• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINDAK PIDANA CYBERBULLYING STUDI KASUS NOMOR 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINDAK PIDANA CYBERBULLYING STUDI KASUS NOMOR 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN. Skripsi"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

i

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Disusun Oleh: ARIF FADILAH NIM: 11140430000064

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021/1442

(2)

ii

ANALISIS TINDAK PIDANA CYBERBULLYING STUDI KASUS NOMOR 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh: Arif Fadilah NIM:11140430000064

Pembimbing I Pembimbing II

Mustolih Siradj, SH.I, MH, CLA Faris Satria Alam, M.H

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021/1442

(3)
(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Arif Fadilah

Tempat/tanggal lahir : Cirebon, 21 November 1995

NIM : 11140430000064

Program Studi : Perbandingan Madzhab Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 (satu) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 13 Desember 2020 Penulis

(5)

v

CYBERBULLYING STUDI KASUS NOMOR 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN.

Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2020 M. Permasalahan yang di bahas dalam skirpsi ini adalah terkait dengan pandangan hukum positif dan hukum islam tentang tindak pidana cyberbullying dengan studi kasus Kasus Nomor 471/Pid.Sus/2013/Pn.Slmn. didalamnya penulis ingin mengulik yang nantinya akan menjadi pengetahuan baru khususnya untuk penulis dan pada umumnya untuk seluruh pembaca terkait dengan hukum tindak pidana cyberbullying dari aspek hukum positif maupun hukum islam.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian library reaserch yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan undang-undang, pendekatan kasus, dan pendekatan konseptual. Setelah data diperoleh, penulis menganalisa keseluruhan data terhadap objek kajian yaitu Putusan Nomor 471/Pid.Sus/2013/Pn.Slmn. Oleh karena itu penulisan skripsi ini bersifat deskriptif yakni penelitian yang menjelaskan permasalahan yang ada secara sistematis, faktual dan actual mengenai faktor-faktor, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tindak pidana cyberbullying menurut perspektif hukum Islam ini termasuk kedalam Namimah (adu domba) dan Fitnah, yang dimaksudkan dengan adu domba dan fitnah yaitu jika ada seseorang yang menuliskan komentar kurang baik di media sosial dapat menimbulkan kesalahpahaman antara dua orang atau lebih. Sehingga memicu keributan yang berujung saling mencaci maki. Sedangkan menurut hukum positif cyberbullying yaitu tindakan seseorang yang dilakukan untuk menyakiti, menghina, mempermalukan orang lain secara disengaja dan berulang kali melalui media massa yang juga sudah jelas diatur dalam pasal 45 Ayat (1) Jo Pasal 27 Ayat (3)

(6)

Undang-vi

Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan melihat dua unsur untuk pembuktianya yaitu unsur setiap orang yang merujuk kepada putusan Mahkamah Agung RI Nomor :1398 K/Pid/1994 tanggal 30 juni 1995 dan dengan Dengan sengaja dan Tanpa Hak Mendistribusikan dan/atau Mentransmisikan dan/atau Membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUUVI/2008 serta menggunakan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 serta pasal-pasal dari perundang-undangan lainnya yang bersangkutan

Kata Kunci : Cyberbullying, Analisis Putusan Pembimbing : Mustolih Siradj, SH.I, MH, CLA

(7)

vii

melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam kita akan selalu curah dan limpahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah hingga zaman terang benderang dan juga yang telah membawa risalah kebenaran untuk semua umat khususnya umat Islam.

Skripsi ini berjudul “Analisis Terhadap Putusan Tindak Pidana Cyberbullying Studi Kasus Nomor 471/Pid.Sus/2013/Pn.Slmn. Disusun sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan program strata 1 (satu) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat keilmuan khususnya di Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Perbandingan Madzhab.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sedalam- dalamnya atas bimbingan, masukan, saran serta dukungan baik secara moril maupun secara materil kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MA., M.H. selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Siti Hanna, M.A. selaku Ketua Program Studi Perbandingan Madzhab Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Hidayatulloh, M.H. selaku Sekertaris Program Studi Perbandingan Madzhab Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Mustolih Siradj, SH.I, MH, CLA selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi yang telah memberi banyak masukan dan arahan serta meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan ketika penulis meminta bimbingan.

(8)

viii

yang telah memberi banyak masukan dan arahan serta meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan ketika penulis meminta bimbingan dan yang sering direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan penulis.

6. Tidak lupa juga kepada seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucakan terimakasih dan permohonan maaf ketika penulis melakukan tindakan yang merepotkan.

7. Terkhusus kepada kedua orang tua penulis yang paling saya banggakan Bapak Kaeruddin dan Ibu Fachiroh yang selalu memberi dukungan, semangat, motivasi serta doa yang tidak ada hentinya selama penulis menempuh perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah SWT selalu senantiasa memberikan umur yang panjang, selalu diberikan kesehatan dan tentunya selalu diberikan rizki yang halalan thoyiban, Aamiin.

8. Kepada semua keluarga an-naimy khususnya adik penulis aprilia arista yang selalu memberi dukungan moril dan selalu memberi doa yang terbaik untuk penulis, yang selalu mensupport ketika penulis jatuh, yang selalu memberi semangat dan seluruh energi positifnya kepada penulis. Penulis juga berterimakasih kepada syifa dzihni hafidzah yang selalu cerewet mengajarkan arti komitmen dan target hidup.

9. Kepada Sahabat satu Angkatan satu jiwa dari semua jurusan dan kampus seluruh dunia, saya berterimakasih karena kalian yang khususnya lulus tepat waktu itu menjadi pecutan semangat untuk penulis sampai tulisan skripsi ini selesai.

10. Terkhusus seluruh Sahabat-sahabat Jurusan Perbandingan Madzhab dan sahabat Fakultas Syariah dan Hukum pada umumnya. Terimakasih telah sama-sama saling memberi dukungan dan motivasi serta saling membantu dan memberikan doa kepada penulis.

11. Kepada Ang dan Yayu seluruh Anggota Himpunan Mahasiswa Cirebon Jakarta Raya (HIMA-CITA) , Forsilawan dan Forsilawati seluruh Anggota Forum Silaturrahim Buntet Pesantren Cirebon (FORSILA BPC) Jakarta Raya,

(9)

ix

kesuksesan kita masing- masing kelak. Aamiin.

12. Kepada Sahabat dan Sahabati seluruh anggota, kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum (Komfaksyahum) terimaksih telah menjadi wadah berproses penulis selama dibangku perkuliahan dan mengajarkan penulis untuk menjadi insan yang selalu berfikir, tidak lupa berdzikir dan selalu berbuat amal shaleh

13. Terkhusus Sahabat Dede Ihsanuddin, Ishak, Faqih Zuhdi Rahman, Rahmat Nurhidayat, Moh. Dailami, Khumaeroh, Yayah Rodiah, Faris Hilmawan, Khoirul Muna, Murhadi, Haikal Munzami dan jajaran pengurus PMII Komfaksyahum 2017-2018 semoga kita bertemu pada puncak suksesnya masing-masing dan tentunya bukan di sukamiskin.

14. Penulis juga sampaikan banyak terimakasih kepada seluruh jajaran BPH PC PMII Ciputat yang mengajarkan banyak tentang kedewasaan berpikir dan bertindak, sahabat Ramdhan, Nurman Maulana Yusuf, Buldan Ramadhan, Deni Perdana Aji, Lutfi Ramadhan, Ahmad Safaruddin, Fitra Anggun Setiawan, Alif Nur Ihsan terkhusus sahabat-sahabat di bidang kaderisasi, terimakasih sudah mau berbagi ilmu, tenaga dan pikirannya.

15. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada sahabat senior PMII Komfaksyahum, sahabat Wahiduddin Adams (Hakim Mahkamah Konstitusi RI beserta istri ibu Titin yang selalu mengingatkan untuk percepatan dalam menitih karir, sahabat Ngasiman Djoyonegoro yang selalu menyinggung soal kelulusan, begitu juga dengan sahabat Fathuddin Kalimas, Sahabat Ghofur, sahabat Mahfudz, sahabati Miranda dan sahabat senior yang lain.

16. Terahir, terimaksih juga kepada seluruh pihak-pihak yang turut membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(10)

x

Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin. Besar harapan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, Aamiin. Sekian dan terimakasih.

Jakarta, 13 Desember 2020 Penulis

(11)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi, batasan, dan rumusan masalah ... 6

C. Tujuan dan manfaat penelitian ... 7

D. Revieu dan studi terdahulu ... 7

E. Metode penelitian dan Teknik penulisan ... 8

F. Sistematika pembahasan ... 10

BAB II: TINJAUAN UMUM KEJAHATAN CYBERBULLYING ... 12

A. Kerangka teori ... 12

B. Tindak kejahatan didunia maya (Cybercrime) ... 14

1. Pengertian Tindak Kejahatan di Dunia Maya ... 14

2. Bentuk-bentuk Tindak Kejahatan di Dunia Maya ... 17

C. Tindak Kejahatan Cyberbullying ... 21

1. Pengertian Cyberbullying ... 21

2. Faktor-Faktor Penyebab ... 24

3. Pencegahan Cyberbullying... 26

(12)

xii

BAB III: TINDAK KEJAHATAN CYBERBULLYING

MENURUT PERUNDANGAN DAN HUKUM ISLAM ... 35

A. Cyberbullying dalam Perspektif Peraturan Perundang-Undangan ... 35

B. Cyberbullying dalam Perspektif Hukum Islam ... 41

BAB IV: ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PUTUSAN NOMOR 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN ... 47

A. Analisis Cyberbullying dalam Perspektif Peraturan Perundang-undangan ... 47

B. Analisis Cyberbullying dalam Perspektif Hukum Islam ... 49

C. Dalil tentang larangan melakukan ghibah, fitnah, namimah (adu domba), dan penyebaran permusuhan ... 51

D. Analisis putusan Nomor: 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN ... 54

BAB V : PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Rekomendasi ... 63

(13)

1

Masyarakat Indonesia merupakan pengguna Internet terbesar di Asia Tenggara. setiap harinya, sekitar 40 juta jiwa masyarakat Indonesia menjadi pengguna aktif internet. Hal ini tentu didukung dengan jaringan internet yang semakin hari semakin berkembang teknologi tersebut.1

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Kementrian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan UNICEF pada tahun 2011 hingga 2013 yang dirilis Februari 2014, menyatakan sebagian besar remaja di Indonesia telah menjadi korban cyberbullying. Studi ini menyatakan bahwa 400 anak dan remaja di rentang usia 10 hingga 19 tahun. hal ini mengungkap bahwa sembilan dari sepuluh siswa atau 89 persen responden berkomunikasi secara online dengan teman-temannya, 56 persen berkomunikasi online dengan keluarganya, 25 persen berkomunikasi online dengan gurunya. Sebanyak 13 persen responden mengaku menjadi korban

cyberbullying dengan bentuk hinaan dan ancaman.2

Perkembangan teknologi informasi di era digital seharusnya dapat membantu manusia dalam kehidupan bermasyarakat, banyak diantaranya digunakan untuk membuat, menyimpan hingga menyebarluaskan informasi, dengan begitu masyarakat dapat memanfaatkan teknologi informasi ini untuk banyak hal, seperti berinteraksi dengan yang lainnya. Namun, tidak jarang masyarakat kurang tepat dalam memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang. Arus informasi yang sudah tidak terbendung, tidak jarang berdampak kepada peredaran informasi yang tidak valid, baik infomasi yang bersifat positif maupun informasi yang bersifat negatif.

1Atwar Bajari dan S. Sahala Tua Saragih, Komunikasi Kontekstual; Teori dan Praktik Komunikasi Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2015), h.467.

2Machsun Rifauddin, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, Vol. 4, No. 1, 2016, h.39

(14)

2

Kebutuhan masyarakat akan jaringan komputer dibutuhkan oleh setiap individu kapanpun dan dimanapun. Berkembangnya alat komunikasi juga berdampak kepada konektifitas antar individu dan juga menumbuhkan berbagai bentuk teknologi baru untuk membuka ruang-ruang baru bagi pasar investor guna selalu mengembangkan teknologi komputer dan gadget.

Teknologi internet selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif, teknologi internet dapat menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Kejahatan-kejahatan baru bermunculan seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan internet. Kejahatan internet tersebut dikenal dengan cybercrime atau kejahatan melalui jaringan intenet. Hal ini mengancam siapapun dengan resiko tertangkap yang sangat minim oleh individu maupun kelompok dengan akibat kerugian yang lebih besar, baik untuk masyarakat maupun negara3

Kenyataan objektif tersebut yang mengharuskan pemerintah segera mencari cara bagaimana cara menanggulangi masalah cyberbullying (perundungan di dunia maya). Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, tindak pidana cyberbullying bisa diancam dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun. Pada kenyataanya setelah diberlakunya undang-undang ini, tindak pidana cyberbullying tampaknya masih belum dapat ditekan dan diselesaikan secara maksimal, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, dan ini merupakan tugas serta tanggung jawab semua pihak untuk mengatasinya. Terhadap tindak pidana

cyberbullying, terlihat dari sanksi hukum atau instrumen hukum yang sangat lemah,

pidana penjaranya hanya 4 (empat) tahun, tapi dampak yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut sangatlah merugikan. Maka dengan kondisi demikian, kasus

cyberbullyingdi Indonesia sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Selain itu, yang sangat memprihatinkan bahwa penanganan terhadap kasus

cyberbullying tidak sepenuhnya di proses secara tuntas, dari sejumlah kasus yang

terjadi, hanya sedikit yang sampai ke pengadilan. Hal itu terjadi karena kurangnya

3 Mardani, Bunga Rampai Hukum Aktual, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 91.

Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law; Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung: Refika Aditama, 2009),h.8.

(15)

peran dari pemerintah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa

cyberbullying tergolong kedalam sebuah tindak pidana yang jelas pengaturan

hukumnnya. Terkait hal perlakuan penanggulangan kejahatan, penegak hukum lebih cepat menangani kasus-kasus kejahatan yang menimbulkan korban secara nyata seperti pembunuhan. Reaksi dari masyarakat sangat cepat di proses oleh penegak hukum. Hal ini berbanding terbalik dengan kasus-kasus kejahatan yang terjadi didunia maya.

Indonesia sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi hak kebebasan berpendapat sesuai dengan pasal 1 dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1998 tentang kemerdekan menyampaikan pendapat dimuka umum yang menyatakan bahwa Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikirandengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Meskipun kebebasan berpendapat masuk dalam kategori hak dasar yang penting, hak ini adalah hak yang dapat dibatasi. Oleh karena itu, dalam setiap sistem HAM (Hak Asasi Manusia) internasional maupun nasional telah diakui jika kemerdekaan berpendapat hanya bisa dibatasi dengan pembatasan yang sangat terbatas dan harus dibuat dengan hati-hati serta harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.4 Maka dapat kita pahami bahwa menyampaikan pendapat di muka umum tentu harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Secara umum yang dimaskud kejahatan komputer atau kejahatan di dunia

cyber adalah upaya memasuki dan atau menggunakan fasilitaskomputer atau

jaringan komputer tanpa ijin dan dengan melawan hukum, atau tanpa menyebabkan perubahan dan atau kerusakan padafasilitas komputer yang dimasuki atau digunakan tersebut5.

4 Anggara, et al., Menimbang Ulang Pasal 27 ayat (3) UU ITE dalam Putusan Pengadilan: Pertimbangan Putusan Pengadilan Terkait Penggunaan Pasal 27 ayat (3) UU No 11 Tahun 2008tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di Indonesia, (Jakarta: Iinstitute for Criminal Justice Reform, 2016). h.4.

5Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law; Aspek Hukum Teknologi Informasi,(Bandung: Refika Aditama, 2009), h.8.

(16)

4

Kejahatan siber atau dikenal dengan sebutan cybercrime sesungguhnya merupakan dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang tidak diimbangi dengan pemahaman masyarakat terhadap penggunaannya. Sehingga kejahatan tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan masyarakat, atau dengan kata lain sesungguhnya masyrakatlah yang menyebabkan terjadinya suatu kejahatan6

Perkembangan teknologi informasi membawa pengaruh terhadap muculnyabentuk kejahatan yang sifatnya baru, seperticyberbullying, sebagai salah satu bentuk bullying, aksi kejahatan ini harusditanggapi dan dicegah. Fenomena

cyberbullyingmerupakan fenomenayang marak terjadi di berbagai negara termasuk

Indonesia.

Cyberbullying merupakan perluasan dari bullying, bullying yaitu kekerasan

fisik maupun mental yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang pada seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga korban merasa teraniaya7

Bullying dapat terjadi di mana saja dan di berbagai ranah kehidupan, sosial, politik,

budaya, olah raga, pendidikan, dan keluarga.

Cyberbullying sebenarnya tidak lain dari perilaku yang diidentifikasian

sebagai bully yang berarti menggangu, menggertak, menghina dan tindakan pelecehan melalui dunia internet.

Cyberbullyingmerupakan istilah yang ditambahkan ke dalam kamus OED

(Oxford English Dictionary) pada tahun 2010. Istilah ini merujuk kepada penggunaan teknologi informasi untuk menggertak orang dengan mengirim atau memposting teks yang bersifat mengintimidasi atau mengancam. OED menunjukkan penggunan pertama dari istilah ini di Canberra pada tahun 1998, tetapi istilah ini sudah ada pada sebelumnya di Artikel New York Times 1995.8

6Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), 251.

7Yesmil Anwar, Saat Menuai Kejahatan; Sebuah Pendekatan Sosiokultural Kriminologi,

Hukum dan HAM, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h.89.

8Machsun Rifaudin, “Fenomena Cyberbullying pada Remaja (Studi Analisis Media Sosial

Facebook”, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, 4, (2016), h.38.

(17)

Cyberbullying is the use of technology to intimidate, victimize, or bully an individual or group. yaitu penggunaan teknologiuntuk mengintimidasi, menjadikan

korban, atau menggangu individuatau sekelompok orang.9

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa cyberbulying adalah intimidasi, pelecehan atau perlakuan kasar secara verbal yangdilakukan di dunia maya. Tekanan atau intimidasi baik secara fisik atauverbal dapat menimbulkan depresi.

Cyberbullying akhir-akhir ini menjadi salah satu masalah terbesar yang

dihadapi oleh masyarakat, baik remaja maupun orang dewasa.Dalam kasuscyberbullying, intimidasi yang terjadi melalui dunia maya terbagi menjadi dua, yaitu intimidasi psikologis yang menimbulkan trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan, atau stress, serta intimidasi verbal yang terdeteksi karena tertangkap oleh indera pendengaran, penglihatan, seperti memaki, menghina, menjuluki, mengolok, mempermalukan di depan umum, menuduh, menyebar gosip dan memfitnah.

Beberapa faktor penyebab terjadinya cyberbullying adalah pemahaman yang minim akan media sosial, disharmonisasi hubungan di lingkungan sekolah, kurangnya pengawasan keluarga di rumah, rendahnya mindset dan self

defence pada diri serta bebasnya media sosial. Rendahnya percaya diri dan tidak

ditanamkannya sikap self defence atau membela diri untuk melakukan perlawanan jika mendapatkan kejadian bullying tersebut sangat mudah mengakibatkan terjadinya intimidasi.

Salah satu diantara kasus tindak pidana Cyberbullying terjadi di daerah Sleman Jogjakarta, dengan melakukan bullying di akun sosial medianya dengan cara pencemaran nama baik, dalam hal ini pemerintah bertindak tegas dengan pemberian Hukuman penjara dan denda bagi pelaku.

Menurut penulis langkah seperti ini yang seharusnya di tindak secara tegas agar tidak ada lagi kejadian berikutnya, selain itu juga pemerintah juga harus memperhatikan korban tindak pidana Cyberbullying dengan memberikan perlindungan, melihat dampak yang di timbulkan perilaku cyberbullying. sebagian

9Fathur Rahman, “Analisis Meningkatnya Kejahatan Cyberbullying dan Hatespeech

(18)

6

masyarakat, khususnya remaja yang pernah menjadi korban cyberbullying begitu trauma terhadap prilaku cyberbullying sehingga tidak menutup kemungkinan pelaku cyberbullying akan mengulangi tindakan tersebut dimasa yang akan datang, penulis sangat memahami keadaan psikologis korban cyberbullying sehingga penulis akan mengembangkan persoalan ini dalam karya ilmiah.

Namun terlepas dari tidak adanya payung hukum yang mengatur secara rinci tindakan cyberbullying untuk korban. Tidak seperti kasus terorisme, kejahatan ham luar biasa, dimana korbannya diberikan kompensasi oleh negara. korban

cyberbullying tidak demikian. Hanya saja dalam Hukum Islam diatur semua

kejahatan yang merugikan pribadi atau kelompok dikenakan hukuman untuk membayar diyat, sehingga penulis akan mengkomparasikan perlindungan korban

cyberbullying dari kacamata Hukum Positif dan Hukum Islam yang berjudul :“

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING STUDI KASUS NOMOR 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan masalah

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas beberapa masalah yang dapat di identifikasikan :

a. Apa yang dimaksud cyberbullying?

b. Bagaiamana Peraturan Perundang-Undangan memandang cyberbullying? c. Bagaiamana Hukum Islam memandang cyberbullying?

d. Bagaimana perbandingan Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan menyikapi Kejahatan Tindak Pidana cyberbullying ?

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam skripsi ini berdasarkan pada hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan terhadap Putusan Tindak Pidana Cyberbullying NOMOR 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :

(19)

a. Bagaimana Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan memandang tindak Pidana cyberbullying.

b. Bagaimana perbandingan Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan menyikapi Kejahatan Tindak Pidana cyberbullying

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan, yaitu:

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang tindak pidana cyberbullying perspektif Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan

b. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undagan terhadap tindak pidana cyberbullying 2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademik, penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami tindak pidana Cyberbullying di dalam kajian Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan Kemudian menambah literatur perpustakaan khususnya dalam bidang perbandingan madzhab dan hukum dan pada pembaca umumnya.

b. Manfaat Praktis. Diharapkan hasil penelitian ini bias memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang status hukum Tindak Pidana

Cyberbullying dan dikaji dalam Hukum Islam dan Peraturan

Perundang-Undangan

D. Review studi terdahulu

No. Nama Penulis/Judul/Tahun Substansi Pembeda

1.

Indah Setyawati, Pengaruh

Cyberbullying dimedia sosial

askfm terhadap gangguan emosi remaja, Fakultas ilmu sosial dan politik Universitas Lampung, 2016

Skripsi ini

menjelaskan bahwa

cyberbullying

menurut Hukum

Positif dan hanya membahas penegakan

Skripsi yang penulis bahashanya

menjelaskan

tentang penegakan hukum terhadap pelaku

(20)

8

hukum terhadap

pelaku.

2.

Indah Dwi Cahya Izzati, Hubungan antara persepsi terhadap peran orang tua dengan perilaku cyberbullying pada remaja, fakultas ilmu sosial dan humaniora UIN Jogjakarta, 2017

Skripsi ini membahas peranan orang tua terhadap remaja dalam prilaku cyberbullying

Skripsi yang penulis

bahas hanya

berkaitan dengan peranan individu orang tua denga remaja

3

Widiawati Mp, Cyberbullying di media sosial youtube (analisi interaksi sosial laurentiusrando terhadap haters) fakultas dakwah dan komunikasi UIN Alaudin Makasar, 2016

Skripsi ini membahas kejahatan haters terhadap pengguna media sosial yang menitik beratkan terhadap pelaku

cyberbullying

Skripsi yang penulis

bahas hanya

berkaitan dengan pengguna media sosial dengan haters

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Untuk mencapai sebuah tujuan dari skripsi ini, penulis menggunakan beberapa tahapan dalam pembahasannya. Adapun pembahasan tersebut adalah: 1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini merupakan penulisan yang menitik beratkan pada penelitian kepustakaan (Library Research). Oleh karena itu penulisan skripsi ini bersifat deskriptif yakni penelitian yang menjelaskan permasalahan yang ada secara sistematis, faktual dan actual mengenai faktor-faktor, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.10

Adapun pada penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan,11 antara lain:

10Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.35 11Peter Mahmud Marzuki, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2008), h.133

(21)

a. Pendekatan Undang-undang, adalah pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi. Suatu keputusan yang diterbitkan oleh pejabat administrasi yang bersifat konkret dan khusus, misalnya keputusan presiden, keputusan mentri, keputusan bupati, dan keputusan suatu bahan tertentu.

b. Pendekatan perbandingan, yaitu dengan dilalukannya studi perbandingan hukum yang bertujuan untuk mendapat informasi dan perbandingan hukum terapan yang mempunyai sasatan tertentu.

c. Pendakatan Konseptual, yakni suatu pendekatan yang beranjak dari pandangan ahli hukum. Pemahaman akan pandangan-pandangan ini akan menjadi sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan suatu masalah.

2. Data Penelitian

Adapun data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah : a. Bahan Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.

b. Bahan Sekunder

Adapun bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.12 Dan juga meliputi buku-buku, artikel-artikel, majalah-majalah dan literature-literatur lainnya yang ada kaitannya dengan pokok masalah yang diangkat penulis pada skripsi ini.

(22)

10

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah Studi Kepustakaan yakni dengan cara mengumpulkan, mengutip dan memperoleh landasan teoritis berupa konsep dari buku-buku, artikel-artikel maupun sumber lainnya yang terkait dengan pokok bahasan yang diangkat penulis.13

4. Analisis Data

Seluruh data yang penulis peroleh dari kepustakaan, setelah itu penulis melakukan klasifikasi data. Setelah diklasifikasi lalu dianalisis dengan menggunakan penafsiran hukum, penalaran hukum dan argumentasi rasional.14

5. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”.:

F. Sistematika pembahasan

Sebagaimana layaknya satu karya ilmiah hasil penelitian dalam bentuk skripsi maka uraian skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam bentuk skripsi,oleh karena itu penulis memulai uraian ini dengan menjelaskan latar belakang masalah mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi, pembatasan dan perumusahan masalah. Di samping itu, tentu saja penulis juga menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian, serta menentukan metode apa yang digunakan untuk penelitian. Uraian ini ditempatkan pada BAB I dengan judul pendahuluan. Selanjutnya untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca tentang tindak pidana cyberbullying maka penulis memaparkan hal-hal yang bersifat umum berkaitan dengan pengertian cyberbullying, sanksi, dasar hukum dan jenis kejahatan cyberbullying. Uraian ini dimaksudkan sebagai pintu gerbang bagi pembaca untuk memahami konsep-konsep dasar tentang

13Tommy H. P, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2007), h.28. 14Tommy H. P, Metodologi Penelitian Hukum. h.29.

(23)

cyberbullying Uraian ini ditempatkan pada BAB II dengan Judul ANALISIS

TERHADAP PUTUSAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING STUDI KASUS NOMOR 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN

Sebagaimana halnya BAB II maka BAB III juga menguraikan hal-hal yang bersifat teoritis tentang konsep Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan terhadap kejahatan cyberbullying. Penulis menguraikan hal-hal yang bersifat umum secara terperinci.

Kemudian pada BAB IV penulis melakukan analisis terhadap Putusan KASUS NOMOR 471/PID.SUS/2013/PN.SLMN persepektif Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan .BAB ini merupakan BAB inti dari uraian skripsi dan di sini dikemukakan berbagai sudut pandang berkaitan dengan hal ini.

Sebagai bagian akhir dari skripsi ini adalah penutup. Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang sudah ada sekarang ini.

(24)

12 BAB II

TINJAUAN UMUM KEJAHATAN CYBERBULLYING

A. Teori Tiga Nilai Hukum Gustav Radbruch

Gustav Radbruch memulai dengan pandangan bahwa masyarakat dan ketertiban memiliki hubungan yang sangat erat, bahkan dikatakan sebagai dua sisi mata uang, hal ini menunjukkan bahwa setiap komunitas (masyarakat) di dalamnya membutuhkan adanya ketertiban. Untuk mewujudkan ketertiban ini maka dalam masyarakat selalu terdapat beberapa norma seperti kebiasaan, kesusilaan dan hukum15.

Gustav Radbruch yang mengkombinasikan ketiga pandangan klasik (filsufis, normatif dan empiris) menjadi satu pendekatan dengan masing-masing pendekatan dijadikan sebagai unsur pokok dan menjadi dasar pendekatan hukum “ala” Radbruch yang kemudian dikenal sebagai tiga nilai dasar hukum yang meliputi; keadilan (filosofis), kepastian hukum (juridis) dan kemanfaatan bagi masyarakat (sosiologis).16

Perbedaan antara ketiga norma di dalam masyarakat tersebut dimana kebiasaan lebih berorientasi pada perbuatan perbuatan yang memang lazim dilakukan sehari-hari menjadi norma, dan menurut Radbruch tatanan kebiasaan ini tidak sesuai dengan hukum atau kesusilaan. Kebiasaan lebih menggambarkan posisi kebalikan dari kesusilaan, kalau kebiasaan mutlak berpegangan pada kenyataan tingkah laku orang, maka kesusilaan justru berpegang pada ideal yang masih harus diwujudkan dalam masyarakat. Untuk itu tolok ukur penilaian terhadap tindakan yang diterima atau ditolak didasarkan pada idealisme manusia yakni insan kamil atau manusia sempurna. Norma hukum lebih berorientasi pada dunia ideal (kesusilaan) dan kenyataan (kebiasaan), dengan demikian maka untuk memenuhi unsur ideal, hukum harus mengakomodir nilai filosofis dan guna memenuhi tuntutan kenyataan hukum harus memasukkan unsur sosiologis dan dalam

15 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1996, h.13

16 M. Muslih, Negara Hukum Indonesia Dalam Perspektif Teori Hukum Gustav Radbruch (Tiga Nilai Dasar Hukum) Legalitas Edisi Juni 2013 Volume IV Nomor 1. h.143

(25)

perkembangannya masyarakat tidak hanya meginginkan keadilan (idealisme) dan kepentingan kepentingannya dilayani oleh hukum (sosiologis), akan tetapi masyarakat masih membutuhkan adanya peraturan-peraturan yang menjamin kepastian dalam hubungan mereka satu sama lain.17

Pasal 18B (2) UUD 1945 menjelaskan bahwa:

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang.”

Dengan adanya peraturan ini menampakkan kehendak yang lebih serius akan kehendak negara untuk mengakomodir hukum adat. Hal ini berarti ada spirit yang sama dengan pengakuan aspek sosiologis dalam pemikiran Radbruch. Aspek sosiologis yang dikemukakan oleh Radbruch sejatinya merupakan bentuk akomodasi dari pendekatan hukum oleh kaum “legal empiris” yang memfokuskan kajianya dengan memandang hukum sebagai seperangkat reality, action dan

behavior.

Pasal 24 Ayat (1) UUD 1945 berisi tentang misi dari lembaga peradilan adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan oleh peradilan di Indoneisia (Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi) bukan sekedar menegakkan hukum, akan tetapi juga mewujudkan keadilan, dijelaskan bahwa:

“Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan” Konsep positivisme hukum yang hanya berorientasi pada kepastian hukum yang dalam konteks pasal 24 ini menggunakan istilah menegakkan hukum, maka pasal dimaksud boleh jadi mengadopsi konsepsi tiga nilai dasar yang meletakkan “keadilan” sebagai unsur pokok bahkan dianggap sebagai “ruh” yang harus ada dalam hukum di Indonesia.

Pasal 28D (2) UUD 1945 hasil amandemen memberikan pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta jaminan perlakuan yang

17 M. Muslih, Negara Hukum Indonesia Dalam Perspektif Teori Hukum Gustav Radbruch (Tiga Nilai Dasar Hukum) Legalitas Edisi Juni 2013 Volume IV Nomor 1.h.143

(26)

14

sama di hadapan hukum bagi setiap orang. Pasal ini merupakan menifestasi dari ajaran bahwa setiap hukum harus memberikan kepastian hukum sebagaimana diajarkan oleh paham posistivisme hukum. Kata-kata berikutnya adalah “serta jaminan perlakuan yang sama di hadapan hukum bagi setiap orang”. Kalimat tersebut mengandung pesan dari ajaran the rule of law tepatnya unsur kedua, yakni;

Equality before the law dimana prinsip ini mengajarkan bahwa kesamaan bagi

kedudukan di depan hukum untuk semua warga negara, baik selaku pribadi maupun statusya sebagai pejabat negara.

Uraian di atas menjelaskan bahwa rumusan pasal 18B (2), 24 (1), 28D (2) dan pasal 28H (2) UUD 1945 hasil amandemen secara substansial terinspirasi dari ajaran Gustav Radbruch, atau setidak-tidaknya memiliki spirit yang sama di antara keduanya.18

Realisasi konsep Gustav Radbruch tentang tiga nilai dasar hukum yang meliputi, aspek keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum ini sudah barang tentu berpotensi menimbulkan ketegangan di antara masing-masing aspek. Ada kalanya keadilan bertentangan dengan manfaat, atau lain kali keadilan bertentangan dengan kepastian hukum juga dimungkinkan adanya ketegangan antara manfaat dengan keadilan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut Gustav radbruch memberikan jalan keluar melalui ajaran prioritas baku, dengan memberikan patokan dalam memutus suatu perkara, dimana prioritas pertama keadilan, kedua manfaat dan ketiga kepastian hukum.

B. Tindak Kejahatan di Dunia Maya (Cybercrime)

1. Pengertian Tindak Kejahatan di Dunia Maya

Tindak kejahatan merupakan delik hukum yang senantiasa melekat pada setiap bentuk masyarakat, selain itu juga tindak kejahatan adalah salah satu bentuk dari prilaku menyimpang yang terjadi di dalam setiap individu atau kelompok masyarakat. Perilaku menyimpang menjadi anncaman yang nyata terhadap norma-norma sosial yang berjalan di masyarakat, diantara akibatnya adalah perilaku menyimpang dapat menimbulkan ketegangan setiap individu atau kelompok sosial,

18 M. Muslih, Negara Hukum Indonesia Dalam Perspektif Teori Hukum Gustav Radbruch (Tiga Nilai Dasar Hukum) Legalitas Edisi Juni 2013 Volume IV Nomor 1. h.149

(27)

dalam penanggulangannya di perlukan berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan. Kejahatan akan terus berkembang mengiringi perkembangan individu dan kelompok sosial dipandang dari segi kualitas dan kuantitasnya.19

Kejahatan bukan bagian dari peristiwa hereditas (Bawaan sejak lahir atau warisan) juga bukan warisan biologis20. Tindak kejahatan dapat dilakukan oleh siapapun baik pria maupun wanita dengan melihat tingkat pendidikannya21 Dilihat

dari bentuknya kartono menyebutkan kejahatan dapat dilihat dari dua persepektif, yaitu:

a. Persepektif Yuridis

Kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentagan dengan moral kemanusiaan (immoril), dan melanggar hukum serta undang-undang pidana dalam ilmu hukum pidana biasa disebut dengan tindak pidana.22

b. Persepektif Sosiologis

Secara sosiologis, kejahatan adalah semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosila psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercakup dalam undang-undang pidana).23

Menurut Simandjuntak, kejahatan merupakan suatu tindakan immoral tindakan yang merugikan, dan menimbulkan kegoncangan dalam individu dan kelompok masyarakat.24

Sebelum mengurai cybercrime lebih dalam dan terperinci, akan dijelaskan perihal “induk” cybercrime merupakan cyberspace yang di pandang sebagai sebuah

19Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Nusa Media, 2010),

h.133.

20 Wirjono prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. (Bandung. Replika

Aditama, 2003).h 1

21 Muladi dan Barda Nawwawi Arief. Teori-teori dan kebijakan pidana. (Bandung. Alumni

1998). h.2

22 Roeslan Saleh. Perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. (Jakarta PT Aksara

Baru. 1983). h.13

23 Muladi dan Barda Nawwawi Arief. Teori-teori dan kebijakan pidana. (Bandung. Alumni

1998). h.4

(28)

16

dunia komunikasi berbasis komputer atau kita kenal dalam bahasa sehari-hari dengan intenet, dalam realitasnya cyberspace terbentuk melalui jaringan internet yang telah menghubungkan dunia berbasis protokol, hal ini berarti dalam sistem kerjanya dapat dikatakan bahwa cyberspace dapat mengubah jarak dan waktu tanpa ada batas. Dengan menggunakan jaringan internet kita bisa mengakses informasi sebanyak-banyaknya.25

Cybercrime adalah salah satu bentuk kejahatan baru yang mendapatkan

perhatian luas di dunia internasional, selain dampak positif yang bisa kita rasakan dalam kemjuan teknologi dalam satu sisi gelap dari kemajuan teknologi yang mempunyai dampak negatif sangat luas bagi seluruh bidang kehidupan modern saat ini. Ditegaskan bahwa cybercrime meliputi kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan sarana-sarana dari sistem atau jaringan komputer.26

Andi hamzah menjelaskan bahwa kejahatan komputer bukan sebagai kejahatan baru melainkan kejahatan biasa karena masih mungkin di selesaikan melalui dengan melihat KUHP berbeda dengan Forester dan Morisson yang mendifinisikan kejahatan komputer sebagai aksi kriminal dengan menggunakan komputer sebagai senjata utama.27

Seiring perkembangan teknologi informasi berupa jaringan internet, fokus dari identifikasi terhadap definisi cybercrime di perluas bukan lagi berkaitan dengan perangkat keras komputer melainkan aktivitas yang digunakan dinia maya melalui sistem informasi yang digunakan. Artinya bukan lagi hanya komponen

hardware saja yang dapat di kategorikan sebagai cybercrime lebih dari itu seluruh

sistem teknologi informasi yang dapat di jelajahi. Sehingga lebih tepat jika pemaknaan dari cybercrime adalah kejahatan teknologi informasi.

25Maskun, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, ( Jakarta: Kencana 2013), h.

48.

26Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum Pidana, (Jakarta: PT.Raja Grafindo,2002),

h. 251.

27Deris Setiawan, Sistem Keamanan Komputer, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo,

(29)

Sistem informasi merupakan sarana untuk penyampaian atau pertukaran informasi kepada pihak lainnya, Pada dasarnya cybercrime meliputi semua tindak pidana yang berkenaan dengan sistem informasi.28

2. Bentuk-bentuk Tindak Kejahatan di Dunia Maya

Dilihat dari jenis penggunaanya cybercrime dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:

a. Unauthorized Access

Adalah kejahatan yang dilakukan seseorang yang tanpa izin atau tanpa sepengetahuan masuk kedalam sistem jaringan komputer yang bukan miliknya.

b. Illegal Contents

Adalah kejahatan yang dilakukan dengan memberikan data informasi tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau menggangu ketertiban umum ke intenet atau bisa di katakan kebohongan informasi contohnya adalah menyebarkan berita bohong yang merugikan, menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain.

c. Sengaja menyebarkan virus

Adalah kejahatan yang dilakukan dengan mengirimkan virus melalui jaringan internet. Penyebaran virus biasanya dilakukan dengan menggunakan email.

d. Data Forgery

Adalah kejahatan pemalsuan data berupa dokumen penting yang ada dijaringan internet, biasanya kejahatan ini dilakukan untuk menyerang institusi lembaga yang memiliki situs berbasis web database.

e. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion

Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata - mata terhadap pihak lain, dengan cara masuk kedalam sistem jaringan komputer pihak sasaran berbeda dengan Cyber

Espionage, Sabotage and Extortion adalah kejahatan yang dilakukan

28Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) Urgensi Pengaturan Dan Celah Hukumnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.10.

(30)

18

dengan cara membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet.29

f. Cyberstalking

Merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan memanfaatkan komputer dan dilakukan seseorang dengan terus menerus, kejahatan ini menyerupai teror yang ditujukan seseorang melalui jaringan internet, hal ini terjadi karena kemudahan dalam pemembuatan email dengan alamat tertentu tanpa harus menyertakan identitas diri yang sebenarnya.

g. Carding

Adalah kejahatan internet mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan online.

h. Hacking dan Cracker

Istilah Hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Adapun mereka yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebut cracker. Boleh dibilang cracker ini sebenarnya adalah Hacker yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal - hal yang negatif. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang terakhir disebut sebagai DoS (Denial of Service). Dos attack merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang,crash) sehingga tidak dapat memberikan layanan.

29Dikdik M.Arief Mansur, Elisatris Gultom, Cyberlaw Aspek Hukum Dan Teknologi Informasi, (Bandung: PT.Refika Aditama 2005), h.9.

(31)

i. Cybersquatting and Typosquatting

Cybersquatting merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan ter sebut dengan harga yang lebih mahal. Adapun typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain. Nama tersebut merupakan nama domain saingan perusahaan.

j. Hijacking

Hijacking merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain. Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat lunak).

k. Cyber Terorism

Suatu tindakan Cyber crime termasuk Cyber Terorism jika mengancam pemerintah atau warganegara.30

Berdasarkan motif kegiatan yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan menjadi dua jenis sebagai berikut :

a. Cybercrime sebagai tindakan murni kriminal Kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal merupakan kejahatan yang dilakukan karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini adalah Carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet (webserver, mailing list) untuk menyebarkan material bajakan. Pengirim e-mail anonim yang berisi promosi (spamming) juga dapat dimasukkan dalam contoh kejahatan yang menggunakan internet sebagai sarana. Di beberapa negara maju, pelaku spamming dapat dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi.

30Ginanjar Sapto Hadi, Tindak Pidana Cyber Crime Dalam Perspektif Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, Skripsi, Univ. Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, 2012, h.22.

(32)

20

b. Cybercrime sebagai kejahatan ”abu-abu” Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah ”abu-abu”, cukup sulit menentukan apakah itu merupakan tindak kriminal atau bukan mengingat motif kegiatannya terkadang bukan untuk kejahatan. Salah satu contohnya adalah probing atau portscanning. Ini adalah sebutan untuk semacam tindakan pengintaian terhadap sistem milik orang lain dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk sistem operasi yang digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun tertutup, dan sebagainya.

Sedangkan berdasarkan sasaran kejahatan, cybercrime dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori seperti berikut ini :

a. Cybercrime yang menyerang individu (Against Person) Jenis kejahatan ini, sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Beberapa contoh kejahatan ini antara lain: Pornografi Kegiatan yang dilakukan dengan membuat, memasang, mendistribusikan, dan menyebarkan material yang berbau pornografi, cabul, serta mengekspos hal-hal yang tidak pantas. Cyberstalking Kegiatan yang dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan memanfaatkan komputer, misalnya dengan menggunakan e-mail yang dilakukan secara berulang-ulang seperti halnya teror di dunia cyber. Gangguan tersebut bisa saja berbau seksual, religius, dan lain sebagainya. Cyber-Tresspass Kegiatan yang dilakukan melanggar area privasi orang lain seperti misalnya Web Hacking. Breaking ke PC, Probing, Port Scanning dan lain sebagainya.

b. Cybercrime menyerang hak milik (Againts Property) Cybercrime yang dilakukan untuk menggangu atau menyerang hak milik orang lain. Beberapa contoh kejahatan jenis ini misalnya pengaksesan komputer secara tidak sah melalui dunia cyber, pemilikan informasi elektronik secara tidak sah/pencurian informasi, carding, cybersquating, hijacking,

(33)

data forgery dan segala kegiatan yang bersifat merugikan hak milik orang lain.

c. Cybercrime menyerang pemerintah (Againts Government) Cybercrime Againts Government dilakukan dengan tujuan khusus penyerangan terhadap pemerintah. Kegiatan tersebut misalnya cyber terorism sebagai tindakan yang mengancam pemerintah termasuk juga cracking ke situs resmi pemerintah atau situs militer.31

C. Tindak Kejahatan Cyberbullying

1. Pengertian Cyberbullying

Bullying merupakan suatu tindakan atau serangkaian aksi negatif yang mengahasilkan tindakan agresif dan manipulatif, dilakukan oleh satu atau lebih orang terhadap orang lain atau beberapa orang selama kurun waktu tertentu, bermuatan kekerasan, dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku biasanya mencuri-curi kesempatan dalam melakukan aksinya, dan bermaksud membuat orang lain merasa tidak nyaman/terganggu, sedangkan korban biasanya juga menyadari bahwa aksi ini akan berulang menimpa.32

Menurut Tattum menyatakan bullying sebagai berikut: “Bullying is the

willful, conscious desire to hurt another and put him/her under stress” yang artinya

intimidasi yang disengaja dan disengaja untuk menyakiti orang lain yang dimaksudkan untuk menggertak dan menganggu orang yang lebih lemah.33

The Nasional crime pribention council berpendapat bahwa cyberbullying merupakan proses menggunakan internet, telepon genggam atau perangkat lain untuk mengirim tulisan atau gambar yang di maksudkan untuk menyakiti dan mempermalukan orang lain34

31 Dodo zainal abidin,” Kejahatan Dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi”. Jurnal Ilmiah Media Processor Vol.10 No.2 Oktober 2015. h.509

32 Friandy J. Sengkey “Perspektif Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Intimidasi Melalui Media Sosial (Cyber Bullying)”. Lex Crimen Vol. VII/No. 8/Okt/2018.h.18

33Paresma Elvigro, Secangkir Kopi Bullying, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), h.3. 34 www.definitions.uslegal.com /cyberbullying. Dikutip dari legal memorandum oleh

Kevin ohammad Haikal, tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh keluarga bobby, Yoga sebagai ketua panitia Lockstook Festival yang meninggal dunia akibat cyberbullying, fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung,2014 h. 50.

(34)

22

Olweus & Limber mendefinisikan bullying adalah perilaku agresif seseorang yang disengaja kepada korban dilakukan secara berulang-ulang sehingga melibatkan ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan. Karena kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, korban mengalami kesulitan membela diri untuk melawan tindakan negatif yang diterima korban.35

Cyberbullying memilki dua arti kata yaitu “cyber” dan “bully”. Kata “cyber” merupakan singkatan dari “Cyberspace” merupakan sebuah ruang yang tidak dapat terlihat. Ruang ini tercipta ketika terjadi hubungan kom1unikasi yang dilakukan untuk menyebarkan suatu informasi, dimana jarak secara fisik tidak lagi menjadi halangan atau lebih familiar dengan nama “dunia maya”.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, bullying telah mengalami perluasan yang pada saat ini dikenal dengan istilah Cyberbullying. Secara umum Cyberbullying yaitu perlakuan kasar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, menggunakan bantuan alat elektronik yang dilakukan berulang dan terus menerus pada seseorang target yang kesulitan membela diri.36 Selain itu Cyberbullying juga dapat tindakan yang sama dengan tindakan bullying pada umumnya, yaitu mengintimidasi, mencemooh, atau menganggu oarang lain, namun dilakukan melalui internet atau dunia cyber. walaupun tidak terjadi secara langsung atau face-to-face, dengan begitu cyberbullying juga bisa memakan korban. Hujatan yang diterima seseorang melalui dunia maya bisa menganggu kondisi psikis seseorang.37

Cyberbullying atau kekerasan dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika

dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. ”Korban cyberbullying sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang”. Intimidasi secara fisik atau verbal pun menimbulkan depresi. Namun, ternyata korban cyberbullying mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi adapun

35Robin M. Kowalski, Cyber Bullying (Bullying In The Digital Age), (Inggris: Blackwell

Publishing, 2012).

36Yolanda Oktaviani, Perundungan Dunia Maya (Cyber Bullying) Menurut Undang-Undang RI No.19 Tahun 2016 Tentang Informasi Transaksi Elektronik Dan Hukum Islam, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, Univ.Raden Fattah 2017.

37El Chris Natalia, Remaja, Media Sosial, dan Cyber Bullying, Vol.5 , No.2 Desember

(35)

dampak cyberbullying untuk para korban tidak berhenti pada tahap depresi saja, melainkan sudah sampai pada tindakan yang lebih ekstrim yaitu bunuh diri.38

Kowalski, Limber, Agatston, dalam bukunya: cyberbullying: Bullying in the

digital age, mengatakan bahwa cyberbullying adalah bentuk intimidasi yang terjadi

melalui sarana teknologi, seperti jejaring sosial dan pesan instan, para ilmuwan berpendapat bahwa efek hampir selalu bencana.

Kurangnya pengetahuan perihal kejahatan cyber membuat banyaknya pelaku

cyberbullying. pelaku biasanya memilih untuk mengganggu orang lain yang

dianggap lebih lemah, tak suka melawan dan tak bisa membela diri. Pelakunya sendiri biasanya adalah anak-anak dan atau orang dewasa yang ingin berkuasa atau senang mendominasi, pelaku ini biasanya merasa lebih hebat, berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di kalangan teman-teman sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak atau remaja yang sering diejek dan dipermalukan karena penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka atau cara mereka bertingkah laku di sekolah. Namun bisa juga si korban cyberbullying justru adalah anak yang populer, pintar dan menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya yang menjadi pelaku.39

Cyberbullying yang berkepanjangan bisa mematikan rasa percaya diri korban,

membuat korban menjadi murung, khawatir, dan selalu merasa bersalah atau gagal karena tidak mampu mengatasi sendiri gangguan yang menimpanya. Bahkan ada pula korban cyberbullying yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tak tahan lagi diganggu. Korban cyberbullying akan mengalami stress yang bisa memicunya melakukan tindakan-tindakan rawan masalah seperti membolos,lari dari rumah, dan bahkan meminum-minuman keras atau menggunakan narkoba.40

Cyberbullying adalah bentuk bullying yang menggunakan alat-alat bantu

seperti:

38Flourensia Sapty Rahayu, Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Pengunaan Teknologi Informasi, Vol.8 , No.1 April 2012,h.23.

39Widyawati Mp, Cyberbullying Di Media Sosial Youtube (Analisis Interaksi Sosial Laurentius Rando Terhadap Haters),Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Univ.Makassar 2016, h.46-47.

(36)

24 a) Telepon Genggam b) Klip Gambar/Video c) E-mail d) Website e) Game Online41

Dari definisi-definisi diatas tentang cyberbullying, dapat disimpulkan bahwa

cyberbullying merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang terhadap seseorang melalui teks, gambar/foto, atau video yang cenderung merendahkan dan melecehkan42

2. Faktor-Faktor Penyebab

Adapun Faktor Penyebab cyberbullying yang dapat terjadi mulai dari lingkungan,Menurut Ariesto faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:

a. Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah yaitu orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying.

b. Sekolah

Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan

41Andri Priyatna, Let’s End Bullying:Memahami, Mencegah, dan Mengatasi Bullying,(Jakarta: Kompas Gramedia), h.32.

42 Abdul Sakbandkk. Tindakan Bullying di Media Sosial dan Pencegahannya. Jurnal Ilmu

(37)

masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

c. Faktor Kelompok Sebaya

Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

d. Kondisi lingkungan sosial

Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.

e. Tayangan televisi dan media cetak

Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).43 Dalam penelitian lain, korban cyberbullying cenderung memiliki harga diri yang lebih rendah diantara rekan sebayanya. Hal itu menjadikan dirinya mengalami kecemasan sosial dan cenderung mengindari kontak sosial sehingga mempengaruhi kemampuan mereka untuk membentuk suatu hubungan. Namun meskipun remaja yang menjadi target terbukti memiliki tingkat kecemasan sosial yang tinggi, ternyata pelaku

cyberbullying-lah yang memiliki tingkat kecemasan sosial yang paling

tinggi. Seorang anak biasanya menjadi target apabila mereka berbeda

43Ela Zain Zakiyah, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso, Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying, Vol. No.2, h.129-389.

(38)

26

dalam hal tertentu berdasarkan pendidikan, ras, berat badan yang berlebih, memiliki kecacatan atau yang sejenisnya, agama, dan lain-lain. Mereka juga cenderung sensitif, pasif, dan berasal dari keluarga yang penuh kasih dan saling perduli. Mereka dianggap ‘lemah’ oleh para pelaku

cyberbullying dan dengan mudah menjadi sasaran.

Tidak dipungkiri bahwa karakteristik kepribadian cukup memainkan peran dalam kecenderungan seseorang dalam melakukan tindakan

cyberbullying. Orang dengan harga diri yang tinggi cenderung sering

berperilaku agresif untuk membuktikan dirinya lebih berkuasa daripada yang lain. Salah satu cara mempertahankan kondisi tersebut adalah dengan melakukan tindakan cyberbullying.44

3. Pencegahan Cyberbullying

Pencegahan Perundungan Siber untuk Korban dan Pelaku Perundungan siber dapat terjadi kapan pun tanpa mengenal waktu. Semua bentuk perundungan siber selalu didistribusikan dengan cepat kepada khalayak. Dibandingkan dengan perundungan di dunia nyata, perundungan siber sulit dilacak karena adanya fasilitas anonim. Pihak yang memiliki otoritas seperti orangtua, guru, dan penegak hukum pun kesulitan dalam mengontrol dan melihat apa saja yang terjadi di dunia siber. Itu juga yang membuat perundungan siber sulit untuk diprediksi kapan akan terjadi dan berakhir. Untuk itu diperlukan berbagai strategi dalam mencegah perundungan siber bagi korban dan pelaku.

a. Pencegahan terhadap Korban

Perundungan siber merupakan fenomena gunung es karena korban cenderung enggan melaporkan kepada polisi karena rasa malu, khawatir akses internet dibatasi oleh orangtua, dan pemikiran bahwa melaporkan kepada pihak berwajib tidak akan menyelesaikan masalah. Padahal, polisi tidak dapat melakukan tindakan hukum jika korban tidak melaporkan perundungan siber yang menimpanya.

44Maulida Disa Pratiwi, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cyberbullying pada Remaja,

(39)

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah perundungan siber terjadi, yaitu: (i) jangan menerima permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal di media sosial dan orangorang yang terindikasi kerap melakukan perundungan baik di dunia nyata maupun siber, (ii) gunakan filter atau penyaring untuk surel, panggilan masuk di telepon genggam, dan sms, (iii) hindari mengunggah dan mengirimkan gambar tidak senonoh kepada siapapun di dunia siber, (iv) jangan menuliskan semua informasi diri di profil media sosial agar tidak terjadi pencurian identitas yang mengarah pada pembuatan akun palsu dari pihak yang tidak bertanggung jawab. (v) Jangan terpancing untuk memberikan respons pada apapun di media sosial yang mengarah pada pertengkaran daring dan posting-an yang bernada negatif, serta, (vi) jangan memberitahukan kata sandi media sosial yang dimiliki kepada siapa pun. Sangat perlu untuk mengganti kata sandi secara berkala untuk mengurangi risiko peretasan.45 b. Pencegahan terhadap pelaku

ICT Watch, organisasi pemerhati aktivitas internet di Indonesia, memberikan beberapa tips dalam menanggapi permasalahan perundungan siber (dalam Haryati, 2014), yaitu (i) tidak berbohong dan menyebarkan berita palsu, (ii) tidak menyebarkan kebencian di internet, (iii) berbagi hanya untuk informasi positif, (iv) tidak mengejek orang lain yang berbeda pendapat, (v) tidak menulis kata-kata yang melecehkan, (vi) cek kebenaran berita sebelum mem-posting dan membagi informasi baru, (vii) meminta maaf jika melakukan kekeliruan di internet, (viii) tidak membalas pelaku perundungan siber, (ix) tidak mengumbar privasi dan hal sensitif baik milik pribadi ataupun orang lain, dan (x) pikirkan dengan matang sebelum membuat posting-an.46

45 Ranny Rastati “Bentuk Perundungan Siber Di Media Sosial Dan Pencegahannya Bagi Korban Dan Pelaku” Jurnal Sosioteknologi. Vol. 15, No 2, Agustus 2016.h181

46 Ranny Rastati “Bentuk Perundungan Siber Di Media Sosial dan Pencegahannya Bagi Korban Dan Pelaku” Jurnal Sosioteknologi. Vol. 15, No 2, Agustus 2016.h184

(40)

28

4. Jenis-Jenis Cyberbullying

Adapun jenis-jenis tindakan cyberbullying sangat beragam, mulai dari mengunggah foto atau membuat postingan yang mempermalukan korban, mengolok-olok korban hingga mengakses akun jejaring sosial orang lain untuk mengancam korban dan membuat masalah seperti ancaman melalu e-mail dan membuat situs web untuk menyebar fitnah. Motivasi pelakunya juga sangat beragam, terkadang hanya karena iseng atau sekedar main-main (bercanda), ingin mencari perhatian, ada juga karena marah, frustasi dan ingin balas dendam.47

Beberapa jenis dari cyberbullying yang dilakukan oleh pelaku sebagai berikut:

a. Flaming: yaitu mengirimkan pesan teks yang isinya merupakan kata-kata yang penuh amarah dan frontal. Istilah “flame” ini pun merujuk pada kata-kata pesan yang berapi-api.

b. Harassment (gangguan): pesan-pesan yang berisi gangguan yang menggunakan email, sms, maupun pesan teks di jejaring sosial dilakukan secara terus menerus.

c. Denigration (pencemaran nama baik): yaitu proses mengumbar keburukan seseorang di internet dengan maksud merusak reputasi dan nama baik orang tersebut.

d. Impersonation (peniruan): berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik.

e. Outing: menyebarkan rahasia orang lain, atau foto-foto pribadi orang lain. f. Trickery (tipu daya): membujuk seseorang dengan tipu daya agar

mendapatkan rahasia atau foto pribadi orang tersebut.

g. Exclusion (pengeluaran): secara sengaja dan kejam mengeluarkan seseorang dari grup online.

h. Cyberstalking mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang secara intens sehingga membuat ketakutan besar pada orang tersebut.48

47Widyawati Mp, Cyberbullying Di Media Sosial Youtube (Analisis Interaksi Sosial Laurentius Rando Terhadap Haters), h.48.

48 Brian James dkk. “Pusat Pencegahan Cyberbullying: Pencegahan Cyberbullying Melalui Karya Arsitektur. Jurnal STUP. Vol. 1, No. 2, Oktober 2019.h.1362

Referensi

Dokumen terkait

[r]

“Hal ini sangat berdampak pada keinginanku untuk mengikuti akun Instagram onlineshop dan tertarik untuk membeli barang yang digunakan oleh Aghnia. Paling sering sih aku

Puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang digunakan sebagai upaya penyelenggaraan dan pembangunan kesehatan dituntut untuk terus meningkatkan dan

Tingkat kesukaan sirup bunga dan buah belimbing wuluh yang diharapkan adalah sangat suka. Panelis dapat menentukan tingkat kesukaan produk sirup belimbing wuluh

Jadi, jika potensi radikalisme itu ada pada setiap agama dan dapat diperankan oleh pemeluk agama apapun, ia tidak serta merta muncul mendominasi keberagamaan para pemeluknya

[r]

[r]