• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBAR 2.26 SEBARAN PENDUDUK

E. Komposisi Penduduk

1. Penduduk Menurut Struktur Usia

Struktur umur penduduk Kabupaten Sorong Selatan pada tahun 2005 memperlihatkan penduduk usia balita (0 – 4 tahun) mempunyai Persentase tertinggi (16,7% ). Jika dilihat dari kelompok umur pada tahun yang sama, maka kelompok usia produktif (15 - 64 tahun) memiliki Persentase tertinggi, yaitu sebesar 55,9% kemudian kelompok usia belum produktif (0 - 14 tahun) sebesar 43,2% dan kelompok usia tidak produktif (65 tahun ke atas) sebesar 0,9% . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur penduduk menurut kelompok umur di kabupaten ini menunjukkan sebanyak 52,51% penduduk berada pada usia sekolah (dibawah 19 tahun); 9,14% penduduk usia 20 - 24 tahun serta usia 25 - 29 tahun sebanyak 9,67% .

Tabel 2.30

Penduduk Menurut Struktur Umur Di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2005

Umur Laki - laki Perempuan Jumlah %

0 – 4 4.214 4.203 8.417 16,7 43,2 % 5 – 9 3.671 3.677 7.348 14,5 10 – 14 3.301 2.752 6.053 12,0 15 – 19 2.485 2.239 4.724 9,3 55,9 % 20 – 24 2.208 2.414 4.622 9,1 25 – 29 2.317 2.569 4.886 9,7 30 – 34 2.167 2.162 4.329 8,6 35 – 39 1.763 1.613 3.376 6,7 40 – 44 1.325 1.110 2.435 4,8 45 – 49 924 715 1.639 3,2 50 – 54 624 488 1.112 2,2 55 – 59 391 308 699 1,4 60 – 64 241 200 441 0,9 65 – 69 129 104 233 0,5 0,9 % 70 – 74 78 67 145 0,3 75 + 49 36 85 0,2 Jumlah 25.887 24.657 50.544 100

Sumber : Kabupaten Sorong Selatan Dalam Angka, 2005

Dengan demikian struktur umur penduduk Kabupaten Sorong Selatan dapat dikategorikan dalam struktur umur muda dimana kelompok usia anak-anak relatif lebih

tersebut mungkin antara lain disebabkan karena program keluarga berencana (KB) yang belum baik, serta fasilitas pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang belum memadai, sehingga menyebabkan angka kelahiran masih relatif cukup tinggi.

2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sampai tahun 2006, penduduk laki-laki yang ada di Kabupaten Sorong Selatan tercatat berjumlah 25.928 jiwa. Sedangkan penduduk perempuan tercatat berjumlah 25.586 jiwa. Dengan demikian sex ratio atau sebaran proporsi penduduk laki-laki dan perempuan rata-rata kabupaten ini pada tahun yang sama adalah sebesar 101, yang berarti di antara 100 orang penduduk perempuan terdapat 101 orang penduduk laki-laki.

Jika dibandingkan dengan tahun 2004, maka penduduk laki-laki meningkat sebanyak 775 jiwa dan penduduk perempuan meningkat sebanyak 1.628 jiwa. Kemungkinan pertambahan dalam dua tahun itu terjadi disamping karena adanya kelahiran (natalis) juga karena banyaknya orang dari luar yang masuk ke kabupaten ini.

Tabel 2.31

Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2006

Distrik Jenis Kelamin Jumlah Sex Ratio Laki-laki Perempuan Inanwatan 2.111 1.919 4.030 110 Kokoda 4.097 4.061 8.158 101 Aifat Timur 800 762 1.562 105 Aifat 2.130 2.262 4.392 94 Aitinyo 1.694 1.710 3.404 99 Moswaren 894 789 1.683 113 Teminabuan 3.853 3.807 7.660 101 Ayamaru 2.939 3.417 6.356 86 Sawiat 1.360 1.233 2.593 110 Mare 914 945 1.859 97 Matemani Kais 1.301 1.222 2.523 106 Wayer 644 593 1.237 109 Seremuk 1.577 1.471 3.048 107 Ayamaru Utara 1.614 1.395 3.009 116

Kabupaten Sorong Selatan 25.928 25.586 51.514 101

100, meskipun untuk rata-rata kabupaten angka sex ratio menunjukkan angka 101. nampaknya sex ratio yang tinggi untuk laku-laki tersebut merupakan fenomena yang umum berlangsung di wilayah lain di Pulau Papua, berbeda halnya dengan sex ratio di Pulau Jawa yang pada umumnya memperlihatkan angka yang relatif tinggi untuk penduduk perempuan. Proporsi penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan dimungkinkan antara lain karena angka kemat ian bayi laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan angka kematian bayi laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan anagka kematian bayi perempuan. Selain itu mungkin disebabkan pula oleh tingginya angka migrasi masuk penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan, karena laki- laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga.

Tingginya angka sex ratio ini mengisyaratkan bahwa di Kabupaten Sorong Selatan angkatan kerja produktif yang tersedia jenis kelamin laki-laki relatif banyak dibandingkan perempuan. Secara spasial sebaran sex ratioyang tertinggi terdapat di Dsitrik Moswaren dan terendah terdapat di Distrik Ayamaru. Tingginya sebaran proporsi penduduk laki-laki dan perempuan di Distrik Moswaren mungkin terkait dengan keberadaan transmigran dari Pulau Jawa di distrik tersebut. Dimana salah satu persyaratan untuk menjadi transmigran adalah tenaga kerja dengan usia yang produktif. Pada umumnya peserta transmigrasi tersebut adalah tenaga laki-laki.

3. Penduduk Menurut Agama

Kehidupan beragama yang penuh t oleransi merupakan salah satu syarat bagi terciptanya kehidupan sosial budaya masyarakat yang menunjang pengembangan sebuah wilayah. Kehidupan beragama senantiasa dibina dengan tujuan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang serasi, seimbang dan selaras yang diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah sosial budaya sebagai dampak dari globalisasi dunia dewasa ini. Berdasarkan datar dari I rian Jaya Barat Dalam Angka, terlihat bahwa sampai dengan tahun 2006 mayoritas penduduk Kabupaten Sorong Selatan memeluk Agama Kristen Protestan yang berkisar 81,95% , kemudian Agama I slam yang berkisar 12,04% sedangkan Agama Kristen Katholik berkisar 5,97% . Proporsi tersebut akan terkait dengan

Persentase Penduduk Menurut Agama Di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2006

No Agama Jumlah 1 Islam 12,04 2 Kristen Protestan 81,95 3 Kristen Katholik 5,97 4 Hindu 0,02 5 Budha 0,01 6 Konghucu 0,01 7 Lainnya 0

4. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Salah satu indiaktor pokok kualitas sumberdaya manusia adalah pendidikan. Pendidikan merupakan komponen penting dalam pengembangan wilayah yang bertumpu pada masyarakat lokal. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk suatu daerah, maka semakin baik pula kualitas sumberdaya manusianya. Semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, semakin terbuka untuk menerima inovasi dan perubahan yang tepat bagi pengembangan wilayahnya. Dapat juga dikatakan, dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan masyarakat mampu menangkap berbagai peluang perkembangan disekitarnya dalam rangka perbaikan kualitas hidupnya. Demikian pula pada tingkat individu, semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi akses untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan semakin terbuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan semakin terbuka peluang untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan demikian pendidikan membeikan peluang terjadinya mobilitas sosial bagi kelompok penduduk tertentu.

Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk manusia yang trampil dan produktif sehingga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia ditentukan oleh kualitas sistem pendidikan. Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari hasil pendidikan

menamatkan SD (22,41% ). Sementara penduduk yang berpendidikan tinggi, hanya sekitar 1,24% . I ni mengisyaratkan bahwa kualitas sumberdaya manusia di kabupaten ini relatif masih rendah. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah akan berimplikasi terhadap kemampuan sumberdaya manusia lokal untuk bersaing dengan sumberdaya mansia dari luar yang masuk ke wilayah ini karena perkembangan wilayah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia tersebut mungkin terkait pula dengan rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk, tercatat bahwa 74,08% keluarga di Kabupaten Sorong Selatan termasuk dalam kategori keluarga prasejahtera. Kondisi tersebut menyebabkan penduduk tidak mampu menyiapkan dan mengirimkan anak-anaknya untuk dapat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun demikian berdasarkan wawancara dengan beberapa tokok masyarakat, saat ini mulai tumbuh kesadaran masyarakat untuk mengutamakan pendidikan yang setinggi-tingginya.

Tabel 2.33

Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas dan Pendidikan Tertinggi Yang ditamatkan di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2006

No Jenjang Pendidikan Kabupaten Sorong Selatan

1 Tidak/ Belum Pernah Sekolah 11,20

2 Tidak Tamat SD 22,41 3 SD 43,15 4 SMP 13,28 5 SMA Umum 7,05 6 SMA Kejuruan 1,66 7 Akademi D1/ D2/ D3 0,83 8 Universitas 0,41

Jika dilihat kondisi pada jenjang pendidikan dasar maka terlihat bahwa pelaksaan program wajib belajar 9 tahun telah meningkatkan partisipasi anak, khususnya anak usia sekolah untuk mendapatkan pendidikan dasar. Data partisipasi murid sekolah memperlihatkan bahwa Angka Partisipasi Murni (APM) mengalami peningkatan di tahun 2006 dibandingkan tahun 2005. peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada jenjang pendidikan dasar akantetapi juga terjadi pada jenjang menengah pertama yakni dari 61,87 menjadi 86,36. Demikian pula untuk jenjang pendidikan menengah ke atas dari

sekolah yang dapat mengenyam pendidikan. Hal ini dimunkingkan karena masyarakat mulai menyadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu hal cukup penting dalam kehidupan. Dengan lain perkataan masyrakat mulai menunjukan apresiasi yang cukup tinggi terhadap pendidikan.

Tabel 2.34

Angka partisipasi murni untuk SD, SMP dan SMA Di Kabupaten Sorong Selatan

Jenjang Pendidikan Kabupaten Sorong Selatan

2005 2006

SD 87,28 87,72

SMP 61,87 86,36

SMA 37,48 50,00

Sementara berdasarkan analisis data jumlah murid dan guru yang terdapat di Kabupaten Sorong Selatan tahun 2004 menunjukkan bahwa rasio guru SD terhadap murid 1 : 37. rasio guru SMP terhadap murid adalah 1 : 23 dan rasio guru SMA terhadap murid adalah 1 : 13. ini berarti pada jenjang SMA seorang guru hanya melayani 13 murid, sementara pada jenjang SD seorang guru harus melayani 37 murid. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin relatif lebih pelayanan yang diberikan guru terhadap murid dalam kegiatan belajar mengajar.

Meskipun demikian berdasarkan wawancara dengan beberapa tokoh adat, saat ini jumlah tenaga guru di Kabupaten Sorong Selatan semakin memadai. Di beberapa wilayah sekolah-sekolah mengalami kekurangan tenaga guru. Hal ini pada umumnya terjadi di wilayah-wilayah yang kurang memiliki aksesibilitas maupun jaringan infrastruktur yang terbatas, seperti di Distrik I nanwatan dan Distrik Kokoda. Bahkan untuk kedua distrik tersebut perlu mendatang guru bantu dari wilayah Maluku. Kondisi tersebut disebabkan oleh peningkatan peran dan status Sorong Selatan menjadi kabupaten baru hasil pemekaran wilayah yang membawa implikasi pada kebut uhan akan permintaan staf pemerintah lokal di kantor-kantor instansi pemerintah yang baru dibentuk. Kebutuhan tenaga kerja tersebut sebagian diantaranya dapat terpenuhi oleh tenaga kerja yang berasal dari sekolah-sekolah yakni tenaga guru yang berasal dari

hingga 3 orang tenaga guru yang harus mengajar dari kelas 1 hingga kelas 6. tentu hal ini akan menghambat proses dan kegiatan belajar mengajar. Sebagai akibatnya sumberdaya manusia yang dididik di sekolah tentu saja kurang memadai secara kualitas. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah akan menghambat peluang masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

5. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Persentase penduduk yang hidup dari usaha pertanian sangat tinggi, yaitu 71,07% dari total penduduk yang bekerja. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar bahkan mayoritas penduduk menggantungkan hidup dari sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan; perkebunan; perikanan dan peternakan.

Tabel 2.35

Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2005

Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah

Pertanian 68,84 76,02 71,07

Pertambangan dan Penggalian 2,52 0,37 1,85

I ndustri Pengolahan 2,12 0,42 1,59

Listrik, Gas dan Air Minum 0,60 0,22 0,48

Bangunan 4,33 1,37 3,41

Perdangangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7,42 10,91 8,51

Angkutan dan Komunikasi 5,80 1,08 4,33

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,29 0,31 0,30 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 8,07 9,31 8,46

Persentase 100,00 100,00 100,00

Total Kabupaten Sorong Selatan 11,523 5.470 13.993

Sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi merupakan mata pencaharian kedua yang dijadikan sebagai tumpuan hidup ekonomi penduduk kabupaten ini (8,51% ). Kemudian tumpuan ekonomi lainnya adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan (8,46% ). Hal ini mengisyarakatkan bahw a sektor tersier telah mulai berperan dalam kehidupan penduduk Kabupaten Sorong Selatan yang dapat menjadi tumpuan hidup rumah tangga.

banyak berperan dibandingkan dengan laki-laki. Sebaliknya di sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan dan bangunan serta angkutan dan komunikasi peran laki-laki lebih dominan dibandingkan perempuan. Hal ini dapat dipahami mengingat sektor-sektor tersebut merupakan aktivitas yang membutuhkan kesiapan dan kemampuan fisik yang lebih kuat, laki-laki mempunyai kesempatan dan peluang yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan pada sektor-sektor tersebut.

6. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kabupaten Sorong Selatan Dalam Angka, pada tahun 2004 tercatat jumlah penduduk kabupaten tersebut adalah 49.111 jiwa yang meningkat sebanyak 2.403 jiwa sehingga menjadi 51.514 jiwa pada dua tahun berikutnya, dimana peningkatan terjadi tidak hanya disebabkan faktor kelahiran saja tetapi juga oleh tingkat migrasi masuk. I ni berarti pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Sorong Selatan selama 2004 - 2006 sebesar 2,42% per tahun. Akan tetapi data time series yang tersedia amat terbatas tersebut, yakni hanya 2 tahun, maka angka pertumbuhan penduduk rata-rata tersebut tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk rata-rata tersebut tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk untuk hingga 10 - 20 tahun mendatang akan didekati dengan angka pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Sorong sebagai kabupaten induk sebelum pemekaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kondisi wilayah Kabupaten Sorong Selatan tidak jauh berbeda dengan kondisi wilayah Kabupaten Sorong. Angka pertumbuhan yang digunakan tersebut merupakan angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Sorong dalam jangka waktu 29 tahun. Data penduduk time series yang lebih panjang rentang wktunya lebih dapat dipercaya validitasnya jika dibandingkan dengan data yang hanya mencakup 2 - 3 tahun perkembangan. Selama tahun 1980 - 2000 pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Sorong mencapai 0,92% per tahun.

Tabel 2.36

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2017 dan 2027

No Distrik 2004 2005 2006 Prediksi Pertumbuhan 2017 2027

1 Inanwatan 3,858 3,970 4,030 0,92 4.457 4.885 2 Kokoda 7,036 7,242 8,158 0,92 9.023 9.888 3 Aifat Timur 1,896 1,952 1,562 0,73 1.692 1.820 4 Aifat 2,808 2,890 4,392 0,84 4.815 5.235 5 Aitinyo 3,976 4,092 3,404 0,84 3.732 4.058 6 Moswaren 1,703 1,752 1,683 0,92 1.861 2.040 7 Teminabuan 7,742 7,969 7,660 1,22 8.753 9.881 8 Ayamaru 6,214 6,394 6,356 0,92 7.030 7.704 9 Sawiat 2,962 3,048 2,593 0,92 2.868 3.143 10 Mare 1,712 1,761 1,859 0,72 2.012 2.161 11 Matemani Kais 1,845 1,899 2,523 0,72 2.730 2.933 12 Wayer 1,582 1,629 1,237 0,92 1.368 1.499 13 Seremuk 2,718 2,798 3,048 0,82 3.334 3.618 14 Ayamaru Utara 3,059 3,148 3,009 0,82 3.292 3.572

Kabupaten Sorong Selatan 49,111 50,544 51,514 0,92 56.974 62.438

Sumber : Hasil Analisis

Proyeksi tersebut didasarkan pada pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Sorong tahun 2004 - 2006, uakni sebesar 0,92% per tahun. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa distrik-distrik yang ada di Kabupaten Sorong dasumsikan memiliki pertumbuhan penduduk yang sama dengan pertumbuhan tingkat kabupaten dalam kurun waktu yang sama. Angka pertumbuhan penduduk yang digunakan sebesar 0,92% per tahun tersebut didasari oleh pertimbangan penduduk pada kelompok umur muda, yakni usia sekolah relatif lebih besar dibandingkan dengan penduduk kelompok umur produktif, seperti telah dijelaskan pada bagian komposisi penduduk. Diasumsikan pual bahwa pada kurun waktu 10 hingga 20 tahun mendatang, pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sorong Selatan diharapkan tidak akan jauh melebihi pertumbuhan penduduk yang telah diprediksi tersebut. Bahkan dimungkinkan pula bahwa pertumbuhan penduduk Kabupaten Sorong Selatan berada di bawah angka prediksi pertumbuhan penduduk tersebut.

2.3.2 Sosial Budaya