• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post FILSAFAT Skolastik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Post FILSAFAT Skolastik"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT SKOLASTIK

Filsafat Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.

Filsafat mereka disebut “Skolastik” (dari kata Latin “scholasticus”, “guru”), karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah, biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional.Masa skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yanag berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.

Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.

a. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai dari kebudayaan abad pertengahan yang relegius.

b. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat aeda, kajasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncullah istilah skolastik yahudi, skolastik arab, dan lainnya.

c. Filsafat skolastik adalah suatu system filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan di masukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

d. Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena banyak di pengaruhi oleh ajaran gereja. Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa factor berikut.

Factor Relegius

(2)

saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehinggaharus di tolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang di lakukan (diwariskan) oleh adam, mereka juga berkeyakina bahwa isa anak tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberikan pengampunan sekaligus menolong. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat menolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang di jadikan dasar pemikiran filsafatnya.

Factor ilmu pengetahuan

Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupyakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya di ambil dari para penulis Latin, Arab(islam), dan yunani.

Masa Stolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu : 1. Skolastik Awal, berlangsung dari tahun 800-1200; 2. Skolastik Puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300; 3. Skolastik Akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450; 1. Skolastik Awal

Sejak abad ke-5 hingga ke-8 masehi, pemikiran filsafat pratistik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini di sebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap romawi sehingga kerajaan romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah di bangun selama berabad-abad.

Berikut pada abad ke-8 masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung(742-814) dapat memberikan ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampak-nampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemaerlangngan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.

(3)

Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberals, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan music.

Di antara tokoh-tokoh adalah Aquinas (735-805), Johannes Scotes Eriugena (815-870), Peter Lombard (1100-1160), John Salis-bury (1115-1180), Peter Abaelardus (1079-1180).

Peter Abaelardus (1079-1180).

Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli piker dan penjabat gareja. Ia termasuk, orang konseptualisme dan serjana terkenal dalam sastra romantic, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau di dahulukan akal. Yang harus di percayakan adalah apa yang telah di setujui atau dapat di terima oleh akal.

Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan dengan iman, abaelardus memberikan alas an bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu di tunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam reologi itu iman hamper kehilangan tempat. Ia memcontohkan, seperti ajaran trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu tuhan.

2. Skolastik Puncak

Masa ini merupakan kajayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga di sebut masa berbunga. Masa ini di tandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Berikut ini beberapa factor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.

(4)

b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.

c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pegetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memengang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles

Pada mulanya hanya sebagian ahli piker yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, hal ini di di sebabkan oleh adanya sesuatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai di kenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli piker Arab (islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang demikian ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih di ajarkan di fakultas-fakultas, bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang penting dan harus di pelajari.

Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas (dari ahli pikir arab atau islam), Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, dengan menerjemahkan langsung dari bahasa latinnya. Juga, bagian-bagian ajaran aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen dig anti dengan teori-teori yang baru bersumber pada ajaran Aristoteles dan di selaraskan dengn ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles telah di selaraskan dengan ajaran ilmiah(suatu sintesis antara kepercayaan dan akal).

Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa Theologiae dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan Skolastik.

(5)

Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga di kenal cendakiawan abad pertengahan. Dia lahir dengan nama Albert von Bollstant yang juga di kenal sebagai “dokter universalis” dan “dokter magnus”, kemudian nama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas padua ia belajar artes liberals, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat aristoteles, belajar teologi di bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.

Terakhir dia di angkat sebagai uskup angung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitiandalam ilmu biologi dan ilmu kimia.

Thomas Aquinas (1203-1280)

Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir ia juga seorang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, italia. Dia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja katolik romawi dan pendiri aliran yang di nyatakan menjadi filsafat resmi gereja katolik. Tahun 1245 belajar pada Abertus magnus. Pada tahun 1250 menjadi guru besar dalam ilmu agama di prancis dan tahun 1259 menjadi juru besar dan penasihat istana paus.

Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan.

Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat di benarkan dengan pemikiran yang logis. Ia telah menerima pemikiran aristoteles sebagai otoritas tertinggi pemikiran yang logis.

(6)

pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman di ungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir.

Thomas Aquinas telah menafsirkan pandangan bahwa tuhan sebagaia Tukang Boyong yang tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.

Selanjutnya ia katakan nahwa iman itu lebih tinggi dan berada diluar pemikiran yang berkenaan sifat tuhan dan alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang actual dan praktis dari gagasannya adalah “ pemikirannya dan kepercayaanya telah menemukan kebenaran mutlak yang harus di terima oleh orang-orang lain”. Pandangannya inilah yang menjadikan prlawanan kaum Protestan karena sikapnya yang otoriter.

Thomas sendiri menyadari nahwa tidak dapat menghilangkan unsure-unsur aristoteles. Bahkan ia menggunakan ajaran aristoteles, tetepi system pemikirannya berbeda. Masuknua unsure Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan angin segar untuk kemajuan filsafat. Kemudian tomas mengadakan langkah-langkah sebagai berikut.

Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem Van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru yang langsung dari yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang berorientasi pada Ibnu Rusyd, dan upaya ini mendapatkan dukungan dari siger Van Brabant.

Langah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian yang bertentangan dengan apa yang di anggap Kristen bertentangan sebagai firman aristoteles, tetapi di upayakan selaas dengan ajaran Kristen.

(7)

3. Skolastik Akhir

masa ini di tandai dengan adanya rsa jmu terhadap segala macsm pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sihingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285-1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).

William Ockham (1285-1349)

Ia merupakan ahli pikir inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan paus john XXII, ia di penjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak.

Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan Abstraksi buatan tanpa kenyataan.pemikiran yang demikian ini, dapat di lalui hanya lewat intuisi, bukan lewat loika. Disamping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan dokrin deologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.

Nicolas Cusasus (1401-1464)

(8)

akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat di persatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat di ketahui.

Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat di ketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah di harapkan akan sampai pada kenyataanya, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikiran Nicolaus ini sebagian upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang di buat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah pada masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

4. Skolastik Arab(Islam)

Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik islam jarang di pakai di kalangan ummat islam. Istilah yang biasa di pakai adalah ilmu kalam, atau filsafat islam. Dalam pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat islam biasanya di pisahkan.

Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir islam (pemikiran Arab atau Islam pada masa skolastik), yaitu A-Farabi, Ibnu Sina, Al-kindi,Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut.

a. Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang barad belum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga hanya di kenal buku Logika Aristoteles.

b. Orang-orang barat itu mengenal aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir islam, terutama dari Ibnu Rusyd, sehingga Ibnu Rusyd di katakana sebagai guru terbesar para ahli pikir Skolastik Latin.

c. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan skolastik Latin

(9)

plato dan Al- Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.

Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik islam terbagi menjadi dua periode, yaitu :

a. Periode mutakallimin (700-900)

b. Periode Filsafat Islam (850-1200).

(10)

FILSAFAT SKEPTISISME

Skepisisme berasal dari kata ‘’ skeptik’’ yang artinya kesangsian atau ragu – ragu. Pada buku Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat Pengetahuan, bahwa skeptisisme berasal dari kata Yunani yaitu ‘’ skeptomai’’ bermakna ‘’ saya pikirkan dengan seksama atau saya lihat dengan teliti. Kata tersebut dimaknai bahwa skeptisime merupakan sebuah teori yang didasarkan sikap keragu – raguan dalam menerima kebenaran. Jadi setiap individu tidak mudah terpengaruh atau cepat mengambil keputusan yakni menerima kebenaran yang sudah ada. Jika dikaitkan dalam ajaran agama islam yaitu tidak dianjurkannya seseorang bersuudzon kepada orang lain sebelum bukti kebenaran dapat diterima. Di dalam agama islam pun melarang kepada setiap umat muslim terhadap sikap tersebut. Dikarenakan perbuatan demikian mendekati fitnah yang dapat mendorong kearah perbuatan keji. Oleh karena itu, tiap – tiap umat dianjurkan terlebih dahulu mengambil sikap ragu ‘’ skeptis’’ dalam menerima pernyataan.sebab manusia merupakan makhluh Tuhan yang memiliki keterbatasan dalam mengetahui kebenaran secara praktis. Namun manusia membutuhkan pengujian, penyelidikan tentang pengetahuan yang mempunyai kevaliditasnya dapat dipercaya ( pengetahuan tersebut benar ).

A. Teori Skeptisisme

Semakin seseorang dapat meragukan pengetahuan atau pernyataan bahwa pernyataan tersebut salah. Maka semakin besar kesempatan seseorang tersebut mendapatkan dan mengetahui kebenaran dari pernyataan demikian.

Skeptisisme mengajarkan bahwa untuk mendapatkan suatu kebahagiaan maka seseorang tersebut harus bijaksana. Orang yan bijaksana akan tenang dalam hidupnya sehingga ia tidak mudah mengambil keputusan, menjauhkan dia dari sikap kekeliruan dalam kehidupannya. Jadi seseorang dianjurkan untuk selalu meragukan semua hal, agar terhindar dari kesalahan sekecil apapun.

Kesulitan dalam skeptisisme adalah sikap ragu – ragu terhadap segala hal sebenarnya tidak mungkin, jika seseorang selalu ragu tentang semua hal. Maka ia tidak akan ragu – ragu lagi terhadap kaeragu – raguan itu. dengan demikian ia pasti ragu – ragu, jadi ada kepastian padanya .

(11)

 Menurut Arcesilaus ( 315 – 241 ) dan Carneades ( 214 – 129 ) bahwa tidak ada pernyataan yang pasti mengenai apa yang sedang terjadi selain apa yang secara langsung dialami.

Jadi menurut aliran ini mereka tidak akan mempercayai kebenaran yang sudah ada, sebelum mereka mengalami sesuatu tersebut yang bisa mereka anggap bahwa sesuatu tersebut mengandung kebenaran. meskipun sebagian besar orang telah mempercayai sesuatu tersebut sebagai hal yang mengandung kebenaran.

Contoh : pada umumnya, sebagian besar menganggap bahwa bakso solo merupakan makanan yang lezat. Aliran ini akan mempercayainya jika mereka sudah mencoba mencicipi bakso tersebut. Kemudian mereka akan dapat mengambil kesimpulan dari hasil pengalamannya mencicipi bakso tersebut.

 Menurut Pyrro dari Elis ( 360 – 270 ) dan Sextus Empiricus ( sekitar tahun 250 M ) bahwa pengetahuan mengenai apa yang tidak secara langsung dialami dan mengenai apa yang tidak langsung jelas denagan sendirinya, itu tidak mungkin. Namun menurut mereka bahwa diperlukannya menangguhkan penilaian dan keputusan setiap individu terhadap ajaran tentang hakikat kenyataan. Selain itu, menurut mereka bahwa manusia lebih baik hidup menurut apa yang tampak saja dan berusaha memelihara ketenangan pikiran.

B. Metode Skeptisisme

Pengetahuan tentang kebenaran pada teori aliran skeptisisme terbagi menjadi beberapa metode yang dikembangkan oleh Descrates, diantaranya :

 Meragukan segala sesuatu yang selama ini diterima sebagai suatu kebenaran

(12)

 Melakukan pemecahan masalah dari hal yang rumit kepada hal yang paling rumit

 Memeriksa kembali secara menyeluruh agar terhindar dari kekeliruan atau terdapat hal – hal yang masih tersisa

Jadi dalam metode yang diterapkan oleh Descrates, kebenaran diperoleh dengan sikap ragu. Semakin seseorang meragukan pernyataan atau pengetahuan yang mengandung kebenaran tidak serta-merta diterima namun diperlukan pengklasifikasian persoalan dari hal yang sederhana hingga batas maksimal ( paling rumit ), dari persoalan yang telah di dapat akan dilakukan pemecahan permasalahannya. Setelah didapat pemecahannya maka permasalahan tersebut diperiksa kembali hingga tidak ada celah ( kekeliruan ) sedikit pun.

o Contoh Menerapkan Metode Skeptis dalam Kajian Ilmu Dakwah atau Filsafat Dakwah

o Pernyataan : Filsafat dakwah adalah pemikiran mendalam dan konsepsional yang menggunakan metode kefilsafatan yang relevan untuk memahami usaha merealisasikan ajaran islam dalam daratan kehidupan manusia melalui strategi, metode, dan system yang relevan dengan mempertimbangkan aspek religio, politik, cultural, sosio, psikologis individu atau masyarakat. Oleh karena itu, filsafat dakwah dapat dipergunakan sebagai tambahan mata kuliah di fakultas dakwah.

o

(13)

sikap dalam filsafat dakwah ( epistemology ) tersebut. Meskipun demikian, kita masih tetap mengklasifikasi permasalahan tersebut. Untuk dapat mengetahui faktor penyebab permasalahan itu dapat terjadi, ‘’ apakah ilmu, penyampaian, maha siswanya yang salah dalam mengimplementasikan kepada kehidupan sehari – hari. Setelah itu, akan didapat sebuah kesimpulan dan ternyata bukan llmu tersebut yang patut disalahkan namun pengimplementasi dari para maha siswa yang mengalami suatu kekeliruan.

C. Macam – Macam Skeptisisme

Skeptisisme terbagi menjadi beberapa macam di antaranya sebagai berikut : 1. Skeptisisme mutlak atau universal

Merupakan bentuk skeptisisme yang secara mutlak mengingkari kemungkinan manusia untuk mengetahui kebenaran. Jenis skeptisisme yang mengingkari kemungkinan manusia untuk mengetahui dan meragukan semua jenis pengetahuan dalam kenyataannya tidak ada seorang pun yang sependapat dengan argument tersebut. Dikarenakan manusia merupakan makhluk intelegensi ( berpikir ) yang dibekali Tuhan semenjak di dalam rahim seorang ibu. Oleh karena itu, sangat mustahil manusia tidak bisa mencapai hakikat kebenaran yang telah diketahuinya. Jika ada seseorang yang sepaham dengan argument tersebut, berarti dia telah merendahkan dirinya sendiri ke dalam lubang kebodohannya. Dikarenakan dia tidak mempercayai kemampuannya untuk dapat mengetahui kebenaran.

Kaum skeptik di jaman Yunani kuno rupanya masih mengecualikan proposisi mengenai apa yang tampak atau langsung dialami dari lingkup keraguannya. Menurut Socrates bahwa kaum skeptic atau sofis telah mengingkari pernyataannya sendiri. Dikarenakan dalam teorinya ( secara eksplisit ) mereka menegaskan kebenaran mengenai pernyataan tersebut. Namun dalam prakteknya atau secara implisit mereka mengingkarinya. Sehingga dapat dikatakan mereka ragu terhadap pernyataan yang telah mereka yakini.

2. Skeptisisme Nisbi atau Partikular

(14)

memberikan dasar pembenaran yang tidak diragukan tentang pengetahuan dalam bidang tertentu. Paham skeptisisme ini masih dianut oleh sebagian besar orang karena tidak bertentangan dengan kodrat manusia sebagai makhluk inteligensi ( cerdas ). Meskipun demikian manusia adalah makhluk Tuhan yang mempunyai keterbatasan dalam menentukan kebenaran. Oleh karena itu, pengetahuan yang didapatnya, masih diperlukan pengevaluasi dan diteliti kembali untuk menghindari kesalahan yang dapat terjadi.

D. Tokoh – Tokoh Aliran Skeptisisme

Tokoh – tokoh aliran skeptisisme diantaranya sebagai berikut : 1. Democritus

2. Protagoras 3. Phyrro 4. Montaigne 5. Charron 6. Bayle 7. Nietze

8. Spengler dan lain-lain

EMPIRISME

A. Pengertian Empirisme

(15)

fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke.

Empirisme secara etimologis berasal dari kata bahasa Inggris empiricism dan experience. Kata-kata ini berakar dari kata bahasa Yunani έμπειρία (empeiria) yang berarti pengalaman Sementara menurut A.R. Laceyberdasarkan akar katanya Empirisme adalah aliran dalam filsafat yangberpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkankepada pengalaman yang menggunakan indera.

Para penganut aliran empiris dalam berfilsafat bertolak belakang dengan para penganut aliran rasionalisme. Mereka menentang pendapat-pendapat para penganut rasionalisme yang didasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Menurut pendapat penganut empirisme, metode ilmu pengetahuan itu bukanlah bersifat a priori tetapi posteriori, yaitu metode yang berdasarkan atas hal-hal yang datang, terjadinya atau adanya kemudian.

Bagi penganut empirisme sumber pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman. Yang dimaksud dengan pengalaman disini adalah pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman bathin yang menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data yang diperoleh melalui pengalaman.

B. Ajaran-ajaran pokok Empirisme

Ajaran-ajaran pokok Empirisme Yaitu:

a. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.

b. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.

c. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.

d. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).

(16)

f. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

C. Beberapa Jenis Emperisme 1. Empirio-Kritisisme

Disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.

2. Empirisme Logis

Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut: a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan

induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.

b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak

mengandung makna. 3. Empiris Radikal

(17)

untuk keraguan. Dalam situasi semacam ini, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.

Metode filsafat ini butuh dukungan metode filsafat lainnya supaya ia lebih berkembang secara ilmiah. Karena ada kelemahan-kelemahan yang hanya bisa ditutupi oleh metode filsafat lainnya. Perkawinan antara Rasionalisme dengan Empirisme ini dapat digambarkan dalam metode ilmiah dengan langkah-langkah berupa perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.

D. Tokoh-tokoh Empirisme

Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.

1. John Locke

(18)

Government, sebuah karya yang sering disebut sebagai ‘Bibel’ liberalisme modern, menguraikan tentang perubahan masyarakat sampai terbentuknya sebuah negara.

Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke : "Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi." Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiris).

John Locke dalam berbicara sangat rigit dan berhati-hati, dan ungkapannya yang dikenal hingga saat, “Tidak ada sesuatu pada akal yang sebelumnya tidak ada pada indera kita”. Jadi, indera sebagai sesuatu hal yang primer, sedangkan akal sebagai hal yang sekunder yang fungsinya hanya sebagai penerima.

Bagi John Locke, berpikir deduksi relatif lebih rendah kedudukannya apabila dibandingkan dengan pengalaman indera dalam pengembangan pengetahuan. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa semua fenomena dari pikiran kita yang disebut ide berasal dari pengamatan atau refleksi. Inilah tesis dasar dari empirisme. Dengan tesis inilah, Locke mempergunakannya sebagai titik tolak dalam ia menjelaskan perkembangan pikiran manusia.

2. David Hume

(19)

Sebagaimana Descartes, Hume juga meninggalkan banyak tulisan, yaitu : A Treatise of Human Nature, 1739-1740; Essays, Moral, Political and Literary, 1741-1742; An Enquiry Concerning Human Understanding, 1748; An Enquiry Concerning the Principles of Morals, 1751; Political Discourses, 1752; Four Dissertation, 1757; Dialogues Concerning Natural Religion, 1779; dan Immortality of the Soul, 1783. Perlu dicatat bahwa buku-buku An Enquiry Concerning Human Understanding dan An Enquiry Concerning the Principles of Morals merupakan ringkasan dan revisi dari buku A Treatise of Human Nature.

Usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak dan pasti telah berlangsung secara terus menerus. Namun, terdapat sebuah tradisi epistemologis yang kuat untuk mendasarkan diri kepada pengalaman manusia yang meninggalkan cita-cita untuk mendapatkan pengetahuan yang mutlak dan pasti tersebut, salah satunya adalah Empirisme.

Kaum empiris berpandangan bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui pengalaman. Hume seperti layaknya filosof Empirisme lainnya menganut prinsip epistemologis yang berbunyi, “nihil est intelectu quod non antea fuerit in sensu” yang berarti, “tidak ada satu pun ada dalam pikiran yang tidak terlebih dahulu terdapat pada data-data inderawi”.

Hume melakukan pembedaan antara kesan dan ide. Kesan merupakan penginderaan langsung atas realitas lahiriah, sementara ide adalah ingatan atas kesan-kesan. Menurutnya, kesan selalu muncul lebih dahulu, sementara ide sebagai pengalaman langsung tidak dapat diragukan. Dengan kata lain, karena ide merupakan ingatan atas kesan-kesan, maka isi pikiran manusia tergantung kepada aktivitas inderanya. Kesan maupun ide, menurut Hume, dapat sederhana maupun kompleks.

(20)

kita memikirkan sebuah rumah, maka berdasarkan prinsip kedekatan kita juga berpikir tentang adanya jendela, pintu, atap, perabot sesuai dengan gambaran rumah yang kita dapatkan lewat pengalaman inderawi sebelumnya. Ketiga, prinsip sebab-akibat yaitu jika kita memikirkan luka, kita pasti memikirkan rasa sakit yang diakibatkannya. Hal-hal di atas mengisyaratkan bahwa ide apa pun selalu berkaitan dengan kesan. Karena kesan berkaitan langsung dengan pengalaman inderawi atas realitas, maka ide pun harus sesuai dengan relitas yang ditangkap pengalaman inderawi.

Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan.

Dalam pemikiran David Hume yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas.

(21)

dari kesan itu mengapa muncul gagasan kertas, dan bukan yang lainnya? Bagi Hume, "aku" tidak lain hanyalah "a bundle or collection of perceptions (= kesadaran tertentu)".

Empirisme menganjurkan agar kita kembali kepada kenyataan yang sebenarnya (alam) untuk mendapatkan pengetahuan, karena kebenaran tidak ada secara apriori di benak kita melainkan harus diperoleh dari pengalaman. Melalui pandangannya, pengetahuan yang hanya dianggap valid adalah bentuk yang dihasilkan oleh fungsi pancaindra selain daripadanya adalah bukan kebenaran (baca omong kosong). Dan mereka berpendapat bahwa tidak dapat dibuat sebuah klaim (pengetahuan) atas perkara dibalik penampakan (noumena) baik melalui pengalaman faktual maupun prinsip-prinsip keniscayaan. Artinya dimensi pengetahuan hanya sebatas persentuhan alam dengan pancaindra, diluar perkara-perkara pengalaman yang dapat tercerap secara fisik adalah tidak valid dan tidak dapat diketahui dan tidak dianggap keabsahan sumbernya.

Usaha manusia untuk mencari pengetahuan yang bersifat, mutlak dan pasti telah berlangsung dengan penuh semangat dan terus-menerus. Walaupun begitu, paling tidak sejak zaman Aristoteles, terdapat tradisi epistemologi yang kuat untuk mendasarkan din kepada pengalaman manusia, dan meninggalkan cita-cita untuk mencari pengetahuan yang mutlak tersebut. Doktrin empirisme merupakan contoh dan tradisi ini. Kaum empiris berdalil bahwa adalah tidak beralasan untuk mencari pengetahuan mutlak dan mencakup semua segi, apalagi bila di dekat kita, terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk rneningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat lebih lambat namun lebih dapat diandalkan. Kaum empiris cukup puas dengan mengembangkan sebuah sistern pengetahuan yang rnempunyai peluang yang besar untuk benar, meskipun kepastian mutlak takkan pernah dapat dijamin.

(22)

akan menerima hal tersebutjika dia atau orang lain dapat memeriksa kebenaran yang kita ajukan, denganjalan melihat harimau itu dengan mata kepalanya sendiri.

Dua aspek dan teori empiris terdapat dalam contoh di atas tadi. Pertama adalah perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui. Yang mengetahui adalah subyek dan benda yang diketahui adalah obyek. Terdapat alam nyata yang terdiri dan fakta atau obyek yang dapat ditangkap oleh seseorang. Kedua, kebenaran atau pengujian kebenaran dan fakta atau obyek didasarkan kepada pengalaman manusia. Agar berarti bagi kaum empiris, maka pernyataan tentang ada atau tidak adanya sesuatu haruslah memenuhi persyaratan pengujian publik.

E. Telaah Kritis atas Pemikiran Filsafat Empirisme

Meskipun aliran filsafat empirisme memiliki beberapa keunggulan bahkan memberikan andil atas beberapa pemikiran selanjutnya, kelemahan aliran ini cukup banyak. Prof. Dr. Ahmad Tafsir mengkritisi empirisme atas empat kelemahan, yaitu: 1. Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil padahal tidak. Keterbatasan kemampuan

indera ini dapat melaporkan obyek tidak sebagaimana adanya.

2. Indera menipu, pada orang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.

3. Obyek yang menipu, conthohnya ilusi, fatamorgana. Jadi obyek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini jelas dapat menimbulkan pengetahuan inderawi salah.

4. Kelemahan ini berasal dari indera dan obyek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sisi meta) tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan dan kerbau juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan.

(23)

dan manusia. Di sisi lain seluruh obyek tidak bisa dipecahkan lewat pengalaman inderawi seperti hal-hal yang immaterial.

RESAINANCE

A. Pengertian Renaisans / Renaissance

Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16.

Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Jules Michelet,kemudian dikembangkan oleh J.Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia sebagai periode yang di lawankan dengan periode Abad Pertengahan. Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang di mulai di Italia, kemudian di Francis, Spanyol, dan selanjutnya hingga meyebar ke seluruh eropa.

Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran di kungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat di batasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat di katakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif dalam perenungan mencari alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak di kungkung sehingga sains berkembang yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi.Kondisi seperti itulah yang hendak di hidupkan kembali.

(24)

memanfaatkan kebudayaan dan bahasa klasik itu mereka berupaya menyatukan kembali Gereja yang terpecah-pecah dalam banyak sekte. Tidak dapat di nafikan bahwa pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah di lakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang di inginkan dan di lakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti.kultur klasik Yunani

Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu manusia dapat menghasilkan karya budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat di katakan bahwa humanisme telah memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat alamiah.

Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman Renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada zaman Yunani kuno.

Manusia di kenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak di dasarkan atas campur tangan ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.

(25)

tinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.

B. Karakteristik Renaissance

Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di Eropa. Essensi dari semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan manusia bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi mereka harus memikirkan hidupnya di dunia ini. Renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia untuk mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu menengadah ke surga. Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah takdir Allah melainkan suatu keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia dengan akal budi, otonomi dan bakat-baktnya. Manusia bukan budak melainkan majikan atas dirinya. Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.

Dengan semakin kuatnya Renaissance sekularisasi berjalan makin kuat. Hal ini menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang digunakan untuk kepentingan sekulerisasi itu sendiri. Semboyan mereka “religion was not highest expression of human values”. Bahkan salah seorang yang dilukiskan sebagai manusia ideal renaissance Leon Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani mengatakan “Man can do all things if they will”. Renaissance mengajarkan kepada manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayanan kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan secara aktif memikirkan kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang dalam belenggu moral dan ilmu pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan aktif dalam kehidupan, bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun, manusia menjadi pusat segala hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.

(26)

intelektual-intelektualnya. Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai karya seni sastra, seni lukis, seni pahat, seni music dan lain-lain. Ekspresi daya kemampuan manusia terus berkembang sampai saat ini sehingga di zaman modern ini pun tidak ada lagi segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan.

C. Tokoh-Tokoh Renaissance

Beberapa tokoh yang menurut mempunyai peranan penting dalam renaissance. Tokoh-tokoh tersebut antara lain:

a. Dante Alighiere (1265-1321)

Dante lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Firenze, berasala dari keluarga kaya raya. Dia pernah menjadi prajurit Firenze, ingin negaranya dapat merdeka dari pengaruh tiga kerajaan yang lebih besar yaitu Kepausan, Spanyol dan Perancis. Dante mulai menjadi pengkritik dan penentang atoritas moral Kepausan yang dinilai tidak adil dan tidak bermoral. Puncaknya dia tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul De Monarchia (On Monarchy) yang berisi tentang kedudukan dan keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin spiritual tertinggi Gereja Katolik, mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan Kepausan) yang otoriter. Hasil karya Dante antaral lain adalah La Vita Nuova (The New Life) berisi tentang gambaran pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang ditulis ketika dia berada dalam pengasingan panjang di Revenna. Buku ini berisi tentang perjalanan jiwa manusia yang penuh kepedihan dalam perjalanan dari dunia ke alam gaib. Tokoh utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman Romawi kuno) yang setelah kematiannya harus melewati tiga fase yaitu inferno (neraka), purgatoria (pembersih jiwa), dan paradiso (surga).

b. Lorenzo Valla (1405-1457)

(27)

karyanya antara lain adalah De volupte (kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, yang berisi kekagumannya pada etika Stoisisme yang mengajarkan pentingnya manusia itu mati raga (askese) dalam rangka mendapatkan keselamatan jiwa. Buku yang berjudul De Libero erbitrio (keinginan bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada kebesaran dan keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang Pencipta tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif manusia dalam sejarahnya. Judul buku De falso credita et ementita Constantini donation declamation berisi tentang donasi hadiah kepada Sri Paus oleh Kaisar Constantinus sebenarnya palsu sebab dari sudut bahasa donasi itu jelas bukan gaya bahasa abad ke4 melainkan abd ke-8.

c. Niccolo Machiavelli (1469-1527)

Filosof politik Italia, Niccolo Machiavelli lahir tahun 1469 di Florence, Italia. Ayahnya, seorang ahli hukum. Pada usia 29 tahun Machiavelli memperoleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat dalam berbagai missi diplomatik atas namanya, melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman, dan di dalam negeri Italia.

Hasil karyanya yang paling masyhur adalah The Prince, (Sang Pangeran) ditulis tahun 1513, dan The Discourses upon the First Ten Books of Titus Livius (Pembicaraan terhadap sepuluh buku pertama Titus Livius). Diantara karya-karya lainnya adalah The art of war (seni berperang), A History of Florence (sejarah Florence) dan La Mandragola (suatu drama yang bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan orang). Tetapi, karya pokoknya yang terkenal adalah The Prince (Sang Pangeran), mungkin yang paling brilian yang pernah ditulisnya dan memang paling mudah dibaca dari semua tulisan filosofis. Machiavelli kawin dan punya enam anak. Dia meninggal dunia tahun 1527 pada umur lima puluh delapan.

d. Boccacio (1313-1375)

(28)

karyanya Decamerome, karya sastra lainnya De genealogis deorum gentilium (On The Genealogy of God) yang tersusun dalam 15 jilid.

e. Francesco Petrarca (1304-1374)

Lahir pada 20 Juli 130 di Tuscan. Ia belajar hukum di Montpellier dan melanjutkan ke Universitas Bologna. Namun, ia lebih tertarik pada seni sastra dan seni lukis. Dia seorang humanis yang mengagumi hal-hal yang serba naturalis, polos dan apa adanya. Salah satu ungkapannya pada alam dituangkan dalam karya lukis yang diberi nama Ikaros.

f. Desiderius Erasmus (1466-1536)

Eramus lahir pada 27 Oktober 1466 di Gouda. Ibunya bernama Margaret. Setelah lulus dari Sekolah Atas ia melanjutkan ke biara Agustin di Styn hingga menjadi pastor kemudian melanjutkan ke Universitas Paris.

D. Dampak Renaissance

Sumbangan Renaissance Kepada Eropa :

a. Kemunculan aliran pemikiran yang mementingkan kebebasan akal seperti alirn baru Eropah hingga abad ke 18 seperti Humanisme, rasionalisme, nasionalisme dan absolutisme berani mempersoalkan kepercayaan dan cara pemikiran lama yang diamalkan selama ini secara langsung melemhkan kekuasaan golongan feudal.

b. Itali telah menjadi pusat ilmu yang terkenal di Eropah pada abad ke 15. Hal ini terjadi apabila Kota constntinople dikuasai oleh Islam telah jatuh ke tangan orang Barat pada tahun 1453. Keadaan ini telah menyebabkan ramai para ilmuan Islam berhijrah ke pusat-pusat perdagangan di Itali. Ini menyebabkan Itali menjadi pusat-pusat intelektual terkenal di Eropah pada masa itu.

(29)

d. Melahirkan tokoh-tokoh pemikir seperti Leonardo de Vinci yang terkenal sebagi pelukis, pemuzik dan ahli falsafah serta jurutera. Michelangelo merupakan tokoh seni, arkitek, jurutera, penyair dan ahli anotomi.

e. Melahirkan ahli-ahli sains terkenal seperti Copernicus dan Galileo.Melahirkan ahli matematik seperti Tartaglia dan Cardan yang berusaha menghuraikan persamaan ganda tiga. Tartaglia orang pertama yang menggunakan konsep matematik dalam ketenteraan iaitu mengukur tembakan peluru mariam. Cardan terlibat dalam penghasilan ilmu algebra. f. Selain itu, Renaissance telah melahirkan tokoh-tokoh perubatan di Eropah.Antara tokoh perubatan terkenal iaitu William Harvey yang telah memberi sumbangan dalam kajian peredaran darah.

g. Renaissance telah melahirkan masyarakat yang lebih progresif dan wujud semangat inquiri sehingga membawa kepada aktiviti penjelajahan dan penerokaan.

E. Humanisme

Pada masa Renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada manusia, yang kemudian disebut dengan humanisme. aliran ini lahir disebabkan kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasaannya, gereja telah meredam para filosof dan ilmuwan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini diacu oleh kaum kristiani.

Humanisme, menurut Ali Syariati (1992 : 39), berkaitan dengan eksistensi manusia, bagian dari aliran filsafat yang menyaakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah kesempurnaan manusia. aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.

(30)

Teori humanisme barat dibangun atas asas yang sama yang dimiliki oleh mitologi Yunani Kuno bahwa antara langit dan bumi, alam dewa-dewa dan alam manusia, terdapat pertentangan dan peraturan, sampai-sampai muncul kebencian dan kedengkian antara keduanya. para dewa adalah kekuatan yang memusuhi manusia. seluruh perbuatan dan kesadarannya ditegakkan atas kekuasaannya yang lazim terhadap manusia yang dibelenggu oleh kelemahan dan kebodohannya. Tentu saja hubungan yang bercorak permusuhan seperti ini, sepenuhnya wajar dan logis. dan dari satu sisi bisa dikatakan benar dan sepenuhnya sahih. sebab, dewa-dewa dalam mitologi Yunani adalah penguasa segala sesuatu, dan manifestasi dari kekuatan fisik yang terdapat di alam semesta:laut, sungai, bumi, hujan, keindahan, kekuatan jasmani, kemakmuran ekonomi, gempa, penyakit, kelaparan, dan kematian. (Ali Syariati, 1992 : 40).

Di bawah komando keluarga Medici atau setidaknya pada zaman merekalah para humanis mulai menarik perhatian dan mewarnai opini masyarakat Italia. Kaum humanis menggiring perhatian rakyat dari agama ke filsafat dan dari langit ke bumi. Kekayaan pikiran dan seni masa-masa kesyirikan dikembalikan kepada sebuah generasi yang terpukau. Sejak zaman Ariosto Ludovico, orang-orang yang gila ilmu pengetahuan ini mulai tenar dengan nama kaum humanis, sebab mereka membaca telaah kebudayaan klasik tentang humanitas (berkaitan dengan dunia manusia) atau humanuras (kesusasteraan yang lebih manusiawi, dan bukan berarti kesusasteraan yang lebih berprikemanusiaan, melainkan berarti kesusasteraan yang lebih banyak berkaitan dengan dunia manusia). Jadi, tema kajian yang paling tepat ialah manusia itu sendiri dengan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, dan keindahan jasmani dengan segala kesenangan dan penderitaan panca indera dan perasaannya dan dengan segala kekuatan akalnya yang menakjubkan. Poin-poin inilah yang mendapat perhatian penuh seperti yang pernah terjadi dalam kesusasteraan dan seni Yunani dan Romawi kuno.

(31)

dibawah kekuasaan para rahib yang bergaya pengemis. Walaupun mereka adalah abdi-abdi istana Roma, namun kekuatan dan jumlah mereka yang cukup banyak telah membuat takut pribadi Paus dan bahkan para raja. Saya tidak mengutuk semua ini, walaupun sebagian besar dari mereka layak mendapat kutukan. Hanya demi keuntungan dan kekuasaan otoriter, mereka telah menjebak hati rakyat secara piawai. Mereka bicara dengan tanpa rasa malu, dan perlahan-lahan mereka mengeluarkan Al-Masih dari wilayah kekristenan. Nasihat-nasihat mereka tak lebih dari dosa-dosa yang terjadi dalam setiap perkataan tanpa rasa malu mereka. Mereka memberikan pengampunan dengan kalimat-kalimat yang bahkan tidak patut untuk orang-orang yang buta huruf .”

Pada abad-abad pertengahan, manusia diposisikan sebagai makhluk yang pasif dan tak punya ikhtiar apapun di depan para elit gereja. Akibatnya, pada era Renaisans lahirlah sebuah gerakan dengan misi mengembalikan kebebasan manusia yang telah dinistakan. Mula-mula gerakan ini memprioritaskan reformasi keagamaan, dan setelah beberapa lama secara ekstrim gerakan ini menentang segala sesuatu yang dipaksakan dengan atas nama agama. Pencorengan citra agama yang dilakukan para penguasa gereja pada abad pertengahan telah menimbulkan sebuah gerakan bernama humanisme yang bermula pada era Renaisans, sebuah gerakan yang manganggap kebahagiaan manusia hanya bisa dicapai dengan kembali kepada era klasik, atau dengan kata lain era politeisme. Kaum humanis meyakini bahwa manusia pada era klasik telah mengandalkan potensi-potensi wujudnya tanpa keterikatan kepada agama, gereja, dan para penguasa gereja. Jalan kembali kepada era klasik bisa ditempuh melalui perhatian kepada kebudayaan dan kesusasteraan klasik.

Kaum humanis memandang penekanan kepada ilmu logika dan ilmu-ilmu teoritis seperti ilmu metafisik sebagai sikap yang kurang patut. Mereka hanya berminat kepada kepada bidang-bidang yang berfungsi langsung dalam kehidupan masyarakat, seperti retorika dan cabang-cabangnya termasuk politik, sejarah, dan syair. Selain itu, mereka juga tertarik kepada bidang dialektika atau seni dialog. Secara lebih umum, kaum humanis terikat kepada pemikiran mengenai kedudukan dan potensi manusia di dunia tanpa mempertimbangkan nasib manusia di alam azali.

(32)

banyaknya para ilmuan dan murid-murid mereka yang aktif di Italia. Terjemahan-terjemahan ini memiliki kecermatan yang lebih tajam ketimbang Terjemahan-terjemahan yang dilakukan pada abad ke-12 dan 13. Guvarino menerjemahkan sebagian karya Strabon dan Plotarckh ke dalam bahasa Latin. Sedangkan Travarsori menerjemahkan karya-karya Divagnos Lairitos, Valla menerjemahkan karya-karya Herodotus, Tosidid, dan Iliad Homer, Proti menerjemahkan karya Polybius, dan Ficino menerjemahkan karya-karya Plato dan Platinus.

Di antara sekian karya-karya klasik itu, karya-karya Plato yang paling banyak memukau para humanis. Kaum humanis mengapresiasi dan cemburu menyaksikan kebebasan orang-orang Yunani zaman Socrates yang bisa dengan leluasa mengupas berbagai persoalan agama dan politik yang paling sensitif. Carlo Masopini sedemikian besar mengapresiasi kebudayaan klasik era politeis sampai-sampai dia berangan untuk berpaling dari kekristenan. Tokoh humanis Italia yang paling berkarya dan kontroversial ialah Pod Ju Bratcolini yang menulis surat-surat kepada Paus Martin V untuk melakukan pembelaan sengit terhadap dogma-dogma gereja. Tetapi kemudian dalam sebuah pertemuan ekslusif dengan segenap karyawan istana Paus, dia tak segan-segan menertawakan keyakinan-keyakinan Kristen. Dia menulis surat-suratnya dengan bahasa Latin yang tidak fasih namun memikat. Lewat surat-surat ini ia mencemooh ketidaksucian para ruhaniwan. Dia keberatan melakukan perbuatan ini selagi dia mampu.

Dengan kata lain, di mata sebagian kaum humanis, agama dan pencerahan pemikiran merupakan dua kutub yang saling bertentangan. Agama adalah milik masyarakat awam, sedangkan bagi para pemikir, kepatuhan kepada agama merupakan perilaku yang menyalahi kebebasan berpikir. Mereka bukannya melenyapkan bencana akibat penyalahgunaan agama, yaitu kerakusan dan despotisme sistem gereja yang telah membendung nilai, ikhtiar, dan kebebasan manusia abad pertengahan, tetapi malah sekaligus menyerang dan mencabut akar-akar agama dan keberagamaan.

(33)

dipersiapkan untuk seseorang dengan kekuatan pena yang akan membuahkan nama baik atau buruk. Setelah Cozimo, satu generasi kemudian datang menampilkan para seniman yang andil dengan membuat lukisan atau patung-patung para pemilik nikmat (keabadian) tersebut, atau dengan mendirikan bangunan-bangunan megah dengan nama mereka demi mengabadikan mereka. Harapan untuk mendapatkan keabadian seperti ini adalah salah satu stimulan terkuat yang telah memotifasi kreatifitas dalam seni dan kesusasteraan Renaisans. Akhirnya, humanisme berhasil mempengaruhi segala seni karena kebangkitan humanisme lebih memfokuskan rasio ketimbang perasaan. Sebelumnya, gereja adalah sponsor utama gerakan seni di mana tujuan utamanya adalah sosialisasi kisah-kisah Kristen para jemaat yang buta huruf serta dekorasi Tuhan. Santa Maria dan anaknya, penderitaan dan tersalibnya Kristus, para nabi dan rasul, para bapa gereja dan orang-orang suci lainnya tentu merupakan obyek utama gerakan seni patung, lukis, dan bahkan aliran-aliran seni lainnya yang lebih kecil. Tetapi kemudian, perlahan-lahan kaum humanis mempromosikan makna keindahan yang lebih bernuansakan hawa nafsu kepada masyarakat Italia sehingga pujian kepada postur tubuh yang indah, baik lelaki maupun perempuan, apalagi dalam keadaan telanjang, akhirnya menjadi tradisi di kalangan terdidik.

Awalnya, kaum humanis menjadikan seni sebagai media untuk mempengaruhi perasaan kalangan awam dan tak berpendidikan, karena pada awal-awal kebangkitan humanisme kesenian masih ada di tangan kalangan agamis yang menjadikan kekristenan sebagai tema-tema seni. Ketika para humanis merasakan kebutuhannya kepada seni, maka seni akan diarahkan kepada obyek-obyek materialistik, kebendaan, dan sesuatu yang profan. Karena itu, semaraklah pembuatan patung-patung atau lukisan-lukisan telanjang yang mempertontonkan keindahan fisik wanita dan pria. Dengan demikian, sedikit sekali faktor spiritual yang terlihat dalam gelanggang seni humanistik. Sebaliknya, seni dipertontonkan dengan mengerahkan kecenderungan naturalistik yang semata-mata memfokuskan kepada keindahan-keindahan materi.

(34)

sekali memperlihatkan hasrat kepada ide-ide yang gaib dan tak tampak oleh mata. Dengan kata lain, seni humanistik lebih merupakan seni realisme yang tidak ada hubungannya dengan hakikat.

Arus kecenderungan humanistik bahkan juga telah mengimbas sebagian para pemuka gereja. Tak kurang, Nicholas V (1447-1455 M.), Paus humanis pertama, menyerahkan jabatan-jabatan kerohanian kepada para tokoh ilmuan dan sangat menghormati kepakaran dan pengetahuan mereka tanpa mengindahkan pertimbangan-pertimbangan lain. Lorenzo Valla yang notabene penganut ajaran Epicurus dan telah membuktikan kepalsuan dokumen anti Constantine, mencemooh prosa terjemahan resmi kitab suci Vulgate, menuduh Augustine sebagai ateis, justru diangkat sebagai ajudan khusus Paus. Pengangkatan ini jelas memberi semangat kepada humanisme dan diprioritaskannya humanisme daripada keberagamaan dengan segala iman dan keyakinannya hingga dikuasainya Roma pada tahun 1527. Aplaus untuk humanisme kendati telah membuat masyarakat utara benar-benar terpesona, kata Bertrand Russel, bisa jadi terpuji, sebab kebijakan haus perang dan gaya hidup amoral sebagian Paus memang tidak bisa dibela dari segala aspek, kecuali dari aspek politik permainan kekuasaan yang mutlak. Reformasi yang dimulai pada masa penobatan Louis X (1512-1513 M.) merupakan hasil yang alami dari kebijakan tidak agamis para Paus era Renaisans.

Boleh jadi putusnya hubungan kaum humanis dengan gereja agaknya telah menempatkan mereka di bawah kekuasaan rasio, namun kenyataannya tidak demikian. Sesuai pernyataan Russel, sebagian besar kaum humanis ternyata mempertahankan mitos-mitos yang pernah diyakini masyarakat era klasik. Astrologi, khususnya di kalangan yang berpikiran bebas, sedemikian digemari sehingga lebih lebih popular ketimbang masa-masa klasik. Dampak pertama pembebasan dari kekangan gereja bukan berupa adanya masyarakat yang berpikir secara benar, melainkan terbukanya benak masyarakat untuk kembali kepada segala hal-hal yang nonsens dan absurd. Dari segi moralitas, keterlepasan dari gereja ini juga menimbulkan dampak yang sedemikian tragis. Undang-undang moral klasik akhirnya kehilangan nilanya.

(35)

Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar yang dibuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai benar dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”

Kata pragmatisme sering sekali di ucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya adalah rencana ini kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatism.

Pragmatisme adalah aliran dari filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu adalah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relative tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.

Pragmatisme dalam perkembanganya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan yang sama. Kendati demikian ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatism yaitu, (1) Menolak segala intelektualisme dan (2) Absolutisme, serta (3) Meremehkan logika formal.

Pragmatisme berpegang teguh pada praktek. Berusaha menemukan asal mula serta hakekat terdalam segala sesuatu merupakan kegiatan yang sangat menarik, meskipun kegiatan tersebut luar biasa sulitnya. Sejarah menunjukan sengketa antara masalah ini, bidang filsafat selalu menyebabkan adanya sementara orang yang menoloknya sebagai suatu masalah yang menyebabkan sementara orang yang lain memandangnya sebagai suatu yang tidak berfaedah.

(36)

B. Tokoh-tokoh Pragmatisme 1. Charles Sanders Peircee

Charles mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan dasar) itu benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan Edwards di dalam sebuah buku yang berjudul Background of American literary thought(1974) menjelaskan bahwa peirce memformulasikan (merumuskan) tiga prinsip-prinsip lain yang menjadi dasar bagi pragmatisme sebagai berikut :

a. Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lebih daripada kemurnian opini manusia.

b. Bahwa apa yang kita namakan “universal “ adalah yang pada akhirnya setuju dan mnerima keyakinan dari “community of knowers “

c. Bahwa filsafat dan matematika harus di buat lebih praktis dengan membuktikan bahwa problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang terdapat dalam filsafat dan matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat(komunitas).

2. Wiliam James (1842-1910)

Wiliam James lahir di New York pada tahun 1842 M, putra Hery James,Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkedudukan yang tinggi, pemikir yang kreatif, selain kaya keluarganya memang dibekali kemampuan intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya. Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi usaha yang kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan karya-karyanya antara lain, The Principles of psychology (1890),Thee Will to Belive (1897), the Varietes of Religious Exsperience (1902), dan Pragmatism(1970).

(37)

yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat di ubah oleh pengalaman berikutnya.

Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada kerjanya artinya tergantung dari keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.

Di dalam bukunya, the Varietes of Religious Exsperience atau keaneka ragaman pengalaman keagamaan, James mengemukakan bahwa gejala keagamaan itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan perorangan yang tidak disadari, yang mengungkapkan diri didalam kesadaran dengan cara yang berlainan , barang kali didalam bawah sadar kita, kita menjumpai suatu realistis cosmis yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan saja. Sebab tiada sesuatu yang meneguhkan hal itu secara mutlak. Bagi orang perorang kepercayaan terhadap suatu realistis cosmis yang lebih tinggi merupakan nilai subyektif yang relative, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepercayaan penghiburan rohani, penguatan keberanian hidup perasaan damai keamanan dan kasih kepada sesama dan lain-lain.

James membawakan pragmatism kedaratan Amerika. pragmatisme ini kemudian diturunkan kepada Dewey yang mempraktekannya kedalam pendidikan. Pendidikan yang menghasilkan orang Amerika sekarang ini. Dengan kata lain orang yang paling bertanggungjawab terhadap gernerasi Amerika sekarang adalah Wiliam James dan John Dewey. Apa yang merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut : Pandangan bahwa tidak ada hokum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.

Disamping itu pula, William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap pragmatisme, sebagai berikut:

a. Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat di prediksi tetapi dunia benar adanya.

(38)

c. Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi keinginannya untuk percaya pada dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan dengan pengalaman praktisny maupun penguasaan ilmu pengetahuannya.

d. Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan yang absolut, tetapi semata-mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan kita kepada kebenaran-kebenaran yang lain tentang dunia tempat kita tinggal didalamnya (Horton dan Edwards, 1974:172).

3. John Dewey (1859-1952)

John Dewey lahir di Baltimore, Sekalipun Dewey bekerja sendiri terlepas dari Wiliam James, namun menghasilkan pemikiran yang menampakan persamaan dengan gagasan James. Dewey adalah seorang yang pragmatis, menurutnya pragmatisme bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.

Sebagai pengikut pragmatism, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengaruh bagi kehidupan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisik yang kurang praktis tidak ada faedahnya. Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif kritis. Dengan demikian filsafat akan akan dapat menyusun norma-norma dan nilai-nilai.

Instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan penyimpulan-penyimpulan dalan bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.

(39)

pada hari kemaren. Ketiga, kata “milionarisme” berarti dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini dianut oleh Wiliam James.

C. Kritik Terhadap pragmatism

Kekiliruan pragmatisme dapat di buktikan dalam tiga tataran pemikiran :

1. Kritik dari segi landasan pragmatism

Pragmatisme dilandaskan pada pemikiran dasar (Aqidah) pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Hal ini Nampak dari perkembangan historis kemunculan pragmatisme yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari empirisme. Dengan demikian dalam konteks idiologis, pragmatisme berarti menolak agama sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Jadi, pemikiran pemisahan agama dari kehidupan merupakan jalan tengah diantara dua sisi pemikiran tadi. Penyelesaian jalan tengah mungkin saja dapat terwujud di antara dua pemikiran yang berbeda (tapi masih mempunyai azas yang sama). Namun penyelesaian seperti ini tidak akan terwujud di antara dua pemikiran yang kontradiktif. Sebab dalam hal ini hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama adalah mengakui keberadaan Al Khaliq yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dan dari sinilah dinahas apakah Al Khaliq telah menentukan suatu peraturan tertentu dan manusia diwajibkan untuk melaksanakanya dalam kehidupan dan apakah Al Khaliq akan menghisab manusia setelah mati megenai kriterianya terhadap peraturan Al Khaliq ini. Sedang yang kedua adalah mengingkari keberadaan Al Khaliq. Dan dari sinilah dapat dicapai kesimpulan, bahwa agama tidak perlu lagi dipisahkan dari kehidupan,tapi bahkan terus dibuang dari kehidupan.

2. Kritik dari segi metode pemikiran

(40)

3. Kritik terhadap pragmatisme itu sendiri

Pragmatisme adalah aliran yang mengukur kebenaran suatu ide dengan kegunaan praktis yang dihasilkanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ide ini keliru dari tiga sisi.

Pertama, pragmatisme mencampur adukan kriteria kebenaran ide dengan kegunaan praktisnya. Kebenaran suatu ide adalah satu hal, sedangkan praktis ide itu adalah hal lain. Kebenaran sebuah ide diukur dengan kesesuaian ide itu dengan realistas, atau dengan standar-standar yang dibangun di atas ide dasar yang sudah diketahui kesesuaiannya dengan realitas. Sedang kegunaan praktis suatu ide untuk memenuhi hajat hidup manusia tidak diukur dari keberhasilan penerapan ide itu sendiri, tetapi dari kebenaran ide yang diterapkan. Maka, kegunaan praktis ide tidak mengandung implikasi kebenaran ide, tetapi hanya menunjukan fakta terpuaskanya kebutuhan manusia.

Kedua, pragmatisme menafikan peran manusia. Menetapkan kebenaran sebuah ide adalah aktivitas intelektual dengan menggunakan standar-standar tertentu. Sedang penetapan kepuasan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya adalah sebuah identivikasi instinktif. Memang indentifikasi instinktif dapat menjadi ukuran kepuasan manusia dalam pemuasan hajatnya, tapi tak dapat menjadi ukuran kebenaran sebuah ide. Maka, pragmatisme telah menafikan aktivitas intelektual dan menggantinya dengan identifikasi instinktif. Atau dengan kata lain, pragmatisme telah menundukan keputusan akal kepada kesimpulan yang dihasilkan dari identifikasi instinktif.

Ketiga, pragmatisme menimbulkan relativitas dan kenisbian kebenaran sesuai dengan kebenaran subyek penilaian ide, baik individu, kelompok, maupun masyarakat dan perubahan kontek waktu dan tempat. Dengan kata lain kebenaran hakiki pragmatisme baru dapat dibuktikan menurut pragmatisme itu sendiri setelah melalui pengujian kepada seluruh manusia dalam seluruh waktu dan tempat. Dan ini mustahil dan tak akan pernah terjadi. Maka, pragmatisme telah menjelaskan konsistensi internal yang dikandungnya dan menafikan dirinya sendiri.

D. Daya Tarik Pragmatisme

Referensi

Dokumen terkait

pemikiran yang lahir dalam dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat..

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran filsafat dalam Islam telah terpengaruh oleh filsafat Yunani, para filosof Muslim mengambil sebagian besar pandangannya dari

Dasar dari filsafat Aristoteles bertolak dari postulat yang sama seperti yang dipegang oleh Plato, yaitu manusia mempunyai tujuan hidup yang inheren padanya secara alamiah, yang

Peran ahli pikir Islam ini besar sekali, tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, akan tetapi juga memberi sumbangan yang tidak kecil bagi bangsa Eropa, yaitu dalam bidang ilmu

PEMIKIRAN DAN PANDANGAN ARISTOTELES Pemikiran Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan, pertama ketika ia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya

Materi ini mambehas aliran-aliran dalam filsafat, yakni rasionalisme. Sebagai salah satu aliran dalam filsafat Rasionalisme banyak berpengaruh terhadap corak pemikiran fisafat dan

Kompetensi Dasar Memahami pengertian filsafat, perbandingan filsafat ilmu dan agama, sejarah filsafat, obyek filsafat, cabang utama filsafat, aliran-aliran filsafat, dan perkembangan

Adapun yang dimaksudkan para filosof disini dalam berbagai literatur disebutkan ialah selain Aristoteles dan Plato, juga Al-Farabi dan Ibnu Sina karena kedua filosof muslim ini