• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kesejahteraan Penduduk dan Distribusi Pendapatan

2 4 Ek onom i Wila ya h 24.1 Makro Ekonomi Wilayah

C. Tingkat Kesejahteraan Penduduk dan Distribusi Pendapatan

Pengembangan ekonomi wilayah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga harus mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya dan mampu menciptakan pemeretaan pendapatan. Tingkat kesejahteraan penduduk dapat ditunjukkan dengan PDRB per kapita, meskipun angka ini tidak menjelaskan adanya tingkat distribusi pendapatan penduduk. Perkembangan PDRB per kapita menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Sorong Selatan meningkat dari Rp. 3.262.120,55 tahun menjadi Rp. 3.551.218,12 tahun 20055. Hal ini berarti bahwa pembangunan ekonomi Kabupaten Sorong Selatan selama 2003 - 2005 telah mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan dengan laju pertumbuhan 4,37% per tahun.

akan berdampak pada kesempatan yang dapat diperoleh untuk mendapatkan penghasilan layak. Perbedaan sumberdaya yang dimiliki dan peluang yang dapat diperoleh menyebabkan timbulnya masalah disparitas pendapatan. Kesenjangan pendapatan dapat terjadi dalam antar sektor, penduduk dan wilayah. Kesenjangan pendapatan antar sektor yang dicerminkan perbedaan produktivitas tenaga kerja antar sektor akan berdampak pada perbedaan pendapatan yang diterima. Selanjutnya akan menimbulkan masalah kesenjangan pendapatan antar penduduk. Kesenjangan pendapatan antar wilayah terjadi karena adanya perbedaan sumberdaya yang dimiliki yang menyebabkan perbedaan kemampuan ekonomi wilayah.

Sampai dengan tahun 2005, perbedaan tingkat produktivitas tenaga kerja antar sektor di Kabupaten Sorong Selatan relatif cukup tinggi. Perbedaan antara tingkat produktivitas tenaga kerja tertinggi (Sektor bangunan Rp. 35.770,15) dan terendah (sektor pertanian Rp. 3.160.901,99) mencapai 11 kali lipat. Hal ini juga dapat mencerminkan adanya perbedaan pendapatan tenaga kerja antar sektor. Tingginya produktivitas sektor bangunan terkait dengan status Kabupaten Sorong Selatan sebagai daerah otonom baru yang sedang giat melaksanakan pembangunan prasar ana wilayah seperti fasilitas perkantoran pemerintahan, rumah sakit, jaringan perumahan. Selain itu, sebagai daerah otonom yang baru terbentuk merupakan magnet bagi penduduk pendatang untuk mencari peluang ekonomi dari kegiatan jasa pemerintahan. Kondisi ini akan berdampak terhadap peningkatan pembangunan prasarana ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat. Semakin banyak kegiatan kontruksi yang dilakukan maka semakin banyak nilai tambah yang dihasilkan. Disisi lain, tenaga kerja yang bekerja di sektor ini hanya 579 jiwa yang merupakan 3,41% dari total penyerapan tenaga kerja, sementara itu nilai tambah yang dihasilkan mencapai Rp. 201.727,81 juta atau 10,08% dari total nilai tambah yang dihasilkan. Produktivitas tenaga kerja rata-rata. Hal ini mengisyaratkan rendahnya pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja sektor pertanian dibandingkan tingkata pendapatan rata-rata dengan tenaga kerja Kabupaten Sorong Selatan.

Tabel 2.41

Jumlah Tenaga Kerja, PDRB Harga Konstan dan Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2005

No Sektor Ekonomi Tenaga Kerja PDRB Produktivitas Tenaga Kerja

(Rupiah)

Jiwa % Juta Rp %

1 Pertanian 12.077 71,06 128.839,06 62,65 10.668.200,63 2 Pertambangan dan Penggalian 318 1,87 1.889,27 0,92 5.945.417,60 3 Industri Pengolahan 270 1,59 854,04 0,42 3.160.901,99 4 Listrik dan Air Bersih 82 0,48 972,93 0,47 11.928.073,32 5 Bangunan 579 3,41 20.727,81 10,08 35.770.827,15 6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran

1.446 8,51 23.408,25 11,38 16.187.110,43 7 Pengangkutan dan Komunikasi 736 4,33 9.091,39 4,42 12.355.841,67 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan

51 0,30 1.577,81 0,77 30.950.195,18 9 Jasa - jasa 1.438 846 18.285,39 8,89 12.719.317,47

Jumlah 16.996 100,00 205.645,95 100,00 12.099.383,81

Tingkat kesenjangan pendapatan antar penduduk ditunjukkan dengan tingkat kemiskinan uang dihitung dari persentase keluarga prasejahtera dan sejahtera 1 terhadap total jumlah rumah tangga. I ndikator tersebut menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan penduduk yang tinggi. Persentase keluarga prasejahtera terhadap jumlah keluaga mencapai 83,80% . Dari 11,473 keluarga yang ada di Kabupaten Sorong Selatan terdapat keluarga termasuk dalam keluarga prasejahtera. Hal ini berarti sebagian besar penduduk mempunyai tingkat pendapatan yang belum dapat mencukupi kebutuhan hidup minimum.

Tabel 2.42

Persentase Keluarga Pertanian dan Persentase KS - 1 dan Pra KS Kabupaten Sorong Selatan, 2005

No Distrik Jumlah

Keluarga

Jumlah KS - 1 dan Pra KS

Persentase KS - 1 dan Pra KS 1 Inanwatan 908 583 63,99 2 Kokoda 1.536 1.062 52,67 3 Aifat Timur 434 424 94,93 4 Aifat 731 695 95,21 5 Aitinyo 952 902 97,69 6 Moswaren 625 537 99,68 7 Teminabuan 1.924 1.522 82,33 8 Ayamaru 1.376 1.214 88,52 9 Sawiat 573 553 82,67 10 Mare 348 313 100,00 11 Matemani Kais 571 501 76,18 12 Wayer 335 317 94,63 13 Seremuk 580 558 94,83 14 Ayamaru 580 514 100,00 Kabupaten Sorong Selatan 11.473 9.694 83,80 2.4.2 Ekonomi Sektoral

Sesuai dengan potensi wilayah yang sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, ekonomi wilayah Kabupaten Sorong Selatan didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini dilihat dari pemanfaatan ruang wilayahnya yang didominasi oleh kegiatan pertanian. Diluar permukiman dan lahan yang belum dimanfaatkan, sumberdaya lahan dimanfaatkan untuk kegiatan yang meliputi kegiatan pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Demikian juga dengan potensi sumberdaya pesisir yang utama, sektor -sektor lain yang cukup berkembang terutama di kawasan perkotaan adalah kegiatan perdagangan dan kegiatan industri.

A. Pertanian

Sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Sorong Selatan merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya kontribusi pertanian terhadap perekonomian wilayah. Posisi wilayah Kabupaten Sorong Selatan yang berada pada perairan selatan Provinsi Papua Barat memberikan keuntungan berupa sumberdaya perikanan yang melimpah. Kegiatan perikanan yang didominasi oleh perikanan tangkap memberikan kontribusi sebesar 25,48% terhadap ekonomi wilayah. Kegiatan pertanian tanaman pangan menghasilkan palawija, sayuran dan buah-buahan. Sub sektor pertanian tanaman pangan memberikan kontribusi 10,46% terhadap ekonomi wilayah Kabupaten Sorong Selatan.

Selain perikanan dan pertanian tanaman pangan, sub sektor kehutanan juga t elah memberikan peranan yang cukup berarti terhadap ekonomi wilayah Kabupaten Sorong Selatan. Hasil dari kegiatan ekonomi yang berbasis sumberdaya kehutanan telah memberikan kontribusi terhadap ekonomi wilayah sebanyak 25% terhadap ekonomi wilayah. Sumberdaya hutan berupa hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan produksi menghasilkan kayu bulat dan gaharu yang dapat diolah menjadi kayu gergajian dan mebel. Selain itu, juga terdapat potensi hutan sagu alam di beberapa distrik.

a) Padi

Tanaman pangan berupa padi diusahakan secara terbatas di Kabupaten Sorong Selatan. Tanaman padi hanya diusahakan di Distrik Moswaren, jenisnya adalah padi ladang.

Pada tahun 2005, di Kabupaten Sorong Selatan terdapat 9 Ha lahan padi yang dipanen. Luasan panen ini meningkat sebanyak 5 Ha dari tahun 2004. Produksi padi berupa gabah kering giling mencapai 27 ton atau meningkat sebesar 170% , dari hanya sebesar 10 ton pada tahun 2004. produktivitas tanaman padi pada tahun 2004 adalah sebesar 2,5 ton/ Ha dan pada tahun 2005 adalah sebesar 3 ton/ Ha. Tanaman padi, baik padi ladang maupun padi sawah, merupakah salah satu komoditas yang kurang bisa dikembangkan di Kabupaten Sorong Selatan. Lahan yang ada cenderung sesuai untuk pengembangan padi.

Tabel 2.43

Luas Panen dan Produksi Padi per Distrik Di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2004 dan 2005

No Distrik 2004 2005 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Inanwatan 0 0 0 0 0 0 2 Kokoda 0 0 0 0 0 0 3 Aifat Timur 0 0 0 0 0 0 4 Aifat 0 0 0 0 0 0 5 Aitinyo 0 0 0 0 0 0 6 Moswaren 4 10 2,5 9 27 3 7 Teminabuan 0 0 0 0 0 0 8 Ayamaru 0 0 0 0 0 0 9 Sawiat 0 0 0 0 0 0 10 Mare 0 0 0 0 0 0 11 Matemani Kais 0 0 0 0 0 0 12 Wayer 0 0 0 0 0 0 13 Seremuk 0 0 0 0 0 0 14 Ayamaru Utara 0 0 0 0 0 0 Kabupaten Sorong Selatan 4 10 2,5 9 27 3

Kabupaten Sorong Selatan memiliki potensi alam berupa tanaman sagu. Potensi tanaman ini tersebar di beberapa wilayah. Potensi sagu ini berupa hutan sagu alam yang berada di Distrik I nanwatan dan Kokoda. Hutan sagu alam ini belum banyak dimanfaatkan oleh penduduk. Masyarakat lebih banyak memanfaatkan hutan sagu yang dekat permukiman atau kebun sagu yang sengaja ditanam oleh masyarakat sendiri.

Secara keseluruhan luas panen tanaman sagu pada tahun 2005 mencapai 56 hektar dengan hasil produksi sebesar 646 ton. Luas lahan panen ini mengalami penurunan sebesar 5,08% bila dibandingkan dengan tahun 2004. Bila dibandingkan dengan tahun 2004, produksi tanaman sagu juga menurun 7,71% menjadi 848 ton. Produktivitas rata-rata tanaman sagu terdapat di Distrik I nanwatan, Kokoda, Moswaren, Teminabuan, Matemani Kais, Wayer dan Seremuk, Jenis sagu yang dominan adalah jenis mola (igo), bosario, edidau dan bibeo (sagu raja).

Tabel 2.44

Luas Panen dan Produksi Sagu per Distrik di Kabupaten Sorong Selatan, Tahun 2004 dan 2005

No Distrik 2004 2005 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Inanwatan 20 360 18 15 300 20 2 Kokoda 18 360 20 20 400 20 3 Aifat Timur 0 0 - 0 0 - 4 Aifat 0 0 - 0 0 - 5 Aitinyo 0 0 - 0 0 - 6 Moswaren 2 9,6 4,8 3 15 5 7 Teminabuan 4 3,2 0,8 5 5 1 8 Ayamaru 0 0 - 0 0 - 9 Sawiat 0 0 - 0 0 - 10 Mare 0 0 - 0 0 - 11 Matemani Kais 11 165 15 9 108 12 12 Wayer 2 10,2 5,1 2 10 5 13 Seremuk 2 10,8 5,4 2 10 5 14 Ayamaru 0 0 - 0 0 -

Pola spasial produksi sagu menunjukkan kecenderungan yang sama selama tahun 2004 - 2005. Daerah dengan produksi sagu tertinggi adalah Distrik Kokoda dan I nanwatan. Pada tahun 2005 Distrik Kokoda dengan luas panen 20 Ha menghasilkan 400 ton sagu, sedangkan Distrik I nanwatan dengan luas panen 15 Ha menghasilkan 300 ton sagu. Hal ini sejalan dengan besarnya luas panen sagu di Distrik tersebut yang merupakan luas panen terbesar di Kabupaten Sorong Selatan. Produktivitas tanaman sagu di kedua distrik tersebut relatif tinggi, melebihi produktivitas rata-rata di Kabupaten Sorong Selatan, yaitu mencapai 20 ton/ Ha.

Secara tradisional penduduk “memanen” sagu dengan menggunakan tokok sehingga sering disebut menokok sagu. Tokok berbentuk mirip beliung kecil bertangkai panang dari kayu dan logam. Batang sagu lalu dipenggal-penggal. Empulur atau gumbarnya dihancurkan dengan tokok, dan dipangkur hingga hancur seperti serbuk gergaji. Serbuk gumbar itu diremas-remas sabil terus-menerus diguyur air lalu diendapkan hingga diperoleh endapan berupa pati. Tepung sagu ini biasanya dikemas dalam wadah terbuat dari daun sagu. Kegiatan menokok sagu banyak dikerjakan oleh tenaga kerja pria mengingat tingkat kerumitan dan beratnya pekerjaan. Biaya produksi sagu hanya meliputi biaya transportasi untuk mengangkut hasil produksi.

Hasil olahan sagu biasanya dikonsumsi atau dijual dengan daerah pemasaran yang terbatas, antara lain hanya dijual di pasar desa setempat selain dibawa ke pasar di Distrik Teminabuan, terutama untuk Distrik Moswaren dan Distrik Seremuk. Hasil produksi sagu di Distrik I nanwatan biasanya dikumpulkan dahulu oleh pedagang pengumpul sebelum dijual ke Distrik Teminabuan. Khusus untuk hasil produksi dari Distrik Kokoda dijual oleh petani langsung ke pasar desa dan pedagang penadah di Kokas, Kabupaten Fakfak karena letaknya lebih dekat dibandingkan dengan Teminabuan.

Sagu merupakan komoditas pertanian utama yang diusahakan oleh sebagian besar penduduk Kabupaten Sorong Selatan karena sagu merupakan bahan makanan pokok sehingga sagu sangat penting bagi mereka. Penduduk Distrik Seremuk, misalnya, memiliki mata pencaharian di sektor pertanian dengan aktivitas utama adalah berkebun (menokok sagu). Jika aktivitas ini sudah selesai maka akan beralih menjadi

nelayan sehingga siklus kehidupan masyarakatnya adalah bertanam di kebun lalu ditinggal melaut kembali. Permasalahan yang sering terjadi dalam budidaya sagu adalah hewan pengganggu tanaman sagu, yaitu babi sehingga untuk menanggulanginya petani harus memagari kebunnya dengan pagar kayu. Untuk budidaya sagu di Kabupaten Sorong Selatan sudah terdapat investor yang tertarik untuk mengembangkannya. Rencana pengembangan budidaya sagu serta pengolahan ini akan dilakukan di Distrik I nanwatan, Matemani Kais dan Kokoda.

c) Palaw ija

Tanaman pangan berupa tanaman jagung dan palawija diusahakan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tanaman palawija yang banyak diusahakan, antara lain keladi, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang hijau. Komoditas jagung dihasilkan di beberapa daerah, antara lain di Distrik Aifat, Moswaren, Teminabuan, Sawiat dan Wayer. Pada tahun 2005, keseluruhan produksi jagung di Kabupaten Sorong Selatan mencapai 109,5 ton dengan luas panen sebesar 44 ha. Produksi ini meningkat 173,75% dari tahun 2004. produksi jagung tertinggi terdapat di Distrik Sawiat dengan total produksi pada tahun 2005 mencapai 42 ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2004 maka terjadi kenaikan yang sangat berarti pada produksi tanaman jagung di Distrik Sawiat. Produktivitas tanaman jagung hampir sama di tiap daerah, yaitu antara 2 - 3 ton/ ha, dengan produkvitas tertinggi di Distrik Sawiat.

Tanaman ubi jalar merupakan komoditas yang paling banyak dihasilkan pada tahun 2005. Total produksi ubi jalar di Kabupaten Sorong Selatan mencapai 183,2 ton dengan luas panen 36 Ha. Produktivitas rata-rata untuk tanaman ubi jalar ini adalah 5 ton/ Ha. Ubi jalar paling banyak dihasilkan di Distrik Aitinyo dan Distrik Ayamaru dengan produksi masing-masing adalah 60 ton dan 40 ton.

Tanaman keladi banyak ditanam di Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Ayamaru Utara dengan total luas lahan panen sebesar 28 Ha. Pada tahun 2005, dihasilkan 159,3 ton keladi di Kabupaten Sorong Selatan. Tanaman ini menjadi komoditas palawija utama di Distrik Ayamaru. Produksi keladi di wilayah ini merupakan yang tertinggi dengan luas lahan panen terbesar.

Tabel 2.45

Luas Panen dan Produksi Beberapa Tanaman Palaw ija Terpilih per Distrik Di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2005

No Distrik

Jagung Ubi Jalar Keladi Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu

Luas

Panen (Ha) Produksi (Ton)

Luas

Panen (Ha) Produksi (Ton)

Luas

Panen (Ha) Produksi (Ton)

Luas

Panen (Ha) Produksi (Ton)

Luas

Panen (Ha) Produksi (Ton)

Luas

Panen (Ha) Produksi (Ton)

1 Inanwatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kokoda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Aifat Timur 0 0 5 25 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Aifat 10 20 5 25 0 0 0 0 2 4 0 0 5 Aitinyo 0 0 12 60 7 42 20 50 2 4 0 0 6 Moswaren 5 12,5 0 0 0 0 0 0 0 4 1 5 7 Teminabuan 10 25 2 10 0 0 0 0 10 16 2 10 8 Ayamaru 0 0 8 40 15 82,5 10 25 12 24 0 0 9 Sawiat 14 42 0 0 0 0 0 0 10 18 0 0 10 Mare 0 0 0 0 0 0 5 15 0 0 0 0 11 Matemani Kais 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 Wayer 5 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 Seremuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 Ayamaru Utara 0 0 4 23,2 6 34,8 5 12,5 2 3 2 11

Hasil palawija lainnya yang banyak dihasilkan di Kabupaten Sorong Selatan adalah kacang tanah. Secara keseluruhan, pada tahun 2005 terdapat luas panen sebesar 40 Ha dengan produksi sebanyak 102,5 ton. Tanaman kacang tanah hanya dibudidayakan di beberapa wilayah saja, yaitu Distrik Aitinyo, Ayamaru, Mare dan Ayamaru Utara. Hasil produksi tanaman kacang tanah terbesar adalah di Distrik Aitinyo, yaitu sebanyak 50 ton dengan produktivitas sebesar 2,5 ton/ Ha.

Distrik Ayamaru, Sawiat dan Teminabuan merupakan salah satu penghasil utama kacang hijau dengan masing-masing menghasilkan 24 ton, 18 ton dan 16 ton kacang hijau pada tahun 2005. total produksi kacang hijau di Kabupaten Sorong Selatan mencapai 69 ton dengan luas lahan panen sebesar 38 Ha.

Pada tahun 2005, luas lahan panenan ubi kayu mencapai 9 Ha dengan hasil produksi mencapai 48 ton. Daerah penghasil ubi kayu, antara lain Distrik Moswaren, Ayamaru Utara dan Teminabuan. Produkvitas tanaman ubi kayu relatif sama di seluruh daerah penghasil yaitu 5 – 5,5 ton/ Ha. Daerah yang tinggi produksi ubi kayunya adalah Distrik Moswaren (22 ton), lalu diikuti dengan Distrik Ayamaru Utara (11 ton).

Pada umumnya, usaha tani yang dikembangkan petani adalah dengan sistem polikultur sehingga dalam satu luasan lahan yang sama terdapat lebih dari satu cabang usaha tani. Jenis usaha ubi-ubian biasanya dicampurkan dengan usaha sayur, pisang, dan jagung. Namun, untuk tanaman kacang tanah, beberapa petani mengusahakannya dengan sistem monokultur dengan luasan lahan yang cukup luas, tetapi ada juga yang diselingi dengan jagung. Dari semua segmen kegiatan pertanian, kegiatan pembukaan lahan untuk ubi-ubian serta kegiatan pembakaran kebun lebih banyak membutuhkan tenaga kerja laki-laki, sementara kegiatan penanaman, pemeliharaan sampai panen lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja perempuan.

Permasalahan yang dihadapi petani ubi-ubian adalah adanya penyakit hawar daun dan hama babi yang merusakan tanaman. Selain itu, hewan burung kakatua putih dan hitam juga sering mengganggu tanaman ubi milik masyarakat. Hewan ini sering menghabiskan dahan ubi kayu sehingga yang tersisa hanyalah batang utama. Hewan ini juga sering memakan buah jagung sehingga kerugian yang dialami petani

dapat mencapai 50% . Keterbatasan bibit unggul juga masih dirasakan petani, terutama untuk tanaman jagung.

Produk pertanian lebih banyak digunakan untuk konsumsi sendiri daripada untuk dijual. Pengolahan hasil pertanian jarang dilakukan. Produksi pertanian yang dihasilkan dari kebun langsung dijual ke pasar. Komoditas pertanian yang sering diolah adalah kacang tanah, yang diolah menjadi kacang bawang atau kacang telur. Peningkatan nilai tambah produk ini membantu petani untuk mendapatkan penghasil lebih tinggi. Pemasaran hasil pertanian umumnya di kampung masing- masing dan sampai ke Teminabuan. Jika belum terdapat pasar kampung maka pemasaran hasil biasanya dilakukan hanya antar tetangga, dari rumah ke rumah. Untuk pemasaran antar kampung ditempuh dengan berjalan kaki. Masalah dalam pemasaran adalah mahalnya biaya transportasi menuju pasar. Harga produk pertanian relatif sama, tidak berfluktuasi pada saat panen maupun tidak panen. Harga di masing-masing distrik juga relatif tidak berbeda.

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN SORONG SELATAN

2010 - 2014

GAMBAR 2.28