• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI KONSUMSI TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASINYA SKRIPSI. Imelda Bancin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MOTIVASI KONSUMSI TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASINYA SKRIPSI. Imelda Bancin"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

MOTIVASI KONSUMSI TERHADAP TAYANGAN REALITY

SHOW DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASINYA

(Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan

Polonia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh :

Imelda Bancin

050904069

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

(2)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi korelasional pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.

Populasi dalam penelitian ini adalah para wanita di Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia, yang berjumlah 2856 orang per Juni 2009. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 96 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, dan Purposive Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan

(Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,695, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. Kemudianuntuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.

(3)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur hanya bagi Allah Bapa di Surga yang selalu menyertai, menemani dan menopang penulis disetiap waktu. Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Berkat-Nya yang melimpah atas diri penulis selama ini membuat penulis dapat bertahan dan berjalan hingga sejauh ini. Kasih dan pertolonganNya nyata dalam kehidupan penulis.

Untaian terima kasih dari dasar hati yang terdalam penulis persembahkan kepada keluarga tercinta, Bapak M. Sihotang yang memberikan inspirasi dan teladan bagi penulis, Ibu U. Radjagoekgoek atas kasih, doa, cinta dan semangat di sepanjang perjalanan hidup penulis. Kepada saudara-saudara penulis; abang tercinta Nicholas Y. Guslovesky Sihotang dan adik tersayang Ian Christopher Sihotang untuk perhatian dan dukungannya. Bahkan kata-kata takkan mampu melukiskan betapa besar kasih sayang yang penulis rasakan kepada kalian semua.

Skripsi yang berjudul Motivasi Konsumsi Terhadap Musik di Radio dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan dan perolehan gelar sarjana penulis dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(4)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy, M.A selaku Dosen Pembimbing peneliti yang banyak memberi masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Dosen Wali penulis selama masa perkuliahan kurang lebih empat tahun.

5. Pihak Rektorat USU yang telah banyak membantu khususnya dalam memperoleh data yang penting untuk mengerjakan skripsi ini.

6. Keluarga besar Sihotang dan Radjagoekgoek dimanapun berada, yang selalu mendukung penulis dalam doa.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis; Agustina, Anne Griselda, Christine Margaret, Gustinawati, Ichram, Meta Lince, Risa Agista, Rotua Nuraini, Rudi Darmawan, Senja Melani, Tri Anggreini, yang selalu siap membantu, memberi dorongan dan yang selalu setia mendengarkan setiap keluhan dan hambatan penulis. Penulis sangat bersyukur bisa mengenal kalian semua. 8. Sahabat-sahabat peneliti; Mida Lishanata, Bornok Yanthi, Rebecca

Dwinita, Immanuel Barus, untuk setiap masukan, motivasi dan bantuannya.

9. Seluruh mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, yang berasal dari jurusan lain, terutama Elsa Bella dan Ichram serta responden lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

10.Teman-teman Komunikasi 04 yang sudah selesai, masih dan terus berjuang dalam menyelesaikan skripsinya. Terutama kepada Nina E.

(5)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Ginting, terima kasih atas bantuannya untuk mengajari penulis saat penggunaan program SPSS 15.0.

11.Teman-teman di Gereja GEKISIA Medan yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan sehingga penulis tetap semangat mengerjakan skripsi. Tuhan memberkati.

12.Kak Cut, Rottua Nuraini dan Maya yang selalu ada di Departemen yang dengan setia membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi. 13.Semua Pihak yang secara tidak sadar telah ikut membantu menyelesaikan

tugas akhir ini, peneliti mengucapkan terimakasih banyak

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, peneliti dengan rendah hati meminta saran dan masukan yang bisa membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada setiap pembacanya.

Medan, Desember 2009 Penulis,

(6)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

DAFTAR ISI

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel dan Gambar ... viii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Pembatasan Masalah ... 6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian ... 7

I.4.2. Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Kerangka Teori ... 8

I.5.1. Teori Uses and Gratifications... 8

I.5.2. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 11

I.5.3. Motif Penggunaan Media ... 12

I.5.4. Televisi dan tayangan reality show ... 13

I.6. Kerangka Konsep ... 14

I.7. Model Teoritis ... 15

I.8. Operasional Variabel ... 16

I.9. Definisi Operasional Variabel ... 17

I.10. Hipotesis ... 20

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Teori Uses and Gratifications ... 22

II.1.1. Kritik Teori Manfaat dan Gratifikasi ... 28 II.1.2. Perkembangan Terkini dalam Penelitian Manfaat dan Gratifikasi ... 29

II.2. Komunikasi Massa dan Komunikasi Massa ... 30

(7)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

II.4. Televisi dan tayangan reality show ... 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41 III.2. Metodologi Penelitian ... 41

III.2.1 Metode Penelitian ……….. III.2.2 Lokasi Penelitian

III.3. Populasi dan Sampel ... 42 III.3.1 Populasi

III.3.2 Sampel

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 46 III.4.1 Proportional Sampling

III.4.2 Purposive Sampling

III.4.3 Accidental Sampling

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 47 III.6. Teknik Analisis Data ... 47

III.6.1 Analisis Tabel Tunggal III.6.2 Analisis Tabel Silang III.6.3 Uji Hipotesa

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 51 IV.1.1. Langkah-langkah Pengumpulan Data

IV.2. Proses Pengolahan Data ... 52 IV.3. Analisa Tabel Tunggal ... 53 IV.3.1. Karakteristik Responden ... 53 IV.3.2. Motivasi konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show di Televisi 55

IV.3.3. Pemenuhan Kebutuhan Informasi Tentang Musik .. 83 IV.4. Analisa Tabel Silang ... 101 IV.5. Uji Hipotesa ... 105 IV.6. Pembahasan ... 109

(8)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan ...111 V.2. Saran ...112 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, media mengalami kemajuan pula melalui alat komunikasi yang dipergunakannya. Semua digunakan untuk memuaskan penggunanya yang heterogen dengan jangkauannya yang sangat luas.

Televisi sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media massa umumnya mempunyai fungsi yang sama. Sebagai alat memberikan informasi (fungsi informatif), artinya melalui isinya seseorang dapat mengetahui, memahami sesuatu. Sebagai alat yang mendidik (fungsi edukatif), artinya isinya dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan moral seseorang. Sebagai alat menghibur (fungsi entertaintment), yakni melalui isinya seseorang dapat terhibur, menyenangkan hatinya, memenuhi hobinya, dan mengisi waktu luangnya (Munthe, 1996:11).

Sebagai salah satu media elektronik, televisi mempunyai sifat-sifat khas yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Banyaknya televisi dengan berbagai

(10)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

macam harga serta tampilan yang semakin menarik disertai dengan beraneka ragam jenis tayangan membuat masyarakat pada umumnya memiliki perangkat elektronik yang satu ini.

Saat ini acara reality show merupakan perangkat yang mendominasi dunia hiburan televisi. Hampir tidak dapat ditemui sebuah stasiun televisi tidak memiliki sebuah acara reality show. Reality show adalah menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, buka Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan

teknik-teknik pascaproduksi lainnya

Acara realitas biasanya menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang perbaikan kondisi barang kepemilikan seperti perbaikan rumah atau perbaikan mobil sampai halnya memperbaiki rumah tangga yang sedang dirudung prahara.

Adanya pro dan kontra mengenai tayangan reality show ini sudah seringkali terjadi. Dan tidak tanggung-tanggung, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) pun sudah sampai turun tangan dikarenakan banyaknya laporan dari masyarakat bahwa tayangan tersebut sangat layak untuk ditonton. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menegur empat program reality show televisi yaitu

(11)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

melanggar ketentuan. Hal itu dikatakan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Fetty Fajriati Misbach. Ia mengatakan Termehek-mehek dan Orang ke-3 yang ditayangkan Trans TV, dan Face to Face yang ditayangkan ANTV ditegur karena menyiarkan acara yang mengandung kekerasan dan kata-kata kotor. Sedangkan program reality show Dibayar Lunas yang ditayangkan pada Sabtu, 6 Juni 2009 pukul 17.30 WIB di RCTI ditegur karena dianggap mengeksploitasi orang miskin. Program ini dinilai mengeksploitasi orang miskin, tidak mendidik dan tidak manusiawi.

Anggota Dewan Pers Bekti Nugroho mengatakan tayangan reality show

yang menawarkan kesedihan membuat masyarakat menjadi melankolis dan pesimistis. Tayangan itu membangun generasi yang rapuh, tidak mengerti bagaimana berjuang. Masyarakat menjadi bingung dengan yang benar dan salah. Sementara itu, perwakilan ANTV Edi mengatakan program reality show

mendapatkan perhatian besar dari masyarakat, iklan pun tinggi, sehingga memberikan keuntungan kepada industri televisi. Senada dengan Edi, perwakilan Trans Coorporation Panca mengatakan, reality show memberikan keuntungan

kepada masyarakat

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tidak mempersoalkan tayangan untuk kisah-kisah kehidupan (reality show) di sejumlah televisi swasta nasional sepanjang tidak menyalahi UU tentang Penyiaran dan tidak mendramatisasi fakta. Kalau tidak melanggar UU Penyiaran, KPI tidak mempersoalkan. Tetapi KPI tentu harus mengingatkan pengelola televisi yang menyelenggarakan tayangan seperti itu agar tidak melanggar ketentuan UU. Undang-undang tentang penyiaran memang tidak secara khusus mengatur tayangan reality show, tetapi

(12)

tayangan-Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

tayangan itu sebaiknya tidak mendramatisasi fakta. Kalau memang fakta boleh-boleh saja dan memang tidak diatur dalam UU tentang Penyiaran, tetapi diharapkan tidak mengemas fakta dengan cara-cara yang mendramatisasi. Pengelola stasiun televisi juga diharapkan jujur kepada masyarakat. Selain memberi tahu masyarakat bahwa tayangan itu sudah atas persetujuan pihak-pihak terkait, sebaiknya ada pemberitahuan kepada masyarakat mengenai tayangan itu sudah diwarnai rekayasa atau dramatisasi atau murni seperti apa adanya.

Reality show di televisi akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat. Sejumlah televisi menayangkan tayangan-tayangan tersebut dalam berbagai versi dan fakta. Kalau masyarakat merasa dirugikan maka kita tegur atau dijatuhkan sanksi tegas oleh KPI. Bahkan ada yang sudah dihentikan, ada pula yang kita hentikan sementara. Sanksi-sanksi itu sebagai bagian dari terapi kejut agar tayangan-tayangan di televisi tidak melanggar ketentuan dan tidak merugikan

masyarakat.

Acara reality show yang saat ini sedang tren adalah memperbaiki hubungan rumah tangga pada sebuah keluarga. Para ibu-ibu rumah tangga pun cukup antusias dalam menyaksikan acara reality show ini. Terlebih, para pemainnya menutup wajah mereka dengan menggunakan topeng sehingga acara menjadi semakin atraktif. Nama acara ini adalah Masihkah Kau Mencintai ku? Permasalahan hidup dalam rumah tangga pasangan suami-istri terkadang terlalu pelik untuk bisa diselesaikan oleh mereka sendiri. mereka yang berkonflik bersama keluarga masing-masing. Disamping itu ada psikolog dan pakar yang kompeten di bidang perkawinan sehingga pendapatnya bisa dijadikan pertimbangan bagi pasangan yang sedang bermasalah

(13)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Tayangan serupa juga cukup tinggi ratingnya yakni Curhat dengan Anjasmara yang ditayangkan di stasiun televisi TPI (www.wikipedia.co.id/reality_show_acara_rating). Sisi yang berbeda dari reality show ini karena para pelapor, korban ataupun yang menjadi objek pelabrakan tersebut tidak memakai topeng seperti acara ”Masihkan Kau Mencintaiku?”. Mereka lebih blak-blakan dan cenderung sering berakhir dengan perkelahian.

Reality show yang bergenre tentang kehidupan pribadi seseorang memang lebih banyak peminatnya dibandingkan dengan reality show yang bergenre lebih ceria yakni acara musik seperti Happy Song, pencarian jodoh seperti Take Me out maupun ajang pencarian bakat seperti Indonesian Idol, KDI ataupun Mamamia. Ketertarikan para pemirsa akan reality show yang bergenre demikian disebabkan, para penonton masih sangat tertarik denganhal-hal yang berhubungan dengan kehidupan pribadi seseorang, dan biasanya kasus yang dibahas dalam reality show tersebut cukup mengena dengan kehidupan sehari-hari para pemirsa setianya

aib dalam suatu keluarga memiliki rating yang cukup tinggi dibandingkan dengan acara reality show bergenre musik atau sejenisnya, hampir berkisar 63% (www.kpi.go.id/rating_siaran).

Penelitian ini akan dilakukan di kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. Adapaun alasan peneliti melakukan penelitian disana adalah karena berdasarkan hasil survey pra penelitian diketahui bahwa para masyarakat di wilayah ini sangat menyukai tayangan reality show di televisi, dan hampir menjadi aktifitas harian untuk tidak melewatkan acara reality show favoritnya.

(14)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Dari uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejauhmana hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

”Sejauhmana hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan

reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :

a. Penelitian ini menganalisis motivasi konsumsi dan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia terhadap tayangan reality show yang disiarkan diberbagai stasiun televisi yang ada di Indonesia.

b. Reality show yang peneliti teliti adalah Termehek-mehek, Masihkah Kau Mencintaiku?, Orang ketiga, Bukan Sinetron, Curhat Anjasmara, Lemon Tea (Asam Manis Cinta).

c. Objek penelitian adalah para ibu masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.

(15)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

d. Penelitian dilakukan pada bulan September 2009.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa saja motivasi konsumsi dikalangan masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia terhadap tayangan reality show di televisi.

b. Untuk mengetahui apakah kebutuhan informasi akan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dalam sebuah keluarga terpenuhi.

c. Untuk mengetahui intensitas menonton acara reality show dikalangan masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.

d. Untuk mengetahui apakah wawasan masyarakat meningkat khususnya tentang kehidupan berkeluarga melalui tayangan reality show di televisi. e. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara motivasi konsumsi

terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. I.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

(16)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian.

c. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada siapa saja yang memiliki perhatian terhadap media literasi dan kapitalisasi media.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan ttitik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39).

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Dalam penelitian ini, teori – teori yang dianggap relevan diantaranya adalah Pendekatan Uses and Gratification, Komunikasi dan Komunikasi massa Motif Penggunaan Media, serta Televisi dan Reality Show.

I.5.1 Teori Uses and Gratifications

Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan : “Apa yang

(17)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

dilakukan media untuk khalayak? (What do the media do to people?)”. (Rakhmat, 2004:65).

Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebuthan pribadi dan sosial khalayak. Khalayak dianggap secara aktif dengan sengaja menggunakan media untuk memenuhi keutuhannya dan mempunyai tujuan. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggnaan (uses) isi media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas pemenuhan kebutuhan seseorang. Dari sinilah timbul istilah uses and gratifications (penggunaan dan pemenuhan kebutuhan). Sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu (Ardianto dan Erdinaya, 2004:71). Dengan demikian, kebutuhan individu merupakan titik awal kemunculan teori ini.

Dari gambaran Katz tersebut dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat motivasi tertentu ketika seseorang memilih media A atau media B untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat harapan-harapan dari media yang dipilihnya yang ingin dipuaskannya setelah mengkonsumsi media yang dipilihnya tersebut. Ketika pemenuhan kebutuhan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkannya, maka individu tersebut kemudian akan mencari lagi media tersebut untuk memuaskan kembali kebutuhan yang terpenuhi dari media tersebut.

Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut (Effendy, 2003:294) :

(18)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif)

yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

2. Affective needs (Kebutuhan Afektif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal Intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan.

Dalam keaktifan khalayak dalam kehidupannya sehari-hari, terlihat mereka membutuhakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka yakni melalui penggunaan media seperti membaca surat kabar yang mereka sukai, menonton acara televisi, atau mendengarkan musik favoritnya, dll.

(19)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Pendekatan uses and gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratifications telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finanldia, Swedia, Jepang, dan negara-negara lain.

Operasionalisasi. Ketika sampai pada operasionalisasi, model ini telah menimbulkan berbagai macam penjabaran. Di bawah uses and gratifications, grand theory, bermacam-macam teori berlindung dan berdebat satu sama lain. Empat model telah dibuat: model Linne dan Van Feilitzen, model Windahl, model Rosengren, serta model McLeod dan Becker (Rakhmat, 2004:66).

1.5.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Dari berbagai macam cara komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat manusia, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa. Komunikasi massa dapat diartiakan dalam dua cara yakni pertama, komunikasi oleh media dan kedua komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komuniksai massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khlayak, dan demikian pula sebaliknya khalayak pun memilih – milih media (Rivers, 2003:18).

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

(20)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Karakteristik ataupun ciri-ciri dari komunikasi massa adalah (Liliweri ,1991:34) :

a. Komunikator terlembagakan b. Pesan bersifat umum

c. Komunikannya anonim dan terlembagakan d. Media massa menimbulkan keserempakan

e. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan f. Komunikasi massa bersifat satu arah

g. Stimulasi alat indra terbatas h. Umpan balik tertunda

1.5.3 Motif Penggunaan Media

Motif berasal dari bahasa Latin, movere yang artinya bergerak atau to move. Motif berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat sesuatu/merupakan driving force (Bianca dalam Walgito,1997)

Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu (Ardiyanto, 2004:87).

Pada dasarnya “motif” dan ‘motivasi’ artinya hampir sama hanya berbeda pada penempatan kalimat saja. Menurut Kartini kartono motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat;atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia (Kartini, 2002:147). Dengan kata lain motivasi adalah dorongan terhadap seseorang agar mau

(21)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

melaksanakan sesuatu. Dorongan disini adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup. Dari definisi tersebut, motif jika dihubungan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang menggunakan media.

Dalam Rakhmat (2004:219) disebutkan bahwa siaran yang menggabungkan unsur hiburan dengan informasi, dan bukan hanya ceramah yang membosankan telah berhasil memberikan efek kepada khalayak seperti menanamkan pengetahuan, pengertian, keterampilan, kepercayaan atau informasi

Motivasi setiap orang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan individu yang berbeda pula. Dalam penelitan ini kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan kognitif, karena kebutuhan ini berkaitan dengan usaha-usaha untuk menambah informasi dan pengetahuan khususnya dibidang hiburan akan kehidupan. Hal ini berkaitan dengan keadaan warga masyarakat yang dianggap paling aktif dan tertarik untuk mengikuti acara reality show yang isinya menyangkut kehidupan sehari-hari dan terasa dekat dengan diri mereka..

1.5.4 Televisi dan tayangan reality show

Media massa merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Media massa yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “mass media” yang bermakna alat penghubung. Media massa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sarana atau saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menybarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Sarana komunikasi itu dapat berupa surat kabar, majalah, buku, radio, dan televisi. Jadi media massa

(22)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

mengarah kepada alat yang di pergunakan untuk menyampaikan informasi (Junus, 1996 : 28)

Bentuk media massa yang lain adalah media massa elektronik seperti televisi. Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving pictures). Para penonton di rumah – rumah tidak mungkin menangkap siaran TV, kalau tidak ada unsur – unsur radio. Dan tidak mungkin dapat melihat gambar – gambar yang bergerak pada layar pesawat TV, jika tidak ada unsur – unsur film. Televisi terdiri dari istilah “ tele ” yang berarti jauh dan “ visi “ yang berarti pengelihatan. Daya tarik yang terdapat pada televisi disebabkan selai memiliki unsur – unsur kata – kata, musik dan sound effect,TV juga memiliki unsur audiovisual berupa gambar yang bergerak (Effendi 1993 : 174 – 177).

Reality show adalah

yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang

umumnya khalayak umum biasa, bukan

menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya

I.6 Kerangka Konsep

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49).

(23)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam memutuskan hipotesis (Nawawi, 1991:40).

Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X)

Adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur yang lain (Nawawi,1991:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi.

2. Variabel Terikat (Y)

Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1991:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan informasi pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.

3. Variabel Antara (Z)

Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991:58). Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

(24)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Gambar 1.Model Teoritis

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut:

Tabel 1. Operasional Variabel

No Variabel Teoritis Variabel Operasional 1 Variabel Bebas (X)

Motif Konsumsi (tayangan

reality show)

1. Intensitas menonton tayangan reality show di televisi

2. Frekuensi menonton tayangan reality show di televisi

3. Waktu menonton 2 Variabel Terikat (Y)

Pemenuhan Kebutuhan Informasi hiburan 1. Jenis kebutuhan : • Kebutuhan Kognitif a. Peneguhan b. pengetahuan • Kebutuhan Afektif a. senang b. kepuasan

• Kebutuhan Pribadi Secara Integratif Karakteristik Responden Motivasi Konsumsi Tayangan Reality Show Televisi Pemenuhan Kebutuhan Informasi Hiburan

(25)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

a. Kredibilitas b. Stabilitas

• Kebutuhan Sosial Secara Integratif a. Peneguhan Kontak Keluarga b. Peneguhan Kontak Rekan c. Peneguhan Kontak Dunia • Kebutuhan Pelepasan

a. Tekanan b. Ketegangan

2 . Mengetahui perkembangan reality show - Tema-tema

- Genre acara - Segmentasi

3. Kejelasan informasi dari pembawa acara 4. Pemilihan stasiun televisi

3 Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

1 Usia

2. Penghasilan 3. Pekerjaan

I.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional merupakan sutu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

(26)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

1. Variabel Bebas (Motivasi konsumsi tayangan reality show di televisi)

a. Intensitas menonton tayangan reality show, yaitu rata – rata waktu yang habis digunakan oleh warga saat menonton tayangan reality show di televisi.

b. Frekuensi menonton tayangan reality show di televisi, yaitu seberapa sering warga menonton tayangan reality show di televisi.

c. Waktu menonton, yaitu saat responden menonton tayangan reality show di televisi apakah pagi, siang, sore atau malam hari.

2. Variabel Terikat (Pemenuhan Kebutuhan Informasi Hiburan)

a. Motif menonton tayangan reality show di televisi, yaitu dorongan atau alasan yang menggerakkan warga untuk mengkonsumsi tayangan reality show di televisi. Dalam hal ini motif terbagi menjadi :

- Kebutuhan Kognitif, yaitu kebutuhan informasi yang dilakukan oleh warga terhadap hiburan di televisi..

• Peneguhan, yaitu peneguhan yang dilakukan oleh warga terhadap tayangan reality show di televisi.

• Pengetahuan, yaitu pengetahuan yang diperoleh warga setelah menonton tayangan reality show di televisi.

- Kebutuhan Afektif, yaitu kebutuhan warga yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman yang estetis, menyenangkan terhadap tayangan

(27)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

• Senang, yaitu sikap senang yang dimiliki oleh warga terhadap tayangan reality show di televisi.

• Kepuasan, yaitu rasa puas dari dalam diri warga karena terpenuhi kebutuhan informasi dari tayangan reality show di televisi.

- Kebutuhan Pribadi Secara Integratif, yaitu kebutuhan warga akan harga diri terhadap tayangan reality show di televisi.

• Kredibilitas, yaitu kepercayaan warga terhadap perkembangan tayangan reality show di televisi.

• Stabilitas, yaitu sikap stabil warga dalam menonoton tayangan reality show di televisi.

- Kebutuhan Sosial Secara Integratif, yaitu kebutuhan warga terhadap jiwa sosial terhadap tayangan reality show di televisi.

• Peneguhan kontak keluarga, yaitu peneguhan warga terhadap lingkungan keluarga setelah menonton tayangan reality show di televisi.

• Peneguhan kontak rekan, yaitu peneguhan warga terhadap lingkungan rekan-rekan setelah menonton tayangan reality show di televisi.

• Penguhan kontak dunia, yaitu peneguhan warga terhadap dunia setelah menonton tayangan reality show di televisi.

- Kebutuhan Pelepasan, yaitu kebutuhan pelepasan dalam diri warga setelah menonton tayangan reality show di televisi.

(28)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

• Tekanan, yaitu pelepasan tekanan dari dalam diri warga setelah menonton tayangan reality show di televisi.

• Ketegangan, yaitu pelepasan ketegangan dari dalam diri warga setelah menonton tayangan reality show di televisi.

b. Mendapatkan informasi perkembangan reality show, yaitu kepuasan dalam mendapatkan informasi tentang tayangan reality show terbaru. Dalam hal ini perkembangan reality show meliputi tema-tema, genre dan segmetasi. c. Kejelasan informasi dari pembawa acara, yaitu informasi yang

disampaikan oleh pembawa acara dapat dimengerti dengan jelas.

d. Pemilihan stasiun televisi, yaitu stasiun televisi yang yang dipilih sesuai selera responden.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden) a. Usia, adalah tingkatan umur responden.

b. Penghasilan, adalah rataan pendapatan dari mata pencaharian responden. c. Pekerjaan, adalah mata pencaharian responden.

I.10 Hipotesis

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun,

(29)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

1995:43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991:44).

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Tidak terdapat hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality

show di TV dan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.

Ha : Terdapat hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show

di TV dan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.

(30)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Teori Uses and Gratifications

Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah Uses and Gratifications. Model Uses and Gratifications untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikelsebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media do to people?). Model uses and gratifications

menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak (Effendy, 2003:289).

Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past (Swanson, 1979), yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini timbul istilah uses and gratifications,

(31)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa komunikasi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivty); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn). Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi.

Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendirinya Katz, Blumer, dan Gurevitch. Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam media lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki.

Model uses and gratificatons dapat dilukiskan seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2. Model “Uses and Gratifications”

Anteseden Motif Penggunaan Media Efek

-Variabel individual -variabel lingkungan -Personal -Diversi -Personal identity - Hubungan - Macam isi - Hubungan dengan isi -Kepuasan -Pengetahuan

(32)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalkan dengan berbagai cara: unfungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasistescapist, atau gratifikasi segera-tertangguhkan), empat fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal dan surveillance; atau surveillance(bentuk-bentuk pencarian informasi), korelasi, hiburan, transmisi budaya) dan multifungsional.

Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai depedensi media, dan sebagai pengetahuan (Rakhmat, 2004:65).

Banyak orang membaca karena merasa bahwa hal itu berterima secara sosial, dan sebagian orang merasa bahwa surat kabar merupakan hal yang tak tergantikan dalam mencari informasi mengenai berbagai persoalan yang ada didunia. Namun demikian, banyak juga yang mencari pelarian, relaksasi hiburan, dan prestise sosial. Orang-orang ini mengerti bahwa kesadaran akan persoalan-persoalan umum sangat berharga dalam percakapan. Sebagaian yang lain mencari bantuan untuk kehidupan sehari-hari mereka dengan membaca materi berkenaan dengan mode, resep makanan, ramalan cuaca maupun informasi bermanfaat lainnya.

(33)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Apa yang mendorong kita untuk menggunakan media? Mengapa kita senang acara X dan membeci acara Y? Bila anda kesepian mengapa anda lebih senang mendengarkan musik klasik dalam radio daripada membaca novel? Apakah media massa berhasil memenuhi kebutuhan kita? Inilah di antara sekian banyak pertanyaan yang berkenaan dengan uses and Gratification. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Teori menekankan bahwa khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atau kebutuhan seseorang.

Katz, Blumer & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori

uses and gratifications, (Ardianto, 2004:70). yaitu :

1. Khalayak dianggapa aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media masa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

(34)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khlayak.

Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi ada beberapa cara mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi audien. Sebagian mengatakan soal

gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai (Schramm, Lyle, dan Parker, 1961).

Peneliti lain menyebutkan sebagai informatif-mendidik dan khayali-pelarian – hiburan.

McQuail, Blumler, dan Brown (1972), berdasarkan penelitian mereka di Inggris, mengusulkan kategori-kategori berikut :

1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi.

2. Hubungan Personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan.

3. Identitas Pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman –diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya.

4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin memengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu (Saverin, 2007:356).

Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut:

1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif)

yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada

(35)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

2. Affective needs (Kebutuhan Afektif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan (Effendy, 2003:294).

Teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini (Nurudin, 2004:183) :

(36)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

II.1.1. Kritik Teori Manfaat dan Gratifikasi

Pendekatan manfaat dan gratifikasi telah memicu sejumlah kritik, terutama karena tidak bersifat teoritis, karena masih kabur dalam mendefinisikan konsep-konsep utama (misalnya, ”kebutuhan”), dan karena pada dasarnya tak lebih dari sebuah strategi pengumpulan data.

Salah satu kritik pendekatan manfaat dan gratifikasi adalah bahwa pendekatan ini terlalu sempit fokusnya, yaitu pada individu (Elliot, 1974). Pendekatan ini bersandar pada konsep-konsep psikologis seperti kebutuhan, dan mengabaikan struktur sosial maupun tempat media itu berada dalam struktur tersebut. Salah satu jawaban atas kritik ini datang dari Robin dan Windahl (1986), yang telah mengusulkan suatu sintesis antara pendekatan manfaat dan gratifikasi dengan teori ketergantungan (Ball-Rokeach dan DeFleur, 1976). Model manfaat dan ketergantungan mereka (Rubin dan Windahl) menempatkan individu di dalam

Lingkungan Sosial - ciri – ciri demografis - keanggotaan dalam kelompok - ciri – ciri kepribadian Kebutuhan - kognitif - afektif - integrasi sosial - integrasi personal - escapism

Sumber non media - keluarga dan teman - hubungan inter personal - hobi - istirahat dll Sumber Media - jenis media - isi media - terpaan media - konteks sosial terhadap terpaan media Fungsi Media - pengawasan - hiburan - identitas diri - itegrasi diri

(37)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

sistem-sistem kemasyarakatan yang membantu membentuk kebutuhan-kebutuhan mereka.

Perspektif pendekatan manfaat dan gratifikasi juga dikritik oleh para penulis yang memiliki perhatian pada persoalan hegemoni media. Mereka mengatakan bahwa terlalu jauh kiranya jika dikatakan bahwa orang bebas memilih agenda media maupun interpretasi-interpretasi sesuai kehendak mereka (White, 1994). Menurut penulis itu, pesan-pesan media massa cenderung memperkuat pandangan kebudayaan yang dominan, dan audien merasa sukar untuk mengelak (Saverin, 2007:358).

II.1.2 Pekembangan Terkini dalam Penelitian Manfaat dan Gratifikasi

Kadang-kadang para pengguna media bersikap selektif dan rasional dalam memproses pesan-pesan media, namun pada saat yang lain mereka memanfaatkan media untuk bersantai atau sebagai tempat pelarian. Perbedaan jenis maupun tingkat aktivitas audien mungkin juga merupakan akibat dari efek-efek media.

Arah baru lainnya difokuskan pada manfaat media untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Misalkan saja, salah satu kemungkinan manfaat media adalah untuk mengatasi rasa kesepian. Canary dan Spitzberg (1993) menemukan bukti yang mendukung manfaat ini, namun kaitannya tergantung pada kadar kesepiannya. Mereka menemukan bahwa manfaat media yang paling besar dalam mengatasi kesepian adalah dalam kondisi sepi secara situasional, atau mereka yang kesepian untuk sementara waktu. Mereka menemukan manfaat media yang tidak begitu besar untuk mengatasi kesepian pada kondisi sepi secara kronis, atau mereka yang merasa kesepian dalam jangka waktu bertahun-tahun.

(38)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Penjelasan atas temuan ini agaknya adalah bahwa mereka yang sepi secara kronis merekatkan sifat-sifat kesepian mereka pada faktor-faktor internal dan dengan tidak meyakini bahwa komunikasi itu dengan sendirinya akan menjadi pelepasan (Saverin, 2007:363).

II.2 Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Massa

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Secara etimologis atau menurut asal katanya komunikasi atau

communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002:41).

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia . karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social communication.

(39)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia, dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi.

Secara paradigmatis, komunikasi adalahproses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pandapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004:4).

Menurut Harold D. Lasswel, bahwa cara terbaik untuk menjelaskan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what effect?.

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)

- Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu Effendy (2004: 10).

Adapun fungsi dari komunikasi (Effendy, 2004: 8), adalah sebagai berikut:

b. Menyampaikan informasi (to inform)

(40)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

d. Menghibur (to entertain)

e. Mempengaruhi (to influence)

Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change)

Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisai media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja, 2002:21).

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi

(41)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner(1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi -keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah- -keduanya disebut sebgai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah bioskop. (Ardianto, 2004:3).

Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi massa dalah sebuah proses dimana pesan – pesan yang diperoleh secara masal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.

Banyak definisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Melalui definisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi massa, yaitu :

1. Komunikator Terlembagakan.

Komunkator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan ntar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

2. Pesan Bersifat Umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

(42)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Komunikator tidak mengenal komunikasn (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikasn komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan.

Komunikasi massa itu ada keserempakandalam proses penyebaran pesan-pesannya.serempak disini berbarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

5. Komunikasi mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikasn pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.

7. Stimuli Alat Indra ”Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto 2004:7).

Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi (Savrin, 2007:4), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

(43)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas:

1. Fungsi Pengawasan

Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.

2. Fungsi Sosial Learning

Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat.

4. Fungsi Transformasi Budaya

Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.

5. Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan

(44)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Adapun efek komunikasi massa oleh Lavidge dan Steiner, 1961 terdiri atas enam langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut: kognitif, afektif, dan konatif.

Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala sesuatu,

afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif berhubungan dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu (Saverin, 2007:16).

II.3 Motif Penggunaan Media

Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.

Dari definisi tersebut, motif jika dihubungkan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan orang menggunakan media dan tujuannya menggunakan media tersebut. Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media ini berlaku untuk semua jenis media baik media cetak ataupun elektronik.

Keinginan dan kebutuhan masing-masing individu berbeda dari waktu kewaktu dan dari tempat ke tempat, sehingga motif juga berbeda-beda. Motif seseorang bisa bersifat tunggal, bisa juga bergabung. Misalnya motif seseorang

(45)

Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.

mendengarkan musik di radio adalah untuk menghibur diri (motif tunggal), namun dapat juga sekaligus sebagai pengisi waktu luang (motif bergabung). Melihat berbagai motif yang berbeda antara orang perorang, maka intensitas tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun berbeda sesuai dengan jenis motifnya.

Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya (Ardianto, 2004:87).

Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, istirahat. (2) motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasala dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik. (3) motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari (Uno, 2007:3).

Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk berpretasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu.

Dari segi taksonomi, motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa Latin, yang artinya bergerak. Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam

Gambar

Gambar 1.Model Teoritis
Tabel 2.  Jumlah
Tabel 3. Sampel penelitian =
Tabel 4  Usia  No Usia F % 1 <25 tahun 61 63.5 2 25-35 tahun 19 19.8 3 35-45 tahun 8 8.3 4 45-55 tahun 3 3.1 5 >55 tahun 5 5.2 Total 96 100.0 P1/FC.3

Referensi

Dokumen terkait

Populasi penelitian adalah mahasiswi Fakultas Sastra USU, Medan angkatan 2008. Angkatan 2008 merupakan angkatan yang paling sesuai sebagai populasi penelitian tersebut karena

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan instansi, butuh waktu untuk mencapai itu semua, begitu juga pada Madrasah Tsanawiyah

Secara parsial, faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah petani penyewa lahan adalah bibit, sedangkan umur, lama berusahatani, pupuk tidak

Dari 190 individu pohon sebanyak 101 jenis pohon, dimana terdapat 52 pohon pakan orangutan berdasarkan daftar tanaman pohon pakan orangutan Pusat Pengamatan Orangutan Bukit

[r]

Untuk bisa memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan user maka perpustakaan sebagai salah satu lembaga penyedia informasi harm memiliki visi yang jelas clan dapat

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI) BERBANTU MEDIA PHOTO STORY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII DI

The unattenuated gamma intensity was determined by making a linear fit function of the attenuated gamma intensity data.. From the calculation, It was found that the value