• Tidak ada hasil yang ditemukan

No Distrik Bulan Jumlah (Ton) Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des

1 Teminabuan 12 9 10 15 16 17 2 3 4 5 7 10 110 2 Seremuk 4 2 2 3 4 5 1 2 3 6 8 8 48 3 Matemani Kais 5 6 2 3 4 6 - 1 5 7 6 8 53 4 Inanwatan 5 3 1 2 3 4 2 1 4 5 6 7 43

masih diperjualbelikan untuk pasar lokal, untuk masyarakat sekitar saja, belum diperdagangkan ke luar daerah. Pedagang ikan membeli ikan hasil tangkapan dari nelayan dan langsung dijual pada konsumen. Komoditas kepiting dijual langsung ke konsumen walaupun ada juga upaya untuk diperdagangkan ke luar daerah. Komoditas udang dipasarkan hingga ke Sorong dan ke luar Provinsi Papua. Oleh nelayan, udang dijual ke nelayan juragan untuk selanjutnya dipasarkan ke luar daerah. Distrik Teminabuan memiliki beberapa kampung nelayan, antara lain Konda, Wamargege dan Nakna. Konda merupakan kampung nelayan yang cukup baik pola usahanya. Kegiatan usaha dikoordinir langsung oleh pengumpul. Fungsi pengumpul adalah membeli hasil tangkapan serta meayani nelayan yang membutuhkan sarana produksi perikanan.

Distrik Matemani Kais memiliki potensi sumberdaya pesisir dengan komoditas yang umum ditangkap antara lain adalah udang laut (banana), I kan Sembilan, I kan Bubara dan I kan Lase. Komoditas tangkap utama adalah udang karena memiliki nilai ekonomi tinggi dibandingkan dengan ikan. Pada umumnya penduduk kegiatan ikan hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Jika ingin menjual maka harus ke kampung Yahadian karena di daerah tersebut terdapat penadah.

Distrik I nanwatan penduduknya sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Hasil tangkapan yang diperoleh, antara lain udang banana, ikan lema, ikan lasi, dan ikan Sembilan. Sebagian besar nelayan boleh menangkap ikan di daerah Kelapa Kuning dan Wuriyana. Tidak semua nelayan boleh menangkap di daerah tersebut, hanya nelayan papua dan nelayan pendatang yang sudah lama tinggal di disana yang boleh melakukan kegiatan penangkapan ikan. Di Distrik I nanwatan terdapat 2 orang penadah yang menguasai pemasaran dan boleh menetapkan harga. Seorang penadah menjual hasilnya kembali ke Kota Sorong, sedangkan yang lain ke Teminabuan.

Kabupaten Sorong Selatan memiliki dua kelompok nelayanan, yaitu nelayan asli Papua dan nelayan Bugis, Buton dan Makasar. Pada umumnya nelayan asli Papua

Buton, Bugis dan Makasar menangkap ikan dengan menggunakan kapal jolor. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pernah teradapat musyawarah yang mengatur zonasi penangkapan ikan di daerah Sorong Selatan antara kelompok nelayan asli Papua, kelompok nelayan Bugis, Buton dan Makasar serta pemerintah. Hasil musyawarah itu adalah nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan perahu ketinting dan perahu tanpa mesin boleh menangkap ikan daerah pedalaman (sungai dareah mangrove), sedangkan untuk kapal jolor hanya boleh menangkap ikan di daerah di wilayah muara dan laut lepas. Tetapi m enurut salah satu nelayan asli Papua tidak ada tindak lanjut dari hasil musyawarah tersebut. Dan nelayan berkapal jolor masih saja melakukan kegiatan penangkap di wilayah sungai daerah mangrove.

Tabel 2.55

Jumlah Nelayan di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2006 No Distrik Nelayan Penuh Nelayan Sambilan Nelayan Juragan Jumlah

1 Teminabuan 629 65 4 698 2 Seremuk 210 22 2 234 3 Matemani Kais 150 20 5 175 4 Inanwatan 52 15 4 71 5 Kokoda 275 30 2 307 Jumlah 1.318 152 17 1.485

Sumber : Sorong Selatan Dalam Angka Tahun 2006

Pada tahun 2006, penduduk Kabupaten Sorong Selatan yang bekerja sebagai nelayan, yaitu nelayan tercatat sebanyak 1.485 orang. Di Sorong Selatan terdapat 3 jenis nelayan, yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan dan nelayan juragan. Ham pir 89% dari nelayan yang ada di Sorong Selatan merupakan nelayan penuh. Jumlahnya mencapai 1.316 orang. Sementara itu, nelayan sambilan dan nelayan juragan masing-masing berjumlah 152 orang dan 17 orang. Distrik Teminabuan merupakan daerah dengan jumlah nelayan paling tinggi, yaitu sebesar 968 orang.

Ketersediaan sarana dan prasarana perikanan merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung peningkatan produksi ikan. Armada perikanan merupakan salah satu sarana dan prasarana perikanan yang harus tersedia. Armada perikanan laut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Perahu Tanpa Motor (PTM) yang dijalankan

dengan tenaga manusia tanpa adanya bantuan mesin, perahu motor tempel, dan kapal motor. Pada tahun 2006, armada perikanan yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten Sorong Selatan berjumlah 350 unit. Armada ini terdiri dari 273 perahu tanpa motor, 67 perahu motor temple dan 10 kapal motor.

Tabel 2.56

Jumlah Armada Perikanan dan Alat Tangkap di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2006

No Distrik

Armada Perikanan Alat Tangkap Perahu Tanpa Motor Perahu Motor Tempel Kapal Motor Trammel Net Gill

Net Pancing Bubu Lain- lain < 5 GT 6 - 15 GT 1 Teminabuan 87 22 - - 1.600 250 - 38 20 2 Seremuk 35 12 - - 800 115 - 25 15 3 Matemani Kais 28 8 - - 200 46 - 15 15 4 Inanwatan 48 15 4 2 150 35 30 20 22 5 Kokoda 75 10 2 2 85 40 15 10 12 Jumlah 273 67 6 4 2.863 486 45 108 84 Sumber : Sorong Selatan Dalam Angka 2006

Selain armada perikanan, dibutuhkan juga alat tangkap untuk menangkap ikan atau udang. Alat tangkap yang digunakan adalah trammel net, gill net, pancing dan bubu. Trammel net merupakan jaring benbentuk persegi panjang yang terdiri dari 3 lapisan. Alat ini paling banyak digunakan dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Di Kabupaten Sorong Selatan terdapat 2.865 unit trammel net. Gill net

adalah alat berupa jaring berbentuk persegi panjang yang hanya terdiri dari 1 lapisan. Gill net tersedia sebanyak 486 unit. Bubu merupakan perangkap berupa silinder atau kota yang menyerupai sangkar dengan bagian depan sebagai temapt masuk ikan yang kemudian menyempit sehingga iikan sulit untuk keluar. Jumlah bubu yang tercatat digunakan oleh penangkap ikan adalah sebanyak 106 unit.

b) Perikanan Air Taw ar

Perikanan air tawar diusahakan pada Danau Ayamaru dan Danau Uter serta sungai-sungai besar di Kabupaten Sorong Selatan. Komoditas ikan air tawar, antara lain ikan mas, ikan nila, ikan mujair, ikan sepat dan udang. I kan-ikan ini biasanya hanya ditangkap lalu dijual atau dikonsumsi, belum dibudidayakan secara

tawar adalah Distrik Ayamaru, Aitinyo, Sawiat, Ayamaru Utara dan Aifat Timur. Masyarakat Distrik Ayamaru biasanya menangkap ikan di Danau Ayamaru. Danau Ayamaru memperoleh pasokan air dari sungai-sungai di sekitarnya sehingga berpotensi untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar. Komoditasnya terbatas hanya pada jenis ikan mas, ikan sepat dan udang. Sementara itu, penduduk di sekitar Danau Ayamaru adalah 26 kelompok petani ikan di kampung/ kelurahan sekotar Danau Ayamaru adalah 26 kelompok, dengan anggota sebanyak 5 - 10 petani. Penduduk mulai membuat empang-empang dengan luas rata-rata 16 m2,

jenis ikan yang biasa dipelihara adalah ikan mas yang diperoleh dari Danau Ayamaru, namun sekarang juga giat dibudidayakan ikan nila. Bibit ikan dibeli di Sorong dan pakannya pun didatangkan dari luar daerah. Hasil produksi ikan ini diorientasikan untuk dijual memenuhi kebutuhan pasar.

Penduduk di Distrik Ayamaru Utara yang berada di sepanjang Danau Ayamaru, seperti Kampung Segior, Yubiah, Karetubun, Seta, Hohoyar, Mapura dan Suwyam juga sedang mencoba mengembangkan usaha budidaya perikanan air tawar (empang) selain menangkap langsung dari danau. Rata-rata empang di Kampung Segior dibuat pada tahun 2003 - 2005 sehingga sudah berproduksi secara kontinyu, sementara di Kampung Mapura dan Suwyam pada umumnya baru dibuat tahun 2006 sehingga ada yang sudah beroperasi dan ada yang masih dalam persiapan.

Tabel 2.57

Jenis I kan Yang Tertangkap per Upaya Tangkap