• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Bahasa

Bahasa daerah di Kabupaten Sorong Selatan sangat beragam. Hal ini mungkin terjadi karena keadaan alam yang terisolasi oleh hutan dan gunung yang sulit ditempuh, serta karena ada perang antar suku di masa lalu. Beberapa bahasa daerah juga t ernyata dipengaruhi oleh pendatang dari daerah Timor - Alor - Pantar. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.37

Bahasa Daerah di Kabupaten Sorong Selatan No Nama Bahasa Daerah Seragam (di Kabupaten Sorong Selatan)

1 Abun Ayamaru

2 Duriankere Inanwatan 3 Kaburi Inanwatan

4 Kais Sekitar Sungai Kais (8 desa) 5 Kokoda Inanwatan

6 Konda Teminabuan, daerah sekitar Sungai Waromge 7 Maybrat Sekitar Danau Ayamaru (40 desa)

8 Puragi Daerah sekitar Sungai Matamani 9 Suabo Inanwatan

10 Tehit Teminabuan (35 desa) 11 Yahadian Sekitar Sungai Matamani

Sumber : RIFFDA Kabupaten Sorong Selatan

4. Mata Pencaharian

Secara umum, masyarakat asli Papua masih tergantung pada alam. Selain mengandalkan hasil yang diperoleh dari ladang dan hasil peternakan, masyarakat Papua juga masih memanfaatkan hasil hutan yang diperoleh dengan cara berburu dan meramu. Di I nanwatan, masyarakat asli masih tergantung pada ekosistem mangrove untuk memenuhi kebutuhan pangan, kayu dan obat -obatan. Di Ayamaru, pandan masih dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Demikian juga halnya dengan Suku Maybrat yang masih memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan baku obat tradisional. Penggunaan lahan tersebut mendorong kepemilikan tanah adat oleh marga-marga dari tiap suku. Saat ini seringkali hak atas tanah adat ini menimbulkan konflik-konflik dalam pembangunan di Papua adat berupa hak ulayat yang melekat dalam tanah adat.

B. Pola Pengelompokan Sosial

Secara sosial budaya masyarakat di Kabupaten Sorong Selatan membentuk pola pengelompokan seperti halnya sosial di wilayah lain di Papua. Pola pengelompokan seperti halnya pada awalnya didasarkan atas kelompok-kelompok klan. Masing-masing klan membentuk satu komunitas permukiman yang disatukan oleh ikatan kekerabatan. Masing- masing komunitas dipimpin oleh seorang yang dituakan, yang sering disebut kepala adat. Pada perkembangan selanjutnya komunitas permukiman ini berkembang menjadi kampong. Dengan demikian masing-masing kampong dapat menjadi penanda bagi keberadaan sebuah klan atau etnis, bahkan sebuah klan atau etnis dapat membentuk menjadi beberapa kampung.

Namun demikian pengelompokan sosial ini bersifat melintasi ruang khususnya terkait dengan tanah adat yang mempunyai implikasi terhadap keberadaan hak ulayat. Dalam arti meskipun sebuah klan atau etnis secara administratif mengelompok dalam suatu kampung tetapi keberadaan tanah adat mereka dapat melintasi batas administratif wilayah kampung mereka. Hal ini seringkali menjadi sumber permasalahan di kemudian hari khususnya terkait dengan pemanfaatan ruang yang akan terkait dengan persoalan tanah.

Apabila dianalisis secara ekologis maka masyarakat daapt dikelompokkan dalam dua kelompok besar yakni masyarakat yang tinggal di daratan rendah dan masyarakat yang tinggal di dataran tinggi (pegunungan). Masyarakat yang tinggal di dataran rendah pada umumnya merupakan masyarakat yang hidup dengan bercocok tanam (berkebun dengan pola ladang berpindah) dan sebagian hidup dengan menjadi nelayan yang menangkap ikan baik di sungai maupun pantai serta menokok sagu. Sementara masyarakat yang tinggal di dataran tinggi pada umumnya hidup dengan bercocok tanam (berkebun dengan pola ladang berpindah).

Secara spasial pengelompokan sosial yang terbentuk dapat diamati dari keberadaan etnis yang terdapat di Kabupaten Sorong Selatan. Seperti telah diuangkapkan di depan bahwa di Kabupaten Sorong Selatan terdapat 3 etnis besar yakni etnis Maybrat, etnis Tehit dan etnis I nanwatan. Masing-masing etnit tersebut memiliki sebaran wilayah yang berbeda. Etnis Maybrat sebagai etnis yang terbesar yang tinggal di Kabupaten Sorong Selatan secar spasial sebarannya mencakup wilayah dataran tinggi atau pegunungan di kabupaten ini, yakni antara lain di Distrik Ayamaru, Distrik Ayamaru, Distrik Ayamaru Utara, Distrik Aifat,

mendiami wilayah di bagian tengah yakni dataran rendah. Secara administratif etnis ini sebagian besar tinggal di Distrik Teminabuan, Distrik Seremuk, Distrik Sawiat, Distrik Wayer dan Distrik Moswaren. Sementara etnis I nanwatan sebagian besar berdiam di wilayah pantai dari Kabupaten Sorong Selatan. Secara administratif sebagian besar etnis I nanwatan tinggal di Distrik Kais, Distrik I nanwatan dan Distrik Kokoda. Masyarakat biasa menyebut etnis I nanwatan dengan sebutan masyarakat I mekko (I nanwatan, Matemani Kais, Kokoda). Saat ini ketiga distrik tersebut tidak memiliki aksesibilitas yang memadai untuk menjangkau wilayah lainnya di Kabupaten Sorong Selatan. Pengelompokan sosial berdasarkan etnis tersebut cukup kuat dalam kehidupan masyarakat. Meskipun tidak berarti dalam kehidupan sehari-hari masyarakat terpisah-pisah secara etnis. Pengelompokan sosial tersebut akan menguat jika kepentingan yang ada diantara mereka terganggu, khususnya terkait dengan masalah tanah adat dengan hak ulayatnya.

C. Partisipasi dalam Pembangunan

Pada umumnya masyarakat di Kabupaten Sorong Selatan memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap kegiatan pembangunan. Masyarakat memiliki keinginan yang cukup besar untuk membangun wilayahnya. Masyarakat juga akan bersikap responsive terhadap kegiatan- kegiatan pembangunan yang dianggap akan memberikan manfaat terhadap kegiatan- kegiatan pembangunan yang dianggap akan memberikan manfaat terhadap peningkatan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan beberapa tokoh adat yang mengatakan bahwa masyarakat cukup antusias terhadap kegiatan pembangunan, seperti dicontohkan dalam pembangunan kantor distrik. Masyarakat dengan sukarela akan membantu secara swadaya dalam bentuk bahan bangunan misalnya. Akan tetapi keinginan besar masyarakat tersebut sering menghadapi kendala khususnya dalam hal jaringan infrastruktur dan transportasi yang tidak memadai, sehingga menyebabkan segala sesuatunya menjadi lebih lambat dan lebih tinggi biayanya.

Dalam hal ini peran dari tokoh masyarakat seperti ketua adat, kepala distrik, kepala kampung maupun tokoh agama seperti pendeta cukup penting dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Tokoh-tokoh masyarakat tersebut merupakan tokoh yang

Masyarakat pada umumnya menyadari bahwa alam merupakan sumber kehidupan sehingga lingkungan yang terjaga kelestariannya dengan baik akan memberikan kehidupan yang lebih baik. Kelangsungan hidup masyarakat akan terjamin jika masyarakat tetap menjaga dan melestarikan lingkungan. Hal ini setidaknya terungkap dari penuturan tokoh adat yang menyatakan bahwa masyarakat di kawasan hulu (pegunungan) dimana terdapat sumber air sejak nenek moyang selalu menjaga kebersihan dan kelestarian sumber air tersebut. Sungai merupakan sumber air bersih utama bagi kehidupan. Masyarakat menyadari bahwa ketersediaan air bersih merupakan satu hal yang amat penting untuk dijaga kelestariannya.

Akan tetapi seiring dengan perkembangan dan dinamika wilayah dimana jumlah penduduk semakin bertambah, mulai muncul kecenderungan, bahwa kepedulian masyarakat terhadap lingkungan khususnya di kawasan hulu maupun hilir di dataran rendah semakin berkurang. Hal ini terlihat dari mulai dimanfaatkannya sungai untuk kegiatan rumah tangga seperti mencuci, mandi, maupun membuang sampah. Jika tidak antisipasi sejak awal maka di kemudian hari akan menimbulkan permasalahan lingkungan yakni pencemaran sumber air akibat limbah rumah tangga. Pada satu sisi hal ini dapat dipahami karena jaringan air bersih belum dapat menjangkau permukiman penduduk, sehingga menyebabkan penduduk terpaksa memanfaatkan sungai untuk kegiatan rumah tangga mereka. Akan tetapi pada sisi yang lain pemanfaatan sungai untuk limbah tangga tersebut akan menimbulkan pencemaran sumber air bersih yang pada akhirnya akan berakibat pada terganggunya pasokan air bersih bagi penduduk itu sendiri. Sepanjang penduduk belum merasakan sendiri dampak dari pencemaran ini biasanya mereka akan tetap memanfaatkan sungai untuk seluruh kegiatan rumah tangganya. Dalam konteks ini, sebenarnya menjadi tanggung jawab dari pemerintah untuk dapat menjadikan prasarana air bersih bagi penduduk dengan melalui penyediaan air bersih, supaya ketersediaan air bersih tetap terjaga baik dari segi pasokan maupun kualitasnya.

pohon. Jika pola ini berlanjut terus bukan tidak mungkin jika pada suatu saat nanti luasan area hutan akan semakin berkurang karena semakin banyak kegiatan penebangan pohon, sementara untuk mengganti pohon yang telah ditebang tidak dilakukan. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya pasokan sumber air bersih untuk wilayah Kabupaten Sorong Selatan. Hingga saat ini air bersih di Kabupaten Sorong Selatan masih cukup melimpah bahkan terkesan terbuang percuma. Oleh karenanya ketersediaan air bersih ini perlu t etap dijaga demi kelangsungan hidup dan perkembangan wilayah Kabupaten Sorong Selatan.

E. Pergeserakan Nilai dan Norma yang Berlaku

Menurut penuturan beberapa tokoh adat, masyarakat Kabupaten Sorong Selatan sedang dalam transisidan masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern. Sebagian besar masyarakat masih menganut budaya lokal yang mempunyai prinsip apa yang dicari hari ini, dihabiskan hari ini juga. Hal ini didasari pertimbangan bahwa masyarakat masih memiliki cukup banyak sumber daya alam yang berlimpah antara lain berupa hutan. Dengan demikian masyarakat masih mengandalkan sumberdaya alam sebagai tumpuan hidup utamanya. Namun tentu harus diperhatikan bahwa sumberdaya alam yang melimpah tidak selamanya akan tetap melimpah karena tidak selalu dapat diperbaharui, suatu saat dapat habis karena pemanfaatannya tidak terkendali. Untuk itu masyarakat perlu diingatkan bahwa selain tersedia sumberdaya alam yang melimpah tetapi tentu harus disertai upaya dan kerja keras untuk dapat mencari potensi, menciptakan peluang lain yang bernilai ekonomis tanpa harus memanfaatkan sumberdaya alam secara berlebih-lebihan.

Selain itu, masyarakat pada umumnya memiliki semangat kerja yang keras untuk menafkahi hidup keluarga. Apresiasi masyarakat terhadap pendidikan cukup tinggi. Pendidikan merupakan faktor penting yang menjadi perhatian pada hampir setiap keluarga. Orang tua akan bekerja keras mencari nafkah untuk dapat membiayai pendidikan bagi anak-anaknya setinggi mungkin. Semakin tinggi tingkat pendidikan anak akan mem bawa kebanggaan pada keluarga dan dapat menaikkan status sosial keluarga. Dengan demikian pendidikan merupakan salah satu upaya untuk dapat meningkatkan mobilitas sosial penduduk.

2 .4 Ek onom i Wila ya h