• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KEBERSAMAAN DALAM PERSAHABATAN DI IKLAN SAMPOERNA HIJAU (Studi Semiotik Terhadap Iklan Rokok Sampoerna Hijau Versi “Pohon Rambutan” di Media Televisi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KEBERSAMAAN DALAM PERSAHABATAN DI IKLAN SAMPOERNA HIJAU (Studi Semiotik Terhadap Iklan Rokok Sampoerna Hijau Versi “Pohon Rambutan” di Media Televisi)."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

SARI PUSPITA WARDHANI NPM. 0543010058

Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Skripsi

Menyetujui, Pembimbing

Dra. Herlina Suksmawati M.Si NIP 19641225119309 2001

Mengetahui DEKAN

(2)

SARI PUSPITA WARDHANI NPM. 0543010058

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 27 Januari 2011

PEMBIMBING TIM PENGGUJI :

1. Ketua

Dra. Herlina suksmawati M.Si Dra. Sumardjijati M.Si NIP 19641225119309 2001 NIP 19620323199309 2001

2. Sekertaris

Dra. Herlina Susksmawati M.Si NIP 19641225119309 2001

3. Anggota

Dra. Dyva Claretta M.Si NPT 366019400251

Mengetahui, DEKAN

(3)

iv

nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepadaNya-lah syukur dipanjatkan atas selesainya Skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri karena itu, kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya Skripsi ini, melainkan kemenangan atas berhasilnya menundukan diri sendiri. Semua kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis “wajib” megucapkan terima kasih kepada semua orang yang memberi dukungan dan doa kepada penulis. Maka izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Papa dan Mama, kakak-kakakku, dan seluruh keluargaku yang telah memberikan dorongan, semangat, doa, dan nasehat-nasehat kepadaku selama mengerjakan Skripsi ini.

2. Ibu Ec. Hj. Suparwati Dra. M.si, selaku Dekan Fisip Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim

3. Bapak Juwito S,Sos. M.Si, Selaku Ketua Progam Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.

4. Bapak Syaifuddin Zuhri, M.Si, Selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.

5. Ibu Herlina Suksmawati, Dra. M.Si, pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan pada penulis dalam mengerjakan Skripsi.

(4)

v didikannya selama ini.

8. Sahabat-sahabat dekatku : Dinda, Mba Mila, Desi, Onny, Didin, dan semua teman-teman seperjuangan jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jatim, terima kasih sudah mau memberi dukungan, doa, dan semangatnya.

9. Semua pihak yang telah ikut serta untuk membantu hingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan segera.

10. Terakhir, untuk orang yang aku sayangi mas dhani. Terima kasih untuk semuanya, karena mau menyisihkan waktu, dan memberikan dukungan, doa dan semangatnya padaku dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Sesungguh penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini Insya Allah akan berguna bagi rekan-rekan di Jurusan Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, Januari 2011

(5)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAK... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 10

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11

2.1 Landasan Teori... 11

2.1.1 Periklanan... 11

2.1.2 Televisi Sebagai Media Iklan... 15

2.1.3 Komunikasi Sebagai Suatu Proses Simbolik... 19

2.1.4 Konsep Makna... 19

(6)

2.1.8 Penggunaan Warna Dalam Iklan... 41

2.1.9 Persahabatan Dalam Iklan Sampoerna Hijau... 43

2.3 Kerangka Berpikir……..………. 51

BAB III METODE PENELITIAN... 52

3.1 Metode Penelitian... 52

3.2 Kerangka Konseptual... 53

3.2.1 Persahabatan... 53

3.2.2 Corpus... 54

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 55

3.4 Teknik Analisis Data... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 57

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Dan Penyajian Data…………. 57

4.1.1 Sejarah Singkat PT. HM. Sampoerna Tbk………... 57

4.1.2 Sekilas Tentang Sampoerna Hijau……… 60

4.1.3 Penyajian Data……….. 64

4.2 Analisis Data……….. 66

4.2.1 Tampilan Visual Dalam Scene 1... 66

4.2.2 Tampilan Visual Dalam Scene 2... 71

4.2.3 Tampilan Visual Dalam Scene 3... 76

4.3 Interpretasi Keseluruhan……… 81

(7)

viii

(8)

4.2.1 Tampilan Visual Dalam Scene 1... 66 4.2.2 Tampilan Visual Dalam Scene 2... 71 4.2.3 Tampilan Visual Dalam Scene 3... 81

(9)

Lampiran 1 Gambar Scene... 88 Lampiran 2 Sampoerna Hijau kampanye pertama, 29 April 2008,Lampung

Post... 89

(10)

ABSTRAKSI

SARI PUSPITA WARDHANI, PEMAKNAAN KEBERSAMAAN DALAM PERSAHABATAN DI IKLAN ROKOK SAMPOERNA HIJAU (Studi Semiotik Terhadap Iklan Rokok Sampoerna Hijau Versi Pohon Rambutan Di Media Televisi).

Penelitian pada iklan Sampoerna Hijau ini didasari oleh ketertarikan peneliti pada konsep iklannya yang unik dan berbeda dari pola umum semua iklan yang ada dengan membalik kemapanan iklan. Pada umumnya iklan menggunakan orang terkenal atau selebritis sebagai model iklan, akan tetapi Sampoerna Hijau selalu menampilkan wajah-wajah baru atau bukan orang-orang yang populer. Selain itu Sampoerna Hijau mencoba untuk menggabungkan dua latar belakang yang berbeda antara penonton dengan adegan film dan tema yang diusung mengenai Semangat kebersamaan dan esensi persahabatan adalah aspek terpenting yang diangkat Sampoerna Hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna iklan Sampoerna Hijau versi “Pohon Rambutan”.

Penelitian ini diteliti dengan menggunakan studi semiotik John Fiske dan dikategorikan dalam 3 (tiga) level yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Dimana dalam studi semiotik dapat diperoleh suatu pemahaman makna pesan yang jelas tentang iklan atau pesan yang disampaikan oleh pengiklan yang untuk khalayak atau calon konsumennya. Adapun kajian yang digunakan iklan media televisi, pesan komunikasi iklan, film sebagai komunikasi massa, penggunakan simbol warna dalam membuat isyarat, ciri-ciri masyarakat indonesia, dan kebersamaan dalam masyarakat.

Metode yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan studi semiotik ini adalah metode deskriptif kualitatif. Korpus dalam penelitian ini adalah iklan Sampoerna Hijau versi “Pohon Rambutan”, sedangkan unit analisinya adalah Sedangkan corpus dalam penelitian ini adalah tiap potongan scene Iklan produk Sampoerna Hijau versi "Pohon Rambutan" ditelevisi. Total potongan scene dalam iklan Sampoerna Hijau versi “Pohon Rambutan” terdiri dari 3 scene tetapi setiap scene memiliki beberapa shot.

Dari data yang diperoleh dari hasil analisa tersebut, maka kesimpulan makna dari iklan Sampoerna Hijau versi “Pohon Rambutan” adalah pentingnya menjaga semangat kebersamaan, persahabatan, dan kekompakan pada pemuda dalam melakukan berbagai aktivitas. Bahwasannya dalam melakukan aktivitas kehilangan seorang sahabat tidaklah lengkap atau memberikan kesan yang berbeda terhadap apapun yang bisa dilakukan bersama. Semangat kebersamaan dan esensi persahabatan adalah aspek terpenting yang diangkat Sampoerna Hijau dalam setiap iklan yang bertema Pertemanan ini.

(11)

1.1 Latar Belakang Masalah

Iklan tak lepas dari pemasaran. Iklan masuk ke dalam bagian Integrate Marketing Communication. Anggaran beriklan amatlah besar,

karena periklanan merupakan investasi. Brand building menjadi penting bagi setiap aktifasi produk di pasaran. Determinasi iklan suatu produk terhadap calon target audience gencar hanya untuk merebut perhatian mereka. Tetapi sayang, ada beberapa iklan suatu produk tampilan iklannya kurang nendang dan terkesan dipaksakan sehingga membuat jemu ketika melihatnya. Strategi demikian suka disengaja oleh para tim kreatif atau produsennya bertujuan supaya perhatian audience tertuju pada iklan itu. Padahal masyarakat kita sekarang sudah pintar dan memiliki perasaan estetika dalam menanggapi manakah iklan yang menarik, norak, maupun memorable.

Salah satu media yang digunakan dalam beriklan adalah televisi. Televisi merupakan salah satu media dalam beriklan yang menggunakan warna, suara, gerakan dan musik atau dapat disebut sebagai audio visual.

Televisi sebagai beriklan terbukti merupakan media komunikasi yang paling efektif dan efisien sebagai media untuk informasi produk dan citra perusahaan. Kelebihan-kelebihan dan kekuatan teknologi yang dimilikinya, memungkinkan tercapainya tingkat efektifitas dan efisiensi yang diharapkan oleh suatu perusahaan atau lembaga lainnya. Luasnya jangkauan televisi yang

(12)

dapat ditempuh dalama waktu bersamaan secara serentak, pesan dan informasi yang disampaikan melalui televisi mampu menjangkau jutaan khalayak sasarannya (Sumartono, 2001:20).

Televisi menyajikan berbagai macam informasi. Informasi tidak mengalir secara harfiah, kenyataannya informasi sendiri tiada bergerak yang sesungguhnya terlihat adalah menyampaian suatu pesan, interpretasi penyampaian dan penciptaan penyampaian pesan itu sendiri. Televisi merupakan salah satu media yang termasuk dalam kategori above the line. Sesuai dengan karakternya, iklan televisi mengandung unsur suara, gambar dan gerak, oleh karena itu pesan yang disampaikan melalui media ini sangat menarik perhatin dan impresif.

Pemasangan suatu iklan juga mempunyai fungsi tersendiri. Fungsi – fungsi dari perikalan adalah :

1. Periklanan menjalankan sebuah fungsi informasi, ia mengkomunikasikan informasi produk – produk, ciri – ciri, dan lokasi penjualannya.

2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi persuasif. Ia mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek – merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut.

(13)

Dari segala macam produk yang diiklankan, iklan produk rokok termasuk ke dalam kategori iklan yang terbatas dalam memvisualisasikan kelebihan dan keindahan produknya dibandingkan iklan – iklan yang lainnya. Kerena dibatasi oleh peraturan – peraturan dan kode etik periklanan. Oleh karena itu produsen rokok atau biro iklan berusaha mencari celah dari peraturan yang ada agar tetap dapat beriklan.

Produk iklan rokok boleh jadi sering memusingkan biro iklannya karena ketidakjelasan posisinya, antar dilarang dan diperbolehkan. Maka banyak iklan rokok yang lari dengan menggunakan pendekatan citra. Dasar pelarangan iklan ini tercantum dalam tata krama dan tata cara periklanan Indonesia yang disempurnakan sebagai berikut :

1. Iklan tidak boleh mempengaruhi atau merangsang orang untuk memulai merokok.

2. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa tidak merokok adalah hal yang tidak wajar.

3. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa rokok adalah sehat atau bebas dari gangguan kesehatan.

4. Iklan tidak boleh ditujukan terhadap anak dibawah usia 16 tahun atau wanita hamil atau menampilkan merek dalam iklan. (Tata krama dan tata cara Periklanan Indonesia yang disempurnakan : 17, 1999).

(14)

menyalahi peraturan – peraturan sehingga biro iklan dapat tetap berkreasi tanpa disomasi oleh berbagai pihak. Beberapa kecenderungan yang terjadi dalam iklan rokok di Indonesia adalah memiliki tema yang sama yaitu cenderung meniru machoisme dari luar. Kebanyakan produk rokok menampilkan ketangkasan, kejantanan, dan otot. Padahal menurut fungsinya, iklan harus membedakan satu produk dari produk lainnya maka dalam hal ini iklan yang ditampilkan harus memiliki fondasi keunikan produk sejak awal sehingga citra yang diinginkan oleh perusahaan terhadap merek tersebut dapat dipenuhi (Sulaksana, 2003).

Penampilan berbeda ditunjukan Sampoerna Hijau yang justru menciptakan bintang baru (Geng Hijau). Kalau yang lain mengambil brand yang sudah jadi, Sampoerna justru membuktikan dapat mengorbitkan bintang yang sama sekali baru dan berhasil. Pada saat perusahaan lain membuat iklan yang macho, Sampoerna membuat iklan yang agak humoris, unik dan yang lain pun mengikuti. Sampoerna Hijau yang mengedepankan nikmatnya kebersamaan, persahabatan, dalam aktivitas sehari – hari selalu menjadi pilihan utama tema iklan.

(15)

ganteng serta iklan yang disajikan benar – benar dekat dengan target konsumennya.

Lianawati (2000) menyatakan bahwa salah satu bentuk hubungan yang dapat memenuhi kebutuhan afiliasi adalah persahabatan. Kata persahabatan sering digunakan untuk menggambarkan hubungan interpersonal yang berbeda–beda, mencangkup hubungan yang tidak mendalam sampai dengan hubungan yang disertai keintiman. Hal ini disebabkan persahabatan bagi setiap orang memiliki ciri tersendiri, baik dalam bentuk maupun derajat keintiman. Persahabatan khususnya menjadi penting dalam masyarakat modern dimana hubungan kekerabatan cenderung tidak terlalu erat.

Persahabatan memungkinkan seseorang untuk berhubungan secara intim, penuh arti dan relatif kekal tanpa memperhatikan status dan aturan– aturan. Kurt (dalam Ahmadi,1991) mengemukakan bahwa persahabatan adalah hubungan pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan; sedangkan hubungan Ke-temanan merupakan hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan dalam perkembangan kearah persahabatan. Lebih lanjut lagi Kurt (dalam Ahmadi, 1991) juga berpendapat bahwa kegagalan untuk membedakan persahabaan dengan hubungan antar teman inilah yang menyebabkan persahabatan ini kurang banyak diteliti.

(16)

sosial. Dalam pengertian ini, istilah "persahabatan" menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruisme. selera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan. Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka.

Nilai yang terdapat dalam persahabatan seringkali apa yang dihasilkan ketika seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten:

a. kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain. b. simpati dan empati.

c. kejujuran, barangkali dalam keadaan-keadaan yang sulit bagi orang lain untuk mengucapkan kebenaran.

d. saling pengertian.

(17)

Kehangatan dan keindahan jalinan pertemanan, memberikan inspirasi pada Sampoerna Hijau dalam membangun Konsep Komunikasinya (Sampoerna Hijau kampanyekan pertemanan, 2008, Oktober).

Pesan moral yang disampaikan oleh iklan Sampoerna Hijau dengan slogan yang cukup sederhana melalui kata – kata yang tidak sulit dicerna oleh akal pikiran manusia ini memang menggambarkan fakta kehidupan dalam masyarakat Indonesia untuk kembali lagi mengedepankan kebersamaan. Hal ini merupakan dampak dari globalisasi perkembangan zaman, dimana seringkali membuat manusia lupa akan asal usulnya sebagai makhluk sosial, yang hidup selalu membutuhkan pertolongan manusia yang lain. Akan tetapi keinginan manusia untuk melakukan perubahan pada dirinya menimbulkan gejala – gejala sosial, misalnya hubungan dengan sesama, lapisan – lapisan sosial, kelas – kelas sosial, maupun kontrol sosial.

(18)

Sedangkan menurut Rosenbaum dan Blake bahwa situasi kebersamaan itu, sebagai bentuk situas sosial, dan sikap keragu-raguan individu mengenai apa yang harus ia lakukan, sangat memudahkan terjadi sugesti terhadap tingkah laku orang dalam keadaan yang sama (Gerungan, 2004:88).

Dalam kehidupan masyarakat perkotaan yang begitu kompleksm iklan memiliki peran penting dalam menaikkan status sosial seseorang. Dikatakan demikian karena dalam perkembangannya, iklan lebih menekankan pada penciptaan hasrat yang berkaitan dengan hubungan individu dengan orang lain, dan mengklaim bahwa ia memiliki cara – cara yang bisa membuat individu menjadi makhluk sosial yang lebih sukses. Individu selalu ditempatkan pada perspektif orang lain, pada bagaimana orang lain melihat diri kita (Noviani, 2002 : 16).

Dalam perluasan segmentasi produk, Sampoerna Hijau mencoba merubah pola pikir masyarakat perkotaan yang selama ini telah menghilangkan rasa kebersamaan. Iklan Sampoerna Hijau berusaha memberikan pesan yang positif mengenai nikmatnya kebersamaan, persahabatan, dan persaudaraan. Pesan sosial ini mengajak masyarakat untuk bersifat kolektif dalam melakukan aktivitas dan menciptakan rasa solidaritas pada sesama serta menekankan bahwa tanpa kehadiran semua, tidaklah nikmat.

(19)

dengan sesuatu kekeluargaan, kekerabatan, dan kemasyarakatan. Pada hakikatnya manusia ialah adanya suatu kebersamaan.

Peneliti memilih iklan Sampoerna Hijau versi “Pohon Rambutan” dikarenakan ini merpakan versi terakhir iklan Sampoerna Hijau, dan iklan Sampoerna ini memiliki isi pesan yang berhubungan dengan semangat kebersamaan, kehangatan dan keindahan jalinan pertemanan, dan esensi persahabatan adalah aspek terpenting yang diangkat Sampoerna Hijau. Dengan memahami pentingnya keberadaan teman bagi setiap orang terlebih, di Indonesia., makna pertemanan lebih dalam mengingat budaya dan komunitas masyarakatnya yang mengutamakan aspek kebersamaan dalam berbagai dimensi kehidupan. Yang dimana Berbeda dengan beberapa versi iklan rokok lainnya, seperti Gudang Garam Merah, yang selalu mencoba menampilkan kondisi realita kehidupan sosial masyarakat, A-Mild salah satu produk dari Sampoerna tampilan iklannya bervariasi seperti bermain kata – kata, Rokok Djarum tampilan iklannya lebih memamerkan “rasa”, Rokok Marlboro visual iklannya tampil konsisten dengan “Koboi Amerikanya”.

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : “Bagaimana pemaknaan kebersamaan dalam persahabatan pada iklan Sampoerna Hijau versi “Pohon Rambutan” ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pemaknaan kebersamaan dalam persahabayan pada iklan Sampoern Hijau versi “Pohon rambutan” dengan menggunakan pendekatan semiotik.

1.4 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada perkembangan dan mendalaman study komunikasi untuk menginterprestasikan suatu iklan melalui pendekatan semiotik.

b. Kegunaan Praktis

(21)

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Periklanan

Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus dari komuniksi untuk memenuhi fungsi pemasaran dimana untuk menjalankan fungsi pemasaran maka, apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus membujuk khalayak untuk berperilaku sesuai dengan tujuan iklan (Jefkins, 2006 : 15).

Periklanan adalah metode komunikasi umum yang membawa pesan berupa fenomena bisnis modern yang dimana suatu cara untuk menciptakan kesadaran pilihan. Tidak ada perusahaan yang ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan. Demikian pentingnya peran iklan dalam bisnis modern sehingga salah satu bonafiditas perusahaan terletak pada berapa besar dana yang dialokasikan untuk iklan tersebut. Disamping itu, iklan juga merupakan jendela kamar dari sebuah perusahaan. Keberadaannya menghubungkan perusahaan dengan masyarakat, khususnya konsumen.

Periklanan selain merupakan kegiatan pemasaran juga merupakan kegiatan komunikasi. Kegiatan pemasaran meliputi strategi pemasaran, yakni sebagai logika pemasaran yang dimana dipakai sebagai unit bisnis untuk mencapai tujuan pemasaran (Kotler, 1991:416). Kegiatan komunikasi adalah

(22)

sebagai penciptaan interaksi perorangan dengan menggunakan tanda – tanda yang tegas (Liliweri, 1991:20). Komunikasi juga berarti pembagian unsur – unsur perilaku, atau cara hidup dengan eksistensi seperangkat ketentuan dan pemakaian tanda – tanda. Dari segi komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung dari siapa khalayak sasaran yang dituju, dan melalui media apa sajakah iklan tersebut sebaiknya disampaikan.

Komunikasi juga berarti pembagian unsur – unsure prilaku, atau cara hidup dengan eksistensi seperangkat ketentuan dan pemakaian tanda – tanda. Dari segi komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung dari siapa khalayak sasaran dituju, dan melalui media apa sajakah iklan tersebut sebaiknya disampaikan. Sementara itu, periklanan menurut kamus istilah periklanan Indonesia adalah pesan yang dibayar dan disampaikan melalui sarana media, antara lain : pers, radio, televisi, bioskop, yang bertujuan membujuk konsumen untuk melakukan tindak membeli atau mengubah prilakunya (Nuradi, 1996:4).

(23)

membangun preferensi merek atau mengedukasi masyarakat. Iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang untuk membeli. Iklan memiliki empat fungsi utama, yaitu : informative, persuading, reminding, dan entertainment. Dari keempat fungsi utama iklan tadi dimanfaatkan sedemikian rupa oleh creator iklan (dalam hal ini advertising agency dan Production House (PH) ,

atas kesepakatan ide dengan pengiklan) untuk menciptakan pesan yang menarik. Sehingga tak jarang creator iklan baik versi cetak dan elektronik (yang ada di radio dan televisi) menggunakan ide-ide nakal, unik dan membuat orang penasaran.

Iklan sebagai salah satu bentuk manisfestasi budaya pop, tidak semata-mata bertujuan menawarkan dan mempengaruhi pada (calon) konsumen untuk membeli produk-produk barang atau jasa, melainkan juga turut menanamkan nilai-nilai tertentu yang secara latent atau semu tersirat didalamnya. Hamelink (1983) menyatakan bahwa iklan merekayasa kebutuhan dan menciptakan ketergantungan psikologi (Deddy Mulyana dan Idi Subandy Ibrahim, 1997:158). Dalam penyampaian pesannya, iklan selalu menyesuaikan dengan kondisi social budaya dalam masyrakat yang akan mereka tuju.

Iklan mempunyai fungsi samgat luas menurut Alo Weri dalam Widyatama (2007 : 144-146), yaitu adalah

1. Fungsi Pemasaran

(24)

mempengaruhi khalayak untuk memberi dan mengkonsumsi produk. Hamper semua iklan komersial memiliki fungsi pemasaran.

2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi adalah sebentuk pesan dari komunikator kepada khalayak. Sama halnya dengan berbicara kepada orang lain, maka iklan juga merupakan pesan yang menghubungkan antara komunikator dengan komunikan.

3. Fungsi Pendidikan

Fungsi ini mengandung makna bahwa iklan merupakan alat yang dapat membantu mendidik khalayak mengenai sesuatu, agar mengetahui dan mampu melakukan sesuatu. Mendidik dalam hal ini cenderung diartikan dalam perspektif kepentingan komersialisme, industrialisme, dan kapitalisme. Artinya situasi khalayak yang sudah terdidik tersebut dimaksudkan agar khalayak siap menerima produk yang dihasilkan produsen.

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi mengandung makna bahwa iklan mampu menjadi penggerak ekonomi agar kegiatan ekonomi tetap dapat berjalan. Fungsi ini terjadin karena melalui iklan, masyarakat menjadi terbujuk untuk membeli barang dan melakukan konsumerisme.

5. Fungsi Sosial

(25)

masyarakat, seperti munculnya budaya konsumerisme, menciptakan satus social baru, menciptakan budaya pop dan sebagainya.

Selain itu, iklan juga mampu berfungsi sebagai penyambung komunikasi antar personal. Sering terjadi ditengah kehidupan masyarakat, iklan dijadikan sebagai sarana untuk berbasa-basi guna mengawali komunikasi maupun mencairkan suasana yang terjadi antara seseorang dangan orang lain.

2.1.2 Televisi Sebagai Media Iklan

Media ini merupakan media yang mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa yang lainnya yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan

langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi ke setiap rumah para pemirsa dimanapun mereka berada. Televisi merupakan salah satu media elektronik.

(26)

Liliweri menyatakan bahwa media massa sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan komunikasi massa tidak akan menyiarkan suatu pesan yang menyangkut kepentingan umum (Liliweri, 1991 : 37). Jadi suatu pesan yang ditayangkan di televisi selalu bisa ditonton oleh khalayak tertentu. Sedangkan fungsi dari telavisi dalam buku " fungsi TV sebagai media massa adalah : fungsi penerangan, fungsi pendidikan, fungsi hiburan" (Effendy, 1993 : 24-26).

Media exposure menurut Jalaludin Rahkmat (1989) diartikan sebagai terpaan media, sedangkan Masri Singarimbun (1982) mengartikan dengan sentuh media. Menurut Rakhmat, media exposure dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, mebaca majalah atau surat kabar maupun mendengar radio (Prastyono, 1995 : 23). Menurut Ardianto dan Erdinaya (2005), frekuensi penggunaan media mengumpulkan data audience tentang berapa kali sehari seseorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti progam harian), berapa kali seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan (untuk program mingguan dan tengah bulanan), serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun (untuk program bulanan).

(27)

1. Unsur video segala sesuatu yang ditempilkan dilayar yang bias dilihat pada iklan di televisi merupakan stimulus yang merangsang perhatian khalayak atau dijadikan perhatian karena pada dasarnya manusia secara visual tertarik pada obyek yang bergerak. Dengan kata lain manusia lebih tertarik pada iklan display yang bergerak.

2. Unsur suara atau audio dalam iklan televisi, pada dasarnya sama dengan di radio, yaitu dengan memanfaatkan musik, lagu-lagu singkat (jingle) atau suara orang (voice). Misalnya, seorang model iklan menyampaikan pesan, langsung, kepada khalayak melalui dialog yang terekam pada kamera.

3. Unsur aktor atau model iklan (talent) juga menjadi unsure penting dalam iklan. Sebagaimana bnyak studi yang menunjukkan bahwa keefektifan komunikasi juga ditentukan oleh ciri-ciri dari komunikator, seperti kredibilitas dan daya tarik.

4. Alat peraga (props) adalah peralatan-peralatan lain yang digunakan untuk mendukung pengiklanan sebuah produk. Misalnya, untuk mengiklankan sebuah rokok akan terlihat lebih menarik yang mendukung keberadaan seorang model iklan yang berpenampilan menarik. Unsur utama alat peraga ini harus merefleksikan karakter, kegunaan, dan keuntungan produk, seperti logo, kemasan dan cara penggunaan suatu produk.

(28)

6. Unsur pencahayaan (lighting) sangat penting untuk menarik perhatian khalayak dalam menerima suatu obyek tentang kejelasan gambar.

7. Unsur gambar atau tampilan yang bias dilihat pada iklan di televisi merupakan stimulus yang merangsang perhatian khalayak dalam menerima kehadiran sebuah obyek, dan diharapkan khalayak lebih mudah menerima dan mempersepsikan makna yang disampaikan unsure gambar ini misalnya mengendalikan komposisi warna atau bahasa tubuh (gesture) dari pameran iklan.

8. Unsur kecepatan atau pengulangan merupakan unsur yang sering dipakai, yaitu dengan melakukan pengulangan slogan-slogan atau kata-kata. Sebagai contoh misalnya pengulangan nama merk atau keunggulan produk dibandingkan yang lain. Sebagaimana teori dalam gaya bahasa bahwa sesuatu hal yang disampaikan berkali-kali bila disertai variasi akan menarik perhatian orang.

(29)

2.1.3 Komunikasi Sebagai Suatu Proses Simbolik

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau symbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya. Berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambing meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.

Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama, warnam konsep) yang memiliki arti penting lainnya (makna budaya yang diinginkan). Keberadaan symbol menjadi penting dalam menjelaskan fenomena komunikasi. Simbol merupakan produk budaya suatu masyarakat untuk menangkap ide-ide, makna dan nilai-nilai yang ada pada diri mereka (Sumarwan, 2002:181).

Penggunaan lambing tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, dan sangat penting dalam komunikasi. Apa saja bias dijadikan lambing, tergantung pada kesempatan bersama. Kata-kata (lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan dan sebagainya, semua ini bias menjadi lambing karena lambing ada dimana-mana baik melalui majalah yang dibaca, lagu lewat radio, berita televisi, spanduk dipinggir jalan, maupun gambar yang dilihat di surat kabar (Mulyana, 2004:8).

2.1.4 Konsep Makna

(30)

adalah suatu budaya yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya.

Ada tiga hal dijelaskan para filsuf dan linguist sehungungan dengan usaha menjelaskan istilah makna, yaitu : (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara alamiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson, 1977:11 dalam Sobur, 2003:256). Pemaknaan lebih menurut pada kemampuan intergatif manusia, indrawinya daya pikirannya dan akal budinya. Pemaknaan dapat menjangkau yang etik maupun transcenedental. Dalam kegiatan simbolik orang menginterpretasikan objek dengan cara yang bermakna dan dengan membentuk citra mental tentang objek tertentu yang lebih konkret lagi (Nimon, 1993:78-80).

Ada beberapa teori makna yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam mekakukan pemaknaan, seperti yang dirumuskan oleh Wendell Johnson, yakni :

a. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Akan tetapi, kata-kata inipun tidak secara sempurna dan lengkap menggunakan makna yang kita maksud. b. Makna sangat dinamis. Meskipun kata-kata relatif satis namun makna

(31)

c. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi dikatakan nyata bila mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

d. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Missal : Pubilc Relation menjadi Purel.

e. Karena dinamis maka, makna tidak terbatas jumalnya.

f. Keluasan makna memiliki implikasi negatif (timbulnya perbedaan pemaknaan atas suatu tanda / relative interpretative).

g. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagain. Makna yang kita peroleh dari suatu teks bersifat multi aspek dan sangat kompleks, hanya sebagian saja yang dapat dijelaskan..

2.1.5 Pendekatan Semiotik Dalam Iklan Televisi

(32)

ambigu, media tersebut bersifat polisemik (penuh kode dan tanda) (Burton, 2000:47).

Semiotik adalah teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda dan simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis disetiap kegiatan dan kegiatan dan perilaku manusia. Tanda dapat diartikan sebagai perngkat yang dipakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini, di tengah manusia dan bersama manusia.

Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda (Ecco dalam Sobur, 2001). Semiotik ingin membokar bahasa secara keseluruhan. Dalam kaitan dengan televisi pesan dibangun dengan tidak semata-mata, rangkaian gambar dalam iklan adalah gambar bergerak yang dapat menciptakan imaji dan sistem penandaan.

Menurut Fiske, analisis semiotik pada film (iklan) dapat dibagi menjadi beberapa level yaitu :

1. Level Realitas

(33)

2. Level Representasi

Meliputi kerja kamera, pencahayaan, editting, suara dan casting 3. Level Ideologi

Meliputi suatu kesatuan dan penerimaan sosial seperti kelas, patriarki, dan gender.

Pada semiotik film (iklan) model linguistic menggeneralisasikan secara kasar bahwa dalil-dalil dalam film (iklan) sama dengan bahasa tulis seperti, frame sebagai kata, shot sebagai kalimat, scene sebagai paragraf, dan squence sebagai bab. Unit analisis sebuat film (iklan) adalah shot yang

dibatasi oleh cut dan movement. Shot adalah hasil pengambilan gambar sejak kamera menyala (on) hingga padam (off). Scene adalah kumpulan atau rangkaian beberapa shot hingga membentuk adegan tertentu (Atmaja, 2007:49). Penerapan semiotik pada iklan televisi harus memperhatikan aspek medium televisi yang berfungsi sebagai tanda yaitu jenis pengambilan kamera (shot) dan kerja kamera. Dengan cara tersebut peneliti bisa memakai shot apa saja yang muncul dan bagaimana maknanya. Ada banyak istilah

dalam pengambilan gambar, secara umum ada empat shot yakni : (1) Close Up, (2) Medium Shot, (3) Full Shot, (4) Long Shot. Sedangkan gerak kamera

terhadap objek seperti menggerakkan kamera secara horizontal, tilting, kamera bergerak dari atas kebawah, dan tracking, kamera bergerak mendekat atau menjauhi gambar (Atmaja, 2007:1226-130).

(34)

tidak hanya mengandung unsure visual tetapi juga suara, karena suara merupakan aspek kenyataan hidup. Suara keras, menghentak, lemah, memiliki makna yang berbeda-beda. Setiap suara mengekspresikan sesuatu yang unik.

Teknik pada shot yaitu meliputi : (a) Teknik Kamera

Ada tiga jenis shot gambar yang paling dasar yaitu meliputi L

1) Long Shot (LS) yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia maka dapat diukur antara lutut kaki hingga sedikit ruang di atas kepala. Dari jenis shot ini dapat dikembangkan lagi yaitu Extreme Long Shot (LES), mulai dari sedikit ruang dibawah kaki hingga ruang

tertentu diatas kepala. Long Shot ini menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton mengenai penampilan tokoh (termasuk bahasa tubuh, mulai dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki) yang kemudian mengarah pada karakter serta situasi dan kondisi yang sedang terjadi pada adegan itu.

2) Medium Shot (MS), yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah

manusia, maka dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang diatas kepala. Dari medium shot dapat dikembangkan lagi, yaitu Wide Medium shot (WMS), gambar medium shot tapi agak melebar

(35)

3) Close-Up (CU), yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka diukur dari bahu hingga sedikit ruang di atas kepala. Pengambilan gambar close-up menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang penguatan ekspresi dan dialog penting untuk lebih diperhatikan penonton.

4) Extreme Close-Up, menggambarkan secara details ekspresi pemain

dari suatu peristiwa (lebih detail pada ekspresi tubuh, seperti mata, bibir, tangan, dan sebagainya).

Sedangkan untuk teknik perpindahan kamera antara lain :

1) Zoom, yaitu gerakan kamera yang secara pelan dan cepat, baik

sesungguhnya maupun buatan, menuju suatu objek. Juga diterapkan ketika menjauh objek (Suryanto, 2005:155). Bisanya digunakan untuk memberi kejutan pada penonton, penekanan dialog dan atau tokoh, setting serta informasi tentang situasi dan kondisi.

2) Dollying (trucking), yaitu pergerakan kamera pengambilan gambar

dengan menggunakan kendaraan beroda yang mengakomodasikan kamera dan operator kamera. Kecepatan dollying ini mampu mempengaruhi perasaan penonton.

3) Follo Shot, yaitu pengambilan gambar dengan kamera bergerak

berputar untuk mengikuti pemeran dalam adegan.

4) Swish Pan, yaitu gerakan panning ketika kamera digerakan secara

(36)

kabur untuk memunculkan kesan gerakan mata secara cepat dari satu sisi ke sisi lain (Suryanto, 2000;174).

2.1.6 Semiotik John Fiske

Menurut John Fiske, pokok perhatian tentang studi semiotika ialah tentang tanda. Semiotika membahas tiga elemen atau bidang studi yang sama, antara lain:

1. Sign atau tanda

Tanda ialah konstruksi manudaia dan hanya bisa dipahami dalam artian manisia yang menggunakannya. Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna yang terkandung didalamnya dan juga bagaimana mereka saling terhubung dengan orang-orang yang menggunakannya.

2. Codesi atau kode

(37)

3. Budaya

Lingkungan dimana tanda dank ode itu berada. Kode dan lambing tersebut segala sesuatunya tidak apat lepas dari latar belakang budaya dimana tanda dan lambing itu digunakan.

Menurut John Fiske dalam Introduction to Communication Studies (Fiske, 2006 : 69) komunikasi merupakan aktivitas manusia yang lebih lama dikenal namun hanya sedikit orang yang memahaminya. Dalam mempelajari komunikasi kita dapat membaginya dalam dua perspektif, yaitu : segi proses, serta sisi produk dan pertukaran makana. Berkaitan dengan penelitian iini, maka peneliti hanya akan menggunakan perspektif yang kedua, yaitu dari sisi produksi dan pertukaran makna.

Perspektif produksi dan pertukaran makana memfokuskan bahasannya pada bagaimana sebuah pesan ataupun teks berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya untuk dapat menghasilakan sebuah makan. Hal ini berhubungan dengan peranan teks tersebut dalam budaya kita. Perspektif ini seringakali menimbulkan kegagalan berkomunikasi karena pemahaman yang berbeda antara pengirim pesan dan penerima pesan. Meskipun demikian, yang ingin dicapai adalah signifikasinya dan bukan kejelasan sebuah pesan yang disampaikan. Untuk itulah pendekatan yang berasal dari perspektif tentang teks (iklan) dan budaya ini danamakan pendekatan semiotic.

(38)

tidak hanya mengarah pada “tanda” dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga tujuan dibuatnya tanda-tanda tersebut. Bentuk-bentuk tanda disini antara lain berupa kata-kata, gambar (images), suara, gerak tubuh dan objek. Bila kita mempelajari tanda yang satu dengan tanda-tanda yang lain membentuk sebuah system, dan kemudian dibuat system tanda. Lebih sederhananya semiotic mempelajari bagaimana system tanda membentuk sebuah makna. Menurut John Fiske, konsentrasi semiotic adalah pada hubungan yang timbulantara sebuah tanda dan makna yang terkandung di dalamnya, juga bagaimana tanda-tanda tersebut dikomunikasikan dalam kode-kode.

Menurut James Monaco, seseorang ahli yang lebih berafiliasi dengan gramatika (tata bahasa) mengatakan bahwa film (iklan) tidak mempunyai gramatika (film has no grammar). Untuk itu ia menawarkan kritik bahwa teknik yang digunakan dalam film (iklan) dan gramatika pada sifat kebahasaannya adalah tidak sama. Akan sangat beresiko apabila memaksa dengan menggunakan kajian linguistic untuk menganalisa sebuah film (iklan), karena film (iklan) terdiri dari kode-kode yang beraneka ragam.

“There is no ‘language’ or photographs of film, no single significant of system (as supposed to technical appartus) upon which all photographs or film depend (in sense in which all text in English depend upon the English language) : there is a rather a heterogenous complex of codes which photographs or film may draw” (Chandler, 2002: www.aber.ac.uk, diakses 2 januari 2010 : 20.30)

(39)

“….describe the internal strucuture of system of meaning, and in answer to a rather new kind of kind of question, not ‘why she say that?’, ‘why are BMW ‘s status symbol?’, but rather ‘how does the structure of sign on system make possible, offer certain resources for, state mark, meaning are associations, and in reliable ways?’, ‘ how is orders and intelligible meaning sustained?”.

Menurut Chancler pada tahun 2002 (Sumber : www.aber.ac.uk, diakses 2 Januari 2010 : 20.30) model linguistic seringakali mengarahkan unit analisi media audio visual pada analogi-analogi linguistik. Pada semiotika film (iklan), model ini menggeneralisasikan secara kasar bahwa dalil-dalil dalam film (iklan) sama dengan bahasa tulis, seperti : frame sebagai morfem atau kata, shot sebagai kalimat, scene sebagai paragraph, dan sequence sebagai bab.

Penerapan Semiotik pada iklan televisi, berarti kita harus memperhatikan aspek medium televisi yang berfungsi sebagai tanda. Maka dari sudut pandang ini jenis ambilan kamera (selanjutnya disebut shot saja) dan krja kamera (camera work). Dengan cara ini, peneliti bisa memahami shot apa saja yang muncul dan bagaimana maknanya. Misalnya, close-up

(CU) shot berarti pengambilan kamera dari leher ke atas atau menekankan bagian wajah, makna dari CU shot adalah keintiman dan sebagainya. Selain shot, yang terdapat pada camera work atau kerja yaitu bagaimana gerak

(40)

Lebih jauh yang harus diperhatikan tidak hanya shot dan camera work tetapi juga suara. Suara meliputi sound effect dan music. Televisi

sebagai media audio visual tidak hanya mengandung unsure visual, namun juga suara, karena suara merupakan aspek kenyataan hidup. Suara yang keras, menghentak, lemah, memliki makna yang berbesa-beda. Setiap suara mengekspresikan sesuatu yang unik (Sumarno, 1996:71).

Diasumsikan pembuatan iklan televisi sama dengan pembuatan film ccerita. Analisi semiotik yang dilakukan pada cinema atau film layar lebar menurut John Fiske disetarakan dengan analisa film (iklan) yang ditayangkan di televisi. Sehinggga yang dilakukan pada iklan rokok Sampoerna Hijau versi Pohon Rambutan, menurut John Fiske dibagi menjadi tiga level, yaitu:

1. Level Realitas

Pada level ini, realitas dapat berupa penampilan, pakaian, dan make up yang digunakan oleh pemain, lingkungan, peerilaku, ucapan,

gerak tubuh (gesture), ekspresi, suara, dan sebagainya yang dipahami sebagai kode budaya yang ditangkap secara elektronika melalui kode-kode teknis. Kode-kode-kode social yang merupakan realitas yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat berupa :

a. Penampilan

(41)

apakah kostum dan make-up yang ditampilkan tersebut memberikan signifaksi tertentu menurut kode sosial dan kultural.

b. Lingkungan

Lingkungan atau setting yang ditampilkan dari cerita masing-masing tokoh tersebut, bagaimana symbol-simbol yang ditonjolkan serta fungsi dan makna didalamnya. Setting mengacu kepada tempat di mana sebuah aksi film berlangsung. Tempat-tempat yang dipilih sifatnya beragam, bisa jadi tempat yang ditayangkan merupakan imaginary places (bersifat khayalan) ataupun nyata. Fungsi utama dari setting adalah untuk membangun tempat dan waktu, untuk mengenalkan ide dan tema, dan untuk menciptakan mood (Prammagiore, 2005 : 62).

c. Gesture

Gesture atau gerak tubuh, apa makna dari gerak tubuh dari

masing-masing tokoh iklan tersebut 2. Level Representasi

Meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, music, dan suara, yang ditransmisikan sebagai kode-kode representasi yang bersifat konvensional. Bentuk-bentuk representasi yang bersifat konvensional. Bentuk-bentuk representasi dapat berupa cerita, konflik, karakter, action, dialog, setting, casting, dan sebagainya. Level Representasi meliputi : 

(42)

Penggunaan kamera dalam pembuatan film (iklan) tidak saja berfungsi untuk menangkap gambar, akan tetapi hasil dari tangkapan kamera dapat menciptakan makna. Unsur-unsur yang difungsikan dalam penggunaan kamera adalh sebagai berikut: a) Scene

Naratif yang lengkap dalam sebuah film (iklan), temasuk awal, pertengahan hingga akhir film. Biasanya scene adalah sebuah rangkaian yang dibedakan melalui waktu dan setting (Pramaggiore, 2005 : 103).

b) Take

Istilah penggunaan kamera yang digunakan dalam sebuah produksi film yang menandai kapan sebuah rangkaian frame yang berisi gambar bergerak. Pembuat film biasanya

melakukan beberapa kali take untuk sebuah scene dan kemudian film editor akan memilih salah satu take yang terbaik untuk dipergunakan (Pramaggiore, 2005 : 104).

2) Shot, Beberapa jenis Shot gambar meliputi : a) Eye-level shot

Pengambilan gambar yang dilakukan dari jarak kamera 5’ hingga 6’ dari dasar (ground). Teknik ini menggambarkan figure pameran sebelum melakukan action (Pramaggiore, 2005 : 109).

(43)

Shot yang diambil pada posisi kamera berada di atas atau lebih tinggi daripada subjek, sehingga penonton melihat kea rah bawah dan juga berfungsi memperkecil tampilan subjek (Pramaggiore, 2005 : 110).

c) Low-angle shot

Pengambilan gambar dengan menempatkan kamera diposisi lebih rendah dari pada subjek. Biasanya menjadikan subjek menjadi lebih besar (Pramaggiore, 2005 : 110).

d) Zoom shot

Teknik memindahkan lensa dari wide-angel position menuju telephoto position, yang menghasilkan pembesaran objek dalam frame, dan menjaga objek dalam focus, biasa desebut zoom in. Sedangkan kebalikannya adalah zoom out, yaitu teknik untuk memindahkan lensa dari telephoto position menuju wide-angel position, sehingga objek yang besar menjadi lebih kecil dalam frame tetapi tetap dalam fokus. e) Long Shot

Shot yang menghasilkan gambar dimana objek menjadi berukuran kecil atau hamper sama tinggi dengan layar. Teknik ini sangat dapat menampilkan pergerakan yang dilakukan objek tanpa harus berganti tampilan (Pramaggiore, 2005 : 112).

(44)

Shot yang menampilkan objek / figure manusia lutut kaki ke atas (Pramaggiore, 2005:112).

g) Extreme Long Shot

Pengambilan framing dimana skala dari objek diperlihatkan sangat kecil; gedung, landscape atau kerumunan orang akan mengisi layar. Dapat juga berfungsi sebagai establishing shot yaitu berguna untuk mengenalkan

environment (setting).

h) Medium Shot

Pengambilan gambar yang menampilkan objek atau figure manusia dari bagian bahu ke atas (Pramaggiore, 2005 : 112).

i) Close Up

Shot yang menghasilkan gambar objek menjadi besar dan memnuhi frame dan dekat dengan tubuh objek seperti dada, wajah, kaki, ataupun tangan (Pramaggiore, 2005 : 104)

j) Medium Close Up

Shot yang diambil dari bagian dada manusia hingga ke atas (Pramaggiore, 2005 :113)

k) Extreme Close Up

(45)

3) Sedangkan untuk teknik pergerakan kamera (camera movement) antara lain :

a. Pan

Pergerakan kamera ke kanan dan kekiri dalam pengambilan gambar. Pan berfungsi untuk menghubungkan dua tempat atau karakter dan menimbulkan kesadaran penonton pada hubungan antara keduanya (Pramaggiore, 2005 :116).

b. Swish pan

Pergeseran kamera yang dilakukan secara cepat sehingga menghasilkan gambar buram pada beberapa bagian gambar (Pramaggiore, 2005 :116).

c. Tilt

Pergerakan kamera pada pengambilan gambar mengayun kea rah atas atau ke bawah dengan tumpuan yang kuat (Pramaggiore, 2005: 116).

d. Tracking shot

Pergerakan kamera yang menghasilkan tampilan bergerak maju, mundur atau menyamping. Tracking shot mengikuti pergerakan karakter secara utuh sehingga seolah-olah penonton ikut bergerak bersama karakter (Pramaggiore, 2005 :117).

(46)

Pengambilan gambar dengan kamera bergerak berputar untuk mengikuti pameran dalam adegan (Effendy,2002 :138)

b) Teknik editing

Editing merupakan proses pemilihan potongan film yang telah dihasilkan dan digunakan sehingga membentuk urutan kesatuan cerita yang koheran. Beberapa teknik editing yaitu : 

1) Cut

Transisi instan dari suatu gambar ke gambar lainnya. Menunjukkan bahwa tidak ada jeda waktu.

2) Cut back

Mengubah gambar dalam film (iklan) secara cepat dari adegan saat ini ke adegan lain yang telah dilihat sebelumnya. Pemotongan ini dilakukan tanpa adanya transisi.

3) Cut to....

Secara cepat mengubah gambar dalam film (iklan) dari adegan masa kini ke adegan lainnya, tanpa adanya transisi (Effendy, 2002:133).

4) Jump cut

(47)

c) Pencahayaan (Lighting)

Merupakan kebutuhan yang bersifat dalam pembuatan sebuah film (iklan). Tanpa adanya cahaya yang masuk ke lensa kamera, maka tidak akan ada gambar yang terekam ke dalamnya. Lighting memiliki kemampuan menerangi bagian set dan aktor, pencahayaan juga bisa didesain sedemikian rupa untuk membentuk mood dan efek tertentu. Pencahayaan berfungsi untuk menimbulkan pengertian penonton terhadap sebuah karakter, memberikan perhatian terhadap action tertentu, mengembangkan tema dan juga membantu mood.

Beberapa jenis Lighting yang bisa dipergunakan dalm pembuatan film (iklan) adalah sebagai berikut :

1. Three-point lighting

(48)

Jenis pencahayaan dimana fungsi fill-light hampir menyamai level key-light. Gambar yang dihasilkan menjadi sangat terang dan hanya menghasilkan sedikit bayangan dari subyek adegan. Biasanya digunakan dalam adegan yang menggambarkan keceriaan dan komedi (Pramaggiore, 2005:81). 3. Natural-key lighting

Pada sistem pencahayaan ini, key-light sedikit banyak digunakan lebih terang dibandingkan fill-light sehingga fill-light tidak perlu menghilangkan bayangan. Gambar yang dihasilkan menjadi lebih ceria dibandingkan high key-light. Biasanya digunakan untuk pengambilan gambar diluar ruangan (Pramaggiore, 2005:81).

4. Low-key lighting

Pencahayaan dengan menggunakan fill-light yang sangat sedikit, sehingga menghasilkan kontras yang sangat kuat anatar bagian gambar yang paling terang dan yang gelap. Biasanya digunakan untuk film yang bertema menegangkan atau film noir (Pramaggiore, 2005:81).

d) Sound

(49)

Oleh sebab itu, pendalaman tentang bagaimana berpikir, berbicara dan menulis tentang sound menggunakna bahasa analisis yang konkrit diperlukan dalam pemaknaan sebuah film (iklan).

1) Direct sound

Suara yang direkam dalam set, dalam lokasi, jika dalam film dokumenter direkam dalam kejadian yang sesungguhnya (Pramaggiore, 2005:207).

2) Looping

Sebuah teknik yang digunakan untuk merekam dialog, menggunakan mesin yang difungsikan merekam maju dan mundur (Pramaggiore, 2005:207).

3) Offscreen space

Suara yang datang dari sumber asli berada dalam lingkup ruang dalam sebuah scene tetapi tidak terlihat. Seperti dalam shot/reverse-shot ketika karakter mendengarkan suara lawan bicaranya. Karakter tersebut terlihat, tetapi suara lawan bicaranya hanya terdengar (Pramaggiore, 2005:209).

4) Diegetic / non-diegetic

Diegetic membantu penempatan musik atau sound effect yang dipresentasikan secara langsung dalam dunia di dalam film (iklan), sedangkan non Diegetic suara berasal dari dunia di luar film (iklan) (Pramaggiore, 2005:210).

(50)

Apabila suara yang biasanya berasal dari karakter film, terdengar ketika pemirsa melihat image dalam ruang dan waktu yang pada saat tersebut sebenarnya karakter tersebut tidak berbicara disebut voice over. Suara karakter terdengar, tetapi sebenarnya berada di tempat lain (Pramaggiore, 2005:218).

6) Music

Hampir semua film naratif menambahkan unsur musik untuk menarik perhatian penontonnya, walau begitu musik juga mampu memanipulasi kenyataan dengan cara tertentu (Pramaggiore, 2005:226).

3. Level Ideologi

Level ini diorganisasikan ke dalam kesatuan (coherence) dan penerimaan sosial (social acceptability) seperti individualisme, kelas patriarki, pluralisme, umur, ras dan sebagaianya.

2.1.7 Komunikasi Non Verbal

(51)

Peran kedua sinyal non verbal adalah mengemukakan yang sebenarnya. Orang-orang berpendapat bahwa berbohong dengan sinyal non verbal akan jauh susah. Sesungguhnya, komunikasi non verbal sering kali menyampaikan lebih banyak hal pada para pendengarnya dari pada kata-kata yang diucapkan. Peran ketiga sinyal non verbal adalah menyampaikan informasi dengan efisien. Sinyal non verbal dapat menyampaikan nuansa dan banyak sekali informasi secara instan (Bovee & Thill 2007:72).

2.1.8 Penggunaan Warna dalam Iklan

Setiap warna mempunyai karakteristik tertentu. Yang dimaksud karakteristik dalam hal ini adalah ciri - ciri atau sifat - sifat khas yang dimiliki oleh suatu warna. Berikut ini adalah gambaran beberapa warna yang mempunyai nilai perlambangan secara umum :

a. Merah

Dari semua warna, merah adalah warna terkuat dan paling menarik perhatian, bersifat agresif lambang primitif. Warna ini diasosiasikan sebagai darah, marah, berani, seks, bahaya, kekuatan, kejantanan, cinta, kebahagiaan.

b. Biru

(52)

membuat jarak, dan berpisah. Biru melambangkan kesucian, harapan, dan kedamaian.

c. Hijau

Warna hijau mempunyai karakter yang hampir sama dengan biru. Dibandingkan dengan warna lain, warna hijau relatif lebih netral. Pengaruh terdapat emosi hampir mendekati pasif, lebih bersifat istrahat. Hijau melambangkan perenungan, kepercayaan (agama), dan keabadian. Dalam penggunaan biasa warna hijau mengungkapkan kesegaran, mentah, muda, belum dewasa, pertumbuhan, kehidupan dan harapan, kelahiran kembali, dan kesuburan.

d. Kuning

Warna kuning adalah kumpulan dua fenomena penting dalam kehidupan manusia, yaitu kehidupan yang diberikan oleh matahari di angkasa dan emas sebagai kekayaan bumi. Kuning adalah warna cerah, karena itu dilambangkan sebagai kesenangan atau kelincahan. Bila merah dan biru melambangkan jantung dan roh, maka kuning adalah lambang intelektual. Kuning adalah warna yang paling terang setelah putih, tetapi tidak semurni putih. Kuning memaknakan kemuliaan cinta serta pengertian yang mendalam dalam hubungan antara manusia.

e. Putih

(53)

kemenangan yang mengalahkan kegelapan. Warna putih mengimajinasikan kebalikan dari warna hitam, seperti adanya ungkapan "hati yang putih" berati menandakan bersihnya hati dari segala iri dan dengki.

f. Hitam

Warna hitam melambangkan kegelapan dan ketidakhadiran cahaya. Hitam menandakan kekuatan yang gelap, lambang misteri, warna malam, dan selalu di indikasikan dengan kebakikan dari sifat warna putih atau berlawanan dengan warna terang. Sering juga dilambangkan sebagai warna kehancuran, atau kekeliruan. Umumnya warna hitam diasosiasikan dengan sifat negatif. Warna hitam juga dapat menunjukan sifat - sifat yang positif, yaitu menandakan sikap tegas, kukuh, formal, struktur yang kuat. (Darmaprawira, 2002 : 45-48)

(54)

Menurut pendapat dari Froom (1978), hubungan yang paling memberi kepuasan adalah yang didasarkan pada cinta yang produktif, yaitu yang melibatkan perasaan saling menyayangi, tanggung jawab, rasa hormat dan pengertian, yang kebutuhan tersebut sering disebut sebagai kebutuhan afiliasi.

Seringkali ada anggapan bahwa sahabat sejati sanggup mengungkapkan perasaan-perasaan yang terdalam, yang mungkin tidak dapat diungkapkan, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat sulit, ketika mereka datang untuk menolong. Dibandingkan dengan hubungan pribadi, persahabatan dianggap lebih dekat daripada sekadar kenalan, meskipun dalam persahabatan atau hubungan antar kenalan terdapat tingkat keintiman yang berbeda-beda. Bagi banyak orang, persahabatan dan hubungan antar kenalan terdapat dalam kontinum yang sama.

Macam tujuan persahabatan:

a. Seseorang yang bersahabat karena zat sahabatnya seperti cantik paras rupa. Persahabatan ini tidak akan menguntungkan dalam pembentukan peribadi karena paras rupa suatu yang baru dan akan berubah mengikut peredaran masa.

b. Seseorang yang bersahabat karena maslahat (kepentingan) di dunia. Persahabatan dalam kategori ini akan bersahabat semata mata untuk mendapat nikmat keduniaan seperti kekayaan dan pangkat saja.

(55)

kepada Allah dan mengikuti segala suruhan Nya. Golongan ini akan mendapat keuntungan di dalam hidupnya dan golongan ini diibaratkan seperti orang yang menghadiri majlis ilmu. Walaupun tidak mendapatkan keseluruhan ilmunya tetapi sedikit ilmu yang didapatinya sudah mampu untuk dijadikan panduan hidupnya.

d. Seseorang yang bersahabat karena Allah. Allah telah memerintahkan supaya di antara hamba hambaNya hendaklah ada yang kasih mengasihi seperti dia mengasihi dirinya sendiri.

Persahabatan atau Sahabat itu sendiri memliki arti yang berbeda bagi setiap orang tergantung bagaimana mereka memandang arti dari seorang sahabat dalam hidup mereka.

banyak sekali macam-macam persahabatan, namun kita tidak mungkin bisa mendefenisikan sedalam apa persahabatain itu sendiri, karen tingkah laku manusia bisa berubah kapan saja sesuai keadaan yang ada pada diri manusia itu sendiri. Macam – macam Persahabatan atau Sahabat :

1. Sahabat Sejati

Banyak orang bilang sahabat sejati itu hanya datang sekali seumur hidup bahkan mungkin tidak akan pernah didapat selama hidup. Ada satu perbedaan antara menjadi seorang KENALAN dan menjadi seorang SAHABAT.

(56)

diundang ke rumah dan dengannya dapat berbagi. Namun mereka adalah orang yang dengannya tidak akan berbagi hidupmu, yang tindakan-tindakannya kadang-kadang tidak dimengerti karena tidak cukup tahu tentang mereka.

Sebaliknya, seorang sahabat adalah seseorang yang dicintai. Bukan karena jatuh cinta padanya, namun peduli akan orang itu, dan memikirkannya ketika mereka tidak ada. Sahabat-sahabat adalah orang dimana dapat diingatkan ketika melihat sesuatu yang mungkin mereka sukai, dan tahu itu karena mengenal mereka dengan baik.

Ciri – ciri Sahabat Sejati

1. Mereka adalah orang-orang yang fotonya dimiliki dan wajahnya selalu ada diingat dikepala.

2. Mereka adalah orang-orang yang dilihat dalam pikiran.

3. Mereka adalah orang-orang yang diantaranya merasa aman, karena kamu tahu mereka peduli.

4. Mereka menelpon hanya untuk mengetahui kabar, karena sahabat sesungguhnya tidak butuh suatu alasanpun.

5. Mereka berkata jujur dan sebaliknya melakukan hal yang sama. Mereka akan bersedia mendengar, jika sahabatnya memiliki masalah. 6. Mereka adalah orang-orang yang tidak akan menertawakan atau

(57)

8. Mereka adalah orang-orang dengan siapa menagis ketika sahabatnya tidak diterima di perguruan tinggi negeri dan orang-orang yang menangis lantaran berat untuk berpisah di pesta perpisahan kelas. Empat Macam Teman Palsu dan Teman Sejati (Skhemo Mahathera, M.A ) :

1) Empat Macam teman palsu:

a. Mereka yang mengajak berkawan untuk tujuan menipu b. Mereka yang hanya manis di mulut saja

c. Mereka yang memuji-muji dan membujuk

d. Mereka yang mendorong seseorang untuk menuju ke jalan yang membawa pada kerugian dan kehancuran

Empat macam orang-orang ini, bukanlah teman-teman sejati; mereka adalah teman-teman palsu, dan seorang janganlah bergaul dengan mereka. (Digha Nikaya (Pali) jilid 3, hal 186)

2) Empat macam teman sejati:

a. Seorang teman yang mampu membantu di dalam berbagai cara b. Seorang teman yang mempunyai rasa simpatik baik di dalam suka

maupun duka

c. Seorang teman yang memperkenalkan kita pada hal-hal yang berguna

d. Seorang teman yang memiliki perasaan persahabatan

(58)

2. Sahabat Pena

Sahabat pena (atau penpals atau teman-teman pena) adalah orang yang secara teratur menulis satu sama lain, terutama melalui surat pos. Tujuan Sahabat Pena atau Penpals

Hubungan penpal sering digunakan untuk berlatih membaca dan menulis dalam bahasa asing , untuk meningkatkan melek huruf , untuk mempelajari lebih lanjut tentang negara-negara lain dan gaya hidup, dan untuk membuat persahabatan. Seperti halnya persahabatan dalam hidup, beberapa orang tetap penpals hanya untuk waktu yang singkat, sementara yang lain terus bertukar surat dan hadiah bagi kehidupan. Beberapa penpals akhirnya mengatur untuk bertemu muka dengan muka, kadang-kadang mengarah ke hubungan serius, atau bahkan perkawinan .

Penpals datang dalam semua bangsa, usia dan budaya. Pal dapat mencari Sahabat Pena baru berdasarkan kelompok umur mereka sendiri, sebuah pekerjaan spesifik, hobi, atau seseorang pilih yang sama sekali berbeda dari mereka untuk mendapatkan pengetahuan tentang dunia di sekitar mereka.

Kebanyakan orang menulis untuk sebuah penpal mereka tidak menggunakan bahasa asli dalam surat mereka, dengan pengecualian pribumi di negara-negara Barat .

(59)

cepat, sehingga banyak pesan yang akan ditukar dalam waktu singkat. Kerugiannya adalah bahwa komunikasi bisa sangat singkat jika pesan email tidak secara rutin disimpan. Banyak orang lebih suka menerima surat kertas, memperoleh kepuasan melihat nama mereka dengan hati-hati dicetak pada amplop tebal di kotak surat. Dengan menggunakan surat pos , itu adalah mungkin untuk kupon perdagangan, swap slip, kartu pos , perangko dan hal lain yang ringan dan datar yang cukup untuk dimasukkan ke dalam amplop, sering disebut "tuck-in". Banyak penpallers suka perdagangan lembar stiker, notecards dan set alat tulis.

klub Penpal dapat ditemukan di Internet , di kolom majalah, koran, dan kadang-kadang melalui klub atau kelompok kepentingan khusus. Beberapa orang mencari kepentingan romantis, sementara yang lain hanya ingin mencari teman. Tampaknya, di internet, bahwa istilah "sahabat pena" mendefinisikan mereka yang mencari hubungan, dimana sahabat pena berasal melalui korespondensi surat pos dan telah berkembang berarti sesuatu yang lebih. Penpals juga membuat dan menyebarkan buku persahabatan , membanting dan crams.

(60)

meskipun, dalam menawarkan pengungkapan penuh kejahatan narapidana dan memberikan saran untuk akan menjadi sahabat pena.

3. Sahabat Karib

Arti sahabat lebih menguat sebagai tempat curhat dalam suka dan duka. Selain itu sahabat juga mempengaruhi secara positif terhadap harapan hidup dan cita-cita untuk menjalani hidup ini.

Jikalau seseorang memiliki sahabat yang mempengaruhinya secara positif. Harapan hidup akan lebih baik sehingga kesehatan jasmani dan rohani dapat terbentuk. Untuk, membantunya didalam menjalani kehidupan yang semakin tidak menentu saat ini dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki sahabat.

Dalam pengertian umum sahabat artinya Kawan. Sahabat Karib juga diartikan kawan dekat. Sementara kawan sehati artinya teman dekat yang setia menemani dalam keadaan suka dan duka yang saling mendukung dan menerima semua kelebihan maupun kekurangannya.

(61)

beragam budaya tetapi tetap bisa bersatu dan rukun. Hal tersebut menandakan masyarakat Indonesia yang juga termasuk pasar dari Sampoerna Hijau, cukup mudah dalam bersosialisasi. Persahabatan Sejati adalah salah satu yang mencerminkan dalam iklan Sampoerna Hijau versi “Pohon Rambutan” ini.

2.2 Kerangka Berpikir

(62)

3.1 Metode Penelitian

Ilustrasi iklan rokok Sampoerna Hijau adalah gambar atau lukisan dan tulisan - tulisan yang dipergunakan untuk menghiasi iklan - iklan Sampoerna hijau, sekaligus sebagai media dalam pemilihan dan pemakaina rokok. Tidak hanya itu saja isi yang disampaikan dalam iklan Sampoerna Hijau ini juga sangat bermanfaat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik. Alasan digunakan metode deskriptif kualitatif berdasarkan beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hungungan antara peneliti dengan obyek peneliti, dan ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola - pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002 : 5).

Selain itu pada dasarnya pendekatan semiotik bersifat kualitatif interpratatif, yaitu suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai obyek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut (Christomy dan Yuwono, 2004 : 99).

(63)

Untuk menginterpretasikan obyek penelitian dari iklan Sampoerna Hijau versi "Pohon Rambutan" ini, terlebih dahulu harus diketahui sistem tanda dan gambar yang terdapat dalam penelitian ini. Karena itulah, penelitian menggunakan pendekatan semiotik John Fiske untuk menganalisis atau menafsirkan makna yang terdapat dalam iklan tersebut(Christommy, 2004 : 90).

3.2 Kerangka Konseptual 3.2.1 Persahabatan

Persahabatan yang diambil dari kata sahabat mempunyai arti sekumpulan individu yang berkumpul menjadi satu bagian (KUBI, W.J.S Poerwadarminta 1999-67). persahabatan itu sendiri merupakan salah satu bentuk solidaritas yang terbentuk atas pertemanan berbagai keperibadian yang berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

(64)

yaitu bagian yang menampilkan persahabatan yang dimana kekocakan-kekocakan yang ditampilkan oleh ketiga pemuda itu.

3.2.2 Corpus

Dalam penelitian kualitatif diperlukan suatu batasan masalah yang disebut corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis kesemenaan. Corpus harus cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur - unsurnya akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang langka. Corpus juga bersifat sehemogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun pada taraf waktu (sinkroni) (Kurniawan, 2001 : 2007).

Corpus merupakan sample terbatas pada penelitian kualitatif yang bersifat homogen. Tetapi sebagai analisa, corpus bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam, sehingga memungkinkan memahami berbagai aspek dari sebuah teks pesan. Corpus bertujuan tetapi khusus digunakan untuk analisis semiotik dan analisis wacana. Pada penelitian kualitatif memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi - interpretasi alternatif.

(65)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan dari 2 jenis data, yaitu :

1. Data Primer, yaitu data yang didapatkan dari korpus penelitian berupa objek visual dan auditoris yang kemudian akan dianalisa menggunakan analisis semiotik John Fiske.

2. Data Sekunder, yaitu : data yang didapat dari referensi berupa buku, jurnal online, e-book, artikel, dan referensi lain yang berhubungan dengan penelitian dan dapat dijadikan panduan dan acuan dalam penelitian ini.

3.4 Teknik Analisis Data

Peneliti menginterprestasikan gambar dan tanda yang terdapat pada iklan Sampoerna Hijau versi "Pohon Rambutan" dan menyimpulkan berbagai makna yang ada pada gambar dan tanda pada iklan rokok Sampoerna Hijau versi "Pohon Rambutan". Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari dan memilih seluruh data - data yang tersedia.

(66)
(67)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Dan Penyajian Data\ 4.1.1. Sejarah Singkat PT. HM. Sampoerna Tbk.

PT H.M. Sampoerna Tbk, salah satu produsen rokok terkemuka di Indondesia, masik dalam jajaran perusahaan keluarga terbesar di dunia yang masih tetap berkiprah dari generasi ke generasi Sampoerna secara turun menurun. Kesuksesan diawali dari perintisan bisnis oleh Liem Seeng Tee, dilanjutkan kesuksesan Liem Swie membangun pondasi bisnis yang kokoh, lalu kemudian diteruskan hingga kini oleh Putera Sampoerna dan Michael Joseph Sampoerna, putranya.

1. Generasi Pertama

Sejarah perusahaan ini di mulai jauh sebelum 1913 ketika Liem Seeng Tee dan istrinya, Tjiang Nio, mendirikan perusahaan bernama Handel Maastchapij Liem Seeng Tee yang kemudian berubah menjadi NV Handel Maastchapij Sampoerna (H.M. Sampoerna). Setelah Perang Dunia II nama perusahaan tersebut di-Indonesiakan menjadi PT Hanjaya Mandala Sampoerna dengan tetap menonjolkan inisial HM. Ditengah situasi keuangan yang sulit, Liem Seeng Tee tetap bertekad menjadikan perusahaannya sebagai “Kerajaan Tembakau” dengan menempatkan karakter bahasa Mandarin “Wang” (yang dalam dialek Hokkian disebut “ong”) yang berati raja di depan produk keunggulannya Dji Sam Soe.

(68)

Rangkaian produk awal yang dibuat Sampoerna antara lain Sampoerna Star, Summer Palace, dan Statue of Liberty. Mulai awal 1940, bisnis H.M. Sampoerna terus tumbuh dengan pesat. Produksi gabungan rokok lintingin tangan dan lintingan mesin mencapai kurang lebih 3 juta batang per minggunya. Untuk melinting Dji Sam Soe saja diperlukan sekitar 1300 pekerja. Perang Dunia II menghancurkan asset perusahaan ini yang tertinggal hanya merek Dji Sam Soe. Pada tahun 1949 kondisi usaha PT H.M. Sampoerna sudah dapat pulih kembali.

2. Generasi Kedua

(69)

3. Generasi Ketiga

Putera Sampoerna, putera kedua Liem Swie Ling mulai aktif dalam perusahaan pada awal 70-an. Dengan kian berkembangnya perusahaan, tuang untuk produksi di Taman Sampoerna dan di Malang menjadi kian terbatas, sehingga pada tahun 1982 manajemen memutuskan pemindahan pusat usaha ke kawasan Industri Rungkut Surabaya. Pada saat itu telah banyak prestasi yang berhasil dicetak, antara lain pendirian laboratorium kontrol untuk memenuhi standar dan perolehan lisensi untuk transportasi komersial bagi PT Sampoerna Transportasi Nusantara (STN). STN dimanfaatkan untuk keperluan distribusi produksi-produksi Sampoerna. Pada tahun 1989, muncul ide brilian Putera Sampoerna dalam mengembangkan jajaran merek rokok berlabel “A”, ditandai dengan peluncuran A Mild rokok dengan kadar tar dan nikotin terendah.

Keberhasilan lainnya adalah dengan terdaftarnya PT. H.M. Sampoerna sabagai perusahaan publik pada 27 Agustus 1990. Ketika itu PT H.M. Sampoerna Tbk menjual sahamnya sebanyak 27 juta lembar dengan harga Rp 12.600,00 per lembar saham. Sejak saat itu, saham PT H.M. Sampoerna Tbk selalu menduduki lapisan saham papan atas (blue chip).

4. Generasi Keempat

(70)

Officer

Gambar

Gambar 4.3 Tampilan Visual dalam

Referensi

Dokumen terkait

Pada variabel kecerdasan intelektual nilai t hitung sebesar 2,102 dan nilai sig.. bahwa secara parsial terdapat pengaruh signifikan antara kecerdasan

Jika skor tersebut dimasukan ke dalam garis kontinum, maka strategi penetapan harga di Kampung Batu Malakasari menurut persepsi wisatawan berada pada kategori

Second, taking into account the dependence between the water content profile and the microwave penetration depth, the experimental relationship between

Sehubungan dengan itu diusulkan pemecahan masalah dengan membuat perancangan sistem informasi yang dapat membantu pembukuan, pengolahan data, nota transaksi dan

TINGKAT PEMENUHAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK GAMBAR BANGUNAN OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK UPI.. Universitas Pendidikan Indonesia

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, dan badan usaha. Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang

Adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan

Implementasi sistem tersebut dapat membantu perangkat desa dalam mengumpulkan data, dokumentasi kegiatan dan menyajikan informasi seperti informasi profile desa meliputi