• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENERIMA BANTUAN SOSIAL PANGAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2019 DENGAN ANALISIS JALUR LAPORAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENERIMA BANTUAN SOSIAL PANGAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2019 DENGAN ANALISIS JALUR LAPORAN TUGAS AKHIR"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENERIMA BANTUAN SOSIAL PANGAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2019 DENGAN ANALISIS JALUR

LAPORAN TUGAS AKHIR

HANNA NAOMI BR LUMBAN TOBING 172407062

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENERIMA BANTUAN SOSIAL PANGAN DI SUMATERA UTARA

TAHUN 2019 DENGAN ANALISIS JALUR

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

HANNA NAOMI BR LUMBAN TOBING 172407062

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENERIMA BANTUAN SOSIAL PANGAN DI SUMATERA UTARA

TAHUN 2019 DENGAN ANALISIS JALUR

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Februari 2021

Hanna Naomi Br Lumban Tobing 172407062

(4)

4

(5)

i

PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PENERIMA BANTUAN SOSIAL PANGAN DI

SUMATERA UTARA TAHUN 2019 DENGAN

ANALISIS JALUR Kategori : Laporan Tugas Akhir

Nama : Hanna Naomi Br Lumban Tobing Program Studi : Diploma 3 Statistika

Fakultas : MIPA – Universitas Sumatera Utara

Disetujui di,

Medan, Februari 2021

Ketua Program Studi D3 Statistika Pembimbing

Dr. Elly Rosmaini, M.Si Dr. Sutarman, M.Sc

NIP. 19600520 198503 2 002 NIP. 19631026 199103 1 001

(6)

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENERIMA BANTUAN SOSIAL PANGAN DI SUMATERA UTARA

TAHUN 2019 DENGAN ANALISIS JALUR

ABSTRAK

Salah satu contoh masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi adalah kemiskinan. Salah satu upaya pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan dalam memenuhi kesejahteraan sosial tersebut adalah dengan memberikan bantuan sosial. Banyaknya bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan pemerintah kepada masyarakat tentu sedikit banyak melahirkan sejumlah pertanyaan, seperti pertanyaan siapa saja yang menerima bantuan sosial tersebut?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut perlu kita lihat faktor-faktor tersebut yaitu jumlah penduduk, pendapatan, pengangguran serta kemiskinan. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik yang bertujuan untuk mendeteksi besarnya faktor-faktor ini, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat penerima bantuan sosial. Salah satu analisis statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat dari beberapa variabel adalah analisis jalur (path analysis) yang merupakan pengembangan langsung dari bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa faktor yang memiliki efek positif terbesar pada penerima bantuan sosial pangan ialah faktor jumlah penduduk sebesar 67,62 persen pada tahun 2019. Faktor yang memiliki efek negatif terbesar pada penerima bantuan sosial pangan ialah faktor pendapatan sebesar 80,5 persen pada tahun 2019.

Kata Kunci: Analisis Jalur, Bantuan Sosial Pangan

(7)

iii

FACTORS AFFECTING RECIPIENTS OF FOOD SOCIAL ASSISTANCE IN NORTH SUMATERA IN 2019 WITH PATH

ANALYSIS

ABSTRACT

One example of a social problem caused by economic factors is poverty.

One of the government's efforts to reduce poverty in fulfilling social welfare is by providing social assistance. The large amount of social assistance that the government has distributed to the community certainly raises a number of questions, such as the question of who receives the social assistance? In answering this question, we need to look at these factors, namely population, income, unemployment and poverty. This study uses statistical analysis methods that aim to detect the magnitude of these factors, either directly or indirectly, on the level of social assistance recipients. One statistical analysis that can be used to analyze the causal relationship of several variables is path analysis which is a direct development of the multiple regression form with the aim of providing an estimate of the level of importance and significance of the hypothetical causal relationship in a set of variables. In this study, the results show that the factor that has the greatest positive effect on food social assistance recipients is the population factor of 67.62 percent in 2019. The factor that has the biggest negative effect on food social assistance recipients is the income factor of 80.5 percent in in 2019.

Keywords: Path Analysis, Food Social Assistance

(8)

iv

PENGHARGAAN

Puji dan syukur atas penyertaan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat kasih karunia-Nya dan pengetahuan yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penerima Bantuan Sosial Pangan Di Sumatera Utara Tahun 2019 Dengan Analisis Jalur”. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar ahli madya bagi mahasiswa program D-3 Statistika Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Selama mengerjakan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan tugas akhir ini. Ide, masukan, kritikan dan bantuan lainnya merupakan hal-hal yang tak mungkin terbalas hanya dengan ucapan terimakasih.

2. Ibu Dr. Elly Rosmaini, M.Si dan Bapak Dr.Open Darnius, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi D3 Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada seluruh dosen-dosen dan staff administratif Program Studi D-3 Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan selama menjalankan perkuliahan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak David Lumban Tobing dan Ibu Julenta Sibarani, yang telah berjuang, mendidik, memberikan nasihat, memberikan pengorbanan waktu, tenaga, dan materi dengan penuh kasih sayang selama ini guna memperlancar perkuliahan penulis sampai saat ini. Terima kasih penulis ucapkan untuk semua

(9)

v

perjuangan, kasih sayang, motivasi dan yang selalu setia membawa penulis dalam setiap doa. Semoga ini bisa menjadi bagian dari kebanggaan dan kebahagiaan bagi kalian serta Tuhan selalu melindungi dan memberkati.

6. Kepada saudara saya yang terkasih, Viyata Lumban Tobing dan Maeka br Lumban Tobing, yang telah membantu, mendukung dan memberi motivasi serta semangat kepada penulis dalam menjalankan masa perkuliahan.

7. Kepada Yoel Napitupulu, yang selalu membantu, mengingati, menemani, mendengarkan dan memberikan semangat serta pertolongan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

8. Kepada keluarga besar penulis tanpa terkecuali yang telah mendukung dan mendoakan selama ini.

9. Kepada teman-teman perkuliahan terkhususnya Fifi Siallagan, Yuli Purba, Widya Sihombing, Tetty Simbolon, Agung Sitohang, Suprianto Simangunsong, terima kasih telah menemani, memberikan rasa persahabatan yang kuat, saling memberi dukungan, saling mengingatkan, dan membuat penulis menerima keluarga yang baru dalam masa perkuliahan.

10. Kepada teman-teman seperjuangan yaitu Statistika 2017. Terima kasih untuk setiap pelajaran, pertemanan, dan dukungan dalam masa perkuliahan hingga proses pengerjaan tugas akhir ini. Penulis tak dapat menyebutkan satu persatu. Semoga kita dapat bermanfaat untuk masyarakat dan negara ini, atas ilmu pengetahuan yang telah kita dapat selama perkuliahan dan pengetahuan diluar kampus kita.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian naskah skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan baik dalam hal penyajian materi maupun dalam menganalisis permasalahan yang ada dan tugas akhir ini jauh dari kata sempurna. Namun harapan penulis semoga tugas akhir ini bermanfaat

(10)

vi

kepada seluruh pembaca dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua.

Medan, Februari 2021

Hanna Naomi Br Lumban Tobing

(11)

vii

DAFTAR ISI

PENGESAHAN TUGAS AKHIR i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang 1

1. 2 Rumusan Masalah 4

1. 3 Batasan Masalah 4

1. 4 Tujuan Penelitian 5

1. 5 Manfaat Penelitian 5

1. 6 Metode Penulisan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Jalur 7

2.1.1 Manfaat Analisis Jalur 7

2.1.2 Tujuan Analisis Jalur 8

2.1.3 Konsep dan Istilah Dasar Dalam Analisis Jalur 8 2.1.4 Tahapan dalam Menggunakan Analisis Jalur 9

2.1.5 Diagram Jalur (Path Diagram) 10

2.1.6 Koefisien Jalur 12

2.1.7 Pengujian Koefisien Jalur 14

2.1.8 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen terhadap Variabel

Endogen 15

2.2 Jumlah Penduduk 16

2.3 Pendapatan 17

2.4 Kemiskinan 18

2.5 Pengangguran 19

2.6 Bantuan Sosial 20

(12)

viii BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data 21

3.2 Lokasi Penelitian 21

3.3 Ruang Lingkup 21

3.4 Variabel Penelitian 24

3.5 Langkah-Langkah dalam Metode Penelitian 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyajian Data 27

4.2 Pengolahan Data 28

4.2.1 Menentukan Variabel Endogen dan Variabel Eksogen 28 4.2.2 Menentukan dan Menggambarkan Diagram Jalur 28 4.2.3 Menghitung Korelasi Antar Variabel 29

4.2.4 Matriks Korelasi Antar Variabel 32

4.2.5 Menghitung Koefisien Jalur 33

4.2.6 Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen 41

4.3 Pengujian Hipotesis 44

4.3.1 Pengujian Hipotesis secara Simultan 44 4.3.2 Pengujian Hipotesis secara Individual 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 49

5.2 Saran 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

1.1 Jumlah Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara, 15 2018 dan 2019

4.1 Jumlah Penduduk, Pendapatan, Pengangguran, 39 Kemiskinan dan Penerima Bantuan Sosial Pangan di

Sumut Tahun 2019

4.2 Korelasi Antar Variabel 44

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1 Diagram Jalur 22

2.2 Diagram Jalur X1, X2, X3, Y terhadap Z 23

2.3 Hubungan Kausal dari X1X2X3 24

4.1 Model Diagram Jalur Hubungan Variabel Eksogen 41 dan Variabel Endogen

4.2 Diagram Jalur Sub Struktur 1 45

4.3 Diagram Jalur Sub Struktur 2 48

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran

Lampiran

Lampiran 1 Perhitungan Data

Lampiran 2 SK Pembimbing Tugas Akhir Program Studi D3 Statistika Lampiran 3 Formulir Bimbingan Tugas Akhir Mahasiswa

Lampiran 4 Surat Keterangan Hasil Uji Tugas Akhir

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Salah satu contoh masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah sosial serius yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Meskipun telah melakukan berbagai cara untuk membebaskan diri dari kemiskinan, kenyataannya bahwa sampai saat ini Indonesia belum bisa melepaskan diri dari masalah kemiskinan. Menurut Hagul (1985) dalam Bahransyah (2011) penyebab kemiskinan antara lain yaitu kurangnya sumber daya alam, kurangnya pengembangan sumber daya manusia, kurangnya lapangan kerja dan adanya struktur masyarakat yang menghambat. Sekelompok anggota masyarakat dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan kelompok anggota masyarakat tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan, di Indonesia, salah satu landasan yang digunakan untuk menentukan menentukan apakah seseorang termasuk kategori miskin atau tidak adalah dengan mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Kondisi kemiskinan tersebut mendorong pemerintah menggulirkan berbagai program penanggulangan kemiskinan. Salah satu upaya pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan dalam memenuhi kesejahteraan sosial tersebut adalah dengan memberikan bantuan sosial (UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 15).

Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 181 (2012), bantuan sosial (bansos) merupakan pengeluaran berupa transfer uang, barang, atau jasa yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Bansos

(17)

yang terintegrasi dengan baik dan tepat sasaran telah terbukti mampu mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan (World Bank, 2016).

Bantuan sosial menjadi sesuatu hal yang menarik banyak pihak karena banyak yang berkepentingan terhadap keberadaan bantuan sosial itu sendiri.

Pemerintah membutuhkannya sebagai wujud program kebijakan yang harus dilakukan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wakil Rakyat melihatnya sebagai pelaksanaan kewajiban pemerintah dan perhatian mereka terhadap rakyat yang sudah memilihnya. Sedangkan masyarakat/kelompok masyarakat membutuhkannya untuk kepentingan sosial dan kesejahteraan.

Kesejahteraan atau sejahtera menurut sisi ekonomi, dikatakan sejahtera manakala memiliki pendapatan dan kekayaaan yang berlimpah. Sedangkan sejahtera menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merujuk pada situasi yang aman, sentosa, dan makmur. Aman berarti terbebas dari bahaya dan gangguan. Hidup yang aman menandakan suatu kehidupan yang terbebas dari rasa takut dan khawatir. Sentosa diartikan sebagai keadaan yang terbebas dari segala kesukaran dan bencana. Sehingga, hidup yang sentosa adalah hidup dalam suasana aman, damai, dan tidak ada kekacauan. Sedangkan makmur menandakan situasi kehidupan yang serba kecukupan dan tidak kekurangan. Sehingga, semua kebutuhan dalam hidupnya terpenuhi. Dari ketiga kata yang mencangkup dalam definisi sejahtera tersebut, maka hidup dikatakan sejahtera bila setidak-tidaknya memenuhi tiga persyaratan yaitu, terbebas dari rasa takut dan khawatir, terbebas dari kesukaran, dan serba kecukupan.

Kemiskinan adalah sebagai suatu standart tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum belaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Banyak sekali masalah kemiskinan yang dihadapi oleh banyak negara, terutama bagi negara yang sedang berkembang.

Kemiskinan memang haruslah segera ditangani secara serius oleh individu itu sendiri dan pemerintah. Penaggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah merupakan kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang mempuyai atau yang

(18)

3

tidak mempuyai sumber mata pencarian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi keluarganya. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan memberikan bantuan sosial pangan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Bantuan sosial pangan adalah yang disalurkan dalam bantuan dari pemerintah kepada KPM (keluarga penerima manfaat) setiap bulannya dan mekanismenya ialah berupa bentuk uang elektronik yang digunakan hanya untuk membeli bahan pangan di pedagang bahan pangan atau disebut E- warong yang bekerjasama dengan Bank Penyalur.

Sasaran Program bantuan sosial pangan adalah keluarga dengan kondisi sosial ekonomi terendah di daerah pelaksanaan (kabupaten/kota) sesuai alokasi yang disediakan Pemerintah, dan namanya termasuk di dalam Daftar Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial.

Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara, 2018 dan 2019

Provinsi

Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Persentase Penduduk Miskin

2018 2019 2018 2019

Sept Maret Sept Sept Maret Sept

Sumut 1 291,99 1 282,04 1 260,50 8,94 8,83 8,63 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS

Dalam tabel 1 ditunjukan angka kemiskinan di Sumatera Utara terus mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk miskin pada September 2019, jumlah penduduk miskin turun menjadi 1,260 juta orang turun dari Maret 2019 yang sebesar 1,282 juta orang dan dari September 2018 yang sebanyak 1,291 juta orang. Walaupun jumlah penduduk miskin mengalami penurunan, namun jumlah penerima bantuan sosial berupa Program Keluarga Harapan (PKH) serta Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tidak mengalami penurunan.

Banyaknya bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan pemerintah kepada masyarakat tentu sedikit banyak melahirkan sejumlah pertanyaan, seperti

(19)

pertanyaan akankah semua bansos itu tepat sasaran? Atau bahkan ada pertanyaan seberapa manfaat bansos itu kepada masyarakat terutama dalam memutus mata rantai kemiskinan di level bawah. Pertanyan-pertanyaan seperti itu pasti akan lahir dari sejumlah elemen masyarakat baik yang bernada konstruktif maupun sebaliknya.

Dalam kasus ini akan dikaji dalam suatu kasus analisis statistik yang dapat mendeteksi besarnya faktor-faktor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung terhadapt tingkat penerima bantuan sosial pangan.

Salah satu analisis statistik yang dapat dilakukan untuk menganalisis hubungan sebab akibat dari beberapa variabel adalah analisis jalur (Path Analysis).

Berdasarkan latar belakang uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul, “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENERIMA BANTUAN SOSIAL PANGAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2019 DENGAN ANALISIS JALUR”

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap penerima bantuan sosial pangan?

2. Berapa besar pengaruh variabel-variabel penyebab penerima bantuan sosial pangan secara simultan (bersama-sama) dan parsial (sendiri-sendiri) terhadap tingkat penerima bantuan sosial pangan di Sumatera Utara?

1. 3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah peneliti menggunakan faktor-faktor yang dianggap berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung sebagai variabel-variabel yang berhubungan dengan penerima bantuan sosial pangan di Sumatera Utara. Adapun variabel- variabelnya yaitu, jumlah penduduk, kemiskinan, pengangguran, pendapatan,

(20)

5

dan penerima bantuan sosial pangan di Sumatera Utara. Data yang dibutuhkan didapat dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel tersebut, penulis menggunakan metode Analisis Jalur/ Path Analysis yang merupakan perluasan dari Regresi Linier Berganda.

1. 4 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap pengaruh Penerima Bantuan Sosial Pangan di Sumatera Utara.

2. Mengetahui berapa besar pengaruh variabel-variabel secara simultan (bersama) dan parsial (sendiri-sendiri) terhadap pengaruh Penerima Bantuan Sosial Pangan di Sumatera Utara.

1. 5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis sendiri, memperdalam ilmu tentang analisis jalur.

2. Bagi para pembaca, menambah wawasan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi pengaruh Penerima Bantuan Sosial Pangan di Sumatera Utara.

3. Bagi instansi terkait, memberikan informasi alternatif untuk mengatasi masalah penerima bantuan sosial pangan yang salah sasaran sehingga memberikan rasa aman dan adil kepada masyarakat.

1. 6 Metode Penulisan

Penulisan tugas akhir ini disusun secara sistematis, yang didalamnya dikemukakan bab sebagai berikut :

(21)

Bab 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan masalah, manfaat masalah, metode penelitian yang digunakan dan bagaimana sistematika penulisannya.

Bab 2 : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelesaian masalah sesuai dengan judul dan permasalahan yang diutarakan mengenai analisis jalur.

Bab 3 : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang objek pengamatan, metode pengambilan data, sumber data, dan teknik pengolahan data.

Bab 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai data yang akan dianalisis,metode analisis data dengan menggunakan analisis jalur serta interpretasi data.

Bab 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang beberapa kesimpulan dan saran yang dapat diberikan penulis sesuai dengan analisis yang dilakukan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Jalur

Analisis jalur atau path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1934 oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur yang ditemukannya ialah suatu metode untuk menganalisa sistem persamaan struktural yang dikembangkan untuk mengetahui hubungan langsung dan tidak langsung dari beberapa peubah. Analisis jalur sebenarnya sebuah teknik yang merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkannya yang dikenal sebagai model sebab-akibat (Sarwono, 2007).

Model analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Model analisis jalur yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab- akibat. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian dalam kerangka analisis jalur hanya berkisar pada:

a. Apakah variabel eksogen (X1, X2, ..., Xk) berpengaruh terhadap variabel endogen Y, atau

b. Berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung,kausal total maupun simultan seperangkat variabel eksogen (X1, X2, ..., Xk) terhadap variabel endogen Y.

2.1.1 Manfaat Analisis Jalur

Manfaat model analisis jalur adalah untuk:

a. Untuk penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti.

b. Untuk prediksi nilai variabel endogen (Y) berdasarkan dari nilai variabel eksogen (X).

(23)

c. Sebagai faktor determinan yaitu penentuan variabel eksogen (X) mana yang berpengaruh dominan terhadap variabel endogen (Y), juga untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y).

d. Pengujian model, menggunakan theory triming, baik untuk uji reabilitas konsep yang sudah ada ataupun uji pengembang konsep baru.

2.1.2 Tujuan Analisis Jalur

Tujuan dalam menggunakan analisis jalur diantaranya ialah untuk:

a. Melihat hubungan antar variabel.

b. Menerangkan mengapa variabel-variabel berkolerasi dengan menggunakan suatu model yang berurutan secara temporer.

c. Menggambar dan menguji suatu model matematis dengan menggunakan persamaan yang mendasarinya.

d. Mengetahui jalur penyebab suatu variabel tertentu terhadap variabel lain yang dipengaruhinya.

e. Menghitung besarnya pengaruh satu variabel independen exogenous atau lebih terhadap variabel dependen endogenus lainnya.

2.1.3 Konsep dan Istilah Dasar Dalam Analisis Jalur

Dalam analisis jalur dikenal beberapa konsep dan istilah dasar yaitu : a. Model jalur: suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas,

perantara dan terikat. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak panah.

b. Jalur penyebab untuk suatu variabel yang diberikan.

c. Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara pasangan variabel- variabel exogenous.

d. Variabel exogenous merupakan semua variabel yang dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya.

(24)

9

e. Variabel endogenous merupakan variabel yang mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya. Variabel yang termasuk di dalamnya ialah mencakup semua variabel perantara dan terikat.

f. Koefisien jalur (ρ) adalah koefisien regresi standar yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel terikat dalam suatu model jalur tertentu.

g. Variabel-variabel exogenous yang dikorelasikan.

h. Koefisien-koefisien jalur dapat digunakan untuk mengurai korelasi- korelasi dalam suatu model kedalam pengaruh langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan jalur langsung dan tidak langsung yang direfleksikan dengan anak panah dalamsuatu model tertentu.

i. Model recursive. Model penyebab yang mempunyai satu arah.

j. Model non-recursive. Model penyebab dengan disertai arah yang membalik (feed back loop) atau adanya pengaruh sebab-akibat (reciprocal) k. Direct Effect (DE) adalah pengaruh langsung yang dapat dilihat dari koefisien

jalur dari variabel eksogen ke variabel endogen.

l. Indirect Effect (IE) adalah urutan jalur melalui satu atau lebih variabel perantara.

2.1.4 Tahapan dalam Menggunakan Analisis Jalur

Adapun tahapan dalam menggunakan analisis jalur, yaitu:

a. Merancang model didasarkan pada teori.

b. Model yang dihipotesiskan

c. Menentukan model diagram jalurnya berdasarkan variabel-variabel yang dikaji.

d. Membuat diagram jalur

e. Membuat persamaan struktural

f. Menghitung matriks korelasi antar variabel g. Menghitung matriks invers

h. Menghitung koefisien jalur

i. Menghitung koefisien determinasi j. Menghitung pengaruh faktor lain

(25)

k. Menguji signifikansi koefisien jalur

l. Menghitung pengaruh parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.

2.1.5 Diagram Jalur (Path Diagram)

Dalam analisis jalur sebelum peneliti melakukan analisis suatu penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat diagram jalur yang digunakan untuk mempresentasikan permasalahan dalam bentuk gambar dan menentukan persamaan struktural yang menyatakan hubungan antar variabel pada diagram jalur tersebut. Untuk beberapa peneliti, diagram jalur dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan antar variabel, dibandingkan melihat persamaan.

Menurut Juliansyah (2014), Diagram jalur dapat digunakan untuk menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel eksogen terhadap suatu variabel endogen. Pengaruh pengaruh itu tercermin dalam apa yang disebut dengan koefisien jalur, dimana secara matematik analisis jalur mengikuti mode struktural. Langkah pertama dalam analisis jalur adalah merancang diagram jalur sesuai dengan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian Juliansyah kembali menegaskan bahwa persamaan struktural adalah persamaan yang menyatakan hubungan antar variabel pada diagram jalur yang ada, maka dibentuk diagram jalur seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Diagram Jalur

Pada analisis jalur, variabel dibedakan menjadi variabel eksogen yaitu variabel yang ditentukan oleh penyebab di luar model kausal dan variabel endogen yaitu variabel yang dijelaskan oleh variabel eksogen atau variabel lain dalam sistem. Pada gambar 2.1. ditunjukkan X1 dan X2 merupakan variabel

X1

Y X2

Z

(26)

11

𝜌𝑍𝑋1

Ɛ2

Ɛ1

𝜌𝑌𝑋1 𝜌𝑍𝑌

rX1X2

X

2

𝜌𝑍𝑋2

Z X

1

independen (eksogen) dan Y dan Z merupakan variabel dependen (endogen). X1

dan X2 mempunyai jalur hubungan tidak langsung dengan Z, karena harus melewati variabel Y dan variabel Y disebut interverning.

Persamaan struktural atau juga disebut model struktural yaitu apabila setiap variabel endogen secara unik keadaannya ditentukan oleh seperangkat variabel eksogen. Maka, berdasarkan diagram jalur pada gambar 2.1, dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan struktural. Selanjutnya gambar meragakan struktur hubungan kausal antar variabel disebut diagram jalur. Jadi, persamaan ini Y=F(X1, X2) dan Z=F(X1, X2,Y) merupakan persamaan struktural karena setiap persamaan menjelaskan hubungan kausal yaitu variabel eksogen X1, dan X2 terhadap variabel endogen Y dan Z.

Gambar 2.2 Diagram Jalur X1, X2, Y terhadap Z

Persamaan model struktural untuk diagram jalur gambar diatas:

𝑌 = 1 2 1 𝑍 = 1 2 𝑌1 2

Jadi, secara sistematik analisis jalur mengikuti pola model struktural, sehingga langkah awal untuk mengerjakan atau penerapan model analisis jalur yaitu dengan merumuskan persamaan struktural dan diagram jalur yang berdasarkan kajian teori tertentu yang telah diuraikan

Y

𝜌𝑌𝑋2 𝜌𝑋1𝑋2

(27)

2.1.6 Koefisien Jalur

Besarnya pengaruh langsung dari suatu variabel eksogen terhadap variabel endogen tertentu. Dinyatakan oleh besarnya numerik koefisien jalur (path coefficient) dari eksogen ke endogen. Penulisan untuk notasi dan simbol dari koefisien jalur sebagai berikut 𝑖𝑘 dimana i merupakan notasi dari variabel bebas (endogen) dan k merupakan variabel terikat (eksogen) (Somantri dan Muhidin, 2006).

Gambar 2.3 Hubungan Kausal dari 1 2 3

Hubungan antara 1 dan 2 adalah hubungan korelasional. Intensitas keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi 𝑟 1 2. Hubungan 1, 2, ke 3 adalah hubungan kausal. Besarnya pengaruh langsung dari

1 ke 3 dan dari 2 ke 3 masing-masing dinyatakan oleh besarnya nilai numerik koefisien jalur 3 1 dan 3 2.

Menurut Bryman dan Cramer (1990), untuk beralih dari diagram jalur hubungan kausal, kita perlu menghitung koefisien jalur tersebut. Koefisien jalur digunakan untuk melihat model persamaan dari diagram kausal tersebut, koefisien jalur didapatkan dari nilai regresi standar (beta weight). Koefisien regresi standar tersebut menunjukan efek langsung independen.

Langkah kerja yang dilakukan untuk menghitung koefisien jalur adalah:

1. Gambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya. Dengan demikian tampak jelas variabel apa saja yang merupakan variabel eksogen dan variabel endogennya.

X1

X2

X3

𝜌𝑋3𝑋2 𝑟𝑋1𝑋2

𝜌𝑋3𝑋1

𝜀

(28)

13

2. Menghitung matriks korelasi antar variabel

1 1

[

𝑟 𝑟

𝑟 𝑟

]

Formula untuk menghitung koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Product Moment Coefficient dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien korelasi dari Karl Pearson adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval. Formulanya:

𝑟 𝑌 ∑ 𝑌 ∑ 1∑ 𝑌

√ ∑ 2 2 ∑ 𝑌2 𝑌 2

Keterangan : 𝑟 𝑌 = Koefisien korelasi variabel dan variabel 𝑌

i = 1,2,…,n

n = Jumlah sampel

3. Identifikasikan sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien jalurnya. Misalkan dalam substruktur yang telah diidentifikasi terdapat k buah variabel eksogen, dan sebuah variabel endogen Xu yang dinyatakan oleh persamaan:

1 2

Keterangan : = Variabel eksogen = Variabel endogen = Error

dan untuk menghitung koefisien residunya (Ɛ) dihitung dengan rumus:

2 Keterangan : = Variabel endogen

= Error

(29)

4. Menghitung matriks invers korelasi eksogen, dengan rumus berikut:

1 1[

11 12 1

22 2

]

5. Menghitung semua koefisien jalur 𝑥𝑢𝑥𝑖 , di mana i = 1,2,..,k ; melalui rumus:

[ ] [

11 12 1

22 2

] [ 𝑟 𝑟 𝑟

]

Keterangan : = Koefisien jalur variabel 1 𝑟 = Korelasi antar variabel 1 11 = kofaktor dari kolom ke-i baris ke-i

2.1.7 Pengujian Koefisien Jalur

Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah dihitung secara bersamaan, serta menguji perbedaan besarnya pengaruh masing- masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas, dapat dilakukan langkah kerja berikut :

1. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji H0 : = 0 , Artinya terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu) terhadap variabel endogen (Xk)

H1 :≠ 0 , Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu) terhadap variabel endogen (Xk)

2. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu:

1) Untuk menguji setiap Koefisien jalur :

2

𝑘 Keterangan : 𝑖 = 1,2, …, k

(30)

15

k = Banyaknya variabel eksogenus yang didalam sub struktur yang diuji

Kriteria Pengujian : Ditolak H0 jika nilai thitung ttabel dan sebaliknya 2) Kaidah pengujian signifikansi secara manual, menggunakan

Tabel F

𝑘 ( 2 ) 𝑘 2 Keterangan : 𝑖 = 1,2, …, k

k = jumlah variabel bebas (eksogenus) 2 =

Jika Fhitung Ftabel, H0 diterima artinya signifikan dan sebaliknya Dengan taraf signifikan ( = 0,05

Mencari nilai Ftabel menggunakan tabel F dengan rumus:

1 1 Keterangan : 1 disebut nilai pembilang 2 disebut nilai penyebut

2.1.8 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen Pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogen dari dua atau lebih variabel eksogen, dapat secara sendiri maupun secara bersama-sama. Pengaruh secara sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa juga berupa pengaruh tidak langsung, yaitu melalui variabel eksogen yang lainnya.

Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen secara parsial, dapat dilakukan dengan rumus:

1. Besarnya pengaruh langsung variabel eksogen ( ) terhadap variabel endogen ( ).

2

2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogen ( ) terhadap variabel endogen ( ) melalui hubungan korelasi dari variabel = ( )( 𝑟 )( )

(31)

3. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel bebas ( ) terhadap variabel melalui variabel

4. Besarnya pengaruh total adalah pengaruh langsung dijumlahkan dengan variabel tidak langsung.

Pengaruh Total = DE + IE

5. Besarnya pengaruh simultan variabel eksogen terhadap variabel endogen adalah:

2 [

𝑟 𝑟 𝑟

]

Keterangan:

1. 2 adalah koefisien determinasi total terhadap atau besarnya pengaruh variabel eksogen secara bersama-sama (gabungan) terhadap variabel endogen.

2. adalah koefisien jalur.

3. 𝑟 𝑟 𝑟 adalah koefisien variabel eksogen dengan variabel endogen.

2.2 Jumlah Penduduk

Penduduk memiliki peran penting karena menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Selain itu, pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan bertambah dan makin kompleks kebutuhannya. Menurut Sukirno (1985) penduduk merupakan unsur penting dalam usaha meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan perekonomian.

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk di daerah yang mempunyai pengaruh oleh fertilitas, moralitas dan migrasi. Apabila angka fertilitas lebih besar dari pada angka mortalitas, maka pertumbuhan penduduk menjadi positif.

(32)

17

Menurut Saharuddin (2016), Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin sulit melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi dan sosial. Tingginya tingkat kelahiran merupakan penyumbang utama pertumbuhan kota yang cepat. Hal ini membawa masalah- masalah baru dalam menata maupun mempertahankan tingkat kesejahteraan warga kota.

2.3 Pendapatan

Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan atau organisasi dari kegiatan aktivitasnya seperti penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi pemerintah seperti pendapatan melalui penerimaan atau pungutan pajak. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran. Namun, pendapatan yang dimaksud ialah pendapatan nasional.

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

Setelah dilakukannya penelitian, ternyata sebanyak 24 persen penduduk Indonesia hidup di antara garis kemiskinan dan 1,5 kali garis kemiskinan masih sangat rentan untuk kembali jatuh miskin jika mereka mengalami guncangan,

(33)

seperti terkena penyakit, bencana alam, atau gangguan lainnya terhadap pendapatan dan mata pencaharian sehari-hari mereka (World Bank, 2017).

Program Sasaran Program Sembako adalah keluarga dengan kondisi sosial ekonomi terendah di daerah pelaksanaan (kabupaten/kota) sesuai alokasi yang disediakan Pemerintah, dan namanya termasuk di dalam Daftar Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial. Daftar KPM Program Sembako bersumber dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang telah diverifikasi dan divalidasi oleh Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu, antara pendapatan dengan penerima bantuan sosial saling memiliki hubungan.

2.4 Kemiskinan

Badan Pusat Statistik sebagai instansi yang dipercaya pemerintah untuk menghitung angka kemiskinan menggunakan pendekatan pengeluaran untuk menghitung angka kemiskinan ini. Menurut BPS, penduduk dianggap miskin jika ia tidak mampu dari segi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan.

Berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Sumatera Utara, angka kemiskinan Sumatera Utara mengalami penurunan sebesar 0,11 persen yaitu dari 8,94 persen pada September 2018 menjadi 8,83 persen pada Maret 2019. Artinya terdapat sekitar 1,2 juta penduduk Sumatera Utara yang masuk dalam kategori miskin. Jika dilihat berdasarkan lokasi tempat tinggal, ternyata persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 8,8 persen sedangkan di perdesaan sebesar 9,05 persen atau dengan kata lain jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih banyak dibandingkan di perkotaan.

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu wilayah selalu menjadi masalah yang serius. Mengapa serius? Karena seseorang yang miskin akan melahirkan generasi penerus yang kekurangan gizi dan mengenyam pendidikan yang relatif menengah kebawah sehingga ketika masuk ke pasar tenaga kerja sulit berjuang dengan tenaga kerja yang memiliki pendidikan tinggi dan kualitas SDM yang tinggi.

Maka muncul masalah baru, yaitu pengangguran.

(34)

19

2.5 Pengangguran

Menurut BPS, pengangguran didefinisikan sebagai penduduk usia 15 tahun keatas yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi tidak termasuk penduduk yang sedang bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengangguran biasanya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak dapat diserap oleh lapangan pekerjaan yang ada. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerjayang tidak terserap oleh pasar kerja. TPT Sumatera Utara pada Agustus 2019 sebesar 5,41 persen. Artinya, terdapat sekitar 303 ribu penduduk usia kerja (15 tahun keatas) di Sumatera Utara berstatus sebagai pengangguran.

Pengangguran ini sendiri disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Pertama, tingginya laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan hasil SP2010 laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara sebesar 1,33 persen pertahun. Hal ini berarti bahwa setiap tahun angkatan kerja juga semakin bertambah. Kenaikan jumlah penduduk ini tidak sebanding dengan angka kesempatan kerja yang ada.

Kedua, kurang memadainya kualitas pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan kompetensi yang dimiliki juga akan semakin meningkat.

Penduduk berpendidikan rendah cenderung tidak memilih-milih pekerjaan berbeda dengan penduduk berpendidikan tinggi yang lebih selektif dalam memilih lapangan pekerjaan. Selain itu penduduk dengan pendidikan rendah, sebagian besar berasal dari kalangan penduduk miskin sehingga harus segera bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Ketiga, kualitas SDM yang rendah. Rendahnya kualitas SDM ini merupakan dampak dari tingkat pendidikan yang rendah sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja.

Keterkaitan antara pengangguran dengan kemiskinan ini sangat erat sekali.

Seseorang yang menganggur tentunya tidak mendapatkan penghasilan. Tingkat kemiskinan ini akan bergerak mengikuti tingkat pengangguran. Semakin turun angka pengangguran maka kemiskinan juga akan turun begitu juga sebaliknya.

(35)

2.6 Bantuan Sosial

Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 181 tahun 2012, bantuan sosial (bansos) merupakan pengeluaran berupa transfer uang, barang, atau jasa yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Sebenarnya, bansos yang terrlaksana dengan baik, tertib dan tepat sasaran harusnya mampu mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan.

Bantuan sosial menjadi sesuatu hal yang menarik banyak pihak karena banyak yang berkepentingan terhadap keberadaan bantuan sosial itu sendiri.

Pemerintah membutuhkannya sebagai wujud program kebijakan yang harus dilakukan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. DPR atau Wakil Rakyat melihatnya sebagai pelaksanaan kewajiban pemerintah dan perhatian mereka terhadap rakyat yang sudah memilihnya. Sedangkan masyarakat/kelompok masyarakat membutuhkannya untuk kepentingan sosial dan kesejahteraan.

Pemberi Bantuan Sosial adalah Satuan Kerja pada Kementerian/Lembaga pada Pemerintah Pusat dan/atau Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah yang tugas dan fungsinya melaksanakan program penanggulangan kemiskinan. Sedangkan Penerima Bantuan Sosial adalah seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial. (Peraturan Presiden Republik Indonesia No 63 Tahun 2017 Tentang Penyaluran Bantuan Sosial secara Non-Tunai).

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara mengambil data ke Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara. Penulis memperoleh data dengan cara studi kepustakaan terlebih dahulu yaitu dengan membaca buku – buku yang bersifat teoritis yang mendukung serta relevan.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam melakukan penulisan Tugas Akhir ini penulis mengambil data secara sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Jl. Asrama No. 179, Dwi Kora, Medan Helvetia, Kota Medan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah yang berada di Sumatera Utara dengan data yang ada pada tahun 2019.

3.3 Ruang Lingkup

Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya, BPS merupakan Biro Pusat Statistik, yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU Nomer 7 Tahun 1960 tentang Statistik. Sebagai pengganti kedua UU tersebut ditetapkan UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Berdasarkan UU ini yang ditindaklanjuti dengan peraturan perundangan dibawahnya, secara formal nama Biro Pusat Statistik diganti menjadi Badan Pusat Statistik.

Materi yang merupakan muatan baru dalam UU Nomor 16 Tahun 1997, antara lain :

(37)

a. Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya terdiri atas statistik dasar yang sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS, statistik sektoral yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah secara mandiri atau bersama dengan BPS, serta statistik khusus yang diselenggarakan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama dengan BPS.

b. Hasil statistik yang diselenggarakan oleh BPS diumumkan dalam Berita Resmi Statistik (BRS) secara teratur dan transparan agar masyarakat dengan mudah mengetahui dan atau mendapatkan data yang diperlukan.

c. Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.

d. Dibentuknya Forum Masyarakat Statistik sebagai wadah untuk menampung aspirasi masyarakat statistik, yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada BPS.

Berdasarkan undang-undang yang telah disebutkan di atas, peranan yang harus dijalankan oleh BPS adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data ini didapatkan dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan juga dari departemen atau lembaga pemerintahan lainnya sebagai data sekunder.

b. Membantu kegiatan statistik di departemen, lembaga pemerintah atau institusi lainnya, dalam membangun sistem perstatistikan nasional.

c. Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan metodologi statistik, dan menyediakan pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan statistik.

d. Membangun kerjasama dengan institusi internasional dan negara lain untuk kepentingan perkembangan statistik Indonesia.

1. Visi

Pelopor data statistik terpercaya untuk semua 2. Misi

1) Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik untuk penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien.

(38)

23

2) Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan Indonesia.

3) Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi, pengukuran, dan kode etik statistik yang bersifat universal dalam setiap penyelenggaraan statistik.

4) Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak.

5) Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik yang diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem Statistik Nasional (SSN) yang efektif dan efisien.

3. Nilai-Nilai Inti

Core values (nilai–nilai inti) BPS merupakan pondasi yang kokoh untuk membangun jati diri dan penuntun perilaku setiap insan BPS dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai Inti BPS terdiri dari:

a. Profesional i. Kompeten

Mempunyai keahlian dalam bidang tugas yang diemban ii. Efektif

Memberikan hasil maksimal iii. Efisien

Mengerjakan setiap tugas secara produktif, dengan sumber daya minimal iv. Inovatif

Selalu melaukan permbaruan dan/atau penyempurnaan melalui proses pembelajaran diri secara terus menerus

v. Sistemik

Meyakini bahwa setiap pekerjaan mempunyai tata urutan proses perkerjaan yang satu menjadi bagian tidak terpisahkan dari pekerjaan yang lain.

b. Integritas i. Dedikasi

Memiliki pengabdian yang tinggi terhadap profesi yang diemban dan institusi.

(39)

ii. Disiplin

Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

iii. Konsisten

Satunya kata dengan perbuatan.

iv. Terbuka

Menghargai ide, saran, pendapat, masukan, dan kritik dari berbagai pihak.

v. Akuntabel

Bertanggung jawab dan setiap langkahnya terukur.

c. Amanah i. Terpercaya

Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, yang tidak hanya didasarkan pada logika tetapi juga sekaligus menyentuh dimensi mental spiritual.

ii. Jujur

Melaksanakan semua pekerjaan dengan tidak menyimpang dari prinsip moralitas.

iii. Tulus

Melaksanakan tugas tanpa pamrih, menghindari konflik kepentingan (pribadi, kelompok, dan golongan), serta mendedikasikan semua tugas untuk perlindungan kehidupan manusia, sebagai amal ibadah atau perbuatan untuk Tuhan Yang Maha Esa.

iv. Adil

Menempatkan sesuatu secara berkeadilan dan memberikan haknya.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah Penduduk, Pendidikan, Kemiskinan, Pengangguran, dan Kriminalitas.

1. Jumlah Penduduk (X1)

Jumlah penduduk adalah menurut jenis kelamin di tiap kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Utara sebanyak per ribu jiwa.

2. Pendapatan (X2)

(40)

25

Pendapatan adalah pendapatan domestik regional bruto menurut kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Utara sebanyak per juta rupiah.

3. Pengangguran (X3)

Pengangguran adalah persentase tingkat pengangguran penduduk menurut kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Utara.

4. Kemiskinan (Y)

Kemiskinan adalah jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Utara sebanyak per ribu jiwa.

5. Penerima bantuan sosial pangan (Z)

Penerima bantuan sosial pangan adalah jumlah penduduk penerima bantuan sosial pangan menurut kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Utara sebanyak per ribu jiwa.

3.5 Langkah-Langkah dalam Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam melaksanakan penelitian di antaranya adalah:

1. Metode Penelitian Kepustakaan (Studi Literatur)

Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan membaca dan mempelajari bukubuku ataupun literatur pelajaran yang didapat di perkuliahan ataupun umum, serta sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk keperluan penelitian dilakukan penulis dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data primer yang diperoleh oleh pihak lain yang umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram.

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Data yang telah dikumpulkan kemudian diatur, disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang sekumpulan data tersebut.

(41)

3. Metode Pengolahan Data

Data penelitian dianalisa dengan menggunakan metode analisis jalur untuk melihat persamaan analisis jalur dan untuk mengetahui hubungan setiap variabel digunakan analisis korelasi. Adapun langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah:

a. Menentukan variabel eksogen dan endogen.

b. Menentukan model dan menggambar diagram jalur.

c. Merumuskan persamaan struktural.

d. Menentukan matriks korelasi e. Menghitung koefisien jalur.

f. Menghitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen.

g. Membuat kesimpulan.

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyajian Data

Data yang akan diolah dalam tugas akhir ini adalah data yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara yaitu data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Penerima Bantuan Sosial di Sumatera Utara pada tahun 2019. Adapun data yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Pendapatan, Pengangguran, Kemiskinan dan Penerima Bantuan Sosial Pangan di Sumatera Utara Tahun 2019

No Kab/Kota

Jumlah Penduduk

(per ribu jiwa)

Pendapatan (per juta

rupiah)

Pengangguran (%)

Kemiskinan (per ribu

jiwa)

Penerima Bantuan Sosial (per

ribu jiwa)

1 Nias 27,69 26,69 1,09 22,10 8,54

2 Mandailing

Natal 104,58 30,28 6,37 40,64 21,55

3 Tapanuli Selatan 65,30 49,42 4,17 24,22 16,55

4 Tapanuli Tengah 80,81 26,43 7,26 46,99 19,86

5 Tapanuli Utara 69,66 26,14 1,33 28,57 14,22

6 Toba Samosir 44,88 41,79 1,26 15,78 8,10

7 Labuhan Batu 111,30 68,01 5,70 41,52 18,79

8 Asahan 170,28 51,30 6,86 70,53 38,75

9 Simalungun 221,23 43,85 4,39 76,33 46,75

10 Dairi 67,90 32,24 1,58 21,86 16,15

11 Karo 111,64 49,50 1,09 34,08 14,00

12 Deli Serdang 513,41 49,79 5,74 84,94 64,12

13 Langkat 255,71 40,81 5,30 103,08 66,26

14 Nias Selatan 66,82 21,45 2,25 52,51 20,91

15 Humbang

Hasundutan 43,04 31,29 0,33 16,60 10,77

16 Pakpak Bharat 11,00 24,08 0,19 4,52 2,94

17 Samosir 30,33 35,14 1,25 15,79 7,57

(43)

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Pendapatan, Pengangguran, Kemiskinan dan Penerima Bantuan Sosial Pangan di Sumatera Utara Tahun 2019 (lanjutan)

No Kab/Kota

Jumlah Penduduk

(per ribu jiwa)

Pendapatan (per juta

rupiah)

Pengangguran (%)

Kemiskinan (per ribu

jiwa)

Penerima Bantuan Sosial (per

ribu jiwa) 18 Serdang

Bedagai 150,11 45,36 4,37 48,69 28,29

19 Batu Bara 95,40 81,75 6,69 50,46 28,72

20 Padang Lawas

Utara 63,41 42,61 3,21 26,06 9,95

21 Padang Lawas 64,84 40,44 4,24 23,17 10,56

22 Labuhanbatu

Selatan 80,14 80,04 4,80 30,17 9,74

23 Labuanbatu

Utara 84,18 67,01 5,84 34,76 17,74

24 Nias Utara 28,35 25,48 3,07 34,42 15,39

25 Nias Barat 17,11 22,12 1,63 22,08 8,87

26 Sibolga 18,80 63,13 7,40 10,82 5,36

27 Tanjungbalai 37,46 51,09 6,82 24,54 15,23

28 Pematangsiantar 59,69 54,57 11,09 21,99 13,33

29 Tebing Tinggi 39,29 36,03 8,60 16,30 8,40

30 Medan 523,10 105,92 8,53 183,79 70,68

31 Binjai 63,48 42,30 6,14 15,61 10,42

32 Padangsidimpuan 49,69 28,73 4,34 16,06 8,36

33 Gunungsitoli 29,19 38,71 5,59 23,06 13,83

Sumber: BPS Sumut 2019

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Menentukan Variabel Endogen dan Variabel Eksogen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel endogen adalah Pengangguran dan Kriminalitas. Sementara itu yang menjadi variabel eksogennya adalah Jumlah Penduduk, Pendapatan dan Pengangguran di Sumatera Utara.

4.2.2 Menentukan dan Menggambarkan Diagram Jalur

Menentukan model diagram alur berdasarkan paradigma hubungan variabel dengan tahapan sebagai berikut:

(44)

29

𝑟𝑋1𝑋3

𝜌𝑋1𝑌

𝑟𝑋2𝑋3

𝜌𝑋2𝑌

𝜌𝑋3𝑌

𝜌𝑋1𝑍

𝜌𝑋3𝑍

𝜌𝑋2𝑍 𝜌𝑌𝑍

𝜀

1

𝜀

2

Gambar 4.1 Model Diagram Jalur Hubungan Variabel Eksogen dan Variabel Endogen

Keterangan:

1 : Jumlah Penduduk

1 : Pendapatan

1 : Pengangguran 𝑌 : Kemiskinan

𝑍 : Penerima Bantuan Sosial Pangan

4.2.3 Menghitung Korelasi Antar Variabel

Menghitung korelasi antar setiap variabel adalah dengan menggunakan product moment pearson dengan rumus:

𝑟 𝑌 ∑ 1 212

√ ∑ 12 1 2 22 2 2 Menghitung Korelasi X1 dan X2

𝑟 1 21 212

√ ∑ 12 1 2 22 2 2 𝑋1

𝑋2

𝑋3

𝑍 𝑌

𝑟𝑋1𝑋2

Gambar

2.1.5  Diagram Jalur (Path Diagram)
Gambar 2.2 Diagram Jalur X 1 , X 2 , Y terhadap Z
Gambar 2.3 Hubungan Kausal dari  1 2 3
Gambar 4.1 Model Diagram Jalur Hubungan Variabel Eksogen dan Variabel  Endogen  Keterangan:  1 : Jumlah Penduduk  1 : Pendapatan  1 : Pengangguran
+4

Referensi

Dokumen terkait

sebesar 5%. Hasil penelitian menemukan bahwa variabel kepribadian, lingkungan dan demografis secara serempak berpengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa. Variabel

Hasil dari penelitian ini secara simultan variabel investasi sektor industri, jumlah industri, UMR, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap permintaan tenaga

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperolah kesimpulan bahwa faktor yang berpengaruh langsung secara simultan terhadap prestsai mahasiswa D3 Statistika adalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, peneliti menarik rumusan masalah penelitian dan kemudian menjadikannya kedalam sebuah penelitian yang berjudul

Kerangka pikir adalah gambaran tentang keterkaitan antar variabel penelitian yang akan dikaji dan yang akan dibangun oleh peneliti untuk memecahkan masalah atau

Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan diteliti 4 (empat) variabel yang dianggap sebagai faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT.. KEMISKINAN DI PROVINSI

Hasil dari penelitian ini adalah bauran pemasaran berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas konsumen baik secara langsung ataupun dimediasi oleh variabel kepuasan