B
abupaten Sorong Selatan terletak dibagian barat Pulau Papua. Secara geografis,
Kabupaten Sorong Selatan pada posisi 131º 421 0” BT - 132º 581 12”BT dan 0º 55’
12” LS - 2º 17’ 24” LS. Kabupaten Sorong Selatan yang luasnya sekitar 1.321.189,39
ha (berdasarkan Peta A.41) berbatasan dengan wilayah :
sebelah Utara bertasan dengan Distrik Moraid dan Distrik Fef (Kabupaten Sorong);
sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Kebar (Kabupaten Manokwari), Distrik Moskona
Utara, Distrik Moskona Selatan dan Distrik Aranday (Kabupaten Teluk Bintuni);
Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bintuni dan Laut Seram;
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram, Distrik Beraur dan Distrik Makbon (Kabupaten
Sorong).
2.1.2 Administrasi Wilayah
Luas kabupaten Sorong Selatan tercatat 29.810 km2, saat ini terbagi menjadi 14 distrik
yang sebelumnya 10 distrik. Wilayah distrik terluas adalah I nanwatan, yaitu seluas 4.234 km2
(14,2% ) sedangkan wilayah terkecil adalah Distrik Ayamaru Utara, yaitu seluas 1.071 km2 atau
3.59% dari luas Kabupaten Sorong Selatan. Luas masing-masing distrik di Kabupaten Sorong
Selatan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Kabupaten Sorong Selatan per Distrik Tahun 2007
No. Distrik Luas Area ( km2) Prosentase ( % )
Kabupaten Sorong Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat
dengan I bukota Teminabuan. Kabupaten ini bersama Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil
pemekaran Kabupaten Sorong berdasarkan UU No. 26 tahun 2002. Secara administratif,
Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan terbagi dalam 14 Distrik, 3 kelurahan dan 210 kampung
dan desa.
Distrik Aitinyo memunyai jumlah desa yang paling banyak, yaitu 26 desa atau kampung.
Sedangkan Distrik Moswaren merupakan distrik yang mempunyai jumlah desa paling sedikit,
yaitu sebanyak 6 desa atau kampung. Tabel pembagian administrasi dan ibukota serta
banyaknya kampung dalam distrik masing-masing dalam tabel berikut.
K
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2006
2 Kokoda Kokoda 20 - 20 Mikori, Siwatori, Tarof, Tambani, Negeri Besar,
4 Aifat Kumurkek 23 - 23 Kumurkek, Kisor,
Susumuk, Kokas, Ayawasi, Konja, Sori, Kocuwer, Bori, Mosum, Yarat, Ayawasi Timur, I msun, Fatmayap, Faton, Susai
5 Aitinyo Aitinyo 26 - 26 Aitinyo, Korom, Soraaya, Tehak Kecil, Sris, Karsu
6 Moswaren Moswaren 6 2 6 Moswaren, Johsiro,
Hararo, Bumiajo, Hasikjaya, Kamisabe 7 Teminabuan Teminabuan 18 1 20 Konda, Wersar, Wehali,
Wernas, Kohoin, Kaibus 8 Ayamaru Ayamaru 24 - 25 Sauf, Sembaro, Kartapura,
Arus, Kambuaya,
9 Sawiat Wenslolo 16 - 16 Klamit, Mlabolo, Sfakyo, Elles, Sodrofoyo, Sasnek,
12 Wayer Sangguer 8 - 8 Sungguer, Boldon, Sesor, Waigo, Bagoraga, Wardik, Unggi, Wayer
13 Seremuk Haha 16 - 16 Klaogin, Knaya,
Komonggaret, Sisir, Kayabo, Seremuk, Sayal, Sira, Mlaswat, Srer, Sbir, Tofot, Haha, Manggroholo, Woloin, Kamaro
14 Ayamaru Yukase 8 - 8 Karetubun, Yubiah,
Mapura, Suwiam, Setta, Hohoyar, Segiyor
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
2.2.1 Topografi dan Morfologi
A. Topografi
Topografi Kabupaten Sorong Selatan cukup bervariasi terdiri dari dataran tinggi yang
merupakan daerah pegunungan dan lereng-lereng, (pedalaman ± 65% ), dataran rendah, air
payau dan pantai (35% ). Secara garis besar, penyebaran wilayah tersebut adalah sebagai
berikut :
Dataran tinggi meliputi Distrik Ayamaru, Ayamaru Utara, Mare, Aifat, Aifat Timur, Sawiat
dan sebagian Aitinyo;
Dataran rendah meliputi Distrik Teminabuan, Seremuk, Wayer, Moswaren dan sebagian
Aitinyo;
Dataran payau meliputi Distrik I nanwatan, Kais, Kokoda dan sebagian Seremuk.
Sebagian besar daerah Kabupaten Sorong Selatan merupakan daerah dataran rendah dengan
kemiringan lereng berkisar dari 0 - 8% . Daerah dataran rendah ini membujur dari arah barat
laut ke selatan yang berbatasan langsung dengan Laut Banda. Daerah dataran rendah tersebut
meliputi Distrik Seremuk, Distrik Teminabuan, Distrik Kais, Distrik I nanwatan dan Distrik
Kokoda. Keunggulan dari faktor fisik ini menyebabkan sebagian besar kegiatan penduduk
berkembang di dataran rendah ini.
Luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan daerah dengan topografi
pegunungan (kemiringan lereng > 40% ) adalah seluas 84.624,72 ha. Sedangkan luas wilayah
kabupaten tersebut yang merupakan daerah perbukitan adalah seluas 193.916,05 ha.
Sebelah Utara Kabupaten Sorong Selatan merupakan daerah Pegunungan Karst yang dikenal
Ayamaru, Distrik Ayamaru, Distrik Aitinyo dan Distrik Moswaren.
Karakteristik topografi Kabupaten Sorong Selatan yang sebagian besar merupakan daerah
dataran rendah menyebabkan sebagian besar kegiatan ekonomi maupun perkotaan
berkembang di dataran rendah tersebut. Hal tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi
tingkat perkembangan distrik-distrik yang ada di Kabupaten Sorong Selatan. Topografi
wilayah Kabupaten Sorong Selatan berkisar antara 0 – 1668 m dpal (diatas permukaan air
laut). Puncak tertinggi yaitu daerah Faumai, dengan ketinggian 1668 m dpal, terletak di
bagian Barat Laut Teminabuan. Untuk lebih jelasnya, topografi seluruh Kabupaten Sorong
Selatan dan per distrik di Kabupaten Sorong Selatan dapat dilihat pada tabel 2.3 dan gambar
2.2.
Tabel 2.3
Kemiringan Lereng Kabupaten Sorong Selatan per Distrik
No Distrik 0 - 3% 3 - 8% 8 - 15% 15 - 25% 25 - 40% 40 - 60% > 60%
1 Inanwatan 79.623,88 2.779,08 - - - -
-2 Kokoda 105.746,62 9.196,48 8,49 - - -
-3 Aifat Timur 57.024,09 51.653,98 21.190,03 20.241,47 26.366,94 15.318,47 855,87
4 Aifat 69.456,16 109.399,92 25.055,58 21.354,45 25.691,78 11.144,80 246,98
5 Aitinyo 36.631,88 28.841,25 5.399,23 860,30 36,32 -
-6 Moswaren 55.387,09 27.593,18 4.696,48 705,00 57,16 -
-7 Teminabuan 69.374,75 17.381,04 2.687,43 323,76 15,33 -
-8 Ayamaru 9.418,73 - - 2.642,13 - -
-9 Sawiat 12.963,43 49.423,28 29.012,31 8.615,28 2.082,88 216,96
-10 Mare 8.211,35 49.423,28 29.012,31 8.615,28 2.082,88 216,96
-11 Matemani Kais 83.958,23 9.808,71 5,95 - - -
-12 Wayer - 16.345,22 3.664,84 - - -
-13 Seremuk 36.313,91 10.407,52 908,33 420,54 221,38 -
-14 Ayamaru Utara 4.777,58 17.963,27 7.343,26 1.153,60 65,76 4,25
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPAETN SORONG SELATAN
2010 - 2014
B. Morfologi
Berdasarkan data kemiringan lereng diatas, Kabupaten Sorong Selatan terbagi menjadi 3
satuan morfologi yaitu dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Berdasarkan buku
geologi Lembar Teminabuan, I rian Jaya, dataran rendah tersebut terdiri dari estuary, dataran
alluvium, sisa dataran alluvium, undakan alluvium, pegunungan pantai dan swell. Estuari atau
muara yang lebar selama proses pembentukan, telah menyatu dan membentuk hampir seluruh
pantai di Barat Daya Teminabuan. Sedangkan pegunungan pantai dan swel hanya di dua
daerah yaitu di Tanjung Semeboy (Distrik Seremuk) dan Tanjung Saibabu (Distrik
Teminabuan). Distrik di Kabupaten Sorong Selatan yang berada di dataran rendah adalah
Distrik Seremuk, Teminabuan, Kais, I nanwatan dan Kokoda.
Dataran tinggi di Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari Plato Ayamaru, sisa kipas alluvium dan
sisa dataran alluvium. Distrik yang berada di dataran tinggi adalah Distrik Wayer, Distrik
Moswaren, Distrik Aitinyo, Distrik Mare, Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru, Distrik Ayamaru Utara,
Distrik Aifat dan Distrik Aifat Timur berada di satuan morfologi pegunungan. Pertemuan
tersebut ada dua jenis yaitu pegunungan dan lembah berbentuk V yang mempunyai ciri
bertonjolan tinggi, mempunyai pematang sempit, lembah berbentuk V, lereng yang tajam
(20 - 30º ) dan timbulan yang melebihi 300 m. Di pegunungan dengan ciri tersebut banyak
ditemukan anak sungai yang mengalir berbelok-belok tajam. Sedangkan Pegunungan Homoklin
yang ada di Kabupaten Sorong Selatan ada pada formasi batuan endapan Paleozoikum Atas
sampai Eosen.
Distrik Aifat berada di Plato Ayamaru. Sedangkan distrik-distrik lainnya berada di daerah
pegunungan, kars dan dataran.
Berdasarkan analisis Bakosurtanal, 2007, bentuk lahan Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari
blok pegunungan, dataran alluvial, dataran alluvial karst, dataran banjir, dataran alluvial
antar perbukitan, endapan kolluvium, jalur kelokan sungai, kipas alluvial, lembah kering
karst, pegunungan karst, pegunungan karst dengan puncak pipih memanjang, perbukitan
karst dengan puncak pipih membulat, perbukitan denudasional rendah miring, perbukitan
denudasional lereng miring terkikis ringan, perbukitan denudasional lereng miring terkikis
berat, perbukitan karst dengan puncak pipih dan runcing. Untuk lebih jelasnya, morfologi
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
A. Kondisi Geologi
Kondisi gemorfologi Kabupaten Sorong Selatan terbagi menjadi tiga wilayah yaitu 1) dataran
tinggi Ayamaru (Ayamaru Plateau) di bagian Utara, 2) Perbukitan Karst di bagian tengah dan
3) Dataran Alluvial - Fluvial - rawa dibagian selatan. Dataran tinggi Ayamaru merupakan
plateau yang tersusun oleh berbagai jenis Batu gamping dari Fomasi Sekau dan Formasi
Sekau dan Formasi Klasafet serta endapan Danau Ayamaru yang berupa lumpur dan pasir.
Perbukitan Karst berupa bukit dan lembah Danau Ayamaru yang berupa lumpur dan pasir.
Perbukitan Karst berupa bukit dan lembah (doline dan uvala) yang tersusun oleh berbagai
jenis Batu gamping dari Formasi Sekau dan Formasi Klasafet. Dataran Alluvial - Fluvial - rawa
tersusun dari Formasi Steenkool dan Endapan Alluvial, sungai dan rawa.
Pola aliran sungai (drainage pattern) merupakan tipe trellis hingga rectangular. Pola aliran
trellis hingga rectangular. Pola aliran trellis berarti sangat dipengaruhi oleh struktur geologi
yang berupa lipatan (antiklin dan sinklin) dengan perpotongan sungai yang mendekati tegak
lurus, sedangkan pola aliran rectangular sangat dipengaruhi oleh kekar (retakan) yang
berarah barat laut - tenggara dan barat daya - timur laut. Pola aliran sungai di Kabupaten
Sorong Selatan umumnya berarah barat daya - timur laut dan barat laut - tenggara.
Mengingat sebagian besar Kabupaten Sorong Selatan hampir seluruh tersusun oleh berbagai
jenis Batu gamping, maka kemungkinan berkembang gua ((Stalaktif dan stalakmit) atau
sungai bawah tanah. Sungai bawah tanah (Underground stream) akibat proses pelarutan
Batu gamping oleh air hujan/ air tanah. Sungai bawah tanah ini merupakan sumber air tawar
yang sangat potensial di daerah ini, disamping air Danau Ayamaru dan air dari beberapa
sungai di permukaan (runoff). Dataran alluvial - fluvial - rawa juga merupakan sumber air
tanah yang potensialm kecuali di daerah rawa yang kondisinya menjadi air payau.
Kondisi stratigrafi Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari formasi-formasi batuan
(litostratigrafi) yang berumur Paleozoikum (Primer), Mesozoikum (Sekunder), Kenozoikum
(Tersier) dan Kwarter. Formasi-formasi batuan tertua yang berumur Paleozoikum dan
tersingkap di Distrik Aifat dan Aifat Timur terdiri dari Formasi Kemum (SDk), F. Aisasjur
(pCua), F. Aimau (Cpa), F. Aifat (Pla), dan F. Ainim(Pua), sedangkan yang berumur
mempunyai penyebaran merata di permukaan. Formasi-formasi yang berumur kwarter
terdiri dari Endapan Danau (QI ) di Danau Ayamaru, Upa Konglomerat (Qpu) dan Endapan
Undak Aluvium (Qt) di Distrik Aitinyo dan Endapan Aluvium (Qa) di bagian selatan wilayah
kabupaten. Berikut ini akan diuraikan masing-masing formasi dan penyusunnya dari yang
tertua hingga termuda.
1. Formasi - formasi bauan berumur Paleozoikum :
Formasi Kemum (SDk) : terdiri dari batusabak, filit, grewake malihan, batupasir
malihan, kwarsit, marmer dan konglomerat malihan;
Formasi Aisasjur (pCua) : terdiri dari grewake, feldsparan, batu pasir sela, batu
lanau, serpih dan batu sabak;
Formasi Aimau (Cpa) : terdiri dari konglomerat, batupasir, serpih, grewake, Batu
gamping dan sedikit batu lanau;
Formasi Aifat (Pla) : terdiri dari batu lumpur gampingan, sedikit batu napal, Batu
gamping pasiran dan batu pasir;
Formasi Ainim (Fua) : terdiri dari serpihan lanauan, batu pasir, grewake, batu
lanau dan sedikit batu bara.
2. Formasi - formasi batuan berumur Mesozoikum :
Formasi Tipuma (TRJt) : terdiri dari batu lempung lanauan, batu lanau, grewake
kwarsa, batu pasir merah hingga hijau;
Formasi Jass (Kj) : terdiri dari batu lumpur gampingan, batu pasir sela, sedikit
batu napal galukonitan dan Batu gamping pasiran;
Formasi Furagi (KTep) (hanya di bawah permukaan) terdiri dari Batu gamping
ganggang, batu pasir, serpih, sedikit batu lempung, dolomite dan anhidrit.
3. Formasi - formasi batuan berumur Kenozoikum (Tersier) :
Formasi Faumai (Tef) terdiri dari grainstone, wackestone dan Batu gamping
pasiran;
Formasi Sirga (Toms) : terdiri dari batu lanau dan batu lumpur gampingan, sedikit
Formasi Kais (Tmka) : terdiri dari boundstone, grainstone, packestone dan sedikit
wackestone;
Formasi Sekau (Tms) : terdiri dari konglomerat Batu gamping, Batu gamping dan
batu lumpur gampingan/ batu napal, terdapat kepingan karbonat koral;
Formasi Klasafet (Tmk) : terdiri dari batu napal, batu lumpur gampingan, sedikit
Batu gamping;
Formasi Steenkool (TQs) : terdiri dari batu lempung, batu lumpur mikaan gampingan
dan tidak gampingan, batu pasir sela, sedikit konglomerat, karbonan dan terdapat
lignit.
4. formasi - formasi batuan berumur kwarter :
Konglomerat UPA (Qpu) : terdiri dari konglomerat dan batu pasir sela, karbonan;
Endapan Danau (QI ) : terdiri dari kerikil dari lumpur dan pasir;
Endapan Undak Aluvium (Qt) : terdiri dari lumpur dan pasir;
Endapan Undak Aluvium (Qt) : terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur serta unsur
tanaman;
GAMBAR 2.4 PETA GEOLOGI KABUPATEN SORONG SELATAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
Kondisi struktur geologi kabupaten Sorong Selatan berupa struktur lipatan antiklin dan sinklin
yang berarah barat - timur hingga barat laut - tenggara. Struktur sesar dan kekar umumnya
mempunyai kelurusan berarah barat laut - tenggara hingga barat daya - timur laut. Kondisi
struktur geologi yang demikian disebabkan oleh pergerakan Lempeng Pasifik (Lempeng
Caroline) yang bergerak ke arah barat daya terhadap Lempeng Australia (Papua) sebesar 10
- 12 cm/ tahun. Dampak dari pergerakan ini terjadi Sesar Sorong yang bertipe sesar sinistral
yang memanjang dari bagian utara Papua hingga daerah kepala burung.
B. Potensi Sumberdaya Energi
Potensi minyak dan gas bumi di Kabupaten Sorong Selatan akan sangat dikontrol atau
dipengaruhi oleh sistim perminyakan (petroleum system) di daerah ini, yang tidak terlepas
dengan cekungan tektoniknya. Cekungan tektonik di daerah Kabupaten Sorong Selatan
termasuk dalam Cekungan Salawati (Salawati Basin) yang berumur Tersier. Cekungan
Salawati merupakan cekungan belakang busur (back arc basin) dalam sistem lempeng
konvergen antara Lempeng Pasifik (yang diwakili Lempeng Caroline) dengan Lempeng
Australia.
Sistem perminyakan yang mempengaruhi terhadap potensi minyak dan gas bumi antara lain :
Batuan induk (source roks) yang merupakan sumber bahan baku bagi pembentukan
minyak dan gas bumi, umumnya berupa batuan yang kaya bahan organik seperti batu
lempung hitam, batu lanau atau batu lumpur gampingan;
Panas bumi (gradient geothermis) yang berfungsi untuk mematangkan batuan induk,
dari kegiatan magmatik atau peluruhan unsur radioaktif batuan. Panas yang sangat baik,
seperti batu pasir atau Batu gamping;
Batuan reservoir (reservoir rocks), merupakan tempat menampung cairan minyak atau
gas bumi, biasanya berupa batuan yang mempunyai porositas dan permeabelitas baik,
seperti batu pasir atau Batu gamping;
Migrasi minyak atau gas bumi menuju batuan reservoir dan terperangkap dalam jebakan
yang berupa puncak - puncak antiklin, struktur patahan atau perangkap stratigrafi;
Batuan penutup (cap rocks) yang berfungsi agar minyak atau gas bumi masih
terpreservasi dengan baik, umumnya berupa batuan yang kedap (impermeable rocks)
seperti batu lempung, batu lanau dan batu napal.
Selanjutnya apabila kita melihat potensi geologi di Kabupaten Sorong Selatan, terlihat
mempunyai :
Batuan induk yang berasal dair Formasi Sirga yang berupa batu lanau dan batu
lumpur gampingan atau Formasi Klasafet yang berupa batu lumpur gampingan, atau
batuan induk yang berasal dari batuan berumur Mesozoikum;
Panas bumi di Kabupaten Sorong Selatan memenuhi syarat bagi pematangan batuan
induk, 3) terdapat batuan reservoir yang berasal dari batuan karbonat (Batu gamping)
yang berasal dari Formasi Klamogun, Formasi Kais, Formasi Sekau dan Formasi
Klasafet;
Terdapat banyak jebakan minyak dan gas bumi yang berupa struktur geologi seperti
puncak antiklin dan struktur patahan maupun perangkap stratigrafi;
Dijumpai batuan penutup dari Formasi Steenkool yang berupa batu lempung dan batu
lumpur.
Dengan demikian Kabupaten Sorong Selatan secara sistem perminyakan mempunyai potensi
minyak dan gas bumi, tinggal bagaimana menarik investor asing masuk mengadakan
kegiatan eksplorasi untuk melakukan penelitian detail baik di daratan (onshore) maupun di
dasar laut (offshore). Sarana dan prasarana infrastruktur dan logistik di daerah ini sangat
mempengaruhi daya tarik investasi tersebut. Sarana dan prasana infrastruktur dan logistik di
daerah ini sangat mempengaruhi daya tarik investasi tersebut. Selama ini wilayah Kabupaten
Sorong Selatan termasuk dalam kegiatan eksplorasi Pertamina (RUTR Kabupaten Sorong /
sebelum pemekaran, kerjasama Kabupaten Sorong dengan Pusat Penelitian Pengembangan
penyusun masing-masing formasi dan peluangnya atau peranannya dalam sistem perminyakan
di Kabupaten Sorong Selatan. Disamping itu juga diberikan gambaran batuan reservoir dan
pengeboran minyak yang dilakukan di Kabupaten Sorong.
Berdasarkan pada kondisi geologi, maka potensi tedapatnya batu bara di Kabupaten
Sorong Selatan terdapat pada Formasi Ainim yang berumur Paleozoikum dan Formasi
Steenkool yang berumur Mio-Pliosen. Batubara dari formasi Ainim tersebut di Distrik
Aifat Timur, sedangkan batu bara yang masih termasuk lignit terdapat dari Formasi
Steenkool ditemukan di bagian barat distrik sawiat (RUTR Kabupaten Sorong/ sebelum
pengembangan, kerjasama Kabupaten Sorong dengan pusat penelitian Pengembangan
Wilayah dan Kota I TB). Potensi batubara di Kabupaten Sorong Selatan ini baru dalam
tingkat indikasi, yang perlu diinformasikan kepada investor untuk mengadakan kegiatan
eksplorasi.
gampig phospat, Batu gamping dolomite, marmer dan kwarsit, tanah liat serta pasir kwarsa.
1. Batu gamping
Batu gamping merupakan bahan galian terbesar di Kabupaten Sorong Selatan. Batu
gamping tersebut meupakan angota dari Formasi Sekau, formasi kais dan formasi
klasafat. Batu gamping dari beberapa formasi tersebut membentuk perbukitan karst
dengan hutan lindung yang masih perawan (sebelum diusik oleh kegiatan manusia),
sehingga melimpah air permukaan (runoff) maupun sebagai air tanah yang tersebar dari
utara hingga selatan wilayah Kabupaten Sorong Selatan. Batu gamping yang berpotensi
ditambang dan digunakan untuk bangunan adalah dari Formasi Kais yang berupa
bodstone, packestone dan wackestone atau berkomposisi Ca CO3. Sebagian berasal dari
Batu gamping dari Formasi Sekau dan Formasi Klasafat. Batu gamping yang sangat
baik digunakan sebagai bahan bangunan adalah Batu gamping yang mengandung CaO
minimal 50% . Selama itu penambangan Batu gamping hanya digunakan untuk bahan
fondasi bangunan yang lain, seperti yang terlihat di Distrik Sawiat. Batu gamping yang
digunakan untuk fondasi jalan atau bangunan adalah Batu gamping yang mempunyai
kuat tekan lebih dari 800 - 1500 kg/ cm2 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A,
1989). Berdasarkan pengamatan, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan yang
terkait dengan ketersediaan dan kelestarian air permukaan, disarankan ijin penambangan
Batu gamping diberikan secara cermat dan tepat. Sebaiknya penambangan Batu
gamping dalam skala besar untuk kepentingan idustri diarahkan ke arah selatan wilayah
Kabupaten Sorong Selatan, mendekati daerah pantai (dengan pertimbangan kelestarian
air, jalur transportasi, pelabuhan dan keterdapatan bahan tambang yang lain seperti
pasir kwarsa). Penambangan Batu gamping di daerah utara Kabupaten Sorong Selatan
harus dihindarkan, sedangkan yang sudah ada kegiatan penambangan diwajibkan
mereklamasi kembali dengan tanaman hutan sejenis.
2. Batu Phospat
Batu gamping phospat adalah bahan galian Batu gamping yang mempunyai komposisi
Ca3 (PO4)2 yang dapat berfungsi sebagai pupuk pertanian pada tanah - tanah asam.
Disamping dapat menambah unsur harta makro seperti Ca, dapat menambah unsur P
dalam tanah, sehingga ketersediaan unsur organik dalam tanah meningkat. Batu
gamping phospat alami terjadi akibat akumulasi cangkang binatang laut yang
Batu gamping pada Formasi Sekau, terutama di Distrik Ayamaru (RUTR Kabupaten
Sorong/ sebelum pengembangan, kerjasama Kabupaten Sorong dengan Pusat
Penelitian Pengembangan Wilayah dan Kota, I TB). Batu gamping phospat ini
mempunyai penyebaran tidak merata, terdapat sebagai lensa - lensa konglomerat Batu
gamping.
3. Batu gamping Dolomit
Batu gamping dolomit adalah bahan galian Batu gamping yang mempunyai komposisi
Ca Mg CO3 yang dapat juga berfungsi sebagai pupuk pertanian pada tanah - tanah
asam. Disamping dapat menambah unsur hara makro seperti Ca dan Mg dapat
meningkatkan pH tanah terutama pada tanah - tanah rawa yang mau dikembangkan
untuk pertanian tanaman pangan. Batu gamping dolomit terapat pada Formasi Puragi
yang hanya terdapat di bawah permukaan (Sukanta dan Prigman, 1989). Disamping
juga terdapat anhidrit (Ca SO4) pada formasi tersebut. Penyebaran formasi ini
diperkirakan ada dibawah permukaan dalam Distrik Kais dengan kedalaman sekitar
lebih dari 1.000 m.
4. Marmer dan Kw arsit
Marmer dan Kwarsit merupakan bahan galian yang berasal dari metamorfosisme Batu
gamping dan batu pasir kwarsa sehingga bersifat kristalin, keras dan kompak.
Umumnya berwarna putih, abu - abu, kuning, hingga merah muda yang dimanfaatkan
untuk industri bangunan (batu ubin dan batu dinding), barang kerajinan (furniture,
cindera mata). Harganyapun cukup mahal mengingat keterdapatannya sangat
terbatas. Marmer dan Kwarsit di Kabupaten Sorong Selatan terdapat pada Formasi
Kemum yang berumur Paleozolik (Devon) dan tersebar di Distrik Aifat Timur
dengan penyebaran tidak merata, berupa lensa - lensa filit atau batusabak.
5. Tanah Liat
Tanah liat merupakan bahan galian yang secara mineralogi didominasi oleh mineral
lempung (mineral sekunder), disamping mineral - mineral lain (mineral primer) yang
komposisinya lebih sedikit. Tanah liat dapat berasal dari bahan induk batulempung,
batukapur/ Batu gamping dan aluvium yang mengalami pelapukan dan proses
pedogenesis membentuk horisonisasi tanah yang ketebalan solumnya berkisar 0,20 m
Sorong Selatan cukup besar seperti terlihat pada di halaman berikut. Sebaran bahan
galian tanah liat yang layak ditambang dan potensi terdapat di Distrik Teminabuan, Kais
dan Kokoda. Tanah Liat perlu adanya penelitian kelayakan bahan baku jika ingin
digunakan untuk industri, baik industri keramik maupun industri semen.
6. Pasir Kw arsa
Pasir Kwarsa merupakan bahan galian yang potensial di Kabupaten Sorong Selatan, yang
melampar sebagai endapan sungai atau endapan muara sungai. Endapan tersebut
berasal dari pelapukan batuan kwarsit, batupasir malihan, konglomerat malihan, urat
-urat kwarsa pada batusabak atau sekis/ filit dari formasi-formasi batuan berumur
Palezoikum yang terangkut oleh aliran sungai dan diendapkan di bagian hulu atau muara
sungai sebagai endapan pasir kwarsa. Endapan ini bersifat lepas dengan kandungan
kwarsa mencapai lebih 90% . Berdasarkan karakternya maka pasir kwarsa dapat
dimanfaatkan untuk campuran bahan baku semen Portland, industri silica cair (gelas)
dan bahan baku batubata cetak (batako). Pasir kwarsa ini tersebar sebagai endapan
sungai, endapan alluvium atau yang sangat potensial sebagai endapan undak alluvium
(Qt) atau endapan teras sungai seperti yang terdapat di Distrik Kokoda.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pertambangan (2007), potensi gas bumi
juga dimungkinkan ada di Distrik Kokoda. Begitu pula dengan potensi batubara, selain di
Distrik Kokoda dan Aifat juga dimungkinkan ada di Aitinyo. Untuk bahan baku semen dari
penelitian yang pernah dilakukan ada di Wilayah Distrik Ayamaru, Sawiat, Aifat,
Teminabuan, Moswaren, Wayer dan Aitinyo. Sedangkan galian C yang berupa batu dan
sirtu juga terdapat di delapan distrik tersebut diatas. Untuk lebih jelasnya, persebaran
mineral di Kabupaten Sorong Selatan dapat dilihat pada peta persebaran mineral dan
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.6
2.2.3 Hidrologi dan Sumberdaya Air
A. Curah Hujan
Berdasarkan tabel dibawah ini, rata-rata curah hujan tahunan tertinggi adalah 236,37 mm
per bulan pada tahun 2003. Sedangkan rata-rata hari hujan tertinggi dalam setahun adalah
19 hari pada tahun 2005. menurut klasifikasi iklim Schimdt dan Fergusson tipe iklim di
Wilayah Kabupaten Sorong Selatan termasuk tipe I klim A yaitu daerah beriklim tropis basah.
Untuk lebih jelasnya data curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Sorong Selatan dapat
dilihat pada tab el dibawah ini.
Tabel 2.4
Curah Hujan, Rata Hari Hujan, Kelembaban Udara, Suhu Udara dan Penyinaran Matahari Kabupaten Sorong Selatan tahun 2001 - 2005
Bulan Curah Hujan Hari Hujan
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Januari 305 248,2 77,2 201 55 213,91 21 15 7 24 17 14,91 Februari 216 70,6 107,4 157 75 287,18 15 6 14 18 15 15,36 Maret 157 156,8 294,3 149 132 283,27 17 18 24 14 15 18,36 April 111 220,3 219,9 272 266 268,65 15 17 17 20 23 15,82
Mei 325 336,4 163,6 142 239 197,73 16 10 12 16 21 13
Juni 418 304,4 431,3 93 395 157,27 22 18 18 19 25 12,45 Juli 343 14,4 510,8 189 228 122,18 14 4 27 29 20 11,18
Agustus 26 29 313,6 24 136 153,09 9 6 16 18 14 10,82
September 476 18 182,9 339 113 127,36 27 3 18 24 15 10,09 Oktober 134 44,7 236,6 64 370 122,7 13 3 16 9 32 11,8 November 289 126,2 74,9 161 186 182,3 16 12 9 15 20 13,3 Desember 111 186,2 223,9 257 342 330,5 16 12 14 24 23 19,1
Jumlah 2.911 1.755,2 2.836,4 2.048 2.537 2.446,14 201 124 192 220 230 166,2
Rata-rata 243 146 236 171 211 204 17 10 16 18 19 14
Sumber : Sorong Selatan Dalam Angka
B. Air Permukaan
Potensi hidrologi di Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari potensi air permukaan tanah (fresh
water) dan air tanah (groundwater). Potensi aliran air permukaan terdiri dari air rawa, air
danau dan air sungai yang mengalir.
1. Sungai
Terdapat 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama di wilayah Sorong Selatan yaitu DAS
Seremuk, DAS Kaibus dan DAS Waromge. Masing-masing DAS mempunyai banyak
anak sungai. Semua anak sungai umumnya mengalir kea rah Barat Daya hingga Barat
Laut dan bermuara di sungai utama yaitu Sungai Kaibus, Sungai Seremuk dan Sungai
Waromge.
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Digitasi Bakosurtanal terdapat 14 DAS yang teridentifikasi
yaitu DAS Aninamaru, Kaibus, Kais, Kamundan, Karabra, Matemani, Sajem, Sebjar,
Sekak, Seremuk, Sigeroi, Tarof, Wariagrar dan Waromge. Untuk lebih jelasnya lokasi
dan cakupan DAS masing-masing terlihat dalam peta berikut.
DAS Kaibus terdiri dari sungai Kohoin, Sungai Wermit dan Sungai Sayal. Sungai Sayal
memiliki anak sungai yang relatif sedikit, umumnya merupakan sungai-sungai kecil di
daerah hulu. Terdapat 6 anak sungai yang cukup besar alirannya yang m engalir ke
Sungai Kaibus. DAS Waromge terdiri dari Sungai Keyen, Sungai Sungguer, Sungai
Waigo dan Sungai Waren. Cukup banyak anak sungai yang mengalir di DAS Waromge,
misalnya Sungai Keyen yang terdiri dari 12 anak sungai. Sungai-sungai utama dan
anak-anak sungai yang cukup besar sebagian alirannya dipengaruhi oleh pasang surut
air laut.
Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Sorong Selatan berfungsi sebagai sumber air
sehari-sehari penduduk setempat, tempat wisata dan juga sebagai prasarana
transportasi. Contoh sungai di Kabupaten Sorong Selatan yang berfungsi sebagai
tempat wisata adalah Sungai Sembra, Sungai Kohoin dan Sungai Wermit. Selain itu,
sungai yang ada di Kabupaten Sorong Selatan juga merupakan sumber air PAM.
Sebagai contoh air PAM di Distrik Ayamaru bersumber dari Sungai Mos dan Distrik
Ayamaru Utara menggunakan Sungai I msun sebagai sumber air PAM. Kerusakan
lingkungan telah terjadi di beberapa sungai di Kabupaten Sorong Selatan. Salah
satunya adalah sedimentasi yang terjadi di Sungai Hilang di Distrik Sawiat.
Pendangkalan sungai tersebut menyebabkan air menggerus badan jalan di sisi sungai
Danau meupakan salah satu potensi air permukaan yang banyak terdapat di Kabupaten
Sorong Selatan. Setidaknya ada 5 danau yang terdapat di Kabupaten Sorong Selatan
yaitu : Danau Uter di Distrik Aitinyo, Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru, Danau Sembra
di Distrik Teminabuan, Danau Tanimut (Makiri) dan Nawawefom di Aifat Timur.
Danau- danau tersebut merupakan sumber air sehari-hari bagi penduduk yang
bertempat tinggal di sekitar danau tersebut. Selain itu danau-danau tersebut merupakan
menyimpan potensi sebagai obyek wisata di Kabupaten Sorong Selatan seperti Danau
Ayamaru di Distrik Ayamaru dan Danau Uter di Distrik Aitinyo.
Danau Ayamaru merupakan salah satu danau yang ada di Kabupaten Sorong Selatan
yang terletak di Distrik Ayamaru. Luas Danau Ayamaru sekitar 2500 ha, termasuk tipe
seri oligotropik-eutropik yang produktivitasnya tergantung nut risi yang diterimanya dan
pengairan regional pada usia geologis dan kedalaman kelimpahan planton kurang karena
laju sedimentasi yang tinggi mengakibatkan tipisnya penetrasi cahaya. Danau Ayamaru
juga merupakan salah satu danau yang dijadikan sebagai obyek wisata, oleh sebab itu,
disekitar danau tersebut telah dikembangkan fasilitas-fasilitas pendukung tempat wisata
seperti tempat istirahat dan dermaga. Selain digunakan sebagai obyek wisata, Danau
Ayamaru juga digunakan sebagai tempat pemancingan dan tempat pemijahan ikan
sehingga di danau tersebut banyak ditemui keramba ikan milik penduduk. Hanya saat ini,
danau tersebut telah mengalami pendangkalan karena penebangan di perbukitan sekitar
danau.
Danau Uter di Distrik Aitinyo juga merupakan salah satu danau di Kabupaten Sorong
Selatan yang dikembangkan menjadi obyek wisata dan juga digunakan sebagai sumber
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
Letak Kabupaten Sorong Selatan pada posisi normal (khatulistiwa) sehingga tidak
langsung mendapat pengaruh udara kering dari Autralia atapun sebaliknya mendapat pengaruh
udara basah dari daratan benua asia.
I klim Wilayah Kabupaten Sorong Selatan tergolong iklim tropis Monsoon. Musim hujan
terjadi saat berlaku Monsoon Barat Laut, yaitu pada Bulan Desember – Maret. Musim terjadi saat
Monsoon Tenggara, yaitu pada Bulan Mei – Oktober. Daerah dataran rendah di Kabupaten Sorong
Selatan mempunyai intensitas hujan yang lebih banyak karena adanya proses hujan orografis
dimana angina yang membawa uap air dari laut terhambat pegunungan yang berada di sebelah
utara Kabupaten Sorong Selatan sehingga terjadilah hujan lokal di daerah dibawah pegunungan
tersebut (dataran rendah).
Suhu udara rata-rata berkisar antara 20º C - 38º C dengan fluktuasi suhu rata-rata tahunan
tidak lebih dari 2º C. kecepatan angin berkisar dari lambat hingga sedang (8m/ dt), dengan
frekuensi kejadian kurang dari 2% . Kecepatan angina terbesar umumnya bertiup dari arah barat
daya (> 15 m/ dt). Tekanan udara rata-rata 1006,1 mb. Kelembaban udara rata-rata 84,7% dan
intesitas penyinaran matahari sekitar 54,3% .
2.2.5 Sumberdaya Lahan
A. Jenis Tanah
Secara umum, struktur tanah di Kabupaten Sorong Selatan, terdiri antara lain jenis alluvial,
mediterania, podzolik, latosol, orgaosol, litosol dan gambut. Sedangkan jenis tanah yang ada
secara umum antara lain tanah kemerahan, tanah endapan alluvial dan tanah alluvial muda.
Berikut ini akan dijelaskan gambaran umum jenis tanah per distrik di Kabupaten Sorong
Selatan.
Karakteristik Jenis Tanah per Distrik di Kabupaten Sorong Selatan
No Distrik Karakteristik Tanah
1 Teminabuan Tanah daerah pesisir pantai (beting betina).
Jenis tanah di daerah ini adalah entisol (Psamment). Tekstur tanah pasir sampai pasir berlempung, pH tanah sangat masam agak masam (pH 4-6). Tanah ini memiliki tingkat keseburan yang rendah, yang dicirikan oleh rendahnya bahan organik (0, 16-0,51 % ). Kapasitas Tukar Kation (1,71-6,00 cmol/ (+ )/ kg), kejenuhan basa (12,67-25,73% ) dan N total (0,01-0,05% ).
Tanah dataran rendah (endapan alluvial)
Daerah ini menghasilkan tanah-tanah muda yang baru mengalami perkembangan. Oleh karena itu, jenis tanah yang dijumpai di daerah ini adalah asosiasi antara Entisol dan I nceprisol (Eutrudent)
Tanah daerah perbukitan
Tanah di daerah ini umumnya termasuk tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut. Jenis tanah yang dominan adalah ultisol (hapludult). Tanah ini teksturnya halus (liat berdebu sampai liat), reaksi tanahnya sangat masam (pH 3,8-4,0), kejenuhan basa rendah (kurang dari 35% ), bervariasi dari sangat rendah sampai sedang. Kesuburan tanah ini juga tergolong rendah.
2 Wayer Jenis tanah utama di Distrik Wayer adalah Entisol (Endoaqunt dan Udorthent) dan I nceptisol (Eutrudent) dan ultisol (hapludult). Tekstur tanah bervariasi yait u lempung liat berdebu dan lempung berdebu. Rekasi tanah agak masam sampai netral dengan kejenuhan basa tinggi. Kadar bahan organic dan KTK tergolong tinggi. Oleh karena itu, relatif lebih subur.
3 Ayamaru Jenis tanah yang dominan di Distrik Ayamaru adalah asosiasi antara I nceptisol (eutrudent) dan ultisol (hapludult). Tanah inceptisol memiliki tekstur sedang (lempung) sampai halus (liat). Reaksi tanah agak masma sampai netran dengan pH (12-14 cmol/ (+ )/ kg). Kesuburan tanah tergolong agak rendah dan penyebab utamanya adalah rendahnya KTK.
5 Sawiat Jenis tanah di Distrik Sawiat adalah hapludult dan eutrudent. Tanah hapludult teksutrnya halus (liat), bereaksi masam dengan kejenuhan basa rendah. Kadar bahan organik, N total dan KTK rendah sehingga tanah ini kesuburannya rendah. Tanah eutrudent memiliki tekstur lempung liat berdebu, pH tanah agak masam sampai netral. Kejenuhan basanya tinggi, KTK juga tinggi, sehingga kusuburan tanahnya lebih baik daripada hapludult.
6 Ayamaru Utara Jenis tanahnya adalah entisol dan enceptisol.entisol adalah tanah yang teksturnya kasar (lempung berpasir sampai pasir), pH masam sampai agak masam (pH 5,5-6,4) dengan kejenuhan basa rendah sampai sedang (35-50% ). Kadar bahan organik, N total dan KTK tergolong rendah.tanah eutrudept teksturnya halus (liat), reaksi tanah agak masam sampai netral (pH 6,0-6,8) dengan kejenuhan basa tergolong tinggi. Namun kadar bahan organik, N total dan KTK termasuk rendah. Karena itu kesuburan tanah ini sangat rendah.
7 Aifat Jenis tanah di Distrik Aifat yang dominan adalah I nceptisol dan Ultisol. Ketiga jenis tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan yang tergolong rendah, yang dicirikan oleh rendahnya KTK atau kejenuhan basa.
8 Aifat Timur Jenis tanah pada daerah perbukitan merupakan asosiasi antara Udorthent dan Hapludult, sedangkan pada daerah yang relatif datar adalah Eutrudent. Tekstur tanah bervariasi mulai dari liat sampai lempung berdebu. Tanah Hapludult pH sangat masam dengan kejenuhan basa rendah, sedangkan Udorthent dan Eutrudept reaksi tanahnya agak masam, KTK dan bahan organik tergolong rendah. Ketiga jenis tanah tersebut tingkat kesuburannya rendah.
9 Mare Merupakan asosiasi antara Entisol, I nceptisol dan Ultisol. Tanah ini teksturnya lempung liat berdebu, reaksi tanah masam dengan nilai kejenuhan basa rendah. Tanah-tanah ini ini tingkat kesuburannya rendah.
10 I nanwatan Merupakan asosiasi antara Entisol dan I nceptisol. Tanah Entisol teksturnya lempung liat berdebu, pH sangat masam dengan kejenuhan basa rendah. KTK rendah sampai sedang. Kesuburan tanah juga tergolong rendah.
11 Kais Jenis tanahnya adalah Entisol dan I nceptisol. Tanah Enstisol teksturnya lempung liat berdebu, pH sangat masam dengan kejenuhan basa rendah. KTK rendah sampai
12 Kokoda Jenis tanahnya adalah Udipsament dan Endoaqept. Tanah Udipsament teksturnya kasar (pasir berlempung), sedangkan Endoaqupt teksturnya lebih halus. Kedua jenis tanah tersebut kesuburannya rendah, yang dicirikan oleh rendahnya N total, bahan oragnik dan KTK.
Di wilayah Kabupaten Sorong Selatan terdapat berbagai jenis tanah yaitu inceptisol
(entropepts dan dystropets), ultisol tropis (tropudults), entisol berpasir (tropopsament),
gambut (sulfihemist), tanah tergenang (hydraquenst), tanah dengan bahan organik tinggi
(rendolls), jenis inceptisol tropis di daerah equator tropaquepts), ultisol tropis (tropudult),
yang tersebar di wilayah-wilayah distrik di Kabupaten Sorong Selatan. Tanah I nceptisol di
Kabupaten Sorong Selatan ada 2 macam yaitu tanah inceptisol yang tidak subur
(dystropepts) dan tanah inceptisol yang subur (eutropepts).
Tanah inceptisol yang tidak subur mencapai luasan 226.319,99 ha tersebar di hampir
semua distrik, kecuali Distrik Ayamaru, Sawiat Mare, Seremuk dan Ayamaru Utara. Luas
terbesar ada di Distrik Aifat (76,408,47 ha). Sedang jenis tanah inceptisol yang subur
mencapai luasan 63.730,51 ha, yang terdapat hampir semua distrik kecuali Distrik
I nanwatan dan Kokoda. Jenis I nceptisol terluas ada di Distrik Moswaren (13.232,64 ha).
Jenis tanah entisol tergenang (hyraquents) terdapat seluas 5.673,35 ha tersebar di Distrik
Ayamaru, Aitinyo, Ayamaru Utara, jenis tanah rendools seluas 37.218,57 tersebar di hampir
semua distrik kecuali Distrik I nanwatan, Kokoda, Aitinyo, Moswaren dan Kais. Di Kabupaten
Sorong Selatan terdapat tanah gambut (sulfihemists) dengan pH rendah (pH= 2,5) seluas
80.944,44 ha yang tersebar di Distrik I nanwatan, Kokoda, Teminabuan, Kais, Wayer dan
Seremuk. Jenis tanah I nceptisol tropis daerah equator di Kabupaten Sorong Selatan
mencakup luasan 301.066,65 ha yang tersebar di hampir semua distrik kecuali Distrik
Ayamaru dan Ayamaru Utara. Jenis tanah yang lain terdapat di Kabupaten Sorong Selatan
adalah gambut tropis (tropoheminsts) seluas 16.152,14 ha yang terdapat di Distrik Aifat,
Kokoda dan Kais. Sedang jenis tanah troposaprists terdapat di Distrik Kokoda, Seremuk dan
I nanwatan. Jenis tanah entisol berpasir (troposamments) terdapat di Distrik Teminabuan,
I nanwatan dan Kokoda. Tanah ultisol tropis (tropudult) di Kabupaten Sorong Selatan
mencakup luasan 195.462,67 ha dengan luasan terbesar di Distrik Aifat. Masing-masing
luasan jenis tanah per distrik secara rinci termuat dalam tabel berikut.
Dari fakta yang ada di wilayah Kabupaten Sorong Selatan yang terdiri dari 14 distrik jenis
tanah didominasi oleh tanah Entisol, I nceptisol dan Ultisol dengan pH rendah sampai
normal maupun kandungan unsur bahan organik dan N total rendah, bahkan untuk
kawasan di pantai pesisir terjadi permasalahan drainase sementara dibagian atas
permasalahan tidak ada sarana pengairan, sehingga kecukupan kebutuhan air bagi
Tingkat kesuburan yang rendah dapat diatasi dengan menambahkan bahan organik kedalam
tanah dan menambahkan pupuk buatan (anorganik terutama pupuk N, P dan K) untuk
meningkatkan kesesuain lahan dari S3 menjadi S2 dan S1, sehingga lahan pertanian yang
relatif terbatas dapat diberdayakan secara maksimal untuk mencukupi kebutuhan pangan
lokal.
Distrik dystropepts eutropepts hydraquents rendalls sulfihemists tropaquepts tropofluvents tropohemists troposamments troposaprist tropudalfs tropudults Lain-lain
Inanwatan 260,29 12234,37 63285,69 895,3 5734,1
Kokoda 28731,17 1728,36 50072,88 7432,89 7775,96 16969,49 2240,91
Aifat Timur 56892,14 551,47 10540,22 41545,32 10775,93 20992,59 51337,29
Aifat 76408,47 5631,94 446,09 20867,56 632,51 745,68 71486,04 86131,91 15,92
Aitinyo 11147,22 5732,4 26,35 9865,62 22614,65 22382,48
Moswaren 20982,08 13232,64 12297,33 19728,98 22197,74
Teminabuan 13983,11 3953,9 4397,88 36365,27 22743,91 244,88 4123,03 4472,45
Ayamaru 1484,95 4407,95 8556,94 43943,61 155,86
Sawiat 12708,54 8653,87 93,27 80858,14
Mare 9368,57 1151,97 1287,07 39129,1
Matemani Kais 17693,16 20634,42 47507,34 7973,57
Wayer 222,35 6273,83 788,51 679,14 1588,42 17184,51 2384,55
Seremuk 1956,27 2078,77 9302,88 29912,24 333,24 438,66 4315,34
Ayamaru Utara 2836 1239,05 604,32 25979,59 648,9
Total 226319,99 63730,51 5673,35 37218,57 80944,44 301066,65 11408,44 16152,14 8916,14 23036,83 346478,9 195462,67 820,68
Sumber : Bappeda Kabupaten Sorong Selatan
Tabel 2.6
RENCANAPROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
B. Kesesuaian Lahan
Lahan merupakan suatu wilayah (region), yaitu suatu satuan ruang berupa suatu lingkungan
hunian masyarakat manusia dan masyarakat hayati yang lain. Sumberdaya alam menjadi
komponen lahan, yaitu atmosfer (udara, iklim, musim), pedosfer (tanah), bentuk muka bumi,
geologi (batuan, mineral, bahan tambang), hidrologi dan biosfer (flora dan fauna).
Sumberdaya binaan (waduk, kawasan industri, jaringan jalan, hamparan perkebunan dan
sobagainya) menjadi komponen lahan apabila kehadirannya berpengaruh penting atas
penggunaan lahan masa kini dan masa yang akan datang. Penilaian dipandang sebagai
proses pembandingan secara teliti dan penafsiran inventarisasi dasar mengenai tanah, iklim,
vegetasi penutup, penggunaan lahan kini dan gatra (aspect) lahan yang lain, dengan maksud
membandingkan berbagai alternative penggunaan lahan yang memberikan harapan dapat
diterapkan di macam lahan yang berbeda-beda (FAO, 1984).
Salah satu penilaian lahan tercakup juga dalam kesesuaian lahan (land suitability), yaitu
dinilai menurut pengelolaan khas yang diperlukan untuk mendapatkan nisbah (ratio) yang
lebih baik antara manfaat yang dapat diperoleh dan masukan yang diperlukan. Semakin
rendah untuk macam penggunaan yang direncanakan. Dalam hal ini kesesuaian lahan
berkomyasi ekonomi. Semakin kurang kecukupannya, kesesuaian lahan dinilai semakin
rendah untuk macam penggunaan lahan bersangkutan.
Analisa data kesesuaian lahan mencakup jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Sorong
Selatan dan anasir-anasir tanah yang mencakup derajat keasaman (pH), kelerengan,
kesuburan, ketersediaan air yang digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan
dalam rangka pengembangan tanaman pangan, tanaman industri dan perkebunan maupun
pengembangan potensi sektor pertanian lainnya. Atas dasar tingkat kesesuaian lahan dan
sebarannya, diharapkan memberikan arahan dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam
Kabupaten Sorong Selatan.
Tabel 2.7
Pengelompokan kelas Kesuaian Lahan Untuk Tanaman Pangan Lahan Kering
No Faktor Simbol Kelas Kesesuaian Lahan 3 Pori air tersedia Sangat tinggi,
tinggi 5 Kesuburan tanah N Tinggi Tinggi, sedang Tingggi, sedang,
rendah 9 Erodilitas tanah Sangat rendah Sangat rendah,
rendah
11 Kelas Drainase d Baik Baik Agak cepat, baik Cepat, agak cepat, baik, agak terhambat
< 1.500 < 2.500 < 4.000 < 4.000
Dari analisa kesesuaian lahan dapat disusun rancangan pengembangan komoditas
tanaman pertanian dan perkebunan dan kehutanan, wilayah Kabupaten Sorong Selatan dapat
dipetakan potensi pengembangan komoditas.
Dalam pengembangan sektor pertanian dalam arti luas, tidak lepas dengan ketersediaan
sumberdaya manusia baik kuantitas maupun kualitas. Manusia dalam hal ini berperan ganda,
artinya dapat berperan sebagai produsen sekaligus konsumen untuk tanaman pangan dan
sebagai produsen bahan baku untuk yang menghasilkan bahan olahan pabrik. Berikut ini
adalah analisis kesesuaian lahan untuk komoditas-komoditas tanaman pertanian dan
perkebunan terpilih sebagai berikut.
Tabel 2.8
Jenis Komoditas Yang Dipilih Untuk Analisis Kesesuaian Lahan
Tanaman Pangan dan Lahan Kering
Tanaman Perkebunan Tanaman
Hutan
1. Padi ladang 4. Kacang hijau 1. Karet 5. Kopi 1. Merbabu 2. Padi sawah 5. Kedelai 2. Kelapa sawit 6. Mangga
3. Jagung 3. Kelapa 7. Rambutan
4. Coklat 8. Pisang
Sumber : Bakosurtanal, 2007
1. Tanaman Pangan dan Lahan Kering
a) Padi Ladang
Padai lading merupakan salah satu komoditas yang kurang bisa dikembangkan di
Kabupaten Sorong Selatan. Lahan yang ada cenderung kurang sesuai (S3) dan tidak
sesuai, sementara (S3) untuk pengembangan padi lading. Luas lahan yang masuk
dalam klas kesesuaian lahan tidak permanen sementara (N1) adalah 1.283.379,09 Ha.
Faktor penghambat bagi klas kesesuaian lahan tidak sesuai sementara adalah
kedalaman tanah, drainase, kemiringan lereng, fragmentasi, nutrisi dan banjir. Lahan
yang masuk dalam klas kesesuaian lahan N1 tersebar di seluruh distrik di Kabupaten
Sorong Selatan. Sedangkan luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian kurang
sesuai (S3) adalah seluas 71.747,94 Ha dengan penyebaran hampir di seluruh distrik
kecuali Distrik Ayamaru, Sawiat, Matemani Kais, Wayer, Seremuk, Ayamaru Utara.
Faktor penghambat bagi klas kesesuaian lahan S3 adalah kemiringan lereng dan
nutrisi. Untuk lebih jelasnya kesesuaian lahan padi lading dapat dilihat pada tabel dan
peta berikut ini.
Tabel 2.9
Kesesuaian Lahan Padi Ladang
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi No Distrik Luas (ha)
S3 71.747,94 Kemiringan lereng, nutrisi 1 Inanwatan 4.813,80 2 Kokoda 10.508,63 N1 1.283.379,09 Kedalaman tanah, Drainase, Nutrisi, Banjir,
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.7
b) Padi Saw ah
Sama seperti padi lading, padi sawah juga merupakan salah satu tanaman yang
kurang bisa dikembangkan di Kabupaten Sorong Selatan. Klas kesesuaian lahan untuk
tanaman padi sawah di kabupaten tersebut adalah tidak sesuai sementara (N1) dan
kurang sesuai (S3). Luas lahan yang masuk dalam klas N1 adalah seluas 1.290.356,46
penghambat bagi kelas kesesuaian lahan N1 adalah kedalaman tanah, drainase,
kemiringan lereng, fragmentasi, nutrisi dan banjir. Sedangkan luas lahan yang masuk
dalam klas S3 adalah seluas 26.067,97 Ha dengan penyebaran merata hampir di
seluruh distrik kecualai di Distrik Aifat Timur, Ayamaru, Sawiat, Wayer, Seremuk dan
Ayamaru Utara. Faktor penghambat bagi kelas kesesuaian lahan S3 adalah kemir ingan
lereng dan nutrisi. Untuk lebih jelasnya kesesuaian lahan padi sawah dapat dilihat
pada tabel dan pada peta berikut ini.
Tabel 2.10
Kesesuaian Lahan Padi Saw ah
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi No Distrik Luas (ha)
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.8
c) Jagung
Jagung juga merupakan salah satu tanaman yang sulit untuk dikembangkan di
Kabupaten Sorong Selatan. Seluruh distrik Kabupaten Sorong Selatan tidak sesuai
untuk pengembangan tanaman jagung. Sama seperti tanaman kedelai dan tanaman
coklat, faktor pehambat bagi pengembangan tanaman jagung di kabupaten tersebut
adalah curah hujan. Untuk lebih jelasnya kesesuaian lahan dapat dilihat pada tabel
dan peta berikut ini.
Tabel 2.11
Kesesuaian Lahan Jagung
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
N2 1.316.424,42 Curah Hujan 1 Inanwatan 82.409,74 2 Kokoda 114.951,65
Kacang hijau merupakan komoditas pert anian tanaman pangan yang memiliki
spectrum penggunaan yang luas di bidang pengolahan pangan. Selain itu tradisi
produksinya sudah lama dimiliki oleh para petani. Namun dibanyak daerah kacang
hijau diperlakukan juga seperti kedelai, seringkali tidak menjadi pilihan komoditas
pertanian yang menarik, karena itu petani seringkali memperlakukannya sebagai
tanaman sela saja. Sama dengan tanaman coklat, jagung dan kedelai, tanaman
kacang hijau tidak sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Sorong Selatan. Sama
seperti ketiga tanaman terdahulu, faktor penghambat bagi pengembangan tanaman
kacang hijau di Kabupaten Sorong Selatan adalah curah hujan. Kesesuaian lahan
untuk tanaman kacang hijau dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini.
Tabel 2.12
Kesesuaian Lahan Kacang Hijau
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.9
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.10
e) Kedelai
Pada skala nasional sebenarnya terdapat peluang pasar yang luas untuk kebutuhan
kedelai. Namun dibanyak daerah kedelai seringkali tidak menjadi pilihan komoditas
pertanian yang menarik, karena itu petani seringkali memperlakukannya sebagai
tanaman sela saja. Sama halnya dengan tanaman coklat, keseluruhan lahan di
Kabupaten Sorong Selatan tidak sesuai untuk pengembangan tanaman kedelai. Faktor
penghambatnya adalah curah hujan yang terlalu besar. Lahan seluas 1.316.424,42 Ha
tidak sesuai untuk pengembangan tanaman tersebut. Untuk lebih jelasnya, data
kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai dapat dilihat pada tabel dan peta dibawah
ini.
Tabel 2.13
Kesesuaian Lahan Kedelai
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
N2 1.316.424,42 Curah Hujan 1 Inanwatan 82.409,74
2 Kokoda 114.951,65
3 Aifat Timur 192.650,89
4 Aifat 262.350,17
5 Aitinyo 71.768,71
6 Moswaren 88.438,76
7 Teminabuan 90.284,41
8 Ayamaru 58.393,45
9 Sawiat 102.313,80
10 Mare 50.936,45
11 Matemani Kais 93.808,49
12 Wayer 29.121,30
13 Seremuk 48.337,40
14 Ayamaru Utara 30.658,95
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.11
2. Tanaman Perkebunan
a) Karet
Karet sebagai salah satu bahan industri memiliki penggunaan dengan spectrum yang
semakin luas. Meskipun demikian terdapat juga saingan dari bahan-bahan baru yang
dikembangkan secara sintetis, sehingga prospeknya sebagai komoditas andalan tidak
begitu cerah. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, sebagian besar lahan di
Kabupaten Sorong Selatan tidak sesuai sementara untuk pengembangan tanaman
karet. Luas lahan yang termasuk dalam klas kesesuaian lahan N1 adalah seluas
828.723,87 Ha dan tersebar di seluruh distrik. Faktor pembatas dalam klas
kesesuaian lahan N1 adalah kedalaman, banjir, drainase, fragmentasi, tekstur dan
air. Sedangkan untuk lahan dengan klas kesesuaian lahan tidak sesuai permanen
adalah hujan dan faktor pembatasan untuk klas kesesuaian lahan cukup sesuai
adalah fragmentasi dan tekstur.
Tabel 2.14
Kesesuaian Lahan Karet
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
S2 294.150,88 Fragmentasi tekstur 1 Inanwatan 5.074,09 2 Kokoda 41.332,80
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.12
b) Kelapa Saw it
Kelapa sawit bisa berperan penting sebagai penghasil devisa dari luar negeri jika
ekspor dapat diperkuat. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan diperoleh
informasi bahwa sebagian besar wilayah di kabupaten ini tidak sesuai sementara
untuk pengembangan tanaman kelapa sawit. Luas lahan yang dalam klas kesesuaian
lahan N1 (tidak sesuai sementara) adalah seluas 579.358 ha dengan penyebaran di
seluruh distrik. Sedangkan luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan
cukup sesuai (S2) adalah seluas 311.860,89 Ha dengen penyebaran hampir di ke
seluruh distrik kecuali di Ayamaru Utara. Faktor pembatas bagi klas kesesuaian lahan
N1 adalah kedalaman, banjir, drainase, air dan banjir. Sedangkan bagi klas
kesesuaian lahan S2, faktor pembatasnya adalah fragmentasi dan nutrisi. Untuk
lebih jelasnya, kesesuaian lahan kelapa sawit dapat dilihat pada tabel dan peta
berikut ini.
Tabel 2.15
Kesesuaian Lahan Kelapa Saw it
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
c) Kelapa
Kelapa merupakan komoditas perkebunan yang penting untuk diketahui
kesesuainnya untuk dibudidayakan lebih lanjut di Kabupaten Sorong Selatan saat ini,
karena budidayanya sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Berdasarkan hasil
analisis kesesuaian lahan diperoleh informasi bahwa sebagian besar lahan di
Kabupaten Sorong Selatan (606.912,85 ha) tidak sesuai sementara (N1) untuk
pengembangan tanaman kelapa. Hanya sebagian kecil atau seluas 1.286,22 ha yaitu
di Distrik Mare saja yang sesuai untuk pengembangan tanaman kelapa. Faktor
pembatas bagi klas kesesuaian lahan N1 adalah kedalaman, banjir, drainase,
fragmentasi, ketinggian dan kemiringan lereng. Untuk lebih jelasnya, kesesuaian
lahan untuk tanaman kelapa dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini.
Tabel 2.16
Kesesuaian Lahan Kelapa
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.14
d) Coklat
Coklat merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan di Kabupaten Sorong
Selatan. Coklat pernah menjadi komodtas unggulan di Kabupaten tersebut ketika
krisis moneter beberapa waktu lalu. Coklat sebagai tanaman perkebunan memiliki
prospek yang masih baik, karena sebagian besar komoditas ini merupakan bahan
ekspor yang menghasilkan devisa yang cukup penting.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, seluruh lahan di kabupaten tersebut
tidak sesuai untuk tanaman coklat. Faktor penghambat bagi pengembangan
tanaman coklat di kabupaten tersebut adalah curah hujan. Lahan seluas
1.316.424,42 ha di Kabupaten Sorong Selatan tidak sesuai permanen untuk
pengembangan tanaman coklat. Untuk lebih jelasnya, kesesuaian lahan untuk
tanaman coklat dapat dilihat pada tabel dan peta di halaman berikut ini.
Tabel 2.17
Kesesuaian Lahan Coklat
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
N2 1.316.424,42 Curah hujan 1 Inanwatan 82.409,74 2 Kokoda 114.951,65
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, seluruh lahan di Kabupaten Sorong
Selatan tidak sesuai untuk pengembangan tanaman kopi. Luas lahan yang masuk
dalam klas kesesuaian lahan tidak sesuai permanen (N2) adalah seluas
1.316.424,42 ha dan tersebar di seluruh distrik yang ada di kabupaten tersebut.
Faktor penghambat untuk kelas kesesuaian lahan N2 tersebut adalah curah hujan.
Untuk lebih jelasnya, kesesuaian lahan tanaman kopi dapat dilihat pada tabel dan
peta di halaman berikut ini.
Tabel 2.18
Kesesuaian Lahan Kopi
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.15
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.16
f) Mangga
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, tanaman mangga tidak sesuai
permanen untuk dikembangkan di Kabupaten Sorong Selatan. Luas lahan yang
masuk dalam klas kesesuaian lahan tidak sesuai permanen (N2) adalah seluas
1.316.424,42 Ha. Penyebaran lahan dengan klas kesesuaian lahan tersebut tersebar
di seluruh distrik di Kabupaten Sorong Selatan. Faktor penghambat bagi
pengembangan tanaman mangga di Kabupaten Sorong Selatan adalah curah hujan.
Untuk lebih jelasnya, kesesuaian lahan di Kabupaten Sorong Selatan dapat dilihat
pada tabel dan peta berikut ini.
Tabel 2.19
Kesesuaian Lahan Mangga
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
N2 1.316.424,42 Curah hujan 1 Inanwatan 82.409,74 2 Kokoda 114.951,65
baik. Tanaman rambutan dapat dijadikan sebagai salah satu tanaman yang dapat
digunakan untuk menambah pemasukan rumah tangga penduduk Kabupaten Sorong
Selatan. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, sebagian besar lahan di
kabupaten tersebut tidak sesuai permanen (N2) untuk pengembangan tanaman
rambutan. Seluruh distrik di Kabupaten Sorong Selatan tidak sesuai
pengembangan tanaman rambutan tersebut. Untuk lebih jelasnya, kesesuaian
lahan untuk tanaman rambutan dapat dilihat pada tabel dan peta dibawah ini.
Tabel 2.20
Kesesuaian Lahan Rambutan
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
RENCANA PROGRAMINVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.17
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.18
h) Pisang
Sama seperti tanaman rambutan, pisang juga merupakan salah satu tanaman yang
dapat digunakan untuk menambah pemasukan bagi rumah tangga penduduk.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan tanaman pisang, seluruh lahan di
Kabupaten Sorong Selatan tidak sesuai untuk pengembangan tanaman pisang. Luas
lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan tidak sesuai permanen adalah
1.316.424,42 ha dengan penyebaran di seluruh distrik. Faktor penghambatnya
adalah curah hujan. Untuk lebih jelasnya, kesesuaian lahan tanaman pisang dapat
dilihat pada tabel dan peta berikut ini.
Tabel 2.21
Kesesuaian Lahan Pisang
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
N2 1.316.424,42 Curah hujan 1 Inanwatan 82.409,74 2 Kokoda 114.951,65 3 Aifat Timur 192.650,89 4 Aifat 262.350,17 5 Aitinyo 71.768,71 6 Moswaren 88.438,76 7 Teminabuan 90.284,41 8 Ayamaru 58.393,45 9 Sawiat 102.313,80 10 Mare 50.936,71 11 Matemani Kais 93.808,49 12 Wayer 29.121,30 13 Seremuk 48.337,40 14 Ayamaru Utara 30.658,95
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014
GAMBAR 2.19
3. Tanaman Hutan
a) Merbau
Merbau adalah salah satu tanaman kayu yang mempunyai nilai komoditas yang
tinggi. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, sebagian besar lahan di
Kabupaten Sorong Selatan sesuai untuk pengembangan tanaman merbau. Luas
lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan sesuai (S1) adalah seluas
1.369.328,84 ha dengan penyebaran hampir diseluruh distrik kecuali di Ayamaru
Utara. Luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan cukup sesuai adalah
seluas 878.870,76 ha dengan penyebaran hampir seluruh distrik. Faktor pembatas
bagi klas kesesuaian lahan S2 adalah drainase, kemiringan lereng dan pH. Untuk
lebih jelasnya kesesuaian lahan tanaman merbau dapat dilihat pada tabel dan peta
dibawah ini.
Tabel 2.22
Kesesuaian Lahan Merbau
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
No Distrik Luas (ha)
Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN
2010 - 2014