• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI"

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)

i  

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

ROLE

PLAYING

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus pada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri 1, Ngaglik, Yogyakarta

SKRIPSI

Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Franciska Ni Putu Rigianawati NIM : 061334004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

L

UPA

MELAL

PL

Studi Kasu Pemb Laurentius S

AYA PENI

LUI PENE

LAYING

P

us pada Sisw

bimbing

Saptono, S.P

INGKATA

ERAPAN

PADA MA

a Kelas XI J

Tel Pd., M.Si. ii

SKRIPS

AN MOTI

METODE

ATA PELA

Jurusan IPS ah disetujui

SI

IVASI BEL

E PEMBE

AJARAN A

SMA Neger oleh:

LAJAR S

ELAJARA

AKUNTA

ri 1, Ngaglik

Tanggal 1 J

ISWA

AN

ROLE

ANSI

k, Yogyakart

(3)
(4)

iv  

PERSEMBAHAN

 

   

Kupersembahkan karyaku ini kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang selalu membimbing, menerangi setiap

langkahku, dan pegangan hidupku.

My Lovely Parents “ I Putu Ganepo & Rita Dwi Utami”

My Lovely Sister & Brother “Oyen & Danda”

Koko Wawan

(5)

v  

MOTTO

Saya belajar banyak dari kegagalan saya,

Saya bisa “lebih pintar” dari sebelumnya karena saya pernah gagal

Seperti debu yang beterbangan ditiup angin Begitulah hidup kita bila kita tidak mempunyai tujuan

Terhempas jauh bersama hembusan angin Sama seperti rumput yang tumbuh di tanah yang tandus

Seperti itulah kita harus berjuang 

Cara terbaik meramalkan masa depan adalah dengan menciptakan masa

depan itu sendiri

(6)

vi  

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Juni 2010

Penulis

Franciska Ni Putu Rigianawati

(7)

vii  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Franciska Ni Putu Rigianawati Nomor Mahasiswa : 061334004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA

PELAJARAN AKUNTANSI

Beserta perangkat pembelajaran bila diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 29 Juni 2010

Yang menyatakan

(8)

viii  

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus: Siswa kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

Franciska Ni Putu Rigianawati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan jasa melalui penerapan metode pembelajaran role playing.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 28 orang. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 1 siklus dan menggunakan waktu 2 jam pelajaran. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) instrumen observasi terhadap aktivitas guru, (2) instrumen observasi terhadap aktivitas siswa, (3) instrumen observasi terhadap kondisi kelas, (4) kuesioner motivasi belajar, (5) instrumen refleksi oleh guru mitra dan siswa, (6) wawancara dengan guru mitra, (7) dokumentasi.

(9)

ix  

ABSTRACT

THE EFFORT OF DEVELOPING STUDENT LEARNING

MOTIVATION THROUGH THE IMPLEMENTATION OF ROLE PLAYING LEARNING METHOD IN ACCOUNTING SUBJECT

A Case Study: Student of 11th Grade Social and Science Department, 1 State Senior High School, Ngaglik, Yogyakarta.

Franciska Ni Putu Rigianawati Sanata Dharma University

2010

This research aims to develop student learning motivation on the subject of Accounting with the material of accounting cycle of service company through the implementation of role playing learning method.

This research is a classroom action research (CAR). Its research subjects are 28 students of 11th grade of social and science department of 1 State Senior High School, Ngaglik, Yogyakarta, academic year 2009/2010. This classroom action research was conducted in one cycle and used two periode. Research instruments used in this research were: (1) an instrument observations of teacher activities, (2) instrument observations of student activities, (3) an instrument observations of classroom conductions, (4) learning motivation questionnaire, (5) an instrument of reflection by teacher partner and student, (6) interviews with teacher partner, (7) documentation.

(10)

x  

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Mahakasih karena skripsi ini telah selesai pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkam terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Thanks sir.

5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA., selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Bapak Drs. Suharno selaku Kepala SMA Negeri 1, Ngaglik, Yogyakata yang telah member ijin untuk melakukan penelitian.

(11)

xi  

10.Seluruh siswa SMA Negeri 1 Ngaglik Yogyakarta, khususnya siswa kelas XI IPS 1, yang telah dengan setia dan sabar mengikuti pelajaran yang digunakan penulis untuk penelitian. Tanpa kalian penelitian ini tidak berjalan dengan lancar, thanks. 11.Bapak, Ibuku, dan adik-adiku “Oyen & Danda” yang telah berjuang selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah, serta atas cinta, kasih sayang, semangat, doa dan dukungan yang tiada henti. “ I Always love u”.

12.Koko Wawan, untuk segala hiburan, kebersamaan, canda dan tawa, nasehat yang selalu mewarnai hidupku. “ u r the best”

13.Rara, Mbak Wati, dan Monic, sahabat terdekatku yang selalu mendengar keluh kesahku, bersama kalian aku bisa tumbuh dan mengenal arti persahabatan, aku bisa merasakan ketulusan sosok sahabat, serta bersama kalian aku bisa merasakan indahnya dunia manakala kita harus tertawa bersama, menangis bersama, meskipun ku harus meninggalkan kalian, tapi kalian tetap sahabatku selamanya. 14.Mbak Titek, Iren, Galih, dan Dety, yang telah memberi dukungan kepadaku,

Vivin, Tio, Daru, dan Wahyu yang telah membantu dan menemani aku dalam penelitian.

15.Teman-teman seperjuangan:Ardi, Dian, Arni, Alin, Siska Kecil, Umi, Djinong, Niken, Ninin, Dwi Kirby, Dwi Klaten, Lina, Retno, Eris, Yosef, Inggit, Lia, Missi, Ocha, Agil, Suster, Fery, Johan, dan yang lainnya terimakasih atas dukungan, doa dan bantuannya selama penulisan skripsi.

16.Anak kost Sekartadji (Yustina Dian, Cui, Ratih Sulistya, Tika Pangestika, Nat-Nat, Mb Tutu, Erly Elentaty, Haryanti) dan lainnya terima kasih atas kebersamaan kita, keceriaan kita, kegilaan kita. The Best of Sekartadji.

17.Seluruh mahasiswa angkatan 2006 yang telah mewarnai hidupku selama kurang lebih 4 tahun.

18.Semua pihak yang memberi dukungan, bimbingan, bantuan, serta motivasi kepada praktikan

(12)

xii  

Yogyakarta, 29 Juni 2010 Penulis

Franciska Ni Putu Rigianawati

(13)

xiii  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 4

(14)

xiv  

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas ... 7

B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing ... 15

C. Motivasi Belajar ... 22

D. Materi Akuntansi Perusahaan Jasa ... 26

E. Kerangka Teoritik ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

C. Subyek dan Obyek Penelitian……….. 32

D. Prosedur Penelitian ... 33

E. Instrumen Penelitian ... 39

F. Operasionalisasi Variabel ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta ... 46

B. Kepemimpinan SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta ... 47

C. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta ... 49

(15)

xv  

E. Kurikulum SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta ... 51

F. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta ... 53

G. Sumber Daya Manusia SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta ... 54

H. Siswa SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta ... 57

I. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta ... 58

J. Fasilitas Pendidikan dan Latihan di SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta. ... 59

K. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta ... 60

L. Hubungan antara Satuan Pendidikan Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 61

M. Usaha-Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta ... 62

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 64

1. Observasi Pra Penelitian ... 64

a. Observasi Terhadap Guru ... 64

b. Observasi Terhadap Siswa ... 68

c. Observasi Terhadap Kelas ... 73

2. Siklus Pertama ... 78

(16)

xvi  

b. Tindakan ... 85

c. Observasi ... 86

d. Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 96

e. Refleksi ... 97

B. Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing ... 107

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 110

B. Keterbatasan Penelitian ... 110

C. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(17)

xvii  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Motivasi Belajar ... 42

Tabel 3.2 Analsis Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Siswa pada Siklus 1 ... 44

Tabel 4.1 Rincian Sumber Daya Manusia SMA Negeri1 Ngaglik, Yogyakarta ... 54

Tabel 5.1 Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 66

Tabel 5.2 Kegiatan/Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 69

Tabel 5.3 Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Pra Penelitian ... 72

Tabel 5.4 Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran ... 74

Tabel 5.5 Aktivitas Guru Pada Siklus 1 ... 87

Tabel 5.6 Aktivitas/Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 90

Tabel 5.7 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 94

Tabel 5.8 Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 96

Tabel 5.9 Kesan Guru Mitra terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 97

Tabel 5.10 Kesan Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 99

Tabel 5.11 Refleksi Guru terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 101

Tabel 5.12 Refleksi Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 103

(18)

xviii  

DAFTAR GAMBAR

(19)

xix  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 118

Lampiran 2 Materi Pelajaran ... 132

Lampiran 3 Handout ... 135

Lampiran 4 Bukti Transaksi yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran ... 139

Lampiran 5 Bukti Kas Masuk dan Bukti Kas Keluar ... 146

Lampiran 6 Instruksi Masing-Masing Peran ... 151

Lampiran 7 Buku Praktik Akuntansi Perusahaan Jasa ... 164

Lampiran 8 Uaang-Uangan ... 178

Lampiran 9 Gambar Alat Tulis Kantor dan Gambar Meja ... 179

Lampiran 10 Media Pembelajaran Lainnya ... 180

Lampiran 11 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 181

Lampiran 12 Lembar Observasi/Aktivitas Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 183

Lampiran 13 Lembar Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran. ... 184

Lampiran 14 Kesan Guru Mitra terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 185

Lampiran 15 Kesan Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 186

(20)

xx  

Lampiran 16b Kuesioner Sesudah Tindakan ... 191

Lampiran 17 Kelompok Role Playing ... 195

Lampiran 18 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 196

Lampiran 19 Lembar Observasi/Aktivitas Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 198

Lampiran 20 Lembar Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran ... 201

Lampiran 21 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 203

Lampiran 22 Lembar Observasi/Aktivitas Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 205

Lampiran 23 Lembar Observasi Kondisi Kelas selama Proses Pembelajaran ... 207

Lampiran 24 Kesan Guru Mitra terhadap Proses Pembelajaran ... 208

Lampiran 25 Kesan Siswa terhadap Proses Pembelajaran ... 209

Lampiran 26 Refleksi Guru terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 217

Lampiran 27 Hasil Wawancara dengan Guru setelah Pelaksanaan Pembelajaran ... 218

Lampiran 28 Refleksi Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 220

(21)

xxi  

Metode Pembelajaran Role Playing ... 224 Lampiran 31 Analisis Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 227 Lampiran 32 Nilai Siswa pada saat Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Role Playing ... 228 Lampiran 33a Layout Tempat pada saat Pembelajaran ... 229 Lampiran 33b Susunan Layout Tempat Masing-Masing Bagian/Peran

(22)

1  

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar atau proses belajar agar manusia atau masyarakat secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan manusia. Dengan mengenyam pendidikan di lingkungan formal, informal, maupun non formal manusia dapat lebih baik secara kognitif, motorik, sosial dan emosional.

Pendidikan formal atau sekolah adalah salah satu lingkungan belajar yang berkaitan erat dengan proses belajar. Menurut Sardiman (1986:22) proses belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan melakukan serangkaian kegiatan secara aktif hingga tercapainya tujuan tertentu. Aktivitas siswa merupakan komponen terpenting dalam proses belajar, sehingga hasil dari proses belajar dapat memberikan makna yang berarti bagi siswa dimana sesuatu hal yang tidak diketahui oleh siswa menjadi dapat diketahui dan sesuatu hal yang tidak dapat dipahami menjadi dapat dipahami. Oleh karena itu, motivasi dan partisipasi siswa sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.

Paradigma lama tentang proses pembelajaran bersumber pada teori

tabula rasa John Lock

(23)

2  

 

didik-seperti-botol-kosong/), dalam teori tersebut pikiran seorang anak diasumsikan seperti kertas kosong dan siap menunggu coretan dari gurunya. Asumsi tersebut sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini, karena pendidikan saat ini lebih menuntut siswa untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa termotivasi untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam serangkaian proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik dan pengajar di sekolah harus mampu menjadi motivator dan harus berperan aktif demi kemajuan prestasi siswa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

Fakta menunjukkan bahwa masih banyak guru yang melakukan proses pembelajaran yang mengacu pada teacher centered dimana guru lebih sering menggunakan metode tradisional seperti ceramah. Metode ceramah ini merupakan metode pembelajaran dimana guru sebatas menyampaikan ilmu dan siswa memperoleh ilmu tanpa adanya aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Dengan metode ini guru akan lebih aktif sedangkan siswa akan bersikap pasif. Kondisi tersebut tidaklah ideal oleh sebab seharusnya guru hanya sebagai fasilitator dan mengacu pada student centered dimana siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Praktik pembelajaran teacher centered

(24)

3  

 

siswa belajar sehingga siswa tidak berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran.

Sebagai seorang pendidik, guru sebaiknya memiliki kreativitas untuk membangun motivasi siswa agar siswa berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran yang menyenangkan, salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Dengan metode pembelajaran yang tepat, siswa dapat termotivasi untuk aktif dalam serangkaian kegiatan proses pembelajaran. Banyak metode baru yang dapat membantu memotivasi siswa dalam proses pembelajaran dan mampu melibatkan partisipasi siswa secara penuh, salah satunya adalah strategi pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran role playing. Metode pembelajaran role playing adalah metode pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa untuk melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran, dimana siswa belajar sesuai dengan apa yang diperaninya atau dipraktikkannya. Dalam metode ini, ada empat tahapan yang dilakukan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi.

(25)

4  

 

pelajaran Akuntansi tidak menyenangkan. Jika metode role playing ini diterapkan dengan baik, maka seluruh siswa dapat langsung mempraktikkan bagaimana siklus Akuntansi perusahaan jasa itu diterapkan dan siswa dapat termotivasi serta berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk meneliti tentang metode pembelajaran role playing terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Akuntansi yang berjudul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing Pada Mata Pelajaran

Akuntansi”. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS, SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

B.

Batasan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan metode pembelajaran

role playing dan menyelidiki pengaruhnya pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Akuntansi khususnya Akuntansi perusahaan jasa.

C.

Rumusan Masalah
(26)

5  

 

D.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran role playing

pada mata pelajaran Akuntansi.

E.

Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat memotivasi siswa dalam belajar dengan penggunaan metode pembelajaran baru.

2. Bagi guru

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru dalam hal:

a. Mampu memberikan alternatif metode pembelajaran bagi guru dalam proses pembelajaran Akuntansi.

b. Kemampuan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran Akuntansi.

c. Meningkatkan kinerja guru.  3. Bagi sekolah

(27)

6  

 

4. Bagi universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah sebagai hasil kajian empiris tentang upaya peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode role playing pada mata pelajaran Akuntansi.

(28)

7  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Dalam literatur berbahasa Inggris, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebut classroom action research. PTK dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian sebagai berikut (Kunandar, 2009:45):

a. Penelitian adalah suatu aktivitas mencermati suatu obyek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

b. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar mengajar.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap proses belajar mengajar berupa sebuah tindakan berbentuk siklus kegiatan yang sengaja dilakukan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Wijaya (2009:9) mendefinisikan PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif denga tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

(29)

8  

 

Sedangkan menurut David Hopkins (Kunandar, 2009:45), pengertian PTK adalah:

“a form of self-reflective inquiry undertaken by participans in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of: (a) their own social or educational practices; (b) their understanding of these practices; and (c) the situation in which practices are carried out”

PTK merupakan suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi pendidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang (a) praktik kependidikan; (b) pemahaman tentang praktik tentang praktik tersebut; dan (c) situasi dimana praktik tersebut dilakukan.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan (guru) melalui pencermatan terhadap proses pembelajaran dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif.

2. Karakteristik PTK

Karakteristik PTK berbeda dengan karakteristik penelitian formal. PTK memiliki beberapa karakteristik, sebagai berikut (Raka Joni, 1998:6):

a. An inquiry on practice from within

PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di kelas. PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik dan kontektual sesuai karakteristik siswa di dalam kelas. Tujuan PTK bukan menemukan pengetahuan baru tetapi memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. b. A collaborative effort between school teachers and teacher educators.

(30)

9  

Kolaborasi ini dilakukan secara keseluruhan dalam tindakan PTK, mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan sampai dengan evalusi dan refleksi.

c. A reflektif practice made public.

Refleksi merupakan tahapan dalam PTK. Dalam refleksi ini banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari mengevalusi tindakan pelaksanaan PTK sampai dengan memutuskan apakah masalah dalam penelitian sudah terjawab atau membuat perencanaan siklus selanjutnya.

3. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins (1993:57-61) sebagaimana tersaji dalam Buku yang berjudul Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Depdiknas: 11), ada 6 prinsip dasar yang melandasi PTK, yaitu:

a. Guru menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Jika dalam menerapkan tindakan/kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil, maka guru dan dosen harus tetap berusaha memilih alternatif yang lain untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Prinsip ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis terjadinya peningkatan, perbaikan, atau “kesembuhan” sistem, proses, hasil dan sebagainya.

b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran

(action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses pembelajaran (reflection).

c. Kegiatan meneliti harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data yang sesuai dengan masalah dan penyebabnya.

(31)

10  

 

diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam pembelajaran yang sesungguhnya.

e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam (motivasi intrinsik). f. Cakupan permasalahan penelitian tindakan harus dibatasi pada

pembelajaran di ruang kelas, tetapi juga melakukan pembelajaran di luar kelas.

4. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas pada umumnya juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Shumsky (1982) dan Suwarsih (2006) menyatakan bahwa kelebihan PTK adalah sebagai berikut (Kunandar, 2009:69):

a. PTK mendorong kreativitas dan pemikiran dalam melaksanakan pembelajaran yang inovatif.

b. PTK dapat membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya menangani masalah di dalam dan luar kelas.

c. Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa saling memiliki. Sedangkan kelemahan PTK, antara lain:

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik pada pihak peneliti (guru).

b. Dalam PTK, jika tidak dapat mengelola waktu dengan baik, maka aktivitas penelitian tidak dapat berjalan dengan baik.

5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Dalam PTK, ada langkah-langkah yang harus dilakukan sebagaimana yang tersaji dalam buku yang berjudul Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, antara lain sebagai berikut (Depdiknas:13):

a. Penetapan masalah penelitian

(32)

11  

jelas dan spesifik agar dapat memilih tindakan yang tepat dalam penelitian nantinya.

b. Perencanaan tindakan

Sebelum pelaksanaan tindakan, maka perlu perencanaan tindakan sebagai tindakan persiapan. Beberapa hal yang perlu direncanakan antara lain:

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi langkah-langkah pembelajaran dan bentuk pembelajaran yang akan dilakukan.

2) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan penelitian.

3) Mempersiapkan instrumen penelitian seperti instrumen observasi, kuesioner dan lembar refleksi.

4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan melihat keterlaksanaannya di lapangan.

c. Pelaksanaan tindakan dan observasi 1) Pelaksanaan tindakan

Setelah merencanakan pelaksanaan tindakan, maka dilaksanakan tindakan penelitian yang dilakukan secara sadar dan terkendali berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti bertugas mengamati jalannya tindakan penelitian. 2) Observasi

Observasi adalah upaya mendokumentasikan proses tindakan yang terjadi selama penelitian berlangsung. Obyek dari observasi adalah seluruh tindakan yang berkaitan dalam penelitian. Dalam tahap observasi, peneliti menggunakan berbagai instrumen atau alat observasi lainnya agar diperoleh data yang akurat selama tindakan berlangsung. Kegiatan observasi ini, dilakukan bersamaan dengan kegiatan tindakan penelitian kelas berlangsung.

d. Analisis Data, Evaluasi dan Refleksi 1) Analisis data

Data yang diperoleh dari tindakan penelitian tersebut di analisis sehingga dapat memberikan kesimpulan dari proses tindakan penelitian.

Analisis data dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: a) Reduksi Data.

Reduksi data adalah proses pengolahan data menjadi informasi yang bermakna dalam penelitian.

b) Paparan Data.

Paparan data merupakan upaya menyajikan data secara jelas yang memberikan gambaran tentang proses dan hasil tindakan penelitian.

(33)

12  

 

Penyimpulan merupakan pemaknaan dari tindakan dan hasil penelitian.

2) Evaluasi

Setelah data dianalisis maka akan didapatkan hasil analisis. Hasil analisi tersebut akan dipergunakan sebagai bahan evaluasi terhadap proses dan hasil yang dicapai dalam penelitian. Hasil dari evaluasi tersebut digunakan sebagai bahan refleksi.

3) Refleksi

Refleksi merupakan upaya menganalisis tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Jadi, refleksi dilakukan setelah adanya pelaksanaan tindakan dan observasi tindakan. Hasil refleksi akan dipergunakan untuk melakukan langkah selanjutnya dalam upaya menghasilkan perbaikan atau kualitas proses pembelajaran.

e. Perencanaan Tindak Lanjut

(34)

13  

Gambar 2.1

(35)

14  

 

6. Instrumen-Instrumen dalam Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Reed dan Bergemen (1992), instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas sejalan dengan prosedur penelitian tindakan kelas. Ditinjau dari hal tersebut, instrumen penelitian dibagi menjadi 3 (tiga), sebagaimana tersaji dalam buku yang berjudul Pedoman Penelitian Tindakan Kelas yaitu sebagai berikut (Depdiknas:22):

a. Pengamatan terhadap perilaku guru (observing teacher)

Instrumen observasi terhadap perilaku guru salah satunya adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal memfokuskan hal-hal spesifik yang terjadi dalam kelas. Catatan anekdotal terhadap perilaku guru ini berisikan bagaimana guru menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas. b. Pengamatan terhadap kelas (observing classrooms)

Observasi terhadap kelas dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal kelas yang meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas.

c. Pengamatan Perilaku siswa (observing students)

Observasi terhadap siswa dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal perilaku siswa. Masing-masing individu dapat diamati secara individual maupun kelompok pada saat sebelum, saat berlangsung dan sesudah penelitian tindakan kelas.

d. Wawancara

Wawancara digunakan untuk melengkapi data hasil observasi. Wawancara dapat dilakukan kepada guru dan siswa. Metode wawancara ini membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data yang jelas.

7. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kunandar (2008:68), manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek yaitu, aspek akademis dan praktis.

(36)

15  

b. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK adalah: 1) Inovasi pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.

2) Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas

Pada saat melakukan PTK, berarti guru mampu melakukan pengembangan kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi kelas, sehingga kurikulum dapat berjalan efektif melalui proses pembelajaran yang aktif dan kreatif.

Sejalan dengan pendapat di atas, Wijaya (2009:13) mengemukakan manfaat PTK antara lain:

a. Membantu guru memperbaiki mutu pendidikan. b. Meningkatkan profesionalitas guru.

c. Meningkatkan rasa percaya diri guru.

d. Memungkinkan guru mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

e. Menumbuhkan kebiasaan menulis dan kebiasaan meneliti. f. Melatih pemikiran ilmiah.

B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing

1. Pengertian Role Playing

Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dalam

http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/kumpulan-metode-pembelajaranpendampingan.html dikemukakan bahwa metode role playing

(37)

16  

 

memainkan suatu peran. Pengertian role playing berasal dari bahasa Inggris

”role” dan ’playing”. Adapun arti dari ”role” adalah peran dan ’playing”

adalah bermain. Jadi dapat disimpulkan pengertian ”role playing” yaitu bermain peran.

Dalam http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/kumpulan-metode-pembelajaranpendampingan.html dikemukakan bahwa

Role playing merupakan metode pembelajaran untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukkan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan bahan refleksi agar siswa memberikan penilaian terhadap masing-masing peran yang diperaninya.

Hampir sama dengan pendapat di atas, Uno (2008:26) berpendapat bahwa

Role playing sebagai salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilemma dengan bantuan kelompok

Sedangkan menurut Zaini (2008:98), role playing adalah

Suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.

(38)

17  

Menurut Komara dalam Mulyana (2004:141) sebagaimana tersedia dalam http://dahlil-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-bermain-peran-dalam-pembelajaran_29.html, terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran dengan menggunakan metode role playing, antara lain:

a. Secara implisit bermain peran mendukung situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ”di sini pada saat ini”. Dalam model ini, peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogi sesuai dengan kehidupan nyata. Peserta didik dapat lebih mampu memahami materi ajar karena mereka telah mempraktikkan materi ajar yang diperaninya.

b. Bermain peran memungkinkan peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Dalam metode ini memandang tindakan (pemeranan) dan refleksi menjadi kegiatan utama dari proses pembelajaran.

c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Dalam model pembelajaran ini, guru mengurangi peran yang mendominasi pembelajaran pada pendekatan tradisional. Model ini mendorong siswa untuk aktif dalam pemecahan masalah pada materi ajar dan belajar dari pengalaman orang lain.

d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologi yang tersembunyi berupa sikap, nilai, perasaan, dan sistem keyakinan dapat diangkat ke saraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dalam model ini, siswa meminta bantuan orang lain dalam menilai sikap dan nilainya. Tanpa bantuan orang lain, siswa sulit menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.

Role playing didasarkan pada tiga aspek umum dalam suatu pengalaman, antara lain (Zaini, 2008:98):

a. Mengambil peran (role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspekatsi sosial terhadap pemegang peran. Contoh pada hubungan keluarga. b. Membuat peran (role-making), yaitu kemampuan pemegang peran

untuk berubah secara dramatis dari suatu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan. c. Tawar-menawar peran (role-negotiation) yaitu tingkat di mana

peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran-peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.

(39)

18  

 

membimbing siswa supaya siswa melakukan kegiatan/aktivitas belajar. Sardiman (1986:94) berpendapat bahwa siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran jika siswa melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa, role playing merupakan salah satu metode yang cocok digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar sehingga siswa dapat berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran.

2. Pendekatan Role playing

Ada beberapa pendekatan role playing yang biasa digunakan di dalam proses pembelajaran. Pendekatan role playing ini didasarkan oleh pendekatan yang ada yaitu (Zaini, 2008:101):

a. Pendekatan berbasis keterampilan (skills-based aprroach) Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan untuk:

1) Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.

2) Melatih sifat-sifat ini sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.

3) Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain untuk tujuan evaluasi.

b. Pendekatan berbasis spekulasi (speculative-based approach)

Dalam pendekatan ini peserta didik dilibatkan dalam membuat spekulasi terhadap pengetahuan masa lalu, peristiwa masa lampau, atau yang akan datang dengan menggunakan aspek-aspek yang diketahui dari wilayah subjek tertentu dan pengetahuan yang dimilikinya secara interaktif. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan:

1) Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi celah antara informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui.

2) Menggunakan bukti untuk membuat penilaian yang mendasar. 3) Merekonstruksi kemudian merepresentasi interaksi tertentu untuk

menganalisis peristiwa.

c. Pendekatan berbasis isu (issues-based approch)

(40)

19  

sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pendekatan ini siswa diharapkan dapat:

1) Meneliti sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang mengelilingi suatu isu.

2) Meneliti sikap, kepercayaan yang dianut oleh manusia tertentu. 3) Menjadikan dirinya berpihak pada pemeran yang memegang posisi

yang sama.

4) Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi yang berbeda.

5) Mungkin mengambil pendirian dari yang bertentangan dengan suatu isu.

3. Tahap-Tahap Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing

Dalam penerapan metode pembelajaran role playing ada tiga tahapan yang dilakukan, yaitu perencanaan dan persiapan, interaksi, refleksi dan evaluasi (Zaini, 2008:104):

a. Perencanaan dan Persiapan

Dalam metode pembelajaran ini membutuhkan kehati-hatian dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Beberapa hal yang harus dilakukan pendidik sebelum memulai role playing, antara lain:

1) Mengenal peserta didik.

Dalam perencanaan penerapan metode pembelajaran role playing

ini, guru perlu mengetahui tentang jumlah peserta didik, materi yang diketahui oleh peserta didik, pengalaman pembelajaran menggunakan metode role playing, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik serta kemampuan peserta didik untuk berkolaborasi. Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan untuk menentukan peran yang akan dilakukan oleh peserta didik, materi yanga akan dipelajari lagi (review), dan mengetahui pengalaman dan sejauh mana peserta didik dapat bekerjasama dengan orang lain.

2) Menentukan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran dalam penerapan metode pembelajaran ini harus jelas dan spesifik. Tujuan pembelajaran harus diungkapan kepada peserta didik dari awal pembelajaran.

3) Menentukan waktu

Dalam tahap perencanaan ini, guru perlu untuk menentukan kapan metode pembelajaran role playing diterapkan dalam proses pembelajaran.

(41)

20  

 

Skenario memberikan informasi tentang apa yang harus diketahui peserta didik tentang perannya. Pilihan skenario tergantung minat dan kemampuan peserta didik.

5) Peranan guru

Guru harus membuat keputusan apakah ia akan berpartisipasi dalam proses pembelajaran (memainkan peran) atau sebagai pengamat saja.

6) Mempertimbangkan hambatan

Dalam hal ini, sebaiknya guru mempertimbangkan ruangan kelas cukup luas atau tidak, meja dan kursi bisa di pindah atau tidak, saat pelaksanaan, kelas menjadi ribut dan mengganggu yang lainnya atau tidak, dan lain-lain. Hal-hal tersebut harus dipertimbangkan dan dicari solusi atas hambatan tersebut.

7) Merencanakan waktu

Pengalokasian waktu memang harus dipertimbangkan. Pengalokasian waktu pendahuluan, pemeranan, dan refleksi sebaiknya 1 : 2 : 3.

8) Pengumpulan sumber informasi yang relevan

Sumber informasi yang lainnya diperlukan untuk memberikan gambaran dan stimulus kepada peserta didik.

b. Interaksi

Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode role playing, adalah sebagai berikut:

1) Membuat peraturan permainan

Aturan dasar role playing untuk pelaksanaan perlu dibuat dan dirundingkan kepada semua pihak sejak awal.

2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran dan pentingnya penggunaan metode role playing perlu diungkapan kepada peserta didik.

3) Membuat langkah-langkah permainan

Guru harus membuat langkah-langkah yang jelas dalam penerapan Metode role playing ini dan menjelaskan kepada siswa agar dalam pelaksanaaan siswa tidak bingung.

4) Menggambarkan skenario atau situasi

Skenario perlu dibuat oleh guru agar peserta didik dapat mencari pengetahuaannya sendiri tentang apa yang akan diperaninya dan dengan cara berpartisipasi di dalam proses pembelajaran. Guru juga perlu memberikan informasi yang cukup kepada peserta didik agar dapat menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya.

5) Mengalokasikan peran

(42)

21  

6) Memulai role playing

Role playing diterapkan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

c. Refleksi dan evaluasi

Refleksi dan evaluasi dapat dilakukan disaat permainan sedang berlangsung atau setelah permainan berakhir. Aktivitas yang dilakukan di dalam kelas di evaluasi dan disimpulkan oleh guru dan peserta didik. Guru dan peserta didik juga melakukan refleksi yang berguna untuk menentukan tindak lanjut selanjutnya.

4. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Role Playing

Metode pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam suatu proses pembelajaran dimana dengan menggunakan metode pembelajaran kondisi proses pembelajaran dapat lebih kondusif. Tetapi tentunya metode pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu juga dengan metode pembelajaran role playing. Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran role playing, antara lain sebagai berikut (Djamarah, 2006:88):

a. Kelebihan metode pembelajaran role playing.

1) Memotivasi siswa untuk terlibat aktif secara penuh dalam proses pembelajaran.

2) Melibatkan seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar agar siswa memiliki kesempatan untuk saling bekerjasama.

3) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekpresi secara utuh. b. Kekurangan metode pembelajaran role playing

1) Siswa tidak dapat memainkan semua peran yang ada. Siswa lebih difokuskan pada satu peran saja.

(43)

22  

 

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:756) motivasi didefinisikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Menurut Uno (2008:3), motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada di dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat demi mencapai tujuan tertentu.

Sejalan dengan pendapat di atas, Mc. Donald mengemukakan (Hamalik, 2007:158) :

Motivation is an energy change withen the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction

Dari pengertian yang dikemukakan Mc.Donald, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang mengakibatkan timbunya reaksi untuk mencapai tujuan dan mengandung tiga elemen penting:

a. Motivasi mengawali terjadinya perubah energi pada diri seseorang. Motivasi itu timbul dari dalam dan luar diri manusia dan hasil dari adanya motivasi yaitu aktivitas yang akan dilakukan.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa dan afeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi relevan dengan emosi seseorang dan dapat menentukan tingkah laku seseorang.

c. Motivasi dirangsang karena adanya tujuan.

Motivasi yang muncul dari dalam diri manusia merupakan reaksi dari adanya tujuan. Tujuan ini menyangkut kebutuhan seseorang akan suatu hal.

(44)

23  

dilandasi dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar juga dapat diartikan sebagai psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya dan sebagai usaha penguasaan ilmu pengetahuan (Sardiman, 1986:22). Sedangkan menurut Morgan dalam http://whandi.net/2009/10/e-dukasi/pengertian-belajar.html disebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut:

a. Belajar adalah perubahan tingkah laku.

b. Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan.

c. Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.

Dari beberapa pengertian diatas motivasi belajar merupakan kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi belajar tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang permanen yang dilandasi dengan tujuan tertentu.

2. Jenis-Jenis Motivasi

Dalam http://wildan39.wordpress.com/2008/02/25/jenis-jenis-motivasi.html diungkapkan bahwa motivasi terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Motivasi intrinsik

Adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar. Misalnya, seorang siswa lulusan SMA ingin masuk keperguruan tinggi jurusan Pendidikan Akuntansi berdasarkan keinginannya sendiri tanpa ada paksaan atau suruhan dari pihak luar. b. Motivasi ekstrinsik

(45)

24  

 

3. Hakikat Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Menurut Uno (2008:23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa dan siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat dibedakan sebagai berikut (Uno, 2008:23):

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar e. Lingkungan belajar yang kondusif

f. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Dalam proses pembelajaran ada beberapa teknik motivasi, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa untuk beraktivitas atau berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan melakukan aktivitas, siswa lebih termotivasi mengikuti proses pembelajaran dan akan berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran sehingga proses proses pembelajaran berlangsung dengan baik.

(46)

25  

Motivasi pada dasarnya dapat membantu siswa dalam memahami dan menjelaskan perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain adalah sebagai berikut (Uno, 2008:27):

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Sarana penunjang pembelajaran dapat menjadi penguat belajar untuk siswa, apabila siswa sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu dan motivasi dapat menentukan hal-hal yang harus dilakukan siswa yang dapat memperkuat kegiatan belajar seperti buku sumber, handout, dan buku praktik.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan pembelajaran

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar berkaitan erat dengan kemaknaan belajar. Siswa akan tertarik dalam proses pembelajaran jika siswa tersebut sudah mengetahui manfaatnya bagi mereka. Sebagai contoh, seorang siswa menyukai belajar Akuntansi karena cita-citanya dalam bidang akuntansi. Pada suatu kesempatan, siswa tersebut diminta untuk membuat laporan keuangan, berkat pengalamanya di bidang akuntansi, siswa tersebut dapat menyelesaikan laporan keuangan tersebut dengan baik. Dari pengalaman itu, siswa semakin hari semakin giat belajar karena siswa tersebut sudah mengerti makna dari proses belajar.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak akan termotivasi untuk belajar sesuatu, siswa tersebut akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Jadi, motivsi untuk belajar menyebabkan siswa tersebut untuk tekun belajar.

5. Teknik-Teknik Motivasi dalam Proses Pembelajaran

Beberapa teknik motivasi dalam proses pembelajaran sebagai berikut (Uno, 2008:34):

a. Penyataan penghargaan secara verbal

Pernyataan verbal terhadap hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa apalagi jika penghargaan verbal diberikan di depan banyak orang di depan kelas.

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan

(47)

26  

 

c. Menimbulakan rasa ingin tahu dan memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa

Rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu permasalahan akan membangkitkan rasa penasaran siswa untuk dapat mengetahui jawaban dari permasalahan tersebut. Hal ini dapat memicu motivasi siswa agar permasalahan tersebut dapat terpecahkan.

d. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar Dalam menerangkan materi ajar, guru sebaiknya memberikan contoh yang telah dikenal siswa sehingga lebih mudah dipahami dan mudah diingat oleh siswa.

e. Menggunakan simulasi dan permainan

Proses pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan dan simulasi lebih menarik bagi siswa, sehingga siswa akan termotivasi dalam proses pembelajaran dan materi ajar akan lebih mudah dipahami.

f. Memperjelas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

Dengan mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, siswa akan lebih terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. g. Memberitahukan hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa

Hasil belajar siswa dapat memotivasi siswa lebih kuat dalam mempertahankan hasil belajar yang telah baik maupun untuk memperbaiki hasil belajar yang kurang memuaskan.

h. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa dan mengembangkan persaingan dengan diri sendiri

Belajar dengan bersaing menimbulkan upaya belajar yang sungguh-sungguh untuk menjadi lebih baik dari orang lain.

j. Memberikan contoh yang positif

Untuk menggiatkan belajar siswa tidak cukup hanya dengan memberikan tugas saja melainkan harus diberikan pengawasan dan bimbingan yang memadai selama siswa mengerjakan tugas di kelas. Dalam mengontrol dan membimbing siswa guru sebaiknya memberikan contoh yang baik.

D. Materi Akuntansi Perusahaan Jasa

(48)

27  

Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi, dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara berdaya guna dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Makin luasnya fungsi akuntansi dan makin berkembangnya praktik akuntansi, AICPA merasa definisi akuntansi di atas tidak memadai lagi sehingga mengajukan revisi definisi akuntansi. Dalam revisi ini AICPA mengemukakan bahwa (Suwardjono, 2002:6)

Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan dan fungsi yang berkepentingan dengan masalah pengadaan, pengabsahan, pencatatan, pengklasifikasian, pemrosesan, peringkasan, penganalisisan, penginterprestasikan, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan yang diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu unit usaha yang diperlukan untuk dasar penyusunan laporan yang harus disampaikan untuk memenuhi pertanggungjawaban pengurus keuangan dan lainnya.

Sedangkan Accounting Principles Board No.4 (1970), medenfinisikan akuntansi sebagai kegiatan/fungsi penyediaan jasa yang fungsinya menyediakan informasi kualitatif tentang unit-unit usaha ekonomik, terutama yang bersifat keuangan, yang diperkirakan bermanfaat dalam pengambilan keputusan-keputusan ekomonik (Swardjono, 2002:6).

(49)

28  

 

keuangan, jurnal penutup, neraca saldo setelah penutupan dan jurnal pembalik. Adapun gambar dari Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa:

Gambar 2.2

Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa

Neraca saldo  setelah tutup  buku  Ayat  t Kertas kerja

Ayat pembalik 

Laporan keuangan :  • Neraca 

• Laporan laba rugi  • Laporan 

perubahan ekuitas  • Laporan arus kas  • Catatan atas 

laporan keuangan  transaksi  Bukti transaksi 

Neraca saldo Buku besar  jurnal

(50)

29  

E. Kerangka Teoritik

Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (Uno, 2008:1). Dalam proses pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai (Sardiman,1986:75). Sebagai pendidik, guru harus mampu memotivasi siswa untuk beraktivitas dalam proses pembelajaran. Ketika peserta didik termotivasi untuk melakukan aktivitas, maka akan tampak partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh karenanya, motivasi merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran. Dimana motivasi sebagai dorongan atau keinginan untuk melakukan sesuatu atau berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Motivasi siswa dalam proses pembelajaran sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa akan mempengaruhi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Guru sebagai motivator hendaknya memiliki strategi atau cara untuk meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi siswa yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

(51)

30  

 

dan mengandung unsur menyenangkan. Dalam proses pembelajaran menggunakan metode role playing ini terdapat tiga tahapan yaitu (Zaini, 2008:104): (1) perencanaan dan persiapan; (2) interaksi/implementasi; (3) refleksi dan evaluasi. Dalam metode ini, semua peserta akan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Metode role playing ini akan diterapkan pada mata pelajaran Akuntansi dengan pokok bahasan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa. Dalam penerapannya, siswa akan dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok akan beranggotakan empat orang. Setiap anggota dalam kelompok mendapatkan perannya masing-masing sesuai dengan kemampuannya dan mempraktikkannya. Ada yang mempraktikkan bagian kurir yang bertugas melakukan transaksi keuangan, bagian keuangan yang bertugas mengelola masuk dan keluarnya uang, bagian akuntan yang bertugas membuat siklus Akuntansi perusahaan jasa dari pencatatan transaksi ke dalam jurnal hingga perekapan pada neraca saldo, dan pihak luar perusahaan yang bertugas menyediakan bukti transaksi keuangan yang berperan sebagai toko, pelanggan, dan pemilik perusahaan.

(52)

31  

(53)

32 

 

  32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan termasuk penelitian kualitatif. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat mandiri. Penelitian ini merupakan satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam penelitian ini, PTK diterapkan pada mata pelajaran Akuntansi pada materi ajar siklus Akuntansi perusahaan jasa khususnya materi ajar mulai dari transaksi sampai dengan neraca saldo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam Penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian pada mata pelajaran Akuntansi siswa kelas XI Jurusan IPS, SMA Negeri 1 Ngaglik, Yogyakarta yang terletak di Jl. Tentara Pelajar, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari - April 2010.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

(54)

33 

   

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran Akuntansi.

D. Prosedur Penelitian

Secara operasional, penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini ada tiga tahapan yaitu kegiatan prapenelitian (observasi kegiatan guru, observasi kelas dan observasi siswa), siklus satu dan siklus dua jika diperlukan. Setiap siklus penelitian pada dasarnya sama dan menggunakan instrumen yang sama, hanya saja tindakan yang dilakukan berbeda. Adapun kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan pra penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan pra penelitian ini meliputi:

a. Observasi terhadap guru

(55)

34 

   

b. Observasi terhadap siswa

Instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi terhadap perilaku dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi terhadap siswa meliputi kegiatan awal (kesiapan siswa mengikuti pembelajaran), kegiatan inti (sikap siswa pada saat pembelajaran, aktivitas siswa dan partisipasi siswa), kegiatan penutup (evaluasi proses pembelajaran, siswa mengerjakan tugas dengan baik, refleksi). Pada kegiatan pra penelitian ini, peneliti akan membagikan kuesioner yang dimaksudkan untuk mengungkapkan motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran Akuntansi sebelum diterapkan metode pembelajaran role playing.

c. Observasi terhadap kelas

Instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi terhadap kondisi kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengungkapkan kondisi kelas secara keseluruhan yang meliputi interaksi antar siswa dalam kelas, tata letak, lingkungan fisik kelas, dan kondisi pembelajaran.

2. Siklus pertama

Pada siklus pertama ini ada tahapan-tahapan yang dilakukan, antara lain: a. Perencanaan

(56)

35 

   

1) Peneliti dan guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP berisikan langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang meliputi kegiatan awal (apersepsi dan mengemukakan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (langkah-langkah metode pembelajaran role playing, media pembelajaran yang digunakan, alokasi waktu), kegiatan penutup (kesimpulan dan refleksi).

2) Mendiskusikan alur pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode role playing dan menyusun tugas dari masing-masing peran dalam penerapan metode pembelajaran role playing.

3) Menyedikan peralatan yang dibutuhkan dalam penerapan metode pembelajaran role playing. Peralatan yang digunakan yaitu meja, kursi, dan skenario proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran role playing.

4) Melakukan observasi terhadap karakteristik siswa yang dimaksudkan untuk membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. 5) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri

dari empat orang siswa. Setiap siswa dalam kelompok akan memiliki tugas atau peran yang berbeda-beda.

6) Peneliti penyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

a) Instrumen untuk mengetahui motivasi belajar siswa berupa kuesioner sebelum dan setelah pembelajaran.

(57)

36 

   

c) Instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses belajar terkait dengan metode pembelajaran role playing.

d) Instrumen observasi terhadap kelas dalam mengikuti proses belajar terkait dengan metode pembelajaran role playing.

e) Instrumen refleksi oleh guru. f) Instrumen refleksi oleh siswa.

g) Instrumen wawancara kepada guru terkait dengan refleksi pembelajaran.

7) Guru melakukan simulasi metode pembelajaran role playing pada proses pembelajaran yang akan dilakukan. Simulasi ini dimaksudkan agar para siswa dapat memahami perannya masing-masing dan memahami kegiatan pembelajaran yang dilakukan. 8) Peneliti dan guru menyiapkan media pembelajaran yang akan

digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing. Media pembelajaran yang perlu disiapkan antara lain handout, bukti transaksi, bukti kas masuk dan bukti kas keluar, buku praktik siklus Akuntansi perusahaan jasa, uang-uangan, gambar meja dan gambar alat tulis.

b. Tindakan

(58)

37 

   

1) Guru menjelaskan kepada siswa tentang metode pembelajaran role playing yang akan diterapkan pada proses pembelajaran Akuntansi materi ajar siklus akuntansi perusahaan jasa.

2) Guru menjelaskan tugas tentang peran apa yang akan dimainkan dalam proses pembelajaran menggunakan metode role playing.

3) Siswa mengimplementasikan metode pembelajaran role playing.

4) Guru dan siswa menarik kesimpulan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan melakukan evaluasi terhadap peran yang telah dimainkan dalam penerapan metode role playing.

5) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran

role playing. c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap: 1) Guru

(59)

38 

   

2) Siswa

Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mengungkapkan perilaku siswa dalam kelas selama penerapan metode pembelajaran

role playing. Hal-hal yang diamati dalam observasi terhadap siswa yaitu sikap siswa, motivasi siswa, dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran selama penerapan metode pembelajaran role playing. Instrumen observasi ini berupa instrumen pengamatan terhadap siswa.

3) Kelas

Observasi terhadap kelas dilakukan untuk mengungkapkan kondisi kelas selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran role playing. Hal-hal yang diamati meliputi kondisi ruang kelas, lingkungan kelas, dan suasana kelas selama proses pembelajaran. Instrumen observasi ini berupa instrumen pengamatan terhadap kelas.

Pada tahap observasi ini, observasi dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Observasi langsung dilakukan peneliti terhadap guru, siswa, dan kondisi kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas. Observasi tidak langsung dilakukan peneliti dengan menggunakan video camcorder.

d. Refleksi

(60)

39 

   

penerapan metode pembelajaran role playing terhadap motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran Akuntansi. Adapun tahapan dalam tahap refleksi adalah sebagai berikut:

1) Guru dan peneliti menganalisis seluruh proses pembelajaran. Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal mana yang sudah atau belum terlaksana seperti yang telah direncanakan sebelumnya yang selanjutnya akan diuraikan faktor-faktor yang menyebabkannya.

2) Guru dan peneliti menyimpulkan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran.

3) Guru dan peneliti memaknai manfaat yang didapat dari penerapan metode pembelajaran role playing pada proses pembelajaran akuntansi dan mengkaji tindak lanjut yang harus dilakukan dalam penelitian ini.

2. Siklus Kedua

Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus kedua ini pada dasarnya sama dengan siklus pertama. Hanya saja yang membedakan siklus kedua ini memperbaiki kekurangan dari siklus pertama yang didasarkan pada refleksi siklus pertama.

E. Instrumen Penelitian

(61)

40 

   

1. Instrumen Pra Penelitian

a. Instrumen observasi terhadap kegiatan guru di kelas.

Instrumen observasi terhadap kegiatan guru di kelas berupa lembar observasi aktivitas guru yang digunakan untuk mengungkapkan keterampilan guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas dan keterampilan guru memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Instrumen observasi terhadap kegiatan guru di kelas tersedia pada lampiran 11 hal. 181.

b. Instrumen observasi terhadap kegiatan siswa di kelas.

Instrumen terhadap kegiatan siswa di kelas berupa lembar observasi kegiatan siswa yang digunakan untuk mengungkapkan perilaku siswa dalam kelas yang meliputi motivasi siswa untuk terlibat aktif, partisipasi siswa, dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Instrumen observasi terhadap kegiatan siswa di kelas tersedia pada lampiran 12 hal. 183.

c. Instrumen observasi terhadap kondisi kelas.

(62)

41 

   

d. Kuesioner motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran sebelum menggunakan metode pembelajaran role playing. Kuesioner ini tersedia pada lampiran 16a. hal. 186.

2. Instrumen Pelaksanaan Penelitian a. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan ini instumen penelitian yang dibuat berupa: Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP ini berisikan langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang meliputi kegiatan awal (apersepsi dan mengemukakan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (metode pembelajaran, media pembelajaran, alokasi waktu, evaluasi), kegiatan penutup (membuat kesimpulan dan refleksi).

b. Tahap tindakan dan observasi

Tindakan ini merupakan implementasi dari pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran role playing. Adapun instrumen yang diperlukan meliputi :

1) Lembar instrumen observasi guru (lampiran 11 hal. 181).

2) Lembar instrumen observasi perilaku siswa (lampiran 12 hal. 183).

3) Lembar instrumen observasi kondisi kelas (lampiran 13 hal. 184). 4) Instrumen motivasi belajar siswa dengan menggunakan kuesioner

sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

role playing ( lampiran 16b. hal. 191).

(63)

42 

   

c. Tahap refleksi

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil analisis observasi terhadap motivasi belajar siswa. Instrumen yang diperlukan pada tahap analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil ini adalah istrumen refleksi guru dan peneliti berupa lembar refleksi yang digunakan untuk mengungkapkan analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil analisis observasi terhadap proses pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar instrumen refleksi guru (lampiran 14 hal. 185) dan lembar instrumen refleksi siswa (lampiran 15 hal. 186). Selain menggunakan lembar instrumen, juga akan dilakukan wawancara dengan guru.

F. Operasionalisasi Variabel

Motivasi dalam belajar dapat diartikan sebagai motivasi belajar merupakan kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi belajar tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang permanen yang dilandasi dengan tujuan tertentu. Operasionalisasi variabel motivasi belajar adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Motivasi Balajar

Gambar

Gambar 2.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................................
Gambar Alat Tulis Kantor dan Gambar Meja .......................  179
Gambar 2.1
Gambar 2.2 Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji coba pemilihan metode dari 15 skenario yang telah dilakukan, rata-rata akurasi terbaik sebesar 75,95% didapat ketika menggunakan wintime 0,08 dengan

Menurut penulis pendistribusian hasil pendapatan sewa tanah wakaf Masjid Baitur Rahman sudah sangat baik, terlebih distribusi yang dilakukan oleh nazhir tidak bertentangan

Di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasihukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem

Leland dan Pyle, (1977) dalam Scott, (2012:475) menjelaskan teori sinyal atau signaling theory adalah salah satu teori yang digunakan untuk menggambarkan adanya

The companies that have institutional ownership can monitor the company's management to reduce agency cost which can lead to too much debt on the company. Therefore, by

 Berdasarkan variabel Kualitas hidup masyarakat : Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,780 yang lebih besar dari 0,05 maka kesimpulannya variabel harga

2) Dana cadangan tidak boleh digunakan untuk membiayai program dan kegiatan lain di luar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan;.. 3) Program

[r]