KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI
I GUSTI AYU SRI KRISNAWATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
I GUSTI AYU SRI KRISNAWATI NIM 1390161016
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GUSTI AYU SRI KRISNAWATI NIM 1390161016
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
Ketua : Prof. Dr. N. L. Sutjiati Beratha, M.A. Anggota :
1. Dr. Ni Luh Nyoman Seri Malini, M.Hum. 2. Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S.
3. Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.
4. Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D.
Program Studi : Magister Linguistik Konsentrasi Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 28 April 2016
(I Gusti Ayu Sri Krisnawati)
ini yang berjudul “Penerapan Mind Mapping Pada Keterampilan Menulis Karangan Narasi”. Penulis menyadari bahwa tersusunnya tesis ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, melainkan juga bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD. KEMD selaku Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. selaku Ketua Program Magister Linguistik dan para dosen Program Studi Magister Linguistik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa pada Program Pascasarjana Konsentrasi Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.
Ebuh, Bu Komang, Pak Sadra, dan Bu Gung yang telah banyak membantu segala kelengkapan administrasi selama penulis mengikuti perkuliahan. Selain itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drs. Gusti Made Puja Armaya, M.M., M.Pd. selaku Kepala SMAN 1 Sukawati dan Kadek Suastika, S.S. selaku guru bahasa Inggris yang telah memberikan bantuan dan bekerja sama dengan baik selama penelitian ini dilakukan.
Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu selama proses penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, semua saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Penulis
tetap berharap tesis ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan bermanfaat
sebagaimana mestinya.
Denpasar, 28 April 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X SMA 1 Sukawati sebelum dan sesudah penerapan mind mapping. Di samping itu, juga untuk mengetahui faktor-faktor atau hal yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X.7 yang terdiri atas 37 siswa dan siswa kelas X.10 yang terdiri atas 36 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk kuasi eksperimen dengan desain
nonequivalent design. Penelitian ini terdiri atas dua tahapan, yaitu pelaksanaan
pretest yang digunakan untuk mempersiapkan tes akhir sebelum penerapan teknik
dilakukan dan posttest untuk mengaplikasikan metode peta pikiran ini. Pengumpulan data menggunakan empat instrumen, yaitu tes, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Data yang ada dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik juga dengan deskripsi.
Pada tahap pretest siswa control group memeroleh nilai 70,1, sedangkan siswa exsperimental group memeroleh nilai 69,9. Sebanyak 11% siswa
experimental group mencapai nilai KKM, sedangkan siswa control group yang
mencapai KKM adalah 14% siswa Pada tahap posttest, siswa control group
memeroleh nilai 75,4, sedangkan siswa exsperimental group berhasil mencapai nilai 80,7. Sebanyak 73% siswa experimental group mencapai nilai KKM, sedangkan siswa control group yang mencapai KKM hanya 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memeroleh treatment dengan metode peta pikiran mencapai nilai yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak memeroleh
treatment. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
kualitas proses pembelajaran menulis narasi setelah diadakan treatment dengan metode mind mapping. Hal yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
This study aimed at finding out the writing skill of narrative text in tenth grade students of SMA 1 Sukawati before and aftter the application of mind mapping, and things that influenced evaluation result of students. The sampling were purposely taken from class X.7 consisting of 37 students and class X.10 consisting of 36 students.
This study was designed in the form of quasi experiment with Nonequivalent Design. This study consists of two stages, pretest was used to obtain the data before treatment and posttest to obtain data after treatment and applied the mind mapping method. To collect data, four instruments were used; test, observation, questionnaires and documentations. The data were analyzed qualitatively and quantitatively. The data analysis was presented in the table and chart of progressive analysis, and also in descriptive explanation.
During pretest, the control group students achieved score 70,1 while the experimental group students achieved score 69,9. About 11% students from experimental group achieved minimum score criteria, meanwhile 14% students from control group achieved minimum score criteria. During posttest, the control group students achieved score 75,4 while the experimental group students achieved score 80,7. About 73% students from experimental group achieved minimum score criteria, meanwhile only 25% students from control group achieved minimum score criteria. The result of analysis showed that students who obtained treatment with the mind mapping method achieved higher score than the students who didn’t obtain treatment. Based on the research result, it can be concluded that there is a quality improvement in studying process of writing narrative after the treatment has been done based on mind mapping method. Things that influenced the evaluation result of students can be divided into two factors, those are internal factors and external factors.
SAMPUL DALAM...i
3.3 Jenis dan Sumber Data... 42
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 46
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data... 47
3.7.1 Analisis Data Kuantitatif... 48
3.7.2 Analisis Data Kualitatif... 52
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data... 52
BAB IV PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI... 55
4.1 Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X Sebelum Penerapan Metode Mind Mapping... 55
4.1.1 Hasil Kuesioner Pretest Control Group dan Experimental Group... 56
4.1.2 Hasil Pretest Control Group... 58
4.1.3 Hasil Pretest Experimental Group... 84
4.1.4 Perbandingan Hasil Pretest Siswa Pada Control Group dan Experimental Group... 110
4.2 Penerapan Metode Mind Mapping dalam Keterampilan Menulis Karangan Narasi... 112
4.3 Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X Setelah Penerapan Metode Mind Mapping... 122
4.3.1 Analisis Hasil Posttest Control
4.3.4 Perbandingan Hasil Posttest Pada Control Group dan
4.4.2 Faktor
Eksternal... 182
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
2.2 Contoh BOIs... 33
2.3 Contoh Cabang-Cabang BOIs... 33
2.4 Contoh Image... 34
2.5 Contoh Peta Pikiran... 36
2.6 Model Penelitian... 38
3.1 Non-equivalent Control Group Design... 45
4.1 Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Aspek-Aspek dalam Menulis Narasi pada Pretest... 110
4.2 Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Kelas Pada Pretest... 111
4.3 Gambar Contoh Mind Mapping Unsur-Unsur Narasi... 117
4.4 Gambar Contoh Mind Mapping dengan Topik Bad Experiance... 118
4.5 Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Aspek-Aspek Dalam Menulis Narasi pada Posttest... 176
4.6 Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Kelas pada Posttest... 177 4.7 Diagram Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest pada Control Group dan Experimental Group..... 178
3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 41
3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi... 48
4.1 Hasil Kuesioner Pretest Control Group dan Experimental Group... 56
4.2 Hasil Pretest Siswa Kelas X.10 (Control Group)... 59
4.3 Penilaian Karangan Siswa secara Umum pada Aspek Isi... 65
4.4 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Organisasi... 70
4.5 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Kosakata... 75
4.6 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Tata Bahasa... 80
4.7 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Mekanik... 84
4.8 Hasil Pretest Siswa Kelas X.7 (Experimental Group)... 85
4.9 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Isi... 91
4.10 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Organisasi... 96
4.11 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Kosakata... .. 101
4.12 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Tata Bahasa... 106
4.13 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Mekanik... 109
4.14 Hasil Posttest Siswa Kelas X.10 (Control Group)... 123
4.15 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Isi... 129
4.16 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Organisasi... 134
4.17 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Kosakata... 139
4.18 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Tata Bahasa... 144
4.19 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Mekanik... 147
4.20 Hasil Posttest Siswa Kelas X.7 (Experimental Group)... 148
4.21 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Isi... 156
4.22 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Organisasi... 162
4.23 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Kosakata... 166
4.24 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Tata Bahasa... 170
4.25 Penilaian Karangan Secara Umum pada Aspek Mekanik... 173
Singkatan
KKM Kriteria Ketuntasan Minimal
KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Sekolah Menengah Atas
S01 Siswa Nomor Urut Satu X Kelas Sepuluh
Tanda
Σ Untuk menunjukkan jumlah
[ ] Untuk menyatakan bahwa suatu tuturan tidak berterima atau tidak gramatikal dan suatu tuturan telah mengalami proses pembenaran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum keterampilan dalam pembelajaran bahasa dibagi menjadi
empat ranah, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writting skills). Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Menulis dan berbicara termasuk ke
dalam productive skills, sedangkan membaca dan menyimak termasuk ke dalam
receptive skills. Salah satu aspek pembelajaran bahasa di sekolah yang memegang peranan penting adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan salah satu
kompetensi berbahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, yaitu mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari
empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa.
Menurut Mulyati (2008:53) menulis itu sendiri merupakan suatu proses berpikir
dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan).
Mengarang adalah aktivitas untuk menuangkan ide atau gagasan ke
dalam sebuah karya tulis dengan tujuan tertentu. Mengarang dapat diartikan
sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan
untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau untuk
dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau pengarang
(Gie, 1992:17). Jenis-jenis karangan, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi. Rosdiana (2008:322) menyatakan bahwa karangan
narasi merupakan salah satu jenis wacana yang berisi cerita. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah salah satu jenis karangan yang
sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman, pengamatan, maupun
berdasarkan rekaan pengarang.
Karangan narasi merupakan salah satu bentuk tulisan yang sudah
dipelajari sejak di jenjang sekolah dasar. Melalui kegiatan menulis, siswa dapat
mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain. Keterampilan
menulis ini, merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi siswa.
Dikatakan penting sebab siswa akan lebih mudah menungkan ide dan pokok
pikirannya dalam bentuk tulisan. Namun, keterampilan menulis sering dianggap
membosankan sehingga siswa kurang tertarik untuk mengembangkannya. Apabila
keterampilan ini tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk
mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin
berkurang atau tidak berkembang. Hal itu diungkapkan oleh Prastiwi (2014)
dalam tulisannya yang membahas mengenai seberapa efektif peran gambar dalam
meningkatkan keterampilan anak dalam menulis paragraf narasi. Dalam tulisan
itu, Prastiwi memaparkan bahwa keterampilan menulis narasi merupakan
keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh siswa sebagai landasan untuk
Kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu di
antaranya adalah metode pembelajaran. Metode adalah cara kerja yang bersifat
relatif umum yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Soli, 2008:2).
Salah satu metode pembelajaran yang dinilai dapat mengoptimalkan hasil belajar
adalah metode peta konsep atau disebut juga mind mapping. Edward (2009:64) mengatakan bahwa mind mapping adalah metode yang paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Mind mapping merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar. Teori ini juga dikemukakan oleh Hermawati (2009) dalam
tulisannya mengenai pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap peningkatan keterampilan menulis cerpen oleh siswa kelas X SMA
Muhammadiyah Salatiga. Hasil penelitian Hermawati menunjukkan bahwa
metode mind mapping secara efektif dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat Edward (2009:64--65), bahwa metode
mind mapping mempunyai banyak keunggulan, di antaranya adalah proses pembuatan mind mapping bersifat unik dan menyenangkan sehingga mudah diingat oleh siswa. Dengan kebiasaan menuangkan pokok pikiran ke dalam
tulisan, maka akan membantu siswa meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan
pemahaman dalam menulis narasi sehingga siswa dapat lebih mengembangkan
kemampuan menulisnya dengan metode mind mapping. Oleh karena itu, metode
metode ini dapat membantu siswa untuk membuat sebuah karangan yang lebih
terstruktur, jelas, dan bersifat kohesif.
Pembahasan tentang penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Inggris telah menjadi bahan kajian
beberapa penulis. Misalnya, mengenai penerapan metode mind mapping dalam berbagai aspek pendidikan, terutama dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa.
Tulisan-tulisan yang ada saat ini umumnya sudah dapat menjelaskan secara lebih
spesifik tentang pengaruh penerapan metode mind mapping terhadap berbagai aspek pada proses pembelajaran bahasa. Namun, umumnya penelitian yang telah
ada tersebut lebih banyak membahas penerapan metode mind mapping dalam meningkatkan penguasaan kosakata, baik dari segi keterampilan berbicara
maupun menulis. Saat ini belum banyak penelitian yang membahas pengaruh
penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan, terutama dalam penulisan karangan narasi. Berdasarkan latar belakang di atas, muncul keinginan
peneliti untuk mengadakan penelitian lebih jauh tentang penerapan metode mind mapping pada keterampilan menulis karangan narasi, khususnya bagi siswa kelas X di SMAN 1 Sukawati.
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya. Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X
2. Bagaimanakah keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X
setelah penerapan metode mind mapping ?
3. Apa sajakah yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa pada
penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan narasi?
2.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan
penelitian ini. Ada dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
2.3.1 Tujuan Umum.
Adapun tujuan umumnya adalah untuk memperoleh informasi lebih
lanjut mengenai keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas X di
SMAN 1 Sukawati dengan menggunakan metode pengajaran bahasa, terutama
metode mind mapping. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti peranan metode mind mapping, dan faktor yang memengaruhi evaluasi hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis karangan narasi.
2.3.2 Tujuan Khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus. Adapun
tujuan khusus penelitian ini adalah seperti berikut.
1. Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X
sebelum belajar dengan menggunakan metode mind mapping.
2. Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X
setelah penerapan metode mind mapping.
3. Untuk menjelaskan faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa
pada penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan narasi.
Manfaat penelitian ini dapat dilihat, baik dari segi teoretis maupun dari
segi praktis seperti berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pada penerapan teori linguistik dalam ranah pengajaran bahasa Inggris sebagai
bahasa asing untuk siswa Indonesia. Dalam hal ini pada aspek keterampilan
menulis, terutama dalam penulisan karangan narasi melalui penerapan metode
mind mapping.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
keuntungan bagi siswa, guru, dan peneliti lainnya yang membahas hal serupa.
Keuntungan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Manfaat untuk siswa, yaitu penelitian ini diharapkan dapat
membantu dalam memahami penulisan karangan narasi. 2. Manfaat untuk guru, yaitu hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih mengenai keunggulan
pengajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan
metode mind mapping.
3. Manfaat untuk peneliti lainnya, yaitu penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam
mengadakan penelitian lain untuk mendapat nilai yang lebih
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Pembahasan tentang penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Inggris sudah banyak dibahas oleh
peneliti sebelumnya. Berikut ini dipaparkan beberapa penelitian yang
berhubungan dengan penerapan metode mind mapping dalam bidang pembelajaran dan pengajaran bahasa, baik yang berupa tesis maupun jurnal
Internasional, di antaranya adalah sebagai berikut.
Kajian pustaka pertama merujuk pada tulisan Hariri (2013) yang termuat
dalam International Journal of Language Learning and Applied Linguistic World. Dalam jurnal internasional itu dipaparkan penerapan metode mind mapping dalam aspek keterampilan membaca pada mahasiswi Hakiman University, Iran.
Penelitian itu merupakan penelitian kuantitatif. Data diperoleh melalui kuesioner.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa metode mind mapping berperan penting dalam membantu mahasiswi untuk meningkatkan keahlian membaca dan
mampu menjelaskan secara mendetail respons siswa terhadap pengaplikasian
metode mind mapping dengan menggunakan metode kuesioner. Sebaliknya, kekurangannya adalah pada saat pemberian kuesioner, siswa tidak diminta untuk
mencoba membuat sebuah mind mapping, tetapi langsung mengisi kuesioner berdasarkan pengalaman mereka membuat mind mapping pada semester yang lalu. Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam penerapan metode mind mapping untuk meningkatkan keterampilan siswa. Namun, dalam tulisan Hariri lebih mengetengahkan aspek keterampilan membaca, sedangkan dalam penelitian
ini lebih difokuskan pada aspek keterampilan menulis.
Kedua, kajian pustaka dalam bentuk tesis yang ditulis oleh Candra
(2013). Ia membahas penerapan metode mind mapping dalam meningkatkan keterampilan siswa untuk menulis karangan deskripsi. Penelitian itu merupakan
penelitian treatmentkelas yang berlangsung dalam dua siklus. Hasil penelitian itu
menunjukkan bahwa penggunaan metode mind mapping, terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, terutama dalam menulis karangan
deskripsi. Kelebihan penelitian Candra adalah mampu menunjukkan peningkatan
yang dicapai setelah penggunaan metode mind mapping secara jelas dan detail. Selain itu juga didukung dengan rubrik penilaian yang lengkap. Kekurangannya
adalah teori yang dipaparkan cukup banyak dan rumit sehingga pembaca agak
sulit memahami teori yang dimaksud. Relevansi penelitian Candra dengan
penelitian ini adalah dalam penggunaan metode mind mapping untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Namun, penelitian ini lebih
difokuskan pada penelitian keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi,
Kajian pustaka ketiga adalah jurnal internasional yang ditulis oleh
Riswanto (2012) yang termuat dalam International Journal of Humanities and Social Science. Tulisan ini membahas pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap peningkatan keterampilan menulis siswa SMAN 3 Bengkulu. Dalam penelitian itu siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satu kelompok
mendapat pengajaran mengenai cara penggunaan mind mapping untuk meningkatkan keterampilan menulis, sedangkan kelompok lainnya tidak
mendapat penerapan metode tersebut. Data menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara kelompok yang mendapat penerapan metode mind mapping dan kelompok yang tidak. Kelebihan penelitian Riswanto adalah adanya rubrik
penilaian yang secara spesifik dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengetahui bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis siswa, baik saat
pretest maupun posttest. Namun, dalam penelitian ini metode penelitian hanya menjelaskan secara singkat mengenai teknik yang digunakan sehingga proses
pengumpulan dan pengolahan data agak sulit dipahami oleh pembaca.
Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan metode mind mapping sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan siswa. Perbedaan penelitian Riswanto dengan penelitian ini adalah penelitian Riswanto meneliti
kemampuan siswa dalam menulis surat resmi, sedangkan penelitian ini lebih
difokuskan untuk meneliti kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Kajian pustaka yang keempat merujuk pada tesis yang ditulis oleh
Parwati (2011). Tesis ini membahas seberapa efektifkah peran gambar dalam
meningkatkan keterampilan bahasa Inggris siswa kelas IVA di SD Jembatan
gambar sangat efektif dalam menarik perhatian siswa pada proses pembelajaran
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris. Kekurangannya adalah tidak
dijelaskannya secara spesifik kriteria dalam penulisannya, baik prosedur skematis
dalam penulisan laporan yang dimaksud maupun ketentuan tense yang digunakan. Relevansi penelitian ini dengan penelitian Parwati terletak pada jenis karangan
yang diteliti, yaitu jenis karangan narasi. Perbedaannya terletak pada objek
penelitian, yaitu objek penelitian Parwati adalah siswa kelas IV SD, sedangkan
objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA.
Penelitian yang kelima, merujuk pada sebuah jurnal internasional yang
ditulis oleh Reima (2011). Tulisan yang termuat dalam Asian EFL Journal Professional Teaching Articles ini membahas aplikasi metode mind mapping
dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di King Saud University
Saudi Arabia, khususnya dalam pembelajaran spelling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dapat membantu untuk meningkatkan pelafalan bunyi serta membedakan berbagai jenis huruf vokal dan
konsonan. Kelebihan penelitian ini adalah adanya penjelasan secara detail
mengenai langkah-langkah pengaplikasian mind mapping dalam pembelajaran
spelling siswa mulai dari tahap pengenalan sampai tahap penilaian. Kekurangan penelitian Reima adalah tidak diperlihatkannya acuan dalam aspek penilaian
spelling siswa, sehingga tidak diketahui sejauh mana metode ini membantu meningkatkan keterampilan siswa. Selain itu, indikator apa yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa. Relevansi penelitian Reima dengan penelitian ini
penelitian Reima lebih memfokuskan pada spelling siswa, sedangkan fokus penelitian ini adalah pada keterampilan menulis karangan narasi.
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode mind mapping memiliki pengaruh yang signifikan dalam berbagai aspek pendidikan, terutama dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa, baik dalam
menulis karangan maupun spelling. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek keterampilan menulis, khususnya dalam penulisan
karangan narasi. Posisi penelitian yang dilakukan adalah mengaplikasikan metode
mind mapping untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi. Semua penelitian terdahulu di atas sangat penting sebagai acuan serta
perbandingan untuk menentukan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam
penulisan ini.
3.2 Konsep
Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan
ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya. Dalam penelitian
ini dicermati beberapa konsep penting yang dijadikan dasar acuan dalam
penelitian yang dilakukan. Konsep tersebut meliputi konsep keterampilan
menulis, konsep karangan narasi, dan konsep mind mapping.
3.2.1 Keterampilan Menulis
Menurut Tarigan (2008:3--4) menulis itu sendiri merupakan suatu proses
berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa
tatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan dimiliki
seseorang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik secara terus
menerus.
Akhadiah dkk (1997:3) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis
merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa
sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan.
Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan
simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati pemakaiannya. Suriamiharja
(1996:1) mengatakan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis
yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian
dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta
simbol-simbol grafisnya. Terakhir Haryadi (1996:77) mengatakan bahwa menulis
karangan atau mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis
melalui kalimat yang dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat
dikomunikasikan dengan baik kepada pembaca.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan
kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa sebagai
media yang telah disepakati bersama, yang dituangkan secara tertulis. Menulis
juga merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Oleh karena itu,
aspek keterampilan menulis harus sering dilatih secara rutin dan
berkesinambungan sehingga didapatkan hasil yang maksimal.
Konsep keterampilan menulis yang digunakan sebagai acuan dalam tesis
menjelaskan bahwa menulis adalah menuturkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa dan dapat dipahami oleh
seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa gambar dan grafik (Tarigan, 2008:21). Hal ini
sejalan dengan permasalahan dalam tulisan ini, yaitu bagaimana sebuah peta
konsep (mind mapping) yang berisi lambang-lambang serta pokok pikiran suatu
tema dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan narasi yang baik dan
terstruktur.
3.2.2 Karangan Narasi
Keraf (2007:136) mengemukakan bahwa narasi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca
mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi adalah suatu bentuk wacana
yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan
menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.
Karangan narasi adalah sebuah karangan yang menceritakan suatu
rangkaian kejadian yang disusun secara urut sesuai dengan urutan waktu. Jadi,
narasi merupakan sebuah karangan yang dibuat berdasarkan urutan waktu
kejadian. Sejalan dengan hal tersebut Slamet (1996:103) mengungkapkan bahwa
karangan narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu
peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada
pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian terjadinya suatu hal.
Menurut Sujanto (1988:111), karangan narasi merupakan jenis paparan yang biasa
peristiwa-peristiwa yang berkembang melalui waktu. Adapun ciri-ciri karangan
narasi adalah menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, dirangkai dalam
urutan waktu, berusaha menjawab pertanyaan mengenai apa yang terjadi, dan
mengandung konflik (Keraf, 2007:136).
Konsep narasi yang digunakan sebagai acuan dalam tesis ini adalah
konsep yang dikemukakan oleh Keraf (2007). Keraf (2007:136) menjelaskan
bahwa karangan narasi adalah sebuah karangan yang menggambarkan
sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi dan
menceritakan suatu rangkaian kejadian yang disusun secara urut sesuai dengan
urutan waktu.
3.2.3 Mind mapping
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu
mengoptimalkan hasil pembelajaran adalah metode peta pikiran atau dikenal
dengan mind mapping. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal tahun 1970-an. Buzan (2008:4) mengungkapkan bahwa mind mapping
adalah suatu cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah yang
memetakan pikiran. Memetakan pikiran secara umum berarti menggabungkan
antara teks dan gambar dalam sebuah bentuk jaringan sehingga mudah dipahami,
menarik, dan pasti mudah diingat. Dilihat dari pengertian tersebut, mind mapping
dapat juga dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis terutama untuk menulis
sebuah karangan. Karena dalam menulis karangan, kreativitas dan imajinasi
sangat diperlukan untuk mengembangkan ide/gagasan menjadi kalimat-kalimat
yang menarik. Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Hal ini
suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk
membuka potensi dari seluruh otak karena menggunakan seluruh keterampilan
yang terdapat pada bagian neokorteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai
otak kiri dan otak kanan. Mind mapping melibatkan kedua sisi otak karena mind mapping menggunakan gambar, warna dan imajinasi (wilayah otak kanan) bersama dengan angka, kata, dan logika (wilayah otak kiri).
Silberman (1996) mengungkapkan bahwa mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap pelajar untuk menghasilkan gagasan,
mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru. Mind mapping
merupakan cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan
sebelum mulai menulis (Hernowo, 2003:12). Mind mapping dapat digunakan sebagai salah satu cara yang tepat untuk merangkum dan menguasai materi
pelajaran Dengan meminta pelajar membuat mind mapping maka akan memungkinkan mereka untuk mendeskripsikan dengan jelas apa yang telah
dipelajari atau apa yang tengah direncanakan. Dengan demikian, saat
menuangkannya dalam bentuk tulisan akan lebih terstruktur dan sistematis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mind mapping
adalah suatu metode yang mengajarkan cara memetakan sebuah informasi yang
digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi
kreatif. Konsep mind mapping yang digunakan sebagai acuan pada tesis ini adalah konsep yang dikemukakan oleh Buzan (2008). Dari konsep tersebut telah
imajinasi kreatif (Buzan, 2008:9). Hal ini sejalan dengan pokok permasalahan
dalam tulisan ini, yakni bagaimanakah mind mapping tersebut dapat membantu mengembangkan keterampilan menulis karangan narasi siswa.
3.3 Landasan Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa teori,
yaitu teori belajar konstruktivisme, teori menulis, karangan narasi, dan mind mapping. Adapun keempat teori tersebut diuraikan satu persatu seperti di bawah ini.
3.3.1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu treatmentmencipta suatu makna dari apa yang dipelajari. Teori
pembelajaran ini memiliki dasar teori kognitif dengan penekanan pada bagaimana
struktur kognitif membangun dan mengorganisasi pengetahuan. Menurut
pandangan konstruktivisme, pengetahuan dibina secara aktif oleh individu yang
berpikir. Individu ini tidak menyerap secara sembarangan pengetahuan yang
disampaikan oleh gurunya. Namun, siswa akan menyesuaikan apa yang
didapatkan dengan pengetahuan dasar yang dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk
membentuk pengetahuan baru dalam pikiran mereka dengan bantuan interaksi
sosial, baik bersama rekan maupun gurunya (Aqib, 2013:23).
Pelopor teori konstruktivisme adalah Piaget. Piaget mengemukakan
bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi
baru sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Dahar, 1989:159)
Salah satu aplikasi teori pembelajaran konstruktivisme adalah metode
mind mapping. Metode mind mapping dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa sebagai langkah awal dalam kegiatan menulis karangan. Dengan membuat
mind mapping akan membantu siswa dalam menyusun informasi secara teratur, melancarkan ide, dan mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan.
Teori konstruktivisme ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena dapat
digunakan untuk membantu menganalisis ketiga rumusan masalah yang akan
dibahas. Ketiga permasalahan itu adalah bagaimanakah keterampilan siswa dalam
menulis karangan narasi sebelum diberikan treatment, bagaimanakah keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi setelah diberikan treatment
dan faktor apakah yang memengaruhi terjadinya peningkatan keterampilan
menulis pada siswa tersebut.
3.3.2 Teori Menulis
1. Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya
(Slamet, 1996:96). Menulis adalah menemukan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau
mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1990: 233). Menulis pada hakikatnya bukan sekadar keterampilan untuk menuliskan
kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menuangkan buah
pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh,
lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada
pembaca dengan berhasil (Slamet,1996:141).
2. Tujuan Menulis
Menurut Tarigan (2008:25--26), ada tujuh tujuan dalam keterampilan
menulis. Tujuan menulis itu adalah sebagai berikut.
a) Tujuan Penugasan
Penulis dengan tujuan penugasan sebenarnya tidak memiliki tujuan
pribadi dalam menulis sebuah artikel. Kegiatan menulis dilakukan hanya karena
mendapatkan tugas, bukan atas kemauannya sendiri.
b) Tujuan Altruistik
Penulis dengan tujuan altruistik bertujuan untuk menyenangkan para
pembaca, menghilangkan kedukaan para pembaca, menolong pembaca
memahami, menghargai perasaan dan penalarannya. Ingin membuat hidup para
pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c) Tujuan Persuasif
Penulis dengan tujuan persuasif bertujuan tujuan untuk meyakinkan para
pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
Penulis dengan tujuan informasi bertujuan untuk memberi informasi atau
keterangan kepada para pembaca, agar mengerti dan memahami apa yang
diinformasikan oleh penulis.
e) Tujuan Mengekspresikan Diri
Penulis dengan tujuan mengekspresikan diri bertujuan untuk
memperkenalkan atau menyatakan diri sang penulis kepada para pembaca.
Melalui tulisannya pembaca dapat memahami siapa sebenarnya penulis itu.
f) Tujuan Kreatif
Penulis dengan tujuan kreatif bertujuan agar para pembaca dapat memiliki
nilai-nilai
artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Disini si
penulis tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga merangsang respons
pembaca.
g) Tujuan Pemecahan
Penulis dengan tujuan pemecahan bertujuan untuk memecahkan suatu
masalah yang dihadapi. Dengan tulisanya, penulis berusaha memberikan
penjelasan kepada pembaca tentang bagaimana memecahan suatu masalah.
3. Asas keterampilan menulis.
Menurut Gie (1992:33--36) ada tiga asas utama dalam keterampilan
menulis. Ketiga asas itu adalah sebagai berikut.
a) Kejelasan
Asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti mudah dipahami, tetapi juga
berarti bahwa karangan itu tidak mungkin disalah tafsirkan oleh pembaca.
Kejelasan berarti tidak samar-samar atau tidak kabur sehingga setiap butir ide
b) Keringkasan
Asas keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap karangan harus pendek.
Keringkasan berarti bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara
semena-mena, tidak mengulang-ulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak
berputar-putar dalam menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang
berkepanjangan.
c) Ketepatan
Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa setiap penulis harus
menaati sepenuhnya berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca,
dan kelaziman pemakaian bahasa tulis yang ada.
4. Jenis-jenis tulisan:
Menurut Tarigan (2008:24--25), jenis-jenis tulisan dapat dibagimenjadi
lima. Kelima jenis tulisan tersebut adalah sebagai berikut. a) Narasi
Narasi adalah suatu karangan atau tulisan, baik ekspositoris maupun
sugestif, yang secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan
atau treatmentyang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Bentuk tulisan narasi
dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi pada umumnya
merupakan rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau
urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam
satu atau berbagai peristiwa.
Deskripsi adalah suatu karangan atau tulisan yang menyampaikan
informasi tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun
kemanusiaan). Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan
terperinci. Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulis ingin menggambarkan
bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk
melukiskan perasan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya.
c) Eksposisi
Eksposisi adalah suatu karangan atau tulisan yang secara spesifik
menyampaikan informasi tentang suatu hal baik faktual maupun konseptual.
Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan,
menerangkan, dan menguraikan suatu hal sehingga pengetahuan pendengar atau
pembaca menjadi bertambah. Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin
memberikan informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Pada dasarnya
eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi,
menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel,
dan mengulas sesuatu.
d) Argumentasi
Argumentasi adalah suatu karangan atau tulisan yang secara
spesifik menyampaikan pendapattentang suatu hal baik faktual maupun
konseptual. Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan memengaruhi,
memperjelas, dan meyakinkan. Tulisan bentuk argumentasi bertujuan meyakinkan
agar pendapat pribadi atau argumentasi yang dikemukakan oleh penulis dapat
diterima.
e) Persuasi
Persuasi adalah suatu karangan atau tulisan yang secaras
pesifik menyampaikan informasi tentang suatu hal baik faktual maupun
konseptual. Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan memengaruhi,
meyakinkan, mengajak, atau merebut perhatian pembaca. Tulisan persuasi
bertujuan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca agar mau melakukan sesuatu
serta mengikuti arahan atau saran yang dipaparkan oleh penulis dalam tulisannya.
3.3.3 Karangan Narasi
1. Pengertian Narasi
Narasi merupakan salah satu bentuk karangan yang diterapkan dalam
proses pembelajaran bahasa. Keraf (2007:136) mengungkapkan bahwa narasi
dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak
tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam
suatu waktu.
Sejalan dengan hal tersebut, Semi (1990:32) mengemukakan bahwa
narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan untuk
menyampaikan, menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia
berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dengan kata lainnarasi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
waktu. Hal ini berarti bahwa dalam menulis narasi yang perlu menjadi perhatian
utama adalah urutan waktu dari sebuah wacana tersebut.
Sujanto (1988:111) mengungkapkan bahwa narasi merupakan jenis
paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan rangkaian
kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berkembang melalui waktu. Begitu juga
yang diungkapkan Wibowo (2001:59) bahwa narasi adalah bentuk tulisan yang
menggaris bawahi aspek penceritaan atas suatu rangkaian peristiwa yang
dikaitkan dengan kurun waktu tertentu, baik secara objektif maupun imajinatif. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa narasi
merupakan suatu bentuk karangan yang berusaha mengisahkan suatu kejadian
atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami
sendiri peristiwa itu. Itu berarti bahwa, unsur yang paling penting dalam sebuah
narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan. Selain itu, narasi juga dapat
mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa menulis narasi adalah suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu
peristiwa yang terjadi. Jadi, unsur utama dalam sebuah narasi adalah tindaktanduk
atau perbuatan dalam suatu urutan waktu.
2. Ciri-ciri Karangan Narasi
Narasi memiliki ciri-ciri yang dapat dicermati oleh pembaca. Semi
(1990:33--34) mengungkapkan bahwa narasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
b) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa
peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat
berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan keduanya.
c) Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi
tidak menarik.
d) Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampainnya
bersifat sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi.
e) Menekankan susunan kronologis suatu peristiwa.
f) Biasanya memiliki dialog.
3. Jenis Narasi
Karangan narasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, narasi
ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang
menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa (Keraf,
2007:136). Narasi ekspositoris merupakan suatu narasi yang hanya mengisahkan
suatu kejadian yang telah ada. Sementara itu narasi sugestif adalah suatu
rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya
khayal para pembaca (Keraf, 2007:138). Dalam hal ini narasi sugestif terjadi
karena adanya serangkaian cerita yang dibumbui dengan imajinasi penulis.
Menurut Keraf (2007:138--139), sifat karangan narasi ekpositoris adalah
untuk memperluas pengetahuan, menyampaikan informasi mengenai suatu
kejadian, didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan nasional,
denotatif. Sebaliknya, karangan narasi sugestif bersifat menyampaikan suatu
makna atau makna tersirat, menimbulkan daya khayal, penalaran hanya berfungsi
sebagai alat untuk menyampaikan makna, bahasanya lebih condong ke bahasa
figurative dengan penggunaan kata-kata konotatif.
4. Unsur Narasi
Karangan narasi mengandung beberapa unsur. Menurut Keraf,
(2007:148), unsur-unsur narasi adalah sebagai berikut.
a) Alur (Plot)
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alur
mengatur bagaimana treatmentharus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu
insiden mempunyai hubungan dengan insiden lain, bagaimana tokoh-tokoh harus
digambarkan dan berperan dalam treatmentitu, serta bagaimana situasi dan
perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam tindakan-treatmentitu yang terikat
dalam suatu kesatuan waktu.
b) Penokohan.
Tokoh adalah pelaku dalam suatu cerita. Penokohan adalah cara
pengarang melukiskan watak tokoh dalam cerita. Penokohan juga bisa disebut
dengan karakterisasi. Karakterisasi, yaitu cara seorang penulis mengisahkan atau
c) Latar (Setting)
Latar adalah tindak-tanduk dalam sebuah narasi. Serta biasanya
berlangsung di sebuah tempat tertentu yang digunakan sebagai pentas. Tempat
atau pentas tersebut disebut latar (setting). Latar narasi juga dapat diartikan sebagai waktu terjadinya peristiwa dalam cerita.
d) Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah cara seorang penulis mengisahkan (narator) dalam
sebuah karangan narasi. Apakah penulis mengambil bagian langsung dalam
seluruh rangkaian kejadian (yaitu sebagai participant) atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari seluruh aksi dalam narasi.
5. Penilaian Menulis Narasi
Dalam praktiknya, aspek keterampilan menulis melibatkan penggunaan
tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan kalimat,
pengembangan paragraf, pengolahan gagasan, dan pengembangan model
karangan (Slamet, 1996:209). Sejalan dengan hal tersebut Nurgiyantoro
(2009:306) mengemukakan bahwa unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah
content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), gramind mappingar (tata bahasa dan pola kalimat), style (pemilihan struktur dan kosakata), dan mechanics (ejaan). Apabila dilihat dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur utama dalam mengarang yang dinilai adalah kualitas isi
tanda baca. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk unsur utama
memiliki porsi lebih besar dibandingkan dengan unsur yang lain karena isi
karangan sangat menentukan bobot dan kualitas karangan tersebut. Namun, aspek
penilaian lainnya juga memegang peranan penting untuk menciptakan karangan
yang bersifat kohesif dan koheren.
3.3.4 Teori mind mapping
1. Pengertian Mind mapping (mind mapping)
Mind mapping atau disebut juga dengan mind mapping merupakan salah satu metode belajar yang dikembangkan oleh Buzan pada tahun 1970-an yang
didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode mind mapping karena mind mapping ini berupa urutan langkah-langkah yang bersifat sistematis. Otak
mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik,
dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon
dengan cabang dan rantingnya.
Otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom
demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang dikeluarkan dalam
berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang telah dipelajari,
sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk mind mapping. Dengan demikian,
proses mind mapping menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berpikir. Mind mapping adalah alternatif
pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear.
memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan asosiasinya dalam pola
radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang. Mind mapping merupakan cara paling mudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil
informasi ke luar dari otak. Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008:4).
Mind mapping bisa dibandingkan dengan peta kota. Bagian tengah mind mapping
sama halnya dengan pusat kota dan mewakili gagasan terpenting, jalan-jalan
protokol yang memancar keluar dari pusat kota merupakan pikiran-pikiran utama
dalam proses berpikir, jalan-jalan atau cabang-cabang sekunder merupakan
pikiran sekunder (Buzan, 2008: 6).
Mind mapping juga merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran, sehingga cara kerja alami otak
dilibatkan sejak awal. Ini berarti bahwa mengingat informasi akan lebih mudah
daripada menggunakan teknik mencatat tradisional. Mind mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat
membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah
dipelajari. Mind mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan demikian, akan memudahkan
seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara
tertulis maupun secara lisan. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk, dan
sebagainya memudahkan otak untuk menyerap informasi yang diterima. Dengan
dapat diorganisir dengan menggunakan struktur radian yang sesuai dengan
mekanisme kerja alami otak sehingga lebih mudah dipahami dan diingat.
2. Manfaat Mind mapping
Buzan (2008:127) mengemukakan beberapa manfaat penggunaan mind mapping. Delapan manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a) Tema utama terdefinisi secara sangat jelas karena dicantumkan di tengah
gambar.
b) Level keutamaan informasi teridentifikasi secara lebih baik. Informasi
yang memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dengan tema utama.
c) Hubungan informasi secara mudah dapat segera dikenali.
d) Informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak
keseluruhan struktur mind mapping sehingga mempermudah proses pembuatan.
e) Tiap-tiap mind mapping sangat unik sehingga mempermudah proses pemahaman.
f) Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci.
3. Langkah-langkah pembuatan mind mapping
Sebelum membuat sebuah mind mapping diperlukan beberapa bahan,
yaitu kertas kosong tak bergaris, pena, pensil warna, otak, dan imajinasi. Buzan
a) Menentukan central topic yang akan dibuatkan mind mapping. Untuk buku pelajaran central topic biasanya adalah judul buku atau judul bab yang akan dipelajari dan harus diletakkan ditengah kertas dan usahakan
berbentuk image/gambar.
Gambar 2.1 Contoh Central Topic Sumber: Buzan (2008)
b) Membuat basic ordering ideas – BOIs untuk central topik yang telah dipilih, BOIs biasanya adalah judul atau subbab buku yang akan dipelajari atau bisa juga dengan menggunakan 5WH (what, why, where, when, who
Gambar 2.2 Contoh BOIs
Sumber: Buzan (2008)
c) Melengkapi setiap BOIs dengan cabang-cabang yang berisi data-data pendukung yang terkait. Langkah ini merupakan langkah yang sangat
penting karena pada saat inilah seluruh data harus ditempatkan dalam
setiap cabang BOIs secara asosiatif dan menggunakan struktur radian yang menjadi ciri yang paling khas dari suatu mind mapping.
d) Melengkapi setiap cabang dengan image, baik berupa gambar, simbol, kode, daftar, grafik, maupun garis penghubung bila ada BOIs yang saling terkait satu dengan lainnya. Tujuan langkah ini adalah untuk membuat
sebuah mind mapping menjadi lebih menarik sehingga lebih mudah dimengerti dan diingat.
Gambar 2.4 Contoh Image
Sumber: Buzan (2008)
4. Aplikasi Mind mapping
Pada tahap aplikasi ada empat langkah yang harus dilakukan dalam
proses pembelajaran berbasis mind mapping. Keempat langkah tersebut adalah seperti berikut.
a) Overview
umum kepada siswa tentang topik yang dipelajari. Khusus untuk pertemuan
pertama pada setiap awal semester, overview merupakan rangkuman dari seluruh topik yang diajarkan selama satu semester yang biasanya sudah ada dalam silabus.
Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan
dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk
mempelajarinya lebih dahulu.
b) Preview
Preview merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview, dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian, diharapkan siswa telah
memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai subtopik dari bahan sebelum
pembahasan yang lebih detail dimulai.
c) Inview
Inview merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, yaitu suatu topik dibahas secara detail, terperinci, dan mendalam. Selama inview ini, diharapkan siswa dapat mencatat informasi, konsep, atau rumus penting beserta grafik, daftar,
atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan
yang diajarkan.
Review dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta menekankan pada informasi,
konsep, atau rumus penting yang harus diingat dan dikuasai oleh siswa. Review
juga dapat dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya
untuk membantu siswa mengingat kembali bahan yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya. Berikut adalah contoh aplikasi mind mapping.
Gambar 2.5 Contoh Mind mapping (Law of mind mapping)
Sumber: Buzan (2008)
a) Kertas : polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (landscape). Central topic diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa image dengan minimal tiga warna.
b) Garis : lebih tebal untuk cabang utama dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis
lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
c) Kata : menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar
huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.
d) Image : gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, tabel dan ritme karena lebih menarik serta mudah diingat dan dipahami. Kalau
memungkinkan, gunakan image yang tiga dimensi agar lebih menarik lagi. e) Warna : gunakan minimal tigs warna dan lebih baik 5--6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna
BOIs.
f) Struktur : menggunakan struktur radian dengan central topic terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke
segala arah. BOIs umumnya terdiri atas 2 -- 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah pukul 13.00.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian eksperimen. Sugiyono (2012:107) menyatakan bahwa model penelitian
eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Hasil penelitian
dianalisis menggunakan gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan penjelasan tiap-tiap masalah.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis kemampuan menulis siswa
sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran tersebut dalam bentuk
angka. Adapun model penelitian dapat dilihat seperti berikut.
Quasi Experimental berbentuk Nonequivalent Control Group Design
Faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa dalam menulis karangan narasi Kemampuan Siswa Kelas X SMA 1 Sukawati dalam Menulis Karangan Narasi
Kemampuan menulis karangan narasi siswa
setelah treatment
Kemampuan menulis karangan narasi siswa
sebelum treatment
Kuantitatif Kualitatif
Teori Konstruktivisme
Teori Menulis Teori Karangan Narasi
Mind Mapping
Gambar 2.6 Model Penelitian
Pada gambar model penelitian di atas dapat dilihat bahwa penelitian ini
adalah jenis penelitian quasi experimental berbentuk non-equivalent control group design dengan penggunaan metode mind mapping. Pada penelitian ini diaplikasikan empat teori yang relevan yaitu teori konstruktivisme, teori menulis,
teori karangan narasi, dan mind mapping.
Teori konstruktivisme dipilih untuk menentukan model pembelajaran dan
metode yang tepat diaplikasikan di dalam penelitian ini. Metode mind mapping
dipilih karena searah dengan pandangan konstruktivisme, yaitu bertujuan untuk
membantu siswa dalam menyusun berbagai informasi dan ide secara sistematis.
Selain itu, juga mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan narasi.
Teori menulis dan teori karangan narasi digunakan dalam penelitian ini untuk
diaplikasikan dalam rubrik penilaian yang meliputi lima aspek yaitu, isi,
organisasi, kosakata, tata bahasa, dan mekanik.
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatatif untuk mengetahui kemampuan menulis karangan narasi siswa pada
control group dan experimental group sebelum treatmentdan setelah treatmentdengan menggunakan metode mind mapping. Di samping itu, teori ini juga untuk mengetahui faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa
dalam menulis karangan narasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedekatan
kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan
karakteristik data-data yang ada, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan
untuk mengukur suatu nilai pada data yang ada (Sugiyono, 2012:23). Pendekatan
kualitatif yang dilakukan didasarkan pada penjabaran mengenai data-data yang
bersifat deskriptif, seperti data hasil observasi, kuesioner, wawancara hasil tes
karangan narasi siswa, dan faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa
menggunakan metode mind mapping di SMAN 1 Sukawati. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memaparkan data yang bersifat kuantitatif atau
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini serta dan lama waktu yang diperlukan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Sukawati, yang berlokasi di Jalan
Lettu Wayan Suta Sukawati, Gianyar. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah
yang memiliki banyak prestasi di bidang akademik, khususnya dalam ranah
pembelajaran bahasa. Akan tetapi, di balik itu semua menurut pengamatan
penulis, siswa di sekolah ini masih memiliki kekurangan dalam aspek
keterampilan menulis, khususnya dalam keterampilan menulis karangan narasi.
Siswa kelas X dipilih sebagai sumber data karena kemampuan siswa menulis
karangan masih kurang dan belum memenuhi KKM 78.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan jadwal pelajaran bahasa Inggris di kelas
X, yaitu pada Jumat dan Sabtu. Berikut adalah jadwal penelitian yang dilakukan.
3 Jumat, 11
Penelitian ini dilakukan dalam empat kali pertemuan untuk control group
dan lima kali pertemuan untuk experimental group. Alokasi waktu untuk pokok bahasan mengenai karangan narasi pada semester ini sangat terbatas. Yaitu
sebanyak 2x45 menit untuk pemberian pretsest, treatment dengan metode mind mapping dan posttest, serta 1x45 menit untuk observasi dan pemberian kuesioner. Karena keterbatasan waktu, sehingga pemberian treatment dengan metode mind mapping hanya dapat dilakukan dalam satu kali pertemuan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
3.3.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari siswa kelas
X.7 dan X.10 SMAN 1 Sukawati. Data berupa nilai hasil pretest, nilai hasil