannya sudah

mulai kabur

3. N. okulomotoris, N. troklear, N. abdusen

Tidak ada edema pada kelopak mata. Reaksi pupil mengecil

saat dilakukan pencahayaan. Dan tidak ada pendarahan.

4. N. trigeminus

Pasien mampu membedakan panas-dingin dan tajam-tumpul

5. N. fasialis

Pasien tidak mampu menahan tekanan pada pipi saat

dilakukan tekanan

6. N. vestibulokoklear

Pasien tidak mampu berdiri, pasien bedrest total

7. N. hipoglosus

Pasien tidak mampu melakukan pergerakan lidah kekanan,

kekiri, kedepan dengan baik dan tidak mampu melakukan

tekanan pada pipi dengan menggunakan lidah dengan baik

Fungsi Motorik: lengan mampu digerakkan dengan bantuan,

tidak mampu berdiri seimbang, pasien tidak

dapat menelentangkan dan menelungkupkan

tangan dengan baik

Fungsi Sensorik : mengatakan ya ketika diberikan sentuhan

ringan, dapat membedakan rangsangan tajam

dan tumpul, bisa membedakan rasa panas dan

dingin

Reflek (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tendon achiles,

plantar): bisep dan trisep normal, brachioradialis

normal, patellar abnormal, tendon Achilles

(36)

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola Makan dan Minum

− Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari − Nafsu/selera makan : selera makan baik − Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati − Alergi : tidak ada alergi

− Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah

− Waktu pemberian makan : 09.00 WIB, 13.00 WIB,

19.00 WIB

− Jumlah dan jenis makan : bubur saring

− Waktu pemberian minum : sehabis makan (500 ml)/24

jam

− Masalah makan dan minum (kesulitan menelan,

mengunyah) : pasien makan melalui NGT

II. Perawatan Diri/Personal Hygiene

− Kebersihan tubuh : setiap pagi dan sorenya, pasien selalu dimandikan

oleh keluarganya

− Kebersihan gigi dan mulut : terdapat karang gigi,

kebersihan mulut baik

− Kebersihan kuku kaki dan tangan : kebersihan tangan dan kuku baik

III. Pola kegiatan/ aktivitas

− Uraikan aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti

pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total : segala

aktivitas pasien dilakukan dengan bantuan keluarga, eliminasi

urine menggunakan kateter urine

− Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : pasien

(37)

IV. Pola Eliminasi

1. BAB

− Pola BAB : sekali dalam dua hari − Karakter feses : warna tampak hitam − Riwayat perdarahan : tidak ada

− BAB terakhir : ± tanggal 15 juni (2 hari yang

lalu)

− Diare : tidak ada

− Penggunaan laksatif : tidak ada

2. BAK

− Pola BAK : tidak dapat ditentukan, pasien menggunakan kateter urine.

1200-1500 cc/24 jam

− Karakter urine : kuning keruh

− Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Riwayat

hematuria (+),

retensi urine (+)

− Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada − Penggunaan diuretik : tidak ada

(38)

2. Analisa Data

No. Data Masalah Keperawatan

1.

2.

DS :

− Pasien mengatakan nyeri pada kepala

dan pada tangan dextra dan sinistra − Pasien menyatakan leher dan kepala

terasa sakit dan tangan dextra dan

sinistra susah digerakkan

− Pasien menyatakan penyakitnya

mengganggu aktivitas sehari-hari

− Pasien menyatakan nyeri dirasakan saat

sedang melakukan aktivitas

DO :

− TD: 150/90mmHg, HR: 90x/menit RR: 28x/menit, suhu tubuh: 37˚C

− Pasien tampak meringis dan gelisah − Nyeri skala 6

DS:

− Pasien mengatakan tangannya sakit jika

digerakkan

− Pasien tidak mampu menggerakan

anggota tubuhnya secara mandiri

DO:

− Pasien tampak meringis saat

menggerakkan tangannya

− Keadaan umum lemah

− NilaiGCS=9

E=3, M=3, V=3

Gangguan Rasa Nyaman

Nyeri

(39)

3. Rumusan Masalah

MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan darah ke

jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan nyeri

kepala dan tangan dextra dan sinistra, pasien mengatakan nyeri pada kepala

dan pada tangan dextra dan sinistra, pasien menyatakan leher dan kepala terasa

sakit dan tangan dextra dan sinistra susah digerakkan, pasien menyatakan

penyakitnya mengganggu aktivitas sehari-hari, pasien menyatakan nyeri

dirasakan saat sedang melakukan aktivitas pasien tampak meringis dan gelisah,

TD: 150/90mmHg, HR: 90x/menit, RR: 28x/menit, T: 37ºC, skala nyeri 6.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase/hemiplagia,

kerusakan neuromuskular pada ekstremitas ditandai dengan tidak mampu

menggerakkan anggota tubuh secara mandiri, pasien meringis saat

(40)

4. Perencanaan

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/

tanggal No.

dx Perencanaan Keperawatan

Senin/

17 Juni

2013

1. Tujuan :

− Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien

menyatakan nyeri sudah hilang dan mampu melakukan

aktivitas seperti biasanya

Kriteria Hasil :

− Pasien melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol − Pasien tampak rileks, dan mampu tidur/istirahat dengan

tepat

Rencana Tindakan Rasional

1. observasi adanya tanda-tanda

nyeri nonverbal, seperti: ekpresi

wajah, posisi tubuh, gelisah,

menangis/meringis, menarik diri,

diaforesis, perubahan frekuensi

jantung/pernapasan, tekanan

darah

2. teliti keluhan nyeri, catat

intensitasnya (dengan skala

0-10), karakteristiknya (misal:

berat, berdenyut, konstan),

lokasinya, lamanya, faktor yang

memperburuk atau meredakan

3. evaluasi perilaku nyeri

1. merupakan indikator/derajat nyeri

yang tidak langsung yang dialami.

Sakit kepala mungkin bersifat

akutatau kronis, jadi manifestasi

fisiologis bisa muncul/tidak

2. nyeri merupakan pengalaman

subjektif dan harus dijelaskan oleh

pasien. Identifikasi karakter nyeri dan

faktor yang berhubungan merupakan

suatu hal yang amat penting untuk

memilih intervensi yang cocok dan

untuk mengevaluasi keefektifan dri

terapi yang diberikan

3. dapat diperberat karena persepsi

pasien terhadap nyeri tidak dipercaya

(41)

4. kaji/hubungkan faktor fisik

/emosi dari keadaan seseorang

5. catat adanya pengaruh nyeri,

misalnya: hilangnya perhatian

pada hidup, penurunan aktivitas,

penurunan berat badan

6. berikan kompres dingin pada

kepala

7. instruksikan pasien untuk

melaporkan nyeri dengan segera

jika nyeri itu muncul

8. anjurkan untuk beristirahat

dalam ruangan yang tenang

9. perawat kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian obat

anti nyeri

10.memberikan informasi mengenai

pemakaian

akupressure/akupuntur sesuai

kebutuhannya

orang terdekat/pemberi asuhan

mengabaikan keluhan nyeri

4. faktor yang berpengaruh terhadap

keberadaaan/persepsi nyeri tersebut

5. nyeri dapat mempengaruhi kehidupan

sampai pada suatu keadaan yang

cukup serius dan mungkin

berkembang kearah depresi

6. meningkatkan rasa nyaman dengan

menurunkan vasodilatasi

7. pengenalan segera meningkatkan

intervensi dini dan dapat menurunkan

beratnya serangan

8. menurunkan stimulasi yang

berlebihan yang dapat mengurangi

sakit kepala

9. menurunkan rasa tidak nyaman/nyeri

10. penekanan terhadap arteri karotis

besar menurunkan arteri darah ke

otak yang mengakibatkan timbulnya

(42)

Hari/

tanggal No.

dx Perencanaan Keperawatan

Senin/

17 Juni

2013

2. Tujuan :

− Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien

mampu melakukan mobilitas fisik, baik ditempat tidur,

dan nilai GCS = 15

Kriteria hasil :

− Pasien mampu melakukan/mempertahankan kembali

posisi fungsi optimal.

− Pasien mampu mempertahankan/meningkatkan kekuatan

dan fungsi bagian tubuh yang sakit

Rencana Tindakan Rasional

1. Observasi daerah yang

terkena termasuk warna,

edema, atau tanda lain,

dari gangguan sirkulasi

2. Kaji kemampuan secara

fungsional/luasnya

kerusakan awal dan

dengan cara yang teratur

3. Ubah posisi menimal

setiap 2 jam (telentang,

miring), dan sebagainya

jika bisa lebih sering jika

diletakkan dalam posisi

bagian yang terganggu

4. Mulailah melakukan

latihan rentang gerak aktif

dan pasif pada semua

ekstremitas saat masuk

1. Jaringan yang mengalami

edema lebih mudah

mengalami trauma dan

penyembuhannya lambat

2. Mengidentifikasi

kekuatan/kelemahan dan

dapat memberikan

informasi mengenai

pemulihan

3. Menurunkan resiko

terjadinya trauma/iskemia

jaringan

4. Meminimalkan atrofi otot,

meningkatkan sirkulasi,

membantu mencegah

(43)

5. Sokong ekstremitas dalam

posisi fungionalnya,

gunakan papan kaki

selama periode paralisis

flaksid. Pertahankan

posisi kepala netral

6. Gunakan penyangga

lengan ketika pasien

berada dalam posisi

tegak, sesuai indikasi

7. Tempatkan bantal

dibawah aksila untuk

melakukan abduksi pada

tangan

8. Tinggikan kepala dan

tangan

9. Konsultasikan dengan

ahli fisioterapi secara

aktif, latihan resistif, dan

mabulasi pasien

10.Mengajarkan pasien

untuk membantu

pergerakan dan latihan

dengan menggunakan

6. Selama paralisis flaksid,

penggunaan penyangga

dapat menurunkan resiko

resiko terjadinya

subluksasio lengan dan

‘sindrom bahu-lengan”

7. Mencegah adduksi bahu

dan fleksi siku

8. Meningkatkan aliran balik

vena dan membantu

mencagah terbentuknya

edema

9. Program yang khusus

dapat dikembangkan

10. Dapat berespons dengan

baik jika daerah yang sakit

tidak menjadi lebih

(44)

ekstremitas yang tidak

sakit untuk menyokong/

menggerakkan daerah

tubuh yang mengalami

kelemahan

memerlukan dorongan

serta latihan aktif untuk

‘menyatukan kembali’

sebagai bagian dari

(45)

5. Implementasi

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/

tanggal

No.

dx Implementasi Keperawatan

Evaluasi

− Melakukan hubungan terapeutik

dengan pasien

− Mengukur tanda-tanda vital

pasien

Td: 150/90mmHg

HR: 90x/menit

RR: 28x/menit

Suhu tubuh: 37ºC

15.30

− Melakukan injeksi ceftriaxone

1000mg, ranitidin 1amp,

ketorolak 1amp

− Mengkaji intensitas nyeri pasien − Mengajarkan teknik relaksasi

setiap kali nyeri kambuh

17.00

− Mengkaji kekuatan otot dan

mobilitas sendi

− Mengajarkan klien dengan melakukan latihan rentang gerak

aktif dan pasif untuk

meningkatkan kekuatan otot − Ubah posisi seperti miring kiri

atau miring kanan ± 2 menit

S :

−Pasien menyatakan

nyeri masih ada

O :

−Pasien tampak

meringis kesakitan

TD: 150/90mmHg

HR: 90x/menit

RR: 28x/menit

Suhu Tubuh: 37ºC

Skala nyeri: 6

−Pasien mengatakan

(46)

−Masalah belum

− Mengukur tanda-tanda vital pasien

TD: 150/90mmHg

HR: 90x/menit

RR: 28x/menit

Suhu tubuh: 37ºC

− Mengganti cairan RL 500 ml − Menginjeksi pasien ceftriaxone

1000mg, ranitidin 1amp,

ketorolak 1amp

16.00

− Menanyakan intensitas nyeri

pasien (1-10) dengan memberikan

pada pasien gambar skala angka

dan menanyakan di skala no

berapa nyeri yang dirasakan

pasien

− Mengobervasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal seperti ekspresi

wajah, posisi tubuh, gelisah,

menangis/meringis

17.00

− Menganjurkan kepada pasien

untuk melakukan teknik relaksasi

tarik nafas dalam setiap nyeri

kambuh

S :

− Pasien menyatakan nyeri masih ada

O :

− Pasien tampak

meringis kesakitan

TD: 150/90mmHg

HR: 90x/menit

RR: 28x/menit

Suhu tubuh: 37ºC

Skala nyeri: 6

A :

−masalah belum

teratasi

P :

−intervensi

(47)

2.

− Mengatur posisi miring kiri/kanan

pasien setiap dua jam sekali

− Mengajarkan kepada keluarga pasien melakukan teknik

menejemen nyeri

18.00

−Mengukur tanda-tanda vital

−Mengajarkan pasien melakukan

latihan ROM pasif

−Memberikan kompres hangat pada bagian tubuh yang sakit

−Mengajarkan keluarga pasien

dalam melakukan pijatan ringan

pada bagian punggung untuk

meningkatkan keinginan tidur

S :

− Pasien menyatakan masih belum mampu

menggerakan

Suhu tubuh: 37ºC

A :

−masalah belum

teratasi

− Mengukur tanda vital pasien

TD: 140/80mmhg

HR: 86x/menit

RR: 28x/menit

Suhu tubuh: 37ºc

− Menanyakan intensitas nyeri pasien (1-10) dengan memberikan

S :

−Pasien menyatakan

masih merasakan

nyeri pada tangan

sinistra dan dextra

O:

−Pasien tampak

(48)

2.

pada pasien gambar skala angka

dan menanyakan di skala berapa

nyeri yang dirasakan pasien

15.00

− Memberikan injeksi ceftriaxone

1000mg, ranitidin 1amp

− Menganjurkan pasien untuk istirahat diruangan tenang

− Mengajarkan pasien dan keluarga

untuk memaksimalkan

kenyamanan diruangan

− Mengatur posisi miring kiri/kanan pasien setiap dua jam sekali

16.00

− Mengkaji tanda-tanda vital pasien

TD: 140/70mmHg

HR: 26x/menit

RR: 86x/menit

Suhu Tubuh: 37ºC

− Mengkaji kekuatan otot dan

mobilitas sendi dengan

melakukan latihan ROM

17.00

− Menganjurkan keluarga pasien

untuk melakukan latihan gerak

aktif pasif seperti meremas bola

karet, melebarkan jari-jari

− Memberikan umpan balik yang positif pada pasien disetiap

tindakan agar rasa mandiri pasien

meningkat

TD: 140/80mmHg

HR: 86x/menit

RR: 28x/menit

Suhu Tubuh: 37ºC

Skala nyeri: 6

− Pasien menyatakan

belum mampu

melakukan

pergerakan dengan

baik

O :

Pasien tampak susah

melakukan

pergerakan pada

tangan dextra dan

sinistra

TD: 140/70mmHg

HR: 26x/menit

RR: 86x/menit

(49)

A :

−Masalah belum

teratasi

− Mengkaji skala nyeri

− Memonitoring tanda-tanda vital

TD: 140/90mmHg

HR: 80x/menit

RR: 26x/menit

Suhu tubuh: 37ºC

Skala nyeri: 5

21.00

− Menganjurkan kepada pasien

untuk melakukan teknik relaksasi

tarik nafas dalam setiap nyeri

kambuh untuk meminimalisasi

nyeri

−Memberikan informasi tentang

berbagai strategi untk menambah

penurunan rasa nyeri

−Menginstruksikan/membantu

pasien mengatur posisi nyaman

Mengajarkan keluarga pasien

cara-cara untuk membantu

aktivitas sehari-hari pasien

23.00

−Memberikan injeksi ceftriaxone

1000mg, ranitidin 1amp

S :

−pasien menyatakan

masih ada nyeri

dirasakan tetapi

sudah mulai

berkurang.

O :

−pasien tampak

meringis kesakitan

TD: 140/90mmHg

HR: 80x/menit

RR: 26x/menit

Suhu Tubuh: 37ºC

Skala nyeri 5

A :

−masalah teratasi sebagian

P :

(50)

2.

22.00

−Mengobservasi tingkat

kenyamanan pasien selama

latihan

−Mengkaji kemampuan pasien selama mobilitas fisik

−Mengatur posisi miring kiri/kanan

pasien setiap dua jam sekali

−Membantu pasien melakukan

gerak sendi aktif dan pasif

S :

− Pasien menyatakan

sudah mulai mampu

melakukan

pergerakan dengan

secara perlahan

O :

Pasien merasa susah

untuk

Suhu Tubuh: 37ºC

A :

−Masalah teratasi

sebagian

− Mengukur tanda-tanda vital

pasien

TD: 140/90mmhg

HR: 86x/menit

RR: 26x/menit

Suhu tubuh: 37ºC

Skala nyeri: 5

−Mengidentifikasi

tindakan-tindakan yang dapat membantu

menurunkan rasa nyeri

− Menginstruksikan pasien untuk

S :

−pasien menyatakan

nyeri masih

dirasakan tetapi

sudah mulai

berkurang.

O :

−Pasien tampak

meringis kesakitan

TD: 140/90mmHg

HR: 86x/menit

(51)

2.

melaporkan nyeri dengan segera

jika nyeri itu muncul

−Mengukur tanda-tanda vital

−Mengajarkan pasien melakukan

latihan ROM pasif

−Memberikan kompres hangat

pada bagian tubuh yang sakit

Suhu Tubuh: 37ºC

Skala nyeri: 5

A :

−masalah teratasi

sebagian

P :

Intervensi dilanjutkan

oleh perawat ruangan

S :

− Pasien menyatakan

masih belum mampu

menggerakan

tangannya dengan

baik

O :

TD: 150/90mmHg

HR: 90x/menit

RR: 28x/menit

Suhu tubuh: 37ºC

A :

−masalah belum

teratasi

P :

−intervensi

dilanjutkan oleh

(52)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah mengenai asuhan

keperawatan pada Ny. B dengan prioritas masalah kebutuhan dasar kenyamanan

(nyeri), penulis membahas tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.

B pada tanggal 17-21 Juni 2013 di ruangan RA4, kamar III2, RSUP H. Adam

Malik Medan.

Keluhan utama yang diderita Ny. B sebelum tiba dirumah sakit adalah rasa

nyeri yang dirasakan Ny. B pada leher dan tangan dextra dan sinistra sulit untuk

digerakkan. Setelah tiba di rumah sakit, Ny. B didiagnosa terkena stroke

hemoragik, yaitu kondisi medis yang ditandai dengan pecahnya satu atau lebih

pembuluh darah di otak. Setelah dilakukan observasi, penulis mendapat 2

masalah keperawatan yang dialami Ny. B, yaitu:

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan nyeri kepala dan tangan

dextra dan sinistra ditandai dengan rentang nyeri diskala 6.

Setelah dilakukan implementasi selama 5 hari diruangan, evaluasi yang

dihasilkan adalah pasien menyatakan nyeri masih ada. Pasien tampak

meringis kesakitan dimana TD: 150/90mmHg, HR: 90x/menit, RR:

28x/menit, suhu tubuh 37ºC dan skala nyeri 6. Intervensi yang dilakukan

masih belum teratasi dan dilanjutkan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak

ditandai dengan ketidakmampuan bergerak sesuai tujuan dalam lingkungan

fisik, termasuk mobilitas di tempat tidur, pemindahan, ambulasi.

Setelah dilakukan implementasi selama 5 hari diruangan, evaluasi yang

dihasilkan adalah dimana pasien menyatakan sudah mulai mampu melakukan

pergerakan. Pasien tampak meringis kesakitan dan TD: 140/90mmHg, HR:

86x/menit, RR: 26x/menit, suhu tubuh: 37ºC. masalah yang dilakukan masih

(53)

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dengan adanya pengkajian yang relevan dengan diagnosa, diharapkan

pelayanan kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Di dalam institusi pendidikan dapat menambah pengetahuan mengenai

konsep nyeri dan asuhan keperawatan di dalam mata kuliah kebutuhan

Gambar

Tabel 1 Skala Nyeri Menurut Hayward (Potter & Perry, 2006)
Tabel 2 Respon fisiologis terhadap nyeri
Tabel 4 Contoh Kegiatan Pengkajian Dengan Klien Nyeri

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran CT scan nasofaring potong axial pada penderita karsinoma nasofaring di RSUP H.. Penelitian ini

This requires a new approach to death, the funeral and the process of bereavement counselling in order to address the needs of those affected by death in a secular society, whilst

The objectives of our work were: (i) to develop a mathematical model to estimate the leaf area of in- dividual trees, using allometric relationships; (ii) to obtain leaf area

E,G end-gate unit cell of a ganglion EMT e€ective medium theory FAV ¯ow arrangement variables GCD ganglion cells domain GD ganglion dynamics LGD large ganglion dynamics PA

Ketentuan mengenai tugas, fungsi dan tata kerja SETWAN sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja

Pertemuan X: Evaluasi dan Aplikasi Pendekatan Humanistik. (Review Bab 7, Bab 10 dan

Anak diberi kesempatan untuk mencoba alat dan bahan main dengan caranya sendiri. Anak didukung untuk bekerja sampai

Mengkomunikasikan hasil percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan..  Menjelaskan faktor-faktor

[r]