• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Mind Mapping Pada Keterampilan Menulis Karangan Narasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Mind Mapping Pada Keterampilan Menulis Karangan Narasi."

Copied!
386
0
0

Teks penuh

(1)

KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI

I GUSTI AYU SRI KRISNAWATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

(2)

I GUSTI AYU SRI KRISNAWATI NIM 1390161016

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I GUSTI AYU SRI KRISNAWATI NIM 1390161016

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)
(5)

Ketua : Prof. Dr. N. L. Sutjiati Beratha, M.A. Anggota :

1. Dr. Ni Luh Nyoman Seri Malini, M.Hum. 2. Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S.

3. Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.

4. Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D.

(6)

Program Studi : Magister Linguistik Konsentrasi Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 28 April 2016

(I Gusti Ayu Sri Krisnawati)

(7)

ini yang berjudul “Penerapan Mind Mapping Pada Keterampilan Menulis Karangan Narasi”. Penulis menyadari bahwa tersusunnya tesis ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, melainkan juga bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD. KEMD selaku Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. selaku Ketua Program Magister Linguistik dan para dosen Program Studi Magister Linguistik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa pada Program Pascasarjana Konsentrasi Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.

(8)

Ebuh, Bu Komang, Pak Sadra, dan Bu Gung yang telah banyak membantu segala kelengkapan administrasi selama penulis mengikuti perkuliahan. Selain itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drs. Gusti Made Puja Armaya, M.M., M.Pd. selaku Kepala SMAN 1 Sukawati dan Kadek Suastika, S.S. selaku guru bahasa Inggris yang telah memberikan bantuan dan bekerja sama dengan baik selama penelitian ini dilakukan.

Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu selama proses penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, semua saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Penulis

tetap berharap tesis ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan bermanfaat

sebagaimana mestinya.

Denpasar, 28 April 2016

(9)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X SMA 1 Sukawati sebelum dan sesudah penerapan mind mapping. Di samping itu, juga untuk mengetahui faktor-faktor atau hal yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X.7 yang terdiri atas 37 siswa dan siswa kelas X.10 yang terdiri atas 36 siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk kuasi eksperimen dengan desain

nonequivalent design. Penelitian ini terdiri atas dua tahapan, yaitu pelaksanaan

pretest yang digunakan untuk mempersiapkan tes akhir sebelum penerapan teknik

dilakukan dan posttest untuk mengaplikasikan metode peta pikiran ini. Pengumpulan data menggunakan empat instrumen, yaitu tes, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Data yang ada dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik juga dengan deskripsi.

Pada tahap pretest siswa control group memeroleh nilai 70,1, sedangkan siswa exsperimental group memeroleh nilai 69,9. Sebanyak 11% siswa

experimental group mencapai nilai KKM, sedangkan siswa control group yang

mencapai KKM adalah 14% siswa Pada tahap posttest, siswa control group

memeroleh nilai 75,4, sedangkan siswa exsperimental group berhasil mencapai nilai 80,7. Sebanyak 73% siswa experimental group mencapai nilai KKM, sedangkan siswa control group yang mencapai KKM hanya 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memeroleh treatment dengan metode peta pikiran mencapai nilai yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak memeroleh

treatment. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan

kualitas proses pembelajaran menulis narasi setelah diadakan treatment dengan metode mind mapping. Hal yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(10)

This study aimed at finding out the writing skill of narrative text in tenth grade students of SMA 1 Sukawati before and aftter the application of mind mapping, and things that influenced evaluation result of students. The sampling were purposely taken from class X.7 consisting of 37 students and class X.10 consisting of 36 students.

This study was designed in the form of quasi experiment with Nonequivalent Design. This study consists of two stages, pretest was used to obtain the data before treatment and posttest to obtain data after treatment and applied the mind mapping method. To collect data, four instruments were used; test, observation, questionnaires and documentations. The data were analyzed qualitatively and quantitatively. The data analysis was presented in the table and chart of progressive analysis, and also in descriptive explanation.

During pretest, the control group students achieved score 70,1 while the experimental group students achieved score 69,9. About 11% students from experimental group achieved minimum score criteria, meanwhile 14% students from control group achieved minimum score criteria. During posttest, the control group students achieved score 75,4 while the experimental group students achieved score 80,7. About 73% students from experimental group achieved minimum score criteria, meanwhile only 25% students from control group achieved minimum score criteria. The result of analysis showed that students who obtained treatment with the mind mapping method achieved higher score than the students who didn’t obtain treatment. Based on the research result, it can be concluded that there is a quality improvement in studying process of writing narrative after the treatment has been done based on mind mapping method. Things that influenced the evaluation result of students can be divided into two factors, those are internal factors and external factors.

(11)

SAMPUL DALAM...i

(12)

3.3 Jenis dan Sumber Data... 42

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 46

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data... 47

3.7.1 Analisis Data Kuantitatif... 48

3.7.2 Analisis Data Kualitatif... 52

3.8 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data... 52

BAB IV PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI... 55

4.1 Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X Sebelum Penerapan Metode Mind Mapping... 55

4.1.1 Hasil Kuesioner Pretest Control Group dan Experimental Group... 56

4.1.2 Hasil Pretest Control Group... 58

4.1.3 Hasil Pretest Experimental Group... 84

4.1.4 Perbandingan Hasil Pretest Siswa Pada Control Group dan Experimental Group... 110

4.2 Penerapan Metode Mind Mapping dalam Keterampilan Menulis Karangan Narasi... 112

4.3 Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X Setelah Penerapan Metode Mind Mapping... 122

4.3.1 Analisis Hasil Posttest Control

4.3.4 Perbandingan Hasil Posttest Pada Control Group dan

(13)

4.4.2 Faktor

Eksternal... 182

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(14)

2.2 Contoh BOIs... 33

2.3 Contoh Cabang-Cabang BOIs... 33

2.4 Contoh Image... 34

2.5 Contoh Peta Pikiran... 36

2.6 Model Penelitian... 38

3.1 Non-equivalent Control Group Design... 45

4.1 Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Aspek-Aspek dalam Menulis Narasi pada Pretest... 110

4.2 Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Kelas Pada Pretest... 111

4.3 Gambar Contoh Mind Mapping Unsur-Unsur Narasi... 117

4.4 Gambar Contoh Mind Mapping dengan Topik Bad Experiance... 118

4.5 Diagram Perbandingan Hasil Penilaian Aspek-Aspek Dalam Menulis Narasi pada Posttest... 176

4.6 Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Kelas pada Posttest... 177 4.7 Diagram Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest pada Control Group dan Experimental Group..... 178

(15)

3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 41

3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi... 48

4.1 Hasil Kuesioner Pretest Control Group dan Experimental Group... 56

4.2 Hasil Pretest Siswa Kelas X.10 (Control Group)... 59

4.3 Penilaian Karangan Siswa secara Umum pada Aspek Isi... 65

4.4 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Organisasi... 70

4.5 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Kosakata... 75

4.6 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Tata Bahasa... 80

4.7 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Mekanik... 84

4.8 Hasil Pretest Siswa Kelas X.7 (Experimental Group)... 85

4.9 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Isi... 91

4.10 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Organisasi... 96

4.11 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Kosakata... .. 101

4.12 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Tata Bahasa... 106

4.13 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Mekanik... 109

4.14 Hasil Posttest Siswa Kelas X.10 (Control Group)... 123

4.15 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Isi... 129

4.16 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Organisasi... 134

4.17 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Kosakata... 139

4.18 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Tata Bahasa... 144

4.19 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Mekanik... 147

4.20 Hasil Posttest Siswa Kelas X.7 (Experimental Group)... 148

4.21 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Isi... 156

4.22 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Organisasi... 162

4.23 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Kosakata... 166

4.24 Penilaian Karangan secara Umum pada Aspek Tata Bahasa... 170

4.25 Penilaian Karangan Secara Umum pada Aspek Mekanik... 173

(16)

Singkatan

KKM Kriteria Ketuntasan Minimal

KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Sekolah Menengah Atas

S01 Siswa Nomor Urut Satu X Kelas Sepuluh

Tanda

Σ Untuk menunjukkan jumlah

[ ] Untuk menyatakan bahwa suatu tuturan tidak berterima atau tidak gramatikal dan suatu tuturan telah mengalami proses pembenaran

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum keterampilan dalam pembelajaran bahasa dibagi menjadi

empat ranah, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writting skills). Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Menulis dan berbicara termasuk ke

dalam productive skills, sedangkan membaca dan menyimak termasuk ke dalam

receptive skills. Salah satu aspek pembelajaran bahasa di sekolah yang memegang peranan penting adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan salah satu

kompetensi berbahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, yaitu mulai dari

tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari

empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa.

Menurut Mulyati (2008:53) menulis itu sendiri merupakan suatu proses berpikir

dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan).

Mengarang adalah aktivitas untuk menuangkan ide atau gagasan ke

dalam sebuah karya tulis dengan tujuan tertentu. Mengarang dapat diartikan

sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan

(18)

untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau untuk

dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau pengarang

(Gie, 1992:17). Jenis-jenis karangan, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi,

argumentasi, dan persuasi. Rosdiana (2008:322) menyatakan bahwa karangan

narasi merupakan salah satu jenis wacana yang berisi cerita. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah salah satu jenis karangan yang

sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman, pengamatan, maupun

berdasarkan rekaan pengarang.

Karangan narasi merupakan salah satu bentuk tulisan yang sudah

dipelajari sejak di jenjang sekolah dasar. Melalui kegiatan menulis, siswa dapat

mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain. Keterampilan

menulis ini, merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi siswa.

Dikatakan penting sebab siswa akan lebih mudah menungkan ide dan pokok

pikirannya dalam bentuk tulisan. Namun, keterampilan menulis sering dianggap

membosankan sehingga siswa kurang tertarik untuk mengembangkannya. Apabila

keterampilan ini tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk

mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin

berkurang atau tidak berkembang. Hal itu diungkapkan oleh Prastiwi (2014)

dalam tulisannya yang membahas mengenai seberapa efektif peran gambar dalam

meningkatkan keterampilan anak dalam menulis paragraf narasi. Dalam tulisan

itu, Prastiwi memaparkan bahwa keterampilan menulis narasi merupakan

keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh siswa sebagai landasan untuk

(19)

Kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu di

antaranya adalah metode pembelajaran. Metode adalah cara kerja yang bersifat

relatif umum yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Soli, 2008:2).

Salah satu metode pembelajaran yang dinilai dapat mengoptimalkan hasil belajar

adalah metode peta konsep atau disebut juga mind mapping. Edward (2009:64) mengatakan bahwa mind mapping adalah metode yang paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Mind mapping merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar. Teori ini juga dikemukakan oleh Hermawati (2009) dalam

tulisannya mengenai pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap peningkatan keterampilan menulis cerpen oleh siswa kelas X SMA

Muhammadiyah Salatiga. Hasil penelitian Hermawati menunjukkan bahwa

metode mind mapping secara efektif dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Edward (2009:64--65), bahwa metode

mind mapping mempunyai banyak keunggulan, di antaranya adalah proses pembuatan mind mapping bersifat unik dan menyenangkan sehingga mudah diingat oleh siswa. Dengan kebiasaan menuangkan pokok pikiran ke dalam

tulisan, maka akan membantu siswa meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan

pemahaman dalam menulis narasi sehingga siswa dapat lebih mengembangkan

kemampuan menulisnya dengan metode mind mapping. Oleh karena itu, metode

(20)

metode ini dapat membantu siswa untuk membuat sebuah karangan yang lebih

terstruktur, jelas, dan bersifat kohesif.

Pembahasan tentang penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Inggris telah menjadi bahan kajian

beberapa penulis. Misalnya, mengenai penerapan metode mind mapping dalam berbagai aspek pendidikan, terutama dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa.

Tulisan-tulisan yang ada saat ini umumnya sudah dapat menjelaskan secara lebih

spesifik tentang pengaruh penerapan metode mind mapping terhadap berbagai aspek pada proses pembelajaran bahasa. Namun, umumnya penelitian yang telah

ada tersebut lebih banyak membahas penerapan metode mind mapping dalam meningkatkan penguasaan kosakata, baik dari segi keterampilan berbicara

maupun menulis. Saat ini belum banyak penelitian yang membahas pengaruh

penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan, terutama dalam penulisan karangan narasi. Berdasarkan latar belakang di atas, muncul keinginan

peneliti untuk mengadakan penelitian lebih jauh tentang penerapan metode mind mapping pada keterampilan menulis karangan narasi, khususnya bagi siswa kelas X di SMAN 1 Sukawati.

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya. Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X

(21)

2. Bagaimanakah keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X

setelah penerapan metode mind mapping ?

3. Apa sajakah yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa pada

penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan narasi?

2.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian ini. Ada dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus.

2.3.1 Tujuan Umum.

Adapun tujuan umumnya adalah untuk memperoleh informasi lebih

lanjut mengenai keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas X di

SMAN 1 Sukawati dengan menggunakan metode pengajaran bahasa, terutama

metode mind mapping. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti peranan metode mind mapping, dan faktor yang memengaruhi evaluasi hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis karangan narasi.

2.3.2 Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus. Adapun

tujuan khusus penelitian ini adalah seperti berikut.

1. Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X

sebelum belajar dengan menggunakan metode mind mapping.

2. Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas X

setelah penerapan metode mind mapping.

3. Untuk menjelaskan faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa

pada penerapan metode mind mapping dalam menulis karangan narasi.

(22)

Manfaat penelitian ini dapat dilihat, baik dari segi teoretis maupun dari

segi praktis seperti berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi

pada penerapan teori linguistik dalam ranah pengajaran bahasa Inggris sebagai

bahasa asing untuk siswa Indonesia. Dalam hal ini pada aspek keterampilan

menulis, terutama dalam penulisan karangan narasi melalui penerapan metode

mind mapping.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

keuntungan bagi siswa, guru, dan peneliti lainnya yang membahas hal serupa.

Keuntungan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Manfaat untuk siswa, yaitu penelitian ini diharapkan dapat

membantu dalam memahami penulisan karangan narasi. 2. Manfaat untuk guru, yaitu hasil penelitian diharapkan dapat

memberikan pemahaman yang lebih mengenai keunggulan

pengajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan

metode mind mapping.

3. Manfaat untuk peneliti lainnya, yaitu penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam

mengadakan penelitian lain untuk mendapat nilai yang lebih

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Pembahasan tentang penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Inggris sudah banyak dibahas oleh

peneliti sebelumnya. Berikut ini dipaparkan beberapa penelitian yang

berhubungan dengan penerapan metode mind mapping dalam bidang pembelajaran dan pengajaran bahasa, baik yang berupa tesis maupun jurnal

Internasional, di antaranya adalah sebagai berikut.

Kajian pustaka pertama merujuk pada tulisan Hariri (2013) yang termuat

dalam International Journal of Language Learning and Applied Linguistic World. Dalam jurnal internasional itu dipaparkan penerapan metode mind mapping dalam aspek keterampilan membaca pada mahasiswi Hakiman University, Iran.

Penelitian itu merupakan penelitian kuantitatif. Data diperoleh melalui kuesioner.

Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa metode mind mapping berperan penting dalam membantu mahasiswi untuk meningkatkan keahlian membaca dan

(24)

mampu menjelaskan secara mendetail respons siswa terhadap pengaplikasian

metode mind mapping dengan menggunakan metode kuesioner. Sebaliknya, kekurangannya adalah pada saat pemberian kuesioner, siswa tidak diminta untuk

mencoba membuat sebuah mind mapping, tetapi langsung mengisi kuesioner berdasarkan pengalaman mereka membuat mind mapping pada semester yang lalu. Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam penerapan metode mind mapping untuk meningkatkan keterampilan siswa. Namun, dalam tulisan Hariri lebih mengetengahkan aspek keterampilan membaca, sedangkan dalam penelitian

ini lebih difokuskan pada aspek keterampilan menulis.

Kedua, kajian pustaka dalam bentuk tesis yang ditulis oleh Candra

(2013). Ia membahas penerapan metode mind mapping dalam meningkatkan keterampilan siswa untuk menulis karangan deskripsi. Penelitian itu merupakan

penelitian treatmentkelas yang berlangsung dalam dua siklus. Hasil penelitian itu

menunjukkan bahwa penggunaan metode mind mapping, terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, terutama dalam menulis karangan

deskripsi. Kelebihan penelitian Candra adalah mampu menunjukkan peningkatan

yang dicapai setelah penggunaan metode mind mapping secara jelas dan detail. Selain itu juga didukung dengan rubrik penilaian yang lengkap. Kekurangannya

adalah teori yang dipaparkan cukup banyak dan rumit sehingga pembaca agak

sulit memahami teori yang dimaksud. Relevansi penelitian Candra dengan

penelitian ini adalah dalam penggunaan metode mind mapping untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Namun, penelitian ini lebih

difokuskan pada penelitian keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi,

(25)

Kajian pustaka ketiga adalah jurnal internasional yang ditulis oleh

Riswanto (2012) yang termuat dalam International Journal of Humanities and Social Science. Tulisan ini membahas pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap peningkatan keterampilan menulis siswa SMAN 3 Bengkulu. Dalam penelitian itu siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satu kelompok

mendapat pengajaran mengenai cara penggunaan mind mapping untuk meningkatkan keterampilan menulis, sedangkan kelompok lainnya tidak

mendapat penerapan metode tersebut. Data menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara kelompok yang mendapat penerapan metode mind mapping dan kelompok yang tidak. Kelebihan penelitian Riswanto adalah adanya rubrik

penilaian yang secara spesifik dapat digunakan sebagai indikator untuk

mengetahui bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis siswa, baik saat

pretest maupun posttest. Namun, dalam penelitian ini metode penelitian hanya menjelaskan secara singkat mengenai teknik yang digunakan sehingga proses

pengumpulan dan pengolahan data agak sulit dipahami oleh pembaca.

Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan metode mind mapping sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan siswa. Perbedaan penelitian Riswanto dengan penelitian ini adalah penelitian Riswanto meneliti

kemampuan siswa dalam menulis surat resmi, sedangkan penelitian ini lebih

difokuskan untuk meneliti kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Kajian pustaka yang keempat merujuk pada tesis yang ditulis oleh

Parwati (2011). Tesis ini membahas seberapa efektifkah peran gambar dalam

meningkatkan keterampilan bahasa Inggris siswa kelas IVA di SD Jembatan

(26)

gambar sangat efektif dalam menarik perhatian siswa pada proses pembelajaran

untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris. Kekurangannya adalah tidak

dijelaskannya secara spesifik kriteria dalam penulisannya, baik prosedur skematis

dalam penulisan laporan yang dimaksud maupun ketentuan tense yang digunakan. Relevansi penelitian ini dengan penelitian Parwati terletak pada jenis karangan

yang diteliti, yaitu jenis karangan narasi. Perbedaannya terletak pada objek

penelitian, yaitu objek penelitian Parwati adalah siswa kelas IV SD, sedangkan

objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA.

Penelitian yang kelima, merujuk pada sebuah jurnal internasional yang

ditulis oleh Reima (2011). Tulisan yang termuat dalam Asian EFL Journal Professional Teaching Articles ini membahas aplikasi metode mind mapping

dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di King Saud University

Saudi Arabia, khususnya dalam pembelajaran spelling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dapat membantu untuk meningkatkan pelafalan bunyi serta membedakan berbagai jenis huruf vokal dan

konsonan. Kelebihan penelitian ini adalah adanya penjelasan secara detail

mengenai langkah-langkah pengaplikasian mind mapping dalam pembelajaran

spelling siswa mulai dari tahap pengenalan sampai tahap penilaian. Kekurangan penelitian Reima adalah tidak diperlihatkannya acuan dalam aspek penilaian

spelling siswa, sehingga tidak diketahui sejauh mana metode ini membantu meningkatkan keterampilan siswa. Selain itu, indikator apa yang digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa. Relevansi penelitian Reima dengan penelitian ini

(27)

penelitian Reima lebih memfokuskan pada spelling siswa, sedangkan fokus penelitian ini adalah pada keterampilan menulis karangan narasi.

Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan

metode mind mapping memiliki pengaruh yang signifikan dalam berbagai aspek pendidikan, terutama dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa, baik dalam

menulis karangan maupun spelling. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek keterampilan menulis, khususnya dalam penulisan

karangan narasi. Posisi penelitian yang dilakukan adalah mengaplikasikan metode

mind mapping untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi. Semua penelitian terdahulu di atas sangat penting sebagai acuan serta

perbandingan untuk menentukan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam

penulisan ini.

3.2 Konsep

Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan

ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya. Dalam penelitian

ini dicermati beberapa konsep penting yang dijadikan dasar acuan dalam

penelitian yang dilakukan. Konsep tersebut meliputi konsep keterampilan

menulis, konsep karangan narasi, dan konsep mind mapping.

3.2.1 Keterampilan Menulis

Menurut Tarigan (2008:3--4) menulis itu sendiri merupakan suatu proses

berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa

tatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus

(28)

struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan dimiliki

seseorang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik secara terus

menerus.

Akhadiah dkk (1997:3) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis

merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa

sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan.

Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan

simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati pemakaiannya. Suriamiharja

(1996:1) mengatakan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis

yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian

dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta

simbol-simbol grafisnya. Terakhir Haryadi (1996:77) mengatakan bahwa menulis

karangan atau mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis

melalui kalimat yang dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat

dikomunikasikan dengan baik kepada pembaca.

Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan

kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa sebagai

media yang telah disepakati bersama, yang dituangkan secara tertulis. Menulis

juga merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Oleh karena itu,

aspek keterampilan menulis harus sering dilatih secara rutin dan

berkesinambungan sehingga didapatkan hasil yang maksimal.

Konsep keterampilan menulis yang digunakan sebagai acuan dalam tesis

(29)

menjelaskan bahwa menulis adalah menuturkan atau melukiskan

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa dan dapat dipahami oleh

seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut

kalau mereka memahami bahasa gambar dan grafik (Tarigan, 2008:21). Hal ini

sejalan dengan permasalahan dalam tulisan ini, yaitu bagaimana sebuah peta

konsep (mind mapping) yang berisi lambang-lambang serta pokok pikiran suatu

tema dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan narasi yang baik dan

terstruktur.

3.2.2 Karangan Narasi

Keraf (2007:136) mengemukakan bahwa narasi adalah suatu bentuk

wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca

mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi adalah suatu bentuk wacana

yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan

menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.

Karangan narasi adalah sebuah karangan yang menceritakan suatu

rangkaian kejadian yang disusun secara urut sesuai dengan urutan waktu. Jadi,

narasi merupakan sebuah karangan yang dibuat berdasarkan urutan waktu

kejadian. Sejalan dengan hal tersebut Slamet (1996:103) mengungkapkan bahwa

karangan narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu

peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada

pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian terjadinya suatu hal.

Menurut Sujanto (1988:111), karangan narasi merupakan jenis paparan yang biasa

(30)

peristiwa-peristiwa yang berkembang melalui waktu. Adapun ciri-ciri karangan

narasi adalah menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, dirangkai dalam

urutan waktu, berusaha menjawab pertanyaan mengenai apa yang terjadi, dan

mengandung konflik (Keraf, 2007:136).

Konsep narasi yang digunakan sebagai acuan dalam tesis ini adalah

konsep yang dikemukakan oleh Keraf (2007). Keraf (2007:136) menjelaskan

bahwa karangan narasi adalah sebuah karangan yang menggambarkan

sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi dan

menceritakan suatu rangkaian kejadian yang disusun secara urut sesuai dengan

urutan waktu.

3.2.3 Mind mapping

Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu

mengoptimalkan hasil pembelajaran adalah metode peta pikiran atau dikenal

dengan mind mapping. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal tahun 1970-an. Buzan (2008:4) mengungkapkan bahwa mind mapping

adalah suatu cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah yang

memetakan pikiran. Memetakan pikiran secara umum berarti menggabungkan

antara teks dan gambar dalam sebuah bentuk jaringan sehingga mudah dipahami,

menarik, dan pasti mudah diingat. Dilihat dari pengertian tersebut, mind mapping

dapat juga dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis terutama untuk menulis

sebuah karangan. Karena dalam menulis karangan, kreativitas dan imajinasi

sangat diperlukan untuk mengembangkan ide/gagasan menjadi kalimat-kalimat

yang menarik. Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Hal ini

(31)

suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk

membuka potensi dari seluruh otak karena menggunakan seluruh keterampilan

yang terdapat pada bagian neokorteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai

otak kiri dan otak kanan. Mind mapping melibatkan kedua sisi otak karena mind mapping menggunakan gambar, warna dan imajinasi (wilayah otak kanan) bersama dengan angka, kata, dan logika (wilayah otak kiri).

Silberman (1996) mengungkapkan bahwa mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap pelajar untuk menghasilkan gagasan,

mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru. Mind mapping

merupakan cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan

sebelum mulai menulis (Hernowo, 2003:12). Mind mapping dapat digunakan sebagai salah satu cara yang tepat untuk merangkum dan menguasai materi

pelajaran Dengan meminta pelajar membuat mind mapping maka akan memungkinkan mereka untuk mendeskripsikan dengan jelas apa yang telah

dipelajari atau apa yang tengah direncanakan. Dengan demikian, saat

menuangkannya dalam bentuk tulisan akan lebih terstruktur dan sistematis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mind mapping

adalah suatu metode yang mengajarkan cara memetakan sebuah informasi yang

digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi

kreatif. Konsep mind mapping yang digunakan sebagai acuan pada tesis ini adalah konsep yang dikemukakan oleh Buzan (2008). Dari konsep tersebut telah

(32)

imajinasi kreatif (Buzan, 2008:9). Hal ini sejalan dengan pokok permasalahan

dalam tulisan ini, yakni bagaimanakah mind mapping tersebut dapat membantu mengembangkan keterampilan menulis karangan narasi siswa.

3.3 Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa teori,

yaitu teori belajar konstruktivisme, teori menulis, karangan narasi, dan mind mapping. Adapun keempat teori tersebut diuraikan satu persatu seperti di bawah ini.

3.3.1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu treatmentmencipta suatu makna dari apa yang dipelajari. Teori

pembelajaran ini memiliki dasar teori kognitif dengan penekanan pada bagaimana

struktur kognitif membangun dan mengorganisasi pengetahuan. Menurut

pandangan konstruktivisme, pengetahuan dibina secara aktif oleh individu yang

berpikir. Individu ini tidak menyerap secara sembarangan pengetahuan yang

disampaikan oleh gurunya. Namun, siswa akan menyesuaikan apa yang

didapatkan dengan pengetahuan dasar yang dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk

membentuk pengetahuan baru dalam pikiran mereka dengan bantuan interaksi

sosial, baik bersama rekan maupun gurunya (Aqib, 2013:23).

Pelopor teori konstruktivisme adalah Piaget. Piaget mengemukakan

bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan

(33)

akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi

baru sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Dahar, 1989:159)

Salah satu aplikasi teori pembelajaran konstruktivisme adalah metode

mind mapping. Metode mind mapping dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa sebagai langkah awal dalam kegiatan menulis karangan. Dengan membuat

mind mapping akan membantu siswa dalam menyusun informasi secara teratur, melancarkan ide, dan mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan.

Teori konstruktivisme ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena dapat

digunakan untuk membantu menganalisis ketiga rumusan masalah yang akan

dibahas. Ketiga permasalahan itu adalah bagaimanakah keterampilan siswa dalam

menulis karangan narasi sebelum diberikan treatment, bagaimanakah keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi setelah diberikan treatment

dan faktor apakah yang memengaruhi terjadinya peningkatan keterampilan

menulis pada siswa tersebut.

3.3.2 Teori Menulis

1. Pengertian Menulis

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan

(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya

(Slamet, 1996:96). Menulis adalah menemukan atau melukiskan

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang

sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau

mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1990: 233). Menulis pada hakikatnya bukan sekadar keterampilan untuk menuliskan

(34)

kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menuangkan buah

pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh,

lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada

pembaca dengan berhasil (Slamet,1996:141).

2. Tujuan Menulis

Menurut Tarigan (2008:25--26), ada tujuh tujuan dalam keterampilan

menulis. Tujuan menulis itu adalah sebagai berikut.

a) Tujuan Penugasan

Penulis dengan tujuan penugasan sebenarnya tidak memiliki tujuan

pribadi dalam menulis sebuah artikel. Kegiatan menulis dilakukan hanya karena

mendapatkan tugas, bukan atas kemauannya sendiri.

b) Tujuan Altruistik

Penulis dengan tujuan altruistik bertujuan untuk menyenangkan para

pembaca, menghilangkan kedukaan para pembaca, menolong pembaca

memahami, menghargai perasaan dan penalarannya. Ingin membuat hidup para

pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c) Tujuan Persuasif

Penulis dengan tujuan persuasif bertujuan tujuan untuk meyakinkan para

pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

(35)

Penulis dengan tujuan informasi bertujuan untuk memberi informasi atau

keterangan kepada para pembaca, agar mengerti dan memahami apa yang

diinformasikan oleh penulis.

e) Tujuan Mengekspresikan Diri

Penulis dengan tujuan mengekspresikan diri bertujuan untuk

memperkenalkan atau menyatakan diri sang penulis kepada para pembaca.

Melalui tulisannya pembaca dapat memahami siapa sebenarnya penulis itu.

f) Tujuan Kreatif

Penulis dengan tujuan kreatif bertujuan agar para pembaca dapat memiliki

nilai-nilai

artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Disini si

penulis tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga merangsang respons

pembaca.

g) Tujuan Pemecahan

Penulis dengan tujuan pemecahan bertujuan untuk memecahkan suatu

masalah yang dihadapi. Dengan tulisanya, penulis berusaha memberikan

penjelasan kepada pembaca tentang bagaimana memecahan suatu masalah.

3. Asas keterampilan menulis.

Menurut Gie (1992:33--36) ada tiga asas utama dalam keterampilan

menulis. Ketiga asas itu adalah sebagai berikut.

a) Kejelasan

Asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti mudah dipahami, tetapi juga

berarti bahwa karangan itu tidak mungkin disalah tafsirkan oleh pembaca.

Kejelasan berarti tidak samar-samar atau tidak kabur sehingga setiap butir ide

(36)

b) Keringkasan

Asas keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap karangan harus pendek.

Keringkasan berarti bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara

semena-mena, tidak mengulang-ulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak

berputar-putar dalam menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang

berkepanjangan.

c) Ketepatan

Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa setiap penulis harus

menaati sepenuhnya berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca,

dan kelaziman pemakaian bahasa tulis yang ada.

4. Jenis-jenis tulisan:

Menurut Tarigan (2008:24--25), jenis-jenis tulisan dapat dibagimenjadi

lima. Kelima jenis tulisan tersebut adalah sebagai berikut. a) Narasi

Narasi adalah suatu karangan atau tulisan, baik ekspositoris maupun

sugestif, yang secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan

atau treatmentyang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Bentuk tulisan narasi

dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi pada umumnya

merupakan rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau

urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam

satu atau berbagai peristiwa.

(37)

Deskripsi adalah suatu karangan atau tulisan yang menyampaikan

informasi tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun

kemanusiaan). Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan

terperinci. Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulis ingin menggambarkan

bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk

melukiskan perasan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya.

c) Eksposisi

Eksposisi adalah suatu karangan atau tulisan yang secara spesifik

menyampaikan informasi tentang suatu hal baik faktual maupun konseptual.

Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan,

menerangkan, dan menguraikan suatu hal sehingga pengetahuan pendengar atau

pembaca menjadi bertambah. Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin

memberikan informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Pada dasarnya

eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi,

menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel,

dan mengulas sesuatu.

d) Argumentasi

Argumentasi adalah suatu karangan atau tulisan yang secara

spesifik menyampaikan pendapattentang suatu hal baik faktual maupun

konseptual. Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan memengaruhi,

memperjelas, dan meyakinkan. Tulisan bentuk argumentasi bertujuan meyakinkan

(38)

agar pendapat pribadi atau argumentasi yang dikemukakan oleh penulis dapat

diterima.

e) Persuasi

Persuasi adalah suatu karangan atau tulisan yang secaras

pesifik menyampaikan informasi tentang suatu hal baik faktual maupun

konseptual. Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan memengaruhi,

meyakinkan, mengajak, atau merebut perhatian pembaca. Tulisan persuasi

bertujuan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca agar mau melakukan sesuatu

serta mengikuti arahan atau saran yang dipaparkan oleh penulis dalam tulisannya.

3.3.3 Karangan Narasi

1. Pengertian Narasi

Narasi merupakan salah satu bentuk karangan yang diterapkan dalam

proses pembelajaran bahasa. Keraf (2007:136) mengungkapkan bahwa narasi

dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak

tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam

suatu waktu.

Sejalan dengan hal tersebut, Semi (1990:32) mengemukakan bahwa

narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan untuk

menyampaikan, menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia

berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dengan kata lainnarasi

adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan

(39)

waktu. Hal ini berarti bahwa dalam menulis narasi yang perlu menjadi perhatian

utama adalah urutan waktu dari sebuah wacana tersebut.

Sujanto (1988:111) mengungkapkan bahwa narasi merupakan jenis

paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan rangkaian

kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berkembang melalui waktu. Begitu juga

yang diungkapkan Wibowo (2001:59) bahwa narasi adalah bentuk tulisan yang

menggaris bawahi aspek penceritaan atas suatu rangkaian peristiwa yang

dikaitkan dengan kurun waktu tertentu, baik secara objektif maupun imajinatif. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa narasi

merupakan suatu bentuk karangan yang berusaha mengisahkan suatu kejadian

atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami

sendiri peristiwa itu. Itu berarti bahwa, unsur yang paling penting dalam sebuah

narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan. Selain itu, narasi juga dapat

mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa menulis narasi adalah suatu bentuk wacana yang

berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu

peristiwa yang terjadi. Jadi, unsur utama dalam sebuah narasi adalah tindaktanduk

atau perbuatan dalam suatu urutan waktu.

2. Ciri-ciri Karangan Narasi

Narasi memiliki ciri-ciri yang dapat dicermati oleh pembaca. Semi

(1990:33--34) mengungkapkan bahwa narasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

(40)

b) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa

peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat

berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan keduanya.

c) Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi

tidak menarik.

d) Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampainnya

bersifat sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi.

e) Menekankan susunan kronologis suatu peristiwa.

f) Biasanya memiliki dialog.

3. Jenis Narasi

Karangan narasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, narasi

ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang

menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa (Keraf,

2007:136). Narasi ekspositoris merupakan suatu narasi yang hanya mengisahkan

suatu kejadian yang telah ada. Sementara itu narasi sugestif adalah suatu

rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya

khayal para pembaca (Keraf, 2007:138). Dalam hal ini narasi sugestif terjadi

karena adanya serangkaian cerita yang dibumbui dengan imajinasi penulis.

Menurut Keraf (2007:138--139), sifat karangan narasi ekpositoris adalah

untuk memperluas pengetahuan, menyampaikan informasi mengenai suatu

kejadian, didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan nasional,

(41)

denotatif. Sebaliknya, karangan narasi sugestif bersifat menyampaikan suatu

makna atau makna tersirat, menimbulkan daya khayal, penalaran hanya berfungsi

sebagai alat untuk menyampaikan makna, bahasanya lebih condong ke bahasa

figurative dengan penggunaan kata-kata konotatif.

4. Unsur Narasi

Karangan narasi mengandung beberapa unsur. Menurut Keraf,

(2007:148), unsur-unsur narasi adalah sebagai berikut.

a) Alur (Plot)

Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alur

mengatur bagaimana treatmentharus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu

insiden mempunyai hubungan dengan insiden lain, bagaimana tokoh-tokoh harus

digambarkan dan berperan dalam treatmentitu, serta bagaimana situasi dan

perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam tindakan-treatmentitu yang terikat

dalam suatu kesatuan waktu.

b) Penokohan.

Tokoh adalah pelaku dalam suatu cerita. Penokohan adalah cara

pengarang melukiskan watak tokoh dalam cerita. Penokohan juga bisa disebut

dengan karakterisasi. Karakterisasi, yaitu cara seorang penulis mengisahkan atau

(42)

c) Latar (Setting)

Latar adalah tindak-tanduk dalam sebuah narasi. Serta biasanya

berlangsung di sebuah tempat tertentu yang digunakan sebagai pentas. Tempat

atau pentas tersebut disebut latar (setting). Latar narasi juga dapat diartikan sebagai waktu terjadinya peristiwa dalam cerita.

d) Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang adalah cara seorang penulis mengisahkan (narator) dalam

sebuah karangan narasi. Apakah penulis mengambil bagian langsung dalam

seluruh rangkaian kejadian (yaitu sebagai participant) atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari seluruh aksi dalam narasi.

5. Penilaian Menulis Narasi

Dalam praktiknya, aspek keterampilan menulis melibatkan penggunaan

tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan kalimat,

pengembangan paragraf, pengolahan gagasan, dan pengembangan model

karangan (Slamet, 1996:209). Sejalan dengan hal tersebut Nurgiyantoro

(2009:306) mengemukakan bahwa unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah

content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), gramind mappingar (tata bahasa dan pola kalimat), style (pemilihan struktur dan kosakata), dan mechanics (ejaan). Apabila dilihat dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur utama dalam mengarang yang dinilai adalah kualitas isi

(43)

tanda baca. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk unsur utama

memiliki porsi lebih besar dibandingkan dengan unsur yang lain karena isi

karangan sangat menentukan bobot dan kualitas karangan tersebut. Namun, aspek

penilaian lainnya juga memegang peranan penting untuk menciptakan karangan

yang bersifat kohesif dan koheren.

3.3.4 Teori mind mapping

1. Pengertian Mind mapping (mind mapping)

Mind mapping atau disebut juga dengan mind mapping merupakan salah satu metode belajar yang dikembangkan oleh Buzan pada tahun 1970-an yang

didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode mind mapping karena mind mapping ini berupa urutan langkah-langkah yang bersifat sistematis. Otak

mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik,

dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon

dengan cabang dan rantingnya.

Otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom

demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang dikeluarkan dalam

berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang telah dipelajari,

sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk mind mapping. Dengan demikian,

proses mind mapping menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berpikir. Mind mapping adalah alternatif

pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear.

(44)

memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan asosiasinya dalam pola

radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang. Mind mapping merupakan cara paling mudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil

informasi ke luar dari otak. Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008:4).

Mind mapping bisa dibandingkan dengan peta kota. Bagian tengah mind mapping

sama halnya dengan pusat kota dan mewakili gagasan terpenting, jalan-jalan

protokol yang memancar keluar dari pusat kota merupakan pikiran-pikiran utama

dalam proses berpikir, jalan-jalan atau cabang-cabang sekunder merupakan

pikiran sekunder (Buzan, 2008: 6).

Mind mapping juga merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran, sehingga cara kerja alami otak

dilibatkan sejak awal. Ini berarti bahwa mengingat informasi akan lebih mudah

daripada menggunakan teknik mencatat tradisional. Mind mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat

membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah

dipelajari. Mind mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan demikian, akan memudahkan

seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara

tertulis maupun secara lisan. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk, dan

sebagainya memudahkan otak untuk menyerap informasi yang diterima. Dengan

(45)

dapat diorganisir dengan menggunakan struktur radian yang sesuai dengan

mekanisme kerja alami otak sehingga lebih mudah dipahami dan diingat.

2. Manfaat Mind mapping

Buzan (2008:127) mengemukakan beberapa manfaat penggunaan mind mapping. Delapan manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a) Tema utama terdefinisi secara sangat jelas karena dicantumkan di tengah

gambar.

b) Level keutamaan informasi teridentifikasi secara lebih baik. Informasi

yang memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dengan tema utama.

c) Hubungan informasi secara mudah dapat segera dikenali.

d) Informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak

keseluruhan struktur mind mapping sehingga mempermudah proses pembuatan.

e) Tiap-tiap mind mapping sangat unik sehingga mempermudah proses pemahaman.

f) Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci.

3. Langkah-langkah pembuatan mind mapping

Sebelum membuat sebuah mind mapping diperlukan beberapa bahan,

yaitu kertas kosong tak bergaris, pena, pensil warna, otak, dan imajinasi. Buzan

(46)

a) Menentukan central topic yang akan dibuatkan mind mapping. Untuk buku pelajaran central topic biasanya adalah judul buku atau judul bab yang akan dipelajari dan harus diletakkan ditengah kertas dan usahakan

berbentuk image/gambar.

Gambar 2.1 Contoh Central Topic Sumber: Buzan (2008)

b) Membuat basic ordering ideasBOIs untuk central topik yang telah dipilih, BOIs biasanya adalah judul atau subbab buku yang akan dipelajari atau bisa juga dengan menggunakan 5WH (what, why, where, when, who

(47)

Gambar 2.2 Contoh BOIs

Sumber: Buzan (2008)

c) Melengkapi setiap BOIs dengan cabang-cabang yang berisi data-data pendukung yang terkait. Langkah ini merupakan langkah yang sangat

penting karena pada saat inilah seluruh data harus ditempatkan dalam

setiap cabang BOIs secara asosiatif dan menggunakan struktur radian yang menjadi ciri yang paling khas dari suatu mind mapping.

(48)

d) Melengkapi setiap cabang dengan image, baik berupa gambar, simbol, kode, daftar, grafik, maupun garis penghubung bila ada BOIs yang saling terkait satu dengan lainnya. Tujuan langkah ini adalah untuk membuat

sebuah mind mapping menjadi lebih menarik sehingga lebih mudah dimengerti dan diingat.

Gambar 2.4 Contoh Image

Sumber: Buzan (2008)

4. Aplikasi Mind mapping

Pada tahap aplikasi ada empat langkah yang harus dilakukan dalam

proses pembelajaran berbasis mind mapping. Keempat langkah tersebut adalah seperti berikut.

a) Overview

(49)

umum kepada siswa tentang topik yang dipelajari. Khusus untuk pertemuan

pertama pada setiap awal semester, overview merupakan rangkuman dari seluruh topik yang diajarkan selama satu semester yang biasanya sudah ada dalam silabus.

Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan

dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk

mempelajarinya lebih dahulu.

b) Preview

Preview merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview, dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian, diharapkan siswa telah

memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai subtopik dari bahan sebelum

pembahasan yang lebih detail dimulai.

c) Inview

Inview merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, yaitu suatu topik dibahas secara detail, terperinci, dan mendalam. Selama inview ini, diharapkan siswa dapat mencatat informasi, konsep, atau rumus penting beserta grafik, daftar,

atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan

yang diajarkan.

(50)

Review dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta menekankan pada informasi,

konsep, atau rumus penting yang harus diingat dan dikuasai oleh siswa. Review

juga dapat dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya

untuk membantu siswa mengingat kembali bahan yang telah diajarkan pada

pertemuan sebelumnya. Berikut adalah contoh aplikasi mind mapping.

Gambar 2.5 Contoh Mind mapping (Law of mind mapping)

Sumber: Buzan (2008)

(51)

a) Kertas : polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (landscape). Central topic diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa image dengan minimal tiga warna.

b) Garis : lebih tebal untuk cabang utama dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis

lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.

c) Kata : menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar

huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.

d) Image : gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, tabel dan ritme karena lebih menarik serta mudah diingat dan dipahami. Kalau

memungkinkan, gunakan image yang tiga dimensi agar lebih menarik lagi. e) Warna : gunakan minimal tigs warna dan lebih baik 5--6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna

BOIs.

f) Struktur : menggunakan struktur radian dengan central topic terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke

segala arah. BOIs umumnya terdiri atas 2 -- 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah pukul 13.00.

(52)

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

penelitian eksperimen. Sugiyono (2012:107) menyatakan bahwa model penelitian

eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Hasil penelitian

dianalisis menggunakan gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan penjelasan tiap-tiap masalah.

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis kemampuan menulis siswa

sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran tersebut dalam bentuk

angka. Adapun model penelitian dapat dilihat seperti berikut.

Quasi Experimental berbentuk Nonequivalent Control Group Design

Faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa dalam menulis karangan narasi Kemampuan Siswa Kelas X SMA 1 Sukawati dalam Menulis Karangan Narasi

Kemampuan menulis karangan narasi siswa

setelah treatment

Kemampuan menulis karangan narasi siswa

sebelum treatment

Kuantitatif Kualitatif

Teori Konstruktivisme

Teori Menulis Teori Karangan Narasi

Mind Mapping

(53)

Gambar 2.6 Model Penelitian

Pada gambar model penelitian di atas dapat dilihat bahwa penelitian ini

adalah jenis penelitian quasi experimental berbentuk non-equivalent control group design dengan penggunaan metode mind mapping. Pada penelitian ini diaplikasikan empat teori yang relevan yaitu teori konstruktivisme, teori menulis,

teori karangan narasi, dan mind mapping.

Teori konstruktivisme dipilih untuk menentukan model pembelajaran dan

metode yang tepat diaplikasikan di dalam penelitian ini. Metode mind mapping

dipilih karena searah dengan pandangan konstruktivisme, yaitu bertujuan untuk

membantu siswa dalam menyusun berbagai informasi dan ide secara sistematis.

Selain itu, juga mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan narasi.

Teori menulis dan teori karangan narasi digunakan dalam penelitian ini untuk

diaplikasikan dalam rubrik penilaian yang meliputi lima aspek yaitu, isi,

organisasi, kosakata, tata bahasa, dan mekanik.

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan

kualitatatif untuk mengetahui kemampuan menulis karangan narasi siswa pada

control group dan experimental group sebelum treatmentdan setelah treatmentdengan menggunakan metode mind mapping. Di samping itu, teori ini juga untuk mengetahui faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa

dalam menulis karangan narasi.

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedekatan

kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan

karakteristik data-data yang ada, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan

untuk mengukur suatu nilai pada data yang ada (Sugiyono, 2012:23). Pendekatan

kualitatif yang dilakukan didasarkan pada penjabaran mengenai data-data yang

bersifat deskriptif, seperti data hasil observasi, kuesioner, wawancara hasil tes

karangan narasi siswa, dan faktor yang memengaruhi hasil evaluasi belajar siswa

menggunakan metode mind mapping di SMAN 1 Sukawati. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memaparkan data yang bersifat kuantitatif atau

(55)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini serta dan lama waktu yang diperlukan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Sukawati, yang berlokasi di Jalan

Lettu Wayan Suta Sukawati, Gianyar. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah

yang memiliki banyak prestasi di bidang akademik, khususnya dalam ranah

pembelajaran bahasa. Akan tetapi, di balik itu semua menurut pengamatan

penulis, siswa di sekolah ini masih memiliki kekurangan dalam aspek

keterampilan menulis, khususnya dalam keterampilan menulis karangan narasi.

Siswa kelas X dipilih sebagai sumber data karena kemampuan siswa menulis

karangan masih kurang dan belum memenuhi KKM 78.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan berdasarkan jadwal pelajaran bahasa Inggris di kelas

X, yaitu pada Jumat dan Sabtu. Berikut adalah jadwal penelitian yang dilakukan.

(56)

3 Jumat, 11

Penelitian ini dilakukan dalam empat kali pertemuan untuk control group

dan lima kali pertemuan untuk experimental group. Alokasi waktu untuk pokok bahasan mengenai karangan narasi pada semester ini sangat terbatas. Yaitu

sebanyak 2x45 menit untuk pemberian pretsest, treatment dengan metode mind mapping dan posttest, serta 1x45 menit untuk observasi dan pemberian kuesioner. Karena keterbatasan waktu, sehingga pemberian treatment dengan metode mind mapping hanya dapat dilakukan dalam satu kali pertemuan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

3.3.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari siswa kelas

X.7 dan X.10 SMAN 1 Sukawati. Data berupa nilai hasil pretest, nilai hasil

Gambar

Gambar 2.4  Contoh Image   Sumber: Buzan (2008)
Gambar 2.5 Contoh Mind mapping (Law of mind mapping)
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pengalaman Pribadi dengan Metode Kontruktivisme Pada Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 01 Pulokulon Grobogan Tahun Ajaran

ini, siswa diberi perlakuan berupa penggunaan metode Sugestopedia berbasis musikalisasi puisi. Pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi dilaksanakan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa SDN 12 Ampenan Tahun Pelajaran 2016/2017 dan

Penelitian yang dilaksanakan sebanyak 4 siklus ini, terlihat adanya peningkatan dari kemampuan guru merancang pembelajaran bahasa Indonesia khusus menulis karangan

Tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Mind Mapping dan Think Pare Share Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas

Kemampuan menulis karangan narasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan

Keempat, mendeskripsikan bagaimana tingkat kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris siswa kelas X SMA N 2 Pulau Punjung dengan menggunakan metode field trip sesuai dengan

Tabel 6: Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Narasi Nilai Keterangan 80-100 Sangat Baik 66-79 Baik 56-65 Cukup 40-55 Kurang 30-39 Sangat Kurang HASIL PENELITIAN DAN